Modul AKB

download Modul AKB

of 10

Transcript of Modul AKB

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu, bayi dan balita saat ini menjadi wacana yang terus berkembang di masyarakat kita. Kematian ibu, bayi, dan balita merupakan masalah besar di Negara berkembang seperti Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh AKI di Indonesia 228 per 100.000 KH (kelahiran hidup), AKB 34 per 1000 KH, dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 20 per 1000 KH. Penyebab utama kematian neonatal adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) 30,3%, dan penyebab utama kematian pada bayi adalah gangguan perinatal sebesar 34,7%.Melihat kecenderungan seperti ini, pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup akan sulit terwujud kecuali dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya pengendalian dan pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik.Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengalami hal yang sama mengenai masalah kematian ibu, bayi, dan balita. Angka Kematian Balita (0-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan adalah menurunnya angka kematian bayi (AKB). Bayi perempuan memiliki daya tahan yang lebih besar dibandingkan dengan bayi laki-laki.Data Nasional Angka Kematian Bayi memperlihatkan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1991, angka kematian bayi (AKB) mencapai 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003, angka tersebut menurun menjadi 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 AKB tercatat 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Target capaian MDGs secara nasional yang ditetapkan adalah 32 per 1000 kelahiran hidup dan diprediksi akan tercapai pada tahun 2015. Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi DIY pada saat ini sebesar 19 per kelahiran hidup (SDKI, 2007). Angka tersebut jauh lebih rendah dari angka nasional saat ini maupun target nasional pada tahun 2015. Pencapaian ini tidak terlepas dari didukung cakupan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan maupun kondisi dan status kesehatan ibu. Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut Provinsi DIY menetapkan target capaian angka kematian bayi lebih rendah dari target nasional yaitu sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup dan diprediksi akan tercapai pada tahun 2015.

BAB ISTATUS PASIEN

A. IdentitasNama: Bayi Ny. Dwi SarwatiUsia: 33 tahunAlamat: Jagan RT 04 Kasihan BantulNama suami : Bp. Sunaryo (44 tahun)

B. Data SekunderParitas: G1P0A0UK 39 minggu

Kronologis KasusTanggal 20 Mei 2012 jam 21.00 Ibu merasa kenceng-kenceng, datang ke BPS jam 02.00 tanggal 21 Mei 2012 jam 02.00. Kenceng-kenceng teratur, ketuban pecah. Dirujuk ke Rumah Sakit Panembahan Senopati, kemudian Ibu diperiksa didapatkan Hb : 8 g/dL, kemudian di tranfusi 1 kantong darah untuk perbaikan kondisi umum. Tanggal 22 Mei 2012 pukul 05.00 Ibu diinduksi, Jam 09.55 bayi lahir dengan berat badan 3500 gram, jenis kelamin laki-laki, dengan asfiksia. Bayi di rawat di perinatal Rumah Sakit Panembahan Senopati selama 22 hari. Tanggal 12 Juni 2012 bayi di rujuk ke Rumah Sakit Sardjito. Tanggal 19 Juni 2012 jam 02.30 bayi dinyatakan meninggal dengan diagnosis kelainan jantung bawaan. Bayi meninggal di usia 28 hari.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Selama ini telah dilakukannya beberapa upaya untuk dapat menekan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan dan hasilnya menunjukkan perbaikan yang sangat berarti. Kota Medan dari tahun 1988 2007 AKB terus mengalami penurunan, pada tahun 1995 terdapat 43 kematian per 1.000 kelahiran hidup, kemudian di tahun 2002 terdapat 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan terakhir data dari Badan Pusat Statistik tahun 2007 menunjukkan 14 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Indonesia pada tahun 2000 telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan oleh World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia juga sudah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan AKB dalam beberapa dekade terakhir. Namun walaupun telah mencapai target namun, dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi.

Angka kematian bayi pada Tahun 2011 sebanyak 8,5/1.000 Kelahiran Hidup, mengalami penurunan dibanding Tahun 2010 9,8/1.000 Kelahiran Hidup. Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bantul dari Tahun 2006 sampai dengan 2011 disajikan pada grafik 4 berikut ini.

Grafik diatas menunjukkan kecenderungan penurunan Angka Kematian Bayi secara signifikan pada empat tahun terakhir. Bahkan Kabupaten Bantul sudah bisa melampaui target MDGs untuk Angka Kematian Bayi pada tahun 2015 ditargetkan 16 per 1000 kelahiran hidup.

Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 19 kasus dan Kecamatan Jetis dengan 15 kasus.

A. Pengertian Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan masyarakatnya.Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

B. Penyebab Kematian Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf. Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf termasuk meningitis dan encephalitis dan tifus.1. Faktor Ibua. Masa Kehamilan ANC Infeksi ibu hamil : rubela, sifilis, gonorhoe, malaria Gizi ibu hamil Karakteristik ibu hamil : umur, paritas, jarakb. Persalinan Partus macet/ lama : letak sunsang, bayi kembar, distocia Tenaga Penolong Kehamilan2. Faktor Janin Umur 0 7 hari : BBLR, Asfiksia Umur 8 28 hari : pneumonia, diare, tetanus, sepsis, kelainan kogenital.

C. PencegahanAngka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. "Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.

D. Cara PenanggulanganDari gambaran penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia, dan permasalahan kesehatan neonatal yang kompleks dimana dipengaruhi oleh faktor medis, sosial dan budaya (sama dengan permasalahan kesehatan maternal) maka:1. Bidan di desa atau petugas kesehatan harus mampu melakukan: perawatan terhadap bayi neonatal, promosi perawatan bayi neonatal kepada ibunya, serta pertolongan pertama bayi neonatal yang mengalami gangguan atau sakit.2. Kepala Puskesmas dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan: Deteksi dan penanganan bayi neonatal sakit Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan Pembinaan bidan di desa dan pondok bersalin di desa PONED dengan baik dan lengkap (obat, infus, alat-alat emergensi) Organisasi transportasi untuk kasus rujukan3. Kepala Dinkes Dati II dan atau RS Dati II dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan: Fungsi RS Dati II sebagai PONEK 24 jam Sistem yang tertata sehingga memberi kesempatan kepada keluarga bayi neonatal dari golongan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan gawat darurat di RS Dati II dengan biaya terjangkau Pelayanan berkualitas yang berkesinambungan Pembinaan teknis profesi kebidanan untuk bidan yang bekerja Puskesmas/desa melalui pelatihan, penyegaran pengetahuan dan keterampilan, penanganan kasus rujukan.4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan neonatal emergency care di Puskesmas dan RS Dati II.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanAngka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

B. SaranMeningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan masyarakat baik dari masyarakat menengah keatas dan khususnya masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu diharapkan seluruh elemen masyarakat menyadari tentang status kesehatan ibu dan bayi, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006 Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2002), Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.