Modul SLI Lampung

46
Paket Modul Sekolah Lapang Iklim Tahap 2 Propinsi Lampung Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Masgar lampung Jl. Raya Masgar-Tegineneng Km.35 Pesawaran-35363, Telp. 0725-7851570 E-mail : [email protected]

Transcript of Modul SLI Lampung

Page 1: Modul SLI Lampung

Paket Modul Sekolah Lapang Iklim Tahap 2

Propinsi Lampung

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Masgar lampung Jl. Raya Masgar-Tegineneng Km.35 Pesawaran-35363, Telp. 0725-7851570 E-mail : [email protected]

Page 2: Modul SLI Lampung

BMKG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Paket Modul

Sekolah Lapang Iklim Tahap 2 Propinsi LampungPropinsi LampungPropinsi LampungPropinsi Lampung

MASGAR, NOPEMBER 2011

Page 3: Modul SLI Lampung

i

PENGANTAR

Sebagaimana diketahui bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara rutin menyiapkan informasi iklim, seperti Prakiraan Musim Hujan/ Kemarau, Evaluasi dan Prakiraan Hujan Bulanan, serta Ketersediaan Air Tanah Bulanan yang diharapkan bermanfaat untuk mendukung berbagai kegiatan, terutama sektor pertanian. Informasi tersebut memuat berbagai batasan kriteria, terminologi, serta istilah teknis yang belum banyak dipahami oleh para pengguna, sehingga pemanfaatannya belum optimal, bahkan seringkali salah menginterpretasi dalam menggunakan informasi tersebut. Peningkatan pemahaman informasi iklim dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui sosialisasi “Sekolah Lapang Iklim (SLI)”, khususnya kepada para petugas Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan secara umum kepada para petugas dinas terkait di jajaran pemerintah daerah kabupaten.

Sehubungan dengan itu, pada tahun 2011 BMKG melaksanakan kegiatan berupa ”Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang pesertanya dari beberapa Kabupaten se-Propinsi Lampung. Pada kegiatan SLI Tahap 2 ini disusun paket modul yang terdiri dari 8 (delapan) modul, yaitu Modul 1 ”Mengenal Unsur Cuaca dan Iklim”, Modul 2 ”Istilah dan Diseminasi Informasi Iklim”, Modul 3 ”Mamahami Prakiraan Iklim”, Modul 4 ”Penggunaan Informasi Iklim untuk Mengatur Strategi Pola dan Jadwal Tanam”, Modul 5 ”Neraca Air Lahan”, Modul 6 ”Penakar Hujan Sederhana”, Modul 7 ”Pengaruh Cuaca/Iklim Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman”, dan Modul 8 ”Proses Pembentukan Awan dan Hujan” serta dilengkapi dengan Kunjungan Lapangan.

Sekolah Lapang Iklim Tahap 2 dilaksanakan selama 4 hari, yang pesertanya terdiri dari para PPL, PHP, serta perwakilan Kelompok Tani di wilayah Lampung. Materi modul SLI tahap 2 ini mengacu pada beberapa referensi modul SLI yang sudah ada. Beberapa modifikasi telah dibuat agar proses pembelajaran lebih menarik dan aplikatif. Program SLI yang dilaksanakan oleh BMKG adalah kemitraan dengan lembaga nasional maupun lokal.

Lampung, Nopember 2011 Kepala Stasiun Klimatologi Masgar

Drs. Hariyanto

Page 4: Modul SLI Lampung

ii

TUJUAN INSTRUKSI UMUM

Maksud dan tujuan dari masing-masing modul adalah :

a) Modul 1 (Mengenal Unsur Cuaca dan Iklim), dimaksudkan untuk memahami perbedaan cuaca dan iklim, memberikan pengenalan tentang unsur cuaca, mempelajari dan memahami perbedaan unsur cuaca/iklim dengan non cuaca/ iklim. Adapun tujuannya agar peserta mampu membedakan antara cuaca dan iklim serta memahami proses terjadinya cuaca.

b) Modul 2 (Memahami Istilah Dan Diseminasi Informasi Iklim) dimaksudkan untuk memahami makna curah hujan Atas Normal (AN), Normal (N) dan Bawah Normal (BN), mempelajari dan memahami arti dari probabilitas dalam konteks akurasi prakiraan dan hubungannya dengan pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan untuk menafsirkan hasil prakiraan BMKG, terutama yang terjadinya pada lahan tadah hujan. Adapun tujuannya agar peserta memahami pentingnya prakiraan iklim dan memiliki kemampuan dalam menterjemahkan prakiraan tersebut guna menunjang berbagai kegiatan, khususnya pertanian.

c) Modul 3 (Memahami Prakiraan Iklim), dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang prakiraan musim dan pentingnya untuk kegiatan pertanian. Mengenal 14 Peta ZOM di Lampung, serta menggunakan Peta ZOM yang ada untuk wilayahnya masing-masing guna mendapatkan informasi Awal Musim dan Sifatnya.

d) Modul 4 (Penggunaan Informasi Iklim untuk Mengatur Strategi Pola dan Jadual Tanam), dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya rencana tanaman untuk memaksimalkan pemanfaatan curah hujan dan meminimalkan aplikasi irigasi, mampu menyiapkan pola tanam dan kalender tanam menggunakan genjang (alat sederhana/ alat geometris yang dapat digunakan untuk pengujian pola tanam potensial), dan identifikasi wilayah yang akan ditanami versus suplai air tersedia. Adapun tujuannya agar peserta dapat merencanakan pola dan kalender tanam berdasarkan data curah hujan dan informasi iklim yang dibuat oleh BMKG

e) Modul 5 (Neraca Air Lahan), dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang neraca air lahan dan unsur-unsurnya, sehingga nantinya diharapkan dapat menduga kebutuhan air irigasi, serta dapat menggunakannya dalam menilai potensi banjir dan kekeringan.

f) Modul 6 (Mengenal Alat Ukur Cuaca, dan Penakar Hujan Sederhana), dimaksudkan untuk mengenal berbagai jenis alat ukur cuaca, meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya data cuaca/ iklim untuk mendukung kegiatan pertanian mereka, mendorong mereka untuk mengembangkan pengamatan sendiri dengan menggunakan alat sederhana, memahami metode kalibrasi alat ukur sederhana dengan alat ukur yang standar. Adapun tujuannya agar peserta mengenal berbagai

Page 5: Modul SLI Lampung

iii

alat ukur cuaca dan mampu melakukan pengukuran curah hujan dengan alat ukur sederhana yang bisa dibuat mereka, serta memahami pentingnya data.

g) Modul 7 (Pengaruh Cuaca/Iklim Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman), dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang pengaruh cuaca dan iklim terhadap organisme penyakit tanaman, memahami dan mempelajari konsep segitiga penyakit hama, mengidentifikasi dan mengamati faktor cuaca/ iklim yang memberikan kontribusi pada perkembangan hama dan penyakit, mempelajari hubungan antara kondisi cuaca/ iklim (yaitu terutama suhu udara dan kelembaban) dengan pengembangan hama dan penyakit, mempelajari hubungan antara kondisi air tanah dan pertumbuhan tanaman. Adapun tujuannya agar peserta dapat mengantisipasi peledakan hama penyakit tanaman yang diakibatkan oleh perubahan cuaca dan iklim.

h) Modul 8 (Proses Pembentukan Awan dan Hujan), dimaksudkan untuk belajar dan memahami proses pembentukan uap air dan hujan, pengaruh angin pada pembentukan awan dan hujan, mengenali pentingnya hutan dalam mempertahankan air hujan lebih banyak di dalam tanah, serta kontribusi ide dalam tindakan untuk melindungi kawasan hutan. Adapun tujuannya agar peserta memahami proses terjadinya hujan dan pentingnya melestarikan hutan yang berfungsi sebagai penyimpan air tanah.

i) Kunjungan Lapangan, dimaksudkan untuk secara langsung melihat alat pengukur unsur cuaca standar dan memperoleh penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan alat-alat tersebut, mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya data cuaca/iklim untuk digunakan dalam berbagai sektor kegiatan, menambah wawasan manfaat data unsur cuaca pada kegiatan pertanian di daerah lain. Adapun tujuannya agar peserta bisa secara langsung melihat dan mengamati berbagai alat pengukur unsur cuaca serta pemeliharaan dan pemanfatannya.

Page 6: Modul SLI Lampung

iv

DAFTAR ISI

Halaman

PENGANTAR i TUJUAN INSTRUKSI UMUM ii DAFTAR ISI

iv

Modul 1 : MENGENAL UNSUR CUACA DAN IKLIM 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Proses Belajar

1 1 1 2

Modul 2 : ISTILAH DAN DISEMINASI INFORMASI IKLIM 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Proses Belajar

4 4 5 5

Modul 3 : MEMAHAMI PRAKIRAAN IKLIM 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Peoses Belajar

12 14 14 14

Modul 4 : PENGGUNAAN INFORMASI IKLIM UNTUK MENGATUR STRATEGI POLA DAN JADUAL TANAM 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Peoses Belajar

15 16 16 16

Modul 5 : NERACA AIR LAHAN 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Proses Belajar

19 19 20 20

Modul 6 : MENGENAL ALAT UKUR CUACA DAN PENAKAR HUJAN SEDERHANA 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Proses Belajar 5) Pembuatan Skala Konversi

22 23 23 23 24

Page 7: Modul SLI Lampung

v

Modul 7 : PENGARUH CUACA/ IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Proses Belajar 5) Metode Pengamatan OPT

25 26 26 26 28

Modul 8 : PEMBENTUKAN AWAN DAN HUJAN 1) Latar Belakang 2) Tujuan 3) Peralatan dan Bahan 4) Proses Belajar

32 33 33 33

KUNJUNGAN LAPANG KE STASIUN KLIMATOLOGI

36

DAFTAR PUSTAKA 37

Page 8: Modul SLI Lampung

1

MODUL 1

MENGENAL UNSUR CUACA DAN IKLIM

1. Latar Belakang

Iklim umumnya didefinisikan sebagai cuaca rata-rata selama periode waktu yang panjang dengan periode standar rata-rata 30 tahun. Iklim pada lokasi tertentu dipengaruhi oleh posisi lintang, ketinggian, topografi, tutupan lahan, serta kondisi laut terdekat di wilayahnya. Iklim dapat diklasifikasikan menggunakan parameter seperti suhu dan curah hujan untuk menentukan jenis iklim yang spesifik.

Cuaca adalah kondisi atmosfer pada suatu waktu. Perbedaan antara iklim dan cuaca yang diringkas secara populer "iklim adalah apa yang Anda harapkan, cuaca adalah yang Anda dapatkan". Kedua kata ini kadang-kadang digunakan secara terbalik dan karenanya harus diklarifikasi dan dijabarkan lebih lanjut

Unsur-unsur cuaca dan iklim juga harus dibedakan dengan non-unsur cuaca dan iklim.

2. Tujuan

Pada akhir kegiatan, para peserta harus mampu :

a) Memahami perbedaan antara cuaca dan iklim; b) Mempelajari dan memahami perbedaan unsur cuaca/iklim dengan

unsur non-cuaca/iklim.

3. Peralatan dan Materi

a) Koran bekas atau cartolina / kertas manila, spidol / board marker permanen,

b) Potongan kertas berisi kata-kata yang menggambarkan unsur-unsur cuaca/iklim dan non cuaca/iklim,

c) Tulisan keterangan singkat yang mendefinisikan cuaca dan iklim pada kertas manila (10x20cm).

Page 9: Modul SLI Lampung

2

4. Langkah / Prosedur

a) Fasilitator pertama akan meminta ide peserta tentang cuaca dan iklim. Kemudian, mereka bersama-sama akan membahas "Apa cuaca dan iklim, dan di mana letak perbedaannya?"

b) Kemudian, permainan akan diperkenalkan di mana peserta akan diminta untuk memilih selembar kertas yang berisi nama unsur-unsur cuaca/iklim serta unsur bukan cuaca/iklim. Pilihan akan diperjelas dengan fasilitator memberikan pendapat kepada para peserta sehingga ada jajak pendapat kemampuan yang dapat membedakan unsur cuaca/iklim dan yang bukan unsur cuaca/iklim.

c) Permainan ini dilanjutkan guna membangun pemahaman tentang perbedaan antara cuaca dan iklim dengan memilih secarik kertas berisi pernyataan singkat yang menggambarkan salah satu dari keduanya.

d) Para peserta kemudian dibagi ke dalam sub-kelompok untuk diskusi dengan 5 anggota per sub-kelompok. Kemudian, fasilitator membaca tugas untuk permainan yang harus dilakukan oleh setiap sub-kelompok.

e) Potongan kertas kerja dengan kata-kata dan pernyataan untuk bermain akan dibagikan kepada semua sub-kelompok.

f) Setiap sub-kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi setelah itu.

Bentuk Permainan (Memilih potongan kertas dengan kata-kata cuaca dan iklim yang terkait dan / atau pernyataan)

Permainan 1 : “Mengidentifikasi unsur cuaca/iklim dan bukan unsur cuaca/iklim”

a) Membuat tabel pengamatan berikut di kertas manila :

Unsur Cuaca/Iklim Bukan Unsur Cuaca/Iklim

Page 10: Modul SLI Lampung

3

b) Memulai permainan: setiap anggota sub-kelompok mengambil selembar kertas dan melekatkan pada kolom yang sesuai (yaitu jika kertas berisi kata-kata yang termasuk unsur cuaca/iklim kemudian meletakkannya di kolom dengan judul " Unsur Cuaca/Iklim, dan lainnya meletakkannya di kolom "Bukan Unsur Cuaca/Iklim). Lanjutkan permainan sampai semua potongan kertas semua melekat pada kedua kolom.

c) Diskusikan bersama-sama dengan semua anggota sub-kelompok dan anggota sub-kelompok lain apakah pengelompokan kertas sudah benar atau tidak.

Permainan 2 : “Membedakan antara cuaca dan iklim”

a) Membuat tabel pengamatan berikut di kertas manila :

Cuaca Iklim

b) Mulai permainan: setiap anggota sub-kelompok diminta untuk mengambil selembar kertas dari set lain dan pasang di kolom yang sesuai (misalnya jika kertas berisi kalimat atau pernyataan yang menjelaskan cuaca kemudian dimasukkan pada kolom dengan judul "cuaca" dan jika kertas berisi kalimat atau pernyataan yang menjelaskan iklim kemudian meletakkannya pada kolom “iklim”). Lanjutkan permainan sampai semua bagian kertas menempel pada kedua kolom.

c) Diskusikan dengan anggota sub-kelompok dan anggota sub-kelompok lain apakah pengelompokan sudah benar atau tidak.

d) Membuat pernyataan atau kalimat singkat yang menggambarkan cuaca dan iklim.

Page 11: Modul SLI Lampung

4

MODUL 2

MEMAHAMI ISTILAH DAN DISEMINASI INFORMASI IKLIM

1. Latar belakang

Prakiraan cuaca dan iklim sangat penting bagi petani untuk segera mempersiapkan solusi dalam mengatasi perubahan cuaca tak terduga di dalam jangka pendek dan / atau menyesuaikan rencana tanaman musiman dalam jangka panjang. Informasi cuaca dan prakiraan iklim terbagi dalam waktu pendek, waktu menengah, dan jangka waktu panjang (Chipindu ,_____). Prakiraan cuaca dua puluh empat jam (misalnya "Kab. Kupang akan mengalami berawan sebagian besar langit dengan hujan tersebar dan badai petir di sebagian wilayah.. Sementara itu, sesekali angin bertiup kuat dari barat daya di atas wilayah bagian Barat") membantu petani untuk merencanakan kegiatan sehari-hari bertani.

Di sisi lain, prakiraan iklim dalam bentuk probabilitas curah hujan yang jatuh dari tiga kategori berikut: atas normal, normal dan bawah normal akan membantu petani untuk mengembangkan pola tanam dan kalender musim tanam. Curah hujan dianggap NORMAL jika kondisi berkisar antara nilai rata-rata. Rentang ini antara 85% dan 115% dari nilai rata-rata (30 tahun rata-rata). Jika kondisi hujan yang lebih dari 115% dari nilai rata-rata, hal ini dianggap ATAS NORMAL, dan BAWAH NORMAL jika kurang dari 85% dari nilai rata-rata. Adalah penting bahwa petani memahami kegunaan prakiraan cuaca dan iklim dalam operasi pertanian mereka dan dalam perencanaan dan budidaya tanaman.

2. Tujuan

Pada akhir kegiatan, peserta harus dapat :

a) Memahami prakiraan cuaca dan iklim dan pentingnya untuk kegiatan pertanian mereka

b) Memahami makna curah hujan Atas Normal (AN), Normal (N) dan Bawah Normal (BN).

c) Mempelajari dan memahami arti dari probabilitas dalam konteks akurasi prakiraan dan hubungannya dengan pengambilan keputusan.

Page 12: Modul SLI Lampung

5

d) Mengembangkan kemampuan mereka untuk menafsirkan hasil prakiraan BMKG, terutama yang terjadinya pada lahan tadah hujan (ladang).

3. Peralatan dan Materi

a) Koran bekas atau cartolina / kertas manila, spidol / board marker permanen,

b) Potongan kertas berisi kata-kata yang menggambarkan prakiraan cuaca dan iklim dan manfaat potensial dari perkiraan,

c) Data curah hujan bulanan; dan dasarian untuk 5 pos hujan

d) Kelereng (40 putih dan 10 hijau) dan wadah kelereng

4. Langkah dan Prosedur

a) Fasilitator akan membahas prakiraan cuaca dan iklim dan pentingnya untuk kegiatan bertani mereka dengan mengutip contoh. (Contoh: Menyediakan proyeksi hari hujan untuk memperingatkan petani melalui radio lokal sehingga para petani pengeringan palay dan jagung menyiapkan lembaran plastik untuk menutupi hasil panen biji-bijian menjadi kering di tempat pengeringan).

b) Kemudian, permainan akan diperkenalkan di mana peserta akan diminta untuk memilih selembar kertas yang menjelaskan prakiraan cuaca dan iklim dan manfaat yang sesuai dari prakiraan.

c) Para peserta kemudian dibagi ke dalam sub-kelompok untuk diskusi terdiri dari 5 anggota per sub-kelompok. Kemudian, fasilitator membaca tugas untuk permainan yang harus dilakukan oleh setiap sub-kelompok.

d) Potongan kertas kerja dengan kata-kata dan pernyataan untuk bermain akan dibagikan kepada semua sub-kelompok.

e) Setiap sub-kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi setelah itu.

f) Fasilitator akan menekankan bahwa prediksi atau prakiraan tidak selalu benar. Kadang-kadang, prakiraan adalah benar dan waktu lain itu salah. Jadi prediksi / prakiraan mengandung kesalahan atau memiliki peluang kejadian. Jika probabilitas terjadi hujan dikatakan tinggi, itu berarti bahwa kita dapat mengharapkan curah hujan dapat

Page 13: Modul SLI Lampung

6

terjadi atau kesempatan untuk memiliki hujan tinggi. Di sisi lain, jika dikatakan bahwa kemungkinan hujan terjadi rendah, itu berarti bahwa kita tidak dapat mengharapkan bahwa hujan akan datang.

g) Sebagai informasi umum, fasilitator mengutip, bahwa prakiraan iklim yang dibuat berdasarkan teknik peramalan statistik dan model prediksi numerik teknik statistik dapat univariat (misalnya memprediksi curah hujan dalam hal sejarah masa lalu) atau multivariat (memprediksi curah hujan dalam hal jumlah lain yang tampaknya berkorelasi dengan curah hujan seperti suhu dan tekanan). Prediksi numerik melibatkan memprediksi evolusi batas kondisi permukaan dan sifat atmosfer yang berinteraksi. Menggabungkan output dari model statistik global dan menghasilkan prakiraan iklim dalam bentuk probabilitas curah hujan dalam salah satu kategori berikut: ATAS NORMAL (AN), NORMAL (N), dan BAWAH NORMAL (BN).

h) Fasilitator menjelaskan bahwa kali ini mereka akan membahas tentang arti ”ATAS NORMAL (AN), NORMAL (N), dan BAWAH NORMAL (BN)" dan bagaimana menggunakan prakiraan cuaca BMKG untuk memprediksi kondisi hujan di lokasi petani atau daerah tertentu.

i) Memperjelas persyaratan ATAS NORMAL, NORMAL dan BAWAH NORMAL dengan Jajak pendapat dari para peserta, dan panduan sehingga akan ada laporan seperti "Hujan di tempat saya adalah normal berkisar antara v dan w mm, sedangkan di bawah normal adalah x dan y mm, dan di atas normal adalah di atas z mm, dll

j) Fasilitator menjelaskan bahwa kali ini mereka akan membahas tentang penentuan ”Awal Musim Kemarau dan Awal Musim Hujan" dan bagaimana menggunakan prakiraan awal musim BMKG kaitannya dengan jadwal tanam.

k) Siapkan permainan dan membagi peserta ke dalam sub-kelompok diskusi, terdiri 5 orang per sub-kelompok. Kemudian fasilitator membaca tugas-tugas yang akan dilakukan oleh masing-masing sub-kelompok.

l) Bagikan lembar kerja model permainan untuk semua sub-kelompok.

m) Setelah selesai, setiap sub-kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi mereka

Fasilitator menjelaskan dan menarik kesimpulan tentang apa yang dimaksud curah hujan ATAS NORMAL, NORMAL, dan BAWAH NORMAL, serta penentuan AWAL MUSIM.

Page 14: Modul SLI Lampung

7

Bentuk Permainan (Mengidentifikasi prakiraan cuaca dan iklim)

Permainan 1 : “Memahami prakiraan cuaca dan iklim”

a) Membuat tabel pengamatan berikut di kertas manila :

Prakiraan Cuaca / Iklim Potensi/Manfaat dari Prakiraan

b) Mulai permainan: setiap anggota sub-kelompok diminta untuk mengambil selembar kertas dari sebuah kotak yang berisi deskripsi dari prakiraan cuaca dan iklim dan kemudian dari kertas koran ditampilkan di pilih potensi manfaat yang dapat diperoleh jika prediksi digunakan. Lanjutkan permainan sampai semua potongan kertas dari kotak terpasang di kiri kolom dan manfaat potensial yang sesuai dipasangkan pada kolom kanan.

c) Diskusikan dengan anggota sub-kelompok dan anggota sub-kelompok lain apakah pengelompokan sudah benar atau tidak

d) Membuat laporan akhir yang menggambarkan prakiraan cuaca dan iklim.

Permainan 2 : “Penentuan Curah Hujan Atas Normal (AN,) Normal (N) dan Bawah Normal (BN)”

a) Siapkan dua lembar kertas manila, masing-masing berisi data curah hujan selama 30 tahun di Kab Kupang; satu untuk bulan Januari dan yang lainnya untuk bulan Juni

b) Siapkan dua tabel seperti yang ditunjukkan di bawah ini, satu untuk menentukan curah hujan AN, N, dan BN dengan curah hujan referensi untuk bulan Januari dan yang lainnya dengan referensi untuk bulan Juni.

Atas Normal (AN) Normal (N) Bawah Normal (BN)

Page 15: Modul SLI Lampung

8

c) Bagilah peserta menjadi dua kelompok: A dan B. Grup A bermain untuk menentukan curah hujan AN, N dan BN dengan mengacu pada jumlah curah hujan untuk bulan Januari, dan Grup B bermain untuk menentukan AN, N, BN curah hujan dengan mengacu pada jumlah curah hujan untuk bulan Juni.

d) Memulai permainan dengan mengambil secarik kertas berisi data curah hujan. Kemudian pasang pada kolom ATAS NORMAL (AN) jika memiliki nilai AN, atau pada kolom N jika memiliki nilai N, atau pada kolom BAWAH NORMAL jika memiliki nilai BN.

e) Diskusikan dengan anggota kelompok dan kelompok lainnya apakah kelompok sudah benar atau tidak, dan apakah arti dari normal antara kelompok A dan kelompok B adalah sama.

f) Cobalah untuk menuliskan angka di selembar kertas kosong dan pasang di kolom kanan dan meminta anggota lainnya dari kelompok apakah Anda telah memasang pada kolom yang tepat.

g) Lanjutkan permainan untuk menginterpretasikan hasil perkiraan BMKG untuk memperkirakan proyeksi jumlah curah hujan di musim kemarau. Fasilitator akan mempersiapkan hasil perkiraan BMKG dan peta daerah prakiraan dan menunjukkan gambar Histogram Curah Hujan bulanan.

h) Siapkan meja untuk menuliskan perkiraan jumlah curah hujan di musim kemarau di daerah Anda.

i) Diskusikan dalam kelompok anda apa langkah-langkah yang diambil dengan mengacu pada perkiraan BMKG. Hasil dan pengembangan data hujan bulanan yang telah dikumpulkan dari alat pengukur hujan dengan memplot data curah hujan bulanan ke histogram curah hujan rata-rata bulanan disusun oleh fasilitator.

Permainan 3 : ”Pemahaman Peluang Hujan (Menjelaskan Konsep Probabilitas)”

a) Misalnya, kemampuan prakirawan untuk memprediksi adalah 80%, dan kelereng putih digunakan untuk menunjukkan bahwa perkiraan tersebut benar-benar menjadi kenyataan, dan hijau jika prakiraan tersebut tidak benar.

Page 16: Modul SLI Lampung

9

b) Menggambar tabel berikut pada kertas koran.

Tahapan Pengambilan Kelereng Putih Kelereng Hijau

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Total

c) Memulai permainan kelereng sebagai berikut: salah satu anggota sub- kelompok mengambil satu kelereng dari wadah yang berisi 40 kelereng putih dan 10 kelereng hijau. Kemudian, lihat apakah itu adalah kelereng putih atau hijau. Jika satu putih, menulis angka '1 'pada kolom' kelereng putih ', dan nol pada kolom' kelereng hijau ',. Di sisi lain, jika itu adalah ke;ereng hijau, menulis '1 'pada kolom' kelereng hijau 'dan '0' pada kolom 'kelereng putih'. Setelah itu, kembali ke peserta lain untuk mengambil lagi kelereng dari wadahnya.

d) Tambahkan angka dalam kolom 2 dan kolom 3. Jumlah kelereng dalam kolom 2 menunjukkan prediksi yang benar, sedangkan jumlah kelereng dalam kolom 3 menunjukkan tidak benar / salah prediksi.

e) Jika diketahui bahwa keahlian peramal adalah 80%, dan kemudian diberi tahu bahwa pada musim kemarau mendatang curah hujan akan di bawah normal, bagaimana menurutmu? Apakah Anda memutuskan untuk percaya bahwa prediksi benar atau tidak? Jika ya dijelaskan mengapa dan jika tidak juga dijelaskan mengapa?.

Cobalah untuk bermain dengan tahun terakhir data curah hujan dari stasiun tertentu dan membandingkannya dengan prakiraan meteorologi masa lalu apakah prakiraan sudah benar atau salah.

Page 17: Modul SLI Lampung

10

Permainan 4 : ”Penentuan Awal Musim Kemarau dan Musim Hujan”

a) Membuat grafik rata-rata curah hujan dasarian mulai dasarian I Januari sampai dasarian III Desember yang dibatasi dengan garis terputus untuk nilai 50 mm, masing-masing untuk 5 pos hujan, dan setiap grafik ditempelkan pada kertas kartun ukuran A3.

b) Memberikan data hujan dasarian selama 3 tahun untuk setiap pos hujan kepada setiap kelompok (peserta dibagi dalam 5 kelompok)

Bulan/Dasarian Tahun … Tahun … Tahun …

Jan I

Jan II

Jan III

Feb I

Feb II

Feb III

……….

Des I

Des II

Des III

c) Memulai permainan sebagai berikut: setiap anggota sub-kelompok mengambil data untuk satu pos hujan selama 3 tahun tersebut. Kemudian, diplot pada karton grafik yang tersedia sesuai dengan pos hujan yang dipilih untuk menentukan kapan awal musim kemarau dan awal musim hujan pada 3 tahun tersebut. Anggota sub-kelompok berdiskusi untuk menentukan awal musim tersebut. Selanjutnya awal musim untuk masing-masing tahun ditulis pada bagian bawah kertas karton.

d) Membandingkan awal musim kemarau/hujan untuk masing-masing tahun tersebut terhadap rata-ratanya, apakah maju, mundur, atau sama dengan rata-ratanya (dalam dasarian). Anggota sub-kelompok mempresentasikan hasilnya.

Cobalah untuk bermain dengan tahun terakhir data curah hujan dari stasiun tertentu dan membandingkannya dengan rata-ratanya dan prakiraannya, apakah sudah benar atau salah.

Page 18: Modul SLI Lampung

11

Bahas bersama anggota kelompok anda mengenai kapan awal musim kemarau dan kapan awal musim hujan, serta panjang musimnya dari Gambar histogram rata-rata curah hujan dasarian berikut:

Page 19: Modul SLI Lampung

12

MODUL 3 MEMAHAMI PRAKIRAAN IKLIM

1. Latar Belakang Prakiraan Iklim yang dibuat BMKG saat ini masih mengacu pada satu unsur cuaca/iklim saja yaitu Curah Hujan, sehingga sering kita mendengar yang dimaksud Prakiraan Iklim adalah identik dengan Prakiraan Musim. Prakiraan Musim setiap tahunnya dibuat dua kali yang diterbitkan pada Bulan Maret untuk Prakiraan Musim Kemarau dan Bulan September untuk Prakiraan Musim Hujan.

Untuk memudahkan dalam analisis klimatologi maka setiap Pos Hujan yang memiliki rentang waktu pengamatan 30 tahun dijadikan sebagai Pos Hujan Utama. Dari Pos Hujan Utama inilah karakteristik hujan yang sama dikelompokkan dalam satu Pola Hujan yang sama. Pola-Pola Hujan yang terbentuk dapat melewati batas administrasi pemerintahan baik kecamatan, kabupaten maupun Propinsi.

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), di Lampung terdapat 15 Pola Hujan yang terbagi dalam 14 Zona Musim (ZOM) dan 1 Non Zona Musim (Non ZOM) yaitu N22. Yang dimaksud dengan ZOM adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau, sedangkan Non ZOM tidak memiliki perbedaan pola yang jelas. Secara Umum ZOM mewakili daerah-daerah dengan Pola Hujan Monsunal dan Non ZOM mewakili Pola Ekuatorial. 14 ZOM di lampung dimulai dari ZOM 38 sampai dengan 51, berikut pembagian wilayah ZOM di Lampung :

Page 20: Modul SLI Lampung

13

Adapun peta 14 ZOM dalam daerah tingkat II di Lampung sebagai berikut:

Data pendukung untuk Prakiraan Musim Mutlak diperlukan, hal ini berkenaan dengan interpretasi lebih dalam dari wilayah-wilayah yang masuk dalam ZOM Bersangkutan seperti Rata-rata/Normalnya (Periode Musim, Panjang Musim dan Curah Hujan).

ZOM PERIODE MUSIM PANJANG MUSIM (Dasarian) NORMAL CH (mm)

38 Okt 3 – Apr 2 18 1308-1770 39 Sep 2 – Jun 1 27 1807-2445 40 Okt 3 – Mei 1 20 1701-2302 41 Okt 3 – Apr 3 19 1518-2053 42 Okt 3 – Mei 3 22 1701-2382 43 Okt 3 – Mei 1 20 1662-2249 44 Nop 1 - Mei 1 19 1557-2106 45 Nop 1 - Mei 1 19 1398-1892 46 Nop 3 – Apr 1 14 921-1245 47 Nop 2 - Mei 1 18 1087-1470 48 Nop 1 - Apr 3 18 1227-1660 49 Nop 2 - Apr 3 17 1082-1464 50 Okt 3 – Mei 3 22 1486-2010 51 Nop 3 - Mei 1 17 1217-1647

Page 21: Modul SLI Lampung

14

2. Tujuan a. Memahami Peta 14 ZOM di Lampung b. Menggunakan Peta ZOM yang ada untuk wilayahnya masing-masing

untuk mendapatkan informasi Awal Musim dan Sifatnya.

3. Peralatan Dan Bahan a. Peta Prakiraan Musim (ZOM) di Lampung b. Data Matrik setiap ZOM yang meliputi Rata-rata/Normalnya (Curah

hujan Bulanan/Dasarian, Awal Musim, dan Panjang Musim)

4. Proses Belajar a. Fasilitator menyiapkan Peta Prakiraan Musim (ZOM) di Lampung b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tujuan yang hendak dicapai

dalam menginterpretasikan Peta Prakiraan Musim (ZOM) di Lampung c. Catat Hasilnya dalam Form yang disediakan.

Contoh :

Hasil dari Prakiraan Musim Hujan 2011/2012 ZOM di Lampung

Keterangan: Warna Huruf Merah hasil isian

SUMBER PENDUKUNG : PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 DI INDONESIA, BMKG, Jakarta Agustus 2011 DISEMINASI MUSIM HUJAN 2011/2012 DI LAMPUNG, Goeroeh Tjiptanto, Presentasi Expose Musim, September 2011

Page 22: Modul SLI Lampung

15

MODUL 4 PEMANFAATAN INFORMASI IKLIM

UNTUK MENGATUR STRATEGI POLA DAN JADUAL TANA M

1. Latar Belakang Usaha pertanian yang efektif adalah memadukan peggunaan sumber daya alam terutama iklim dan tanah. Mempelajari perilaku iklim terutama curah hujan setidaknya telah meningkatkan effisiensi penggunaan air, mengurangi resiko bencana alam, banjir dan kekeringan pada tanaman pangan. Pola tanam yang baik tentu tidak terlepas dari penggunaan data hujan seberapun sederhananya. Data yang baik memberikan kontribusi yang optimal pada perencanaan waktu tanam dan menentukan prakiraan yang akurat dalam lingkup area tertentu. Di daerah tropis hampir seluruh persediaan air berasal dari hujan. Air memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan hingga akhir produksi tanaman. Hal ini disebabkan karena air merupakan : 1. Komponen utama yang diperlukan oleh dari jaringan tanaman 2. Pengangkut unsur hara dari tanah ke akar 3. Komponen organik yang terbentuk dari fotosintesis Tindakan paling bijaksana adalah menyesuaikan pola pertanian dengan pola iklim daerah setempat. Upaya ini dilaksanakan dengan ”pemahaman iklim setempat” untuk memperkecil resiko kegagalan yang disebabkan oleh penyimpangan iklim Pemanfaatan iklim dalam produksi tanaman pangan dapat dilakukan melalui pembagian wilayah iklim dengan aplikasi penentuan masa pertumbuhan tanaman untuk pola tanam. Periode Musim hujan ditandai dengan Curah Hujan 50 mm per Dasarian dan atau 150 mm per Bulannya serta diikuti oleh periode berikutnya, adapun Sifat Musim dibagi dalam 3 kategori yaitu di Atas Normal (AN) bila nilai perbandingannya lebih dari 115% dari Rata-ratanya, di Bawah Normal (BN) bila nilai perbandingannya kurang dari 85% dari Rata-ratanya sehingga Nilai Normal (N) berkisar antara 85% s.d. 115% dari rata-ratanya. Hal yang perlu diperhatikan bagi kelompok Tani dan P3A atau pengguna informasi iklim adalah JEJAK REKAM DATA sebelum tanam; ini diperlukan sebagai penunjang dari informasi prakiraan yang disampaikan BMKG. Jejak Rekam data memuat data pengukuran jumlah curah hujan dan sifatnya. Sifat Hujan digambarkan dalam warna-warna yang berbeda(AN=Hijau,N=Kuning, BN=Coklat). Tujuannya agar semua kejadian iklim terbaru dapat dipantau sejak dini, sehingga awal Musim Hujan juga dapat dipantau sesuai Normal periode musimnya serta membandingkan dengan prakiraan yang disampaikan BMKG. Dengan demikian Keputusan mulai tanam dapat segera direncanakan dengan matang.

Page 23: Modul SLI Lampung

16

2. Tujuan a. Menghitung Batas Normal (N), dan memahami Nilai-nilai di Bawah

(BN) dan di Atas Normal (AN) b. Mengikuti setiap saat Perkembangan Sifat Hujan sesuai dengan

pengamatan curah hujannya. c. Membuat Pola dan Jadual Tanam misal Padi, Jagung, Kedelai,

Kacang dll berdasarkan: • Umur Tanaman • Jumlah Air yang diperlukan tanaman

3. Peralatan dan Bahan

a. Spidol warna Coklat, Kuning dan Hijau b. Penggaris c. Gunting d. Data Rata-rata Dasarian (10 hingga 30 tahun) e. Kertas untuk Grafik Jadual Tanam f. Potongan kertas untuk Pola Tanam

4. Proses Belajar

a. Fasilitator menyiapkan Peralatan dan menjelaskan Tujuan yang hendak dicapai

b. Fasilitator membantu dalam mensimulasikan Pola dan jadual Tanam Prosedur Kerja:

a. Data Rata-rata yang sudah ada disusun dari bulan Agustus Das I s.d. Juli III atau disesuaikan waktunya 1 (satu) bulan sebelum Rata-rata Musim Hujan di wilayah ZOM-nya masing-masing.

b. Hitung Nilai BN dan AN sesuai ketetapan BMKG c. Siapkan 3 (tiga) Kertas “Grafik Curah Hujan Dasarian” (lihat contoh)

untuk menggambarkan Grafik Garis dari nilai BN, N (rata-rata) dan AN d. Isi data curah hujan dasarian pada Jejak rekam data beserta sifatnya

(warna Hijau untuk AN, Kuning untuk N dan Coklat muda untuk BN) e. Tempatkan dan geser “Penggaris Periode Tanam” pada kertas

“Grafik Curah Hujan Dasarian” untuk mendapatkan jadual tanam secara teori.

Contoh: A. Periode Tumbuh

1. P A D I

NO Varietas Periode tumbuh

Kebutuhan Air Hari Setelah Sebar

Dasarian

1. Situ Patenggang/gogo

110-120 10-12

400-500 mm

2. Aek Sibundong 108-125 10-13 3. Situ Bagendit 110-120 10-12 4. Inpari 103-125 11-13 5. Hipa 7 105-120 11-12

Page 24: Modul SLI Lampung

17

2. PALAWIJA

NO Tanaman Periode tumbuh

Kebutuhan Air Hari Dasarian

1. Jagung Hibrida Bima

97-104 10-11

250-350 mm 2. Kacang Tanah 85-100 9-10 3. Kedelai

Tangamus 88 9

4. Kacang Hijau 57-75 6-8 5. Kacang Panjang 59-79 6-8

B. Form Grafik Curah Hujan Dasarian

C. Penggaris Periode Tanam dalam Dasarian

Gerakkan atau geser Penggaris Periode Tanam untuk mendapatkan Pola dan Jadual Tanam yang sesuai dengan keadaan pada tahun yang bersangkutan.

Page 25: Modul SLI Lampung

18

Contoh Hasil Akhir Pola dan Jadual Tanam

KETERANGAN HASIL : Dengan mengukur curah hujan (dengan penakar hujan kaleng) maka “Jejak rekam data” dapat memantau besaran curah hujan setiap dasariannya sehingga sifat hujan pun dapat diikuti perkembangannya. Dari curah dan sifat yang terpantau pada Jejak Rekam data itulah seorang penyuluh berani menentukan kapan waktu tanam dimulai dipadukan pula dengan informasi yang diterima oleh BMKG. Contoh di atas tampak jejak rekam data di dominasi warna hijau , sehingga Penyuluh/Pengguna iklim berani untuk memulai tanam LEBIH AWAL dari jadual tanam. Sebagai catatan Bila sifat yang dipantau cenderung di Bawah Normal / BN (warna coklat) maka pola tanam sebaiknya “mundur” dari apa yang tergambarkan pada jadual tanam. SUMBER PENDUKUNG 200 Teknologi Inovatif. Badan Litbang Pertanian Kementrian Pertanian, Jakarta Nov 2010 KONSEP PELUANG Memanfaatkan Data Curah Hujan, Goeroeh Tjiptanto, Lampung Juni 2010 http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/29/menanam-kacang-panjang/ http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Pertanian-Tanaman-Pangan/Budidaya-Kacang-Hijau.html http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah http://www.deptan.go.id/ditjentan/admin/rb/kacang_tanah.pdf

Page 26: Modul SLI Lampung

19

MODUL 5

NERACA AIR LAHAN

1. Latar Belakang

Hujan merupakan sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sebagian besar dari air tidak dimanfaatkan tanaman karena air tersebut sebagian akan menguap dalam bentuk saluran-saluran pembuangan dan terus ke laut dalam bentuk aliran permukaan. Apabila system saluran pembuangan air tidak baik, maka pada saat terjadi kelebihan hujan air akan tergenang dan akhirnya dapat menimbulkan banjir. Sebaliknya pada musim kemarau, dimana hujan jarang terjadi , air yang diuapkan bersal dari air tanah sehingga lama-kelamaan tanah akan menjadi kering. Kalau tidak ada air irigasi maka tanaman akan mengalami kekeringan. Neraca air lahan menunjukan keseimbangan antara jumlah air yang diberikan ke suatu lahan (hujan dan irigasi dan jumlah air yang hilang baik lewat penguapan ataupun aliran permukaan dan pengisian air tanah.

Neraca air lahan paling sederhana yang digunakan untuk menunjukan keseimbangan air adalah perbedaan antara hujan dan penguapan. Penguapan yang berlangsung dari tanah dan tanaman disebut evapotranspirasi. Secara potensial, laju evapotranspirasi dari kawasan pertanian ialah sekitar 5 mm perhari atau 150 mm perbulan. Kalau hujan yang terjadi kurang dari 150 mm, maka air tanah akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan penguapan tersebut. Kalau hujan lebih tinggi dari 150 mm, maka kelebihannya akan digunakan dibuang kembali ke sungai lewat saluran pembuangan. Kalau saluran pembuangan yang dibuang tidak cukup besar untuk menampung kelebihan air, maka kemungkinan terjadinya akan besar. Jadi neraca air lahan secara sederhana dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:

CH = ETP + Kelebihan/kekurangan air

2. Tujuan

Melatih petani untuk mampu :

1. Memahami neraca air lahan dan unsur-unsur neraca air lahan

2. Menduga kebutuhan air irigasi dari neraca air lahan sederhana

3. Menggunakan air lahan untuk menilai potensi banjir

Page 27: Modul SLI Lampung

20

3. Alat dan Bahan

1. Data hujan harian dan data kadar air tanah yang sudah dikumpulkan dan gambar grafik rata-rata hujan sepuluh harian pada masing-masing kecamatan.

2. Siapkan 3 buah seng persegi panjang dengan ukuran sekitar 50x60 cm2. Masing- masing seng dilubangi dengan paku dengan jarak 1 cm, 5 cm dan 20 cm.

3. Penampung air

4. Gelas ukur untuk mengukur volume air

5. Dua buah keset kaki dari ijuk yang ukurannya dibua sama dengan seng yaiut 50x60 cm2

4. Proses

1. Pemandu menjelaskan secara umum tentang konsep neraca air lahan dan unsur-unsurnya.

2. Pemandu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan.

3. Peserta diminta untuk membawa data kadar air tanah yang sudah diukur setiap 10 hari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dan data hujan harian yang mereka miliki untuk dihitung tinggi hujan sepuluh hariannya.

Bentuk Permainan A:

1. Pemandu meminta peserta membentuk kelompok berdasarkan jenis lahan, lahan kering dan lahan basah

2. Pemandu menjelaskan kepada peserta urutan kegiatan :

A. Ambil air dengan air gayung mandi yang volumenya sudah diketahui (diukur dengan gelas ukur)

B. Letakan keset kaki di atas seng yang jarak lubangnya 5 cm (sebagai lahan kering dimana kemampuan perkolasinya lebih tinggi dari sawah) dan dibawahnya diletakan wadah penampung air.

C. Tuangkan air yang ada dalam gayung ke atas seng yang jarak lubangnya 1 cm (air yang ke luar lewat lubang dianggap sebagai hujan dan keset kaki dianggap sebagai lahan pertanaman).

Page 28: Modul SLI Lampung

21

D. Ukur air yang menetes lewat keset ke wadah penampung dan ukur berapa perbedaan antara air yang dituangkan dengan yang tertampung oleh wadah penampung yang ada di bawah keset dengan gelas ukur.

3. Lakukan hal yang sama seperti langkah kedua tetapi gunakan keset kaki yang masih kering dan diletakan di atas seng yang jarak antar lubang 20 cm (dianggap sebagai lahan sawah yang kemampuan perkolasinya lebih rendah dari lahan kering). Kemudian amati berapa lama air mengenang di atas keset sampai kering kembali dan ukur berapa yang menetes dan tertampung pada wadah penampung.

4. Ambil wadah yang sudah basah dan kemudian jemur di luar

5. Lakukan curah pendapat antar masing-masing kelompok tentang temuannya dan pemandu membantu mengarahkan sehingga peserta memahami bahwa air yang tertampung pada wadah lebih sedikit dari jumlah air yang dituangkan karena sebagian akan terserap oleh keset (yang dianggap sebagi tanah) dan sebagian lagi menguap. Sedangkan air yang tertampung oleh wadah sebagai kelebihan hujan yang dibuang. Pada permainan dengan seng yang jarak lubangnya lebih jarang (20 cm setelah air dituangkan akan terjadi pengenangan di atas keset untuk sementara waktu karena penetesan air lewat lubang yang jarang akan lebih lama. Penggenangan ini mencerminkan banjir. Proses permainan di atas dapt diilustrasikan sebagai berikut:

Page 29: Modul SLI Lampung

22

Bentuk Permainan B

1. Setelah permainan pertama selesai, masing-masing kelompok selanjutnya melakukan permainan dengan menggunakan data hujan hasil pengamatan mereka dan data kadar air tanah yang diukur pada pertemuan-pertemuan sebelumnya

2. Pemandu selanjutnya meminta peserta untuk memplotkan data hujan sepuluh harian dan data kadar air tanah (sesuai hasil pengamatan mereka) pada grafik rata-rata hujan sepuluh harian serta membuat garis evapotranspirasi setinggi 50 mm.

3. Peserta diminta untuk melakukan curah pendapat terhadap hasil gambar yang sudah dihasilkan dan pemandu memfasilitasi dan mengarahkan diskusi sehingga peserta dapat menangkap arti penting dari gambar di atas, yaitu

A. Hubungan antara nilai perbedaan antara CH dan ETP dengan kondisi air tanah, misal hujan tidak terjadi dari Jun I s/d Ags I, bagaimana kondisi air tanah dari hasil pengamtan mereka “sangat kering, kering dan lembab”. Dari sini peserta diharapkan dapat menduga secara kasar berpa hari minimal tinggi hujan dan interval kejadiannya agar tanah lembab atau tidak terlalu kering untuk tanaman dan kapan air irigsi harus diberikan dan berapa jumlah air yang harus diberikan apabila hujan tidak terjadi dalam dasarian dimaksud ialah sebesar nilai ETPnya yaitu 50mm. Misalnya untuk kasus di atas jika pada Agustus I air tanah sudah kering, berarti hujan setinggi 55 mm yang terjadi pada Juni III tidak cukup untuk mempertahankan kelembaban tanah sampai Agustus I sehingga diperlukan irigasi.

B. Hubungan antara kondisi air tanah dengan kondisi tanaman di lapangan.

4. Selanjutnya diskusikan lebih jauh sumber air irigasi apa saja yang potensial yang ada di lokasi petani dan dukungan apa yang diharapkan petani agar potensi sumber daya air yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

Page 30: Modul SLI Lampung

22

MODUL 6 PENAKAR HUJAN SEDERHANA

1. Latar Belakang Penakar hujan manual yang dipakai BMKG adalah standar WMO (PBB nya BMKG Dunia) yang disebut dengan Penakar Hujan Observatory (PH Obs) atau di kalangan teman-teman pertanian dan pengairan biasa disebut ombrometer. PH Obs ini merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di Indonesia. Penempatannya 1 PH Obs mewakili luasan area 50 km2 atau sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim (Hujan/kemarau) menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat diperlukan oleh penyuluh, P3A dan kelompok tani dll yang keberadaannya cukup tersebar. Untuk menyiasatinya maka Penyuluh, P3A dan kelompok tani dapat menggunakan Penakar Hujan dari kaleng; meskipun hal ini tidak direkomendasikan, tetapi setidaknya dapat “mengobati” kekurangan yang ada. Bahan yang digunakan adalah semurah dan semudah mendapatkannya.

Gambar PH Obs

Tujuan akhir pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan volumenya. Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata, homogen dan menjatuhi wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan memiliki tinggi yang sama dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap dianggap tidak ada. Menjadi suatu masalah akhirnya ketika kaleng yang terisi air tadi akan diukur tingginya, karena tidak mungkin memasukkan penggaris kedalamnya dan terukur tingginya dengan tepat dalam satuan mm. “Kesalahan” pasti sering terjadi karena kesalahan parallax pembacaan skala mm, atau kaleng dan penggaris tidak pada permukaan yang rata ditambah lagi pengamat yang tidak teliti. Untuk itulah perlu kemudahan dalam mengukur untuk menghindari banyak kesalahan tersebut.

Page 31: Modul SLI Lampung

23

2. Tujuan a. Memahami Pengertian dalam menakar Curah Hujan dalam mm

(satuan Ketinggian) b. Menggunakan Alat Ukur sederhana dengan tidak mengabaikan

akurasinya.

3. Alat Dan Bahan a. Kaleng bekas Sarden, Susu, Oli, dll {minimal tingginya 10 cm dan

Diameter 7 hingga 16 cm} b. Gelas Ukur ml (dari Botol dot bayi, takaran obat rumput dll) c. Kertas d. Penggaris e. Pena/pensil f. Gunting g. Kalkulator

4. Rumus Yang Digunakan

a. Luas (cm2) = 0,079545 x K2 atau

Luas (cm2) = 7/88 .K2

b. Hitung Kelilingnya

Menggunakan Guntingan kertas putih selebar 2-3 cm kemudian dilingkarkan pada sisi dalam kaleng. Tandai (misal x) ujung kertas yang diatas setelah kertas melingkar dan garis batas pertemuannya dengan Pena/Pensil. Kemudian ukur panjang kertas dari ujung x sampai garis batasnya.

5. Proses Belajar a. Fasilitator menyiapkan Peralatan dan menjelaskan Tujuan yang

hendak dicapai b. Fasilitator membantu dalam mengukur Keliling Kaleng dan

menghitung Rumus Luas.

Prosedur Kerja: a. Ukur Keliling kaleng dalam satuan cm. b. Hitung Luas Penampang kaleng (cm2) sesuai rumus c. Takar Volume air yang tertampung pada kaleng (ml) (saat Hujan)

d. CH terukur (mm) ������� �����

���� ��� � 10

e. Buat Tabel Konversi untuk Memudahkan Pengukuran Curah Hujan

Page 32: Modul SLI Lampung

24

6. Pembuatan Skala Konversi Pembuatan skala konversi dimaksudkan untuk memudahkan pencatatan curah hujan setelah penakaran. Rasanya menjadi repot kalau setiap selesai penakaran dengan ukuran ml kemudian harus membagi lagi dengan kalkulator. Intinya kita mempermudah menghitung ml menjadi mm sesuai luas penampang kalengnya, jadi table ini tidak berlaku untuk kaleng lain dengan penampang yang berbeda atau tidak berlaku lagi jika kaleng penakar rusak diganti jenis lain. Berikut contoh tabel untuk penampang 53,57 cm2

Pembacaan Tabel untuk penakaran 245 ml menjadi 100 ml + 145 ml = 18,7 mm + 27,1 mm = 45,8 mm (terdapat selisih 0,1 karena pembulatan dari perhitungan sebelumnya) 7. Penempatan Alat Dan Pencatatan

a. Ditempatkan di tempat terbuka pada ketinggian 120 cm yang tidak terhalang tanaman yang lebih tinggi dari 150 cm pd jarak 5 m di depan, belakang, kanan dan kirinya.

b. Penempatan kaleng tidak miring c. Ditakar setiap pagi jam 7 dan dicatat pada tanggal hari itu juga bukan

tanggal kemarin. d. Satu penakar kaleng dapat mewakili dalam luasan 50 Hektar jika

pengamatan dilakukan dengan benar, terus menerus dan tercatat dengan baik.

Gambar Ilustrasi Pemasangan PH Kaleng

SUMBER PENDUKUNG : PENAKAR HUJAN DARI KALENG, Goeroeh Tjiptanto, Lampung Oktober 2011 TTP PENGAMATAN DAN PELAPORAN DATA IKLIM, BMKG, Jakarta Januari 2006

Page 33: Modul SLI Lampung

25

MODUL 7

MEMAHAMI PENGARUH UNSUR CUACA/IKLIM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

1. Latar Belakang

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman, baik tanaman pangan maupun hortikultura. Organisme pengganggu tumbuhan secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, moluska, vertebrata, sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis tumbuhan yang disebabkan oleh patogen (penyebab penyakit) baik dari golongan cendawan, bakteri, virus, viroid, fitoplasma dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangan hama maupun penyakit tumbuhan sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim/cuaca, sebagai contoh pada musim hujan banyak timbul masalah penyakit tanaman seperti kresek, dan blast pada tanaman padi, antraknose pada cabe, sedangkan pada musim kemarau banyak terdapat masalah penggerek batang padi, belalang kembara, thrips pada cabe, ulat grayak baik pada tanaman pangan maupun hortikultura.

Hama seperti halnya mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif, cahaya dan fotoperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapauses serangga hama. Sedangkan cahaya berpengaruh terhadap aktivitas serangga hama dan membantu untuk mendapatkan sumber makananannya. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda-beda untuk aktivitasnya, dan berdasarkan hal tersebut serangga dapat digolongkan menjadi 3 yaitu Serangga Diurnal : Serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi dan aktif pada siang hari; Serangga Krepuskular : Serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang aktif pada senja hari; Serangga nocturnal : Serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah aktif pada malam hari.

Pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika tiga faktor patogen, inang dan lingkungan mendukung. Inang dalam keadaan rentan, patogen bersifat virulen dan jumlahnya cukup, serta lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya) maupun biotik (musuh alami, organism kompetitor).

Iklim sebagai faktor lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen, virulensi (daya infeksi), penularan dan reproduksi patogen.

Pengaruh faktor iklim/cuaca baik itu siklus hidup, ekobiologi, epidemiologi, aktivitas makan dan lain sebagainya tidak terlepas dari pengaruh cuaca/iklim

Page 34: Modul SLI Lampung

26

seperti sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara, angin dan lain sebagainya.

Di daerah tropis seperti halnya di Indonesia aktivitas hama/penyakit tidak memiliki faktor pembatas cuaca/iklim sehingga keberadaan hama di daerah tropis dapat berkembang dari musim ke musim berikutnya. 2. Tujuan a) Membangun kemampuan petani untuk membedakan hama dan penyakit

tanaman b) Membangun kemampuan petani untuk dapat membedakan serangga

hama yang tertarik cahaya intensitas rendah dan tertarik cahaya dengan intensitas tinggi / hama yang aktif siang hari dan senja/malam hari.

c) Membangun kemampuan peserta untuk bisa menanggulangi hama/penyakit tanaman secara dini dengan memperhatikan sifat/ perilaku dan jenis OPT.

3. Peralatan dan Bahan a) Kertas koran b) Spidol permanen c) Potongan kertas yang telah ditulis dengan nama-nama hama 4. Proses Belajar a) Pemandu menjelaskan kepada peserta bahwa pertemuan akan

membahas pengaruh cuaca/ iklim terhadap hama dan penyakit, apa perbedaan antara hama dan penyakit.

b) Selanjutnya dilakukan permainan I (Membedakan hama dan penyakit) dengan pemilihan secarik kertas yang telah ditulis dengan nama hama atau penyakit atau bukan hama atau penyakit. Klarifikasi tentang mana yang tergolong penyakit dan mana yang tergolong hama dengan cara curah pendapat dari peserta dan pemandu sehingga terbentuk kemampuan untuk membedakan mana hama dan mana penyakit.

c) Permainan II dilanjutkan untuk membangun pemahaman tentang mana hama yang tertarik cahaya intensitas rendah yang aktif senja atau malam hari (norturnal) dan hama tertarik cahaya intensitas penuh yang aktif siang hari (diurnal) dengan memilih secarik kertas yang sudah ditulis nama-nama hama.

d) Peserta dibagi menjadi sub kelompok diskusi, pemandu menjelaskan tugas yang akan dikerjakan oleh masing-masing sub kelompok.

e) Bagikan lembar kerja permainan kata-kata kepada semua sub kelompok diskusi.

f) Setelah selesai masing-masing masing-masing sub kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Page 35: Modul SLI Lampung

27

HAMA PENYAKIT BUKAN HAMA/PENYAKIT

HAMA AKTIF SIANG HARI HAMA AKTIF SENJA/MALAM HARI

Bentuk permainan : a) Buatlah tabel pengamatan seperti diatas pada kertas koran yang telah

disediakan b) Permainan I dilaksanakan dengan cara : salah seorang anggota sub

kelompok mengambil satu kertas dan kemudian menempelkan kertas yang diambil pada kolom yang sesuai, kalau kertas yang diambil berisi nama hama , maka ditempel pada kolom hama, bila kertas berisi nama penyakit maka ditempel pada kolom penyakit, bila potongan kertas berisi nama yang bukan hama/penyakit ditempelkan pada kolom bukan hama/penyakit dan seterusnya sampai potongan kertas tersebut habis ditempelkan.

c) Bahas bersama anggota kelompok dan anggota kelompok lain, apakah pengelompokan yang telah dilakukan benar atau salah.

d) Lanjutkan permainan II untuk membedakan hama yang aktif senja/ malam hari dan hama yang aktif siang hari dengan cara salah seorang anggota sub kelompok mengambil satu kertas dan kemudian menempelkan kertas yang diambil pada kolom yang sesuai, kalau kertas yang diambil berisi nama hama yang aktif senja/ malam hari, maka ditempel pada kolom hama aktif senja/ malam hari, bila kertas berisi nama hama yang aktif siang hari maka ditempel pada kolom hama aktif siang hari dan seterusnya sampai potongan kertas tersebut habis ditempelkan.

e) Bahas bersama anggota kelompok dan anggota kelompok lain, apakah

pengelompokan yang telah dilakukan benar atau salah.

Page 36: Modul SLI Lampung

28

f) Buatlah pertanyaan-pertanyaan cara penanggulangan hama yang aktif malam/ senja hari, cara sederhana melakukan peramalan populasi hama yang aktif malam hari.

5. Metoda Pengamatan OPT a) Pengambilan Contoh Pengambilan contoh pada pengematan OPT tanaman pangan (padi dan palawija) dilakukan dengan metode diagonal. Tiap petak contoh ditentukan tiga unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis diagonal petak contoh (A) dan pertengahan potongan-potongan garis diagonal dari diagonal yang terpanjang (B dan C) seperti terlihat pada gambar 3. Tiap unit contoh diamati 10 rumpun contoh. Pengamatan rumpun contoh dimulai pada rumpun ke 5 dengan interval 5 langkah. Sedangkan bila petak contoh kecil pengamatan rumpun contoh dengan bentuk huruf ”U”. Dari petak contoh itu diamati intensitas serangan OPT, kepadatan populasi OPT, kepadatan musuh alami yang efektif.

b) Penilaian Kerusakan Kuantitatif 1) Kerusakan Mutlak Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak digunakan rumus sbb :

I = Intensitas serangan (%) a = Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman,

rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak. b = Banyaknya contoh yang tidak rusak (tidak ada gejala

serangan)

Page 37: Modul SLI Lampung

29

Rumus tersebut digunakan untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap pada tunas, malai, gabah, rumpun tanaman/ bagian tanamansebagai berikut :

Page 38: Modul SLI Lampung

30

2) Kerusakan Tidak mutlak Untuk menilai serangan OPT yang tidak menimbulkan kerusakan tidak mutlak digunakan rumus sbb :

I = Intensitas serangan (%) ni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman dengan skala kerusakan vi. vi = Nilai skala kerusakan contoh ke i N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

Rumus tersebut digunakan untuk menilai serangan OPT pada tanaman sebagai berikut :

Page 39: Modul SLI Lampung

31

c. Kategori serangan Kualitatif Kategori intensitas serangan serangga hama secara umum dapat digunakan

pedoman sebagai berikut :

a) serangan Ringan bila derajat serangan a.p < 25 %

b) serangan Sedang bila derajat serangan > 25 - < 50 %

c) serangan Berat bila derajat serangan > 50 - < 90 %

d) Puso bila derajat serangan > 90 %

Sedangkan kategori serangan untuk jenis penyakit adalah sebagai

berikut :

a) serangan Ringan bila derajat serangan < 11 %

b) serangan Sedang bila derajat serangan > 11 - < 25 %

c) serangan Berat bila derajat serangan > 25 - < 75 %

d) Puso bila derajat serangan > 75 – 100 %

Page 40: Modul SLI Lampung

32

MODUL 8

PROSES PEMBENTUKAN AWAN DAN HUJAN

1. Latar belakang

Hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama di daerah pertanian tadah hujan. Hujan dapat bervariasi dengan waktu dan lokasi. Sebagai contoh, terjadi hujan di daerah tertentu sementara tidak hujan di daerah lain yang tidak jauh dari itu. Bahkan jika keduanya hujan, satu mungkin lebih banyak dari yang lain. Hal ini dapat dipahami karena hujan terbentuk dari penguapan air yang mengembun dan menjadi awan yang selalu bergerak, tergantung di mana angin bertiup.

Sebuah awan adalah kumpulan tetes-tetes air kecil yang jumlahnya bebrapa ratus per centimeter kubik. Presipitasi (endapan) terjadi jika kumpulan awan menjadi labil sehingga tetes-tetes awan tersebut saling bergabung hingga puncaknya pada ketinggian dengan suhu dibawah 0 oC maka tetes-tetes awan berbentuk cair dengan ukuran butir tertentu (tetes air) yang siap menjadi hujan.

Sirkulasi udara di atmosfer membawa uap air ke berbagai penjuru bumi sebagai bagian integral dari pola cuaca normal bumi. Ketika kondisi yang cocok (kondensasi), uap air dikembalikan ke tanah atau lautan sebagai tetesan air atau hujan. Hujan mencapai permukaan bumi dapat disela oleh vegetasi, mungkin menyusup permukaan tanah, mungkin sebagai run off dipermukaan tanah atau mungkin menguap lagi. Penguapan bisa dari permukaan tanah, dari permukaan air bebas, atau dari daun tanaman melalui transpirasi.

Di sisi lain, sebaran hutan merupakan gambaran kondisi iklim dan tanah, sementara kerusakan kawasan hutan akibat aktifitas manusia terus berlanjut. Kecepatan penurunan permukaan air di daerah hutan umumnya rendah dibandingkan dengan daerah yang kurang/tanpa vegetasi. Pada kawasan hutan yang lebat, air lebih dapat dipertahankan dan berpotensi besar menjadi sumber air di musim kemarau.

Mempelajari proses tersebut di atas adalah sangat penting agar semua orang bisa memberikan kontribusi dalam melindungi kawasan hutan.

Page 41: Modul SLI Lampung

33

2. Tujuan

Pada akhir kegiatan, peserta harus dapat :

a) Belajar dan memahami proses pembentukan hujan.

b) Pengaruh angin pada pembentukan awan dan hujan.

c) Mengenali pentingnya hutan dalam mempertahankan air hujan lebih banyak di dalam tanah.

d) Kontribusi ide dalam tindakan untuk melindungi kawasan hutan.

3. Peralatan dan Materi

a) Sebuah kompor kecil, panci yang berisi 1 liter air;

b) 3 lembar lembar besi/seng empat persegi panjang atau foil (50 cm x 60 cm), salah satunya yang telah dipakukan lubang berjarak 1 cm

c) gelas ukur untuk air atau gelas ukur hujan,

d) sepotong tikar (50 cm x 60 cm);

e) blok es, dan stop-wach (pengatur waktu).

4. Langkah / Prosedur

a) Fasilitator menjelaskan bahwa kali ini mereka akan membahas tentang proses pembentukan hujan dan efek hutan dalam mempertahankan curah hujan di dalam tanah.

b) Siapkan permainan dan membagi peserta ke dalam sub-kelompok diskusi, masing-masing 5 orang per kelompok. Kemudian fasilitator membaca tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh masing-masing sub-kelompok.

c) Bagikan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk permainan.

d) Fasilitator menjelaskan dan menarik kesimpulan apa faktor yang mempengaruhi pembentukan awan dan curah hujan serta manfaat hutan dalam mempertahankan curah hujan di dalam tanah.

Page 42: Modul SLI Lampung

34

Bentuk Permainan

a) Fasilitator menjelaskan urutan sebagai berikut kegiatan dan proses: Pertama, air dalam panci direbus. Lembaran besi/seng yang tidak memiliki lubang didinginkan dengan es diletakkan di atas seng. Air akan menguap dari panci dan uap air mencapai lembaran besi/seng akan mengembun menjadi tetesan air. Kemudian, tetes air pada lembar besi/seng dikumpulkan melalui pengumpul air di bawah kompor. Volume air yang dikumpulkan diukur dengan gelas ukur. Ini dilakukan terus menerus sampai air dalam panci telah sepenuhnya menguap (yaitu panci sudah kering). Skematis, proses tersebut disajikan pada Gambar 4a:

Gambar 4a. Skematis proses pembentukan uap dan tetes air

b) Bandingkan apakah volume air terkondensasi adalah sama dengan yang menguap dari panci.

c) Peserta diminta untuk menjelaskan mengapa jumlah air terkondensasi adalah tidak sama dengan yang menguap dari panci. Fasilitator menjelaskan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena tidak semua uap air menjadi hujan. Beberapa yang hilang karena angin, atau air yang mengembun lebih dari itu menguap karena uap sekitar lembaran besi mengembun sebelumnya karena es di lembar besi. Hal ini menunjukkan bahwa sumber uap tidak hanya dari tempat yang sama tetapi juga dari sumber lain.

d) Permainan dilanjutkan untuk melihat efek dari hutan pada jumlah air hujan yang dapat ditahan di dalam tanah. Pertama, mengambil air dengan jumlah yang sama seperti yang di panci, kemudian tuangkan ke dalam lembaran besi berlubang merata. Kedua, air yang melewati tindakan lembaran besi berlubang seperti air hujan dan dikumpulkan oleh permukaan lembar yang telah miring. Ketiga, air yang mengalir dari permukaan miring lembar dikumpulkan lagi dan volume air yang dikumpulkan dan waktu sampai tetes terakhir untuk mencapai permukaan lembaran besi dicatat dengan jam atau berhenti

Page 43: Modul SLI Lampung

35

menonton. Apakah sekali lagi prosedur di atas, tapi kali ini miring seng diganti dengan lembaran besi dengan tikar ditempatkan di seluruh permukaan. tikar bertindak sebagai hutan. Lalu bandingkan berapa banyak air dapat dikumpulkan dengan seng miring dan besi dengan tikar. Juga mencatat waktu.

e) Peserta diminta untuk mendiskusikan hasil mereka. Fasilitator menjelaskan bagaimana tikar yang bertindak hutan dapat menahan air dan melepaskan air ke dalam panci yang dianggap sebagai sebuah sungai di waktu lebih lama daripada lembaran besi miring. Skematis, proses tersebut disajikan pada Gambar 4b.

Gambar 4b. Skematis proses penyimpanan air hujan pada suatu lahan

Page 44: Modul SLI Lampung

36

KUNJUNGAN LAPANG

KE STASIUN KLIMATOLOGI

1. Latar belakang Dalam Modul 5, alat-alat ukur unsur cuaca yang berbeda fungsinya

secara teoritis diperkenalkan kepada para peserta. Pengukuran alat ukur hujan sederhana dari kaleng bekas oli/ cat/ susu dengan cara mengkalibrasi dengan alat ukur standard juga disajikan. Lebih penting lagi, peserta diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri beberapa data unsur cuaca yang diukur dalam operasional kegiatan pertanian mereka. Dengan cara ini, para peserta didorong untuk mengukur unsur cuaca, terutama curah hujan dengan menggunakan alat ukur hujan yang mereka desain. Namun demikian, latihan ini tidak cukup untuk secara lengkap dan oprerasional mengenal alat-alat ukur unsur cuaca lainnya, kecuali mereka dapat melihat secara langsung operasional pengamatan unsur cuaca di Stasiun Klimatologi.

Kunjungan ke Stasiun Klimatologi bertujuan untuk lebih memperkenalkan berbagai jenis alat yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai unsure cuaca/ iklim. Penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya diamati data unsure cuaca dapat diperoleh dari staf teknis stasiun dan kegiatan pengukuran curah hujan serta unsur lainnya dapat lebih diketahui oleh para peserta.

2. Tujuan

Pada akhir kunjungan, para peserta harus mampu :

a) Langsung melihat alat pengukur unsur cuaca standar dan memperoleh penjelasan lebih lanjut tentang penggunaan alat-alat tersebut

b) Mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya data cuaca/ iklim untuk digunakan dalam berbagai sektor kegiatan

c) Menambah wawasan manfaat data unsur cuaca pada kegiatan pertanian di daerah lain.

3. Kegiatan

Selama perjalanan para peserta diminta untuk mengamati aktivitas pertanian di sepanjang perjalanan menuju stasiun dengan mengambil catatan dari :

a) Tanaman yang ditanam (baik permanen dan tahunan)

b) Dalam hal tanaman tahunan, perhatikan tahap pertumbuhan tanaman

c) Bidang masalah yang terkait dengan cuaca/ iklim diamati, jika ada deskripsi kualitatif daerah irigasi ( tingkatan) dan daerah tadah hujan

d) Deskripsi kualitatif ketersediaan air bersih di daerah irigasi

e) Keterangan tentang sumber air (DAS pada beberapa daerah, misalnya padang rumput terbuka, lahan pertanian, hutan pertumbuhan sekunder)

Kunjungan ini dijadwalkan selama 1 hari penuh.

Page 45: Modul SLI Lampung

37

DAFTAR PUSTAKA

Baharsjah, J.S. 1991. Hubungan Cuaca dan Tanaman. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. IPB-Bogor. Bogor.

BMG. 1983. Pedoman Pengamatan Meteorologi Pertanian di Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus. Bidang Klimatologi, BMG. Jakarta.

BMKG, Agustus 2011, PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 DI INDONESIA, Jakarta

BMKG, Januari 2006, TTP PENGAMATAN DAN PELAPORAN DATA IKLIM, Jakarta

Boer, R. dan S. Alimoeso. 2002. Strategi anitisipasi kejadian iklim ekstrim. Paper presented at ‘Seminar Upaya Peningkatan Ketahanan Sistem Produksi Tanaman Pangan Terhadap Iklim Ekstrim’. Departemen Pertanian, Pasar Minggu, 24 Juni 2002, Jakarta.

Chipindu, B.,____. The Means of Achieving Better Recognition of the Value And Benefits of Climate Forecasts and Agrometeorolo-gical Information Disseminated to Users.

Doorenbos, J. and W.O. Pruitt. 1976. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No. 24. FAO of The United Nations. Rome. 179p.

Hana, F.T. 2004. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Luas Serangan Hama Belalang Kembara (Locusta migratoria) di Kabupaten Sumba Timur. Skripsi FMIPA IPB-Bogor. Bogor.

Kementrian Pertanian, November 2010, “200 Teknologi Inovatif.” Badan Litbang Pertanian, Jakarta

Koesmaryono, Y. 1991. Pengaruh Iklim Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. IPB-Bogor. Bogor.

Nasir, A.A. 1991. Metode Neraca Air untuk Perencanaan Pola Tanam Pada Usaha Tani Tanaman Semusim. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. IPB-Bogor. Bogor.

Oldeman, L.R. 1975. An Agroclimatic Map of Java and Madura. Contr. Res. Inst. Agric. No.17.

Oldeman, L.R., Irsal Las, and Darwis, S.N. 1979. An Agroclimatic Maps of Sumatera. CRIA. Bogor.

Rizaldi Boer, et all.. 2008. MODUL PANDUAN SEKOLAH LAPANGAN IKLIM : MATERI IKLIM DAN APLIKASI, EDISI INDRAMAYU – JAWA BARAT, Kerjasama Antara Pemda Kabupaten Indramayu, Institut Pertanian Bogor, Badan Geofisika dan Meteorologi, dan Direktorat Perlindungan Tanaman, Didukung oleh Asian Disaster Preparedness Centre dan USAID

Schmidt, F.H. and Ferguson, J.H.A. 1951. Rainfall Types Based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinee. Verhandelingen No. 42. P.T. Djulif. Bogor.

Page 46: Modul SLI Lampung

38

Siregar, L.H. 1983. Pedoman Pengamatan Meteorologi Pertanian di SMPK. Pnb & Pet. LMG. Jakarta.

Sitaniapessy, P.M. 1982. Lanjutan Klimatologi Dasar “Klasifikasi dan Iklim Indonesia”. FMIPA IPB-Bogor. Bogor.

Soedjono. 1979. Klimatologi Umum dan Dasar-Dasar Pengolahan Data. Perpustakaan Balai Diklat Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Soerjadi, W.H. et all. 2004. Cuaca dan Iklim Sumatera Barat. Tim Science BPPT-BMG. Jakarta.

Sosrodarsono, S. dan Takeda. 1979. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sujana. 1983. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. TARSITO. Bandung.

Thornthwaite, C.W. and J.R. Mather. 1957. Intructions and Tables for Computing Potential Evapotranspiration and the Water Balance. Drexel Institute of Technology Laboratory of Climatology Vol.X No.3. Centerton. New Jersey.

Tjiptanto, Goeroeh. Juni 2010, KONSEP PELUANG Memanfaatkan Data Curah Hujan, Staklim Masgar, Lampung

Tjiptanto, Goeroeh. Oktober 2011, PENAKAR HUJAN DARI KALENG, Staklim Masgar, Lampung

Tjiptanto, Goeroeh. September 2011, DISEMINASI MUSIM HUJAN 2011/2012 DI LAMPUNG, , Presentasi Expose Musim, Staklim Masgar, LAMPUNG.

http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/29/menanam-kacang-panjang/

http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Pertanian-Tanaman-Pangan/Budidaya-Kacang-Hijau.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah

http://www.deptan.go.id/ditjentan/admin/rb/kacang_tanah.pdf