mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka...

download mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal

of 25

description

referat ilmu bedah

Transcript of mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka...

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    1/25

    i

    REFERAT

    KOLONOSKOPI POLIPEKTOMI DAN PENCEGAHAN TERHADAP

    ANGKA KEMATIAN JANGKA PANJANG PADA KANKER

    KOLOREKTAL

    Disusun oleh :

    Fatimatuzzarah

    20090310171

    PEMBIMBING

    Dr. Andik Nurcahyono, Sp.B

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    RSUD SALATIGA

    2013

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    2/25

    ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah diajukan dan disahkan referat dengan judul

    kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka

    panjang pada kanker kolorektal

    Disusun oleh

    Nama : Fatimatuzzarah

    NIM : 20090310171

    Salatiga, 08 Februari 2014

    Disetujui oleh :

    Dokter Pembimbing

    Dr. Andik Nurcahyono, Sp.B

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    3/25

    1

    DAFTAR ISI

    REFERAT ............................................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1

    BAB I ...................................................................................................................... 2

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

    A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 2

    B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 4

    C. TUJUAN PEMBUATAN REFERAT .............................................................................. 4

    BAB II .................................................................................................................... 5

    TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

    A. KANKER KOLOREKTAL ............................................................................................. 5

    1. Epidemiologi ....................................................................................................... 5

    2. Etiologi ................................................................................................................ 6

    3. Patofisiologi ......................................................................................................... 8

    4. Gejala Klinis ....................................................................................................... 10

    5. Pemeriksaan ...................................................................................................... 14

    BAB III ................................................................................................................. 20

    PEMBAHASAN .................................................................................................. 20

    BAB IV ................................................................................................................. 22

    KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 22

    A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 22

    B. SARAN ................................................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    4/25

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Setiap tahunnya terdapat 160,000 kasus yang didiagnosa sebagai kanker

    kolorektal di Amerika Serikat di mana 57,000 pasien meninggal membuat kanker

    kolorektal sebagai salah satu penyebab terbanyak kematian pada orang dewasa.1

    Walaupun memiliki angka statistic yang buruk, kanker kolorektal merupakan

    salah satu keganasan yang paling dapat dicegah.1 Kebanyakan dari kanker

    kolorektal berkembang dari polip adenoma benign yang dapat diidentifikasi dan

    diambil pada saat pemeriksaan skrining dengan kolonoskopi.1,2Prosedur ini dapat

    menurunkan angka kematian sebanyak 30-40%.2

    Kanker yang terletak dalam dinding kolon (TNM I & II) dapat disembuhkan,

    akan tetapi apabila dibiarkan tanpa penanganan kanker tersebut dapat menyebar

    ke nodus limfa regiona (TNM III) dan akhirnya bermetastasis ke organ tubuh

    lainnya (TNM IV). Kanker derajat I-II dapat diobati dengan pembedahan, kanker

    derajat III memiliki tingkat kesembuhan hingga 73% dengan terapi pembedahan

    dan kemoterapi adjuvant. Untuk derajat IV, walaupun tidak dapat disembuhkan,

    tetapi dengan semakin berkembangnya kemoterapi dapat memperbaiki tingkat

    survival penderita.1

    Secara tradisional polip kolon terbagi menjadi 2 kategori: polip non-

    neoplasma (polip hiperplastik, inflammatoru, juvenile/hamartomatos) dan polip

    neoplasma (berbagai macam adenoma). Polip neoplasma berpotensi menjadi

    keganasan.3

    Skrining terhadap kanker kolorektal mempengaruhi angka kematian melalui

    dua cara: deteksi kanker pada fase awal sehingga dapat diobati, dan deteksi

    adenoma polip sehingga dapat diangkat. Deteksi terhadap kanker pada fase-fase

    awal berhubungan dengan penurunan angka kematian pada trial skrining. Karena

    skrining dapat mengurangi angka insidensi dan kematian melalui deteksi lesi

    prekanker maupun deteksi kanker pada fase awal, maka banyak penelitian

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    5/25

    3

    dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tindakan skrining mana yang memiliki

    hasil keluaran yang lebih baik.4,5

    The Minnesota Colorectal Cancer Control Study mengemukakan 20 tahun

    yang lalu bahwa rutin guaiac fecal-occult blood test mampu menurunkan angka

    kematian sebesar 33%. Nishihara dkk menemukan adanya penurunan resiko dan

    kematian dari kanker kolorektal berhubungan dengan skrining kolonoskopi dan

    sigmoideskopi. Penelitian lainnya melaporkan bahwa kolonoskopi, terutama

    dengan polipektomi, menurunkan resiko untuk kanker pada daerah distal kolon

    lebih besar dibanding pada daerah proximal kolon.6

    Resiko terkena kanker secara stabil menurun hingga 10 tahun setelah

    kolonoskopi, kecuali pada mereka yang memiliki keluarga first-degree yang

    terkena kanker kolorektal. Resiko pada pasien tersebut mendekati baseline 5 tahun

    setelah kolonoskopi dengan polipektomi. Efek proteksi untuk skrining lebih tinggi

    pada kolonoskopi dibandingkan dengan sigmoideskopi (multivariate adjusted

    ratio, 0.32 vs. 0.59).6

    Pada artikel lainnya, Shaukat dkk yang mengikuti Minnesota trial selama 30

    tahun hingga tahun 2011 dan menemukan bahwa grup skrining (dengan FOBT)

    annual dan biennial memiliki resiko kematian 32% dan 22% lebih rendah

    dibanding variable control yang tidak diskrining.6

    FOBT dan sigmoideskopi flexible memiliki potensi kehilangan fraksi

    substansial dari lesi prekanker, karena itu, walaupun kolonoskopi memiliki harga

    yang lebih mahal, lebih tidak nyaman dan cukup beresiko, skrining jenis ini

    dianggap alat skrining primer terhadap kanker kolorektal apabila dilakukan setiap

    10 tahun dimulai pada usia 50 tahun pada populasi normal.4

    Metode skrining apapun yang dipilih, usia dimulainya skrining telah

    disepakati dimulai pada usia 50 tahun pada populasi normal dan 40 tahun pada

    populasi beresiko.5

    Telah disebutkan sebelumnya bahwa banyak penelitian cohort yang

    menyatakan kolonoskopi dengan polipektomi dapat menurunkan resiko kematian

    pada kanker kolorektal. Pertanyaan penting yang terlontar adalah apakah kanker

    yang dicegah melalui kolonoskopi polipektomi pada penelitian-penelitian cohort

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    6/25

    4

    tersebut merupakan jenis yang memiliki potensi untuk menyebabkan kematian.

    Untuk mengetahui efektifitas deteksi kolonoskopi dan pengangkatan polip

    adenoma terhadap angka kematian kanker kolorektal, dilakukanlah pemeriksaan

    angka kematian pada studi cohort selama masa surveilans hingga 23 tahun setelah

    kolonoskopi polipektomi.4

    B. RUMUSAN MASALAH

    Apakah kolonoskopi polipektomi efektif untuk deteksi dan menurunkan

    angka kematian karena kanker kolorektal?

    C.

    TUJUAN PEMBUATAN REFERAT

    1. Untuk mengetahui efektifitas kolonoskopi polipektomi untuk deteksi kanker

    kolorektal

    2.

    Untuk mengetahui efektifitas kolonoskopi polipektomi untuk menurunkan

    angka kematian karena kanker kolorektal

    3. Untuk menambah khasanah kepustakaan

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    7/25

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. KANKER KOLOREKTAL

    1. Epidemiologi

    Adenokarsinoma pada kolon dan rectum teridentifikasi padal lebih dari

    150,000 penduduk di Amerika Serikat setiap tahunnya di mana 60,000 orang

    meninggal tiap tahunnya. Keganasan ini merupakan penyebab kematian kedua

    terbanyak karena kanker di Amerika Serikat.6,7Pada laki-laki karsinoma jenis ini

    menempati posisi kedua (pertama adalah kanker paru) sedangkan pada perempuan

    menempati posisi ketiga (setelah kanker payudara dan paru). Lebih dari 95%

    kanker kolorektal diperkirakan berasal dari polip. Polip adenoma diperkirakan

    terdapat pada 33% populasi umum yang berusia 50 tahun dan 50% pada populasi

    berumur 70 tahun.7

    Untuk peringkat dunia, kanker kolorektal imbang dengan kanker payudara

    menempati urutan ketiga sebagai kanker yang paling banyak diderita setelh

    kanker lambung dan kanker paru.3Insidensi untuk kanker kolorektal lebih tinggi

    di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang.8

    Gb 2.1 Estimasi kasus baru dan kematian karena kanker di Amerika

    Serikat, 20053

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    8/25

    6

    Gb 2.2 Insidensi kanker kolorektal per 100,000 orang pada tahun 19803

    Insidensi antara laki-laki dan wanita hampir sama selama 25 tahun

    terakhir.9

    2. Etiologi

    Walaupun ada beberapa kondisi yang menjadi factor predisposisi untuk

    berkembangnya kanker kolorektal, hingga 70% pasien tidak memiliki factor

    resiko8:

    a. Usia: > 90% kanker kolon terjadi pada pasien berusia > 50 tahun.8

    b. Jenis kelamin: insidensi untuk kanker kolon lebih tinggi pada perempuan,

    sedangkan pada kanker rektal lebih sering terjadi pada laki-laki.8

    c. Etnis: Afro-Amerika > kulit putih di mana angka kematiannya juga

    menigkat hingga 32%.8

    d.

    Riwayat kanker kolorektal atau adenoma8:

    - Adenoma tubular (resiko paling rendah), 75-100% komponen

    tubular, merupakan tipe adenoma yang paling banyak (75% dari

    polip neoplasma), hanya 5% dari tipe ini yang berkembang

    menjadi sebuah keganasan.3

    - Adenoma tubule-villlous (resiko intermediate), 25-75% komponen

    villous, 15% dari semua kasus polip adenoma, 22% penderita

    mengalami keganasan.3

    - Adenoma villous (resiko paling tinggi), 75-100% komponen

    villous, 40% kasus berkembang menjadi suatu keganasan.3

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    9/25

    7

    -

    Semua tipe adenoma memiliki derajat dysplasia atau atipia seluler

    tertentu yang bisa diklasifikasikan dari ringan-berat.3

    e.

    Pengguna tembakau: pada perokok dapat meningkatkan resiko terkena

    kanker kolorektal sebesar 2.5x.8

    f. Diet:

    - Orang dengan obesitas, defisiensi kalsium, defisiensi

    micronutrient (folat, vit D, vit E)8

    - Bukti yang dihasilkan dari studi epidemiologi menunjukkan

    adanya peran penting dari diet berupa pencetus dan proteksi

    terhadap kanker kolorektal. Diet tinggi lemak adalah factor yang

    paling sering menjadi pencetus, di mana dilaporkan lemak

    mungkin berhubungan dengan prolong eksposur toxin terhadaplumen kolon distal. Diet tinggi fiber merupakan factor proteksi,

    dan dikatakan bahwa beberapa jenis serat dapat berikatan dengan

    mutagen dan menurunkan kontaknya terhadap epitel kolon.3

    g. IBD:

    - Untuk penderita colitis ulseratif, insidensi terjadinya keganasan

    merupan sebuah proporsi dari luas kolon yang terkena, usia pada

    saat onset, derajat keparahan penyakit dan lama penyakit diderita.3

    disebutkan bahwa pasien dengan colitis ulseratif beresiko 7-11x

    lebih tinggi dibanding populasi normal terutama berhubungan

    dengan lamanya colitis yang diderita (8-12 tahun) dan adanya

    dysplasia.8 3% dari pasien akan memilik kanker dalam 10 tahun

    pertama dari onset colitis.3

    - Penyakit crohn berhubungan dengan 2x resiko terkena kanker

    kolorektal dan tambahan resiko terkena kanker usus halus.3,8

    h. Riwayat keluarga: pada populasi umum, apabila terdapt first-degree

    relative yang terkena kanker, resiko relative untuk anggota keluarga

    terkena sebesar 1.72 dan meningkat menjadi 2.75 apabila terdapat 2 orang

    dari first-degree relative yang terkena. Peningkatan resiko juga ditemukan

    apabila terdapat anggota keluarga yang memiliki polip adenoma sebelum

    usia 60 tahun. Akan tetapi true hereditary form dari kanker kolorektal

    hanya sebesar 6 %.8

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    10/25

    8

    Gb 2.3 kondisi yang menjadi faktor predisposisi kanker kolorektal7

    3.

    Patofisiologi

    Selama lebih dari dua decade, berbagai macam penelitian telah dilakukan

    untuk memahami defek genetic dan abnormalitas molecular yang berhubungan

    dengan perkembangan dan progresi adenoma dan kanker kolorektal. Adanya

    mutasi mungkin menimbulkan aktivasi onkogen (K-ras) dan inaktivasi tumor

    suppressing gene (APC, DCC [terhapus pada kanker kolorektal], p53).9

    Gb 2.4 progresi perubahan sel epitel kolon normal menjadi karsinoma

    Defek pada gen APC pertama kali dideskripsikan pada pasien dengan

    FAP. Dengan meneliti populasi ini, maka karakteristik mutasi dari gen APC dapat

    diidentifikasi. Perubahan ini diketahui ada dalam 80% kasus sporadik kanker

    kolorektal. Mutasi pada setiap alel diperlukan untuk pembentukan polip.

    Mayoritas dari mutasi ialah prematur stop kodon yang menghasilkan truncated

    APC protein. Inaktivasi APC sendiri tidak menghasilkan karsinoma. Akan tetapi,

    mutasi ini menyebabkan akumulasi kerusakan genetik yang menghasilkan

    keganasan. Tambahan mutasi pada jalur ini ialah aktivasi onkogen K-ras dan

    hilangnya gen supresi tumor DCC dan p53.9

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    11/25

    9

    K-ras diklasifikasikan sebagai proto onkogen karena mutasi 1 alel siklus

    sel. Gen K-ras menghasilkan produk G protein yang akan menyebabkan

    transduksi signal intraceluler. Ketika aktif, K-ras berikatan dengan guanosine

    triphosphate (GTP) yang dihidrolisis menjadi guanosis diphosphate (GDP)

    kemudian menginaktivasi G protein. Mutasi K-ras menyebabkan ketidakmampuan

    dalam hidrolisis GTP yang menyebabkan G protein aktiv secara permanen. Hal ini

    yang menyebabkan pemecahan sel yang tidak terkontrol.9

    DCC ialah gen supresi tumor dan kehilangan semua alelnya diperlukan

    untuk degenerasi keganasan, mutasi DCC terjadi pada lebih dari 70% kasus

    karsinoma kolorektal dan memiliki prognosis negatif. Gen supresi tumor p-53

    sudah banyak dikarakteristikan dalam banyak keganasan. Protein p53 penting

    untuk menginisiasi apoptosis dalam sel pada kerusakan genetik yang tidak dapat

    diperbaiki. Mutasi p53 diperlihatkan dalam 75% kasus.9

    Terdapat 2 jalur utama dalam inisasi dan progesi dari tumor yaitu jalur

    LOH dan jalur replication error (RER). Jalur LOH dikarakteristikan dengan delesi

    pada kromosom dan tumor aneuploidi. 80% dari karsinoma kolorektal merupakan

    mutasi dari jalur LOH, sisanya merupakan mutasi jalur RER yang

    dikarakteristikan dengan kesalahan pasangan sewaktu replikasi DNA. Beberapa

    gen sudah diidentifikasi sebagai sesuatu yang penting dalam mengenali dan

    memperbaiki kesalahan replikasi. Kesalahan pencocokan gen yaitu include

    hMSH2, hMLH1, hPMS1, hPMS2, dan hMSH6/GTBP. Mutasi satu dari beberapa

    gen ini merupakan predisposisi dalam mutasi sel yang dapat terjadi pada proto

    onkogen ataupun gen supresi tumor.9

    Jalur RER berhubungan dengan instabilitasi mikrosatelit. Tumor dengan

    instabilitas mikrosateliti memiliki karakteristik yang berbeda dari jalur LOH.

    Tumor ini lebih banyak terdapaat pada bagian kanan dan memiliki prognosis yang

    lebih baik. Tumor yang berasal dari LOH terjadi pada kolon distal dan

    berprognosis lebih buruk.9

    Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari

    lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan

    menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    12/25

    10

    sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam

    tubuh yang lain (paling sering ke hati).

    Neoplasma primeradenokarsinoma

    Secara makroskopik terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu :

    a. Tipe polipoid atau vegetatif yang tumbuh menonjol kedalam lumen usus,

    berbentuk kembang kol dan ditemukan terutama di daerah sekum dan kolon

    asendens.

    b. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala

    obstruksi, terutama ditemukan di daerah kolon desendens, sigmoid dan

    rektum.

    c. Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral terdapat di rektum.

    Pada tahap lanjut sebagian besar karsinoma kolon mengalami ulserasi

    menjadi tukak maligna.

    4. Gejala Klinis

    Gejala dan tanda dini carcinoma colorectal tidak ada. Umumnya gejala

    pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi,

    perdarahan atau akibat metastasis.

    a.

    Carcinoma colon kanan

    Jarang terjadi stenosis dan faeces masih cair sehingga tidak ada faktor

    obstruksi.Gambaran klinis tumor caecum dan colon ascendens tidah khas,

    gejala umumnya nerupa dyspepsia, kelemahan umum, penurunan berat badan,

    dan anemia. Oleh karena itu pasien sering datang dalam keadaan terlambat.

    Nyeri pada carcinoma colon kanan bermula di epigastrium.

    Gejala yang timbul pada kolon kanan :

    - Kelemahan yang tidak dapat dijelaskan / anemia

    - Tes darah samar pada feses

    - Gejala dispepsia

    - Ketidaknyamanan abdomen kanan persisten

    - Teraba massa abdominal

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    13/25

    11

    b.

    Carcinoma colon kiri dan rectum

    Sering bersifat skirotik sehingga banyak menimbulkan stenosis dan

    obstruksi, terlebih karena faeces sudah padat. Menyebabkan perubahan pola

    defekasi, seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmus. Makin ke distal

    letak tumor, faeces makin menipis, atau seperti kotoran kambing, atau lebih

    cair disertai darah atau lendir. Tenesmus merupakan gejala yang biasa didapat

    pada carcinoma rectum. Nyeri pada colon kiri bermula di bawah umbilicus

    Pada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak teraba pada palpasi

    abdomen, bila sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan lanjut. Massa

    di colon sigmoideum lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain colon.

    Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan.

    Gejala yang timbul pada kolon kiri :

    -

    Gangguan pola buang air besar

    - Darah makro pada feses

    - Gejala obstruksi

    Rektum :

    -

    Pendarahan per rektal

    - Gangguan pola buang air

    -

    Adanya sensasi tidak lampias

    Teraba tumor intrarectal

    Tabel 1. Faktor yang menentukan tanda dan gejala

    Colon kanan Colon kiri Rectum

    Tipe tumor Vegetative

    ulseratif

    Stenotik Infiltratif

    Ulseratif

    Vegetatif

    Kaliber viskus Besar Kecil/pipih Besar

    Isi viskus Setengah cair Setengah padat Padat

    Fungsi utama absorbsi Penyimpanan Defekasi

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    14/25

    12

    Tabel 2. Gejala klinis9

    Colon kanan Colon kiri RectumAspek klinis Colitis Obstruksi Proktitis

    Nyeri Karena

    penyusupan

    Karena obstruksi Tenesmus

    Defekasi Diare atau diare

    berkala

    konstipasi

    progresif

    Tenesmus terus

    menerus

    Obstruksi Jarang Hampir selalu Tidak jarang

    Darah pada faeces Samar Samar ataumakroskopis

    Makroskopis

    Faeces Normal (atau

    diare)

    Normal Perubahan bentuk

    Dispepsi Sering Jarang Jarang

    Memburuknya

    keadaan umum

    Hampir selalu Lambat Lambat

    Anemia Hampir selalu Lambat Lambat

    c. FAP

    Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC, yang berlokasi

    pada kromosom 5q21. Adanya defek pada APC tumor supresor gen dapat

    menggiring kepada kemungkinan pembentukan kanker kolorektal pada umur 40

    sampai 50 tahun.2Pada FAP yang telah berlangsung cukup lama, didapatkan polip

    yang sangat banyak untuk dapat dilakukannya kolonoskopi polipektomi yangaman dan adekuat. Ketika hal ini terjadi, direkomendasikan untuk melakukan

    prophylactic subtotal colectomy diikuti dengan endoskopi pada bagian yang

    tersisa. Idealnya prophylactic colectomy harus ditunda kecuali terdapat terlalu

    banyak polip yang dapat ditangani dengan aman. Prosedur pembedahan elektif

    harus sedapat mungkin dihindari ketika memungkinkan. Screening untuk polip

    harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP yang diberi 400 mg

    celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata jumlah polip

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    15/25

    13

    sebesar 28%. Tumor lain yang mungkin muncul pada sindrom FAP adalah

    karsinoma papillary thyroid, sarcoma, hepatoblastomas, pancreatic carcinomas,

    dan medulloblastomas otak. Varian dari FAP termasuk gardners syndrom dan

    turcots syndrom.

    d. HNPCC

    Pola autosomal dominan dari HNPCC termasuk lynchs sindrom I dan II.

    Generasi multipel yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal muncul pada umur

    yang muda (45 tahun), dengan predominan lokasi kanker pada kolon kanan.

    Abnormalitas genetik ini terdapat pada mekanisme mismatch repair yang

    bertanggung jawab pada defek eksisi dari abnormal repeating sequences dari

    DNA, yang dikenal sebagai mikrosatellite (mikrosatellite instability). Retensi dari

    squences ini mengakibatkan ekspresi dari phenotype mutator, yang

    dikarakteristikkan oleh frekuensi DNA replikasi error (RER+ phenotype), dimana

    predisposisi tersebut mengakibatkan seseorang memiliki multitude dari

    malignansi primer. Pasien dengan HNPCC mungkin juga memiliki adenoma

    sebaceous, carcinoma sebaceous, dan multipel keratocanthoma, Termasuk kanker

    dari endometrium, ovarium, kandung kemih, ureter, lambung dan traktus biliaris.

    Jika dibandingkan dengan sporadic kanker kolorektal, tumor pada HNPCC

    seringkali poorly differentiated, dengan gambaran mucoid dan signet-cell, reaksi

    yang mirip crohns (nodul lymphoid, germinal centers, yang berlokasi pada

    perifer inflitrasi kanker kolorektal), kehadiran infiltrasi lymphocytes diantara

    tumor. Karsinogenesis yang terakselerasi muncul pada HNPCC, pada keadaan ini

    adenoma kolon yang berukuran kecil dapat menjadi karsinoma dalam 2-3 tahun,

    bila dibandingkan dengan proses pada rata-rata kanker kolorektal yang

    membutuhkan waktu 8-10 tahun. Ketika kriteria amsterdam digunakan untuk

    menentukan proporsi dari kanker kolorektal yang dikarenakan HNPCC, estimasi

    keakurasiannya sekitar 1-6 %.

    Pasien dengan HNPCC mempunyai kecenderungan untuk menderita

    kanker kolorektal pada umur yang sangat muda, dan screening harus dimulai pada

    umur 20 tahun atau lebih dini 5 tahun dari umur anggota keluarga yang pertama

    kali terdiagnosa kanker kolorektal yang berhubungan HNPCC. Angka rata-rata

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    16/25

    14

    pasien dengan HNPCC yang didiagnosa menderita kanker kolorektal pada umur

    44 tahun, dibandingkan dengan pasien kontrol yang menderita kanker kolorektal

    pada umur 68 tahun. Prognosis dari pasien HNPCC terlihat lebih baik daripada

    pasien dengan sporadic kanker kolon. Dari penelitian menunjukkan bahwa pasien

    dengan HNPCC kurang mendapat manfaat dari adjuvant kemoterapi berdasarkan

    kombinasi fluorourasil daripada pasien tanpa kelainan ini.

    5. Pemeriksaan

    a.

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik penting dalam menentukan penyakit lokal,

    mengidentifikasi emtastase dan mendeteksi sistem organ lain yang turut berperan

    dalam pengobatan. Area supraclavicula harus dipalpasi untuk memeriksa adanya

    kelenjar yang mengalami metastase. Pemeriksaan abdomen dimulai dari inspeksi

    yaitu melihat adanya bekas operasi, penonjolan massa, kontur usus yang mungkin

    dapat terlihat ( darm kontur, darm steifung). Palpasi dilakukan untuk meraba

    adanya massa, pembesaran hepar, asites atau nyeri tekan pada abdomen. Bilateraba massa disebutkan lokasi, diameter, mobilitas atau melekat pada jaringan,

    konsistensi, batas jelas atau tidak. Perkusi normal pada abdomen ialah timpani.

    Bila terdapat masssa maka perubahan suara menjadi redup. Pada auskultasi

    didengarkan bising usus.

    Pada kanker rektal distal, dapat dirasakan massa yang rata, keras, oval atau

    melingkar dengan depresi pada sentral. Bila meluas, harus ditentukan ukuran dan

    derajat perlekatan jaringan. Pada pemeriksaan RT, maka dapat didapatkan darah

    pada sarung tangan.

    b. Pemeriksaan penyaring pada kanker kolorektal (CRC):

    Tabel 3 Screening pada tiap resiko

    Resiko Prosedur Onset Frekuensi

    Resiko rendah

    -Asimptomatik Tes darah samar

    (TSD), fleksibel

    50 TDS tiap tahun

    FS tiap 5 tahun

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    17/25

    15

    -

    Tidak adakerabat tingkat 1

    yang kena

    sigmoidoskopi (FS)

    Kolonoskopi, bariumenema dan

    proctosigmoidoscopy

    50 Tiap 5-10 tahun

    Resiko menengah

    -CRC pada

    kerabat tingkat

    1,usia < 55th atau

    > 2 keluarga

    tingkat pertama

    terkena

    -

    CRC pada

    keluarga tingkat

    pertama, usia >

    55 th

    -Riwayat polip

    kolorektal besar

    > 1cm atau

    multipel

    -Riwayat CRC

    setelah reseksi

    Kolonoskopi

    Kolonoskopi

    Kolonoskopi

    Kolonoskopi

    40 atau 10 tahun

    sebelum kasus

    CRC termuda

    50 atau 10 tahun

    sebelum kasus

    CRC termuda

    1 tahun setelah

    polipektomi

    1 tahun setelah

    reseksi

    Setiap 5 tahun

    Setiap 5 10

    tahun

    Jika rekuren,

    tiap tahun. Jika

    tidak, tiap 5

    tahun

    Jika normal 3

    th, bila tetap

    normal tiap 5

    tahun. Jika

    abnormal, tiap 5

    tahun

    Resiko tinggi

    -FAP

    -

    HNPCC

    -IBD

    FS, pemeriksaan

    genetik

    Kolonoskopi,

    pemeriksaan genetik

    Kolonoskopi

    12-14 tahun (

    pubertas)

    21-40 tahun

    40 tahun

    8-15 tahun

    Tiap 2 tahun

    Tiap 2 tahun

    Tiap tahun

    Tiap 2 tahun

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    18/25

    16

    Tes darah samar

    Pada suatu studi kontrol pada universitas di Minnesota, didapatkan

    kesimpulan bahwa tes darah samar sebagai tes penyaring dapat mengurangi

    mortalitas CRC sebanyak 33% dan metastasis sebanyak 50%. Tetapi tes darah

    samar tidak selalu sensitif dan terlewat sampai 50% kasus. Spesifitas pemeriksaan

    ini rendah, 90% pasien dengan tes ini positif tidak memiliki CRC. Tes ini baru

    signifikan bila dilakukan kolonoskopi setelahh tes darah samar positif. Jadi, tes

    darah samar dilakukan dan direkomendasikan bagi pasien asimptomatik.

    Rigid Proctoscopy

    Proctoscopy digunakan untuk mengevaluasi kanal anal, rektum dan kolon

    sigmoid. Proctoscope pendek, lurus, rigid, dengan pipa metal dan biasanya

    terdapat cahaya diatasnya. Panjangnya sekitar 15cm. Proctoscope dilubrikasi dan

    dimasukan ke dalam rektum, kemudian obturator disingkirkan dan terlihat bagian

    interior dari rektum. Prosedur ini biasa digunakan untuk menginspeksi hemoroid

    atau polip rektum.

    Studi kasus kontrol memperlihatkan adanya penurunan resiko kematianpada kanker rektal dengan skrining melalui rigid proctoskopi walaupun resiko

    kematian kanker kolon tidak dipengaruhi. Akan tetapi, dikarenakan adanya

    limitasi jangkauan,maka proctoskopi ini hanya sedikit dicantumkan dalam

    program skrining modern ini.

    Gambar 2.5 Proctoscopy

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    19/25

    17

    Flexible Sigmoidoscopy

    Skrining dengan fleksibel sigmoidoskopi setiap 5 tahun menyebabkan

    penurunan mortalitas CRC dan mengidentifikasi individu resiko tinggi dengan

    adenoma. Pada pasien dengan polip, kanker atau lainnya pada fleksibek

    sigmoidoskopi maka memerlukan kolonoskopi.

    Colonoscopy

    Kolonoskopi sekarang ini merupakan metode yang akurat dan paling baik

    digunakan dalam pemeriksaan usus besar. Prosedur ini sangat sensitif dalam

    mendeteksi polip kecil sekalipun dan dapat dilakukan biopsi, polipektomi,

    mengontrol pendarahan dan dilatasi striktur. Akan tetapi, pemeriksaan ini

    memerlukan persiapan usus dan menyebabkan ketidaknyamanan karena

    memerlukan sedasi. Kolonoskopi dilakukan dengan bantuan endoskopi.

    Komplikasi utama setelah kolonoskopi ialah perforasi dan pendarahan, namun

    sangat kecil.

    Gambar 2.6 Kolonoskopi dan sigmoidoskopi

    Barium enema kontras

    Kontras barium enema juga sensitif dalam mendeteksi polip > 1cm yaitu

    sekitar 90%. Akan tetapi, tidak ada studi yang membuktikan efikasinya dalam

    skrining populasi besar. Akurasi paling tinggi pada kolon proksimal, akan tetapi

    dapat juga digunakan pada kolon sigmoid bila ada divertikulosis signifikan. Untuk

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    20/25

    18

    alasan ini, maka barium enema dikombinasikan dengan fleksibel sigmoidoskopi

    sebagai skrining. Kerugian pada metode ini ialah memerlukan persiapan pada

    usus. Kolonoskopi juga dilakukan bila ditemukan lesi.

    CT Colonografi

    Kemajuan teknologi sekarang ini menghasilkan sesuatu yang tidak invasif

    tetapi akurasi tinggi. CT colonografi mengggunakan teknologi CT helik dan

    rekonstruksi 3 dimensi untuk menggabarkan kolon intraluminal. Pasien

    membutuhkan persiapan usus. Kolon diisi dengan udara lalu dilakukan CT.

    Kolonoskopi tetap dibutuhkan bila terdetteksi lesi.

    CT Colonography (CTC) yang juga populer dengan istilah Virtual

    Colonography merupakan pengembangan dari teknologi multipel helical (multi-

    slice) CT Scan yang dapat menghasilkan gambaran interior kolon dalam dua atau

    tiga dimensi. CTC memiliki radiasi exposure yang rendah dan tidak invasif, tapi

    tidak bisa melakukan biopsi dan polipektomi. Persiapan pemeriksaan CTC hampir

    sama dengan kolonoskopi yaitu membersihkan usus besar dengan bahan laksan,

    ditambah memasukkan udara ke dalam kolon melalui kateter rektal. Pemeriksaandilakukan pada posisi supinasi dan pronasi serta tidak membutuhkan sedasi.

    Penelitian meta- analisis mengatakan bahwa CTC memiliki sensitifitas dan

    spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi polip ukuran > 10mm, yaitu 88% dan

    95%. Penelitian lainnya CTC dengan 4-detector-row scanners menghasilkan

    sensitifitas 82%-100% dan spesifisitas 90%-98% untuk mendeteksi polip ukuran

    > 10mm. CTC juga memiliki resiko terjadinya perforasi dan dilaporkan hanya

    1/22.000 pemeriksaan.

    Pemeriksaan penunjang

    Keberadaan kanker kolorektal dapat dikenali dari beberapa tanda seperti:

    anemia mikrositik, hematoskezia, nyeri perut, berat badan turun atau perubahan

    defekasi. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan pemeriksaan endoskopi atau

    radiologi. Temuan darah samar di feses memperkuat dugaan neoplasia namun bila

    tidak dapat menyingkirkan lesi neoplasma.

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    21/25

    19

    Laboratorium

    Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon

    memberikan hasil normal. Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah urinalisis,

    hitung leukosit dan hemoglobin. Pemeriksaan lain yang dapat diperiksa sesuai

    dengan indikasinya ialah protein serum, kalsium, bilirubin, alkali fosfatase dan

    kreatinin. Pendarahan intermitten dan polip besar dapat dideteksi melalui darah

    sama feses atau defesiensi Fe.

    Petanda tumor yang paling banyak digunakan untuk keganasan kolorektal

    ialah carcinoembryonic antigen (CEA) yaitu sebuah glikoprotein yang ditemukan

    pada sel membran banyak jaringan tubuh termasuk CRC. Beberapa antigen masuk

    ke dalam sirkulasi dan dideteksi dengan radioimunnoassay serum. CEA dapat

    terdeteksi di berbagai cairan tubuh, urin dan feses. Peningkatan serum CEA tidak

    spesifik berhubungan dengan kanker kolorektal. Kadar CEA tinggi pada 70%

    pasien dengan kanker usus besar. CEA tidak dapat digunakan sebagai prosedur

    screening tetapi akurat sebagai diagnosis CEA residif.

    Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50%

    polip kolon dengan spesifitas 85%. Terdapat gambaran pasase kontras, jenis

    bagian rektosigmoid sering sulit untuk divisualisasi meskipun bila dibaca oleh ahli

    radiologi senior. Oleh karena itu, pemeriksaan rektosigmoidoskopi masih

    diperlukan.

    Bilamana ada lesi yang mencurigakan, pemeriksaan kolonoskopi

    diperlukan untuk biopsi. Pemeriksaan lumen barium teknik kontras ganda

    merupakan alternatif lain untuk kolonoskopi namun pemeriksaan ini sering tidak

    bisa mendeteksi lesi berukuran kecil. Enema barium cukup efektif untuk

    memeriksa bagian kolon di balik striktur yang tak terjangkau dengan pemeriksaan

    kolonoskopi.

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    22/25

    20

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Jurnalberjudul Colonoscopy Polypectomy and Long Term Prevention

    of Colorectal-Cancer Deaths yang dipublikasikan pada tahun 2012 ini

    melakukan follow-up jangka panjang pada National Polyp Study (NPS) dengan

    menggunakan National Death Index (NDI) untuk menentukan angka kematian

    pada pasien yang telah diangkat polip adenomanya untuk dibandingkan dengan

    angka kematian karena kanker kolorektal pada populasi umum dan grup kontroldengan polip non-adenoma.

    Penelitian ini memiliki peserta sebanyak 3375, di mana 2602 memiliki

    polip adenoma dan 773 sisanya tidak memiliki adenoma dan berperan sebagai

    grup control. Semua peserta yang dilakukan kolonoskopi awal adalah mereka

    yang tidak memiliki riwayat familial polyposis, IBD, polipektomi sebelumnya

    maupun riwayat kanker kolorektal. Jumlah awal pasien yang dirujuk untuk

    kolonoskopi adalah 9112 orang, kemudian dari sejumlah tersebut ada banyak

    peserta yang dikeluarkan dari studi karena ditemukan memiliki kanker jenis lain,

    polip maligna, IBD, polip sessile > 3 cm, tidak memiliki polip, dan alasan lainnya.

    9112 pasien tersebut dipilih karena memiliki hasil positif pada pemeriksaan

    barium enema (27 %), sigmoidoskopi (15 %). FOBT (11 %), tes lainnya (10 %)

    atau memiliki gejala (32 %) atau memiliki riwayat kanker kolorektal dalam

    keluarga (5 %).

    Gb 3.1 Hasil penelitian

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    23/25

    21

    Di antara 2602 pasien yang berpartisipasi dan memiliki adenoma pada

    studi ini, setelah median 15.8 tahun, 1246 peserta meninggal karena berbagai

    sebab, dan 12 meninggal karena kanker kolorektal. Angka kematian pada populasi

    umum yang dikarenakan oleh kanker kolorektal adalah 25.4. Standarisasi

    incidence-based mortality ratio adalah 0.47 (95 % CI, 0.6-0.8) dengan

    kolonoskopi polipektomi, mencetuskan adanya penurunan sebesar 53 % pada

    angka kematian. Angka kematian pada pasien polipektomi dengan mereka yang

    memiliki polip non-adenoma relative sama selama 10 tahun pertapa post-

    polipektomi (RR 1.2; 95 % CI 0.1-10.6).

    Sebelumnya telah ditemukan bahwa polipektomi mampu menurunkan

    insidensi kanker kolorektal pada kohort NPS. Studi ini mengemukakan bahwa

    apabila dibandingkan dengan populasi umum, pengangkatan adenoma secara

    signifikan menurunkan resiko kematian karena kanker kolorektal. Bahkan pada 10

    tahun pertama setelah polipektomi, angka kematiannya hampir sama dengan grup

    control yang tidak memiliki adenoma.

    Kelompok pasien dengan adenoma yang tidak dilakukan polipektomi tentu

    menjadi grup control yang ideal jika dibandingkan mereka yang tidak memiliki

    adenoma, akan tetapi penelitian seperti itu akan sulit dilakukan karena tersandung

    masalah etika dan klinis.

    Walaupun NPS tidak menambahkan mengenai efektifitas skrining

    kolonoskopi pada populasi umum, akan tetapi studi ini secara tidak langsung telah

    memberikan gambaran mengenai efek pengangkatan adenoma. Sebuah studi di

    Jerman besarnya pengaruh kolonoskopi terhadap insidensi kanker kolorektal.

    Pada 2 studi yang dilakukan di Kanada, ditemukan bahwa penurunan angka

    kematian terbesar pada kolonoskopi adalah ketika kolonoskopi dilakukan oleh

    gastroenterologis dan apabila pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh.

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    24/25

    22

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Kolonoskopi polipektomi efektif menurunkan insidensi kanker kolorektal

    2. Kolonoskopi polipektomi efektif menurunkan angka kematian karena

    kanker kolorektal

    B. SARAN

    1. Populasi yang diobservasi oleh NPS mngkin tidak sepenuhnya dapat

    disetarakan dengan kondisi komunitas saat ini

    2. Perbedaan kondisi antara populasi yang diamati oleh NPS dan SEER belum

    dapat sepenuhnya diseragamkan

  • 5/19/2018 mine, referat ca kolorektal: kolonoskopi polipektomi dan pencegahan terhadap angka kematian jangka panjang pada kanker kolorektal - slidepd

    25/25

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Markowitz, S.D., Bertagnolli, M.M. 2009. Molecular basis of colorectal cancer.

    http://www.nejm.org

    2.

    Bertagnolli, M.M., Eagle, C. J., Zauber, A.G., Redston, M., et al. 2006. Celecoxib for

    the prevention of sporadic colorectal adenomas.http://www.nejm.org

    3. Chang, A.E., Morris, A.M. 2006. Colorectal cancer. In Greenfield's Surgery: Scientific

    Principles and Practice. 4th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

    4. Zauber, A.G., Winawe, S. J., OBrien, M. J., et al. 2012. Colonoscopy polypectomy

    and long-term prevention of colorectal-cancer deaths.http://www.nejm.org

    5.

    Regula, J., Rupinski, M., Kraszewska, E. 2006. Colonoscopy in colorectal-cancer

    screening for detection of advanced neoplasia.http://www.nejm.org

    6. Levin, T.R., Corley, D.A. 2013. Colorectal-cancer screening coming of age.

    http://www.nejm.org

    7. Avunduk, C. 2002. Colonic polyps and colorectal cancer. In Manual of

    Gastroenterology:Diagnosis and Therapy. 3rdedition. Massachusetts: Lippincott

    Williams & Wilkins.

    8. Kim, G.P., Takimoto , C.H., Allegra, C.J. 2005. Colorectal cancer. In Bethesda

    Handbook of Clinical Oncology. 2ndedition. Virginia: Lippincott Williams & Wilkins.

    9. Bullard, K.M. 2007. Colon, rectum, and anus. In Schwartzs Principle of Surgery. 8th

    edition. USA: McGraw-Hill.

    http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/