modul pembuangan akhir

download modul pembuangan akhir

of 11

Transcript of modul pembuangan akhir

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    1/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 22

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    MODUL 3 :

    PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

    Pertambahan penduduk yang demikian pesat telah mengakibatkan meningkatnya

    volume sampah yang dihasilkan, menimbulkan masalah terutama di wilayah

    perkotaan. Permasalahan dalam pengelolaan persampahan, antara lain :

    Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi dari

    pertambahan penduduk. Meningkatnya kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan metode/pola

    pengelolaan sampah yang lebih baik.

    Tingkat sosial ekonomi penduduk kota yang heterogen

    Situasi dana dan prioritas rendah dari pemerintah daerah

    Pergeseran penanganan dan pengemasan makanan atau produk lain, ke

    arah penggunaan pengemas yang sulit terurai misalnya plastik

    Keterbatasan sumber daya manusia dan sarana yang ada untuk menanganisampah di daerah

    Partisipasi masyarakat yang masih kurang terarah dan terorganisir dengan

    baik.

    Pembuangan Akhir Sampah perlu direncanakan sebaik mungkin, untuk

    memberikan perlindungan pada kesehatan masyarakat serta mencegah

    pencemaran lingkungan. Perencanaan Pembuangan Akhir meliputi mencarilokasi, kegiatan operasional, hingga penutupan LPA. Pemilihan lokasi LPA

    mempertimbangkan beberapa kriteria yang dimaksudkan untuk mereduksi

    dampak LPA dengan meringankan desian dengan biaya seminimum mungkin.

    Sebaliknya kriteria desain semakin ketat bila kriteria tidak terpenuhi, agar tujuan

    pencegahan pencemaran lingkungan dapat tercapai.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    2/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 23

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    Sedangkan untuk LPA yang telah beroperasi perlu dimodifikasi agar memenuhi

    syarat pengoperasian LPA dengan tetap memperhatikan kemampuan teknis dan

    finansial instansi pengelola.

    1. PEMILIHAN LOKASI LPA

    Pemilihan lokasi LPA merupakan kegiatan untuk memperoleh lokasi LPA baru,

    bagi wilayah yang belum memiliki LPA ataupun karena LPA lama telah ditutup

    karena selesai masa pakainya.

    Lahan untuk LPA harus sesuai dengan luas lahan yang dbutuhkan serta

    memenuhi kriteria yang disyaratkan. Luas lahan LPA dipengaruhi oleh besar

    volume sampah yang akan dibuang ke LPA, umur LPA yang direncanakan serta

    kondisi lokasi yang ada. Kriteria pemilihan lokasi dalam menentukan lokasi LPA,

    diantaranya hidrologi-hidrogeologi, tata guna lahan, penerimaan masyarakat, dll

    Proses pemilihan LPA idealnya dilakukan secara bertahap, pada setiap tahap

    lokasi yang tidak memenuhi syarat langsung disisihkan. Pada tahap akhir

    penyisihan akan memberikan calon lokasi yang paling layak dan baik untuk

    diputuskan pada tingkat akhir oleh pengambil keputusan.

    Tahapan penyaringan secara umum ada tiga tahapan, yakni :

    Tahap awal.

    Pada tahap awal pemilihan lokasi LPA didasarkan tata guna dan peruntukan

    lahan yang telah ditetapkan di daerah tersebut.

    Tahap kedua

    Merupakan tahap penyisihan, calon-calon lokasi dievaluasi berdasarkan

    kriteria dan parameter. Lokasi-lokasi dibandingkan satu sama lain misalnya

    melalui pembobotan, sehingga lokasi yang tersisa tinggal sedikit

    Tahap akhir

    adalah tahap penentuan. Pada tahap ini ada unsur politis serta kebijakanpemerintah daerah/pusat yang memgang peranan penting.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    3/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 24

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    Lokasi pembuangan akhir sampah sebaiknya telah dipertimbangkan dalam

    rencana tata kota, agar tidak menimbulkan masalah saat mencari lokasi baru

    lahan pembuangan akhir untuk menggantikan lahan pembuangan akhir yang

    telah habis masa pakainya.

    Pertimbangan Lokasi LPA

    Aspek yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi LPA diantaranya

    adalah :

    1. Geologi

    Lokasi yang tidak layak sebagai LPA misalnya adalah daerah-daerah yang

    memiliki potensi gempa, zona vulkanik aktif, daerah longsoran. Lokasi yang

    baik untuk LPA, sebaiknya tersedia tanah untuk lapisan dasar (liner), juga

    tanah untuk penutup harian maupun penutup akhir.

    2. Hidrogeologi

    Aspek hidrogeologi merupakan parameter kritis dalam penilaian sebuah

    lahan, terutama untuk mengevaluasi potensi pencemaran air tanah dibawah LPA, serta kemungkinan pencemaran sumber air di sekitar LPA oleh

    lindi. Tanah dengan konduktivitas hidrolis rendah (impermeabel)

    diharapkan mampu membatasi pergerakan lindi, misalnya lapisan tanah liat

    (clay) lebih baik daripada lapisan pasir ataupun kerikil.

    3. Hidrologi

    Area LPA yang dipilih, diharapkan memiliki jarak antara dasar LPA hinggalapisan airtanah minimum 3 m. Semakin besar/jauh jarak dasar LPA

    dengan muka airtanah semakin baik, karena airtanah akan semakin aman

    dari pencemaran lindi.

    Secara hidrologi lahan yang jauh dari sumber air (mata air, sungai, danau)

    lebih diharapakan karena memperkecil kemungkinan pencemaran sumber

    air, apalagi bila sumber air tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk

    kehidupan sehari-hari.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    4/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 25

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    4. Klimatologi

    Data klimatologi meliputi curah hujan, arah dan kecepatan angin,

    kelembaban. Curah hujan tinggi, proses pembusukan lebih cepat. Semakin

    banyak curah hujan, semakin banyak lindi yang dihasilkan dari proses

    pembusukan sampah, hal ini juga membutuhkan pengolahan lindi yang

    baik. Sebaiknya dipilih lahan dengan curah hujan yang rendah.

    Data kecepatan dan arah angin di lokasi LPA diperlukan untuk

    memperkirakan dampak bau, bising, debu yang dihasilkan dari kegiatan

    operasional di LPA.

    5. Bebas banjir

    Lahan untuk LPA sebaiknya berada di daerah bebas banjir dengan periode

    ulang 100 tahun. Banjir dapat menyebabkan terbilasnya lindi yang

    mengandung bahan-bahan pencemar, bila pencemar menyebar bersamaa

    air banjir akan menimbulkan mencemari lingkungan sekitar LPA.

    6. Tata guna tanah

    Lokasi LPA sebaiknya jauh dari area yang diperuntukkan sebagai

    pemukiman, lapangan terbang, daerah cagar alam, cagar budaya. Hal ini

    untuk mereduksi keberatan dari masyarakat atas penggunaan lahan bagi

    LPA.

    7. Tanggapan masyarakat setempatLokasi LPA sebaiknya tidak mendapat penolakan dari masyarakat sekitar.

    Pertimbangan ini sangat penting karena langsung dirasakan oleh

    masyarakat. Pada umumnya masyarakat tidak bisa menerima lokasi LPA

    berdekatan dengan rumahnya, oleh karena itu lokasi LPA dihindarkan

    berada di daerah padat penduduk.

    Keberatan/penolakan masyarakat oleh karena pertimbangan : dampak

    lingkungan, kurangnya kepercayaan pada ilmu dan teknologi yang ada saat

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    5/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 26

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    ini, masuknya orang/warga baru di lingkungan tempat tinggal, serta dugaan

    terjadinya keteledoran/kesalahan dalam pelaksanaan yang mungkin terjadi

    karena ketidak patuhan dalam melaksanakan peraturan/standard orasional

    dalam upaya penghematan waktu dan uang.

    Untuk kemudahan dan biaya memperoleh lahan, dengan jumlah pemilik

    sedikit lebih baik daripada lahan dengan pemilik banyak. Karena hal ini

    akan memudahkan dalam pembebasan lahan.

    8. Utilitas ke LPA.

    Akses meliputi jalan dan jembatan yang tersedia. Bila jalan dan jembatan

    menuju ke lokasi LPA telah tersedia, akan lebih baik, karena tidak perlu

    membangun jalan dan jembatan baru. Namun juga harus diperhitungkan

    kekuatan jalan dan jembatan untuk dilewati truk sampah.

    Pola transportasi dan kemacetan akan berpengaruh pada efektifitas

    pengangkutan sampah ke LPA. Sebaiknya jarak lokasi LPA dengan area

    pelayanan timbulan sampah tidak terlalu jauh, karena berhubungan denganwaktu dan biaya pengangkutan sampah dari sumber timbulan ke LPA.

    Pengangkutan sampah menjadi tidak efisien dan biaya terlalu mahal, bila

    jarak terlalu jauh.

    Tahapan proses pemilihan lokasi LPA akan menghasilkan beberapa lokasi terbaik

    dari daftar lokasi yang potensial. Guna memudahkan evaluasi pemilihan lahan

    yang paling baik, digunakan tolok ukur untuk merangkum semua penilaian dariparameter yang digunakan, biasanya dilakukan dengan cara pembobotan.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    6/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 27

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    2. KEGIATAN OPERASIONAL DI LPA

    2.1. Klasifikasi Pembuangan Sampah di LPA

    Sistem pembuangan sampah di Lahan Pembuangan Akhir (LPA) sampah dapat

    dikatagorikan dalam 3 kelompok, yakni :

    1. Hampar Padat (Open dumping)

    Metode ini merupaka metode pengolahan yang paling mudah, murah, namun

    dianjurkan untuk tidak dilaksanakan lagi, karena memberikan dampak negatif

    pada kesehatan masyarakat maupun lingkungan. Pada pelaksanaanya

    sampah dihamparkan begitu saja pada permukaan tanah pada lokasi LPA.

    2. Lahan Urug Terkendali (Controlled landfill)

    Metode lahan urug terkendali merupakan peningkatan dari sistem hampar

    padat. Dalam pelaksanaanya, sampah dihamparkan, dipadatkan, dilanjutkan

    penutupan tanah setelah periode tertentu, misalnya 7 hari.

    3. Lahan Urug Saniter (Sanitary Landfill)

    Sanitary landfill merupakan metode pengolahan sampah LPA yang ideal.

    Sanitary landfill merupakan metode pengolahan sampah yang dilaksanakan

    dengan cara menghamparkan sampah, memadatkan sampah dilanjutkan

    dengan penutupan tanah setebal 15 cm setiap harinya, hingga seluruh sel

    landfill penuh terisi sampah, terakhir ditutup tanah setebal 30 cm.

    Sedangkan metode operasional sanitary landfill LPA yang umum dilaksanakan

    adalah :

    1. Metode Parit (Trench)

    Metode trench atau metode area. Metode trench sesuai dilaksanakan

    untuk lahan dengan topografi datar atau sedikit miring.

    Pelaksanan metode ini adalah melakukan penggalian tanah secara

    bertahap, membentuk parit, tanah galian disimpan disisi galian. Tanahgalian ini digunakan untuk penutup harian maupun penutup akhir.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    7/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 28

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    Metode ini digunakan untuk mengolah sampah dengan volume yang

    tidak terlalu besar, sehingga penghamparan pemadatan dan

    penutupan sampah dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat.

    Lahan Pembuangan Akhir denngan metode Parit [ Trench ]

    2. Metode Area

    Pelaksanaan metode area dengan melakukan penggalian sehingga

    membentuk galian yang luas. Tanah galian disimpan di dua atau tiga

    sisi galian, nantinya digunakan sebagai penutup harian ataupun akhir

    sampah.

    Metode ini umumnya diterapkan untuk lahan datar atau sedikit

    berbukit.

    Metode ini dilaksanakan untuk mengolah sampah dalam volume

    besar, kegiatan penghamparan sampah, pemadatan hingga

    penutupan tanah dilaksanakan secara bertahap, sehingga terbentuk

    sel-sel landfill sampah sesuai dengan volume sampah yang ditangani

    setiap harinya.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    8/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 29

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    Lahan Pembuangan Akhir dengan metode Area

    2.2. Pengolahan Lindi (leachate)

    Lindi adalah zat cair yang melewati/dihasilkan dari sampah landfill,

    mengandung bahan terlarut dan tersuspensi yang ada dalam sampah.

    Kuantitas lindi yang dihasilkan pada landfill tergantung pada proses

    dekomposisi sampah, air hujan yang meresap dalam landfill, air tanah yang

    menyebabkan sel landfill terendam air. Parameter pencemar utama sampah

    terhadap air tanah adalah karbon organik, nitrogen, logam berat.

    Pencemaran airtanah umumnya tidak mudah diketahui, umumnya

    pencemaran diketahui setelah polutan terdeteksi dalam sumur penduduk

    sekitar LPA atau air sungai.

    Untuk mencegah pencemaran lindi terhadap air permukaan maupun

    airtanah, lindi diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Jenis pengolahan lindi

    secara umum seperti pengolahan air limbah lain. Pengolahan lindi berupa

    pengolahan anaerob dan dilanjutkan pengolahan aerob, karena nilai BOD

    dan COD lindi umumnya sangat tinggi. Setelah melalui tahapan-tahapan

    pengolahan tersebut, barulahn dialirkan ke badan air penerima.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    9/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 30

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    2.3. Pencatatan Sampah Masuk LPA

    Sampah yang terangkut dan dibuang ke LPA, sebaiknya dicatat. Jenis truk,

    volume, berapa kali mengangkut sampah ke LPA setiap harinya perlu

    dicatat. Data sampah yang dibuang ke LPA dapat digunakan untuk

    mengevaluasi kapasitas pengelolaan sampah yang telah dilaksanakan dalam

    wilayah pelayanan.

    Kegiatan di Lahan Pembuangan Akhir : Pembongkaran sampah dari truk

    2.4. Kawasan Penyangga

    Kawasan penyangga adalah kawasan adalah lahan disekitar lokasi LPA.

    Kawasan penyangga dibutuhkan untuk melindungi kegiatan operasional

    dalam lokasi LPA, agar tidak tampak dari luar lokasi LPA. Namun kawasan

    penyangga yang lebih penting adalah kemampuan lapisan penyangga

    mengurangi dampak bising, debu, bau dari kegiatan operasional LPA

    terhadap lingkungan sekitar LPA. Selain itu lapisan penyangga sekitar LPA

    dapat pula mencegah sampah beterbangan keluar dari LPA, misalnya

    sampah kertas, plastik pada saat angin bertiup kencang.

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    10/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 31

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    Penyangga dapat berupa pagar, ataupun pagar tanaman. Kebutuhan lapisan

    penyangga di sekeliling LPA menjadi sangat penting bila LPA berada relatif

    dekat dengan kawasan pemukiman, agar tidak mendapat tanggapan

    negatif/keberatan oleh kegiatan pengolahan sampah di LPA.

    2.5. Pengendalian Vektor Penyakit

    Vektor penyakit adlah hewan-hewan yang bertindak sebagai perantara dari

    mikroorganisme penyebab penyakit. Vektor penyakit yang dapat umum

    berkembang biak di sekitar sampah, diantaranya lalat, tikus, serangga,

    nyamuk. Pembusukan sampah akan menarik lalat untuk datang ke LPA dan

    berkembang biak dengan cepat. Sedangkan sisa-sisa sampah merupakan

    bahan makanan bagi tikus.

    Untuk mencegah perkembang biakan vektor penyakit di LPA, dapat

    dilakukan dengan kegitan operasional harian yang baik. Misalnya pemadatan

    sampah yang baik, penutupan dengan lapisan tanah penutup, sehingga

    hewan tidak dapat membongkar sampah yang telah ditimbun di LPA.

    2.6. Pengendalian Kebakaran Sampah

    Pada saat musim kemarau, kemungkinan bisa terjadi kebakaran sampah

    yang terkumpul di LPA. Hal ini terjadi karena pada umumnya sampah yang

    diangkut ke LPA terdiri dari sampah plastik, yang mudah terbakar. Asap dari

    sampah yang terbakar menimbulkan gangguan masyarakat sekitar baik

    terhadap kesehatan, misalnya sesak nafas juga terhadap jarak pandang

    pada transportasi.

    Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan penjelasan kepada tenaga kerja

    di LPA oleh instansi yang terkait, akan bahaya dari pembakaran sampah.

    Selain itu juga perlu adanya sarana di lokasi LPA untuk mengatasi api yang

    timbul sedini mungkin.

    3. PASCA OPERASI LAHAN PEMBUANGAN AKHIR

  • 8/2/2019 modul pembuangan akhir

    11/11

    Modul 6 : Pembuangan Akhir Sampah 32

    Semi QUE-IV Teknik Lingkungan ITATS

    Setelah LPA habis masa penggunaanya, LPA akan ditutup. Dalam

    perencanaan suatu LPA, telah pula direncanakan pemanfaatan LPA setelah

    habis masa pakainya. Pemanfaatan lahan bekas LPA yang diijinkan, misalnya

    sebagai taman, lapangan hijau atau sebagai paru-paru kota.

    Tanaman yang diijinkan untuk ditanam di lahan bekas LPA, sebaiknya tanaman

    dengan akar serabut, sehingga akar tidak sampai mencapai sampah yang

    ditimbun dalam LPA. Oleh karena itu tumbuhan yang sesuai ditanam adalah

    jenis keluarga rumput-rumputan, namun tidak boleh jenis tanaman yang biasa

    dikonsumsi manusia, misalnya sayur-sayuran.

    Pembangunan rumah atau bangunan di atas lahan bekas LPA tidak dianjurkan,

    karena dikhawatirkan proses dekomposisi sampah belum selesai berlangsung,

    masih mungkin dihasilkan gas-gas hasil proses dekomposisi. Dengan adanya

    bangunan, dikhawatirkan gas-gas tersebut terjebak dalam bangunan,

    terakumulasi sehingga mencapai konsentrasi tinggi dan akan berbahaya bagi

    penghuni bangunan.