MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

14
135 MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI Alex Sujanto Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Jakarta Training Center Semarang email: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model manajemen kursus garmen berbasis Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) pada Pendidikan Kecakapan Hidup Lembaga Kursus dan Pelatihan (PKH-LKP). Penelitian menggunakan metode R&D model Borg & Gall. Penelitian dilaksanakan di 4 LKP yang terakreditasi B. Responden berjumlah 31 orang yang tersebar di 4 kabupaten. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Analisis data secara deskriptif kualitatif dan uji paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, model manajemen kursus dikembangkan dengan desain 13 prosedur: (1) analisis peluang dan penetapan tujuan, (2) pemrograman, penjadwalan, penganggaran, (3) pengembangan prosedur, penetapan dan interpretasi kebijakan, (4) pembagian kerja, (5) departementalisasi, (6) rentang kendali dan delegasi, (7) kegiatan kursus dan pelatihan, (8) uji kompetensi dan evaluasi, (9) magang dan pendampingan, (10) penempatan lulusan, (11) menetapkan standar dan metode pengukuran kinerja; (12) mengukur kinerja; dan (13) membandingkan kinerja dan perbaikan. Kedua, model manajemen efektif untuk meningkatkan kemampuan pengelola kursus. Ketiga, model meningkatkan kemampuan kecakapan hidup peserta didik. Kata kunci: DUDI, manajemen kursus garmen, pendidikan kecakapan hidup WBI BASED GARMENT COURSE MANAGEMENT MODEL Abstract This study was aimed at producing garment course management model based on World of Business and Industry (WBI) life skills education in courses and training institutions. R&D modified by Borg & Gall method was used. Data collection was done by observation, interviews, questionnaires and documentation. The data were analyzed qualitatively using paired t-test. The results show that; first, this model was developed by the design of 13 steps: (1) analyzing the opportunities and setting the goal (2) programming, scheduling, budgeting, (3) developing procedure, establishing and interpreting policies, (4) allocating working area (5) departementalizing, (6) spanning the control and delegating, (7) implementing courses and training activity, (8) conducting competency test and evaluating, (9) conducting internships and mentoring, (10) placing graduates, (11) establishing standard and methods for measuring performance; (12) measuring the performance; (13) comparing the performance matched with the standard and taking corrective action; second, management model effectively increases the ability of the manager; and third, this model increases the life skills of students. Keywords: garment courses management, life skills education, WBI

Transcript of MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

Page 1: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

135

MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMENBERBASIS DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI

Alex SujantoAkademi Manajemen Informatika dan Komputer Jakarta Training Center Semarang

email: [email protected]

AbstrakTujuan penelitian ini adalah menghasilkan model manajemen kursus garmen berbasis DuniaUsaha dan Dunia Industri (DUDI) pada Pendidikan Kecakapan Hidup Lembaga Kursus danPelatihan (PKH-LKP). Penelitian menggunakan metode R&D model Borg & Gall. Penelitiandilaksanakan di 4 LKP yang terakreditasi B. Responden berjumlah 31 orang yang tersebardi 4 kabupaten. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi.Analisis data secara deskriptif kualitatif dan uji paired t-test. Hasil penelitian menunjukkanbahwa: pertama, model manajemen kursus dikembangkan dengan desain 13 prosedur: (1)analisis peluang dan penetapan tujuan, (2) pemrograman, penjadwalan, penganggaran, (3)pengembangan prosedur, penetapan dan interpretasi kebijakan, (4) pembagian kerja, (5)departementalisasi, (6) rentang kendali dan delegasi, (7) kegiatan kursus dan pelatihan,(8) uji kompetensi dan evaluasi, (9) magang dan pendampingan, (10) penempatan lulusan,(11) menetapkan standar dan metode pengukuran kinerja; (12) mengukur kinerja; dan(13) membandingkan kinerja dan perbaikan. Kedua, model manajemen efektif untukmeningkatkan kemampuan pengelola kursus. Ketiga, model meningkatkan kemampuankecakapan hidup peserta didik.Kata kunci: DUDI, manajemen kursus garmen, pendidikan kecakapan hidup

WBI BASED GARMENT COURSE MANAGEMENT MODEL

AbstractThis study was aimed at producing garment course management model based on Worldof Business and Industry (WBI) life skills education in courses and training institutions.R&D modifi ed by Borg & Gall method was used. Data collection was done by observation,interviews, questionnaires and documentation. The data were analyzed qualitatively usingpaired t-test. The results show that; fi rst, this model was developed by the design of 13 steps:(1) analyzing the opportunities and setting the goal (2) programming, scheduling, budgeting,(3) developing procedure, establishing and interpreting policies, (4) allocating working area(5) departementalizing, (6) spanning the control and delegating, (7) implementing courses andtraining activity, (8) conducting competency test and evaluating, (9) conducting internshipsand mentoring, (10) placing graduates, (11) establishing standard and methods for measuringperformance; (12) measuring the performance; (13) comparing the performance matched withthe standard and taking corrective action; second, management model effectively increasesthe ability of the manager; and third, this model increases the life skills of students.Keywords: garment courses management, life skills education, WBI

Page 2: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

136

PENDAHULUANPertumbuhan industri garmen dan

tekstil Indonesia masih terus tumbuhdan berkembang hingga lebih dari empatdekade. Hal itu dikatakan oleh ketuaumum Asosiasi Pertekstilan Indonesia(API) Sudrajad dalam pidato pembukaanmusyawarah nasional (munas) API ke-13di Jakarta. Hingga hari ini, baik industritekstil maupun industri garmen tetapeksis dan tetap memperlihatkan angkapertumbuhan yang cukup baik. Hal tersebutmemperlihatkan minat investasi pelakuusaha industri TPT maupun investor asingyang berusaha dalam sektor TPT masihcukup tinggi.

Kepercayaan pembeli terhadapkemampuan produksi tekstil Indonesia jugacukup tinggi. Jumlah perusahaan TPT jugabertambah yang semula 2.884 perusahaankini menjadi 2.900. Meski demikian,Industri TPT juga menghadapi tantangan.Adanya perjanjian perdagangan bebasdengan beberapa negara juga memberikantekanan terhadap pangsa pasar produkdalam negeri Indonesia, meski industriTPT tidak ditinggalkan. Peningkatan dayasaing menjadi kunci untuk meningkatkanpenetrasi produk Indonesia di pasar eksporserta mempertahankan pangsa produkdalam negeri di pasar domestik (Republika,18 April 2013).

Saat ini industri garmen menjadisalah satu penyumbang devisa eksportertinggi dalam lima tahun terakhir dengannilai ekspor selalu mencapai US$6 miliarper tahun. nilai ekspor industri garmenmencapai US$7,18 miliar atau 57,65% daritotal ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT)nasional. Industri TPT merupakan salah satukomponen utama pembangunan industrinasional dengan tiga peran penting sebagaipenyumbang devisa ekspor nonmigas,penyerapan tenaga kerja dan pemenuhankebutuhan dalam negeri.

Industri garmen setiap tahunnyadiperkirakan membutuhkan sekitar 15.000tenaga kerja dan jumlah itu terus bertambahhingga mencapai empat juta dalam 15tahun mendatang. Indonesia merupakannegara terbesar di industri ini karena ituharus ditopang dengan sumber daya yangberkualitas. Industri tekstil dan garmenmemberikan kontribusi sangat besarterhadap nilai ekspor Indonesia. KetuaUmum Asosiasi Pertekstilan Indonesia(API) mengatakan setiap pertumbuhan 1%,industri tekstil dan produk tekstil (TPT)akan menyerap sekitar 10.000 tenaga kerja.API memproyeksikan pertumbuhan industriTPT tahun ini bisa mencapai 5% yangsebagian besar ditopang oleh investasi barudi industri pakaian jadi atau garmen. Sekitar100 perusahaan baru di industri TPT mulaiberoperasi, yang sebagian besar merupakanpabrik garmen relokasi dari China.

Kebutuhan tenaga kerja tersebut belumdapat dipenuhi karena berbagai faktor. Halini disebabkan ketersediaan tenaga kerjaterlatih sangat terbatas. Saat ini lulusanLembaga kursus dan pelatihan (LKP)menjahit garmen belum memenuhi standarkerja dunia industri garmen. Selain itu,belum terpenuhinya kebutuhan tenaga kerjadi sejumlah perusahaan garmen karenasebagian masyarakat lebih memilih bekerjasebagai pekerja di sektor nonformal. Selainitu masalah upah perusahaan garmenmenjadi pertimbangan karyawan, sehinggasetiap tahun terjadi arus keluar masuktenaga kerja di industri garmen yang cukupbesar.

Untuk memenuhi sumber daya manusiabidang garmen, saat ini dibutuhkan LKPmenjahit garmen yang mampu menyediakantenaga kerja terampil dan terlatih yangmampu menggunakan teknologi baru danmampu memenuhi kebutuhan tenaga kerjagarmen dalam jumlah besar yang memenuhistandar DUDI garmen. Manajemen kursus

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148

Page 3: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

137

pada LKP menjahit garmen saat ini masihbanyak yang menggunakan manajemenmenjahit yang bersifat umum, di mana suatuLKP melayani kursus menjahit garmendan menjahit pakaian, sehingga lambatdalam mengantisipasi kebutuhan tenagakerja industri garmen dan perkembanganteknologi industri garmen.

Penelitian Wartanto (2007) men-jelaskan bahwa manajemen kursusketerampilan perlu dikembangkan denganmenerapkan penjaminan mutu (qualityassurance) dan pengawasan terus-menerusdari proses dan hasil (quality control)dalam rangka meningkatkan mutu lulusandan mutu kinerja peserta kursus. LKPberperan sebagai upaya pemberdayaanmasyarakat. Lembaga kursus dan pelatihan(LKP) menjahit garmen yang mampumengakomodasi kebutuhan industrigarmen yang membutuhkan tenaga kerjaterampil dan memiliki teknologi tinggimembutuhkan sistem manajemen kursusberbasis dunia usaha dan dunia industri(DUDI).

Ketentuan yang ber laku bagipenyelenggaraan pendidikan kecakapanhidup lembaga kursus dan pelatihan(PKH-LKP) berorientasi kerja berbasisDUDI adalah sebagai berikut: (1) mampumelakukan koordinasi dengan DUDI,(2) mendistribusikan lulusan pada DUDIyang dijadikan mitra sesuai dengan jumlahtenaga yang dibutuhkan, (3) melakukanpembimbingan, pendampingan bagi lulusanyang terserap pada DUDI selama prosesmagang, dan (4) memberikan kesempatanbagi lulusan yang terserap di DUDI untukmengikuti uji kompetensi sesuai denganaturan dan ketentuan yang berlaku.

Peneliti membuat model manajemenkursus garmen berbasis dunia usaha dandunia industri (DUDI) pada Pendidikankecakapan hidup lembaga kursus danpelatihan (PKH-LKP). Tujuan utamapengembangan model manajemenkursus berbasis dunia usaha dan duniaindustri (DUDI) agar program pelatihanyang diadakan LKP nanti lebih dapatdiimplementasikan di dunia usaha dan

Alex Sujanto: Model Manajemen Kursus...

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Manajemen Kursus Garmen Berbasis DUDIpada PKH-LKP

Page 4: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

138

dunia industri (DUDI), utamanya di bidangindustri garmen.

METODEMetode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Research andDevelopment (R&D) yang dikemukaan olehBorg & Gall (1989, pp. 784-785). Dengantahapan seperti Gambar 1. Dipilihnyametode ini karena terkait dengan tujuanpenelitian yaitu menghasilkan modelmanajemen kursus garmen berbasis duniausaha dan dunia industri (DUDI) padapendidikan kecakapan hidup lembagakursus dan pelatihan (PKH-LKP). Produkyang dihasilkan dalam penelitian ini adalahprosedur dan proses manajemen kursusgarmen berbasis DUDI pada PKH-LKPmulai dari perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

Pendekatan yang digunakan selamapenelitian adalah pendekatan kualitatifdan kuantitatif. Pendekatan kualitatifdigunakan untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh saat penelitianpendahuluan, pelaksanaan pengembangandesain model, dan berbagai data yangmenuntut interpretasi secara kualitatif.Pendekatan kuantitatif digunakan untukmenguji hubungan antarvariabel setelahdesain diujicobakan, terutama untukmengetahui efektivitas penerapan modelfi nal. Instrumen pengumpulan data dalampenelitian ini yaitu angket atau kuesioner,observasi, wawancara, dokumentasi, FocusGroup Discussion (FGD), dan teknikanalisis delphi.

Penyusunan desain model manajemenkursus garmen berbasis DUDI pada PKH-LKP didasarkan pada studi penelitianpendahuluan, analisis kebutuhan, dankajian teori mengenai penyelenggaraanmodel manajemen kursus garmen berbasisdunia usaha dan dunia industri (DUDI)pada pendidikan kecakapan hidup lembaga

kursus dan pelatihan (PKH-LKP) yangdiharapkan oleh responden. Studi literaturdalam penelitian ini meliputi: manajemenkursus, pendidikan kecakapan hidup (LifeSkill), dunia usaha dan dunia industri(DUDI), dan lembaga kursus dan pelatihan(LKP). Teori-teori tersebut digunakanuntuk menganalisis indikator-indikatorketerlaksanaan manajemen kursus selamaini serta menjadi acuan pemikiran untukmenhasilkan model manajemen kursusgarmen berbasis dunia usaha dan duniaindustri (DUDI) pada pendidikan kecakapanhidup (PKH-LKP).

Pada penelitian eksplorasi dilakukanpenggalian informasi tentang manajemenkursus garmen berbasis DUDI pada PKH-LKP yang sekarang dilaksanakan diempat LKP. Untuk kepentingan penelitianeksplorasi diambil dari pengurus harian4 LKP yang terakreditasi B, sejumlah 31responden yang tersebar di 4 Kabupaten.Data untuk mengetahui penyelenggaraanmanajemen kursus garmen berbasis DUDIpada PKH-LKP dikumpulkan melaluikuesioner, wawancara, dan observasi. Hasilpenelitian faktual kemudian dianalisissecara deskriptif dan evaluatif untukmengetahui proses manajemen kursus yangmeliputi perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

Hasil penelitian awal yang berupamodel faktual yang diperoleh melaluipengumpulan informasi dari dokumenpelaksanaan manajemen kursus, melaluikuesioner, wawancara dan observasiterhadap pengelola kursus dan instruktur,kemudian di jadikan desain model. Hasilanalisis dan interpretasi dari data penelitianawal digunakan sebagai acuan, penyusunandesain model dan berdasarkan kajian teoriyang relevan.

Peneliti melakukan uji coba dua kaliyakni ujicoba terbatas dan uji coba yangdiperluas. Uji coba terbatas dilaksanakan

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148

Page 5: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

139

di LKP Kartika Bawen dan uji coba yangdiperluas dilaksanakan pada empat LKP.Data yang diperoleh selama uji cobaterbatas dijadikan dasar untuk merevisidan memperbaiki model Hipotetik.Selanjutnya hasil perbaikan diujicobakanlagi dengan memperluas pelaksanaan ujicoba di LKP.

Data yang diperoleh selama uji cobadiperluas dijadikan dasar untuk merevisidan memperbaiki model Hipotetik menjadimodel Final manajemen kursus garmenberbasis dunia usaha dan dunia industri(DUDI) pada pendidikan kecakapan hiduplembaga kursus dan pelatihan (PKH-LKP). Hasil evaluasi digunakan untukpenyempurnaan model hingga dihasilkanmodel akhir. Model yang diperoleh darihasil validasi eksternal melalui uji cobayang diperluas ditetapkan sebagai modelfi nal.

Data yang telah terkumpul kemudiandianalisis dengan menggunakan tiga cara,yaitu analisis deskripstif kualitatif, deskriptifkuantitatif, dan statistik. Analisis deskriptifkualitatif, ini digunakan untuk menganalisisdata dan informasi yang diperoleh dari studipendahuluan. Penggunaan analisis deskriptifkualitatif dimaksudkan untuk memperolehgambaran tentang peran penyelenggaradalam manajemen kursus meliputiproses perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, dan pengawasan atau evaluasipembelajaran kursus di LKP.

Teknik yang digunakan untukmenganalisis data kualitatif yaitu analisisdeskripsi kasus.Yin (2003: 101) menyatakanbahwa deskripsi kasus merupakan teknikanalisis yang berupaya mengembangkankerja deskripsi untuk mengorganisirinformasi dan data yang telah di kumpulkan.

Analis is deskripti f kuanti tat i fdigunakan untuk mengetahui tingkatkemampuan para pengelola kursus, yangmeliputi tingkat pemahaman, kemampuan

dalam merencanakan, kemampuan dalammengorganisasi, kemampuan dalammelaksanakan, dan kemampuan dalampengawasan atau mengendalikan. Datakuantitatif berupa respon pengelolakursus, peserta didik kursus, dan DUDIgarmen tentang efektivitas model dalammeningkatkan manajemen kursus garmen.

Teknik analisis yang digunakan yaituuji t. Uji t digunakan untuk mengetahuiperbedaan nilai rata-rata (mean) antarapre-test (sebelum treatment) dengan post-test (sesudah treatment). Penggunaan ujit sampel berpasangan karena data yangdiperoleh berasal dari proses pengukuranpada suatu kelompok sampel yangdilakukan dua kali, yakni pre-test dan post-test. Melalui uji t ini akan dapat diketahuiefektivitas model manajemen kursusgarmen berbasis DUDI pada PKH-LKPdalam meningkatkan kompetensi pesertadidik.

Dalam analisis data kualitatif, datakuantitatif yang diperoleh melalui instrumenpenilaian dikonversikan ke data kualitatifdengan skala 4, kemudian dideskripsikandan hasil deskripsi tersebut dijadikansebagai dasar menilai kualitas modelevaluasi yang dikembangkan. Konversidata kuantitatif ke data kualitatif denganaturan skala 4 seperti yang dikemukakanSudjana (2005: 118), disajikan pada Tabel1.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ke lemahan mana jemen LKP

menjahit yang ada saat ini yaitu manajemenkursus yang diselenggarakan kurangmengakomodasi kebutuhan industrigarmen yang membutuhkan tenaga kerjaterampil dan memiliki kemampuan kerjatinggi. Manajemen kursus LKP menjahitgarmen saat ini masih banyak yangmenggunakan manajemen menjahityang bersifat umum, di mana suatu

Alex Sujanto: Model Manajemen Kursus...

Page 6: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

140

LKP melayani kursus menjahit garmendan menjahit pakaian, sehingga lambatdalam mengantisipasi kebutuhan tenagakerja industri garmen dan perkembanganteknologi industri garmen.

Masalah yang belum teratasi LKPmenjahit adanya peningkatan daya saingdalam hal penguasaan teknologi terbarudan kemampuan sumber daya dalammanajemen kursus. Saat ini dibutuhkanLKP menjahit garmen yang mampumenyediakan tenaga kerja yang mampumenggunakan teknologi baru dan mampumemenuhi kebutuhan tenaga kerja garmendalam jumlah besar. Manajemen kursusatau kegiatan-kegiatan pendidikan danpelatihan (diklat) dilaksanakan sebagaiupaya untuk menanggulangi kesenjangandalam pelaksanaan tugas/pekerjaan yangdisebabkan oleh kekurangmampuanmanusia (humanistic skill), kurangnyakemampuan teknis ( technical skill),atau kurangnya kemampuan manajerial(managerial skill) (Yuriani dkk., 2012, p.48).

Fokus perbaikan pada modelmanajemen kursus garmen berbasisDUDI pada PKH-LKP ini dimaksudkanuntuk membantu para pengelola LKPuntuk meningkatkan kualitas mutu danmanajemen sehingga mampu menghasilkanoutput peserta didik kursus dan pelatihanyang berkualitas, kompeten dan dapatmemenuhi kebutuhan dan syarat untuk

mencari kerja atau membangun usaha.Konsep berbasis DUDI antara lembagapendidikan dan dunia kerja dianggap ideal.Jadi, ada keterkaitan antara pemasok tenagakerja dengan penggunanya yaitu DUDI.Dengan adanya hubungan timbal balikmembuat LKP dapat menyusun kurikulumsesuai dengan kebutuhan kerja. Denganmenggunakan model manajemen kursusgarmen berbasis DUDI pada PKH-LKP,mampu mempersiapkan lulusan siap kerja,dan diharapkan manajemen kursus danpelatihan yang diberikan akan lebih sesuaidengan kebutuhan user dan lulusannyamudah diterima di dunia kerja.

Cakupan pedoman manajemen kursusgarmen berbasis DUDI pada PKH-LKPadalah pertama, perencanaan meliputi:analisis peluang berupa prakiraan(forecasting) dan penetapan tujuan(establishing objective); pemrograman(programming), penjadwalan (scheduling),d a n p e n g a n g g a r a n ( b u d g e t i n g ) ;pengembangan prosedur (developingprocedure) serta penetapan dan interpretasikebijakan (establishing and interpretingpolicies) (Allen dalam Siswanto, 2005, p.46).

Kedua, pengorganisasian meliputi:pembagian kerja (devision of labor),departementalisasi (departementalization),rentang kendali (span of control) dandelegasi (delegation) (Gibson dalamSiswanto, 2005, p. 85).

Tabel 1. Kriteria Konversi Data Kuantitatif ke Data KualitatifPersentase Jawaban (%) Standar 4 Nilai konversi Kategori

90 – 100 4 4,01 – 5,00 Baik Sekali80 – 89 3 3,01 – 4,00 Baik70 – 79 2 2,01 – 3,00 Cukup60 – 69 1 1,01 – 2,00 Kurang

Kurang dari 60Sumber: Sudjana (2005, p. 118)

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148

Page 7: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

141

Ketiga, pelaksanaan meliputi: kegiatankursus dan pelatihan, uji kompetensi danevaluasi, magang, penempatan lulusan.

Keempat, pengawasan dan evaluasimeliputi: menetapkan standar dan metodeuntuk pengukuran kinerja (establishstandard and methods for measuringperformance), mengukur kinerja (measurethe performance), membandingkan kinerjasesuai dengan standar (compare theperformance match with the standar)dan mengambil tindakan perbaikan (takecoreective action) (Siswanto, 2005, p.139).

Model hipotetik yaitu model yangdihasilkan berdasarkan teknik analisisDelphi terdahap desain model. Analisisdilakukan oleh pakar akademisi dan parapraktisi ahli kursus menjahit garmen.Dari analisis pakar dengan teknik Delphi,dirumuskan bahwa persyaratan LKP yangdapat melaksanakan model dijelaskansebagai berikut.

Segi sumber daya manusia. LKP yangdapat melaksanakan model tersebut harusmemenuhi syarat berupa kemampuanmanajemen khusus LKP garmen yangmeliputi perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, dan pengendalian yang telahdiuraikan pada pedoman manajemenkursus garmen berbasis DUDI pada PKH-LKP.

Segi legalistas. LKP khusus garmentelah mendapatkan Ijin Disnaker Kabupaten/Kota; Ijin Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; Ijin Lembaga Penempatan KerjaSwasta dari Disnaker Propinsi.

Segi sumber dana. LKP yang dapatmelaksanakan model tersebut memilikikemampuan anggaran yang cukup kuatuntuk biaya operasional khusus LKPgarmen, baik dari modal lembaga, biayakursus, dan telah mendapatkan bantuanpemerintah untuk memperkuat anggaranLKP yang sedang berjalan.

Segi sarana dan prasarana. LKPkhusus garmen juga telah memiliki saranaprasarana yang memadai untuk melatihtenaga kerja dengan mesin jahit high speeddan memenuhi kriteria industri garmen.

Segi mitra . Mitra DUDI untukmelaksanakan model manajemen LKPkhusus garmen tersebut adalah berbagaiindustri garmen yang ada dan telah terjalinkerja sama yang kuat selama ini sertamendapat kepercayaan sebagai suplaiertenaga kerja garmen pada perusahaan-perusahaan garmen tersebut.

Selain itu juga dilakukan melalui focusGroup Discussion (FGD) yang terdiri daripara pengelola kursus program menjahitgarmen. Model hipotetik diperoleh daridesain model yang telah divalidasi olehpakar. Dari hasil penelitian pendahuluandan kajian literature kemudian disusundesain model yang kemudian dilakukanvalidasi model. Validasi model konseptualyang dilakukan pada penelitian ini adalahmelalui focus Group Discussion (FGD)yang terdiri dari berbagai unsur yang ahlipada bidang masing-masing terkait denganpermasalahan yang telah dibahas. Unsur-unsur tersebut meliputi keahlian dalambidang manajemen, bidang PKH-LKP,praktisi pendidikan nonformal (PimpinanLKP dan Instruktur garmen).

Model hipotetik manajemen kursusgarmen di ujicobakan, evaluasi hasil ujicoba model dilihat dari aspek kepraktisanmodel dan keefektifan model terhadapkinerja pengelola kursus. Kedua aspek initerdiri dari: kemampuan pengelola kursusdalam menyusun perencanaan, menyusunpengorganisasian, melaksanakan kursusdan pela t ihan, dan melaksanakanpengawasan atau evaluasi program kursus.Evaluasi ini dilihat dari hasil kuesioneryang diisi pengelola kursus, sebelum dansesudah menerapkan model manajemenkursus dan hasil observasi pada saat

Alex Sujanto: Model Manajemen Kursus...

Page 8: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

142

kegiatan pemantauan pengelolaan kursusterhadap unjuk kinerja keterampilanmenjahit garmen dari peserta didik.

Kepraktisan atau kemudahan modelmanajemen kursus untuk diterapkanoleh pengelola kursus garmen dapatdinilai berdasarkan kesesuaian langkah-langkah setiap tahap kegiatan manajemenkursus yang diterapkan dengan langkah-langkah pada model hipotetik. Berdasarkandata kuesioner yang diisi oleh parapengelola kursus sebelum implementasimodel menunjukkan hasil penilaiankesesuaian langkah-langkah kegiatantahap perencanaan kursus dan pelatihanterhadap model 77,1%; kesesuaian tahappengorganisasian terhadap model 81,90%;kesesuaian tahap pelaksanaan terhadapmodel 77,5%; dan kesesuaian tahappengawasan dan evaluasi terhadap model82,8%. Berdasarkan hasil penilaian tersebutdapat dikatakan bahwa penerapan modelmanajemen kursus hipotetik bersifat praktisatau mudah, sebab semua tahap kegiatandalam manajemen kursus dapat dilakukansesuai dengan langkah- langkah dalammodel dengan rerata 79,6%.

Hasil penilaian dari para pengelolakursus di atas diperkuat dengan datahasil penilaian dari para pemantau padasaat menerapkan model hipotetik. Parapemantau terdiri atas: ketua pelaksana

LKP dan peneliti. Hasil pemantauanmenunjukkan rata-rata skor ketercapaiankesesuaian kegiatan perencanaan terhadapmodel sebesar 90,6%; kesesuaian kegiatanpengorganisasian terhadap model sebesar89,6%; kesesuaian kegiatan pelaksanaanterhadap model sebesar 90,4%; dankesesuaian kegiatan pengawasan atauevaluasi program kursus terhadap modelsebesar 91,7%. Rerata ketercapaiankesesuaian penerapan model manajemenkursus hipotetik berdasarkan data daripara pemantau manajemen kursus sebesar90,6%. Prosentase skor ketercapaianpenerapan model hipotetik di atas 80%termasuk sangat tinggi. Keefektifan modelmanajemen kursus garmen berbasis DUDIterhadap kinerja pengelola kursus padasetiap tahap manajemen kursus yang dinilaisebelum dan sesudah penerapan modelmanajemen kursus disajikan pada Tabel 2.

Data pada Tabel 2 menunjukkanpeningkatan kemampuan pengelolakursus dalam melaksanakan tugasnyauntuk mengelola program kursus diLKP yang sangat tinggi antara sebelummenerapkan model manajemen dengansesudah menerapkan model manajemenkursus. Dengan demikian keefektifanpenerapan model manajemen kursusterhadap kemampuan pengelola dalammengelola program kursus dan pelatihan

Tabel 2. Kemampuan Pengelola Kursus dalam Manajemen Kursus Menjahit Garmen padaPendidikan Kecakapan Hidup LKP pada Pre dan Post Penerapan Model

Pre-test (%) Aspek yang Dinilai Post-test (%)76,61 Menyusun perencanaan program kursus 92,8878,30 Menyusun struktur organisasi 94,4375,94 Melaksanakan pembelajaran dalam pelatihan 90,7376,24 Melaksanakan pengawasan dan mengevaluasi

program kursus93,44

76,77 Rerata kemampuan manajemen program pelatihan 92,87

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148

Page 9: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

143

dalam program LKP terlihat adanyapeningkatan kemampuan sebesar 16,10%(selisih kemampuan pengelola kursusantara sebelum dengan sesudah penerapanmodel).

Peningkatan kemampuan pengelolakursus dalam melaksanakan tugasnya untukmengelola program kursus dan pelatihan diLKP antara pretest dengan postest dalammenerapkan model hipotetik manajemenkursus secara terperinci dapat dilihat padaGambar 2.

Keefektifan model manajemen kursusterhadap kemampuan pengelola yangterendah terjadi pada tahap pelaksanaan,dengan penilaian 90,73% yang meliputikegiatan: kegiatan kursus dan pelatihan;uji kompetensi dan evaluasi; magang danpendampingan; dan penempatan lulusan.Keefektifan penerapan model manajemenkursus terhadap kinerja pengelola kursusdi LKP juga dapat dilihat dari nilai reratapre-test dan post-test berdasarkan uji pairedsample statistic disajikan pada Tabel 3.

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwarerata (mean) kemampuan manajemenkursus yang diterapkan bagi pengelola

kursus di LKP pada semua fungsi manajemenyang dinilai meningkat setelah menerapkanmodel manajemen kursus hipotetik.

Tabel 3. Paired Samples Statistics Kemam-puan Manajemen Kursus Garmen

Paired SamplesStatistics

Meanpre-test

Meanposttest

Perencanaan 76,6126 92,8768Pengorganisasian 78,2991 94,4282Pelaksanaan 75,9409 90,7258Pengawasan 76,2365 93,4406

Untuk mengetahui perbedaan reratanilai kemampuan manajemen kursussebelum dan sesudah penerapan modelmanajemen kursus hipotetik ini bermakna,dilakukan hasil uji statistik paired sampletest dengan taraf signifikasi 0,05 yangdisajikan pada Tabel 4.

Data pada Tabel 4 hasil uji statistikt–test berpasangan menunjukkan adaperbedaan yang signifi kan antara reratakemampuan manajemen kursus sebelumpenerapan model hipotetik dengan sesudahpenerapan model manajemen kursus

Alex Sujanto: Model Manajemen Kursus...

Gambar 2. Peningkatan Kemampuan Pengelola Kursus Pretes dan PostesPenerapan Model Hipotetik Manajemen Kursus Garmen

Page 10: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

144

Tabel 4. Paired Samples Test Kemampuan Manajemen Kursus

Paired Samples Test thitung

ttabel

Sig.(2-tailed)

Perencanaan post - Perencanaan pra 9,110 1,7139 0,000Pengorganisasian post - Pengorganisasian pra 7,857 1,7139 0,000Pelaksanaan post - Pelaksanaan pra 7,941 1,7139 0,000Pengawasan post - Pengawasan pra 8,823 1,7139 0,000

hipotetik. Besarnya nilai thitung

pada semuafungsi manajemen kursus > t

tabel (1,7139)

dengan tingkat signifi kansi 0,000 <0,05.Adanya perbedaan yang bermakna antararerata sebelum dengan sesudah penerapanmodel manajemen kursus hipotetik ini dapatdiartikan bahwa uji coba penerapan modelmanajemen kursus hipotetik dinilai mampumeningkatkan kemampuan pengelolakursus dalam mengelola manajemen kursusgarmen berbasis dunia usaha dan duniaindustri (DUDI) pada pendidikan kecakapanhidup lembaga kursus dan pelatihan (PKH-LKP). Model Final Manajemen KursusGarmen berbasis DUDI pada PKH-LKPdisajikan pada Gambar 3.

Pembahasan model fi nal hasil uji cobalapangan adalah sebagai berikut.

Perencanaan. Fungsi perencanaandalam uji coba model hipotetik telahmencapai skor ketercapaian terhadapmodel sebesar 92,88%, termasuk kategorisangat baik, sedangkan sebelum uji cobamodel hipotetik skor ketercapaian terhadapmodel 76,61%, maka terdapat peningkatanskor ketercapaian model sebesar 16,27%.Hasil paired samples test menunjukkanada perbedaan rerata sebesar 16,26 poindan nilai t hitung (9,110) > dari t tabel(1,697) pada taraf signifi kansi 0,05 untukuji dua pihak (two tail test). Artinyaterdapat perbedaan yang berarti ataubermakna antara ketercapaian modelfungsi perencanaan sebelum dan sesudahpenerapan model hipotetik.

Fungsi perencanaan setelah menerapkanmodel lebih baik dari sebelumnya karenaobyektivitas perencanaan berdasarkaninformasi yang akurat, ruang lingkupperencanaan yang memperhatikan prinsipkelengkapan, kepaduan, fl eksibelitas danakuntabilitas, yang mencakup tanggungjawab atas pelaksanaan perencanaan dantanggung jawab implementasi perencanaan.

Penerapan prosedur perencanaan diatas nampaknya sesuai dengan kriteriakeefektifan perencanaan sebagaimanadijelaskan Handoko (2008: 103) mencakup:(a) kegunaan, perencanaan harus fl eksibel,stabil, berkesinambungan, dan sederhana;(b) ketepatan dan obyektivitas perencanaan,yaitu rencana harus dievaluasi untukmenetahui apakah jelas, ringkas, nyata, danakurat; perencanaan juga harus didasarkanatas pemikiran yang realistik dan obyektif;(c) ruang lingkup, yaitu perencanaanperlu memperhatikan prinsip-prinsipkelengkapan, kepaduan, dan konsistensi; (d)efektivitas biaya yang menyangkut waktu,usaha dan meningkatkan kemampuanpengetahuan, sikap dan keterampilan; (e)akuntabilitas, yang mencakup tanggungjawab atas pelaksanaan perencanaan dantanggung jawab implementasi perencanaan;(f) ketepatan waktu, yaitu perencana harusmembuat berbagai perencanaan karenaberbagai perubahan yang terjadi sangatcepat.

Pengorganisasian. Penerapan modelhipotetik pada fungsi pengorganisasian

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148

Page 11: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

145

diperoleh skor ketercapaian terhadap modelsebesar 94,43%. Pengorganisasian kursustersebut lebih baik dibanding sebelumpenerapan model hipotetik dengan skor78,30%, maka terdapat peningkatan skorketercapaian model sebesar 16,13%. Hasilpaired samples test menunjukkan adaperbedaan rerata sebesar 16,129, dan nilai thitung (7,857) > dari t tabel (1,697) pada tarafsignifi kansi 0,05 untuk uji dua pihak (twotail test). Artinya terdapat perbedaan yangberarti atau bermakna antara ketercapaianmodel fungsi pengorganisasian sebelumdan sesudah penerapan model hipotetik.

Fungsi pengorganisasian setelahmenerapkan model hipotetik dinilai lebihbaik, sebab prosedur pengorganisasianyang dilakukan sesuai dengan prinsipk e b e r m a k n a a n , k e l u w e s a n d a nkedinamisan organisasi program kursussebagai upaya pemberdayaan masyarakat.Pengorganisasian yang diterapkan dinilaiefektif tersebut mengadaptasi strategipengorganisasian dari Handoko (2008:169), tiga langkah prosedur, yakni:pertama,pemerincian seluruh pekerjaanyang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan organisasi. Kedua, pembagian bebanpekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatanyang secara logik dapat dilaksanakanoleh satu orang. Ketiga, pengadaan danpengembangan suatu mekanisme untukmengkoordinasikan pekerjaan paraanggota organisasi menjadi kesatuanyang terpadu dan harmonis. Mekanismepengkoordinasian ini akan membuat paraanggota organisasi menjaga perhatiannyapada tujuan organisasi dan mengurangiketidakefi sienan dan konfl ik-konfl ik yangmerusak.

Pengelola telah mengawali tindakanpengorganisasian dengan mengidentifi kasiseluruh pekerjaan untuk mengelola kursussebagai dasar melakukan analisis tugas.Hasil analisis tugas secara rinci dapatdimanfaatkan untuk menyusun kelompokpekerjaan.

Tujuan pengorganisasian yaitu antaralain: (1) Membantu koordinasi, yaknimemberi tugas pekerjaan kepada unit kerjasecara koordinatif agar tujuan organisasidapat melaksanakan dengan mudah danefektif. Koordinasi ini dibutuhkan ketikaharus membagi unit kerja yang terpisah

Alex Sujanto: Model Manajemen Kursus...

Gambar 3. Model Final Manajemen Kursus Garmen berbasis DUDI pada PKH-LKP

Page 12: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

146

dan tidak sejenis, tetapi berada dalam satuorganisasi; (2) Memperlancar pengawasan,yakni dapat membantu pengawasan denganmenempatkan seorang anggota manajeryang berkompetensi dalam setiap unitorganisasi. Dengan demikian sebuah unitdapat ditempatkan dalam organisasi secarakeseluruhan sedemikian rupa agar dapatmencapat sasaran kerjanya walaupundengan lokasi yang tidak sama. Unit-unitoperasional yang identik dapat disatukandengan sistem pengawasan yang identik pulasecara terpadu; (3) Maksimalisasi manfaatspesialisasi. Pengorganisasian ini dapatmembantu seorang menjadi lebih ahli dalampekerjaan-pekerjaan tertentu. Spesialisasipekerjaan dengan dasar dari keahliandapat menghasilkan sebuah produk yangberkualitas tinggi, sehingga kemanfaatanproduk dapat memberikan kepuasan danakan memperoleh kepercayaan masyarakatpengguna; (4) Penghematan biaya. Denganmelakukan pengorganisasian seseorangakan semakin mempertimbangkan segalasesuatu hal yang akan merugikan, seseorangakan menganalisis dahulu agar apa yangdikerjakannya dapat efisien dan bisamenghemat biaya bahkan seorang tersebutbisa jadi bertambah profit baik gajinyaataupun upah; (5) Meningkatkan kerukunanhubungan antar manusia (Ensiklopedia,2014).

Pelaksanaan. Hasil uji coba modelhipotetik menunjukkan skor ketercapaianfungsi pelaksanaan kursus terhadap modelsebesar 90,73%. Apabila dibandingkandengan sebelum penerapan model hipotetikdengan skor ketercapain model sebesar75,94%, maka terdapat peningkatan skorketercapaian model sebesar 14,79%.Hasil penghitungan paired samples testmenunjukkan perbedaan rerata fungsipelaksanaan sebelum dan sesudahmenerapkan model hipotetik sebesar 14,78poin, t

hitung(7,941) > dari t

tabel(1,697) pada

taraf signifi kansi 0,05 untuk uji dua pihak(two tail test). Artinya terdapat perbedaanyang berarti atau bermakna ketercapaianfungsi pelaksanaan terhadap model antarasebelum dan sesudah penerapan modelmanajemen pendidikan kecakapan hidupberbasis dunia usaha dan dunia industri(DUDI) program garmen.

Pengembangan model hipotetikmanajemen kursus fungsi pelaksanaandinilai lebih efektif sebab memilikibeberapa keunggulan: d ic ip takankondisi pembelajaran partisipatif, dijalinkomunikasi interaktif antara pelatih denganpeserta didik, ada keterikatan secaraemosional antara peserta didik, pelatih danpengelola kursus untuk bertanggung jawabmelaksanakan kursus dengan baik karenaada komitmen antara pelatih dengan pesertadidik terkait pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran dirancang menggunakanpendekatan andragogi. Peserta didikdiperlakukan sebagai orang dewasa.Pembelajaran andragogi yang diberikankepada orang dewasa dapat efektif (lebihcepat dan melekat pada ingatannya),bilamana pembimbing (pelatih, pengajar,penatar, instruktur, dan sejenisnya)tidak terlalu mendominasi kelompokkelas, mengurangi banyak bicara, namunmengupayakan agar individu orang dewasaitu mampu menemukan altematif-altematifuntuk mengembangkan kepribadian mereka.Seorang pembimbing yang baik harusberupaya untuk banyak mendengarkan danmenerima gagasan seseorang, kemudianmenilai dan menjawab pertanyaan yangdiajukan mereka.

P r o s e s p e m b e l a j a r a n y a n gdilaksanakan te lah sesuai denganprinsip-prinsip pembelajaran partisipatifsebagaimana dijelaskan Sudjana (2007:205), pembelajaran berdasarkan kebutuhanbelajar (learning needs based), berorientasipada pencapaian tujuan (goals and

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148

Page 13: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

147

objectives oriented), berpusat pesertadidik (participants centered) dan belajarberdasarkan pengalaman atau mengalami(experiential learning). (4) Hasil belajarmengacu pada tingkatan belajar yangmeliputi: belajar untuk mengetahui, belajaruntuk bekerja, belajar menjadi ahli danbelajar untuk hidup bersama masyarakat.Evaluasi selama proses pembelajarandilakukan secara terstruktur dengan lembarobservasi. Evaluasi akhir pembelajaranberbentuk tes dan non tes (pengamatanprosedur kinerja dan hasil kinerja).

Pengawasan. Fungsi pengawasandalam uji coba model hipotetik telahmencapai skor ketercapaian terhadap modelsebesar 93,44%, termasuk kategori sangatbaik. Sebelum uji coba model hipotetik skorketercapaian terhadap model 76,24%, makaterdapat peningkatan skor ketercapaianmodel sebesar 17,20%. Hasil pairedsamples test menunjukkan ada perbedaanrerata sebesar 17,20 poin dan nilai t

hitung

(8,823) > dari ttabel

(1,697) pada tarafsignifi kansi 0,05 untuk uji dua pihak (twotail test). Artinya terdapat perbedaan yangberarti atau bermakna antara ketercapaianmodel fungsi pengawasan sebelum dansesudah penerapan model hipotetik.

Kegiatan pengawasan dijelaskanSudjana (2007: 273) termasuk bagian darifungsi pembinaan, yang dilakukan dengansasaran khusus lembaga penyelenggaraprogram kursus. Lembaga penyelenggarakursus program pendidikan kecakapanhidup berbasis dunia usaha dan duniaindustri (DUDI) pada penelitian ini adalahLPK menjahit garmen.

Prosedur kegiatan pengawasan yangpertama kali dilakukan adalah merumuskanaspek-aspek pengawasan dari setiapfungsi manajemen kursus yang mencakup:perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaanpembelajaran kursus, monitoring danevaluasi program kursus. Hasil pengawasan

dianalisis dan diintepretasikan sehinggadapat bermanfaat untuk member iumpan balik secara kontinyu terhadapkegiatan perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan pembelajaran, pengawasandan evaluasi program kursus terhadapketercapaian tujuan program kursus, agarterjadi peningkatan kualitas pelayanankursus di LPK secara terus menerus.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, dan

pembahasan, dapat disimpulkan sebagaiberikut. Pertama, model manajemenkursus dikembangkan dengan desain yangterdiri atas 13 prosedur sistematis, yakni:(1) analisis peluang berupa prakiraandan penetapan tujuan, (2) pemrograman,penjadwalan dan penganggaran, (3)pengembangan prosedur serta penetapandan interpretasi kebijakan, (4) pembagiankerja, (5) departementalisasi, (6) rentangkendali dan delegasi , (7) kegiatankursus dan pelatihan, (8) uji kompetensidan evaluasi, (9) magang kerja danpendampingan, (10) penempatan lulusan,(11) menetapkan standar dan metodeuntuk pengukuran kinerja; (12) mengukurkinerja; (13) membandingkan kinerjasesuai dengan standar dan mengambiltindakan perbaikan. Kedua, model bukupanduan manajemen kursus dalamprogram menjahit garmen efektif untukmeningkatkan kemampuan pengelolakursus dalam mengelola kursus programmenjahit garmen di LKP. Ketiga, modelbuku pedoman manajemen kursussangat dibutuhkan oleh pengelolakursus sebagai perangkat penunjanguntuk mencapai tujuan kursus programmenjahit garmen. Keempat, efektivitasmodel untuk meningkatkan kemampuanpsikomotorik peserta didik yang meliputi:imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi,dan naturalisasi. Ke lima, model secara

Alex Sujanto: Model Manajemen Kursus...

Page 14: MODEL MANAJEMEN KURSUS GARMEN BERBASIS DUNIA …

148

signifikan meningkatkan kemampuankecakapan hidup peserta didik, agarmampu bekerja dalam bidang menjahitgarmen.

DAFTAR PUSTAKABorg, W. R., & Gall, M. D. (1989).

Educational research: An introduction.New York: Longman.

Ensiklopedia. (2014, 14 April). Arti dantujuan pengawasan dalam manajemen.Diunduh ari http://www.ensiklopedia1.com/fungsi-pengawasan-dalam-manajemen/.

Handoko, T. H. (2008). Manajemenpersonalia dan sumber daya manusia.Yogyakarta: Liberty.

Republika. (2013, 18 April). API: Industritekstil terus tumbuh empat dekade kedepan. Republika. Diunduh dari http://www.republika.co.id/.

Siswanto. (2005). Pengantar manajemen.Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, N. (2005). Penilaian hasil prosesbelajar mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sudjana, N. (2007). Sistem dan manajemenpelatihan: Teori dan aplikasi. Bandung:Falah Production.

Wartanto. (2007). Pengembangan modelpengelolaan kursus ketrampilanberbasis life skill dengan penerapanprosedur mutu di sanggar kegiatanbelajar Jawa Tengah. (Disertasi,Program Pascasarjana UniversitasNegeri Semarang).

Yin, R. K. (2003). Study kasus desain danmetode. (Terj.: M Djazi Mudzasir).Jakarta: Raja Grafi ndo Persada.

Yuriani, Marwanti , Komariah, K.,Ekawatiningsih, P., & Santosa,E. (2012). pengembangan modelpembelajaran kursus kewirausahaanmelalui kerja sama dunia usaha dandunia industri. Jurnal Kependidikan,42(1), 46-53.

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 46, Nomor 1, Mei 2016, Halaman 135-148