MODUL PRAKTIKUM KONSELING

31
MODUL PRAKTIKUM KONSELING PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018/2019

Transcript of MODUL PRAKTIKUM KONSELING

Page 1: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

MODUL PRAKTIKUM

KONSELING

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN TIMUR

2018/2019

Page 2: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

ii

VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

MASYARAKAT

A. VISI

“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang

islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan

masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan

lingkungan”

B. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami

berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di

masyarakat.

2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk

berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat

dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan

berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar

negeri.

C. TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,

berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai

keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang

berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah

sosial dan lingkungan.

2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang

berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.

Page 3: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

iii

3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan

Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar

negeri

D. SASARAN

1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan

2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan

3. Pengembangan wahana pendidikan

4. Pengembangan program studi baru

5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah

6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya

mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan

7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional

Page 4: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Konseling.

Kami berharap dengan adanya modul praktikum ini dapat memberikan

manfaat kepada pembaca khusunya mahasiswa kesehtaan masyarakat. Kami

menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca demi penyempurnaan modul berikutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Samarinda, Agustus 2019

Penyusun

Page 5: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

VISI, MISI DAN TUJUAN................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 3

A. Fase-Fase Konseling ................................................................... 3

B. Keterampilan Konseling.............................................................. 4

C. Pendekatan dan Teknik Konseling .............................................. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................... 24

A. Kesimpulan ................................................................................. 24

B. Saran ............................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25

FORMULIR PENILAIAN ................................................................... 26

Page 6: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling dalam hal ini merupakan salah satu cara yang baik

dalam memantu individu dalam memecahkan dan mencari solusi dari

permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat ini dengan memfungsikan

dirinya sendiri. Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan dalam konseling

untuk membantu individu yang memiliki masalah, serta hambatan-

hambatan yang dialami oleh individu serta mampu memandirikan individu

agar mampu menjawab pertanyan-pertanyaan yang terjadi pada individu

itu sendiri dan agar menciptakan mental yang baik. Sehingga konselor

dituntut agar mampu tampil maksimal dalam membantu klien yang

menghadapi masalah, baik itu dari segi teknik konseling dan penguasaan

berbagai macam keterampilan-keterampilan dalam konseling. Dengan

karekter individu yang sangat bermacam ragam, maka konselor dalam

membantu lien dapat melakukan membantu penyelesaian masalah yang

dihadapi degan berbagai pendekatan-pendekatan yang ada dalam

konseling.

Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia,

penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor

kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya

membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara

konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan

lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan

berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan

efektif prilakunya.

Page 7: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

2

Keterampilan dasar konseling merupakan sebuah keterampilan

dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor dalam melakukan proses

konseling. Dalam proses konseling terdapat komunikasi antara konselor

dank lien. Agar proses konseling berjalan secara aktif dan efisien maka

konselor harus mampu merespon klien dengan keterampilan yang benar,

sesuai dengan keadaan klien saat itu. Respon yang benar adalah respon

yang mampu mendorong, merangsang dan menyentuh klien sehingga klien

dapat terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan

pengalamannya. Apabila konselor tidak dapat memberikan respon yang

tepat, maka proses konseling dapat terhambat.

Dalam proses perjalanan hidup manusia mereka banyak mengalami

peristiwa dan situasi yang menimbulkan masalah yang mungkin tidak

dapat diatasi. Alternatif yang pada umumnya digunakan untuk

menyelesaikan masaalah tersebut adalah dengan membicarakannya dengan

keluarga, guru, teman dan ahli agama. Namun tidak semua orang yang

yang dijadikan tempat untuk dimintai bantuan tersebut bisa mengatasi

masalah tersebut.

Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang

efektif untuk mengatasi masalah individu tersebut. Pada proses konseling,

konselor mendengarkan konseli serta bekerja sama dengan konseli untuk

menemukan alternatif yang terbaik untuk memahami dan menyelesaikan

masalah yang dihadapi konseli. Pada proses tersebutlah konselor harus

bisa menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang tepat terhadap

konseli, sehingga bisa tahu akar permasalahan dan dapat menyelesaikan

permasalahan si konseli tersebut dengan cepat dan tepat dan tanpa

menemui hambatan yang begitu berarti.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui fase-fase konseling.

2. Untuk mengetahui keterampilan dalam konseling.

3. Untuk mengetahui pendekatan dan teknik konseling.

Page 8: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fase-Fase Konseling

1. Pengertian Tahapan dan Fase-Fase Konseling

Proses adalah peristiwa yang sedang berlangsung. Sedangkan

tahapanadalah langkah-langkah yang berkesinambungan dalam suatu

peristiwa/kejadian. Tahapan proses konseling adalah urutan atau fase

yangdigunakan dalam proses konseling yang bukan Client-Centered

atau konseling yang difokuskan kepada klien saja, tahapan atau proses

konseling ini digunakan oleh konseli atau biasa kita sebut klien dan

juga konselor sehingga keduanya sama-sama aktif dalam kegiatan

konseling. Tidak hanya konselor ataupun sebaliknya.

Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan

dengan baik. Menurut Brammer (1979) dalam bukunya “konseling

individual oleh Sofyan S. Willis, proses konseling adalah peristiwa

yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta

konseling tersebut (konselor dan klien).

2. Fase-Fase Konseling

Adapun fase-fase dalam melakukan konseling sebagai berikut :

a) Pembukaan

Pembukaan merupakan proses konseling yang diawali

dengan membangun hubungan antar pribadi, yang memungkinkan

pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling.

Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap

ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu,

konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri

dengan keadaan di ruangan konseling.

Page 9: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

4

b) Penjelasan Masalah

Penjelasan masalah merupakan proses konseling dimana

konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan

konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan

yang berkaitan dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan

inisiatifnya sendiri.

c) Penggalian Latar Belakang Masalah

Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana

dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam

hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak konselor, yang lebih

mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor

memperoleh gambaran yang menyeluruh.

d) Penyelesaian Masalah

Fase ini merupakan proses konseling dimana konselor dan

konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran

konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar,

meskipun konseli juga ikut berpikir, memandang dan

mempertimbangkan masalah yang ada.

e) Penutup

Fase penutup ini dilakukan ketika konseli merasa sudah

mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka

proses konseling dapat diakhiri. Namun jika konseli belum

menemukan penyelesaian masalah maka dapat dilakukan

pertemuan kembali antara konselor dan konseli dengan mengatur

jadwal pertemuan selanjutnya.

B. Keterampilan Konseling

Proses konseling memerlukan keterampilan tertentu sehingga

konseling bisa berjalan secara effektif dan efisien. Berikut ini akan

diuraikan beberapa keterampilan dalam konseling.

Page 10: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

5

1. Perilaku Attending

Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh,

dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus

mengombinasikan ketiga aspek di atas sehingga akan memudahkan

konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.

Perilaku attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri

klien, menciptakan suasana yang aman dan akrab, serta

mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

Peilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor

terhadap klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana

konselor menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Teknik ini

dalam proses konseling bisa diwujudkan melaui ekspresi wajah

misalnya cemberut atau ceria.

2. Keterampilan Structuring

Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang

hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan

hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka

kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada yang bersifat

inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien

dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk

menjelaskan dan membatasi proses konseling. Ada lima macam

structuring dalam konseling yaitu:

a) Batas-batas waktu baik secara individu maupun seluruh proses

konseling.

b) Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien.

c) Batas-batas peranan konselor.

d) Batas-batas proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu

atau jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan lain

sebagainya.

Page 11: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

6

e) Structuring dalam nilai dan proses, semisal menyangkut tahapan-

tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan selama proses konseling berlangsung.

3. Empati

Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa

yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan

bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan

attending, karena tanpa attending tidak aka nada empati. Empati ada

dua macam yaitu empati primer yang apabila konselor hanya

memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien

dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Empati

yang kedua yaitu empati tingkat tinggi yang apabila kepahaman

konselor terhadap perasaan, keinginan, dan pengalaman klien lebih

mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan

tersebut.

Dalam melakukan empati konselor harus mampu mengosongkan

perasaan dan pikiran egoistik, memasuki dunia dalam klien,

melakukan empati primer, serta melakukan empati tingkat tinggi.

Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita

kepada emosi diri sendiri, maka semakin terampil kita membaca

perasaan. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah kita

harus mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-

gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya.

4. Refleksi Perasaan

Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk

menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang

diperlakukan terhadap klien. Refleksi perasaan bisa berwujud positif,

negatif, dan ambivalen.

Page 12: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

7

Refleksi perasaan positif ditunjukkan oleh konselor dalam

konseling melalui pernyataan persetujuan atas apa yang disampaikan

oleh klien. Refleksi perasaan negatif ditunjukkan oleh konselor

melalui pernyataan ketidak setujuan atau penolakan konselor atas apa

yang dinyatakan oleh klien. Sedangkan refleksi ambivalen (masa

bodoh) ditunjukkan oleh konselor dengan membiarkan saja (tidak

menyatakan setuju dan tidak menolak) atas apa yang dinyatakan oleh

klien.

Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila: streotipe dari

konselor; konselor tidak dapat mengatur sesi konseling; konselor tidak

dapat memilih perasaan mana untuk direfleksikan; konselor tidak

dapat mengetahui isi perasaan yang direfleksikan; konselor tidak dapat

menemukan ke dalam perasaan; konselor menambah arti perasaan;

dan konselor menggunakan bahasa yang kuranbg tepat (Surya, 1988).

Selanjutnya menurut Surya (1988), manfaat refleksi perasaan

dalam proses konseling adalah membantu klien untuk merasa

dipahami secara mendalam, klien merasa bahwa perasaan

menyebabkan tingkah laku, memusatkan evaluasi pada klien; memberi

kekuatan untuk memilih, memperjelas cara berpikir klien, dan

menguji kedalaman motif-motif klien.

Menurut Sofyan S. Willis (2004), refleksi merupakan keterampilan

konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,

pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap

perilaku verbal dan nonverbal. Selnjutnya Sofyan (2004) menyatakan

bahwa refleksi terbagi atas tiga jenis yaitu refleksi perasaan, refleksi

pengalaman, serta refleksi pikiran.

Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat

memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil

pengamatan verbal dan non verbal terhadap klien.

Page 13: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

8

Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk

memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil

pengamatan perilaku verbal dan non verbal klien.

Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan

ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap

perilaku verbal dan non verbal klien.

5. Keterampilan Eksplorasi

Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali

perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling

sangat penting karena umumnya klien tidak mau terus terang.

Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa

takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu:

eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran, dan eksplorasi pengalaman.

Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali

perasaan klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan

konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi

pengalaman yaitu keterampilan atau kemampuan konselor untuk

menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.

6. Keterampilan Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)

Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta

pengalaman secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya

sulit dipahami. Untuk itu maka konselor perlu menangkap pesan

untama dari apa yang disampaikan oleh klien dan menyampaikannya

kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Tujuan dari paraphrase

adalah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien. Untuk

dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka konselor harus:

a) Menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana.

b) Dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.

c) Nyatakan kembali dengan ringkas.

d) Amati respons klien terhadap konselor.

Page 14: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

9

7. Keterampilan Bertanya

Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka

percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan

oleh klien. Untuk itu, konselor harus memiliki keterampilan bertanya.

Teknik bertanya ada dua macam yaitu bertanya terbuka (open

question), dan bertanya tertutup (closed question). Pada pertanyaan

terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada

pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya

misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain

sebagainya.

8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)

Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien

selalu terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu

memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan

langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.

Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat

mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal

juga dapat meningkatkan eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan

secara selektif yaitu ketikan klien menunjukkan tanda-tanda akan

mengurangi atau menghentikan pembicaraan atau pada saat klien

kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan saat konselor

ragu terhadap pembicaraan klien.

9. Interpretasi

Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan,

dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori

tertentu.tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan,

pandangan atau tingkah laku klien, agar klien megerti dan berubah

melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.

Page 15: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

10

10. Keterampilan Mengarahkan (Directing)

Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses konseling

memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien

berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada

ajakan dan arahan dari konselor. Upaya konselor mengarahkan klien

dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan sesuatu

(bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.

11. Keterampilan Menyimpulkan Sementara (Summarizing)

Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah

pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu

konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini

bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk

mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama

konselor. Selain itu, untuk menyimpulkan kemajuan hasil

pembicaraan secara bertahap. Tujuan lainnya yaitu untuk

meningkatkan kualitas diskusi serta mempertajam atau memperjelas

fokus atau arah wawancara konseling.

12. Keterampilan Memimpin

Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor

harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling

bisa tercapai secara efektif dan efisien. Penerapan teknik ini dalam

konseling harus memperhatikan:

a) Memimpin hanya sebatas klien dapat memberikan toleransi sesuai

dengan kecakapan dan pemahamannya.

b) Memimpin bisa berbeda dari topik ke topik.

c) Memulai proses konseling dengan sedikit memimpin.

Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling juga

ditentukan oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis,

otoriter, atau permisif (masa bodoh).

Page 16: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

11

Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang

dari fokus yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada

tujuan konseling.

13. Keterampilan Fokus

Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui

perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.

Fokus akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada

pokok pembicaraan. Fokus ada empat macam dalam konseling yaitu:

fokus pada diri klien, fokus pada orang lain, fokus pada topik, serta

fokus mengenai budaya.

Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu

klien untuk menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya

adalah “A”. Mungkin banyak masalah yang berkembang di dalam

wawancara konseling, tetapi konselor harus membantu klien agar ia

memfokuskan pada masalah tertentu (misalnya masalah “A” dan lain-

lain).

14. Keterampilan Konfrontasi

Keterampilan ini dalam konseling dikenal juga dengan

memperhadapkan. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang

menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten)

antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya,

senyum dengan kepedihan. Tujuan teknik ini adalah:

a) Mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara jujur.

b) Meningkatkan potensi klien.

c) Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi

pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyata

dilingkungan) dai klien dengan inkonsistensi, konflik atau

kontradiksi dalam dirinya.

Page 17: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

12

15. Menjernihkan (Clarifying)

Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan

mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar,

atau agak karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya

secara jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan

yang logis. Tujuan yang lain adalah klien menjelaskan, mengulang

dan mengilustrasikan pengalamannya.

16. Memudahkan (Facilitating)

Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien

dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,

pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini,

komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan

secara efektif.

17. Diam sebagai Suatu Teknik

Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam

konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap

ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Dalam konseling, diam bisa

memiliki beberapa makna yaitu:

a) Penolakan atau kebingungan klien.

b) Klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu

mengatakan apa selanjutnya.

c) Kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian.

d) Klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk berbicara.

e) Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.

f) Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.

g) Klien baru menyadari kembali dari ekspresi emosional

sebelumnya.

Tujuan teknik ini adalah pertama menanti klien yang sedang

berpikir. Kedua, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit.

Ketiga, menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien

bebas berbicara.

Page 18: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

13

18. Mengambil Inisiatif

Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien

kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang

partisipatif. Teknik ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif

apabila klien kurang bersemangat, klien lambat berpikir untuk

mengambil keputusan, serta klien kehilangan arah pembicaraan.

19. Memberi Nasihat

Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila

klien memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus

mempertimbangkan-nya, apakah pantas atau tidak memberikan

nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah

aspek kemandirian dalam konseling. Para penganut teori Client

Centered menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti

belum mandiri. Dengan perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai

dengan hakikat kemandirian dalam konseling.

20. Pemberian Informasi

Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien

memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak

mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya

diupayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.

21. Merencanakan

Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien

untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan

tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau

rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana

yang baik harus merupakan kerja sama antara konselor dengan klien.

22. Menyimpulkan

Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu

kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan

yang menyangkut diri klien selama melakukan konseling.

Page 19: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

14

23. Teknik Mengakhiri (Menutup sesi Konseling)

Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses

konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor

dengan cara:

a) Mengatakanbahwa waktu sudah habis.

b) Merangkum isi pembicaraan.

c) Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang.

d) Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan.

e) Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan

konseling.

f) Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan

dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.

C. Pendekatan dan Teknik Konseling

Terdapat berbagai pendekatan dan teknik konseling yang dapat

digunakan konselor dalam memberikan layanan konseling individual dan

kelompok kepada konseli. Pendekatan tersebut antara lain psikoanalisis,

konseling berpusat pribadi, konseling behavior, konseling rasional-emotif

behavior, konseling realitas, konseling ringkas berfokus solusi, dan

konseling trait & factor.

1. Psikoanalisis

Pendekatan psikoanalisis ini didasari oleh teori Freud, bahwa

kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur yaitu id, ego dan super

ego. Teknik-teknik dalam pendekatan psikoanalisis antara lain :

a) Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas adalah mengupayakan klien untuk

menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam

pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien

mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.

Page 20: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

15

b) Analisis Mimpi

Analisis mimpi adalah klien diminta untuk mengungkapkan

tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha

untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik

masalah-masalah yang belum terpecahkan.

c) Interpretasi

Interpretasi adalah mengungkap apa yang terkandung di

balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi,

resistensi, dan transferensi klien.

d) Analisis Resistensi

Resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan

untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya

penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien

untuk menafsirkan resistensi.

e) Analisis Transferensi

Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan

harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk

menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait

dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien

dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor.

2. Konseling Berpusat Pribadi

Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai

reaksi terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan

mendasart dari psikoanalisis. Pada hakikatnya pendekatan Client

Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang

menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni subjektif

dan fenomenalnya. Teknik-teknik dalam konseling berpusat pribadi

antara lain :

a) Acceptance (penerimaan)

b) Respect (rasa hormat)

c) Understanding (pemahaman)

Page 21: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

16

d) Reassurance (menentramkan hati)

e) Encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas)

f) Reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan)

3. Konseling Behavior

Karakteristik konseling behavioral adalah berfokus pada tingkah

laku yang tampak dan spesifik, memerlukan kecermatan dalam

perumusan tujuan konseling, mengembangkan prosedur perlakuan

spesifik sesuai dengan masalah klien, dan penilaian yang obyektif

terhadap tujuan konseling. Teknik-teknik dalam konseling behavior

antara lain :

a) Latihan Asertif

Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami

kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak

atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk

membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan

tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi

dan respon posistif lainnya.

b) Desentisisasi Sistematis

Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling

behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan

klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan

klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan

tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan

respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan

dihilangkan.

c) Pengkondisian Aversi

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan

kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang

disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

Page 22: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

17

d) Pembentukan Tingkah Laku Model

Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku

baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah

terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien

tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio,

model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami

jenis tingkah laku yang hendak dicontoh.

4. Konseling Rasional-Emotif Behavior

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat

dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis ada tiga pilar yang

membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief

(B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang

kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Teknik-teknik

dalam konseling rasional emotif behavior adalah :

a) Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

1) Assertive Adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan

membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan

dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan

yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

2) Bermain Peran

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan

yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu

suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien

dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui

peran tertentu.

3) Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model

tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan

menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

Page 23: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

18

b) Teknik-Teknik Behavioristik

1) Reinforcement

Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang

lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian

verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini

dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan

yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem

nilai yang positif.

2) Sosial Modeling

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru

pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam

suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi

(meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan

menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial

dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

c) Teknik-Teknik Kognitif

1) Home Work Assigments

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah

untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan

sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang

diharapkan.

2) Latihan Assertive

Maksud utama teknik latihan asertif adalah mendorong

kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang

berhubungan dengan emosinya, membangkitkan kemampuan

klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa

menolak atau memusuhi hak asasi orang lain, mendorong

klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri

dan meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-

tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

Page 24: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

19

5. Konseling Realitas

Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah

laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta

mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu

menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang latherapyin. Inti terapi

realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi, yang

dipersamakan dengan kesehatan mental.

Pelaksanaan Konseling realita, menurut Corey (1982) ada beberapa

teknik yang dapat dilaksanakan yaitu :

a) Melakukan main peran dengan klien.

b) Menggunakan humor

c) Mengkonfrontasi klien dengan tidak memberikan ampunan / tidak

menerima dalih.

d) Membantu klien merumuskan rencana perubahan.

e) Melayani klien sebagai model peranan dan guru.

f) Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang tepat dan

jelas.

g) Menggunakan verbal shock atau sarkasme yang tepat untuk

menentang klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.

h) Terlibat dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif.

6. Konseling Ringkas Berfokus Solusi

Pendekatan SFBT (Solution Focused Brief Counseling) didasari

oleh suatu pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas

bukanlah suatu yang bersifat absolut namun realitas dan kebenaran itu

dapat dikonstruksikan. Pada dasarnya semua pengetahuan bersifat

relatif karena ia selalu ditentukan oleh konstruk, budaya, bahasa atau

teori yang kita terapkan pada suatu fenomen tertentu. Teknik-teknik

konseling ringas berfokus solusi antara lain :

Page 25: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

20

a) Pertanyaan Pengecualian (Exception Question)

Terapi SFBT menanyakan pertanyaan-pertanyaan exception

untuk mengarahkan konseli pada waktu ketika masalah tersebut

tidak ada atau ketika masalah tidak begitu intens. Exception

merupakan pengalaman-pengalaman masa lalu dalam kehidupan

konseli ketika pantas mempunyai beberapa harapan masalah

tersebut terjadi, tetapi bagaimanapun juga tetap tidak terjadi (de

Shazer dalam Corey 2009).

b) Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)

Miracle question merupakan teknik utama SFBT. Konselor

meminta konseli untuk mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban

membuka berbagai kemungkinan masa depan. Konseli didorong

untuk membiarkan dirinya bermimpi sebagai cara untuk

mengidentifikasi jenis perubahan yang paling mereka inginkan.

Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan di mana konseli dapat

mulai untuk mempertimbangkan kehidupan yang berbeda yang

tidak didominasi oleh masalah-masalah masa lalu.

c) Pertanyaan Berskala (Scalling Question)

Terapis berfokus solusi juga menggunakan scalling question

ketika perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah diamati,

seperti perasaan, suasana hati (mood), atau komunikasi (de Shazer

& Berg dalam Corey 2009). Scalling question memungkinkan

konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka telah lakukan

dan bagaimana meraka dapat mengambil langkah yang akan

mengarahkan pada perubahan-perubahan yang mereka inginkan.

d) Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula Fist Session Task/FFST)

FFST adalah suatu format tugas yang diberikan oleh

terapis kepada konseli untuk diselesaikan pada antara sesi pertama

dan sesi kedua. Konselor dapat berkata antara sekarang dan

pertemuan kita selanjutnya, saya ingin Anda dapat mengamati

sehingga Anda dapat menjelaskan kepada saya pada pertemuan

Page 26: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

21

yang akan datang, tentang apa yang terjadi pada (keluarga, hidup,

pernikahan, hubungan) Anda yang diharapkan terus terjadi (de

Shazeer, 1985 dalam Corey 2009). Pada sesi kedua, konseli dapat

ditanya tentang apa yang telah mereka amati dan apa yang mereka

inginkan dapat terjadi di masa mendatang.

e) Umpan Balik (Feedback)

Para praktisi SFBT pada umumnya mengambil istirahat 5

sampai 10 menit menjelang akhir setiap sesi untuk menyusun suatu

ringkasan pesan untuk konseli. Selama waktu ini terapis

memformulasikan umpan balik yang akan diberikan pada konseli

setelah istirahat.

7. Konseling Trait dan Factor

Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan

antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan

temperamen. Perkembangan individu mulai dari masa bayi sampai

dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Telah banyak

dilakukan usaha untuk menyusun kategori individu atas dasar dimensi

sifat dan faktor. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah mengukur

dan menilai ciri ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis,

mendefinisikan atau menggambarkan keadaan individu, membantu

individu untuk memahami diri dan lingkungannya, serta memprediksi

keberhasilan yang mungkin dicapai pada masa mendatang. Teknik-

teknik konseling trait dan factor antara lain :

a) Attending

Attending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk

menghadirkan klien dalam proses konseling. Penciptaan dan

pengembangan Attending dimulai dari upaya konselor

menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu

mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang

dirasakan oleh klien.

Page 27: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

22

b) Mengundang Pembicaraan Terbuka

Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien

agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan

pewawancara. Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk

mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam wawancara.

Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukkan

kesadarannya bahwa dia diminta untuk menceritakan sejarahnya

atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan.

c) Paraprase

Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau pemikiran-

pemikiran kunci dari klien dalam rumusan-rumusan yang

menggunakan kata-kata konselor sendiri. Memberi tahu klien

bahwa ia sedang mendengarkan apan yang dikatakan dan

konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi. Klien akan

merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah lebih dalam

lagi masalah-masalah yang diajukannya.

d) Refeksi perasaan

Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk

merespons keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang

dihadapi. Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang

klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan masalah yang sedang dihadapinya.

Page 28: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

23

e) Meringkas

Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide

dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit

wawancara konseling. Meringkas upaya merekapituasi,

memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah

dikatakan klien. Dengan menggunakan ringkasan secara periodik,

konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam mendengarkan.

Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara dengan

suatu cartatan yang wajar, dan dapat menjadi panduan

wawancara.

Page 29: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Fase-Fase Konseling

Fase-fase dalam melakukan konseling terdapat 5 tahapan antara

lain pembukaan, penjelasan masalah, penggalian latar belakang,

penyelesaian masalah dan penutup.

2. Keterampilan Koseling

Keterampilan dalam melakukan konseling yaitu diantaranya

Rapport, Attending, Structuring, Empati, Refleksi Perasaan,

Eksplorasi, Paraphrasing, Bertanya, Dorongan Minimal, Interpretasi,

Directing, Summarizing, Memimpin, Fokus, Konfrontasi, Clarifying,

Fasilitating, Silent, Mengambil Inisiatif, memberi Nasihat, memberi

Informasi, Merencanakan, menyimpulkan dan Mengakhiri.

3. Pendekatan dan Teknik Konseling

Terdapat berbagai pendekatan dan teknik konseling yang dapat

digunakan antara lain psikoanalisis, konseling berpusat pribadi,

konseling behavior, konseling rasional-emotif behavior, konseling

realitas, konseling ringkas berfokus solusi, dan konseling trait &

factor.

B. Saran

Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang

digunakan dengan baik agar praktikum berjalan sesuai dengan yang

diinginkan. Dan juga praktikan harus teliti pada dalam saat pelaksanaan

praktikum, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Page 30: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

25

DAFTAR PUSTAKA

Corey,Gerald. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.

Belmont,CA:Brooks/Cole.

Dahlan, Tina Hayati. (2010). Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-

Focused Brief Counseling) Untuk Meningkatkan Daya Psikologis

Mahasiswa. Jurnal. Bandung: UPI.

Fauzan, Lutfi. (1994). Pendekatan-pendekatan Konseling Individual. Malang:

Elang Mas.

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta:

Pustaka belajar.

Hariastuti dan Darminto. (2007). Keterampilan-Keterampilan Dasar dalam

Konseling : UNESA Press.

Hurlock, Elizabeth B. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Komalasari, Gantina dan Eka wahyudi, (2011). Teori Dan Teknik Konseling,

Jakarta: PT Indeks.

Rosjidan. (1998). Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta :Depdikbud Dirjen PT

Proyek P2LPTK.

Sudarjat, Akhmad. (2008). Pendekatan Konseling Psikoanalisis.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pendekatan

konseling-psikoanalisis/

Winkel, W.S. & M.M. Sri Hastuti (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. (2014). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Page 31: MODUL PRAKTIKUM KONSELING

26

Formulir Penilaian Praktik Mandiri Konseling

No.

Aspek yang Dinilai

Bobot

Nilai

YA

TIDAK

1. Praktik Fase- fase Konseling 40

2. Praktik Keterampilan Konseling 30

3. Praktik Pendekatan dan Teknik Konseling 30

Jumlah 100