mind mapp (2)

download mind mapp (2)

of 31

description

mind mapp (2)

Transcript of mind mapp (2)

Laporan Skenario 3Kelompok Tutorial 1

Dosen Pembimbing :dr. Siska Nurlaela

FLORENSIAG1A112001MUHAMMAD ALIF F SG1A112003WULANDARIG1A112005STEVENG1A112007HADIZA PEBRAMAG1A112009KHAIDARNIG1A112011FRISHA HAMDA AZWARG1A112013SUNNY CHERYLINEG1A112015SISKA MELIANAG1A112017DIGA ANA RUSFIG1A112019LUZI INTAN A ALIMIG1A112021GITA TANBAO SUSELING1A112024

Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Jambi2012/2013

SKENARIO 3Bayi Boy 9 bulan dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan nafasnya cepat. Nafas cepatnya sudah terlihat sejak 2 hari dan sudah memberat sejak 2 hari dan semakin memeberat 3 jam yang lalu. Keluhan disertai dengan demam tinggi dan batuk. Sebelumnya bayi Boy mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh. Ibunya mengatakan bayi Boy sangat rewel dan nafsu makannya menurun sehingga berat badan bayi Boy menurun dalam 2 minggu terakhir. Ibunya mengaku sejak lahir bayi Boy minum susu formulakarena ASI nya tidak keluar. Ibunya juga mengatakan bahwa mereka tinggal di rumah kontrakan kecil berukuran 6x4 m2 yang diisi oleh 5 anggota keluarga. Saat diperiksa oleh dikter didapatkan adanya retraksi epigastrium dan pada pemeriksaan auskultasi didapatkan adanya suara ronkhi basah halus nyaring di basal kedua paru. Apa yang anda lakukan sebagai dokter puskemas? Seandainya kakek bayi Boy mengalami kondisi serupa, adakah perbedaan dalam penatalaksanaannya?

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Demam : Peningkatan suhu di atas normal ( > 37,2 ) 52. Batuk : Mekanisme pertahanan tubuh mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan 53. Pilek : Penyakit infeksi saluran nafas atas yang sembuh sendiri (self limiting) 24. Retraksi epigastrium : penarikan ke belakang dinding dada sebelah bawah kedalam karena inspirasi kuat 55. Auskultasi : menggunakan suara tubuh biasanya menggunakan stetoskop 56. Ronkhi basah : bunyi yang dihasilkan oleh udara dan cairan pada paru 27. Basal : bagian paling rendah atau fundamental suatu struktur atau organ atau bagian yang berlawanan dari apeks 5

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa saja penyakit yang gejalanya nafas cepat?2. Bagaiamana klasifikasi nafas cepat pada bayi?`3. Bagaimana mekanisme nafas cepat?4. Apa makna klinis nafas cepat sejak 2 hari yang lalu dan memberat 3 jam yang lalu?5. Apa makna klinis demam tinggi dan batuk?6. Bagaimana patofisiologi demam?7. Bagaimana patofisiologi batuk?8. Apa makna klinis batuk pilek tak kunjung sembuh?9. Bagaimana patofisiologi pilek?10. Apa makna klinis nafsu makan menurun dan berat badan turun?11. Bagaimana patofisiologi berat badan turun?12. Apa saja komposisi susu formula?13. Apa hubungan keluhan bayi Boy dengan minum susu formula?14. Apa hubungan lingkungan dengan keluhan bayi Boy?15. Apa makna klinis retraksi epigstrium dan ronkhi basah?16. Bagaimana mekanisme suara ronkhi?17. Apa yang terjadi pada bayi Boy?18. Bagaimana penatalaksanaan pada keluhan bayi Boy?19. Apa hubungan keluhan bayi Boy dengan kondisi yang dialami kakek Boy?20. Bagaimana perbedaan penatalaksanaan pada bayi dan dewasa?

ANALISIS MASALAH

1. Penyakit yang gejalanya sesak nafas 1 Pneumonia Bronkopneumonia PPOK Gagal jantung Emboli paru Efusi pleura Asma TBC Obesitas Hipertensi pulmonal Pneumothoraks

2. Menurut WHO klasifikasi nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak: 4 60 kali per menit pada anak usia kurang dari 2 bulan 50 kali permenit pada anak usia 2 bulan-12 bulan 40 kali permenit pada anak usia 1 tahun -5 tahun

3. Terpajan oleh alergen sehingga berikatan dengan sel mast yang akan mengeluarkan histamin yang akan sebabkan mukus keluar banyak di parenkim paru. Difusi O2 pun terhambat dan tubuh berkompensi dengan nafas. Patogen tidak tersaring oleh system kekebalan tubuh sehingga mengendap di alveolus yang sebabkan kerusakan. Difusi O2 terganggu sehingga terjadilah hipoksia yang sebabkan nafas cepat.Host terpapar allergen allergen menginfeksi parenkim paru allergen berikatan dengan Sel Mast dan Ig E aktivasi mediator-mediator inflamasi (Makrofag dan Sel T helper) mengeluarkan zat-zat inflamasi seperti histamin yang akan menyebabkan hipersekresi mucus mucus dan cairan berkumpul di alveolus menurunnya difusi O2 dan CO2 kebutuhan O2 meningkat usaha untk mendapatkan O2 yang cukup nafas cepat. 4

4. Terjadinya obstruksi jalan nafas dan terganggunya difusi O2 sejak 3 jam yg lalu. Terjadi juga peristiwa kronik atau berulang sehingga batuk semakin berat. 7

5. Demam terjadi karena mikroorganisme yang menginfeksi, lalu batuklah yang bertugas untuk keluarkan benda asing tersebut. 1

6. Demam terjadi karena ada infeksi. Infeksi terjadi karena ada pencetus seperti patogen, virus, bakteri, jamur. Patogen akan keluarkanan pirogen endogen sehingga tubuh keluarkan mediator seperti interleukin 1 & 6 dan tumor nekrosis faktor (TNF) untuk kirimkan impuls ke hipotalamus sehingga seimbangkan suhu tubuh dan suhu luar. 2

7. Batuk terjadi karena debu sebabkan pergerakan silia tidak bagus. Selain itu batuk kirimkan impuls ke paroreseptor menuju saraf aferen lalu ke hipotalamus medula lalu menuju saraf eferen dan terakhir ke efektor yaitu otot pernafasan sehingga tekanan intrathorakal naik lalu udara dipaksa keluar lewat epiglotis. 8

Benda asing

Impuls aferen saluran pernapasan yang berjalan melalui nervus vagus ke medulla otak

impuls eferen ke otot-otot pernapasan dan epiglottis

kontraksi otot-otot pernapsan, mendorong diafragma

inspirasi maksimal

epiglotis dan pita suara menutup

peningkatan tekanan intratorakal

udara meledak dengan kec. 75-100 mil/jam

terbukanya epiglottis dan pita suaraBATUK

8. Terjadinya inflamasi kronik pada saluran pernafasan. Inflamasi sebabkan pengeluaran mukus yang berlebihan sehingga terjadilah batuk dan pilek namun tidak kunjung sembuh karena bayi masih memiliki sistem respirasi yang masih rentan, silia sulit untuk mengeluarkan benda asing. Bayi Boy mengalami infeksi saluran pernafasan yang bersifat kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Batuk dan pilek merupakan bentuk pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda-benda asing yang menginfeksi tubuh terutama di saluran pernafasan. Sebelum menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah, benda-benda asing ini menginfeksi saluran pernapasan bagian atas. Sehingga muncul lah mekanisme batuk dan pilek. 8

9. Benda asing masuk dan menginfeksi saluran pernafasan aktivasi makrofag sel T helper sel plasma IgE diikat oleh mastosit dan basofil histamin vasodilatasi penurunan tekanan kapiler dan permeabilitas peningkatan sekresi mucus Pilek. 1

10. Nafsu makan menurun akibat adanya infeksi pada tubuh. Berat badan turun terjadi karena pemakaian protein dalam tubuh akibat terjadinya peningkatan metabolisme tubuh sehingga menyebabkan penurunan berat badan . Adanya infeksi bakteri reaksi inflamasiaktivasi makrofag melepaskan IL-1,IL-6,dan TNF (mediator fase akut) yang dihasilkan leukosit sebagai respon infeksi atau terhadap cidera dan toksik dan dilepaskan secara sistemik dalam bentuk kaskade sitokinTNF menginduksi produksi IL-1 selanjutnya merangsng produksi IL-6 memblok pusat makan dihipotalamus nafsu makan berat badan 2

11. Ketika terjadi inflamasi kronik terjadilah aktifasi makrofag yang akan mengeluarkan mediator yaitu interleukin 1 & 6 dan TNF yang akan menekan pusat nafsu makan di hipotalamus pada bagian ventromedial yang menyebkan anoreksia dan penurunan berat badan. 4

12. Asi mengandung air, kabohidrat, protein, lemak, karnitin, vitamin A, D, E, K dan mineral. Sel imun, limfosit T, limfosit B, makrofag, netrofil yang menghasilkan antibody dan langsung menghancurkan mikroorganisme patogenik. IgA sekretorik, mucus, laktoferin, faktor bipidu pada asi. Kandungan susu formula kasein dan whey. Kandungan ASI:1. Asi mengandung banyak sel imun-baik limfosit T dan B, makrofag, maupun neutrofil yang menghasilkan antibodi dan langsung menghancurkan mikroorganisme patogenik. Sel-sel ini sangat banyak terdapat dalam kolostrum.2. IgA sekretorik, suatu jenis khusus antibodi, terdapat dalam jumlah besar di ASI. IgA sekretorik terdiri dari dua molekul antibodi IgA yang disatukan oleh apa yang disebut sebagai komponen sekretorik yang membantu melindungi antibodi dari destruksi oleh getah lambung bayi yang asam dan enzim-enzim pencernaan, koleksi antibodi IgA yang diterima oleh bayi yang mendapat ASI ditujukan secara spesifik terhadap patogen tertentu di lingkungan bayi itu juga. Karena itu, antibodi-antibodi ini melindungi bayi dari mikroba infeksi yang kemungkinan besar dijumpai oleh bayi tersebut.3. Sebagian komponen dalam ASI, misalnya mukus, melekat ke mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen, mencegahnya melekat ke dan menembus mukosa usus.4. Laktoferin adalah konstituen ASI yang menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya dengan mengurangi ketersediaan besi, suatu mineral yang dibutuhkan untuk perkembangbiakan patogen-patogen ini.5. Faktor bifidus pada ASI, berbeda dari laktoferin, mendorong multiplikasi mikroorganisme nonpatogen Lactobacillus bifidus di saluran cerna bayi. Pertumbuhan bakteri tak berbahaya ini membantu mendesak pertumbuhan bakteri yang berpotensi merugikan.6. Komponen-komponen lain dalam ASI mendorong pematangan sistem pencernaan bayi sehingga bayi lebih tahan terhadap bakteri dan virus penyebab diare.Masih ada faktor-faktor lain dalam ASI yang belum diketahui yang mempercepat perkembangan kemampuan imun bayi.Kandungan tambahan pada susu formula yang sering kita jumpai dan mungkin perlu kita pahami.1. AA (arachidonic acid) atau disebut juga AHA atau ARA. Ini merupakan unsur yang berperan penting dalam pembentukan jaringan otak sehingga sangat kondusif bagi perkembangan otak bayi. Kandungan susu formula ini juga terdapat pada ASI dan sering disebut sebagai zat yang membantu kecerdasan bayi. Selain membantu kecerdasan, AA / AHA / ARA juga dapat merangsang perkembangan syaraf mata yang berguna untuk indera penglihatan bayi.2. DHA (docosahexaenoic acid). Hampir sama seperti AA / AHA / ARA, maka DHA juga berfungsi membantu perkembangan otak dan indera penglihatan. Badan dunia World Health Organization (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) merekomendasikan kandungan susu formula AA dan DHA terutama untuk bayi yang lahir prematur.3. LA (linoleic acid). LA adalah asam lemak yang sangat berguna untuk perkembangan otak dan mental bayi. Fungsi LA sejalan dengan kandungan susu formula sebelumnya yaitu AA dan DHA.4. FOS (fructo oligo sakarida) dan GOS (galakto oligo sakarida). Fungsi FOS dan GOS adalah untuk meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah bakteri yang baik, dan membatasi jumlah bakteri patogen yang tidak baik. FOS dan GOS digunakan agar sistem pencernaan bayi semakin baik dan sehat. Menurut sebuah riset kadar FOS dan GOS dengan perbandingan 1 : 9 dapat menjaga kesehatan pencernaan bayi.5. Beta karotene dan Lactoferin. Beta karotene dan laktoferin merupakan kandungan susu formula yang berfungsi sebagai anti oksidan serta untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh.6. Kolin. Ini merupakan bagian dari vitamin B. Fungsi kolin adalah untuk mencegah membran sel agar tidak mudah bocor atau rapuh, sehingga proses peremajaan sel berjalan baik. Otak membutuhkan kolin untuk meremajakan atau memperbarui sel-selnya.7. Prebiotik. Prebiotik merupakan unsur penting dalam susu formula. Fungsi prebiotik adalah menyempurnakan sistem pencernaan bayi serta agar bayi terhindar dari sembelit.Omega 3 dan Omega 6. Asam lemak omega 3 dan omega 6 merupakan jenis lemak tak jenuh ganda yang tidak dapat dihasilkan tubuh kita. Menurut sejumlah ahli, kandungan susu formula omega 3 dan omega 6 mempunyai fungsi yang saling berhubungan. Omega 3 dan omega 6 berguna untuk memelihara kesehatan rambut, kulit, kuku, hormon, dan mencegah kerusakan sel. Asupan omega 3 dan omega 6 harus seimbang. 6

13. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10 17 kali lebih banyak dari susu formula. Jadi bayi bersusu formula tidak mendapatkan imun yang cukup jika dibandingkan bayi bersusu eksklusif. 6

14. Bakteri dapat tumbuh hidup pada keadaan gelap, lembab, penyinaran kurang dan sempit. Dengan ukuran rumah kecil memiliki keadaan ruangan yang sedikit ventilasinya dengan ruang yang sempit karena banyak anggota keluarga. Hal itu dapat mempermudah perkembangan dan penularan bakteri. Salah satu keluarga terkena penyakit maka akan mudah bayi Boy ikut tertular. Menurut peraturan menteri kesehatan kepadatan hunian dengan luas kamar 8 m2 untuk dua orang. 1

15. Makna klinis dari retraksi epigastrium terjadi karena adanya sumbatan saluran pernafasan pada bayi boy yang menyebabkan adaanya pernafasan paksa sehingga terjadilah retraksi epigastrium untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dari dalam tubuh bayi Boy. Ronkhi basah merupakan suara napas tambahan berisik dan terputus akibat aliran udara yang melewati cairan karena terbentuknya eksudat dalam alveoli yang diakibatkan karena peradangan alveolus (parenkim paru), saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring. Ronkhi basah terjadi akibat adanya aliran udara yang melewati cairan. Ronkhi basah terjadi akibat adanya inflamasi atau kongesti. 2

16. Gejala : nafas cepat, demam tinggi, batuk, BB menurun, retraksi epigastrium, suara ronki basah halus nyaring.Diagnosis: suspek pneumonia. 1

17. Sebagai respon lain dari inflamasi yaitu konsolidasi, yaitu ekstrapasasi cairan serosa ke dalam alveoli sehingga terbentuknya eksudat dalam alveoli yang menimbulkan suara ronkhi basah ketika ventilasi. 1

18. Pneumonia berat : 1. Dirujuk ke rumah sakit2. Diberikan 1 kali dosis antibiotik3. Bila demam atau weezing di obati terlebih dahuluPneumonia:1. Nasehati ibu untuk tindakan perawatan di rumah2. Antibiotik 5 hari3. Anjurkan ibu kontrol 2 hari / cepat bila keadaan memburuk4. Obati demam atau weezingPenatalaksanaan pneumonia : Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai, seperti cairan intra vena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi. Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak : 2 12 bulan : 2 x tablet 1 3 tahun : 2 x tablet 3 5 tahun : 2 x 1 tablet Antibiotik pengganti adalah amoksisilin atau ampisilin. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500 mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin.Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif. 1

19. Hubungan penyakit bayi boy dengan kakeknya karena bayi boy ini tinggal bersama dalam satu rumah, kemungkinan kakeknya juga menderita pneumonia. Kakeknya menularkan penyakitnya tersebut dengan boy melalui inhalasi keluarnya droplet nuclei dari kuman penyebab pneumonia. Karena bayi boy masih kecil jadi sistem imunnya masih rentan ditambah juga bayi boy ini tidak mendapatkan ASI dari ibunya, sehingga mudah terkena infeksi. 2

20. Perbedaan Penatalaksanaan pada bayi dan dewasa:Sebenarnya tidak terlalu berbeda hanya berbeda pada beberapa hal, jika pada orang dewasa bias dilakukan pemeriksaan sputum, jika pada bayi tidak bisa. Lalu pemilihan dan dosis obat juga berbeda.Penatalaksanaan pneumonia terdiri dari 2,penatalaksanaan umum dan khusus1. Penatalaksanaan umuma. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau Pao2 pada analisis gas darah >60 torrb. Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolitc. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena2. Penatalaksanaan khususa. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi nreaksi antibiotic awalb. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi atrau penderita kelainan jantungc. Pemberian antibiotic berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis. Pneumonia ringan diberi amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosisSebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu di rawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit misalnya toksis, distress pernafasan, tidak mau makan/minum atau ada penyakit dasar lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonates dan bayi kecil dengan pneumonia hars dirawat inap.Pneumonia Rawat jalanPada pneumonia rawat jalan dapat diberikan antibiotic lini pertama secara oral, misalnya amoksisiln atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat diberikan antibiotic tunggal oral dengan efektivitas yang mencapai 90%.Pneumonia Rawat InapPilihan antibiotic lini pertama dapat menggunakan antibiotic golongan beta laktam atau kloramfenikol. Jika tidak responsive, dapat diberikan antibiotic lain seperti gentamisin, amikasin atau sefalosforin sesuai dengan etiologinya. Pada neonates dan bayi keil, terapi awal antibiotic intravena harus dilakukan secepat mungkin dan antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavunalat dengan aminoglikosid atau sefalosforin generasi ke-3.

Penatalaksanaan pneumonia : Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai, seperti cairan intra vena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi. Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak : 2 12 bulan : 2 x tablet 1 3 tahun : 2 x tablet 3 5 tahun : 2 x 1 tablet Antibiotik pengganti adalah amoksisilin atau ampisilin. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500 mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif. 1

HIPOTESISBayi Boy mengalami bronkopneumonia.

Penyakit yang gejala Nafas CepatMekanismeSuara Ronki Halus nyaringPenatalaksanaan PasienDemam TinggiPilekBatukPatofisiologiHubungan LingkunganFaktor PenyebabGejala KlinisKlasifikasiDefinisiPneumoniaPETA KONSEP

SINTESIS

PNEUMONIADefinisi 1Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).

Etiologi 2Penyebab Pneumonia berdasarkan kategori usia :Kategori UsiaFrekuensi Pathogen

Neonatus (< 1 bulan)Group B strptococcus, Escherichia coli, Basil gram negatif lain, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza.

1-3 bulan

Pneumonia FebrilVirus Syncytial Respirasi, Virus respirasi lainnya (Virus parainfluenza, Virus Influenza, Adenovirus), S. Pneumoniae, H. Influenza.

Pneumonia AfebrilChlamydia trachomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Cytomegalovirus.

3-12 bulanVirus Syncytial Respirasi, Virus respirasi lainnya (Virus parainfluenza, Virus Influenza, Adenovirus) ), S. Pneumoniae, H. Influenza, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus group A.

2-5 tahunVirus Respirasi (virus parainfluenza, virus influenza,adenovirus), S. Pneumoniae, H. Influenza, M. Pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, S. Aureus, Streptococcus Group A.

5-18 tahunM. Pneumoniae, S.Pneumoniae, C. Pneumoniae, H. Influenzae, Influenza viruses, adenoviruses, other respirratory viruses.

18 tahunM. Pneumoniae, S. Pneumoniae, C. Pneumoniae, H. Influenzae, Influenzae viruses, Adenoviruses, Legionella pneumophila.

Faktor Resiko 2Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita diantaranya :a. Faktor risiko yang terjadi pada balitaSalah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :1. Status giziKeadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia.Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia (Dailure, 2000).2. Status imunisasiKekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit.Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita (Depkes RI, 2004).Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi.Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Dailure, 2000).4. Umur AnakUmur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia.Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit (Daulaire, 2000).b. Faktor LingkunganLingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya pneumonia.Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang berpengaruh diantaranya :1. VentilasiVentilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup.Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri pathogen.2. Polusi UdaraPencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam dapur.Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor .

Klasifikasi 11. Berdasar klinis dan epidemiologis :a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)b. Pneumonia nosokomial ( hospital-acquired pneumonia)c. Pneumonia aspirasid. Pneumonia pada penderita immunocompromised2. Berdasar kuman penyebaba. Pneumonia bacteria atau tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa kuman memiliki tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza.b. Pneumonia atipikal, disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella dan Klamidya.c. Pneumonia Virusd. Pneumonia Jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (imunocompromise)3. Berdasarkan predileksi infeksia. Pneumonia Lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus misal pada aspirasi benda asing, atau adanya proses keganasan.b. Bronkopneumoni. Ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan bakteri ataupun virus. Sering pada bayi atau orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.c. Pneumonia interstitial. Dalam penatalaksanaan pneumonia, maka pendekatan yang dipakai umumnya berdasarkan atas klasifikasi ad 1 tersebut di atas.

Manifestasi Klinis 2Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah : Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea, nafas cuping hisung, air hunger, merintih, dan sianosis. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,suara nafas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.(sumber FK UI)

Patogenesis 8Dalam keadaan sehat, tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk, berkembang biak dan menimbulkan penyakit.Resiko terjadinya infeksi pada paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan epitel saluran nafas. Ada beberapa cara mikroorganisme untuk mencapai permukaan saluran nafas :1. Inokulasi langsung2. Penyebaran melalui pembuluh darah3. Inhalasi bahan aerosol4. Kolonisasi pada permukaan mukosaDari keempat cara tersebut di atas yang terbanyak adalah kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, infeksi mikroorganisme atipikal, infeksi mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 sampai 2,0 mm melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi mikroorganisme pada saluran nafas atas ( hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran nafas bagian bawah dan terjadi inokulasi, maka hal ini merupakan awal dari permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil secret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abbuse).Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi yaitu 108-10/ml, sehingga aspiasi dari sebagian kecil sekret (0,001 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.Mikroorganisme terhisap ke paru bagian periferedema (reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kumanbagian paru yang terkena mengalami konsolidasi (serbukan PMN, fibrin,eritrosit, cairan edema, kuman di alveoli) disebut hepatisasi merah deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi.

Diagnosis 21. AnamnesisGambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.2. Pemeriksaan fisikTemuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.3. Pemeriksaan penunjanga. Gambaran radiologisFoto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " airbroncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks sajatidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan olehSteptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateralatau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkankonsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.b. Pemeriksaan labolatoriumPada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapatpergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologidiperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

Penatalaksanaan 2Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu di rawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit misalnya toksis, distress pernafasan, tidak mau Kaman/minum, atau ada penyakit dasar lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonates dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus di rawat inap.Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif.Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah.Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif.Penytakit penyerta harus ditanggualngi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus di pantau dan di atasi.Penggunaan antibiotic yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.Terapi antibiotic harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat.Oleh karena itu, antibiotic dipilih berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotic empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis.

Pneumonia Rawat jalanPada pneumonia rawat jalan dapat diberikan antibiotic lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat diberikan antibiotic tunggal oral dengan efektivitas yang mencapai 90%. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4mg/kgBB TMP-20mg/kgBB sulfametoksazol.Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru dapat digunakan sebagai terapi alternative beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.pneumonia dan bakteri atipik.

Pneumonia Rawat InapPilihan antibiotic lini pertama dapat menggunakan antibiotic golongan beta-laktam atau kloramfenikol.Pada pengobatan yang tidak responsive terhadap beta-laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotic lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosforin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan.terapi antibiotic diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi.Pada neonates dan bayi kecil, terapi awal antibiotic intravena harus dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonates dan bayi kecil sering terjadi sepsis dan meningitis, antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic spectrum luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ke 3. Bila keadaan sudah stabil, antibiotic dapat diganti dengan antibiotic oral selama 10 hari.Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan kloramfenikol.Feyzullah dkk.Melaporkan hasil perbandingan pemberian antibiotic pada anak dengan pneumonia berat berusia 2-24 bualn. Antibiotic yang dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4 jam) dan kloramfenikol (15mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriakson (50mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata memiliki efektifitas yang sama.

KomplikasiKomplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.Ilten F dkk.Melaporkan mengenai komlikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan.Oleh karena mikarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasive seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.

Pencegahan 2a. Pencegahan Primer Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:1) Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan. 2) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.Di samping itu, zat-zat gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-anak juga perlu mendapat perhatian. 3) Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar ruangan. 4) Mengurangi kepadatan hunian rumah.

b. Pencegahan Sekunder Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan penambahan oksigen.2) Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin. 3) Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik. Bila demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri penisilin dan dipantau selama 10 hari ke depan. c. Pencegahan Tertier Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan. Upaya yang dilakukan dapat berupa: Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian.

Definisi PneumoniaPneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian. Penyebab Pneumonia adalah infeksi bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Akibatnya kemampuan paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat selsel tidak bisa bekerja.

Klasifikasi PneumoniaKlasifikasi berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian bawah, bunyi nafas (stridor) .Pneumonia : Batuk, demam lebih dari 38 0 C disertai sesak nafas. Frekuensi nafas lebih dari 40 x / menit, ada tarikan dinding dada bagian bawah. Pada auskultasi didapati bunyi stridor pada paru.Non Pneumonia : Bila bayi dan Balita batuk, demam 380C tidak disertai nafas cepat lebih dari 40 x / menit, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak adabunyi stridor pada paru.

Tanda dan Gejala PneumoniaGejala penyakit Pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat sampai 400 C, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang berwarna kuning kehijauan. Gejala dan tanda lainnya adalah batuk berdahak, nyeri dada (saat menarik nafas dalam atau terbatuk), demam, retraksi intercosta, sesak nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mual muntah, kekakuan sendi dan otot, cyanosis, ronchi, thorak foto menunjukkan infiltrasi melebar.

Sumber dan Penyebab terjadinya PneumoniaSebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri dan sebagian kecil oleh penyebab lain hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernafasan. Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyakit yang menyertainya. Penyebab Pneumonia adalah sebagai berikut : Mikroorganisme : Mikroorganisme paling sering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Synsial Virus (RSV) yang mencapai 40 %. Golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcs pneumonia dan Hemofillus influenza type B (HIB). Awalnya mikroorganisme masuk ke dalam percikan ludah (droplet) kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas jaringan (parenkim paru) dan sebagian lagi karena penyebaran melalui aliran darah. Faktor intrinsic : Faktor intrisik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko kematian akibat pneumonia pada Balita adalah: Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang. Bayi dan Balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih lemah dibanding dengan orang dewasa sehingga Balita masuk ke dalam kelompok yang rawan terkena infeksi, misalnya diare, ISPA, pneumonia. Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi kurang maupun buruk. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai bagian dari faktor risiko kejadian pneumonia. Status imunisasi. Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan pneumonia. Cara yang paling efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi DPT dan Campak. Pemberian imunisasi Campak dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 11%, imunisasi DPT dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 6%. Jenis kelamin. Selama masa anakanak, lakilaki dan perempuan mempunyai kebutuhan energi yang hampir sama. Kebutuhan gizi untuk anak usia 10 tahun pertama adalah sama, sehingga diasumsikan kerentanan terhadap masalah gizi dan konsumsinya akan sama pula. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koblinski.1997 bahwa sesungguhnya anak perempuan mempunyai kebutuhan biologis dan pada lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15 1 kali lebih di atas anak lakilaki dalam hal tingkat kematian. ASI eksklusif. Kolustrum mengandung zat kekebalan 1017 kali lebih banyak dari susu buatan. Zat kekebalan pada ASI melindungi bayi dari diare, alergi dan infeksi saluran nafas terutama pneumonia. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit di bandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif. Defisiensi vitamin A. Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trachea dan paru mengalami keratinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran nafas terutama pneumonia. Berat badan lahir rendah ( BBLR ). Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa Balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutama pada bulanbulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi terutama pneumonia dan infeksi saluran pernafasan lainnya. Faktor ektrinsik : Faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko kematian akibat pneumonia pada Balita adalah: Kondisi Fisik Rumah sangat mempengaruhi terhadap kejadian pneumonia. Pengertian Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi criteria sebagai berikut :a. memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggub. memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah c. memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antara penghuni rumah dengan penyediaaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran disamping pencegahan dan penghawaan yang cukupd. memenuhi persyaratan tidak terjadinya kecelakaan baik yang ditimbulkan karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

BRONKOPNEUMONIA 1

DefinisiBronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

Etiologi Bronkopneumonia dapat juga dikatakan suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur.Bakteri seperti Diplococus pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp, Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), dan Mycobacterium tuberculosis.Virus seperti Respiratory syntical virus, Virus influenza, dan Virus sitomegalik.Jamur seperti Citoplasma capsulatum, Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides immitis, Aspergillus sp, Candinda albicans, dan Mycoplasma pneumonia.Meskipun hampir semua organisme dapat menyebabkan bronkopneumonia, penyebab yang sering adalah stafilokokus, streptokokus, H. influenza, Proteus sp dan Pseudomonas aeruginosa.Keadaan ini dapat disebabkan oleh sejumlah besar organisme yang berbeda dengan patogenitas yang bervariasi.Virus, tuberkolosis dan organisme dengan patogenisitas yang rendah dapat juga menyebabkan bronkopneumonia, namun gambarannya bervariasi sesuai agen etiologinya.

Patofisiologi Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut: 1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Manifestasi Klinis Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.

Penegakan Diagnosis Anamanesis a. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari.b. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. c. Anak sangat gelisahd. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. e. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Pemeriksaan Fisika. inspeksi : perlu diperhatikan adanya tahipnue, dispnue, sianosis sekitar hidung dan mulut, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, retraksi sela iga, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. b. Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan (tachicardia). c. Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit. d. Auskultasi, auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi. Pada anak yang bronkopneumonia akan terdengar stridor. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran kekiri.Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokokan dan 30% dari darah.Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin.b. Pemeriksaan Rontgen.Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada sat atau beberapa lobus. Pada bronkopneumonia juga terlihat adanya konsolidasii pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgent dapat menunjukkan adanya komplikasi seperti : pleuritis, atelectasis, abses paru, pneumotoraks, dan pericarditis.

Penatalaksanaan Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung hal ini tidak selalu dapat dikerjakan dan makan waktu maka dalam praktek diberikan pengobatan poligramasi.Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfenikol 50-75 mg/kgbb/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin.Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari.Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intervena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakamn ialah campuran glukosa 5% dan Nacl 0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.

Komplikasi 1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

Pencegahana. Pencegahan Primer Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain : Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu kali (pada usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali (pada usia 2-11 bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan). Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberika ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar ruangan. Mengurangi kepadatan hunian rumah. b. Pencegahan SkunderTingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dilakukan antara lain : Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri antibiotik benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan suportif, nilai setiap hari. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam. c. Pencegahan Tersier.Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain : Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses pemberian makan. Berikan anak cairan tambahan untuk minum. Tingkatkan pemberian ASI. Legakan tenggorok dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman. Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti: bernapas menjadi sulit, pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk, jika terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Zul. Pneumonia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Editor: Aru W. Sudoyo, dkk. Jakarta: InternaPublishing. 2009. p. 2196-2206.2. Djojodibroto, R Darmanto. Respirologi Respiratory Medicine. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. 3. Finkel, Richard dkk. Respiratory System in Lippincott's Illustrated Reviews: Pharmacology, 4th Edition Farmakologi. -: The Point. 2009. 4. Guyton, Arthur C. , John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi : 11. Jakarta: EGC. 2007.5. Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 25. Jakarta: EGC. 1998.6. Nelson, Waldo E, dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. 2000.7. Purba, Bernhard Aprianto. Fisiologi Respirasi. Jambi: -. 2011.8. Solomon, William R. Patofisiologi Edisi 6 Volume. Editor: Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. Jakarta:EGC. 2005.