Mikro Biologi 9 - Penghambat Mikroba Dengan Metode Sterilisasi
[Mikro]1 - Sterilisasi Dan Medium
-
Upload
krisna-dewantara -
Category
Documents
-
view
49 -
download
1
description
Transcript of [Mikro]1 - Sterilisasi Dan Medium
I. PENDAHULUAN
A. Judul
Sterilisasi dan Medium
B. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah semua organisme yang berukuran mikroskopis
atau sangat kecil. Mikroorganisme tersebut ada yang bersifat bebahaya bagi
kesehatan manusia atau patogen, dan ada juga yang bermanfaat. Untuk
mencegah kontaminasi dari mikroorganisme yang berbaya perlu dilakukan
sterilisasi terhadap alat-alat atau bahan yang akan digunakan dalam percobaan
dengan mikroorganisme, sedangkan mikroorganisme yang bermanfaat dapat
dikembangkan dengan menggunakan media tertentu.
Sterilisasi merupakan penghilangan atau pemusnahan terhadap keberadaan
mikrobia. Sterilisasi bertujuan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme
yang tidak diinginkan. Hal ini penting agar mikrobia yang ingin dikulturkan
dapat tumbuh dengan optimal (Kubyshkina, dkk., 2010). Kegiatan yang
dilakukan dalam praktikum acara sterilisasi ini yaitu pengenalan alat-alat
yang berfungsi untuk melakukan sterilisasi dan penjelasan prinsip kerja dari
masing-masing alat tersebut.
Medium adalah suatu media atau bahan yang digunakan untuk
mengembangbiakkan mikroorganisme. Medium ini mengandung nutrisi-
nutrisi sehingga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme dengan
optimal (Arulanantham, dkk., 2012).. Kegiatan yang dilakukan dalam acara
medium ini adalah mempelajari cara pembuatan medium berupa medium
tegak dan medium miring, serta medium semi sintetis dan sintetis
C. Tujuan
1. Mengenal alat-alat yang digunakan dalam sterilisasi beserta prinsip
kerjanya
2. Mengetahui jenis-jenis medium, komposisi medium tersebut beserta fungsi
dari medium tersebut dalam pertumbuhan bakteri
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sterilisasi
Sterilisasi menurut Kubyshkina, dkk. (2011) adalah penghilangan atau
pemusnahan secara menyuluruh terhadap keberadaan mikrobia, termasuk
dalam bentuk vegetatif bakteri dan spora. Alasan utama dilakukannya
sterilisasi menurut Kokare (2008) yaitu :
1. Mencegah kontaminasi produk steril
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme patogenik yang dapat
menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan dan manusia
3. Mencegah kontaminasi mikrobia yang tidak diingkan dalam kultur murni
4. Mencegah kontaminasi mikrobia yang tidak diinginkan pada proses
fermentasi dan proses industri lainnya
5. Mencegah dekomposisi dan kerugian dari makanan atau produk-produk
makanan
Sterilisasi berdasarkan metodenya dapat dibagi menjadi beberapa metode
utama menurut Kokare (2008), yaitu :
1. Fisik
Metode ini prosesnya menggunakan proses fisika, seperti panas, uap,
penggunaan radiasi dan penyaringan mekanik.
a) Pemanasan Kering
Panas merupakan salah satu cara pemanasan yang cepat. Faktor yang
mempengaruhi sterilisasi dengan panas yaitu temperatur dan waktu,
jumlah mikroorganisme, dan karakter dari mikroorganisme tersebut.
Mikroorganisme lebih tahan terhadap panas kering dibandingkan
panas basah dan metode lainnya, oleh karena itu memerlukan
temperatur yang lebih tinggi. Contoh dari sterilisasi pemanasan kering
antara lain pemanasan dengan sinar matahari, pembakaran langsung
dan oven.
b) Panas basah atau uap
Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan merupakan cara sterilisasi
yang paling sering digunakan dan lebih efisien dibandingkan daripada
panas udara biasa karena panas uap lebih mematikan, lebih cepat
dalam pemanasannya, dan dapat masuk dengan mudah melalui pori
suatu benda seperti katun, kertas dan pembungkus pakaian. Alat
yangdigunakan untuk panas uap jenuh bertekanan adalah autoclave.
c) Radiasi
Radiasi merupakan energi yang dipancarkan dalam berbagai bentuk.
Metode ini disebut juga sterilisasi dingin karena menghasilkan panas
yang sedikit. Metode ini cocok digunakan untuk benda yang
termolabil atau tidak tahan terhadap panas. Contoh sterilisasi dengan
radiasi yaitu dengan sinar UV, sinar X dan sinar gamma.
d) Filtrasi atau metode mekanik
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode tanpa panas yang banyak
digunakan di industri farmasetika yang banyak memerlukan cairan
termolabil untuk disterilisasi. Efisiensi dari filter atau penyaring
dipengaruhi oleh ukuran pori, ketebalan, laju filtrasi, dan sifat alami
cairan ketika disaring.
2. Kimia
a) Sterilisasi gas
Sterilisasi dengan gas merupakan pemusnahan mikroorganisme
dengan senyawa kimia dalam bentuk gas atau uap. Gas-gas ini dapat
bersifat toksik bagi manusia apabila dalam terdapat konsentrasi yang
berlebihan.
b) Desinfektan
Desinfektan dan antiseptik merupakan senyawa yang
menghancurkan dan mencegah bakteri berpenyakit atau
mikroorganisme berbahaya atau juga virus yang inaktif. Senyawa
kimia yang berfungsi sebagai desinfektan yaitu fenol, alkohol,
halogen, aldehid, dan lainnya.
Oven adalah alat sterilisasi yang menggunakan udara kering. Panas
kering tersebut dapat menyebab kerusakan oksidatif dan berefek racun
pada sel baketri (Vinay, dkk., 2011). Sterilisasi dengan cara ini
menggunakan udara dengan kelembaban yang rendah yang telah
dipanaskan menggunakan api atau listrik. Temperaturnya berkisar antara
160°C - 180°C derajat celsius. Oven banyak digunakan untuk benda yang
tahan panas seperti alat kaca, alat operasi, dan beberapa cairan kimia
(Parija, S.C., 2009).
Autoklaf menurut Pelczar dan Chan (1986), merupakan alat untuk
sterilisasi basah dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu
121°C. Autoklaf banyak digunakan dalam sterilisasi alat-alat laboratorium,
rumah sakit, serta tempat lain yang meproduksi barang steril. Lama waktu
yang diperlukan untuk melakukan sterilisasi tergantung dari sifat dan
jumlah bahan yang akan disterilisasi. Benda yang akan disterilkan
dimasukkan dan air yang berada di dasar autoklaf akan didihkan
(menggunakan listrik atau pemanas eksternal) sehingga terjadi uap air
yang tidak dapat keluar karena tertutup rapat, menyebabkan tekanan di
dalam autoklaf melebihi tekanan normal. Adanya kenaikan tekanan uap ini
yang menyebabkan air mendidih dengan cepat di atas 100°C.
Kelebihan dan kekurangan dari sterilisasi menggunakan autoklaf
menurut Tietjen dkk., (2004) yaitu :
a) Kelebihan :
1. Waktu sterilisasinya cepat
2. Efisien
3. Ramah lingkungan
b) Kekurangan :
1. Uap air yang masuk ke dalam alat dan bahan dapat merusak alat
dan bahan tersebut
2. Alat mahal
3. Membutuhkan daya listrik yang tinggi
4. Tidak bisa digunakan untuk bahan yang tidak tahan suhu tinggi
Inkubator adalah alat yang digunakan untuk membiakkan bakteri yang
telah ditanam di media dengan cara memberikan kondisi lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Inkubator ada yang berbentuk
water bath dan shaker. Prinsip kerja dari alat ini yaitu menginkubasi
dengan suhu tertentu dalam keadaan diam (Singleton dan Sainsbury,
2006).
Menurut Favero dan Berquist (1968), Laminar Air Flow (LAF)
merupakan meja kerja yang menyediakan lingkungan steril atau bebas dari
mikroorganisme. Alat ini mencegah kontaminasi dari lingkungan sekitar
yang biasanya banyak terdapat partikel debu atau kotoran yang
beterbangan. Terdapat 2 tipe Laminar Air Flow yaitu vertikal dan
horizontal. Tipe horizontal banyak digunakan untuk percobaan sterilitas
karena dapat menyapu mikroorganisme dari tangan operator atau
pengguna, sedangkan tipe vertikal, kipas akan mendorong angin ke bawah
melalui filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) ke area kerja dan
pintu keluar udara. Pada tipe horizontal, filter HEPA berada dibelakang
area kerja dan udara mengalir dari belakang ke depan melalui filter.
Kelebihan dari alat ini adalah dapat menciptakan area kerja yang bebas
dari kontaminasi mikroorganisme di udara. Kekurangan dari alat ini adalah
dapat menyebabkan radiasi pada operator atau pengguna, harga alat yang
mahal, dan banyak menggunakan ruang karena ukuran yang cukup besar.
Milipore filter adalah alat sterilisasi yang menggunakan metode fisik
mekanik dengan cara penyaringan. Membran filter atau penyaring pada
milipore filter terbuat dari ester selulosa dengan diameter sekitar 0.01 – 1
µm. Milipore filter dapat digunakan untuk sterilisasi bahan atau cairan
yang tidak tahan panas (Suriawiria, 1985).
Vacuum filter juga termasuk alat sterilisasi dengan metode fisik
mekanik dengan cara penyaringan. Vacuum fiter penggunaannya lebih
efisien dari milipore filter karena dapat digunakan berkali-kali dan tidak
mudah tersumbat. Vacuum filter juga dapat menampung volume cairan
lebih banyak dari milipore filter (Suriawiria, 1985).
B. Medium
Medium adalah suatu media atau bahan yang digunakan untuk
mengembangbiakkan mikroorganisme, dimana medium tersebut menyediakan
nutrisi-nutrisi yang berguna untuk kehidupan dan pertumbuhan
mikroorganisme (Arulanantham, dkk., 2012). Medium dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis menurut Pelczar dan Chan (1985), yaitu :
1. Berdasarkan bentuknya
a. Medium padat, medium yang mengandung agar 15%, dipanaskan dan
menjadi padat setelah dingin
b. Medium cair, medium yang tidak ditambahkan agar atau pemadat.
c. Medium semi padat atau semi cair, medium yang mengandung agar
sangat sedikit sehingga teksturnya kenyal, tidak begitu padat dan tidak
begitu cair.
2. Berdasarkan komposisinya
a. Medium sintesis, medium yang telah diketahui secara pasti komposisi
zat kimianya.
b. Medium semi sintetis, yaitu medium yang sebagian komposisinya
diketahui secara pasti.
c. Medium non sintetis, medium yang dibuat dengan komposisi yang
tidak diketahui secara pasti.
3. Berdasarkan tujuan penggunaan
a. Medium isolasi, medium yang mengandung nutrien esensial untuk
pertumbuhan mikrobia.
b. Medium selektif, medium yang ditambahkan zat tertentu sehingga
dapat menekan pertumbuhan mikrobia yang tidak diinginkan.
c. Medium diperkaya (enriched), medium yang mengandung nutrien
dasar untuk pertumbuhan mikroorganisme dan ditambah dengan
komponen kompleks seperti kuning telur dan serum.
d. Medium diferensial, digunakan untuk mengidentifikasi mikrobia
dilihat dari karakter spesifik pada medium.
e. Medium untuk karakterisasi bakteri, medium yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan spesifik dari suatu mikrobia.
Medium ekstrak daging termasuk dalam medium sintetik. Komposisi dari
medium ekstrak daging per liternya adalah agar 15 gram, pepton 5 gram dan
ekstrak daging 5 gram. Medium ini memiliki derajat keasaman sekitar 7,4 pada
suhu 25°C. Medium ekstrak daging berfungsi untuk kultivasi berbagai macam
mikroorganisme dan sangat bagus untuk kultur mikroorganisme susu dan air
(Atlas, 2010).
Medium ekstrak tauge merupakan medium alami atau non sintetis yang
terbuat dari tauge kacang hijau. Ekstrak tauge ini dapat menjadi media alami
untuk pertumbuhan mikroalga karena mengandung makronutrien,
mikronutrien, asam amino, gula dan vitamin yang baik untuk pertumbuhan
mikroalga. Komposisi dari medium ekstrak tauge yaitu tauge, sukrosa, dan
agar (Richmond, 1986).
Nutrien agar merupakan medium umum yang dapat digunakan untuk
petumbuhan mikroorganisme yang tidak selektif atau heterotrof. Media ini
terbuat dari ekstrak daging, pepton, dan agar. Nutrien agar dapat digunakan
untuk uji air, mengisolasi organisme dalam kultur murni dan pertumbuhan
sampel pada uji bakteri (Pelczar dan Chan, 1985).
Nutrien Broth merupakan medium yang digunakan untuk
mikroorganisme cair. Komposisi dari medium ini yaitu pepton, dan ekstrak
daging. Tanpa adanya penambahan agar membuat medium ini tidak dapat
memadat. (Pelczar dan Chan, 1985).
PDA (Potato Dextro Agar) adalah media yang digunakan untuk
menumbuhkan khamir dan kapang. PDA terdiri dari kandungan karbohidrat
seperti 20% ekstrak kentang, 20 gram glukosa dan 15 gram agar. PDA dapat
digunakan untuk pertumbuhan Bacillus subtilis, Bacillus megaterium,
Pseudomonas syringae, dan Xanthomonas campestris (Pelczar dan Chan,
1985; Atlas, 2010).
Medium tegak dan medium miring memiliki fungsi tertentu dalam
pembuatan media. Medium tegak berfungsi untuk mengamati atau
membiakkan mikrobia yang biasanya berjumlah sedikit dan terlihat dari atas
atau dari luar. Medium miring berfungsi untuk mengamati atau membiakkan
mikrobia dalam jumlah yang banyak, karena permukaan yang miring
memberikan luas permukaan yang lebih luas.
Cawan petri atau petri dish merupakan suatu wadah yang berbentuk
bundar terbuat dari kaca atau plastik. Cawan petri yang terbuat dari plastik
biasanya digunakan sekali pemakaian saja. Alat ini dapat digunakan untuk
membiakkan mikroorganisme seperti sel, spora, dan bakteri.
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1) Sterilisasi
Alat yang digunakan pada praktikum sterilisasi yaitu autoklaf, Laminair
air flow, Milipore filter, Vaccum filter, sedangkan bahan yang digunakan
adalah alkohol 70%.
2) Medium
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan medium yaitu asbes,
baskom, corong gelas, erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, karet gelang,
microwave, pipet ukur, propipet, rak tabung reaksi, tabung reaksi, dan
timbangan analitik. Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan
medium yaitu agar, aquades, daging, kapas, kertas label, kertas payung,
kertas saring, nutrien agar, pepton, Potato Dextro Agar (PDA), sukrosa,
dan tauge.
B. Cara Kerja
1) Sterilisasi
Alat-alat sterilisasi yang berada di laboratorium dicatat dan difoto,
kemudian disebutkan bagian-bagiannya. Dicatat juga fungsi, prinsip kerja,
cara pengoperasian, kelebihan dan kekurangan dari alat-alat sterilisasi
tersebut.
2) Pembuatan Medium Ekstrak Daging
Daging ditimbang sebanyak 1,5 gram kemudian dicampur dengan
500 ml aquades di dalam gelas beker. Gelas beker tersebut dipanaskan
hingga mendidih di atas kompor lalu disaring menggunakan kertas saring
untuk didapatkan ekstraknya. Ekstrak tersebut diambil sebanyak 250 ml
kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 1,25 gram
pepton, setelah itu diaduk sampai homogen. Campuran tersebut diambil
sebanyak 90 dan 60 ml. Pada campuran ekstrak daging 90 ml ditambahkan
1,35 gram agar, kemudian dimasukkan ke dalam microwave lalu
dipanaskan hingga mendidih.
Setelah agar larut, campuran ekstrak daging diambil masing-
masing sebanyak 60 ml dan 30 ml kemudian dimasukkan ke dalam empat
tabung tabung reaksi berbeda untuk dijadikan medium padat tegak dan
miring. Campuran ekstrak daging yang diambil sebanyak 60 ml tadi
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditutup dengan kapas dan
dibungkus kertas payung untuk dilakukan proses sterilisasi di dalam
autoklaf. Setelah proses sterilisasi, tabung reaksi untuk medium tegak
didinginkan dalam posisi tegak sedangkan untuk medium padat miring
didinginkan dalam posisi miring.
3) Pembuatan Medium Ekstrak Tauge
Tauge diambil sebanyak 100 gram lalu dimasukkan ke dalam gelas
beker dan ditambahkan 500 ml aquades, kemudian dipanaskan hingga
mendidih. Air hasil rebusan tauge disaring dan diambil sebanyak 250 ml
dan dibiarkan hingga suhunya turun menjadi ±50° C. Filtrat tauge tersebut
kemudian ditambahkan sukrosa sebanyak 15 gram. Sebanyak 60 ml filtrat
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk dijadikan medium
cair.
Filtrat tadi diambil kembali sebanyak 90 ml dan ditambahkan agar
sebanyak 1,35 gram. Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam microwave
dengan lama waktu 5 menit dan suhu pada tingkat medium high. Setiap 1
menit, nutrien agar dikeluarkan dan digojog, kemudian dikeluarkan dari
microwave jika sudah homogen. Filtrat yang sudah homogen tersebut
dimasukkan ke dalam empat tabung reaksi, masing-masing sebanyak 5 ml
untuk dijadikan medium miring. Tabung reaksi medium agar miring,
medium cair dan erlenmeyer ditutup dengan kapas dan dibungkus kertas
payung untuk kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf.
Semua bahan tersebut setelah dilakukan proses sterilisasi
dikeluarkan kemudian medium miring diletakkan secara miring dengan
cara disangga menggunakan pipet ukur hingga medium menjadi padat.
Sisa filtrat di erlenmeyer dituangkan ke dalam 4 cawan petri, masing-
masing sebanyak 15 ml.
4) Pembuatan Medium NA
Nutrien agar Oxoid dengan konsentrasi 28 gr/L diambil sebanyak
5,6 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer serta ditambahkan aquades
sebanyak 200 mL. Larutan tersebut diaduk dan dimasukkan ke dalam oven
dengan lama waktu 5 menit dan suhu pada tingkat medium high. Setiap 1
menit, nutrien agar dikeluarkan dan digojog, kemudian dikeluarkan dari
oven bila sudah homogen. Nutrien agar dipanaskan jangan sampai
mendidih karena dapat merusak medium. Nutrien agar tersebut dituangkan
ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml untuk dibuat medium agar tegak
dan sebanyak 5 ml untuk medium agar miring.
Semua medium tadi ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan
kertas payung untuk disterilisasi menggunakan autoklaf. Medium
dikeluarkan dari autoklaf setelah proses sterilisai selesai. Medium yang
tersisa di erlenmeyer dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 15 ml dan
dibiarkan hingga menjadi padat. Nutrien agar tegak diletakkan secara
tegak sedangkan nutrien agar miring diletakkan di nampan dan disangga
menggunakan pipet ukur. Nutrien agar yang terdapat di cawan petri
diletakkan secara mendatar dan dibiarkan memadat.
5) Pembuatan Medium PDA
Nutrien PDA dengan konsentrasi 39 gr/L diambil sebanyak 7,8
gram dengan cara ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Setelah itu ditambahkan aquades sebanyak 200 ml dan digojog, lalu
diaduk dan dimasukkan ke dalam oven selama 5 menit dan suhu pada
tingkat medium high. Setiap 1 menit, nutrien agar dikeluarkan, lalu digojog
dan dikeluarkan apabila sudah homogen. Nutrien agar dipanaskan tidak
sampai mendidih karena apabila mendidih dapat merusak medium. Nutrien
agar dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml untuk membuat
medium agar tegak dan sebanyak 5 ml untuk membuat medium agar
miring.
Semua medium ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas
payung untuk disterilisasi menggunakan autoklaf. Setelah proses sterilisasi
selesai, medium yang tersisa yang terdapat di erlenmeyer tadi dituang ke
dalam cawan petri sebanyak 15 ml dan dibiarkan memadat. Nutrien agar
tegak diletakkan secara tegak, sedangkan nutrien agar miring diletakkan
di nampan dan disanggah menggunakan pipet ukur. Nutrien agar pada
cawan petri diletakkan mendatar hingga mengeras.
6) Pembuatan Medium NB
Medium agar Broth Oxoid dengan konsentrasi 13gr/L diambil
sebanyak 2,6 gram dan ditambahkan aquades sebanyak 200 ml. Nutrien
diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tabung reaksi ditutup dengan kapas. Tabung reaksi tersebut
dimasukkan ke dalam gelas beker dan dibungkus dengan kertas payung
serta diikat menggunakan karet gelang. Setelah itu dimasukkan ke dalam
autoklaf untuk disterilisasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum sterilisasi ini dilakukan pengenalan terhadap alat-alat
sterilisasi yang ada di laboratorium. Dijelaskan pula prinsip kerja, cara
kerja dan fungsi dari masing-masing alat sterilisasi. Pada praktikum
medium, dilakukan pembuatan berbagai macam medium seperti medium
ekstrak daging, medium ekstrak tauge, medium nutrien agar, nutrien broth
dan medium PDA. Selain itu juga terdapat medium tegak dan miring.
A. Sterilisasi
.
Gambar 1. Oven (Dokumentasi Pribadi)
Oven merupakan salah satu alat sterilisasi yang menggunakan
metode fisik panas kering. Prinsip kerja dari alat ini adalah menggunakan
panas kering yang dihasilkan dari listrik sehingga dapat dihasilkan suhu
tinggi antara 160°C - 180°C dan waktu sekitar 2-3 jam. Lamanya
pemanasan tergantung dari banyaknya alat yang disterilisasi dan ketahanan
alat terhadap panas tinggi. Oven berfungsi untuk sterilisasi alat-alat yang
tahan panas seperti alat gelas berupa erlenmeyer, cawan petri, tabung
reaksi dan gelas lainnya.
Bagian-bagian dari oven adalah :
a db c
Keterangan:
a. Display
b. Pengatur suhu
c. Tombol on/off
d. Timer
1. Display
Berfungsi untuk menampilkan suhu dan lamanya waktu penggunaan
oven
2. Pengatur suhu
Berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya suhu
3. Tombol on/off
Berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan oven
4. Timer
Berfungsi untuk mengatur lamanya waktu penggunaan oven
Cara pengoperasian oven ini yaitu pertama alat dihidupkan dengan
menekan tombol on/off , kemudian tingginya suhu dan lama waktu
penggunaan alat diatur. Setelah itu pintu oven dibuka dan alat atau bahan
yang ingin disterilkan dimasukkan ke dalam oven, kemudian tutup pintu
oven. Apabila oven sudah selesai digunakan, dimatikan dengan menekan
kembali tombol on/off. Sebelum alat atau bahan yang sudah disterilisasi
dikeluarkan, sampel dibiarkan beberapa saat di dalam oven sampai suhu
dalam oven turun mencapai suhu ruang.
Keuntungan dari penggunaan oven ini yaitu pengoperasian alat ini
mudah, suhu dan waktu penggunaan dapat diatur, waktunya relatif singkat
dibandingkan dengan alat sterilisasi lainnya. Kelemahan dari alat ini yaitu
tidak dapat digunakan untuk alat atau bahan yang tidak tahan terhadap
suhu tinggi, harga alat cukup mahal, dan penggunaannya bergantung pada
listrik. Selain itu, sterilisasi menggunakan alat ini kurang efektif untuk
membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan sterilisasi panas basah
sehingga menggunakan suhu yang tinggi.
Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang menggunakan metode
fisik panas basah. Prinsip kerja dari alat ini yaitu sterilisasi panas basah
bertekanan dengan mengunakan uap air jenuh (Pelczar dan Chan, 1986).
Tekanan yang digunakan yaitu sebesar 1 atm dengan lama waktu sekitar
10-15 menit untuk bahan dan 15-20 menit untuk alat. Autoklaf biasa
digunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dan peralatan rumah
sakit. Dalam melakukan sterilisasi menggunakan autoklaf, alat atau bahan
yang hendak disterilisasi terlebih dahulu dibungkus dengan kertas payung
agar uap air tidak masuk karena dapat menyebabkan alat atau bahan
tersebut menjadi rusak.
Gambar 3. Bagian dalam (chamber) autoclave (Dokumentasi Pribadi)
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu autoclave Hirayama
HVE-50. Cara penggunaan dari alat ini yaitu :
1. Sambungkan kabel power ke listrik 220V AC
2. Naikkan saklar power on/off yang berada di samping alat
3. Nyalakan alat dengan menekan tombol on/off
a
b
c
d
e
f
g
Keterangan :
a. Exhaust bottle
b. Tuas pengunci lid
c. Tombol Start/Stop
d. Tombol pengaturan
e. Display
f. Lid (Penutup)
g. Indikator/penunjuk
tekanan
Gambar 2. Autoclave tampak depan (Dokumentasi Pribadi)
Keterangan :
a. Bagian dalam autoklaf
(Chamber)a
4. Isi exhaust bottle dengan aquades sampai batas low level
5. Buka lid (penutup autoklaf)
6. Isi chamber (ruang bagian dalam autoklaf) dengan aquades secukupnya
7. Masukkan media yang akan disterilkan
8. Tutup lid dan kunci dengan menggeser tuas ke kanan
9. Tekan tombol “Mode” untuk mengganti mode 1-3.
10. Tekan tombol ”Set” untuk mengatur suhu
11. Tekan tombol “Next” untuk mengatur waktu sterilisasi
12. Tekan tombol “Set” untuk konfirmasi pengaturan
13. Tekan tombol “Start/Stop” untuk memulai sterilisasi
14. Pastikan “Knob Exhaust” telah tertutup rapat
15. Setelah proses sterilisasi selesai tunggu suhunya turun hingga 50°C
16. Pada saat alarm berbunyi, tanda lid sudah boleh dibuka.
17. Buka lid dan keluarkan media dengan menggunakan sarung tangan
yang tahan panas
18. Setelah selesai digunakan, matikan alat dengan menekan tombol on/off
19. Turunkan saklar power on/off
20. Cabut kabel power
Bagian-bagian yang terdapat pada autoclave ini yaitu :
1. Tombol on/off, untuk mematikan atau menghidupkan autoklaf.
2. Tombol pengaturan, terdiri dari berbagai tombol yang digunakan untuk
pengaturan alat autoklaf, seperti tombol Mode, Next, Set, tombol naik
dan turun untuk mengatur tinggi rendahnya suhu.
3. Lid atau penutup autoklaf, berfungsi untuk menutup autoklaf agar tidak
ada udara yang keluar dan masuk.
4. Tuas pengunci, berfungsi untuk mengunci lid atau tutup.
5. Exhaust bottle, berfungsi untuk menampung air yang akan digunakan
pada saat proses sterilisasi.
6. Display, berfungsi sebagai layar yang menampilkan pengaturan
autoklaf sepeti suhu, dan mode, dan waktu penggunaan.
7. Indikator atau penunjuk tekanan, berfungsi menunjukkan tekanan di
dalam autoklaf.
8. Bagian dalam autoklaf atau chamber, berfungsi sebagai tempat
menaruh alat dan bahan yang akan disterilsiasi.
Kelebihan dari alat ini yaitu dapat digunakan untuk sterilisasi alat
dan bahan dan waktu sterilisasinya cepat. Alat yang memiliki nilai ukur
seperti termometer juga dapat disterilisasi menggunakan alat ini.
Kekurangan dari alat ini yaitu harganya mahal, dan tidak dapat
digunakan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan panas.
Laminair Air Flow (LAF) merupakan alat yang menyediakan ruang
kerja yang steril. Alat ini biasa digunakan untuk ruang transfer mikrobia
karena mampu mencegah kontaminasi dari mikroorganisme ke
lingkungan atau udara sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah adanya
filter udara dengan efisiensi tinggi yang menghasilkan udara yang steril
dan bantuan sinar UV pada panjang gelombang tertentu sehingga dapat
mematikan mikroorganisme.
Gambar 4. Laminar Air Flow / LAF (Dokumentasi Pribadi)
Cara kerja dari alat ini yaitu pertama dengan menyalakan lampu
UV selama 30 menit, kemudian lampu UV tersebut dimatikan dan pintu
atau tutp laminar air flow dibuka. Area kerja atau bagian dalam alat
tersebut disemprot dengan alkohol 70% dan dilap secara merata pada
seluruhbagiannya. Setelah itu blower dihidupkan untuk mengeluarkan
Keterangan :
b. Tombol UV
c. Tombol blower
d. Tombol Lampu
e. Lampu
a b c d
udara sehingga udara yang di dalam tetap steril dari berbagai
mikroorganisme. Lampu dapat dinyalakan apabila kondisi ruang gelap.
Ruang kerja tersebut dibersihkan kembali dengan alkohol 70% apabila
sudah selesai digunakan, kemudian matikan blower dan lampu serta
pintu laminair air flow ditutup kembali.
Bagian-bagian dari alat ini yaitu :
1. Sinar UV pada panjang gelomang 260 nm yang befungsi untuk
membunuh mikroorganisme.
2. Blower, berfungsi untuk menyedot udara di dalam keluar sehingga
udara dalam ruangan steril.
3. Lampu, befungsi untuk penerangan dalam ruang kerja Laminar Air
Flow.
Kelebihan dari alat laminar air flow ini yaitu mampu menciptakan
kondisi ruang yang steril. Kelemahan dari alat ini yaitu pengguna dapat
terkena radiasi dari sinar UV, harganya mahal dan alat ini membutuhkan
ruang yang cukup besar. Alat ini juga bergantung kepada listrik, sehingga
apabila listrik mati maka blower dan sinar UV tidak dapat dihidupkan
dan ruangan tidak bisa menjadi steril.
Milipore filter adalah sterilisasi metode fisik mekanik berupa
penyaringan. Prinsip kerja alat ini yaitu adanya gaya fisik-mekanik
berupa tekanan yang akan mendorong cairan melewati membran berpori.
Cara kerja alat ini pertama membran filter dipasang pada alat
penginjeksi, kemudian bahan yang akan disterilkan diambil
menggunakan alat injeksi melalui jarum penginjeksi. Lalu, bahan
diinjeksikan pada tempat penampung sepeti gelas beker atau tabung
reaksi. a
b
c
Keterangan:
a. Syringe
b. Membran filter
c. Tabung penampung bahan
d. Pompa
Gambar 5. Milipore filter (Dokumentasi Pribadi)
Kelebihan dari alat ini adalah dapat digunakan untuk bahan yang
tidak tahan terhadap panas, dapat menyaring bakteri, dan penggunannya
sederhana. Kelemahan dari alat ini yaitu hanya membran filter hanya
dapat dipakai sekali, membran tersebut juga mudah tersumbat dan
volume bahan yang dapat disterilkan sedikit. Alat ini juga tidak bisa
menyaring bahan yang heterogen karena akan menyebabkan membran
filter tersumbat.
Vacuum filter juga termasuk dalam alat sterilisasi dengan metode
fisik mekanik berupa penyaringan. Prinsip alat ini juga menggunakan
gaya fisik mekanik berupa tekanan, dimana tekanan tersebut terjadi
akibat kondisi udara yang vakum. Cara kerja alat ini yaitu pertama bahan
cairan yang akan disterilisasi dimasukkan ke dalam wadah penampung,
kemudian dialiri udara dari pompa yang akan mendorong bahan melewati
membran filter dan menuju wadah penampung.
Gambar 6. Vacuum Filter (Dokumentasi Pribadi)
Bagian-bagian yang terdapat pada alat vacuum filter yaitu :
1. Tempat masuk sampel, berfungsi untuk memasukkan sampel.
2. Filter atau penyaring, berfungsi untuk menyaring bahan.
3. Pompa, befungsi untuk memompa udara dan menarik atau menyedot
bahan.
d
a
bc
d
e
Keterangan:
e. Tempat masuk sampel
f. Filter atau penyaring
g. Corong perantara
h. Pompa
i. Tempat filtrat
4. Corong perantara, berfungsi sebagai penghubung filter dengan
pompa.
5. Tempat filtrat, berfungsi menampung hasil penyaringan
Kelebihan dari alat ini yaitu hasil penyaringannya lebih steril
karena terdapat dua kali penyaringan. Selain itu, filter tidak mudah
tersumbat dam dapat digunakan secara berulang kali, dan volume yang
dapat disaring atau disterilisasi lebih banyak. Kekurangan dari alat ini
yaitu harganya yang mahal dan mudah pecah karena terbuat dari kaca.
Gambar 7. Inkubator dan shaking inkubator (Dokumentasi Pribadi)
Inkubator adalah alat yang digunakan untuk membiakkan bakteri
yang telah ditanam di media dengan cara memberikan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Inkubator
ada juga yang berbentuk water bath dan shaker. Prinsip kerja dari alat
ini yaitu menginkubasi dengan suhu tertentu dalam keadaan diam.
Kelebihan alat ini yaitu suhu untuk inkubasinya stabil, sehingga
membantu membiakkan bakteri sedangkan kelemahan dari alat ini yaitu
tidak dapat mensterilisasi, suhunya terbatas dan harganya mahal.
Desinfektan dan antiseptik adalah senyawa yang dapat
menghancurkan bakteri berpenyakit ataupun mikroorganisme yang
berbahaya. Desinfektan dan antiseptik terdiri dari berbagai jenis, seperti
alkohol, fenol, kreosol, formaldehid, yodium, halogen dan etilen oksida.
Alkohol cara penggunaannya dapat langsung disemprotkan pada
peralatan atau permukaan benda juga dapat merendam alat di larutan
alkohol. Kelebihan dari alkohol ini yaitu penggunaannya mudah,
harganya murah, dan tidak merusak material, sedangkan kelemahannya
adalah rentan terhadap api sehingga memiliki risiko tinggi bila
penggunannya tidak secara hati-hati, mudah menguap, dan kurang
efektif terhadap bakteri berspora.
Fenol merupakan senyawa disinfektan berkonsentrasi tinggi, dapat
merusak membran sitoplasma, dan mengendapkan protein sel. Kreosol
penggunaannya lebih berfungsi sebagai bakteriosida. Formaldehid
dapat membunuh spora, bakteri dan fungi.
Yodium dapat digunakan untuk disinfeksi kulit, germisida pada
bakteri, fungi, spora, dan virus. Halogen memiliki sifat antimikrobia
karena dapat mengoksidasi gugusan sulfahidril pada mikrobia. Etilen
oksida berfungsi sebagai pembunuh bakteri berspora, jamur, dan virus.
B. Medium
Medium ekstrak daging dan medium tauge termasuk dalam
medium semi sintetis karena tidak semua kandungannya diketahui
secara pasti. Medium ekstrak daging terdiri dari ekstrak daging sapi,
pepton, dan agar sedangkan medium ekstrak tauge terdiri dari tauge,
sukrosa dan agar. Medium ekstrak daging dijadikan medium tegak,
miring dan medium Broth. Medium ekstrak tauge dijadikan medium
tegak, miring dan medium petri dish. Medium ekstrak daging Broth
termasuk dalam medium cair karena tidak menggunakan agar sebagai
pemadat, sedangkan medium tegak dan miring baik ekstrak daging dan
ekstrak tauge serta medium ekstrak tauge dalam petri dish termasuk
medium padat karena menggunakan agar sebagai pemadat.
Medium nutrien agar termasuk medium sintetik karena
komposisinya diketahui secara pasti dan termasuk medium padat karena
berbentuk padat. Medium Nutrien Broth termasuk medium sintetis
karena komposisinya telah diketahui secara pasti dan termasuk medium
cair karena berbentuk cair dan tidak ada bahan pemadat seperti agar.
Komposisi dari medium ini yaitu pepton, dan ekstrak daging. PDA
(Potato Dextro Agar) termasuk media semi sintetis karena
komposisinya tidak diketahui secara pasti (komposisi ekstrak
kentangnya tidak diketahui secara pasti) dan termasuk medium padat
karena berbentuk padat akibat dari penggunaan agar. PDA terdiri dari
kandungan karbohidrat seperti ekstrak kentang, glukosa dan gram agar.
Ekstrak daging sapi merupakan ekstrak cair daging sapi yang
dikonsentrasikan menjadi pasta dan mengandung vitamin yang dapat
larut dalam air, serta mengandung garam-garaman. Ekstrak tauge
merupakan sumber karbon (karbohidrat) dan vitamin. Pepton berfungsi
sebagai penyedia utama nitrogen organik dan pepton juga mengandung
vitamin serta karbohidrat.
Sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat yang akan berubah
menjadi glukosa dan fruktosa. Agar berfungsi sebagai pemadat media.
Ekstrak kentang pada PDA berfungsi sebagai sumber karbon
(karbohidrat), energi dan vitamin dan glukosa berfungsi sebagai sumber
gula dan energi. Pembuatan medium tegak pada semua jenis medium
berfungsi untuk mengamati motilitas mikroorganisme dalam media
sedangkan pembuatan medium miring dan medium petri pada semua
jenis medium berfungsi untuk mengamati morfologi mikroorganisme
dalam media.
V. SIMPULAN
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
hal-hal seperti berikut. Alat-alat yang digunakan dalam sterilisasi yaitu 1)
autoklaf, prinsip kerja autoklaf yaitu sterilisasi dengan panas basah bertekanan
tinggi (1 atm), 2) Oven, prinsip penggunaannya adalah menggunakan panas
kering yang dihasilkan dari listrik sehingga dapat dihasilkan suhu tinggi, 3)
Laminar Air Flow (LAF), prinsip kerjanya adalah mensterilkan area kerja dengan
cara mengeluarkan udara dan dengan bantuan radiasi sinar UV untuk membunuh
mikroorganisme, 4) milipore filter dan 5)vacuum filter, prinsip kerja kedua alat
tersebut mirip yaitu dengan gaya fisik mekanik menghasilkan tekanan untuk
menyaring bahan melalui filter, serta 6) alkohol 70% yang berfungsi sebagai
desinfektan dan antiseptik untuk membunuh mikrobia.
Pada praktikum medium, terdapat beberapa jenis medium yang dibuat
yaitu 1) medium ekstrak daging yang terbuat dari ekstrak daging sapi, pepton, dan
agar, 2) medium ekstrak tauge yang terbuat dari ekstrak tauge, agar, dan sukrosa,
3) medium nutrien agar yang terbuat dari ekstrak daging, pepton, dan agar, 4)
medium nutrien broth yang terbuat dari pepton dan ekstrak daging, 5) medium
PDA yang terdiri dari ekstrak kentang, glukosa, dan agar, 6) medium tegak berupa
medium cair atau padat yang berada pada posisi tegak dalam tabung reaksi, 7)
medium miring yang berupa medium padat yang pada saat proses pemadatan
(pendinginan) diletakkan dalam keaadan miring dalam tabung reaksi, dan 8)
medium petri yang berupa medium padat yang diletakkan dalam petri dish.
Pembuatan medium tegak pada semua jenis medium berfungsi untuk
mengamati motilitas mikroorganisme dalam media. Pembuatan medium miring
berfungsi untuk mengamati morfologi mikroorganisme dalam media. Pembuatan
medium petri fungsinya sama seperti medium miring yaitu untuk mengamati
morfologi mikroorganisme dalam media.
DAFTAR PUSTAKA
Arulanantham, R., Pathmanathan, S., Ravimannan N., dan Niranjan,K. 2012. Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different Formulation of Protein Sources. Journal of Natural Product and Plant Resources 2 (6): 697-700.
Atlas, M.R. 2010. Handbook of Microbiological Media Fourth Edition. Taylor and Francis Group, Oxford.
Favero, M.S. dan Berquist, K.R. 1968. Use of Laminar Air-Flow Equipment in Microbiology. Applied Microbiology 16 (1): 182-183.
Kubyshkina, G., Zupancic, B., Stukelj, M., Groselj, D., Marion, L., dan Emri, I.
2011. The Influence of Different Sterilization Techniques on the Time-Dependent Behavior of Polyamides. Journal of Biomaterials and Nanobiotechnology 2 (1): 361-368.
Kokare, C.R. 2008. Basic Microbiology for Nursing and Health Science. Nirali Prakashan, Bangalore.
Parija, S.C. 2009. Textbook of Microbiology and Immunology. Elsevier, Haryana.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1985. Microbiology. McGraw-Hill, Canada.
Richmond, A. 1986. Microalgal Culture. CRC Critical Reviews in Biotechnology 2 (4): 369-438.
Singleton, P., dan Sainsbury, D. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley & Sons Ltd., West Sussex.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa, Jakarta.
Tietjen, L., Bosemeyer, D., Intosh, N.M. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta.
Vinay, P., Reddy, G.Y., Hegde, N., dan Priyadarshini. 2011. Sterilization Methods in Orthodontics-A Review. International Journal of Dental Clinics 3 (1): 44-47.