MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA...
Transcript of MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA...
i
MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA
MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI
DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC TUNTANG
KAB SEMARANG TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I )
Dalam Ilmu Tarbiyah
Diajukan Oleh :
FADHULIL JANNAH
NIM : 111 10 114
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
SALATIGA
2014
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si.
Dosen STAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Fadhulil Jannah
Kepada:
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Fadhulil Jannah
NIM : 111 10 114
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA
LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC
TUNTANG KAB SMARANG TAHUN 2014
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 24 Desember2014
Pembimbing
Syukron Ma‟mun,S.H.I., M.Si
NIP. 19790416 200912 1 001
iv
SKRIPSI
MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA
LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
DISUSUN OLEH
Fadhulil Jannah
111 10 114
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24
Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji : Sri Guno Najib C. M.A
Penguji I : Drs. Taufiqul Mu‟in M.Ag
Penguji II :Rovi‟in, M.Ag
Penguji III : Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si
Salatiga, ..............
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd
NIP. 19670112 199203 1 005
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismillahirrohmanirrohim
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama : Fadhulil Jannah
NIM : 111 10 114
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 24 Desember 2014
Yang Menyatakan,
Fadhulil Jannah
Nim: 111 10 114
vi
MOTTO
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.[13]
Imam Ahmad dan imam hadits yang lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah
ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sekalian para nabi adalah (bagaikan)
saudara seibu, tapi agama mereka tetap satu. Dan sesungguhnya aku adalah
nabi terdekat dengan Isa ibnu Maryam karena antara dia dan aku tidak ada
nabi. Sesungguhnya ia (Isa) akan turun. Apabila kamu melihatnya, maka
kenalilah ia lebih dahulu; warna kulitnya putih agak kemerahmerahan, ia
mengenakan dua helai pakaian, rambut kepalanya seakan-akan meneteskan
air sekalipun tidak basah, ia mematahkan palang salib dan membunuh babi,
meniadakan pajak dan menyeru manusia untuk masuk agama Islam. Di zaman
turunnya, Allah memusnahkan sekalian aliran agama kecuali Islam. Di
zamannya, Allah membinasakan Dajjal, kemudian terciptalah keamanan dan
kedamaian di bumi hingga kita akan menyaksikan seekor macan jalan
bergandengan dengan unta, singa bergandengan dengan sapi, serigala
dengan domba. Anak-anak kecil bermain dengan ular, tetapi anak-anak itu
tidak digigit ular. Isa hidup selama empat puluh tahun kemudian ia wafat dan
dishalatkan kaum muslimin.(HR. Ahmad dalam kitab hadits Musnad (2/406)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini selesai
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk
selalu memperjuangkan mimpiku:
1. Ayahanda (M. Khoiri S) dan Ibunda (Marhamah), motivator yang tak pernah
lelah memberi semangat kepadaku walaupun jarak memisahkan kita , kalian
tetap menjadi motor penggerak hidupku. Mendoakan aku setiap saat serta
selalu berusaha mewujudkan setiap harapanku.
2. Kakak-kakakku (Nafsul Mutmainnah, Madiyah, Mahmudah, kak Idin, kak
Romin, Kak Atam) dan Adikku (Husni Mubarok, Husnul Khotimah, Abdullah
Al-matin) yang telah menjadi penyemangat hidup untuk bisa jadi yang terbaik
dan meraih kehidupan yang lebih baik.
3. Semua guru-guruku khususnya K.H. Mukhlis Dimyati dan Ibu Hj Siti Romlah
Ali Lc beserta keluarga yang telah menuntun jiwa dan raga yang dhoif ini
kecahaya Illahiyah. Terimakasih telah mendidik dan mengajarku.
4. Bapak Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. yang telah sabar dalam mengarahkan
dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.
5. Dosen-dosen STAIN Salatiga, terimakasih telah mengalirkan ilmu kedalam
hati, menjadi fasilitator serta mendorongku agar bisa berbuat yang terbaik
untukku maupun bangsaku. Terima kasih, jasa-jasamu takkan aku lupakan.
viii
6. Semua teman-teman angkatan 2010 yang senasib seperjuangan yang selalu
memotivasi dan mendukung agar cepat mnyelesaikan perkuliahan ini.
7. Seluruh teman-teman KOPMA FATAWA yang telah memberikanku banyak
pengalaman berharga
8. Semua sahabat-sahabatku tersayang khusunya Al-El Alias Assajadah Balqis n
Ellsa lita, tak lupa pula Ute Anabelle, Febri Istanti, Dias Ribiyanti kalian
adalah teman seperjuangan dalam suka maupun duka. Juga Taufikurrahman
yang selalu memberi nasehat, motifasi dan dorongan agar tetap selalu
semangat. Semoga pertemuan kita semua akan abadi sampai hari tua.
Terimakasih atas saran, kritik, kebaikan dan ketulusan kalian. Dan semoga
kita menjadi manusia yang sukses di dunia dan di akhirat.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Model toleransi keagamaan remaja muslim pada
lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan
Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua program studiPAISTAIN Salatiga.
4. Bapak Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. selaku bimbingan skripsi yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran dalam masa
bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ibu Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bimingan selama masa kuliah.
x
6. Segenap dosen fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku
perkuliahan.
7. Ayahanda (M. Khoiri S) dan ibunda (Marhamah) yang selalu memberikan
dukungan dan semangat serta dengan tulus ikhlas mendoakan agar cepat
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
8. Kakak-kakakku (Nafsul Mutmainnah, Madiyah, Mahmudah, kak Idin, kak
Romin, Kak Atam) dan adikku (Husni Mubarok, Husnul Khotimah, Abdullah
Al-matin) yang selalu memberikan motivasi dan semangat.
9. Bapak Solikin dan Ibu Yatimah selaku Kadus Dusun Celengan,Pengurus
Krang taruna Dusun Celengan, Remas Dusun Celengan, dan para masyakat
atau warga yang telah banyak membantu selama proses penelitian ini
berlangsung.
10. Bapak K.H Mukhlis Dimyati dan Ibu Siti Romlah Ali Lc selaku pengasuh
pondok pesantren Daru Falah Cukir Jombang yang selalu memberikan pesan
moral dan tausiyahnya kepada penulis untuk selalu semangat dalam segala
aktifitas supaya sukses di dunia dan di akhirat.
11. Semua teman-teman angkatan 2010, PPL dan KKN yang senasib seperjuangan
yang selalu memotivasi dan saling mendukung agar cepat menyelesaikan
perkuliahan ini.
12. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-
persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan do‟anya.
xi
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal mereka
diterima oleh Allah SWT. Dan mendapat pahala yang lebih baik serta
mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, Alhamdulillah akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran, kritik, dan
masukan yang konstruktif selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulis
selanjutnya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran pendidikan islam dan bagi para pemikir pendidikan di
masa depan, berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…
Salatiga, 14 Oktober 2014
Penulis,
Fadhulil Jannah
Nim: 111 10 114
xii
ABSTRAK
Jannah, Fadhulil. 2014. 11110114. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim
Pada Lingkungan Beda Agama Di Dusun Celengan Desa Lopait
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 . Pembimbing:
Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si.
Kata kunci: Toleransi Keagamaan
Remaja Dusun Celengan Desa Lopait Kec Tuntang Kab Semarang sebagian
warganya beragama muslim dan non muslim. Meskipun ada perbedaan keyakinan
dan pendapat para remaja tersebut dapat hidup rukun dan bertoleran antar satu
dengan yang lain serta dapat menjalankan aktifitas/kegiatan keagamaan mereka
dengan lancar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan tetapi
juga sikap sosial mereka seperti gotong royong, tolong menolong, memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk beribadah, menghargai pendapat orang lain
dan menghormati dan menyayangi sesama. Padahal remaja yang secara fisiologis
sangat rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil, dan selalu memegang
idiom ketokohan, namun mereka dapat hidup rukun di tengah-tengah lingkungan
yang berbeda keyakinan atau beda agama dan tatanan hidup yang berbeda pula.
Padahal harus disadari bahwa perbedaan bisa saja menjadi sumber konflik dan
perpecahan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Model Toleransi
Keagamaan remaja muslim di lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa
Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014, 2) Sikap Toleransi remaja
muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kec
Tuntang Kab Semarang Tahun 2014, 3) Faktor penyebab terbangunnya sikap
toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa
Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang menjadi subjek penelitian adalah
para remaja Dusun Celengan, teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan teknik analisis model interaktif.Peneliti
menggunakan pendekatan diskriptif analitik dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model toleransi yang di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari remaja Dusun Celengan adalah Model
Toleransi terbuka Toleransi terbuka yaitu mereka dapat menghormati menyayangi
dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan, konflik
ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa memandang perbedaan
agama, ras, bahasa, karakter dan sifat, dan tertutup, yaitu mereka yang hanya
menghormati dan menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat
baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah
pilih-pilih tidak menyeluruh. Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan
mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
adalah; 1)Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung, 2)tidak mengganggu
umat lain ketika beribadah, 3)rasa persatuan, 4) gotong royong memperbaiki
xiii
tempat umum dan diskusi menghormati acara umat lain, dan Faktor Penyebab
Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun
Celengan adalah; 1)rasa ingin dihargai, 2) rasa persaudaraan, 3) karena manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
LEMBAR BERLOGO ...................................................................................
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………… ...... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 8
D. Penegasan Istilah ....................................................................................... 9
E. Metode Penelitian .................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 23
BAB II LANDASAN TEORI
A.Model Toleransi Keagamaan .......................................................................
1. Pengertian Model Toleransi Keagamaan ..................................... 25
2. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan Islam ................................. 27
xv
3. Dasar Kegiatan Keagamaan Islam ............................................... 29
B. Toleransi .................................................................................................. 31
1. Pengertian Toleransi..................................................................... 31
2. Toleransi dalam Islam .................................................................. 34
3. Segi-segi Toleransi ....................................................................... 36
4. Asas Toleransi .............................................................................. 37
5. Problem Toleransi ........................................................................ 39
6. Macam-macam Sikap Toleransi ................................................... 41
C. Remaja Muslim .................................................................................... 42
1. Pengertian Remaja ....................................................................... 42
2. Remaja dan Ciri-cirinya ............................................................... 43
3. Perkembangan Remaja ................................................................. 45
4. Problema Agama dan Akhlak Remaja ......................................... 47
5. Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral Remaja ...................... 49
6. Kategori Batas Usia Remaja ........................................................ 50
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek penelitian......................... 52
1. Situasi dan Kondisi Biografi ........................................................ 52
2. Keadaan Sosial Keagamaan ......................................................... 53
3. Keadaan Ekonomi Masyarakat Dusun Celengan ......................... 56
4. Struktur Organisasi Dusun Celengan ........................................... 57
5. Kegiatan Karang Taruna Dusun Celengan ................................... 58
6. Temuan Penelitian ....................................................................... 61
xvi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Model Toleransi Remaja Muslim Pada Lingkungan Beda Agama..70
B. Sikap Toleransi Remaja Muslim Pada lingkungan Beda Agama ….76
C. Faktor penyebab terbangunnya Toleransi Remaja Muslim Pada
Lingkungan Beda Agama............................................ …………….80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 85
B. Saran ........................................................................................... .86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: jumlah Penduduk Menurut Umur Dusun Celengan Tahun 2014
Tabel 3.2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dusun Celengan tahun 2014
Tabel 3.3: Sarana Peribadatan Dusun Celengan tahun 2014
Tabel 3.4: Jumlah Majlis Ta‟lim Dusun Celengan Tahun 2014
Tabel 3.5: Kegiatan Keagamaan Warga Non Muslim
Tabel 3.6: Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Dusun Celengan tahun 2014
Tabel 3.7: Pengurus RT/RW Dusun Celengan Tahun 2014
Tabel 3.8:Daftar Kegiatan Organisasi Remaja Dusun Celengan
Tabel 3.9:Data Responden Hasil Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang berciri universal,yang mengatur hubungan antara
manusia dengan tuhannya dan juga meletakkan peraturan-peraturan dasar
mengenai hubungan-hubungan antar manusia dan kepentingan-kepentingan
mereka secara umum, dengan tujuan mensejahterakan dan menentramakan
masyarakat.
Namun dengan seiring kemajuan ilmu dan teknologi, kehidupan manusia
selalu mengalami perubahan,baik dari segi ekonomi,moralitas, sikap sosial dan
gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntunan dan
keinginan, baik dari lingkungan masyarakat maupun dari pihak luar. Semakin
besar tuntunan tersebut maka, semakin besar pula perubahan watak seseorang,
sehingga membawa kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti
perkembangan teknologi,ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Di samping itu
pula ada yang berdampak negatif seperti perubahan watak seseorang yang penuh
dengan kekerasan, kekejaman, dan kebengisan.
Perubahan-perubahan itu telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang
bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah,
gotong royong dan sebagainya. Pergeseran tata nilai ini secara konkret membawa
pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia yang tidak
2
menghiraukan baik dan buruk, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah
dan hubungannya dengan manusia.
Dengan adanya pembinaan pengetahuan di bidang agama kiranya dapat
meredam sikap yang berdampak pada dekadensi moral. Pendidikan agama dan
kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan secara umum sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan
mulia, terutama pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bernuansa
Islam.
Pengajian dalam majelis ta‟lim dapat dijadikan sebagai wadah pembentukan
jiwa dan kepribadian yang agamis sekaligus berfungsi sebagai stabilator dalam
seluruh aktifitas kehidupan manusia yang mempunyai keilmuan dan beriman
kepda Allah SWT.
Firman allah dalam surat al-Mujadilah ayat 11.
”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,“berilah
kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan allah maha
teliti apa yang kamu kerjakan.”
3
Selayaknya kegiatan-kegiatan bernuansa Islam mendapat perhatian dan
dukungan dari masyarakat, khususnya bagi remaja. Sehingga tercipta insan-insan
yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual maupun mental
spiritual. Sikap mental yang tertata dengan memperluas wacana keilmuan dengan
semua itu maka kejadian yang mengenai keberlangsungan hidup akan dapat
mensikapi gejala-gejala perkembangan zaman dengan sinergi.
Masyarakat maju atau modern yang beragama, pada umumnya cenderung
pada monoteisme, yaitu menyakini hanya pada satu Tuhan, yang menciptakan
segenap alam; tiada Tuhan selain Dia, seperti rumusan syahadat (Tidak ada Tuhan
selain Allah). Umat Islam, Yahudi,Kristen, Hindu, Budha Mahayana, mengaku
bahwa agama masing-masing adalah agama monoteisme (Isomuddin, 2002:31).
Pemahaman keagamaan yang ada dalam suatu masyarakat terutama remaja,
mereka masih sangat labil dalam menyikapi agama yang di yakininya dan masih
sangat beragam sesuai dengan pengetahuan masing-masing. Setiap individu dalam
menjalankan ritual keagamaan berbeda-beda meskipun pada dasarnya memiliki
tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah yang menciptakan alam
dengan kesempurnaan-Nya
Remaja dusun Celengan kec Tuntang kab Semarang yang warganya
sebagian beragama muslim dan non muslim, meskipun ada perbedaan keyakinan
dan pendapat akan tetapi para remaja diDusun tersebut dapat hidup rukun dan
bertoleran antar satu dengan yang lain serta dapat menjalankan aktifitas/kegiatan
keagamaan mereka dengan lancar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa
keagamaan tetapi juga sikap sosial mereka seperti gotong royong, tolong
4
menolong, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk beribadah,
menghargai pendapat orang lain dan menghormati dan menyayangi sesama.
Untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia diperlukan sikap
saling memahami dan menghargai bahkan menerima perbedaan-perbedaan yang
timbul dalam masyarakat. Karena dalam masyarakat selalu ada keragaman
(pluralisme) baik eksternal maupun internal.
Timbulnya keragaman pemahaman atau pandangan dalam masyarakat di
dikarenakan tingkat intelektualitas dan kedalaman spiritual anggota masyarakat
berbeda. Salah satu sebab yang menimbulkan pemahaman beragam adalah
sulitnya dipastikan apakah suatu teks harus di pahami secara literal atau simbolis
(Alwi Shihab, 1999:61). Oleh karena itu, pemeliharaan kerukunan dan sikap
toleransi menjadi sangat penting untuk menghindari terjadinya konflik baik
internal maupun eksternal. Karena toleransi pada dasarnya upaya untuk menahan
diri agar potensi konflik dapat ditekan.
Secara umum kehidupan dan pergaulan antar umat beragama remaja muslim
di Dusun Celengan tanpak rukun. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa
kehidupan dan pergaulan antar umat beragama tidak pernah terjadi ketegangan
atau persaingan satu sama lain.ketegangan dan persaingan dalam kehidupan umat
beragama itu wajar dalam kehidupan masyarakat yang beraneka. Sebab dalam
masyarakat majemuk pasti terdapat suatu pesaingan dan justru dalam persaingan
itu terdapat keberagaman yang menarik. Dengan demikian kita harus belajar
toleran terhadap kemajemukan dan dituntut untuk hidup di atas dasar dan dalam
semangat pluralisme, contoh kecil saja seperti kegiatan yang diadakan oleh remaja
5
Dusun Celengan, yaitu mengadakan dialog antar umat beragama antara yang umat
nasrani dan muslim, mereka mengundang pemuka agama dari umat nasrani dan
pemuka agama dari agama muslim, dengan maksud bertukar pikiran, sharing
apabila ada konflik ketidaksamaan dan ketidakcocokan yang terjadi diantara
mereka, mencari solusi dan jalan keluar dengan mengadakan dialog tersebut.
Dengan demikian mereka hidup rukun selama bertahun-tahun di dusun tersebut
tanpa konflik yang berkepanjangan.
Sesungguhnya masyarakat yang majemuk bisa juga dipandang menjadi
suatu berkah sebab dengan kemajemukan itu selain bisa menjadi sumber konflik
dan perpecahan, sebenarnya juga berpotensi sebagai sumber kekuatan manakala
sumber kekuatan itu dapat dikembangkan untuk pencapaian kesejahteraan dan
persatuan dalam masyarakat itu sendiri. Dengan adanya perbedaan itu mereka
dapat membangun kerjasama dan kemitraan secara tulus bukan kerjasama yang
semu yang dipaksakan sehingga dengan ketulusan itu dapat tercipta kerukunan
dan dapat membentuk masyarakat yang harmonis. Seperti ketika ada kegiatan
pengajian akbar di Dusun tersebut para remaja yang beragama nasrani ikut serta
dalam kerjasama dalam kegiatan tersebut tanpa merasa berat hati, begitu juga
ketika umat nasrani mempunyai hajat. Remaja muslim ikut serta membantu dalam
hajatan tersebut, hal inilah menjadikan suatu keunikan tersendiri tentang toleransi
Remaja yang terjadi di Dusun Celengan yang sangat menarik bila di bahas.
Sehubungan dengan itu penulis timbul pertanyaan mendasar, ketika penulis
melihat anak-anak remaja yang secara fisiologis sangat rentan terhadap segala
sesuatu, kejiwaan yang labil, dan selalu memegang idiom ketokohan, namun
6
mereka dapat hidup rukun di tengah-tengah lingkungan yang berbeda keyakinan
atau beda agama dan tatanan hidup yang berbeda pula. Dari uraian di atas, penulis
menaruh perhatian terhadap para remaja muslim yang tinggal di daerah tersebut,
tepatnya berada di wilayah Dusun Celengan,Desa Lopait, Kec Tuntang, Kab
Semarang. Bagaimana sikap toleransi remaja muslim di dusun celengan
terbangun? Dan faktor-faktor apa yang menjadikan mereka dapat hidup bertoleran
antar sesamanya?
Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui secara pasti keberadaan mereka
, penulis berusaha meneliti secara mendalam, yang kemudian penelitian ini
penulis beri judul “MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM
PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA
LOPAIT KAB SEMARANG”
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat
dikemukakan fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan
beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang tahun 2014?
2. Bagaimana sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di
Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang
tahun 2014?
7
3. Faktor apa yang menyebabkan terbangunnya sikap toleransi remaja muslim
pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan,Desa Lopait, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui model toleransi keagamaan remaja muslim pada
lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?
2. Untuk mengetahui sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda
agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang tahun 2014?
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terbangunnya sikap toleransi remaja
muslim pada lingkunganbeda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?
D. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang
bagaimana model toleransi keagamaan pada remaja muslim pada lingkungan beda
agama serta dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yakni:
1. Manfaat penelitian secara teoritis
8
a. Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan keilmuan
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya tentang model
toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama.
b. Menambah ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah sebagai
kajian dunia pendidikan islam.
2. Manfaat penelitian secara praktis
a. Bagi masyarakat
Agar hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-
contoh, dan pelajaran berharga bagi masyarakat tentang bagaimana
toleransi keagamaan bagi remaja muslim pada lingkungan beda agama.
b. Bagi remaja
Melalui penelitian ini diharapkan remaja dapat memperkuat
hubungan antar sesama teman sebayanya dalam berbagai aspek, baik
agama maupun sosial.
c. Bagipenulis
Melalui penelitian ini diharapkan penulis mendapat ilmuyang lebih
terutama dalam bidang toleransi keagamaan dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah yang di hadapi oleh
dunia islam.
E. Penegasan Istilah
1. Model Toleransi Keagamaan
Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya)
dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan toleransi
9
adalah sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan
kelakuan) yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya (KBBI,
1991:1065)
Dan keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran,
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan
keagamaan adalah yang berkaitan atau berhubungan dengan agama
(Depdiknas, 2007:12)
Jadi model toleransi keagamaan adalah suatu pola aktivitas
keagamaan yang mempunyai arti dalam kehidupan yang didasarkan pada
nilai-nilai agama, yang diyakininya serta mampu merespon positif
terhadap pendapat, pandangan, dan kepercayaan orang lain untuk
menghargai serta memahaminya agar tidak terjadi kekacauan di dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Remaja Muslim
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yakni anatara 12 sampai 21 tahun (Singgih D. Gunarsa dan Yulia
Singgih D. gunarsa, 2011: 203). Yang di maksud remaja muslim dalam
penelitian ini adalah remaja yang berusia 12 sampai 21 tahun dan
beragama islam.
10
3. Lingkungan BedaAgama
Beda agama berasal dari dua kata yaitu beda dan agama. Pengertian
beda secara bahasa yaitu yang menjadi berlainan (tidak sama) antara
benda yang satu dengan benda yang lain (ketidaksamaan). Sedangkan
pengertian agama yaitu segenap kepercayaan (kepada tuhan, dewa, dan
sebagainya) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu (WJS Poerwadarminta, 2007:267)
Jadi lingkungan beda agama adalah segala sesuatu yang ada
disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
manusia yang mempunyai pandangan tidak sama antara satu orang
dengan orang yang lain kelompok dengan kelompok lain yang berkaitan
dengan keyakinan atau kepercayaan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Penelitian
kualitatif, menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya
(Margono, 2000:36).
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor
mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
11
menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat di amati (Lexy J. Moloeng 2002:3).
Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis
testing. Sehingga teori yang di hasilkan bukan teori subtantif dan teori-
teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitatif ini hanya
mencari gambaran dan data yang bersifat diskriptif tentang model
toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di
Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif dan analitik yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa
kata-kata tertulis atau orang-orang dari perilaku yang dapat diamati dan
di analisis dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status
fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang
kemudian dilakukanan alisis dengan cara:
a. Mendiskripsikan data dari informan.
b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis
oleh penulis.
c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data
dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di
lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain
12
manusia adalah sebagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-
dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan
hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh
karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak
ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga
keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan
sumber data lainnya disini mutlak diperlukan. Selama penelitian ini
peneliti melaksanakannya dengan melakukan 8 kali pertemuan, pada
tanggal 01 September 2014 peneliti berkunjung ke Kelurahan Desa
Lopait dengan maksud permohonan izin, pada hari itu peneliti
berbincang-bincang dengan bapak kepala desa dan bapak kadus Dusun
Celengan, lumayan cukup lama sekitar 1 jam setengan, peneliti banyak
mendapatkan gambaran umum tentang Dusun Celengan mulai dari
penduduk, adat, jumlah, dan lain sebagainya. Pada tanggal 03-04
September peneliti terjun langsung di lapangan melihat-lihat keadaan
Dusun Celengan, tanggal 07 September 2014 peneliti ikut dalam kegiatan
rapat rutin organisasi remaja di Dusun Celengan,dan alhamdulillah para
remaja muslim maupun non muslim dapat menerima dan menyambut
saya dengan baik, pada tanggal 08-09 dan 11 September 2014 peneliti
melakukan wawancara langsung dengan para remaja Dusun Celengan
dan pada tanggal 25 September peneliti datang lagi ke Dusun Celengan
hanya sekedar silaturrahmi dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
peneliti belum dapatkan, seperti foto-foto kegiatan seperti pengajian
13
akbar yang tentunya tidak bisa peneliti dapatkan secara langsung karena
keterbatasan waktu.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Celengan, Desa Lopait,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun2014. Adapunletak
geografis Dusun Celengan berdekatan dengan tempat wisata Guarong,
letaknyapun sangat strategis karena terletak di pinggir jalur utama Solo-
Semarang, sehingga mudah di jangkau dengan alat transportasi umum
maupun pribadi. Alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah
berkaitan dengan upaya untuk menumbuhkan kesadaran tentang betapa
pentingnya toleransi antar umat beragama khusunya di lingkungan beda
agama seperti di Dusun tersebut, yang warganyapun sebagian beragama
islam, kisten, dan khatolik serta mereka sangat enak dan ramah-ramah
karena masyarakat desa yang lebih mau berusaha berjuang hidup
dibandingkan dengan masyarakat kota yang sudah terbiasa dengan
berbagai hal yang berbau instan dan segi sikap masyarakat desa juga
mudah bersosialisasi, lebih berkerabat antara satu dengan yang lainnya.
Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling
menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling pengertian.
Hal-hal itulah yang menjadikan peneliti untuk mengambil lokasi tersebut
selain mudah di jangkau masyarakatnya yang ramah-ramah, sehingga
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dan penemuan data.
14
4. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data
yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung
tentang model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda
agama di Dusun Celengan, Desa Lopait. Adapun sumber data langsung,
penulis dapatkan dari remaja muslim pada lingkungan beda agama di
Dusun Celengan, DesaLopait, KecTuntang, Kab Semarang. Data-data
yang peneliti dapatkan secara langsung adalah cara remaja di Dususn
Celengan dalam menyikapi segala sesuatu yang ada di kehidupan mereka
baik yang bersifat sosial dan agama, contonya ketika ada yang sakit
mereka datang menjenguk dan mendoakan, dan ketika umat lain
beribadah mereka menghormati dengan cara tidak menganggu umat lain
ketika beribadah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi,
buku harian, notulen rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen
resmi yang di dapat dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder
juga dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi,
15
lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-
kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, study historis, dan
sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara langsung dengan remaja muslim pada lingkungan beda
agama di Dusun Celengan, DesaLopait, KecTuntang, Kab Semarang.
Data sekunder yang penulis dapatkan selama penelitian adalah, notulen
rapat, dan struktur organisasi dalam perkumpulan rutin organisasi remaja
di Dusun Celengan, dokumen-dokumen resmi yang peneliti dapat dari
pemerintah Desa Lopait Dusun Celengan tentang gambaran desa dan
penduduk Dusun Celengan, dan dokumter-dokumenter kegiatan remaja
muslim yang sifatnya sangat lama terjadi seperti pengajian akbar yang
terjadi satu tahun sekali, serta buku-buku yang ada di perpustakaan
STAIN Salatiga dan perpustakaan daerah juga online atau internet yang
membahas tentang toleransi keagamaan. Hal ini peneliti lakukan untuk
memudahkan peneliti dalam memahami persoalan yang akan di teliti,
khusunya mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai pengalam-
pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan peneliti lakukan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi
dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula (Margono, 2000:165). Jadi di sini harus terjadi kontak
16
langsung antar instrument dan peneliti pewawancara yaitu orang yang
mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai adalah orang yang
memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.
Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan sejenis
wawancara tak berstruktur.Tujuannya adalah memperoleh keterangan
terinci dan mendalam mengenai perspektif yang ada dalam hati dan
fikiran orang lain. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu
malah disesuaikan dengan keadaan dan jawaban yang mengalir seperti
dalam percakapan sehari-hari.Teknik ini penulis gunakan sebagai teknik
pokok dalam mencari data tentang model toleransi keagamaan remaja
muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, dengan mewawancarai
pengurus karang taruna atau organisasi remaja dan remaja-remaja Dusun
Celengan. Menurut penulis mereka sangat perlu di wawancarai karena
dengan mewawancarai mereka maka penulis akan mendapatkan
keterangan secara rinci dan membantu penulis untuk mendapatkan data-
data yang akurat.
b. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan penataan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono,
2000 : 158). Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian
terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam aktivitas
observasi dapat diartikan suatuteknik untuk mengamati secara langsung
17
maupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung di lingkungan masyarakat.
Metode-metode observasi biasanya digunakan untuk menggali
data-data yang dengan diamati secara langsung. Agar menjadi partisipan
sekaligus pengamat, peneliti hendaknya turut serta dalam berbagai
peristiwa kegiatan (S. Nasution, 2003:60) teknik penelitian ini digunakan
pengamat untuk mencari data tertentu. Observasi secara langsung
mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat bagaimana sikap
toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di
Dusun tersebut. Hal ini di lakuakan oleh peneliti dengan maksud untuk
mendapatkan data tentang toleransi keagamaan yang terbangun di Dusun
tersebut, sehingga di peroleh pemahaman atau sebagai alat untuk
membuktikan terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya.Selama melakukan observasi, adapun yang hal-hal yang
diamati peneliti yaitu, lingkungan sekitar atau lokasi, tradisi, adat
kebiasaan, para remaja, dan kegiatan-kegiatan remaja Dusun Celengan,
hal ini peneliti lakukan guna mendapatkan gambaran tentang hal-hal
yang diamati peneliti tersebut sekitar seperti apa? Dan juga membantu
peneliti dalam mengatur strategi dan pendekatan yang lebih dekat kepada
para remaja Dusun Celengan, membantu dalam hal pengumpulan data-
data.
18
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, bukusuratkabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya (SuharsimiArikunto, 1998:231)
Dokumen terdiri dari atas tulisan pribadi seperti surat-surat, buku-
buku harian dan dokumen resmi. Data dalam penelitian kebanyakan
diperoleh dari sumber manusia atau human resource, melalui observasi
dan wawancara.
Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat
data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu data tentang kegiatan remaja
secara keseluruhan, diantaranya keadaan lingkungan sekitar,
kepengurusan, dan jadwal kegiatan.
6. TeknisAnalisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis model interaktif. Model analisis interaktif dapat dilihat
pada flow chart Sutopo dalam Nur‟aini (2005:8)
A. Pengumpulan data
B. Reduksidata C. Sajian data
D. Penarikan data
19
a. Pengumpulan dataadalah pengumpulan data dari lapangan yang baik dari
hasil pengamatan maupun wawancara yang dilakukan secara fungsional
sehingga diperoleh data yang dituangkan dalam catatan lapangan
memuat:
1) Identitas catatan lapangan : pengamatan dan wawancara
2) Bagian diskripsi : yang berisi hasil pengamatan dan wawancara apa
adanya atau terbaca dari data yang diperoleh dilapangan.
b. Reduksi dataadalah melakukan pemotongan terhadap data-data yang
dianggap tidak terkait dengan permasalahan yang diangkat. Prosesnya
yaitu dari sekian data yang diperoleh, kemudian dipilah-pilah data mana
yang cocok dan dibutuhkan dalam penelitian.
c. Penyajian dataadalah melakukan penyajian data yang diperoleh selama
penelitian. Penyajian data ini dilakukan setelah data direduksi, penyajian
data dilakukan secara sistematis kedalam sebuah laporan.
d. Penarikan dataadalah proses penarikan data merupakan proses akhir dari
penelitian yaitu dilakukan penarikan kesimpulan akhir dari data-data
yang telah disajikan diatas untuk dituangkan dalam hasil penelitian.
3. Pengecekan KeabsahanTemuan
Ada empatkreteria yang digunakanyaitu : (a) Kepercayaan
(creadibility), (b)keteralihan (transferability), (c) Kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). (Lexy J. moleong, 2008 :
20
324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam
kreteria antara lain sebagai berikut:
a. Kepercayaan (kredibilitas)
Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang
berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik
untuk mencapai kredibilitas ini antara lain: teknik triangulasi dan diskusi
teman sejawat.
b. Ketergantungan (dependability)
Kreteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan
data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih
jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu, dan
pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses
penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh
auditor independent oleh dosen pembimbing.
c. Kepastian
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang
dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta iterpetasi hasil
penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada 4 tahap yaitu : tahap sebelum
kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap
penulisan laporan.
21
a. Tahap sebelum kelapangan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji
referensi-referensi yang berkaitan dengan model toleransi keagamaan.
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus penyesuaian paradigma
dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan
permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,
penyusunanusulanpenelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda
agama di Dusun Celengan Desa Lopait. Data tersebut diperoleh dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data, meliputi analisis data, baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang
model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama
di Dusun Celengan Desa Lopait. Kemudian dilakukan penafsiran data
sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan
pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang
didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid
sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan
proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang
diteliti.
22
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.
Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika penulisan
Hasil penelitian ini peneliti sajikan dalam 5 bab, yaitu:
Bab pertama: pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua: kajian pustaka , Pada bab ini berisi tentang pengertian
dan paparan mengenai model kegiatan keagamaan, sikap toleransi, remaja
muslim, dan batasan-batasan seseorang dikatakan remaja.
Bab ketiga: paparan dan hasil temuan penelitian, Pada bab ini berisi
tentang gambaran umum Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang (kondisi desa, kondisi pemerintahan desa,
visi misi, dan potensi desa), dan kegiatan remaja Dusun celengan, dan
hasil penelitian di Dusun Celengan.
Bab ke empat: pembahasan, Pada bab ini dijelaskan mengenai
analisis data yang meliputi model toleransi keagamaan remaja muslim, dan
23
penyebab munculnya sikap toleransi pada diri remaja muslim di
lingkungan beda agama, serta faktor-faktor penyebab terbangunnya
toleransi pada remaja muslim di lingkungan beda agama.
Bab ke lima: penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang berisi
kesimpulan dan saran-saran dalam penelitian.
Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model ToleransiKeagamaan
1. Pengertian
Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Dan sikap toleransi berarti sikap
kepedulian, menghargai, dan menghormati orang lain serta dapat
menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut
merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Sedangkan
definisi keagamaan adalah berasal dari agama, menurut teori evolusi yang di
kemukan oleh James Fraser dan Andrew Lang bahwa orang akan di
perkenalkan perkembangan bentuk-bentuk keagamaan dari bentuk yang
masih sangat sederhana hingga bentuk yang modern. Melalui urutan klasik
muncullah pra-animisme yang meliputi magisme dan fetisysme, animism,
kedudian religi atau agama. Dalam pra-animisme manusia menggunakan
kekuatan “gaib” (supra empiris) yang dipercayai berada di dalam benda-
benda yang tak bernyawa, seperti batu yang aneh, besi (keris), dlsb. Dalam
animisme manusia berhubungan dengan makhluk yang bernyawa,
khusunya makhluk halus atau roh-roh (baik dan jahat) yang di percayai
memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada manusia secara kategorial.
Misalnya para arwah nenek moyang , roh-roh yang di percayai menguasai
sumber air, sungai, lautan, gunung, dlsb. Dalam religi, manusia mengadakan
25
hubungan dengan “roh yang tertinggi “, yang di percayai memliki
kekuasaan yang tak terbatas, yang oleh agama-agama besar disebut
TUHAN, yang menciptakan dan menguasai alam semesta
(Hendropuspito, 1983:33).
Agama menurut toib Thahir Abdul Mu‟in (1983:121) arti agama
menurut bahasa sansakerta ialah: a = tidak, gama = kacau, kacau, kocar
kacir.
Jadi agama artinya tidak kocar kacir: teratur. Arti agama (addin)
dalam bahasa arab artinya adab kebiasaan, tingkah laku, taat, hokum,
keadaan politik dan fikiran(pendapat). Addin mengadung beberapa arti
dalam pemakaian bahasa arab, kadang-kadang addin dipakai juga untuk
menyebut hari kiamat, seperti: maaliki yaumiddin artinya: tuhan yang
memiliki dan menguasai hari kiamat. Kata addin kadang-kadang dipakai
juga untuk agama lain yang dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu.
Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-
penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan di daya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri
mereka dan masyarakat luas umumnya. (Hendropuspito, 1983:34)
Penegertian (agama religi) lebih dipandang sebagai wadah lahiriyah
atau sebagai instansi yang mengatur pernyataan iman di forum terbuka
(masyarakat) dan yang manifestasinya dapat dilihst (disaksikan) dalam
bentuk kaidah-kaidah, ritus, dan kultus, doa-doa dlsb. Bahkan orang dapat
menyaksikan sejumlah ungkapan lain yang sangat menarika seperti:
26
lambing-lambang keagamaan, pola-pola kelakuan tertentu cara
bermisi(berdakwah) rumah-rumah ibadah, potongan pakaian dan
seterusnya.(Hendropuspito, 1983:36)
Berbicara masalah agama , akhirnya orang sampai pada kata akhir:
percaya atau tidak. Seseorang yang beragama, sulit bertemu dalam
pandangan hidupnya, dengan yang berpaham materialism dan naturalism.
Dalam materialism,--- suatu paham yang sebenarnya tidak dianut oleh orang
barat, tetapi juga oleh orang Timur, walaupun secara sistematis di tulis
dalam tradisi pemikirannya filsafat barat, yang dianggap nyata atau primer
hanyalah materi, kesadaran, akal atau perasaan yang di ungkapkan dalam
bahasa, hanyalah refleksi dari materi. Dalam naturalisme, realitas adalah
dunia empiris. Realitas itu hanya dapat dipahami lewat sains yang bias
memberikan interpretasi mengenai dunia secara memuaskan. (Tufik
Abdillah dan M. Rusli Karim, 1989: 16)
2. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan Islam
Kegiatan keagamaan islam atau dalam kata lain di kenal pula dengan
kata ibadahmempunyai beberapa bentuk atau macam dilihat dari segi
ataupun sudut pandang yang berbeda-beda pula. Dalam bukunya Zakiyah
darajat (1983:4) menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan keagamaan
berdasarkan beberapa sudut pandangnya, diantaranya adalah:
a. Kegiatan keagaman islam didasarkan pada umum dan khususnya ada dua
macam, yaitu:
27
1) Khasanah adalah kegiatan keagamaan yang ketentuannya telah di
tetepkan oleh nash, seperti sholat, zakat, puasa, haji.
2) „Aamah adalah semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat
yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum,
bekerja, dan lain sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu
untuk menjaga badan jasmaniyah dalam rangka agar dapat beribadat
kepada allah.
b. Kegiatan keagamaan islam dari segi hal-hal yang ertalian dengan
pelaksanaan nya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)Jasmaniyah ruhaniyah, seperti sholat dan puasa.
2)Ruhaniyah dan maliyah, seperti zakat
3)Jasmaniyah ruhaniyah dan maliyah, seperti mengerjakan haji
c. Kegiatan keagamaan islam dari segi kepentingan perseorangan atau
masyarakat, maka di bagi dua:
1). Fardhi, seperti sholat dan puasa
2). Ijtima‟iseperti zakat dan haji.
d. Kegiatan keagamaan islam dari segi bentuk dan sifatnya:
1). Kegiatan keagamaan islam yang berupa perkataan atau ucapan lidah,
seperti: membaca do‟a, membaca al-qura‟n, membaca zikir, membaca
tahmid, dan mendoakan orang yang bersin.
28
2). Kegiatan keagamaan islam yang berupa perbuatan yang tidak
ditentukan bentuknya, seperti: menolong orang lain, berjihat, membela
diri dari gangguan, tajhizul-jjanazah.
a) Kegiatan keagamaan islam yang berupa pekerjaan tertentu
yangbentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti : sholat,
zakat, puasa dan haji.
b) Kegiatan keagamaan islam yang pelaksanaanya menahan diri,
seperti: ihram, puasa, i‟tikaf (duduk di masjid dan menahan diri
untuk bermubasyiroh dengan istrinya)
c) Kegiatan keagamaan islam yang sifatnya menggugurkan hak,
seperti: membebaskan hutang, memaafkan orang yang bersalah.
(daradjat 1983: 4-5)
3. Dasar Kegiatan Keagamaan Islam
Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau yang dikerjakan oleh
manusia harus mempunyai dasar, begitu juga dengan kegiatan keagamaan
islam yang didalamnya meliputi berbagai macam ibadah, baik yang
tercantum dalam rukun islam maupun ibadah-ibadah di luar rukun islam
tersebut.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dasar-dasar yang bersumber
dari Al-quran, diantaranya sebagai berikut:
29
a. Al-ankabut: 45
Artinya: “Bacalah apa yangtelah di wahyukan kepadamu, yaitu Al kitab
(Al-quran) dandirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.dan sesungguhnya mengingat
Allah (solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut: 45)
(Departemen Agama RI, 2011:401)
b. Al- Faathir: 29
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Al-
Faathir: 29)
c. Hadist Nabi
كا جوع هع رسل هللا ص م از ا زالت الشوش ثن رجع تتبع الفئ
)را البخار هسلن(
Artinya: “Biasanya kami berkumpul mendirikan sholat juma’at bersama
Rosulullah SAW , ketika matahari telah tergelincir kea rah barat,
kemudian pulang dengan mencari tempat yangteduh.” (H.R Bukhori
Muslim)
Dari dasar-dasar ayat-ayat Al-quran diatas dapat diambil pelajaran
hanya orang-orang yang memahami kitab Allah SWT, mendirikan sholat
30
dan menafkahkan harta di jalan Allah SWT itulah orang yang mengharap
pahala kekal. Dan yang dilakukan tersebut adalah termasuk dalam
kegiatan keagamaan islam.
Dan juga dengan dasar hadist tentang pelaksanaan sholat juma‟t
yang harus dilakukan pada waktu sholat dzuhur telah masuk.sebab pada
hakikatnya sholat juma‟t sama dengan sholat dzuhur. (Mahalli, 2003:
416)
B. Toleransi
1. Pengertian
Sikap toleransi berarti sikap kepedulian, menghargai, dan
menghormati orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang
dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan
sebagai perwujudannya. Makna toleransi menjadi bagaian dari etika islam
itu sendiri, yang diambil dari sumber ajaran islam yaitu Al-Qur‟an, Hadist,
Ijma‟, Qiyas. Sebagaimana firman Allah
Artinya: “Ajaklah (mereka ) ke jalan tuhanmu dengan cara yang
bijaksana dan dengan nasihat yang baik. Dan debatlah mereka cara yang
31
lebih baik. Sesungguhnya tuhanMU Dia lebih tahu padaorang yang dari
jalannya dan Dia lebih tahu pada orang yang mendapat petunjuk.
Dalam ayat itu menjelaskan bahwa perintah toleransi sudah sangat
jelas,bahwa agama itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang, karena
jika agama di paksakan kepada seseorang maka hal itu pasti akan
bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri, dan menjatuhkan martabat
agam islam.
Selain dari ayat al Qur‟an yang menerangkan tentang perintah
toleransi, Nabi sendiri juga telah menguatkan dalam berbagai macam
Sabda beliau yang menyuruh kita utuk selalu bertoleransi. Seperti dalam
sabda nabi yang di riwayatkan oleh Muslim:
رسل هللا صل هللا علي سلن قال "اى عي عائشة رضي هللا عا اى
هللا تعال رفيق يحب الرفق يعطي عل الرفق ها ال يعطي عل العف
هاال يعطي عل ها سا )راوسلن(
Artinya: “Aisyah r.a berkata “Nabi s.a.w Berkata: sesungguhnya Allah itu
penyantun suka pada kelembutan dan memberikan kepada orang berlaku
lembut (santun) dengan sesuatu yang tidak akan diberikan pada orang
yang berlaku kasar dan tidak akan diberikan kepada selain orang yang
berlaku lembut (santun)”. (Riwayat muslim)
Bila kita perhatikan wasiat nabi di atas dapatlah kita mengerti bahwa
beliau adalah orang yang paling tinggi budi pekertinya. Nabi berwasiat
demikian agar dapat dijadika sebagai pedoman oleh umatnya untuk selalu
bertoleransi kepada siapa saja dan bertutur kata lembut baik itu kepada
musuh kita sendiri, bahkan beliau juga pernah berwasiat dalam sebuah
32
hadist bahwa menganjurkan umat-NYA untuk berbuat baik samapi kepada
benda mati sekalipun seperti pohon dan rumah.
Inilah salah satu contoh toleransi yang diajarkan oleh nabi kepada
umatnya, dan bahkan seorang musuh islam bernama Thomas Arnoldseorang
orientalis barat, telah mengakui akan ketoleransian nabi Muhammad yang
di tulis dalam bukunya berjudul The Preaching Of Islam. (YunusAli
Almuhdar,
Istilah toleransi dalam bahasa inggris, disebut dengan tolerance berarti
kesabaran, kelapangan dada, dapat menerima (John M.e chols dan Hasan
Sadily, 595). Dalam bahasa arab disebut dengan tasamukh, yang berasal dari
kata samakha, tasaamakha yang artinya memudahkan, berlaku lemah lembut
(Mahmud Yunus, 1990:178) sedangkan dalam kamus besar Bahasa
indonesia toleransi di artikan sebagai sikap atau sifat menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan melakukan) yang lain atau bertentangan dengan
pendiriannya (KBBI, 1991:179)
Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan
kepada manusia atau kepada semua warga masyarakat untuk menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menetukan nasibnya masing-
masing. Selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak
melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya
ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.
33
Dari beberapa penjelasan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa toleransi adalah sikap membiarkan, mengijinkan orang lain untuk
meyakini, memeluk, mengamalkan ajaran agama atau keyakinan masing-
masing.
2. Toleransi dalam Islam
Toleransi yang dalam bahasa arab di sebut juga dengan tasamuh
sesungguhnya merupakan salah satu diantara sekian ajaran inti dalam islam.
Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain seperti kasih
(rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (mashlahah
a‟mmah), keadilan (adl) (Abdul Muqsith Ghazali, cetak Biru Toleransi di
Indonesia// www google.com)
Sebagai suatu ajaran yang fundamental konsep toleransi telah banyak
ditegaskan dalam al-qur‟an, dan al-quran berpandangan bahwa perbedaan
agama bukan penghalang untuk merajut tali persaudaraan antar sesama
manusia yang berlainan agama. Dengan adanya bermacam-macam agama
itu bukan berarti Tuhan membenarkan diskriminasi atas manusia, melainkan
untuk saling mengakui eksistensi masing-masing (lita‟arafuu)
Rosulullah Muhammada SAW dilahirkan sebagai rahmatallil alamin.
Oleh karena itu tidaklah beralasan bagi seorang muslim untuk tidak
menenggang dan bersikap toleran kepada orang lain hanya karena bukan
34
dari kelompoknya. Pembiaran terhadap orang lain untuk tetap memeluk
agama no-islam adalah bagian dari perintah islam sendiri. Dengan perkataan
lain pemaksaan dalam perkara agama disamping bertentangan dengan
harkat dan martabat manusia – sebagai makhluk yang merdeka - juga
bertentangan dengan ajaran islam sendiri, seperti firman allah yang artinya
“tidak ada paksaan untuk memasuki agama (islam), sesungguhnya jelas
jalan yang benar dari pada jalan yang sesat” (QS Al-baqaroh: 256). Bahkan
nabi sendiri pernah mendapat teguran dari Allah yang terekam dalam surat
Yunus ayat 99 yang berbunyi:
Artinya : maka apakah kamu (muhammad) hendak memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS Yunus :
99).
Dalam ayat yang lain Allah berfirman
Artinya : “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS Al-kafirun
:6)
Menjadi hak setiap orang untuk mempercayai bahwa agamanyalah
yang paling benar. Namun dalam waktu yang bersamaan, yang
35
bersangkutan juga harus menghormati jika orang berfikiran serupa. Karena
tidak ada manfaatnya sama sekali memaksa orang lain untuk memeluk suatu
agama tanpa di barengi dengan keyaqinan, dan juga memeluk agama karena
paksaan dan intimidasi merupakan pemelukan agam yang sia-sia.
Tidak adanya tekanan teologis untuk melakuakn pemaksaan dalam
urusan agama ini menjadi maklum karena Allah telah memposisikan kepada
kita bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang berakal yang mampu
untuk membedakan yang baik dan buruk.
3. Segi-segi Toleransi
Dalam pembahasan sebelumnya telah di uraikan betapa
toleransinya ummat islam terhadap masyaraka atau umat agama lain. Dalam
pembahasan berikutnya akan disampaikan segi-segi toleransi secara
singgakat yang di paparkan oleh Umar Hasyim dalam bukunya ( 1979:23-
25). Diantaranya sebagai berikut:
a. Mengakui Hak Setiap Orang
Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda
dalam kehidupannya. Mengakui hak setiap orang merupakan satu sikap
mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak menentukan sikap
laku dan nasibnya masing-masing.
b. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan
keyakinan seseorang dengan kekerasan atau dengan cara halus akan
36
mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari uaraian
tersebut jelaslah bahawa sikap umat islam terhadap umat lain harus tetap
menghormati
c. Agree In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan)
Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan karena memang
di dunia ini sesalu ada perbedaan.
d. Saling Mengerti
Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang lain
bila tidak ada saling mengerti. Saling membenci dan saling berebut,
adalah pengaruh salah satu akibat dari tidak adanya saling pengertian dan
saling menghargai antara satu dengan yang lain.
e. Kesadaran dan Kejujuran
Sikap toleransi menyangkut sikap dan kesadaran batin seseorang,
dan kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap laku.
f. Jiwa falsafah pancasila
Dari segi-segi yang telah disebutkan di atas,pancasila telah
menjamin adanya ketertiban dan kerukunan hidup bermasyarakat, karena
falsafah pancasila itu merupakan satu landasan yang telah di terima oleh
segenap manusia Indonesia.
4. Asas Toleransi
Asas toleransi disini dimaksudkan suatu sikap atau tindakan
yangmerupakan dasar bagi terwujudnya sifat atau sikap toleransi tersebut.
37
Asas toleransi beragama menurut Suryan A Jamarah dalam bukunya
dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah:
a. Dialog Antar Umat Beragama
Adapun dialog antar umat beragama yang dimaksutkan oleh Suryan
A Jamarah adalah pembicaraan yang mendalam, suatu keterbukaan antar
umat beragama (1986:20 )
Pengertian tersebut diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa dialog
antar umat beragama adalah suatu percakapan, pembicaraan atau
pembahasan secara terbuka yang melibatkan antara pemuka agama satu
dengan yang laindengan tujuan untuk menyamakan persepsi, pemahaman
dan lain sebagainya dalam rangka mewujudkan kerukunan dan
kebersamaan.
b. Kerjasama antar Kemasyarakatan
Kerjasama antar kemasyarakatan menurut Abu Zahra yang dikutip
oleh Suryan A Jamarah dalam bukunya dimaksutkan kerjasama atau
tolong menolong adalah suatu dasar umum bagi semua masyarakat
(1986:21)
Dari pengertian tersebut kaitannya dengan toleransi anatar umat
beragama, maka kerjasama ini adalah suatu dasar bagi terwujudnya
toleransi tersebut. Bila kerjasama ini terbina dengan baik kiranya bisa
digambarkan bahwa toleransi akan terwujud.
38
Melalui kerjasama sosial kemasyarakatan, rasa saling
ketergantungan, rasa keakraban dan persaudaraan serta saling hormat
menghormati antar umat beragama dapat dipupuk dengan baik, sehingga
dalam menghadapi persoalan-persoalan yangbersifat agamis yang serba
berbeda itu, akan terwujud pulalah sikap toleransi.
5. Problem Toleransi
Problem ialah masalah yang harus dipecahkan. Yang dimaksut
problem disini adalah masalah atau hal-hal yang merupakan faktor
penghambat atau penghalang bagi terwujudnya toleransi, antar umat
beragama.
Adapun problem yang dimaksut dari pengertian tersebut diatas,
antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Perbedaan
Kehidupan yang beraneka ragam agama atau keyakinanmuncul
dipermukaan masyarakat luas yang memiliki perbedaan ajaran atau tidak
sama bahkan ada yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Dalam
hal ini dapat kita ketahui bahwasannya kehidupan ini banyak sekali
perbedaan yang muncul di masyarakat baik secara agama atau keyakinan,
pendapat, pemahaman, atau sifat antar satu sama lain.
Dalam suasana tersebut pembicaraan masalah agama orang selalu
terlihat, berpihak dan tidak mungkin sepenuhnya rasional dan obyektif.
39
Hal ini merupakan faktor awal munculnya permasalahan, perpecahan
bahkan peperangan antar satu sama lain. Orang akan lebih menggunakan
keimanannya. Karena perasaan selalu dipengaruhi oleh agama seperti di
atas dan karena perbedaan yang sedemikian prinsipil sehingga membawa
umat suatu agama memusuhi bahkan memerangi umat agama lain.
Dengan gambaran diatas, dapatlah kiranya dimengerti bahwa,
selagi sikap menghadapi perbedaan semacam tersebut diatas masih
berakar pada tiap-tiap jiwa umat, niscaya selama itu pula toleransi antar
umat beragama sukar terwujud.
b. Fanatisme Negatif
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, betapa agama-agama itu
tidak sama dan betapa tiap-tiap orang selalu berpegang teguh kepada
perasaan dan keimanan agamanya masing-masing. Selanjutnya akan di
kemukankan betapa fanatiknya seseorang tersebut terhadap agama atau
keyakinan sehingga akan membawa manusia mengarah pada hal-hal
yang negatif.
Seperti disampaikan oleh Suryan A Jamarah bahwa pengertian
fanatisme ialah semangat untuk mengejar-ngejar suatu tujuan tertentu,
disertai dengan manifestasi emosional yang sangat kuat dan luar biasa,
serta keyakinan keyakinan terlampau kuat (1986 :23)
Dari pengertian tersebut diatas dapat juga dimaksutkan bahwa
fanatisme adalah suat tindakan atau sikap teguh menjalankan perintah
agama, tunduk dan taat kepada ajarannya serta keyakinan agamanya,
40
tidak akan goyah pensiriannya walau godaan yang sangat keras
menimpanya.
Jadi dalam hal ini dimaksudkan bahwa fanatisme itu baik, tiap-tiap
umat dituntun harus berpegnag teguh dan taat kepada perintah-perintah
agamanya.tetapi bukan fanatisme yang mengarahkan manusia
berperilaku dan bersikap negatif dengan merealisasikan segala sikap dan
gerakannya untuk menyerang,menghina faham atau keyakinan orang
lain.
6. Macam-macam sikap toleransi
Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku,
agama, maupun budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu
dibutuhkan toleransi satu sama lain.Menurut Yosef Lalu (2010) Toleransi
sendiri terbagi atas tiga yaitu:
1. Negatif adalah isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran
dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena menguntungkan dalam
keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran
komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
2. Positif adalah Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta
dihargai.Contoh seseorang beragama Islam wajib hukumnya menolak
ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama yang
diyakininya, tetapi penganutnya atau manusianya dihargai.
3. Ekumenis adalah Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam
ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk
41
memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh si A dengan
teman temannya si B sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi
berbeda aliran atau paham.
Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah
dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat
beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan
memelihara hak dan kewajiban masing-masing.Toleransi antar umat
beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap
hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana
yang tenang, damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk
dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya
Melalui toleransi diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban serta
keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-
masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu
akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
C. Remaja Muslim
1. Pengertian
Menurut Prof. Dr. singgih D. Gunarsa dan Drs. Yulia singgih D.
gunarsa remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yakni antara 12 samapi 21 tahun (Prof. Dr. singgih D. Gunarsa, Drs. Yulia
singgih D. gunarsa, 2011:203), remaja adalah seseorang yang mulai dewasa,
sudah sampai umur untuk kawin (WJ.S.Poerwadarminta: 964), muslim
42
adalah orang yang beragama islam. Jadi remaja muslim yang di maksut
disini adalah seseorang yang sudah sampai umur yaitu antara umur 12
samapi 21 tahun dan beragama muslim atau islam.
2. Remaja dan Ciri-cirinya
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak
berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang
terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam, hal itu membawa perubahan yang
tidak sedikit pada remaja terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta
kepribadian remaja (darajat, 1978: 8). Menurut beberapa ahli remaja juga
disebut dengan berbagai macam istilah seperti pubertas. Remaja adalah
periode transisi yaitu periode anak-anak ke periode dewasa (uhbiyati, 2009:
20). Dalam agam islma, biasa di katakan remaja bila seseorang telah akil
baligh, telah bertanggung jawab atas setiap perbuatan nya (darajat, 1987:
11)
Menurut Nur Uhbiyati (2009: 96-97), masa remaja terbagi menjadi
tiga fase yaitu:
a. Praremaja masanya sangat pendek, kurang lebih satu tahun. Untuk wanita
11-12/ 12-13 tahun dan untuk laki-laki 12-13/13-14 tahun. Dikatakan
juga sebagai fase negatif yakni fase yang sukar untuk anak-anak dan
orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh, terutama fungsi seks.
b. Remaja awal 13/14-17. Perubahan-perubahan fisik terjadi dengan pesat
dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional da tidak stabil
43
dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Ia mencari identitas diri karena
pada masa ini statusnya tidak jelas, pola hubungan sosial mulai berubah.
c. Remaja lanjut 17-20/21 tahun. Diri menjadi perhatian, ia ingin
menonjolkan diri, caranya lain dengan remaja awal. Idealis, mempunyai
cita-cita tinggi. Bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Usaha-
usaha memantapkan idealitas dir. Ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik
dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya.
Berikut ini empat perubahan yang bersifat universal selama masa remaja:
1) Meningkatnya emosi : identitasnya tergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi. Perubahan emosi ini banyak terjadi
pada awal remaja
2) Perubahan fisik, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok sosial menimbulkan masalah-masalah baru sehingga selama
masa ini remaja merasa di timbuni masalah.
3) Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Apa yang dianggap penting atau bernilai pada masa kanak-kanak
sekarang tidak lagi. Kalu pada masa kanak-kanak segi kuanlitas yang di
pentingkan, sekarang segi kualitas yang diutamakan.
4) Sebagian besar remaja bersifat ambivalensi terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering
44
takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan
mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut (Syafa‟at dkk,
2008:96-97)
3. Perkembangan Remaja
Pada masa remaja terjadi beberapa perkembangan, menurut Aat
Syafa‟at dkk (2008: 103-104), diantaranya sebagai berikut:
a. Perkembangan Fisik
Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan
kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat peat. Masa
pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi
b. Perkembangan Intelektual
Ditinjau dari perkembangan intelektual, masa remaja sudah
mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berfikir
logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, operasi
formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistem sistematis dan
ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit.
c. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosional, yaitu perkembangan
emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual
mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan dorongan baru
yang dialami sebelumnya, seperti parasaan cinta,rindu, dan keinginan
untuk berkenalan dengan lawan jenis.
45
d. Perkembangan Sosial
Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk
memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut
sifat, pribadi, nilai-nilai, minat maupun perasaannya.
e. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lai. Remaja berperilaku
bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga
psikologisnya.
f. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik, sikap
kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon, individu yang
beragam. Fase remaja yang paling penting bagi perkembangan dan
integritas kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tempat
terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi
1) Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai dewasa
2) Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan
emosi baru.
3) Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri
dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma) tujuan, cita-cita
46
4) Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heterokseksual, berteman
dengan pria maupun wanita.
5) Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa
anak-anak dan masa dewasa.
6) Perkembangan kesadaran agama, pada tahap ini anak akan memiliki
kemampuan berfikir abstrak dan mampu mengapresiasi kualitas
keabstrakan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Problema Agama dan Akhlak Remaja
Para remaja menghadapi pula problema yang menyangkut agama
dan budi pekerti karena, masa remaja adalah masa dimana remaja mulai
ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan agama,
kebimbangan pikiran remaja itu akan memantul kepada tingkah laku
mereka, sehingga tanpak berbeda sekali dalam periode umur ini.ketegangan-
ketegangan emosi, peristiwa-peristiwa yang menyedihkan dan keadaan yang
tidak menyenangkan, mempunyai pengaruh besar dalam sikap remaja
terhadap masalah-masalah agama dan akhlak. Oleh karena itu dapatlah
dikatakan bahwa penentuan problema ini, tidak cukup dengan factor ratio
saja, bahkan dipengaruhi pula oleh factor-faktor luar.
Masa remaja adalah masa yang sangat peka terhadap agama dan
akhlak. Kadang – kadang remaja menjadi sangat peka terhadap agama dan
akhlak, kadang-kadang remaja menjadi bimbang terhadap agama dan
akhlak, selanjutnya terhadap ajaran agama. Akan tetapi di samping itu ia
47
merasa butuh akan bantuan dari luar yang melampui kekuatan manusia,
seolah-olah tidak percayanya kepada tuhan mengandung keyaqinan.
Demikianlah percaya dan iman berganti-ganti, sehingga hiduplah mereka
pada masa tertentu dalam ambivalensi yang berlawanan. Akhirnya berhenti
disatu titik, biasanya pada iman yang telah didahului oleh keraguan dan
kegoncangan (Zakia daradjat, 1959: 172).
Menurut riset yang dilakukan oleh zakia darajat bahwa remaja
Indonesian 30,70 – 31,50 % mereka tidak mampu menganalisis masalah
agama dengan logika saja , kendatipun mereka percaya kepada logika. Maka
mereka adakalanya menyerahkan terhadap ajaran agama tanpa meminta
penjelasan logis, dan bahkan 36,63 – 51,51 % semakin besar remaja
semakin berkurang perhatian mereka untuk menjalankan ajaran agama,
terutama sembayang.
Kegoncangan iman remaja terhadap tuhan adalah wajar, karena masa
remaja adalah masa keragu-raguan ,dilain pihak ia merupakan masa
bersemangtnya terhadap agama, perlu di ketahui bahwa kebimbangan
remaja tentang agamatidaklah tetap, maka dalam hatinya merasa bahwa
agama suatu kekuatan gaib yang pasti ada yang tugasnya mengatur alam
semesta ini, oleh karena itu remaja segera mencari-NYA apabila ia ditimpa
oleh suatu musibah atau kesulitan berat.
48
Kurangnya perhatian remaja terhadap persoalan ini di sebabkan oleh
keadaan adat, agama,dan social dalam masyarakat( Zakia daradjat, 1959:
175-176).
5. Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral Remaja
Pribadi diartika sebagai organisme yang dinamis dalam sistem fisik-
psikis, yang menetukan seseorang menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya.Pribadi seseorang unik dan dinamis, keunikan itu bermula
pada hakekat kepribadian itu sendiri yang merupakan bentukan dari faktor-
faktor dalam dan luar. Faktor luar adalah pembawaan (hereditas) yang
melekat pada organisme, dan citra diri (self-concept). Sedangkan factor luar
adalah pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial (dalam proses
sosialisasi). Tiga hal yang berpengaruh kuat tadi (pembawaan, citra diri, dan
lingkungan sosial) terdapat perbedaan dalam kualitas dan kuantitasnya yang
terkenakan pada individu sehingga seseorang membangun kepribadiannya
secara unik. Kedinamisan pribadi menjelaskan bahwa pribadi itu
berkembang selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan segala aspek
(biologis, psikologis, sosiologis) seseorang.
Remaja dengan citra dirinya, menilai diri sendiri dan menilai
lingkungannya terutama lingkungan social. Misalnya remaja menyadari
adanya sifat dan sikap sendiri yang baik dan buruk, dengan kesadaran itu
pula remaja menilai sifat dan sikap teman teman-teman sepergaulannya,
yang kemudian dibandinkan dengan sifat dan sikap yang dimilikinya.
49
Dalam masa remaja awal ini, seringkali remaja menilai dirinya tidak selaras
dengan keadaan yang sesungguhnya , maksutnya adalah remaja sering
memiliki citra diri yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dari yang
semstinya(Drs Andi Mappiare, 1982:67).
Moral sebagai standar yang muncul dari agama dan lingkungan social
remaja, memberikan konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tak
patut, layak dan tak layak secara mutlak. Pada satu pihak, remaja tidak
begitu saja menerima konsep-konsep yang di maksut, tetapi di
pertentangkannya dengan citra diri dan struktur kognitif yang di milikinya.
6. Kategori Batas Usia Remaja
Bagi setiap remaja mempunyai batasan usia, bagi remaja masing-
masing yang satu sama lain tidak sama. Di Negara Indonesia sendiri dalam
rangka usaha pembinaan dan penanggulangan kenakalan remaja, agar secara
hukum jelas batas-batasnya, maka di tetapkan lah batas usia bawah dan usia
atas.Menurut M. Arifin dalam bukunya (1982:80-81) batas usia bawah
sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun baik laki-laki
maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah).
Penentuan batas usia tersebut di atas berdasarkan alasan sebagai
berikut:
a. Anak pada usia sebelum 13 tahun dikategorikan usia anak-anak, yang
tindakan atau perilakunya belum dapat dibebani pertanggungan jawab
social dan agama. Perilaku dan tindakan anak usia sebelum umur 13
50
tahun meskipun melanggar norma-norma hokum, social, dan agama
yang diberlakukan (baik dalam keluarga, masyarakat, maupun
pemerintahan) oleh orang tua, oleh pemimpin masyarakat, atau oleh
pemerintah, tidak dapat dibebani sanksi-sanksi hukuman seperti
terhadap orang dewasa. Perteanggung jawab atas anak tersebut adalah
di tangan orang tuanya, atau walinya, kecuali jika anak usia tersebut
telah kawin.
Pada usia sebelum 13 tahun anak belum dapat dibebankan tanggung
jawab keluarga secara penuh, kecuali jika ia telah ijin kawin, pada usia
ini anak belum dapat dimintai tanggung jawab keluarga secara penuh,
kecuali ia telah kawin.
b. Kenakalan remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak
terjadi dalam bentuk dan sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak usia
13 s.d anak usia 17. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia
sebelum 13 tahun pada umumnya belum begitu serius dan
membahayakan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia
13 tahun keatas. Sedamgkan usia 18 tahun keatas adalah dipandang
sudah menjelang dewasa yang telah terkena sanksi hukum.
51
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Situasi dan Kondisi Biografi
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wilayah penelitian yaitu
Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang, maka penulis melaporkan beberapa tinjauan sebagai
berikut.
Secara geografis Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang terletak di daerah lereng Gunung Rong
dan adapun batas wilayah Dusun Celengan dengan Dusun-dusun yang
mengeliliginya, disebelah barat bagian Dusun Celengan berbatasan
dengan Desa Gudang, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun
Cerbonan dan sebelah utara berbatasan dengan Dusun Ndelik dan PTP
Perkebunan, serta bersebelahan dengan Watu Agung sedangkan
sebelah timur berbatasan dengan Dusun Banjaran.
Dusun Celengan dibagi menjadi dua bagian yaitu RT 01- 06 masuk
pada daerah Dusun Celengan sedangkan RT 07-10 masuk pada derah
Dusun Jeblosan. Dusun celengan mempunyai 10 RT.
Dusun Celengan Dusun yang termasuk berpendudukpadat.
Dusun yang berada dalam wilayah Desa Lopait ini mempunyai 1603
jiwa, yang terbagi menurut jenis kelamin sebagai berikut:
52
a. Laki-laki : 814 orang
b. Perempuan : 789 orang
Dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 472 orang yang
dibagi menjadi KK laki-laki dan KK perempuan. KK laki-laki
berjumlah 403 orang dan KK perempuan 69 orang.
Adapun pengelompokan penduduk menurut kelompok umur
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
TABEL 3.1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
NO Umur Jumlah
1 0<1 50 Orang
2 1-5 85 Orang
3 6-10 150 Orang
4 11-15 165 Orang
5 16-20 180 Orang
6 21-25 165 Orang
7 26-30 180 Orang
8 31-40 195 Orang
9 41-50 185 Orang
10 51-60 150 Orang
11 60-KEATAS 98 Orang
Jumlah 1603 Orang
2. Keadaan Sosial Keagamaan
Masyarakat Dusun Celengan yang berjumlah 1603 jiwa
kebanyakan warga Dusun Celengan beragama Islam namun ada juga
yang beragama Non Islam yaitu Kristen dan Katolik, jika di
53
prosentasekan masyarakat Dusun Celengan yang beragama Islam ada
sekitar 88,52%, yang beragama kristen ada 11,22% dan yang beragama
katolik ada 0,24%. untuk lebih lebih jelasnya mengenai keadaaan
sosial keagamaan dan jumlah pemeluk serta sarana peribadatan
penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan 3.3berikut ini:
TABEL 3.2
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No
Jenis Agama Jumlah prosentase
1 Islam 1419 orang 88,52%
2 Kristen 180 orang 11,22%
3 Katholik 4 orang 0,24 %
4 Hindu -
5 Budha -
6 Konghuchu -
Jumlah 1603 orang
TABEL 3.3
SARANA PERIBADATAN
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No Jenis Sarana Ibadah Jumlah
1 Masjid 2
2 Mushola 2
3 Gereja 1
Secara umum keadaan fisik bangunan tempat ibadah yang ada di
Dusun Celengan Desa Lopait dikatakan baik dan cukup permanen.
Rata-rata bangunan fisik tempat ibadah di Dusun Celengan Desa
Lopait ini lebih baik dari pada rumah penduduk pada umumnya. Hal
54
ini setidaknya merupakan indikasi bahwa perhatian mereka terhadap
masalah keagamaan cukup besar dan baik.
Masyarakat Dusun Celengan bisa dikatakan baik dan peduli
terhadap kegiatan keagamaan dan sosial, hal ini dapat dilihat dari
kegiatan keagamaan yang diikuti oleh masyarakat Dusun Celengan.
Adapun data yang lebih jelas dapat dilihat dari data statistik majelis
Ta‟lim di masyarakat Dusun Celengan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5
kegiatan keagamaan warga non muslim berikut:
TABEL 3.4
JUMLAH MAJLIS TA’LIM
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Majlis Ta‟lim Perempuan 35 orang
2 Majlis Ta‟lim Laki-laki 29 orang
3 Majlis Ta‟lim Remaja Masjid 55 orang
TABEL 3.5
KEGIATAN KEAGAMAAN WARGA NON MUSLIM
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No Nama Kegiatan Jumlah
1 Kebaktian kaum wanita dan
laki-laki
50 Orang
2 Kelompok wilayah dan
lingkungan
52 Orang
3 Remaja gereja 30 Orang
Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwasannya masyarakat
Dusun Celengan baik yang muslim maupun non muslim dapat
55
aktifdalam menjalankan kegiatan keagamaan mereka dan berjalan
lancar, sepertimajlis ta‟lim dan remas yang di miliki warga muslim
mereka biasanya berkecimpung mengurusi keagamaan keagamaan
warga muslim seperti pengajian, peringatan hari besar islam seperti
hari raya, zakat fitrah, yasinan, pendidikan Alquran untuk anak-anak,
dan lain sebagainya. Begitu juga warga non muslim juga dapat
menjalankan kegiatan keagamaan mereka seperti kelompok kebaktian
kaum laki-laki dan perempuan dan remaja gereja yang mengurusi hal-
hal yang berkaitan tentang keagamaan seperti latihan koor setiap sabtu
sore, missa pagi setiap minggu jam 5 pagi, ibadah anjang sanah, dan
PPA (Pusat Pengembangan Anak),bible kring setiap rabu dan dua
minggu sekali, Untuk kelompok wilayah dan lingkungan biasanya
mengurusi hal-hal atau kegiatan keagamaan yang berkaitan dengan
wilayah seperti persekutuan doa gabungan.
3. Keadaan Ekonomi masyarakat Dusun Celengan
Keadaan penduduk Dusun Celengan berdasarkan mata
pencaharian :
56
TABEL 3.6
PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No Mata Pencaharian Jumlah
1 PNS 1 Orang
2 Pegawai swasta 284 Orang
3 Pensiun 5 Orang
4 Wiraswasta 216 Orang
5 Buruh harian lepas 369 Orang
6 Buruh tani 1 Orang
7 Petani 48 Orang
8 Nelayan 1 Orang
9 Lain-lain 678 Orang
Jumlah 1603 Orang
4. Struktur Organisasi Dusun Celengan
Untukmelancarkan jalannya mekanisme kerja di suatu lembaga /
instansi, maka perlu adanya pembagian kerja, sehingga dengan
demikian semua tugas dan pekerjaan diharapkan dapat dikerjakan
dengan baik. Demikian halnya dengan Dusun Celengan, Desa Lopait
secara administrasi berada di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang. Dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, baik tugas
rutin maupun tugas pembangunan seorang RW dibantu oleh 10 RT,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3,7 berikut ini :
57
TABEL 3.7
PENGURUS RT/RW
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No KETUA
RW
KETUA
RT
BENDAHARA SEKRETARIS
1 Bp.Kusnadi Bp. Zarkoni Bp. Khoiri Bp. Zaenuri
2 Bp.Kusnadi Bp. Maryoto Bp. Tulus Bp. Mustofa
3 Bp.Kusnadi Bp. Sarmat Bp. Rosyid Bp. Parman
4 Bp.Kusnadi Bp. Tukimin Bp. Ahmad Bp. Andreas
5 Bp.Kusnadi Bp. Zaenal Mustofa Bp. Tommy Bp. Kholis
6 Bp.Kusnadi Bp. Ahmad Zarkoni Bp. Hardi Bp. Wahib
7 Bp.Kusnadi Bp. Sikhono Bp. Muji Bp. Wagimin
8 Bp.Kusnadi Bp. Jumadi Bp. Saeful Bp. Sutiman
9 Bp.Kusnadi Bp. Wagidi Bp. Slamet Bp. Faiz
10 Bp.Kusnadi Bp. Maryono Bp. Santoso Bp. Taufik
5. Kegiatan Karang Taruna / Organisasi Remaja
Para remaja Dusun Celengan terbilang remaja yang aktif dalam
berbagai kegiatan di Dusun mereka baik agama maupun sosial, di
buktikan dengan adanya organisasi remaja atau karang taruna dan
adanya kegiatan-kegiatan para remaja di dalam karang taruna tersebut,
adapun kegiatan para remaja karang taruna di bagi menjadi tiga bagian
kegiatan yaitu mingguan, bulanan, dan tahunan, kegiatan mingguan
seperti bermain bola atau olah raga bersama dengan seluruh anggota
aktif dan pasif karang taruna, kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada
hari minggu sore dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan
dan terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa memandang perbedaan,
adapun kegiatan bulanan seperti adanya pertemuan rutin para remaja
Dusun Celengan yang di isi dengan sharing atau diskusi yang biasanya
58
di laksanakan setiap bulan sekali minggu pertama, kegiatan ini
dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan atau menyampaikan
informasi, bila ada sesuatu yang penting, kemudian ada kegiatan
penyuluhan tentang narkoba yang bekerja sama dengan dengan
kepolisian setempat, kegiatan ini di ikuti oleh seluruh pemuda Dusun,
kegiatan ini di adakan untuk membantu para remaja bagaimana cara
menghadapi stres dan mengendalikan masalahnya agar tidak
terjerumus ke dalam hal-hal yang menyimpang, dan kegiatan tahunan
meliputi membantu dalam acara pengajian akbar dan peringatan hari
besar islam, ada peringatan HUT RI dan yang terakhir adalah piknik
bersama, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.8 berikut:
TABEL 3.8
DAFTAR KEGIATAN ORGANISASI REMAJA
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
1 Pertemuan rutin
remaja di isi dengan
sharing dan diskusi
Di laksanakan pada
setiap bulan sekali,
minggu pertama. Dari
rumah ke rumah setiap
anggota, bergilir.
Kegiatan ini di
laksanaka dengan
maksut untuk
memecahkan suatu
pemersalahan dan
menyampaikan
informasi jika ada
sesuatu yang penting
dan mempersiapkan
suatu acara atau
kegiatan.
2 Bemain bola atau olah
raga bersama dengan
seluruh anggota dan
pengurus organisasi
remaja.
Kegiatan ini di
laksanakan setiap 1
minggu sekali,
biasanya di laksanakan
pada hari minggu,
dimana saat mereka
Kegiatan ini di adakan
untuk mempererat tali
persaudaraan dan rasa
saling menyayangi
antar sesama temannya
dan agar terciptanya
59
libur aktifitas baik
yang kerja maupun
yang sekolah
persatuan dan kesatuan
karena mereka bersatu
tidak memandang
islam ataupun non
islam.
3 Sosialisasi atau
penyuluhan tentang
narkoba yang bekerja
sama dengan
kepolisian setempat
Kegiatan ini
dilaksanakan pada
setiap 1 bulan sekali,
yang diikuti oleh
seluruh pemuda dusun.
Kegiatan ini
dilaksanakan oleh
pengurus karang
taruna dengan maksud
untuk mengajarkan
kepada remaja untuk
mengetahui bagaimana
mengendalikan
masalahnya serta
mengatasi stress dan
kecemasan.
4 Membantu Pengajian
akbar dan peringatan
hari besar Islam
Kegiatan ini
dilaksanakan setiap
satu tahun sekali
Dalam kegiatan ini
para remaja baik
muslim maupun non
muslim ikut serta
dalam kegiatan seperti
pembuatan dekorasi
dan perlengkapan
kegiatan.
5 Peringatan hari
kemerdekaan RI atau
HUT RI
Kegiatan ini
dilaksanakan pada
setiap tahun sekali
pada tgl 17 agustus.
Dalam kegiatan ini
baik remaja muslim
dan non muslim ikut
serta dan partisipasi
dalam acara seperti
mengkoordinasi lomba
dan membantu
membuat dekorasi
untuk memeriahkan
acara.
6 Piknik bersama Kegiatan ini
dilaksanakan pada
setiap satu tahun
sekali, yang diikuti
oleh seluruh anggota
dan pengurus
organisasi pemuda
Acara ini dilaksanakan
supaya terciptanya
keakraban antar
sesama temannya baik
muslim maupun non
muslim, dan memupuk
rasa persatuan dan
kesatuan.
60
B. Temuan peneliti
Setelah melakukan wawancara pengumpulan data melalui
observasi, interview dan dokumentasi dilapangan, terlebih dahulu
disajikan dalam bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian.
Untuk memperoleh data tentang toleransi keagamaan remaja
muslim pada lingkugan beda agama di Dusun Celengan peneliti
menggunakan wawancara, yang dilakukan dengan 5 pertanyaan panduan
wawancara, yang kemudian peneliti kuak dan korek secara dalam dengan
mewawancarai para responden, lalu hasil dari wawancara tersebut peneliti
kumpulkan menjadi satu, kemudian peneliti pilah mana saja yang layak
dan masuk untuk di jadikan data dalam penelitian ini.
Berikut ini penulis melampirkan data responden dari hasil
penelitian di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang 2014. Data responden dapat dilihat pada Tabel 3.9
sebagai berikut :
TABEL 3.9
DATA RESPONDEN HASIL PENELITIAN
DUSUN CELENGAN PERIODE 2014
No Nama Umur Keterangan
1 Fifi Andriani(FA) 17 Tahun Remaja Dusun
Celengan
2 M.BagasArianto(MBA) 17 Tahun Remaja Dusun
Celengan
3 Cristi Fikawati(CF) 16 Tahun Remaja Dusun
Celengan
4 Sukamto(S) 17 Tahun Remaja Dusun
Celengan
5 Yatimah(Y) 21 Tahun Pengurus Remas
61
Celengan
6 Dias Ribiyanti(DR) 20 Tahun Pengurus Remas
Celengan
7 M. Solikin(MS) 21 Tahun Pengurus Remas
Celengan
8 Sucipto Ramadani(SR) 21 Tahun Pengurus Karang
Taruna Celengan
9 Sumarsono(S2) 20 Tahun Pengurus Karang
Taruna Celengan
10 Eko Setyono(ES) 19 Tahun Pengurus Karang
Taruna Celengan
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut :
1. Model toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan
Berasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, model
toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan adalah seperti
yang di ungkapan para responden sebagai berikut:
a. FA (17 tahun ) remaja Dusun Celengan
Model toleransi yang di lakukan oleh FA adalah toleransi yang
terbuka, seperti yang diungkap oleh FA sebagai berikut:
“Saya selalu menghargai teman saya,meskipun dia itu beda
agama, kemudian kalau dia mau beribadahya saya selalu
mempersilahkan karena itu sudah menjadi hak mereka untuk
melakukan ibadahnya sesuai dengankeyakinan mereka,dan
kewajiban mereka. Begitu juga teman saya kalau saya mau ibadah
mereka juga mempersilahkan, kalau ada yang sakit ya selalu
datang biar cepet sembuh biar bisa kumpul kembali, beraktifitas
kembali, kalau ada yang meninggal ya kita turut berduka cita
menengok dan mendoakan” (FA, 08-09-2014)
b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan
Model toleransi yang di lakukan oleh MBA adalah model toleransi
berbeda dengan saudara FA tadi, model toleransi yang di lakukan
62
oleh saudara ini masuk pada model toleransi tertutup, karena MBA
hanya memperdulikan orang yang baik dengan dia saja,seperti
yang di ungkapkan oleh MBA sebagai berikut:
“Yo saya suka main bareng sama mereka, nongkrong
bareng, ngobrol meskipun mereka itu lain agama sama kita
mbak,nek ada yang sakit saya juga menjenguk tapi kalo saya gak
suka sama dia ya saya gak jenguk, begitu juga kalau di undang di
acara pernikahan, dan orang meninggal dunia, saya yo datang nek
disuruh dan di ajak teman,kalo ada yang sedang beribadah yo
saya biasa aja, gak pernah ngusik, wong mereka juga gak pernah
mengusik kita nek pas kita beribadah. Yo pokok e gitulah mbak.nek
kene ki apik wonge, rukun. Ra tau rebut-tibut nak masalah agama,
nak saya yo ngono kae mbak, wong saya yo jarang ibadah”(MBA,
08-09-2014).
c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan
Model toleransi yang dilakukan oleh Y adalah toleransi terbuka,
seperti yang di ungkap oleh Y sebagai berikut:
“Nak ono wong susah,eneng wong loro di tilik i, ono
sumbangan melu nyumbang, ono kegiatan nek dusun yo kita
datangi meskipun itu berlainan keyaqinan pendapat terhadap kita.
Misal pas kita merayakan hari raya, kono ki yo iso menceritakan
nabi-nabi, dia juga mengucapkan selamat idul fitri, yo wes sama-
samalah.Nak pas nikahan yo kita ikut rewang, nak pas prosesi
sakral maksut e kaya ijab gitu ya di gereja yang ikut kerabat-
kerabat sama yang sesama agama, nak masyarakat ya ikut
meramaikan, datang di undang” (Y, 09-09-2014)
d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan
Model toleransi yang di lakukan oleh MS tidak jauh beda dengan
Y dan FA, model toleransi yang mereka gunakan adalah, model
toleransi terbuka, seperti yang di ungkap nya sebagai berikut:
memberikan kesempatan beribadah kepada mereka itu yaa
menurut saya seng penting gelem melaksanakan anjuran agama,
seperti islam, perintah sholat wajib kita harus tau, jadi pas waktu-
waktu ibadah, silakan yang mau melaksankan ibadah yo seng arep
63
sholat, sholat sek..!. Ini sudah waktunya, contohnya seperti itu,
jadi rasa toleransi dalam melaksanakan ibadah juga berjalan baik.
Masalah kerukunan disini tidak memandang agama,
masalah sakit atau pun yang meninggal semua ikut dalam berbela
sungkawa, seumpamane ketika umat kristiani meninggal ya yang
muslim ikut menyaksikan, sepertipas acara 3 harian, namanya
beston penghiburan, ya yang muslim datang ikut mendukung untk
menghibur, semua datang, di anggep koyo dulur dewe.Untuk
kegiatan ibadah umat kristiani seperti natal, warga kristiani juga
mengundang umat muslim untuk mengikuti perayaan natal, orang
muslim juga tetap datang untuk menghargai saja.(MS, 09-09-
2014)
e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan
Tidak lain sama yang di ungkap oleh beberapa orang di atas, ES
juga termasuk orang yang bertoleransi terbuka, seperti yang di
ungkap nya sebagai berikut:
“nek pas lebaran gitu yo dia ki ngasih, ikut-ikut masak.trus
seumpamane gereja natalan, kan sini deket gereja ya mbak, itu
tetangga deket-deket gereja di undang,tapi ada juga yang datang,
kalau saya tapi gak pernah datang, tapi yo mereka biasa, sudah
taulah, ngerti jadi mereka ya biasa saja, gak gimana-gimana.
disana itu Cuma suruh makan aja,begitu juga pas acara nikahan
yo mereka masak e ora aneh-aneh,umum e wong nikahan,yang
muslim ikut bantu-bantu, sama orang meninggal orang-orang
muslim ikut datang melayat, yo pokok e sini tu bagus mbak
toleransine” (ES, 11-09-2014).
2. Sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun
Celengan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sikap
toleransi remaja muslim di lingkungan beda agama di Dusun Celengan
adalah sebagai berikut:
64
a. FA (16 tahun ) remaja Dusun Celengan
Menurut FA sikap toleransi remaja di dusun celengan ini dibangun
dengan rasa saling menghormati dan menyayangi antar sesama
teman dan selalu berkata baik, sopan, tidak menyinggung perasaan
orang lain, seperti yang di ungkapnya sebagai berikut:
“kalau saya kan setiap hari ketemu toh, sama temen e, kita
ngobrol, cerita.. yoo apa yah.. kami ki saling menghargai, kalau
dia cerita kami selalu mendengarkan memberi solusi, tros yo gak
pernah menyinggung perasaan terutama kalau ngomong masalah
agama, nek dia cerita tentang agamane yo saya mendengarkan, ya
kita anggap itu sharing, di ambil bagusnya, gak saling hina atau
merasa benar sendiri, ya kalau ada yang berlaku kurang baik
sama kita, ya kita bersikap biasa ajah, tidak memusuhi, ”
b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan
Sikap toleransi remaja di dusun celengan menurut pengakuan
MBA adalah rasa dapat di percaya, seperti yang di ungkap saudara
MBA sebagai berikut:
“Untuk hubungan baik dengan sesama manusia ki lak yo
kudu bisa bersikap baik to mbak, jadi nak pengen orang lain baik
dengan kita yo kita harus bersikap baik, trus nak pinjam barang
atau apa gituu harus bisa di percaya seumpamanya pinjam motor
ya harus di kembalikan, kalau kita cerita yang sifatnya rahasia yo
jangan di bicarakan sama org lain, jadi iso di percoyo, kan enak
nek gituu
c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan
Sikap toleransi di Dusun Celengan dibangun dengan cara tidak
mengganggu umat lain ketika beribadah, seperti yang di ungkap
saudara Y sebagai berikut:
“Mereka beribadah yo hak mereka to mbak, mereka berhak
beribadah kepada tuhannya,hehe, nak menurut mereka benar dan
tidak menganggu saya, kenapa tidak?
65
Misal pas kita merayakan hari raya, kono ki yo iso menceritakan
nabi-nabi, dia juga mengucapkan selamat idul fitri, yo wes sama-
samalah.
Kegiatan-kegiatan keagamaan juga selalu berjalan lancar jadi di
atur biar tidak mengganggu umat lain yang sedang ibadah,
seumpamane akan mengadakan pertemuan-pertemuan opo acara
keagamaan di rancang kiro-kiro seng ora ganggu sana, maksut e
umat lain ki kapan?muslim yo duwe perkumpulan dewe koyo to
remas iki, sana juga duwe perkumpulan,yo kumpulan mayoritas
dia yo wes dewe-dewe ra tau saling terganggu”
d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan
Menurut MS Sikap toleransi remaja di Dusun Celengan di pupuk
dengan cara rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat-
tempat umum dan diskusi. Seperti yang di ungkapkan oleh MS
sebagai berikut:
“Setiap orang pasti pasti untuk selalu berkeinginan untuk
saling menghormati dan menyayangi antar sesama, apalagi di
dusun rasa untuk menjaga kebersamaan dan kesatuan itu masih
kentel, seperti pas pembangunan masjid warga kristiani ikut
membantu, sebaliknya kalau pas waktu ada pembangunan gereja
sebagian dari warga muslim ikut membantu, jadi dari situ dapat
timbul rasa toleransi, rasa menghormati antar pemeluk kistiani
sama muslim di dusun ini, kalau disini sudah sangat bagus
menurut saya toleransinya, dulu juga sempat ada pertemuan antar
pemuda kristiani sama pemuda muslim, disitu kami bertukar
pikiran, bagaimana cara hidup pemuda yang baik menurut cara
pandang kristiani, juga menurut cara pandang agama islam, trus
kami dialog, jadi situ ada ustadz juga ada pendeta, semua datang
disitu, trus juga rasa pemersauan itu jelas, bhineka tunggal ika
dan kita sesama pemeluk agama itu di anjurkan saling
menghormati, saling bekerjasama baik.
e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan
Sikap toleransi remaja dusun celengan di bangun dengan cara
menghormati acara umat lain, seperti puasa dan cara berdoa.
Seperti yang di ungkap saudara ES sebagai berikut:
66
“Disini itu saling menghargai antar satu sama lain,
seumpamane nak pas ono acara kumpulan remaja, la pas
pembukaan gitu yoo berdoane menurut agama masing-masing,
meskipun akeh muslim e, trus nek ada orang sakit pas jenguk gituu
yo kan mendoakan, nek seng sakit itu agamane nasrani yo yang
mimpin doa orang yang agamane nasrani,umat islam yo
menghargai, seng penting niat e mendoakanterus nak ngadekke
acara pas bulan puasa ya gak makan-makan, ya yang agama
nasrani menghargai. Mereka tetap datang”.
3. Faktor penyebab terbangunnya toleransi remaja muslim pada
lingkungan beda agama di dusun celengan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, faktor
penyebab terbangunnya toleransi di Dusun Celengan adalah sebagai
berikut:
a. FA (16 tahun ) remaja Dusun Celengan
Menurut saudara FA faktor yang mempengaruhi timbulnya
toleransi remaja dusun celengan adalah rasa ingin di hargai, seperti
yang di ungkapnya sebagai berikut:
Karna kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang
membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan
dengan kita, kalau kita ingin di hargai ya kita harus menghargai
juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lain.
b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan
Menurut MBA faktor terbangunnya sikap toleransi Remaja di
Dusun celengan adalah dengan cara menganggap mereka itu
seperti keluarga kita sendiri, yang harus disayangi, dihormati,
diperlakukan baik. Seperti yang di ungkap nya sebagi berikut:
Yaa sekarang kan kita hidup berdampingan,eemm... kita selalu
berkumpul bersama jadi yaa tetap menganggap mereka itu seperti
67
keluarga sendiri, yaa berusaha menghilangkan perbedaan yang
sangat mencolok itu.
c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan
Faktor terbangunnya sikap toleransi menurut saudara Y adalah
karena manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan
kebersamaan di Dusun Celengan, seperti yang di ungkapnya sebagi
berikut:
Kan awak e dewe ki manusia.. udu manusia purba yoo.. hehe, yo
makluk sosial tu kan ora iso hidup sendiri, yo seperti itu hidup di
masyarakat ki, wes tuntutan, Wong kene ki do nyenengke mbak,
misalle kene duwe gawe yo di ewangi.gawe omah ngunu yo di
ewangi tanpa dewe ki akon-akon tonggone, wong kene ki entengan
mbak,misal e tonggone gor opek lombok we di kei, jangan gori we
di kei.
d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan
Menurut MS faktor terbangunnya rasa toleransi karena kerukunan
yang dan rasa persaudaraan yang terjalin di antara mereka, seperti
yang di ungkapnya sebagai berikut:
Faktor yang paling dominan yo jelas ki maslah kerukunan, jadi
tepo slirone warga dusun ki masih sangat bagus, untuk memupuk
rasa persaudaraan. Rasa persaudaraan itu sangat tinggi. misalkan
ya mbak, pas saya dulu membuat kandang sebelah itu, kandang
ayam. La kui ada tetangga Cuma liat itu pada datang, ngewangi
sak rampunge.Jadi rasa tolong menolong itu masih bagus wes kyo
sedulur dewe ra mandang perbedaan.
e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan
Tidak jauh berbeda dengan saudara Y bahwa faktor terbangunnya
sikap toleransi remaja di Dusun Celengan menurut saudara ES
karena kita manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
68
sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti yang di ungkapnya
sebagai berikut:
Setiap orang kan pasti kan membutuhkan bantuan, jadi ora
mungkin kita itu bisa hidup sendiri, jadi berangkat dari situ timbul
rasa uhh nak weroh tonggone gek kerepotan yo mesti kene
bagaimana caranya ra ketong sitek iso ngewang-ngewang I, jadi
pas kita kerepotan yo orang lain bisa membantu, tanpa
memandang perbedaan apapun.
69
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim pada Lingkungan Beda
Agama
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada beberapa informan
tentang toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan , peneliti
menemukan berbagai jawaban mengenai model toleransi remaja di Dusun
tersebut, model toleransi yang digunakan oleh para remaja di lingkungan
beda agama di Dusun Celengan ada dua macam yaitu model toleransi
terbuka dan tertutup, adapun model toleransi terbuka penulis akan
memaparkannya sebagai berikut:
1. Toleransi terbuka
Para responden lebih banyak yang menggunakan model toleransi
terbuka.Terbuka yang di maksudkan peneliti disini adalah, mereka dapat
menghormati menyayangi dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak
terjadi kekacauan,konflik ataupun keributan karena adanya perbedaan.
Islam secara tegas mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia. Selama non-Muslim tidak
mengganggu seorang muslim dalam menjalankan ibadahnya, maka umat
Islam dilarang untuk mengganggu pemeluk agama lain. Pembahasan
tentang agama-agama dan relasinya ini mengambil bentuk dalam ilmu
perbandingan agama, sebuah disiplin ilmu yang berkembang luas di
Indonesia setelah diperkenalkan oleh almarhum Mukti Ali, mantan Guru
70
Besar Ilmu Perbandingan Agama di IAIN Yogyakarta. Islam telah
mengajarkan umatnya untuk menghormati agama lain dan melarang
mencelanya. Bahkan dalam sebuah ayat, Allah SWT melarang kita untuk
mencela sesembahan-sesembahan para penyembah berhala. Allah SWT
berfirman yang artinya:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui
batas tanpa pengetahuan.Demikianlah Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu
mereka kerjakan.”( Q.S. Al-An„am [6]: 108.)
Ayat di atas secara tegas melarang umat Islam untuk mencerca dan
mengolok-olok sesembahan non-Muslim, karena dikhawatirkan mereka
(non-Muslim) akan berbalik menghina Islam. Ayat ini jelas mengajarkan
prinsip tasamuh (toleransi) kepada setiap Muslim dalam hubungannya
dengan agama lain (MuktiAli,2004:251).
Keanekaragaman adat istiadat, suku, ras, dan tradisi yang hidup di tengah
tengah manusia adalah sunnatullah. Allah SWT telah menciptakan
manusia berbeda-beda, baik dari suku, bahasa, maupun warna kulitnya.
Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.( QS. Al-Hujuraat [49]: 13).
Ayat ini memuat pesan egalitarianisme, bahwa tidak ada perbedaan baik
laki-laki maupun perempuan dalam hal apapun, perbedaan hanya terletak
71
pada ketaqwaan dan kualitas keimanannya kepada Allah SWT. Ayat ini
pula, mengajarkan tentang sikap penghargaan terhadap orang lain tanpa
pembedaan warna kulit, suku, ras dan sebagainya. Karena sikap
penghargaan terhadap seseorang itu berdasarkan prestasi bukan prestise
seperti fanatisme keturunan maupun kesukuaan (Nurcholish
Madjid,1999:108).
Dari ungkapan diatas maka toleransi terbuka yang dimaksudkan
disini mereka yang dapat terbuka dari semua aspek baik dalam urusan
agama dan sosial, baik sosial kemasyarakatan maupun sosial dengan antar
teman sebayanya.
Hal ini dapat di lihat dari jawaban FA yang menyatakan:
“Kalau dia mau beribadahya saya selalu mempersilahkan
karena itu sudah menjadi hak mereka untuk melakukan ibadah nya
sesuai dengan keyakinan mereka,dan kewajiban mereka. Begitu juga
teman saya kalau saya mau ibadah mereka juga mempersilahkan,
kalau ada yang sakit ya selalu datang biar cepet sembuh biar bisa
kumpul kembali, beraktifitas kembali, kalau ada yang meninggal ya
kita turut berduka cita menengok dan mendoakan”(FA,08-09-2014)
Dari pernyataan itu, juga dikuatkan dengan jawaban-jawaban
lain dari beberapa informan. Ini ditunjukkan hasil wawancara dengan
Y dan ES. Sosok yang faham dengan kondisi sikap toleransi remaja
karena kedua sosok tersebut terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan
remaja yang ada di Dusun celengan, sehingga semakin sering
berkecimpung dengan orang banyak semakin mengetahui banyak
karakter remaja di Dusun celengan. Y menambahkan dengan jawaban
sebagai berikut:
72
“Nak ono wong susah,eneng wong loro di tilik i, ono sumbangan melu
nyumbang, ono kegiatan nek dusun yo kita datangi meskipun itu
berlainan keyaqinan pendapat terhadap kita. Nak pas nikahan yo kita
ikut rewang, nak pas prosesi sakral maksut e kaya ijab gitu ya di
gereja yang ikut kerabat-kerabat sama yang sesama agama, nak
masyarakat ya ikut meramaikan, datang di undang”(Y,09-09-2014)
Yang kemudian ditambahkan dengan jawaban ES sebagai
berikut:
“seumpamane gereja natalan, kan sini deket gereja ya mbak, itu
tetangga deket-deket gereja di undang,tapi ada juga yang datang,
kalau saya tapi gak pernah datang, tapi yo mereka biasa, sudah
taulah, ngerti jadi mereka ya biasa saja, gak gimana-gimana. disana
itu Cuma suruh makan aja.,begitu juga pas acara nikahan yo mereka
masak e ora aneh-aneh,umum e wong nikahan,yang muslim ikut
bantu-bantu, sama orang meninggal orang-orang muslim ikut datang
melayat”(ES,11-09-2014)
Sehingga dari beberapa pernyataan diatas, model toleransi keagamaan
remaja di Dusun Celengan sudah terbilang cukup bagus dengan
mereka memberikan kesepatan beribadah kepada pemeluk agama lain,
mendatangi undangan orang yang berbeda keyakinan dengan nya
2. Toleransi tertutup
Meskipun dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti kepada
responden banyak yang termasuk orang yang menggunakan
toleransi terbuka, namun ada juga yang masuk dalam kategori
toleransi tertutup, yang peneliti maksutkan tertutup di disini adalah
mereka yang hanya menghormati dan menyayangi dan menghargai
karena terpaksa dan hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat
baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah pilih-pilih tidak
menyeluruh, tidak seperti model toleransi yang terbuka mereka
73
yang tergolong dalam toleransi terbuka adalah orang-orang yang
welcome dari semua golongan tanpa memandang perbedaan
agama, ras, bahasa, karakter dan sifat.
Berkaitan dengan hal diatas tersebut, peneliti dapatkan jawaban
dari responden yang berinisial MBA dan, sebagai berikut:
“kita mbak,nek ada yang sakit saya juga menjenguk tapi kalo saya
gak suka sama dia ya saya gak jenguk, begitu juga kalau di
undang di acara pernikahan, dan orang meninggal dunia, saya yo
datang nek disuruh dan di ajak teman,kalo ada yang sedang
beribadah yo saya biasa aja, gak pernah ngusik, wong mereka
juga gak pernah mengusik kita nek pas kita beribadah”(MBA,08-
09-2014).
Yang peneliti maksudkan model toleransi terbuka sama hal
nya dengan toleransi positif dan model toleransi tertutup sama
dengan toleransi netral.
Dari pernyataan tersebut di dalam alqur‟an sendiri, di temukan tiga
sikap terhadap non-muslim yaitu : positif, netral, dan negatif
Positif misalnya dinyatakan dalam ayat alquran surat Al-
baqarah ayat 62 yang artinya sebagai berikut
74
“sesungghnya orang-orang beriman, Yahudi, Nasrani, dan
Shabi’in, siapa saja di antara mereka beriman kepada
Allah, Hari Akhir, dan melakukan amal saleh, mereka
mendapatkan pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
ketakutan dan tidak pula mereka bersedih(QS 2:62)
Sikap Netral di tunjukan Al-quran dalam surat Al-Kafirun
ayat 6
“bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku”(QS 109:
6)
Adapun sikap negatif ditunjukkan Al-Qura‟an surat An-
Nisa ayat 46
“(yaitu) diantara orang yahudi, yang mengubah perkataan
dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata: kami
mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.”(dan)
mereka mengatakan pula: dengarkanlah, sedangkan
75
engkau Muhammad sebenarnya tidak mendengar apapun.
Dan mereka mengatakan: ra’ina dengan memutar balikkan
lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka
mengatakan: kami mendengar dan patuh, dan dengarlah,
dan perhatikanlah kami: tentulah itu lebih baik bagi
mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka,
karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali
sedikit sekali”.(QS 4: 46)
Selain Surat An-Nisa‟ ayat 46, di jelaskan pula pada (QS
2:120 dan 5:18.). Dalam konteks bahwa sebagian mereka
mengubah kitab kitab suci mereka untuk kepentingan mereka,
berlebih-lebihan dalam beragama, atau menunjukkan permusuhan
dan menghianatan kepada Nabi dan komunitas muslim selain itu
(Nurcholish Madjid, 2003:186)
B. Sikap Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun
Celengan.
Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan sudah baik
mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya adalah:
1. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung
2. Tidak mengganggu umat lain ketika beribadah
3. Rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat umum dan
diskusi.
4. Menghormati acara umat lain
Berkaitan dengan hal diatas tersebut, penulis dapat dari penuturan para
responden sebagai berikut:
76
“kalau saya kan setiap hari ketemu toh, sama temen e, kita
ngobrol, cerita.. yoo apa yah.. kami ki saling menghargai, kalau dia
cerita kami selalu mendengarkan memberi solusi, tros yo gak pernah
menyinggung perasaan terutama kalau ngomong masalah agama, nek
dia cerita tentang agamane yo saya mendengarkan, ya kita anggap itu
sharing, di ambil bagusnya, gak saling hina atau merasa benar
sendiri”. (FA, 08-09-2014)
“Apalagi di dusun rasa untuk menjaga kebersamaan dan
kesatuan itu masih kentel, seperti pas pembangunan masjid warga
kristiani ikut membantu, sebaliknya kalau pas waktu ada
pembangunan gereja sebagian dari warga muslim ikut membantu, jadi
dari situ dapat timbul rasa toleransi, rasa menghormati antar pemeluk
kistiani sama muslim di dusun ini,dulu juga sempat ada pertemuan
antar pemuda kristiani sama pemuda muslim, disitu kami bertukar
pikiran, bagaimana cara hidup pemuda yang baik menurut cara
pandang kristiani, juga menurut cara pandang agama islam, trus kami
dialog, jadi situ ada ustadz juga ada pendeta, semua datang disitu,
trus juga rasa pemersauan itu jelas, bhineka tunggal ika”. (MS, 08-
09-2014)
“Kegiatan-kegiatan keagamaan juga selalu berjalan lancar jadi
di atur biar tidak mengganggu umat lain yang sedang ibadah,
seumpamane akan mengadakan pertemuan-pertemuan opo acara
keagamaan di rancang kiro-kiro seng ora ganggu sana, maksut e umat
lain ki kapan?muslim yo duwe perkumpulan dewe koyo to remas iki,
sana juga duwe perkumpulan,yo kumpulan mayoritas dia yo wes dewe-
dewe ra tau saling terganggu”(Y, 08-09-2014)
“seumpamane nak pas ono acara kumpulan remaja, la pas
pembukaan gitu yoo berdoane menurut agama masing-masing,
meskipun akeh muslim e, trus nek ada orang sakit pas jenguk gituu yo
kan mendoakan, nek seng sakit itu agamane nasrani yo yang mimpin
doa orang yang agamane nasrani,umat islam yo menghargai, seng
penting niat e mendoakan
terus nak ngadekke acara pas bulan puasa ya gak makan-makan, ya
yang agama nasrani menghagai. Mereka tetap datang”. (ES, 11-09-
2014)
77
Jadi, bentuk kerjasama ini harus di wujudkan dalam kegiatan yang bersifat
sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing.
sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung
perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti
bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan.
Pokok- pokok toleransi keagamaan
a. Agama Samawi datang dari Allah YME, satu-satu-Nya
b. Bahwa nabi-nabi adalah bersaudara, tidak ada perbedaan diantara
mereka dalam hal missinya,dan seluruh kaum muslimin hendaknya
mempercayai mereka itu semua.
c. Bahwa aqidah tidak dapat dipaksakan kepada orang untuk
menganutinya. Sebaliknya aqidah itu memerlukan kesadaran dan
kerelaan
d. Bahwa tempat-tempat peribadatan agama-agama yang menyembah
kepada Allah merupakan tempat-tempat yang harus dipelihara,
dijaga, dan dipertahankan,seperti umat Islam memelihara dan
mempertaankan masjid-masjidnya.
e. Bahwa seluruh manusia ini tidak harus bermusuhan atau bunuh-
bunuhan karena perbedaan mereka memahami agamanya masing-
masing. Sebaliknya mereka wajib bertolong-tolongan dalam
melakukan kebaikan dan perbaikan serta dalam menghilangkan
kejahatan di kalangan mereka.
78
f. Bahwa kelebihan manusia yang satu atas yang lain dalam
kehidupan dan sisi Allah tergantung kepada kadar kebaikan bagi
diri sendiri dan bagi orang lain
g. Bahwa perbedaan agama yang menjadi anutan tidak harus
menghalangi pelaksanaan kewajiban berbuat baik, bersaturahmi,
dan saling kunjung-mengunjungi
h. Bahwa dalam keanekaragaman agama-agama yang dianuti orang
diperlukan dialog/diskusi yang baik dalam batas-batas sopan
santun dengan hujjah(pemikiran dan dasar) yangmemuaskan serta
menyakinkan
i. Bahwa bila suatu umat dimusuhi karena aqidah yang mereka anuti,
wajiblah atas mereka dan orang-orang lainnya menghapuskan
permusuhan itu demi memelihara keyakinan dan menghindarkan
malapetaka
Itulah prinsip-prinsip toleransi kagamaan menurut ajaran
Islam, seluruh kaum muslimin diwajibkan mempercayai adanya
nabi-nabi dan rasul-rasul, kaum mu‟minin diharuskan menghargai
dan menghomati semua Nabi utusan Allah, diharuskan bergaul
dengan baik dengan umat lain dalam tindakan, kata-kata
ketetanggaan saling berkunjung dan lain-lain. (Mushtafa As-Siba‟I,
1986:147-151)
Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud
ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah
79
menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap
saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri
kehidupan yang rukun, tertib, dan damai. Dalam kehidupan sehari-
hari, dan sikap toleransi antar umat beragama dan prinsip-prinsip
toleransi keagamaan seperti diuraikan di atas telah dilakukan dan
di terapkan oleh remaja Dusun Celengan dan sudah termasuk
dalam kategori berperilaku toleran dan saling menghargai.
C. Faktor Penyebab Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada
Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan
Seriring dengan sebuah pencapaian tujuan pastilah terdapat
faktor-faktor yang membangun dalam perjalanannya. Tidak terpungkuri
pula dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan aktivitas-aktivitas dalam
menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat, sehingga terciptanya
sebuah kehidupan yang aman, damai, tentram tanpa adanya bentrok,
konflik ataupun rasa untuk benar sendiri meskipun berbeda-beda antara
satu sama lain. Berikut ini faktor penyebab terbangunnya toleransi remaja
di Dusun Celenganyang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan
remaja Dusun Celengan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rasa ingin dihargai
Seperti yang di ungkap oleh saudara FA sebagai berikut:
“Karna kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang
membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan
dengan kita, kalau kita ingin di hargai ya kita harus menghargai
juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lain”(FA,
08-09-2014).
80
2. Rasa persaudaraan
Rasa persaudaraan juga menjadi faktor terbangunnya toleransi di
kalangan remaja muslim celengan, dalam hal apapun mereka
menganggap saudara mereka sendiri dan menghilangkan perbedaan-
perbedaan yang ada di sekitar mereka, seperti yang di ungkap oleh
para responden sebagai berikut:
“Yaa sekarang kan kita hidup berdampingan,eemm... kita selalu
berkumpul bersama jadi yaa tetap menganggap mereka itu seperti
keluarga sendiri, yaa berusaha menghilangkan perbedaan yang
sangat mencolok itu”(MBA, 08-09-2014).
“Rasa persaudaraan itu sangat tinggi. misalkan ya mbak, pas saya
dulu membuat kandang sebelah itu, kandang ayam. La kui ada
tetangga Cuma liat itu pada datang, ngewangi sak rampunge.Jadi
rasa tolong menolong itu masih bagus wes kyo sedulur dewe ra
mandang perbedaan”(MS, 09-09-2014).
3. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain
Dari hasil wawancara, ada beberapa jawaban dari responden yang
menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi adalah
karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,
seperti hubungan sosialisasi dengan tetangga. Hal tersebut
diungkap oleh saudara Y dan ES sebagai berikut:
“Kan awak e dewe ki manusia.. udu manusia purba yoo.. hehe,
yo makluk sosial tu kan ora iso hidup sendiri, yo seperti itu hidup
di masyarakat ki, wes tuntutan, Wong kene ki do nyenengke mbak,
misalle kene duwe gawe yo di ewangi.gawe omah ngunu yo di
ewangi tanpa dewe ki akon-akon tonggone, wong kene ki entengan
mbak,misal e tonggone gor opek lombok we di kei, jangan gori we
di kei”.(Y, 09-09-2014)
81
“Setiap orang kan pasti kan membutuhkan bantuan, jadi ora
mungkin kita itu bisa hidup sendiri, jadi berangkat dari situ timbul
rasa uhh nak weroh tonggone gek kerepotan yo mesti kene
bagaimana caranya ra ketong sitek iso ngewang-ngewang i, jadi
pas kita kerepotan yo orang lain bisa membantu, tanpa
memandang perbedaan apapun”.(ES, 11-09-2014)
Menanggapi hal di atas masih berhubungan dengan agama
adalah sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan an tata tertib
masyarakat karena agama dapat berfungsi sebagai instansi yang
menjaga atau menjamin berlangsungnya ketertiban dalam hidup
moral dan sosial. (Nico Syukur, 1988:101)
Bukan hal sulit bagi Allah untuk membuat untuk membuat
manusia menjadi satu komunitas. Tetapi Allah memberikan rahmat
dengan pluralisme sehingga menambah kekayaan dan
keberagaman hidup. Setiap komunitas memiliki jalan hidup,
kebiasaan, tradisi, dan hukumnya sendiri. Tapi semua hukum dan
cara hidup itu haruslah dapat menjamin perkembangan dan
memperkaya hidup, walaupu berbeda satu sama lain. Allah tidak
mau memaksakan satu hukum untuk semuanya dan sebaliknya
menciptakan banyak komunitas. Allah telah menciptakan beragam
komunitas dengan suatu tujuan, yakni untuk menguji umat manusia
atas apa yang telah diberikan kepada mereka (misalnya, perbedaan
kitab suci, hukum dan jalan hidup). Dan ujian itu adalah untuk
hidup secara damai dan harmonis sesuai kehendak Allah.
Perbedaan hukum dan jalan hidup hendaknya tidak menjadi
82
penyebab ketidak harmonisan dan perbedaan. Yang di harapkan
dari manusia adalah hidup dengan segala perbedaan dan berlomba-
lomba satu sama lain dalam amal kebaikan (Nurcholish Madjid,
2003:172)
Dari sinilah peneliti menemukan fakta bahwa remaja Dusun
Celengan yang sebagian besar penduduk nya beragama islam dan
sebagian besar beragama Kristen dan katholik pada hakekatnya
saling hidup rukun, berdampingan tanpa ada konflik, dan tolong
menolong antar warga tanpa memandang status keagamaan. Hal ini
terbukti dengan sikap remaja yang peduli terhadap tetangga dengan
tidak bergaul pada komunitas agama saja tetapi saling berkumpul
tanpa memandang agama. Selain itu warga juga tolong menolong
misalnya: ketika ada teman yang tertimpa musibah seperti bila ada
warga yang meninggal, dengan penuh kesadaran mereka datang
untuk menolong, menjenguk bila ada yang sakit, dan bahkan
mengikuti kegiatan upacara kematian, hal ini dilakukan untuk
menghormati tetangga.
Bukti lain remaja Dusun Celengan hidup rukun adalah
adanya kegiatan gotong royong dalam pembangunan tempat-
tempat ibadah tanpa di suruh mereka datang, serta adanya kegiatan
organisasi masyarakat seperti karang taruna, remas. Hal ini
merupakan suatu wujud dari partisipasi remaja dalam mewujudkan
83
kerukunan hidup melalui sikap toleransi antar pemeluk agama yang
berbeda.
Harus disadari bahwa menumbuhkan sikap keragaman
agama dan menumbuhkan sikap toleransi dalam bermasyarakat
sangat sulit dan tidak datang dengan sendirinya. Kita harus dapat
melibatkan diri untuk dapat belajar menerima orang laindalam
perbedaan terebut. Kita harus dapat menghormati dan dapat
bertoleransi untuk dapat tinggal bersama dengan masyarakat yang
memiliki kayakinan dan kegiatan kegamaan yang bebeda.
Sikap toleransi harus di wujudkan dengan sikap menerima
dengan tulus akan keberadaan agama lain di lingkungan mereka,
dengan menyadari adanya perbedaan agama lain, para remaja dapat
bersilaturrahmi dan dapat merasakan aman dan mudah dalam
melaksakan ibadah mereka. Sikap tersebut menjadi penyebab
terwujudnya kerukunan antar umat beragama.
Selain itu kesadaran remaja muslim di Dusun Celengan
tentang pentingnya bertetangga dan hidup saling membutuhkan
satu sama lain merupakan penghambat terjadinya konflik antar
umat beragama, karena dengan sikap tersebut akan tercipta
hubungan yang positif antar kelompok yang berbeda agama
sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan dapat
memperkokoh tradisi untuk hidup berdampingan yang sudah
berlangsung sejak dulu.
84
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian tentang model toleransi keagamaan remaja
muslim pada lingkungan beda agama dapat ditarik kesimpulan:
1. Model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda
agamadi Dusun Celengan
Model toleransi di dusun celengan yang di gunakan oleh remaja dusun
celengan di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Toleransi terbuka yaitu mereka dapat menghormati menyayangi
dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan,
konflik ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa
memandang perbedaan agama, ras, bahasa, karakter dan sifat.
b. Toleransi tertutup yaitu mereka yang hanya menghormati dan
menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat
baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti
disini adalah pilih-pilih tidak menyeluruh
Meskipun ada yang tergolong model toleransi tertutup namun
sebagian besar remaja Dusun celengan termasuk dalam model
toleransi terbuka
2. Sikap Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di
Dusun Celengan.
85
Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan sudah baik
mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya adalah:
a. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung
b. Tidak mengganggu umat lain ketika beribadah
c. Rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat umum dan
diskusi.
d. Menghormati acara umat lain
3. Faktor Penyebab Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada
Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan
a. Rasa ingin dihargai
b. Rasa persaudaraan
c. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain
B. SARAN
Peneliti akan menyampaikan beberapa sumbangan pemikiran yang berupa
saran sebagai berikut:
1. Untuk masyarakat Dusun Celengan khusunya remaja agar tetap
mempertahankan kerukunan hidup antar sesamanya. Walaupun sering
mengikuti kegiatan keagamaan yang berbeda tetapi tetap pada
keyakinan agama masing-masing. Mengikuti kegiatan keagamaan
agama lain bukan berarti ikut dalam ajaran agama tersebut tetapi hanya
ntuk menghormati sesama.
86
2. Saran untuk umum agar mencontoh sikap remaja Dusun Celengan
yang hidup rukun tanpa ada konflik meskipun hidup dengan
keberagaman agama
3. Bagi seluruh Dusun Celengan perlu adanya peningkatan dialog antar
sesama pemuka agama sehingga dapat mempererat kerukunan antar
pemeluk agama yang berbeda.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik.1989. Metodologi Penelitian Agama.Yogyakarta:PT
Tiara Wacana: Jogya
Abdul Muqsith Ghazali, Cetak Biru Toleransi di Indonesia.
www.google.com
Ali Al-Muhdar, Yunus. 1983. Toleransi-Toleransi Islam.Bandung:N.V.
Tarate.
Ali Mukti, Ilmu Perbandingan Agama. 1991. Tiara Wacana: Yogyakarta
-------------------2004. Metodologi Ilmu Agama Islam, dalam Taufik
Abdullah, ed. Metodologi Penelitian Agama. Tiara
Wacana:Yogyakarta
Arikunto,Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta:Bhineka Cipta.
A Sirry, Mun‟in. 2003. Membendung Militansi Agama. Jakarta:Erlangga
Darajad, Zakiyah.1983. Ilmu Fiqh.Jakarta:Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Islam.
______________. 1979. Kesehatan Mental.Jakarta:Gunung Agung.
______________. 1959. Problema Remaja di Indonesia:Bulan Bintang.
Dain Indrakusuma,Amir.1973.Pengantar Ilmu
Pendidikan.Malang:Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang.
Din Zainudin. 2005. Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif
Islam.Jakarta:Al-Mawardi.
Dister ofm, Nico Syukur. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama.
Yogyakarta:Kanisius (Anggota IKAPI)
Gunarsa, Singgih. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja:Libri.
Hadi, Sutrisno.1984.Metodologi Research.Bandung:Mizan.
88
Hasyim, Umar.1979.Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam
Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama.Surabaya.
Husein,Nabhan. 1987. Kebangkitan Kebudayaan Islam. Jakarta
Pusat:Media Da‟wah
Ishamuddin.2002.Pengantar Sosiologi Agama.Jakarta:Ghalia Indonesia.
J Maelong, Lexy.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif:PT Remaja
Posdakarya
Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.1982:Golden
Terayon Press.
Kartini, Kartono.1987.Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya.
Lalu, Yosef. 2010. Makna Hidup Dalam Terang Iman Katolik.
Yogyakarta:Kanisius (Anggota IKAPI)
Mahali, Mudjab Ahmad.2003.Hadist Hadist Muttafaqalai Bagian
Ibadah.Jakarta:Jakarta Kencana.
Muin, Abdul.Toib Thahir.1986.Ilmu Kalam. Jakarta:Bulan Bintang
Nasution, S.2002. Metodologi Penelitian Naturalistik – Kualitatif.
Nurcholish Madjid, Cita-Cita Masyarakat Islam Era Reformasi, Jakarta:
Paramadina, 1999
Kementrian Agama RI. 2011.Alqura’n Tajwid dan Terjemah.
Jakarta:Cahaya Qur‟an
Suryan A Jamarah, M Thalib.1986.Toleransi Beragama dalam
Islam.Yogyakarta:PD Hidayah.
Syafaat, A‟at.2008.Peranan Pendidikan dalam Islam.
Uhbiyati, Nur.2009.Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam
Kandungan sampai Lansia.Semarang:Walisongo.
89
Wirawan Sartono, Sarlito.1987.Pengantar Umum Psikologi.Jakarta:Bulan
Bintang.
Yasmadi.2005.Modernisasi Pesantren:Kritik Nurcholis Majid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional.Ciputat:Quantum Teaching.
Zuhairini.2006.Quo Vadis Pendidikan Islam.Malang:Mudja Raharja UIN
Malang Press.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan orang lain,
akan tetapi pada kenyataannya tidak bisa di pungkiri bahwa dalam
berinteraksi ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Apakah
dalam kehidupan sehari-hari anda bisa menghargai, menghormati,
menyayangi terhadap sesama? Bagaimana caranya?
2. Jika ada orang lain yang sedang melaksanakan ibadahnya menurut
agama dan kepercayaan tersebut disekitar lingkungan anda, apa anda
memberikan kebebasan atau kesempatan untuk mereka melaksanakan
ibadahnya? Mengapa anda memeberikan kesempatan dan kebebasan
tersebut?
3. Jika ada tetangga atau teman yang sakit parah dan berbeda agama
dengan anda apakah anda menjenguk?
4. Jika ada orang lain yang meninggal dunia, tetapi orang tersebut tidak
seagama, apakah anda berta‟ziah kepadanya atau keluarganya?
5. Apa yang membuat anda dapat menghargai atau bertoleran dengan
teman antar sesama anda?
DOKUMENTASI
*Kegiatan para remaja olah raga bersama setiap minggu sore
*Kegiatan gotong royong dalam pembangunan jalan para remaja dan warga
* Pertemuan rutin setiap 1 bulan sekali minggu pertama
*Kegiatan pengajian akbar setiap satu tahun sekali
*Piknik bersama para remaja dusun celengan di pantai parang tritis
yogyakarata setiap satu tahun sekali
* Kegiatan remaja Dusun Celengan dalam acara HUT RI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Fadhulil Jannah
Tempat, Tanggal Lahir : Lahat, 02 Juni 1990
Domisili : Macanan- Salatiga
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Tinggi atau Berat Badan: 159 cm/45kg
e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
1998 – 2003 MI Perguruan Mua‟llimat Cukir Jombang
2004 – 2006 Mts Perguruan Mua‟llimat Cukir Jombang
2007 – 2009 MAN Salatiga
2010 – 2015 Program Sarjana (S1)Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Stain
Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam.dengan Indeks Prestasi
Kumulatif
PENGALAMAN ORGANISASI
- Anggota Kepengurusan Pondok Pesantren Darul Falah II Cukir Jombang
menjabat sebagai Sie Kependidikan tahun 2005
- Anggota Kepengurusan Osis menjabat Sebagai Keaamanan tahun 2005
- Anggota SKI Madrasah Aliyah Negri Salatiga tahun 2008
- Anggota PMR Madrasah Aliyah Negri Salatiga tahun 2008