MODEL ANALISIS 3 DIMENSI PADA SEGMEN BATA KERAMIK …konteks.id/p/11-SK-5.pdf · SK-45 Gambar 3....
Transcript of MODEL ANALISIS 3 DIMENSI PADA SEGMEN BATA KERAMIK …konteks.id/p/11-SK-5.pdf · SK-45 Gambar 3....
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017
SK-43
MODEL ANALISIS 3 DIMENSI PADA SEGMEN BATA KERAMIK BETON
Sunarjo Leman1
1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend. S. Parman No.1, Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Bata Keramik Beton atau Bata Keraton, merupakan salah satu bahan inovatif pengganti pelat lantai
beton bertulang. Bata keraton terbuat dari material tanah liat merah yang dicetak dengan
menggunakan cetakan khusus berbentuk menyerupai trapesium dengan pola rongga-rongga tertentu
di bagian tengahnya. Melalui proses pemanasan pada suhu tertentu akan menyebabkan terjadi reaksi
kimia yang akan merubah sifat material tanah liat merah menjadi keramik. Bentuk penampang pola
rongga bata keraton yang umum ada dipasaran menyerupai huruf “V” dan “W” dengan ukuran
tertentu sesuai dengan penggunaannya. Dengan semakin berkembangnya perangkat lunak untuk
menganalisis benda secara 3Dimensi, maka penggunaan perangkat lunak Autodesk Inventor
Professional 2017 merupakan salah satu cara untuk dapat menganalis kekuatan bata keraton dengan
metode analisa numerik menggunakan metode elemen hingga. Keuntungan metode analisis ini
adalah dapat mengetahui kekuatan bata keraton yang sudah ada di pasaran dan melakukan analisis
beberapa bentuk “V” dan “W” masing-masing sebanyak 5 macam varian. Dari analisis numerik
masing-masing varian tersebut dapat diperoleh bentuk rongga yang optimal dari bentuk “V” dan
“W”. Pada bentuk “V” diperoleh berat yang paling ringan pada varian “V5” dan pada bentuk “W”
varian “W5”. Sedangkan untuk tegangan yang terkecil pada model “V” varian “V2” dan model “W”
varian “W3”. Untuk tegangan terbesar model “V” varian “V5” dan model “W” varian “W1”.
Lendutan terkecil terjadi pada model “V” varian “V1”dan model “W” varian “W1”, sedangkan
lendutan terbesar model “V” varian “V4” dan model “W” varian “W5”. Metode ini cukup baik
untuk mengetahui pola distribusi tegangan pada penampang bata keraton tanpa melakukan testing
benda uji secara fisik si laboratorium. Dengan simulasi analisis beberapa bentuk varian rongga-
rongga tersebut dapat diperoleh pola bentuk yang paling ekonomis dan efisien.
Kata kunci: bata keraton, keramik beton, analisis numerik, elemen hingga, finite element
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan lahan perumahan di daerah sekitar perkotaan untuk pemukiman masyarakat semakin hari bertambah
sempit dan mahal. Kondisi demikian membuat pertumbuhan bangunan menjadi bertingkat ke arah vertikal untuk
dapat memenuhi kebutuhan akan jumlah penduduk yang terus bertambah. Komponen bagian strukur bangunan yang
menyumbangkan biaya cukup besar salah satunya adalah pelat lantai beton. Beberapa alternatif pengganti pelat
beton yang dapat digunakan saat ini adalah menggunakan Bata Keraton. Bata Keraton (Keramik Komposit Beton)
terbuat dari bahan tanah liat dengan melalui proses pembakaran pada suhu tertentu akan merubah sifatnya menjadi
keramik.
Sejarah Bata Keraton ini lahir atas kerjasama beberapa Negara di Eropah (diantaranya Jerman dan Belanda) sekitar
seratus tahun yang lalu. Teknologi material ini kemudian dibawa ke Indonesia melalui proyek Bantuan Teknis
Pembangunan Industri Bahan Bangunan yang diawasi oleh UNIDO/ UNDP (PBB Project INS/740/034). Proyek
penelitian ini berlangsung sekitar tahun 1977 pada penggunaan pada sebuah rumah contoh di Puslitbangkim Cipta
Karya Pekerjaan Umum. (www.solodakkeraton.com)
Penggunaan bata keraton saat ini baru sebatas untuk bangunan bertingkat 2 atau 3 lantai saja dan belum banyak
digunakan secara umum. Untuk dapat dipergunakan secara lebih luas dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai
standarisasi material dan kekuatan dari bata keraton ini. Sampai saat ini belum ada standar mutu nasional yang
mejadi acuan untuk pembuatan bata keraton untuk segi kekuatan, material dan juga bentuknya. Setiap pabrikan bata
keraton dapat membuat dengan menggunakan pengalaman yang mereka gunakan selama ini.
Bentuk geometri penampang segmental Bata Keraton mempunyai bagian tengah berlubang-lubang. Keberadaan
lubang atau rongga-rongga tersebut dapat mengurangi berat material Bata Keraton dibandingkan dengan pelat beton
masif konvensional. Terdapat dua tipe Bata Keraton yang umum ada di pasaran bahan bangunan yaitu tipe CB9
SK-44
dengan tebal 9 cm hingga 10 cm dan tipe CB12 dengan tebal 12 cm hingga 13 cm. dimensi panjang 24 cm hingga
25 cm dan lebar 21 cm hingga 22 cm seperti ditunjukan Gambar 1.0. (Hazarin dkk.)
Gambar 1. Penampang segmental bata keraton (sumber: http://bajaringankeraton.blogspot.com/)
Dengan adanya rongga-rongga atau lubang dengan pola tertentu pada Bata Keraton memberikan efek khusus dan
spesifik pada kekuatan dan distribusi tegangan untuk masing-masing ukuran dan pola rongga tersebut. Sesuai
dengan peruntukannya, Bata Keraton di desain untuk menggantikan pelat lantai beton yang masif agar dapat
mereduksi beratnya pelat lantai dibandingkan dengan pelat beton konvensional, tapi mampu memikul beban yang
cukup untuk kebutuhan beban standar bangunan kantor atau rumah tinggal.
Bentuk geometri dan dimensi ukuran rongga dari bata keraton dengan tipe CB9 dan CB12 akan menghasilkan pola
dan bentuk distribusi tegangan yang berbeda, sehingga memberikan sumbangan kekuatan yang berbeda pula.
Pengujian uji kekuatan untuk mendapatkan pola lubang atau rongga pada Bata Keraton yang efisien dengan metode
Non Distructive Test (NDT)/ Pengujian tanpa merusak benda uji belum banyak dilakukan saat ini. Salah satu cara
analisis pola rongga dan bentuk geometri pada Bata Keraton dengan metode NDT ini dapat dilakukan dengan
menggunakan cara analisis penampang menggunakan metode numerik dengan teknik analisis metode elemen hingga
(Finite Element Method). Dengan metode ini dapat dilakukan bermacam-macam simulasi model rongga untuk
mendapatkan bentuk-bentuk rongga yang efektif dan efisien dari kekuatan dan berat material yang digunakan.
2. BATASAN PENELITIAN MODEL SIMULASI
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model Bata Keraton yang digunakan untuk model analisis adalah Bata Keraton yang ada di pasaran.
2. Model rongga yang dianalisis terdapat dua jenis model rongga “V” dan “W”.
3. Hasil Analisis pada Besi Tulangan dan Beton Pengisi tidak diperhitungkan dan diikutsertakan dalam hasil
penelitian.
Gambar 2. Model tampak 2 dimensi rongga bata keraton tipe “V” dan “W”
SK-45
Gambar 3. Model tampak 3 dimensi rongga bata keraton tipe “V” dan “W”
3. TUJUAN DAN MANFAAT MODEL SIMULASI
Tujuan:
1. Mengetahui letak konsentrasi tegangan pada penampang dari Bata Keraton tipe “V” dan “W”.
2. Mengetahui kekuatan material pada Bata Keraton.
3. Melakukan simulasi rongga untuk mendapatkan penampang Bata Keraton yang efisien tipe “V” dan “W”.
Manfaat:
1. Dengan penelitian ini akan diperoleh konsentrasi tegangan maksimum pada penampang segmen Bata Keraton.
2. Dengan mengetahui konsentrasi tegangan yang terjadi, dapat dilakukan optimalisasi bentuk rongga yang ada
pada Bata Keraton.
4. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan menggunakan simulasi model numerik pada penampang segmen Bata Keraton model
rongga berbentuk “V” dan “W”. Banyaknya variasi model rongga untuk setiap model berjumlah masing-masing
sebanyak 5 macam varian untuk bentuk “V” dan 5 macam varian untuk model “W”. Pemodelan diskritisasi pada
model bata keraton “V” dan “W” ini menggunakan metode elemen hingga dengan analisis secara 3 dimensi.
Tabel 1. Bentuk pola rongga bata keraton model “V” dan model “W”
Model “V” Bentuk Rongga Model “W” Bentuk Rongga
V1
W1
V2
W2
V3
W3
V4
W4
V5
W5
Simulasi model dilakukan dengan memodelkan bentuk syarat batas dari kondisi yang hampir sama dengan kondisi
di lapangan pada pemasangan pelat lantai yang menggunakan Bata Keraton. Kondisi syarat batas pada pemasangan
di lapangan dimodelkan dengan memasukan adanya besi tulangan yang menyanggah atau mendukung Bata Keraton
secara segmental dan adukan beton pengisi yang merekatkan antara besi tulangan dan Bata Keraton.
SK-46
Gambar 4. Skema segmental dan pemasangan pelat dengan bata keraton (Sumber: http://www.pt-ltf.com/?JENIS_USAHA%26nbsp%3B/D.Trading)
(Sumber: https://solusi-dak.blogspot.co.id/2016/)
Analisis numerik dilakukan menggunakan metode elemen hingga dengan bantuan perangkat lunak Autodesk
Inventor Professional 2017.
5. PEMODELAN SIMULASI DISKRITISASI BATA KERATON
Simulasi pemodelan bata keraton terbagi menjadi 2 bagian yaitu untuk bentuk rongga berbentuk “V” dan ronggga
berbentuk “W” dengan variasi setiap bentuk rongga masing-masing dalam bentuk 5 variasi. Bentuk simulasi model
bata keraton dimodelkan dengan diskritisasi batasan sebagai berikut:
Kondisi syarat batas yang digunakan pada pemodelan bata keraton:
Model dimensi geometri penampang bata keraton
Dimensi tipe “V” (panjang=250mm, L. bawah=210mm, L. atas=170mm, tinggi=100mm)
Gambar 6. Dimensi penampang bata keraton tipe “V” (dalam mm)
Dimensi tipe “W” (panjang=250mm, L. bawah=210mm, L. atas=170mm, tinggi=100mm)
Gambar 7. Dimensi penampang bata keraton tipe “W” (dalam mm)
SK-47
Syarat batas model bata keraton
Batasan simulasi model segmen Bata Keraton dengan memodelkan sedekat mungkin pada kondisi saat terpasang
sebagai pelat lantai bangunan sebagai berikut:
Memasukan kondisi segmen Bata Keraton terletak di atas dua buah besi dalam arah memanjang sebagai
tumpuan yang disambungkan ke balok beton struktur.
Hubungan antara besi dan Bata Keraton dihubungkan/ dilekatkan dengan menggunakan adukan cor-an beton.
Kondisi ujung besi tulangan pemikul segmen Bata Keraton dengan syarat kondisi batas jepit.
Hubungan antara besi, cor-an beton dan bata keraton dalam simulasi ini dianggap terekat dengan sempurna.
Bentuk simulasi model Bata Keraton adalah sebagai berikut:
Tampak Depan Tampak Samping
Tampak Atas Tampak Bawah
Gambar 8. Simulasi model tampak 2 dimensi bata keraton tipe “V”
Gambar 9. Simulasi model tampak 3 dimensi bata keraton tipe “V”
Pembebanan pada bata keraton dan kondisi batas ujung perletakan
Untuk analisis model segmen Bata Keraton pembebanan dimodelkan dengan menggunakan beban merata/ pressure
load 0.01 Mpa (1.0 ton/m2) pada bagian atas segmen dan besi tulangan pemikul dimodelkan dengan kondisi jepit
sempurna pada keempat ujung besi.
SK-48
Gambar 10. Simulasi model 3 dimensi pembebanan merata dan jepit pada ujung besi tulangan pemikul bata keraton
Diskritisasi elemen pada bata keraton
Diskritisasi model 3 dimensi segmen Bata Keraton dimodelkan sekaligus dengan memasukan model besi tulangan
sebagai pemikul dan cor-an beton sebagai penghubung/ pelekat antara Bata Keraton dan besi tulangan. Pemodelan
dibuat dengan menggunakan model 3 dimensi untuk sebuah segmen Bata Keraton. Pembagian diskritisasi elemen
hingga menggunakan jenis elemen tetrahedron 3 dimensi dengan ukuran elemen disesuaikan dengan pembagian
elemen pada program Autodesk Inventor Professional 2017.
Gambar 11. Diskritisasi Elemen Tetrahedron Pada Model 3 Dimensi Bata Keraton
6. SIMULASI MODEL ANALISIS NUMERIK PADA BATA KERATON
Material penampang segmen bata keraton
Dalam simulasi model analisis Bata Keraton digunakan material properties bata merah untuk penampang adalah
sebagai berikut (Redha Sadhu Leksono):
Modulus Elastisitas (E) = 2200 Mpa
Kuat Tekan (Fbk) = 7.0 Mpa
Kuat Tarik (Ftr) = 0.7 Mpa (diambil 10% dari kuat tekan)
Berat Jenis (BJ) = 1700 Kg/m3
SK-49
Hasil analisis segmen bata keraton
Tabel 2. Hasil simulasi analisis properties penampang dan diskritisasi elemen tipe “V”
No. Varian Tipe “V” Jumlah Volume
[mm2]
Berat
[Kg] Nodal Elemen
V1
94410 51858 2643545.69 4.494
V2
105632 57340 2504287.534 4.257
V3
92327 50272 2522730.149 4.289
V4
90714 49187 2383471.996 4.052
V5
199406 124068 2238982.201 3.806
Tabel 3. Hasil simulasi analisis properties penampang dan diskritisasi elemen tipe “W”
No. Varian Tipe “W” Jumlah Volume
[mm2]
Berat
[Kg] Nodal Elemen
W1
173770 107083 2590569.869 4.404
W2
187356 115371 2496452.222 4.244
W3
92327 50272 2413392.055 4.103
W4
90714 49187 2333216.928 3.966
W5
85073 45748 2156039.623 3.665
SK-50
Tabel 4. Hasil simulasi analisis tegangan dan lendutan tipe “V”
No. Contour Tegangan
Von Mises
Tegangan
[Mpa] Contour Lendutan
Lendutan
[mm]
V1
0.4521
0.009687
V2
0.4195
0.01024
V3
0.4579
0.01102
V4
0.4483
0.01195
V5
0.6020
0.01171
Tabel 5. Hasil simulasi analisis tegangan dan lendutan tipe “W”
No. Contour Tegangan
Von Mises
Tegangan
[Mpa] Contour Lendutan
Lendutan
[mm]
W1
0.6747
0.009848
W2
0.6260
0.009998
W3
0.4958
0.01336
W4
0.6284
0.01022
W5
0.4978
0.01384
SK-51
Berdasarkan hasil simulasi kedua model rongga bata keraton bentuk “V” dan “W” konsentrasi tegangan
pada material bata keraton terjadi pada daerah sekitar besi penyanggah atau tumpuan tempat bata keraton.
Sedangkan pola lendutan terjadi sangat tergantung dari bentuk rongga pada bata keraton dimana lendutan
di tengah bata keraton akan besar apabila bentuk pola rongga berbentuk V, sedangkan apabila pola
rongga mempunyai penyokong berbentuk Λ(V terbalik) maka lendutan pada pinggir bata keraton yang
menjadi besar. Simulasi berat bata keraton juga akan menjadi ringan apabila semakin sedikit sekat-sekat
rongga yang ada dalam bata keraton seperti yang terdapat pada model varian “V5” dan “W5”, tetapi
terjadi peningkatan tegangan terutama untuk model varian “V5”. Dengan semakin sedikitnya material
pembentuk pola rongga akan menyebabkan semakin besarnya lendutan yang terjadi.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi numerik kedua model Bata Keraton Tipe “V” dan “W” dengan variasi masing-masing 5
rongga/ lubang diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Bata Keraton tipe “V” dan “W” dengan masing-masing variasi 5 macam rongga secara umum mempunyai
konsentrasi tegangan tertinggi pada daerah penyanggah bagian bawah yaitu pada pertemuan adukan mortar
penyambung besi tulangan dan Bata Keraton.
2. Lendutan maksimum yang terjadi pada segmen Bata Keraton tipe “V” dan “W” terjadi pada bagian tengah dan
bagian pinggir segmen Bata Keraton, sangat tergantung dari bentuk rongga pada bagian dalamnya.
3. Semua tegangan yang terjadi pada segmen Bata Keraton tipe “V” dan “W” tidak ada yang melebihi 7 Mpa untuk
kuat tekan dan 0.7 Mpa untuk kuat tarik dengan beban merata yang bekerja sebesar 0.01 Mpa (1.0 ton/m2).
Saran
Beberapa saran untuk melengkapi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Optimasi bentuk segmen Bata Keraton dan variasi rongga yang efisien.
2. Melanjutkan penelitian untuk model analisis numerik berikutnya dengan bentuk struktur pelat yang terbuat dari
segmen-segmen Bata Keraton.
DAFTAR PUSTAKA
Hazarin, Bernardinus Herbudiman dan Mukhammad Abduh Arrasyid, “Kajian Perilaku Lentur Pelat Keramik
Beton (Keraton)”, Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 KoNTekS 7, 24-26 Oktober 2013.
Sadhu, Redha Leksono, Data Iranata dan Heppy Kristijanto, “Studi Pengaruh kekuatan dan Kekakuan Dinding Bata
Pada Bangunan Bertingkat”, Jurnal Teknik ITS Vol. 1, ISSN: 2301-9271, September 2012.
Sehonanda, Olivia, Bonny M. M. Ointu, Winny J. Tamboto, Ronny R. Pandeleke, “Kajian Uji Laboratorium Nilai
Modulus Elastisitas Bata Merah Dalam Sumbangan Kekakuan Pada Struktur Sederhana”, Jurnal Sipil Statik
Vol. 1, ISSN: 2337-6732, November 2013.
http://arafuru.com/material/keunggulan-dan-kelemahan-dak-keraton-keramik-beton.html
http://dkklaten.com/sample-page/
http://www.ceilingbrick.com/faq/
https://untungwidodo.wordpress.com/2012/09/18/bata-keraton/
http://dak-keraton-kediri-jawa-timur.blogspot.com/
http://dak-keraton-kediri-jawa-timur.blogspot.co.id/2015/07/ngedak-pelat-lantai-cepat-dengan-dak-kediri.html
http://dak-keraton-kediri-jawa-timur.blogspot.co.id/2015/07/dak-keraton-dingin-sebagai-isolator-kediri.html
http://dak-keraton-kediri-jawa-timur.blogspot.co.id/2015/07/prinsip-kerja-one-way-slab-pada-dak-kediri.html
http://ceilingbrickkia.indonetwork.co.id/product/product-3023485
http://artiamitrapersada.blogspot.co.id/2016/06/mengenal-lebih-dekat-dengan-dak-keraton.html
http://pusatbataexpose.com/index.php/bata-expose/
http://keratondakbeton.com/lantai-tingkat-kuat-berkat-pemakaian-dak-beton-keraton/
http://epuljayadakbetonkeraton.com/tag/dak-keraton
http://www.solodakkeraton.com/media.php?utama=detail-artikel&id=27
http://bajaringankeraton.blogspot.com/