MODUL AAI 2011
-
Upload
friiz-dcpsk -
Category
Documents
-
view
63 -
download
13
Transcript of MODUL AAI 2011
MODUL ASISTENSI AGAMA ISLAM (AAI)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
PUSAT KOORDINASI PENGELOLA ASISTENSI AGAMA ISLAM
PKP-AAI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
PRESENSI KEPEMANDUAN AAI
Kelompok :……………………………………………………………………………………………………..
Nama Pemandu :……………………………………………………………………………………………………..
Angkatan/jur :……………………………………………………………………………………………………..
NO NAMA NIM HP EMAIL
PUSAT KOORDINASI ASISTENSI AGAMA ISLAM PKP-AAI
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2011
SILABUS KURIKULUM ASISTENSI AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Deskripsi singkat Asistensi Agama Islam
Asistensi Agama Islam adalah program pendampingan bagi peserta mata kuliah
pengembangan pendidikan agama islam (MPK PAI) di lingkungan Universitas Gadjah Mada. AAI ini
memuat pembelajaran agama islam yang meliputi pengokohan karakter muslim, tsaqafah islamiyah
serta aplikasi ilmu agama yang dilaksanakan pada semester satu pada tahun ajaran 2011/2012.
pembelajaran ini dilakukan dalam bentuk utama adalah microteaching serta kegiatan lain berupa
stadium general, training dan lain-lain. Pada bentuk pembelajaran secara microteaching terdiri
beberapa kelompok yang didalamnya ada seorang pemandu/fasilitator dan 8-12 orang peserta.
Durasi waktu yang diperlukan adalah 100 menit, dimulai dengan mebaca Al-Quran bergiliran di 15
menit pertama. Kemudian pemandu menyampaikan materi dengan metode bergantung pada
rekomendasi silabus dan situasi pada saat kepemanduan, bisa berupa ceramah, dialog, diskusi,
bedah buku, games, dan lain-lain.
Waktu/Tempat : Jumat atau Sabtu / sekitar FEB UGM
Status Pembelajaran : Wajib
Tujuan Pembelajaran
a. Membangun kesadaran menjadikan agama sebagai sistem kontrol pribadi b. Membangun intelektualitas c. Membentengi diri dari pengaruh aliran sesat d. Mengokohkan Shalat Wajib lima waktu dan mempelancar kemampuan baca Al-Quran.
Metode Pelaksanaan dan Bentuk kegiatan
Standar Operasional untuk tiap kepemanduan adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan b. Tilawah c. Pembelajaran Tahsin d. Diskusi atau permainan (simulasi materi) e. Hafalan Bersama (12 surat terakhir, minimal tiap 1 surat) f. Penutup
Materi
1. Syahadatain 2. Ma’rifatudien 3. Rukun Islam dan Prinsip Akhlak
4. Shalat dan Thaharah 5. Al Qur’an Minhajul Hayah 6. Problematika Umat: Ghazwul Fikr 7. Menjadi Pribadi Muslim yang Ideal 8. Kenikmatan Berbisnis dengan Allah
G. Kriteria Penilaian
Diberikan kepada dosen agama islam. Ruang lingkup penilaian :
a. Partisipasi (presensi,tanya jawab,dll) 25% b. Tugas 25% c. Pretest 20% d. Post test 30%
Pertemuan Topik Bacaan Keterangan
Minggu ke-1 (23/24 Sept 2011)
TA’ARUF (PERKENALAN) Sharing/games/nonton film
Minggu ke-2 (30 Sept/1 Okt 2011)
Syahadatain Materi I
Minggu ke-3 (7/8 Okt 2011)
Ma’rifatuddien Materi II
Minggu ke-4 (14/15 Okt 2011)
Rukun Islam dan Prinsip Akhlak
Materi III
Minggu ke-5 (21/22 Okt 2011)
Shalat dan Thaharah Materi IV
Minggu ke-6 (28/29 Okt 2011)
Al Qur’an Minhajul Hayah Materi V
Minggu ke-7 (4/5 Nov 2011)
UJIAN TENGAH SEMESTER Minggu ke-8 (11/12 Nov 2011)
Minggu ke-9 (18/19 Nov 2011)
Problematika Umat: Ghazwul Fikr
Materi VI
Minggu ke-10 (25/26 Nov 2011)
Menjadi Pribadi Muslim yang Ideal
Materi VII
Minggu ke-11 (2/3 Des 2011)
Kenikmatan Berbisnis dengan Allah
Materi VIII
Minggu ke-12 (9/10 Des 2011)
POST TEST AAI
―wahai ahli kitab ! marilah (kita) menuju satu kalimat (pegangan) yang sama
antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kiat tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan bahwa kita tidak menjadikn satu
sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
(kepada mereka), “Saksikanlah bahwa kami adalah seorang muslim”
(Al-Imran ; 64 )
SYAHADATAIN
BAB 1
ATTENTION !
Materi Inti : Syahadatain
Sub Pokok Materi :
1) Definisi dan syahadatain
2) Rukun Syahadah
Diharapkan :
- Peserta AAI memahami Syahadat dengan benar
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Syahadahtain
Lafadz Syahadah
Makna Syahadah
Secara bahasa:
1. Al-I‟lanu (pernyataan) QS 3:64
Sebuah pernyataan yang menyatakan tentang jati diri atau identitas
seseorang tentang keimananya kepada Rabb. Allah berfirman ;
―Katakanlah (muhammad), ―wahai ahli kitab ! marilah (kita) menuju satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak
menyembah selain Allah dan kiat tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun, dan bahwa kita tidak menjadikn satu sama lain tuhan-tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), ―Saksikanlah
bahwa kami adalah seorang muslim‖ (Al-Imran ; 64)
2. Al-Wa‟du (janji) QS 7:172
Apabila syahadah sama dengan janji dan jaji itu adalah hutang maka
syahadahpun mestinya harus dibayar (dipenuhi) layaknya sebuah hutang. Allah
berfirman ;
―Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) Adam
keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka
(seraya berfirman), ―bukankah aku ini Tuhanmu ?‖ mereka menjawab ―betul
(Engkou Tuhan kami), kami bersaksi.‖ (kami lakukan yang demikian itu agar
dihari kiamat kamu tidak mengatakan, ―sesungguhnya ketika itu kami lengah
terhadap ini‖ (Al-A‟raf ; 172)
3. Al-Qosamu (sumpah)
Secara istilah:
Syahadah adalah suatu pernyataan yang mengandung janji dan juga sumpah
tentang keimanan seseorang, dalam hal ini keimananya terhadap Islam yang
diawali dengan mengikrarkan kalimat yang menjadi kunci masuknya keislaman
;Syahdah. Dengan cara :
Membenarkan dalam hati (At-Tasdiiqu bil Qolbi)
Dinyatakan dengan lisan (Al-Qoulu bil Usan)
Dibuktikan dengan perbuatan (Al-‗Amalu bil Arkan)
Rukun Syahadah
Syahadatain berarti dua kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah
syahadah Uluhiyah dan Syahadah Risalah.
1. Syahadah Uluhiyah.
· Terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. (QS 12:40; 47:19; 7:59)
Laa berfungsi sebagai Kalimatun-Nafii (kata yang menolak)
Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak) ―
Illa berfungsi sebagai Kalimatul-Itsbatu (kata yang ditolak)
Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan)
Jadi, Syahadah Uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap seluruh
bentuk Ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. (QS
14: 24- 26; Lih. Fatwa Ibnu Taimiyah).
Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha pada dirinya maka akan
tumbuh Al-Baro‘. Al-Baro‘ berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap
Bentuk Ilah selain Allah. Ilah adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati
dan disembah. Dengan membatalkan semua bentuk Ilah di luar Allah dan
mengacuahkannya hanya untuk Allah, akan tumbuh Al-Wala‘. Al-Wala‘ berarti loyalitas,
siap memantau perintah Allah dengan penuh kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-
mata kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah siapa pun, kapan pun, dimana
pun juga, kecuali itu sesuai dengan perintah Allah. Jika seseorang telah memiliki prinsip
bahwa tiada yang berhak untuk diabdi kecuali Allah (Laa ma‘buda bihaqqin Illa Allah)
barulah dapat dikatakan seorang mukhlisin (orang yang ikhlas) sejati. Orang-orang yang
ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaithan. (QS 38: 82-83)
2. Syahadah Risalah.
Pengakuan ‗persona garata‘ (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta
Allah bagi alam semesta dan kesiapan untuk menjadikan beliau sebagai ‗examplia gratia‘
(contoh/ uswah) dalam setiap aspek kehidupan. (QS 21:1O7 ; 33:21 ; 68:4) Jika
seseorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai persona garata dan siap menjadikannya
sebagai examplia gratia maka barulah dikatakan dia berwala‘ (loyal) kepada Rasulullah
SAW. Berwala‘ kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba‘ (mengikuti) kepada beliau
dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittiba‘ur Rasul merupakan bukti kecintaan dan
ketaatan kepada nabi SAW.
Syahadah Uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Seorang muslim tidak dapat menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika
seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah.
Bila seseorang hanya menerima syahadah risalah saja berarti dia menjadi seorang
Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.
Syarat Diterimanya Syahadah
1. Ilmu yang menghilangkan kebodohan
Seseorang yang bersyahadah hendaknya mengetahui ( memiliki pengetahuan )
tentang syahadatnya tersebut. Ia wajib memahami dua kalimah syahadah
tersebut. Orang yang tidak memahami makna syahadahnya tidak mungkin akan
dapat mengamalkannya. Allah berfirman ;
―maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan
Allah dan mohon ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-
laki dan perempuan . dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tinggalmu.‖
( Muhammad ;19)
2. Yakin yang menghilangkan keraguan
Seseorang yang bersyahadah wajib meyakini apa yang telah diucapkannya. Ia
tidak dianjurkan memberikan celah apalagi ruang untuk tempat bersemayamnya
keragu-raguan. Keyakinan akan menghantarkan manusia pada keistiqomahan dan
ragu hanya akan melahirkan kemunafikan. Allah berfirman ;
―Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-
orang yang benar.‖ ( Al-Hujarat ; 15 )
3. Ikhlas yang menghilangkan kesyirikan
Ucapan syahadah mestinya diiringi dengan a. Ucapan syahadah yang bercampur
dengan riya atau kecendrungan tertentu selain Allah dan Rasul-Nya maka
syahdahnya tersebut tidak akan diterima. Syahadah adalah awal dari diibadah,
karena itu lakukanlah dengan ikhlas. Allah berfirman ;
―Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta‘atan kepada-Nya dalam (mmenjalankan) agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikianlah
agama yang lurus‖ ( Al-Bayinah ; 5 )
4. Kebenaran yang menghilangkan kedustaan
Dalam pernyataan syahadatain seorang muslim wajib membenarkan apa yang
diikrarkan, jangan sampai ada sedikitpun dusta. Benar adalah landasan iman
sedangkan kufur adalah landasan kufur. Sikap shidiq akan melahirkan keta‘atan
dan amanah sedangkan dusta hanya akan menimbulakan kemaksiatan dan
pengkhianatan. Allah berfirman ;
―Diantara mereka ada yang mengatakan; ― kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.‖ (
Al-Baqarah ; 8)
5. Cinta yang menghilangkan kebencian
Tak perlu panjang lebar menjelaskan makna cinta, yang jelas jika cinta ini sudah
dimiliki oleh setiap insan segala tindakan meski membawa beban akan terasa
ringan, jelek jadi indah, rasa bencipun akna berubah menjadi rasa suka. Atas
dasar cinta pulalah hendaknya kita beribadah kepada-Nya, sebab seharusnya
cinta itu adalah ruh dari segala ibadah kepada Allah dan Rasul-Nya.
―Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah‖ (Al-Baqarah ;
165)
6. Menerima yang jauh dari penolakan
Mutlak bagi seorang muslim untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
syahadatain. Tidak ada keberatan atau rasa terpaksa sedikitpun atas perintah-
Nya. Ia senantiasa tunduk, mendengar, patuh dan ta‘at terhadap perintiptaah
Allah dan Rasul-Nya.
―Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali
tidak ada pilihan bagi mereka, maha suci Allah dan maha tinggi dari apa yang
mereka persekutukan (dengan dia)‖ (Al-Qhashas ; 68)
7. Pengamalan yang menjauhkan diri dari sikap diam
Ilmu tanpa amal sama saja dengan bohong, amal tanpa ilmu yang ada hanya kesia-
siaan. Dalam kalimah syahadah itu bukan hanya mengandung pernyataan, ikrar,
dan sumpah akan tetapi suatu perintah yang harus diamalkan, jika tidak hal ini
dapat menggugurkan syahadah yang telah diucapkan. Kepercayaan hendaknya
dibuktikan dengan amalan.
8. Ridha
Ridha adalah perasaan rela, ikhlas, dalam hal ini ikhlas terhadap konsekuensi dari
sebuah syahadah, ia senantiasa mengamalkan pesan-pesan spiritual yang
terkandung didalamnya.
Hal-hal yang membatalkan Syahadah
1) Syirik dalam beribadah kepada Allah
2) Menjadikan suatu benda atau makhluk sebagi peraantara dia dengan Rabbnya
3) Tidak mengkafirkan orang musyrik yang sudah jelas kemusyrikannya dan
membenarkan madzhab mereka
4) Lebih mengutamakan hukum taghut daripada hukum Allah dan petunjuk Rasul-Nya
5) Tidak menyukai bahkan membenci sunnah Rasulullah
6) Mengejek atau memperolok-olok dienullah (ISLAM)
7) Terpikat, mempelajari atau mengamalkan ilmu sihir
8) Membantu dan menolong orang musyrik yang memusuhi islam
9) Berkeyakinan bahwa ada sebagian manusia yang diberikan kebebasan untuk tidak
menjalankan syari’at Nabi Muhammad
10) Menjauhka diri dari apa-apa yang menjadi syari’at utama seorang muslim
Dampak syahadatain dalam kehidupan
Bila kalimat syahadah ini difahami baik-baik maka seharusnya ini akan memberikan
dampak yang positif dalam perjalanan hidup kita. Sebagai dampak dari syahadatain, tiga
unsur pokok yang dimiliki manusia yaitu hati, akal dan jasad akan mendapatkan shibghoh
(celupan) Allah. Allah berfirman ;
―Shibghoh Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghohnya dari pada Allah ? dan hanya
kepada-Nyalah kami menyembah‖ (Al-baqarah ;138)
Jika ketiga unsur yang dimiliki manusia sudah tershibghah, maka ;
Dari hatinya akan lahir keyakinan yang benar dan seterusnya akan melahirkan
motivasi (niat) yang ikhlas
Dari akalnya akan lahirlah pikiran-pikiran islami dan selanjutnya akan
membuahkan syistem yang islami pula
Dan dari jasadnya akan lahirlah amalan-amalan shalih
Misalnya seorang pedagang, pabila dia benar-benar memahami makna syahadah, maka
semestinya dia melakukan semua transaksi jual belinya sesuai syari‘at agama islam. Dia
meninggalkan apa yang dilarang dan mengamalkan apa yang diperintah.
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 14 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas : ...
“,,, Barang Siapa yang mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang yang merugi ,,,”
(A-Imran ; 85)
MA’RIFATUDIEN
BAB 2
ATTENTION !
Materi Inti : Ma’rifatudien
Sub Pokok Materi :
1)
2)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Ma‟rifatudien
Ad-Dien Menurut Al-qur‟an
Ciri-ciri Dienullah/ Dienul Samawi Bukan tumbuh dari masyarakat, tetapi diturunkan untuk masyarakat
Disampaikan oleh manusia pilihan Allah, utusan itu hanya menyampaikan
bukan menciptakan
Memliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia, sebagai bukti
kebenaran firman Allah
Konsep tentang Tuhannya Adalah Tauhid
Pokok-poko ajaranya tidak pernah berubah dengan perubahan penganutnya
Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia
Ciri-ciri dienul Ardh Tumbuh dan lahir oleh masyarakat
Tidak disampaikan oleh Rasul Allah
Umumnya tidak memiliki kitab suci, walupun ada sudah memiliki
perubahan-prubahan seiring perjalanan sejarah
Konsep Tuahnnya dinamisme, animisme, polotheisme, dll
Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan penganutnya
Kebenaran ajarannya tidak universal yaitu, tidak berlaku bagi manusia,
masa dan keadaan
Pengertian Islam Secara Bahasa/ Ethimologis ;
Tunduk patuh, berserah diri ( Al-Istislam )
―maka apakah mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal
apa yang ada dilangit dan pa yang ada dibumi berserah diri kepada-Nya,
(baik) dengan suka meupun terpaksadan hanya kepada-Nya mereka
dikembalikan‖ ( Al-Imran ; 63 )
Damai ( As-Sulm )
Bersih ( As- Sulim )
Selamat ( As—Salam )
Secara terminologi/ Istilah ;
Menyerahkan diri sepenuhnya, tunduk dan patuh dalam menjalankan perintah-
Nya, baik berupa perintah untuk melakukan sesuatu ataupun perintah untuk
meninggalkan sesuatu dengan kesadaran, keikhlasan, dan ilmu.
Kelebihan Dienul Islam
1) Sesuai fitrah manusia QS. 30;10
2) Kepentingan seluruh manusia QS 34;28
3) Rahmat seluruh alam QS 21;107
4) Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179
5) Sangat sempurna QS. 5:3
Karakteristik Dienul Islam
Dienul Al-Islam memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan agama lain.
Diantaranya yang sangat mendasar ialah :
1) Rabbaniyah (bersumber langsung dari Allah SWT)
Islam bukan rekayasa dari manusia, melainkan 100% merupakan manhaj Rabbani. Segi
aqidah, ibadah, adab susila, moral, syariat, dan peraturannya itu bersumber dari
Allah SWT. (QS. 6:115)
2) Insaniyah „Alamiyah (humanisme yang bersifat universal)
Islam ditampilkan sebagai cahaya petunjuk bagi seluruh umat manusia, bukan hanya
untuk suatu kaum atau golongan tertentu. Jadi Al Islam merupakan milik manusia
yang ada di muka bumi ini, tanpa mengkhususkan bangsa Arab yang merupakan
diturunkanya agama ini. (QS. Saba‘:28)
3) Syaamil Mutakamil (integral menyeluruh dan sempurna)
Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, dari mulai masalah atau
pekerjaan yang kecil sampai yang sangat besar sekalipun, dan Al Islam telah
memformat dengan sempurna melalui pengaturannyaserta menerangkan hukumnya.
(QS. 16:89)
4) Al-Basathoh (mudah)
Al-Islam merupakan agama fitrah bagi manusia, sehingga manusia mampu
melaksanakan tanpa adanya kesulitan, tetapi yang membuat kesulitan itu ialah
manusai itu sendiri. (QS. 2:286) Jadi jelas, bahwa Islam merupakan solusi berbagai
permasalahan bukan untuk membebani manusia dengan satu kewajiaban, kecuali
sebatas akan kemampuan diri manusia itu.
5) Al Adalah (keadilan)
Al Islam datang untuk menegakan keadilan secara mutlak, untuk mewujudkan
persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta memelihara
darah, kehormatan, harta dan akal mereka.
6) Tawadzun ( keseimbangan)
Al Islam dan seluruh ajaranya mengajarkan untuk senantiasa menjaga keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan dan kepentinagan umum, antara jasad dan ruh,
serta antara dunia dan akhirat. (QS. 28:77)
7) Tsabat wa Murunah (perpaduan antara keteguhan prinsip dan fleksibilitas)
Diantara ciri khas dien Islam adalah perpaduan antara tsabat (tidak berubah oleh
apapun) dan murunah (menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas
syariat). Tsabat pada pokok-pokok dan tujuannya. Murunah pada cabang-cabang dan
sarana-sarana serta caracaranya sehingga dengan sifat murunahnya, dien Islam
dapat menyesuaikan diri, dan dapat menghadapi perkembangan jaman serta dapat
sesuai dengan setiap keadaan yang timbul. Dengan sifat tsabat pada pokok-pokok dan
ajaranya, Islam tidak bisa larut dan tunduk terhadap setiap persoalan jaman dan
perputaran waktu.
Saint dan Islam
Lewat sepuluh tahun terakhir semakin banyak kaum Muslim menyatakan Qur‘an
sebagai buku yang penuh berisi keajaiban-keajaiban ilmu pengetahuan. Banyak website,
buku-buku dan video diproduksi yang menyatakan bahwa Islam adalah benar-benar suatu
agama yang bersumberkan keilahian, menyebutkan pernyataanpernyataan yang kononnya
―secara ilmiah akurat‖ dalam Qur‘an dan Hadis. Banyak dari karya-karya ini
memperkenalkan pernyataanpernyataannya dengan kalimat seperti, ―Satu dari hal yang
paling luar biasa dalam Quran adalah bagaimana ia menguraikan ilmu pengetahuan. Quran
yang dinyatakan kepada Muhammad SAW pada abad ke-7 berisikan fakta-fakta ilmiah
menakjubkan yang sedang ditelusuri di abad ini. Para ahli ilmu pengetahuan terkejut dan
kerap terbungkam saat mereka diperlihatkan betapa terperinci dan akuratnya beberapa
ayat dalam Quran tentang ilmu pengetahuan moderen. Berikut ini merupakan contoh
kejadian penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran dan dibuktikan dengan ilmu sains
pada zaman sekarang.
Dalam Al Qur‘an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, penciptaan alam semesta digambarkn sebagaimana berikut ini:
―Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui Bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?‖ (Al Qur‟an, 21:30)
Kata ―ratq‖ yang di sini diterjemahkan sebagai ―suatu yang padu‖ digunakan untuk
merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan ―Kami
pisahkan antara keduanya‖ adalah terjemahan kata Arab ―fataqa‖, dan bermakna bahwa
sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari
―ratq‖. Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat
tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat ―fatq‖. Keduanya lalu terpisah
(―fataqa‖) satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal
peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam
semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk ―langit dan bumi‖ yang saat itu
belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada
keadaan ―ratq‖ ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan
materi materi yang dikandungnya untuk ―fataqa‖ (terpisah), dan dalam rangkaian
peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Peristiwa Big
Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah SWT telah menciptakan jagat raya
dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun
sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya,
namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh
masyarakat ilmiah.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan
ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang
sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu
kenyataan pasti: AlQur‘an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya
terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang
tak mungkin dapat diketahui dimasa itu, dinyatakan dalam ayatayatnya. Mustahil
informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa
itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa AlQur‘an bukanlah perkataan manusia. Al Qur‘an
adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah
Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan
dalam Al Qur‘an ;
―Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur‘an ? Kalau kiranya Al Qur‘an
itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya.‖ (Al-Qur‘an, 4:82)
Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal
informasi yang dikandung Al Qur‘an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari
demi hari.
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 14 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas : ...
“ Islam didirikan diaatas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tida Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan
zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa di bulan ramadhan”
(HR. Bukhari Muslim )
BAB
3
RUKUN ISLAM DAN PRINSIP AKHLAK
ATTENTION !
Materi Inti : Rukun Islam dan Prinsip Akhlak
Sub Pokok Materi :
1)
2)
3)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Rukun Islam dan Prinsip Akhlak
Islam dan Prinsip Akhlak
Rukun Islam ;
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat, menuntut kejujuran dan keikhlasan
2. Menegakan sholat, untuk mencegah kejahatan dan kemungkaran
3. Mengeluarkan zakat, dapat menghilangkan penyakit pelit dan
menumbuhkan sikapa solidaritas
4. Puasa di bulan ramadhan, dapat mengendalikan syahwat dalam diri
5. Menunaikan haji ke tanah suci, membentuk totalitas beribadah kepada
Allah
Rasulullah telah menjelasakan tujuan utama diutusnya beliau menjadi rasul dan
minhaj yang jelas melalui sabdanya,
― Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia‖ (HR. Malik)
―Agama adalah akhlak yang baik‖ (HR. Hakim)
Begitu pentingnya akhlak dalam islam seakan tidak ada ajaran lain dalam agama
islam selain akhlak. Oleh karena itu akhlak menjadi landasan hidup dan pijakan
dalam bicara, bersikap dan berprilaku, sebagaimana firman Allah ;
―Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung‖ (Al-qalam ; 3)
Rukun islam yang lima sangat erat kaitanya dengan akhlak ; dua kalimat syahadat,
shalat, zakat, puasa dan naik haji tidak dapat dipisahkan dari prinsip-prinsip dan
nilai akhlak. Harusnya setisp rukun dari rukun islam yang lima bisa berdampak
positif pada perubahan prilaku dan gaya hidup seorang muslim.
Dan ibadah yang disyari‘atkan islam adalah sebagai pilar-pilar keimanan bukan
sekedar ritual semu yang menghubungkan manusia dengan alam ghaib yang
misterius. Memberinya dengan amal yang serba semu dan gerak gerik tanpa
makna. Tidak, sekali lagi tidak, berbagai kewajiban yang dibebankan islam kepada
setiap muslim merupakan latihan yang berulang-ulang agar terbiasa dengan
akhlak yang benar dan senantiasa komitmen dengan akhlak tersebut apapun
kondisi yang dialaminya. Ia tak ubahnya seperti senam yang banyak diminati
orang. Dengan melakukannya secara kontinu, ia berharap badanya sehat dan
hidupnya sejahtera.
1) Syahdatain dan akhlak
Mengucapakan dua kalimah syahadah bukan kegiataan formalitas untuk
menjadi seorang muslim akan tetapi lebih jauh dan lebih dalam dari itu
adalah bukti keyakinannya yang kuat dan kejujuranya yang sempurna
serta keikhlasan yang mendalam dalam menerima islam sebagai syistem
hidup. Oleh karena itu Rasulullah menegaskan barang siapa yang
mengucapkan laa ilaaha illallah dengan hati yang jujur maka ia masuk
syurga ;
―tidak ada seorang hamba yang mengucapkan laa ilaaha illallah kemudia
mati dengan komitmen padanya melainkan ia masuk syurga‖ (HR. Bukhari)
―barang siapa yang menghadap Allah dengan dua kalimat syahadat tanpa
meragukan sedikitpun maka ia masuk syurga‖ (HR. Ahmad)
Dari dua hadits diatas, sangat jelas bahwa mengucapkan dua kalimat
syahadat bukan hanya sekedar ucapan lisan akan tetapi disertai dengan
keyakinan akan keberadaan-Nya, kejujuran (membenarkan ucapannya) dan
keikhlasan menjalankan konsekuensinya.
2) Shalat dan Akhlak
Al-Qur‘an Al-Karim dan As-sunnah Al-Muthahharah menyikap hakikat ini.
Shalat wajib misalnya, saat Allah memerintahkan melaksanakannya Dia
juga menjelaskan apa hikmahnya. Allah berfirman ;
―Bacalah apa yang telah dwahyukan kepaadamu, yaitu Al-kitab (Al-Qur‘an)
dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan munkar. Dan sesunggunghny mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaan dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah
mengetahui apa yng kamu kerjakan‖ (Al-Ankabut ; 45)
Menjauhkan diri dari keburukan dan mensucikan diri dari semua perkataan
serta amal buruk adalah hakikat shalat. Nabi meriwayatkan dari Rabbnya ;
―sesunguhnya aku menerima shalatnya seseorang yang tawadhu karena
keagungan-Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, tidak terus-menerus
melakukan maksiat terhadap-Ku, menhabiskan siangnya untuk berdzikir
kepada-Ku, menyayangi orang miskin, ibnu sabil dan janda serta
menyantuni orang yang terkena musibah‖ (HR. Al-Bazzar)
3) Zakat dan Akhlak
Zakat wajib bukan kas yang diambil dari kas. Namun, pertama-tama ia
merupakan bentuk penanaman perasaan kasih sayang, penguat hug bungan
antar orang-orang yang saling menegenal, serta penyatuan lintas strata
masyarakat. Al-Qur‘an menybutkan tujuan dikeluarkannya zakat ;
―Ambilah zakat dari sebagian rizqi mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo‘alah untuk mereka.
Sesungguhnya do‘amu adalah ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
maha mendengar lagi maha mengetahui‖ (At-Taubah ; 103)
Membersihkan dari daki-daki kekurangan dan mengangkat masyarakat ke
tingkat keluhuran merupakan hikmah uatama zakat. Oleh karena itu nabi
memeperluas pemahaman sedekah agar seorang muslim melakukannya,
―senyum untuk saudaramu adalah sedekah, kamu memerintahkan yang
ma‘ruf dan mencegah yang munkar adalah sedekah. Kamu membeimbing
seseorang di tempat tersesatnya adalah sedekah, serta kamu menunjukan
jalan bagi yang lemah penglihatannya adalah sedekah, mengosongkan
embermu dengan mengisi ember soudaramu adalah sedekah. Menuntun
orang buta adalah sedekah.‖ (HR. Bukhari)
Ajaran semacam ini bagi masyarakat gurun pasir yang selama berabad-
abad berada dalam permusuhan dan pertikaian mengisyaratkan tujuan
yang dipaparkan oleh islam, yang membeimbing masyarakat arab jahiliyyah
yang gelap gulita itu.
4) Puasa dan Akhlak
Islam juga mengisyaratkan puasa. Ibadah ini tidak dipandang sebagai
larangan makan dan minum pada rentang waktu tertentu namun ia dianggap
sebagai tahapan larangan bagi jiwa manusia untuk memenuhi syahwatnya
yang berbahaya serta keinginannya yang bejat. Rasulullah bersabda ;
―Barang siapa yang tidak meninggalkan persaksian palsu dan tidak
meninggalkan perbuatan (karena persaksian palsu itu) maka Allah tidak
punya kepentingan apapun ketika ia meninggalkan makanan dam
meminumnya‖ (HR. Buhari)
―Bukanlah puasa itu hanya sekedar tidak makan dan minum. Puasa itu
adalah meninggalkan ucapan sia-sia dan kata-kata jorok. Jika seseorang
mencacimu atau berbuat jahil kepadamu maka katakan saja, ‗Aku sedang
puasa‖ (HR. Ibnu Khazanah)
Al-Qur‘an pun menyebutkan buah dari puasa, yaitu ;
―diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu
agar kalian bertaqwa‖ (Al-baqarah ;183)
5) Haji dan Akhlak
Haji bukan hanya wisata ibadah saja, jauh didalamnya ada maksud agung,
maksud luar biasa yang memang sengaja disyari‘atkan bagi yang mampu.
Pesan moral yang ingin diajarkan Allah sebagaiman firmannya adalah ;
― (musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang
menetapkan niatnya pada bulan itu akan mengerjakan haji maka tidak
boleh rafats. Berbuat fasik dan berbuat bantah-bantahan didalam masa
mengerjakan haji, dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan niscaya
Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesugguhnya sebaik-baik bekal
adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal‖
(Al-Baqarah : 197)
Inilah paparan ringkas tentang sebagian ibadah populer dalam islam dan dikenal sebagai
rukun-rukun utamanya. Jelaslah kiranya hubungan antara agama dengan akhlak.
Ibadah berbeda inti dan tampilannya. Namun ia bertemuju pada tataran tujuan
sebagaimana yang digambarkan Rasulullah dengan sabdanya ;
―sesungguhnya aku di utus untuk meyempurnakan akhlak mulia‖ (HR. Malik)
Kelemahan Akhlak adalah Bukti Lemahnya keimanan
Iman adalah kekuatan yang memelihara seseorang dari dunia dan mendorongnya
mencapai kemuliaan. Oleh karena itu ketika Allah menyeru hambanya menuju
kebaikan atu mewanti-wantinya melakukan kejahatan. Allah menjadikannya sebagai
konsekuensi keimanan yang kokoh tertancap didalam hati mereka. Sadarkah kita,
betapa sering Allah mengucapkan hal ini di dalam kitab-Nya, ―hai orang-orang
beriman ,,,, ― stelah itu Allah menyebutkan tugas yang dibebankan kepada kita,
―Hai orang –orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.‖ (At-Taubah ; 119)
Pemandu risalah menjelaskan bahwa keimanan yang kuat akan melahirkan akhlak
yang kuat pula. Dan kemerosotan akhlak disebabkan oleh lemahnya keimanan atau
mungkin imannya memang telah hilang.
―Rasa malu dan keimanan saling terikat satu sama lainnya. Jika slah satunya hilang
hilang pula yang lain‖ (HR. Hakim dan Tabrani)
Orang yang menyakiti tetangganya dan selalu mengatakan hal-hal buruk
kepadanya. Agama memberikan suatu penilaian terhadap itu sebagai suatu kekerasan.
Rasulullah bersabda ;
―Demi Allah dia tidak beriman, Demi Allah dia tidak beriman dan Demi Allah dia tidak
beriman‖, ada yang bertanya ; ―Siapa ya Rasulullah ?‖ Rasulullah menjawab ‗‖orang yang
apabila tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya‖ (HR. Al Bukhari)
Kita juga mendapati agar para pengikunya meninggalkan kegiatan yang sia-sia atau kasak
kusuk,
―barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata baik
atau diam‖ (HR. Bukhari)
Demikianlah kemuliaan ditanam dan dikokohkan hingga muncul buahnya. Itu semua
bersumber dari kejujuran dan kesempurnaan iman. Hanya saja sebagian orang yang
mengaku sebagai muslim, mereka menampakan seolah-olah sangat peduli untuk
melaksanakan ibadah itu dan pada saat yang sama mereka melakukan hal yang sama
mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak mulia dan keimanan yang
sesungguhnya. Perlu bimbingan yang berkelanjutan dan nasihat yang berkesinambungan
agar tertanam didalam hati dan pikiran bahwa iman, kebaikan dan akhlak adalah
komponen yang saing terikat dan tidak ada orang yang dapat memisahkannya.
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 14 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas : ...
―(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan
shalat.‖ (HR. Muslim)
Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci." (HR. Muslim)
BAB 4
SHALAT DAN THAHARAH
ATTENTION !
Materi Inti : Shalat dan Thaharah
Sub Pokok Materi :
1)
2)
3)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Shalat dan Thaharah
1. Shalat
A. Perintah Sholat 5 ( lima ) waktu
Berikut beberapa hadist yang menceritakan Rasulullah Muhammad saw. menerima
perintah sholat lima waktu langsung dari Allah melalui peristiwa Isra‘ Mi‘raj:
Hadis Shahih Bukhari No.211 Jilid I.
Berita dari Anas bin Malik r.a mengatakan, ―Abu Dzar pernah bercerita, bahwa
Rasulullah s.a.w bersabda: Pada suatu waktu ketika aku berada di Mekah, tiba-tiba atap
rumahku dibuka orang. Maka turunlah Jibril, lalu dibedahnya dadaku, kemudian
dibersihkannya dengan air zamzam. Sesudah itu dibawanya sebuah bejana emas penuh
hikmat dan iman, lalu dituangkan kedadaku, dan sesudah itu dadaku dipertautkan
kembali. Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar
dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril
a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya
lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu
dibukakan pintu kepada kami.
Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku
dengan kebaikan. Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya
dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril.
Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s
ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan.
Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya
bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku
dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran
suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi:
Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah
dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan
kepada kami.
Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian
dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku
dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu.
Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya
lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi:
Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun
dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus
menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima.
Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah
engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s
menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s
menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami.
Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku
dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya
dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril.
Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s
ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan.
Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus
menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit
ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah
engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s
menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s
menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami.
Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan
menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu
malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke
Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula
sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian
Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah
yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada
baginda dengan mewajibkan sembahyang lima puluh waktu sehari semalam.
Tatkala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah
difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Sembahyang lima puluh
waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana
umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan
memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan
dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t
mengurangkan lima waktu sembahyang dari baginda. Baginda kembali kepada Nabi Musa
a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu sembahyang dariku. Nabi Musa a.s
berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu,
mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara
Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai
Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap
sembahyang fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti
lima waktu sembahyang fardu sama dengan lima puluh sembahyang fardu. Begitu juga
sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan
dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan
baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak
melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya,
maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi
Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada
Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik
kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. Kemudian Jibril membawaku
hingga ke Sidratul Muntaha. Tempat mana ditutup dengan aneka warna yang aku tak tau
warna-warna apa namanya. Sesudah itu aku dibawa masuk ke dalam surga, dimana
didalamnya terdapat mutiara bersusun-susun sedang buminya bagaikan kasturi.
B. Hikmah Shalat 5 ( lima ) waktu
Ali bin Abi Talib r.a berkata :
Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansyar,
maka dengan tiba – tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi, lalu berkata: Ya
Muhammad, kami hendak tanya kepada kamu kalimat – kalimat yang telah diberikan oleh
Allah kepada Nabi Musa AS, yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah
atau malaikat muqarrabin Lalu Rasullullah SAW, bersabda : Silahkan bertanya. Berkata
orang Yahudi: Silahkan terangkan kepada kami tentang lima waktu yang diwajibkan oleh
Allah ke atas umatmu, Sabda Rasullullah SAW: Sholat Zuhur jika tergelincir matahari,
maka bertasbihlah segala sesuatu kepada TuhanNya, Sholat Asar itu ialah saat ketika
Nabi Adam AS, memakan buah Khuldi, Sholat Maghrib itu adalah saat Allah menerima
taubat Nabi Adam A.S, maka setiap mukmin yang sholat Maghrib dengan ikhlas kemudian
dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan
permintaannya, Sholat Isya itu ialah sholat yang dikerjakan oleh para Rasul – Rasul
sebelumku, Sholat Subuh adalah sebelum terbit matahari, ini karena apabila matahari
terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan disitu sujudnya tiap orang kafir.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah SAW, maka mereka
berkata: Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, katakanlah kepada kami
apakah pahala yang akan di dapati oleh orang yang sholat.
Rasullullah SAW bersabda: Jagalah waktu-waktu sholat terutama sholat yang
pertengahan, Sholat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam, orang mukmin yang
mengerjakan sholat pada ketika itu akan diharamkan keatasnya uap api neraka Jahanam
pada hari Kiamat.
Sabda Rasullullah SAW lagi: Manakala sholat Asar, adalah saat di mana Nabi
Adam AS. Memakan buah Khuldi, Orang mukmin yang mengerjakan sholat Asar akan
diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.
Setelah itu Rasullullah SAW membaca ayat yang bermaksud : Jagalah waktu –
waktu sholat terutama sekali sholat yang pertengahan, sholat Maghrib itu adalah saat di
mana taubat Nabi Adam A.S, diterima, Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan sholat
Maghrib kemudian meminta sesuatu dari Allah maka Allah akan perkenankan.
Sabda Rasullullah S.A.W.: Sholat Isya (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat
gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam
malam yang gelap untuk pergi menunaikan sholat Isya berjamaah , Allah S.W.T.
haramkan dari terkena nyalanya api neraka dan diberinya cahaya untuk menyeberangi
titian sirath.
Sabda Rasullullah S.A.W. seterusnya: Sholat Subuh pula, seorang mukmin yang
mengerjakan sholat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberi oleh Allah S.W.T.
dua kebebasan yaitu:
1. Dibebaskan dari api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W. maka mereka
berkata: Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W). Kini
katakan pula kepada kami semua kenapakah Allah S.W.T. mewajibkan puasa 30 hari ke
atas umatmu?
Sabda Rasullullah S.A.W. : Ketika Nabi Adam memakan buah pohon yang dilarang, lalu
makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam A.S. selama 30 hari. Kemudian Allah
S.W.T. mewajibkan ke atas keturunan Adam A.S. berlapar selama 30 hari. Sementara
izin makan di waktu malam itu adalah sebagai karunia Allah S.W.T. kepada makhlukNya.
Kata orang Yahudi: Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu.
Kini terangkan kepada kami ganjaran pahala yang diperolehi dari puasa itu.
Sabda Rasullullah S.A.W.: Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan
dengan ikhlas kepada Allah S.W.T. dia akan diberi oleh Allah S.W.T. tujuh perkara:
1. Akan dicairkan daging haram yg tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh
dengan makanan yang haram) .
2. Rahmat Allah senantiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan dari merasa lapar dan haus.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang sangat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T. pada hari Kiamat untuk menyeberang titian
sirath.
7. Allah S.W.T. akan memberinya kemudian di syurga.
Kata orang Yahudi : Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada
kami kelebihanmu antara semua para nabi-nabi
Sabda Rasullullah S.A.W.: Seorang nabi mengunakan doa mustajabnya untuk
membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan
memberi syafaat pada umat saya di hari kiamat).
Kata orang Yahudi : Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, kini kami mengakui
dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa asyhadu anna Muhammada Rasulullah (kami
percaya bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan engkau utusan Allah). Dan sesungguhnya
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta , jiwa dan buah2an. Dan berilah berita gembira kepada orang2 yang sabar. (Al-
Baqarah [2] : 155)
Disebutkan di dalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk dibangkitkan
dari kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur masing masing selama 44 tahun
umur akhirat dalam keadaan tidak makan dan tidak minum, tidak duuduk dan tidak
berbicara.
Bertanya orang kepada Rasulullah S.A.W. : Bagaimana kita dapat mengenali orang-
orang mukmin kelak di hari qiamat? Maka jawabnya Rasulullah S.A.W, Umat dikenal
karena wajah mereka putih disebabkan oleh wudhu.
Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang mukmin sambil
membersihkan debu di badan mereka kecuali pada tempat sujud. Bekas sujud tidak
dihilangkan. Maka memanggillah dari zat yang memanggil.
Bukanlah debu itu dari debu kubur mereka, akan tetapi debu itu ialah debu keimanan
mereka. Oleh itu tinggallah debu itu sehingga mereka melalui titian Siratul Mustaqim
dan memasuki alam syurga, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu mengetahui
bahwa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hambaKu.
C. Hukum Meninggalkan Shalat
Para ulama sepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang lebih
besar dari dosa besar lainnya
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ―Kaum muslimin bersepakat
bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling
besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina,
mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat
hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.‖ (Ash
Sholah, hal. 7)
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba‘ir, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata,
―Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat
hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa
dibenarkan.‖ (Al Kaba‘ir, hal. 25)
Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, ―Orang yang mengakhirkan shalat
hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat
secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan
mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh
karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar
sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang
yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).‖ (Al Kaba‘ir, hal.
26-27)
Apakah orang yang meninggalkan shalat, kafir alias bukan muslim?
Dalam point sebelumnya telah dijelaskan, para ulama bersepakat bahwa
meninggalkan shalat termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan
mencuri. Mereka tidak berselisih pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi
masalah selanjutnya, apakah orang yang meninggalkan shalat masih muslim ataukah telah
kafir?
Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat di
antara kaum muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena
mengingkari kewajibannya. Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap
meyakini shalat lima waktu itu wajib -sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin
saat ini-, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author, 1/369).
Mengenai meninggalkan shalat karena malas-malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib,
ada tiga pendapat di antara para ulama mengenai hal ini :
1) Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus
dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah
pendapat Imam Ahmad, Sa‘id bin Jubair, ‗Amir Asy Sya‘bi, Ibrohim An Nakho‘i,
Abu ‗Amr, Al Auza‘i, Ayyub As Sakhtiyani, ‗Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin
Rohuwyah, ‗Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama
Syafi‘iyah, pendapat Imam Syafi‘i (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy),
pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu‘adz
bin Jabal, ‗Abdurrahman bin ‗Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
2) Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh
dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi‘i,
dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad.
3) Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena
malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara
sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Al Mawsu‘ah Al
Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)
Jadi, intinya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini di antara para ulama
termasuk pula ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Qur‘an
dan As Sunnah? Silakan simak pembahasan selanjutnya.
Pembicaraan orang yang meninggalkan shalat dalam Al Qur‟an
Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Qur‘an, misalnya Allah Ta‘ala
berfirman,
―Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali
orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.‖ (QS. Maryam: 59-60)
Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‗anhuma mengatakan bahwa ‗ghoyya‘ dalam ayat tersebut
adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat
dalam. (Ash Sholah, hal. 31)
Dalam ayat diatas, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam-
sebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu).
Seandainya orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa,
tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang
berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah
tempat orang muslim, namun tempat orang-orang kafir.
Pembicaraan orang yang meninggalkan shalat dalam Hadits
Salah satu hadits yang membicarakan masalah shalat adalah dari Jabir bin
‗Abdillah, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda,
―(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan
shalat.‖ (HR. Muslim no. 257)
Para sahabat ber-ijma‟ (bersepakat) bahwa meninggalkan shalat adalah kafir
Umar mengatakan,
―Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.‖
Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat
dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi‘in, Abdullah bin
Syaqiq. Beliau mengatakan,
―Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‗alaihi wa sallam tidaklah pernah
menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.‖
Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‗Aqliy seorang
tabi‘in dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu
Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar
Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)
2. Thaharah
a) Makna Thaharah
Bersuci dalam istilah syar'i dikenal dengan ―Thaharah‖ . Sedangkan thaharah
menurut bahasa adalah kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat
hissi (nyata) seperti air kencing, kotoran manusia, dan selainnya; maupun yang bersifat
maknawi seperti aib dan perbuatan maksiat. Sedangkan kata tathhir bermakna tandzif
(membersihkan), yaitu membersihkan pada tempat yang terkotori.
Adapun secara syar'i, thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi
shalat berupa hadats atau najis dengan menggunakan air dan debu (tanah) yang suci lagi
menyucikan dengan tata cara yang telah ditentukan oleh syari‘at.
b) Hukum Thaharah
Menghilangkan dan menyucikan najis adalah wajib, jika diketahui dan mampu
melakukannya.
Allah berfirman,
"Dan pakaianmu bersihkanlah." (QS. Al-Mudatstsir: 4)
"Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: 'Bersihkanlah rumah-Ku untuk
orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujudi'." (QS. Al-Baqarah:
125)
Sementara menyucikan diri dari hadats hukumnya wajib jika ingin melaksanakan
shalat. Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci." (HR. Muslim)
Menghilangkan dan menyucikan najis adalah wajib, jika diketahui dan mampu
melakukannya.
c) Urgensi Thaharah
Kegiatan bersuci atau thaharah memiliki peran yang penting dalam syariat Islam, di
antaranya:
1. Menjadi syarat sahnya shalat
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Tidak diterima shalat orang yang
berhadats hingga dia berwudlu." (Muttafaq 'alaih)
Oleh karenanya, bab thaharah selalu didahulukan dalam pembahasan-pembahasan
fiqih karena thaharah (bersuci) merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Sedangkan
shalat adalah rukun Islam kedua sesudah dua kalimat syahadat. Jadi, syarat sahnya
shalat tentu harus didahulukan pembahasannya daripada yang disyaratkan, yaitu shalat.
Bab thaharah selalu didahulukan dalam pembahasan-pembahasan fiqih karena thaharah
(bersuci) merupakan salah satu syarat sahnya shalat.
Mengerjakan shalat dengan bersuci terlebih dahulu menunjukkan pengagungan
kepada Allah. Sementara hadats dan junub -walau bukan najis yang terlihat- adalah najis
maknawi yang menyebabkan kotornya sesuatu yang berhubungan dengannya.
Keberadaannya bisa menghilangkan pengagungan kepada Allah dan menafikan prinsip
kebersihan.
2. Allah memuji orang-orang yang bersuci
Firman Allah, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah; 222)
Allah juga memuji para penghuni masjid Quba' dalam firman-Nya,
"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu bershalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang
yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." (QS. At-
Taubah: 108)
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan hadits Abu Hurairah
radliyallah 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "ayat ini
diturunkan pada ahli Quba, "Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri".
Beliau bersabda, "mereka beristinja' (bercebok) dengan air, maka diturunkanlah ayat ini
menerangkan kondisi mereka."
Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menanyakan aktifitas thaharah yang dilakukan penduduk Quba' sehingga Allah memuji
mereka. Lalu mereka menjawab, "demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak tahu apa-apa,
kecuali kami memiliki tetangga dari kalangan Yahudi yang mencuci dubur mereka
(bercebok dengan air) sehabis buang air, lalu kami bercebok sebagaimana yang mereka
lakukan."
3. Kelalaian membersihkan diri dari najis menjadi salah satu sebab turunnya
siksa kubur.
Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radliyallah 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam melewati dua kubur lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya penghuni dua kubur ini sedang di adzab. Dan tidaklah mereka berdua
diadzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia
tidak membersihkan diri dari air kencingnya . . ." (HR. Abu Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu
Majah dengan sanad shahih).
"Sesungguhnya penghuni dua kubur ini sedang di adzab. Dan tidaklah mereka berdua
diadzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia
tidak membersihkan diri dari air kencingnya . . ." al-Hadits
d) Jenis-jenis Thaharah
Ulama membagi thaharah syar'iyah atau bersuci yang dituntunkan oleh syariat
menjadi dua macam.
1. Pertama, thaharah haqiqiyah, yaitu thaharah atau bersuci dari najis yang
terdapat pada tubuh, pakaian, dan tempat.
2. Kedua, thaharah hukmiyah, yaitu thaharah atau bersuci dari hadats. Hal ini
khusus pada badan. Thaharah jenis ini terbagi menjadi tiga macam: thaharah
kubra, yaitu mandi; dan thaharah shughra, yaitu berwudlu; Tayamum sebagai
pengganti keduanya bila tidak mampu melakukan keduanya.
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 14 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas : ...
“ Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ? kalau kiranya Al-Qur’an
itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak
didalamnya”
(An-Nisa’ ; 82
BAB
5
AL-QURAN MANHAJUL HAYAH
ATTENTION !
Materi Inti : Al-Quran Manhajul Hayyah
Sub Pokok Materi :
1)
2)
3)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Al-Quran Mnhajul Hayyah
1. Pengertian Al-Qur‟an
Al-Qur‘an adalah kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dan kita (sebagai muslim) wajib mengimaninya.
Secara bahasa Al-Qur‘an artinya bacaan atau yang dibaca. Didalam Al-Qur‘an
sendiri ada pemakaian kat ―Qur‘an‖ ;
―sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulakannya (didalam) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila telah selesai kami telah membacanya, maka
ikutilah bacaan itu‖ (Al-Qiyamah; 17-18)
Adapun secara istilah Al-Qur‘an adalah kalam Allah SWT, yang merupakan
mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad SAW dan ditulis di
mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
2. Nama-nama Al-Qur‟an
Nama-nama lain kitab suci Al-Qur‘an adalah sebagai berikut ;
Al-Kitab (Al-Baqarah ;2)
Al-Furqan (Al-Furqan; 1)
Adz-Dzikr (Al-Hijr; 9)
Al-Mau‘idzah (Yunus; 57)
Al-Huda (Al-Jin; 13)
Selain nama-nama diatas imam As-Suyuti dalam kitabnya Al-Itqan, menyebutkan
nama-nama lain Al-Qur‘an sebagai berikut ;
Busyra (kabar gembira) ; AL-Baqarah 97
Ilmu (ilmu pengetahuan); Al-Baqarah 145
Al-Urwatul Wutsqa (ikatan yang kuat) Al-Baqarah 256
Haqq (kebenaran) ; Al-Imran; 62
Hablullah (tali Allah) ; Al-Imran 103
Bayanun Linnas (keterangan bagi manusia) Al-Imran 138
Munadiy (penyeru) ; Al-Imran 193
Nurun Mubin (cahaya yang terang) ; An-Nisa 174
Muhaimin (Penyaksi) ; Al-Maidah 8
‗Adl (keadilan) ; Al-An‘am 115
Shiratal Mustaqim (jalan yang lurus) ; Al-An‘am 153
Basha‘ir (penjelasan) ; Al-A‘raf 203
Kalamullah (kalam Allah) ; At-Taubah ; 6
Hakim (yang bijaksana) ; Yunus 1
Dll
3. Fungsi Al-Qur‟an
Dalam hubungannya Al-Qur‘an dengan kitab suci lain yang diturunkan Allah adalah
sebagai berikut ;
1) Nasikh, baik lafadz maupun hukum, terhadap kitab-kitab sebelumnya.
Artinya semua kitb terdahulu dinyatakan tidak berlaku. Satu-satunya
kitab suci yang berlaku dan wajib diikuti dan dilaksanakan petinjuknya
hanyalah Al-Qur‘an. (Al-Maidah ;8)
2) Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran kitab-kitab sebelumnya.
Maksudnya Al-Qur‘an-lah yang menjadi penyempurna kitab-kitab
sebelumnya.
3) Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada kitab-kitab Allah
sebelumnya. Seperti berita kedatangan nabi dan Rasul yang terakhir
uyang disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil dibenarkan oleh Al-Qur‘an
dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW
4. Keistimewaan Al-Qur‟an
Al-Qur‘an memiliki banyak keistimewaan, diantaranya ;
Berlaku umum untuk semua manusia, dimana dan kapanpun mereka berada
sampai akhir zaman.
―Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur‘an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi peringatan kepada seluruh alam‖ (Al-Furqan
;1)
Ajaran al-Quran mencakup seluruh Aspek kehidupan seperti aspek
ekonomi, sosial, budaya, lainyhukum, seni dan pendidikan lainnya.
―Tiadalah Kami alpakan sesuatu didalam Al-Kitab (Al-An‘am 8)
Mendapat jaminan yang datangnya langsung dari Allah SWT
―Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur‘an dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya‖ (Al-Hijr ;9)
Allah SWT menjadikan mudah difahami, dihafal dan diamalkan
―Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran ?‖ (Al-Qamar 17)
Al-Qur‘an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq terhadap
kitab suci sebelumnya
Al-Quran berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW
5. Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Al-Qur‟an
Terhadap kitab suci selain Al-Qur‘an seorang muslim hanya diwajibkan keberadaan
dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkannya.
Sedangkan Al-Qur‘an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti, mempelajarinya,
mengamalkannya dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh
islam. adapun yang lebih rinci kewajiban muslim terhadap Al-Qur‘an adalah sebagai
berikut ;
1) Mengimani bahwa Al-Qur‘an adalah kitab Allah yang terakhir yang berfungsi
sebagai nasikh,mushaddiq, dan muhaimin bagi kitab kitab selain Al-Quran yang
diturunkan Allah SWT
2) Mempelajari Al-Qur‘an baik cara membacanya, makna, tafsirnya maupun ilmu-ilmu
lain yang berhubungan dengan Allah
3) Membaca Al-Qur‘an sebanyak dan sebaik mungkin
4) Mengamalkan ajaran Al-Qur‘an dalam kehidupanya, baik pribadi, keluarga
bermasyarakat bernegara maupun kehidupan internasional. Baik dibidang
ekonomi, sosial, budaya dll
5) Mengakarkan Al-Qur‘an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca,
memahami dan mengamalkannya
6. Adab dan Sunnah Membaca Al-Quran
Membaca ta‘awudz
Membaca basmallah jika diawal surat
Berwudhu
Menggosok gigi/ bersiwak
Menghadap kiblat
Mengeraskan suara kecuali jika ada yang merasa terganggu kekhusyuannya dalam
ibadah dll
Mentadaburi maknanya
Mempelajari tafsirnya
Mengamalkan nilai-nilai yang tterkandung didalamnya dalam kehidupan sehari-hari
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 14 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas : ...
“Dan orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkou mengikuti agama mereka”
(Al-Baqarah ; 120)
BAB
6
GOZWUL FIKR (PERANG PEMIKIRAN)
ATTENTION !
Materi Inti : Problematika Umat “ Ghazwul Fikr” (Perang Pemikiran)
Sub Pokok Materi :
1)
2)
3)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Ghazwul Fikr
Pengertian Ghozwul Fikri
Secara bahasa;
Ghozwul Fikri terdiri dari dua kata; ghozwah dan Fikr. Ghozwah berarti
serangan, serbuan atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan atau serbuan di sini
berbeda dengan serangan dan serbuan dalam qital (perang).
Secara Istilah;
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah
apa yang ada di dalanmya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang
benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tak islami.
Tujuan Ghozwul Fikr yang tergambar dalam Al-qur‟an
1. Menjauhkan umat Islam dari Dien (agama)-nya. QS. 17:73 ; QS.:49
―Dan mereka hampir memalingkan kamu Muhammad dari apa yang telah kami
wahyukan kepadamu, agar engkou mengada-ngada yang lain terhadap kami dan
jika demikian tentu mereka menjadikan engkou sahabat yang setia‖ (Al-Isra‘ ; 73)
2. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir. QS.
2;217, QS. 2;120
―Dan orang–orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (muhammad)
sebelum engkou mengikuti agama mereka‖ (Al-Baqarah ;120)
3. Memadamkan cahaya (agama) Allah. QS. 61;8, QS. 9;32
―Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-
ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan
cahanya-Nya. Walaupun orang-orang kafir tidak menyukai‖ (At-tubah; 32)
4. Umat Islam mengabaikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah QS 25:30
―Dan Rasul (Muhammad) berkata ;‖Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah
menjadikan al-qur‘an diabaikan‖ (Al-furqan ;30)
5. Menumbuhkan rasa minder dan rendah diri QS 3:139
―dan jangnlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman‖ (Al-imran ;139)
6. Ikut-ikutan QS 17:36
―Dan jangnlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Semua itu akan dimintai pertanggung
jawabanny‖ (Al-isra‘; 36)
7. Umat islam terpecah-belah QS 30:32
―yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa
golongan. Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka‖
(Ar-rum; 32)
Metode Ghozwul Fikri
1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.
Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan)
Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum
muslimin terhadap agamanya.
Tasywih (Pencemaran/pelecehan)
Upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap
Islam dengan menggambarkan Islam secara buruk.
Tadhlil (penyesatan)
Upaya orana kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang halus sampai cara yang
kasar.
Taghrib (pembaratan/westernisasi)
Gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin
agar mau menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat.
2. Menyerang Islam dari dalam
Penyebaran faham sekuralisme
Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Penyebaran faham nasionalisme
Nasionalisme membunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan
umat Islam.
Pengrusakan akhlak umat lslam terutama para pemudanya.
Sarana Ghozwul Fikri
1) Media massa :
Cetak ; koran, majalah, buletin, poster dll yang berisi pemikiran-
pemikiran sesat, gambar porno, dan hal-hal yang melenakan manusia hingga
lupa kehidupan akhirat
Elektronika ; TV, internet, radio dll semuanya berisi unsur-unsur
pornografi atau penyebaran pemikiran sesat, dan hal-hal yang tidak mendidik,
yang ada akhirnya membuat manusia lalai terhadap perintah-Nya
2) Mode/ Fashion ; Atas nama mode/ fashion mereka (orang kafir) merusak
akhlak dan kebuayan islam. Seperti pakaian wanita yang semakin lama
semakin memamerkan aurat
3) Lembaga-lembaga pemerintahan, seperti ;
Lembaga pendidikan ; mengembor-gemborkan pendidikan sex
Lembaga sosial ; menjunjung tinggi hakasasi manusia tidak
pada tempatnya, (KB, emansipasi, pernikahan sejenis dll), dll
Kelemahan umat Islam dari sisi intelektualitasnya, meliputi ;
1. Dho‟fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan)
Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal (pengkaderan) sangat
dirasakan oleh umat Islam masa kini. Jika pendidikan juga pembinaan dan
pengkaderan lemah maka akan mustahil melahirkan anasir-anasir dalam nadhatul
umat (kebangkitan umat).
2. Dho‟fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan)
Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi
umat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yang lainnya, ini disebabkan
karena wawasan umat Islam yang sempit dan terbatas juga lemah dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan kemauan umat untuk menuntut ilmu
sangat rendah.
3. Dho‟fut Takhthith (lemah dalam perencanaan-perencanaan).
Umat Islam sekarang ini tidak memiliki strategi yang jelas. Rencana perjuangannya
penuh dengan misteri. Hal tersebut disebabkan umat Islam tidak diproduk dari
pembinaan-pembinaan yang baik dan tidak memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang
memadai.
4. Dho‟fut Tanjim (lemah dalam pengorganisasian)
Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera kebathilan, mereka
membangun pengorganisasian yang solid sementara umat Islam lemah dalam
pengorganisasian sehingga kebathilan akan di atas angin sedangkan umat Islam akan
menjadi pihak yang kalah. Sesuai perkataan khalifah Ali ra ―Kebenaran tanpa sistem
yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisasi dengan baik‖.
5. Dho‟ful Amniyah (lemah dalam keamanan)
Masa kini umat Islam lengah dalam menjaga keamanan diri dan kekayaan baik moril
dan materil sehingga negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber daya alam
dirampok oleh negeri-negeri non muslim. Begitu pula dengan Iman, umat lslam tidak
lagi menjaganya tidak ada amniyah pada aqidah dan dibiarkan serbuan-serbuan
aqidah datang tanpa ada proteksi yang memadai.
6. Dho‟ful Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri)
Umat Islam dewasa ini tidak menyadari bahwa begitu banyak nikmat-nikmat yang
Allah SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam mersyukuri segala
nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kuatut tanfidz yaitu kekuatan untuk
memobilisir diri dan sekarang umat Islam lemah sekali dalam memobolisir diri apalagi
memobilisir secara kolektifitas.
Solusi-solusi melawan Ghazwul Fikr
1) Umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek
kehidupan.
2) Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil
(sempurna) dan mutakamil (menyeluruh)
3) Memilah tayangan-tayangan media massa, mana yang mendidik
(memberikan manfaat positif) dan mana yang merusak akhlak, aqidah, dan
sendi-sendi ukhuah islamiyah
4) Selalu mengakrabkan diri dengan kitabullah (Al-qur‘an) sebagai warisan
nabi Muhammad, yang memang diturunkan Allah sebagai petuntuk,
pegangan hidup hingga Aakhir jaman
5) Lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang sudah jelas nampak akhlak
baiknya dan kuat keimanannya
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 7 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas :
“Katakanlah ; sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta Allam”
(Al-An‟am ; 162)
BAB
7
Men jadi Pribadi Muslim yang Ideal
ATTENTION !
Materi Inti : Menjadi Pribadi Muslim yang Ideal
Sub Pokok Materi :
1)
2)
3)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
Menjadi Pribadi Muslim Yang Ideal
A. Visi dan Misi Seorang Muslim
Ketika manusia diciptakan, sungguh bahwa ciptaan-Nya ini adalah sosok yang sangat
ideal dalam arti diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Untuk itu sosok seorang
muslim ideal adalah tidak terlepas dari sosoknya sebagai manusia yang telah diciptakan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini ideal dapat diartikan sebagai sesuatu sebaik-baiknya.
Dengan demikian sosok muslim ideal adalah sosok yang sebaik-baiknya yaitu dalam hati,
pikiran, dan tindakan. Jika kita menengok kembali bagaimana alam ini diciptakan Allah
SWT, sungguh dalam keseimbangan atau keserasian. Bumi diciptakan sekaligus langitnya,
dataran dihamparkan sekaligus gunung sebagai pasaknya. Manusia diberikan jasad dan
juga ruh, manusia diilhamkan jalan kefasikan dan ketaqwaan, manusia diciptakan berupa
laki-laki dan juga perempuan. Dalam hal ini ideal dapat diartikan sebagai keserasian atau
keseimbangan. Dengan demikian sosok muslim ideal adalah muslim yang senantiasa
bersikap serasi atau seimbang.
Dalam mengarungi dunia ini manusia sudah seharusnya memiliki visi (wawasan) yang
khas, terukur, nyata, dan dapat diwujudkan (SMART —— Specific, MeasurAble,
Realistic, Tangible). Dengan visi ini, maka segala tindak pikir dan perbuatan adalah
turunan dari visinya. Jika seseorang mendasarkan pada wawasan dunia saja, maka visinya
hanya sebatas pada hal-hal yang bisa diraih dan diukur di dunia saja yang cenderung
pada materi. Jika seseorang hanya mendasarkan pada kebutuhan akhirat saja, maka
ianya hanya berusaha pada sisi ubudiyah saja yang cenderung mengabaikan sarana
kebaikan di dunianya.Namun bila kita memperhatikan ayat dalam Al-Qur‘an Surah Al-
Baqarah:
―Dan diantara mereka ada orang yang berdo‘a: ―Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka‖ (QS. Al-
Baqarah: 201).
Maka ayat di atas adalah visi dari pribadi muslim. Dengan demikian visi dari pribadi
muslim adalah menjadi pribadi yang mendapatkan kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat serta terpelihara dari siksa neraka.
Diciptakannya manusia adalah untuk mejalankan misi sebagai khalifah di muka bumi
(QS. Al-Baqarah [2] : 30). Sebagai khalifah, pribadi muslim telah memiliki misi sebagai
mana yang tertuang dalam QS. Al-‘Imran [3] : 104):
―Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung‖
Dengan demikian pribadi muslim mengemban misi menyeru kepada kebaikan,
menyuruh kepada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Setiap individu muslim adalah orang yang mempunyai tujuan, dan tujuan ini tidak
hanya ditujukan pada yang bersifat duniawi saja. Kalaupun ada tujuan duniawi, namun
bersifat tujuan antara, bukan tujuan akhir. Dalam Surah Al-An‘am (6) ayat 162 Allah
SWT telah menegaskan bahwa tujuan dari manusia hanyalah untuk Allah Tuhan semesta
alam.
Katakanlah: ―Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam‖.
Menurunkan dari ayat tersebut di atas, tujuan-tujuan umum setiap individu muslim
adalah:
1. Menegakkan daulah
2. Membela syari‘at
3. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah
4. Menyatukan ummat
5. Jihad di jalan Allah
B. Karakter Muslim Ideal
Masyarakat secara umum memandang sosok muslim ideal memang berbeda-beda.
Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim ideal itu
tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal
itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada
pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al
Qur‘an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi
acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti
melekat pada pribadi muslim.
1. Aqidah yang lurus (Salimul akidah)
Lurusnya aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan
aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah
SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan
ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang
muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya
yang artinya: ―Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi
Allah tuhan semesta alam‖ (QS. Al-An‘am [6] :162). Karena aqidah yang salim
merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da‘wahnya kepada para
sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan
tauhid
2. Ibadah yang benar (Shahihul ibadah)
Menjalankan ibadah secara benar merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW
yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: ―Shalatlah kamu sebagaimana
melihat aku shalat‖. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang
berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Akhlaq yang baik dan kokoh (Matinul khuluq)
Akhlaq yang baik merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap
muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya.
Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi
di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka
Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah
mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT
di dalam Al Qur‘an. Allah berfirman yang artinya: ―Dan sesungguhnya kamu benar-
benar memiliki akhlak yang agung‖ (QS. Al-Qalam [68] :4).
4. Jasmani yang kuat (Qawiyyul Jism)
Kekuatan jasmani merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada.
Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat
melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa,
zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan
fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk
perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan
pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian,
sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang
terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani
juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
―Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. Kecerdasan dalam berpikir (mutsaqqoful fikri)
Kecerdasan dalam berpikir merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga
penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur‘an juga
banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya
firman Allah yang artinya: ―Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: ‖ pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya‖. Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ―Yang lebih dari keperluan‖.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir‖ (QS.
Al-Baqarah [2] :219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus
dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan
keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu
perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih
dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas
seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: ―samakah orang yang
mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?‖‗, sesungguhnya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran‖. (QS. Az-Zumar [39] :9)
6. Berjuang melawan hawa nafsu (Mujahidun linafsihi)
Melawan hawa nafsu merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri
seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan
yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk
amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang
berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia
harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
―Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti
apa yang aku bawa (ajaran Islam)‖ (HR. Hakim)
7. Pandai menjaga waktu (Haritsun alal waqtihi)
Menjaga waktu merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu
mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak
bersumpah di dalam Al Qur‘an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad
dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Allah SWT memberikan waktu kepada
manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24
jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu
tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ―Lebih baik kehilangan jam daripada
kehilangan waktu‖. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan
pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan
baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia.
Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima
perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat
sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum
miskin.
8. Teratur dalam suatu urusan (Munazhamun fi syu‟unihi)
Mengerjakan semua urusan dengan teratur termasuk kepribadian seorang muslim
yang ditekankan oleh Al Qur‘an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam,
baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan
dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka
diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang
dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat ,
berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang
mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri (Qadirun „ala khasbi)
Berjiwa mandiri merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini
merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang
menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian
terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah
dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi
muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus
kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan
mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat
banyak di dalam Al Qur‘an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat
tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki
keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki
dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk
mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10. Bermanfaat bagi orang lain (Nafi‟un lighoirihi)
Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain merupakan sebuah tuntutan
kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga
dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai
keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak
mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan
berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam
masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: ―Sebaik-
baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain‖ (HR. Qudhy dari Jabir).
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 7 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas :
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu.” (Ashsaf ; 10)
BAB
8
Kenikmatan berbisnis dengan Allah
ATTENTION !
Materi Inti : Kenikmatan berbisnis dengan Allah
Sub Pokok Materi :
1)
2)
3)
Anjuran
1) Pemandu mengevaluasi agenda AAI dan keseharian peserta AAI di lembar
evaluasi yang telah di sediakan
2) Pemandu dalam menyampaikan materi hendaknya memperhatikan silabus
yang telah disediakan
3) Pemandu mengevaluasi ( meluruskan ) bacaan qur’an dan isi kultum yang
disampaikan oleh peserta AAI
4) Pemandu mengevaluasi kehadiran peserta AAI
5) Pemandu mengingatkan tugas dan petugas-petugas AAI pekan depan ; MC,
kultum / tatsif, dan tugas
Evaluasi kegiatan AAI
Tajwid saat tilwatil qur’an oleh pemandu
Keaktifan, meliputi absensi serta interaksi/keaktifan dalam forum
kepemanduan
Kondisi ibadah dan Akhlak ( penampilan, perkataan dan tingkah laku saat AAI)
KENIKMATAN BERBISNIS DENGAN ALLAH
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berusaha atau berbisnis. Karena
berbisnis bukan hanya cara untuk mendapatkan uang atau harta melimpah. Akan tetapi,
bisnis juga di sebagian kalangan masyarakat adalah status sosial yang dibanggakan.
Seorang pebisnis atau pedagang yang suskses biasanya dihormati dan disegani oleh
banyak orang; sejak dari keluarga, karyawan, teman dan bahkan pejabat pemerintahan.
Di Indonesia dan Negara miskin dan berkembang, pengusaha bisa mengatur keputusan
hukum dan atau lahirnya perundang-undangan yang menguntungkan mereka dengan
membayar para pejabat terkait, baik eksekutif maupun legislatif. Sebab itu, tak heran
jika istilah markus (makelar kasus) hukum akhir-akhir ini semarak dibicarakan
masyarakat.
Saking nikmatnya berbisnis itu, banyak dari kalangan kaum Muslimin sendiri yang
tidak lagi peduli dengan halal atau haram. Tidak ingat lagi kematian dan pertanggung
jawaban akhirat bagi semua harta yang dihasilkan. Risywah (sogok-menyogok), riba,
data-data fiktif, sunat menyunat, spekulasi, monopoli dan berbagai tindakan menyimpang
lainnya sudah menjadi budaya dan kebiasaan. Lebih sedih lagi, nyaris semua aktivitas dan
profesi, termasuk politik, aktivitas keagamaan (dakwah), pelayanan sosial dan sebagainya
sudah pula dijadikan sebagai lahan bisnis yang paling cepat melahirkan keuntungan harta
yang berlipat ganda. Inilah kenyataan yang amat pahit yang sedang dihadapi oleh umat
Islam Indonesia, khususnya sejak 10 tahun belakangan.
Islam sama sekali tidak melarang umatnya berbisnis, dan bahkan menganjurkannya.
Akan tetapi, Islam juga memberikan persyaratan atau peraturan agar berbisnis itu tidak
keluar dari format ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Paling tidak ada lima (5) syarat
yang harus dipenuhi jika kita ingin menjadikan bisnis sebagai profesi untuk meraih harta
dan kekayaan dunia untuuk akhirat:
1. Berbisnis itu harus dengan niat mencari ridha Allah. Sedangkan harta yang
diperoleh adalah amanah dari Allah. Sebab itu, pada hakikatnya, harta itu adalah
milik Allah.
2. Berbisnis harus sesuai dengan sistem Allah dan Rasul-Nya Muhammad Saw.
seperti tidak boleh dengan sistem riba, tidak melakukan risywah, kolusi,
nepotisme, monopoli, spekulasi dan sebagainya.
3. Barang dan jasa yang dibisniskan tidak boleh yang diharamkan Allah seperti babi,
darah, khamar, judi dan sebagainya serta harus yang dihalalkan Allah dan Rasul-
Nya.
4. Semua aktivitas yang terkait dengan ibadah dan pengabdian kepada Allah, baik
yang terkait dengan ibadah individu, sosial kemasyarakatan, atau apa saja yang
terkait dengan kategori dakwah dan jihad, tidak boleh atau haram hukumnya
dibisniskan, yakni melaksanakannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan
dunia, baik yang terkait harta, pangkat, kedudukan, status sosial, pujian dari
manusia atau apapun bentuknya.
5. Di dalam harta yang diamanahkan Allah itu terdapat jatah kaum fakir, miskin dan
kebutuhan lain di jalan Allah, baik melalui zakat (wajib), maupun sedekah (infak).
Oleh sebab itu, harta bukan untuk ditumpuk di dunia, akan tetapi untuk
dibelanjakan di jalan Allah. Atau dengan kata lain, harta adalah jalan terbaik
untuk berjihad di jalan Allah.
Berdasarkan lima (5) syarat tersebut, maka manajemen harta, baik yang diperoleh
melalui bisnis, bekerja, warisan, hibah dan jalan halal lainnya, pada prinsipnya dapat
disimpulkan dengan dua pertanyaan mendasar berikut :
1. Apa jenisnya, dari mana dan bagaimana cara memperoleh harta tersebut? Dari
jalan yang halalkah atau yang haram?
2. Kemana harta yang diperoleh dengan jalan yang halal itu dibelanjakan? Untuk
kepentingan duniakah atau kepentingan akhirat?
Orang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang kuat dan demikian pula iman
pada akhirat, tidak akan menghabiskan hidupnya untuk berbisnis dengan pola dan cara
yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Karena ia meyakini dan memahami bahwa hidup ini
adalah berbisnis dengan Allah. Untuk apa lagi ia berbisnis dengan pola hanya
mengumpulkan kenikmatan dunia seperti yang dijelaskan sebelumnya? Karena berbisnis
dengan Allah kenikmatannya, keuntungannya dan kelebihannya tidak mungkin dapat
dibandingkan dengan apa yang dirasakan dan dialami oleh para pebisnis yang hanya
mengejar dunia, kendati dengan jalan yang dibolehkan. Sebab itu, orang beriman akan
memenej hidup ini secara total untuk berbisnis dengan Allah. Semua potensi harta dan
dirinya dikerahkan di jalan Allah. Di mata manusia bisa saja dinilai rugi, sulit, berat dan
bahkan berbahaya serta nyawanya terancam dan sebagainya. Namun di mata Allah, itulah
pebisnis sejati. Pebisnis yang menjadikan harta dan jwanya sebagai modal untuk meraih
keridhaan dan syurga Allah Subhanahu Wata‘ala.
Para pebisnis dengan Allah semasa hidup di dunia tidak akan pernah berharap lain
kecuali mendapatkan ridha dan syurga Allah. Mereka, semasa hidup di dunia, berbisnis
dengan Allah melalui sebuah transaksi istimewa dan sangat spesial. Bisnis tersebut
terkait dengan proyek promosi dan pemasaran Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Allah
percayakan kepada mereka. Bisnis tersebut sangat unik, menarik dan menantang,
khususnya bagi mereka yang memahaminya dan menyukai tantangan. Di antara faktor
yang menyebabkanya unik, menarik dan menantang itu ialah :
Produk yang dipromosikan dan yang ditawarkan adalah sitem (software)
kehidupan di dunia berkualitas super canggih yang 100 % menjamin kesuksesan
para pemakainya.
Owner (Pemilik) dan Pencipta produk tersebut adalah Tuhan Pencipat alam
semesta, yakni Allah Ta‘ala dan belum pernah ada dan tidak akan ada kompetitor-
Nya.
Sistem bisnis yang diterapkan adalah sistem keagenan atau disebut dengan
sistem khilafah (representative/perwakilan).
Produk ditawarkan dengan cuma-cuma (secara gratis), di mana para peminat
produk tidak dibebankan biaya apapun. Sebaliknya, biaya ditanggung oleh Owner
(Tuhan Pencipta) yang ditransfer melalui para agen.
Target pemasaran para agen tidak terkait dengan berapa besarnya jumlah
manusia yang mau menerima produk tersebut dan tidak pula terikat dengan
batas-batas teritorial wilayah sehingga luas pasarnya mencakup lima benua.
Semua daratan dan lautan ciptaan Tuhan Pencipta yang dihuni oleh manusia
adalah menjadi wilayah pemasaran mereka.
Satu hal yang harus diingat oleh para agen ialah bahwa dalam menawarkan produk
sistem hidup di dunia tersebut harus berdasarkan skala prioritas, yakni
ditawarkan dan dipasarkan terlebih dahulu kepada istri-istri, anak-anak, karib
kerabat, teman-teman dekat dan orang-orang yang berada di bawah
kepemimpinan formalnya, jika mereka sedang menduduki suatu lembaga, instansi,
organisasi, pemerintahan dan lainnya. Setelah itu baru wilayah pemasarannya
meluas ke wilayah lain sampai tanpa batas.
Demikian pula dengan jumlah agen tidak pernah dibatasi, khususnya setelah
Tuhan Pencipta mengutus agen tunggal dan terakhir bernama Muhammad bin
Abdullah sejak 1443 tahun yang lalu. Siapa saja yang berminat, apa saja suku,
bahasa dan warna kulitnya berhak menjadi agen pemasaran software tersebut,
apakah mereka hidup di negara maju, berkembang atau negara-negara miskin
ekonomi.
Bagi para peminat produk tersebut dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan
dunia akan dijamin kesuksesannya di dunia dan pasti juga di Akhirat.
Para peminat produk dan mau menerapkannya dalam kehidupan, berhak
mendapatkan keagenan secara otomatis, dengan syarat dan kompensasi yang
sama dengan para agen senior sebelumnya.
Bagi para agen harus siap membiayai promosi dan pemasaran produk tersebut
dengan harta dan jiwa mereka yang telah ditransfer oleh Pemilik produk
software kehidupan tersebut, yakni Allah Ta‘ala. Menariknya, jumlah dana yang
harus digunakan untuk biaya marketing software tersebut hanya berkisar antara
2.5 % sampai 30 % dari total yang diterima dari Pemiliknya; Tuhan Pencipta.
Sisanya boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para agen sebagai
commitioning fee, selama digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan petunjuk
Pemiliknya. Sebab itu, keikhlasan adalah mutlak adanya.
Kendati semua biaya pemasaran (marketing cost) ditanggung oleh Pemilik produk
software beserta seluruh biaya hidup para agen, namun imbalan, kompensasi dan
bonus yang akan diperoleh para agen amatlah besar dan dahsyat, yakni
kesuksesan di dunia dan meraih The Great Success di Akhirat, yakni Syurga
‗Adn.
Agar aktivitas bisnis keagenan tersebut berjalan dengan baik dan maksimal,
Pemilik Produk merumuskan sebuah Visi Khilafah (perwakilan atau keagenan) dan
Misi Ibadah (komitmen terhadap aturan main) yang sudah ditetapkan-Nya.
Itulah sebuah transaksi unik, sangat menarik dan menantang yang berhasil dijalankan
oleh para penghuni Syurga ketika mereka hidup di dunia. Keunikan transaksi tersebut
sesungguhnya terletak pada :
Pemilik produk adalah Allah Tuhan Pencipta.
Pembeli sesungguhnya juga Allah Tuhan Pencipta
Harga dan kompensasinya sangat besar dan tak terbatas yakni Syurga, juga dari
Allah Tuhan Pencipta.
Biaya (cost) yang dikeluarkan oleh para agen berupa harta dan jiwa mereka, juga
anugerah dari Tuhan Pencipta. Berarti para agen itu berbisnis dengan Allah tanpa
modal atau bermodalkan “ZERO”, atau no risk, high return.
Kalupun dibutuhkan modal, tidak lebih dari tiga K, yakni KEIMANAN, KEMAUAN
dan KEIKHLASAN, saat menyumbangkan harta dan jiwa di jalan Allah.
Sesungguhnya KEIMANAN, KEMAUAN dan KEIKHLASAN adalah modal utama yang
dimiliki orang-orang beriman yang mejalankan transaksi bisnis dengan Allah ketika
menjalani kehidupan di dunia. Dengan modal tersebut insya Allah mereka mampu meraih
ampunan dan Syurga Allah yang merupakan THE GREAT SUCCESS (Kesuksesan Tanpa
Batas) dan tidak akan ada lagi kesuksesan yang menyamainya, apalagi melebihinya. Allah
menjelaskan dalam firman-Nya :
―Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan)
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(10) (yaitu) kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(11) niscaya Allah akan mengampuni dosa-
dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Syurga Adn. Itulah
kesuksesan yang amat besar (The Great Success).‖ (Q.S. As-shof (61) : 10 – 12)
Semoga Allah membantu dan menolong kita untuk bisa berbisnis dengan-Nya,
yakni berjuang sekeras tenaga, dengan harta dan jiwa di jalan-Nya. Semoga Allah pilih
kita menjadi orang-orang yang sukses di sisi-Nya, kendati di mata manusia dianggap
gagal. Dan semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling
tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada‘, dan shalihin sebagaimana Allah
himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin…
EVALUASI PELAKSANAAN AAI
....../....................../...........
A. Agenda AAI
NO Barnamij ( agenda ) Realisasi Keterangan / Petugas
1 Iftitah ( pembukaan )
2 Tilawah ( 1 hal/ org ) s/d ayat
3 Kultum / tatsqif / kajian buku
5 Ta'limat
6 Materi inti
7 Infak majelis
8 Mutabaah
9 Problem solving
10 Ikhtitam
B. Mutaba‟ah yaumiyah ( evaluasi harian ) peserta
No Amalan Standar Inisial Peserta AAI
1 Kehadiran tepat
waktu
Keterlambatan (menit)
2 Tilawah (hal/pkn) 14 / pkn
3 Al Ma'tsurat (x/pkn) 7 / pkn
4 Sholat Jamaah (x/pkn) 30 / pkn
5 Qiyamul Lail (x/pkn) 1 / pkn
6 Sholat Dhuha 4 / pkn
7 Puasa Sunnah (x/pkn) 1 / pkn
8 Olah raga (x/pkn) 3 / pkn
9 Tatsqif / mengikuti
kajian kampus 1 / pkn
NB :
Petugas & tugas pekan depan ( ...... / ..... / ..... ) :
1) MC : ...
2) Kultum / tatsqif : ... materi/kitab : ...
3) Tugas : ...
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Terjemah
Modul manhaj tarbiyah pesantren 2009 untuk madrasah tsanawiyah; MAPADI
dan LKMT
Modul aqidah islam untuk madrasah tsanawiyah PONPES Husnul Khotimah; Imam
Nur Suarno, S.P.D
Super Mentoring senior syamil teens; Novi hardian dan tim ILNA YOSEN
30 kumpulan materi Wa Islama Terpilih ( buletin)
Prinsip-prinsip dasar keimanan syaikh Muhammad bin shaleh Al-Utsaimin
Universitas Islam Indonesia
Modul Asistensi Agama Islam (AAI) Universsitas gadjah mada (UGM) tahun
2002, 2009
Kitab Tauhid Imam Abdul Wahab
Ensiklopedi Mini Muslim Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Shadam
Eramuslim.com
http://m.voa-islam.com/news/ibadah/2010/01/06/2434/bersuci-dan-urgensinya-dalam-ibadah/
http://muntohar.wordpress.com/2008/08/27/kepribadian-muslim-ideal/
http://myislam.blogspot.com/2008/09/perintah-sholat-5-lima-waktu-dalam-al.html
http://ervakurniawan.wordpress.com/2009/10/11/kisah-dibalik-perintah-sholat-lima-waktu/
www.muslim.or.id http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/dosa-meninggalkan-shalat-lima-waktu-
lebih-besar-dari-dosa-berzina