METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA TERHADAP ... · METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA...
Transcript of METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA TERHADAP ... · METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA...
ii
METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK DI RT 01 KELURAHAN BARU
TENGAH KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT KOTA BALIKPAPAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
AYU FARADILLA NIM : 105270014215
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Ayu Faradilla. 105270014215. 2020. Metode Komunikasi Antarpribadi
Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru
Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan (dibimbing oleh Dr.
Dahlan Lama Bawa, M. Ag dan Meisil B. Wulur, S.Kom, M.Sos,I)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) Bagaimana akhlak
anak-anak di Kelurahan Baru Tengah, 2) Bagaimana metode komunikasi
antarpribadi orang tua terhadap pembentukan akhlak anak di RT 01
Kelurahan Baru Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan.
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif analisis, yakni memberikan
gambaran dari temuan-temuan lapangan yang berhubungan dengan objek
penelitian dan juga gambaran mengenai subjek penelitian dan didukung
oleh metodologi dan teoritis yang kuat yang sesuai dengan disiplin
keilmuan yang ditekuni diantaranya 1) Lokasi dari objek penelitian yaitu di
RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota
Balikpapan, 2) Fokus penelitian, 3) Sampel sumber data sifatnya
purposive lebih menekan pada kualitas informasi, kredibilitas dan
kekayaan infromasi yang dimiliki oleh informan atau partisipan, 4)
Instrumen penelitian yaitu, a) Buku catatan b) Tape recorder (video/audio)
c) Kamera d) Peneliti, 5) Teknik pengumpulan data yaitu a) Observasi b)
Wawancara c) Dokumentasi, 6) Teknik analisis data yaitu a) Reduksi b)
Display data c) Verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini adalah 1)Metode komunikasi
antarpribadi orang tua dengan anak kebanyakan bertolak belakang dari
metode komunikasi yang disebutkan dalam Alqur‘an dan Sunnah, 2)
Akhlak anak-anak RT 01 terhadap Allah dan lainnya masih terhitung atau
tergolong kurang baik.
Implikasi dari penelitian ini ialah bagi orang tua hendaknya sadar
akan pentingnya penerapan metode komunikasi yang baik dan benar
yang nantinya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang
pengaruhnya yakni terhadap pembentukan akhlak anak, bagi tokoh
agama hendaknya mampu bekerjasama dengan orang tua dalam
menerapkan nilai-nilai keislaman dalam mendidik anak, bagi pemerintah
setempat hendaknya dapat bekerjasama dengan berbagai pihak terkait
(oran tua dan tokoh agama) dalam perbaikan akhlak anak-anak
kedepannya, seperti pengadaan parenting rutin kepada masyarakat
terutama orang tua.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamulillahirabbil „Alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Dzat yang
Maha Pemurah dan Penyayang, yang tidak akan pernah kecewa seorang
hamba ketika menggantungkan harapan kepada-Nya, Dialah Allah
Subhanahu wa Ta‟ala, atas rampungnya tulisan ini. Salam serta shalawat
penulis curahkan kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam, manusia
termulia yang menjadi panutan terbaik sepanjang masa. Shalawat serta
salam juga penulis curahkan kepada keluarga-keluarga beliau, istri-istri
beliau, sahabat-sahabat serta shahabiyah, para tabi‘in dan tabi‘ut tabi‘in,
serta orang-orang yang senantiasa istiqomah dijalan yang haq ini hingga
takdir Allah berlaku atas diri-diri mereka.
Penulis sadari tulisan ini tentu sangatlah jauh dari kata sempurna, namun
inilah usaha terbaik yang telah penulis lakukan. Dibalik baiknya tulisan ini,
tentulah ada sederetan nama yang berjasa.
Untuk ibundaku tersayang, ibu Mas‟ati yang selalu bersabar mendampingi
penulis selama ini. Jazaakillah khairan, kesabaranmu membuatku lebih
mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Kemudian untuk laki-laki tangguh
yang selalu menyemangatiku, ayahku tercinta bapak Bakri, yang tidak
pernah menampakkan lelah dan letihnya menghidupi keluarga terutama
penulis. Jazaakallah khairan, semangatmu menyadarkan penulis akan arti
sebuah perjuangan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Syekh Dr. (HC) Mohammad MT. Khoory, selaku Donatur Yayasan
Muslim Asia (AMCF).
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku dekan Fakultas Agama
Islam.
4. Dr. H. Abbas Baco Miro, Lc.,MA., selaku ketua Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam.
5. Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag selaku pembimbing satu penulis.
6. Dr. Meisil B. Wulur,S.Kom.I.,M.Sos.I, selaku pembimbing dua
penulis.
7. Segenap dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya
pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
Terima kasih pula kepada kakak yang selalu setia menemani dan
membantu penulis, kak Nana Alfiana, S.Pd.I., teman-teman seperjuangan
di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, serta seluruh civitas akademik
Ma‘had Al-Birr Unismuh Makassar.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, tentunya masih terdapat begitu
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini. Sehingga penulis
mengarapkan kritik dan saran yang membangun dari pembimbing dan dari
berbagai pihak. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi penulis pribadi.
Makassar, 10 Rabi‘ul Awwal 1442 H 27 Oktober 2020 M
Ayu Faradilla NIM : 05270014215
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii BERITA ACARA MUNAQASYAH ....................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. v ABSTRAK ........................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7 D. Tinjauan Pustaka....................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 9 A. Metode Komunikasi ................................................................... 9
1. Pengertian Metode Komunikasi ........................................... 11 2. Tipe atau Jenis Metode Komunikasi .................................... 15 3. Komunikasi Orang Tua ........................................................ 19
B. Akhlak ....................................................................................... 32 1. Pengertian Akhlak ................................................................ 35 2. Ruang Lingkup Akhlak ......................................................... 38 3. Pembentukan Akhlak ........................................................... 41
C. Anak .......................................................................................... 53 1. Pengertian Anak .................................................................. 54 2. Fase Perkembangan Anak .................................................. 55 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak ..... 59
D. Kerangka Konseptual ................................................................ 60 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 63
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 63 B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 64 C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ...................................... 64 D. Pendekatan Penelitian .............................................................. 66 E. Sampel Sumber Data ................................................................ 67 F. Instrumen Penelitian.................................................................. 68 G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 69 H. Teknik Analisa Data .................................................................. 71
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL .................................................. 74
A. Profil Lokasi ............................................................................... 74 B. Hasil Penelitian ......................................................................... 78
1. Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah ............................................................................................. .78
x
2. Perilaku Anak-anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah ........ 102 BAB V PENUTUP ................................................................................ 109
A. KESIMPULAN ........................................................................... 109 B. SARAN ...................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 112 LAMPIRAN .......................................................................................... 117 RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkomunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting dan
dibutuhkan dalam kelangsungan hidup manusia. Sehingga sangat tidak
mungkin jika ada seseorang yang tidak membutuhkan komunikasi dalam
kelangsungan hidupnya, bahkan hewan pun saling berkomunikasi satu
sama lain untuk menjalankan fungsinya. Kemudian, seperti yang kita
ketahui bahwa manusia memiliki fungsi sebagai pembawa amanah dari
Allah di muka bumi ini (khalifah), sehingga komunikasi yang baik dan
benar tentu akan mempermudah manusia menjalankan fungsinya.
Kembali kepada pembahasan awal bahwa manusia memiliki fungsi
sebagai pembawa amanah, jika dikerucutkan kedalam bentuk yang lebih
sederhana atau kedalam konteks dengan cakupan yang lebih sempit
contoh amanah disini yang dapat kita ambil yakni anak. Dikatakan bahwa
anak merupakan titipan yang berarti ia merupakan amanah untuk kedua
orang tuanya.
Islam memberikan kuasa dan hak kepada orang tua untuk
mengasuh anak-anaknya. Artinya, orang tua diberi kuasa oleh Allah Ta‘ala
atas anak-ananya dalam perihal pengurusan sandang, pangan,
kesehatan, tempat tinggal, pengajaran dan pendidikan. Orang tua adalah
pemegang amanah Allah Subhanahu wa Ta‟ala. oleh karena itu orang tua
2
wajib memperkenalkan anak-anaknya kepada Allah Ta‘ala, para
malaikatNya, para rasul dan kitab-kitabNya.
Orang tua juga wajib mengenalkan mereka tentang barang-barang
dan makanan yang halal dan yang haram serta surgadan neraka. Orang
tua diwajibkan pula mengajarkan anaknya untuk melaksanakan berbagai
perintah dan menjauhi segala laranganNya.1 Maka itu semua dapat
terwujud dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan
anak.
Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan
hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi,
individu tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam
lingkungan sosialnya.2Karena pentingnya komunikasi sehingga seiring
berjalannya waktu istilah komunikasi pun semakin banyak dikaitkan atau
dihubungkan dengan beberapa ilmu, salah satunya yang akan penulis
bahas yakni komunikasi yang berkaitan denganparenting.
Komunikasi yang baik dan produktif akan terjadi jika orang tua mau
menyelami anak-anaknya sehingga bisa berbicara pada waktu yang tepat
dan tidak membuat anak salah paham akan maksud pembicaraan orang
tua.Untuk memperoleh komunikasi yang baik dan produktif maka
dibutuhkan metode komunikasi yang baik dan produktif pula. Sehingga
1 Karimah Hamzah, Islam Berbicara Soal Anak, ( cet I; Jakarta : Gema Insani Press,
1991), h. 65
2 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, ( cet I; Jakarta : Kencana, 2006 ), h. 140
3
dari semua itu maka akan tercapai misi orang tua terhadap pembentukan
akhlak anak-anaknya.
Dalam komunikasi kemungkinan terjadi berbagai penafsiran
terhadap tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, komunikasi dapat
menghasilkan suatu kerja sama, tetapi sebaliknya dapat pula
menghasilkan pertikaian karena kesalahpahaman.3 Dengan begitu,
komunikasi harus mendapat perhatian semaksimal mungkin. Manajemen
komunikasi yang baik diharapkan tidak hanya berfungsi menghindari salah
paham, ketersinggungan, bahkan permusuhan, melainkan juga bisa
mengharmoniskan pergaulan sosial maupun hubungan kerja, sehingga
tercipta kondisi yang kondusif.4
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication
berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.5Di
dalam bukunya, Alo Liliweri, M.S. menjelaskan bahwa secara etimologis,
kata ―komunikasi‖ berasal dari bahasa Latin “Comunicare” berarti
mengalihkan atau mengirimkan. Makna kata ―komunikasi‖ juga sebagai
konsep untuk menjelaskan tujuan komunikasi, ―menjadikan semua orang
3 Fredian Tonny Nasdian, Sosiologi Umum, ( cet I; Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2015 ), h. 44
4 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, ( cet II; Jakarta : Erlangga, 2009 ), h.
251-152
5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, ( cet I; Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2009 ), h. 9
4
mempunyai pengetahuan dan perasaan yang sama terhadap suatu hal
(baik secara umum maupun secara rinci)‖.6
Di antara arti komunikasi yang lain adalah suatu proses pertukaran
informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda,
atau tingkah laku.7
Istilah ―komunikasi‖ sudah sangat akrab di telinga namun membuat
definisi mengenai komunikasi ternyata tidak semudah yang diperkirakan.
Stephen Littlejohn mengatakan: Communication is difficult to define. The
word is abstract and, like most terms, posses numerous meanings
(komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata ―komunikasi‖ bersifat abstrak,
seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).8
Muliadi di dalam bukunya menjelaskan, bahwa komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini
dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses dimana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian
yang mendalam.9 Bentuk komunikasi yang digunakan terdiri dari berbagai
cara. Demikian pula dengan sistem yang digunakan. Komunikasi tidak
6 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpersonal, ( cet II; Jakarta : Kencana, 2017 ), h. 2
7 Harjani Hefni, Komunikasi Islam, ( cet I; Jakarta : Kencana, 2015 ), h. 2
8 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, ( cet I; Jakarta : Kencana, 2013 ),
h. 8
9 Muliadi, Komunikasi Islam, ( cet I; Makassar : UIN Alauddin, 2012 ), h. 2
5
hanya sebatas lisan, tulisan, simbol termasuk melalui gambar-gambar
atau metode lainnya.10
Kegiatan komunikasi tidak terlepas dari unsur-unsur komunikasi,
Hamidi, menjelaskan didalam bukunya Teori Komunikasi dan Strategi
Dakwah, bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas komunikator (individu
atau kelompok yang menyampaikan pesan), komunikan (individu atau
kelompok yang menerima pesan verbal dan atau nonverbal dalam bentuk
simbol yang kemudian diubah oleh otak atau pikiran menjadi makna
simbol), pesan (apa yang dikatakan partisipan komunikasi, kata-kata yang
digunakan menyatakan perasaan, pikiran, nada suara dan kecepatan
mengatakan yang dibuat, cara berdiri atau duduk dan gerakan anggota
tubuh yang tampak, ekspresi wajah, bahkan barangkali pakaian, bau serta
sentuhan, semuanya merupakan informasi yang disampaikan), saluran,
media, channel (alat-alat yang digunakan dalam menyampaikan simbol
atau kode), efek (perubahan yang terjadi pada komunikan, baik dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap (cara berpikir, perasaan, kesukaan
dan kecendrungan bertindak, covert), maupun perilaku atau tindakan
nyata atau overt), feedback (umpan balik, respon, reaksi atau jawaban
komunikan terhadap stimuli atau pesan yang dikirimkan oleh komunikator,
apakah respon tersebut sesuai dengan yang dikehendaki komunikator
atau tidak), noise (gangguan baik yang bersifat internal maupun yang
10 Haidir Fitra Siagian, Komunikasi Politik, ( cet I; Makassar : Alauddin Press, 2012 ), h.
5
6
eksternal, sehingga penyampaian pesan tidak dapat diterima secara
jelas).11
Disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi yang termaktub dalam
uraian diatas, ketika diolah dengan metode yang baik atau difungsikan
dengan metode yang baik maka akan mewujudkan keberhasilan dalam
komunikasi, terlebih komunikasi orang tua terhadap anaknya.
Melihat fenomena di atas, maka cukup penting sekali adanya
metode komunikasi orang tua terhadap anak, yang dengannya diharapkan
dapat memberikan efek baik terhadap pembentukan akhlak anak.
Sehingga hal ini membuat penulis tergugah untuk mengangkat
permasalahan tersebut dalam proposal dengan judul “Metode Komunikasi
Antarpribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak Anak di RT 01
Kelurahan Baru Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan”.
Sekilas mengenai kota Balikpapan, ia merupakan sebuah kota
yang terkenal dengan mascot beruang madunya, dan seabrek
penghargaan adipura karena kebersihannya. Kemudian juga terkenal
dengan mottonya yakni Madinatul Iman atau Balikpapan kota BERIMAN
(Bersih Indah Aman dan Nyaman).
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
11 Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, ( cet I; Malang : UMM Press, 2010 ),
h. 3-5
7
1. Bagaimana metode komunikasi antarpribadi orang tua dalam
pembentukan akhlak anak di Kelurahan Baru Tengah Kecamatan
Balikpapan Barat Kota Balikpapan ?
2. Bagaimana akhlak anak-anak di Kelurahan Baru Tengah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui metode komunikasi antarpribadi orang tua dalam
pembentukan akhlak anak di Kelurahan Baru Tengah Kecamatan
Balikpapan Barat Kota Balikpapan.
b. Untuk mengetahui akhlak anak-anak di Kelurahan Baru Tengah.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
informasi bagi orang tua tentang pentingnya komunikasi yang baik
terhadap pembentukan akhlak anak dan sebagai kontribusi atau
sumbangan yang berarti bagi penulis, pendidik dan lain-lain dalam
mengetahui metode komunikasi antara orang tua dengan anak dalam
sebuah keluarga.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengajukan masalah ini sebagai pembahasan
skripsi maka penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran dan
peninjauan terhadap skripsi dan buku-buku yang ada di perpustakaan. Hal
8
ini ditujukan untuk mengidentifikasikan dan mengetahui apakah sudah ada
atau belum karya ilmiah yang membahas dan menulis tentang
permasalahan yang akan penulis teliti, sehingga tidak akan terjadi
pengulangan penelitian dalam permasalahannya. Dari hasil tinjauan
pustaka yang dilakukan tersebut penulis ingin menyatakan hal sebagai
berikut :
1. Dari data-data yang didapatkan melalui perpustakaan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar dan Universitas Muhammadiyah
Makassar penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama.
2. Untuk mendukung kerangka teori dalam penelitian ini, penulis
menggunakan atau mengacu kepada berbagai buku dan referensi
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti antara
lain :
a) Buku Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi
wasallam Mendidik Anak (Elex Media Komputindo 2013).
b) Buku Abdullah Nashih ‗Ulwan, Pendidikan Anak Dalam
Islam(Insan Kamil 2012).
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Komunikasi
Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan
hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi,
individu tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam
lingkungan sosialnya.Sejak manusia dilahirkan, oleh Tuhan ia diberikan
kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi dengan orang lain
atau dengan lingkungan.
Melalui tangisan, tendangan atau senyuman seorang bayi atau
anak kecil belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya. Segera
setelah ia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya terbentuklah
secara perlahan-lahan apa yang disebut kepribadian. Bagaimana
seseorang menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain dan
bagaimana ia menyampaikan pesannya kepada orang lain, menentukan
kepribadiannya.12
Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi oleh caranya
menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Wajah
seorang ibu akan menimbulkan kehangatan bila diartikan si anak sebagai
ungkapan kasih sayang. Wajah yang sama akan melahirkan kebencian
12 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, ( cet I; Jakarta : Kencana, 2006 ),
h. 140
10
bila si anak memahaminya sebagai usaha ibu tiri untuk menarik simpati si
anak yang ayahnya telah direbut.13
Komunikasi dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk
mengubah pikiran atau perasaan atau perilaku orang lain.14Bayangkan
jika hidup tanpa komunikasi. Dalam kajian ilmu sosial (Sosiologi), syarat
terjadinya interaksi sosial adalah adanya (1) kontak sosial; dan (2)
komunikasi. Komunikasi adalah suatu hubungan yang melibatkan proses
ketika informasi dan pesan dapat tersalurkan dari satu pihak (orang dan
benda/media) ke pihak lain.15
Komunikasi yang perlu dikembangkan adalah komunikasi yang
memperhatikan kebutuhan dasar manusia, media informatika yang
digunakan, tatap muka, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dan
peragaan.16Sehingga jika ditarik kepada bagaimana komunikasi orang tua
dapat membentuk akhlak anak, maka metode komunikasi sangatlah
dibutuhkan. Karena membentuk karakter anak atau akhlak anak tidak
semudah yang dikatakan. Semuanya membutuhkan metode komunikasi
yang baik antara orang tua dan anak.
13Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah, h. 140
14Onong Uchjana Effendy, Hubungan Insani, ( cet I; Bandung : Remadja Karya, 1988 ),
h. 55
15 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, , ( cet I; Jogjakarta : Ar Ruzz Media,
2012 ), h. 11
16 Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islami, ( cet I; Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1994 ), h. 43
11
1. Pengertian Metode Komunikasi
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Metode atau metodik
berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos
(jalan atau cara), jadi metode dapat berarti jalan atau cara yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah prosedur atau cara
yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.17 Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica,
artinya ajaran tentang metode.18
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode adalah
cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya) atau cara kerja yang
teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan
mudah guna mencapai maksud yang ditentukan.19
Pengertian komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memengaruhi
pengetahuan atau perilaku seseorang.20 Menurut Nurani Soyomukti,
berbagai sumber menyebutkan bahwa kata komunikasi berasal dari
bahasa Latin communis, yang berarti ‗membuat kebersamaan‘ atau
‗membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih ‗. Akar kata
17 Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, ( cet I; Malang : Kelompok Intrans Publishing, 2015 ), h. 3
18 Munir, Metode Dakwah, ( cet III; Jakarta : Kencana, 2003 ), h. 6
19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, ( cet I; Jakarta : Pusat
Bahasa, 2008 ), h. 952
20 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( cet XIV; Jakarta : Rajawali Pers, 2014
), h. 25
12
communis adalah communico, yang artinya ‗berbagi‘. Dalam hal ini, yang
dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan.21
Komunikasi di dalam bahasa Arab, sering menggunakan istilah
tawashul dan ittishal. Sebagai contoh, Halah Abdul ‗Al al-Jamal ketika
menulis tentang seni komunikasi dalam Islam beliau memberi judul
bukunya dengan Fann at-tawashul fi al-Islam (Seni Komunikasi Dalam
Islam). Begitu juga Abdul Karim Bakkar ketika menulis komunikasi
keluarga beliau memberi nama bukunya dengan al-Tawashul al-Usari
(Komunikasi Keluarga).22
Kata ittishal di antaranya digunakan oleh Awadh al-Qarni dalam
bukunya Hatta la Takuna Kallan (Supaya Anda Tidak Menjadi Beban
Orang Lain). Ketika mendefinisikan tentang komunikasi, Awadh
mengatakan bahwa komunikasi (ittishal) adalah melakukan cara yang
terbaik dan menggunakan sarana yang terbaik untuk memindahkan
informasi, makna, rasa, dan pendapat kepada pihak lain dan
memengaruhi pendapat mereka serta meyakinkan mereka dengan apa
yang kita inginkan apakah dengan menggunakan bahasa atau dengan
yang lainnya.23
Kesulitan dalam mendefinisikan kata ―komunikasi‖, baik bagi
kepentingan akademis maupun penelitian, disebabkan kata kerja to
communicate (berkomunikasi) sudah sangat mapan sebagai kosakata
21 Nurani Soyomukti. Pengantar Ilmu Komunikasi, h.55
22 Harjani Hefni. Komunikasi Islam, h. 3
23Harjani Hefni. Komunikasi Islam, h. 3
13
yang sangat umum dan karenanya tidak mudah ditangkap maknanya
untuk keperluan ilmiah. Kata komunikasi menjadi salah satu kata yang
paling sering digunakan dalam percakapan baik dalam bahasa Inggris
maupun bahasa Indonesia.24
Para ahli telah melakukan berbagai upaya untuk mendefinisikan
komunikasi, namun membangun suatu definisi tunggal mengenai
komunikasi terbukti tidak mungkin dilakukan dan mungkin juga tidak terlalu
bermanfaat.25Beberapa pengertian komunikasi menurut pendapat para
ahli :
a. Berelson dan Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lainnya. Melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,
angka-angka, dan lainnya.26
b. Ruesch, komunikasi adalah seluruh prosedur melalui pikiran
seseorang yang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya.27
Bertolak pada beberapa definisi tersebut, terlihat bahwa para ahli
memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat
komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup,
dan konteks yang berbeda.28
24 Morissan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, h. 8
25Morissan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, h. 8
26 Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial, (
cet II; Jakarta : Rajawali Pers, 2012 ), h. 23
27 Aang Ridwan, Filsafat Komunikasi, ( cet I; Bandung : Pustaka Setia, 2013 ), h. 96
28 Muliadi. Psikologi Islam, h. 3
14
Metode komunikasi adalah suatu hal dalam cara penyampaian
yang dilakukan oleh komunikator terhadap komunikan itu dengan cara
yang ditempuhnya dan hal ini tergantung daripada macam-macam
tingkatan dari sebuah pengetahuan yang didapatkannya dan pendidikan
yang sesuai dengan dalam proses metode ini latar belakang yang
dilakukannya seperti apa itu harus diketahui dari komunikan dalam
menanggapi komunikator.29
Komunikator harus dapat melihat suatu metode atau cara apa yang
akan dipakai supaya dalam pesan yang disampaikannya mengenai
sasaran sesuai dengan apa yang diharapkan seorang komunikator.
Komunikator juga harus mampu dalam membuat komunikan merespon
apa yang dibicarakan olehnya untuk dapat bermanfaatbagi komunikator
sendiri maupun komunikan yang mengikutinya dengan mendengarkan.30
Penulis menyimpulkan bahwa metode komunikasi adalah sebuah
cara teratur atau sistematis yang ditempuh oleh seorang komunikator
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yakni tersampaikannya pesan
kepada komunikan. Walaupun dalam penyampaian pesan tersebut diiringi
dengan noise atau gangguan-gangguan. Karena hal tersebut merupakan
salah satu unsur yang terdapat dalam komunikasi.
29 Vitky Sasmita, “Pengertian Metode Komunikasi” Humanis, (humanisgroup.net,
diakses 31 Desember 2017)
30 Vitky Sasmita, “Pengertian Metode Komunikasi” Humanis, (humanisgroup.net,
diakses 31 Desember 2017)
15
2. Tipe atau Jenis Metode Komunikasi
Penulis tidak akan panjang lebar menjelaskan atau
mendeskripsikan semua tipe komunikasi yang ada. Penulis hanya akan
berfokus pada pembahasan Komunikasi Antarpribadi(Interpersonal
Communicaton). Komunikasi antarpribadi yang dimaksud di sini ialah
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara
tatap muka, seperti yang dinyatakan Wayne Pace bahwa “interpersonal
communication is communication involving two or more people in a face to
face setting.”31
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas
dua macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan
Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication). Komunikasi
diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam
situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan
dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan
berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog
berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih
personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak
yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi
menjawab.32
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana
31Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 36
32Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 36
16
anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.33Nia Kania
Kurniawati di dalam bukunya menyebutkan, ketika diminta untuk
membedakan komunikasi antarpribadi dan komunikasi yang lainnya, pada
umumnya banyak orang yang mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi
melibatkan sedikit orang, seringkali hanya dua.34
Komunikasi antarpribadi banyak melibatkan hanya dua atau tiga
orang, tetapi yang paling membedakan komunikasi antarpribadi adalah
kualitas tertentu, atau karakter dan interaksinya.Ini menekankan apa yang
terjadi diantara orang-orang, bukan saja di mana mereka berada atau
berapa banyak yang hadir, sebagai permulaan dapat dikatakan bahwa
komunikasi antarpribadi adalah interaksi antar orang perorang dengan tipe
yang berbeda.35
Komunikasi ini prosesnya cenderung berlangsung secara dialogis
dan bentuk komunikasi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka
yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang
berbentuk ganda, dimana mereka secara bergantian sebagai pembicara
dan pendengar. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang
paling ampuh dalam mempersuasi orang lain untuk mengubah sikap,
opini, perilaku komunikan dan jika dilakukan secara tatap muka langsung
33Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 37
34 Nia Kania Kurniawati, Komunikasi Antarpribadi, ( cet I; Yogyakarta : Graha Ilmu,
2014 ), h. 5
35Nia Kania Kurniawati.Komunikasi Antarpribadi, h. 5
17
akan lebih intensif karena terjadi kontak pribadi yaitu antara pribadi
komunikator dengan pribadi komunikan.36
Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat sejumlah karakteristik
yang menentukan apakah suatu kegiatan atau tindakan dapat disebut
sebagai komunikasi antarpribadi atau tidak. Judy C. Pearson
menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi.37
Pertama, komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self).
Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman berangkat dari dalam diri pribadi, artinya dibatasi oleh siapa
diri dan bagaimana pengalaman. Kedua, komunikasi antarpribadi bersifat
transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang
berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.38
Ketiga, komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan
dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak
hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga
melibatkan siapa partner komunikasi dan bagaimana hubungan dengan
partner tersebut. Keempat, komunikasi antarpribadi mensyaratkan
adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Kelima,
komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung
satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi.39
36Nia Kania Kurniawati.Komunikasi Antarpribadi,h. 6
37
Daryanto dan Muljo Rahardjo, Teori Komunikasi, ( cet I; Yogyakarta : Gava Media,
2016 ), h. 37
38Daryanto dan Muljo Rahardjo.Teori Komunikasi,h. 37
39Daryanto dan Muljo Rahardjo.Teori Komunikasi,h. 37-38
18
Keenam, komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun
diulang. Jika salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi,
mungkin dapat minta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti
menghapus apa yang pernah diucapkan. Demikian pula manusia tidak
dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan
hasil yang sama, karena dalam proses komunikasi antar manusia, hal ini
akan sangat tergantung dari tanggapan partner komunikasi.40
Keefektifan hubungan antarpribadi adalah taraf seberapa jauh
akibat-akibat dari tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Bila
manusia berinteraksi dengan orang lain, biasanya ia ingin menciptakan
dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan-gagasan tertentu,
menciptakan kesan-kesan tertentu, atau menimbulkan reaksi-reaksi
perasaan tertentu dalam diri orang lain tersebut. Kadang-kadang
seseorang berhasil mencapai semuanya itu, namun ada kalanya
seseorang itu gagal. Artinya, kadang-kadang orang memberikan reaksi
terhadap tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang
diharapkan.41
Keefektifan dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh
kemampuan untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin
disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi
orang lain sesuai kehendak. Seseorang dapat meningkatkan
40Daryanto dan Muljo Rahardjo.Teori Komunikasi,h. 38
41 Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, ( cet I; Yogyakarta :
Kanisius, 1995 ), h. 24
19
keefektifannya dalam hubungan antarpribadi dengan cara berlatih
mengungkapkan maksud-keinginan, menerima umpan balik tentang
tingkah laku, dan memodifikasikan tingkah laku sampai orang lain
mempersepsikannya sebagaimana yang dimaksudkan. Artinya, sampai
akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku seseorangdalam diri
orang lain itu seperti yang dimaksudkan.42
3. Komunikasi Orang Tua
Banyak orang tua yang tidak percaya kalau keberadaan dirinya
mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak. Dalam hadits Nabi
Muhammad Shallallahu „alaihi Wasallam,kehadiran orang itu sangat
penting, terutama bagi anak-anaknya. Oleh Allah melalui hadits Rasulullah
Shallallahu „alaihi Wasallam, kita mengetahui bahwa mereka (para orang
tua) diberi kewenangan untuk membentuk anak-anak mereka.43
Sebagaimana tercantum dalam hadits,
سانه رانه ويمج دانه وينص ما من مولود إلا يولد على الفطرة. فأبواه يهو
Artinya: ―Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.‖(HR. Bukhari dan Muslim)44
Kata fithrah atau fitrah di sini ada yang mengartikan sebagai suci
dan bersih. Jadi, semua anak dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki
warna. Tidak jahat, tidak pandai, dan tidak lain-lainnya. Lalu, pengalaman
42Supratiknya. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis,h. 24
43 Wahyudin, Anak Kreatif, (Jakarta : Gema Insani Press, 2007), cet.,ke-1,.h. 20-21
44 Abdurrahman bin Nashir, Syarah Al-Aqidah At-Thahawiyyah, ( cet II; T.T : Dar At-
Tadmiriyyah, 2008 ), h. 160
20
hidupnya menentukan warnanya itu. Pengalaman hidup di sini terutama
dari pengasuhan orang tuanya.45
Ada juga yang mengatakan fitrah sebagai Islam. Pada saat lahir,
anak itu sebenarnya telah membawa kebenaran Islam. Lalu, karena
pendidikan yang salah, terutama pendidikan dari orang tuanya, anak itu
berubah menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi, atau yang jauh dari nilai-nilai
Islam.Kata fitrah, juga diartikan sebagai bakat. Semua anak dilahirkan
dengan membawa bakat tertentu. Lalu, karena pendidikan dan
pengalamannya, bakat tersebut dapat berkembang dan dapat juga tidak.
Semua itu terutama disebabkan oleh peran orang tuanya.46
Dari hadits tersebut, dapat dipahami bahwa fitrah (segala sesuatu
yang baik, yang dapat berupa bakat, kebenaran, kesucian, atau nikmat)
yang ada pada diri anak akan tetap ada selama orang tua tidak
merusaknya. Islam akan tetap ada pada diri anak selama orang tua tidak
mengubah atau merusaknya. Allah tidak akan mencabut nikmat yang
telah diberikan kepada manusia selagi manusia itu tidak mencabutnya.47
Sebagian besar orang tua kerap kali menemukan banyak masalah
yang terjadi pada anak. Gangguan yang datang dari luar maupun dalam
secara tidak langsung membuat anak menjadi hilang kendali. Beberapa
fenomena seperti emosi yang tidak terkontrol, mudah menyerah, mudah
45Wahyudin. Anak Kreatif, h. 21
46Wahyudin. Anak Kreatif, h. 21
47Wahyudin. Anak Kreatif, h. 21-22
21
sakit hati menjadi biasa terlihat. Padahal hal ini jadi masalah serius bila
dibiarkan begitu saja.48
Melihat gambaran tersebut, sebagai orang tua miris melihatnya.
Baik pelaku maupun korban, mereka sebenarnya adalah anak-anak yang
tidak mengenal dirinya sendiri. Seseorang tidak bisa serta-merta
menyatakan salah pada anak. Karena mereka mungkin memiliki rekam
jejak sejarah panjang untuk sampai ke titik tersebut.49
Orang tua tidak bisa mengharapkan sepenuhnya pada dunia
pendidikan sekolah untuk menanamkan semua kebaikan. Karena
kebaikan pertama kali ditanam oleh orang tua. Mengajarkan anak dimulai
dari hal yang kecil, seseorang tidak bisa berharap banyak mereka akan
jadi baik bila sebagai orang tua tidak mulai membiasakan diri dari kecil.50
Keluarga merupakan institusi sosial pertama yang menjadi
lingkungan hidup individu. Semenjak lahir sampai mampu berdiri sendiri,
seseorang dibesarkan di lingkungan keluarga. Semua kebutuhannya baik
fisik maupun mental selama pertumbuhan dipengaruhi oleh keluarga.
Manusia sejak lahir tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
sebagaimana makhluk lain, tetapi kemampuannya tumbuh dan berproses
dalam masa yang relatif. Masa pertumbuhan bagi seseorang merupakan
48 Suzy Yusnadewi, Kiat Menjadi Orang Tua Hebat, ( cet I; Jakarta : Elex Media
Komputindo, 2013 ), h. 2
49Suzy Yusnadewi.Kiat Menjadi Orang Tua Hebat, h. 4
50Suzy Yusnadewi.Kiat Menjadi Orang Tua Hebat, h. 4
22
proses pembentukan kepribadiannya dan keluarga mempunyai pengaruh
yang besar dalam pembentukan kepribadian anggotanya.51
Dalam sebuah keluarga, komunikasi mengandung peranan yang
sangat urgen, karena dengan komunikasi anak dapat menyampaikan
maksud dan perasaannya kepada kedua orang tuanya dan sebaliknya.
Dengan komunikasi yang baik maka terlaksana aktivitas pendidikan dalam
keluarga sehingga keluarga mengemban tugas sebagai lingkungan
pendidikan dan melaksanakan nilai-nilai pendidikan yang didapatkan di
sekolah dan masyarakat. Jalaluddin Rahmat menjelaskan urgensi
komunikasi sebagai berikut:52
Pertama, komunikasi amat esensial buat pertumbuhan kepribadian
manusia. Ahli-ahli ilmu sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa
kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian.
Kedua, komunikasi amat erat kaitannya dengan prilaku dan kesadaran
manusia. Tidak mengherankan bahwa komunikasi selalu menarik
perhatian peneliti psikologi.53
Dalam rumah tangga Islami komunikasi memegang peranan sentral
dalam memberikan doktrin kepada anak. Komunikasi yang dipergunakan
itu biasa berbenuk verbal maupun non-verbal. Namun perlu diketahui
bahwa komunikasi dalam penggunaan yang paling banyak dilakukan dan
paling tepat sasaran merupakan sesuatu yang perlu dikaji. Karena 51 Syahrani Tambak, Pendidikan Komunikasi Islami, ( cet I; Jakarta : Kalam Mulia, 2013
), h. 3
52Syahrani Tambak. Pendidikan Komunikasi Islami, h. 5
53Syahrani Tambak. Pendidikan Komunikasi Islami, h. 6
23
komunikasi amat esensial dalam membentuk pola fikir, perilaku dan
perkembangan anak.54
Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam,menganjurkan para orang
tua untuk memberi bekal kebaikan kepada anak sejak dini, ―Minal mahdi
ilal lahdi”(dari buaian hingga liang lahat), dengan pola pendekatan melalui
permainan yang menggembirakan, tidak kasar, berdisiplin dan mengajari
pengetahuan sesuai dengan tingkat usia anak.55
Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam bersabda,
جل راع في أ مام راع ومسئول عن رعيته والر كم مسئول عن رعيته الكم راع وكل
هله وهو مسئول كل
عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسئول عن رعيته والمر راعية في بيت زوجها ومسئولة أة
جل راع في مال أبيه ومسئول عن رعيته وكلكم سئول راع وم عن رعيته قال وحسبت أن قد قال والر
عن رعيته
Artinya: ―Setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia bertanggungajawab atas kepemimpinannya. Dan, orang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya. Dan, wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan ditanya, dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan, seorang pelayan adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu.‖(Muttafaq „Alaih)56
Hadits tersebut menyiratkan bahwa orang tua memiliki tanggung
jawab yang besar dalam hal pendidikan anaknya.57 Kepemimpinan yang
baik mau tidak mau memerlukan kemampuan komunikasi yang excellent.
54Syahrani Tambak. Pendidikan Komunikasi Islami, h. 6
55 M. Fauzi Rahman, Islamic Parenting, ( cet I; Jakarta : Erlangga, 2011 ), h. 8
56
Ghalib bin Ali „Awaji, Al-Madzahib Al-Fikriyyah Al-Ma‟ashirah Wa Dauruha Fii Al-
Mujtami‟aat Wa Mauqiful Muslim Minha, ( cet I; Jeddah : Al-Maktabah Al-„Ashariyyah Adz-
Dzahabiyyah, 2006 ), h. 1305
57M. Fauzi Rahman. Islamic Parenting, h. 9
24
Sebab komunikasi ini yang menjadikan gagasan, perasaan, dan tindakan,
yang pemimpin harapkan untuk dilakukan pengikutnya, dapat mengalir
dari hati ke hati sehingga mampu menginspirasi, membumbui, dan
menggerakkan. Jadi, luar biasa penting kemampuan komunikasi yang
excellent tersebut.58
Kemampuan komunikasi yang excellent dari Nabi Ibrahim
„alaihissalam. kepada pengikutnya, yaitu putranya sendiri, diabaikan
dalam Al-Qur‘an surah as-Shaffat : 102, sebagai berikut:
Terjemahnya: ―Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ―Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku, menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!‖ Dia (Ismail) menjawab, ―Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadam, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.‖59
Perhatikan bagaimana Nabi Ibrahim „alaihissalam. mengutamakan
komunikasi yang baik dengan dialog. Bahkan, hal tersebut dilakukan
ketika mendapat perintah dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Bandingkan
dengan keadaan kini ketika orang cenderung menutup pintu dialog.
58 Dedhi Suharto, Keluarga Qur‟ani, ( cet I; Jakarta : Kompas Gramedia, 2011 ), h. 43
59 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, ( cet I; Surabaya : Fajar Mulya,
2009 ), h. 449
25
Komunikasi yang baik dengan dialog ini mnjadi pilar penting dalam
keluarga Nabi Ibrahim „alaihissalam.60
Agar lebih jelas dan terperincinya maksud dari pembahasan
penulis, penulis mencukupkan untuk membahas atau mengangkat
permasalahan mengenai metode komunikasi antarpribadi yang bersifat
persuasif antara orang tua dengan anak.
Metode komunikasi yang bersifat persuasif yaitu metode
komunikasi yang memiliki tujuan untuk memberikan pengaruh kepada
komunikan dari komunikator terhadap kepercayaan, sikap, hingga perilaku
komunikan.61
Adapun metode komunikasi antarpribadi yang bersifat persuasif,
yang harus dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:
1. Menasehati Anak, Bukan Memakinya
Nasehat memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak
mengerti tentang hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran tentang
prinsip-prinsip Islam.62Adakalanya, anak melakukan kesalahan yang tidak
termaafkan apabila hal tersebut dilakukan oleh orang dewasa. Namun
demikian, kesalahan tersebut dapat dimaafkan disebabkan usia anak
yang masih kecil. Sebagai pihak yang bertanggung jawab kepada anak,
60 Dedhi Suharto. Keluarga Qur‟ani, h. 44
61 Heru, “Komunikasi Persuasif”, Pakar Komunikasi (pakarkomunikasi.com, Diakses 18
Maret 2018)
62 Abdullah Nashih „Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, ( cet I; Solo : Insan Kamil,
2012), h. 558
26
orang tua atau pendidik seharusnya memaafkan perbuatan anak-
anaknya.63
Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam. memerintahkan umatnya
untuk bersikap lemah lembut sebagai kebalikan dari sikap kejam/suka
memaki apabila orang lain melakukan kesalahan, sebagaimana hadits
riwayat dari Aisyah,
فق ما لا يعطي على العنف ومالا يع فق ويعطى على الر رفيق يحب الر ى ما طي عل يا عائشة إن الل
سواه
Artinya: ―Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya‖(HR. Muslim)64
Maksud dari hadits di atas adalah kelembutan harus ditampakkan
oleh para orang tua maupun pendidik dalam berbagai hal. Sikap lembut
merupakan sebuah tuntutan bagi orang tua maupun pendidik dalam
memperlakukan anak yang masih kecil, teutama saat anak melakukan
kesalahan atau melakukan perbuatan yang membuat orang tuanya
marah.65
2. Membiasakan Musyawarah dengan Anak-anak
Orang tua adalah pelindung dan pemimpin anak-anak. Namun
demikian, bukan berarti orang tua dapat bersikap otoriter kepada anak-
63 Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak, ( cet
I; Jakarta : Elex Media Komputindo, 2013 ), h. 64
64
Ibrahim bin Musa, Al-I‟tisham, ( cet I; Saudi Arabia :Dar bin Al-Jauzi Linnasyri Wa At-
Tauzi‟, 2008 ), h. 295
65Ayu Agus Rianti.Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak, h. 65
27
anaknya dalam mengambil suatu keputusan. Banyak hikmah dan manfaat
yang dapat dirasakan anak-anak, ketika diajak bermusyawarah oleh orang
tua. Anak-anak akan merasa dihargai, karena pendapatnya didengar dan
diperhitungkan.66
Dengan sering bermusyawarah anak akan menghargai orang lain,
belajar menjadi pemimpin, melatih kesabaran, dan empati pada orang
lain. Tentu saja tidak semua persoalan keluarga dapat dimusyawarahkan
dengan anak-anak. Ada hak-hak orang tua dalam memutuskan suatu
permasalahan tanpa harus meminta pendapat anak-anak.67
3. Mendidik dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan
berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental,
dan sosialnya. Keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada
baik buruknya anak.68
4. Mendidik dengan Perhatian
Mendidik dengan perhatian adalah mengikuti perkembangan anak
dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental dan
sosialnya. Mendidik dengan cara ini dianggap sebagai salah satu dari
asas yang kuat dalam membentuk manusia yang seimbang, yaitu yang
memberikan semua haknya sesuai dengan porsinya masing-masing.69
66Ayu Agus Rianti.Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak, h. 70
67Ayu Agus Rianti.Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak, h. 70
68 Abdullah Nashih „Ulwan. Pendidikan Anak dalam Islam, h. 516
69 Abdullah Nashih „Ulwan. Pendidikan Anak dalam Islam, h. 603
28
Adapun metode komunikasi menurut Alqur‘an, yaitu:
1. Perkataan yang Benar (Qaulan Sadida)70
Berdasarkan Alqur‘an surah An-Nisa‘ ayat 9, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman,
Terjemahnya:
―Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar‖.71
2. Kata-kata yang Baik (Qaulan Ma‟rufa)
Berdasarkan Alqur‘an surah An-Nisa‘ ayat 5, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman,
Terjemahnya:
―Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.‖72
70Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook,
(m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
71Kementrian Agama RI.Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 78
72
Kementrian Agama RI.Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 77
29
Qaulan Ma‟rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang
pantas, santun, menggunakan sindrian (tidak kasar), dan tidak
menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma‟rufa juga bermakna
pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).73
3. Ucapan yang Mulia (Qaulan Karima)
Berdasarkan Alqur‘an surah Al-Isra ayat 23, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman,
Terjemahnya:
―Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia‖.74 Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan
rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan
saat berbicara dengan kedua orang tua. Qaulan Karima harus digunakan
73
Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook,
(m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
74Kementrian Agama RI.Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 284
30
khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orang tua atau orang yang
harus dihormati. 75
4. Ucapan yang lemah-lembut (Qaulan Layina)
Berdasarkan Alqur‘an surah Thaha ayat 44, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman,
Terjemahnya:
―Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".76 Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan
suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
menyentuh hati.77
5. Perkataan yang Bedampak dan Efektif (Qaulan Baligha)
Berdasarkan Alqur‘an surah An-Nisa‘ ayat 63, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman,
Terjemahnya:
―Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan
75Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook,
(m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
76Kementrian Agama RI.Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 314
77Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook,
(m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
31
berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka‖.78 Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan
Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to
the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.79
6. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Berdasarkan Alqur‘an surah Al-Isra ayat 28, Allah Subhanahu wa
Ta‟ala berfirman,
Terjemahnya: ―Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas‖.80
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah
dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya
adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang
menggembirakan.81
78Kementrian Agama RI.Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 88
79
Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook,
(m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
80Kementrian Agama RI.Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 285
81Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook,
(m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
32
B. Akhlak
Pentingnya akhlak dalam Islam adalah nomor dua setelah iman.
Seseorang tidaklah dikatakan beriman kepada Allah kecuali ia berakhlak
mulia. Sebab di antara tanda-tanda iman yang paling utama terletak pada
akhlak yang mulia dan di antara tanda-tanda nifak yang paling menonjol
adalah akhlak buruk. 82
Sayyid Qutb mengatakan bahwa akhlak yang bersumber dari Al
Qur‘an dan Sunnah merupakan akhlak yang sudah pasti, tidak berubah
dan tidak berganti. Artinya dalam Islam tidak akan terjadi perubahan nilai
dalam memandang akhlak; dusta dan khianat sampai kapanpun tidak
akan dinilai sebagai perbuatan yang utama; kejujuran dan amanah sampai
kapanpun tidak akan pernah dinilai sebagai perbuatan yang dungu dan
bodoh.83
Ketetapan dalam memandang akhlak ini merupakan karakteristik
yang paling istimewa, yang menjadikan keunikan dalam Islam bila
dibandingkandengan akhlak yang dibuat oleh manusia yang jauh dari
wahyu Allah yang penuh berkah.84
Akhlakul karimah adalah dambaan setiap insan. Secara umum
setiap orang tua sudah dapat dipastikan menginginkan buah hatinya
tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang saleh, salehah. Siapa
pun orangnya sebagai orang tua pasti mengharapkan dan berdoa agar 82 Tobroni, Pendidikan Islam, ( cet I; Malang : UMM Press, 2008 ), h. 72
83 Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-laki, ( cet II;
Jeddah : Darul Mujtama, 1991 ), h. 81
84Adnan Hasan Shalih Baharits.Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-laki, h. 81
33
anak-anaknya menjadi anak yang berakhlak mulia. Seorang penjahat
sekalipun, ia pasti menginginkan anak-anaknya untuk menjadi anak yang
baik tidak seperti dirinya. Seorang pencuri tidak akan berharap kelak
anaknya akan meneruskan perilaku buruknya itu.85
Anak merupakan aset masa depan, investasi jangka panjang untuk
para orang tua, yang diharapkan akan menyuplai pahala dan kebaikan
bagi orang tuanya. Dan harapan itu akan terwujud dengan baik apabila
orang tua berhasil mengantarkan dan membimbing mereka ke jalan yang
baik, jalan yang lurus dan diridhoi Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
membawanya menjadi anak-anak yang saleh dan salehah yang
senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.86 Dalam salah satu hadits,
Nabi Muhammad bersabda:
لد صالح يدعو لهإذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث : من صدقة جارية ، أو علم ينتفع به ، أو و
Artinya: ―Ketika anak adam meninggal dunia, maka putuslah amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya.‖(HR. Muslim)87
Memiliki anak dengan akhlak mulia adalah idaman semua orang
tua. Tetapi untuk mewujudkan keinginan itu bukanlah hal yang mudah,
tetapi bukan hal yang mustahil juga untuk dicapai. Diperlukan adanya
sinergi yang baik antara orang tua, sekolah, dan lingkungan masyarakat
untuk menyelaraskan pola bimbingan, didikan, dan ajaran kepada anak.
Dan yang terpenting adalah bahwa pola pendidikan yang efektif adalah
85 Rahmat Affandi, Huruf-huruf Cinta, ( cet I; Jakarta : Elex Media Komputindo, 2011 ),
h. 50
86Rahmat Affandi.Huruf-huruf Cinta, h. 50
87Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, ( cet II; Riyadh : Dar Al-Hadharah Linnasyri Wa
At-Tauzi‟, 2015 ), h. 527
34
dengan memberikan contoh yang baik, dengan keteladanan dari orang
tuanya.88
Sering kita mendengar keluhan orang-orang tua, guru-guru dan
pemimpin-pemimpin agama bahwa remaja-remaja, pemuda pemudi kita
dewasa ini telah kejangkitan demoralisasi dan dekadensi moral/akhlak
buruk yang datangnya dari luar.89
Berkenaan dengan hal itu, maka upaya menegakkan akhlak mulia
bangsa merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab akhlak yang mulia
akan menjadi pilar utama untuk tumbuh dan berkembangnya peradaban
suatu bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk bertahan hidup
ditentukan oleh sejauhmana rakyat dari bangsa tersebut menjunjung tinggi
nilai-nilai akhlak dan moral. Semakin baik akhlak dan moral suatu bangsa,
semakin baik pula bangsa yang bersangkutan atau sebaliknya. Akhlak
atau moral sangat terkait dengan eksistensi suatu pendidikan agama.90
Ibnu Miskawaih, dalam buku Tahdzub Al Akhlaq, mengusulkan
metode perbaikan akhlak melalui lima cara. Pertama, mencari teman yang
baik. Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan.
Kedua, olah pikir. Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan
olahraga untuk kesehatan tubuh. Ketiga, menjaga kesucian kehormatan
diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu. Keempat, menjaga
88Rahmat Affandi.Huruf-huruf Cinta, h. 51
89 Anwar Masy‟ari, Membentuk Pribadi Muslim, ( cet III; Bandung : Alma‟arif, 1991 ), h.
84
90 Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani dalam Sistem Pendidikan
Islam, ( cet II; Ciputat : Ciputat Press, 2005 ), h. 25
35
konsistensi antara rencana yang baik dan tindakan. Kelima, meningkatkan
kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.91
1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, khilqun yang berarti kejadian,
perangai, tabiat, atau karakter. 92 Mohammad Daud Ali di dalam bukunya
menyebutkan, perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Arab ahklaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara
etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki
asal usul kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna)
antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi‘at.93
Akhlaksecara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada
tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis
di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik sehingga
orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.94
Akhlak secara istilah adalah perbuatan suci yang terbit dari lubuk
jiwa yang paling dalam, karena mempunyai kekuatan yang hebat, suatu
sikap mental dan laku perbuatan yang luhur, yang mempunyai hubungan
dengan Dzat yang Maha Kuasa. Akhlak suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa seseorang yang memiliki keutamaan-keutamaan, baik dalam bentuk
91 Arif Supriono, Seratus Cerita Tentang Akhlak, ( cet I; Jakarta : Republika, 2006 ), h. 84
92 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, ( cet II; Jakarta : Rajawali Pers,
2013 ), h. 208
93Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( cet III; Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2000 ), h. 346
94Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, ( cet I; Jakarta : Bumi Aksara, 2007 ), h. 29
36
lahir maupun dalam bentuk bathin, yang terpatri dalam pribadi seorang
muslim.95
Siti Aisyah di dalam bukunya menyebutkan bahwa akhlak
merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya
hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis
dan teologis tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan umat Islam
agar bisa selamat di dunia dan di akhirat.96 Jika perbuatan itu baik dan
terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam, disebut dengan akhlak
terpuji. Tetapi jika perbuatan itu bukan perbuatan baik disebut dengan
akhlak tercela.97
Rasulullah menegaskan bahwa beliau diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia. Akhlak itu sesungguhnya perpaduan
antara lahir dan batin. Seseorang dikatakan berakhlak apabila seiraman
antara perilaku lahirnya dan batinnya. Karena akhlak itu juga terkait
dengan hati, maka pensucian hati adalah salah satu jalan untuk mencapai
akhlak mulia.98
95 Nuryamin, Strategi Pendidikan Islam dalam Pembinaan Kehidupan Sosial-Keagamaan, ( cet I; Makassar : Alauddin University Press, 2012 ), h. 196
96Siti Aisyah, Antara Akhlak Etika dan Moral, ( cet I; Makassar : Alauddin University
Press, 2014 ), h. 3
97 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, ( cet II; Jakarta :
Kencana, 2016 ), h. 133
98Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, h. 133-134
37
Beberapa pembahasan seputar akhlak dari dua ulama Islam :
a. Menurut Imam Abu Hamid al-Ghazali
Kata al-Khalq ‗fisik‘ dan al-khuluq ‗akhlak‘ adalah dua kata yang
sering dipakai bersamaan. Seperti redaksi bahasa Arab ini, fulaan husnu
al-khalq wa al-khuluq yang artinya ‗si fulan baik lahirnya juga batinnya‘.
Sehingga yang dimaksud dengan kata „al-khalq adalah bentuk lahirnya.
Sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya.99
Kata al-khuluq merupakan suatu sifat yang terpatri dalam jiwa, yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan
dan merenung terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir
perbuatan-perbuatan baik dan terpuji—menurut rasio dan syariat—maka
sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang terlahir
adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan
dengan akhlak yang buruk.100
b. Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani
Al-Jurjani mendefinisikan akhlak dalam bukunya, at-Ta‟rifat sebagai
berikut.
―Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk.101
99 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, ( cet I; Jakarta : Gema Insani, 2004 ), h. 28
100 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, h. 28
101 Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani, Mu‟jam At-Ta‟riifaat, ( cet I; Dubai : Darul
Fadhilah, 1413 ), h. 89
38
Para ulama Islam yang menulis tentang akhlak itu menjelaskan –
bahkan menekankan—apa yang tak diperhatikan oleh para penulis Barat,
yaitu bahwa akhlak yang baik adalah apa yang dinilai baik oleh akal dan
syariat. Sedangkan akal saja tak cukup untuk menilai baik dan buruknya
suatu perbuatan.102
2. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat) dengan jelas,
baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang dimotivasi oleh dorongan
karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan
sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan
berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan
pola perilaku kepada alam.103
a. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang
terpuji terhadap Allah Subahanahu wata‟ala. baik melalui ibadah langsung
kepada Allah, seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui
perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi
dengan Allah di luar ibadah ini.104
Akhlak kepada Allah, adalah selalu merasa kehadiran Allah dalam
kehidupan manusia. Akhlak kepada Allah itu melahirkan akidah dan
keimanan yang benar kepada Allah, terhindari syirik, mentauhidkan-Nya 102Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia, h. 36
103 Damanhuri, Akhlak Tasawuf, ( cet I; Banda Aceh : Yayasan Pena Banda Aceh, 2005 ),
h. 169
104 Damanhuri, Akhlak Tasawuf, h. 169
39
baik tauhid rububiyyah maupun uluhiyyah. Patuh melaksanakan seluruh
perintah Allah baik yang berbentuk ibadah mahdah maupun ghairu
mahdhah. Menjauhi larangan Allah. Tabah dan sabar atas apa yang
menimpa diri sebagai suatu ketentuan dari Allah. Berupaya mendekati
Allah sedekat-dekatnya dengan jalan membersihkan hati, pikiran,
perbuatan, dan menempuh jalan hidup yang benar.105
b. Akhlak Kepada Sesama Manusia
1) Akhlak Kepada Diri Sendiri
Akhlak kepada diri memenuhi kewajiban dan hak diri, ditunaikan
kewajiban dan dimanfaatkan atau diambil hak. Seluruh anggota
tubuh manusia mempunyai hak dan harus ditunaikan. Di sinilah
terkait dengan pemeliharaan diri agar sehat jasmani dan rohani
menunaikan kebutuhan diri, baik yang biologis maupun spiritual.
Tidaklah dikatakan seseorang berakhlak kepada dirinya apabila dia
menyiksa dirinya sendiri, tidak memperdulikan kebutuhan dirinya.106
2) Akhlak Kepada Keluarga
Dimulai dari akhlak kepada orang tua, berbuat baik seperti yang
tertera pada surah Luqman ayat 14. Begitu juga adanya kewajiban
orang tua kepada anak, merawat, mendidik, memberi makan,
pakaian, rumah, dan lainnya. Hak dan kewajiban suami-istri juga
adalah bagian dari akhlak di rumah tangga.107
105 Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.136
106Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.138
107Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.138
40
3) Akhlak Kepada Tetangga
Rasul sangat memberi perhatian tentang masalah yang berkenaan
dengan jiran atau tetangga, sehingga begitu tinggi perhatian yang
diajarkan Nabi untuk menghormati dan menyayangi tetangga,
sampai-sampai ada sahabat Nabi yang menyangka bahwa
tetangga itu juga ikut mewarisi.108
4) Akhlak Kepada Masyarakat Luas
Di sini yang penting adalah perhatian serta peranan dan bantuan
yang dapat diberikan kepada masyarakat. Akhlak terhadap
masyarakat menyangkut bagaimana menjalin ukhuwah,
menghindarkan diri dari perpecahan serta saling bermusuhan;
inilah yang digambarkan Al-Qur‘an.109
c. Akhlak Terhadap Alam Semesta
Alam semesta ini sangat luas, jenis makhluknya beragam, ada
benda padat, dan cair serta udara, ada flora dan fauna. Manusia juga
mesti berakhlak terhadap itu semua. Alam semesta didefinisikan, yakni
selain dari Allah, baik berbentuk alam ghaib maupun alam nyata.110
Akhlak terhadap alam semesta, tekait erat dengan fungsi manusia
sebagai khalifah di Bumi. Fungsi kekhalifahan manusia itu terkait dengan
eksploitasi kekayaan alam semesta ini.111
108Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.138
109Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.138
110Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.140
111Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.140
41
Fungsi manusia sebagai khalifah bermakna bahwa Allah telah
memberi amanah kepada manusia untuk memelihara, merawat,
memanfaatkan serta melestarikan alam semesta ini. Di pandang dari
sudut akhlak manusia menjadikan alam sebagai objek yang dirawat,
bukan sebagai objek yang akan dihabisi. Tidak diperkenankan seseorang
untuk merusak tanam-tanaman, membunuh hewan yang tidak
diperkenankan membunuhnya. Tidak diperbolehkan seseorang membuat
kerusakan di Bumi.112
3. Pembentukan Akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara
tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para
ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa
pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
Islam.113
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena
akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi
golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia
sendiri, yaitu kecenrungan kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam
diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu
cenderung kepada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini, maka
112Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h.140-141
113 Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, ( cet IX; Jakarta : Rajawali Pers, 2010 ), h. 155
42
akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk atau
diusahakan(ghair muktasabah).114
Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa akhlak adalah gambaran
batin sebgaimana terpantul dalam perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak
akan sanggup mengubah perbuatan batin. Orang yang bakatnya pendek
misalnya tidak dapat dengan sendirinya meninggikan dirinya. Demikian
sebaliknya. Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan
keras dan sungguh-sungguh.115
Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya
datang dari Ulama-ulama Islam yang cenderung kepada akhlak. Ibnu
Miskawaih, Ibnu Sina, al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok
yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah).
Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah
fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya hadits
Nabi yang mengatakan ―perbaikilah akhlak kamu sekalian‖.116
Kenyataan dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui
berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus
dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan
pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-
pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
114Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 156
115Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 156
116Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 156-157
43
hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan
seterusnya.117
Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang
tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan
pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu
masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini
menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina.118
Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada
saat di mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak
dari kemajuan di bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan
mudah berkomunikasi dengan apa pun yang ada di dunia ini, yang baik
atau yang buruk, karena ada alat telekomunikasi.119
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-
sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana
pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan
akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha
pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada
dalam diri manusia, termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu
117Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 157
118Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 157
119Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 157
44
syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal
dengan cara dan pendekatan yang tepat.120
a. Metode Pembentukan Akhlak
Berbicara mengenai pembentukan akhlak, maka sesungguhnya
akhlak itu merupakan hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan,
perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Pembinaan akhlak merupakan
tumpuan perhatian pertama dalam Islam. hal ini dapat dilihat dari salah
satu misi kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi Wasallam. yang
utama adalah untuk menympurnakan akhlak yang mulia.121
Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini
dapat dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus
didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah
akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya
akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada
seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.122
Metode Pembentukan Akhlak:
1) Metode Taklim
Metode ini adalah melakukan transfer ilmu kepada seseorang.
Mengisi otak seseorang dengan pengetahuan yang berkenaan
dengan baik dan buruk.123
120Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 158
121 Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 158
122Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 158-159
123 Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h. 141
45
2) Metode Pembiasaan
Metode ini merupakan kelanjutan dari metode taklim. Melalui
pembiasaan seseorang terutama kanak-kanak akan tertanam
kepadanya kebiasaan baik dan menjauhi kebiasaan buruk.124
3) Metode Latihan
Metode ini hampir sama dengan metode pembiasaan, hanya saja
sudah ada unsur paksaan dari dalam diri sendiri untuk
melaksanakan perbuatan baik.125
4) Metode Mujahadah
Metode ini tumbuh dalam diri seseorang untuk melakukan
perbuatan baik, dan dalam melakukan itu didorong oleh perjuangan
batinnya.126
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Aliran nativisme mengatakan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,
bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik.127
124Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h. 141
125Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h. 141
126Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, h. 141
127 Abuddin Nata. Akhlak, h. 167
46
Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada
dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaitannya dengan
pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk
sebagaimana telah diuraikan di atas. Aliran ini tampak kurang menghargai
atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.128
Aliran empirisme mengatakan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,
yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu
baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak
lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan dan pengajaran.129
Aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fithrah dan kecenderungan ke arah
yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui
berbagai metode.130
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak menurut
Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih antara lain:
128Abuddin Nata. Akhlak, h. 167
129Abuddin Nata. Akhlak, h. 167
130Abuddin Nata. Akhlak, h. 167
47
1) Faktor Intern
Perkembangan jiwa keagamaan, selain ditentukan oleh faktor
ekstern, juga ditentukan oleh faktor intern seseorang. Seperti halnya
aspek kejiwaan lainnya, maka para ahli psikologi agama mengemukakan
berbagai teori berdasarkan pendekatan masing-masing. Tetapi secara
garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa keagamaan antara lain adalah faktor hereditas,
tingkat usia, kepribadian, dan kondisi kejiwaan seseorang.131
a) Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor
bawaan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari
berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan
konatif. Tetapi dalam penelitian terhadap janin terungkap bahwa makanan
dan perasaan ibu berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandungnya.132
Rasul Shallallahu „alaihi Wasallam. juga menganjurkan untuk
memilih pasangan hidup yang baik dalam membina rumah tangga, sebab
menurut beliau, keturunan berpengaruh. Benih yang berasal dari
keturunan tercela dapat mempengaruhi sifat-sifat keturunan berikutnya.133
Perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan, menurut Sigmund
Freud, akan menimbulkan rasa bersalah (sense of guilt) dalam diri 131 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, ( cet II;
Jakarta : Rajawali Pers, 2008),h. 159
132 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih.Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 159
133 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih.Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 160
48
pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama,
maka pada diri pelakunya akan timbul rasa berdosa. Perasaan seperti ini
barangkali yang memengaruhi perkembangan jiwa keagamaan seseorang
sebagai unsur hereditas. Sebab, dari berbagai kasus pelaku zina,
sebagian besar memiliki latar belakang keturunan yang dengan kasus
serupa.134
b) Tingkat Usia
Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan
berbagai aspek kejiwaan, termasuk perkembangan berpikir. Ternyata
anak yang menginjak usia berpikir kritis lebih pula dalam memahami
ajaran agama. Selanjutnya pada usia remaja saat mereka menginjak usia
kematangan seksual, pengaruh itu pun menyertai perkembangan jiwa
keagamaan mereka.135
c) Kepribadian
Istilah bahasa Inggris untuk kepribadian adalah personality, yang
berasal dari kata Latin “persona” yang artinya adalah topeng. Dulu topeng
dipakai dalam teater untuk meunjukkan karakter tokoh yang dimainkan.136
Definisi kepribadian secara leksikal, adalah topeng. Hal itu
dimaksudkan oleh karena terdapat cirri khas yang dimiliki oleh seseorang,
sering digambarkan dengan topeng. Misalnya, untuk mengidentikkan
134 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih.Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 160
135 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih.Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 160-
161
136 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, ( cet V; Jakarta : Rajawali Pers,
2013 ), h. 169
49
kepribadian yang angkara murka, serakah, dan hebat, sering ditopengkan
dengan gambar raksasa. Sedang untuk perilaku yang baik, budiluhur,
suka menolong, berani berkorban, di-topengkan dengan seorang ksatria.
Dengan demikian, kepribadian yang digambarkan oleh sebuah topeng
menunjukkan suatu kualitas prilaku dominan seseorang. Bilamana dalam
keseharian seseorang prilakunya dominan baik, kepribadiannya baik pula.
Bilamana selalu buruk, kepribadiannya buruk pula.137
Secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan
kualitas perilaku individu yang merupakan cirinya yang khas dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.138
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur,
yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur
hereditas pengaruh lingkungan inilah yang akan membentuk kepribadian.
Adanya kedua unsur yang membentuk kepribadian itu menyebabkan
munculnya konsep tipologi dan karakter. Tipologi lebih ditekankan kepada
unsur bawaan, sedangkan karakter lebih ditekankan oleh adanya
pengaruh lingkungan.139
Unsur pertama (bawaan) merupakan faktor intern yang memberi ciri
khas pada diri seseorang. Dalam kaitan ini, kepribadian sering disebut
sebagai identitas (jati diri) seseorang yang sedikit banyaknya
menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di luar diriya. Dalam 137 Murwanita, Psikologi Agama, ( cet I; Makassar : Lembaga Pengembangan Pendidikan
Islam dan Pemberayaan Perempuan, 2015 ), h. 60
138 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 161
139 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 162
50
kondisi normal. Memang secara individu, manusia memiliki perbedaan
dalam kepribadian.140
Perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan
aspek-aspek kejiwaan, termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula
kondisi kepribadian yang menyimpang seperti kepribadian ganda (double
personality) dan sebagainya. Dan, kondisi seperti ini bagaimanapun ikut
memengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan pula.141
d) Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan ini terkait dengan kepribadian sebagai faktor
intern. Ada beberapa model pendekatan yang mengungkapkan hubungan
ini. Model psikodinamik yang dikemukakan Sigmund Freud menunjukkan
gangguan kejiwaan ditimbulkan oleh konflik yang tertekan di alam
ketaksadaran manusia. Konflik akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang
abnormal. Selanjutnya, menurut pendekatan biomedis, fungsi tubuh yang
dominan memengaruhi kondisi jiwa seseorang.142
Penyakit atau faktor genetik atau kondisi sistem saraf diperkirakan
menjadi sumber munculnya perilaku yang abnormal. Kemudian
pendekatan eksistensial menekankan pada dominasi pengalaman
kekinian manusia. Dengan demikian, sikap manusia ditentukan oleh
stimulant (rangsangan) lingkungan yang dihadapinya.143
140 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 162
141 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 163
142 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 163
143 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 163
51
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup.
Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.144
a) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam
kehidupan manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
Bagi anak-anak, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
dikenalnya. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase
sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.145
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa
keagamaan anak dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh
karena itu, sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan
tersebut, kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Keluarga
dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi
perkembangan jiwa keagamaan.146
b) Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional yang ikut memengaruhi perkembangan
jiwa keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun
yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah
144 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 163
145 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 164
146 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 164
52
sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam
membantu perkembangan kepribadian anak.147
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang
mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur
pengaruh belaka. Tetapi, norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih
mengikat sifatnya, bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dalam
perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun
negatif. Ketiga hal tersebut (keluarga, sekolah, masyarakat) sangat
berpengaruh terhadap jiwa keagamaan karena keluarga sebagai
pembentukan sikap afektif (moral), sekolah sebagai pembentukan sikap
kognitif, dan masyarakat sebagai pembentukan psikomotor.148
C. Anak
Masa kanak-kanak dimulai pada akhir masa bayi sampai saat anak
matang secara seksual. Jadi mulai sekitar umur 2 tahun sampai sekitar
umur 12 tahun, ada sebagian anak yang baru berumur 11 tahun sudah
tidak termasuk kanak-kanak, tetapi ada juga yang sudah berumur 14
tahun masih termasuk masa kanak-kanak. Jadi tidak dapat dipastikan
hanya sekitar usia itu. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode,
147 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 164
148 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih. Peranan Pendidikan Agama Islam,h. 165-
166
53
yaitu awal masa kanak-kanak, sekitar umur 2 tahun – 6 tahun, dan akhir
masa kanak-kanak sekitar umur 6 tahun – 12 tahun.149
Berkualitas atau tidaknya seseorang pada masa dewasa sangat
dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima pada
masa kanak-kanaknya, bahkan sejak dalam kandungan. Jika pada usia
dini anak-anak tidak memiliki pondasi yang kuat dalam pembentukan
karakter dan mental,kemungkinan pada masa mendatang ia akan menjadi
manusia yang rapuh, yang dapat berakibat fatal bagi kehidupannya
maupun kehidupan orang di sekitarnya.150
Mendidik anak harus dimulai dari mendidik diri sendiri sebagai
orangtua, untuk menjadi manusia yang penuh teladan secara pribadi
maupun sosial.151Pepatah mengatakan: ―buah jatuh tak jauh dari
pohonnya‖. Ini menandakan bagaimana anak dibentuk melalui hubungan
antara ayah dan ibu. Masing-masing memiliki peran dalam keluarga
sehingga terbentuklah karakter keluarga dan anak.Dari peran orangtua
muncul bagaimana pengasuhan pada anak. Pengasuhan umumnya
dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya dengan beragam
bentuk.152
149 Sri Rumini dan Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, ( cet I; Jakarta : Rineka
Cipta, 2004 ), h. 37
150 Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib, Parenting With Love, ( cet I; Bandung :
Mizani, 2010 ), h. 41-42
151 Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib.Parenting With Love,h. 42
152 Karlinawati Silalahi, Psikologi Keluarga, ( cet I; Jakarta : Rajawali Pers, 2010 ), h. 7-8
54
Masa mendidik anak, menurut Islam, dapat dibagi dua, yaitu: (1)
masa persiapan mendidik, dan (2) masa aktif mendidik. Masa persiapan
mendidik anak dimulai sejak pemilihan jodoh. Masa aktif mendidik anak
dimulai sejak isteri diketahui sudah positif mengandung.153
1. Pengertian Anak
Anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah,
keturunan yang kedua dan manusia yang masih kecil.154 Sedangkan
menurut para ahli, anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah
satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita
perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri-ciri
dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka
menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara
utuh, serasi, selaras dan seimbang.155
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari
pekawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan
tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun
tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.156
153 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, ( cet I; Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996 ), h. 11
154 Departemen Penidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, h.57
155 Rosyad, “Pengertian Anak Menurut Para Ahli” Bersosial, (bersosial.com, diakses 31
Januari 2018)
156 Andi Lesmana, “Definisi Anak”, Andibooks, (anibooks.worpress.com, diakses 31
januari 2018)
55
2. Fase Perkembangan Anak
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola
yang teratur, dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, sehingga
penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis.157
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu
atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun
psikis(rohaniah).158
Setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia
senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Tugas belajar
yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan keharusan
universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar
terampil melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim
terjadi pada manusia.159
157 Herawati Mansur, Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan, ( cet I; Jakarta : Salemba
Medika, 2009 ), h. 25
158Herawati Mansur. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan, h. 25
159Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 26
56
1) Fase dan Tugas Perkembangan menurut Erikson
Dalam bukunya Childhood and Society, Erik Erikson membagi fase
dan tugas perkembangan, sebagai berikut.160
a) Masa bayi (1-2 tahun) percaya versus tidak percaya.
Pada tahap ini, seorang bayi otomatis sangat bergantung kepada
orang lain terutama ibunya. Peran orang tua sangat mutlak dalam
fase ini. Seluruh interaksi bayi dengan orang tuanya akan sangat
memengaruhi sikap anak di kemudian hari. Jika pada fase ini
kebutuhan fisik dan emosionalnya terpenuhi dengan baik, bayi
belajar memercayai lingkungannya. Sebaliknya, bila tidak terpenuhi
bayi akan mengalami kecemasan dan tidak memercayai sesuatu.161
b) Masa kanak-kanak (2-4 tahun) kemandirian versus malu-malu dan
keraguan.
Pada saat anak memasuki usia dua tahun, ia mulai belajar berjalan,
berbicara, dan melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Dorongan
orang tua dan konsistensi dalam penegakan disiplin dapat membantu
anak untuk mengembangkan kemandirian dan kebebasan pribadi.
Namun, jika orang tua memberi perlindungan yang terlalu berlebihan,
tidak konsisten terhadap disiplin, dan juga menunjukkan sikap tidak
setuju ketika anak melakukan sesuatu bagi dirinya, akan tumbuh
160Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 30
161Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 30
57
perasaan malu-malu, kurang percaya diri, dan ragu-ragu di dalam diri
anak.162
c) Masa pra-sekolah (4-5 tahun) inisiatif versus rasa bersalah.
Pada tahap ini anak sudah mulai menjelajahi wilayah yang sama
sekali tidak ia kenal, dan belajar mengenal orang-orang baru. Apabila
rasa keingintahuan dan pengeksplorasian linkungannya mendapat
dorongan yang baik dari orang tua, maka anak bisa mengambil
inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Akan tetapi, jika
orang tua menghalangi tindakan anak, ia akan berkembang dengan
perasaan bersalah dan tidak merasa bebas.163
d) Masa usia sekolah (6-12 tahun) terampil versus minder.
Perkembangan psikososial anak yang berada pada usia sekolah
menunjukkan bahwa ia memperoleh bermacam-macam keterampilan
dan kemampuan. Ia juga sudah memiliki pengetahuan tentang apa
yang akan dilakukannya dan bagaimana ia akan melakukannya.
Akan tetapi, ketidakmampuannya atau kegagalannya dalam
melakukan sesuatu, akan menimbulkan perasaan rendah diri
(minder).164
2) Fase dan Tugas Perkembangan menurut Piaget
Teori perkembangan kognitif yang dipelopori oleh Plaget
mempunyai pandangan bahwa anak dilahirkan dengan kecendrungan
162Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 31
163Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 31
164Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 31
58
menjadi baik. Baik faktor alam maupun lingkungan keduanya berperan
dalam perkembangan anak, anak berperan aktif di dalam proses
perkembangannya.165
a) Fase Sensorimotorik (0-2 tahun)
Pada fase ini pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik
dengan orang atau objek (benda). Skema-skema baru berbentuk
refleks-refleks sederhana, seperti menggenggam atau mengisap.166
b) Fase pra-operasional (3-6 tahun)
Pada fase ini anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu
seperti, kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek
peristiwa, dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).167
c) Fase operasi konkret (7-11 tahun)
Pada fase ini anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental
atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah,
mengurangi, dan mengubah. Fase ini memungkinkannya untuk dapat
memecahkan masalah secara logis.168
d) Fase operasi formal (> 11 tahun)
Tahap operasi formal adalah tahap terakhir dari perkembangan
kognitif. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak,
165Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 33
166 Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 34
167Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 34
168Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 34
59
hipotesis, mampu menggunakan logika, membedakan antara fakta
dan fantasi, mengelola perasaan, dan juga berpikir secara deduktif
maupun induktif. Perkembangan yang sehat dan normal membuat
anak pada usia ini sudah mampu memecahkan masalah-masalah
dengan menggunakan berbagai alternatif dan memahami berbagai
masalah yang kompleks dan rumit.169
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Proses pertumbuhan maupun perkembangan anak dalam
kenyataannya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Baik dalam proses pertumbuhan/biologisnya ataupun
proses perkembangan (psikisnya) dari seorang anak.170
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi anak antara lain
adalah:
a. Faktor hereditor, yakni keturunan atau warisan dari sejak lahir dari
kedua orangtuanya, neneknya, dan seterusnya, yang biasanya
diturunkan melalui CHROMOSON.171
b. Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada pada lingkungan
anak hidup (bertempat tinggal) atau (bergaul). Jadi segala sesuatu
yang berada di luar diri anak di alam semesta ini baik yang berupa
makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, hewan, atau makhluk
169Herawati Mansur.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan,h. 34
170 Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, ( cet I; Jakarta : Rineka
Cipta, 1991 ), h. 30
171Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh.Psikologi Perkembangan,h. 31
60
yang mati seperti benda-benda padat, cair, gas, juga gambar-gambar
dan lain-lain.172
Demikian pula di samping yang telah disebutkan di atas, sebagai
benda-benda yang bersifat kongkrit, ada juga lingkungan yang
bersifat abstrak antara lain; situasi ekonomi, sosial, politik, budaya,
adat istiadat serta idiologi atau pandangan hidup. Kesemua bentuk
lingkungan tersebut dapat berdampak menguntungkan (positif) atau
merugikan (negatif) bagi proses perkembangan anak.173
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode-
metode komunikasi orang tua dengan anaknya yang memiliki perkisaran
umur 2-12 tahun, yang nantinya diharapkan melalui metode-metode
komunikasi tersebut akan terjadi pembentukan akhlak, apakah akhlak
terpuji atau akhlak tercela.
Peneliti mencukupkan untuk menggunakan tipe atau jenis metode
komunikasi antarpribadi yang bersifat persuasif, hal ini dianggap lebih
efektif dan efisien untuk mengidentifikasi metode-metode komunikasi yang
digunakan.
172Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh.Psikologi Perkembangan,h. 32
173Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh.Psikologi Perkembangan,h. 32
61
Metode komunikasi yang terdapat dalam penelitian ini adalah
metode komunikasi menurut Alqur‘an dan Sunnah berdasarkan buku
karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan yang berjudul ―Pendidikan Anak dalam
Islam‖ dan Ayu Agus Rianti yang berjudul ―Cara Rasulullah Shallallahu
„alaihi Wasallam Mendidik Anak‖, karena metode komunikasi ini lebih
dipahami oleh peneliti.
62
Alqur‟an
Sunnah
Jenis Metode Komunikasi
“Komunikasi Antarpribadi”
Metode Komunikasi
Alqur‟an
1. Qaulan Sadida (QS. An-Nisa:9)
2. Qaulan Baligha (QS. An-Nisa‟:
63)
3. Qaulan Ma‟rufa (QS. Al-
Baqarah:235, QS. An-Nisa‟:5 &
QS. Al-Ahzab: 32)
4. Qaulan Karima (QS. A-l-Isra‟:23)
5. Qaulan Layina (QS. Thaha:44)
6. Qaulan Maisura (QS. Al-Isra‟:28)
Sunnah
1. Menasehati anak, bukan
memakinya.
2. Membiasakan musyawarah dengan
anak-anak.
3. Mendidik dengan keteladanan.
4. Mendidik dengan perhatian.
Anak
Akhlak Terpuji Akhlak Tercela
Komunikasi Persuasif
63
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan bentuk
kualitatif deskriptif analisis. Maka dengan ini sekiranya peneliti dapat
memberikan gambaran dari temuan-temuan lapangan yang berhubungan
dengan objek penelitian (metode komunikasi orang tua di RT 01
Kelurahan Baru Tengah dan pembentukan akhlak anak) dan juga
gambaran mengenai subjek penelitian ini (anak usia 2-12 tahun dan orang
tuanya).
Penelitian kualitatif merupakan aktivitas atau proses ―memahami‖
hakikat fenomena dengan latar alamiah, dengan berporos pada data
deskriptif yang disediakan dengan trianggulasi untuk dianalisis sehingga
menghasilkan pemahaman yang holistik berdasarkan perspektif partisipan
yang sesuai dengan konteksnya.174 Kemudian melakukan pencarian
deskripsi melalui ―wawancara tak berstruktur/mendalam‖, dan
―pengamatan berperan serta‖, untuk mendapatkan ―penafsiran‖ terhadap
fenomena tertentu. Maka itu pula, analisis kualitatif dilakukan secara
―induktif‖, dengan tujuan ―mencari model, pola, atau tema‖ dari fenomena
174 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, ( cet II; Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2014 ),
h. 31
64
yang diamatinya. Keberhasilan penelitiannya ditentukan ―sejauh mana
temuan penelitian mencerminkan penghayatan subjek yang diteliti‖.175
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,
dan peneliti mengambil lokasi penelitian di Balikpapan, Kelurahan Baru
Tengah. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah orang tua yang
memiliki anak umur 2-12 tahun, tepatnya di RT (Rukun Tetangga) 01. Di
mana peneliti akan meneliti metode komunikasi antarpribadi yang bersifat
persuasif orang tua terhadap pembentukan akhlak anak mereka.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
Penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik atau menyeluruh, tidak
dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian, seseorang tidak akan
menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place),
pelaku(actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Namun, karena terlalu luasnya masalah, sehingga penelitian tersebut
akan dibatasi. Pembatasan masalah inilah yang kemudian dalam
penelitian kualitatif disebut fokus penelitian (pokok masalah yang masih
bersifat umum).176
175 Setiawan Santana, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif, ( cet I; Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2007 ), h. 18
176Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
( cet III; Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016 ), h. 133
65
1. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, juga pertimbangan efektifitas
dan efisiensi maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
a. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh
manusia dalam kehidupannya untuk menjalin hubungan dengan orang
lain.
b. Orang tua mempunyai andil atau tugas yang sangat besar terhadap
pembentukan akhlak anak-anaknya.
c. Mengingat pentingnya komunikasi yang efektif dan efisien antara
orang tua dengan anak.
d. Anak merupakan amanah dari Allah Subhanahu wata‟ala yang
menjadi harapan agama dan bangsa yang harus di persiapkan dirinya
dengan bekal ilmu agama dan pengetahuan yang baik serta budi
pekerti yang luhur.
e. Kurangnya waktu yang disediakan oleh orang tua untuk menjalin
komunikasi yang baik kepada anak.
f. Perilaku anak-anak di Kelurahan Baru Tengah dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Pembatasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya masalah metode komunikasi antara
orang tua terhadap pembentukan akhlak anak serta keterbatasan
peneliti untuk membahas secara lengkap, maka penulis membatasi
permasalahan ini pada:
66
a. Komunikasi yang penulis maksudkan adalah komunikasi yang
jenisnya antarpribadi yaitu komunikasi antara orang tua dengan anak
yang dilakukan secara berkesinambungan dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Metode komunikasi antarpribadi yang penulis maksud adalah yang
bersifat persuasif.
c. Perilaku yang dimaksud adalah gerak gerik atau tindakan anak pada
usia 2-12 tahun terhadap Allah Subhanahu wata‟ala dan terhadap
sesama manusia (guru, orang tua dan teman).
d. Adapun anak-anak yang dimaksud adalah anak-anak yang ada di RT
01 Kelurahan Baru Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur yang berusia 2-12 tahun.
D. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, dengan cara penelitian yang menekankan pada
aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas dari hasil suatu
penelitian. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif (qualitative approach)
adalah suatu mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian
deskriptif kata, atau kalimat, yang disusun secara cermat dan sistematis
mulai dari menghimpun data hingga menafsirkan dan melaporkan hasil
penelitian. Karena itu menurut Prof. Burhan Bugin, pendekatan kualitatif
67
adalah proses kerja penelitian yang sasarannya terbatas, namun
kedalaman datanya tak terbatas.177
Pendekatan kualitatif adalah mekanisme kerja penelitian yang
berpedoman penilaian subjektif nonstatistik atau nonmatematis, dimana
ukuran nilai yang digunakan dalam penilaian ini bukanlah angka-angka
atau skor, melainkan kategorisasi nilai atau kualitasnya. Secara hasil,
pendekatan kualitatif memberikan panduan yang sangat spesifik dan rinci
terhadap hasil penelitian, ia bersifat subjektif dan transferability.
Karenanya tidak mungkin adanya generalisasi dalam penelitian
kualitatif.178
Adapun metode yang digunakan peneliti dalam pendekatan ini
adalah metode deskriptif. Secara bahasa deskriptif adalah cara kerja yang
sifatnya menggambarkan, melukiskan, meringkaskan berbagai kondisi,
situasi, atau berbagai variable yang diamati. Dalam konteks penelitian,
metode deskriptif adalah cara kerja penelitian yamg dimaksudkan untuk
menggambarkan, melukiskan, atau memaparkan keadaan suatu objek
(realitas atau fenomenal) secara apa adanya, sesuai dengan situasi dan
kondisi pada saat penelitian itu dilakukan.179
E. Sampel Sumber Data
Sampel bagi metode kualitatif sifatnya purposive artinya sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel metode kualitatif tidak 177 Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif , ( cet I; Pontianak : Perpustakaan Nasional,
2015 ), h. 55
178Ibrahim.Metodologi Penelitian Kualitatif ,h. 55-56
179Ibrahim.Metodologi Penelitian Kualitatif ,h. 62
68
menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas
informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh informan
atau partisipan.180
Patokan umum untuk sampel:
Jumlahnya kecil, karena dengan jumlah kecil peneliti akan mampu
mengumpulkan data yang mendalam.181
Jumlahnya bisa bervariasi dari satu hingga 40. Tetapi karena
penekanannya pada informasi yang rinci dan kaya, maka jumlah yang
besar akan menjadi masalah, karena akan terjadi pengulangan
informasi.182
Adapun sampel sumber data dalam penelitian adalah anak-anak
usia 2-12 tahun di Kelurahan Baru Tengah tepatnya yaitu di RT 01. Dalam
menentukan sumber data, peneliti menentukan sumber data sesuai
dengan masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini yang akan menjadi
sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Orang Tua
2. Anak-anak usia 2-12 tahun di RT 01 Kelurahan Baru Tengah
F. Instrumen Penelitian
Metode penelitian kualitatif memiliki instrumen penelitian tersendiri.
Instrumen itu berbeda dengan instrumen yang digunakan dalam metode
180 Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitk dan Keunggulannya, ( cet I;
Jakarta : Grasindo, 2010 ), h. 115
181 Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitk dan Keunggulannya, h. 115
182 Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitk dan Keunggulannya, h. 115-
116
69
penelitian kuantitatif. Dalam metode kualitatif, peneliti bahkan sebagai
instrumen sementara instrumen lainnya, yaitu buku catatan, tape recorder
(video/audio), kamera, dan sebagainya.183
Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga
harus ―divalidasi‖ seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan
penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti
sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri,
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode
kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.184
G. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data adalah suatu pekerjaan penting dan sangat
menentukan dalam suatu penelitian. Sebuah penelitian dapat dikatakan
berhasil apabila data dapat dikumpulkan. Sebaliknya, jika data tidak bisa
didapatkan atau tidak bisa dikumpulkan, maka sebuah penelitian
dipandang tidak berhasil alias gagal.185
183
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
h. 43
184
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (
cet XXI; Bandung : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia, 2015 ), h. 305-306
185 Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 81
70
Diantara teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara, dokumentasi.186
1. Observasi
Secara terminologi, observasi berasal dari istilah Inggris
observation yang bermakna pengamatan, pandangan,
pengawasan. Atau dalam kata keterangan sebagai observe yang
berarti mengamati, melihat, meninjau, menjalankan, mematuhi,
memperhatikan, menghormati. Karena itu, observasi menurut
Kaelan adalah pengamatan atau peninjauan secara cermat.
Menurutnya, observasi atau pengamatan merupakan teknik
pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian.187
2. Wawancara
Wawancara menurut Moleong adalah percakapan dengan maksud
tertentu, yang melibatkan dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interwiewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.188
3. Dokumentasi
Dokumen atau dokumentasi dalam penelitian mempunyai dua
makna yang sering dipahami secara keliru oleh peneliti pemula.
Pertama, dokumen yang dimaksudkan sebagai alat bukti tentang
sesuatu, termasuk catatan-catatan, foto, rekaman video atau
186Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 82
187Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 82-83
188Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 90
71
apapun yang dihasilkan oleh seorang peneliti. Dokumen bentuk ini
lebih cocok disebut sebagai dokumentasi kegiatan/kenang-
kenangan.189
Kedua, dokumen yang berkenaan dengan peristiwa atau momen
atau kegiatan yang telah lalu, yang padanya mungkin dihasilkan
sebuah informasi, fakta dan data yang diinginkan dalam
penelitian.190
H. Teknik Analisa Data
Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada
adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya
ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel
sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan
dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah
dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik,
teratur, terstruktur dan mempunyai makna.191
Peneliti akan mencoba menggunakan teknik analisis data model
interaktif. Teknik ini merupakan teknik analisis yang paling sederhana dan
banyak digunakan oleh peneliti kualitatif, yakni reduksi, display data, serta
verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Analisis data interaktif ini
selalunya merujuk pada konsep yang ditawarkan oleh Miles dan
Hubberman (1994) yang terdiri dari kegiatan reduksi data (data reduction), 189Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 96
190 Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 96
191 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ( cet I; Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2006 ), h. 239
72
penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan
(drawing and verifying conclousion).192
Reduksi data adalah proses dimana seorang peneliti perlu
melakukan telaahan awal terhadap data-data yang telah dihasilkan,
dengan cara melakukan pengujian data dalam kaitannya dengan aspek
atau fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti coba menyusun data
lapangan, membuat rangkuman atau ringkasan, memasukkannya
kedalam klasifikasi dan kategorisasi yang sesuai dengan fokus dan aspek
fokus.193
Display data dapat diartikan sebagai upaya menampilkan,
memaparkan atau menyajikan data. Sebagai sebuah langkah kerja
analisis, display data dapat dimaknai sebagai upaya menampilkan,
memaparkan dan menyajikan secara jelas data-data yang dihasilkan.194
Jika dalam kegiatan reduksi data adalah bertujuan untuk
memastikan tidak lagi ada data-data yang ngawur dan tidak relevan, maka
kegiatan display data dilakukan untuk tujuan; pertama, memastikan data-
data yang dihasilkan telah masuk dalam kategori-kategori yang sesuai
sebagaimana telah ditentukan;
192 Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 111
193Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 111
194Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 112
73
kedua, untuk memastikan data sudah lengkap dan sudah mampu
menjawab setiap kategori yang dibuat. Jika proses display data diyakini
sudah mencapai dua tujuan tersebut, maka sampailah peneliti pada
langkah analisis yang terakhir, yakni penarikan kesimpulan dan atau
verifikasi.195
195Ibrahim. Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 112-113
74
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian berdasarkan
rumusan masalah yang sudah disajikan di bab sebelumnya.
A. Profil Lokasi
1. Gambaran Umum Kelurahan Baru Tengah
Kelurahan Baru Tengah yang dulu hingga saat ini disebut Kampung
Baru. Tidak ada data valid dari Kelurahan Baru Tengah dan RT 01
mengenai sejarah Kelurahan Baru Tengah. Sedikit mengenai Kelurahan
Baru Tengah, kantor Kelurahan Baru Tengah dulunya berada di
Kelurahan Baru Ulul, dan baru-baru ini sekitar beberapa tahun yang lalu
kantor kelurahan dipindahkan ke Jalan 21 Januari, sehingga ini yang
menyebabkan banyak data mengenai Kelurahan Baru Tengah yang
tertinggal di kantor yang lama, sehingga tidak dapat dipaparkan secara
jelas mengenai kelurahan Baru Tengah. Ada sedikit data yang bisa
disajikan mengenai Kelurahan Baru Tengah yang didapatkan melalui
ketua RT 01 ibu HJ. Farida Kurniawati, SE, berikut data yang dapat
disajikan berdasarkan, Dokumen/Kronologi Yuridis Penetapan Batas
Wilayah Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Sekilas menegnai
Kelurahan Baru Tengah, berdasarkan PP 21 TH 1987 Kelurahan Baru
Tengah merupakan salah satu dari 19 kelurahan yang ada di Kecamatan
75
Balikpapan Barat. Kemudian, berdasaerkan Keputusan Gubernur tingkat 1
Kaltim No. 227A. TH 1988, Kelurahan Baru Tengah memiliki luas wilayah
sebesar 0,5704 km2.196
2. Letak Geografis
UU No. 27 th.1959 tentang penetapan UU darurat No.3 Th.1953
tentang pembentukan dari II di Kaltim (LN.TH.1953 No.9), sebagai UU
(memori penjelasan dalam tambahan LN No.1820) Surat keputusan
Gubernur KDH Provinsi Kaltim No. 18 / TH-PEM/914-1969 Tentang
penetapan batas di luas daerah Kota Balikpapan.
Luas daerah yang diliputi adalah 946 km , kecamatan :
a. Kecamatan Balikpapan Utara
b. Kecamatan Balikpapan Timur
c. Kecamatan Balikpapan Barat
d. Kecamatan Penajam
PP 21 TH 87 tentang penetapan batas-batas wilayah Kota
Balikpapan. Pada pasal 5 ayat 4 PP 21 TH. 87, wilayah Kota DATI II.
Balikpapan. Setelah ditata kembali meliputi kelurahan, Baru Tengah,
Gunung Sari Ilir, Gunung Sari Ulu, Karang Rejo, Karang Jati, Gunung
Samarinda, Batu Ampar, Karang Joang, Baru Ilir, Baru Ulu, Karingau,
Prapatan, Klandasan Ilir, Damai, Sepinggan, Manggar, Lamaru, Teritip,
Desa Manggar Baru.
Keputusan Gubernur tingkat 1 Kaltim No. 227A. TH 1988 Tentang
penetapan batas wilayah desa/ kelurahan Kota DATI II Balikpapan.
Kecematan Balikpapan Barat:
a. Kelurahan Baru Ilir Luas wilayah 30993 km2
b. Kelurahan Baru Tengah Luas wilayah 0,5704 km2
196
Dokumen/kronologi yuridis penetapan batas wilayah kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Informan Kelurahan
Baru Tengah)
76
c. Kelurahan Baru Ulu Luas wilayah 0,9548 km2
d. Kelurahan Kariangau Luas wilayah 175,3275 km2197
3. Kondisi Demografis
Kelurahan Baru Tengah merupakan salah satu kelurahan yang ada
di Kecamatan Balikpapan Barat. Merupakan kelurahan yang penduduknya
didominasi orang-orang suku bugis, makassar, jawa dan banjar.
Kelurahan baru tengah sebagian penduduknya hidup di rumah yang
berada di atas laut. Kondisi seperti ini yang biasanya membuat
pemerintah harus ektra memperhatikan kehidupan rakyatnya, karena
kehidupan di atas laut ini mengundang banyak sekali perhatian dari
pemerintah mulai dari infrastruktur pembangunan, kesehatan dan lain
sebagainya. Kelurahan baru tengah didominasi oleh bangunan yang
berada di atas laut sehingga merupakan hal biasa ketika tumpukan
sampah yang ada di laut di biarkan begitu saja. Jumlah penduduk yang
lumayan banyak dan infrastruktur yang kurang memadai akan
menimbulkan hal lain berupa penyakit. Ini jelas akan membuat
pemerintah bekerja ekstra untuk melakukan pembenahan.
Di tinjau dari segi kegamaan, Kelurahan Baru Tengah saat ini
sudah semakin berkembang. Yang dahulu kelurahan baru tengah
merupakan daerah rawan kriminal saat ini sudah berbenah menjadi lebih
baik walaupun tidak 100%, kenakalan anak berupa tawuran masih biasa
didapatkan, narkoba jenis sabu pun masih berkembang pesat hingga saat
ini, judi (dewasa maupun anak-anak) masih biasa didapatkan. Itulah
sekilas mengenai kelurahan baru tengah. Semakin hari sudah semakin
baik, walaupun tidak secara keseluruhan. Masih banyak yang perlu
dibenahi.
197 Dokumen/kronologi yuridis penetapan batas wilayah kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (Informan Kelurahan
Baru Tengah)
77
4. Visi dan Misi
Kelurahan Baru Tengah memiliki visi dan misi, antara lain :
a. Visi
Terwujudnya Balikpapan sebagai kota industri, perdagangan, jasa
dan pariwisata yang didukung oleh penyelenggaraan tata pemerintahan
yang baik (Good Governance) dan masyarakat yang beriman, sejahtera,
religious dan berperadaban maju (Madinatul Iman).
b. Misi
1) Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, sehat jasmani
dan memiliki daya saing di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Mewujudkan tersedianya infrastruktur kota yang mampu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan fungsi kota di masa depan.
3) Mewujudkan kondisi kota yang layak huni dan berwawasan
lingkungan.
4) Mewujudlkan perekonomian kota yang berorientasi kepada
pengembangan potensi ekonomi kerakyatan dan pengembangan
basis ekonomi kota di masa depan.198
5. Struktur Organisasi199
198 Arsip Kelurahan Baru Tengah Tahun 2018 (Informan HJ. Farida Kurniawati, SE, ketua RT 01) 199 Arsip Kelurahan Baru Tengah (Informan Ibu Anti, Staff Kelurahan Baru Tengah)
LampiranPeraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor : 22 Tahun 2018 LURAH
---------------------------
EDDY MOELYONO
KEPALA SEKSI PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK
NURHAYATI
KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
SUSANTI RAHAYU
KEPALA SEKSI TRAMTIB DAN LINGKUNGAN
HIDUP
ODIE HERMAWAN
SEKRETARIS
----------------------------
ILHAMSYAH
78
6. Gambaran Subjek Penelitian
Untuk menunjang kualitas penelitian ini, maka diperlukan subjek
untuk diteliti. Yang merupakan subjek dari penelitian ini terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok responden dan kelompok informan.
Kelompok yang pertama, yaitu kelompok responden yang berasal dari
orang tua dan anak-anak. Sedangkan yang menjadi kelompok kedua,
yaitu yang berasal dari masyarakat sekitar, seperti tokoh pemerintah dan
tokoh masyarakat. Data dari informan dan responden tersebut sangat
penting untuk menambah kualitas dan valid penelitian ini.
Untuk menambah valid dan kualitas penelitian ini, peneliti
memperoleh data dari responden dengan melakukan wawancara
terstruktur, selain itu penulis juga mendapatkan informasi dari informan
dengan melakukan wawancara tidak terstruktur. Informan memiliki peran
yang cukup penting dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan
metode komunikasi yang digunakan oleh orang tua dan juga gambaran
mengenai akhlak atau perilaku anak-anak.
B. Hasil Penelitian
1. Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap
Pembentukan Akhlak anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah
Seperti yang diketahui bahwa komunikasi memiliki peran yang
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih dalam sebuah
keluarga. Antara ayah, ibu dan anak-anak tentu tidak akan terjadi
kecocokan tanpa adanya komunikasi yang baik di antara mereka.
79
Terlebih lagi jika orang tua sudah tidak memiliki waktu luang untuk
berkomunikasi dengan anak-anaknya, tentu ini akan sangat berpengaruh
kepada akhlak anak-anak mereka. Mereka akan menjadi sosok yang
kurang perhatian sehingga menghasilkan akhlak yang buruk.
Metode komunikasi yang salah pun akan menghasilkan dampak
yang kurang baik terhadap anak, misal metode yang terlalu keras pun
akan menghasilkan akhlak yang keras. Metode yang terlalu lembut pun
akan menghasilkan akhlak yang kurang baik bagi anak. Ini akan
menjadikan mereka terlahir menjadi anak yang manja dan terlalu banyak
berharap kepada orang tua.
Metode komunikasi antarpribadi orang tua dalam pembentukan
akhlak anak di Kelurahan Baru Tengah tepatnya di RT 01 yakni
kebanyakan dari orang tua masih kurang yang menggunakan metode
yang telah disajikan, hal tersebut berdasarkan hasil observasi lapangan
dan juga berdasarkan data informasi dari informan yakni tokoh
masyarakat ketua Pimpinan Cabang ‗Aisyiyah Balikpapan Barat. Akan
tetapi masih ada sebagian kecil orang tua yang menggunakan atau
menerapkan metode tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut
berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa responden.
Berikut metode komunikasi yang disajikan berdasarkan Alqur‘an
dan Sunnah:
80
a. Metode Komunikasi Berdasarkan Alqur‘an
1) Qaulan Sadida (Perkataan yang Benar)
Jika didalam Alqur‘an disebutkan salah satu metode komunikasi
yakni perkataan yang benar (Qaulan Sadida), maka yang terjadi di
lapangan justru tidak demikian, yang didapati justru adalah perkataan
yang tidak benar, orang tua terkadang berbohong atau membohongi anak-
anak dengan dalih anaknya akan menjadi penurut, padahal kenyataan
yang didapati justru anak menjadi anak yang pembangkang karena
merasa dibohongi oleh orang tuanya.
Namun itu hanya sebagian kecil, adapun sebagian besar yang lain
sudah berusaha untuk menerapkan metode tersebut, seperti yang
dipaparkan oleh beberapa responden berikut, yang menerapkan metode
tersebut berserta alasan, dampak dan hasil dari penerapannya.
―Metode perkataan yang benar (Qaulan Sadida). Alasannya, karena
dengan menggunakan metode perkataan yang benar akan
membentuk karakter anak untuk selalu benar dan jujur dalam
ucapan dan tindakan. Adapun dampak dari penerapan metode
tersebut, anak selalu mengatakan sesuatu dengan benar dan jujur,
sebab anak memahami apa yang disampaikan orang tua.
Alhamdulillah berhasil, walaupun kadang masih perlu untuk
iingatkan, terkadang masih terpengaruh teman dan lingkungan
sekitar. Kemudian hasil dari penerapan metode tersebut anak
menjadi mudah berkomunikasi dengan orang tua, temannya serta
lingkungannya. Anak mampu memberikan pendapatnya tanpa rasa
takut, sebab dia memahami bahwasanya berkata yang baik itu
harus dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun.‖200
200 Hasil wawancara dengan responden Rahmawati
81
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa orang tua
tertarik menggunakan metode tersebut karena menganggap metode
tersebut lebih cocok untuk membentuk karakter anak menjadi pribadi yang
jujur dalam ucapan dan perbuatannya. Sehingga dampak yang diperoleh
pun baik, anak menjadi sosok yang selalu berkata jujur dalam
kesehariannya terhadap orang tua maupun lingkungan luar tempat
bermainnya. Anak menjadi lebih mudah mengekspresikan dirinya, lebih
berani menyampaikan pendapat karena telah maindset dalam dirinya
untuk terus berkata benar. Walaupun orang tua juga harus ekstra
mengingatkan anak, karena lingkungan luar atau lingkungan tempatnya
bermain juga memiliki andil yang besar dalam mempengaruhi akhlak
anaknya.
Selanjutnya pemaparan dari responden yang lain, yang
menerapkan metode tersebut beserta alasan, dampak dan hasil dari
penerapannya.
―Metode perkataan yang benar (Qaulan Sadida), karena jika
menggunakan metode perkataan yang benar, yang lain akan ikut
benar. Dampak dari penerapan metode tersebut ialah dari
perkataan yang benar akan melahirkan perbuatan yang benar.
Alhamdulillah, sebagian besar berhasil, tetapi sebagian kecil tidak
berhasil, karena anak-anak bergaul di lingkungan teman-temannya
ada saja pengaruh buruk dari teman bermainnya. Kemudian hasil
yang diperoleh dari penerapan metode tersebut adalah hasilnya
banyak sekali, jika orang disekelilingnya tidak benar atau
mengucapkan kata-kata yang salah ia akan membenarkan atau
82
membetulkannya. Juga terhadap perbuatan yang tidak benar itu.
Dan yang didapatkan temannya pasti akan menyukainya.‖201
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa orang tua
menggunakan metode tersebut dengan alasan segala sesuatu yang
diawali dengan kebenaran maka akan menghasilkan kebenaran pula. Jika
memulai untuk mendidik anak dengan perkataan yang benar maka akan
menghasilkan akhlak yang benar pula. Kemudian dampak dari penerapan
metode tersebut anak menjadi sosok yang cinta dengan kebenaran,
sehingga ketika melihat suatu perkara yang tidak sesuai dengan syariat
maka ia akan cepat meluruskan atau membenarkannya. Seperti yang
telah dipaparkan di atas, ketika anak melihat ada yang berkata dan
berlaku tidak benar maka ia akan mencoba untuk meluruskan dan
membenarkannya. Kemudian di atas disebutkan pula bagaimana teman
bermain itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang akhlak anak,
sehingga orang tua tidak menafikan bahwa ada saja akhlak buruk yang
terkadang anak bawa pulang ketika selesai bermain. Sehingga hal
tersebut membuat orang tua harus ekstra memperhatiakan pergaulan
anak-anak mereka.
Itulah hasil pemaparan para responden yang menerapkan metode
tersebut beserta dengan alasan, dampak dan hasil dari penerapannya.
Sehingga hal tersebut di atas merupakan salah satu acuan bahwa tidak
semua orang tua mengabaikan metode yang telah disajikan.
201 Hasil wawancara dengan responden Badrianty Djafar.
83
2) Qaulan Baligha (Perkataan yang Berdampak dan Efektif)
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
Qaulan Baligha merupakan metode komunikasi yang diharapkan dapat
memberikan dampak yang sesuai dengan artinya. Qaulan Baligha bersifat
langsung kepada pokok masalah, serta tidak bertele-tele.
Yang diharapkan dari penerapan metode ini tentunya adalah
terwujudnya anak-anak yang berakhlak mulia. Kenyataan yang didapati
dilapangan banyak orang tua yang menerapkan metode tersebut. Hal
tersebut berasarkan hasil observasi lapangan, adapun data dari
responden tidak ditemukan yang menggunakan metode tersebut.
Kemudian metode tersebut sesungguhnya tidak dapat diterapkan
sendiri, mesti ada kolaborasi atau kerjasama yang baik dengan metode
lainnya. Dilapangan yang terjadi, orang tua banyak menerapkan metode
tersebut secara personal tanpa bantuan metode lain, menyampaikan
sesuatu dengan jelas, fasih, akan tetapi dampak yang ditimbulkan justru
buruk. Anak menjadi pembangkang dan susah diatur. Yang menjadi
penyebabnya karena penerapan metode ini dibarengi dengan isi pesan
yang kurang baik atau kurang mendidik.
Metode sudah tepat akan tetapi isi dari pesan yang disampaikan
kurang tepat, sehingga dampak yang dihasilkanpun tidak baik. Contohnya,
orang tua sering memarahi anak-anak dihadapan orang lain (depan
umum), menghardik anak-anak tanpa memikirkan kondisi psikologi anak.
Hal inilah yang salah dari penerapan metode tersebut. Maksud dari
84
perkataan yang berdampak yang disebutkan di dalam Alqur‘an yakni yang
mampu merubah akhlak anak menjadi terpuji, bukan justru sebaiknya.
Orang tua menganggap perkataan yang berdampak adalah yang mampu
membuat anak menjadi penurut walaupun dengan kekerasan, akan tetapi
kenyataan yang ada justru anak menjadi penurut tetapi pembohong.
Dihadapan orang tua nampak manis namun dibelakang tidak demikian.
3) Qaulan Ma‟rufa (Kata-kata yang Baik)
kemudian metode Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa), yang
terjadi dilapangan justru terbalik, banyak orang tua yang tidak
menggunakan kata-kata yang baik, bahkan ada sebagian dari mereka
yang sampai menghardik anaknya, tidak tanggung-tanggung terkadang itu
dilakukan di depan umum. Ini sungguh akan sangat berpengaruh terhadap
psikologi sang anak. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi lapangan,
dan itu hanya sebagian kecil saja. Adapun sebagian yang lain masih
berusaha untuk menerapkan metode tersebut. Seperti apa yang
diapaprkan oleh beberapa reponden berikut ini.
―metode kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa), karena berkata baik
dan selalu berusaha mencari teman yang baik sangat dianjurkan
dalam agama Islam dari situ kita bisa membangun akhlak yang
baik. Dampak dari penggunaan metode tersebut adalah komunikasi
yang baik dengan sesama manusia dengan tujuan membangun
manusia yang beradab serta berideologi berpikir dan berbicara, dia
akan terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yang iucapkan
akan menyejukkan hati bagi orang yang mendengarkannya. In syaa
Allah berhasil, Kemudian hasil dari penerapan metode tersebut
hasilnya positif, baik dalam kehidupan berumah tangga.‖202
202Hasil wawancara dengan responden Lestari.
85
Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa orang tua sangat
menyukai metode tersebut, terlihat dari alasan yang digunakan yakni
bahwa hal tersebut sangat di anjurkan dalam Islam. Sehingga dampak
yang dihasilkan dari penerapan metode tersebut yakni terbentuknya
akhlak ynag baik beradab sehingga setiap perkataan yang keluar
bukanlah sesuatu yang sia-sia. Kemudian hasil yang diperoleh pun cukup
baik, karena terlihat dari pemaparan tersebut bahwa hasilnya baik dalam
kehidupan rumah tangga ini menggambarkan bahwa kehidupan rumah
tangga menjadi lebih harmonis sehingga anak pun akan merasakan
keteangan dalam kehiupan sehari-harinya.
Kemudian responden lain memaparkan metode yang ia gunakan
beserta alasan, dampak dan juga hasil yang diperoleh. Berikut
pemaparannya:
―metode yang digunakan adalah metode kata-kata yang baik
(Qaulan Ma‟rufa), karena metode tersebut efektif untuk mendidik
anak-anak. Kemudian dampak dari penerapannya anak menjadi
mudah untuk diberi pengertian jika ada suatu hal baik dengan tegas
ataupun lemah lembut. Sedikit banyak berhasil, tergantung mood si
anak. Kemudian hasil yang diperoleh dari penerapan metode
tersebut adalah anak cepat mengerti dan paham apa yang kita
inginkan walaupun tidak secara langsung diikuti akan tetapi pada
waktu lain ia sudah mengerti.‖203
Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh responden di atas, dapat
diketahui bahwa responden sangat mengapresiasi metode kata-kata yang
baik (Qaulan Ma‟rufa) dengan alasan menganggap metode tersebut efektif
untuk membentuk akhlak anak mereka menjadi lebih baik. Hal tersebut
203 Hasil wawancara dengan responden Sri Wahyuni.
86
sejalan dengan dampak yang mereka dapatkan anak-anak menjadi lebih
paham dengan keinginan orang tua. Walaupun dilain sisi anak belum bisa
sepenuhnya mengikuti semua keinginan orang tua akan tetapi anak
menjadi lebih bijak dalam berperilaku.
Kemudian sedikit pemaparan dari apa yang didapatkan melalui
hasil observasi, sebagian kasus, jika anak dibesarkan dengan metode
yang seperti ini (bertolak belakang dengan metode kata-kata yang baik)
kemungkinan besar anak akan memiliki akhlak yang tidak terpuji, anak
akan menjadi anak yang pembangkang, berwatak keras dan kasar, tidak
menghargai orang lain, dan lain sebagainya.
4) Qaulan Karima (Ucapan yang Mulia)
Metode ini merupakan metode yang sangat langkah untuk ditemui
dan diterapkan. Dari apa yang didapati dilapangan, jarang sekali orang tua
menggunakan atau menerapkan metode tersebut. Orang tua justru lebih
banyak menggunakan metode yang bertolak belakang dari metode
tersebut. Akan tetapi sebagian besar yang lain sudah berusaha untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut didapatkan
berdasarkan hasil observasi secara langsung dilapangan.
Dari hasil wawancara pun tidak ditemui responden yang
menggunakan atau menerapkan metode tersebut. Sesuai dengan
namanya yakni, karima atau mulia. Dilapangan yang terjadi, justru jarang
sekali terlihat bagaimana orang tua memuliakan anaknya. Sehingga hal
serupa yang tampak adalah jarang sekali ada anak yang bisa memuliakan
87
orang tuanya. Pemandangan antara anak dan orang tua yang saling
bertentangan sudah menjadi hal yang biasa didapatkan di sana.
5) Qaulan Layina (Ucapan yang Lemah Lembut)
Sejalan dengan metode sebelumnya yakni Qaulan Karima (ucapan
yang mulia), Qaulan Layina (ucapan yang lemah lembut) pun sangat
susah atau sangat jarang dilihat atau didapati penerapannya di RT 01
Kelurahan Baru Tengah. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi secara
langsung dilapangan. Akan tetapi masih ada sebagian orang tua yang
berusaha untuk menerapkannya, seperti dari apa yang dipaparkan oleh
responden berikut melalui hasil wawancara. Mereka memaparkan
mengenai metode yang mereka gunakan beserta alasan, dampak dan
juga hasil yang diperoleh. Berikut ini hasil wawancara dengan responden.
―metode yang digunakan adalah ucapan yang lemah lembut
(Qaulan Layina), penerapannya bergantung kondisi, jika anak
berlemah lembut maka orang tua pun menggunakan metode
tersebut. Namun kami melihat semua metode komunikasi yang
disajikan adalah baik untuk diterapkan, namun yang sering kami
gunakan adalah metode ini. Alasan menggunakan metode ini untuk
menghargai anak, kami merasa lebih cocok dengan metode ini,
kami berharap ada timbal balik yang baik ketika metode ini
diterapkan. Kemudian dampak dari penerapan metode ini, anak jadi
mudah mendengarkan nasehat orang tua. Soalnya anak kami ini
juga tergolong anak yang suka mengolok-olok orang tuanya
(batasan yang wajar), sehingga kami berharap dari penerapan
metode ini anak bisa memiliki akhlak yang lebih baik. Hasil yang
didapatkan dari penerapan metode ini, anak menjadi lebih baik,
shalat dhuha nya rajin, shalat lima waktu juga rajin walaupun masih
suka bolong-bolong, kebiasaan yang belum bisa dihilangkan itu
suka ke warnet main game.‖204
204Hasil wawancara dengan Mas’ati.
88
Berdasarkan pemaparan responden di atas dapat diketahui, bahwa
orang tua suka dengan metode tersebut dengan alasan karena untuk
menghargai anak. Akan tetapi penerapan metode tersebut bergantung
situasi dan kondisi. Seperti yang dikatakan, jika anak berlemah lembut
maka orang tua pun demikian. Jika diperlukan sedikit kekerasan seperti
memukul kemungkinan itu akan dilakukan jika anak tidak mau mendengar
nasehat orang tua. Orang tua berharap ada timbal balik yang bisa
diberikan oleh anak kepada mereka ketika menerapkan metode ini. Anak
bisa menjadi sosok yang penyayang dan berlemah lembut terhadap orang
tuanya. Kemudian dampak yang dihasilkan dari penerapan metode
tersebut, anak menjadi lebih mudah mendengarkan nasehat orang tua,
karena seperti yang dipaparkan oleh responden bahwa anaknya adalah
anak dengan tipikal yang suka mengolok-olok sehingga jika metode yang
diterapkan keras maka kemungkinan akan menghasilkan anak dengan
akhlak yang buruk, pembangkang dan lain sebagainya. Sehingga orang
tua seakan-akan menarik ulur anak, karena jika terlalu berlebihan dalam
menerapkan metode ini justru anak akan menjadi manja, sehingga yang
dibutuhkan adalah bersikap washath atau pertengahan dalam bertindak.
Kemudian pemaparan dari responden yang lain mengenai metode
ini beserta alasan, dampak dan juga hasil yang ia peroleh.
―metode yang digunakan ucapan yang lemah lembut (Qaulan
Layina), alasannya karena agar anak bisa mencontohi, jika lembut
maka akan lembut jika kasar maka akan kasar juga anaknya.
Kemudian dampak yang diperoleh dari penerapan metode tersebut
adalah baik, anak menjadi lebih baik, berlemah lembut terhadap
89
orang tua. Berhasil. Kemudian hasil yang diperoleh anak kami
menjadi penurut, baik, rajin mengaji dan shalat tanpa harus
dipaksa-paksa.‖205
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa orang tua sangat
merespon baik metode tersebut walaupun penerapannya masih agak
susah. Dan terkadang ketika metode tersebut sudah berhasil untuk
diterapkan akan tetapi ada faktor yang lebih besar yang dapat
mempengaruhi dan merubah akhlak anak yakni lingkungan masyarakat
atau lingkungan bermain.
Dari pemaparan di atas orang tua sudah sangat mengapresiasi
metode tersebut. Hai itu dapat dilihat dari bagaimana alasan serta dampak
dan hasil yang mereka peroleh. Responden mengatakan alasan
penggunaan metode tersebut agar anak dapat meniru atau mencontoh
perlakuan itu. Kemudian orang tua juga merasa metode tersebut cocok
untuk diterapkan kepada anaknya.
Kemudian dampak yang mereka dapatkan pun sudah cukup baik.
Mereka merasa ada perubahan pada diri anak. Karena jika tidak dengan
kelembutan maka anak akan sulit untuk menerima nasehat orang tua. Jika
kekerasan yang diberikan, anak justru akan menjadi lebih keras lagi.
Kemudian hasil yang didapatkan pun sudah cukup baik, anak menjadi
rajin shalat dan mengaji, sudah tidak dengan paksaan.
205Hasil wawancara dengan Mariana.
90
6) Qaulan Maisura (Perkataan yang Mudah Dipahami)
Seperti apa yang telah dipaparkan sebelumnya Qaulan Maisura
lebih tepatnya bisa diartikan kata-kata yang menyenangkan atau
perkataan yang berisi hal-hal yang menggembirakan. Hasil yang didapati
dilapangan, metode ini jika diartikan sesuai dengan apa yang ada
sebelumnya (kata-kata yang menggembirakan dan menyenangkan), maka
penerapan yang ada dilapangan sangat jarang. Walaupun masih ada
sebagian orang tua yang menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun jika perkataan yang mudah dipahami yang dimaksudkan
adalah kata-kata kasar atau caci dan maki atau bahkan tindakan
menyakiti maka metode tersebut terkadang didapati diterapkan oleh orang
tua yang ada disana, akan tetapi tidak semua orang tua menerapkannya.
Hal tersebut semua didapati berdasarkan hasi observasi secara langsung
dilapangan.
Adapula yang sudah menerapkannya dengan baik, sehingga
dikatakan metode tersebut sejatinya tidak gagal sama sekali dalam
penerapannya dilapangan. Seperti yang dipaparkan oleh responden
berikut ini melalui hasil wawancara. Ia memaparkan metode yang ia
gunakan beserta alasan, dampak dan juga hasil yang diperoleh.
―metode yang digunakan adalah perkataan yang mudah dipahami
(Qaulan Maisura), dengan alasan karena dengan perkataan yang
mudah dipahami maka anak akan cepat mengerti apa yang kita
katakan dan memahami yang disampaikan. Kemudian dampak dari
penerapannya anak selalu mengatakan sesuatu dengan benar dan
jujur sebab anak memahami apa yang disampaikan orang tua.
Alhamdulillah berhasil walaupun kadang masih perlu untuk
91
diingatkan. Kemudian hasil yang diperoleh anak menjadi mudah
berkomunikasi dengan lingkungannya baik dengan orang tua
maupun temannya. Ia berani menyampaiakn pendapatnya tanpa
rasa takut, sebab ia memahami bahwasanya berkata yang baik itu
harus dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun.‖206
Dari apa yang telah dipaparkan oleh responden tersebut, dapat
diketahui bahwa orang tua mengapresiasi metode tersebut, dengan
alasan agar anak mudah untuk memahami apa yang orang tua inginkan.
Sehingga dampak yang orang tua peroleh, sejalan dengan alasan yang
diberikan. Anak menjadi mudah mengerti apa yang orang tuanya
sampaikan sehingga dalam kehidupan bermasyarakat pun ia juga
menerapkan metode yang orang tuanya berikan. Dampaknya pun cukup
baik, dari penerapan metode tersebut dapat menjadikan anak sosok yang
mudah untuk mengekspresikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan batasan syariat.
b. Metode Komunikasi berasarkan Sunnah Rasulullah Shallallahu „alaihi
Wasallam
1) Menasehati anak, bukan memakinya
Metode ini merupakan metode yang sangat jarang didapati
diterapkan di RT 01 Kelurahan Baru Tengah. Yang terjadi dilapangan,
ketika anak melakukan kesalahan, orang tua jarang menasehati, yang ada
justru memaki dan tidak jarang sampai berlaku kasar atau memukul anak.
Akan tetapi itu hanya sebagian saja, adapun sebagian lainnya tetap
menerapkan dan berusaha dalam penerapan metode tersebut dalam
206Hasil wawancara dengan Rahmawati
92
kehidupan sehari-hari. Salah satunya berdasarkan hasil wawancara
dengan responden yang menggunakan metode tersebut dalam kehiupan
sehari-hari.
Berikut pemaparan dari responden yang menggunakan metode
tersebut, beserta alasan, dampak dan hasil yang didaptkan dari
penerapan metode tersebut.
―metode yang digunakan adalah menasehati anak bukan
memakinya, alasannya mendidik anak tidak harus dengan memaki,
membentak. Kita bisa mendidik dengan cara menasehatinya bila
dia salah, berbicara baik, sopan, bertutur kata lembut, agar mampu
menjadi panutan. Kemudian dampaknya yang dihasilkan dari
penerapan metode tersebut anak-anak akan patuh, akan lebih
menghargai orang lain, sopan bertutur kata lembut dan baik. Iya
berhasil. Kemudian hasil yang didapatkan, anak menjadi lebih
sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari.‖207
Dari pemaparan responden di atas dapat diketahui bahwa, orang
tua sangat merespon baik metode tersebut, sehingga orang tua
menggunakan metode tersebut dengan alasan bahwa mendidik anak itu
tidak harus dengan kekerasan, caci dan maki, bentakan dan lain
sebagainya. Cara yang dapat digunakan yakni menasehati ketika anak
melakukan kesalahan, berbicara yang baik dan berlemah lembut terhadap
anak. Sehingga hal itu akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
psikologi anak. Kemudian dampak yang diterima orang tua dari penerapan
metode tersebut anak menjadi patuh kepada orang tua, baik kepada
orang lain, sopan dan bertutur kata yang lembut. Hasilnya pun sama
dalam kehidupan sehari-hari anak menjadi sopan dan santun.
207Hasil wawancara dengan Lestari.
93
Selanjutnya pemaparan responden lain mengenai metode tersebut,
beserta alasan, dampak dan hasil dari penerapnnya.
―metode yang digunakan menasehati anak bukan memakinya.
Karena dengan menasehati anak ia akan merasa disayang dan
diperhatikan. Kemudian dampak yang diperoleh dari penerapan
metode tersebut anak akan selalu mengingat apa yang telah kita
nasehatkan. Dan anak akan selalu mematuhi apa yang kita izinkan
dan apa yang kita larang. Alhamdulillah berhasil, namun kadang
anak-anak sering lupa apa yang orang tua telah ajarkan. Tetapi
orang tua harus selalu mengingatkan karena hidup ini adalah
proses yang harus berjalan. Sebagai orang tua kita tidak boleh
menyerah untuk selalu menasehati anak. Kemudian hasil yang
dicapai yaitu dengan cara menasehati anak bukan memakinya,
anak akan belajar bagaimana cara berkomunikasi yang benar.
Anak akan belajar sabar untuk berkomunikasi dan yang
didapatkannya anak baik berkomunikasi dengan lingkungannya.‖208
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan oleh responden di atas,
dapat diketahui bahwa orang tua sangat mengapresiasi metode tersebut,
hal itu dapat dilihat dari bagaimana orang tua memaparkan alasan dari
penggunaan metode tersebut. Mereka beralasan bahwa metode tersebut
sangat baik untuk diterapkan karena lebih seperti memuliakan anak ketika
ia melakukan keasalahan. Kemudian sikap bijak orang tua ketika anak
melakukan kesalahan adalah dengan menasehatinya, itu sudah betul.
Karena sejatinya anak itu mencontoh apa yang orang tuanya lakukan. Jika
sedari kecil ketika anak melakukan kesalahan kemudian yang dilakukan
adalah memaki bukan menasehati maka anak akan melakukan hal yang
sama dikemudian hari.
208Hasil wawancara dengan Badrianty Djafar
94
Kemudian dampak yang diberikan dari penerapan metode tersebut
pun sudah cukup memuaskan, anak mejadi patuh mendengarkan nasehat
orang tua. Mereka menjadi lebih peka terhadap perizinan dan larangan
yang orang tua berikan dan lain sebagainya.
Kemudian hasil yang didapatkan berdasarkan pemaparan para
responden, anak mejadi lebih patuh, sopan dan santun serta anak
menjadi lebih sabar dan baik dalam berperilaku.
2) Membiasakan musyawarah dengan anak-anak
Metode ini pun merupakan metode yang sangat langka atau jarang
didapati penerapannya di RT 01 Kelurahan Baru Tengah. Orang tua
kebanyakan memutuskan suatu perkara secara sepihak tanpa
bermusyawarah terlebih dahulu dengan anak-anak.
Anak-anak memiliki ruang yang sempit untuk menyuarakan
pendapatnya. Sehingga mereka terlahir atau terdidik dengan tekanan. Hal
ini yang menjadi salah satu sebab anak memiliki watak keras dan brutal
serta egois terhadap orang tua dan orang lain. Hal itu berdasarkan hasil
observasi lapangan secara langsung. Akan tetapi masih ada didapati
beberapa orang tua yang menerapkan metode tersebut. Salah satunya
berdasarkan hasil wawancara dengan responden.
Berikut pemaparan responden mengenai metode tersebut, beserta
dengan alasan, dampak dan jug hasil yang diperoleh dari penerapan
metode tersebut.
―metode yang digunakan adalah membiasakan bermusyawah
dengan anak. Alasannya agar komunikasi bisa nyambung.
95
Kemudian dampak dari penerapan metode tersebut, kita jadi tahu
apa keinginan anak. Berhasil. Kemudian hasil yang didapatkan
adalah kita bisa mendidik anak secara sunnah, mengarahkan dan
membimbing sesuai dengan apa pokok persoalan si anak. Kita
tidak egois untuk menuruti keinginan kita sendiri tapi juga tidak
serta merta menuruti apa maunya, bermusyawarah dari hati
kehati.‖209
Berdasarkan apa yang telah responden paparkan di atas, dapat
diketahui bahwa pemilihan dan penggunaan metode ini sudah cukup baik.
Hal tersebut berdasarkan alasan yang diberikan oleh responden bahwa
penerapan metode itu agar komunikasi bisa lebih baik atau nyambung
antara orang tua dan juga anak. Sehingga dampak yang didapatkan ia
menjadi tahu apa yang anak inginkan. Hasil yang didapatkan pun sudah
lebih baik. Anak menjadi lebih baik, karena orang tua telah mendidiknya
sesuai dengan sunnah, orang tua mengarahkan dan membimbing
anaknya. Kemudian orang tua tidak egois terhadap keinginannya sendiri.
3) Mendidik dengan keteladanan
Mendidik dengan keteladanan merupakan salah satu dari sekian
banyak metode yang baik untuk diterapkan. Hasil dari observasi langsung
dilapangan, banyak orang tua yang menerapkan metode tersebut. Namun,
penerapan metode ini pun dibutuhkan kehati-hatian, karena dampak yang
diberikan dan dirasakan pun sangat besar baik itu dampak baik atau pun
buruk.
Seperti yang terjadi di RT 01 Kelurahan Baru Tengah, karena
kurangnya pemahaman orang tua terhadap ajaran Islam (aqidah, akhlak
209Hasil musyawarah dengan Sri Wahyuni
96
serta ibadah), banyak dari mereka yang justru memberikan keteladanan
yang kurang baik atau buruk, sehingga menghasilkan akhlak anak-anak
yang kurang baik pula.
Jika dilihat dari indikator banyak atau tidaknya yang menerapkan
metode ini, maka yang terjadi dilapangan adalah banyak. Akan tetapi, jika
dilihat dari hasil yang didapatkan (perubahan akhlak anak) dari penerapan
metode ini, maka jawabannya adalah kurang memuaskan. Hal ini
disebabkan oleh salah dalam memberikan keteladanan.
Akan tetapi berdasarkan hasil baik yang diperoleh, telah ada
beberapa orang tua yang menerapkan metode tersebut dan mendapatkan
hasil yang cukup memuskan terhadap pembentukan akhlak baik anaknya.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang
menggunakan metode tersebut.
Berikut pemaparan oleh responden yang menerapkan metode
tersebut beserta dengan alasan, dampak dan juga hasil yang iperoleh dari
penerapan metode tersebut.
―metode yang digunakan adalah mendidik dengan keteladanan.
Karena jika dengan keteladanan anak akan mudah mencontoh,
anak akan berpikir dan dia mudah mencontoh sehingga perlu untuk
memberikan teladan yang baik untuk anak. Kemudian dampak dari
penerapan metode tersebut terhadap akhlak anak adalah baik dari
segi akhlak terhadap orang tua dan orang lain. Berhasil dalam
menerapkan metode tersebut hanya saja contoh dari luar kadang
mempengaruhi anak. Hasil yang diperoleh, hasilnya Alhamdulillah
lumayan baik contoh masalah shalat dan mengaji anak ini rajin.‖210
210Hasil wawancara dengan Mariana.
97
Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh responden di atas dapat
diketahui, bahwa responden sangat mengapresiasi atau meminati metode
tersebut. Orang tua menerapkan metode tersebut dengan alasan agar
anak bisa mencontohi perbuatan orang tuanya. Karena memang sejatinya
rata-rata anak memiliki tipikal yang suka untuk mencontoh, sehingga ada
pepatah yang biasa didengar ―buah jatuh tak jauh dari pohonnya‖,
sehingga orang tua beranggapan bahwa dengan memberikan
keteladanan yang baik maka kelak anak pun akan mengikuti perilaku
orang tua untuk berbuat baik. Hal tersebut memang sejalan sesuai
dengan apa yang responden paparkan mengenai dampak dari penerapan
metode tersebut, akhlak anak sudah cukup baik kepada orang tua dan
juga orang lain, hasil yang didapatkan pun sudah cukup baik, anak rajin
shalat dan juga mengaji tanpa harus dipaksa.
Kemudian pemaparan kedua dari responden yang menggunakan
metode tersebut, beserta alasan, dampak dan juga hasil yang diperoleh
dari penerapan metode tersebut.
―metode yang digunakan adalah mendidik dengan keteladanan,
karena pada dasarnya karakteristik anak adalah meniru. Maka anak
menjadikan orang tuanya sebagai model untuk ditiru. Sehingga
orang tua dituntut untuk memberikan teladan yang baik. Kemudian
dampak dari penerapan metode tersebut, dengan menggunakan
metode keteladanan akan lebih memudahkan anak dalam
berperilaku sebab anak akan meniru apa yang dilakukan orang
tuanya. Berhasil selama orang tua tetap memberi keteladanan dan
mengingatkan anak agar tidak terpengaruh lingkungan yang kurang
baik. Hasil yang diperoleh, anak dapat mengapresiasi dan
meneladani perilaku baik orang tuanya.‖
98
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan oleh responden di atas
dapat diketahui bahwa, orang tua mengapresiasi metode tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk akhlak
anaknya. Dengan alasan karena sejatinya sifat alamiah yang anak miliki
adalah meniru. Model pertama yang ia lihat adalah orang tuanya ketika di
rumah setelah itu barulah lingkungan sekitarnya, walaupun memang
pengaruh terbesar yang dapat membentuk akhlak anak adalah lingkungan
luar atau lingkungan masyarakat. Sehingga inilah yang dibutuhkan adalah
peran penting orang tua untuk menyeimbangi pengaruh yang didapat dari
luar. Kemudian dampak yang dihasilkan akan memudahkan anak
mengekspresikan dirinya. Jika waktu yang diberikan orang tua untuk
membersamai anak lebih banyak maka potensi anak untuk meniru atau
mencotohi orang tuanya bisa lebih besar.
4) Mendidik dengan perhatian
Sama halnya dengan mendidik dengan keteladanan, mendidik
dengan perhatian pun merupakan salah satu metode yang sangat baik
untuk diterapkan. Karena sejatinya, selain membutuhkan nasehat, anak-
anak pun sangat butuh akan perhatian.
Keberhasilan dari penerapan metode ini pun membutuhkan
kecerdasan orang tua dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan apa yang penulis amati dilapangan, orang tua juga cukup
bersemangat dalam menerapkan metode ini.
99
Namun seperti yang penulis telah jelaskan dibutuhkan kecerdasan
orang tua dalam mengolah setiap metode yang digunakan. Jika salah
dalam menerapkan metode tersebut, maka hasil yang didapatkan pun
akan salah atau kurang memuaskan.
Seperti yang terjadi di RT 01 Kelurahan Baru Tengah, mereka telah
menerapkan metode ini namun, ada sebagian orang tua yang salah dalam
mengolah penerapan metode ini. Mereka kurang mengontrol komposisi
dari penerapan metode ini. Sehingga akhlak anak menjadi kurang baik,
anak menjadi manja dan terlalu bergantung kepada orang tuanya.
Inti atau maksud dari seluruh metode yang ada, orang tua terlihat
lebih banyak menuntut agar anak menjadi pribadi yang baik namun orang
tua kurang tepat dalam mengaplikasikan metode komunikasi dalam
kehidupan sehari-harinya.
Dari sekian banyak metode komunikasi yang disajikan hanya
sedikit yang mengaplikasikannya secara benar dalam kehidupan sehari-
hari, dari keterangan yang didapatkan melalui wawancara langsung
dengan informan, diketahui bahwa orang tua menganggap semua metode
komunikasi yang disajikan adalah metode yang baik hanya saja orang tua
sadar bahwa mereka belum bisa maksimal untuk menerapkan metode
tersebut atau bahkan terkadang orang tua salah mengartikan metode
tersebut.
Orang tua juga menyadari bahwa selain metode komunikasi yang
mereka terapkan adapula faktor lain yang lebih dominan dalam
100
membentuk akhlak anak-anak mereka yakni lingkungan. Kemaksimalan
orang tua dalam menerapkan metode komunikasi jika tidak diimbangin
dengan keadaan lingkungan yang baik maka akan membuat penerapan
metode komunikasi tersebut sia-sia.
Hal ini dibenarkan pula oleh kenyataan yang ada, bahwa anak-
anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-
temannya dan orang tua memiliki waktu yang sangat terbatas untuk
berkomunikasi dengan anak-anak mereka.
2. Perilaku Anak-anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah
Perilaku anak-anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah yakni terdiri
atas, akhlak terhadap Allah Subhanahu Wata‟ala, akhlak kepada sesama
manusia dan akhlak terhadap alam semesta. Akhlak kepada sesama
manusia terdiri atas, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada keluarga,
akhlak kepada tetangga dan akhlak kepada masyarakat luas. Berikut
penjelasan berdasarkan pengamatan dan temuan penulis:
a. Akhlak Terhadap Allah Subhanahu Wata‟ala
Berdasarkan apa yang diamati dan ditemukan dilapangan, akhlak
anak-anak terhadap Allah Subhanahu Wata‟ala masih terhitung kurang
baik. Masih banyak dari anak-anak yang kurang memperhatikan ibadah-
ibadah mereka kepada Allah Subhanahu Wata‟ala.
Masih banyak dari anak-anak yang meninggalkan kewajiban shalat
lima waktu mereka, meninggalkan TPA (Taman Pendidikan Alqur‘an),
101
serta lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-
teman daripada menyibukkan diri dalam kebaikan dan ketaqwaan.
Tidak dinafikan, masih ada beberapa anak yang menjalankan
kewajiban mereka terhadap Allah Subhanahu Wata‟ala, mereka shalat
dan belajar mengaji akan tetapi mereka belum sadari secara penuh untuk
mengerjakannya dari dorongan kebutuhan akan diri mereka sendiri,
melainkan kebanyakan karena merasa diperintah dan takut kepada kedua
orang tuanya, bukan karena takut kepada Allah Subhanahu Wata‟ala.
Namun ada beberapa diantara mereka yang mengerjakannya karena
dorongan diri sendiri bukan karena perintah ataupun merasa takut.
b. Akhlak kepada Sesama Manusia
1) Akhlak kepada Diri Sendiri
Berdasarkan apa yang diamati dan ditemukan dilapangan, akhlak
anak-anak terhadap diri sendiri terhitung masih kurang baik. Dari segi
spiritual, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, mereka masih
kurang sadar akan pentingnya dan harusnya melaksanakan shalat
lima waktu dan belajar mengaji.
Dari segi biologis atau dari segi pemeliharaan diri mereka agar
sehat jasmani pun didapati masih kurang baik. Masih banyak anak-
anak yang suka jajan atau berbelanja disembarang tempat tanpa
memikirkan sehat tidaknya makanan tersebut, kemudian makan dan
minum berdiri, tidak mencuci tangan sebelum makan dan lain
sebagainya.
102
2) Akhlak kepada Keluarga
Berdasarkan apa yang diamati dan ditemukan dilapangan, akhlak
anak-anak terhadap keluarga khususnya kedua orang tua, masih
terlihat kurang baik. Masih banyak anak-anak yang terlihat kurang
menghormati kedua orang tuanya seperti suka melawan, berkata
kasar, mengolok-olok dan lain sebagainya.
Hal tersebut setelah diamati pun banyak disebabkan oleh
kesalahan orang tua dalam menerapkan metode komunikasi di dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian faktor lain yang lebih besar adalah
disebabkan oleh faktor ekstern, yakni lingkungan masyarakat atau
lingkungan bermain anak-anak.
3) Akhlak kepada Tetangga
Berdasarkan apa yang diamati dan ditemukan dilapangan, akhlak
anak-anak kepada tetangga, terhitung atau terlihat cukup baik. Masih
didapati mereka berlaku sopan santun dan manis terhadap tetangga
mereka dibandingkan orang tua mereka sendiri. Hal tersebut
disebabkan oleh besarnya rasa segan anak-anak terhadap tetangga
mereka dibanding kedua orang tua mereka.
4) Akhlak kepada Masyarakat Luas
Berdasarkan apa yang diamati dan ditemukan dilapangan, akhlak
anak-anak terhadap masyarakat luas, masih terhitung kurang baik.
Hal ini karena masih banyak anak-anak yang merasa acuh tak acuh
103
dan tidak menjunjung tinggi tata krama yang ada terhadap orang lain
terutama orang tua dan pengguna jalan.
Contoh yang pernah ditemui, masih ada anak-anak yang bermain
bola sekalipun dihadapannya ada orang lain atau orang yang lebih tua
sedang berdiri, atau lebih tepatnya mereka bermain bola disembarang
tempat. Hal tersebut dianggap kurang sopan dan kurang aman karena
ditakutkan sewaktu-waktu bola akan mengenai orang lain.
Kemudian contoh lain, pernah didapati anak-anak yang sedang
bermain perang-perangan dengan menggunakan senjata api mainan
yang serupa dengan senjata api asli karena dilengkapi pula dengan
peluru.
Mereka memainkannya ditempat terbuka yang menjadi tempat
orang-orang melintas disana, karena seperti yang kita ketahui RT 01
Kelurahan Baru Tengah memang merupakan salah satu jalan menuju
pelabuhan speed boat yang menghubungkan kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara. Sehingga setiap hari jalanan ramai
oleh orang-orang yang hendak menyeberang. Sehingga permainan
jenis perang-perangan tersebut penulis anggap kurang tepat untuk
dimainkan di tempat tersebut.
c. Akhlak Terhadap Alam Semesta
Berdasarkan apa yang diamati dan ditemukan dilapangan, akhlak
anak-anak terhadap alam semesta masih terhitung kurang baik. Masih
ramai atau banyak anak-anak yang gemar mencabuti tanaman yang ada
104
di sekitar kantor kelurahan dan pasar, serta membuang sampah di
sembarang tempat.
Hal tersebut akan merugikan diri mereka dan orang lain, karena RT
01 Kelurahan Baru Tengah merupakan sebuah tempat yang berlokasi di
atas air atau lebih tepatnya merupakan pemukiman di atas laut. Sampah
yang menumpuk akan menyebabkan banyak penyakit, dan sampah-
sampah pun akan menyulitkan para driver speed boat ketika beroperasi,
speed boat akan macet jika ada sampah yang tersangkut di mesin.
Tetapi sejatinya sampah tersebut seluruhnya bukan merupakan
kesalahan anak-anak. Akan tetapi alangkah baiknya jika sedari kecil anak-
anak sudah diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dengan
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Berikut sedikit tambahan pemaparan mengenai perilaku atau
akhlak anak-anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa akhlak anak-anak di
Kelurahan Baru Tengah terhadap Allah Subhanahu wata‟ala, orang tua
dan teman-temannya dalam masyarakat masih terhitung kurang, hal ini
terjadi karena di sebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan beberapa
faktor yang penulis kutip dalam pembahasan bab 2, yang paling banyak
mempengaruhi atau dominan adalah faktor ekstern yakni lingkungan
masyarakat.
Sebelumnya diketahui bahwa kelurahan baru tengah memang
memiliki banyak kasus yang kurang mengenakkan, namun tidak menutup
105
kemungkinan bahwa daerah lain pun memiliki kasus yang lebih parah.
Penulis hanya berfokus terhadap objek dan subjek yang ada di Kelurahan
Baru Tengah, sehingga tidak berpanjang lebar membahas masalah lain
diluar dari Kelurahan Baru Tengah khususnya RT 01.
Beberapa kasus yang didapatkan dari informasi warga dan yang
penulis lihat sendiri, kasus-kasus yang ada di Kelurahan Baru Tengah
khususnya RT 01 yakni kasus narkoba (jenis sabu), judi (kartu, sabung
ayam dan lain-lain), perkelahian dan lain-lain. Namun berdasarkan subjek
penelitian ini, kasus yang berkaitan yakni narkoba (ada beberapa dari
mereka sebagai suruhan yang tugasnya membawa sabu untuk pembeli)
pemakai biasa didominasi oleh orang dewasa, judi, perkelahian (tawuran),
ngelem yang lagi marak sekarang, dan lain sebagainya, ini yang paling
banyak menimpa anak-anak perkisaran umur 2-12 tahun.
Bertepatan tanggal 6 Juni 2018 didapati beberapa anak yang
sedang asyik bermain judi di bawah pohon ketapang. Pemandangan
seperti itu merupakan sesuatu yang lumrah atau wajar didapati di RT 01
Kelurahan Baru Tengah.
Setelah melakukan observasi dan wawancara tak tertulis dengan
salah satu tokoh agama (ketua Pimpinan Cabang ‗Aisyiyah Balikpapan
Barat), ditemukan bahwa akhlak anak-anak di Kelurahan Baru Tengah
memang terhitung kurang baik. Beberapa tindak kriminal salah satunya
adalah judi kartu masih biasa ditemukan. Kemudian orang tua yang gemar
minum-minuman keras pun kadang ditemukan, hal tersebut tentunya akan
106
memberikan dampak yang serius terhadap tumbuh kembang akhlak anak-
anak.
Namun jika dilihat dari segi perkembangan akhlak dari masa ke
masa di RT 01 Kelurahan Baru Tengah atau jika ingin membandingkan
maka metode komunikasi antarpribadi orang tua dan akhlak anak dari
dulu hingga sekarang terlihat lebih baik. Yang menjadi indikator adalah
dengan diaktifkan beberapa majelis ta‘lim di beberapa titik, salah satunya
di RT 01 yang biasa diikuti oleh ketua RT 01 dan beberapa warganya,
kemudian orang tua juga sudah terlihat aktif dan memperhatikan tumbuh
kembang anak dengan memperhatikan pola bermain, teman bermain
anak-anak mereka, sekalipun masih ada yang lepas dari pengawasan
mereka.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap
Pembentukan Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah.
Berdasarkan apa yang telah diamati dilapangan sebagian besar
orang tua telah menggunakan metode komunikasi antarpribadi
yang telah disajikan. Akan tetapi masih ada sebagian besar yang
lain belum menggunakan atau menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari terhadap pembentukan akhlak anak-anak mereka.
2. Perilaku Anak-anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah. Dari apa
yang diamati di lapangan, sebagian besar anak-anak telah memiliki
akhlak yang terpuji, adapun sebagian besar dari mereka masih
memiliki akhlak yang tidak terpuji. Hal tersebut isebabkan oleh
beberapa faktor, selain dari penerapan metode komunikasi yang
salah dari orang tua mereka, faktor lain yang lebih berpengaruh
adalah lingkungan masyarakat.
B. Saran
1. Untuk orang tua, diharapkan lebih memperbaiki dan memilih
metode komunikasi yang sesuai dengan Alqur‘an dan Sunnah
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
diharapkan, orang tua dapat lebih cerdas dalam mengolah metode
108
komunikasi yang hendak diterapkan dalam pembentukan akhlak
anak.
2. Untuk tokoh agama maupun para penuntut ilmu syar‟i diharapkan
atau hendaknya dapat bekerjasama dengan masyarakat luas
terutama orang tua, dapat berbaur dan tidak menutup diri
terhadap masyarakat, tidak sibuk memperbaiki diri sendiri tetapi
juga dapat disibukkan untuk memperbaiki orang lain. Diharapkan
semuanya dapat bersinergi dalam menerapkan nilai-nilai
keislaman dalam mendidik anak-anak.
3. Untuk pemerintah setempat hendaknya atau diharapkan mampu
membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak (para
orang tua dan tokoh agama), tidak acuh tak acuh terhadap
permasalahan yang menimpa akhlak anak-anak saat ini, tidak
berfokus hanya pada masalah pemerintahaan atau infrastruktur
semata, akan tetapi juga fokus untuk memperbaiki akhlak anak-
anak sebagai generasi penerus kedepannya, seperti dengan
melakukan atau mengadakan parenting rutin kepada masyarakat
terkhusus kepada para orang tua.
Sekian dari penulis, dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat
membantu pembaca sekalian dan diharapkan dapat menjadi pegangan
dan rujukan bagi penulis lainnya serta diharapkan mampu menjadi sumber
informasi yang menyajikan informasi akurat bagi pembaca budiman.
109
Demikian yang dapat penulis sampaikan, tentunya di dalam skripsi
ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi pengolahan data,
keakuratan informasi, dan lain sebagainya. Sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca budiman
sekalian.
110
DAFTAR PUSTAKA
Aat Syafaat, dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Rajawali Pers.
Affandi, Rahmat. 2011. Huruf-huruf Cinta, Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 1991. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Rineka Cipta.
Aisyah, Siti. 2014. Antara Akhlak Etika dan Moral, Makassar : Alauddin
University Press. Al-Hajjaj, bin Muslim. 2015. Shahih Muslim, Riyadh : Dar Al-Hadharah
Linnasyri Wa At-Tauzi‘. Ali, Mohammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja
Grafindo Persada. Ali, Zainuddin. 2007. Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
Al Munawar, Said Agil Husin. 2005. Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat : Ciputat Press.
Ancok, Djamaludin dan Fuad Nasori Suroso. 1994. Psikologi Islami,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Andi Lesmana, “Definisi Anak”, Andibooks, (anibooks.worpress.com,
diakses 31 januari 2018). Anshor, Maria Ulfah dan Abdullah Ghalib. 2010. Parenting With Love,
Bandung : Mizani. ‗Awaji, Ghalib bin Ali. 2006. Al-Madzahib Al-Fikriyyah Al-Ma‟ashirah Wa
Dauruha Fii Al-Mujtami‟aat Wa Mauqiful Muslim Minha, Jeddah : Al-Maktabah Al-‗Ashariyyah Adz-Dzahabiyyah.
Baharits, Adnan Hasan Shalih. 1991. Tanggung Jawab Ayah terhadap
Anak Laki-laki, Jeddah : Darul Mujtama.
Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Rajawali
Pers.
Damanhuri. 2005. Akhlak Tasawuf, Banda Aceh : Yayasan Pena Banda
Aceh.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi, Yogyakarta : Gava Media.
Daulay, Haidar Putra. 2016. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat,
Jakarta : Kencana. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta : Pusat Bahasa. Effendi, Onong Uchjana. 1988. Hubungan Insani, Bandung : Remadja
Karya.
Effendi, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. 2006. Psikologi Dakwah, Jakarta :
Kencana.
Fauzi Rahman, M. 2011. Islamic Parenting, Jakarta : Erlangga.
Hamidi. 2010. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, Malang : UMM
Press.
Hamzah, Karimah. 1991. Islam Berbicara Soal Anak, Jakarta: Gema
Insani Press.
Harun, Rochajat dan Elvinaro Ardianto. 2012. Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial, Jakarta : Rajawali Pers.
Hefni, Harjani. 2015. Komunikasi Islam, Jakarta : Kencana.
Heru, “Komunikasi Persuasif”, Pakar Komunikasi (pakarkomunikasi.com, Diakses 18 Maret 2018)
111
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif , Pontianak : Perpustakaan Nasional.
Jurjani, Muhammad bin Ali asy-Syariif. 1413. Mu‟jam At-Ta‟riifaat, Dubai :
Darul Fadhilah. Kementrian Agama RI. 2009. Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Surabaya :
Fajar Mulya.. Kurniawati, Nia Kania. 2014. Komunikasi Antarpribadi, Yogyakarta : Graha
Ilmu. Liliweri, Alo. 2017. Komunikasi Antarpersonal, Jakarta : Kencana.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, Jakarta : Gema Insani.
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika.
Masy‘ari, Anwar. 1991. Membentuk Pribadi Muslim, Bandung : Alma‘arif.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Jakarta :
Kencana.
Mubarok, Achmad. 2006. Psikologi Dakwah, Jakarta : Kencana.
Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.
Muliadi. 2012. Komunikasi Islam, Makassar : UIN Alauddin.
Munir. 2003. Metode Dakwah, Jakarta : Kencana.
Murwanita. 2015. Psikologi Agama, Makassar : Lembaga Pengembangan Pendidikan Islam dan Pemberayaan Perempuan.
Musa, bin Ibrahim. 2008. Al-I‟tisham, Saudi Arabia : Dar bin Al-Jauzi
Linnasyri Wa At-Tauzi‘. Nasdian, Fredian Tonny. 2015. Sosiologi Umum, Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
112
Nashir, bin Abdurrahman. 2008. Syarah Al-Aqidah At-Thahawiyyah, T.T : Dar At-Tadmiriyyah.
Nata, Abuddin. 2013. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta :
Rajawali Pers. Nuryamin. 2012. Strategi Pendidikan Islam dalam Pembinaan Kehidupan
Sosial-Keagamaan, Makassar : Alauddin University Press. Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif,
Malang : Kelompok Intrans Publishing. Qomar, Mujamil. 2009. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta : Erlangga.
Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakterisitk dan Keunggulannya, Jakarta : Grasindo.
Rianti, Ayu Agus. 2013. Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam
Mendidik Anak, (Jakarta : Elex Media Komputindo. Ridwan, Aang. 2013. Filsafat Komunikasi, Bandung : Pustaka Setia.
Rosyad, “Pengertian Anak Menurut Para Ahli” Bersosial, (bersosial.com, diakses 31 Januari 2018).
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja,
Jakarta : Rineka Cipta. Santana, Setiawan. 2007. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif,
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Yogyakarta : Graha Ilmu. Sarwono, Sarlito W. 2013. Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : Rajawali
Pers.
Siagian, Haidir Fitra. 2012. Komunikasi Politik, Makassar : Alauddin Press.
Silalahi, Karlinawati. 2010. Psikologi Keluarga, Jakarta : Rajawali Pers.
113
Siti Humairah, “6 Cara Berkomunikasi yang Baik Menurut Alqur‟an”, Facebook, (m.facebook.com, diakses 7 Maret 2018).
Soyomukti, Nurani. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jogjakarta : Ar
Ruzz Media. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia. Suharto, Dedhi. 2011. Keluarga Qur‟ani, Jakarta : Kompas Gramedia.
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, Yogyakarta : Kanisius.
Supriono, Arif. 2006. Seratus Cerita Tentang Akhlak, Jakarta : Republika.
Tafsir, Ahmad. 1996. Pendidikan Agama Dalam Keluarga, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tambak, Syahrani. 2013. Pendidikan Komunikasi Islami, Jakarta : Kalam
Mulia.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam, Malang : UMM Press.
‗Ulwan, Dr. Abdullah Nashih. 2012. Pendidikan Anak dalam Islam, Solo : Insan Kamil.
Vitky Sasmita, “Pengertian Metode Komunikasi” Humanis,
(humanisgroup.net, diakses 31 Desember 2017). Wahyudin. 2007. Anak Kreatif, Jakarta : Gema Insani Press.
Yusnadewi, Suzy. 2013. Kiat Menjadi Orang Tua Hebat, Jakarta : Elex Media Komputindo.
114
Lampiran 1: Format Pertanyaan
1. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
2. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
a. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
b. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
c. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
d. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
e. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
f. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
3. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
4. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
5. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
6. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
7. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
a. Menasehati anak, bukan memakinya.
b. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
c. Mendidik dengan keteladanan.
d. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
8. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
9. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
10. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
11. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
Lampiran 2: Data Responden 1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
الله الرحمن الرحيمبسم
Data Responden 1
Tanggal : 9 Juni 2018
Waktu : 13.35-14.00 WITA
Tempat : Kediaman Ibu Mas‘ati
Nama Orang Tua:
Ayah: Bakri
Ibu: Mas‘ati
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah: Mekanik
Ibu: IRT
Nama Anak: Muhammad Musakkar
Umur Anak: 12 tahun
Lembar Pertanyaan Penelitian
1. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
J : Cara berbicara antara satu sama lain.
2. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
g. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
h. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
i. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
j. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
k. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
l. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J : Ucapan yang lemah lembut (bergantung kondisi).
3. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J : Karena untuk menghargai anak.
4. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J : Dampak dari penerapan metode tersebut adalah mudah
mendengarkan nasehat orang tua, karena tipikal anak suka
mengolok-olok orang tua.
5. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J : Kadang berhasil. Karena terkadang anak kurang merespon
perilaku lemah lembut orang tua.
6. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J : Mudah mendengarkan nasehat, shalat dhuha rajin, shalat 5
waktu bolong-bolong.
7. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
e. Menasehati anak, bukan memakinya.
f. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
g. Mendidik dengan keteladanan.
h. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J : Mendidik dengan perhatian.
8. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J : Karena lebih suka dengan metode tersebut.
9. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J : Lebih bisa mendengar omongan orang tua.
10. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J : Berhasil.
11. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J : Hasilnya biasa aja, karena masih biasa keluyuran malam (ke
warnet), main sepeda sampai malam.
Lampiran 3: Data Responden 2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
Data Responden 2
Tanggal : 15 Juni 2018
Waktu : 13.35-14.00 WITA
Tempat : Kediaman Ibu Mariana
Nama Orang Tua:
Ayah: Supardi
Ibu: Mariana
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah: Driver
Ibu: IRT
Nama Anak: Muhammad Subhan Akmal
Umur Anak: 6 tahun
Lembar Pertanyaan Penelitian
1. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
J : Cara berbicara dengan baik antara seseorang dengan orang
lain.
2. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
a. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
b. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
c. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
d. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
e. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
f. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J : Ucapan yang lemah lembut.
3. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J : Karena agar anak bisa mencontohi, jika lembut maka akan
lembut jika kasar maka akan kasar juga anaknya.
4. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J : Dampak dari penerapan metode tersebut adalah baik, berlemah
lembut terhadap orang tua.
5. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J : Berhasil.
6. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J : jadi baik dan penurut.
7. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
a. Menasehati anak, bukan memakinya.
b. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
c. Mendidik dengan keteladanan.
d. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J : Mendidik dengan keteladanan.
8. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J : Karena jika dengan keteladanan anak akan mudah mencontoh,
anak akan berpikir dan dia mudah mencontoh sehingga perlu untuk
memberikan teladan yang baik untuk anak.
9. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J : Baik dari segi akhlak terhadap orang tua dan orang lain.
10. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J : Berhasil. Hanya saja contoh dari luar kadang mempengaruhi
anak.
11. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J : Hasilnya alhamdulillah, lumayan baik contoh masalah shalat dan
mengaji anak ini rajin.
Lampiran 4: Data Responden 3
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914 Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
Data Responden 3
Tanggal : 17 Juni 2018
Waktu : 20.00-20.15 WITA
Tempat : Kediaman Ibu Lestari
Nama Orang Tua:
Ayah: Ghufron
Ibu: Lestari
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah: Teknisi
Ibu: Ibu Rumah Tangga
Nama Anak : Tantri Ghiselda
Umur Anak: 7 tahun
Lembar Pertanyaan Penelitian
1. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
J: Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang
yang terjadi dalam bentuk percakapan bisa face to face atau
melalui media telepon.
2. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
a. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
b. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
c. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
d. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
e. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
f. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: Kata-kata yang baik (qaulan ma‟rufa)
3. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: Karena berkata baik dan selalu berusaha mencari teman yang
baik sangat dianjurkan dalam agama Islam dari situ kita bisa
membangun akhlak yang baik.
4. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: Komunikasi yang baik dengan sesama manusia dengan tujuan
membangun manusia yang beradab serta ideologi berpikir dan
berbicara, dia akan terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun
yang diucapkan akan menyejukkan hati bagi orang yang
mendengarkannya.
5. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: In syaa ALLAH berhasil
6. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: Hasil nya positif, baik dalam kehidupan berumah tangga
7. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
a. Menasehati anak, bukan memakinya.
b. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
c. Mendidik dengan keteladanan.
d. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: Menasehati anak bukan memakinya.
8. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: Mendidik anak tidak harus dengan memaki, membentak. Kita
bisa mendidik anak dengan cara menasehatinya bila dia salah,
berbicara baik, sopan, bertutur kata lembut, agar mampu menjadi
panutan.
9. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: Anak-anak akan patuh, akan lebih menghargai orang lain, sopan,
bertutur kata lembut dan baik.
10. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: Iya berhasil.
11. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: Hasilnya anak lebih sopan dan santun dalam kehidupan sehari-
harinya.
Lampiran 5: Data Responden 4
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
Data Responden 4
Tanggal : 15 Juni 2018
Waktu : 14.13-14.28 WITA
Tempat : Kediaman Ibu Rahmawati
Nama Orang Tua:
Ayah: Achmad Wahyudi
Ibu: Rahmawati
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah: Security
Ibu: IRT
Nama Anak: Khairunnisa (7thn) dan M. Abbas Wahyudi (4thn)
Umur Anak: 7 dan 4 tahun
Lembar Pertanyaan Penelitian
1. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
J: Cara berkomunikasi yang dilakukan dengan bertatap muka
antara dua orang atau lebih yang dilakukan dalam keluarga.
2. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
a. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
b. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
c. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
d. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
e. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
f. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: Perkataan yang benar (Qaulan Sadida) dan perkataan yang
mudah dipahami (Qaulan Maysura).
3. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
- Karena dengan menggunakan metode perkataan yang benar
akan membentuk karakter anak untuk selalu benar dan jujur
dalam ucapan dan tindakan.
- Karena dengan perkataan yang mudah dipahami maka anak
akan cepat mengerti apa yang kita katakan dan memahami
yang disampaikan.
4. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: Dampaknya anak selalu mengatakan sesuatu dengan benar dan
jujur sebab anak memahami apa yang disampaikan orang tua.
5. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: Alhamdulillah berhasil, walaupun kadang masih perlu untuk
diingatkan. Terkadang masih terpengaruh teman dan limgkungan
sekitar.
6. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: Anak mudah berkomunikasi dengan orang tua dan temannya
serta lingkungannya. Anak mampu memberikan pendapatnya tanpa
rasa takut. Sebab dia memahami bahwasanya berkata yang baik itu
harus di lakukan dalam situasi dan kondisi apapun.
7. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
a. Menasehati anak, bukan memakinya.
b. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
c. Mendidik dengan keteladanan.
d. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: Mendidik dengan keteladanan.
8. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: Karena pada dasar karakteristik anak adalah meniru. Maka anak
menjadikan orang tuanya sebagai modal untuk ditiru. Sehingga
orang tua dituntut untuk memberikan teladan yang baik.
9. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: Dengan menggunakan metode keteladanan akan lebih
memudahkan anak dalam berperilaku sebab anak akan meniru apa
yang dilakukan orang tuanya.
10. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: Berhasil selama orang tua tetap memberi keteladanan dan
mengingatkan anak agar tidak terpengaruh lingkungannya yang
kurang baik.
11. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: Anak dapat mengapresiasi dan meneladani perilaku baik orang
tuanya.
Lampiran 6: Data Responden 5
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
Data Responden 5
Tanggal : 16 Juni 2018
Waktu : 21.22-21.32 WITA
Tempat : Kediaman Ibu Sri Wahyuni
Nama Orang Tua:
Ayah: Abdullah
Ibu: Sri Wahyuni
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah: Pekerja Swasta
Ibu: IRT
Nama Anak: Rafif Haidar Irhab
Umur Anak: 7 tahun
Lembar Pertanyaan Penelitian
12. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
J: cara berkomunikasi secara langsung atau tatap muka.
13. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
m. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
n. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
o. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
p. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
q. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
r. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa).
14. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: karena efektif untuk mendidik anak-anak.
15. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: anak mudah diberi pengertian jika ada suatu hal, baik dengan
tegas ataupun lemah lembut.
16. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: sedikit banyak berhasil. Tergantung mood si anak.
17. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: anak cepat mengerti dan faham akan apa yang kita inginkan
walaupun tidak langsung diikuti, akan tetapi pada waktu lain ia
sudah mengerti.
18. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
i. Menasehati anak, bukan memakinya.
j. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
k. Mendidik dengan keteladanan.
l. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: membiasakan bermusyawarah dengan anak.
19. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: agar komunikasi bisa nyambung.
20. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: kita jadi tahu apa keinginan anak.
21. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: Berhasil.
22. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: kita bisa mendidik anak secara sunnah, mengarahkan dan
membimbing sesuai dengan apa pokok persoalan si anak. Kita
tidak egois untuk menuruti keinginan kita sendiri tapi juga tidak
serta merta menuruti apa maunya bermusyawarah dari hati kehati.
Lampiran 7: Data Responden 6
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
Data Responden 6
Tanggal : 17 Juni 2018
Waktu : 22.23-22.33 WITA
Tempat : Kediaman Ibu Badrianty Djafar
Nama Orang Tua:
Ayah: Muhammad Tamrin
Ibu: Badrianty Djafar
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah: Karyawan Pertamina
Ibu: IRT
Nama Anak: Delia Zazkiyah Rafiah
Umur Anak: 10 tahun
Lembar Pertanyaan Penelitian
1. Menurut bapak/ibu, apa yang dimaksud metode komunikasi
antarpribadi?
J: cara berbicara kepada seseorang atau berkomunikasi kepada
seseorang dimana hasil komunikasi yang dilakukan sesuai dengan
apa yang kita inginkan.
2. Di dalam Alqur‘an telah dijelaskan beberapa metode komunikasi,
yakni:
a. Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
b. Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa)
c. Ucapan yang mulia (Qaulan Karima)
d. Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina)
e. Perkataan yang berdampak, efektif (Qaulan Baligha)
f. Perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maysura)
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang mana yang
bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: Perkataan yang benar (Qaulan Sadida)
3. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: karena jika menggunakan metode perkataan yang benar, yang
lain akan ikut benar.
4. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: Dampaknya ialah dari perkataan yang benar akan melahirkan
perbuatan yang benar.
5. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: Alhamulillah sebagian besar berhasil, tetapi sebagian kecil tidak
berhasil, karena anak-anak bergaul di lingkungan teman-temannya
ada saja pengaruh buruk dari teman bermainnya.
6. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: Hasilnya banyak sekali, jika orang disekelilingnya berkata tidak
benar atau mengucapkan kata-kata yang salah ia akan
membenarkan atau membetulkannya. Juga terhadap perbuatan
yang tidak benar itu. Dan yang didapatkan temannya pasti akan
menyukainya.
7. Di dalam sebuah buku karangan Abdullah Nashih ‗Ulwan dengan
judul ―Pendidikan Anak dalam Islam‖ dan Ayu Agus Rianti dengan
judul ―Cara Rasulullah Shallallahu „alaihi Wasallam Mendidik Anak‖,
telah dijelaskan beberapa metode komunikasi sesuai dengan
sunnah, yakni:
a. Menasehati anak, bukan memakinya.
b. Membiasakan musyawarah dengan anak-anak.
c. Mendidik dengan keteladanan.
d. Mendidik dengan perhatian.
Di antara metode komunikasi tersebut, metode yang
mana yang bapak/ibu gunakan dalam mendidik anak?
J: menasehati anak bukan memakinya.
8. Mengapa bapak/ibu menggunakan metode tersebut?
J: karena dengan menasehati anak ia akan merasa disayang dan
diperhatikan.
9. Apa dampak dari penerapan metode tersebut terhadap akhlak
anak?
J: Dampaknya ialah anak akan selalu mengingat apa yang telah
kita nasehatkan. Dan anak akan selalu mematuhi apa yang kita
ijinkan dan apa yang kita larang.
10. Berhasilkah orang tua dalam menerapkan metode tersebut dalam
kehidupan sehari-hari?
J: Alhamdulillah berhasil, namun kadang anak-anak sering lupa apa
yang orang tua telah ajarkan. Tetapi sebagai orang tua harus selalu
mengingatkan. Karena hidup ini adalah proses yang harus berjalan.
Sebagai orang tua kita tidak boleh menyerah untuk selalu
menasehati anak.
11. Hasil apa yang telah dicapai dan didapatkan dari penerapan
metode tersebut?
J: Hasil yang dicapai yaitu dengan cara menasehati anak bukan
memakinya, anak akan belajar bagaimana cara berkomunikasi
yang benar. Anak akan belajar sabar untuk berkomunikasi dan
yang didapatkannya anak baik berkomunikasi dengan
lingkungannya.
Lampiran 8: Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
SURAT KETERANGAN
Assalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mariana
Umur : 30 tahun
Alamat : Jalan 21 januari RT 01
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Dengan ini menerangkan bahwa saudari:
Nama : Ayu Faradilla
NIM : 105270014215
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul;
“Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat
Kota Balikpapan”
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh.
Balikpapan, Juni 2018
Pewawancara Narasumber
Ayu Faradilla Mariana
Lampiran 9: Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
SURAT KETERANGAN
Assalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mas‘ati
Umur : 44 tahun
Alamat : Jalan 21 Januari RT 01
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Dengan ini menerangkan bahwa saudari:
Nama : Ayu Faradilla
NIM : 105270014215
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul;
“Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat
Kota Balikpapan”
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh.
Balikpapan, Juni 2018
Pewawancara Narasumber
Ayu Faradilla Mas‘ati
Lampiran 10: Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
SURAT KETERANGAN
Assalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lestari
Umur : 34 tahun
Alamat : Kampung Baru Tengah
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Dengan ini menerangkan bahwa saudari:
Nama : Ayu Faradilla
NIM : 105270014215
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul;
“Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat
Kota Balikpapan”
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh.
Balikpapan, Juni 2018
Pewawancara Narasumber
Ayu Faradilla Lestari
Lampiran 11: Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
SURAT KETERANGAN
Assalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rahmawati
Umur : 34 tahun
Alamat : Kampung Baru Tengah
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Dengan ini menerangkan bahwa saudari:
Nama : Ayu Faradilla
NIM : 105270014215
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul;
“Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat
Kota Balikpapan”
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh.
Balikpapan, Juni 2018
Pewawancara Narasumber
Ayu Faradilla Rahmawati
Lampiran 12: Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
SURAT KETERANGAN
Assalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Wahyuni
Umur : 31 tahun
Alamat : Kampung Baru Tengah
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Dengan ini menerangkan bahwa saudari:
Nama : Ayu Faradilla
NIM : 105270014215
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul;
“Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat
Kota Balikpapan”
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh.
Balikpapan, Juni 2018
Pewawancara Narasumber
Ayu Faradilla Sri Wahyuni
Lampiran 13: Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS AGAMA ISLAM Jl. Sultan Alauddin No.256 GedungIqra Lt. IV Telp. (0411) 851914
Makassar 90223
بسم الله الرحمن الرحيم
SURAT KETERANGAN
Assalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Badrianty Djafar
Umur : 46 tahun
Alamat : Kampung Baru Tengah
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Dengan ini menerangkan bahwa saudari:
Nama : Ayu Faradilla
NIM : 105270014215
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi yang berjudul;
“Metode Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak di RT 01 Kelurahan Baru Tengah Kec. Balikpapan Barat
Kota Balikpapan”
Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh.
Balikpapan, Juni 2018
Pewawancara Narasumber
Ayu Faradilla Badrianty
Djafar
Lampiran 14: Tabel Reduksi Data
Tabel Reduksi Data Hasil Wawancara dengan responden, orang tua anak-anak RT 01
Kelurahan Baru Tengah
1. Metode Komunikasi Antarpribadi orang Tua terhadap Anak
a. Pemahaman Seputar Metode Komunikasi
No Informan Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Cara berbicara antara satu sama lain.
Cara berbicara secara umum.
2 Mariana Cara berbicara yang baik antara seseorang dengan orang lain.
Cara berbicara yang baik.
3 Lestari Cara komunikasi antara dua orang yang terjadi dalam bentuk percakapan bisa face to face atau melalui media telepon.
Cara berbicara yang dilakukan secara face to face atau melalui media.
4 Rahmawati Cara berkomunikasi yang dilakukan dengan cara bertatap muka antara dua orang atau lebih yang dilakukan dalam keluarga.
Cara berbicara dua orang atau lebih contoh penerapan dalam keluarga.
5 Sri Wahyuni Cara berkomunikasi secara langsung atau tatap muka.
Cara berbicara secara langsung.
6 Badrianty Djafar
Cara berbicara kepada seseorang atau cara berkomunikasi kepada seseorang dimana hasil komunikasi yang dilakukan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Cara berbicara yang hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan.
Kesimpulan Kategori inti: Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu responden memahami bahwa yang dimaksud dengan metode komunikasi antarpribadi adalah cara seseorang berbicara dengan orang lain. Atau cara yang digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan pesan kemudian cara yang digunakan adalah cara berbicara yang baik, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan media yang kemudian hasil yang didapatkan adalah sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini
dapat dilihat dari penyampaian responden bahwa metode atau cara berbicara yang baik akan menghasilkan pesan yang baik pula. Walaupun secara umum responden mengatakan bahwa yang dimaksud metode komunikasi antarpribadi adalah cara berbicara. Atau dengan kata lain yang mereka pahami mengenai metode komunikasi ini adalah cara berbicara yang baik yang digunakan untuk menyampaikan pesan agar pesan dapat diterima dengan baik dan di kembalikan dengan baik, secara langsung maupun dengan media.
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina). Bergantung kondisi, jika anak berlemah lembut maka orang tua pun menggunakan metode tersebut. Namun, orang tua memandang semua metode komunikasi yang di sajikan di dalam Al qur‘an semuanya baik, namun penggunaan yang lebih sering orang tua gunakan adalah ucapan yang lemah lembut.
Ucapan yang lemah lembut (QaulanLayina) bergantung kondisi.
2 Mariana Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina) yang diharapkan mampu direspon baik oleh anak. Sehingga akan menghasilkan anak yang berlemah lembut pula terhadap orang tuanya.
Ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina).
3 Lestari Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa), sesuatu yang dianjurkan untuk membentuk akhlak yang baik.
Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa).
4 Rahmawati Perkataan yang benar (Qaulan Sadida) dan perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maisura). Pembentukan karakter anak menjai pribadi yang jujur dalam ucapan dan
Perkataan yang benar (Qaulan Sadida) dan perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maisura).
b. Metode Komunikasi yang digunakan berdasarkan Al qur‘an Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu ibu-ibu dari anak-anak RT 01 Kelurahan Baru Tengah dapat disimpulkan bahwa orang tua atau ibu-ibu lebih banyak memilih untuk menggunakan metode komunikasi antarpribadi berdasarkan apa yang dipaparkan didalam Al qur‘an yakni ucapan yang lemah lembut (Qaulan Layina), Perkataan yang benar (Qaulan Sadida), Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa),dan perkataan yang mudah dipahami (Qaulan Maisura) . Hal ini dilakukan agar orang tua mendapatkan respon positif dari anak-anak mereka. Namun orang tua tidak menafikan bahwa semua metode komunikasi yang disebutkan di dalam Al qur‘an baik untuk di terapkan namun orang tua mengambil apa yang biasa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memang terlihat dari bagaimana responden berkomunikasi terhadap anak-anak mereka selama peneliti melakuakan observasi. Orang tua mengatakan bahwa penerapan metode ini sebenarnya bergantung dengan kondisi yang berlaku. Mereka mengatakan jika dari awal anak memberikan respon yang baik maka metode ini biasa mereka terapkan. Namun tidak menutup kemungkinan orang tua menggunakan metode yang lebih keras sebagai bentuk peringatan terhadap anak yang masih biasa membangkang. Penuturan orang tua anak-anak mereka sebenarnya memiliki akhlak yang baik selama dirumah. Yang mereka khawatirkan sebenarnya pengaruh buruk itu ada atau mereka dapatkan selama mereka bergaul dengan teman-teman di luar rumah atau lebih tepatnya pengaruh lingkungan luar.
c. Alasan Menggunakan Metode Tersebut
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Alasan penggunaan metode tersebut yakni untuk menghargai anak. Orang tua
Untuk menghargai anak.
perilaku, serta anak mudah memahami keinginan orang tua.
5 Sri Wahyuni Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa), efektif untuk mendidik anak-anak.
Kata-kata yang baik (Qaulan Ma‟rufa).
6 Badrianty Djafar
Perkataan yang benar (Qaulan Sadida). Jika menggunakan metode tersebut maka yang lain akan ikut benar.
Perkataan yang benar (Qaulan Sadida).
merasa lebih cocok dengan metode tersebut. Dari metode tersebut orang tua harapkan ada timbal balik yang baik antara orang tua dan anak. Ketika orang tua berharap alasn penggunaan metode tersebut untuk menghargai anak di harapkan anak pun kedepannya dapat menghargai orang tua nya dengan kata-kata yang lemah lembut pula.
2 Mariana Alasannya agar anak bisa mencontoh atau meniru untuk berlaku lemah lembut terhadap orang tua sebagaimana yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak.
Agar anak bisa mencontoh atau meniru.
3 Lestari Karena berkata baik sangat dianjurkan dalam Islam. Dari situ akan mudah membangun akhlak yang baik.
Sangat dianjurkan di dalam Islam.
4 Rahmawati - Dengan menggunakan metode perkataan yang benar akan membentuk karakter anak untuk selalu benar dan jujur dalam ucapan dan tindakan.
- Dengan perkataan yang mudah dipahami maka anak akan cepat mengerti apa yang kita katakan dan memahami yang disampaikan.
- Membentuk karakter untuk jujur dalam ucapan dan tindakan.
- Mudah memahami penyampaian orang tua.
5 Sri Wahyuni
Karena kata-kata yang baik dianggap efektif untuk mendidik anak.
Efektif untuk mendidik anak.
6 Badrianty Djafar
Karena jika menggunakan metode perkataan yang benar maka yang lain pun akan ikut benar.
Tolak ukur keberhasilan.
Kesimpulan kategori inti :
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah dapat disimpulkan bahwa alasan mereka menggunakan metode tersebut adalah tidak lain tidak bukan untuk mendapatkan respon atau timbal balik yang baik dari anak-anak mereka. Ada yang mengatakan alasan penerapan metode tersebut untuk menghargai anak dengan harapan anak pun dapat menghargai orang tuanya dengan berlemah lembut. Adapula yang mengatakan penerapan metode tersebut dengan alasan agar anak bisa mencontoh atau meniru, yakni ketika orang tua berlemah lembut maka diapun akan mencontoh untuk berperilaku atau mengucapkan kata-kata yang lemah lembut pula. Kemudian orang tua juga menganggap metode tersebut efektif untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta
d. Dampak dari penerapan metode tersebut
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Dampak dari penerapan metode tersebut, anak menjadi mudah mendengarkan nasehat orang tua. Sebagaimana yang dijelaskan orang tua bahwa tipikal anak adalah suka mengolok-olok, sehingga dampak penerapan ucapan yang berlemah lembut ini diharapakan dapat mengikis perilaku buruk anak yang suka mengolok-olok.
Mudah mendengarkan nasehat orang tua
2 Mariana Dampak dari penerapan metode tersebut adalah anak bisa menjadi lebih baik, membalas orang tua dengan sikap yang sama yakni berlemah lembut.
Menjadi lebih baik, dan berlemah lembut terhadap orang tua
3
Lestari
Komunikasi yang baik dengan anak dengan tujuan membangun atau membentuk anak yang beradab dan berideologi berpikir dan berbicara sehingga ia akan terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yang dikatakan akan menyejukkan hati yang mendengarkan.
Membangun dan membentuk anak yang beradab dan berideologi yang baik.
4
Rahmawati
Anak selalu mengatakan sesuatu dengan benar dan jujur sebab anak memahami apa yang di sampaikan orang tua.
Anak menjadi jujur dalam berkata.
5
Sri Wahyuni
Anak mudah diberi penegrtian jika ada suatu hal baik dengan tegas ataupun lemah lembut.
Anak menjadi lebih mudah mengerti.
6
Badrianty Djafar
Dari perkataan yang benar akan melahirkan perbuatan yang benar.
Balasan sesuai dengan amal perbuatan.
Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah bahwa dampak dari penerapan metode tersebut adalah anak menjadi mudah mendengar nasehat orang tua dan juga anak bisa menjadi lebih baik serta bersikap lemah lembut terhadap orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana anak-anak mereka bersikap ketika peneliti melakukan observasi secara diam-diam. Sebagaimana hasil dari observasi peneliti bahwa salah satu tipikal anak ini adalah suka mengolok-olok sehingga orang tua berharap dengan penerapan metode ini akan sedikit demi sedikit mengikis perilaku buruk anaknya, serta membalas kelemah lembutan orang tua dengan kelemah lembutan pula. Orang tua sebisa mungkin mengimbangi pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh lingkungan luar. Sebagaimana yang peneliti dapatlkan bahwa anak-anak ini menghabiskan waktu lebih sedikit dengan orang tua mereka. Mereka lebih banyaka menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka, sehingga besar kemungkinan pengaruh buruk bisa mempengaruhi mereka. Kemudian penerapan metode tersebut tentunya diharapkan memberi dampak yang baik, sehingga usaha yang dilakukan orang tua tidak sia-sia, seperti apa yang termaktub dalam hadits al ajru min jinsil „amal jadi balasan itu sesuai dengan amal perbuatan.
e. Hasil dari penerapan metode tersebut
No Responden Deskripsi Intisari
1
Ibu Mas‘ati Hasil dari penerapan metode tersebut, akhlak anak menjadi lebih baik, shalat dhuha rajin, shslat lima waktu juga
Menjadi baik, shalat dhuha rajin, shalat lima waktu (masih bolong-bolong)
walaupun masih bolong-bolong.
2 Ibu Mariana Anak menjadi baik, penurut, rajin mengaji dan shalat tanpa harus dipaksa,
Baik, penurut, rajin mengaji dan lain sebagainya.
3
Lestari
Hasil dari penerapan metode tersebut anak menjadi lebih beradab dan berakhlak yang baik.
Beradab dan berakhlak yang baik.
4
Rahmawati
Hasil dari penerapan metode tersebut anak menjadi mudah berkomunikasi dengan orang tua dan temannya serta lingkungannya. Anak mampu memberikan pendapatnya tanpa rasa takut, sebab dia memahami bahwasanya berkata yang baik itu harus dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun.
Anak muah mengekspresikan dirinya.
5
Sri Wahyuni
Hasil dari penerapan metode tersebut anak akan cepat mengerti dan paham apa yang kita inginkan walaupun tidak secara langsung diikuti akan tetapi pada waktu lain ia sudah mengerti.
Anak mudah mengerti.
6
Badrianty Djafar
Hasil dari penerapan metode tersebut banyak sekali, mulai dari jika orang disekelilingnya berkata tidak baik atau tidak benar maka ia akan membenarkan atau menegur begitu pula dengan perbuatan. Jika ada yang tidak benar maka ia akan mencoba untuk membenarkan atau meluruskan.
Anak menjadi lebih bijak dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yaitu ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah bahwa hasil dari penerapan metode tersebut yakni anak menjadi lebih baik. Perubahan besar banyak didapatkan pada akhlak dan ibadahnya. Akhlak nya terhadap Allah Subhanahu Wata‟ala, orang tua, serta lingkungan bermainnya menjadi lebih baik. Sehingga
kesimpulan yang didapatkan penerapan metode tersebut terbilang berhasil serta berpengaruh terhadap pembentukan akhlak anak, hanya saja orang tua masih perlu ekstra untuk mengawasi anak isebabkan oleh lingkungan bermain yang kurang baik.
2. Penerapan Metode Komunikasi Antrapribadi berdasarkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
a. Metode komunikasi berdasarkan sunnah
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Mendidik dengan perhatian yakni lebih kepada menghabiskan sedikit lebih banyak waktu terhadap anak-anak. Mempersiapkan dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh anak, dari hal yang tidak terlalu penting hingga yang paling penting. Mendidik dengan perhatian biasanya menjadikan orang tua lebih overprotektif terhadap anak, karena sangat memperhatikan anak-anak dari hal yang sangat kecil dan mendetail.
Mendidik dengan perhatian
2 Mariana Mendidik dengan keteladanan yakni lebih fokus terhadap contoh mencontohi. Orang tua lebih berfokus memberikan anak contoh dalam bertindak dalam kesehariannya. Sehingga orang tua perlu berhati-hati dalam pemberian contoh.
Mendidik dengan keteladanan
3 Lestari Menasehati anak bukan memakinya. Bila anak melakukan kesalahan maka sikap bijak kita sebagai orang tua yakni dengan bersikap baik tidak memaki anak.
Menasehati anak bukan memakinya.
4
4
Rahmawati
Mendidik dengan keteladanan, karena pada dasarnya karakter anak adalah meniru.
Mendidik dengan keteladanan.
5 Sri Wahyuni
Membiasakan musyawarah dengan anak, agar mampu membangun chemistry yang
Membiasakan musyawarah dengan anak.
baik dengan anak.
6
Badrianty Djafar
Menasehati anak bukan memakinya, dengan menasehati anak ini akan lebih seperti memuliakan anak sehingga hal serupa yang anak akan lakukan kepada orang tuanya.
Menasehati anak bukan memakinya.
Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yakni ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah bahwa mendidik dengan keteladanan dan mendidik dengan perhatian, membiaskan bermusyawarah dengan anak serta dengan menasehati anak dan tidak memakinya, dianggap lebih cocok dan pas dalam pembentukan akhlak anak. Orang tua menganggap metode tersebut lebih mudah untuk diterapkan dan lebih mudah untuk diterima dan dicerna oleh anak-anak mereka. Namun tidak menutup kemungkinan orang tua menggunakan metode lain yang terdapat dalam sunnah. Orang tua akan memilah mana metode yang cocok bergantung dengan situasi dan kondisi. Akan tetapi metode ini adalah yang lebih sering mereka terapkan, hal ini berdasarkan apa yang orang tua paparkan saat penelitian. Orang tua mengatakan semua metode komunikasi yang terdapat didalm sunnah baik dan pas untuk diterapkan hanya saja semua bergantung dengan situasi dan kondisi dalam penerapannya.
b. Alasan menggunakan metode tersebut
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Alasan menggunakan metode tersebut adalah karena orang tua merasa suka dengan metode tersebut.
Suka dengan metode tersebut
2 Mariana Alasan menggunakan metode tersebut adalah karena orang tua merasa anak akan mudah mencontoh dan akan menjadi penurut.
Merasa lebih cocok untuk diterapkan. Anak akan mudah mecerna dan mencontoh.
3
Lestari
Mendidik anak tidak harus dengan memaki
Agar mampu menjadi panutan yang baik.
dan membentak. Kita bisa mendiddik anak dengan cara menasehatinya bila ia salah, berbicara baik, sopan dan bertutur lembut agar mampu menjadi panutan.
4 Rahmawati Karena pada dasarnya karakteristik anak adalah meniru. Maka anak akan menjadikan orang tuanya sebagai model untuk ditiru. Sehingga orang tua dituntut untuk meberikan teladan yang baik.
Karakteristik anak adalah meniru.
4 5
5
Sri Wahyuni
Agar orang tua lebih mengetahui keinginan anak.
Agar lebih nyambung.
6
6
Badrianty Djafar
Dengan menasehati anak ia akan merasa di sayang dan di perhatikan.
Merasa di sayang dan di perhatikan.
Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yakni ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah bahwa alasan menggunakan metode tersebut adalah karena suka dengan metode tersebut, dan juga merasa anak akan mudah mencontohi dan mudah menurut dengan penerapan metode tersebut. Alasan ini sebenarnya memiliki inti dan harapan yang sama yakni menginginkan anak menjadi anak yang baik dan berakhlak mulia. Orang tua melihat semua metode komunikasi yang ada di dalam sunnah adalah metode yang baik. Terkadang orang tua menggunakan metode lebih dari yang disebutkan dalam menddidik anak-anak mereka, hanya saja yang peneliti mengambil metode ini karena orang tua lebih sering menggunakannya.
c. Dampak penerapan metode tersebut
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Penerapan metode tersebut memberikan dampak baik, bahwa anak menjadi mudah untuk mendengar omongan orang tua, sekalipun akhlak buruknya yang suka membangkang masih ada akan tetapi sudah semakin berkurang.
Mendengar omongan orang tua
2 Mariana Penerapan metode tersebut memberikan dampak anak lebih berakhlak mulia, baik terhadap orang tua maupun orang lain.
Akhlak menjadi lebih baik terhadap orang tua dan orang lain.
3
Lestari
Dampak dari penerapan metode tersebut anak-anak akan patuh, akan lebih menghargai orang lain, sopan, bertutur kata lembut dan baik.
Patuh, menghargai orang lain, sopan, bertutur lembut dan baik.
4
Rahmawati
Memudahkan anak dalam berprilaku sebab anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya.
Memudahkan anak mengeksperisakn dirinya.
5
Sri Wahyuni
Orang tua mengetahui keinginan anak.
Lebih mudah tahu keinginan anak.
6
Badrianty Djafar
Anak akan selalu mengingat apa yang telah kita nasehatkan. Dan anak akan selalu mematuhi apa yang kita izinkan dan apa yang kita larang.
Anak mudah mengingat dan mematuhi nasehat orang tua.
Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yakni ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah bahwa dampak dari penerapan metode tersebut adalah akhlak anak menjadi lebih baik. Walaupun, tidak merubah anak secara keseluruhan, namun orang tua merasakan dampak baik dari penerapan metode
tersebut. Hal ini berdasarkan apa yang sudah ibu-ibu paparkan saat peneliti mengajukan pertanyaan. Orang tua mengatakan metode tersebut sudah cukup baik, yang menjadi penghambat biasanya adalah lingkungan luar, dimana anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-teman dibandingkan dengan orang tua di rumah. Disebutkan pula pada bab sebelumnya bahwa salah satu faktor pembentukan akhlak salah satunya adalah lingkungan, dan ini adalah faktor tersbesar yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak anak.
d. Hasil dari penerapan metode tersebut
No Responden Deskripsi Intisari
1
Mas‘ati Hasil yang dicapai dari penerapan metode tersebut adalah baik, namun tidak mengubah anak secara keseluruhan. Anak masih biasa pulang malam dan ke warnet.
Berhasil. Namun anak masih biasa ke warnet saat malam.
2 Mariana Hasil yang dicapai dari penerapan tersebut adalah baik, anak menjadi lebih baik, rajin shalat dan mengaji, dan lain sebagainya.
Berhasil. Anak menjadi rajin shalat dan mengaji.
3
Lestari
Anak menjadi lebih sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari.
Sopan dan santun.
4
Rahmawati
Anak dapat mengapresiasi dan meneladani perilaku baik orang tuanya.
Mengapresiasi dan menelaani.
5
Sri Wahyuni
Hasilnya kita menjadi lebih bisa mindidik anak sesuai dengan sunnah, mengarahkan dan membimbing sesuai dengan apa pokok persoalan si anak. Kita menjadi tidak serta merta menuruti keinginan sendiri tetapi juga mementingkan urusan anak tanpa berlebih-lebihan.
Bisa menjadi lebih baik dalam mendidik, sehingga akhlak anak menjadi lebih baik.
6
Badrianty Djafar
Hasil yang dicapai dari penerapan metode komunikasi menasehati anak
Menjadi lebih sabar dan baik.
bukan memakinya yakni, anak akan belajar sabar dan baik dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
Kesimpulan kategori inti : Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu-ibu RT 01 Kelurahan Baru Tengah bahwa hasil yang diperoleh dari penerapan metode tersebut adalah baik. Orang tua merasa metode tersebut berhasil di terapkan dan berhasil mengubah akhlak anak menjadi lebih baik, walaupun tidak 100%. Orang tua mengatakan anak menjadi lebih baik namun masih biasa pulng malam, ke warnet dan lain sebagainya, orang tua lain mengatakan anak menjadi lebih baik, rajin shalat dan mengaji. Pada dasarnya anak-anak ini sama-sama memberikan hasil yang baik dari penerapan metode tersebut, namun sekali lagi lingkungan luar juga berperan aktif dan besar terhadap pembentukan akhlak mereka. Hal ini berdasarkan pemaparan orang tua, bahwa anak ketika di rumah merupakan sosok yang baik dan penurut, namun laporan yang orang tua dapatkan dari tetangga anak terkadang berlaku buruk di luar rumah (perilaku yang dimaksud masih dalam tahap wajar untuk kenakalan anak-anak). Dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak maka faktor lingkungan adalah yang paling besar memberikan pengaruh.
Lampiran 15: Dokumentasi
RESPONDEN 1 DAN ANAK RESPONDEN 2 DAN ANAK
RESPONDEN 3 DAN ANAK RESPONDEN 4 DAN ANAK
RESPONDEN 5 DAN ANAK RESOPONDEN 6 DAN ANAK
POTRET PERILAKU ANAK-ANAK TERHADAP SESAMA
POTRET ANAK YANG SEDANG BERWUDHU (SHALAT MAGHRIB)
PASAR TERAPUNG KEL. BARU TENGAH GAPURA KEL. BARU TENGAH
PELABUHAN SPEED BOAT KEL. BARU TENGAH
RIWAYAT HIDUP
Ayu Faradilla, lahir di Balikpapan 29 Maret 1995,
Kelurahan Baru Tengah kec. Balikpapan Barat kota
Balikpapan (biasa disebut Kampung Baru Tengah,
pemukiman atas laut) tepatnya hari rabu pukul 08.00
WITA. Buah cinta dari Bapak Bakri keke dan Ibu
Mas‘ati, anak pertama dari lima orang bersaudara.
Alamat sekarang di Mallengkeri 1 lorong 3, Makassar Sulawesi
Selatan. Menamatkan pendidikan dasar MI (Madrasah Ibtidaiyah) Al-Ula
Balikpapan pada tahun 2006 M, kemudian melanjutlkan pendidikan
menengah pertama di MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) 1 Balikpapan
selesai pada tahun 2009 M, kemudian melanjutkan pendidikan menengah
atas di MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Balikpapan selesai pada tahun
2013 M. Di tahun yang sama kemudian melanjutkan pendidikan jenjang
kuliah di UIN (Universitas Alauddin Negeri) Alauddin Makassar hanya dua
semester kemudian pindah di Ma‘had Al Birr Unismuh yakni I‘dad Lughawi
(Bahasa Arab) selesai pada tahun 2017 M dan KPI (Komunikasi
Penyiaran Islam) selama kurang lebih empat tahun.
169