MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI...Memberikan bimbingan pada proses diskusi. 2....
Transcript of MODUL 6 : PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI...Memberikan bimbingan pada proses diskusi. 2....
-
Modul Pelatihan MODUL MI-6 PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN VVEEKKTTOORR
DDII DDAAEERRAAHH TTAANNGGGGAAPP DDAARRUURRAATT
I. DESKRIPSI SINGKAT
ejadian kedaruratan seperti kejadian bencana berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat,
timbulnya kurban manusia seperti kematian, kesakitan, kerusakan sarana dan prasarana lingkungan,
sarana kesehatan, termasuk sarana sanitasi dasar. Upaya penanggulangan, perbaikan dan pemenuhan
kebutuhan minimal harus segera dilakukan.
Pengkajian capat kesehatan lingkungan di daerah
tanggap darurat dilaksanakan segera setelah terjadinya peristiwa kedaruratan sebagai dasar penanggulangan di
bidang kesehatan lingkungan. Pengkajian dilakukan
mengacu pada pedoman yang ada sesuai KepmenKes no , dan petunjuk teknis yang ada, dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi setempat.
K
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
2
Perlu segera dilakukan indentifikasi permasalahan kesehatan lingkungan, pemetaan factor risiko
kesehatan lingkungan, rumusan dan pemecahan, koordinasi dengan pihak-pihak terkait, dan rencana
penanganan.
Kemampuan melakukan hal-hal diatas harus dipunyai
oleh tenaga sanitasi yang mempunyai tanggung jawab penanggulangan di wilayah kerjanya.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu mengelola upaya pengendalian vektor di
daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah
kerjanya
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar
dapat:
1. Menjelaskan Ruang Lingkup dan Tujuan
Pengendalian vektor
2. Melakukan upaya pengendalian vektor sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap
darurat
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
3
III. POKOK BAHASAN
A. Ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor
B. Upaya pengendalian vektor di daerah tanggap
darurat
IV. PROSES PEMBELAJARAN
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif,
maka perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Peyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
Kegiatan bina suasana dikelas
a. Memperkenalkan diri
b. Menggali pendapat pembelajar (curah pendapat) tentang apa yang dimaksud dengan pengelolaan
sarana air bersih di daerah tanggap darurat
c. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang pengelolaan sarana
air bersih di daerah tanggap darurat
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
4
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
Langkah 2: Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan 1 dan 2 secara garis besar dalam waktu
yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada pembelajar
untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal
yang dianggap penting
b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
Langkah 3: Pendalaman pokok bahasan di kaitkan dengan situasi tanggap darurat
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk
mendiskusikan pokok bahasan sbagai berikut:
Kelompok 1: Pengendalian nyamuk yang
ada di daerah tanggap daurat
(pengungsian)
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
5
Kelompok 2: Pengendalian tikus di daerah
tanggap darurat
Kelompok 3: Pengendalian lalat di daerah
tanggap darurat
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.
d. Memberikan bimbingan pada proses diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua,
sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal
yang kurang jelas pada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan/ sub pokok bahasan yang ditugaskan
dan menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.
Langkah 4: Penyajian dan pembahasan hasil
pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta masing-masing kelompok mempresen-
tasikan hasil duskusi
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan khususnya dikaitkan dalam
situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat
d. Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
6
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi masing-masing pokok bahasan yang dikaitka
dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap
darurat yang telah dibuat oleh tiap kelompok.
Langkah 5: Simulasi pada situasi taggap darurat (buatan)
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk
mensimulasikan pokok bahasan : (1) Identifikasi
jenis vektor yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat, (2) Upaya
pengendalian yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat
Catatan : setiap kelompok mensimulasikan dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat yang berbeda
b. Meminta masing-masing kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer
c. Memberikan bimbingan pada proses simulasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok simulasi
b. Melakukan simulasi secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap
darurat yang berbeda
c. Kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi
observer untuk mengobservasi kelompok yang
sedang melakukan simulasi dan mencatat hal-hal yang sudah baik dan yang masih memerlukan
perbaikan
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
7
d. Mengemukakan hasil observasi untuk perbaikan dan pengkayaan
Langkah 6: Rangkuman dan evaluasi hasil
belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 5
pertanyaan sesuai topik pokok bahasan
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap
masing – masing pertanyaan
c. Bersama peserta merangkum hasil proses
hasil pembelajaran pengendalian vektor di
daerah tanggap darurat
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
d. Bersama fasilitator merangkum hasil proses
pembelajaran pengendalian vektor di daerah tanggap darurat
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
8
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN I
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR
A. Ruang Lingkup Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas
dalam upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti
lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian vektor dapat berupa
penyemprotan, biological control, pemusnahan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan.
Banyaknya tenda-tenda darurat tempat penanmpungan sementara para pengungsi yang
diperkirakan belum dilengkapai dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang sangat diperlukan,
akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak
tertangani dengan baik dan akan menciptakan breeding site terutama untuk lalat dan serangga
pangganggu lain. Hal ini akan menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
9
Keberadaan lalat dan serangga-serangga pengganggu lain merupakan vektor mekanik dari
berbagai penyakit tertentu dan dari sisi lain keberadaan serangga tersebut menyebabkan
gangguan bagi sebagaian orang. Pengendalian
dilakukan secepatnya setelah kegiatan survei vektor dilakukan dengan berbagai cara termasuk
menggunakan insektisida.
B. Tujuan pengendalian vektor 1) menurunkan populasi vektor serendah mungkin
secara cepat sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
2) menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
3) Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh
binatang atau serangga pengganggu
Kegiatan pengendalian vektor dan binatang pengganggu
a) Survei cepat
b) Metode pengendalian
Pengendalian vektor dilakukan dari cara yang paling sederhana seperti perlindungan personal dan
perbaikan rumah sampai pada langkah-langkah yang lebih kompleks yang membutuhkan partisipasi
dari para ahli pengendalian vektor.
Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: a) pengendalian lingkungan: breeding mengubah
situs dengan mengeringkan atau mengisi situs,
pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dan kebersihan.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
10
b) Pengendalian secara mekanis Menggunakan bednets
Perangkap Penutup makanan
c) Pengendalian biologis Menggunakan organisme hidup untuk
pengendalian larva, seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas,
guppies) Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis)
yang menghasilkan racun terhadap larva
Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain-lain
d) Pengendalian kimiawi
Penggunaan repellents Banyak masyarakat terbiasa menggunakan berbagai bahan sebagai repellents. Penggunaan repellents ini efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan untuk
menggunakannya dalam situasi darurat,
dan hal ini sebenarnya sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai
repellents yang terbukti manfaatnyanya. Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray,
fogging) untuk vektor dewasa Larvicides untuk pengendalian larva
Data resistensi terhadap insektisida akan
berguna dalam membantu memastikan insektisida yang akan dipilih.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
11
C. Pengendalian Vektor Nyamuk 1. Pengendalian vektor malaria
2. Pengendalian vektor DBD 3. Pengendalian nyamuk Culex spp sebagai
serangga pengganggu
D. Pengendalian tikus
Beberapa metode pengendalian tikus sebagai yaitu: 1. Secara mekanik dan sanitasi
2. Memasang traps 3. Memberi Umpan
4. Caution to rodent trapping/safe handling
E. Pengendalian lalat dan kecoak
Beberapa metode dalam pengendalian lalat dan kecoak yaitu:
1. Traps and screen 2. Chemical control
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
12
POKOK BAHASAN II
UPAYA PENGENDALIAN VEKTOR DI DAERAH TANGGAP DARURAT
ika di sekitar lokasi penampungan pengungsi belum
ada saluran air, harus dibuat saluran air darurat sederhana untuk mengalirkan air ke saluran umum
atau lubang peresapan, dengan ketentuan konstruksi saluran atau lubang peresapan tidak menjadi tempat
perindukan lalat dan nyamuk.
Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di
lokasi pengungsi adalah lalat, tikus serta nyamuk. Upaya yang dilakukan berupa:
Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik
Bilamana diperlukan dapat menggunakan
insektisida Tetap menjaga kebersihan individu selama berada
di lokasi pengungsi
Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL)
dan pembuangan sampah yang baik
Kebiasaan penanganan makanan secara higienis
Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian
bencana dapat dilakukan melalui: Pengelolaan Lingkungan
Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti
genangan air, tumpukan sampah
Bersama sama pengungsi melakukan :
Memberi tutup pada tempat sampah
Menimbun sampah yang dapat menjadi
sarang nyamuk
J
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
13
Membuat saluran air limbah
Menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan dan menjaga kebersihan
jamban
Pengendalian dengan bahan kimia
Dilakukan dengan cara penyemprotan,
pengasapan/pengkabutan diluar tenda pengungsi dengan menggunakan insektisida.
Penyemprotan dengan insektisida sedapat mungkin
dihindari dan hanya dilakukan untuk menurunkan
populasi vektor secara drastis apabila dengan cara lain tidak memungkinkan.
Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan
serta jenis insektisida yang digunakan sesuai dengan
rekomendari dari Dinas Kesehatan setempat .
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Malaria
Pengendalian vector nyamuk
Di lokasi penampungan pengungsi penyakit malaria
sangat mungkin terjadi. Hal ini terutama penampungan pengungsi terletak pada daerah yang endemis malaria
atau pengungsi dari daerah endemis datang ke lokasi
penampungan pengungsi pada daerah yang tidak ada kasusnya tetapi terdapat vektor (daerah reseptif malaria).
Pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui
beberapa cara berikut:
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
14
1. Pencegahan gigitan nyamuk
Beberapa cara pencegahan penularan malaria antara lain, mencegah gigitan nyamuk dengan
cara:
▪ Tidur dalam kelambu (kelambu biasa atau yang berinsektisida)
▪ Memasang kawat kasa ▪ Menggunakan repelen (cream anti nyamuk) ▪ Membakar obat nyamuk ▪ Pencegahan dengan obat anti malaria
(profilaksis)
Pengobatan pencegahan malaria diberikan kepada
kelompok berisiko tertular malaria seperti:
▪ pendatang dan perorangan atau sekelompok orang yang non-imun yang akan dan sedang di
daerah endemis malaria
▪ Ibu hamil (sasarannya adalah ibu hamil di daerah endemis malaria).
2. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan dapat mencegah,
mengurangi atau menghilangkan tempat perinduk-an vektor, antara lain:
▪ Pengeringan ▪ Pengaliran ▪ Pembersihan lumut ▪ Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah
perkembangan larva nyamuk Anopheles sundaicus, yang merupakan vektor utama malaria di daerah pantai. Larva nyamuk ini suka hidup pada lumut di lagun-lagun daerah pantai.
Dengan pembersihan lumut ini, maka dapat
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
15
mencegah perkembangan nyamuk An. sundaicus.
Pemberantasan malaria melalui pengobatan penderita yang tersangka malaria atau terbukti
positif secara laboratorium, serta pengendalian
nyamuk melalui perbaikan lingkungan.
Tindakan pencegahan penyakit DBD adalah dengan memutuskan rantai penularan yaitu
mencegah gigitan nyamuk vektor DBD, dengan pemberantasan sarang nyamuk penular dan membasmi jentik nyamuk di tempat
perindukannya.
Tindakan-tindakan pencegahan penyakit DBD adalah sebagai berikut: Kimiawi dengan pengasapan menggunakan
insektisida dan larvasidasi
Biologi dengan memelihara ikan larvavorus
(gambusia affinis dan ikan adu) Fisik yang dikenal dengan kegiatan 3 M plus
(menguras, menutus dan mengubur) serta
memasang kawat kasa, ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu, memakai
repellent, dan lain-lain.
Ukuran keberhasilan kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) antara lain diukur dengan Angka Bebas jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95%
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi. ABJ ini diperoleh dengan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
16
Pemberantasan lalat
Usaha pemberantasan lalat meliputi: a. Tindakan penyehatan lingkungan
Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat
Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh
lalat
b. Membasmi larva lalat c. Membasmi lalat dewasa
Usaha pemberantasan lalat harus merupakan salah satu
program kesehatan lingkungan dari tiap-tiap Dinas Kesehatn Rakyat. Kadang-kadang perlu diadakan
kampanye pembasmian lalat untuk menarik perhatian
dan mendapatkan kerjasama serta bantuan masyarakat dalam sebuah ”Community fly control program”. Program semacam ini harus direncanakan dan
dipersiapkan dengan seksama satu usaha kerjasama
dari seluruh masyarakat karena usaha yang dilakukan secara individual tidak akan berhasil disebabkan jarak
terbang lalat yang jauh.
Untuk satu community fly-control program perlu terlebih dulu dilakukan survey pendahuluan yang
meliputi seluruh daerah untuk mencari tempat-tempat
pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Juga perlu diselidiki fly density dari jenis-jenis lalat yang terpenting di daerah itu. Survey pendahuluan ini diperlukan untuk dapat
menentukan luasnya daerah yang harus dikontrol
maupun intensitas serta macam tindakan pemberan-tasan yang perlu diambil.
Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan harus
merupakan tindakan-tindakan pokok terpenting untuk
pemberantasan lalat, karena penggunaan zat-zat kimia saja tidak dapat menggantikan usaha-usaha sanitasi.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
17
Hasil-hasil dari community fly-control program harus selalu dievaluasi dengan pemeriksaan fly-dencity pada
waktu-waktu tertentu untuk menentukan effektivitas dari tindakan-tindakan pemberantasan yang dijalankan
dan untuk menentukan dimana dan apabila tindakan-
tindakan pemberantasan itu diperlukan. Untuk menentukan fly-density harus selalu dipakai alat dan
cara yang sama supaya angkaangka dapat dipakai untuk perbandingan.
”Scudder grille” dapat dipakai untuk mengukur fly density. Untuk mengukur fly density scudder grill diletakkan diatas umpan, misalnya sampah atau kotoran hewan, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap
diatas scudder griil itu.
Disamping menghitung jumlah dapat juga diperiksa
jenis lalat. Kadang-kadang juga dipakai alat penangkap lalat. Ada banyak model penangkap lalat.
Prinsipnya ialah lalat diumpan supaya masuk kedalam
alat penangkap dan tidak bisa keluar lagi. Juga dengan
cara ini bisa diukur kepadatan lalat (fly density) dan jenisjenis lalat disatu daerah.
Community fly-control program harus dipimpin oleh Dinas Kesehatan Rakyat karena Dinas Kesehatan Rakyat yang mempunyai wewenang untuk mengambil
tindakantindakan kalau perlu dan mempunyai
hubungan langsung dengan perusahaanperusahaan, restoran-restoran dan instansi-instansi dalam hubungan
dengan pengawasan kesehatan lingkungan.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
18
Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan
Ini harus bertujuan melenyapkan semua tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil, disamping
usaha mencegah transmisi penyakit. Tindakan-tindakan
yang perlu diambil meliputi:
1. Melenyapkan atau memperbaiki semua kakus-kakus dan cara-cara pembianang excrota manusia yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, terutama
yang memungkinkan lalat langsung berkotak dengan excreate manusia.
2. Garbage harus dibuang dalam tempat sampah yang tertutup. Cara pembuangan sampah harus tidak
memungkinkan sampai sampah menjadi sarang
lalat. Cara yang baik ialah sanitary landfill dan incineration. Pada Sanitary Landfill tanah yang
menutup lapisan sampah harus didapatkan supaya lalat yang keluar dari pupa yang sudah ada tidak
bisa menembus keluar tanah yang padat itu.
3. Industri dan perusahaan-perusahaan pada mana terhadap kumpulankumpulan kotoran hewan atau
zat-zat organik lain yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat harus ditimbun dan membuangnya
dengan cara yang mencegah pembiakan lalat didalamnya. Ini berlaku untuk abattoir, peternakan
ayam, babi dan hewan lain, perusahaan-
perusahaan makanan dan semua perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sisa-sisa sayuran
dan bahan dari hewan .Juga sewage-treatment plant harus diawasi terutama tentang cara-cara
pembuangan kotoran yang tersaing dan sludge.
4. Rumput dan tumbuhan-tumbuhan liar merupakan tempat perlindungan untuk lalat dan membuat
usaha fogging atau misting dengan insektisida
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
19
kurang effektif. Disamping itu rumput yang tinggi dapat menutupi timbunantimbunan dari zat-zat
organik yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Karena itu rumput harus dipotong pendek dan
tumbuhan-tumbuhan liar dicabut dan dibuang dari
pekarangan-pekarangan dan lapangan-lapangan terbuka.
Pembasmian larva lalat
Kotoran hewan ternak kalau setiap hari diangkat dari
kandang lalu segera disebarkan diatas lapangan terbuka atau ditimbun dalam tempat-tempat yang
tertutup rapat sehingga tidak masuk lalat akan tidak memungkinkan lalat berkembang biak didalamnya.
Keadaan kering akan mematikan larva dan bahanbahan
organik yang kering tidak disukai lalat sebagai tempat bertelur. Timbunan kotoran hewan bisa disemprot
dengan diazinon dan malathion (sebagai emulsi) atau insektisida lain (Ronnel, DDVP).
Pembasmian lalat dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara:
1. Di dalam rumah: penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents.
2. Di luar rumah: fogging dengan suspensi atau
larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten
terhadap insektisida.Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan.
3. Residual spraying dengan organo phosphorus
insecticides seperti: Diazinon 1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan
bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
20
4. Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying diazinon, ronnel dan
malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi
kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan
air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot.
5. Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) :
Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung
vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi
supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk
mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai :
Parathion : ini bisa tahan sampai 10 minggu
Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat toksis untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat
mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Kalau
kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara disetujui
dengan air dan sabun.
Umpan lalat
Lalat dewasa bisa juga dimatikan dengan umpan
dicampur dengan insektisida. Umpan itu diletakkan di
tempat-tempat dimana biasanya banyak lalat berkumpul. Sebagai umpan dipakai gula, dalam bentuk
kering atau basah. Yang bisa dipakai ialah : Diazinon, malathion, ronnel, DDVP, Dibrom, Bayer L 13/59.
Umpan lalat tidak boleh dipakai didalam rumah.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
21
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
22
VI. REFERENSI
Azrul Azwar (1990), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara SumberWidya, Jakarta.
Adong Iskandar (1989), Pemberantasan Serangga dan Binatang Penggangu, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PLP (1992), Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, Ditjen P2PL (2008), Pedoman Pengendalian Tikus Khusus di Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.
-
Modul MI 6 : Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
23
LAMPIRAN