Modul Inti 03A - Penatalaksanaan Obstetri Untuk Ibu Hamil Dengan HIV 22 Sept'13(Dbagikan)
description
Transcript of Modul Inti 03A - Penatalaksanaan Obstetri Untuk Ibu Hamil Dengan HIV 22 Sept'13(Dbagikan)
Modul Pelatihan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Modul 3aModul 3a
Penatalaksanaan Obstetri untuk Ibu Hamil dengan HIV
Penatalaksanaan Obstetri untuk Ibu Hamil dengan HIV
Dr. Ekarini Aryasatiani, SpOG(K)
Modul 4, Halaman 2
Topik:Topik:
• Tujuan penatalaksanaan obstetri• Risiko penularan HIV selama proses persalinan• Penatalaksanaan Antenatal• Penatalaksanaan Persalinan• Penatalaksanaan Pascanatal• Kontrasepsi
Mengapa PPIA ?Mengapa PPIA ?
Infeksi HIV dari ibu ke anak mengganggu
kesehatan anak
Penularan dapat ditekan sampai 50% melalui
intervensi feasible, affordable
Memungkinkan dilakukannya pencegahan
primer kepada pasangan, perawatan dan
pengobatan keluarga
Pentingnya PPIAPentingnya PPIA
Sebagian ODHA perempuan : usia subur,
90% penularan terjadi pada waktu perinatal,
Anak akan menjadi yatim piatu,
Anak dengan HIV (+) : gangguan tumbuh
kembang,
Stigma sosial bagi anak dengan HIV.
Kegiatan KomprehensifKegiatan Komprehensif
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
WHO
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta bayi & keluarganya
11 22 33
44
Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82 Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Semua tanpa ASI 15-25 %
Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %
Masa kehamilan
Selama persalina
n
4%4% 12%12%
Post partum melalui ASI
1%1%
0-14 mg 14-36 mg36 mg-kelahira
n
Persalinan
8%8% 7%7%
0-6 bln 6-24 bln
3%3%
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAKDARI IBU KE ANAK
Modul 4, Halaman 7
Risiko penularan HIV dari ibu ke Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi tanpa intervensi PMTCTbayi tanpa intervensi PMTCT
Periode transmisiPeriode transmisi RisikoRisiko•Kehamilan 5 - 10 %•Persalinan 10 - 20 %•Menyusui 10 - 15 %
TotalTotal 2525 -- 45 %45 %
Risiko tertinggi
Mazami Enterprise © 2009
Sumber: de Cock dkk, 2000Sumber: de Cock dkk, 2000
Modul 4, Halaman 8
Penatalaksanaan Antenatal Penatalaksanaan Antenatal 1/41/4
Mazami Enterprise © 2009
Pelihara kesehatan secara umumPola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok, tidak minum alkohol, olahraga teratur, istirahat cukup)
Minum roboransia
Asuhan Antenatal seperti biasanyaUkur Tinggi Badan, Berat Badan, Tinggi Fundus Uteri, Tekanan Darah, Status Tetanus Toksoid
Laboratorium Hemoglobin, Proteinurin, GD puasa, Golongan darah, HIV, HBsAg, Thallasemia (bila ada faktor risiko)
Modul 4, Halaman 9
Penatalaksanaan Antenatal Penatalaksanaan Antenatal 2/42/4
Mazami Enterprise © 2009
Kurangi jumlah virus (Viral Load)
Deteksi dini dan terapi faktor penyulit
Minum ARV secara teratur, sedini mungkin
Infeksi Menular Seksual (Sifilis, Gonore, Kondiloma akuminata, Hepatitis B & C dll),
Malaria
Tuberkulosis
Ketergantungan narkoba
Modul 4, Halaman 10
Penatalaksanaan Antenatal Penatalaksanaan Antenatal 3/43/4
Mazami Enterprise © 2009
Hindari penularan ke pasangan
Konseling persiapan persalinan
Perilaku seksual sehat, setia pada pasangan
Selalu menggunakan kondom
Periksa status serologis HIV pasangan seksual
Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga mengenai manfaat dan risiko persalinan pervaginam dan persalinan dengan seksio sesarea berencana
Cara persalinan: Seksio sesarea/ pervaginam
Tempat persalinan dianjurkan di RS/Puskesmas yang tersedia pelayanan PMTCT
Modul 4, Halaman 11
Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga mengenai manfaat dan risiko pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula Eksklusif
Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai keputusan terhadap pilihan pemberian makanan bayi.
Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan mengenai manajemen laktasi.
Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka dijelaskan mengenai syarat AFASS dan cara mencapainya.
Penatalaksanaan Antenatal Penatalaksanaan Antenatal 4/44/4
Mazami Enterprise © 2009
Konseling pemberian makanan bayi
Modul 4, Halaman 12
WHO 2013 5 C
1. Consent2. Confidentiality3. Counselling4. Correct test results5. Connections to care, treatment and
preventions services
Permenkes (no21/2013 tentang penganggulangan HIV/AIDS) tanggal 30 APRIL 2013 yang menyebutkan :
1.Tes HIV pada PPIA wajib ditawarkan pada semua ibu hamil dan termasuk dalam pelayanan rutin di KIA pada daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi. Bila ada infeksi TB dan IMS pada daerah epidemi rendah
2.Tes dilakukan atas persetujuan pasien, namun bila pasien menolak harus dengan pernyataan tertulis
3.Syarat dan ketentuan tes HIV berlaku…
Paragraf 4Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak
Pasal 16
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan yang meliputi : a)pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif; b)pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV; c)pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya; dan d)pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya.
Pasal 17
1.Terhadap ibu hamil yang memeriksakan kehamilan harus dilakukan promosi dan pencegahan HIV-AIDS.2.Pencegahan HIV-AIDS terhadap ibu hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan Tes dan Konseling. 3.Tes dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditawarkan secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin :a)saat pemeriksaan asuhan antenatal atau menjelang persalinan pada semua ibu hamil yang tinggal di daerah dengan epidemi meluas dan terkonsentrasi; atau b)saat pemeriksaan asuhan antenatal atau menjelang persalinan pada ibu hamil dengan keluhan keluhan IMS dan TB di daerah epidemi rendah.
Pasal 22Pemeriksaan Diagnosis Dini HIV harus dilakukan dengan persetujuan pasien.………………………
Pasal 241). ……………2). TIPK tidak dilakukan dalam hal pasien menyatakan tidak bersedia secara tertulis.3). dst
Penggunaan ARV selama kehamilan akan
menurunkan jumlah virus dalam darah ibu
Menurunkan kemungkinan bayinya terpajan HIV
Semua ibu hamil dengan HIV yang tidak memenuhi syarat secara medis untuk ARV Terapi (ART)
diberi ARV untuk PPIA segera setelah diketahui hamil
dan akan diteruskan seumur hidupnya
Minum ARV teratur Minum ARV teratur (bila eligible dan hamil)(bila eligible dan hamil)
Sikap:Sikap:
Turunkan Viral Load serendah-rendahnyaTurunkan Viral Load serendah-rendahnya
Menunda untuk memulai ARVMenunda untuk memulai ARV
• Ibu sering mengalami mual dan muntah berlebihan (hiperemesis)
• Berada pada Trimester 1 dan ibu sangat khawatir tentang risiko ARV terhadap janinnya
Tetapi
Jika status klinis atau status imun ibu dalam keadaan SAKIT BERAT, maka manfaat ARV terapi DINI lebih baik dibanding risiko terhadap janinnya
Memulai ARV pada kehamilanMemulai ARV pada kehamilansecepatnya
Manfaat antiretroviralManfaat antiretroviral
• Memperbaiki status kesehatan dan kualitas hidup• Menurunkan angka rawat inap akibat HIV• Menurunkan angka kematian terkait AIDS• Menurunkan terjadinya penularan dari ibu ke bayi
Modul 3a, Halaman 21
Penurunan CD4 & komplikasi HIVPenurunan CD4 & komplikasi HIV
HAARTHAART
HAART= Highly Active Anti Retroviral Therapy
Pemakaian HAART akan mencegah terjadinya komplikasi infeksi oportunistik pada pasien dengan HIV
Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82 Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Semua tanpa ASI 15-25 %
Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %
Masa kehamilan
Selama persalin
an
4%4% 12%12%
Post partum melalui ASI
1%1%
0-14 mg 14-36 mg36 mg-kelahir
an
Persalinan
8%8% 7%7%
0-6 bln 6-24 bln
3%3%
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAKDARI IBU KE ANAK
Tatacara ART 20121
ODHA dengan indikasi ART dan kemungkinan hamil atau sedang hamil
ODHA hamil dan belum ada indikasi ART(mulai minggu ke-14)
ODHA hamil dengan indikasi ART, tetapi belum menggunakan ARV
ODHA datang pada masa persalinan dan belum mendapat ART
• AZT (2x300mg) + 3TC (2x150mg) + NVP (1x200mg,setelah 2 minggu 2x200mg)
• TDF (1x300mg) + 3TC(or FTC) (2x150mg) + NVP (2x200mg)
Alternatif:• AZT (2x300mg) + 3TC
(2x150mg) + EVF* (1x600mg) • TDF(1x300mg) + 3TC(or FTC)
(1x300mg) + EVF*(1x600mg)
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan
Tatacara ART 20122
• ODHA sedang menggunakan ART dan kemudian hamil
• Lanjutkan rejimen (bila menggunakan EFV diteruskan, tidak perlu diganti)
• Lanjutkan dgn ARV yg sama selama dan sesudah persalinan
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan
Tatacara ART 20123
• ODHA hamil dengan hepatitis B yang memerlukan terapi
• TDF (1x300mg) + 3TC(or FTC) (2x150mg) + NVP (2x200mg) atau
• TDF(1x300mg) + 3TC(or FTC) (1x300mg) + EVF*(1x600mg)
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan
Tatacara ART 20124
Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan
• ODHA hamil dengan tuberkulosis aktif
• OAT yg sesuai tetap diberikan Rejimen untuk ibu Bila pengobatan mulai trimester II dan III:
• AZT (d4T) + 3TC + EFV
Keamanan obat ARV untuk kehamilan•Semua obat ARV mempunyai efek
toksik•Risiko toksisitas pada ibu dan janin bervariasi tergantung pada•Usia Kehamilan
•Lama terapi• Jumlah obat yang digunakan
•Obat ARV dapat digunakan selama kehamilan
• Sebagai terapi kombinasiSebagai terapi kombinasi yang poten untuk ibu hamil
• Sebagai profilaksis tidak ada lagiSebagai profilaksis tidak ada lagi
Modul 2,
1.1. Kehamilan:Kehamilan: Ibu minum ARVIbu minum ARV
2.2. Persalinan:Persalinan: • Seksio sesarea atau Seksio sesarea atau
• Pervaginam tanpa trauma ke ibu & janin BILA ARV Pervaginam tanpa trauma ke ibu & janin BILA ARV teratur minimal 6 bulanteratur minimal 6 bulan
3.3. Laktasi:Laktasi: • Susu Formula Eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS)Susu Formula Eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS)
• ASI Eksklusif (max ASI Eksklusif (max 66 bln) dgn ARV bagi ibu dan bayi bln) dgn ARV bagi ibu dan bayi
Sikap:Sikap:
Tidak boleh Makanan Campuran (Mix Feeding) !!!Tidak boleh Makanan Campuran (Mix Feeding) !!!
Meminimalkan paparan janin/bayi dengan Meminimalkan paparan janin/bayi dengan cairan tubuh ibucairan tubuh ibu HIV positif HIV positif
1.1. Minum RoboransiaMinum Roboransia
2.2. Pola Hidup Sehat:Pola Hidup Sehat: • Cukup nutrisi, cukup istirahat, cukup olahragaCukup nutrisi, cukup istirahat, cukup olahraga
• Tidak merokok, tidak minum alkoholTidak merokok, tidak minum alkohol
3.3. Menggunakan kondom:Menggunakan kondom:
• Mencegah infeksi baru (bila pasangan non odha)
• Mencegah superinfeksi (bila pasangan odha)
Sikap:Sikap:
Optimalkan kesehatanOptimalkan kesehatan ibu dengan HIV positif ibu dengan HIV positif
Modul 4, Halaman 30
Kondisi ibu baik
Tidak terjadi penularanKe Bayi
Ke Tim Penolong
Ke Pasien lainnya
Tindakan efektif dan efisien
Tujuan Penatalaksanaan ObstetriTujuan Penatalaksanaan Obstetri
Persalinan yang amanPersalinan yang aman
Modul 4, Halaman 31
Risiko penularan masa persalinanRisiko penularan masa persalinan
Mazami Enterprise © 2009
His tekanan pada plasenta meningkat Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi
Lebih sering terjadi jika plasenta meradang/ terinfeksi
Bayi terpapar darah dan lendir serviks pada saat melewati jalan lahir
Bayi kemungkinan terinfeksi karena menelan darah dan lendir serviks pada saat resusitasi
Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82 Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Semua tanpa ASI 15-25 %
Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %
Masa kehamilan
Selama persalina
n
4%4% 12%12%
Post partum melalui ASI
1%1%
0-14 mg 14-36 mg36 mg-kelahira
n
Persalinan
8%8% 7%7%
0-6 bln 6-24 bln
3%3%
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAKDARI IBU KE ANAK
Pemilihan rute persalinan tergantungStatus obstetri
Status PPIA: ARV & viral load
Kesiapan petugas medis: Kewaspadaan universal, SDM, sarana medis & non medis
Penatalaksanaan Penatalaksanaan PersalinanPersalinan
Persyaratan untuk persalinan pervaginamIbu minum ARV teratur lebih dari 6 bulan, dan/atau
Muatan virus/ viral load tidak terdeteksi
Modul 4, Halaman 34Mazami Enterprise © 2009
Kewaspadaan standarDilakukan pada SEMUA penatalaksanaan persalinan baik per vaginam maupun seksio sesaria
Penatalaksanaan Penatalaksanaan PersalinanPersalinan 22//44
Prinsip kewaspadaan standarCuci tangan
Penggunaan alat pelindung diri (topi, kacamata, masker, apron, sarung tangan, sepatu) untuk mencegah transmisi infeksi melalui cairan
Penanganan alat medis tajam, baik dalam penggunaan, serah terima, penyimpanan maupun pembuangan sebagai limbah medis
Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan kamar bersalin
Modul 4, Halaman 35Mazami Enterprise © 2009
Seksio sesarea elektifMerupakan cara persalinan yang memiliki risiko transmisi terkecil
Akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-66%
Persalinan pervaginamRisiko penularan meningkat apabila terjadi Proses Persalinan (inpartu) dan Ketuban Pecah Dini
Bila terjadi KPD 4 jam atau lebih, pertimbangkan percepat persalinan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan PersalinanPersalinan 33//44
Penatalaksanaan PersalinanMetode persalinan Keuntungan Kerugian
PervaginamSyarat: 1.Pemberian ARV ≥ 6 bulan2.Viral load < 1000 kopi/mm3
1. Mudah dilakukan di sarana kesehatan yang terbatas.
2. Masa pemulihan pasca persalinan singkat
3. Biaya rendah
1. Risiko penularan pada bayi relatif tinggi 10-20% (kecuali ibu telah minum ARV teratur dan kadar viral load tidak terdeteksi).
Seksio Sesarea Elektif (Bedah sesar terencana)
1. Risiko penularan yang rendah (2-4%), atau dapat mengurangi resiko penularan sampai 50-66%
2. Terencana
1. Lama perawatan bagi ibu lebih panjang.
2. Perlu sarana dan fasilitas pendukung yang lebih memadai
3. Risiko komplikasi bedah dan anestesi selama operasi dan pasca operasi
4. Biaya lebih mahal.
Modul Pelatihan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Concentration of HBV in BodyFluids
Moderate
Semen
Vaginal Fluid
Saliva
Low/Not Detectable
Urine
Feces
Sweat
Tears
Breast Milk
High
Blood
Serum
Wound exudates
Modul 4, Halaman 38Mazami Enterprise © 2009
Perawatan nifas umumPemeriksaan tanda vital, involusi uterus
Higiene genitalia dan payudara
Nutrisi cukup, istirahat cukup
Perawatan nifas khususPastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian makanan untuk bayi
Supresi laktasi apabila ibu memilih untuk tidak menyusui
Penatalaksanaan Penatalaksanaan PascanatalPascanatal 11//22
Modul 4, Halaman 39Mazami Enterprise © 2009
Perawatan berkelanjutan pasca nifasHasil pemeriksaan/tes HIV pada bayi diinformasikan kepada dokter spesialis obsgin yang merawat ibu, sebagai bagian penilaian keberhasilan penerapan PMTCT dalam institusi kesehatan, serta memperkuat kinerja Tim PMTCT
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (CST) lanjutan bagi Odha, termasuk penatalaksanaan infeksi oportunistik
Pemeriksaan ginekologi rutin, Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan Pap smir (bila memungkinkan)
Penatalaksanaan Penatalaksanaan PascanatalPascanatal 22//22
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
AA bstinencebstinence
BB e Faithfule Faithful
CC ondomondom
DD rug Norug No
AA bsen seksbsen seks
BB ersikap saling setiaersikap saling setia
CC egah dengan kondomegah dengan kondom
DD ilarang menggunakan napzailarang menggunakan napza
Kegiatan Pencegahan Primer kepada Kegiatan Pencegahan Primer kepada PUS sebelum terjadinya infeksiPUS sebelum terjadinya infeksi
•Penyebar luasan Informasi•Penyuluhan berkelompok•Konseling•Mobilisasi masyarakat•Layanan bersahabat untuk priaLayanan bersahabat untuk pria 11
Modul 2, Halaman 41
1.1. Cegah HIVCegah HIV pada seluruh wanita usia reproduksi
2.2. Cegah kehamilanCegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita usia reproduksi terinfeksi HIV
Sikap:Sikap:
Pertimbangan dokter:• CD4 > 500• Viral load tidak terdeteksi• Minum ARV teratur 6bln
• KonselingKonseling• PengobatanPengobatan• PemantauanPemantauan
Keputusan untuk hamil:• Pasangan• Dukungan Keluarga
Kurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positifKurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif
Perencanaan Kehamilan dan Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan
pada perempuan dengan HIV
Perencanaan Kehamilan
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1.pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV melalui konseling dan penyediaan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif
2.perencanaan dan persiapan kehamilan yang tepat, jika ibu ingin hamil.
Perencanaan kehamilan
Bila perempuan dengan HIV dan pasangannya memutuskan ingin punya anak, maka kehamilan perlu direncanakan dengan matang. Persyaratan mencakup aspek medis dan aspek sosial sebagai berikut.
Aspek medis meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.Viral load tidak terdeteksi: bila viral load sudah tidak terdeteksi, maka kemungkinan penularan HIV dari ibu ke bayi rendah.
2.Kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3: kadar CD4 yang tinggi merupakan tanda bahwa kekebalan tubuh ibu cukup baik dan layak untuk hamil. Dengan kadar CD4 kurang dari 350 sel/mm3 maka ibu akan rentan terhadap infeksi sekunder yang akan membahayakan ibu dan dan janin di masa kehamilannya.
Perencanaan kehamilan
Aspek sosial mencakup hal-hal di bawah ini :
1.Perencanaan kehamilan oleh pasangan: kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) benar-benar memahami risiko dan konsekuensi kehamilan, persalinan dan aspek pengasuhan anak.
2.Kesepakatan/persetujuan dari keluarga: untuk menghindari penelantaran pengasuhan anak di kemudian hari akibat keterbatasan orang tua yang menderita HIV, perlu dipertimbangkan adanya persetujuan keluarga agar bersedia mengasuh anak tersebut apabila terjadi kendala pada orang tuanya.
Perencanaan kehamilanPersiapan perempuan dengan HIV yang ingin hamil seperti berikut :
1.Pemeriksaan kadar CD4 dan viral load, untuk mengetahui apakah sudah layak untuk hamil.
2.Bila VL tidak terdeteksi atau kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3, sanggama tanpa kontrasepsi dapat dilakukan, terutama pada masa subur.
3.Bila kadar CD4 masih kurang dari 350 sel/mm3, minum ARV secara teratur dan disiplin minimal selama enam bulan dan tetap menggunakan kondom selama sanggama.
Perencanaan kehamilanPersiapan pasangan dari perempuan dengan HIV yang ingin hamil :
1.Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka kapan pun boleh sanggama tanpa kondom, setelah pihak perempuan dipastikan layak untuk hamil.
2.Apabila serologis reaktif (positif), perlu dilakukan pemeriksaan viral load, untuk mengetahui risiko penularan.
3.Apabila VL tidak terdeteksi sanggama tanpa kontrasepsi dapat dilakukan pada masa subur pasangan.
4.Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4 kurang dari 350 sel/mm3, maka sebaiknya rencana kehamilan ditunda dulu.
PRINSIP KONTRASEPSI
1. Setiap perempuan dengan HIV diberikan konseling mengenai risiko penularan HIV terhadap bayi yang dikandungnya
2. Tundalah kehamilan sampai kesehatan secara umum baik
3. Sebaiknya perempuan dengan HIV tidak hamil lagi, kontrasepsi mantap dianjurkan
Modul 4, Halaman 48
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV
Pilihan kontrasepsi berdasarkan urutan prioritas untuk ibu dengan HIV :
1. Kontrasepsi mantap atau sterilisasi: dengan adanya risiko penularan HIV ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki jumlah anak yang cukup, dipertimbangkan kontrasepsi mantap.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV
2. Kontrasepsi jangka panjang:
a. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): metoda ini disarankan bila risiko IMS rendah dan pasangannya tidak berisiko IMS. Sebaiknya pemasangan dilakukan segera setelah plasenta lahir, walaupun tidak tertutup kemungkinan dipasang pada fase interval. Syarat-syarat pemasangan AKDR mengikuti standar yang berlaku. Perlu perhatian khusus bila ada keluhan efek samping, seperti nyeri dan perdarahan.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV
2. Kontrasepsi jangka panjang:
a. Hormonal (lihat Tabel 6):
i. Pil KB kombinasi: aman dan efektif untuk perempuan dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV dan obat lain yang dapat meningkatkan enzim hati. ARV dapat menurunkan efektivitas pil KB kombinasi.
ii. Pil progesteron: direkomendasikan bagi perempuan dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV, karena ARV menurunkan efektivitas pil progesteron.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV
2. Kontrasepsi jangka panjang:
a. Hormonal (lihat Tabel 6):
iii. Suntik progesteron jangka panjang: DMPA dapat digunakan bagi perempuan dengan HIV yang diberi ART tanpa kehilangan efektivitas kontrasepsi. Metabolisme DMPA tidak dipengaruhi oleh obat ARV dan tetap dapat diberikan dengan interval 12 minggu.
iv. Implan progesteron: implan etonorgestrel adalah kontrasepsi yang amat efektif dan aman pada perempuan dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV.
Pilihan Kontrasepsi Berdasarkan urutan Prioritas
Kontrasepsi hormonal
Perempuan HIV
Dalam terapi ARV Tidak dalam terapi ARV
Pil KB kombinasi √
Pil progesteron √
Suntik progesteron jangka panjang (DMPA)
√ √
Implan progesteron √
Hormon estrogen mempunyai efek menurunkan efektivitas ARV. Progesteron mempunyai efek sedikit meningkatkan efektivitas ARV. Namun, sebaiknya tetap diperhatikan pada penggunaan polifarmasi (misalnya perempuan HIV dengan tuberkulosis), karena semua kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati, demikian juga ARV. Penggunaan keduanya dalam jangka panjang memperberat fungsi hati.
Pilihan kontrasepsi dan alasannyaPilihan kontrasepsi dan alasannya
• Vasektomi & TubektomiVasektomi & Tubektomi Bila tidak ingin anak lagi
• AKDRAKDR Dianjurkan,sifatnya jangka panjang
• Suntik & ImplanSuntik & Implan Interaksi obat dengan ARV
• Spons & DiafragmaSpons & Diafragma Kurang efektif
• KondomKondom Hanya untuk pencegahan IMSHanya untuk pencegahan IMS
Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada Ibu dengan HIV
11 22
Karena adanya risiko MTCT, maka pada dasarnya Odha perempuan Karena adanya risiko MTCT, maka pada dasarnya Odha perempuan tidak dianjurkan untuk hamil lagitidak dianjurkan untuk hamil lagi
Modul 4, Halaman 55
RingkasanRingkasanSemua ibu hamil harus ditawarkan pemeriksaaan HIV
Pada perempuan hamil dengan HIV positiv pemberian ARV penting untuk mencegah tranmisi infeksi ke bayi
Masa persalinan mempunyai risiko tertinggi dalam penularan HIV dari Ibu ke Bayi dibanding masa kehamilan dan nifas
Pada dasarnya persalinan ibu dengan HIV dapat dilaksanakan di semua fasilitas kesehatan, dengan menerapkan kewaspadaan universal standar
Partus pervaginam tidak menjadi masalah asalkan ibu sudah minum ARV minimal 6 bulan. Seksio sesarea berencana merupakan pilihan apabila fasilitas memadai
Kondom tetap digunakan, namun hanya merupakan proteksi untuk pencegahan infeksi
PPIA 2012 :
Peningkatan cakupan :semua ibu hamil ditawarkan untuk tes HIV
Penawaran dilakukan dengan cara PITC.
Semua ibu hamil dengan HIV (+) diberi ARV tanpa memandang CD4 nya
Tidak ada lagi ARV profilaksis, melainkan ARV seumur hidup tanpa memandang jumlah CD4nya (option B+ WHO)
PPIA 2012 : Persalinan aman untuk Ibu HIV+ :
Boleh lahir normal dengan syarat pemberian ARV (minimal 6 bulan) dan UP yang sama dengan persalinan Ibu tanpa HIV
Kondom hanya digunakan untuk pencegahan IMS, tetap harus menggunakan kontrasepsi mantab/jangka panjang untuk KB
Pemberian nutrisi pada bayi :Boleh ASI dgn syarat pemberian ARV pada ibu dan bayinya pada masa menyusui dan tidak mix feeding
Modul Pelatihan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Panduan Etika dan ProfesiObstetri dan Ginekologi
Di Indonesia(Good Practice in Obstetrics &
Gynecology)
Dr. Ekarini Aryasatiani, SpOG(K)
Daftar Isi
4 Bab IMukadimah5 Bab II Sikap & perilaku dokter pada
pasien perempuan
9 Bab III Pelayanan ante, intra dan post partum
11Bab IV Sikap terhadap seksio sesaria13Bab V Menyelamatkan janin pada ibu
yang meninggal mendadak
14Bab VI Bank darah tali pusat dan pemanfaatan
Jaringan
Daftar Isi
4 Bab VII Kloning rekayasa genetika dan riset pada pra embrio
21Bab VIII Teknologi reproduksi buatan26Bab IX Pengendalian kesuburan30Bab X Sikap spesialis obstetri dan
ginekologi terhadap aborsi34Bab XI Sikap dokter spesialis obstetri dan
ginekologi terhadap HIV36Bab XII Pertahankan keterampilan klinik38Bab XIII Tugas SpOG memajukan
pendidikan39Bab XIV Ketidaksepakatan antar sejawat
Bab XISIKAP DOKTER SPESIALIS OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI TERHADAP HIV/AIDS
Perempuan seyogyanya menerima
pemeriksaan laboratorium terhadap
HIV.
Pasal 39
Diagnosis HIV pada perempuan hamil biasanya
dibuat berdasarkan laboratorium (darah, IMS) dalam
pemeriksaan antenatal. Namun, kepada perempuan
hamil harus dijelaskan lebih dahulu mengenai cara
pemeriksaan sampai kemungkinan hasil positif
terhadap HIV. Jika hasilnya sero-positif, perempuan
hamil tersebut harus diberi konseling tentang
pengobatan dan tindak lanjutnya.
Penjelasan
Untuk perempuan yang sero-negatif, gaya
hidupnya menempatkannya sebagai golongan
risiko tinggi untuk terjadinya infeksi, juga
perlu diberi konseling untuk mengurangi
risiko.
Penjelasan
Kerahasian perlu dijaga dalam melaporkan
kasus-kasus sero-positif. Dalam hal ini
diserahkan kepada perempuan bersangkutan
untuk menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada pasangannya atau pihak ketiga
lainnya, karena ia mempunyai hak dan
tanggungjawab untuk itu.
Penjelasan
Jika keadaan perempuan hamil tersebut
membahayakan pasangannya, perlu
dipertimbangkan untung ruginya membuka
rahasia medis.
Tentunya dengan membuka rahasia ini akan
berpengaruh terhadap hubungan perempuan
tersebut dengan keluarga, teman-teman dan
lingkungan kerjanya. Bisa juga menyebabkan
hilangnya kepercayaan pasien terhadap
dokternya.
Penjelasan
Bagi pasangan infertilitas yang salah
satu atau keduanya terinfeksi HIV
adalah etis untuk diberi pelayanan
reproduksi buatan, bila mereka
menginginkan.
Pasal 40
Dengan kemajuan pengobatan saat ini,
pasien HIV dapat hidup lebih lama,
risiko penularan baik dari ibu ke anak
maupun penularan dari pasangan HIV
positif ke HIV negatif menjadi
berkurang.
Penjelasan
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
wajib memberikan pertolongan yang
profesional pada pasien perempuan
terinfeksi HIV, sebagaimana pada
pasien lainnya.
Pasal 41
Perempuan yang terinfeksi HIV berhak untuk
mendapatkan pelayanan obstetri dan ginekologi
yang profesional, seperti pasien lainnya. Selain
itu dokter spesialis obstetri dan ginekologi harus
mengusai cara pencegahan penularan, baik ke
penderita lain maupun petugas rumah sakit dan
diri sendiri dengan menerapkan Universal
Precautions/kewaspadaan standar.
Penjelasan
Modul 4, Halaman 70
Bahan diskusi kelompok modul 3Bahan diskusi kelompok modul 3Penatalaksanaan Obstetri untuk Ibu dengan HIV
Ibu dengan HIV, G1, 28 tahun, hamil 28 minggu. Penatalaksanaan obstetri apa yang direncanakan untuk klien ini?
Ibu dengan HIV, G2P1A0, 30 tahun, hamil 40 minggu, Bekas SC ai Letak Lintang 1 tahun yang lalu. Penatalaksanaan obstetri apa yang direncanakan untuk klien ini?
Ibu dengan HIV, G1, 20 tahun, hamil 14 minggu. Penatalaksanaan obstetri apa yang direncanakan untuk klien ini?
Modul 4, Halaman 71
Bahan diskusi kelompok modul 3Bahan diskusi kelompok modul 3Penatalaksanaan Obstetri untuk Ibu dengan HIV
Seorang wanita 32 thn dengan HIV (+) dan CD4 478, belum pernah mendapat terapi ARV, merencanakan kehamilan dengan suami yang HIV (-) apa tindakan saudara ?
Seorang wanita 30 thn HIV (+) dengan terapi ARV 2 thn teratur pindah ke RS anda karena ingin melahirkan di kampung , apa saran tatalaksana anda ?
Seorang wanita 28 thn G4P2A1 anak pertama meninggal anak kedua 2thn HIV (+) hamil aterm inpartu pembukaan 4cm belum pernah mendapat terapi ARV. Kemungkinan TB (+) karena batuk darah dan kaheksi. Apa saran tatalaksana saudara ?
Modul 4, Halaman 72
Terima Terima kasihkasih
Perlindungan menyeluruh dan dinamis terhadap penularan HIV dari ibu ke bayi