MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

16
MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA 1 Ana Feronika C. I. 2 INTISARI Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza (pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983) Penelitian mengenai mikorisa telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang agribisnis. Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi dalam upaya pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Simanungkalit (2003), bahwa upaya untuk memproduksi inokulan mikoriza dalam skala besar masih sulit. Twn (2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang kehutanan aplikasi pemanfaatan mikoriza masih belum mendapat perhatian utama, kecuali terbatas pada kegiatan-kegiatan penelitian. Di samping hal-hal tersebut penggunaan mikoriza ini masih mendapatkan kesulitan karena penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu untuk memproduksinya. Oleh karena itu masih diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk memaksimalkan potensi mikoriza ini. 1 Judul makalah seminar kelas PPs, disampaikan 4 Oktober 2003 2 Mahasiswa PPs, dengan Dosen Pengasuh Prof. Dr. Ir. Bambang Hadisutrisno, DAA.

Transcript of MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

Page 1: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA 1

Ana Feronika C. I. 2

INTISARI

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza (pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983)

Penelitian mengenai mikorisa telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang agribisnis.

Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi dalam upaya pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Simanungkalit (2003), bahwa upaya untuk memproduksi inokulan mikoriza dalam skala besar masih sulit. Twn (2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang kehutanan aplikasi pemanfaatan mikoriza masih belum mendapat perhatian utama, kecuali terbatas pada kegiatan-kegiatan penelitian. Di samping hal-hal tersebut penggunaan mikoriza ini masih mendapatkan kesulitan karena penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu untuk memproduksinya. Oleh karena itu masih diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk memaksimalkan potensi mikoriza ini.

1 Judul makalah seminar kelas PPs, disampaikan 4 Oktober 2003 2 Mahasiswa PPs, dengan Dosen Pengasuh Prof. Dr. Ir. Bambang Hadisutrisno, DAA.

Page 2: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

DAFTAR PUSTAKA

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p.

Harley, J. L. and M. S. Smith. 1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, Inc. New

York. 483p. Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak

Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. Bandung. pp 10.

Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan dan

pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. pp 11.

Twn, C. 2003. Pemanfaatan mikoriza dan prospeknya. Program dan Abstrak Seminar dan

Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan.16 September 2003. pp 15.

Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular

Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108.

Yusnaini, S., A. Niswati, S. G. Nugroho, K. muludi, dan A. Irawati. 1999. Pengaruh

Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6.

FITOPATOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UGM

2003

MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

OLEH

ANA FERONIKA C. I.

Page 3: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

PENDAHULUAN

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara

jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996).

Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun

(1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu

endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih

banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan

kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis

tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983)

Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian

lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling

sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga

menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar,

yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung

Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan jamur yang membentuk

mikoriza adalah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae,

Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae,

dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama

Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai

spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon.

Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar

serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang

padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada

permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang

besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM

(Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus

dan Acaulospora (Thorn 1997).

Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,

mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan

makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi

sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain

dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler.

Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembang sitoplasma

hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung

Page 4: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat

melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk

dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses

pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar

jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk

setelah pembentukan arbuskul. Arbuskul adalah struktur hifa

yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip

haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat

pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini

mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi

cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan

intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran FITOPATOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UGM

2003

MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

OLEH

ANA FERONIKA C. I.

PENDAHULUAN

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara

jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996).

Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun

(1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu

endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih

banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan

kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis

tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983)

Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian

lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling

sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga

menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar,

Page 5: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung

Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan jamur yang membentuk

mikoriza adalah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae,

Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae,

dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama

Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai

spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon.

Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar

serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang

padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada

permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang

besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM

(Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus

dan Acaulospora (Thorn 1997).

Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,

mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan

makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi

sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain

dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler.

Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembang sitoplasma

hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung

partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat

melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk

dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses

pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar

jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk

setelah pembentukan arbuskul. Arbuskul adalah struktur hifa

yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip

haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat

pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini

mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi

cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan

intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran ssa.

Penghalang mekanis yang dibentuk oleh selubung cendawan

Marx dan Davey (1969), menyimpulkan bahwa selubung dari

ektomikorisa adalah penghalang fisik terhadap penembusan P.

Page 6: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

cinnamomi, karena pada pengamatan histologis dari berbagai

ektomikorisa pada Pinus yang dibentuk berbagai simbion jamur yang

telah diinokulasi dengan zoospora atau miselium, ektomikorisa

yang telah masak dan mempunyai selubung yang lengkap tidak

terserang oleh P. cinnamomi, sedang yang tidak bermikorisa

terserang 100%. Kenyataan lain menunjukkan bahwa pada meristem

akar tanaman yang bersimbiosis dengan tanaman namun selubung yang

terbentuk belum matang terbentuk akan mudah terserang patogen ini.

Sebaliknya, serangan tidak tampak dalam jaringan yang ujung

akarnya telah tertutup seluruhnya oleh selubung ektomikorisa.

Jaring Hartig yang mengelilingi sel korteks dapat berfungsi

sebagai penghalang fisik tambahan. Pada jaringan meristem yang

tidak terlindungi oleh mikorisa maupun dari infeksi melalui ujung

akar yang dipotong dengan sengaja, menunjukkan bahwa penyebaran P.

cinnamomi akan tertahan. Namun masih sulit dibedakan apakah hal

tersebut akibat tidak langsung dari jaring Hartig, yang merangsang

diproduksinya bahan kimia yang dapat menahan patogen oleh sel

korteks, atau karena akibat langsung efek mekanik dari organ ini.

Penahan kimiawi yang diproduksikan oleh inang

Simbiosis antara Rhizoctonia repens dengan berbagai anggrek

diketahui menghasilkan bahan anti jamur sebagai responnya, antara

lain: orchinol, coumarin, hircinol, dan suatu bahan seperti fenol

yang tidak dikenal sebagai respon terhadap spesies lain dari

Rhizoctonia dan jamur pembentuk ektomikorisa dan patogen lainnya.

Orchinol tidak dijumpai pada anggrek yang tidak terinfeksi.

Produksi dari berbagai bahan penghambat ini dipandang sebagai cara

anggrek mempertahankan diri, yang menyebabkan simbion dalam

keadaan seimbang, karena tanpa cara pertahanan diri ini mungkin

simbion akan menyebabkan penyakit anggrek. Akibat dari

pembentukkan bahan penghambat ini, yang terjadi pada seluruh

bagian umbi, adalah bahwa bahan tersebut melindungi jaringan dari

infeksi jasad penyebab penyakit. Mikorisa dari anggrek adalah

endomikorisa, yaitu hifa simbion yang menembus sel dan sangat erat

asosiasinya dengan sitoplasma. Jamur endomikorisa jelas mempunyai

enzim yang dapat menghancurkan selulose dinding sel.

Hasil penelitian Krupa dan Fries (1971), menunjukkan bahwa akar

yang bermikorisa dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat

Page 7: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

fungistatik yang jauh lebih banyak dibanding dengan akar yang

tidak bermikorisa. Bahan ini bila terdapat dalam jumlah cukup

banyak dapt membatsi perkembangan jamur ektomikorisa hingga

keadaan simbiotik terjadi. Dengan demikian bahan atsiri dan bukan

atsiri dapat menahan patogen dalam akar, sedang bahan atsiri dapat

menahan patogen di dalam rhizosfer.

Pengaruh perbedaan bahan eksudasi oleh ektomikorisa terhadap

patogen akar

Eksudat akar dari tanaman mengandung hidrat arang, asam amino,

vitamin, asam organik, nukleotida, flavonoid, enzim, dan bahan

seperti HCN, glikosida, dan saponin. Eksudat akar dari tanaman

tertentu merangsang pertumbuhan miselium, perkecambahan sklerosium

mikro, aktivitas zoospora, dan patogenisitas, eksudat akar dari

tanaman lain dapat menghambat proses tersebut.

Adapun perbedaan dalam eksudasi antara akar yang bermikorisa dan

yang tidak bermikorisa dilaporkan oleh Krupa et al.. Perbedaan itu

adalah berupa adanya bahan organik atsiri yang dihasilkan oleh

ektomikorisa. Hal ini diduga karena mikorisa memperoleh hampir

semua hidrat arang, asam amino, dan vitamin yang diperlukannya

dari hubungannya yang erat dengan sel korteks dan permukaan akar.

Hanya sedikit eksudat akar yang dapat melalui jaring Hartig dan

selubung jamur ektomikorisa, tanpa diserap dan dipergunakan

olehnya.

Marx dan Davey (1969), menjelaskankan bahwa zoospora dari P.

cinnamomi tidak engan kuat tertarik, baik pada akar tidak

bermikorisa maupun yang bermikorisa. Setelah zoospora menjadi

sista pada permukaan akar, dibandingkan dengan pada bagian lain

dari akar, akan lebih cepat serta kuat berkecambah pada ujung dan

bagian sel memanjang pada akar bermikorisa. Di lain pihak pada

ektomikorisa, zoospora berkecambah dengan lambat serta tabung

kecambah yang dihasilkannya tumbuh dengan lambat dan merana,

dibandingkan dengan zoospora pada bagian akar yang dinding selnya

mengandung suberin. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan

bahwa ektomikorisa secara kimia tidak tertalu memacu perkecambahan

zoospora dan pertumbuhan tabung kecambah, seperti yang terjadi

pada akar yang tidak bermikorisa yang mengandung suberin.

Page 8: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

Dijelaskan pula bahwa khemotasis dari zoospora sangat kuat terjadi

pada akar yang tidak bermikorisa dan pada akar bermikorisa yang

bagian ujungnya dihilangkan sepanjang 1 mm. Zoospora berkecambah

dengan lebih cepat dan dengan lebih kuat pada bidang potongan dari

akar tidak bermikorisa dibandingkan dengan akar bermikorisa.

Perlindungan oleh populasi jasad renik dalam rhizosfer

Rhizosfer merupakan pertahanan luar dari tanaman terhadap serangan

patogen akar. Populasi jasad renik dalam bagian tanah ini biasanya

lebih banyak dibandingkan dengan tanah di luar rhizosfer.

Rhizosfer dari ektomikorisa sebenarnya adalah “rizosfer

ektomikorisa”, karena selubung berhubungan langsung dengan

rhizosfer. Perbedaan mikroflora dari rhizosfer diduga karena

adanya simbion jamur ini. Setiap habitat mikro mengandung flora

mikro yang khas. Pengaruh mikorisa tertentu pada flora dalam

rhizosfer dapat menentukan apakah infeksi oleh patogen dapat

berlangsung dan kemungkinan beberapa macam ektomikorisa dapat

membentuk penghalang rhizosfer lebih baik dari pada yang lain.

Perbedaan antara populasi jasad renik dalam rhizosfer ini tentu

menyebabkan adanya perbedaan kompetisi jasad renik di dekat akar.

Hanya saja belum diketahui apakah hal ini akan mempengaruhi

populasi patogen akar dan perkembangan penyakit pada akar serabut.

Interaksi dari nematoda parasitik dan patogen cendawan pada

ektomikorisa.

Banyak nematoda yang parasitik pada tanaman terdapat dalam tanah

hutan dan pesemaian. Namatoda parasitik pada akar biasanya

terbatas pada akar serabut, yaitu yang biasanya terinfeksi oleh

jamur ektomikorisa. Beberapa nematoda ternyata telah dilaporkan

dapat secara langsung memakan hifa mikorisa. Riffle (1967),

melihat bahwa Aphelenchoides makan dan berkembangbiak pada

miselium dari Suillius granulatus dan menyebabkan berkurangnya

pertumbuhan linier mikorisa dalam biakan murni. Sutherland dan

Fortin (1968) menemukan bahwa Aphelenchus avenae tumbuh dan

berkembangbiak pada tujuh spesies dari simbion dalam biakan murni.

Namun dijumpai satu spesies, Rhizopogon roseolus, ternyata

Page 9: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

memproduksi toksin yang mematikan nematoda. A. avenae juga

mencegah pembentukan ektomikorisa S. granulatus pada Pinus

resinosa. Oleh karena nematoda tidak memasuki akar serabut maka

nematoda secara langsung menekan mikorisa sebelum terjadi

simbiosis dengan akar tanaman. Namun belum ada laporan bahwa

nematoda dapat memakan ektomikorisa yang telah bersimbiosis.

Dijelaskan pula oleh Barham (tidak dipublikasikan), bahwa

Helicotylenchus dihystera dan Tylenchorhynchus claytonii dapat

menembus dan bergerak melalui selubung dan jaring Hartig dari

ektomikorisa. Perusakan selubung dari Pisolithus tinctorius dan

Thelephora terrestris oleh H. dihystera memberikan tempat infeksi

untuk P. cinnamomi, dan hifa intraseluler dan vesikel patogen

terdapat dalam sel korteks yang terbungkus oleh jaring Hartig. P.

cinnamomi tidak menyerang ektomikorisa yang terserang T. claytonii

maupun ektomikorisa yang tidak diinokulasi dengan nematoda. Dengan

demikian maka nematoda dapat menyebabkan menurunnya ketahanan akar

terhadap serangan jamur patogen, karena mereka dapat menyebabkan

ektomikorisa yang biasanya membantu pertahanan akar menjadi peka

terhadap serangan patogen, seperti P. cinnamomi.

justru dapat memperparah kondisi tanaman. Hal ini dinyatakan oleh

Hadisutrisno (Mencermati kondisi tersebut maka dapat disepakati

jika terdapat komentar mengenai peluang mikorisa sebagai salah

satu komponen dalam peningkatan ketahanan dan produksi tanaman,

serta cukup menjanjikan dalam dunia bisnis. Namun terdapat pula

suatu fenomena bahwa pada tanaman yang kurang baik, mikorisa

Komunikasi pribadi, 2002), yaitu kondisi yang nampak pada

pertanaman vanili yang bersimbiosis dengan jamur yang menyerupai

mikorisa (diduga merupakan Rhizoctonia).

Prosedur Penghitungan Populasinya:

Salah satu cara untuk menghitung populasi mikorisa adalah

menggunakan metode Clearing and Staining (Kormanik dan Mc.Graw,

1982), dilanjutkan dengan penghitungan persentase infeksi

mikorisa:

Clearing (Penjernihan)

Mencuci peakaran jagung sampai bersih secara perlahan, kemudian

Page 10: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

memotong-motongnya sepanjang sekitar 2 cm

Memasukkan potongan akar dalam KOH 10% lalu didihkan selama 10

menit

Cuci akar dalam KOH 10% dingin

Rendam dengan HCl 1% selama 1 menit

Staining (Pengecatan)

Merendam potonga akar yang telah melalu tahap I dalam lactofenol

trypan blue 0,05% selama 1-2 hari

Meletakan akar yang telah dicat pada gelas preparat

Mengamati dengan menggunakan mikroskop binokular.

* Persentase infeksi mikorisa dihitung berdasarkan metode

Giovannetti dan Mosse (1980) cit. Haryuni (2001):

panjang akar terinfeksi

% infeksi = ------------------------------------------ x 100%

panjang akar diamati

Metode penghitungan yang sering dipakai adalah Metode Persimpangan

Garis (The Gridline Intersection Method). Metode ini dapat

digunakan untuk penghitungan jamur VAM maupun ektomikorisa, dengan

urutan cara kerja (Brundrett et al., 1996):

Menata secara acak akar yang telah mengalami penjernihan dan

pengecatan ke dalam petridish bergaris. Petridish yang digunakan

dapat yang berbentuk bulat maupun persegi. Namun akan lebih

efektif jika menggunakan petridish berbentuk persegi,

Melakukan pengamatan menggunakan mikroskop desekting,

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung banyaknya bagian

akar yang bermikorisa dan yang tidak pada tiap-tiap garis

horisontal maupun vertikal dari garis-garis pada petridish,

Proporsi mikorisa adalah jumlah total bagian mikorisa dibagi

jumlah total akar yang diamati, dikalikan 100%.

Metode ini merupakan modifikasi dari metode Giovannetti dan Mosse

(1980). Perbeda pengamatan penghitungan yang pokok antara jamur

VAM dengan ektomikorisa adalah pada penampakan hasil

pengecatannya. Pada perakaran yang mengandung jamur VAM akan

tampak adanya vesikula, arbuskula, maupun hifa internal di dalam

jaringan akar, sedang pada hasil pengecatan perakaran yang

Page 11: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

mengandung jamur ektomikorisa yang nampak adalah adanya selubung

maupun jaring net.

Cara penghitungan yang lain dapat dengan metode Pengamatan

Kerapatan Jamur Mikorisa (Haryuni, 2001):

Pertama-tama dilakukan ekstraksi tanah sebanyak 100 gr.

Hasil ekstraksi diamati di bawah mikroskop desekting.

Jumlah VAM dihitung dengan hand tally counter.

Daftar Pustaka

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk.

1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR

Monograph 32. 374 +x p.

Hadi, S., R. Suseno, J. Sutakaria. 1975. Patogen Tanaman dalam

Tanah dan Perkembangan Penyakit. IPB. Biro Penataran. 197p.

Haryuni. 2001. Pengaruh Mikorisa Vesikular-Arbuskular dari

Beberapa Daerah terhadap Pertumbuhan dan Kesehatan Bibit Kakao.

Tesis. Tidak dipublikasikan.

Kormanik, P. P. and A. C. Mc. Graw, 1982. Qualification of VAM in

Plant Roots. In: N.C. Snhenck (Ed.). methods and Principles of

Mycorrizal Reseach. APS. Soc. St.Paul, Minesota. pp 27-45.

Suciatmih. 1996. Bagaimana Jamur Mikoriza Vesikular-Arbuskular

Meningkatkan Ketersediaan dan Pengambilan Fosfor?. Warta Biotek.

Thn X no 4. pp 4-7.

Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza

Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada

Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108.

Page 12: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

Yusnaini, S., A. Niswati, S. G. Nugroho, K. muludi, dan A.

Irawati. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular

terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada

Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6.

MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

Ana Feronika C. I.

INTISARI

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur

dan akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis

tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan

dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza (pada jenis tanaman

pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan

ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983)

Penelitian mengenai mikorisa telah mulai banyak dilakukan, bahkan

usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini

disebabkan oleh peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan

kualitas tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998),

bahwa VAM dapat membantu meningkatkan produksi kedelai pada tanah

ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut dilaporkan

bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang

mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif

(Yusnaini et al., 1999).

Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan

dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan

kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam

berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika

terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan

dalam bidang agribisnis.

Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi

dalam upaya pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang

disampaikan oleh Simanungkalit (2003), bahwa upaya untuk

memproduksi inokulan mikoriza dalam skala besar masih sulit. Twn

(2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang kehutanan aplikasi

pemanfaatan mikoriza masih belum mendapat perhatian utama, kecuali

terbatas pada kegiatan-kegiatan penelitian. Di samping hal-hal

tersebut penggunaan mikoriza ini masih mendapatkan kesulitan

Page 13: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

karena penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya

waktu untuk memproduksinya. Oleh karena itu masih diperlukan

adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk

memaksimalkan potensi mikoriza ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk.

1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR

Monograph 32. 374 +x p.

Harley, J. L. and M. S. Smith. 1983. Mycorrhizal Symbiosis.

Academic Press, Inc. New York. 483p.

Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production.

Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan

Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian,

Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. Bandung. pp 10.

Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler:

Produksi inokulan dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak

Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan

Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16

September 2003. pp 11.

Twn, C. 2003. Pemanfaatan mikoriza dan prospeknya. Program dan

Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan

Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan.16 September 2003. pp 15.

Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza

Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada

Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108.

Yusnaini, S., A. Niswati, S. G. Nugroho, K. muludi, dan A.

Irawati. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular

terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada

Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6.

PENDAHULUAN

Page 14: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara

jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996).

Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun

(1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu

endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih

banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan

kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis

tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983)

Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian

lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling

sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga

menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar,

yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung

Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan jamur yang membentuk

mikoriza adalah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae,

Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae,

dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama

Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai

spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon.

Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar

serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang

padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada

permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang

besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM

(Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus

dan Acaulospora (Thorn 1997).

Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,

mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan

makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi

sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain

dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler.

Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembang sitoplasma

hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung

partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat

melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk

dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses

Page 15: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar

jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk

setelah pembentukan arbuskul. Arbuskul adalah struktur hifa

yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip

haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat

pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini

mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi

cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan

intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran sMIKORIZA: PERAN,

PROSPEK, DAN KENDALANYA

OLEH

ANA FERONIKA C. I.

PENDAHULUAN

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis

jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996). Simbiosis ini

terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun (1994)

mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu endomikoriza

dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih banyak

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan kelompok

mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis tadi, yaitu

ektendomikorisa (Harley and Smith 1983)

Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian

lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling sel korteks

ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga menyusun jaringan

hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar, yang disebut selubung.

Selubung ini sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim (Kabirun

1994). Kebanyakan jamur yang membentuk mikoriza adalah

Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae, Cortinariaceae,

Page 16: MIKORIZA PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA

Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae, dan

Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama

Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai spesies yang

diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon.

Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut

(feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun

membentukmiselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. jamur

juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks,

sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal),

sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997).

Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,

mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan

makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi

sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain dibentuk

secara interseluler ada juga yang secar intraseluler. Pembentukan vesikel

diawali dengan adanya perkembang sitoplasma hifa yang menjadi lebih

padat, multinukleat dan mengandung partikel lipid dan glikogen.

Sitoplasma menjadi semakin padat melalui proses kondensasi, dan

organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid

selama maturasi (proses pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih

banyak di luar jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan

terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Arbuskul adalah struktur

hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip

haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat

pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai

terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa

lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam

dinding sel inang. Ukuran