Model & pendekatan dalam supervisi pendidikan
-
Upload
rofieamirasyka -
Category
Documents
-
view
6.379 -
download
2
Transcript of Model & pendekatan dalam supervisi pendidikan
MODEL & PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
STAIMUS
November 2013
MODEL
Model Supervisi ini dimaknai sebagai : Bentuk atau Kerangka sebuah konsep atau Pola supervisi , ( Kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan daam melakukan sebuah kegiatan supervisi).
Menurut Sahertian (2008) Ada Beberapa Model Supervisi yang berkembang, yaitu :
Model
Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. (snoopervision) , Sering disebut supervisi yang korektif.
Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:
a. Acuh tak acuh (masa bodoh) & b. Menantang (agresif) Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak
sampai saat ini. Para pengawas datang kesekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional.
1. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional)
2. Model Supervisi Artistik
Mengajar merupakan Pengetahuan (knowledge), Ketrampilan (Skill) dan juga suatu Seni (Art).
Model Supervisi Artistik yang dimaksudkan ini adalah : ketika supervisor melakukan kegiatan supervisi dituntut berpengetahuan, berketrampilan dan tidak kaku, karena dalam kegiatan supervisi juga mengandung nilai seni (art)
Model Supervisi artistik mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working for others), bekerja dengan orang lain (working with the others), dan bekerja melalui orang lain (working through the others).
Supervisi Artistik mempunyai beberapa ciri khusus yg harus diperhatikan oleh supervisor, yaitu :
a. Memerlukan perhatian khusus agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak bicara
b. Memerlukan tingkat perhatian yang cukup dan keahlian yg khusus utk memahami apa yg dibutuhkan oleh orang lain.
c. Mengutamakan sumbangan yg unik dari guru guru untuk mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
d. Menuntut utk memberi perhatian yg lebih banyak thd proses pembelajaran di kelas dan di observasi pd waktu waktu tertentu.
e. Memerlukan laporan yg menunjukkan bahwa dialog antara supervisor dan supervisee yg dilaksanakan atas dasar kepemimpinan dari kedua belah pihak
f. Memerlukan kemampuan berbahasa ttg cara mengungkapkan apa yg dimilikinya thd orang lain.
g. Memerlukan kemampuan utk menafsirkan makna dari peristiwa yg diungkapkan sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yg dipelajarinya.
h. Menunjukkan fakta bahwa sensivitas dan pengalaman merupan instrumen utam yg sigunakan sehinga situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yg disupervisi.
3. Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah.
Ciri – Ciri Model Supervisi yg bersifat Ilmiah yaitu a. Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c. Menggunakan instrumen pengumpulan data. d. Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan
yang rill. Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau
check-list lalu para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas.
Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
4. Model Supervisi Klinis.
Beberapa Pembatasan tentang Supervisi Klinis. Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem dalam Archeson dan Gall, 1980 : 1 / terjemahan S.L.L Sulo, 1985).
K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo, 1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif serta teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
Ada beberapa ciri supervisi klinis
1) Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman.
2) Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
3) Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi.
4) Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
5) Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
6) Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru.
7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan dari supervisor.
Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu.
b. Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
c. Menciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya.
d. Objek kajiannya adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka sungguh alami.
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
Langkah-Langkah dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis (Siklus yang sistematis)
1. Tahap Pertemuan awal (Perencanaan)2. Tahap Pelaksanaan (Observasi)3. Tahap Akhir (Analisis dan Diskusi Balikan )
DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
PENDEKATAN
Pendekatan
Pendekatan yg digunakan dlm menerapkan SP sering didasarkan atas prinsip2 Psikologis.
Suatu Pendekatan sangat bergantung pada Prototype Guru.
Menurut Glickman,
Setiap guru mempunyai 2 kemampuan dasar, yaitu :
Berfikir Abstrak. (A) Komitmen & Kepedulian . (K)
Menurut Glickman dalam Sahertian (2008) :
Ada 4 Prototype Guru :1. Guru Professional = daya abstrak tinggi
(A+) , Komitmen Tinggi (K+)2. Guru Yg Suka Mengkritik = Daya abstrak
tinggi (A+) , Komitmen rendah (K-)3. Guru Yg terlalu sibuk = Daya abstrak
rendah (A-) , tetapi Komitmen Tinggi (K+)4. Guru yg tidak bermutu = Daya abstrak
rendah (A-) , Komitmen rendah (K-).
Prototype Guru ...
Seorang Supervisor, perlu memahami prototype guru, dengan harapan guru mendapatkan arahan dan bimbingan yg memadai utk memperbaiki kinerjanya, melalui pendekatan2 yang cocok dengan kondisi riil prototype guru.
Sebagai contoh..
1. Guru berprototype Professional (A+, K+), pendekatan yg digunakan : Non Direktif.
2. Guru berprototype Tukang Kriti /terlalu sibuk (A+, K-), dengan pendekatan yang digunakan
Penggunaan Pendekatan Supervisi dengan pertimbangan Prototype Guru
Prototype Guru Pendekatan1.
Professional (A+ , K+) Non Direktif
2.
Tukang Kritik (A+,K-) Kolaboratif
3.
Terlalu sibuk (A- , K+) Kolaboratif
4.
Tidak bermutu (A-, K- ) Direktif
1. Pendekatan Langsung (Direct Approach) :
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung, shg pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan stimulus,. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punish-ment).
Direct Approach = (A- , K-)
Perilaku Supervisor
Menjelaskan Menyajikan Mengarahkan Memberi contoh Menetapkan tolak ukur Menguatkan
2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direct Approach) :
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru.
Non-Direct Approach = ( A+,K+)
Perilaku
Supervisor
Mendengarkan Memberi penguatan Menjelaskan Menyajikan Memecahkan masalah
3. Pendekatan Kolaboratif (Collaborative Approach)
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif (cara pendekatan baru).
Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam pelaksanaan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.
Pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah (Top-Down) dan dari bawah ke atas (Bottom-UP).
Perilaku Supervisor dilakukan secara bertahap , mulai dari pertanyaan awal sampai dengan mengemukakan permasalahan dan negoisasi bersama sama dan dicari pemecahan permasalahannya.
Collaborative Approach = (A+,K- / Tukang Kritik dan A-,K+ / Terlalu sibuk )
Perilaku Supervisor
Menyajikan Menjelaskan Mendengarkan Memecahkan masalah Negoisasi
Kesimpulan
Setiap supervisor pasti menginginkan keberhasilan dalam melaksanakan supervisi pendidikan.
Seorang Supervisor Pendidikan hendaknya menguasai dan mampu mengimplementasikan rangkaian kegiatan supervisi mulai dari pendekatan,metode, teknik serta mampu mengembangkan model supervisi pendidikan, dengan harapan supervisor pendidikan menjalankan fungsi fungsi supervisi sebagai aktualisasi dari tugas dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian upaya peningkatan mutu pada satuan pendidikan akan mudah dilakukan.
Referensi :
Jasmani dkk. 2013. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Hasan, Yusuf, dkk., Pedoman Pengawasan, Jakarta: CV. Mekar Jaya, 2002.
A. Sahertian, Piet, Drs. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1981.