MODUL PRAKTIKUM - fk.unud.ac.id...2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik...
Transcript of MODUL PRAKTIKUM - fk.unud.ac.id...2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik...
MODUL PRAKTIKUM STASE INTEGUMEN
2019
PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
MODUL PRAKTIKUM
Stase Integumen
Program Studi Profesi Fisioterapi Fk Unud
Tim Penyusun: Ni Luh Nopi Andayani, S.St.Ft., M.Fis
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu.
Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Modul
Praktikum Stase Integumen Program Studi Profesi Fisioterapi FK Unud.
Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam:
1. Melaksanakan proses praktik dalam ilmu fisioterapi integumen
2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik fisioterapi integumen
Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran
pendidikan
Om santih, santih, santih, om.
Denpasar, 17 September 2016
Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi FK Unud
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
A. COMBUSTIO LUKA BAKAR ................................................................................................. 2
B. LEPRA (KUSTA) ...................................................................................................................... 4
C. SELULITIS ................................................................................................................................ 4
D. SKIN GRAFT ............................................................................................................................ 5
E. HERPES SIMPLEK ................................................................................................................... 6
F. EKSEMA HERPATIKUM ......................................................................................................... 7
G. TUBERKULOSIS KULIT ......................................................................................................... 8
H. KUTIL ........................................................................................................................................ 9
FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL) ........................... 11
FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL ............................................................................ 12
FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL .................................................................................... 13
FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS .............................................................................. 14
FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN................................................................................ 15
FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE STASE INTEGUMEN .................................... 16
FORM PENILAIAN MORNING REPORT ................................................................................ 19
1
Definisi
Manajemen fisioterapi integumen adalah ilmu yang mempelajari penanganan
fisioterapi pada kasus integumen. Manajemen fisioterapi integumen adalah gabungan dari
beberapa ilmu seperti fisiologi, anatomi, patologi, manajemen fisioterapi, dll yang bertujuan
untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang integumen.
Tujuan
Tujuan instruksional umum
1. Memahami kasus-kasus fisioterapi integumen
2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi integumen
3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
integumen
Tujuan intruksional khusus
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik
seperti:
1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang integumen dalam kasus combustio
luka bakar, lepra (kusta), sellulitis (infeksi streptococcus), skin graft, herpes
simplek (infeksi virus), eksema herpektikum (infeksi virus), tuberkulosis kulit,
wart (kutil).
2. Memberikan program latihan untuk proses rehabilitasi pada kasus-kasus
integumen
3. Pemeriksaan deteksi dini pada kasus integumen
4. Pemberian pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan
lingkup gerak sendi, perbaikan penebalan saraf dan meningkatkan aktivitas
fungsional dari pasien.
Sasaran
Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi integumen adalah mahasiswa Profesi
Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus pada mata kuliah
anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi
latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran
sebelumnya.
Sumber Pembelajaran
Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah:
A. Buku Text dan ebook:
1. Ethel, Sloane. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula, Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
2. Guyton, Hall.2012.Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
B. Narasumber:
1. Dosen Matakuliah
Sumber daya
A. Sumber daya manusia:
1. Dosen pemberi mata kuliah: 1 orang
B. Sarana dan Prasarana:
1. RSUP Sanglah Denpasar
2
6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi integumen adalah melakukan
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus integumen mulai dari pemeriksaan hingga intervesi
pemberian pelatihan untuk meningkatkan aktivitas fungsional pasien.
7. Alat dan kelengkapan:
1. Bed atau matras
2. Formulir pemeriksaan
3. Alat-alat exercise (trampoline, bola, terabands, dll.)
8. Pengendalian dan Pemantauan
1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani
2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur
yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan
3. Pedoman penilaian pencapaian kompetensi
Pelaksanaan
1. Persiapan alat
a. Menyiapakan bed/alat/kursi/alat-alat latihan
b. menyiapkan formulir responsi
2. Pelaksanaan Praktik
A. COMBUSTIO LUKA BAKAR
Definisi:
Suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam sehingga kerusakan
dan kehilangan struktur kulit.
Pemeriksaan:
Luka bakar dapat terjadi pada sebagian lapisan kulit atau lebih dalam. Luka bakar yang dalam
(full-thickness) berarti seluruh ketebalan kulit pasien mengalami kerusakan dan tidak akan
terjadi regenerasi kulit. Dalam melakukan pemeriksaan, tanyakan dua hal berikut kepada
pasien:
1. Sedalam apakah luka bakar tersebut?
- Luka bakar dalam, berwarna hitam/putih dan biasanya kering, tidak terasa dan
tidak memucat bila ditekan.
- Luka-bakar-sebagian, berwarna merah muda atau merah, melepuh atau berair
dan nyeri.
2. Seberapa luas tubuh pasien yang terbakar?
- Gunakan bagan luas permukaan tubuh berdasarkan umur berikut ini.
- Sebagai pilihan lain, gunakan telapak tangan pasien untuk memperkirakan luas
luka bakar. Telapak tangan pasien berukuran kira-kira 1% dari total
permukaan tubuhnya.
Diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar, yaitu:
1. Laboratorium Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan
adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
3
2. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
11. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
Hasil Pemeriksaan:
1) Luka Bakar Derajat I
- Epidermis
2) Luka Bakar Derajat II
- Derajat IIA superficial
- Derajat IIB deep
3) Kuka Bakar Derajat III
- Otot dan Tulang
Intervensi:
• Rehabilitasi pada Fase Akut:
- Standar 1: A. Kriteria Umum
- Standar 1: B. Kriteria Pernafasan
- Standar 1: C. Kriteria Rehabilitasi
- Standar 2
• Rehabilitasi pada Fase Intermediet:
- Standar 3
• Fase Re-integrasi:
- Standar 4
• Rehabilitasi pada Fase Akhir:
- Standar 5
• Fase Rekonstruksi:
- Standar 6
- Standar 6: Pre-Operasi
4
- Standar 6: Post-Operasi
B. LEPRA (KUSTA)
Definisi:
Penyakit lepra (kusta) disebut juga penyakit moorbus hansen merupakan penyakit kronik
menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang bersifat
intraseluler obligat dengan pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya
menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasam bagian atas, sistem endotelial, mata,
otot, tulang, dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan sarf tepi. Diagnosis ditegakkan
dengan mencari kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan
kelainan-kelianan yang tampak pada kulit.
Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan:
Deteksi dini untuk reaksi penyakit lepra (kusta) sangat penting untuk menekan tingkat
kecacatan ireversibel yang mungkin terjadi sebagai gejala sisa. Tingkat keberhasilan terapi
tampak lebih baik jika penyakit kusta ini dideteksi dan ditangani secara dini.
Gejala klinik tersebut diantara lain:
a) Lesi kulit menjadi lebih merah dan membengkak.
b) Nyeri, dan terdapat pembesaran saraf tepi.
c) Adanya tanda-tanda kerusakan saraf tepi, gangguan sensorik maupun motorik.
d) Demam dan malaise.
e) Kedua tangan dan kaki membengkak.
f) Munculnya lesi-lesi baru pada kulit.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai
berikut:
1) Laboratorium
a. Darah rutin: tidak ada kelainan
b. Bakteriologi
2) Pemeriksaan histopatologi
Melalui pemeriksaan ini ditemukan gambaran berupa Infiltrate limfosit yang meningkat
sehingga terjadi edema dan hiperemi. Diferensiasi makrofag kearah peningkatan sel epiteloid
dan sel giant memberi gambaran sel langerhans. Kadang-kadang terdapat gambaran nekrosis
(kematian jaringan) didalam granulosum yang penyembuhannya ditandai dengan fibrosis.
Intervensi:
1. Sepatu khusus – Total contact
Digunakan untuk kehilangan sensasi dan persepsi yang dirasakan
2. Physical agent
Modalitas Ultrasonography digunakan untuk merangsang granulasi
3. Terapi Latihan
Ditujukan untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi,
perbaikan penebalan saraf dan meningkatkan aktivitas fungsional dari pasien.
C. SELULITIS
Definisi:
Selulitis adalah infeksi bakteri akut pada dermis dan jaringan subkutan yang ditandai lesi
kemerahan dengan batas tidak jelas dan disertai tanda-tanda radang. Penyebab utama selulitis
adalah coccus gram-positif seperti Staphylococcus aureus dan Streptococcus.
5
Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Palpasi
2. Pengukuran
Metline
VAS (Visual Analogue Scale)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan imaging biasanya diperlukan apabila
terdapat infeksi parah. USG atau CT scan dapat digunakan untuk menyelidiki
keberadaan infeksi yang lebih dalam.
USG (Ultra Sonografi)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
CT scan
Laboratorium
Hasil Pemeriksaan:
Eritema lokal terbatas tidak jelas
Terdapat nodul di bagian tengah, dapat disertai bula dan vesikel di atasnya yang dapat
pecah dan mengeluarkan pus serta jaringan nekrotik.
Edema
Teraba panas dan nyeri
Demam
Terdapat Streptococcus β hemolyticus group A pada hasil kultur darah, pus dan swab
bula.
Jumlah sel darah putih yang meningkat, protein C-reaktif, dan peningkatan
sedimentasi eritrosit.
Intervensi:
1. Elevasi secara pasif untuk mengurangi edema pada fase akut
2. Terapi kompresi diindikasikan ketika lymphoedema bertahan selama beberapa
minggu setelah perawatan antibiotik. Hal ini untuk mencegah limfedema yang terus-
menerus, sehingga menyebabkan kekambuhan.
D. SKIN GRAFT
Definisi:
Skin graft adalah suatu tindakan memindahkan bagian kulit yang telah dipisahkan dari tempat
suplai darah lokalnya ke lokasi lain. Skin graft terbagi menjadi empat tipe, yaitu full-thickness
skin grafts (FTSG), split-thickness skin grafts (STSG), composite grafts, dan free cartilage
grafts. FTSG terdiri atas tindakan pemindahan keseluruhan epidermis dan dermis, termasuk
struktur adneksa seperti folikel rambut dan kelenjar keringat. STSG terdiri atas full thickness
epidermis dan sebagian dermis. Composite graft terdiri atas dua jaringan yang berbeda,
umumnya kulit dan kartilago. Free cartilage graft terdiri atas kartilago dengan perikondrium
yang melapisi.
6
Intervensi:
1. Ambulasi Dini
Kontraindikasi ambulasi dini:
Pasien dengan fraktur yang dapat menghalangi ambulasi dini.
Pasien dengan ketidakmampuan preinjury untuk berjalan.
Luka 0,300 cm2.
Kondisi sosial atau psikiatris yang menonjol.
Status medis yang tidak memungkinkan untuk melakukan mobilisasi.
Permukaan plantar dari kaki yang menerima skin graft.
Prosedur ambulasi
Ambulasi harus segera dilakukan pasca operasi, setelah pemulihan dari
anestesi dan setelah dukungan eksternal diterapkan.
Pasien dapat memulai dengan duduk di tepi bed dengan kaki menjuntai
selama sekitar 10 menit. Ketika duduk, nilai hipotensi ortostatik, ROM aktif
(jika permukaan tubuh tidak dapat bergerak), nyeri, dll. dari ekstremitas untuk
memastikan nyaman untuk ambulasi. Penentuan ini harus didasarkan pada
penilaian klinis terapis.
Jika hipotensi ortostatik terjadi, gunakan meja miring untuk meningkatkan
toleransi untuk posisi tegak.
Lanjutkan pada posisi berdiri, jika pada posisi kaki menjuntai ditoleransi
dengan baik. Nilai keseimbangan berdiri yang memadai.
Jika tidak stabil ketika berdiri, minta pasien mencoba berjalan dengan alat
bantu jalan yang sesuai. Kurangi penggunaan alat bantu segera setelah
stabilitas membaik.
Lakukan latihan weight bearing sesuai toleransi. Full weight bearing diijinkan
(kecuali ahli bedah tidak mengijinkan untuk alasan lain).
Jika stabil ketika berdiri, minta pasien mencoba berjalan (terapis membantu
pasien berjalan dan jaga pasien agar tidak jatuh).
Jika skin graft dianggap dapat diterima saat evaluasi pada hari ke-5 sampai 7
pasca operasi, penggunaan alat bantu jalan dapat dihentikan pada saat itu.
Instruksikan pasien untuk mengelevasikan secara teratur ekstremitas yang
terkena ketika imobilisasi.
2. Ultrasound
Ultrasound diaplikasikan ke permukaan kulit yang menerima skin graft dengan rasio
1: 4, pada intensitas 0,8 w / cm2 selama 8 menit dalam 1MHz.
E. HERPES SIMPLEK
Definisi:
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I
atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan. Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit
dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer
oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV
7
tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas
seksual.
Pemeriksaan:
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan. Pada
keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV menggunakan tes Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa. Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.
Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu
letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau
dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama
beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup.
Hasil Pemeriksaan:
Setelah diperiksa dengan menggunakan tes Tzanck dan hasilnya dikatakan positif jika
keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru. Selain itu juga dapat
ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
Intervensi:
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat asiklovir (zovirax).
Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari
mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa rekuren. Pemberian
parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang
lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ dalam.
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien
mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir
400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat oles
digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan
pada bayi yang terinfeksi HSV disuntikkan asiklovir intra vena.
F. EKSEMA HERPATIKUM
Definisi:
Eskema herpatikum adalah infeksi virus herpes simplek tipe 1 atau 2 yang ditandai dengan
adanya demam dan blister atau lepuhan yang gatal serta erosi pada kulit. Biasanya timbul
sebagai komplikasi dari dermatitis atopik/eskim.
Pemeriksaan:
Eskema herpatikum dapat didiagnosis dengan:
- Cultur virus
- Direct fluarescent antibody stain
- PCR
- Tzanck smear
Intervensi:
Pemberian asiklovir oral dengan dosis 400-800 mg 5 kali sehari, atau bisa juga
diberikan valasiklovir 1 g 2 kali sehari atau sampai lesinya sembuh. Asiklovir intravena
dapat diberikan jika obat oral tidak menunjukan adanya tanda-tanda kesmbuhan atau
infeksinya memburuk.
8
G. TUBERKULOSIS KULIT
Definisi:
Cutaneous Tuberculosis (CTB) merupakan 1-1,5% bentuk manifestasi dari semua
extrapulmonary tuberculosis yang menyerang kulit. Meskipun kasus ini jarang terjadi, namun
perbedaan dari variasi klinis dari CTB dengan penyakit kulit pada umumnya perlu diketahui
agar penanganan dari awal berjalan efektif. Manifestasi klinis dari CTB biasanya
menunjukkan manifestasi klinis yang beragam, antara lain papula inflamasi, plak verukosa,
nodul supuratif, ulkus kronis, dan lesi atipikal lainnya
Agen utama dari CTB ini adalah Mycobacterium tuberculosis (Mtb) yang termasuk dalam
kelas Schizomycetes, urutan Actinomycetales, keluarga Mycobacteriaceae dan genus
Mycobacterium. Kadang-kadang juga disebabkan oleh vaksin M. bovis atau BCG (strain M.
bovis yang dilemahkan). Mtb sendiri diperkirakan mempunyai 4000 gen dengan sebagian
besar dari mereka terlibat dalam mekanisme invasi sistem kekebalan tubuh dan 200 di
antaranya untuk metabolisme lipid. Akibatnya, patogen ini mampu bertahan hidup baik di
dalam maupun di luar sel fagositik. Sementara itu, karena lipid adalah sumber energi utama
Mycobacterium tuberculosis, patogen ini dapat secara langsung melakukan pembelahan di
dalam jaringan inang dan membentuk dinding sel.
Terjadinya infeksi CTB bisa karena infeksi eksogen dan endogen. Infeksi eksogen terjadi
dengan inokulasi langsung oleh bakteri ke kulit individu yang memiliki kecenderungan
(tuberkulosis chancre, tuberculosis verrucosa cutis) dan Infeksi endogen adalah infeksi
sekunder dari yang sudah ada sebelumnya dan dapat dihasilkan dari infeksi di sekitar bagian
yang sehat (tuberkulosis orifcial, skrofuloderma), hematogen (tuberkulosis milier akut,
gumma tuberkulosis, dan lupus vulgaris), atau penyebaran limfatik (lupus vulgaris).
Pemeriksaan:
Pemeriksaan CTB dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemeriksaan pembanding dan
laboratorium ).
1. Pemeriksaan Pembanding
Pemeriksaan ini sangat diperlukan karena variasi manifestasi klinis dengan penyakit
kulit lainnya hampir sama. Adapun pemeriksaan banding yang dapat dilakukan
(tabel).
9
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
Tuberculin Skin Test, Immunological Tests (Interferon Gamma-Release-Assay),
Histopathology, Staining and Culture, Amplifcations of Nucleic Acids (PCR),
Genotyping, RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) (gold standard),
Spoligotyping, dan Mycobacterial Interspersed Repetitive Unit-Variable Number
Tandem Repeat (MIRU-VNTR).
Intervensi:
Tuberkulosis dapat disembuhkan pada hampir 100% kasus baru, selama prinsip dasar terapi
obat dan manajemen pengobatan yang tepat diamati. Terapi kombinasi yang tepat, dosis yang
tepat, dan penggunaan obat cukup lama, adalah prinsip dasar untuk mencegah bakteri resisten
dan pengembangan resistensi obat, sehingga memastikan kesembuhan pasien.
Pengobatan semua bentuk ekstrapulmoner (kecuali meningoensefalitis) berlangsung selama
enam bulan, sedangkan meningoensefalitik dirawat selama sembilan bulan. Obat-obatan
sebaiknya diberikan pada perut kosong (1 jam sebelum atau dua jam setelah sarapan) dalam
satu asupan atau dalam kasus intoleransi pencernaan, dengan makan. Berikut merupakan
skema intervensi pada pasien dewasa dan anak anak.
H. KUTIL
Definisi:
Wart atau verruca merupakan infeksi pada lapisan kulit yang menyebabkan hiperplasia
epidermis yang disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV). Virus ini mempunyai
banyak jenis dan dapat menginfeksi di berbagai daerah kulit, seperti kelamin, anus, jari
tangan, maupun kaki. Tipe virus HPV-1,-2,-3, dan -4 adalah jenis yang paling ditemuka pada
verruca cutaneous (umum), sedangkan tipe virus HPV-6,-11,-16, dan -18 merupakan tipe
yang sering muncul pada daerah genital. HPV dapat bertahan hidup berbulan-bulan di
permukaan benda atau kulit. Infeksi pada kulit memerlukan kontak langsung dengan partikel
virus, yang dapat terjadi melalui kutil plantar atau kontak tidak langsung melalui fomite
(benda mati), seperti lantai, kaus kaki, sepatu, handuk, dan peralatan olahraga.
Terdapat banyak jenis verruca berdasarkan daerah yang terinfeksi, antara lain
10
Common warts yang berkaitan dengan HPV-2,4 (most common), diikuti dengan tipe -
1,3,27,29 and 57
Flat warts disebabkan HPV-3,10 and 28
Deep palmoplantar warts disebabkan HPV-1 (paling sering) diikuti dengan tipe
2,3,4,27, and 57
Cystic warts disebabkan HPV-6
Focal epithelial hyperplasia disebabkan HPV-13 dan 32
Butcher's warts disebabkan HPV-7
Pemeriksaan:
Saat menilai lesi kulit secara klinis, langkah-langkah berikut berguna untuk
membantu diagnosis:
Inspeksi: Di mana di tubuh adalah lesi? Ada berapa lesi? Jika ada beberapa lesi,
apakah mereka mengikuti suatu pola atau apakah mereka berada pada area tertentu?
Deskripsi lesi: Berapa diameter lesi terbesar? Apakah ada warna pada lesi? Adakah
perubahan sekunder (mis. Lichenifikasi, pengerasan kulit, eksoriasi (bekas goresan),
ulserasi, erosi, fisura (retakan tipis), hipertrofi (peningkatan kulit) atau granuloma?)
Apakah ada batas yang jelas? Apakah ini teratur?
Palpasi lesi. Rasakan permukaan, konsistensi, mobilitas, kelembutan kulit dan suhu
(gunakan sarung tangan untuk mencegah infeksi).
Intervensi:
Salicylic acid (SA), SA merupakan formula yang sering digunakan untuk treatmen
wart. SA bekerja mempercepat pengelupasan sel epidermis dan menstimulasi sistem
imun pada kulit yang terkena wart. Pada konsentrasi tinggi akan berdampak iritasi
pada kulit. Penggunaan konsentrasi SA biasanya sekitar 10-26% baik dalam collodion
atau basis polyacrylic, dan sering dicampur dengan asam laktat.
Cryotherapy, berbagai alat dan teknik digunakan untuk menginduksi cedera yang
ditargetkan pada kutil. Nitrogen cair, bisa digunakan dan didapatkan pada cryospray
atau diisi pada cotton bud. Metode ini merupakan yang paling umum digunakan
dalam praktik medis. Cryospay memang mempunyai gas terkompresi yang
mengandung propana dan dimetil eter dan dapat dibeli tanpa resep tetapi tidak
mencapai suhu serendah nitrogen cair dan cenderung kurang efektif. Penggunaan
modalitas ini dilakukan disekitar kutil selama 5-30 detik tergantung ukuran dan lokasi
kutil. Penggunaan modalitas ini dilakukan 2-3 minggu sampai kutil menghilang.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
11
FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL)
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
EVALUASI AFEKTIF
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai Nilai
Total Tanggung
Jawab Disiplin Kerjasama Kejujuran Prakarsa Sopan Santun
1
2
3
4
5
EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai Nilai
Total Keamanan Prilaku
Profesional Akuntabilitas Komunikasi
Kompetensi
Budaya
Pengembangan
Profesional
1
2
3
4
5
Kriteria penilaian: Penilai, 1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik ___________________________________
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
12
FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Format presentasi (power point) 10
2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 10
3 Penguasaan metodelogi penelitian 10
4 Review jurnal
- Materi jurnal 20
- Diskusi dan kemampuan argumentasi 20
- Kelayakan (feasibility) 20
5 Performance presentator
- Bahasa dan sopan santun 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
13
FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 20
2 Penguasaan metodelogi penelitian 10
3 Review jurnal
- Materi jurnal 30
- Kelayakan (feasibility) 30
- Format penulisan 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
14
FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai
Penilaian Status Klinis
1 Pemeriksaan Subjektif 4
2 Pemeriksaan Objektif
- Vital Sign 2
- Pemeriksaan Per-Kompetensi 4
3 Diagnosis
- Impairment 2
- Activity Limitation 2
- Participation Restriction 2
- Contextual Factor 2
4 Prognosis 2
5 Planning
- Jangka Panjang & Pendek 2
- Clinical Reasoning 3
6 Prosedur Intervensi
- Metode Pelaksanaan & Dosis 4
- Clinical Reasoning 6
7 Edukasi & Home Program 2
8 Evaluasi 3
Format Penilaian Presentasi
1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25
2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25
3 Format presentasi dan bahasa 10
TOTAL 100
Penilai,
( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
15
FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai
Assessment 0-100 25%
Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%
Planning 0-100 25%
Intervensi 0-100 25%
Total Nilai
Penilai,
(
)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
16
FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE
STASE INTEGUMEN
NAMA PESERTA :
NIM :
TEMPAT :
TANGGAL :
PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE)
N
o Komponen Penilaian Kinerja
Subjektif Jumla
h Poin 0 1 2 3 4
1 Keamanan (Safety)
2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour)
3 Akuntabilitas (Accountability)
4 Komunikasi (Communication)
5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence)
6 Pengembangan Profesional (Professional
Development)
TOTAL POIN
MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT)
N
o Komponen Penilaian Kinerja
Objektif Subjektif Jumla
h Poin 0 1 0 1 2 3 4
ASSESMENT
Anamnesis Umum
1 Peserta memperkenalkan diri
2 Peserta menanyakan identitas pasien
Anamnesis Khusus
1 Peserta menanyakan keluhan utama
pasien
2 Menanyakan Riwayat Penyakit
Sekarang (RPS)/S7
3 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
(RPD)
4 Menanyakan Riwayat Penyakit
Keluarga (RPK)
5 Menanyakan Riwayat Penyakit
Penyerta (RPP)
6 Menanyakan Riwayat Sosial
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
17
Pemeriksaan Umum
1 Pemeriksaan Vital Sign
2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien
3 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Statis
Inspeksi Dinamis
Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan Khusus
1 Pengukuran Kekuatan Otot
2 Pengukuran ROM
3 Pengukuran Antropometri
4 Pengukuran Nyeri
DIAGNOSIS
1 Diagnosis Medis (penjelasan)
2 Diagnosis Fisioterapi
Impairment
Functional Limitation
Disability/Participant Restriction
PLANNING
1 Rencana Jangka Pendek
2 Rencana Jangka Panjang
INTERVENSI
1 Penerapan Intervensi Modalitas
2 Penerapan Intervensi Manual Terapi
3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan
EDUKASI & HOME PROGRAM
1 Modifikasi faktor internal
2 Modifikasi faktor eksternal
3 Home Program
EVALUASI
1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan
awal
Total Poin
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
18
PERHITUNGAN NILAI AKHIR
N
o Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai
1 Praktik Profesional (Professional
Practice)
(Jumlah Poin: 24) x
100 30%
2 Manajemen Pasien (Patient
Management)
(Jumlah Poin: 137)
x 100 70%
Total Nilai Akhir
Interpretasi
Objektif …...………….,
…………………………
0 Tidak Dilakukan
1 Dilakukan Mengetahui,
Subjektif Penguji Bagian
0 Tidak Dilakukan
1 Kurang Baik
2 Cukup Baik
3 Baik (
)
4 Sangat Baik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman: www.unud.ac.id, E-mail: [email protected]
19
FORM PENILAIAN MORNING REPORT
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisipasi
Aktif
Berpikir
Kritis
Kemampuan
Komunikasi
Time
Manajemen
Tata
Krama Nilai Total
1
2
3
4
5
Keterangan Penilaian
No Keterangan Nilai
1 Kehadiran
Hadir tepat waktu 4
Terlambat <15 menit 3
Terlambat <30 menit 2
Tidak hadir 0
2 Partisipasi
Memberikan komentar dan jawaban secara aktif 4
Kadang - kadang memberikan komentar dan jawaban 3
Hanya menjawab kalau ditanya 2
Diam saja 1
3 Berpikir kritis
Mempunyai materi dengan jelas 4
Ragu - ragu menyampaikan materi tapi benar 3
Materi yang disampaikan tidak jelas 2
Salah menyampaikan materi 1
4 Kemampuan komunikasi
Bahas jelas, mau menerima dan memberikan saran/kritik 4
Bahasa jelas, kurang bisa menerima kritik teman 3
Bahasa kurang jelas, tidak bisa menyampaikan kritik/saran 2
Tidak dapat menyampaikan komentar dengan jelas 1
5 Manajemen Waktu
Aktif berdiskusi dan menyampaikan materi secara efektif 4
Aktif berdiskusi, cenderung monopoli 3
Kurang aktif dan sering bicara ngelantur 2
Bicara dan ngobrol di luar materi diskusi 1
6 Tata krama
Tegar sapa dengan sopan kepada fasilitator dan teman saat
berdiskusi 4
Jarang melakukan tegur sapa kepada teman tapi masih bersikap
sopan 3
Sering memotong pembicaraan teman tanpa sopan santun 2
Bertindak dan bicara seenaknya 1
Penilai,
__________________________________
20