METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL-...

72
METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- FATIHAH KARYA NASHRUDDIN BAIDAN SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh Monatria NIM: 1112034000014 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H. /2019 M.

Transcript of METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL-...

Page 1: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL-

FATIHAH KARYA NASHRUDDIN BAIDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh

Monatria

NIM: 1112034000014

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H. /2019 M.

Page 2: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam
Page 3: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: "Metode Penafsiran Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah

Karya Nashruddin Baidan" diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Juli 2019. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata

I (St) pada Jurusan Tafsir Hadis"

Jakarta, 12 Juli 2019

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang

Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKHNrP. 19820816201503 1004

Penguji I Penguji II

Dr. Eva NNrP. 19710

Dr. M M.NrP. 19600908198903 I 005

-r- ItDrs. Ahmad Rifqi Mug-htar, M4

NIP. 196908221997031 002

Pembimbing,

NIP. I 978081820090

Page 4: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yar,g diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika ditemukan kemudian hari terbukti bahwakarya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2019

Page 5: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

iv

ABSTRAK

Monatria

Metode Penafsiran Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah Karya Nashruddin

Baidan

Penelitian ini fokus mengkaji tentang metodologi penafsiran dalam Tafsir

Kontemporer Surah al-Fatihah karya Nashruddin Baidan. Alasan menetapkan

topik ini adalah karena kepakaran/ketokohan Nashruddin Baidan dalam bidang

tafsir, di samping metode penafsiran yang digunakannya. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana metodologi yang digunakan atau yang

diterapkan oleh Nashruddin Baidan dalam bukunya Tafsir Kontemporer Surah al-

Fatihah.

Metode yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat Library Research

(kepustakaan). Sumber data utamanya adalah buku Tafsir Kontemporer Surah al-

Fatihah, Tafsir al-Qur’an di Indonesia, dan Metodologi Penafsiran al-Qur’an;

menggunakan teknik analisis data dengan proses pengumpulan data, interpretasi

data, dan penulisan naratif. Tahapan penelitian yang penulis tempuh, berawal dari

pengumpulan data atau buku, kemudian penulis mulai mencari tahu tentang

Nashrudddin Baidan, selanjutnya mengurai metode penafsirannya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa di dalam buku Tafsir Kontemporer

Surah al-Fatihah, Baidan memahami al-Qur’an dengan cara mengemukakan

ungkapan-ungkapan al-Qur’an secara teliti. Sumber penafsiran yang digunakan

dalam pembahasan ini adalah tafsir bil ma’tsūr. Pembahasan tafsir ini tidak sepi

dari penggunaan istilah-istilah ilmu dan teknologi. Penulis dapat menyimpulkan

juga, Baidan menggunakan corak tafsir ‘Ilmi, yang berusaha menjelaskan istilah

ilmiah yang terdapat dalam tafsir surah al-Fatihah. Baidan juga seorang yang

konsisten dalam penulisannya. Walaupun tidak semua metode yang tertera dalam

buku Metodologi Penafsiran al-Qur’an itu dicantumkan, namun Baidan

menjelaskannya metodenya secara rinci dan mudah untuk dipahami oleh

masyarakat.

Kata Kunci: Al-Fatihah, Tafsir Kontemporer

Page 6: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر حمن الرحيمSegala puji dan rasa syukur yang tak terhingga kehadirat Allah Swt yang

karena taufiq dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Metode Penafsiran Tafsir Kontemporer Surah al-Fātihah Karya Nashruddin

Baidan” serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Saw.

Dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,

dan ini merupakan keterbatasan penulis dalam penelitian ini, semoga kelak

ditelaah kembali dan dilengkapi kesalahan yang ada pada skripsi ini. Bimbingan

dan arahan dari beberapa pihak serta berbagai kritikan, atas segala bantuan penulis

sampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta: Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya dan Dr. Yusuf

Rahman, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin. Dr. Eva Nugraha,

M.Ag. selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal

Mahdi, Lc., MIRKH selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

2. Bapak Syahrullah, M.A. selaku pembimbing yang tidak pernah lelah dan

bosan memberikan bimbingan dan semangat agar bisa menyelesaikan

skripsi ini.

3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan arahan, motivasi serta semangat dan keyakinan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

vi

Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen di Jurusan Tafsir Hadits

yang tak pernah mengeluh untuk mengajar disetiap lelahnya dan memberikan

penulis kesempatan menimba berbagai ilmu, semoga Allah membalas

kebaikannya dengan sebaik-baik balasan. Amiin. Kemudian penulis haturkan

ucapan terimakasih teristimewa kepada;

1. Ayahanda Jamaluddin dan Ibunda Faridah Hanum, penyemangat hidupku,

kasih sayang serta dukungan merekalah sehingga penulis bisa melewati

banyak rintangan dan cobaan dalam menjalani kehidupan, serta

memberikan inspirasi di setiap langkah untuk kehidupan yang lebih baik di

masa-masa yang akan datang.

2. Kedua abangku (Fajar Jumadil dan Arief Baiquny), adikku (Afdan

Maulana), serta kakak iparku (Cut Aja Fauziah al-Habsyie) karena

merekalah penulis merasa semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Sahabat Seperjuangan Penulis (Ngumdaturrosidatuszahrok, Marhamah

Pohan, Mery Fitrianis, Yasmin Hafidzoh, dan Elfa Cahya) yang tidak

pernah lelah menemani dan memberikan semangat kepada penulis. Juga

kepada teman-teman seperjuangan lainnya di Tafsir Hadis angkatan 2012,

yang selalu menyemangati penulis.

4. Sahabat Pencari Pundak (Cut Rosa Meilisa, Rauzatul Mulia, Putri Andira,

Osha Nabila, Dewi Rahmayuni, dan Zahrina Masthura) yang tidak pernah

mengenal lelah ketika penulis meminta saran dan masukannya.

Page 8: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Permasalahan .......................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 6

D. Kajian Pustaka ........................................................................................ 7

E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 13

BAB II. PROFIL NASHRUDDIN BAIDAN

A. Riwayat Nashruddin Baidan ................................................................. 15

B. Karya-karya Nashruddin Baidan .......................................................... 16

C. Pemikiran Tafsir Nashruddin Baidan ................................................... 17

BAB III. METODE PENAFSIRAN

A. Pengertian Metode Tafsir ..................................................................... 23

B. Pengertian Kebahasaan dan Istilah Tafsir ............................................ 24

Page 9: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

vii

C. Ragam Metode Penafsiran Komentar Ulama ....................................... 27

BAB IV. ANALISIS PENAFSIRAN SURAH AL-FATIHAH

A. Tinjauan Umum Surah al-Fatihah ........................................................ 33

B. Penamaan dan Latar Belakang Penulisan Tafsir .................................. 36

C. Komparasi Penafsiran Nashruddin Baidan dengan Penafsir Lain ............

.............................................................................................................. 39

D. Metode Penafsiran Surah al-Fatihah .................................................... 44

1. Penafsiran Term Kunci Surah Al-Fatihah .................................... 44

2. Sumber Penafsiran ........................................................................ 52

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 56

B. Saran-saran ........................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

viii

PEDOMAN TRANSLITRASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

kepada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, No: 507 Tahun 2017

tentang pedoman penulisan karya illmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

A. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan - ا

b Be ب

t Te ت

ts Te dan Es ث

j Je ج

h H dengan titik bawah ح

kh Ka dan ha خ

d De د

dz De dan Zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy Es dan Ye ش

ṣ Es dengan titik di ص

Page 11: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

ix

bawah

ḍ De dengan titik di ض

bawah

ṭ Te dengan titik di ط

bawah

Ẓ Zet dengan tiitk d ظ

bawah

Apostropter balik ‘ ع

gh Ge dan Ha غ

f Ef ف

q Qi ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ن

w We و

h Ha ھ

Apostrop ’ ء

y Ye ي

Page 12: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

x

B. Tanda Vokal

1. Vokal Pendek

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatah

I Kasrah

U Damah

2. Vokal Panjang

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan Contoh

 ىاA dengan topi di

atas

ال ق : Qâla

Î I dengan topi di atas ىي

ل ي ق : Qîla

Û ىوU dengan topi di

atas

ل و ق ي : Yaqûlu

3. Diftong

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يئ Ai A dan I

وئ Au A dan U

Page 13: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

xi

4. Kata Sandang (ال)

Al-Qomariyah د ال م س ج al-Masjid

Al-Syamsiyah الضر و ر ة al-Ḍarûrah

5. Tasydid ) )

Contoh Tarnsliterasi

ية ال م س ل al-Islâmiyyah

Rabbuna ر ب ن ا

6. Ta Marbuṭah

Kata Arab Transliterasi

ر ي ق ة ط Ṭarîqah

ية م س ل al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah ال ام ع ة ال

ة ال و ج و د د Waḥdah al-Wujûd و ح

7. Singkatan-Singkatan

Singkatan Keterangan

QS. al-Qur’an Surah

Page 14: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

xii

Swt. Subḥanahu wa Ta‘ālā

Saw. Ṣallallāhu ‘Alaihi Wasallam

Ra. Radhiyallāhu ‘Anhu

h. Halaman

Terj. Terjemah

Ibn b.

Page 15: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan penafsiran al-Qur‟an di Indonesia berbeda dengan

perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al-

Qur‟an dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur‟an. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa al-

Qur‟an adalah bahasa Arab dan bahasa Arab adalah bahasa mereka, mereka tidak

mengalami kesulitan ketika mereka menafsirkannya, sehingga proses penafsiran

juga lumayan cepat dan berkembang dengan pesat.1

Metode tafsir di Indonesia yang menggunakan metode terjemah lebih dahulu,

menimbulkan kecendrungan penafsiran yang lebih mengarah kepada metode

penafsiran tematik, maka kajian tafsir yang berkembang lebih banyak pada tafsir

tematik.2 Perkembangan tentang al-Qur‟an di Indonesia dilatarbelakangi oleh tiga

hal yaitu pertama, Indonesia telah memploklamirkan kemerdekaannya. Kedua,

didirikannya perguruan tinggi. Ketiga, tingkat intelektual yang semakin membaik.

Karena itulah pengkajian tafsir sudah dilakukan secara formal.3

Penafsiran al-Qur‟an di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode,

adapun perbedaan pendapat antara periode-periode ini. Menurut Howard M.

Federspiel, masa kemunculan dan pembagian tafsir al-Qur‟an di Indonesia ke

1Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi

(Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2013), h. 163.

2Muhammad Zaini, „Ulumul Qur‟an Suatu Pengantar (Banda Aceh: Yayasan PeNA,

2014), h. 126.

3Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

cet.IV 2012), h. 13.

Page 16: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

2

dalam tiga generasi. Generasi pertama, permulaan abad ke-20 sampai tahun 1960.

Generasi kedua, muncul pada pertengahan tahun 1960-an. Generasi ketiga, mulai

dari tahun 1970-an.4

Berbeda dengan Federspiel, Nashruddin Baidan membagi perkembangan

karya tafsir secara umum di dunia Islam terbagi dalam empat periode.5 Periode

pertama disebut dengan periode klasik yaitu antara abad VII-XV M. Periode

kedua disebut dengan periode tengah yaitu antara abad XVI-XVII M. Periode

ketiga disebut dengan periode pramodern yaitu abad XIX M. Periode keempat

disebut dengan periode modern yaitu abad XX M.6

Tafsir memegang peran penting dalam kajian Islam. Ia merupakan salah satu

cabang penting dalam pemahaman ajarannya. Jika penyebaran Islam diduga sudah

mulai menyentuh wilayah nusantara sejak abad 13, maka kenyataan di atas cukup

memprihatinkan. Sebab hal demikian akan menimbulkan persepsi tidak

menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam di Indonesia. Padahal dalam

sejarahnya, dinamika intelektual umat Islam sebelum abad 19 memiliki intensitas

yang cukup tinggi. Khusus mengenai Tafsir Indonesia, wilayah ini tampaknya

tidak mencatat perkembangan pesat. Berbeda dengan disiplin ilmu lain seperti

tasawuf, fikih, atau filsafat.7

Dalam konteks sarjana Muslim Indonesia, mereka cukup produktif dalam

mereproduksi makna al-Qur‟an dan membukukannya dalam sebuah karya. Sejarah

mencatat adanya sebuah penggalan karya tafsir surah al-Kahfi dalam bahasa

4Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia; Dari Mahmud Yunus hingga

Quraish Shihab, penerjemah Tajul Arifin (Bandung: Mizan, 1996), h. 29-68. 5Abu al-Hayy Al-Farmawy, Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-Maudhu‟i (Mesir : Maktabah al-

Jumhuriyyah, 1977), h. 45. 6Nashruddin Baidan, Tafsir al-Qur‟an di Indonesia (Tiga Serangkai: Pustaka Mandiri,

2002), h. 32-81.

7Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Cileduk: Mazhab Ciputat, 2013), h. 2.

Page 17: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

3

Melayu. Jelasnya, karya tersebut termasuk kajian al-Qur‟an yang telah terbangun

dengan baik, dan tidak kalah dari terjemahan Hamzah Fansuri telah mencapai

standar yang tinggi. Karya tafsir ini merefleksikan perbedaan penafsiran atas

surah al-Kahfi dan mazhab tasawuf yang berbeda dengan Hamzah Fansuri (w.

1636 M).8

Kemunculan metode tafsir berkembang sesuai kebutuhan pada setiap

masanya. Nashruddin Baidan mengungkapkan bahwa, pada masa-masa awal

Islam tidak ditemukan ulama salaf yang membahas tentang metodologi tafsir

secara khusus.9 Karena pada saat itu mereka belum merasa perlu menetapkan

kajian khusus mengenai metodologi tafsir, karena pada umumnya mereka

menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan al-Qur‟an. Metode

tafsir yang pertama kali muncul saat itu adalah metode ijmāli (global), yang

mengambil bentuk dalam tafsir bil ma‟tsūr, kemudian nantinya diikuti oleh

bentuk ar-ra‟yi, seperti dalam tafsir Jalālain.10

Menurut Nashruddin Baidan, metodologi tafsir bagian dari ilmu tafsir, tetapi

belum jelas antara posisinya dalam tatanan ilmu tafsir. Menurut Baidan, posisi

dari metodologi ini harus jelas supaya dapat diketahui urgensitasnya. Untuk

memudahkan dalam pemahaman metodologi tafsir, Nashruddin memberikan

penjelasan berupa skema.

Skema ilmu tafsir terbagi dua, pertama komponen eksternal yang terdiri dari

jati diri al-Qur‟an (Sejarah al-Qur‟an, Asbāb al-Nuzūl, Qiraat, Nasikh-Mansukh,

8Irwan, Anallisis Metodologi Tafsir al-Fātiḥah karya Achmad Chodim (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 4. 9Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia; Dari Mahmud Yunus hingga

Quraish Shihab, h. 29-68.

10

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 195-200.

Page 18: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

4

Muhkām-Mutasyābih, Mu‟jizat al-Qur‟an, Munasabat, Kaidah Tafsir, dan lain-

lain) dan kepribadian mufasir (ikhlas, jujur, berakhlak mulia, akidah yang benar,

dan lain-lain). Yang kedua, dilihat dari kompenen internalnya terbagi tiga

kompenen, pertama bentuk tafsir riwayat (bi Ma‟tsūr) dan pemikiran (bi Ra‟yi),

kedua metode tafsir (Ijmālī, Taḥlīlī, Muqārran, Maudhū‟i), yang ketiga corak

tafsir (Sūfī, Fiqh, Falsafī, „Ilmī, Adabī Ijtimā‟ī, dan lain-lain).11

Dari sekian banyak namanya, maka “al-Fātiḥah” adalah nama yang paling

populer sehingga apabila seseorang membaca atau mendengar frase itu, maka

secara spontan langsung terlintang di dalam benaknya surah yang pertama di

dalam mushaf, bukan yang lain. Demikianlah semua nama yang diberikan kepada

surat ini sangat cocok dengan fungsi dan kedudukannya, baik dalam mushaf

sebagai pembuka semua surah, maupun dalam memberikan tuntunan kepada umat

agar mereka dapat menjalani hidup dan kehidupan di muka bumi ini dengan

selamat.12

Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah ini ditulis sebagai upaya untuk

memberikan setitik pemahaman mengenai surah al-Fātiḥah bagi umat Islam,

khususnya umat Islam di Indonesia yang merupakan mayoritas di negara

Pancasila ini. Tafsir al-Fātiḥah dalam buku ini kiranya sangat diperlukan untuk

umat Islam saat ini, karena memang penafsirannya senantiasa dikaitkan dengan

konteks dan situasi kontemporer sehingga benar-benar “membumi”. Judulnya

Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, tafsir ini ditulis oleh Prof. Dr. H.

Nashruddin Baidan, tebal bukunya 136 halaman, buku tafsir ini diterbitkan di

11Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an, h. 9.

12Nashruddin Baidan, Tafsir al-Qur‟an di Indonesia, h. 32-81.

Page 19: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

5

Yogyakarta pada tahun 2012 dengan penerbit Pustaka Pelajar. Kemudian tafsir ini

masuk ke dalam periode modern.13

Sebagai gambaran umum al-Fātiḥah, Nashruddin Baidan menafsirkan ayat

per ayat secara berurutan.14

Dalam tafsirnya, ia juga menjelaskan i‟rab dalam

suatu ayat, seperti contoh lafaz اهلل, dalam kaitan ini meskipun huruf-huruf yang

membentuk lafaz اهلل, itu diteliti satu persatu, namun konotasinya tetap utuh

sebagaimana yang dinyatakan oleh Mutawalli al-Sya‟rawî (w. 1998H), seperti

dikutip Quraish Shihab: “Apabila dihapus huruf alif pada (lafal) Allah اهلل, kita

akan menemukan bacaan “هلل” (lillāhi) yang berarti „demi karena Allah‟; kemudian

apabila dihapus huruf lam (ل) pada “هلل” dia akan dibaca ‘له’ (lahu) yang berarti

“kepada-Nya”; sekiranya dihapus lagi lam (yang kedua) kita akan akan

membacanya ‘ه’ (hu) (Dia) yakni “Allah”. 15

Ada beberapa alasan yang mendorong penulis memilih tema penelitian ini.

Sarjana Muslim Indonesia tidak kalah produktifnya dalam menghasilkan karya

tafsir. Terbukti dari beragam karya tafsir dari generasi awal hingga saat ini yang

ditulis para sarjana Muslim Indonesia. Surah al-Fātiḥah merupakan fatiḥat al-

kitāb atau pembukaan kitab, karena al-Qur‟an dimulai dengan surah ini. Surah al-

Fātiḥah juga surah yang amat masyhur, namun banyak diantara kita yang masih

belum mengetahui fadhilah dan keutamaannya. Nashruddin Baidan memiliki

banyak karya tentang kajian metodologi tafsir dan beberapa tafsir yang salah

satunya adalah Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, sehingga penting untuk

melihat sisi metode tafsirnya.

13Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012), h. 4.

14

Lihat daftar isi buku Tafsir Kontemporer, h. xi.

15

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 23.

Page 20: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

6

Dengan alasan yang telah dipaparkan di atas, maka ini perlu untuk dijadikan

sebuah skripsi dengan judul “Metode Penafsiran Tafsir Kontemporer Surah al-

Fatihah Karya Nashruddin Baidan”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan yang timbul dari latar belakang di atas, penulis

memfokuskan penelitian ini pada pengaplikasian skema metodologi tafsir dengan

tafsir, yakni bagaimana melihat metode tafsir surah al-Fātiḥah karya Nashruddin

Baidan dengan menggunakan kajian skema metodenya.

2. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan di atas, maka penulis membatasi permasalahan seputar

Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah Karya Nashruddin Baidan. Yaitu analisis

metodologi penafsiran Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang

dibahas dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana metode tafsir Nashruddin Baidan

dalam karyanya Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Untuk mengetahui metode yang diterapkan oleh Nashruddin Baidan di

dalam karyanya Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah.

2. Manfaat

Page 21: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

7

a. Teoretis

Secara teoretis, skripsi ini akan mengurai metode tafsir yang

dimiliki oleh Nashruddin Baidan dalam karya tafsirnya yang berjudul

Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah.

b. Praktis

Secara praktis, untuk memenuhi syarat lulus jenjang S1 di Jurusan

Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian Pustaka

Untuk menghindari kesamaan pembahasan skripsi ini dengan yang lainnya,

saya menelusuri kajian-kajian yang telah dilakukan atau memiliki kesamaan. Dari

hasil karya ilmiah yang temukan, ada beberapa yang berhubungan dengan judul

ini, diantaranya.

Pembahasan Rena Yuniar dengan judul Analisis Metodologi Tafsir Pase:

Kajian Surah al-Fātiḥah dan Surah-surah dalam Juz „Amma: Paradigma Baru,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Skripsi ini

mengungkap metodologi Tafsir Pase sebagai tafsir berparadigma baru,

kesimpulan itu didapat salah satunya adalah dari sistematika penerjemahan

tafsirnya yang dilengkapi dengan sajak yang berbahasa Aceh atau Nazham

Aceh.16

Persamaan dengan skripsi ini adalah terkait pembahasan surah al-Fātiḥah,

sedangkan perbedaannya adalah mengenai tafsir dan metode yang digunakan.

16Rena Yuniar, Analisis Metodologi Tafsir Pase: Kajian Surah al-Fātiḥah dan Surah-

Surah dalam Juz „Amma: Paradigma Baru (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005).

Page 22: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

8

Irwan dalam skripsinya yang berjudul Analisis Metodologi Tafsir al-Fātiḥah

karya Achmad Chodjim; Aplikasi Metodologi Kajian Tafsir Islah Gusmian,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.Skripsi ini membahas

tentang metode yang digunakan dalam karya tafsir Achmad Chodim yaitu tafsir

dengan metode tematik dan hanya memaparkan makna dari surah al-Fātiḥah

secara mendalam oleh Achmad Chodim.17

Persamaan dengan skripsi ini adalah

terkait pembahasan surah al-Fātiḥah, sementara perbedaannya adalah mengenai

tokoh dan metodologi yang digunakan.

Lanjut dengan Muhammad Syahrul Mubarak dalam tesisnya yang berjudul

Kontektualisasi Surah al-Fātiḥah dalam Tafsīr al-Tanwīr Muhammadiyah,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2017. Tesis ini membahas

tentang Tafsīr al-Tanwīr merupakan sebuah karya terbaru dalam bidang tafsir

yang muncul di Indonesia. Tafsīr al-Tanwīr ini menjadi tafsir kelembagaan

Muhammadiyah yang disusun oleh tim dari Majelis Tarjih dan Tajdid.18

Perbedaannya adalah tafsir yang digunakan, sedangkan persamaannya adalah

pembahasan surah al-Fātiḥah.

Irvan dalam skripsinya yang berjudul Konsep Ibadah dalam al-Qur‟an

Kajian Surah al-Fātiḥah 1-7, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2014. Skripsi ini membahas tentang konsep ibadah dalam surah al-Fātiḥah

tercakup dalam ayat kelima yakni iyyāka na‟budu wa iyyāka nasta‟īn.19

17Irwan, Analisis Metodologi Tafsir al-Fātiḥah karya Achmad Chodjim; Aplikasi

Metodologi Kajian Tafsir Islah Gusmian (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010).

18

Muhammad Syahrul Mubarak, Kontektualisasi Surah al-Fātiḥah dalam Tafsir at-

Tanwir Muhammadiyah (Tesis S2 Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017).

19

Irvan, Konsep Ibadah dalam al-Qur‟an Kajian Surah al-Fātiḥah 1-7 (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

Page 23: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

9

Persamaannya adalah berkaitan dengan pembahasan surah al-Fātiḥah, dan

perbedaannya adalah pada skripsi saya bahas tentang metodologinya.

Rizqi Ali Azhar dalam skripsinya yang berjudul Penafsiran Surah al-Fātiḥah

Menurut Muhammad Romli dan Moh E. Hasim (Studi Komparatif atas Tafsir

Nurul-Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun), Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta 2016. Skripsi ini membahas tentang metodologi penafsiran

pada tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun memiliki metodologi yang

hampir sama, yang berbeda hanyalah teknis teknis penulisan dan sumber

penafsiran, yaitu Nurul-Bajan menggunakan tulisan dengan ejaan lama,

sedangkan Ayat Suci Lenyepaneun sudah menggunakan ejaan yang telah

disempurnakan.20

Persamaannya dengan skripsi ini adalah terkait pembahasan

surah al-Fātiḥah, sedangkan perbedaannya adalah skripsi ini membahas tentang

studi komperatif.

Rofida Ulya dalam skripsinya yang berjudul Tafsir Surah al-Fātiḥah Menurut

KH. Ahmad Rifa‟i dalam Kitab Nazam Tasfiyyah, Universitas Islam Negeri

Walisongo Semarang, 2018. Skripsi ini membahas tentang tafsir surat al-Fātiḥah,

dan yang diteliti adalah metode yang digunakan oleh KH Ahmad Rifa‟i dalam

kitabnya adalah metode ijmali, sedangkan dari penulisan tafsir menggunakan bait-

bait yang indah dan senada dan cenderung bercorak al-adab al-ijtimā‟i, dan juga

beberapa kritikan mengenai surah al-Fātiḥah.21

Persamaan dengan skripsi ini

adalah terkait pembahasan surah al-Fātiḥah, sedangkan perbedaannya adalah

tokoh dan kitabnya.

20Rizqi Ali Azhar, Penafsiran Surah al-Fātiḥah Menurut Muhammad Romli dan Moh E.

Hasim (Studi Komperatif atas Tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun) (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).

21

Rofida Ulya, Tafsir Surah al-Fātiḥah Menurut KH. Ahmad Rifa‟i Dalam Kitab Nazam

Tasfiyyah (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,UIN Walisongo Semarang, 2018).

Page 24: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

10

Karyadi dalam skripsinya yang berjudul Studi Komperatif Aspek-Aspek

Metodologis Penafsiran al-Qur‟an Menurut Fazlur Rahman dan Hassan Hanafi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Skripsi ini membahas

tentang perbandingan hermeneutik dalam penafsiran al-Qur‟an menurut Fazlur

Rahman dan Hassan Hanafi.22

Persamaan dengan skripsi ini adalah berkaitan

dengan metodologi penafsiran al-Qur‟an, sedangkan perbedaannya adalah

pembahasan mengenai surah al-Fātiḥah.

Ahmad Fauzi dalam skripsinya yang berjudul Shafwatut Tafasir (Studi

Analisis Metodologi Penafsiran al-Qur‟an Karya al-Sabuni) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Skripsi ini membahas poin-poin yang

ditemukan oleh Ahmad Fauzi tentang kitab Shafwatut Tafasir.23

Persamaan

dengan skripsi ini adalah menganalisis metodologi, sedangkan perbedaannya

adalah pada skripsi saya membahas tentang keselarasian metode dengan tafsir

surah al-Fātiḥah.

Wilda Kamalia dalam skripsinya yang berjudul Literatur Tafsir Indonesia

(Analisis Metodologi dan Corak Tafsir Juz „Amma As-Sirāj„i Wahhāj Karya M.

Yunan Yusuf) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Skripsi

ini membahas tentang metode dan corak yang digunakan M. Yunan Yusuf dalam

kitabnya.24

Persamaan dengan skripsi ini adalah terkait dengan pembahasan

menganalisis metodologi tafsir, dan perbedaannya adalah skripsi yang teliti

tentang surah al-Fātiḥah.

22Karyadi, Studi Komperatif Aspek-Aspek Metodologis Penafsiran al-Qur‟an Menurut

Fazlur Rahman dan Hasan Hanafi (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2003).

23

Ahmad Fauzi, Ṣafwat al-Tafāsir (Studi Analisis Metodologi Penafsiran al-Qur‟an

Karya Al-Ṣabuni) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

24

Wilda Kamalia, Literatur Tafsir Indonesia (Analisis Metodologi dan Corak Tafsīr Juz

„Amma Al-Sijaru‟i Wahhaj Karya M. Yunan Yusuf) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2017).

Page 25: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

11

Ummu Hafidzoh di dalam skripsinya yang berjudul Metode Tafsir Maudhu‟i

Muhammad al-Ghazali (Analisis terhadap Kitab Nahwa Tafsīr Mauḍhū‟i li Suwār

al-Qur‟an al-Karīm) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

Skripsi ini membahas tentang pola fikir al-Ghazali dalam menafsirkan al-Qur‟an

dan bagaimana menunjukkan kepada pembaca bahwa setiap surah dalam al-

Qur‟an memiliki tema besar yang berbeda, meskipun pada dasarnya al-Qur‟an

merupakan satu kesatuan yang utuh.25

Adapun perbedaan skripsi Ummu Hafidzoh

dengan penelitian saya adalah, skripsi Ummu Hafidzoh membahas tentang pola

fikir al-Ghazali dalam tafsir Maudhū‟ī li Suwar al-Qur‟an al-Karim, sedangkan

dalam penelitian ini penulis membahas tentang metodologi tafsir Nashruddin

Baidan.

Dalam skripsi ini, penulis berusaha untuk mengetahui metodologi dan

sistematika tafsir kontemporer surah al-Fātiḥah. Penulis berusaha untuk meneliti

dan menganalisa penyelarasan metodologi dan sistematika yang digunakan oleh

Nashruddin Baidan dalam menulis tafsir dengan menggunakan kerangka

skemanya.

E. Metodologi Penelitian

Dalam proses pengumpulan data penelitan ini, penulis menggunakan metode

pengumpulan data kepustakaan (library research). Ada dua jenis data yaitu primer

dan sekunder. Data sekunder adalah data-data pendukung berupa karya tulis yang

berkaitan dengan tema dalam kajian ini.

25Ummu Hafidzoh, Metode Tafsir Maudhu‟i Muhammad al-Ghazali (Analisis Terhadap

Kitab Nahwa Tafsir Maudhu‟i li Suwar al-Qur‟an al-Karim) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

Page 26: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

12

1. Jenis Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Adapun jenisnya adalah penelitian yang bersifat literatur ataupun bahan bacaan

yang mendalam, dengan metode pengumpulan data yang pokok yaitu kepustakaan

(library research).26

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan yang

merujuk pada karya Nashruddin Baidan dan menganalisannya.

2. Sumber Data

a. Primer

Data primer adalah data kepustakaan yang berasal dari sumber

pertamanya, yakni Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah karya Nashruddin

Baidan.27

Kemudian Metode Penafsiran al-Qur‟an karya Nashruddin

Baidan,28

Tafsir al-Qur‟an di Indonesia karya Nashruddin Baidan.29

b. Sekunder

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data-data terdahulu yang telah

dibahas dalam tinjauan pustaka, dan kepustakaan terkait dengan tema

penelitian tersebut diantaranya adalah Filsafat al-Fātiḥah karya Inu Kencana

Syafiie,30

Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir karya

26

J.R. Raco, Metode penelitian Kualitatif; Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya

(Bandung: Grahamedia, 2001), h. 66.

27

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah (Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2012).

28

Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2012).

29

Nashruddin Baidan, Tafsir al-Qur‟an di Indonesia (Tiga Serangkai: Pustaka Mandiri,

2002).

30

Inu Kencana Syafiie, Filsafat al-Fātiḥah (Bandung: Pustaka Al-Fikriis, 2009).

Page 27: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

13

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,31

Kajian al-Qur‟an di Indonesia; Dari

Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab karya Howard M. Federspiel.32

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis data kualitatif yang digunakan dengan proses pengumpulan data,

interprestasi data, dan penulisan naratif lainnya.

4. Langkah Penelitian

Data-data terolah kemudian akan dibahas dengan metode deskriftif-analitis,

yakni menjelaskan objek permasalahan secara apa adanya kemudian diekplorasi,

analisis, diberi nilai, dan yang terakhir akan ditarik kesimpulan.33

Penulis

menggunakan metode Nashruddin Baidan sebagai kerangka analisis untuk metode

dan sistematika penulisan tafsir al-Fātiḥah.

5. Teknik Penulisan

Untuk teknik penulisan karya ilmiah dan pedoman (transliterasi) Arab-Latin,

penulis berpedoman pada teknik penulisan karya ilmiah yang merujuk pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), karangan Hamid

Nasuhi, et.al., yang diterbitkan oleh CeQDA tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulisan skripsi berjudul “Metodologi Tafsir

Kontemporer Surah al-Fātiḥah Karya Nashruddin Baidan”, disusun secara

31Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012).

32

Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia; Dari Mahmud Yunus Hingga

Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1996). 33

S. Aminah, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Politik (Jakarta: Prenadamedia

Gruop, 2019), h. 65.

Page 28: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

14

sistematis yang terdiri dari beberapa bab dan sub bab yang merupakan satu

kesatuan sistem sehingga antara satu dan lainnya saling berkaitan, dengan

perincian sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan dan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,

kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas tentang biografi Nashruddin Baidan yang mencakup

riwayat Nashruddin Baidan, karya-karya Nashruddin Baidan, dan pemikiran tafsir

Nashruddin Baidan.

Bab ketiga, membicarkan tentang metode penafsiran, yang mencakup

pengertian metode tafsir, pengertian kebahasaan dan istilah tafsir, dan ragam

metode penafsiran berdasarkan komentar ulama.

Bab keempat, merupakan analisis penafsiran surah al-Fatihah yang di

dalamnya terdapat tinjauan umum surah al-Fatihah, penamaan dan latar belakang

penulisan tafsir, komparasi penafsiran Nashruddin Baidan dengan penafsiran

lainnya, dan metode penafsiran surah al-Fatihah.

Bab kelima adalah penutup, bab yang berisikan kesimpulan dari skripsi ini

sehingga para pembaca lebih mudah memahami apa yang diinginkan oleh penulis.

Bab ini juga sekaligus berisi kesimpulan dan saran dengan harapan yang

sebaiknya dilakukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Page 29: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

15

BAB II

BIOGRAFI NASHRUDDIN BAIDAN

A. Riwayat Nashruddin Baidan

Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan lahir tanggal 5 Mei 1951 di Lintau, Tanah

Datar, Sumatera Utara. Ia adalah seorang Dosen dan Pembantu Dekan I Fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Surakarta. Menamatkan SD di Lintau (1964),

kemudian MTI Candung, Bukittinggi (1970), dan Fakultas Adab IAIN Imam

Bonjol, Padang (1986). Gelar Doktor dalam Ilmu Tafsir diperolehnya dari IAIN

yang sama dengan disertasi “Metode Penafsiran Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip

di Dalam al-Qur‟an” (1990). Selain pendidikan formal, ia juga pernah mengikuti

Studi Intensif Bahasa Inggris di Jakarta (1983), dan Work Shop Management

Perguruan Tinggi di Yogyakarta (1996).1

Sebelum dipindahkan ke Ushuluddin IAIN Walisongo Surakarta, ia adalah

seorang dosen Tarbiyah IAIN Suqsa Pekanbaru (1979-1994), dan menjabat

sebagai Dekan III Fakultas Syari‟ah pada IAIN yang sama (1990-1993). Ia juga

seorang mantan Ketua Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Suqsa

Pekanbaru (1984), ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua LPTQ Provinsi

Riau (1983-1985), beliau juga Ketua Bidang Kajian Klasik ICMI (Ikatan

Cendikiawan Muslim se-Indonesia) di wilayah Riau, selaku ketua Bidang Kajian

Klasik (1992-1994). Tahun 1994, ia dipindahtugaskan oleh Menteri Agama ke

Fakultas Ushluddin IAIN Walisongo Surakarta dan dua tahun kemudian diangkat

1Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

cet.IV 2012), h. 179.

Page 30: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

16

menjadi Pembantu Dekan I pada fakultas yang sama (1996) terus menjadi

Pembantu Ketua I STAIN Surakarta (1997), dan MES Surakatra hingga saat ini.

Selain mengajar pada S1 dan program Pascasarjana (PPs) IAIN Surakarta, ia

tercatat sebagai dosen, promotor, dan tim penguji ujian promosi doktor UIN

Yogyakarta serta dosen PPs UNIBA. Selain mengajar, ia juga aktif sebagai

narasumber pada pertemuan ilmiah baik tingkat nasional, maupun regional seperti

seminar, simposium, kongres dan sebagainya. Di celah-celah kesibukan yang

cukup padat dia tetap menyediakan waktunya berdakwah dan menulis buku.2

B. Karya-Karya Nashruddin Baidan

Di celah-celah kesibukan yang cukup padat dia tetap menyediakan waktunya

berdakwah dan menulis buku. Diantara karyanya yang sudah diterbitkan;

1. Metode Penafsiran Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip di Dalam al-Qur’an, 1993.

2. Metodologi Penafsiran al-Qur’an,1998.

3. Tafsir bi al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam al-Qur’an:

Mencermati Konsep Kesejajaran Wanita dalam al-Qur’an, 1999.

4. Rekontruksi Ilmu Tafsir, 2000.

5. Tafsir Maudhu’i: Solusi Qur’ani Atas Masalah Sosial Kontemporer, 2001.

6. Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, 2003.

7. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 2005.

8. Etika Islam dalam Berbisnis, 2008.

9. Tafsir Kontemporer Surah Yasin, 2009.

10. Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, 2012.

2Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012), h. 126.

Page 31: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

17

11. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, 2016.

12. Problematika Penerjemahan al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia, 2017.

Selain itu, beliau juga aktif menulis di berbagai media cetak seperti jurnal,

majalah, surat kabar, dan memberi pengantar buku, antara lain Teologi Islam

Terapan Memasuki Dunia al-Qur’an, dan Relasi Jender dalam Islam. Sampai

sekarang ia tercatat sebagai anggota tim penguji luar kandidat doktor (PhD) pada

Fakulti Pengajian Islam University Kebangsaan Malaysia (UKM).3

C. Pemikiran Tafsir Nashruddin Baidan

Dalam buku Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah karya Nashruddin Baidan,

ia mengatakan bahwa untuk memahami dan mengamalkan al-Fātiḥah secara baik

dan benar itu tidaklah mudah, apalagi bagi mereka yang tidak menguasai bahasa

Arab dengan baik seperti yang dialami oleh umumnya bangsa-bangsa non Arab,

termasuk bangsa Indonesia. Baidan menjelaskan bahwa, al-Fātiḥah sangat

berkenan dengan prinsip akidah, ibadah, dan mu‟amalah antara hamba dengan

Tuhan, dan sesama makhluk-Nya. Bahkan umat Islam sangat wajib membaca al-

Fātiḥah paling tidak tujuh belas kali dalam sehari. Bila diekuivalenkan dengan

kewajiban membaca al-Fātiḥah pada setiap rakaat shalat, maka berarti setiap satu

jam hidup mereka (umat Islam) telah terisi dengan al-Fātiḥah sebagai wujud rasa

syukur serta memohon tuntunan kepada Allah agar selalu berada di jalan yang

lurus.4

Berdasarkan makna lughawi, Baidan juga menyimpulkan bahwa pemilihan

dan penempatan suatu kosakata di dalam al-Qur‟an tidak sembarangan, akan

3 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, cover akhir.

4 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 117.

Page 32: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

18

tetapi mengandung arti secara khusus sesuai kaidah yang ingin disampaikan oleh

sang pemesan yaitu Allah yang Maha Alim. Dalam format makna tersebut, Allah

mengajari kita agar selalu bersikap kolektif dan mempunyai rasa kebersamaan.

Hal ini sesuai dengan penegasan para Nabi bahwa karunia Allah dan kekuatan-

Nya akan diberikan kepada umat-Nya.5

Tafsiran ayat keempat dalam surah al-Fātiḥah menurut Baidan, Allah tidak

mau memposisikan diri-Nya secara langsung sebagai pemilik manusia, meskipun

secara logika hal tersebut boleh saja karena memang langit dan bumi serta segala

isinya adalah milik Allah. Namun Allah hanya menempatkan diri-Nya pada posisi

raja yang bukan pemilik manusia tersebut, yang artinya Allah hanya mau

memfungsikan diri-Nya sebagai pengatur, pengayom, dan pelindung yang baik

bagi manusia. Dalam pernyataan Allah itu terkandung pesan yang sangat penting,

yakni bilamana Allah menyatakan bahwa Dia pemilik manusia, maka dapat

menimbulkan persepsi bahwa semua yang dilakukan manusia adalah pekerjaan

Allah, dan Allah bertanggung jawab penuh atas semua yang dilakukan manusia

tersebut: baik atau buruk. 6

Dari caranya Allah, kita mendapatkan gambaran bagaimana menerapkan

konsep hidayah dalam berkomunikasi agar informasi yang kita sampaikan tidak

ditolak sehingga mereka dapat menerima dan menghayatinya, lalu tertarik untuk

mengamalkannya. Dalam kontek inilah Allah secara khusus mengajari Nabi

Muhammad berkomunikasi kepada umat dengan santun, lemah-lembut, persuasif,

berlapang dada, suka memaafkan, dan memohon ampun untuk mereka. Namun

bagi banyak makhluk Allah naluri saja belum cukup untuk menjalani hidup dan

5 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h.75-77.

6 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 63.

Page 33: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

19

kehidupan mereka di muka bumi ini, melainkan diperlukan hidayah. Kemudian

makhluk Allah pada umumnya diberi lima indera yang dikenal dengan panca

indera. Meskipun manusia telah dianugerahi panca indera, namun hal itu belum

cukup untuk menyelamatkan hidup dan kehidupan mereka di muka bumi ini,

apalagi di akhirat kelak. Keterbatasan indera dapat dibantu dengan akal, karena

kemampuan akal dalam mendeteksi objeknya jauh lebih akurat dan lebih peka

ketimbang temuan indera. Meskipun kemampuan akal demikian hebatnya, namun

tetap mempunyai keterbatasan. Akal dengan segala kehebatannya tidak cukup

handal untuk menyelamatkan kehidupan di muka bumi, karenanya semua manusia

membutuhkan agama. Apabila seseorang tidak mempunyai agama meskipun telah

mengantongi semua hidayah tersebut, namun manusia terebut tidak akan dapat

menyelamatkan kehidupannya, apalagi menciptakan kebahagiaan.7

Berdasarkan semua fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun

seseorang telah memiliki tiga hidayah lainnya, namun tanpa hidayah agama dia

tidak akan mampu menyelamatkan hidup dan kehidupan setelahnya. Itu artinya

jika ingin selamat dari dunia hingga akhirat, tidak ada jalan lain kecuali memiliki

agama, yang intinya agama adalah suatu keniscayaan mutlak yang tidak dapat

ditawar sedikitpun.8

Kemudian dalam buku Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, Baidan

menggunakan pendekatan saintifik atau tafsir ‘ilmi. Seperti dalam ayat kedua,

pada kata “العاملني" menjelaskan tentang alam semeta, Baidan mencantumkan

penjelasannya ayat 20-28 dari QS. ar-Rum [30].9 Dari penjelasan ayat yang

7 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 86-88.

8 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 90.

9 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 53.

Page 34: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

20

dikutip di atas bahwa alam jagat raya, manusia, para malaikat dan jin merupakan

bukti nyata atas adanya penciptanya, yaitu Allah. Para fisikawan dan astronom

melalui observatorium dapat melihat berbagai bintang, planet, dan benda-benda

lainnya di ruang angkasa dan bahkan mereka dapat memperkirakan jumlah umur

dari benda tersebut. Namun hasil temuan itu hanya bersifat temporer, tidak

permanen. Dalam kaitan ini Baiquni menegaskan bahwa para ahli astronomi

melalui teleskop Huble di Amerika telah berhasil menemukan seratus milyar

galaksi di jagad raya ini.10

Dalam galaksi tatasurya terdapat sepuluh milyar

bintang, dan masih banyak lagi planet selain itu yang tidak kita ketahui. Untuk

lebih jelas, dapat kita lihat gambar berikut:

Apa yang mereka temukan, baru sebatas alam nyata, belum termasuk alam

ghaib seperti malaikat, ruh, jin, dan sebagainya. Jika demikian jelaslah bagi kita

bahwa term alam itu sungguh sangat luas dan teramat banyak sehingga tidak dapat

dijangkau oleh pikiran manusia sepintar apapun mereka; namun semua itu berada

10

A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (Bandung: Penerbitan Pustaka,

1983), h. 20.

Page 35: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

21

dalam pengetahuan dan kekuasaan Allah yang Maha Tahu dan Maha Kuasa,

sebagaimana ditegaskan-Nya di dalam QS. Saba [34]: 2-311

وهو الرحيم الغفور ماء وما ي عرج فيها ها وما ينزل من الس ي علم ما يلج ف الرض وما يرج من ل ي عزب عنه قل ب لى وربي لتأتي نكم عال الغيب اعة )2( وقال الذين كفروا ل تأتينا الس

بني )3( لك ول أكب ر إل ف كتاب م ماوات ول ف الرض ول أصغر من ذ مث قال ذرة ف الس “(2) Dia yang mengetahui semua yang masuk ke dalam bumi, semua yang

keluar darinya, semua yang turun dari langit dan semua yang naik

kepadanya. Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampunan. Orang-

orang yang kafir berkata: “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada

kami”.(3) Katakanlah: “Pasti hari itu datang kepada kalian, demi

Tuhankuyang mengetahui yang ghaib. Tidak ada yang tersembunyi bagi-

Nya sebesar zarrah pun baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi;

dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar,

melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”

Term „alam‟ sebenarnya adalah bentuk jamak atau dalam bahasa Arab

disebut ism jam, artinya tanpa diubah ke bentuk jamak pun konotasinya sudah

menunjuk kepasa sekumpulan benda atau makhluk. Kemudian dengan diubahnya

menjadi jamak, maka cakupan konotasinya semakin luas sehingga semua makhluk

Allah. Dengan ditemukannya berbagai penemuan ilmiah berkenaan dengan alam

semesta, maka semakin bertambah pula keyakinan kita bahwa Allah itu memang

benar adanya. Dalam konteks ini, tegas Allah, seandainya ditanyakan kepada

orang-orang kafir itu, siapa yang menciptakan langit, bumi dan yang menguasai

serta mengaturnya? Niscaya mereka akan menjawab: “ALLAH” (QS. [29]: 61,

63; [31]:25; [39]:38; [43]:9,87)12

Dari penegasan ayat di atas semakin jelas bagi kita rububiyah-nya Allah yang

sangat luar biasa. Jagad raya yang tidak terkirakan luasnya dan dipenuhi oleh

11

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 53. 12

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 56.

Page 36: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

22

ratusan milyar galaksi sejak diciptakan sampai sekarang belum pernah macet

walau satu detik sekalipun padalah menurut perkiraan para ahli, alam semesta ini

sampai sekarang bermula sejak terjadinya ledakan maha dasyat yang terkenal

dengan “big bang” sebagaimana tampak dalam gambar berikut:

Berdasarkan pengamatan mereka, peristiwa itu terjadi sekitar 13.7 milyar

tahun yang lalu. Dalam rentang waktu yang sedemikian panjang dan lama tidak

terjadi kerusakan dan tidak pula tabrakan satu sama lain di antara benda-benda

alam itu padahal jumlahnya ratusan milyar.13

Begitulah sepenggalan penjelasan

tentang tafsir „ilmi.

Corak penafsir ialah arah atau kecendrungan pemikiran, ide tertentu yang

mendominasi sebuah karya tafsir. Kecenderungan pemikiran tersebut biasanya

dilatarbelakangi oleh keilmuan yang dikuasai oleh sang penafsir, sehingga

keilmuannya mendominasi karya tafsirnya.14

13

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 57. 14

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.

388.

Page 37: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

23

BAB III

METODE PENAFSIRAN

A. Pengertian Metode Tafsir

Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau

jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, sedangkan bangsa Arab

menerjemahkannya dengan tharīqat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata

tersebut berarti: “cara yang teratur yang terpikir baik-baik untuk mencapai sebuah

maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai sesuatu yang

ditentukan. Pengertian yang serupa dijumpai dalam Kamus Webster.1

Pengertian metode yang umum dapat digunakan di berbagai objek, baik

berhubungan dengan pemikiran maupun penalaran akal, atau menyangkut

pekerjaan fisik. Jadi bisa diartikan metode adalah salah satu sarana yang amat

penting untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini, studi tafsir

al-Qur‟an tidak lepas dari metode, yakni suatu cara yang teratur dan terpikir baik-

baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan

Allah dalam ayat-ayat al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.2

Ada dua istilah yang sering digunakan yaitu metode tafsir dan metodologi

tafsir. Adapun metode tafsir adalah cara-cara menafsirkan al-Qur‟an, sementara

metodologi tafsir adalah ilmu tentang cara tersebut. Contohnya pembahasan

teoretis dan ilmiah mengenai metode Muqārran (perbandingan), misalnya disebut

1 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2018), h. 97.

2 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012), h. 1.

Page 38: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

24

analisis metodologis sedangkan jika pembahasan itu berkaitan dengan cara

penerapan metode terhadap ayat-ayat al-Qur‟an disebut pembahasan metodik.

Sedangkan cara penyajian atau memformulasikan tafsir tersebut dinamakan teknik

atau seni penafsiran. Maka metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah yang

digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an dan seni atau teknik ialah cara

yang dipakai ketika menerapkan kaidah yang telah tertuang di dalam metode,

sedangkan metodologi tafsir ialah pembahasan ilmiah tentang metode-metode

penafsiran al-Qur‟an.3

Studi tentang metodologi tafsir masih terbilang baru dalam khazanah

intelektual umat Islam. Ilmu metode dijadikan sebagai kajian tersendiri jauh

setelah tafsir berkembang pesat. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika

metodologi tafsir tertinggal jauh dari kajian tafsir itu sendiri.4

B. Pengertian Kebahasaan dan Istilah Tafsir

Kata tafsir berasal dari bahasa Arab, yaitu fassara-yufassiru-tafsiran yang

berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu, tafsir bisa diartikan

dengan al idlah wa altabiyin, yaitu penjelasan dan keterangan. Menurut Imam al-

Zarqȃnȋ mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang kandungan

al-Qur‟an, baik dari segi pemahaman makna maupun arti sesuai yang dikehendaki

Allah SWT sesuai kadar kesanggupan manusia. Selanjutnya menurut Abȗ Hayyȃn

mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang didalamnya terdapat pembahasan

mengenai cara mengucapkan lafal-lafal al-Qur‟an disertai makna serta hukum-

3 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, h. 2.

4 M. Al-Fatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir (Sleman: Teras, 2005), h. 37.

Page 39: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

25

hukum yang terkandung didalamnya.5 Tafsir secara etimologi (bahasa), kata

“tafsir” diambil dari kata fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti keterangan atau

uraian.6

Kata al-Tafsir berasal dari al-Tafsirah yang berarti sebuah riset yang

dilakukan oleh seorang dokter pada urine pasien untuk mengetahui penyakit yang

dideritanya. Hal ini dianalogikan dengan seorang yang hendak menafsirkan al-

Qur‟an dengan cara meneliti serta mengamatinya untuk bisa mengeluarkan dan

mengambil makna dan hukum yang terkandung dibalik teks al-Qur‟an, pendapat

ini dikemukakan oleh al- Zarkȃsyȋ.7 Kemudian kata al-Tafsir diambil dari

ungkapan fassartu al-fars yang artinya melepaskan kuda. Hal ini dianalogikan

bahwa seorang mufasir yang melepaskan seluruh kemampuan berfikirnya untuk

bisa mengurai makna ayat al-Qur‟an yang tersembunyi dibalik teks dan sulit untuk

dipahami.8

Sedangkan secara istilah, ulama juga belum menentukan kata sepakat dalam

mendefinisikanya. Menurut al-Zamakhsyarȋ tafsir yang digunakan untuk

memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi saw. dan menjelaskan makna-

makna yang terkandung di dalamnya, serta mengeluarkan hukum-hukum dan

berbagai hikmah darinya.9

5 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 209-

211. 6 Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 209.

7 Badr al-Din al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

2006), h. 331. 8 Syihab al-Din al-Alusi, Ruh al-Ma’ani, vol. I (Beirut: Ihya‟ al-Turath al-Arabi, 1987), h.

4. 9 Jalal ad-Din al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), h. 174.

Page 40: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

26

Sementara Manna‟ al-Qaṭṭȃn menyatakan bahwa tafsir adalah penjelasan-

penjelasan kalam Allah SWT. yang bernilai ibadah ketika dibaca yang diturunkan

kepada Nabi saw. Terkadang istilah tafsir disamakan dengan takwil yang berasal

dari kata al-aula yang mengikuti pola kata taf’il yang berarti kembali kepada

keadaan semula. Ini merupakan salah satu dari beberapa makna dari kata al-

aula.10

Hal ini dimaksudkan bahwa seorang penafsir al-Qur‟an menguraikannya

sedemikian rupa berdasarkan pokok pengertian yang terkandung di dalam ayat itu

sendiri.

Menurut al-Kilby dalam kitab at-Tasly, sebagaimana yang telah dikutip oleh

Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A. Fudhlali. Tafsir adalah mensyarahkan al-Qur‟an,

menerangkan maknanya, dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan

Nashnya atau dengan isyarat, ataupun dengan tujuannya.11

Sedangakan menurut

Ali Hasan al-‟Arid, tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara mengucapkan

lafadz al-Qur‟an, makna-makna yang ditunjukkan, dan hukum-hukumnya baik

ketika berdiri sendiri ataupun tersusun, serta makna-makna yang dimungkinkan

ketika dalam keadaan tersusun.12

Sebatas yang dapat disanggupi, manusia memiliki pengertian tafsir bahwa

tidaklah suatu kekurangan lantaran tidak dapat mengetahui makna-makna yang

mutasyabihat dan tidak dapat mengurangi nilai tafsir lantaran tidak mengetahui

10

Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur’an dan al-Hadits (Yogyakarta: Teras, 2008), h.

135. 11

Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A. Fudhlali, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung: Angkasa,

2005), h. 87. 12

Ali Hasan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Terj. Ahmad Akrom (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 1994), h. 3.

Page 41: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

27

apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.13

Istilah tafsir merujuk kepada ayat-ayat

yang ada di dalam al-Qur‟an, salah satu di antaranya dalam Q.S al-Furqan [25]: 33

yang berbunyi;

ناك بالق وأحسن ت فسريا ول يأتونك بثل إلا جئ “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang

ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang

paling baik penjelasannya”.

Pengertian inilah yang dimaksud di dalam Lisan al-Arab dengan “kasyf al-

mugaṭṭa” (membuka sesuatu yang tertutup), dan tafsir ialah membuka dan

menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafal. Pengertian ini yang dimaksudkan

oleh para ulama tafsir dengan “alidah wa al-tabyin” (menjelaskan dan

menerangkan). 14

Dari sini dapat disimpulkan bahwa tafsir adalah menjelaskan

dan menerangkan tentang keadaan al-Qur‟an dari berbagai kandungan yang

dimilikinya kepada apa yang dikehendaki oleh Allah sesuai kemampuan penafsir.

C. Ragam Metode Penafsiran di Indonesia

Dinamika studi tafsir al-Qur‟an terus berkembang seiring munculnya berbagai

problematika kehidupan. Untuk mendapatkan penyelesaian dari berbagai macam

permasalahan yang muncul, maka para mufassir membutuhkan suatu metode

tertentu dari ayat-ayat al-Qur‟an berdasarkan kaidah-kaidah yang telah lama ada.

Tentunya juga metode yang digunakan oleh para mufassir pasti sangatlah

beragam, serta tidak bisa terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari sebuah

13

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Semarang: PT Pustaka Rizki

Putra, 2002), h. 209. 14

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), h.

66.

Page 42: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

28

metode tersebut. Perbedaan latar belakang sosial seorang mufassir, keilmuan yang

mereka miliki, serta kebudayaan yang merupakan keberagaman dalam penafsiran.

Metode penafsiran al-Qur‟an ialah suatu cara yang sistematis dengan

menggunakan kacamata tertentu yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur‟an.15

Dalam studi tafsir, setidaknya ada empat metode yang cukup populer

dikalangan mufassir, yaitu metode Ijmali, Tahlili, Muqarran, dan Maudhu’i.

Dalam buku Wawasan Baru Ilmu Tafsir karya Nashruddin Baidan

menegaskan bahwa, ada perbedaan diantara empat metode. Metode global dan

analisis mempunyai bentuk yang sama, terutama penalaran dan proses berfikir,

perbedaannya pada wacana. Metode global, wacana dan ruang lingkupnya sedikit

dan sempit, dan digambarkan dengan garis lurus kecil. Metode analisis,

wacananya banyak dan ruang lingkupnya sangat luas dan digambarkan seperti

garis lurus besar. Kemudian pola narasi pemikiran metode muqarran,

digambarkan seperti bentuk area yang bundar melingkar, sehingga membentuk

tataran horizontal yang lebih luas. Artinya mengisyaratkan bahwa wacana yang

dikembangkan mengacu kepada informasi yang banyak kepada pembaca.

Sedangkan metode tematik ruang lingkupnya relatif sempit, artinya satu judul

dalam kajiannya secara mendalam dan tuntas, digambarkan tegak lurus menukik

ke dalam, semakin ke dalam semakin lancip dan bertemu kepada satu titik. Ini

menggambarkan bahwa, tafsir tematik menyelesaikan permasalahan secara tuntas

15

Thameem Ushama, Metodologi Tafsir al-Qur’an, Kajian Kritis, Objektif dan

Komprehensif (Jakarta: Riora Cipta, 2000), h. 2.

Page 43: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

29

dan dapat dijadikan sebagai pegangan dan di abad modern, para ulama lebih

mengacu kepada metode tematik. 16

Metode Ijmali atau global ialah menjelaskan ayat-ayat al-Quran secara ringkas

tapi mencangkup, dengan bahasa populer, mudah dimengerti, dan enak dibaca.

Sistematika penulisanya menuruti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Disamping

itu, penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Quran sehingga pendengar

dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar al-Qur‟an padahal yang

didengarnya itu adalah tafsirannya. Kitab Tafsir Al-Quran al-Karim karangan

Muhammad Farid Wajdi, Al-Tafsir al-Wasith terbitan Majma‟ al-Buḫȗts al-

Islamiyyȃt dan Tafsir al-Jalalain serta Taj al-Tafȃsir karangan muhammad

Utsman al-Mirghani, masuk kedalam kelompok ini.17

Ali Hasan mengemukakan bahwa metode Ijmali adalah menafsirkan al-Qur‟an

dengan secara singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar. Dengan metode ini,

para mufassir menjelaskan arti dan maksud ayat dengan singkat, hal ini dilakukan

terhadap ayat-ayat al-Qur‟an ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan

urutannya dalam mushaf.18

Metode Tahlili atau analisis ialah menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan

memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat ayat yang ditafsirkan itu

serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan

keahlian dan kecendrungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Dalam

16

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), h.

382-383. 17

Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, h. 13. 18

Ali Hasan al- Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 73-74.

Page 44: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

30

metode ini, biasanya mufasir menguraikan makna yang dikandung oleh al-Quran,

ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan urutannya didalam mushaf.19

Pengertian yang senada juga disampaikan oleh Ali Hasan dari segala segi dan

maknanya. Pada metode Tahlili terdapat pula kelebihan yaitu ruang lingkup yang

luas, dan memuat berbagai ide yang artinya mufassir dapat mencurahkan ide-ide

dan gagasannya dalam menafsirkan al-Qur‟an. Adapun kekurangannya meliputi

beberapa hal, yaitu menjadikan petunjuk al-Qur‟an secara parsial atau terpecah-

pecah seakan-akan tidak utuh dan konsisten, kemudian melahirkan penafsiran

yang subjektif yang artinya sesuai dengan kemauan hawa nafsunya, dan masuknya

pemikiran israiliat yang bersifat kisah-kisah atau cerita-cerita.20

Metode Muqarran atau komparatif tidak berbeda pendapat mengenai definisi

metode ini. Dari berbagai litaratur yang ada, dapat dirangkum bahwa yang

dimaksud dengan metode komparatif ialah: 1) membandingkan teks (nash) ayat-

ayat al-Quran yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus

atau lebih, dan atau memiliki redaksi berbeda bagi satu kasus yang sama; 2)

membandingkan ayat al-Quran dengam hadis yang pada lahirnya terlihat

bertentangan; dan 3) membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam tafsir

dalam menafsirkan al-Quran. Dari definisi itu terlihat jelas bahwa tafsir al-Quran

dengan menggunakan metode ini mempunyai cakupan yang teramat luas, tidak

hanya membandingkan ayat dengan hadist serta membandingkan pendapat para

mufasir dalam menafsirkan suatu ayat.21

19

Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, h. 31. 20

Ali Hasan al- Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 53-61. 21 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, h. 65.

Page 45: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

31

Secara operasional, pendapat Ali Hasan mengartikan Muqarran sebagai

metode yang ditempuh oleh mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat,

kemudian dilakukan proses penafsiran yang berbeda-beda, yang berdasarkan

riwayat Nabi saw, para sahabat, dan tabi‟in atau berdasarkan ijtihad para mufassir

yang saling mengemukakan pendapatnya.22

Yang dimaksud dengan metode Maudhu’i atau tematik ialah membahas ayat-

ayat al-Quran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat

yang berkaitan, dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari

berbagai aspek yang terkait denganya, seperti asbab al-nuzul, kosakata, dan

sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-

dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik

argumen itu berasal dari al-Quran, hadis, maupun pemikiran rasional.23

Cara lain yang ditempuh dalam metode Maudhu’i yaitu penafsiran yang

dilakukan mufassir dengan cara mengambil satu surah dari al-Qur‟an. Kemudian

surah itu dikaji secara keseluruhan, dari awal sampai akhir, kemudian

menjelaskan tujuan serta menghubungkan antara tema yang dikemukakan pada

ayat-ayat dari surah tersebut, sehingga jelas bahwa surah tersebut memiliki satu

kesatuan dan merupakan rantai emas yang saling menyambung, sehingga menjadi

satu kesatuan yang kokoh.24

22

Ali Hasan al- Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 73-74. 23

Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, h. 151. 24

Ali Hasan al- Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 78-79.

Page 46: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

33

BAB IV

ANALISIS PENAFSIRAN SURAH AL-FATIHAH

A. Tinjauan Umum Surah al-Fatihah

Surah al-Fātiḥah adalah kalam dan wahyu ilahi, wahyu Allah yang

diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya tertulis dan terbaca, bahkan ada pula yang

tak tertulis maupun terbaca.1 Surah al-Fātiḥah adalah satu surah dalam al-Qur‟an

yang memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan manusia. Surah ini wajib dibaca

minimal tujuh belas kali sehari semalam oleh setiap muslim dalam shalatnya.

Dalam surah ini digambarkan proses komunikasi antara hamba dengan Rabb-Nya.

Proses komunikasi transenden tersebut menjadi dasar pola komunikasi dari setiap

muslim dengan orang lain.2

Surah al-Fātiḥah juga merupakan surah yang paling mulia karena

merupakan pintu gerbang dari pembuka al-Qur‟an. Karen itu, tak salah jika

Quraish Shihab menyebutnya sebagai “Mahkota Tuntutan Ilahi”, sebagai

mahkota, sudah tentu seluruh hal-hal yang terkandung dengan al-Qur‟an sudah

tertulis dalam kandungan al-Fatihah.3 Surah al-Fatihah tercermin dari beberapa

hadits Nabi, diantaranya yang menyatakan tidak sah shalat bagi orang yang tidak

membaca al-Fatihah.

Penafsiran al-Qur‟an secara runtun dari surah al-Fatihah hingga an-Nȃs

atau mengikuti pola mushaf 30 juz dalam al-Qur‟an, semakin berkembang di

1 Muhammad Alcaff, Tafsir Populer al-Fātiḥah (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2018), h.

28. 2 Mubarok, Kontruksi Teori Komunikasi Dalam Tafsir al-Qur‟an Surah al-Fātiḥah

(Semarang: Fakultas Ilmu Komunikasi Unissula Semarang, Agustus 2013- Januari 2014.), h. 32. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati. 2007), h. 3.

Page 47: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

34

Indonesia. Setidaknya dapat dikatakan bahwa tafsir Tarjuman al-Mustafid sebagai

peletak dasar penafsiran al-Qur‟an secara lengkap di Nusantara. Selain banyak

tafsiran yang ditulis lengkap 30 juz, ada pula mufassir yang konsen terhadap surah

al-Fatihah saja, misalnya; Tafsir al-Qur‟anul Karim: Surah al-Fatihah karya

Muhammad Nur Idris, Tafsir Surah al-Fatihah karya A. Abhry, Kandungan al-

Fatihah karya Bahroem Rangkuti, Samudra al-Fatihah karya Bey Arifin, Tafsir

Kontemporer Surah al-Fatihah karya Nashruddin Baidan, dan masih banyak lagi.4

Literatur di atas, baik yang menafsirkan al-Qur‟an seutuhnya maupun

hanya fokus pada surah al-Fatihah, menjadi bukti bahwa penafsiran terhadap

surah al-Fatihah dianggap sangat penting dan tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Pasalnya, al-Fatihah merupakan surah pembuka dalam mushaf al-Qur‟an. Al-

Fatihah juga terhitung istimewa karena merupakan induk al-Qur‟an (Umm al-

Qur‟an) dan induk Kitab (Umm al-Kitab), seluruh kandungan al-Qur‟an

terhimpun dalam al-Fatihah. Oleh sebab itu, sangat menarik jika mengungkap

tentang penafsiran terhadap surah al-Fatihah dan melihatnya melalui perspektif

mufassir Indonesia. 5

Surah al-Fātiḥah memiliki kedudukan yang tinggi dalam ajaran Islam. Karena

al-Fātiḥah merupakan surat yang paling Agung dalam al-Qur‟an. Abu Sa‟id bin

al-Mu‟alla, meriwayatkan bahwa.

“Ketika aku sedang shalat dipanggil oleh Nabi, aku tidak menjawabnya.

Setelah aku shalat aku katakan kepada beliau bahwa aku tadi sedang shalat.

Lalu beliau bersabda, “Bukankah allah telah berfirman: Jawablah seruan

Allah dan Rasulnya apabila ia (Allah dan Rasul-Nya) menyeru kamu” (al-

Anfāl [8]: 24). Kemudian beliau berkata: “Ingatlah aku akan mengajarkan

kepadamu satu surat yang teragung di dalam al-Qur‟an sebelum kamu

keluar masjid ini.” Beliau memegang tanganku, tatkala kami hendak keluar

4 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutik hingga Ideolog

(Yogyakarta: LKiS, 2013), h. 46. 5 Usman, Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 273.

Page 48: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

35

masjid itu aku berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau tadi

mengatakan: Ingatlah aku akan mengajarkanmu satu surat yang teragung di

dalam al-Qur‟an.”

ثان، و [ »2قال: }احلمد للو رب العالمني{ ]الفاحتة:

بع امل «القرآن العظيم الذي أوتيتو ىي الس

Beliau bersabda, “Alḥamdu lillāhi rabb al-„ālamīn. Ia adalah tujuh ayat yang

di ulang-ulang dan al-Qur‟an yang agung telah diberikan kepadaku.” (HR.

Al-Bukhari).6

Kemudian al-Fātiḥah juga surah yang paling utama dalam al-Qur‟an. Al-

Nasā‟ī dalam al-Sunan al-Kubra, Ibn Hibbān al-Hakīm, dan al-Baihaqi

meriwayatkan dari Anās bin Mālik, dia berkata.

“Pada suatu hari Rasulullah dalam perjalanan. Kemudian beliau berhenti

dan turun dari tunggangan beliau. Lalu seseorang turun dari tunggangannya

juga untuk menghampiri beliau. Kemudian bersabda, “Maukah Engkau saya

beritahu surat yang paling utama di dalam al-Qur‟an?” Lalu beliau

berkata: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” Surah al-Fātiḥah

adalah munajat antara hamba dan Rabbnya. Muslim, Abu Daud, at-

Tirmidzi, an-Nasa‟i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah

bahwa Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat tanpa

membaca al-Fātiḥah, maka shalatnya tidak sempurna.” Beliau mengulangi

sabda tersebut sebanyak tiga kali. Lalu Abu Huraira ditanya: “Ketika ikut

imam?” Abu Huraira menjawab: “Jika begitu, bacalah al-Fātiḥah dengan

tidak terdengar oleh orang lain.7

Diriwayatkan dari Ḥasan bin Āli: Pada suatu hari, serombongan orang yahudi

menemui Nabi saw. di antara pertanyaan mereka.

“Kabarkan kepada kami tujuh hal yang Allah berikan kepadamu dan tidak

diberikan kepada Nabi yang lain; Allah berikan kepada umatmu, tidak

kepada umat yang lain?” Nabi bersabda, ”Allah memberikan kepadaku al-

Fātiḥah, azan, jemaah di mesjid, hari Jum‟at, menjaharkan tiga shalat,

keringanan bagi umatku dalam keadaan sakit, safar, shalat jenazah, dan

syafa‟at bagi pelaku dosa besar di antara umatku.”8

Menurut Baidan, untuk memahami dan mengamalkan al-Fātiḥah secara baik

dan benar itu sangat tidak mudah, apalagi mereka yang tidak menguasai bahasa

6 Darwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas, h. 24.

7 Jalāl al-Dīn Al-Suyūṭī, Asbab al-Nuzūl: Sebab Turunnya Ayat al-Qur‟an (Jakarta: Gema

Insani, 2008), h. 22. 8 Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Sufi al-Fātiḥah Mukadimah (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1999), h. 91.

Page 49: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

36

Arab yang baik seperti yang dialami oleh umumnya bangsa non Arab, termasuk

bangsa Indonesia. Dalam konteks inilah penafsiran surah dilakukan, upaya

penafsirkan surah ini didorong oleh suatu maksud yang luhur, yakni ikut

memberikan pencerahan pemahaman al-Fātiḥah bagi umat Islam.9

B. Penamaan dan Latar Belakang Penulisan Tafsir

Surah al-Fatihah adalah surah yang mulia, surah ini memiliki nama yang

cukup banyak dan begitu indah. Dalam al-Jāmi‟ li Ahkām al-Qur‟an, misalnya al-

Qurṭubī (w. 1273M) menyebutkan beberapa nama-nama surah al-Fātiḥah sebagai

berikut;

1. Al-Ṣalāh (shalat),

2. Al-Ḥamdu (segala puji),

3. Fātiḥat al-Kitāb (pembuka kitab),

4. Ummu al-Kitāb (induk kitab),

5. Ummu al-Qur‟an (induk al-Qur‟an),

6. Al-Maṡāni (yang diulang-ulang),

7. Al-Qur‟an Al-Aẓim (Al-Qur‟an yang agung),

8. Al-Syifā‟ (penawar/obat),

9. Al-Asās (fondasi),

10. Al-Ruqyah (mantera/jampi),

11. Al-Wāfiyah (penyempurnaan),

12. Al-Kāfiyah (yang mencukupi).10

9 Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. iv.

10

Darwis Abu Ubaidah, Tafsir al-Asas (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2012), h. 22.

Page 50: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

37

Hasbi menyebutkan nama-nama surah al-Fatihah yang masyhur antara lain,

umm al-kitab, umm al-Qur‟an, sab‟u al-matsani, dan lain sebagainya dan

terkadang hanya disebut al-Fatihah saja. Hasbi menambahkan nama lagi yakni al-

kanz (pembendaharaan), al-wafiyah (yang amat sempurna), al-kafiyah (yang amat

mencakupi), al-hamd (pujian), al-syukru (ucapan terimakasih), al-du‟a (seruan

dan permohonan), al-salat (sembahyang dan doa), al-syafiyah (penyembuhan), al-

syifa‟ (penawaran), dan masih ada beberapa nama lagi.11

Dalam tafsir Hamka

ditambahkan pula dari tafsir Tsa‟labi yang menyebutkan nama al-waqiyah

(pemeliharaan dari kesesatan), akan tetapi Hamka tidak menyebutkan nama al-

kafiyah (yang amat mencukupi) sebagaimana yang disebutkan dalam tafsir Hasbi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kedua tafsir ini sama-sama

menyajikan dan menyuguhkan nama-nama surah al-Fatihah yang beragam. Tetapi

keunggulan dari tafsir Hamka (Tafsir al-Azhar) adalah menyebutkan riwayat dan

menyebut rujukan dari mana ia mengutip nama-nama dari surah al-Fatihah

tersebut.12

Kemudian bernamakan al-Asās (landasan, dasar, sendi), karena surah ini

memang dipandang sebagai sendi dan urat nadi al-Qur‟an. Sedangkan dianamai

Fātiḥat al-Kitāb (pembuka al-Kitab), karena menjadi permulaan atau pembukaan

al-Qur‟an, merujuk buku Tafsīr al-Qur‟an al-Majīd al-Nūr karya Muhammad

Hasbi Ash-Shiddieqy, surah ini menjadi yang pertama diturunkan.13

11

Muhammad, Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsīr al-Qur‟ān al-Majīd al-Nūr, Jil. I (Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), h. 20-21. 12

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2005), h. 69.

13

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsīr al-Qur‟ān al-Majīd al-Nūr, Jil. I (Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), h. 5.

Page 51: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

38

Penamaan Al-Sab‟u al-Maṡāni untuk surah al-Fātiḥah tidak menghalangi

penamaan al-Qur‟an secara keseluruhan dengannya, juga surah-surah yang

terulang. Karena masing-masing darinya mempunyai pengertian makna sendiri-

sendiri. Dan sebagai mana telah dijelaskan di dalam Tafsir al-Ṭabarī, mengenai

kebenaran alasan penamaan surat, dan insya allah akan dijelaskan alasan

penamaan seluruh al-Qur‟an dengan matsani pada pembahasan mengenai

perwakilan surah al-Zumar.14

Dalam buku Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, Baidan telah menjelaskan

al-Fātiḥah dengan menukilkan berdasarkan ayat al-Qur‟an dan Hadits Nabi, maka

tampak jelas bahwa Allah telah memberikan tuntunan yang cukup jelas dan lugas

dalam surah al-Fātiḥah terutama berkenaan dengan prinsip-prinsip akidah, ibadah,

dan mu‟amalah antara hamba dengan Tuhan dan sesama makhluk-Nya. Jadi jelas

bahwa al-Fātiḥah adalah inti dari bacaan shalat itu memainkan perannya yang

sangat umum dalam kehidupan seseorang, karena al-Fātiḥah dapat menjadi suatu

indikasi baik atau buruknya sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi di

tengah masyarakat.15

Dikatakan Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah karya Nashruddin Baidan ini

ikut memberikan pencarahan karena telah banyak penafsiran al-Fatihah yang

ditulis dan dipublikasikan oleh para ahli tafsir baik darri bangsa Indonesia sendiri,

maupun bangsa luar seperti Timur Tengah. Maka dari itu, karya ini ibarat setetes

embun bila dibandingkan dengan lautan karya besar dalam bidang yang sama

yang pernah ditulis oleh para ulama sejak dulu sampai sekarang. Namun dalam

14 Abū Ja‟far Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, Jil. I (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007), h. 195. 15

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012), h. 119.

Page 52: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

39

kesederhanaannya itu ada sesuatu yang baru di dalamnya yaitu muatan-muatan

kontemporer atau kondisi kekinian yang membuat al-Qur‟an itu terasa hidup di

tengah masyarakat dan menuntun mereka dalam meraih kebahagiaan hidup.

berdasarkan pemikiran di atas, maka penulisan tafsir ini terbagi dalam tiga

kelompok. Pertama Mukaddimah, bagian ini merupakan prolog bagi pembahasan

selanjutnya. Kedua Penafsiran, bagian ini merupakan pembahasan dan juga

sistematika penulisan yang diawali dengan mengemukakan teks ayat secara

keseluruhan. Ketiga Penutup, bagian ini berisikan simpulan dari semua kajian dan

fokusnya pada urgensi juga peranan al-Fatihah dalam kehidupan umat; baik secara

individual, maupun dalam bermasyarakat dan berbangsa.16

C. Komparasi Penafsiran Nashruddin Baidan dengan Penafsir Lainnya

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir (w. 1372M) mengatakan bahwa, surah al-

Fātiḥah dinamakan alhamdu dan disebut juga asshalat karena berdasarkan sabda

Nabi saw. dari Allah yang mengatakan.

“Aku bagaikan shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian.

Apabila seorang hamba mengucapkan, “Alḥamdu lillāhi rabbi al-„ālamīn”

(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman.

“Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Banyak yang berselisih paham mengenai

basmallah, apakah merupakan ayat tersendiri sebagai permulaan al-Fātiḥah

seperti yang dikatakan oleh jumhur ulama qurrȃ Kuffah dan sebagainya,

atau merupakan sebahagian dari ayat, atau tidak terhitung sama sekali

sebagai permulaan ayat al-Fātiḥah.17

Dalam skripsi Rofida Ulya,18

menjelaskan bahwa surah al-Fātiḥah adalah

salah satu rukun shalat. Dalam hadits Nabi Muhammad saw. menjelaskan

16

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h.vii-viii. 17

Abū Al-Fida Ismā‟il Ibn Kaṡīr Al-Dimasyqi, Tafsīr Ibnu Kaṡīr Juz I al-Fātiḥah dan al-

Baqarah (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 34. 18

Rofida Ulya, Tafsir Surah al-Fātiḥah Menurut KH. Ahmad Rifa‟i Dalam Kitab Nazam

Tasfiyyah (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,UIN Walisongo Semarang, 2018).

Page 53: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

40

mengenai wajibnya membaca al-Fātiḥah ketika shalat, dan tidak diakui shalatnya

seseorang jika ia tidak membaca al-Fātiḥah, sebagaimana hadistnya,

ث نا س ث نا ابن أب عمر، وعلي بن حجر، قاال: حد ، عن ممود حد نة، عن الزىري فيان بن عي ي امت، عن النب صلى اللو عليو وسلم قال: ال صالة لمن بفاحتة ي قرأ ل بن الربيع، عن عبادة بن الص

الكتاب.“Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Abī Umaral- Makki, Abū

Abdillah al-Adani dan Āli bin Hujrin berkata,telah menceritakan kepada kami

Sufyān, dari Al-Zuhri dari Maḥmud bin Al-Rabi‟ dari „Ubadah bin Al-Ṣamit,

bahwaRasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak adashalat bagi

yang tidak membaca Fātiḥat al-Kitāb (al-Fātiḥah)." (H.R Tirmidzi: 247)

Keistimewaan surah al-Fātiḥah yang merupakan Ummu al-Kitāb atau

induknya al-Qur‟an menjadikan al-Fātiḥah ini penting untuk dipahami. Allah

SWT. berfirman dalam al-Qur‟an surah Ṣād [38]: 29 yang berbunyi;

ر أولو اللباب ب روا آياتو وليتذك كتاب أنزلناه إليك مبارك ليد“Kitab (Al-Qur‟an) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka

menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat

pelajaran.”(Q.S.Ṣād [38]: 20)

Jika pada ayat pertama KH. Ahmad Rifa‟i menjelaskan bahwa Allah Maha

Pengasih di dunia dan akhirat, pada ayat berikut, ia menjelaskan bahwa Allah

adalah Tuhan yang menguasai semesta alam.19

Dalam buku Samudera al-Fātiḥah karya Bey Arifin mengatakan bahwa

ulama besar yang menjadi ikutan ummat berbeda pendata, apakah kelebihan

keistimewaan dari suatu surah atau ayat atas surah dan ayat lainnya dalam kitab

suci al-Qur‟an. Abu Hasan al-Asy‟ari, Imam tentang Ilmu Kalam bagi ahli Sunnah

wal Jamaah, dan banyak ulama besar lainnya yang melarang keras kita

19

Rofida Ulya, Tafsir Surah al-Fātiḥah Menurut KH. Ahmad Rifa‟i Dalam Kitab Nazam

Tasfiyyah, h. 85-86.

Page 54: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

41

mengistimewakan suatu surah. Hal ini dikarenakan bila dikatakan ada surah yang

lebih, tentu ada yang kurang. Tidak mungkin ada suatu surah di dalam al-Qur‟an

yang dianggap kurang penting.20

Tetapi tidak dapat dipungkiri, ada banyak sekali hadits Nabi yang

menerangkan keistimewaan beberapa surah atau ayat di dalam al-Qur‟an, sebagai

contoh, diriwayatkan oleh Ibnṵ Hibbȃn dari Ubay bin Ka‟ab r.a bahwa Nabi saw.

bersabda

يل مثل ام القران وراة واالن وما ان زل اهلل ف الت “Tidak pernah Allah menurunkan di dalam Taurat dan Injil yang menyamai

Ulum al-Qur‟an (al-Fātiḥah)”

فاحتة الكتاب افضل سور القران “Fatihatul Kitab (al-Fātiḥah) adalah surah yang paling atas di dalam al-

Qur‟an”.

Hadits di atas menerangkan tentang keistimewaan dan ketinggian suatu surah

atau ayat di dalam al-Qur‟an atas surah yang lain.

Allah memerintahkan kita untuk membaca surah al-Fātiḥah paling kurang

tujuh belas kali dalam sehari, yaitu pada setiap rakaat shalat wajib yang kita

lakukan, hal ini menunjukkan keagungan kandungan surah al-Fātiḥah. Bey Arifin

mencoba membedah isi kandungan surah al-Fātiḥah secara mendalam dengan

gaya bahasa yang mudah dicerna dan dipahami. Walau hanya terdiri dari tujuh

ayat, namun isi kandungannya bagaikan samudera yang luasnya tiada batas.

Semakin diselami, semakin tampak mutiara ilmu yang berada di dalamnya.

Dalam buku Hidup di Pusaran al-Fātiḥah karya Muhammad Muhyidin,

pandangan ia tentang surah al-Fātiḥah pada ayat kelima telah menyadarkannya

20

Bey Arifin, Samudera al-Fatihah (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1976), h. 1.

Page 55: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

42

bahwa kita sebagai umat Muslim ternyata memiliki paradigma hidup yang begitu

luar biasa. Buku ini dimaksudkan untuk membuktikan kekeliruan yang terjadi

pada hakikat, makna, dan tujuan praktik spiritual seperti yang telah dijelaskan di

dalam artikel atau buku lainnya.21

Kemudian dalam buku Keagungan Surah al-Fātiḥah (Pembuka) Edisi

Bahasa Indonesia karangan Jannah Firdaus, menjelaskan bahwa surah al-Fātiḥah

memiliki kedudukan tinggi dalam al-Qur‟an, karena al-Fātiḥah merupakan surah

yang paling agung. Saking pentingnya surah ini, al-Fātiḥah dicantumkan di awal

mushaf. Oleh karena itu, al-Fātiḥah disebut sebagai “fatihatul kitab” (pembuka al-

Qur‟an), hal ini juga menunjukkan betapa penting dan tingginya kedudukan surah

al-Fātiḥah.22

Dalam buku al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari al-Fatihah dan

Juz „Amma karya M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa al-Fatihah merupakan

mahkota tuntutan ilahi, dinamai juga Ummul al-Qur‟an karena ia adalah induk al-

Qur‟an. Al-Fatihah adalah pelajaran bagi umat manusia, bahkan Allah

mendiktekan kalimat-kalimat surah ini untuk diucapkan oleh manusia. Dengan

memulai kitab-Nya dengan Basmallah, Allah juga mengajarkan manusia untuk

memulai segala kegiatannya dengan mengucapkan Basmallah yang mengandung

makna permintaan pertolongan agar kegiatan itu direstui dan didukung oleh-Nya

karena tiada daya dan upaya yang dapat berhasil tanpa dukungan-Nya. Diperlukan

jalan yang benar yang diajarkan kepada manusia untuk memohon bukan hanya

ditunjuki jalan itu, tetapi dibimbing hingga benar-benar berhasil menelusuri jalan

21

Muhammad Muhyidin, Hidup di Pusaran al-Fatihah (Bandung: PT Mizan Pustaka,

2008), h. 14. 22

Jannah Firdaus, Keagungan Surah al-Fatihah (Pembukaan) Edisi Bahasa Indonesia

(Jakarta: Mediapro Studio, 2019), h. 2.

Page 56: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

43

tersebut yang dilukiskan-Nya sebagai shirāth al-mustaqim, yakni jalan orang yang

yang diberi nikmat-Nya, yaitu jalan luas, lebar, dan lurus. Bukan juga jalan orang

yang sesat karena tidak mengetahui arah yang benar.23

Dalam buku Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah karya Nashruddin Baidan

menjelaskan bahwa, al-Fātiḥah sangat berkenan dengan prinsip akidah, ibadah,

dan mu‟amalah antara hamba dengan Tuhan, dan sesama makhluk-Nya. Bahkan

umat Islam sangat wajib membaca al-Fātiḥah paling tidak tujuh belas kali dalam

sehari. Bila diekuivalenkan dengan kewajiban membaca al-Fātiḥah pada setiap

rakaat shalat, maka berarti setiap satu jam hidup mereka (umat Islam) telah terisi

dengan al-Fātiḥah sebagai wujud rasa syukur serta memohon tuntunan kepada

Allah agar selalu berada dijalan yang lurus.24

Shalat dijadikan barometer untuk mengukur keshalihan seseorang yang

berkaitan dengan eratnya frekuensi bacaan al-Fātiḥah itu dalam keseharian umat

yang bila dirata-ratakan setiap jam dari hidupnya diisi dengan al-Fātiḥah

sebagaimana yang telah dijelaskan. Akan sangat logis apabila shalat dijadikan

tolak ukur keshalihan atau tidaknya seseorang dalam ibadah yang lain seperti

puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Ketiga jenis ibadah tersebut memiliki

frekuensi yang jarang, seperti puasa yang hanya wajib dilakukan setahun sekali,

kemudian zakat yang hanya diwajibkan bagi orang kaya atau orang yang telah

mencapai nisabnya, terlebih lagi haji yang hanya dikhususkan bagi orang yang

mampu saja. Maka dari itu, al-Fātiḥah adalah hal yang paling agung dan wajib

kita baca baik itu dalam shalat ataupun tidak.

23

M. Quraish Shihab, al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fatihahdan Juz

„Amma (Tangerang: Lentera Hati, 2008), h. 8. 24

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012), h. 117.

Page 57: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

44

D. Metode Penafsiran Surah al-Fatihah

1. Penafsiran Term Kunci Surah al-Fatihah

Dalam surah al-Fātiḥah di dalamnya memuat penjelasan tentang seluruh jenis

petunjuk al-Qur‟an dan dasar-dasar akidah Islam secara global yang tercantum

dalam surat lainnya secara terperinci. Surah al-Fātiḥah yang menjadi renungan

orang yang shalat hendaklah mengingat rahmat Allah yang tersebar luas kepada

seluruh alam dan rahmat yang khusus diberikan kepada orang-orang yang beriman

dan bertakwa. Ia yang memuji Allah beserta nikmat-Nya yang melimpah ruah dari

kemurahan rububiyyah-Nya, serta mengingat wujud Allah sebagai Maharaja yang

hakiki yang menguasai Hari Pembalasan dan Hari Perhitungan bagi semua amal

manusia.25

بسم اللو الرحن الرحيم “(Atas nama Allah) yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”.

Kalimat bismillāh terdiri atas sembilan belas huruf dalam lima komponen.

Satu berasal dari kata bantu (huruf) yaitu huruf al-jar (ب) yang terletak di

permulaan bismillāh, dan empat lainnya berasal dari kata yang berbeda.26

Dalam

mengartikan bismillāh, maka akan terasa di dalam diri bahwa tidak ada

kewenangan sedikitpun atas kita untuk menjadi seseorang berkuasa pada alam

raya ini. Dengan pengucapan bismillāh, sekaligus pernyataan secara eksplisit dari

yang bersangkutan terhadap kemahakuasaan Allah dan ketidakberdayaan dia

25

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Fātiḥah, Menemukan Hakekat Ibadah (Bandung:

PT Mizan Pustaka, 2007), h. 15. 26

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah (Yogyakarta: Pustakan

Pelajar, 2012), h.16

Page 58: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

45

sebagai makhluk-Nya, sehingga apapun yang dilakukannya tidak mungkin

terlaksana tanpa iradat dan kudrat-Nya.27

Tentang bismillāh ada di permulaan tiap-tiap surat kecuali surah al-Baraqah

atau at-Taubah tidaklah ada perselisihan Ulama. Golongan yang terbesar dari

Ulama Salaf berpendapat bahwa bismillāh di awal surah adalah ayat pertama dari

surat itu sendiri. Begitulah pendapat para Ulama Salaf Mekkah, baik Fuqaha‟nya

ataupun ahli Qiraatnya.28

al-Raḥmān dan al-Raḥīm secara etimologis kedua kata ini berakar dari kata

yang sama yaitu al-Raḥmah yang berarti “suatu perasaan halus di dalam hati yang

mendorong seseorang untuk menyayangi orang lain”.29

Berdasarkan

pemahamannya al-Maraghi mengatakan bahwa al-Raḥmān menunjuk kepada

orang yang timbul kasih sayang darinya, yang terwujud dalam bentuk curahan

nikmat dan anugerah, sementara al-Raḥīm adalah sumber kasih sayang itu

sendiri.30

Mereka yang meyakini bahwa bismillah bukan bagian dari al-Fātiḥah

seperti kaum Malikiyah dan yang sepaham dengan mereka menegaskan bahwa

bismillāh tidak wajib dibaca di awal al-Fātiḥah dan shalat tetap sempurna, tidak

rusak atau batal tanpa pembacaan bismillāh tersebut.31

احلمد للو رب العالمني “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”

27

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 19. 28

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 86. 29

Ahmad Mushthafa al-Marāghī, Tafsir al-Marāghī (Bairut: Dar al-Fikr, 1974), h. 29. 30

Ahmad Mushthafa al-Marāghī, Tafsir al-Marāghī (Bairut: Dar al-Fikr, 1974), h. 29. 31

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 31.

Page 59: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

46

Kata احلمد dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “segala puji”.

Pujian biasanya diberikan terhadap sesuatu yang memenuhi kriteria baik dan

indah ditinjau dari berbagai aspeknya. Dalam hal ini, semua perlakuan Allah

terhadap makhluk-Nya patut mendapat pujian, bahkan perbuatan yang pada

lahirnya tampak buruk pun pada hakekatnya pantas dipuji, apalagi yang nyata

baik.32

Para ulama tafsir pada umumnya berpendapat bahwa, kata رب dalam ayat

kedua merupakan kata sifat dan berfungsi sebagai keterangan sifat (na‟at) bagi

lafal هلل yang terletak sebelumnya. Dengan demikian, maka terjemahannya ayat

kedua itu menjadi “segala puji bagi Allah pendidik, pengayom, dan penguasa

alam semesta”. Meskipun konotasi kosakata rabb sedemikin luasnya, namun

semuanya berhubungan dengan aktifitas dan proses kehidupan. Maka dari itu,

akan terasa betapa besar peranan yang dimainkan Allah di alam-Nya ini dalam

rangka mendidik, mengayomi, dan mengaturnya.33

Kata العاملني kata jamak dari الع

, para ahli tafsir umumnya mendefinisikan: “segala sesuatu selain Allah, fisik dan

metafisik”. Adapula yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan العاملني ialah

umat manusia, para malaikat, dan makhluk yang berakal lainnya.34

Hamka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan „ȃlamīn ialah makhluk

insani, ditambah dengan malaikat, jin dan syaitan. Tetapi dalam al-Qur‟an itu

sendiri pernah bertemu kata „alamin itu hanya dikhususkan, maksudnya untuk

manusia saja (QS. Al-Hijr [15]: 70). Yaitu ketika kaum Nabi Luth menyatakan

kepada Luth, mengapa dia menerima tamu dengan tidak sepengetahuan mereka,

padahal ia telah dilarang menerima kedatangan orang-orang. Untuk semua

32

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 45. 33

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 46. 34

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 50.

Page 60: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

47

pemelihaaraan, penjagaan, pendidikan, dan perlindungan itulah kita diajar

mengucapkan puji kepada-Nya: “Rabb al-„Ālamīn”, Tuhan seru sekalian alam.35

الرحن الرحيم “Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Secara etimologis kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama yaitu al-

Raḥmān yang berarti “suatu perasaan yang halus di dalam hati yang mendorong

seseorang untuk menyayangi orang lain.” Apabila dihubungkan dengan Allah,

maka yang dimaksudkan adalah “Efek dari rahmat Allah yaitu pengayoman-Nya.”

Meskipun berasal dari kata yang sama, namun para ulama umumnya berpendapat

bahwa al-Raḥmān lebih umum dari al-Raḥīm karena yang pertama mencakup

kasih sayang Allah kepada seluruh penghuni dunia, baik mukmin maupun kafir,

sedangkan yang kedua hanya konotasi kasih sayang Allah khusus kepada orang

mukmin.36

Yang dimaksudkan dari ayat sebelumnya, jika Allah adalah Rabb sebagai

pemeliharan dan pendidik bagi seluruh alam tidak lain maksud dan isi pendidikan

itu, melainkan karena kasih sayang-Nya semata dan karena murah-Nya belaka,

tidaklah dalam memberikan pemeliharaan dan pendidikan itu menuntut

keuntungan bagi diri-Nya sendiri. Pemeliharan yang Dia berikan adalah pertama

karena al-Raḥmān maknanya ialah bila sifat Allah yang Raḥmān itu telah

membekas dan berjalan ke atas hamba-Nya. Maka al-Raḥmān ialah setelah sifat

itu terpaksa pada hamba, dan al-Raḥīm ialah pada keadaannya yang tetap dan

35

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 95. 36

Nashruddin Baidan, TafsirKontemporer Surah al-Fatihah, h. 28.

Page 61: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

48

tidak pernah hilang untuk Tuhan. Dan keduanya itu adalah sama mengandung

akan sumber kata, yaitu “Rahmat”.37

ين مالك ي وم الد“Pemilik (Penguasa) hari Pembalasan”.

Kita mengartikan yang menguasai, apabila Maliki kita baca dengan

memanjangkan Mim pada Māliki. Dan kita artikan “Yang Mempunyai Hari

Pembalasan”, kalau kita baca hanya Maliki saja dengan tidak memanjangkan

Mim, maka dapat kita artikan dengan al-Dīn yang berarti agama, padahal diapun

berarti Pembalasan. Jika tadi seluruh jiwa kita telah diliputi oleh rasa Raḥmāt,

pancaran Raḥmāt dan Raḥīm Tuhan, maka dia harus dibatasi dengan keinsafan,

bahwa betapapun Raḥmān dan Raḥīm-Nya namun Dia adil juga. Maka apabila al-

Raḥmān dan al-Raḥīm telah disambungkan dengan Māliki yaumi al-dīn, barulah

seimbang pengabdian dan pemujaan kita kepada Tuhan. Karena hidup tidak

berhenti hingga kini saja, akan ada sambungannya lagi yaitu hari Pembahasan.38

Kosakata م و ي jamak dari ام ي أ biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan “hari” yang pada umumnya berdurasinya sekitar 12 jam. Di dalam ayat

ini, Allah menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu 12-24 jam.

Kosakata ن ي د berarti agama, ketaatan, pembalasan, dan sebagainya. Semua

konotasinya menggambarkan adanya hubungan antara dua pihak yang satu dengan

yang lebih tinggi dari yang lain atau antara dua pihak yang lebih tinggi dari yang

lain atau atasan dan bawahan. Berdasarkan pemahaman itu, maka frase ن ي الد م و ي di

dalam ayat ini dapat diartikan “hari (waktu) pembalasan”.39

37

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 96.

38

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 100. 39

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 70.

Page 62: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

49

Dalam konotasi yang demikian sangat logis ayat 4 dari surah al-Fatihah diberi

dispensasi untuk dapat dibaca dalam dua versi bacaan, karena hal itu memang

sesuai dengan kenyataan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ayat kedua dari

an-Nas. Ayat ini membicarakan tentang perlindungan kepada Allah dari berbagai

godaan dan gangguan makhluk halus baik yang bertubuh halus seperti jin dan

setan, maupun yang bertubuh kasar seperti manusia. Dalam hal ini, Allah tidak

mau memposisikan diri-Nya secara langsung sepagai pihak pemilik manusia

meskipun secara logika hal itu boleh saja karena langit dan bumi beserta isinya

adalah milik Allah. Dalam pernyataan Allah itu terkandung pesan yang amat

penting, yaitu apabila Allah menyatakan bahwa Dia pemilik manusia, maka dapat

menimbulkan persepsi bahwa semua yang dilakukan manusia adalah pekerjaan

Allah, dan Allah bertanggung jawab penuh atas semua yang dilakukan manusia

baik dan buruknya.40

ياك نستعني إياك ن عبد وإ “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau

(pula) kami minta tolong”.

Pada empat ayat pertama di atas, sangat dominan akan nuansa pujian dan

sanjungan kepada Allah. Allah juga menjelaskan bahwa Dia Maha Pengasih dan

Penyayang. Dengan kasih sayang-Nya yang demikian besar itulah Dia mengatur,

mengayomi, dan mendidik alam semesta dengan segala isinya.

Kalimat iyyāka kita artikan Engkaulah atau boleh dilebih dekatkan lagi

maknanya dengan menyebut hanya Engkau sajalah yang kami sembah. Kata

na‟budu kita artikan “kami sembah” dan nasta‟īnu kita artikan “tempat kami

memohon pertolongan”. Kata na‟budu berpangkal dari kalimat „ibadat dan

40

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, h. 63.

Page 63: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

50

nasta‟īnu berpangkal dari kalimat isti‟ānah. Meskipun telah kita pakai arti dalam

bahasa kita yaitu sembah atau kami sembah, namum hakikat ibadat hanya khusus

kepada Allah. 41

راط المستقيم اىدنا الص“Tuntunlah kami menempuh jalan yang lurus”.

Tuntunan atau petunjuk itu diberikan dengan cara yang halus, santun, dan

lemah lembut. Yang dimaksudkan disini adalah nuansa kasih sayangnya terasa

sangat kental. Cara seperti inilah yang diterapkan Allah di dalam al-Qur‟an dalam

membimbing umat ke jalan yang benar, bahkan dalam berkomunikasi dengan

orang kafir dan musyrik yang terang-terangan mengingkari-Nya pun tetap saja

dipanggil-Nya dengan panggilan yang lembut dan juga sopan.42

Menurut keterangan setengah ahli tafsir, perlengkapan menuju jalan yang

lurus, yang dimohonkan kepada Allah itu adalah, Pertama, al-Irsyād yang artinya

agar dianugerahi kecerdikan dan kecerdasan sehingga dapat membedakan yang

salah dengan benar. Kedua, al-Taufīq yaitu bersesuaian hendaknya dengan apa

yang direncanakan Tuhan. Ketiga, al-Ilḥām yang artinya diberi petunjuk supaya

dapat mengatasi sesuatu yang sulit. Keempat, al-Dilālah artinya ditunjuk dalil-

dalil dan tanda-tanda dimana tempat berbahaya, dimana yang tidak boleh dilalui

dan sebagainya. Dengan ayat ini kepada kita telah ditunjukkan apa yang amat

penting kita mohonkan pertolongan kepada-Nya, mohon ditunjuki jalan yang

lurus.43

41

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 101. 42

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, h. 85. 43

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 107.

Page 64: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

51

صراط الذين أن عمت عليهم غي المغضوب عليهم وال الضالني “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka

(para nabi, shadiqin, syuhada‟ dan shalihin); tidak (jalan) mereka yang

dimurkai dan tidak (pula jalan) mereka yang sesat”.

Ayat ketujuh ini merupakan penjelasan bagi ayat sebelumnya. Bila diamati

dengan seksama, semua penafsiran ulama sebagaimana yang telah dinukilkan di

atas, maka tampak jelas tersimpul dalam ayat ketujuh ini. Berdasarkan penegasan

Allah, maka ketika kita berdoa kepada Allah agar dituntun mendapatkan الصراط itu artinya kita minta dituntun untuk mendapatkan jalan yang pernah ;املستقيم

ditempuh oleh keempat golongan manusia pilihan Allah; itu bukan alan yang

dimurkai dan bukan pula jalan orang yang sesat.44

Allah pernah mengaruniakan nikmat-Nya kepada orang-orang yang telah

menempuh jalan yang lurus itu, maka kita memohon kepada Tuhan agar kita

ditunjukkan pula jalan itu. Adapun jalan orang yang sesat ialah orang yang berani-

berani membuat jalan sendiri diluar yang digariskan Tuhan. Tidak mengenal

kebenaran atau tidak dikenalnya menurut maksud yang sebenarnya.45

Dengan

demikian keberagamaan mereka tidak didasarkan pada emosional agamis semata,

melainkan lebih didasarkan pada pemikiran rasional berlandaskan konsep dan

teori yang matang.

Surah al-Fātiḥah merupakan surah yang terbilang singkat dan pendek, tetapi

surah ini mempunyai kedudukan yang agung dan banyak manfaat yang banyak.

Allah SWT. menyebutkan bahwa selain menurunkan al-Qur‟an yang agung, Ia

juga memberikan tujuh ayat (Surah al-Fātiḥah) kepada Rasulullah saw.

sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman-Nya. Dan Sesungguhnya kami telah

44

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, h. 98. 45

Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I, h. 112.

Page 65: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

52

berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang (Surah al-Fātiḥah) dan

al-Qur‟an yang agung (QS. Al-Hijr [15]: 87).46

2. Sumber Penafsiran

Garis besar sumber penafsiran al-Qur‟an terbagi menjadi tiga bagian, yaitu al-

Qur‟an, al-Hadits, dan ijtima‟ ulama.

i. Penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an

Tafsir bi ma‟tsur juga disebut sebagai penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an,

al-Qur‟an dengan Sunnah Nabi, dan al-Qur‟an dengan pendapat sabahat atau

tabi‟in. Dinamai dengan tafsir bi ma‟tsūr karena dalam menafsirkan al-Qur‟an,

seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan dari masa lalu dari generasi

sebelumnya sampai kepada Nabi Muhammmad saw. Contohnya tafsir al-Qur‟an

dengan al-Qur‟an dalam QS. al-An‟am: 82, yang berbunyi;

هتدون الذين آمنوا ول ي لبسوا إميان هم بظلم أولئك لم المن وىم م“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman menreka

dengan kedzaliman (syirik), karena mereka itulah yang mendapat

keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Kemudian ditafsirkan oleh QS. Luqman [31]: 13, Allah Swt berfirman:

رك لظلم عظيم وإذ قال لقمان البنو وىو يعظو يا ب ن ال تشرك باللو إن الش“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia

memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau

menyekutu Alah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-

benar kedzaliman yang besar.”

Penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an adalah bentuk tafsir yang paling

tinggi. Keduanya tidak diragukan lagi untuk diterima alasannya, pertama karena

46

Muhammad Alcaff, Tafsir Populer al-Fātiḥah (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2018), h.

20.

Page 66: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

53

Allah Swt adalah sumber yang paling benar, yang tidak mungkin tercampur

dengan kebathilan. Kedua karena himmah Rasulullah terhadap al-Qur‟an, yaitu

untuk menjelaskan dan menerangkan.47

ii. Penafsiran al-Qur‟an dengan al-Hadits

Sebagaimana yang telah kita ketahui, hadits berfungsi sebagai penjelasan

terhadap maksud al-Qur‟an. Dalam hal ini, harus memperhatikan tingkatan nilai

sanad dan matan hadits. Nabi yang menerima al-Qur‟an dan ditugaskan oleh Allah

untuk menjelaskan al-Qur‟an dari Allah. QS. al-Nahl [16]: 44;

نات والزبر للناس ما ن زل إليهم ولعلهم ي ت ف بالب ي رون وأنزلنا إليك الذكر لتب ني ك“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur‟an, agar kamu menerangkan pada

umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan

supaya mereka memikirkan.”

Sabda Rasulullah saw.:

ل لكم حلم احلمار الىلى وال كل ذى بع وال لقطة معاىد إال أن أال ال ي ناب من السها صاحب ها يست غن عن

“Ketahuilah, tidak halal bagi kamu daging keledai jinak, dan tidak halal

pula semua yang bertaring dari sebagian binatang buas, tidak pula halal

bagi kamu temuan milik orang kafir mu‟ahad (yang terikat perjanjian

dengan kaum muslimin), kecuali jika pemiliknya tidak memerlukannya

lagi.”

iii. Penafsiran al-Qur‟an dengan Ijtihad Sahabat

Setelah Nabi, orang yang paling mengetahui konteks diturunkannya ayat serta

kondisi yang menuntun diturunkannya ayat-ayat tersebut, maka sebahagian

47

Abdurrahman Hakim, “Tafsir al-Qur‟an dengan al-Qur‟an Studi Analisis-Kritis dalam

Lintas Sejarah”, artikel ini diakses pada tanggal 5 Mei 2019 pukul 11:35

http://pps.iiq.ac.id/jurnal/index.php/MISYKAT/article/view/32/18

Page 67: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

54

membicarakan diri Nabi. Akan tetapi harus digaris bawahi bahwa para sabahat

mempunyai kemampuan al-Ṭaqah yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur‟an. Di

sisi lain, pemahaman para sahabat terhadap al-Qur‟an pun begitu dalam, sehingga

mereka tidak akan beralih pada suatu ayat yang mereka mampu memahami dan

mengamalkannya.48

iv. Penafsiran al-Qur‟an dengan Ijtihad Tabi‟in

Tabi‟in secara historis adalah murid para sahabat. Merekalah yang secara

bertahap merupakan orang yang paling otoritatif dalam menafsirkan al-Qur‟an

setelah Rasulullah dan para sahabat. Para tabi‟in yang populer tiada lain adalah

murid-murid Ibn „Abbās, Abdullah bin Mas‟ūd, dan Ubay bin Ka‟ab. Di

antaranya adalah Mujāhid serta Sa‟īd bin Jubair dan Qatādah. Mujāhid mengakui

bahwa dia bertanya kepada Ibn „Abbās perihal tafsir dari surah al-Fātiḥah sampai

akhir surat. Pengakuan Mujāhid ini ditekankan oleh riwayat dari Ibn Abī Mālikah

dan Sufyān al-Tsaurī. Sampai-sampai orang terakhir ini mengatakan bahwa

apabila seseorang mencari penafsiran yang otoritatif maka cukuplah baginya tafsir

dari Mujāhid.49

v. Dari karya-karya Tafsir Klasik

48

Sholih „Abd al-Fattah al-Khalid, Ta‟rif al-Darisin bi Manahij al-Mufassirin (Damaskus:

Dar al-Qalam), h. 203. 49

Sholih „Abd al-Fattah al-Khalid, Ta‟rif al-Darisin bi Manahij al-Mufassirin, h. 203.

Page 68: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

55

Dalam bukunya Jalāl al-Dīn „Abd al-Raḥmān al-Suyūṭī yang berjudul al-

Jāmi‟ al-Saghīr fī al-Aḥādīts al-Basyir al-Nadzir, menjelaskan bahwa pengucapan

اهلل م س ب itu sekaligus merupakan pernyataan secara eksplisit dari yang

bersangkutan terhadap kemahakuasaan Allah dan ketidakberdayaan dia sebagai

makhluk-Nya, sehingga apapun yang dilakukannya tidak mungkin terlaksana

tanpa iradat dan kuasa-Nya. Dikarenakan keikutsertaan Allah kedalam setiap

perbuatan yang dilakukan itulah maka hasil yang diperoleh dari perbuatan tersebut

menadi berkah dan bermanfaat baik bagi diri sendiri, maupun bagi masyarakat.50

Dalam bukunya Abȗ Ja‟far Muḫammad bin Jarīr aṭ-Ṭabarī yang berjudul

Jāmi‟ al-Bayān fī al-Ta‟wīl al-Qur‟an mengatakan bahwa seorang konglomerat

disebut „rabb al-māl‟ (tuan harta) karena ia seorang pemilik, pemelihara dan

pengayoman harta.

Kemudian dalam bukunya Muhammad bin Yusuf bin Hayyan al-Andalusi

yang berjudul al-Bahr wa al-Muhit memaparkan kosa kata اط ر ص adalah bahasa

Arab resmi (fushha). Kata ini biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dengan “jalan”. Secara etimologi ia berasal dari اط ر ص (sirāth) yang berarti

“menelan”. Jalan raya yang disebut اط ر ص karena dia mampu menampung banyak

kendaraan dan apa saja yang berada di atasnya, sehingga seakan-akan jalan itu

menelan semuanya.51

50

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fatihah, h. 19. 51

Nashruddin Baidan, Tafsir Kontemporer Surah al-Fātiḥah, h. 92.

Page 69: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari segi teknik penulisan, sistematika penyajian tafsir yang digunakan

adalah berdasarkan urutan tartīb al-āyat. Kemudian dalam bentuk penyajiannya,

tafsir ini termasuk perpaduan antara global dan ilmiah. Kemudian tafsir

kontemporer surah al-Fātiḥah ini menggunakan corak kebahasaan (lughawī), ia

menjelaskan ayat per ayat dengan sangat rapi dan juga menarik, ia juga

menjabarkan (i’rāb) kata demi kata dengan sedemikian rupa. Sehinnga sangat

mudah untuk dipahami pembaca. Nashruddin Baidan merupakan seorang

akademisi yang bergelut dalam tafsir dari tahun 1986.

Nashruddin Baidan berusaha memahami al-Qur’an dengan cara

mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qur’an secara teliti, selanjutnya

menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh al-Qur’an tersebut dengan gaya

bahasa yang indah dan menarik, kemudian pada langkah berikutnya penafsir

berusaha menghubungkan nas-nas al-Qur'an yang tengah dikaji dengan kenyataan

sosial dan sistem budaya yang ada. Pembahasan tafsir ini tidak sepi dari

penggunaan istilah-istilah ilmu dan teknologi, dan tidak akan menggunakan

istilah-istilah tersebut kecuali jika dirasa perlu dan hanya sebatas kebutuhan.

Menurut peneliti, Baidan juga menggunakan corak tafsir ‘Ilmi yang berusaha

menjelaskan istilah-istilah ilmiah yang terdapat dalam surah al-Fātiḥah.

Page 70: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

57

B. Saran-Saran

1. Seharusnya para sarjana Muslim di Indonesia lebih ikut andil terhadap

pengembangan studi al-Qur’an, terutama dalam bidang metodologi tafsir,

bukan hanya meneliti metodologi tafsir di Timur Tengah saja tetapi juga

harus meneliti karya-karya ulama-ulama di Indonesia yang tidak kalah

produktifnya.

2. Bukan hanya Nashruddin Baidan yang harus dibahas, akan tetapi lebih

banyak lagi mufassir Indonesia yang telah menghasilkan karya, yang tidak

tampak atau tidak muncul di permukaan.

Page 71: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

58

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Halim Muhammad. Memahami al-Qur’an dengan Metode Menafsirkan al-

Qur’an dengan al-Qur’an. Bandung: Penerbit Marja, 2012.

Ali, M. Sayuti. Metode Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia. Cileduk: Mazhab Ciputat, 2013.

Anshori. Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2013.

Azhar, Rizqi Ali. Penafsiran Surat Al-Fatihah Menurut Muhammad Romli dan

Moh E. Hasim (Studi Komperatif atas Tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci

Lenyepaneun). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Baidan, Nashruddin.Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2012.

-------, Tafsir al-Qur’an di Indonesia. Tiga Serangkai: Pustaka Mandiri, 2002.

-------, Tafsir Kontemporer Surat al-Fatihah. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.

-------, Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.

Fauzi, Ahmad. Safwat Al-Tafasir. Studi Analisis Metodologi Penafsiran Al-

Qur’an Karya Al- Sabuni. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2010.

Farmawy, Abu al-Hayy. al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’iy. Mesir: Maktabah

al-Jumhuriyyah, 1977.

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutika hingga Ideologi.

Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2013.

Hafidzoh, Ummu. Metode Tafsir Maudhu’i Muhammad Al-Ghazali (Analisis

Terhadap Kitab Nahwa Tafsir Maudhu’i li Suwar al-Qur’an al-Karim).

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Halim, Muhammad Abdul. Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Terj.

Rofik Suhud. Bandung: Merja, 2012.

Irwan. Analisis Metodologi Tafsir Al-Fatihah karya Achmad Chodim. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000.

Irsyadunnas. Hermeneutika Femenisme Dalam Pemikiran Tokoh Islam

Kontemporer. Yogyakarta: Kaukaba, 2014.

Irvan. Konsep Ibadah Dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Fatihah 1-7. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Page 72: METODE PENAFSIRAN TAFSIR KONTEMPORER SURAH AL- …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46458/... · 2019-08-03 · menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam

59

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2011.

Kamalia, Wilda. Literatur Tafsir Indonesia (Analisis Metodologi dan Corak

Tafsir Juz ‘Amma As-Sijaru ‘I Wahhaj Karya M. Yunan Yusuf). Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Karyadi. Studi Komperatif Aspek-Aspek Metodologis Penafsiran Al-Qur’an

Menurut Fazlur Rahman dan Hasan Hanafi. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2003.

Mattson, Ingrid. Ulumul Qur’an Zaman Kita. Jakarta: Zaman, 2013.

M. Federspiel, Howard. Kajian al-Qur’an di Indonesia; Dari Mahmud Yunus

hingga Quraish Shihab, terj. Tajul Arifin. Bandung: Mizan, 1996.

Mubarak, Muhammad Syahrul. Kontektualisasi Surat Al-Fatihah Dalam Tafsir

At-Tanwir Muhammadiyah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2017.

Nawawi, Rif’at Syauqi. Kepribadian Qur’an. Jakarta: Amzah, 2011.

Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Edisi Kedua. Bandung: Mizan, 2013.

Soetari, Adiwikarta Endang. Pengantar Ilmu Tafsir Al-Qur’an. Bandung:

Yayasan Amal Bakti, 2013.

Syafiie, Inu Kencana. Filsafat Al Fatihah. Bandung: Pustaka Al-Fikriis, 2009.

Ulya, Rofida. Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut KH. Ahmad Rifa’i Dalam Kitab

Nazam Tasfiyyah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Yuniar, Rena. Analisis Metodologi Tafsir Pase: Kajian Surat Al-Fatihah dan

Surat-Surat dalam Juz ‘Amma: Paradigma Baru. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005.