METODOLOGI PRAKTIKUM AGROFORESTRI

download METODOLOGI PRAKTIKUM AGROFORESTRI

of 25

description

metode pelaksanaan praktikum agroforestri

Transcript of METODOLOGI PRAKTIKUM AGROFORESTRI

KATA PENGANTAR

METODOLOGI

Materi 1: Deskripsi Biofisik LahanA. Menyiapkan plot pengamatan Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap lahan agroforestri yang dipilih searah dengan mata angin sesuai dengan kondisi lahan, dengan langkah sebagai berikut: a. Pilih lokasi yang kondisi vegetasinya seragam. Hindari tempat-tempat yang terlalu rapat atau terlalu jarang vegetasinya. b. Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap hektar lahan yang dipilih searah dengan mata angin, dengan langkah sebagai berikut: a) Lemparkan sebatang ranting secara acak untuk menentukan titik ikat dari plot pengukuran. b) Beri tanda dengan patok kayu (sebagai titik ikat) dan rekam posisi titik ikat menggunakan GPS (Gambar 1), c) Ikatkan tali raffia 20 m tariklah ke arah utara. Ikatkan tali lain sepanjang 20 m ke arah timur. Lanjutkan pemasangan patok di 3 sudut yang lain dan ikat tali yang lain hingga diperoleh plot pengukuran sebesar 20 m x 20 m = 400 m2 (disebut SUB PLOT). d) Catat dan buat sketsa plot permanen yang telah dibuat dari titik ikat dengan keterangan arah mata angin (contoh: 100 m kearah utara dan 20 m kearah timur dari titik ikat) e) Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi lahan tidak seragam (misalnya kondisi vegetasi dan tanahnya beragam). Satu SUB PLOT mewakili satu kondisi. Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi tanahnya berlereng, buatlah satu SUB PLOT di setiap bagian lereng (atas, tengah dan lereng bawah). a) Perbesar ukuran SUB PLOT bila dalam lahan yang diamati terdapat pohon besar (diameter batang > 30 cm atau lingkar lilit > 95 cm) menjadi 20 m x 100 m = 2000 m2 (disebut PLOT BESAR). Lihat Gambar 1. b) Khusus untuk sistem agroforestri atau perkebunan yang memiliki jarak tanam antar pohon cukup lebar, misalnya pada perkebunan kelapa sawit, maka buatlah SUB PLOT BESAR ukuran 20 m x 100 m = 2000 m2. c) Tentukan minimal 6 TITIK CONTOH pada setiap SUB PLOT untuk pengambilan contoh tumbuhan bawah, seresah dan tanah; setiap titik berukuran 0.5 m x 0.5 m = 0.25 m2.

Gambar 1: Contoh pembuatan sketsa plot pengamatan

Materi 2: Mengukur luas bidang dasar pohon utama dan pohon penaung A. Klasifikasi berdasarkan Komponen PenyusunnyaMenyiapkan lat dan bahanMengamati dan mencatat nama masing-masing pohon atau tanaman semusim yang ada dalam plot pengamatan (20mx20 m)Mencatat apakah ada komponen ternak atau perikanan dalam lahan yang diamatiMencatat manfaat dan fungsi dari masing-masing pohon ke dalam lembar pengamatanMengklasifikasikan lahan agroforestri yang diamati kedalam kategori (agrisilvikultur, silvipastura, atau agrosilvopastura)B. Mengukur LBDa. Bagilah PLOT menjadi 4 bagian, dengan memasang tali di bagian tengah sehingga ada 4 SUB PLOT (4 kuadran), masing-masing berukuran 10 m x 10 m. b. Catat nama setiap pohon, dan ukurlah diameter batang setinggi dada (DBH = diameter at breast height = 1.3 m dari permukaan tanah) semua pohon yang masuk dalam SUB PLOT. Lakukan pengukuran DBH hanya pada pohon berdiameter 5 cm hingga 30 cm. Pohon dengan DBH 5, sehingga disebut Agroforestry multistrata.

Lembar pengamatan Klasifikasi berdasarkan Komponen PenyusunnyaAgroforestri kompleksNo.Nama Manfaat Fungsi ekologiUmur panen

1kopibuah kopi untuk dijualtanaman utama3-4 tahun

2gamalpakan ternak, kayu bakarnaungan2 tahun

3pisangbuah pisang untuk konsumsi1 tahun

4lamtoropakan ternak, kayu bajarnaunagan2 tahun

5cabecabai untuk konsumsitanaman bawah1 tahun

6dadapkayunaungan 2 tahun

7siriminpakan ternaktumbuhan bawah1 tahun

8surenkayunaunagan, tanaman border8 tahun

9kelapabuah kelapanaungan8 tahun

Agroforestri sederhanaNo. Nama Manfaat Fungsi EkologiUmur Panen

1kopibuah kopitanaman utama3-4 tahun

2cengkehbiji cengkehnaungan5-8 tahun

3pisangbuah pisang untuk konsumsi1 tahun

4lamtoropakan ternak, kayu akarnaungan2 tahun

5gamalpakan ternak, kayu bakarnaungan2 tahun

6dadapkayunaungan2 tahun

7pepayabuah pepaya1 tahun

Berdasarkan data diatas (lembar pengamatan), dari lokasi agroforestri yang kami amati merupakan agroforestri kompleks, karena dalam satu lokasi terdapat lebih dari 5 jenis tanaman naungan. Berdasarkan komponen penyusunnya, sistem agroforestri yang ada merupakan Agrisilvikultur yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan dengan komponen pertanian.Menurut Sardjono et al (2003), klasifikasi agroforestri berdasarkan komponen penyusunnya dapat dibedakan menjadi:a. Agrisilvikultur, yaitu sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody Plants) dengan komponen pertanian (atau tanamn non kayu). b. Silvopastura, yaitu sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture).c. Agrosilvopastura, yaitu pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama.Dari kedua lokasi yang dilakukan pengamatan, keduanya merupakan sistem Agrosilvikultur dan merupakan sistem agroforestri kompleks. Untuk lokasi pertama terdapat 6 jenis tanaman naungan, yaitu gamal, lamtoro, dadap, sirimin, suren dan kelapa. Dari tanaman naungan tersebut, produksi yang dihasilkan sebagian besar berupa kayu dan daun untuk makanan ternak. Untuk lokasi yang kedua, terdapat 5 jenis naungan, yaitu cengkeh, lamtoro, gamal, dadap, dan pepaya. Produk yang dihasilkan dari naungan sebagian besar adalah kayu.Dari kedua lokasi tersebut, sebagian besar tanaman naungan jenisnya sama, misalnya gamal, dadap, dan lamtoro. Hal tersebut dikarenakan lokasinya berdekatan dan kepemilikan lahan adalah milik satu orang.

Materi 3: Deskripsi manfaat ekonomi pohon dalam sistem agroforestri

Nama Pemilik : CiptoUsia: 34 tahunKepemilikan: pribadi

Agroforestri Kompleks Lahan 50 x 100 m2 = 5000 m2NoNama lokalgambarManfaat Waktu PanenHasil yang Diperoleh, kg/luasanHarga Di pasaran, RpPendpatan bruto, Rp

1.Kopi1. Tanaman utama2. Dijual buahnya1 th sekali(September)1 ton/5000 m217.500/kg17500000

2.RibangTanaman pagar----

3.Lamtoro1. naungan2. pakan ternak2 th---

4.Pisang1. dijual buah2. pelepah3. daun pisangNormal(7 bln)Lahan (2 bln sekali)5-7tandan pisang30.0001.260.000

5.Cabe rawit1. dijual buahNormal(3-4 bln)Lahan (3 x sebulan)9 kg/bulan50.000/ kg450 rb/ bln5.400.000/ thn

6.kelapa1. dijual buah2. bahan ketupat3. acara keluargaNormal (3-4 bulan)Lahan (1 bulan)150 butir/ bulan1.250/ butir187.500/ bulan2.250.000/ tahun

7.Langsap1. dijual buah6 bln

100 kg/panen6500/kg1.300.000/ tahun

8.Kaliandra1. dijual daunya6 bulan2 kg/phn---

9.DadapPakan ternak1 tahun---

10.TalasTumbuhan liar----

11.CengkehDijual buahnyaSetahun sekali (April-Juni)100 kg bunga25.000/kg2.500.000/ tahun

12.PuringPembatas lahan----

13.Jati1. Dijual kayunya2. Dijual daunnya25 tahun30 pohon diameter 30-35 cm10 juta/ pohon300 juta/ 25 tahun

14.Mahoni1. Dijual kayunya25 tahun17 pohon diameter sekitar 100 cm7 juta/ pohon119 juta/ 25 tahun

15.SurenKayu bangunan15 tahun20 pohon500 rb/ pohon10 juta/ 15 tahun

16.Strimin1. Naungan kopi2. Penahan longsor3. seresah----

17.WaruDijual kayunya10 tahun18 pohon500 rb/ pohon9 juta/ 10 tahun

18.sonokapurNaungan, pakan ternak1 tahun---

Agroforestri SederhanaLahan 50 x 50 m2 = 2500 m2NoNama lokalgambarManfaat EkonomiWaktu PanenHasil yang Diperoleh, kg/haHarga Di pasaran, RpPendpatan total

1.KopiTanaman utama1 th sekali (September)0,5 ton/ha17.500/kg87.500.000

2.Pisang4. dijual buah5. pelepah6. daun pisangNormal(7 bln)Lahan (2 bln sekali)3-5 tandan30.000/ tandan150.000/bln900.000/ tahun

3.Cengkehdijual buahSetahun sekali (April-Juni)50 kg bunga25.000/kg1.250.000/ tahun

7.TalasTumbuhan liar----

8.Kelapa1. bahan ketupat2. dijual buahnyaNormal (3-4 bulan)Lahan (1 bulan)100 butir/bulan1250/ butir125.000/bln1.125.000/ tahun

9.Jati1. Dijual daunnya3. Dijual kayunya

25 tahun20 pohon diameter 30-35 cm10 jutaan/ pohon200 juta/ tahun

10.Lamtoro1. pakan ternak2. naungan2thn---

11.NilamDijual daunnya4bulan150 kg/ panen (tanpa olahan)2500/kg1.125.000/Tahun

12.Pepaya1. Dijual buahnya2. Lalapan daunnya9 bulan---

13.Jahe1. DijualNormal (8 bln)Lahan (tiap bulan)50 kg/ bln6.000/kg300 rb/bln3.600.000/ tahun

Pembahasan:Seperti yang telah diketahui bahwa kegiatan agroforestri merupakan kegiatan budidaya campuran antara tanaman tahunan/ pohon dengan tanaman semusim. Berbeda dengan petani biasa baik petani sayuran maupun tanaman pokok, petani agroforestri memanen hasil mereka secara bergantian sesuai komoditas yang sedang panen. Selain itu petani agroforestri juga memiliki tabungan cadangan berupa pohon tahunan seperti pohon jati dan mahoni yang dapat dipanen selama 10-25 tahun sekali karena harga kayunya yang tinggi tiap pohon.Pada praktikum yang dilakukan di lahan agroforestri terletak di desa plaosan, kaki gunung Kawi kabupaten Malang, digunakan metode wawancara aspek sosial ekonomi dilakukan dengan Bapak Cipto (34 tahun) beliau sudah sekitar 7 tahun ini menggarap lahan agroforestri. Pada sample yang diambil adalah lahan kepemilikan pribadi dengan 2 macam jenis lahan agroforestri yaitu agroforestri kompleks seluas 5000 m2 dan agroforestri sederhana seluas 2500 m2. Kedua lahan agroforestri milik bapak Cipto kebanyakan dirawat pribadi oleh keluarga yang terdiri dari istri dan orang tua beliau. Pengambilan tenaga kerja hanya dilakukan ketika pemanenan tanaman utama yaitu kopi.Komoditas utama yang ditanam pada kedua lahan kepemilikan beliau adalah kopi dengan tumpangsari tanaman lain seperti kelapa, mahoni, pisang, jati, strimin, jahe, nilam, cengkeh, langsap, pepaya, lamtoro, sonokapur, waru, suren, dadap, kaliandra, talas, puring, cabe rawit, dan ribang. Panen dan penanaman tanaman dilakukan secara bergantian seperti yang ada pada tabel kalender kegiatan. Pergantian pemanenan dan seringnya menanam tanaman baru sebagai pengganti tanaman yang sudah tidak produktif memberi manfaat tersendiri bagi petani seperti didapatnya hasil bulanan bahkan mingguan dari beranekaragamnya jenis komoditas yang ditanam dimana selain memberi manfaat subsisten bagi kehidupan pribadi keluarga petani maupun untuk diproduksi dalam pasar yang lebih luas. Selain menjadi petani agroforestri bapak Cipto juga memiliki ternak seperti ayam, kambing dan sapi yang dijadikan sebagai pekerjaan sehari hari yang juga dapat menambah penghasilan petani.Perbandingan antara hasil yang didapat dari lahan agroforestri kompleks dengan sederhana adalah lebih tinggi nilai ekonomi pada agroforestri kompleks hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti luas lahan yang lebih luas, jenis komoditi yang lebih banyak dan beragam, serta pemilihan komoditas dengan harga yang dtinggi di pasaran. Pada lahan agroforestri kompleks dengan lahan seluas 5000 m2 hasil perolehan tahunan didapatkan sebesar Rp 27.840.000 dengan nilai R/C ratio sebesar 12 sedangkan pada lahan agroforestri sederhana dengan luas lahan sekitar 2500 m2 hasil perolehan tahunan diperoleh Rp 15.565.000 dengan nilai R/C ratio sebesar 13. Pengeluaran tahunan yang dilakukan petani selama kurun waktu satu tahun adalah biaya pemupukan yakni pupuk urea dan ZA, sedangkan pupuk lain seperti BIOKOs dibuat sendiri dari kotoran kambing. Selain biaya pemupukan juga terdapat biaya tenaga kerja yang dilakukan hanya ketika pemanenan komoditas utama kopi. Pada lahan agroforestri kompleks dibutuhkan 4 tenaga kerja perempuan dan 2 tenaga laki lakiPerhitungan R/C ratio dilakukan dengan tujuan untuk melihat keuntungan relatif dalam sebuah usaha perikanan yang diperoleh dalam 1 tahun terhadap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha perikanam tersebut. Pada dasarnya, sebuah usaha dikatakan layak apabila nilai R / C lebih besar daripada 1 dikarenakan hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai R / Cnya maka tingkat keuntungan suatu usaha juga akan semakin tinggi (Aditya, 2005). Pada lahan agroforestri baik kompleks maupun sederhana diperoleh nilai R/C ratio lebih dari 1 berarti kegiatan agroforestri yang dilakukan oleh bapak Cipto sangat layak untuk dilanjutkan.

Materi 4: Mengevaluasi fungsi ekologi pohon dalam sistem agroforestriTabulasi Data AgroforestriPosisi Plot di LanskapNoAspekKeterangan

1.Letak Geografi (koordinat)

2.Posisi dalam lerengHulu tengah

3. KepemilikanPetani

4.Nama Pemilik lahanCipto

5.Luas Lahan1. Kompleks : 5000 m22. Sederhana : 1250 m2

6.Sejak kapan lahan dilakukan agroforestri2001

Data Berat IsiKeterangan:W1: berat basah (g/4000 cm3)W2: berat sub contoh tanahW3: berat kering sub contoh tanah

AF sederhanaDiket : W1 = 1742 grW2 = 51,08 grW3 = 33,42 grJawab :Masa padatan (W)W = (W1/W2) x W3 = (1742/51,08) x 33,42 = 1139,7 grBI = W/V = 1139,7 gr / 4000 cm3 = 0,285 g/cm3 AF KompleksDiket :W1 = 1698,53 grW2 = 57,4 grW3 = 38,91 grJawab :Masa padatan (W)W = (W1/W2) x W3 = (1698/57,4) x 38,91 = 1151,03 grBI = W/V = 1151,03gr/ 4000 cm3 = 0,288 gr/cm3

PembahasanDari hasil perhitungan berat isi tanah kedua plot agroforestri, data yang diperoleh tidak logis karena didapat nilai 0,285 g/cm3 pada AF sederhana dan 0,288 g/cm3 pada AF kompleks, sedangkan standart nilai BI pada tanah yang belum terganggu sebesar 0,98 g/cm3. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada saat penimbangan berat basah tidak dilakukan pemisahan tanah dengan beberapa material yang ikut seperti kerikil dan akar tanaman, sehingga nilai volume dan berat tanah tidak bisa seuai yang menyebabkan hasil perhitungan BI tidak valid.Apabila dilakukan analisis lebih lanjut, nilai BI pada agroforestri kompleks lebih rendah daripada agroforestri sederhana, yang mana tanah pada agroforestri kompleks lebih gembur daripada tanah pada agroforestri sederhana. Hal ini dikarenakan pada agroforestri kompleks memiliki jenis tanaman yang lebih beragam. Dari tingginya keberagaman tersebut berbanding lurus dengan seresah yang dihasilkan, dimana seresah juga akan semakin beragam dan lebih banyak. Seresah merupakan sumber makan bagi organisme tanah, sehingga apabila jumlah seresah lebih banyak, maka aktivitas dari organisme tanah juga akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas organisme tanah seperti cacing, maka dapat meninggalkan bekas berupa liang yang dapat meningkatkatkan pori makro pada tanah. Selain itu, semakin banyak jumlah seresah maka proses agregasi dapat berlangsung dengan optimal sehingga nantinya akan terbentuk ruang pori yang lebih besar. Meningkatnya pori makro pada tanah menyebabkan porositas pada tanah akan terbaiki.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, B. 2005. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Tembakau Sistem Agroforestry Pada Lahan Hutan Rakyat di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Skripsi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Wahyu Catur Adinugroho, Andry Indrawan, Supriyanto, Hadi Susilo Arifin. 2011. Kontribusi Sistem Agroforestri Terhadap Cadangan Karbon di Hulu Das Kali Bekasi. IPB. BogorWidianto, Kurniatun Hairiah, Didik Suharjito dan Mustofa Agung Sardjono. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF); Bogor.