Mi_logistik p2tb Di Fasyankes

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penatalaksanaan pasien TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) memerlukan sarana logistik yang terdiri dari: Obat Anti Tuberkulosis (OAT) termasuk alat suntik dan aquabides untuk injeksi. Sarana dan bahan-bahan Laboratorium Formulir, kartu dan buku register. Fasyankes harus mempunyai persediaan yang cukup, sehingga tersedia pada waktu diperlukan. Program Nasional Pengendalian TB menyediakan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) secara gratis untuk semua pasien TB di fasyankes dengan strategi DOTS. OAT yang disediakan Program Nasional Pengendalian TB berupa OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang dikemas dalam bentuk blister, sehingga mudah dalam pemberiannya kepada pasien dengan dosis yang tepat. Untuk menjamin tidak terputusnya pengobatan pasien TB, maka setiap pasien dikemas 1 paket OAT untuk satu masa pengobatan. Disamping itu disediakan juga OAT dalam bentuk Kombipak untuk pengganti OAT KDT bagi pasien TB yang mengalami efek samping OAT KDT. Dalam pengelolaan logistik perlu diperhatikan tempat dan cara penyimpanan agar OAT dan logistik lainnya tetap terjamin kualitasnya. Modul ini dirancang untuk membekali petugas fasyankes agar mampu mengelola logistik OAT dan non OAT lainnya dengan baik. B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mempelajari materi ini peserta latih mampu mengelola logistik OAT, non OAT dan penyiapan OAT untuk pasien TB dengan baik. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mempelajari materi ini, peserta latih mampu : a. Menjelaskan Jenis-jenis logistik dalam Program Pengendalian TB b. Mengelola, menyimpan dan menjaga ketersediaan logistik OAT dan non OAT. c. Menyiapkan dan memberikan OAT pada pasien TB

description

jnjnkln

Transcript of Mi_logistik p2tb Di Fasyankes

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

    Penatalaksanaan pasien TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) memerlukan sarana logistik yang terdiri dari: Obat Anti Tuberkulosis (OAT) termasuk alat suntik dan aquabides

    untuk injeksi. Sarana dan bahan-bahan Laboratorium Formulir, kartu dan buku register. Fasyankes harus mempunyai persediaan yang cukup, sehingga tersedia pada waktu diperlukan. Program Nasional Pengendalian TB menyediakan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) secara gratis untuk semua pasien TB di fasyankes dengan strategi DOTS. OAT yang disediakan Program Nasional Pengendalian TB berupa OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yang dikemas dalam bentuk blister, sehingga mudah dalam pemberiannya kepada pasien dengan dosis yang tepat. Untuk menjamin tidak terputusnya pengobatan pasien TB, maka setiap pasien dikemas 1 paket OAT untuk satu masa pengobatan. Disamping itu disediakan juga OAT dalam bentuk Kombipak untuk pengganti OAT KDT bagi pasien TB yang mengalami efek samping OAT KDT. Dalam pengelolaan logistik perlu diperhatikan tempat dan cara penyimpanan agar OAT dan logistik lainnya tetap terjamin kualitasnya. Modul ini dirancang untuk membekali petugas fasyankes agar mampu mengelola logistik OAT dan non OAT lainnya dengan baik.

    B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

    Setelah mempelajari materi ini peserta latih mampu mengelola logistik OAT, non OAT dan penyiapan OAT untuk pasien TB dengan baik.

    2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mempelajari materi ini, peserta latih mampu : a. Menjelaskan Jenis-jenis logistik dalam Program Pengendalian TB b. Mengelola, menyimpan dan menjaga ketersediaan logistik OAT dan

    non OAT. c. Menyiapkan dan memberikan OAT pada pasien TB

  • 2

    BAB II MATERI PEMBELAJARAN

    A. JENIS-JENIS LOGISTIK PROGRAM PENGENDALIAN TB

    Logistik Program Pengendalian TB terdiri dari OAT dan non OAT.

    1. Logistik OAT. Program menyediakan paket OAT dewasa dan anak, dalam bentuk 2 macam kemasan yaitu : OAT dalam bentuk obat kombinasi dosis tetap (KDT) / Fixed Dose

    Combination (FDC) terdiri dari paket Kategori 1, kategori 2 dan sisipan yang dikemas dalam blister, dan tiap blister berisi 28 tablet.

    OAT dalam bentuk kombipak terdiri dari paket Kategori 1, kategori 2, dan sisipan, yang dikemas dalam blister harian, kombipak ini disediakan jika terjadi efek samping KDT.

    Paduan OAT yang digunakan dalam pengobatan pasien TB terdiri dari Isoniasid (H); Rifampisin (R); Pirasinamid (Z); Etambutol (E); dan Streptomisin(S). Untuk memudahkan pemberian obat secara tepat, maka OAT dalam bentuk paket sebagai berikut :

    Paket OAT KDT. Kategori 1.

    JENIS OAT ISI PAKET 4 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 150mg/ Isoniasid 75mg/ Pirazinamid 400mg/Etambutol 275mg)

    Tahap Awal 6 Blister

    2 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 150mg / Isoniasid 150 mg)

    Tahap Lanjutan 6 blister

    Kategori 2.

    JENIS OAT ISI PAKET 4 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 150mg/ Isoniasid 75mg/ Pirazinamid 400mg/Etambutol 275mg) Tahap

    Awal

    9 Blister

    Streptomisin 1 gr 56 vial Aqua pro injeksi 5 ml 60 vial Spuit 5 cc 56 buah 2 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 150mg / Isoniasid 150 mg) Tahap Lanjutan

    7 Blister

    1 Blister = 28 Tablet Etambutol 7 Blister Sisipan

    JENIS OAT ISI PAKET 4 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 150mg/ Isoniasid 75mg/ Pirazinamid 400mg/Etambutol 275mg)

    Sisipan 3 Blister

  • 3

    Kategori Anak JENIS OAT ISI PAKET

    3 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 75 mg/ Isoniasid 50mg/ Pirazinamid 150mg)

    Tahap Awal 6 Blister

    2 FDC : 1 Blister = 28 Tablet (1 tablet = Rifampisin 75 mg / Isoniasid 50 mg)

    Tahap Lanjutan 12 Blister

    Paket OAT Kombipak. Kategori 1.

    JENIS OAT ISI PAKET 1 Blister = 8 tablet (1 tablet isoniasid 300mg/ 1 tab Rifampisin 450mg/ 3 tablet Pirazinamid @ 500mg/ 3 tablet Etambutol @ 250mg

    Tahap Awal 56 Blister

    1 Blister =3 tablet (2 tab Isonoasid @ 300mg/ 1 tab Rifampisin 450mg

    Tahap Lanjutan 48 Blister

    Kategori 2.

    JENIS OAT ISI PAKET 1 Blister = 8 tablet (1 tab isoniasid 300mg/ 1 tab Rifampisin 450mg/ 3 tablet Pirazinamid @ 500mg/ 3 tablet Etambutol @ 250mg Tahap Awal

    56 Blister

    Streptomisin 1 g 56 vial Aqua pro Injeksi 5 ml 60 vial Spuit 5 ml 56 buah 1 Blister =5 tablet (2 tab Isonoasid @ 300mg/ 1 tab Rifampisin 450mg / 2 tab Etambutol @ 500mg dan 1 tablet Etambutol 250mg

    Tahap Lanjutan 60 Blister

    Sisipan

    JENIS OAT ISI PAKET 1 Blister = 8 tablet (1 tab isoniasid 300mg/ 1 tablet Rifampisin 450mg/ 3 tab Pirazinamid @ 500mg/ 3 tab Etambutol @ 250mg

    Sisipan 28 Blister

    Kategori Anak

    JENIS OAT ISI PAKET 1 Sachet = 5 tablet/kaplet (1 tablet isoniasid 100mg/ 2 kaplet Rifampisin @75mg/ 2 tablet Pirazinamid @ 200mg

    Tahap Awal 56 sachet

    1 Sachet =3 tablet (1 tab Isonoasid @ 100mg/ 2 tab Rifampisin @ 75mg

    Tahap Lanjutan 112 sachet

  • 4

    Contoh paket Kategori I OAT-KDT.

    Kotak paket OAT-KDT Isi:kotak 4KDT dan 2KDT Blister 4KDT @ 28 tablet Blister 2KDT @ 28 tablet

    2. Logistik non OAT Alat dan bahan Laboratorium terdiri dari : Mikroskop, kotak sediaan, pot dahak, kaca sediaan (end-frosted),

    rak pewarna dan rak pengering, lampu spiritus, lidi/bambu (bamboo stick), botol semprot, corong, kertas saring, kertas lensa mikroskop, pencatat waktu, sulut api, pensil 2B, karet penghapus dan lain lain.

    Bahan Laboratorium habis pakai terdiri dari: Reagensia Ziehl Neelsen, eter alkohol, minyak imersi, larutan desinfektan dan lain lain.

    Pengelolaan logistik tidak habis pakai tidak dibahas dalam modul ini. Materi ini akan disampaikan dalam pelatihan khusus petugas laboratorium TB.

    Barang cetakan, seperti: buku pedoman, formulir pencatatan dan pelaporan serta bahan KIE.

  • 5

    LATIHAN 1.

    Jawalah pertanyaan ini dengan benar!

    1. Sebutkan jenis logistik yang digunakan program TB di fasilitas pelayanan kesehatan Saudara ?

    2. Sebutkan jenis paket OAT yang disediakan oleh Program TB !

    3. Sebutkan kategori OAT yang disediakan untuk pasien TB !

  • 6

    B. PENGELOLAAN LOGISTIK OAT

    1. Merencanakan Kebutuhan OAT Pastikan di fasilitas pelayanan kesehatan anda tersedia paket OAT Dewasa maupun OAT Anak yang cukup untuk semua pasien TB yang akan memulai pengobatannya untuk triwulan yang akan datang. Perkiraan jumlah pasien yang akan ditemukan triwulan yang akan datang adalah sama atau hampir sama dengan jumlah pasien TB pada triwulan yang lalu. Oleh sebab itu fasilitas pelayanan kesehatan harus memperhitungkan kebutuhan OAT berdasarkan perkiraan kasus yang akan ditemukan pada triwulan yang akan datang ditambah cadangan untuk 1 bulan. Stok cadangan OAT (buffer-stock) disediakan untuk mengatasi adanya kemungkinan penambahan kasus TB diluar perkiraan pada triwulan berikutnya atau untuk mengantisipasi jika terjadi keterlambatan pengiriman OAT dari kabupaten/kota. Berdasarkan perhitungan kebutuhan di atas, maka OAT yang diajukan ke kabupaten/kota setiap triwulan adalah sebagai berikut: Dalam mengajukan permintaan OAT fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Contoh : Di Puskesmas Lumire pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengobati pasien dengan kategori 1 sebanyak 6 pasien, sedangkan stok OAT Kat.1 yang ada di Gudang Obat sebanyak 1 paket. Pasien 6 orang = 6 paket, Cadangan 1 bulan yaitu 6 x 1/3 = 2 paket, Stok = 1 paket,

    Maka OAT Kat.1 yang diajukan = 6 + 2 1 = 7 paket

    Jumlah OAT diajukan = Kebutuhan 1 triwulan + Cadangan 1 bulan - sisa stok yg ada

  • 7

    Dalam memantau pengajuan permintaan OAT oleh fasilitas pelayanan kesehatan, pengelola program TB kabupaten/kota harus melakukan validasi data hasil penemuan kasus TB. Perlu juga disiapkan paket OAT Sisipan sebanyak kira-kira 10% dari jumlah pasien Kategori-1 dan Kategori-2 yang akan diobati. Dalam keadaan tidak tersedia paket OAT sisipan, bisa diambil dari kotak cadangan atau membuka paket baru/buffer stok. OAT Kombipak disediakan oleh pengelola program TB di kabupaten/kota untuk pengganti OAT KDT bagi pasien TB yang mengalami efek samping OAT KDT.

    2. Penyimpanan OAT

    Pada waktu menerima kiriman OAT dari kabupaten/kota, periksalah terlebih dahulu apakah jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya, sudah sesuai dengan surat pengantarnya. Jika tidak sesuai maka segera informasikan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk ditindak lanjuti. Langkah-langkah dalam penerimaan OAT secara rinci sebagai berikut : Hitung jumlah paket OAT masing-masing kategori, kemudian

    cocokkan dengan surat pengiriman. Periksa tanggal kadaluarsa dan nomor batch OAT. Perhatikan apakah OAT dalam keadaan baik (tablet tidak berubah

    warna, tidak pecah, kemasan tidak rusak, tidak menggelembung dan tidak bocor).

    Catatlah jumlah, tanggal kadaluarsa dan tanggal penerimaan masing-masing OAT kedalam kartu stok dan kartu stok induk.

    Tempatkan OAT di Gudang obat Sarana Pelayanan Kesehatan. Susunlah OAT dalam rak atau lemari obat dan tempatkan dibagian

    depan obat yang lebih awal tanggal kadaluarsanya, dan tempatkan dibagian belakang obat yang kadaluarsanya lebih lama (FEFO = First Expired First Out = lebih dahulu kadaluarsa lebih dahulu digunakan).

    Catatlah dalam kartu stok dan kartu stok induk setiap obat dikeluarkan.

    3. Memantau Ketersediaan OAT di Gudang

    Lakukan pemantauan sisa stok OAT yang ada digudang obat sekali sebulan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui : Apakah setiap mutasi obat tercatat pada kartu stok dan kartu stok

    induk? Apakah jumlah fisik masing-masing jenis OAT sesuai dengan yang

    tercatat dalam kartu stok? Apakah ada obat yang rusak, sudah atau akan kadaluarsa (minimal

    9 bulan)?

  • 8

    Apakah stok yang tersedia masih cukup sampai permintaan yang akan datang?

    Apabila stok tidak mencukupi sampai permintaan yang akan datang, segera ajukan permintaan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

    4. Menghitung Kebutuhan Logistik Non OAT

    Pastikan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan selalu tersedia logistik Non OAT untuk program TB dalam jumlah yang cukup. Cara menghitung kebutuhan logistik non OAT atau bahan habis pakai mengacu pada standar di bawah ini :

    Pot Dahak = jumlah pasien BTA (+) yang akan ditemukan x 42

    buah. Kaca Sediaan = jumlah pasien BTA (+) yang akan ditemukan x 42

    buah. Reagensia = jumlah pasien TB BTA (+) yang akan ditemukan x

    1 paket Kertas pembersih lensa mikroskop untuk setiap laboratorium yang

    melakukan pewarnaan dan pemeriksaan sediaan. Bahan-bahan lain, misalnya Sodium Hipoklorid 5-10%, lysol dan

    lain-lain. Formulir pencatatan dan pelaporan:

    1) TB.01 = jumlah pasien TB yang akan diobati. 2) TB.02 = sama dengan TB.01 3) TB.03 UPK = 1 buku untuk 1 tahun 4) TB.04 = tiap laboratorium yang melakukan pembacaan

    sediaan (PRM, PPM, RS, BKPM/BBKPM/BP4, dll) paling kurang mendapat 1 buku berisi 100 lembar @ 10 baris.

    5) TB.05 = jumlah pasien BTA positif yang akan diobati x 16 lembar.

    6) TB.06 = tiap fasilitas pelayanan kesehatan paling kurang mendapat 1 buku berisi 50 lembar @ 10 baris.

    7) TB.09 = 1 buku 8) TB.10 = sama dengan TB.09

    a. Dasar Penghitungan Kebutuhan Pot Dahak dan Kaca Sediaan.

    Untuk menemukan satu pasien BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan kurang lebih 10 suspek. Setiap suspek harus diperiksa 3 spesimen dahak (SPS), jadi setiap suspek diperlukan 3 pot. Jadi untuk menemukan 1 pasien BTA positif dibutuhkan pot dahak sebanyak 10 x 3 = 30 pot.

    Setiap pasien BTA positif yang diobati juga memerlukan pemeriksaan dahak ulang sebanyak 3 kali masing-masing 2 sediaan. Jadi untuk pemeriksaan ulang (follow-up pengobatan) dibutuhkan sebanyak 3 x 2 = 6 pot,

    Pasien BTA negatif pada akhir tahap awal juga akan dilakukan pemeriksaan ulang dahak sebanyak 3 kali masing-masing 2

  • 9

    sediaan. Jadi untuk pemeriksaan ulang (follow-up pengobatan) dibutuhkan sebanyak 3 x 2 = 6 pot

    Maka kebutuhan pot dahak atau kaca sediaan untuk 1 pasien BTA positif: 30 + 6 + 6 = 42.

    b. Menghitung Kebutuhan Logistik Non OAT

    Menghitung perkiraan kebutuhan logistik non OAT untuk triwulan yang akan datang, didasarkan jumlah pemakaian triwulan yang lalu kemudian ditambah dengan cadangan 1 bulan untuk antisipasi adanya peningkatan pasien TB yang ditemukan. Contoh perhitungan pot dahak sebagai berikut.

    Misalkan di Puskesmas Lumire pada triwulan yang lalu ditemukan sebanyak 8 pasien baru TB BTA positif dan stok pot dahak saat ini: 250 buah. Maka : Kebutuhan pot dahak = 8 x 38 = 304 buah

    Cadangan 1 bulan = 304 x 1/3 = 101 buah Jadi jumlah kebutuhan 1 triwulan = 304 + 101 = 405 buah

    Permintaan pot dahak untuk triwulan yang akan datang = 405 250 = 155 buah.

    Cara perhitungan kebutuhan logistik yang lain prinsipnya sama. Contoh perhitungan Kartu TB. 01 sebagai berikut.

    Misalkan jumlah pasien TB baru yang ditemukan dalam triwulan yang lalu sebanyak 12 pasien dan stok kartu TB.01 yang ada 6 lembar. Maka : Kebutuhan kartu TB.01 = 12 x 1 = 12 lembar

    Cadangan 1 bulan = 12 x 1/3 = 4 lembar Jadi jumlah kebutuhan 1 triwulan = 12 + 4 = 16 lembar

    Kartu TB.01 yang diajukan triwulan yang akan datang = 16 - 6 = 10 lembar.

  • 10

    LATIHAN 2.

    1. Tulislah paling sedikit 3 kegiatan yang saudara lakukan jika menerima

    OAT!

    2. Apa manfaat pengecekan logistik dilakukan setiap bulan sekali? 3. Tuliskan rumus kebutuhan OAT yang dimintak ke Kab/Kota setiap triwulan! 4. Tuliskan dasar perhitungan kebutuhan pot dahak dan kaca sedian!

  • 11

    C. MENYIAPKAN OAT UNTUK PASIEN TB.

    Setelah diagnosis ditegakkan, petugas pengelola TB segera menyiapkan 1 paket OAT untuk 1 pasien untuk satu masa pengobatan sesuai dengan kategori pengobatan. Pengemasan kembali paket obat khusus untuk paket KDT dan paket anak sesuai dengan dosis dan berat badan pasien. Tulislah identitas pasien (nama, alamat, umur, BB, dll) pada kotak obat tersebut. Obat ini tidak boleh digunakan oleh pasien yang lain, jadi satu paket untuk satu orang pasien . Dengan cara ini maka petugas dan pasien yakin bahwa obatnya tersedia cukup sampai selesai pengobatan.

    1. Paduan OAT dan Peruntukannya

    a. Kategori-1 : 2(HRZE)/4(HR)3 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks mendukung. Pasien TB ekstraparu

    b. Kategori -2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

    c. OAT Sisipan : (HRZE)

    Paduan OAT Sisipan ini diberikan untuk pasien TB Paru BTA Positif yang tidak mengalami konversi setelah pengobatan tahap awal, baik yang menggunakan kategori 1 maupun kategori 2. Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap awal kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

    d. Kategori Anak : 2(HRZ)/ 4(HR) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien TB Anak. Pengobatan TB anak dalam waktu 6 bulan yang diberikan setiap hari, baik pada tahap awal maupun tahap lanjutan, dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.

  • 12

    2. Tatacara penyiapan paket OAT untuk pasien. Kategori 1:

    Dosis Kategori 1 berdasarkan berat badan seperti tabel dibawah ini : Berhubung Paket OAT Kategori 1 yang disediakan oleh program untuk Pasien dengan Berat Badan 38 54 kg, maka paket tersebut sebelum diberikan kepada pasien perlu dikemas kembali sesuai dengan berat badan, yang cara pengemasannya sbb : - Pasien dengan BB 71 kg, memerlukan 5 kaplet/hari sehingga

    perlu ditambahkan OAT pada kotak tahap awal sebanyak 4 blister 4KDT dan pada kotak tahap lanjutan sebanyak 2 blister dan 16 tablet 2KDT. Penambahan ini diambil dari kotak cadangan atau bula paket baru. Kotak cadangan dapat dibuat dari sisa paket pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan. Tulis pada kotak tersebut KOTAK CADANGAN.

    - Pasien dengan BB 55-70 Kg, tambahkan OAT pada kotak tahap awal sebanyak 2 blister 4KDT dan pada kotak tahap lanjutan sebanyak 24 tablet 2KDT. Penambahan ini diambil dari kotak cadangan.

    - Pasien dengan BB 38-54 Kg, kurangi OAT pada tahap lanjutan 2KDT sebanyak 24 tablet, dan masukkan ke dalam kotak cadangan.

    - Pasien dengan BB 30 - 37 Kg, kurangi OAT pada tahap awal sebanyak 2 blister 4KDT, dan kurangi OAT pada tahap lanjutan sebanyak 2 blister dan 16 tablet 2KDT, lalu masukkan ke dalam kotak cadangan.

    Dasar perhitungan jumlah dosis OAT Kategori 1 berdasarkan berat badan dapat dijelaskan sebagai berikut: Contoh untuk pasien dengan berat badan 38-54 kg. Untuk tahap awal (4KDT): - Jumlah yang dibutuhkan adalah :

    3 tablet per hari x 28 kali sebulan x 2 bulan = 168 tablet (6 blister @ 28 tablet).

    - Isi OAT dalam paket yang disediakan untuk tahap awal adalah sebanyak 6 blister 4KDT.

    - Jadi sudah cukup (tidak perlu ditambah atau dikurangi). Untuk tahap lanjutan (2KDT): - Jumlah yang dibutuhkan adalah :

    Berat Badan (Kg)

    Dosis 1 x minum

    Jumlah Blister/Tab dalam Paket Tahap awal (4KDT) Tahap lanjutan (2KDT)

    30 37 2 tab 4 Blister 3 Blister + 12 Tab 38 54 3 tab 6 Blister 5 Blister + 4 Tab 55 70 4 tab 8 Blister 6 Blister + 24 Tab 71 5 tab 10 Blister 8 Blister + 16 Tab

  • 13

    3 tablet per hari x 3 kali seminggu x 4 minggu dalam sebulan x 4 bulan = 144 tablet.

    - Isi OAT dalam paket yang disediakan untuk tahap lanjutan adalah sebanyak 6 blister 2KDT (168 tablet). Jadi jumlah ini kelebihan sebanyak 168 144 = 24 tablet.

    - Oleh karena itu, isi kotak tahap lanjutan 2KDT ini harus dikurangi 24 tablet. Masukkan 24 tablet ini kedalam kotak cadangan.

    Kategori 2:

    Dosis Kategori 2 berdasarkan berat badan adalah sbb :

    Berat badan (Kg) Dosis

    Jumlah Blister/Tab & Vial dalam Paket Fase Awal Fase Lanjutan

    4KDT Streptomisin 2KDT Etambutol 30 37 2 tab/500 mg 6 Blister 56 Vial 4 Blister +

    8 tab 4 Blister + 8 tab

    38 54 3 tab/750 mg 9 Blister 56 Vial 6 Blister+ 12 Tab

    6 Blister + 12 Tab

    55 70 4 tab/ 1000 mg

    12 Blister 56 Vial 8 Blister + 16 Tab

    8 Blister + 16 Tab

    71 5 tab/ 1000 mg

    15 Blister 56 Vial 10 Blister+ 20 Tab

    10 Blister+ 20 Tab

    Pengemasan paket kategori 2 sama dengan kategori 1 tersebut sebelumnya.

    Kategori Anak:

    Dosis Kategori Anak berdasarkan berat badan adalah sbb : Kategori Anak KDT Catatan : Anak dengan BB 33 kg, dirujuk ke rumah sakit. Pengemasan paket kategori anak sama dengan kategori 1 dan 2 tersebut sebelumnya.

    Untuk OAT Anak Kombipak, diberikan sesuai BB sebagai berikut :

    Jenis Obat BB < 10 kg BB

    10 - 19 kg BB

    20 - 32 kg Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg

    Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg

    Berat Badan (Kg)

    Dosis 1 x minum

    Jumlah Blister/Tab dalam Paket Tahap awal (3KDT) Tahap lanjutan (2KDT)

    5 - 9 1 tab 2 Blister 4 Blister 10 - 14 2 tab 4 Blister 8 Blister 15 - 19 3 tab 6 Blister 12 Blister 20 -32 4 tab 8 Blister 16 Blister

  • 14

    3. Pemberian OAT pada pasien. Setelah paket disiapkan sesuai dengan klasifikasi, type dan berat badan, maka pemberian OAT dilakukan sebagai berikut: Paket/Kotak obat untuk masing-masing pasien ditempatkan

    diruangan (rak khusus) pengobatan TB. Ambil dosis harian lalu ditelan pasien didepan petugas TB. Khusus OAT Kategori 2 karena ada OAT suntikan, maka pada 2

    bulan tahap awal OAT diberikan di fasyankes dengan urutan OAT ditelan terlebih dahulu, kemudian pemberian OAT suntikan.

    Amati reaksi atau efek OAT selama minimal 30 menit, siapkan dosis harian OAT yang akan ditelan dirumah didepan PMO

    OAT yang diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang paling banyak dosis harian untuk 1 minggu, kecuali situasi geografi yang tidak mendukung dosis harian OAT dapat diberikan selama 2 minggu

    Catat bukti menelan obat pada kartu TB.01 dan TB.02.

  • 15

    LATIHAN 3

    Kerjakan latihan soal berikut ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan secara benar. 1. Tulislah paduan OAT dan peruntukannya 2. Tuliskan dosis harian pasien TB berdasarkan berat badan

  • 16

    LATIHAN 4

    Praktek demonstrasi pengemasan Obat untuk paket dan dosis untuk pasien TB

    Bahan yang diperlukan : 1. Paket OAT KDT Kategori 1, 2 dan Anak , 2. Formulir TB.01 dan TB.02. Pelatih membimbing peserta untuk mengemas paket OAT dan dosis untuk pasien secara bergeliran Yang akan dikerjakan oleh peserta : Sesuai dengan tahapan diatas, pengemasan sampai pemberian OAT, lakukan : 1. Pengemasan OAT untuk pasien Baru TB dengan BB 38 54 kg 2. Pengemasan OAT untuk pasien Kambuh dengan BB 30 37 kg

  • 17

    LATIHAN 5.

    MENGHITUNG KEBUTUHAN LOGISTIK Suwarno adalah petugas pengelola TB di Puskesmas PRM Lumire Kecamatan Papirus Kabupaten Permata, jumlah penduduk puskesmas 43.000 jiwa. Pada triwulan I tahun 2009 Puskesmas Lumire berhasil menemukan dan mengobati pasien TB, yaitu: pasien baru TB BTA positif sebanyak 9 orang, pasien TB BTA negatif foto toraks mendukung sebanyak 3 orang, pasien TB Ekstraparu 1 orang, pasien TB Kambuh 1 orang dan pasien TB Anak 3 orang. Semua pasien TB yang diobati mengalami konversi. Stok logistik pada akhir triwulan I tahun 2009 adalah sebagai berikut : Kategori 1 : 3 paket Kategori 2 : 0 Sisipan : 1 paket Kategori Anak : 2 paket. Pot dahak : 120 buah Kaca sediaan : 128 buah. Reagensia : 2 paket TB.01 : 12 lembar TB.02 : 12 lembar Pertanyaan dengan menggunakan data di atas: a. Hitunglah perkiraan pasien yang akan diobati pada triwulan 2. b. Hitunglah kebutuhan OAT pada triwulan 2 c. Hitunglah permintaan OAT pada triwulan 2 d. Hitunglah kebutuhan logistik non OAT pada triwulan 2 e. Hitunglah permintaan logistik non OAT pada triwulan 2 Jawablah Pertanyaan tersebut di atas dengan menggunakan format bantu di halaman berikut.

  • 18

    Jawab : a. Perkiraan pasien yang akan diobati triwulan 2.

    No Tipe Pasien Jumlah Jumlah 1+2+3

    1 Baru BTA pos

    2 Baru BTA neg/foto toraks mendukung

    3 Ekstraparu

    4 Kambuh

    5 Anak

    Jumlah

    b. Kebutuhan OAT pada Triwulan 2

    No Jenis OAT Kebutuhan (jumlah pasien + buffer stok 1 bln)

    1 Kategori 1

    2 Kategori 2

    3 Sisipan

    4 Anak

    c. Permintaan OAT pada Triwulan 2

    No Jenis OAT Kebutuhan Stok Permintaan

    1 Kategori 1

    2 Kategori 2

    3 Sisipan

    4 Anak

  • 19

    d. Kebutuhan logistik non OAT Triwulan 2

    No Jenis Logistik Kebutuhan (jumlah pasien + buffer stock 1 bln)

    1 Pot dahak

    2 Kaca sediaan

    3 Reagensia

    4 Kartu TB.01

    5 Kartu TB.02

    6 Formulir TB.05

    e. Permintaan logistik non OAT Triwulan 2

    No Jenis Logistik Kebutuhan Stok Permintaan

    1 Pot dahak

    2 Kaca sediaan

    3 Reagensia

    4 Kartu TB.01

    5 Kartu TB.02

    6 Formulir TB.05

  • 20

    EVALUASI AKHIR MATERI Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban yang benar

    1. Program P2TB memberikan OAT gratis pada pasien yang berobat di :

    a. Fasilitas pelayanan kesehatan b. Puskesmas saja c. Di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan strategi DOTS d. Di sarana pelayanan kesehatan pemerintah e. Di Dinkes Kabupaten/Kota

    2. OAT yang diberikan kepada pasien dalam bentuk paket agar:

    a. Supaya harga OAT bisa menjadi murah b. Mudah dalam pemberian ,dosis tepat dan menjamin kelangsungan

    pengobatan. c. Bisa langsung diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang. d. Supaya pasien mudah mendapatkan OAT e. Supaya tidak menyusahkan keluarga pasien .

    3. Rencana permintaan OAT dari Puskesmas ke Dinas`Kesehatan Kab/Kota tiap triwulan dengan mempertimbangkan:. a. Sebanyak mungkin agar tidak repot . b. Jumlah pasien yang diobati triwulan lalu ditambah cadangan 1 bulan. c. Dengan persediaan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Biaya yang tersedia untuk pengambilan OAT ke Kab/Kota. e. Sebanyak pasien yang diobati sati triwulan.

    4. Di Puskesmas saudara telah menemukan pasien TB BTA positif , tetapi

    stok yang tersedia tidak ada, apa yang saudara lakukan: a. Ambilkan OAT di paket pasien lain agar pasien tidak kecewa. b. Tunda sementara pengobatan, segera mintakan OAT ke Dinas

    Kesehatan Kabupaten/ Kota. c. Anjurkan/ rujuk pasien ke rumah sakit terdekat. d. Buatkan resep untuk dibeli di apotik e. Rujuk pengobatannya ke DPS terdekat

    5. Standar kebutuhan logistik non OAT dalam perencanaan, 1 pasien BTA

    pos membutuhkan : a. Pot dahak 36 buah, kaca sediaan 36 buah. b. Pot dahak 38 buah, kaca sediaan 38 buah. c. Pot dahak 3 buah, kaca sediaan 3 buah. d. Pot dahak 42 buah, kaca sediaan 42 buah. e. Pot dahak 40,kaca sediaan 40

  • 21

    LAMPIRAN

    DOSIS PADUAN OAT

    Tabel 1. Dosis paduan OAT-KDT Kategori-1

    Berat Badan Tahap Intensif

    tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)

    Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu

    RH (150/150)

    30 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT 38 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT 55 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

    71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

    Tabel 2. Dosis paduan OAT- KDT Kategori-2

    Berat Badan

    Tahap Intensif tiap hari

    RHZE (150/75/400/275) + S

    Tahap Lanjutan 3 kali seminggu

    RH (150/150) + E(275) Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu

    3037 kg 2 tab 4KDT + 500 mg Streptomisin inj.

    2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol

    3854 kg 3 tab 4KDT + 750 mg Streptomisin inj.

    3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol

    5570 kg 4 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj.

    4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol

    71 kg 5 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj.

    5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol

    Catatan: Pasien berumur 60 tahun ke-atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil tidak boleh diberikan suntikan streptomisin. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram, dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)

    Tabel 3. Dosis paduan OAT KDT pada anak (sesuai rekomendasi IDAI)

    Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari 3KDT Anak

    RHZ (75/50/150) 4 bulan tiap hari 2KDT Anak

    RH (75/50) 5-9 1 tablet 1 tablet

    10-14 2 tablet 2 tablet 15-19 3 tablet 3 tablet 20-32 4 tablet 4 tablet

    Keterangan: Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.

    OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.

  • 22

    Cara menghitung kebutuhan logistik non OAT atau bahan habis pakai mengacu pada standar di bawah ini :