Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

25
TUGAS MATA KULIAH MICROTEACHING TENTANG BLENDED LEARNING DAN STRATEGI FLIPPED CLASSROOM OLEH: RAMADHAN FITRIA DOSEN PEMBIMBING: Dra. ASMAWATI KAMAL, M.Pd PROGRAM STUDI PENDDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK 2015

Transcript of Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

Page 1: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

TUGAS MATA KULIAH MICROTEACHING

TENTANG BLENDED LEARNING DAN STRATEGI FLIPPED CLASSROOM

OLEH:

RAMADHAN FITRIA

DOSEN PEMBIMBING:

Dra. ASMAWATI KAMAL, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN

SOLOK

2015

Page 2: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

1.    PENDAHULUAN

Perkembangan kemajuan Tekonologi Informasi dan komunikasi dewasa ini

berlangsung pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi.

Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekaranng sudah dapat

diperkirakan bakal terjadi berbagai perubahan dibidang informasi maupun bidang-bidang

kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut.

Perrubahan – perubahan yang akan datang dan sedang terjadi, teutama disebabkan oleh

potensi dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan manusia

untuk saling berhubungan (relationship) dan memenuhi kebutuhan mereka akan informasi

hampir tanpa batas. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan

satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dll kini dapat

diatasi dengan dikembangkannya berbagai teknologi informasi dan komunikasi mutakhir.

Page 3: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

Pengaruh TIK dalam dunia pendidikan semakin terasa sejalan dengan keadaannya

pergeseran pola pembelajaran dari tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang

lebih terbuka dan bermadia (Mukhopadhyay M : 1995). Bishop G. (1989) meramalkan bahwa

pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (fleksibel), terbuka dan dapat diakses oleh

siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia maupun pengalaman pendidikan

sebelumnya. Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih

ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi,

bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara si kaya

dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas

dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti

yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi. Alisjahbana I (1966) mengemukakan

bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “saat itu juga (just on

time)”. Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif dan interdisipliner.

Roniszowski dan Mason (1996) memprediksi peggunaaan “Computer-based Multimedia

Cummunication (CMC)” akan bersifat sinkron dan asinkron.

Dengan adanya TIK dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan

untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk

menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online,

mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen

dan sebagainnya, semuannya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance

learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan

mahasiswa. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan

interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam

bentu real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan

real audio atau real video dan online meeting. Interaksi yang tidak real time bisa dilakukan

Page 4: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

dengan mailing list, discussion group, newsgruop dan buletin board. Dengan cara dita

interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%.

Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis, dan cara pendidikan lainnya dapat juga di

implementasikan ke dalam web, seperti materi guru dibuat dalam bentuk presentasi di web

dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh

guru dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat

diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi didukung dengan metode

pembayaran online.

Dunia memerlukan para guru dengan jumlah yang lebih banyak dengan kualitas yang

lebih baik. Konferensi Dakar mengungkapkan bahwa masih ada 100 juta anak-anak yang

putus sekolah mereka memerlukan para guru seiring dengan target dunia untuk pendidikan

dengan jumlah 2015. Implikasinya diperlukan peningkatan ketrampilan bagi para guru yang

berjumlah kurang lebih 60 juta. Dari sekian jumlah guru tersebut sebagian besar belum

memenihi standar kualifikasi yang diharapkan dalam arti kata memiliki kualitas rendah tidak

memenuhi syarat sesuai yang tuntutan profesionalisme keguruan. Dalam kondisi apapun

peningkatan kualitas guru perlu terus ditingkatkan sepanjang karier mereka sebagai guru jika

kita menginginkan pendidikan menuju kearah kualitas dan daya saing tinggi. Untuk itu

diperlukan strategi khusus yang dapat mengakomodasi karakteristik aktifitas guru yang tetap

dapat melaksanakan tugas kependidikan dan keguruannya di samping terus memperoleh input

pendidikan dan peningktan kualitasnya. Salah satu memperkuat profesi pengajaran para guru

adalah dengan menggunakan pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi (ICT).

Pembelajaran konvensional tidakl lagi sepenuhnya menjadi andalan namun di tengah

kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi metode yang lebih memberikan kesempatan

untuk belajar dengan memanfaatkan aneka sumber, tidak hanya dari man power seperti

Page 5: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

halnya guru. Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur teknologi

informasi, dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung dari pengajar dan

pemanfaatan sumber belaSjar lebih luas. Konsep ini sering juga diistilahkan dengan

pencampuran antara blended e-learning dengan konvensional sehinggan disebut dengan

blended learning.

2.    KONSEP BLENDED LEARNING

Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan

learning. Kata blended berarti campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar

bertambah baik (Collins Dictionary) atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau

perpaduan (Oxford English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006:236). Sedangkan learning

memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola

pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola

dengan pola yang lainnya. Apa yang di campurkan? Elenena (2006) menyampaikan bahwa

yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (class room lesson)

dengan online learning.

Page 6: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

Pada perkembangannya istilah yang lebih populer adalah Blended Blended e-Learning

dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu pendidikan

terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi Blended e-Learning. Zhao (2008:162)

menjelaskan “issu Blended e-Learning suliy untuk di definisikan karena merupakan sesuatu

yang baru”. Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning tapi

ada para ahli dan profesor yang meneliti tentang Blended Blended e-Learning dan

menyebutkan konsep dari Blended e-learning. selain itu, pada penelitian Sharpen et.al

(2006:18) ditemukan bahwa “intitusi yang telah mengembangkan dengan bahasa mereka

sendiri, definisi atau tipilogi praktek blended”. Definisi dari Ahmed, et.al (2008:1)

menyebutkan :

Blended Blended e-Learning, on the other hand, merges aspects of blended e-lerning such as:

web-based instruction, streaming video, audio, synchronous and asychronous

communication, etc: with tradisional, face-to-face”learning.

Definisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawi (2006:1) menjelaskan pengertian

dari Blended Blended e-Learning yaitu:

One of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The model, BEL, is

disigned basically based on combination of the best aspect of application of information

technology blended e-learning, structured face-to-face activities, and real world practice.

Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan di atas maka dapat dikatakan secara

sederhana Blended Blended e-Learning adalah kombinasi atau penggabungan pendekatan

aspek blended e-learning yang berupa we-based instruction, video streaming, audio,

komunikasi synchronous dan asynchronous dalam jalur blended e-learning system LSM

dengan pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori belajar

dan dimensi pedagogik. Kesimpulan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Bhonk

dan Graham (2006) yaitu:

Page 7: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

1. Combining instructional modalities or delivery media and technologies (traditional

distance education, Internet, Web, CD ROM, video/audio, any other electronic medium,

email, online booka etc.)

2. Combining instruction methods, learning theories and pedagogical dimensions

3. Combining blended e-learning ang face-to-face learning.

3.    KARAKTERISTIK BLENDED BLENDED e-LEARNING

Menuru sharpen et.al (2006:18) karakteristik Blended Blended e-Learning, adalah:

1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis

tradisional sebagian besar, melalui intsitusional pendukung lingkungan belajar virtual

2. Trasformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran

sampai mendalam

3. Pandangan menyeluruh tentang tehnologi untuk mendukung pembelajaran.

Blended Blended e-Learning berisi tatap muka, dimana beririsan dengan blended e-

learning. pada blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis komputer yang berisikan

dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berasis

internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Diskripsi tersebut disimpulkan

bahwa dalam Blended Blended e-Learning terdapat tatap muka yang beririsan dengan

blended e-learning dimana blended e-learning beserta komponen-komponennya yang

berbasis komputer dan pembelajaran online berbasis web internet untuk pembelajaran. 

Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended e-Learning maka teori

belajar yang mendasari moder pembelajaran tersebut adalah teori belajar Konstruktivisme

(individual learning) dari Piaget, kognotif dari Bruner Gagne dan Blooms dal lingkungan

belajar sosial atau Social Constructivisit (collaborativ learning) dari Vygtsky.

Karakteristik teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk blended e-

learning (Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut.

Page 8: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

1.      Active learners

2.      Learners construc their knoledge

3.      Subjective, dynamic and expanding

4.      Processing and understanding of information

5.      Leaner has his own learning.

4.    PENERAPAN BLENDED BLENDED e-LEARNING

Blended e-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka

dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan menyelenggarakan

pendidikan jarak jauh, maka ini dengan terbitnya surat keputusan Mentri pendidikan Nasional

No.107/U/2001 (2 juli 2001) tentang penyelenggaraan program pendidikan Tinggi jarak jauh,

maka perguruan tinngi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan

terbuka dan jarak jauh menggunakan blended e-learning, juga telah diizinkan

menyelenggarakannya. Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga

telah memanfaatkan keunggulan blended e-learning ini untuk program-programnya.

Secara spesifik dalam pendidikan guru blrnded e-learning memiliki makna sebagai

berikut.

1. Blended e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,

pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi materi pelajaran maupun ilmu

pendidikan secara online.

2. Blended e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar

secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terdapat buku teks, CD-ROM

dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan

globalisasi.

Page 9: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

3. Blended e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam

kelas, tetapi memperkaut model belajar tersebut melalui pengayaan conten dan

pengembangan teknologi pendidikan.

4. Kapasitas guru amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan penyampaiannya. Makin

baik keselarasan antarconten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih

baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

5. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dan sesama

siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan

tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.

6. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks).

7. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer

sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa saja dan dimana saja bila yang

bersangkutan memerlukannya.

8. Memanfaatkan jadwal pelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yng

berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Page 10: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

5.    PROSEDUR BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

        Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan

pembelajaran yaitu pembelajaran konvensional berupa tatap muka dan e-learning

berbasis internet. 

Page 11: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

STRATEGI FLIPPED CLASSROOM DALAM PEMBELAJARAN

Menurut Graham Brent (2013) Flipped classroom merupakan strategi yang dapat

diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek

mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini memanfaatkan

teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi siswa

Page 12: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu kelas yang sebelumnya telah

digunakan untuk pembelajaran.

Instruktur mengadopsi model flipped classroom untuk memberikan pembelajaran

kelas atau konten instruksional sebagai pekerjaan rumah. Dalam persiapan untuk kelas, siswa

diwajibkan untuk melihat video pembelajaran. Menurut Tucker dalam Amy Roehl (2013)

siswa memanfaatkan waktu di kelas untuk bekerja menyelesaikan masalah, pengembangan

konsep, dan terlibat dalam pembelajaran kolaboratif.

Sedangkan menurut Natalie (2012) Strategi flipped classroommendukung banyak

manfaat. Sebagian besar tampaknya menjadi keuntungan yang masuk akal (misalnya

meningkatkan waktu instruksi lebih menarik) terutama untuk mengajarkan mereka dalam

pengaturan campuran yang terdiri dari beberapa kombinasi tatap muka dan instruksi online.

Namun strategi ini juga memiliki keterbatasan. Pertama, kualitas video mungkin sangat

buruk. Kedua, mengingat bahwa siswa dapat melihat video ceramah pada komputer mereka

sendiri, kondisi di mana mereka kemungkinan melihat video ceramah menjadi pembelajaran

yang tidak efektif (misalnya siswa bisa melihat video sambil menonton permainan baseball

atau mendengarkan musik). Ketiga, siswa tidak menonton atau memahami video karena itu

mereka tidak siap atau belum cukup siap untuk kegiatan tatap muka. Keempat, siswa

mungkin perlu banyak penopang untuk memastikan mereka memahami materi yang

disampaikan dalam video. Kelima, siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke instruktur

atau rekan-rekan mereka jika menonton video saja.

Walaupun ada banyak keterbatasan dengan strategi flipped classroomdan tidak ada

penelitian empiris untuk mendukung penggunaannya, laporan anekdotal oleh banyak

instruktur mempertahankan bahwa hal itu dapat digunakan sebagai strategi mengajar yang

berharga pada setiap tingkat pendidikan, tergantung peserta didik, sumber daya, dan waktu

seseorang. Apalagi tampaknya cocok untuk penegetahuan mengajar yang prosedural, salah

Page 13: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

satu dari empat jenis pengetahuan umum yang dijelaskan dalam Taksonomi Bloom yang

telah diperbaiki menurut Anderson dkk dalam Natalie (2012). Pengetahuan prosedural adalah

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Oleh karena itu video ceramah flipped

classroom tentang bagaimana memecahkan permasalahan dimana seorang instruktur

menjelaskan dan model bagaimana memecahkan jenis masalah akan menjadi baik dalam

penggunaan strategi ini. Pengetahuan prosedural yang kompleks juga dapat diajarkan

menggunakan strategi flipped classroom meskipun penopang dan potongan konten akan

sangat penting tidak hanya untuk memastikan bahwa video pendek, tetapi juga untuk

memastikan bahwa semua langkah prosedur diperkenalkan memadai sehingga siswa benar-

benar memahami.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai kelebihan dan kekurangan

penerapan flipped classroom, terutama untuk diterapkan di Indonesia

Kelebihan flipped classroom, yaitu :

1. Siswa dapat mengulang-ulang video tersebut hingga ia benar-benar paham materi,

tidak seperti pada pembelajaran biasa, apabila murid kurang mengerti maka guru harus

menjelaskan lagi hingga siswa dapat mengerti sehingga kurang efisien.

2. Siswa dapat mengakses video tersebut dari manapun asalkan memiliki koneksi

internet yang cukup, bahkan bisa didownload dan lebih puas untuk menontonnya

berulang-ulang.

3. Efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di

kelas, siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi

ataupun kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi

tersebut.

Kekurangan flipped classroom, yaitu :

Page 14: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

1. Untuk menonton video, setidaknya diperlukan satu unit computer atau laptop. Hal ini

akan menyulitkan siswa yang tidak memiliki komputer/laptop, mereka harus ke warnet

untuk mengakses video tersebut.

2. Diperlukan koneksi internet yang lumayan bagus untuk mengakses video tersebut.

Terutama di Indonesia yang koneksi internetnya memasuki daftar lambat, terutama apabila

filenya berukuran besar, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

membuka atau mengunduhnya. Ada cukup banyak siswa yang gaptek sehingga mereka

memerlukan waktu yang lebih untuk mengakses video tersebut.

3. Siswa mungkin perlu banyak penopang untuk memastikan mereka memahami materi

yang disampaikan dalam video dan siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke

instruktur atau rekan-rekan mereka jika menonton video saja.

4. Dalam implementasiny di Indonesia, flipped classroom hanya bisa diterapkan di

sekolah yang siswanya sudah memiliki sarana dan prasarana yang sudah memadai

mengingat pada strategi ini menuntut siswa untuk menonton video tutorial di rumah.

Langkah – langkah pembelajaran flipped classroom adalah sebagai berikut :

1. Sebelum tatap muka, siswa diminta untuk belajar mandiri di rumah mengenai materi

untuk pertemuan berikutnya, dengan menonton video pembelajaran karya guru itu

sendiri ataupun video pembelajaran dari hasil upload orang lain.

2. Pada pembelajaran di kelas, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok

heterogen.

3. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi

berlangsungnya diskusi dengan metode kooperatif learning. Di samping itu, guru juga

akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) dari materi tersebut.

4. Guru memberikan kuis/tes sehingga siswa sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan

bukan hanya permainan, tetapi merupakan proses belajar, serta guru berlaku sebagai

Page 15: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

fasilitator dalam membantu siswa dalam pembelajaran serta menyelesaikan soal soal

yang berhubungan dengan materi.

Kesimpulan

Menurut Dean N. Shimamoto (2012) dalam jurnal internasional yang

berjudul Implementing a Flipped Classroom: An Instructional Modulemenyimpulkan

bahwa flipped classroomm memiliki kesempatan untuk menyebabkan pergeseran signifikan

dalam cara instruksi yang disampaikan. Menggunakan teknologi, guru sekarang dapat

memberikan alternatif untuk model belajar berbasis tradisional dengan menerapkan metode

penggabungan pembelajaran yang menggabungkan manfaat dari instruksi langsung dan

pembelajaran aktif untuk melibatkan para siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Amy Roehl dan Shweta Linga (2013) dalam jurnal internasional yang

berjudul The Flipped Classroom: An Opportunity To Engage Millennial Students Through

Active Learning Strategiesmenyimpulkan bahwa untuk memperkenalkan beberapa strategi

baru yang ditransferkan dari pemikiran guru dan murid, guru harus melakukan penelitian

dengan alternatif strategi dikelas. Sebagai instruktor yang akan menggunakan strategi baru,

ini sangat penting dalam dunia pendidikan yang direfleksikan dalam pembelajaran yang

efektif. Keaktifan belajar dan strategi pembelajaran flipped classroomyang menggunakan

teknologi, murid-murid akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka lebih

tinggi.

Menurut Richard Pierce, EdD, and Jeremy Fox (2012) dalam American Journal of

Pharmaceutical Education yang berjudul Instructional Design And Assessment Vodcasts And

Active-Learning Exercises In A “Flipped Classroom” Model Of A Renal Pharmacotherapy

Module menyimpulkan bahwa menerapkan model flipped classroom untuk pembelajaran

modul farmakoterapi ginjal mengakibatkan kinerja siswa semakin meningkat dan persepsi

siswa baik tentang pendekatan instruksional. Beberapa faktor yang mungkin telah

Page 16: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

berkontribusi terhadap peningkatan nilai siswa termasuk: siswa dimediasi kontak dengan

materi kuliah sebelum di kelas, patokan dan penilaian formatif diberikan selama modul, dan

kegiatan kelas berjalan interaktif interaktif.

Menurut Lius Tirtasanjaya dkk (2012) dalam jurnal internasional yang

berjudul Assessing The Effectiveness of Flipped Classroom Pedagogy in Promoting Students’

Learning Experience dalam temuannya menunjukkan bahwa pelaksanaan model flipped

classroom dalam lingkungan komputasi satu ke satu akan bernilai menjelajahi lebih lanjut.

Lebih fokus dapat ditempatkan pada kelas kemampuan campuran dan  kemampuan yang

lebih tinggi. Perancah dapat lebih disempurnakan baik untuk kegiatan rumah dan kegiatan

kelas. Salah satu perbaikan yang mungkin termasuk membedakan pertanyaan membimbing

digunakan dalam kegiatan rendah di bawah pertanyaan dalam taksonomi Bloom untuk

kegiatan rumah dan pertanyaan tatanan yang lebih tinggi untuk kegiatan kelas.

Menurut Cara A. Marlowe (2012) dalam penelitiannya yang berjudulThe Effect Of The

Flipped Classroom On Student Achievement And Stress menunjukkan bahwa efek

dari flipped classroom dan diferensiasi terkait dipelajari untuk mengukur dampak pada

prestasi siswa dan mahasiswa tingkat stres. Untuk semester kedua tahun senior mereka, siswa

menonton video ceramah di luar kelas dan tugas diselesaikan selama waktu kelas. Siswa

melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dalam jenis lingkungan kelas dibandingkan

dengan kelas-kelas lain. Sementara nilai semester menunjukkan perbaikan, nilai ujian tidak

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara keseluruhan, perasaan positif siswa

terhadap pengobatan dan menikmati manfaat yang terkait untuk bisa memilih tugas mereka

sendiri dan mengeksplorasi konsep-konsep yang mereka temukan menarik lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

B. Milman, Natalie. 2012. The Flipped Classroom Strategy What is it and How Can it Best be Used?. Jurnal Internasional Volume 9, Issue 3 : The George Washington University.

Cara A. Marlowe. 2012.  The Effect Of The Flipped Classroom On Student Achievement And

Page 17: Model dan strategi Blended learning and flipped classroom

Stress. Montana: Montana State University.

Johnson, Graham Brent. 2013. Student Perceptions Of The Flipped Classroom. Columbia: The

University Of British Columbia.

Lioe, Luis Tirtasanjaya, Teo Chin Wen, dkk. 2012. Assessing the effectiveness of flipped classroom pedagogy in promoting students’ learning experience. NYGH Research Journal.

Pierce, Richard EdD and Jeremy Fox, PharmD. 2012. Instructional Design And Assessmentvodcasts And Active-Learning Exercises In A “Flipped Classroom” Model Of A Renal Pharmacotherapy Module. American Journal of Pharmaceutical

Education 2012; 76 (10) Article 196.

Roehl, Amy, Shweta Linga dkk. 2013. The Flipped Classroom: An Opportunity To Engage Millennial Students Through Active Learning Strategies. Texas : Christian University Jurnal Internasional Vol. 105. No. 2. 2013 JFCS.

Shimamoto, Dean N. 2012. Implementing a Flipped Classroom: An Instructional Module. Hawai Amerika Serikat: Department of Educational Technology University

of Hawaii Manoa.