mini project campak
-
Upload
farih-n-mubarok -
Category
Documents
-
view
77 -
download
2
description
Transcript of mini project campak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Campak adalah penyakit yang bersifat akut dan
menular yang disebabkan oleh virus morbili. Campak merupakan
penyakit yang ditandai dengan adanya gejala seperti demam, pilek,
batuk, mata yang sakit dan merah, serta ruam yang meluas ke
seluruh tubuh yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Apabila
penyakit ini tidak tertangani dengan baik, maka komplikasi yang
terjadi dapat berupa infeksi telinga, diare, pneumonia dan radang
otak.1
Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat
dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di
Indonesia. Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai
penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk
Indonesia., meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari
30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang
setiap tahun. 1,4 juta kematian anak diakibatkan karena penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan 38 % kematian
karena PD3I disebabkan oleh penyakit campak.1
Program imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun
1982, kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi
dasar lengkap atau Universal Child Immunization (UCI) secara
nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan kedua
diberikan kepada anak sekolah kelas I-VI (Catch Up) secara
bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi
campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS).
Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak,
1
sejak tahun 2005 sampai Agustus 2007 dilakukan kegiatan Crash
Program campak terhadap anak usia 6- 59 bulan dan anak usia
sekolah dasar di seluruh provinsi dalam 5 tahap.2 Angka kejadian
campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 per tahun 3
Dari data pengawasan UNICEF terakhir tahun 2010
menunjukkan cakupan imunisasi campak total di 11 propinsi
mencapai hampir 90%. Bahkan 4 propinsi seperti Riau, Sumatera
Selatan, Kepulauan Riau dan NTT mencapai 95% target untuk
imunisasi campak. Hanya Papua Barat yang mencapai di bawah
80% target. Total lebih dari 3,2 juta anak usia 9-59 bulan telah
diimunisasi campak. Program UCI campak secara nasional pada
tahun 1990 minimal 80%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di Indonesia cakupan imunisasi
campak sebesar 81,6%. Cakupan imunisasi campak di Propinsi
Riau tahun 2010 sebesar 89,65% menurun jika dibandingkan
dengan tahun 2009 yaitu sebesar 93,66%.3
Dari data statistik WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
1% kematian pada anak usia dibawah lima tahun disebabkan oleh
campak.3 Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden
kasus campaknya cukup tinggi. Dari profil kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate campak di
Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Sedangkan CFR
pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233.3
Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional pada tahun 2007 prevalensi campak klinis selama 12
bulan terakhir di Indonesia adalah 1,2 %. Menurut Data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Riau, jumlah Penderita Campak di Riau
tergolong masih tinggi yakni, mencapai angka 521 kasus selama
tahun 2011 hingga Oktober . Puskesmas kerinci Berseri
melaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus campak, pada tahun
2010 sebanyak 5 kasus, tahun 2011 sebanyak 8 kasus, tahun 2012
2
sebanyak 11 kasus, dan pada tahun 2013 hingga Februari terdapat
13 kasus.4
B. Permasalahan
Dari latar belakang diatas diketahui adanya peningkatan kasus
campak di Puskesmas “BERSERI” Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kabupaten Pelalawan dari tahun 2010 – Februari 2013.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kasus campak di Puskesmas “BERSERI”
Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi penyakit campak di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013.
b. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan umur di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
c. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan jenis
kelamin di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun
2010 – Februari 2013.
d. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan tempat di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
e. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan waktu di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
3
f. Diketahuinya jumlah penyakit campak berdasarkan status
imunisasi di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci
tahun 2010 – Februari 2013.
g. Diketahuinya distribusi pemetaan wilayah campak di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013.
h. Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kasus campak di Puskesmas “BERSERI”
Pangkalan Kerinci tahun 2010 – Februari 2013
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Untuk mendapatkan informasi yang dapat memberikan
masukan agar terjadi penurunan jumlah kasus campak di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci.
b. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan
diagnosa dini, pengobatan yang tepat, rujukan dan upaya
untuk mengurangi faktor risiko serta penularan penyakit
campak.
.
2. Bagi masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di
Puskesmas.
b. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit
campak sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat.
c. Mengetahui pentingnya imunisasi campak dan pemberian
vitamin A.
d. Sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi tentang
Penyakit campak.
4
E. Sasaran
Semua orang di wilayah kerja Puskesmas “BERSERI”
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular,
disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak.
ditandai oleh tiga stadium: (1) stadium inkubasi sekitar 10 – 14 hari;
(2) stadium prodromal dengan enantem ( bercak koplik ) pada
mukosa bukkal dan faring, demam ringan sampai sedangm
konjungtivitis ringan, coryza, dan batuk yang semakin berat; dan (3)
stadium akhir dengan ruam macular yang muncul berturut – turut
pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki yang disertai oleh
demam tinggi.1
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau measles,
merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang
disebabkan oleg virus moblili, 90 % anak yang tidak kebal akan
terserang peyakit campak.2
Di seluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56% kasus
campak yang dilaporkan yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000
menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006. Sejak vaksinasi campak
diberikan secara luas, terjadi perubahan epidemiologi campak
terutaa di negara berkembang. Dengan tingginya cakupan
imunisasi, terjadi penurunan campak.2
Pada 24 Mei 2011 Centers for Disease Control melaporkan
bahwa Amerika Serikat telah memiliki 118 kasus campak sejauh
tahun ini. Dari 118 kasus, 105 (89%) dari 118 pasien belum
divaksinasi.5
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
morbili menduduki tempat ke-5 dalam urutan macam penyakit
utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam
penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%).1
6
Kejadian luar biasa morbili lebih sering terjadi di daerah pedesaan
terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan,
khususnya dalam program imunisasi1
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai
2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian juga
frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23
kali per tahun menjadi 174, namun case fatality rate telah dapat
diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita
campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14
tahun.3
Bayi mendapat imunitas transplasenta dari ibu yang telah
menderita campak atau imunisasi campak. Imunitas ini biasanya
sempurna selama umur 4 – 6 bulan pertama dan menghilang pada
frekuensi yang bervariasi. Walaupun kadar antibodi ibu secara
umum tidak dapat dideteksi pada bayi dengan uji yang biasa
dilakukan sesudah umur 9 bulan, beberapa proteksi menetap, yang
mengganggu pemberian imunisasi sebelum umur 15 bulan. Walau
cakupan imunisasi cukup tinggi, KLB campak mungkin saja masih
akan terjadi yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi anak-
anak rentan ditambah 15 % anak yang tidak terbentuk imunitas.2
1. Daerah risiko campak 2,9
Yang dimaksud daerah risiko campak yaitu daerah yang
berpotensi terjadinya KLB campak, dilihat dari:
a. Daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah (<80%)
b. Lokasi yang padat dan kumuh
c. Daerah rawan gizi
d. Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan
e. Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima
imunisasi
C. ETIOLOGI 7
7
Virus berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah
timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal selama 34 jam pada
temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal
4 minggu disimpan dalam temperatur 35°C, dan beberapa hari
pada suhu 0°C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
D. CARA PENULARAN 7
Campak menyebar melalui respirasi (kontak dengan cairan dari
hidung orang yang terinfeksi dan mulut, baik secara langsung atau
melalui transmisi aerosol), dan sangat menular. Masa inkubasi
terjadi asimtomatik 10-14 hari dari paparan awal. Penderita campak
biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum gejala
timbul sampai empat hari setelah ruam timbul.
E. PATOGENESIS 7
Patogenesis Campak tanpa Penyulit
Tabel 1. Patogenesis campak tanpa penyulit
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel
nasofaring atau kemungkinan konjungtiva infeksi pada sel
epitel dan multipikasi virus.
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat
infeksi pertama dan pada RES regional maupun daerah yang
jauh
5-7 Viremia sekunder
8
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk
saluran nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang.
Gambar 1. Patogenesis campak
F. ANAMNESIS 6
9
1. Adanya demam tinggi terus menerus 38,5°C atau lebih disertai
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena
cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.
2. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu
yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat itu anak
mulai mengalami kejang demam.
3. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah
sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Adanya
kulit kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan
tanda penyembuhan.
G. PEMERIKSAAN FISIK 6
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari terdiri dari 3
stadium:
1. Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan
demam yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri
menelan, stomatitis dan konjungtivitis. Tanda patognomonik
timbulnya enantema mukosa pipi depan molar tiga disebut
bercak koplik
2. Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam
makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam
dimulai dari batas rambut dibrlakang telinga kemudian
menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ekstremitas.
3. Stadium penyembuhan (konvalesen): setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang
setelah 1-2 minggu.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 6
10
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri
Pemeriksaan untuk komplikasi :
1. Ensepalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal,
kadar elektrolit darah dan analisis gas darah
2. Enteritis : feses lengkap.
3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan rontgen thorak
dan analisa gas darah.
I. DIAGNOSIS 6
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium
prodromal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada apusan
mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka
leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi
lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya
menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah
patognomonis untuk rubeola/campak.
J. DIFERENSIAL DIAGNOSIS 2
Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan
adalah:
1. Rubella (Campak Jerman), terdapat pembesaran kelenjar
getah bening di belakang telinga.
2. DHF atau DBD, dalam 2-3 hari bisa terjadi mimisan, turniket
test (Rumple Leede) positif, perdarahan diikuti shock,
laboratorium menunjukkan trombosit < 100.000/ml dan
serologis positif IgM DHF.
3. Varisella (cacar air), ditemukan vesikula atau gelembung
berisi cairan.
11
4. Alergi obat, kemerahan di tubuh setelah minum obat/
disuntik, serta gatal-gatal.
5. Miliaria atau keringat buntet : gatal-gatal, bintik kemerahan..
6. Eksantema subitum (campak mini) karena sangat mirip,
kelainannya bersifat diskrit makulopapular berwarna merah
tua dan biasanya timbul di daerah dada pada awalnya
kemudian menyebar ke muka dan ekstremitas. Beda utama
dengan campak adalah tidak adanyabercak koplik.
K. KOMPLIKASI 2,5,6
Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi
sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia
>20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi
Vitamin A serta imun defisiensi (HIV), campak dapat menjadi lebih
berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu :
2. Enteritis
3. Konjungtivitis
4. Laringitis akut
5. Bronkopneumonia
6. Ensefalitis
7. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
8. Otitis media
L. PENATALAKSANAAN 2,5,6
1. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus
diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan
bersifat simtomatik, dengan pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan
antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat map. Di rumah sakit pasien
12
campat dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan
perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan
cairan dan diet yang memadai.
2. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis
makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan
ada tidaknya komplikasi.
3. Indikasi rawat : hiperpireksia (suhu > 39°C), dehidrasi, kejang,
asupan oral sulit,atau adanya komplikasi
4. Tanpa komplikasi:
a. Tirah baring di tempat tidur
b. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila
terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
1) Usia 6 bulan – 1 tahun : 100.000 unit dosis tunggal p.o.
2) Usia > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o.
3) Dosis dapat diulang pada hari ke-2 dan 4 minggu
kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A.
4) Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel
saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas
campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan
jumlah limfosit total.
5. Dengan komplikasi :
a. Bronkopneumonia
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
Intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang
dan pasien dapat minum obat per oral selama 7-10 hari.
2) Oksigen 2 liter/menit.
3) Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit
b. Enteritis: koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi
c. Otitis media: disebabkan oleh karena infeksi sekunder,
sehingga perlu diberikan antibiotik kotrimoksazol-
sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)
13
d. Ensefalopati,
1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
2) Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kbb/hari sebagai
dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5
hari dilakukan tappering off).
3) Jumlah cairan dikurangi menjadi ¾ kebutuhan serta
koreksi gangguan elektrolit.
M. PENCEGAHAN 1,7
Pencegahan terhadap penyakit campak diantaranya:
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan
2. Menghindari kontak langsung dengan penderita lain
3. Imunisasi
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak
yang dilemahkan adalah sebanyak 0,5 ml. Cara pemberian
yang dianjurkan adalah subkutan, walaupun dari data yang
terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara
intramuskular tampaknya mempunyai efektivitas yang sama
dengan subkutan.
Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi
mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang
mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi,
sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-
bahan berasal dari darah.
Imunisasi tambahan MMR , vaksin MMR (Mumps
Measles Rubella) adalah campuran tiga jenis virus yang
dilemahkan, yang disuntikkan untuk imunisasi melawan
campak (measles), gondongan (mumps) dan rubella
(german measles). Vaksin MMR umumnya diberikan kepada
14
anak usia 12-15 bulan dengan booster diberikan
sebelum memasuki usia sekolah (4-6 tahun).
Pemberian imunisasi aktif diberikan pada bayi berumur 9
bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru
dikembangkan plaksanaannya pada tahun 1982. Strategi
reduksi campak terdiri atas :
a. Pengobatan pasien campak dengan memberikan vitamin
A.
b. Imunisasi campak :
1) PPI : diberikan pada umur 9 bulan, Imunisasi campak
dapat diberikan bersama vaksin MMR pada umur 12-
15 bulan.
2) Mass campaign, bersamaan dengan Pekan Imunisasi
Nasional.
3) Catch up immunization, diberikan pada anak sekolah
dasar kelas 1-6
c. Surveilans
N. PROGNOSIS 5,6
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik,
tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang
sedang menderita penyakit kronis, gizi kurang/buruk atau bila ada
komplikasi.
Sebagian besar sering terjadi komplikasi termasuk bronkitis, dan
panencephalitis yang berpotensi fatal. Juga, bahkan jika pasien
tidak peduli tentang kematian, orang tersebut dapat menyebarkan
penyakit ini kepada pasien immunocompromised, yang mempunyai
risiko kematian jauh lebih tinggi, karena komplikasi seperti
pneumonia.
15
Biasanya sembuh dalam 7-10 hari setelah timbul ruam. Bila ada
penyulit infeksi sekunder/malnutrisi berat akan menyebabkan
penyakit berat. Kematian disebabkan karena penyulit (pneumonia
dan ensefalitis).
O. Definisi KLB Campak2,8
1. Tersangka KLB : adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan
dibuktikan adanya hubungan epidemiologi.
2. Pasti KLB: apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari
hasil pemeriksaan kasus pada tersangka KLB campak.
3. Penanggulangan KLB
a. Laporkan segera (dalam waktu 24 jam ) kasus-kasus
tersangka campak yang ditemukan dan lakukan kegiatan
imunisasi yang komprehensif bagi semua orang yang rentan
untuk mencegah penularan. Jika terjadi KLB campak di
tempat penitipan anak, sekolah dan perguruan tinggi,
maka terhadap semua orang yang tidak memiliki
Catatan vaksinasi pada waktu bayi dengan 2 dosis
dengan interval minimal 1 bulan harus diimunisasi, kecuali
jika mereka memiliki Catatan dari dokter bahwa mereka
pernah menderita campak atau memiliki bukti
laboratorium tentang status imunisasinya.
b. Pemberian Vitamin A dosis tinggi diberikan pada penderita
usia 6 bulan- 5 tahun sebanyak 2 kapsul, yaitu kapsul
pertama diberikan saat penderita ditemukan, kapsul kedua
diberikan keesokan harinya sesuai umur penderita.
c. Apabila KLB terjadi di suatu institusi, penghuni baru harus
diberi vaksinasi atau IG.
d. Dinegara berkembang, CFR campak masih tinggi. Apabila
vaksin tersedia, pemberian vaksinasi pada awal suatu KLB
membantu mencegah penyebaran lebih lanjut. Apabila
16
persediaan vaksin terbatas, prioritas harus diberikan kepada
anak-anak dengan risiko yang paling
e. Analisis data KLB
1) Attack Rate (AR) :
Attack Rate merupakan insiden rate, biasanya
dinyatakan dalam persen, digunakan pada populasi
terpapar terhadap campak pada periode waktu terbatas.
Attack rate menggambarkan jumlah kasus campak di
populasi terpapar dan luasnya epidemik
Cara Perhitungan :
2) Case – Fatality Rate (CFR)
Cara perhitungan Case Fatality Rate yaitu :
3) Efikasi Vaksin
Data yang didapat dari penyelidikan epidemiologi
memberikan informasi tentang efikasi vaksin yang
dihitung dengan cara sebagai berikut :
17
Attack Rate = Jumlah kasus campak pada kelompok umur x 100 %
Jumlah Populasi at risk (kelompok umur tersebut)
CFR = Jumlah kasus campak Meninggal x 100 %
Jumlah kasus campak
Efikasi Vaksin = AR Tak Imunisasi – AR Imunisasi x 100 %
AR Tak Imunisasi
BAB III
METODE PENYELESAIAN MASALAH
A. Metode
1. Populasi dan sampel
a. Populasi : 37 orang.
b. Sampel : 12 orang.
2. Pengumpulan data
a. Data sekunder : Data yang diambil dari dokumen
puskesmas, status pasien, dan laporan dari puskesmas.
b. Data primer : Melakukan wawancara.
3. Pengolahan dan analisa data
a. Kualitatif deskriptif.
BAB IV
18
HASIL
A. Data Umum
1. Data Geografi
a. Lokasi Gedung Puskesmas Kecamatan wilayah Pangkalan
Kerinci terletak di Jalan Kamboja no.4, Kabupaten
Pelalawan.
b. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pangkalan Kerinci
meliputi:
c. Puskesmas Kecamatan Pangkalan Kerinci memiliki wilayah
kerja tiga kecamatan dan empat desa dengan luas wilayah
1.772 Ha.
d. Secara administratif, batas wilayah kerja Puskesmas
Pangkalan Kerinci :
1) Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Bandar
Sekijang
2) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan
Pangkalan Kuras
3) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan
Langgam
4) Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan
Pelalawan
2. Data Monografi
a. Jumlah penduduk Kecamatan Wilayah Pangkalan Kerinci
adalah 76.884 jiwa, yang terdiri dari:
1) Laki-laki : 40.229 orang
2) Perempuan: 36.655 orang
19
b. Jumlah kepala keluarga: 17.762 KK
c. Jumlah Balita di Puskesmas Pangkalan Kerinci : 7.705 balita
d. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pangkalan Kerinci adalah tiga kelurahan dan
empat desa dengan luas wilayah 1.772 Ha.
e. Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan
sedang
f. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian
sebagai karyawan.
g. Sebagian besar penduduk mayoritas beragama Islam .
3. Jenis Sarana Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Pangkalan Kerinci , antara lain : Balai Pengobatan,
rumah bersalin, apotik, toko obat, praktek dokter peroraangan,
rumah sakit.
B. Sumber Daya Kesehatan Yang Ada
1. Dokter : 1 orang
2. Perawat : 1 orang
3. Koordinator P2M : 1 orang
4. Petugas laboratorium : 3 orang
5. Petugas administrasi : 2 orang
6. Pemegang program campak : 1 orang
C. Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada
1. Medis
a. Poliklinik set :
1) Stetoskop : 2 buah
2) Timbangan berat badan : 2 buah
3) Thermometer : 2 buah
20
4) Tensimeter : 2 buah
5) Senter : 1 buah
b. Alat pemeriksaan darah lengkap : Tidak ada
c. Obat-obatan simptomatis untuk Campak: Cukup
d. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat : Tidak ada
e. Formulir laporan : Cukup
f. Buku petunjuk program Campak : Ada
g. Bagan penatalaksanaan kasus campak : Tidak ada
2. Non medis
a. Gedung Puskesmas : 1 ruang
b. Ruang tunggu : 1 ruang
c. Ruang administrasi : 1 ruang
d. Ruang periksa : 1 ruang
e. Ruang tindakan : 1 ruang
f. Ruang laboratorium : 1 ruang
g. Kamar obat : 1 ruang
h. Perlengkapan administrasi : Cukup
D. Data Kesehatan Masyarakat (Sekunder)
1. Angka Kematian Bayi 5 per 1.335 bayi
2. Angka Kematian Balita 7.705 per 1000 kelahiran hidup
3. Insiden Penyakit campak 11 kasus dalam 1 tahun pada tahun
2012.
E. Gambaran Epidemiologi
21
1. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan tahun
2010 – februari 2013 Menurut waktu :
Tabel 2.Distribusi Kasus campak Berdasarkan Waktu Tahun 2010-
Februari 2013
Bulan Tahun
2010 2011 2012 Februari 2013
Januari - - - 1
Februari 2 - 1 12
Maret 2 1 1
April - 1 4
Mei - 1 -
Juni 1 2 1
Juli - 1 1
Agustus - 2 -
September - - 1
Oktober - - -
November - - -
Desember - - 2
Jumlah 5 8 11 13
22
Grafik 1.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Waktu Tahun 2010-
Februari 2013
Berdasarkan grafik diatas tampak adanya peningkatan
jumlah kasus campak setiap tahunnya dari tahun 2010- Februari
2013.
2. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan
berdasarkan kelompok umur tahun 2010- Febuari 2013
Tabel 3.Distribusi Kasus campak Berdasarkan kelompok umur
Tahun 2010- Februari 2013
Kelompok
umur
Tahun
2010 2011 2012 Febuari 2013
< 1 tahun - - - -
1-4 tahun 2 3 5 6
5-9 tahun 2 5 4 5
10-14 tahun 1 - 1 1
>14 tahun - - 1 -
23
Jumlah Kasus Campak
2010 – Februari 2013
Grafik 2.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2010- Februari 2013
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2010 kelompok usia
yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dan usia 2-
9 tahun dengan persentase 40 %, pada tahun 2011 kelompok
usia yang banyak terkena campak adalah usia 5-9 tahun
dengan persentase 63 %, pada tahun 2012 kelompok usia yang
banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dengan
persentase 45 % dan pada tahun 2013 hingga bulan februari
kelompok usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4
tahun dengan persentase 48 %
3. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan
berdasarkan jenis kelamin tahun 2010- Febuari 2013
24
Kasus Campak Menurut Kelompok Umur
2010-Februari 2013
Tabel 4.Distribusi Kasus campak Berdasarkan jenis kelamin Tahun
2010- Februari 2013
Jenis
kelamin
Tahun
2010 2011 2012 Febuari 2013
Laki-laki 2 4 3 7
Perempuan 3 4 11 6
Grafik 3.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2010- Februari 2013
Berdasarkan grafik diatas, didapatkan lebih banyak anak
berjenis kelamin perempuan yang menderita campak
dibandingkan dengan anak berjenis kelamin laki-laki.
4. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten
Pelalawanberdasarkan Wilayah tahun 2010- Febuari 2013
25
Kasus Campak Menurut Kelompok Jenis Kelamin 2010-Februari 2013
Tabel 5.Distribusi Kasus campak Berdasarkan wilayah Tahun 2010-
Februari 2013
Wilayah Tahun
2010 2011 2012 Febuari 2013
Kerinci
Timur
3 3 5 12
Kerinci Barat 0 1 1 0
Kota 2 2 5 1
Desa
Makmur
0 1 0 0
Mekar Jaya 0 1 0 0
Kuala
terusan
0 0 0 0
Rantau Baru 0 0 0 0
Grafik 4. Distribusi Kasus Campak Berdasarkan wilayah Tahun 2010-
Februari 2013
26
Berdasarkan grafik diatas dari tahun 2010- Februari 2013
kasus campak paling banyak terjadi di Kerinci timur.
5. Penemuan Kasus campak di Wilayah Kerja di Puskesmas
“BERSERI” Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan
berdasarkan status imunisasi tahun 2010- Febuari 2013
Tabel 6.Distribusi Kasus campak Berdasarkan Status Imunisasi
Tahun 2010- Februari 2013
Status imunisasi Tahun
2010 2011 2012 Febuari 2013
Imunisasi 4 6 3 1
Tidak Imunisasi 1 2 8 11
Keterangan 1 masih berusia
7 bulan
Grafik 5.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi Tahun
2010
27
Grafik 6.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi
Tahun 2011
Grafik 7.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi
Tahun 2012
28
Grafik 8.Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Status Imunisasi
hingga Februari Tahun 2013
Berdasarkan Grafik diatas didapatkan bahwa anak yang
tidak diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan
persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013
hingga februari sebesar 91,67 %.
F. Pemetaan Wilayah Penyakit Campak
29
Menurut hasil wawancara dengan pengelola program
campak, terjadinya peningkatan kasus campak disebabkan oleh
kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai penyakit campak dan pentingnya
imunisasi campak serta kurangnya kerjasama dengan instansi
kesehatan lain (praktek swasta, Rumah Sakit) sehingga kasus
campak dan penanganannya tidak terdata.
2. Dengan orang tua pasien (responden)
Menurut hasil wawancara dengan orang tua pasien,
banyaknya anak yang menderita campak disebabkan oleh
masyarakat belum mengetahui tentang penyakit campak,
gejala, bahaya dan pentingnya imunisasi campak serta
kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan.
BAB V
33
PEMBAHASAN
A. Gambaran Epidemiologi
1. Dari hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan jumlah
kasus campak setiap tahunnya dari tahun 2010- Februari 2013.
2. Dari hasil penelitian didapatkan, pada tahun 2010 kelompok
usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dan
usia 2-9 tahun dengan persentase 40 %, pada tahun 2011
kelompok usia yang banyak terkena campak adalah usia 5-9
tahun dengan persentase 63 %, pada tahun 2012 kelompok
usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun
dengan persentase 45 % dan pada tahun 2013 hingga bulan
februari kelompok usia yang banyak terkena campak adalah
usia 1-4 tahun dengan persentase 48 % Hal ini mungkin
disebabkan karena daya tahan tubuh yang lebih rendah pada
anak < 5 tahun.
3. Dari hasil penelitian didapatkan lebih banyak anak berjenis
kelamin perempuan yang menderita campak dibandingkan
dengan anak berjenis kelamin laki-laki.
4. Dari hasil penelitian didapatkan dari tahun 2010- Februari 2013
kasus campak paling banyak terjadi di Kerinci timur. Hal ini
mungkin disebabkan karena tempat tinggal di daerah tersebut
merupakan lingkungan yang padat huni sehingga kesehatan
dan sanitasi di lingkungan rumah kurang terjaga.
5. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan
persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013
hingga februari sebesar 91,67 %. Hal ini dipengaruhi oleh
terbentuknya antibody terhadap virus morbili pada anak yang
telah diimunisasi.
B. Hasil Wawancara
1. Dengan petugas Puskesmas
34
Menurut hasil wawancara dengan pengelola program
campak, terjadinya peningkatan kasus campak disebabkan oleh
kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai penyakit campak dan pentingnya
imunisasi campak serta kurangnya kerjasama dengan instansi
kesehatan lain (praktek swasta, Rumah Sakit) sehingga kasus
campak dan penanganannya tidak terdata.
2. Dengan orang tua pasien (responden)
Menurut hasil wawancara dengan orang tua pasien,
banyaknya anak yang menderita campak disebabkan oleh
masyarakat belum mengetahui tentang penyakit campak,
gejala, bahaya dan pentingnya imunisasi campak serta
kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus campak
di Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013 :
1. Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima
imunisasi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan
persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013
hingga februari sebesar 91,67 %. Hal ini dipengaruhi oleh
terbentuknya telah antibody terhadap virus morbili pada anak
yang telah diimunisasi sehingga ia akan menjadi lebih kebal
terhadap infeksi virus campak.
Berdasarkan hasil wawancara, dii wilayah Jl.Pasar Baru
(banyak terjadi kasus campak) warga di lingkungan tersebut
tidak menerima imunisasi mereka masih berkeyakinan bahwa
campak adalah penyakit yang biasa terjadi dan akan sembuh
dengan sendirinya. Sebagian warga tidak memberikan
35
imunisasi karena takut anaknya akan demam setelah
diimunisasi, dan masih banyak hal lainnya.
Tabel 7. Laporan Hasil Immunisasi Campak Puskesmas
tahun 2012
Puskesmas Pencapaian imunisasi
Campak
Kerinci Timur 91.5 %
Kerinci Barat 94.7 %
Kerinci Kota 91 %
Kuala Terusan 100 %
Mekar Jaya 93.9 %
Makmur 92.1 %
Rantau Baru 91.7 %
Berdasarkan tabel di atas pencapaian imunisasi tahun 2012
di Kerinci Timur (Jl.Pasar Baru) sebesar 91.5 % lebih dari target
nasional yaitu >90 %, namun angka kasus campak di Kerinci
Timur masih tinggi, hal ini mungkin disebabkan oleh karena
mereka yang terkena penyakit campak tidak termasuk dalam
cakupan imunisasi campak tahun 2012 (dalam 91,5 %).
2. Lingkungan tempat tinggal yang padat dan kumuh
36
Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan
salah satu usaha untuk memperbaiki kesehatan. Kriteria rumah
sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang
cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan
penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup. Luas bangunan yang optimum
adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap
orang (tiap anggota keluarga).
37
Gambar 6. Kondisi rumah di daerah Jl. pasar baru
3. Status gizi buruk atau kurang
Anak dengan status gizi kurang/buruk prognosisnya akan buruk
karena status gizi mempengaruhi respon imunitas tubuh terhadap
virus morbili. Apabila respon imun tubuh yang kurang, tubuh tidak
akan dapat melawan infeksi virus morbili, sehingga bisa
menyebabkan komplikasi ke penyakit yang lainnya hingga kondisi
yang lebih buruk lagi
D. Hasil Evaluasi Program :
Terjadinya peningkatan kasus campak di Puskesmas
“BERSERI” Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan
dari tahun 2010 – Februari 2013 mungkin disebabkan karena
kurangnya sosialisasi mengenai penyakit campak, sehingga warga
39
tidak memahami akan bahaya penyakit campak dan pentingnya
imunisasi sehingga kesadaran masyarakat untuk membawa
balitanya berobat ke tempat pelayanan kesehatan kurang.
E. Kegiatan yang dilakukan
Pada bulan februari terjadi peningkatan kasus campak yang
signifikan di wilayah Jl.Pasar Baru yaitu 12 kasus dalam waktu satu
minggu oleh karena itu dilakukan kunjungan rumah surveilans
campak serta diadakan penyuluhan dan pembagian vitamin A pada
wilayah tersebut.
Gambar 7. Kunjungan rumah bersama surveilans campak di
wilayah Jl.Pasar Baru
40
Gambar 8. Penyuluhan campak di wilayah Jl.Pasar Baru
Gambar 9. Pembagian Vitamin A di wilayah Jl.Pasar Baru
F. Hasil Kegiatan
Telah dilaksanakan penyuluhan dan pembagian Vitamin A di
wilayah Jl.Pasar Baru yang di wilayah tersebut banyak terkena
41
campak, masyarakat telah paham mengenai penyakit campak dan
pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit campak.
G. Rencana yang Akan Datang
1. Diadakan sweeping imunisasi untuk bayi yang belum
mendapatkan imunisasi campak di wilayah Jl.Pasar Baru
2. Rencana Pembentukan posyandu di wilayah Jl.Pasar Baru.
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan jumlah
kasus campak setiap tahunnya dari tahun 2010- Februari 2013.
2. Dari hasil penelitian didapatkan, pada tahun 2010 kelompok
usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun dan
usia 2-9 tahun dengan persentase 40 %, pada tahun 2011
kelompok usia yang banyak terkena campak adalah usia 5-9
tahun dengan persentase 63 %, pada tahun 2012 kelompok
usia yang banyak terkena campak adalah usia 1-4 tahun
dengan persentase 45 % dan pada tahun 2013 hingga bulan
februari kelompok usia yang banyak terkena campak adalah
usia 1-4 tahun dengan persentase 48 % Hal ini mungkin
disebabkan karena daya tahan tubuh yang lebih rendah pada
anak < 5 tahun.
3. Dari hasil penelitian didapatkan lebih banyak anak berjenis
kelamin perempuan yang menderita campak dibandingkan
dengan anak berjenis kelamin laki-laki.
4. Dari hasil penelitian didapatkan dari tahun 2010- Februari 2013
kasus campak paling banyak terjadi di Kerinci timur. Hal ini
mungkin disebabkan karena tempat tinggal di daerah tersebut
merupakan lingkungan yang padat huni sehingga kesehatan
dan sanitasi di lingkungan rumah kurang terjaga.
5. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak yang tidak
diimunisasi lebih banyak terkena penyakit campak, dengan
persentase pada tahun 2012 sebesar 72,27 %, dan tahun 2013
hingga februari sebesar 91,67 %. Hal ini dipengaruhi oleh
43
terbentuknya antibody terhadap virus morbili pada anak yang
telah diimunisasi.
6. Menurut hasil wawancara dengan pengelola program campak,
terjadinya peningkatan kasus campak disebabkan oleh
kurangnya sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai penyakit campak dan pentingnya
imunisasi campak serta kurangnya kerjasama dengan instansi
kesehatan lain (praktek swasta, Rumah Sakit) sehingga kasus
campak dan penanganannya tidak terdata.
7. Menurut hasil wawancara dengan orang tua pasien, banyaknya
anak yang menderita campak disebabkan oleh masyarakat
belum mengetahui tentang penyakit campak, gejala, bahaya
dan pentingnya imunisasi campak serta kurangnya sosialisasi
dari petugas kesehatan.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus campak di
Puskesmas “BERSERI” Pangkalan Kerinci tahun 2010 –
Februari 2013, diantaranya adalah daerah dimana budaya
masyarakatnya tidak menerima imunisasi, lingkungan tempat
tinggal yang padat dan kumuh, serta status gizi buruk atau
kurang.
9. Kegiatan yang dilakukan pada peningkatan kasus campak yang
terjadi di wilayah Jl.Pasar Baru diantaranya kunjungan rumah
dengan tim Surveilans campak Kabupaten Pelalawan dan
Propinsi Riau, Penyuluhan penyakit campak dan Imunisasi,
serta Pembagian Vitamin A di wilayah Jl.Pasar Baru.
10.Rencana yang Akan Datang
a. Diadakan sweeping imunisasi untuk bayi yang belum
mendapatkan imunisasi campak di wilayah Jl.Pasar Baru
b. Rencana Pembentukan posyandu di wilayah Jl.Pasar Baru.
44
B. Saran
1. Memberikan penyuluhan baik individu maupun kelompok
(posyandu, puskesmas, pkk, arisan, wirid pengajian) mengenai
penyakit campak dan pentingnya imunisasi campak secara
rutin.
2. Memberikan pembaharuan pengetahuan kepada tenaga
kesehatan dan kader yang ada tentang penyakit campak agar
dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh dan mengadakan
penyuluhan kelompok tentang Penyakit campak.
3. Membentuk posyandu di wilayah yang tinggi kasus campaknya.
4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
pengertian dan kriteria rumah sehat, sehingga dapat
mengurangi risiko penularan penyakit campak
5. Membina hubungan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya
yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci seperti Rumah
Sakit, praktek swasta, Praktek dokter umum, dan Praktek bidan
sehingga pendataan dan pencegahan terjadinya KLB bisa
terlaksana dengan baik.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2 Edisi 15.
Jakarta. EGC
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Bidang P2PL .2012. Petunjuk
Teknis Surveilans Campak.
3. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm , Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 293 – 304
4. Laporan Tahunan Puskesmas Pangkalan Kerinci 2010. Hal.5-12.
5. Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC
6. RSCM, 2007. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta. Hlm. 150-152
7. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh,
dkk. (ed) Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Hlm. 105
8. www.dinkes-sulsel.go.id , Pedoman Pencegahan KLB Campak
9. www.jabarprov.go.id , Perumahan dan Sanitasis
46