Modul Tropik Infeksi Makalah 3
-
Upload
goentor-p-joeang -
Category
Documents
-
view
79 -
download
6
Transcript of Modul Tropik Infeksi Makalah 3
Modul Tropik Infeksi
Demam Sejak 5 Hari yang LaluKelompok 10
030.11.006 Aditya Yogarama 030.11.013 Akhmad 030.11.023 Anasthasya Giovani 030.11.027 Andry Dimas Dwi P.030.12.263 Suci Wulandari 030.12.265 Susanti 030.12.266 Syaripah Noor R.030.12.267 Tannia Pradnya P.030.12.268 Tasya Riyadi 030.12.270 Tiara Anggiana A.030.12.271 Tri Wira Almunqis 030.12.273 Verna Fitriani
Fakultas Kedokteran TrisaktiJakarta
DAFTAR ISI
BAB I : LAPORAN
KASUS.............................................................................................. 3
BAB II :
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III :
KESIMPULAN.......................................................................................................1
9
BAB IV : DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 20
1
BAB I
Laporan Kasus
Ny. Leli 28 tahun diantar keluarganya ke UGD rumah sakit tempat saudara
berkerja sebagai dokter karena sejak 1 hari yang lalu, pasien menderita demam
sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengatakan demamnya timbul mendadak tinggi,
disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati, serta mual
dan muntah hebat. Sampai saat ini pun pasien masih mengalami muntah-muntah
hebat, dan oleh karenanya tidak nafsu makan dan kurang minum 6 hari sebelum
sakit, pasien mendapat tugas memandu wisata ke gunung salak serta mengunjungi
desa-desa disana.
Pada pemeriksaan fisik awal didapatkan:
Kesadaran: Compos mentis
TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/menit, Suhu 38ᴼC, Pernafasan: 28x/menit
Lidah tampak kotor warna agak pucat
Jantung: S1S2 reguler, murmur -, gallop –
Paru: Suara nafas vesikuler melemah pada bagian bawah basal kedua paru
Abdomen: Datar, suple, nyeri tekan +, BU+ normal
Ekstremitas: ptechie (-)
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut:
Hb: 16,9 g/dl Dengue antigen NS-1 : (-)
Hematokrit : 55 Dengue antigen IgG (+), IgM (-)
Trombosit: 80.000/mm3 Widal; STO (+) 1/320 ; PTO (+) 1/160
2
SGOT/SGPT: 55/57
Procalcitonin: 0,42
BAB II
Pembahasan
A. Klarifikasi Istilah/ Terminologi
Beberapa terminologi pada kasus ini akan dibahas dengan tujuan
menyamakan persepsi. Terminologi-terminologi yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1. Dehidrasi : Keadaan yang diakibatkan kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan dengan gejala mata cekung, mukosa bibir, lidah kering dan
agak sianosis
2. Demam: Peningkatan suhu tubuh diatas normal (36,5-37,2ᴼC)
3. Muntah: pengeluaran isi perut akibat sensasi tidak nyaman di perut yang
disertai kontraksi dari otot perut.
4. Ptechie: Warna merah kebiruan bentuknya bulat sempurna biasanya
karena perdarahan submukosa, ukuran <2mm apabila ditekan tidak
menghilang.
5. Compos mentis: kesadaran penuh
6. Procalcitonin: Muncul pada infeksi berat/ sepsis yang disekresi oleh
kelenjar tyroid, dapat digunakan untuk identifikasi glandula paratyroid.
Normal: <0.05, batas septik: 0,5 - ≤2
7. Dengue antigen NS-1: suatu protein virus dengue dalam bentuk struktural
dan non-struktural yang digunakan untuk mendiagnosis virus dengue
3
B. Penetapan Masalah
Setelah berdiskusi, kelompok kami telah menyimpulkan beberapa masalah
yang ada pada kasus ini. Berikut adalah masalah-masalah yang ada pada kasus ini.
1. Demam sejak 5 hari yang lalu yang timbul mendadak tinggi, disertai
dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati, serta mual dan
muntah hebat. Sampai saat ini masih mengalami muntah-muntah hebat, dan tidak
nafsu makan dan kurang minum 6 hari sebelum sakit, mendapat tugas memandu
wisata ke gunung salak serta mengunjungi desa-desa disana.
Hasil Pemeriksaan Interprestasi
Kesadaran: Compos mentis
TD: 100/70 mmHg (120/80 mmHg)
Nadi: 110x/menit (60-100 kali/menit)
Suhu 38ᴼC (36,5-37,2ᴼC)
Pernafasan: 28x/menit (18-20 kali/menit)
Lidah tampak kotor warna agak pucat
Jantung: S1S2 reguler, murmur -, gallop –
Paru: Suara nafas vesikuler melemah pada
bagian bawah basal kedua paru
Abdomen: Datar, suple, nyeri tekan +, BU+
normal
Ekstremitas: ptechie (-)
Normal
Hipotensi, karena gejala pre syok
Takhikardi, akibat kompensasi hipotensi
Febris, infeksi virus atau bakteri
Takhipnoe
Dehidrasi
Normal
Efusi pleura
Nyeri tekan menandakan adanya peradangan
intra abdomen
Normal, tidak ada tanda perdarahan
Hasil pemeriksaan penunjang Interprestasi
Hb: 16,9 g/dl (13,0-18,0 g/dl)
Hematokrit : 55 (40-48%)
Trombosit: 80.000/mm3 (100.000-
Normal
Meningkat
Menurun
4
150.000/mm3 )
SGOT/SGPT: 55/57 (37/42)
Procalcitonin: 0,42 (<0,05)
Dengue antigen NS-1 : (-)
Dengue antigen IgG (+), IgM (-)
Widal; STO (+) 1/320 ; PTO (+) 1/160
Meningkat, adanya kerusakan hati
Meningkat, menunjukan keadaan sepsis
Normal
Adanya infeksi sekunder dari virus
dengue
Infeksi salmonella typhi dan paratyphi
C. Analisa Masalah
Berikut adalah analisa masalah masalah pada kasus
1. Demam terjadi akibat dari proses infeksi yang disebabkan oleh virus
ataupun bakteri. Demam sejak 5 hari yang lalu biasanya merupaka
gejala klinis dari beberapa penyakit seperti demam berdarah dengue
dan typhoid. Demam yang mendadak tinggi biasanya terdapat pada
demam berdarah dengue.
2. Takhikardi bisa diakibatkan secara fisiologis dan patologis, fisiologis
misalnya pada aktivitas fisik yang tinggi dan emosi, patologis pada
keadaan demam yang dimana pada kenaikan suhu 1ᴼC disertai dengan
peningkatan denyut jantung 8-10 kali/menit. Pada typhoid terjadi
bradikardi relatif yaitu keaadaan dimana tidak terjadi peningkatan
denyut jantung dengan kenaikan suhu.
3. Trombositopenia yang terjadi bisa diakibatkan karena demam berdarah
dengue dan typhoid. Pada typhoid terjadi supresi sumsum tulang dan
pemendekan umur trombosit. Sedangkan pada demam berdarah
dengue diakibatkan dari diskontinuitas endotel dan terbentuknya
antibody anti trombosit.
4. Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri pada ulu hati beberapa tanda gejala dari
demam typhoid dan demam berdarah. Pada demam typhoid dan
demam berdarah terjadi hepatomegali dan splenomegali yang dapat
menekan lambung sehingga timbul mual yang kemudian muntah.
5
5. Suara nafas vesikuler melemah pada bagian bawah basal kedua paru
dikarenakan terdapat cairan di bagian basal paru atau yang disebut
dengan efusi pleura. Efusi pleura bisa diakibatkan plasma leakege yang
terjadi pada demam berdarah dengue.
6. Pada pemeriksaan tes widal didapatkan salmonella typhi o (somatik)
positif 1/320 dan paratyphi o (somatik) positif 1/160 menandakan
infeksi bakteri salmonella typhi dengan peningkatan titer 4 kali.
7. SGOT/SGPT meningkat terdapat pada hepatomegali atau kerusakan
hati.
6
D. Hipotesis
1. Demam Typhoid
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella thypii.
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella
thypii ).
Demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella
thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut
atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.
7
B. Etiologi
Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B
dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh
dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella Thyposa merupakan basil gram negatif yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam
keadaan endemik..
C. Patofisiologi
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita
typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut.
Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk
ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan
limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar.
Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu
pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
8
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi
ulserasi plak pyeri.
9
Otak
Nyeri kepala
Pelepasan mediator inflamasi
Muntah
D. Pathway
10
Saluran pencernaan
Salmonella Thyposa
Lolos dari asam lambung Dimusnahkan oleh lambung
Usus halus
Jaringan limfoid
Kel. Limfoid Usus Halus
Aliran darah
Seluruh Tubuh Masuk retikuloendotelial
Hipertermia
Nekrosis usus halusMengeluarkan endotoksin
Bedrest Total
Suhu Tubuh
Konstipasi
Peristaltik usus
Ulkus di Plak Pyeri
Motilitas usus terganggu
Peristaltik usus
Mual
Diare
Defisit Perawatan Diri (Oral hygine)
Kekurangan cairan dan elektrolit
Anoreksia
Gg. Pemenuhan NutrisiDefisit volume cairan
dan elektrolit
Masuk limfa dan hati
Pembesaran hati dan limfa
Nyeri perabaan kuadran atas
Kelemahan Dehidrasi
Bibir kering dan pecah-pecah
Gg. Rasa nyaman
nyeri kepala
Gg. Rasa nyaman
nyeri perut
Lidah tertutup selaput putih kotor
(coated tongue)
Napas berbau tidak sedap
SSP
Merangsang pusat muntah di medulla oblongata
E. Manifestasi Klinik
Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala
dan terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan
berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh
meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua
suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur
turun dan kembali normal.
Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap,
bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor
(coated tongue) , ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi
juga terdapat diare atau normal. Umumnya klien mengalami penurunan
kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau
gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.
F. Data Fokus, Pemeriksaan Diagnostik dan Masalah Keperawatan
Data Fokus
a) Keluhan utama: perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
dan kurang bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama
masa inkubasi)
b) Suhu tubuh biasanya meningkat, demam berlangsung selama 3 minggu
bersifat febris remiten pada malam atau pagi atau setiap hari dan suhunya
tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi
pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada
dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur turun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga.
11
c) Pada orangtua dan keluarga juga mengalami kecemasan akibat anggota
keluarganya yang sakit sehingga terkadang mempengaruhi psikologi
orangtua atau keluarga.
d) Pemeriksaan fisik :
Mulut: terdapat napas tidak sedap, bibir pecah-pecah dan kering.
Lidah tertutup selaput putih yang kotor sementara ujung dan tepinya
berwarna kemerahan
Abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung, bisa terjadi
konstipasi, bisa juga diare atau normal.
Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suryadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor:
12
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan
media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
13
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
5. Pemeriksaan Tubex
Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi
penyakit demam tifoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari
kuman Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti
Salmonella (Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik, lebih sensitif, dan
lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella thypii.
Keunggulan pemeriksaan Tubox TF antara lain bisa mendeteksi secara dini
infeksi akut akibat Salmonella thypii, karena antibody IgM muncul pada
hari ke 3 terjadinya demam. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman
Salmonella (lebih dari 95%). Keunggulan lain hanya dibutuhkan sampel
darah sedikit, dan hasil dapat diperoleh lebih cepat, Anon1 (2010).
G. Penatalaksanaan Medis
Pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan di
berikan perawatan sebagai berikut:
1. Perawatan
o Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
o Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
kondisi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
o Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein
14
o Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang kerja usus dan tidak mengandung gas, dapat diberikan
susu 2 gelas sehari
o Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
o Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
o Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Obat-obatan
Obat-obat yang dapat di berikan pada anak dengan thypoid yaitu :
o Klorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari
(maksimum) 2 gram/hari, diberikan peroral atau intravena. Pemberian
kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu
perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin
pembentulan zat anti berkurang karena basil terlalu cepat di
musnahkan. Dapat juga diberikan Tiampenikol, Kotrimoxazol,
Amoxilin dan ampicillin disesuaikan dengan keluhan anak.
Kloramfenikol digunakan untuk memusnahkan dan menghentikan
penyebaran kuman. Diberikan sebagai pilihan utama untuk mengobati
demam thypoid di Indonesia.
o Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila
terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan intravena.
H. Pencegahan
Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2006), ada 3 strategi pokok
untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu:
- Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus demam
thypoid maupun pada kasus carrier thypoid.
- Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella thypii
akut maupun carrier.
- Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi.
15
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan
makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin.
2. Demam Berdarah Dengue
1. Definisi
Penyakit Dangue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropadborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictuse dan Aedes aegypti). Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus dangue yang dapat menimbulkan penyakit, baik demam dangue maupun demam berdarah. Demam Berdarah Dangue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dangue I, II, II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpitus.
2. Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di Indonesia, dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relative labil terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu selubung protein E dan protein membrane M.
3. Patofisiologi
Virus dangue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan antibody, membentuk virus antibody kompleks (komplek imun) yang akan mengaktifasi komplemen. Aktifasi ini akan menghasilkan anafilaktosin C3A dan C5A yang akan merupakan mediator yang mempunyai efek farmakologis cepat dan pendek. Bahan ini bersifat fasoaktif dan prokoagulant sehingga menimbulkan kebococran plasma (hipovolemik syok dan perdarahan.
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit
16
dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain.
Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan factor pembbekuan. Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi factor Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok.
Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dankerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya perdarahan akan mempercepat syok yang terjadi.
4. Klasifikasi
WHO (1997) membagi DBD menjadi 4 :
a. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala
klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan
spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.
b. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti
mimisan, muntah darah dan berak darah.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar
mulut, hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
17
5. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa sebab yang jelas, continue, bifasik. Biasanya berlangsung 2-7 hari (Bagian Patologi Klinik, 2009). Naik turun dan tidak berhasil dengan pengobatan antipiretik. Demam biasanya menurun pada hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut (38°-40° C) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
b. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam.
Bentuk perdarahan dapat berupa: uji tourniquet positif yang menandakan
fraglita kapiler meingkat (Bagian Patologi Klinik, 2009). Kondisi seperti
ini juga dapat dijumpai pada campak, demam chikungunya, tifoid, dll.
Perdarahan tanda lainnya ptekie, purpura, ekomosis, epitaksis dan
perdarahan gusi, hematemesisi melena. Uji tourniquet positif jika terdapat
lebih dari 20 ptekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian volar
termasuk fossa cubiti.
c. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus. Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga
2-4 cm di bawah lengkungan iga kanan (Bagian Patologi Klinik, 2009).
Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit namun
nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan.
d. Renjatan (Syok)
18
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk (Bagian Patologi Klinik, 2009). Kegagalan
sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai
penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan
pasien terlihat gelisah.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (≤ 100000/µI)
2) Hematokrit meningkat ≥ 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi
Gambar: Perubahan Ht, Trombosit, dan LPB dalam perjalanan DHF
19
3) Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
4) Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga
5) Masa perdarahan memanjang
6) Protein rendah (hipoproteinemia)
7) Natrium rendah (hiponatremia)
8) SGOT/SGPT beisa meningkat
9) Asidosis metabolic
10) Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
b. Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria) (Vasanwala, Puvanendran,
Chong, Ng, Suhail, Lee, 2011).
c. Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan
dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebh berat misalnya
dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pancreas.
e. Diagnosis Serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitive namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe
20
virus yang menginfeksi. Antibody HI bertahan dalam tubuh lama
sekali (>48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-
epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer konvalesen 4x
lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum
akut atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan
keras positif infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).
2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi
bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
3) Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya
memamkai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu
berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Anti body
neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody
HI tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan
lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama
sehingga tidak rutin digunakan (Vasanwala dkk, 2011).
4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih
negative maka dilaporkan sebagai negative. IgM dapat bertahan dalam
darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac
Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya
memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan
uji HI (Vasanwala dkk, 2011).
5) Identifikasi Virus
21
Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah.
Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari
darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama
dengan isolasi virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh
penanganan specimen yang kurang baik bahkan adanya antibody
dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk,
2011).
22
7. Penatalaksanaan
Alur Tersangka DBD
Tersangka DBD
8.9.10.11.
23
Gejala KlinisDemam 2-7 hariUji Tourniquet (+) atau perdarahan spontanLaboratorium: Ht tidak meningkat, Trombositopenia ringan
Infus ganti RL (tetesan disesuaikan)
HT naik dan / atau trombosit turun
Perbaikan klinis dan laboratorium:
Pulang (Kriteria memulangkan pasien)Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretikNafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikanHematokrit stabil, jumlah > 50.000/uL3 hari setelah syock teratasi, tidak dijumpai distress nafas
Monitor gejala klinis dan laboratoriumPerhatikan tanda syokPalpasi nadi periferUjur diuresisAwasi perdarahanPeriksa Hb,Ht dan trombosit tiap 6-12 jam
Pasang Infus NaCl 0,9%: dektrose 5%(1:3)Tetesan rumatan sesuai Berat badanPeriksa Ht, Hb, tiap 6 jam, trombosit tiap 6-12 jam
Pasien masih dapat minumBeri Minum banyak 1-2 liter/ hari atau 1 swndok makan tiap 5 menitJenis minum: air putih, teh manis, jus buah, susu, oralitBila suhu > 380 C beri ParacetamolJika kejang beri anti convulsi
Pasien tidak dapat minum
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : EGC
2. Ngastiyah . 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
3. Nursalam, et al. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
4. Prosedur Keperawatan Nursing Standard Operating Procedure. Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
5. Suriadi, R. Y. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
6. Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S. (2012).
A three-component biomarker panel for prediction of dengue hemorraghic fever. Am.
J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348.
7. Danny, Wiradharma. 2009. Diagnosis cepat demam berdarah dengue. Jurnal
Kedokteran Trisakti., 18 (2): 78 – 79
8. DepKes, RI.,(2005). Pedoman Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
24