mkalah hampir jadi
-
Upload
entang-thefirster -
Category
Documents
-
view
103 -
download
11
Transcript of mkalah hampir jadi
1.Kloramfenikol
2.1.1 Sifat Fisikokimia
Rumus struktur :
Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p- nitrofenetil]asetamida
[56-75-7]
Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul : 323,13
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu
atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus p; stabil dalam
larutan netral atau larutan agak asam
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam propilen glikol; dalam aseton
dan dalam etil asetat (Ditjen POM, 1995).
2.1.2 Farmakokinetik
Setelah pemberiaan oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam darah
tercapai dalam 2 jam. Masa paruh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi
berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira 50% kloramfenikol dalam darah terikat
dengan albumin. Obat ini didistribusikan dengan baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk
jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata (Kunardi dan Setiabudy, 1995)
2.1.3 Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi ialah reaksi alergi yang ditandai dengan merahnya kulit. Reaksi
saluran cerna yang ditandai dengan mual, muntah dan diare. Reaksi neurologik dapat terlihat
dalam bentuk depresi, bingung, dan sakit kepala (Kunardi dan Setiabudy, 1995)
2.1.4 Bentuk Sediaan
Kloramfenikol tersedia dalam bentuk salep mata tube 3,5 g, ; tetes mata 15 ml, 8 ml dan 5 ml;
tetes telinga 10 ml; kapsul 500 mg/kapsul dan 250 mg/kapsul; sirup (ISO, 2007)
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), Kloramfenikol dapat ditetapkan kadarnya
secara KCKT dan menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979) Kloramfenikol ditentukan
secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCl.
a. Salep
2.1.5 Kegunaan
Kloramfenikol digunakan sebagai pengobatan infeksi-infeksi yang parah seperti tifus atau
demam. Kloramfenikol kadang-kadang juga digunakan secara topikal untuk pengobatan infeksi
mata (Katzung, 2004).
2. Teori Kromatografi
1.1. Sejarah
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik
pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas
ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu
Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari
daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah
kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk
memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan
yang menjelaskan tentang proses kromatografi. Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk
beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC).
Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai
berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov
dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik
sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka memenangkan Nobel) tidak
hanya mengubah dengan cepat kroinatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk
pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James
mempublikasikan makalahpertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun 1952 dan akhir
tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang canggih.
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar, pada
dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur biasanya sangat
membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan
kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance =
Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah
berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan
kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian
membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini
dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang
sederajat dengan kromatografi gas.
1.2. Kelebihan KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)
merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru
yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerakcairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak
kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya (Done dkk, 1974; Snyder dan
Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978). Kelebihan itu antara
lain:
• mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
• mudah melaksanakannya
• kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
• dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
• Resolusi yang baik
• dapat digunakan bermacam-macam detektor
• Kolom dapat digunakan kembali
• mudah melakukan "sample recovery"
2.2.1 Pemakaian Kromatografi
Pemakaian untuk tujuan kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu
dalam cuplikan
Pemakaian untuk tujuan kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing komponen
campuran
Pemakaian untuk tujuan preparatif untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah
memadai dalam keadaan murni (Gritter, dkk., 1991).
2.2.2 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
a. Analisis Kualitatif
Ada 3 pendekatan untuk analisa kualitatif yakni:
1. Perbandingan antara retensi solut yang tidak diketahui dengan data retensi baku yang
sesuai (senyawa yang diketahui) pada kondisi yang sama.
Untuk kromatografi yang menggunakan kolom (seperti KCKT dan KG), waktu retensi (tR)
atau volume retensi (VR) senyawa baku dan senyawa yang tidak diketahui dibandingkan
dengan cara kromatografi secara berurutan dalam kondisi alat yang stabil dengan perbedaan
waktu pengoperasian antar keduanya sekecil mungkin.
2.Dengan cara spiking.
Untuk kromatografi yang melibatkan kolom, spiking dilakukan dengan menambah sampel yang
mengandung senyawa tertentu yang akan diselidiki dengan senyawa baku pada kondisi
kromatografi yang sama. Hal ini dilakukan dengan cara: pertama, dilakukan proses kromatografi
sampel yang tidak di spiking. Kedua, sampel yang telah di-spiking dengan senyawa baku
dilakukan proses kromatografi. Jika pada puncak tertentu yang diduga mengandung senyawa
yang diselidiki terjadi peningkatan tinggi puncak/luas puncak setelah di-spiking dibandingkan
dengan tinggi puncak/luas puncak yang tidak dilakukan spiking maka dapat diidentifikasi bahwa
sampel mengandung senyawa yang kita selidiki.
3. Menggabungkan alat kromatografi dengan spektrometer massa. Pada pemisahan dengan
menggunakan kolom kromatografi, cara ini akan memberikan informasi data spektra massa solut
dengan waktu retensi tertentu. Spektra solut yang tidak diketahui dapat dibandingkan dengan
spektra yang ada di data base komputer yang diinterpretasi sendiri. Cara ini dapat dilakukan
untuk solut yang belum ada baku murninya.
b. Analisis Kuantitatif
Untuk menjamin kondisi yang digunakan dalam analisis kuantitatif stabil dan reprodusibel, baik
pada penyiapan sampel atau proses kromatografi, berikut beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam analisis kuantitatif:
a. Analit (solut) harus telah diketahui dan terpisah sempurna dari komponen-komponen lain
dalam kromatogram
b. Baku dengan kemurnian yang tinggi dan telah diketahui harus tersedia
c. Prosedur kalibrasi yang sudah diketahui harus digunakan.
Untuk kromatografi yang melibatkan kolom, kuantifikasi dapat dilakukan dengan luas puncak
atau tinggi puncak. Tinggi puncak atau luas puncak berbanding langsung dengan banyaknya
solut yang dikromatografi, jika dilakukan pada kisaran detektor yang linier (Johnson dan
Stevenson, 1991).
1. Metode tinggi puncak
Metode yang paling sederhana untuk pengukuran kuantitatif adalah dengan tinggi
puncak. Tinggi puncak diukur sebagai jarak dari garis dasar ke puncak maksimum seperti puncak
1, 2, dan 3 pada gambar 3. Penyimpangan garis dasar diimbangi dengan interpolasi garis dasar
antara awal dan akhir puncak.
Metode tinggi puncak hanya digunakan jika perubahan tinggi puncak linier dengan
konsentrasi analit. Kesalahan akan terjadi jika metode ini digunakan pada puncak yang
mengalami penyimpangan (asimetris) atau jika kolom mengalami kelebihan muatan.
2. Metode luas puncak
Prosedur penentuan luas puncak serupa dengan tinggi puncak. Suatu teknik untuk
mengukur luas puncak adalah dengan mengukur luas puncak sebagai hasil kali tinggi puncak dan
lebar pada setengah tinggi (W1/2). Teknik ini hanya dapat digunakan untuk kromatografi yang
simetris atau yang mempunyai bentuk serupa (Johnson dan Stevenson, 1991).
Baik tinggi puncak maupun luasnya dapat dihubungkan dengan konsentrasi. Tinggi puncak
mudah diukur, akan tetapi sangat dipengaruhi perubahan waktu retensi yang disebabkan oleh
variasi suhu dan komposisi pelarut. Oleh karena itu, luas puncak dianggap merupakan parameter
yang lebih akurat untuk pengukuran kuantitatif (Ditjen POM, 1995).
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan
dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh puncak maksimum seperti puncak 1, 2,
dan 3 pada gambar 3. Penyimpangan garis dasar diimbangi dengan interpolasi garis dasar antara
awal dan akhir puncak.
Metode tinggi puncak hanya digunakan jika perubahan tinggi puncak linier dengan
konsentrasi analit. Kesalahan akan terjadi jika metode ini digunakan pada puncak yang
mengalami penyimpangan (asimetris) atau jika kolom mengalami kelebihan muatan.
2. Metode luas puncak
Prosedur penentuan luas puncak serupa dengan tinggi puncak. Suatu teknik untuk
mengukur luas puncak adalah dengan mengukur luas puncak sebagai hasil kali tinggi puncak dan
lebar pada setengah tinggi (W1/2). Teknik ini hanya dapat digunakan untuk kromatografi yang
simetris atau yang mempunyai bentuk serupa (Johnson dan Stevenson, 1991).
Baik tinggi puncak maupun luasnya dapat dihubungkan dengan konsentrasi. Tinggi puncak
mudah diukur, akan tetapi sangat dipengaruhi perubahan waktu retensi yang disebabkan oleh
variasi suhu dan komposisi pelarut. Oleh karena itu, luas puncak dianggap merupakan parameter
yang lebih akurat untuk pengukuran kuantitatif (Ditjen POM, 1995).
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan
efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh
Tekniknya tidak begitu tergantung pada keahlian operator dan reprodusibilitasnya lebih baik
Instrumennya memungkinan untuk bekerja secara automatis dan kuantitatif
Waktu analisis umumnya singkat
Kromatografi cair preparatif memungkinkan dalam skala besar
Ideal untuk molekul besar dan ion (Putra, 2007)
Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan
dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks,
maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Munson, 1991).
KOMPONEN-KOMPONEN KCKT
Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada Gambar 3. 1 . Diagram Blok
KCKT berikut ini
Gambar 3.1 : Diagram Blok KCKT
2.3.2.1 Wadah Fase Gerak
Wadah fase gerak terbuat dari bahan yang inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum
digunakan adalah gelas dan baja anti karat. Daya tampung wadah harus lebih besar dari 500 ml,
yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 ml/menit. 2.3.2.2
Pompa
Untuk mengerakkan fase gerak melalui kolom diperlukan pompa. Pompa harus mampu
menghasilkan tekanan 6000 psi pada kecepatan alir 0,1–10 ml/menit. Pompa ada 2 jenis yaitu
pompa volume konstan dan pompa tekanan konstan. Pompa terbuat dari bahan yang inert
terhadap semua pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas baja antikarat dan teflon.
Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut untuk menghindari hasil yang menyimpang pada
detektor.
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa
yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) danpemindahan konstan (constant
displacement). Pemindahan konstan dapat dibagimenjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan
pompa syringe. Pompa reciprocatingmenghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur
(pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran
yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
3. 2. Injektor (injector)
2.3.2.3 Injektor
Cuplikan harus dimasukkan kedalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan agas sesedikit
mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom.
Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu:
a. Hentikan aliran/stop flow: aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam aliran kecil
dan resolusi tidak dipengaruhi. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja
atmosfir, system tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di
dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
b. Septum: injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak umumnya sama dengan yang digunakan pada
kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini
tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Disamping itu, partikel kecil dari septum
yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan. Septum: Septum yang
digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat
digunakan pada kinerja sampai 60 - 70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua
pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum
injektor) dapat menyebabkan penyumbatan. c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya
digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 µ dan dilakukan dengan cara automatis
(dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara
manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE
difungsikan, maka sampel akan masuK ke dalam kolom.
c. Katup putaran (loop valve): ditunjukkan secara skematik dalam Gambar 2, tipe injektor ini
umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar daripada 10 μl dan sekarang
digunakan dengan cara otomatis (dengan adaptor khusus, volume-volume lebih kecil dapat
diinjeksikan secara manual). Pada
posisi LOAD, sampel loop (cuplikan dalam putaran) diisi pada tekanan atmosfir. Bila katup
difungsikan, maka cuplikan di dalam putaran akan bergerak ke dalam kolom.
Gambar 2. Tipe injektor katup putaran
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum
dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
3. 3. Kolom (Column)
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada
pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material
pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk
kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 -
100 cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar,
tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan
kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang digunakan
(Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange
Chromatography, IEC, Exclution Chromatography, EC)
3. 4. Detektor (Detector) .
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis
kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki
sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan
memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan
fluktuasi temperature sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT
yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat
digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks
refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya
kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:
Detektor Fluorometer
Detektor Spektrofotometer Massa
Detektor lonisasi nyala
Detektor Refraksi lndeks
Detektor Elektrokimia
Detektor Reaksi Kimia
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan dalam aliran yang
keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan
(noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan/respon untuk semua
tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat
diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor yang paling banyak digunakan dalam
kromatografi cair modern kecepatan tinggi adalah detektor spektrofotometer UV 254 nm.
Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang UV-Vis sekarang menjadi
populer karena mereka dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa dalam rentang yang
luas. Detektor indeks refraksi juga secara luas digunakan, terutama dalam kromatografi eksklusi,
tetapi umumnya kurang sensitif dari pada detektor spektrofotometer UV. Detektor lainnya,
antara lain: detektor fluometer, detektor ionisasi nyala, detektor elektrokimia dan lain-lain juga
telah digunakan.
3. 5. Elusi Gradien
Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis
kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu etensi dari
senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh
Snyder. Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan :
a. Total waktu analisis dapat direduksi
b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak
Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan. Optimasi Gradien dapat dipilih dengan cara
trial and error. Tabel 3. 1. berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari bermacam-macarn mode
kromatografi cair dengan analisis gradien. Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan
sesudah pompa. Tabel 3. 1 : Mode Kompatibilitas dengan Gradien
3. 7. Fasa gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara
keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh
polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel
(Johnson dan Stevenson, 1991). Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa
gerak adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang
sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang
sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur
pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua persyaratan di
atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting. Menghilangkan gas (gelembung
udara) dari solven, terutama untuk KCKT yang menggunakan pompa bolak balik (reciprocating
pump) sangat diperlukan terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang
terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detector
sehingga data yang diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan
gas (degassing) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitifterhadap udara
(contoh : kolom berikatan dengan NH2).
Umumnya, pelarut-pelarut dibuang setelah digunakan karena prosedur pemurnian kembali
membosankan dan mahal. Dari semua persyaratan di atas, 4 persyaratan pertama adalah yang
paling penting. Gelembung udara (degassing) yang ada harus dihilangkan dari pelarut, karena
udara yang terlarut keluar melewati detektor dapat menghasilkan banyak noise sehingga data
tidak dapat digunakan (Putra, 2007).
Elusi Gradien dan Isokratik
Elusi pada KCKT dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu:
1. Sistem elusi isokratik. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase
gerak dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi).
2.Sistem elusi gradien. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang
perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase gerak berubah-ubah
selama elusi).
Elusi gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fase gerak selama suatu analisis
kromatografi berlangsung. Digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks
terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Pengaruh yang menguntungkan
dari elusi gradien adalah memperpendek waktu analisis senyawa-senyawa yang secara kuat
ditahan di dalam kolom (Putra, 2007).
2.3.2.6 Pengolahan Data
Komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai puncak-puncak yang secara
keseluruhan disebut sebagai kromatogram.
Guna kromatogram:
1. Kualitatif
Waktu retensi selalu konstan dalam setiap kondisi kromatografi yang sama dapat digunakan
untuk identifikasi.
1. Kuantitatif
Luas puncak proporsional dengan jumlah sampel yang diinjeksikan dan dapat digunakan untuk
menghitung konsentrasi.
2. Kromatogram dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi pemisahan dan kinerja
kolom (kapasitas ‘k’, selektifitas ‘’, jumlah pelat teoritis ‘N’, jarak setara dengan pelat
teoritis ‘HETP’ dan resolusi ‘R’).
3. 6. Pengolahan Data (Data Handling)
Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk kromatogram pada
rekorder. Suatu tipe Kromatogram dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini
Gambar 3.2 : kromatogram dari senyawa 5’ Nukleotida
Dari Gambar 3.2. waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui /dihitung. Lni bisa
digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen, bila kondisi kerja dapat
dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau proporsional dengan konsentrasi dan
dapat digunakan untuk memperoleh hasil secara kuantitatif.
2.4 Jenis Kromatografi
1. Kromatografi Adsorbsi
Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase
diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika gel
sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi
dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut
dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor (tailling). Fase gerak
yang digunakan untuk fase diam silika atau alumina berupa pelarut non polar yang ditambah
dengan pelarut polar seperti air atau alkohol rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan
elusinya sehingga tidak timbul pengekor puncak, misalnya n-heksan ditambah dengan metanol
(Rohman, 2007).
2. Kromatografi Partisi
Tenik ini tergantung pada partisi solute diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur, salah
satu diantaranya bertindak sebagai fase diam dan yang lainnya sebagai fase gerak (Putra, 2007).
3. Kromatografi Penukar Ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu
fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar dipasaran, meskipun demikian yang paling
luas penggunaannya adalah polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan
dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut
campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase
gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau
Universitas Sumatera Utara
kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan
retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion
fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin (Rohman, 2007).
4. Kromatografi Ekslusi
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut
dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut
yang mempunyai berat molekul yang jauh lebih besar, akan terelusi lebih dahulu, kemudian
molekul-molekul yang ukuran medium dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini
disebabkan solut dengan berat molekul yang besar tidak melewati poros, akan tetapi lewat
diantara partikel fase diam. Dengan demikian dalam pemisahan dengan ekslusi ukuran ini terjadi
interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti kromatografi yang lain (Rohman, 2007),
terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang Tidak
dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detector sehingga data yang
diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas (degassing) juga
sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitifterhadap udara (contoh : kolom
berikatan dengan NH2).
2.3.1 Cara Kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan
kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut
ini diatur oleh distribusi dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan
penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak,
panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Rohman,
2007). 3.8. Keuntungan KCKT
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG). Dalam banyak hal kedua
teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila
derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat
dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan
utama. Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan
peranan yang lebih besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada
KCKT karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang
umumnya digunakan. KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan kromatografi
cair klasik, antara lain:
1.Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari
sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari
5 menit bisa dicapai
2.Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi
selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat;
pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam. Kemampuan zat padat berinteraksi secara
selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk
mencapai pemisahan yang diinginkan.
3.Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat
mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-
detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram).
Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat
juga digunakan dalam KCKT
Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom
KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bias dilakukan dengan kolom
yang sma sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang
digunakan. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bias dianalisis
dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik.
KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
1.Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan
destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel
tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat
dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion memerlukan prosedur
khusus.
3.9 Seleksi Tipe KCKT
Analisis (pengguna KCKT) sebelum mengoperasikan KCKT, harus membuat keputusan tipe
yang mana yan gharus dipilih yang dapat memberikan informasi yang diinginkan.
Skema I : Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk seleksi tipe KCKT . Informasi
ini akan memudahkan para analis untuk memutuskan pemelihan tipe KCKT yang memberikan
para analis untuk memutuskan pemilihan tipe KCKT yang memberikan kemungkinan terbaik
pada pemisahaan yang diinginkan. Namun, sampel yang tidak dikenal (unknown) akan
menyulitkan pemilihannya tipe KCKT. Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada,
besarnya Berat Molekul dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data
spektroskopik
Seperti nucleic magnetic resonance Spectrosphotometer, infrared
spectrophotometer, ultra violet spectrumeter, dan mass
Spectrophotometer. Semua data-data ini dapat digunakan sebagai petunjuk
bagi analis memilih tipe HPLC yang tepat untuk digunakan.
Skema 1 : Seleksi tipe KCKT
Dengan berpedoman pada Hukum Dasar "like dissolves like" maka sangat mudah untuk
memutuskan tipe KCKT yang akan dipilih. Dari Skema 1 : Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita
dapat melihat bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat menggunakan
kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jikasampelnya larut dalam air; bila dapat larut
dalam pelarut organik maka digunakanpelarut- pelarut organik sebagai rasa gerak. Fasa diamnya
adalah Sephadex atau (Bondagel Seri E untuk rasa gerak air dan Styragel atau MicroPak TSK
gel untuk rasa gerak organik. Bila BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus
ditentukanadalah apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam air,maka
kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi penukar ion dapat digunakan. Bila kelarutan
dipengaruhi oleh penambahan asam atau basa atau bila pH larutan bervariasi lebih dari 2 (dua)
satuan pH dari pH 7, maka kromatografi penukar ion adalah pilihan utama. Bila kelambatan
tidak dipengaruhi oleh asam dan basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi
partisi rasa terbalikadalah pilihan terbaik. Tipe Eksklusi menggunakan ukuran poros yang kecil
dan rasa air dapat juga dicoba. Bila sampel tidak larut dalam air, kromatografi partisi atau
kromatografi padat cair dianjurkan untuk digunakan. Untuk pekerjaan rutin
disarankanmenggunakan kromatografi partisi fasa terikat normal karena kolom-kolom ini tidak
begitu rumit dalam perawatannya setelah digunakan. Untuk sampel-sampel isomer kromatografi
padat cair lebih baik digunakan. Bila sampel memiliki perbedaan ukuran partikel yang besar,
kromatografi eksklusi sterik dengan fasa gerak organik dapat juga digunakan.
IV. Penggunaan KCKT dalam Farmasi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metoda pemisahan canggih dalam
analisis farrnasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji kemumian dan penetapan kadar.
Titik beratnya adalah untuk analisis senyawasenyawa yang tidak mudah menguap dan tidak
stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan Kromatografi Gas. Banyak senyawa
yang dapat dianalisis, dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik
makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat /bahan obat campuran rasemis optis aktif
dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trennphasen) yang
mampu menentukan rasemis dan isomer aktif. Pada Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979
KCKT belum digunakan sebagai suatu metoda analisis baik kualitatif maupun kuantitatif.
Padahal di Farmakope negara-negara maju sudah lama digunakan, seperti Farmakope Amerika
Edisi 21 (United State of Pharmacopoeia XXI), Farmakope Jerrnan Edisi 10 (Deutches
Arzneibuch 10). Pada Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 sudah digunakan KCKT dalam
analisis kualitatif maupun kuantitatif dan uji kemumian sejumlah 277 (dua ratus tujuh puluh
tujuh) obat/bahan obat. Perubahan yang sangat spektakuler dari Farmakope Indonesia Edisi IV
Tahun 1995 ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan benar-benar telah
mengikuti perkembangan dankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dalam bidang
analisis obat. Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat
mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 jenis obat / bahan obat
karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi,waktu analisis cepat. Pada
Tabel 4.1 dapat dilihat Daftar Obat-obat yang Penetapan Kadamya dengan KCKT yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995.
Tabel 4.1 : Daftar Obat – obat yang Penetapan Kadarnya dengan KCKT (FL Edisi IV)
No. Nama Obat /Bahan Obat
1. Tablet Asetazolamida
2. Asetilsistein
3. Larutan Asetilsistein© 2004 Digitized by USU digital library
4. Tablet Asetosal
5. Asam Aminokaproat
6. Asam Aminosalisilat
7. Asam Folat '
8. Tablet Asam Folat
9. Asam Mefenarnat
10. Kapsul Asam Mefenamat
11. Asiklovir
12. Tablet Allopurinol
13. Alprozolam
14. Tablet Alprozolam
15. Amikasin Sulfat
16. Injeksi Amikasin Sulfat
17. Aminofilin
18. Amoksihn .
19. Kapsu Armoksilin
20. Amoksilin untuk Suspensi Oral
21. Ampisilin
22. Tablet Atropin Sulfat
23. Injeksi Atropin Sulfat
24. Beklometason Dipropionat
25. Gel Benzoil Peroksida
26. Betametason
27. Tablet Betametason
28. Betametason Dipropionat
29. Krim Bemetason Dipropionat
30. Salep Betametason Dipropionat
31. Betametason Natrium Fosfat
32. Inj. Betametason Natrium Fosfat
33. Betametason Valerat
34. Krim Betametason Valerat
35. Salep Betametason Valerat
36. Tablet Bisakodil
37. Supositoria Bisakodil
38. Tablet Bromokriptin Mesilat
39. Injeksi Bupivakain Hidroklorida
40. Karbamazepin
41. Tablet Karbamazepin
42. Karbidopa
43. Tablet Karisoprodol
44. Sefazolin Natrium untuk Injeksi
45. Sefaleksin
46. Kapsul Sefaleksin
47. Tablet Sefaleksin
48. Sefaleksin untuk Suspensi Oral
49. Sefradin
50. Kapsul Kloramfenikol
51. Krim Kloramfenikol
52. Tetes Telinga Kloramfenikol
53. Tetes Mata Kloramfenikol
54. Kloramfenikol Palmitat
55. Susp.Oral Kloramfenikol Palmitat
56. Klordiazepoksida