Modul Ketel PAIK

21
Asisten Praktikum PAIK Ferry Ida N A : Ketel (p.Agung) Softener/demin Hanna Rasyda : Air Sanitasi (p.Agus) Ginanjar Adi : Cooling Water (b.Ninik) M Zaki M : Jart Test (b. Sri Murwanti) Softener/demin I.ANALISA Softener / DEMIN 1.Softener adalah alat yang digunakan untuk menurunkan kesadahan air. Air ini biasanya digunakan untuk air pengisi ketel tekanan rendah. Pada tangki softener diisi resin kation R-(SO 3 Na) 2 yang berfungsi menukar ion Ca + dan Mg + (kesadahan) yang terdapat pada air, sehingga air menjadi soft (lunak). Penyerapan hardness/service 1 Regeneran NaCl Softener (R.SO3Na)

description

ok

Transcript of Modul Ketel PAIK

Prosedur Analisa Laboratorium Praktikum Utilitas II dibagi menjadi :

PAGE

Asisten Praktikum PAIK

Ferry Ida N A : Ketel (p.Agung)

Softener/demin

Hanna Rasyda : Air Sanitasi (p.Agus)

Ginanjar Adi : Cooling Water (b.Ninik)

M Zaki M : Jart Test (b. Sri Murwanti)

Softener/demin

I.ANALISA Softener / DEMIN 1.Softener adalah alat yang digunakan untuk menurunkan kesadahan air. Air ini biasanya digunakan untuk air pengisi ketel tekanan rendah. Pada tangki softener diisi resin kation R-(SO3Na)2 yang berfungsi menukar ion Ca+ dan Mg+ (kesadahan) yang terdapat pada air, sehingga air menjadi soft (lunak).

Penyerapan hardness/serviceR-(SO3Na)2+Ca+2R-(SO3)Ca+2 Na+

R-(SO3Na)2+Mg+2R-(SO3)Mg+2 Na+Regenerasi

R-(SO3)2Ca+2NaClR-(SO3Na)2+CaCl2R-(SO3)2Mg+2NaClR-(SO3Na)2+MgCl2Rangakain operasi pada softener adalah:

Rangkaian operasi alat softener Servise : mendapatkan air soft

Backwash : mencuci resin dari kotoran dan memposisikan butiran butiran resin agak longgar

Regenerasi : mengaktifkan lagi resin dengan menggunakan larutan garam

Rinsing : mencuci resin dari larutan garam yang masih terdapat pada tangki softener.

Analisa Softener/demineralisasi terdiri dari :

pH

TDS

Total Hardness

2.Demineralisasi, adalah alat yang digunakan untuk menurunkan mineral air. Air ini biasanya digunakan untuk air pengisi ketel dengan tekana tinggi. Terdapat 2 tangki kation dan anion, Pada tangki diisi resin kation R-(SO3H)2 yang berfungsi menukar ion Ca, Mg dan Na sedangkan tangki anion diisi oleh resin anion untuk menghilangkan ion SO4, Cl, Si02.

I. ANALISA AIR KETEL/BOILERKetel adalah alat yang berfungsi menghasilkan steam (uap air). Uap air digunakan sebagai bahan untuk menaikkan panas (perpindahan panas) atau digunakan sebagai pembangkit listrik.

Permasalahan pada ketel :

Kerak

Korosi

Carry Over

Macam-macam Ketel : - Ketel pipa api (tekanan rendah)

- Ketel pipa air (tekanan menengah, tekanan tinggi)

NERACA AIR (WATER BALANCE) DI SISTEM BOILER

F=C +M

F=E +B

N=CB /CF=F/B

B=E / (N - 1)

dimana :F=Air umpan (feed water), ton/jam

C=Kondensat , ton/jam.

E=Laju penguapan/evaporasi steam , ton/jam.

B=Blowdown, ton/jam.

N=Siklus pemekatan (konsentrasi).

CB=Konsentrasi padatan terlarut di Blowdown (= boiler)

CF=Konsentrasi padatan terlarut di air umpan.

Analisa air Ketel terdiri dari :

pH

TDS

P Alkalinitas

M Alkalinitas

Total Hardness

Phosphat

Silikat

Sulfit / hidrasinI. ALKALINITAS1. ALAT ALAT

a. Beker 200 ml (atau 100 ml kalau contoh air 50 ml);

b. Buret 50 (atau 25) ml;

c. Pengaduk megnetis kalau tersedia;

d. Pipet 100 ml (atau 50 ml) untuk contoh air;

e. Untuk metoda dengan potensiometri : pH meter;

Untuk pembuatan larutan reagen :

f. 3 labu takar 1 liter;

g. 1 buret 50 atau 25 ml;

h. 1 beker 200 ml;

i. Beberapa pipet (sesuai yang diperlukan).

2. REAGEN

a. Standart asam sulfat H2SO4 0,02 N :

Encerkan 200 ml (gunakan pipet 200 ml dengan karet penghisap) 0,1 N standart asam sulfat menjadi 1000 ml (di labu takar 1 liter) dengan air suling.

b. Standart asam sulfat H2SO4 0,1 N :

Encerkan 3,0 ml H2SO4 pekat (biasanya dalam botol dengan berat spesifik 1,83 yang susuai dengan 1,83 yang sesuai dengan 94 wt % H2SO4 atau 17 sampai volum 1 liter dalam labu takar 1 liter. Larutan ini harus distandardkan melalui titrasi asam basa dengtan larutan standard NaOH 0,1 N dan indikator metil orange atau pH meter, pH titik akhir adalah 7.

Perhitungan normaliti standard asan NA :

c. Standart basa NaOH 0,1 N :

Dapat dibuat langsung dari ampul Merck yang khusus dengan standart utama NaOH 1 N (sangat teliti). Juga dapat dari butir NaOH, namun kurang teliti dan masih harus distandardkan dengan asam (Awas ! Butir NaOH higroskopis hingga mudah mencair dan beratnya bertambah waktu ditimbang); sebelum digunakan sebaiknya dikeringkan di oven 60oC selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Juga basa lain seperti Na2CO3 dapat digunakan. Larutan basa ini dapat bereaksi dengan CO2 udara dan menghasilkan kristal Na2CO3 (endapan) di dalam larutan tersebut. Reaksi ini harus dihindarkan karena kadar basa turun. Oleh karena itu botol borosilikat untuk menyimpan larutan basa ditutup dengan baik.

d. Indikator fenolftalein :

Larutan 0,05 g bubuk fenolftalein di dalam zat yang terdiri dari 50 ml etanol dan 50 ml air suling.

e. Indikator metil orange :

Larutan 1 mg bubuk metil orange di dalam 50 ml zat pelarut yang terdiri dari 70 % etanol dan 30 % air suling. Indikator ini bisa diganti dengan indikator campuran bromkresol hijau dan metil merah yang perubahan warnanya meliputi daerah pH lebih luas. Untuk analisa biasa indikator metil orange cukup memenuhi syarat ketelitian. Indikator campuran tersebut dapat dibuat dengan menambah 100 mg bubuk garam natrium bromkresol hijau serta 20 mg bubuk garam natrium metil merah ke dalam 100 ml air suling.

3. CARA KERJA

METODE POTENSIOMETRI

1. Ukuran pH sample dengan elektroda yang cukup bersih. Lakukan titrasi dengan asam (H2SO4 0,02 N) dan pada setiap 0,5 ml penambahan asam, sample diaduk dengan perlahan untuk memberikan waktu yang cukup bagi keseimbangan elektroda. Nilai pH hasil titrasi dibaca setelah setiap penambahan H2SO4 tersebut, atau dilakukan pencatatan dengan recorder. Dekat titik ekuivalensi pH mulai berubah dengan cepat; volum titran yang ditambah harus sekecik mungkin. Titrasi diteruskan sampai titik lengkung yang kedua terlihat jelas.

2. Dari grafik titrasi alkaliniti H2SO4 vs pH dapatlah ditentukan nilai pH tepat pada titik akhir titrasi dan volum H2SO4 yang diperlukan untuk titrasi alkaliniti tersebut. Titik lengkungan pertama selalu terjadi pada pH 8,3 sedang titik lengkungan berikutnya terjadi pada pH sekitar 4,0 sampai 5,1 tergantung jenis sampel air. Volum H2SO4 yang diperlukan untuk mencapai nilai pH 8,3 adalah nilai P. Bila pH sampel berada di bawah 8,3 maka nilai P = 0. Volum total asam yang diperlukan untuk mencapai pH 4,3 adalah nilai T.

3. Supaya didapatkan hasil yang teliti, maka harus dibuat duplikat bagi setiap analisa.

METODE INDIKATOR WARNA

1. Tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein pada 100 ml sampel air yang berada dalam beker 200 ml. Bila larutan tidak berwarna berarti OH- dan CO32- kecil sekali atau nilai P = 0. Kalau warnanyamerah lembayung, titrasikan dengan asan H2SO4 0,02 N sampai tak berwarna. Setiap 0,5 ml penambahan asam, tunggulah sampai warna jelas; bila warna mulai berkurang penambahan volum yang diperlukan sampai warna larutan hilang merupakan nilai P.

2. Tambahkan sekarang beberapa tetes indikator metil orange; warna larutan menjadi kuning orange. Titrasikan terus dengan hati-hati sampai warna menjadi merah muda (bila terjadi merah muda, artinya pH larutan telah melewati titik ekuivalensi). Jumlah volum titran (termasuk nilai P) merupakan nilai T. Indikator-indikator tersebut di atas berfungsi sebagai satu nilai pH, dan perubahan warna terjadi sekitar titik akhir reaksi-reaksi alkaliniti yaitu pada pH 8,3. Indikator campuran bromkresol hijau dan metil merah dapat dipakai pula sebagai pengganti indikator metil orange. 3. Untuk mendapatkan hasil telti, maka harus dibuat duplikat setiak analisa.

PERHITUNGAN

Alkaliniti (mg CaCO3 /l) =

Alkaliniti (mek /l)

Di mana : A= ml asam H2SO4

B= normaliti asam (biasanya = 0,02 N)

C= ml sampel

50,4= (berat molekul) /2 atau berat ekuivalen CaCO3II. KESADAHAN KALSIUM

1. ALAT ALAT

a. Labu Takar 250 ml (untuk larutan bufer);

b. Botol plastik 250 ml (untuk menyimpan larutan bufer);

c. Karet penghisap (untuk larutan bufer dan HCl) ;

d. 2 labu takar 1 lt (untuk larutan EDTA dan standard Ca2+);e. Botol plastik 1 lt (untuk larutan EDTA);

f. Erlenmeyer 500 ml (untuk standard Ca2+);

Erlenmeyer 250 ml (untuk menyimpan sampel);

g. Corong (untuk standard Ca2+);

h. Gelas ukur 100 ml (untuk 1 + 1 HCl);

i. Pembakar bunsen atau pemanas listrik lengkap (untuk standard Ca2+);

j. Buret 25 atau 50 ml (untuk titrasi dengan EDTA);

k. Pipet : 100 ml, 50 ml, 25 ml, 20 ml, 2 ml, 1 ml;

l. Beker 100 ml bentuk tinggi (untuk titrasi);

m. Mortir (untuk membuat bubuk indikator);

n. Botol tutup kaca (untuk menyimpan indikator).

2. REAGEN

a. NaOH 1 N;

b. Larutan satndard EDTA (titran) 0,01 M :

Larutkan 3,723 g di-natrium EDTA (dihidrat) dalam air suling dan encerkan dalam labu takar sampai menjadi 1 lt. Dengan demikian 1 ml larutan EDTA sesuai dengan 1 mg kesadahan yang dinyatakan sebagai CaCO3. Larutan EDTA ini sebaiknya disimpan di botol plastik karena EDTA dapat dapat melarutkan ion-ion Ca2+ dan Al3+ pada dinding kaca biasa. Larutan EDTA harus distandardkan dengan larutan standard primer Ca2+.

Perlu diperhatikan bahwa larutan EDTA ini dapat menua.

c. Indikator campuran Erichrome Blue Black R (Calcon) dan NaCl :

Campurkan 200 mg bubuk celupan Erichrome Blue Black R dan 100 g NaCl kemudian giling dalam mortir sampai menjadi bubuk yang halus. Simpan dalam botol kaca yang tertutup dengan baik. Dengan demikian dapat than sampai lebih dari 1 tahun. Bila berupa larutan, indikator ini kurang stabil untuk dapat tahan lebih dari beberapa minggu.

d. Indikator campuran Murexid dan NaCl :

Pembuatannya sama dengan indikator campuran Erichrome Blue Black R dan NaCl pada butir c. di atas.

3. CARA KERJA

1. Pilihlah sampel sebesar 50 ml atau kurang dari 50 ml yang diencerkan sampai 50 ml, sehingga konsentrasi kalsium dalam sampel antara 2 sampai 10 mg sebagai CaCO3.

2. Bila kadar alkaliniti sampel lebih dari 300 mg/ lt sebagai CaCO3 sampel harus diasamkan sampai pH 3 (cek dengan kertas pH). Didihkan selama 1 menit kemudian dinginkan sebelum titrasi. Cara ini juga sebaiknya dipakai untuk sampel dengan kadar Ca2+ yang rendah.

3. Sebelum titrasi dimulai, tambahkan 2,0 ml larutan NaOH 1 N atau jumlah yang cukup untuk mengubah pH sampel menjadi 12 sampai 13 (cek dengan kertas pH).

4. Tambahkan 0,1 sampai 0,2 g indikator campuran dengan menggunakan ujung sendok reagen.

5. Titrasika dengan larutan EDTA tetes demi tetes, aduklah terus (dapat dengan pengaduk magnetis) sampai titik ekuivalensi disaat warna lrutan berubah. Bila memakai indikator Murexid campuran, perlu penambahan sedikit indikator sesudah titik ekuivalensi tercapai untuk mencek apakah warna sudah tidak berubah lagi.

Perubahan warna indikator adalah sebagai berikut :

Calcon : bila bergabung dengan Ca2+ berwarna merah, lepas dari Ca2+ warna berubah selama tambahan EDTA menjadi ungu dahulu kemudian biru tanpa sisa merah atau ungu;

Murexid : bila bergabung dengan Ca2+ berwarna merah muda, lepas dari Ca2+ warna berubah menjadi ungu.

6. Untuk mendapatkan hasil yang teliti, maka harus dibuat duplikat untuk setiap analisa.

PERHITUNGAN

Konsentrasi Ca2+ sebagai mg CaCO3 /lt

Atau Konsentrasi Ca2+ sebagai mg /lt

Dimana : A = ml titran EDTA yang digunakan,

B = ml sampel (sebelum diencerkan),

f = faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut standarisasi dengan CaCO3 (f 6) tambahkan 1 + 1 HCl sampai warna menjadi orange. Bila warna merah muncul (pH < 4) tambahkan 1 + 1 NH4 OH juga sampai warna menjadi orange. Warna orange menunjukkan pH larutan 5. Kadar larutan standart primer Ca2+ tersebut adalah 400,4 mg Ca2+.

d. Indikator campuran Eriochrome Black T dan NaCl :

Camprkan 200 mg celupan Eriochrome Black T dengan 100 g NaCl kemudian giling dalam mortir sampai menjadi bubuk halus. Simpan dalam botol kaca tertutup dengan baik. Dengan demikian dapat bertahan sampai lebih dari 1 tahun. Bila berupa larutan, indikator tidak sestabil.

3. CARA KERJA

1. Dalam gelas erlenmeyer 250 ml, tuangkan sampel sebanyak kurang lebih 30 ml (kalau perlu larutan sampel diencerkan) yang akan memerlukan antara 3 sampai 15 ml titran EDTA. Dengan perkataan lain, sampel 30 ml ini harus mengandung sekitar 3 sampai 15 mg / lt kesadahan sebagai CaCO3. Tambahkan beberapa tetes HCl pekat sampai pH menjadi 3 (cek dengan kertasw pH) dan kcoklah selama beberapa menit supaya CO2 terlarut lenyap ke udara.

2. Ambil sampel dari butir 1 di atas sebanyak 25 ml dan encerkan menjadi 50 ml dalam beker 100 ml bentuk tinggi, Tambahkan 1 sampai 2 ml larutan bufer; biasanya 1 ml sudah cukup untuk memberi NaCl dan Eriochrome Black T. Kemudian titrasikan dengan larutan EDTA. Titrasi harus dilakukan cukup pelan dengan waktu tunggu beberapa detik antara dua penambahan titran, namun titrasi harus selesai dalam waktu 5 menit di saat warna merah hilang sama sekali menjadi biru. Selama titrasi larutan sampel harus diaduk misalnya dengan pengaduk magnetis.

3. Untuk mendapatkan hasil yang teliti, maka harus dibuat duplikat setiap analisa.

PERHITUNGAN

Kesadahan (sebagai mg CaCO3 / lt)

Di mana : A = ml titran EDTA

B = ml sampel (sebelum diencerkan)

1,0009 = ekuivalensi antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg kesadahan sebagai CaCO3. f = faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut standarisasi dengan CaCO3 (F < 1).

Atau Kesadahan (mmol / lt)

Catatan : bagi Ca2+ dan Mg2+ berlaku 50 mg / lt sebagai CaCO3 = 1 mek / lt

IV. PHOSPHATE

1. ALAT ALAT

a. Spektrofotometer;

b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Pipet 5 ml;

2. REAGEN

a. Larutan SiCl2, 25 gr SiCl2.2H2O dilarutjan dalam 1 lt Gliserin.

b. Larutan Amonium Molybdat 4,8 %

c. Larutan H2SO4 37 %

d. Larutan Standard PO4 (1 ml = 0,01 mg PO4)

3. CARA KERJA

1. Masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml contoh air yang akan diperiksa. Jika kadar Fosfat lebih besar dari 1,5 ppm ambillah volume yang lebih kecil dan encerkan dengan air smpai 100 ml. Jika contoh keruh, harus disaring lebih dahulu.

2. Tambahkan berturut-turut sampai dikocok.

5 ml H2SO4, 5 ml Amonium Molybdat dan 5 ml larutan SiCl2 dan Glyserin.

Diamkan selama 10 menit hingga timbul warna biru.

3. Kerjakan blanko seperti pada cara penetapan memakai 100 ml air suling.

4. Contoh dibaca Absorbancenya pada Filter 650.

PERHITUNGAN

Hasil pembacaan (Absorbance) dikocok pada kurva Kalibrasi yang telah Dibuat untuk penetapan ini maka akan didapat kadar PO4 (ppm).

Catatan :

Untuk total PO4 :

Pada langkah No. 3 setelah penambahan 5 ml H2SO4 lalu dipanaskan Selama 1 jam diatas pemanas listrik. Setelah didinginkan, volume contoh dijadikan 100 ml.

Kemudian dikerjakan seperti langkah No. 2 sampai No. 4.

V. SULFIT

1. ALAT ALAT

a. Labu ukur 250 ml;

b. Pipet ukur 50 dan 20 ml;

c. Erlenmeyer 250 ml;

d. Buret micro untuk larutan Na2S2O3 0,01 N

2. REAGEN

a. Larutan yodium 0,01 N.

Dibuat dari pengenceran larutan yodium 0,1 N.

b. Larutan Na2S2O3 0,01 N

Dibuat dari pengenceran larutan Na2S2O3 0,1 N dengan air bebas CO2. Larutan ini tahan 12-15 jam.

c. Larutan Kanji (amylum)

Campurkan 1 gr kanji / strach dengan 10 ml air suling. Tuangkan kanji tersebut kedalam 100 ml air suling panas didihkan 1 menit, dinginkan dan dibuat setiap mau pakai.

d. Larutkan Buffer Na-Acetat (pH 4)

Larutkan 75 gr CH3COO Na.3H2O dalam 500 ml asam acetat (1:2)

3. CARA KERJA

1. Pengambilan contoh dikerjakan dalam keadaan dingin. Air contoh lewat slang dilewatkan pipa spiral dalam sumber yang diberi pendingin es batu atau es kering.

2. Pipet 20 ml larutan jodium 0,01 N masukkan kedalam labu ukur 250 ml. Tambahkan 10 ml larutan Buffer Na Acetat.

3. Ujung slang contoh yang sudah dilewatkan pendingin dicelupkan kedalam jodium dalam labu ukur 250 ml. Alirkan contoh pelan-pelan sambil digoyang, agar SO3 dalam contoh bereaksi dengan jodium. Alirkan terus hingga larutan dalam labu sampai tanda batas. Hentikan kemudian labu ditutup.

4. Setelah dikocok , dipipet 50 ml dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.

5. Titar dengan dengan larutan thio memakai penunjuk kanji.

PERHITUNGAN

Ppm SO3 = (20 x N Jod)

VI. TOTAL SOLID

A. PENETAPAN PADATAN JUMLAH (TOTAL SOLID)

1. ALAT ALAT

a. Cawan platina /nickel;

b. Tanur pengering;

c. Penangas air;

d. Desikator.

2. CARA KERJA

100 ml contoh yang kira-kira mengandung 25-250 mg padatan. Tanpa disaring diuapkan hingga kering dalam cawan Platina /nickel yang telah ditimbang diatas penangas air. Keringkan sisa penguapan pada suhu 103-1050 C pada tanur pengering selama 1 jam.

PERHITUNGAN :

B. PENETAPAN TOTAL DISOLVED SOLID

CARA KERJA :

1. 100 ml contoh disaring, lalu diuapkan sampai kering dan dikerjakan seperti pada penetapan Total Solid.

2. Dissolved solid = DHL x 0,7

C. PENETAPAN SUSPENDED SOLID

CARA KERJA :

Suspended solid dapat langsung diperiksa dengan menyaring contoh dengan cawan Gooch berlapis asbes yang telah ditimbang.Harus disaring contoh yang cukup banyak hingga diperoleh 50-100 mgr sisa. Keringkan selama 1 jam pada suhu 103-1050 C. Dinginkan dalam desikator dan timbang segera setelah dingin. Penambahan bobot cawan Gooch dilaporkan sebagai suspended solid.

VII. ZAT PADAT TERSUSPENSI

1. ALAT ALAT

a. Alat-alat yang digunakan untuk analisa Zat Padat Total;

b. Cawan Gooch, dengan kapasitas 25 ml, alat penyaring membran;

c. Filter kertas atau filter fiber glass;

d. Bejana siap (suction flask), kapasitas 500 ml 1000 ml serta alat pompa vacuum. 2. CARA KERJA

a. Dengan filter fiber glass

1. Tempatkan filter fiber glass di atas alat penyaringan atau cawan Gooch. Sambung dengan sistem vacuum. Cuci filter tersebut dengan air suling sebanyak 3 kali 20 ml. Lepaskan filter fiber glass tersebut dan letakkan di atas jaring-jaring dari aluminium atau baja anti karat (stainless steel), jaring-jaring diletakkan pada cawan porselin (platina) kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 1050 C selama 1 jam, sampai kering. Kemudian dinginkan dalam desikator, sampai waktunya akan digunakan. Timbang segera dengan cepat sebelum digunakan.

2. Sampel yang telah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan dengan menggunakan pipet, ke dalam alat penyaring atau cawan Gooch, kemudian saring dengan vacuum.

3. Filter fiber glass dengan zat tersuspensi yang tertahan diambil dengan hati-hati dari alat penyaring dan ditempatkan di atas jaring-jaring yang diletakkan pada cawan untuk dipanaskan dalam oven pada suhu 1050 C selama 1jam. Bila memakai cawan Gooch, panaskan cawan Gooch dengan filter pada 1050C. Dinginkan di dalam desikator dan kemudian timbang dengan cepat. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya konstan, atau berkurangnya berat kurang dari 0,5 mg. Biasanya pemanasan 1 sampai 2 jam cukup.

4. Agar supaya hasil analisa teliti, harap dibuat duplikat.b. Dengan filter kertas

1. Panaskan filter kertas di dalam oven pada suhu 1050 C selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian timbang dengan cepat. Pemanasan biasanya cukup 1 jam. Namun pemanasan perlu diulang sampai didapatkan berat yang konstan atau kehilangan berat sesudah pemanasan ulang kurang dari 0,5 mg.

2. Sampel yang sudah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan dengan menggunakan pipet, ke dalam alat penyaringan atau cawan Gooch, yang sudah ada filter kertas di dalamnya. Kemudian saring dengan sistem vacuum.

3. Filter kertas diambil dari alat penyaring dengan hati-hati dan kemudian ditempatkan di atas jaring-jaring yang diletakkan pada cawan lalu (bila memakai cawan Gooch, filter beserta cawan Gooch) dimasukkan dalam oven untuk dipanaskan pada suhu 1050 C, selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator dan kemudian timbang dengan cepat. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya konstan atau berkurangnya berat sesudah pemanasan ulang, kurang dari 0,5 mg. Biasanya pemanasan 1 sampai 2 jam sudah cukup.

4. Agar supaya hasil analisa teliti, harap dibuat duplikat.

PERHITUNGAN :

Mg /lt Zat Tersuspensi =

Dimana :a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 1050 C (mg),b = berat filter kering (sesudah pamanasan 1050 C) (mg),c = ml sampel.

VIII. SILICA

Silica Kadar Rendah

1. ALAT ALAT

a. Spectrifotometer

b. Erlenmeyer 200 ml

c. Pipet ukur

2. REAGEN

1. Larutan Amino Naphthol Sulfonic Acid (ANSA)

a. 1 gram Natrium sulfit (Na2SO3) dilarutkan dalam air sebanyak 50 ml. Tambahkan 0.5 gr ANSA kedalam larutan Natrium Sulfit, campur baik baik sampai larut.

b. 30 gram Natrium Hidrogen Sulfit (NaHSO3) dilarutkan dalam 100 ml air suling.

c. Campur larutan (a) dan (b) kemudian ditambahkan air sampai volume menjadi 200 ml.

d. Buatlah larutan baru setiap 2 minggu larutan disimpan dalam botol coklat.2. Larutan Ammonium Molybdate 10 %

Larutkan 10 gram Ammonium Para Molybdate (NH4)6 Mo7O24.4H2O) dalam 100 ml air suling.

3. Asam Khlorida (1 : 1)

4. Larutan Asam Oksalat 10 %

5. Larutan Standard Silica (1 ml = 1 mg SiO2)

Larutkan 4.732 gr Natrium Meta Silikat (Na2SiO3.9H2O) dalam air suling dan encerkan dengan air suling sampai 1 liter.

3. CARA KERJA

1. Kedalam Erlenmeyer dimasukkan 50 ml air yang akan diperiksa.

2. Tambahkan 1 ml HCl (1 : 1) dan 2 ml Amm. Molybdate campur dengan baik, dan biarkan 5 menit.

3. Tambahkan 1.5 ml Asam Oksalat, campur dengan baik dan biarkan 1 menit.

4. Tambahkan 2 ml ANSA, campur dan biarkan 10 menit.

5. Baca pada Spectrophotometer dnegan Filter 640.

PERHITUNGAN :Kadar silica dapat langsung dibaca pada kurva (yang telah dibuat penetapan ini dengan cara kerja seperti diatas memakai standard seri silica).

Silica Kadar Tinggi

1. ALAT ALAT

a. Spectrifotometer

b. Erlenmeyer 200 ml

c. Pipet ukur

2. REAGEN

1. Amm. Molybdat, sama seperti pada penetapan silica kadar rendah.

2. HCl pekat (Sp, Gr, 1.19)

3. Asam Okasalat, saam seperti pada penetapan silica kadar rendah.

4. Larutan standard silica (1 ml = 1 mg SiO2).3. CARA KERJA1. Masukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml air yang akan diperiksa.

2. Kemudian dengan cepat tambahkan 0.5 ml HCl pekat dan 2 ml Amm. Molybdate, campur,

diamkan 5 menit

3. Tambahkan 1.5 ml Asam Oksalat campur dengan baik.

4. Baca transmitance pada Spectrophotometer dengan filter 410.

PERHITUNGAN

Kadar silica dapat langsung dibaca pada kurva yang telah dibuat untuk penetapan ini.

Regeneran NaCl

Softener

(R.SO3Na)

PROSES

KONDENSAT, C

AIR UMPAN, F

BOILER

BLOWDOWN, B

TANGKI AIR

MAKE-UP, M

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

PAGE 15

_1158633479.unknown

_1158635498.unknown

_1202284340.unknown

_1158634157.unknown

_1158634703.unknown

_1158634986.unknown

_1158634184.unknown

_1158633516.unknown

_1158632357.unknown

_1158632397.unknown

_1158632335.unknown