Metode dakwah muhammadiyah maluku pake tahlil ilmiah.
-
Upload
syarifudin-amq -
Category
Education
-
view
92 -
download
6
Transcript of Metode dakwah muhammadiyah maluku pake tahlil ilmiah.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 1
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 2
A. Latar Belakang
Muhammadiyah lahir di tengah tengah kebudayaan
sinkretik Jawa yang kental pada permulaan decade kedua abad ini.
Mungkin karena wataknya yang non-politis, baik Belanda maupun
kesultanan Yogyakarta, tampakny atidak terlalu curiga terhadap
gerakan Islam puritan ini. Dengan kata lain, Muhammadiyah
bukanlah gerakan “Islam Fanatik” yang telah diracuni oleh Pan-
Islam yang ditakuti itu. Musuh Belanda seperti yang dirumuskan
oleh C. Snouk Hurgronje bukanlah Islam sebagai Agama, tetapi
Islam sebagai doktrin politik . Dengan sedikit pendahuyluan ini
seterusny aakan kita tengok strategi dakwah Muhammadiyah
dalam prespektuif sejarah dan cultural.
Muhammadiyah : Antara cetakan Jawa dan cetakan sabrang
Di mata Belanda kelahiran Muhammadiyah pada tahun
1912 tidaklah akan menggoyahkan rusten orde, suatu ungkapan
yang strategis demi menjaga kelangsungan kekuasaan colonial di
Hindia Belanda. Menurut penelitian Dr. Alfian, dalam arsip arsip
kolonial, seperti dalam Inlandsche Zaken, tidak ditemukan catatan
yang serius tentang K.H.A. Dahlan, baik tentang pribadinya
maupun tentang doktrin agama yang diajarkan. KEadaannya akan
berlainan samasekali dengan Tjokroaminoto, Salim, dan tokoh
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 3
tokoh SI lainnya . Tapi murid Kyai Dahlan, H. Fahrudin adalah
tokoh Muhammadiyah yang diawasi Belanda. Mereka ini semua
adalah insane –insan politik yang militan.
Fokus perhatian Dahlan tampaknya memang lebih tertuju
kepada usaha pencerahan dan pencerdasan ummat, suatu strategi
sosio-budaya yang berdampak sangat jauh dalam arti yang sangat
positif. Karena tukik perhatian dipusatkan pada transformasi
mental, sosial dan budaya, perlawanan justru datang dari kalangan
ulama dan ummat Islam sendiri. Dahlan menghadapi ini semua
dengan sikap tegar dan tidak pernah goyah. Djarnawi Hadikusumo
menulis tentang pola perjuangan Dahlan yang non-politis :
“Menilik segala tindakan dan amal yang telah dikerjakan oleh
K.H.A. Dahlan dengan Muhammadiyahnya ternyata bahwa pendiri
Muhammadiyah itu telah memilih jalan yang ditempuh oleh
Muhammad „Abduh.” Sedangkan pola SI bisa dikaitkan dengan
Pan Isalam. Daerah pengaruh Muhammadiyah di bawah
kepemimpinan Dahlan (1912-1923) baru terbatas di karisidenan
Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan , dan Pekajangan. Cabang
cabang Muhammadiyah berdiri di kota kota tersebut (selain
Yogyakarta) pada tahun 1922, yaitu di akhir periode
kepemimpinan Dahlan. Menjelang tahun 1938 barulah
Muhammadiyah tersebar di seluruh Nusantara Dengan demikian
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 4
sekitar 14 tahun sepeninggal Dahlan, Muhammadiyah sudah
mengindonesia.
Dilihat dari sudut pandang budaya, karakteristik da‟wah
Muhammadiyah sampai batas batas tertentu juga diwarnai oleh
warna cetakan local, khususnya cetakan sabrang. Kita ambil
contoh kasus Aceh dan Minangkabau. Di Aceh misalnya
Muhammadiyah gagal memasuki lingkaran budaya para teungku,
sebuah lingkaran yang dipandang punya kesadaran politik yang
cukup tinggi,. Kegagalan ini, menurut Alfian, sebagian disebabkan
oleh kenyataan karena Muhammadiyah telah lebih dahulu
dimasuki oleh elit tradisional para teuku, saingan berat para
teungku. Lantaran keduluan para teuku, golongan teungku punya
alasan kuat untuk tidak memasuki Muhammadiyah, kalau bukan
telah larut menghalangi gerak lajunya di daerah Aceh. Alasan lain
ialah seperti kita ketahui para elit tradisional punya hubungan yang
dekat dengan pihak Belanda. Jadi bila gerak Muhammadiyh
dirasakan kurang militant di Aceh, salah satu faktor pentingnya
adalah karena budaya para teuku ini lebih dominant mempengaruhi
Muhammadiyah. Barangkali setelah kemerdekaan mungkin teleh
mengalami perubahan demi perubahan. Tetapi yang jelas,
Muhammadiyah belumberhasil menciptakan benteng cultural yang
kokoh di Aceh, bahkan sampai hari ini. Apakah nanti setelah
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 5
muktamar tahun 1995, lingkaran teungku di Aceh akan lebih
bersikap apresiatif terhadap Muhammadiyah, belum dapat kita
katakana sekarang. Warga Muhammadiyah Aceh diharapkan agar
memahami betul peta-bumi sosio-budaya masyarakat Aceh ini
untuk keberhasilan da‟wah Islam yang digerakkan
Muhammadiyah.
Sub sub budaya lain di Indonesia yang tidak mudah
ditembus Muhammadiyah selain Aceh, juga budaya Sunda, budaya
Melayu Medan dan Jambi, budaya Betawi, dan sub –sub budaya
suku bangsa lainnya di berbagai bagian nusantara. Fenomena yang
hamper serupa kita jumpai di kalangan budaya Melayu Malaysia
dan Brunei. Orang Brunei kabarnya malah menganggap
Muhammadiyah bukan merupakan gerakan Islam yang patut
dihormati, kalaulah bukan dinilai sebagai sudah berada diluar
bingkau Islam. Fenomena semacam ini mengingatkan kita kepada
situasi Islam di Indonesia pada waktu Muhammadiyah baru mulai
mengorak bumi Mataram, sekitar 80 tahun yang lalu. Akan halnya
di Malaysia, keadaannya lebih memberi harapan, sekalipun
memerlukan waktu dan perjuangan yang panjang. Seperti kita
kenal dari catatan sejarah, gerakan pembaruan Islam di Indonesia
dan di semenanjung Tanah Melayu dan Singapura sama sama
mulai menapak awal abad ini. Bedanya bila di Indonesia gerakan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 6
pembaruan itu relatif berjaya, sementara di Semenanjung
mengalami kegagalan. Barangkali salah satu sebab kegagalan ini
adalah karena di sana Islam sudah terlalu lama dipasung dalam
bingkai feodalisme Melayu yang cukup kental plus mazhab al –
Syafi‟i yang secara formal menjadi mahzab persekutuan. Maka
adalah logis bila kedatangan arus pembaruan Islam harus ditolak
karena ia membawa pesan liberal dan egaliter, sesuatu yang dapat
menjadi ancaman dalam jangka panjang bagi struktur feodalisme
Melayu yang tampaknya kini sudah semakin lapuk. Gebrakan
Mahatir-Anwar Ibrahim terhadap kedudukan raja –raja akan
membawa perubahan kea rah yang lebih positif bagi hari depan
arus faham pembaruan Islam di negeri jiran itu. Anwar Ibrahim
sudah lama punya hubungan spiritual yang lekat dengan gerakan
pembarua Islam di Indonesia.
Pertanyaan yang kemudian mungkin sedikit menggoda
adalah : mengapa Keraton Yogya tidak terasa terancam oleh
Muhammadiyah sementara aliran serupa cukup ditakuti oleh di
Malaysia ? Dilihat dari sudut proses Islamisasi kualitatif, kraton
Yogya baru permukaan formalnya saja yang sudah disentuh Islam.
Raja raja Mataram tampaknya rtidak mencurigai gerakan
pembaruan Islam yang justru dipelopori oleh abdi dalem
kesultanan. Setidak-tidaknya ada dua sebab mengapa kecurigaan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 7
itu tidak muncul. Pertama, pengetahuan kraton tentag Islam itu
sangat terbatas. Para elitenya tidak pernah berfikir bahwa gerakan
seperti Muhammadiyah akan menjadi ancaman bagi feodalisme
Jawa. Kedua, ini berkaitan erat dengan yang pertama,
Muhammadiyah sendiri memang tidak pernah membidikkan
pelornya ke kraton, pusat budaya Jawa yang baru terislamkan
secara superfisial. Yang lebih unik lagi adalah bahwa ulama
Muhammadiyah bahkan punya kedudukan tinggi di lingkungan
kraton. Sebuah panorama yang cukup menarik dikaji. Salah satu
indikasi superfisialitas keislaman di lingkungan kraton dapat
dilihat misalnya pada fenomena masih kentalnya dipertahankan
kepercayaan kepercayaan dan adat adapt lama dengan muatan
Hindu bercampuyr unsure Jawa Kuno yang sudah ada sebelum
kedatangan pengaruh India itu.
Situasi Malaysia jauh berbeda. Sekalipun Islam disana
masih dibungkus dalam feodalisme Melayu, kultur Melayu relatif
bercorak Islam dibandinghkan kultur Jawa Mataram. Bekar bekas
pengaruh Hindu yang kental hamper hamper tidak dikenal lagi
dalam kultur Melayu Malaysia. Oleh sebab itu bila orang Melayu
Malaysia melihat bayak sekali patung Hindu dan Budha di Jawa,
mereka heran setengah mati. Pertanyaan yang muncul biasanya
berbunyi : mengapapatung patung ini masih ”mencongok” di
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 8
berbagai tempat di lingkungan masyarakat masyarakat Muslim
Jawa ? Mereka yang paham sejarah Islam di Jawa, pertanyaan
yang serupa itu tidak akan muncul karena mereka tahu betul bahwa
proses islamisasi kualitatif masih akan berlangsung, mungkin lebih
hebat lagi, pada masa –masa yang akan datang. Tetapi sampai
sekarang, hubungan Muhammadiyah dengan pihak kraton
tampaknya cukup aman aman saja. Bukankah strategi dakwah
Muhammadiyah di Jawa, khususnya Yogyakarta, belum pernah
diarahkan secara serisu untuk mengislamkan kraton, pusat kejawen
yang masih berwibawa ? Dakwah Muhammadiyah untuk
memberantas syirik, bid‟ah, khurofat dan yang sejenis lebih
ditujukan kepada rakyat yang berada di luar kraton. Mungkin
diharapkan pada suatu hari nanti, entah kapan, bilamana rakyat
diluar kraton sudah terislamkan menurut versi Muhammadiyah ,
dengan sendirinya nanti demi eksistensi kraton, para bangsawan
akan turut dalam arus itu. Sebuah teori yang agak mirip dengan
teori ”penguasaan desa untuk menguasai kota”. Tapi mohon dicatat
bahwa Muhammadiyah belum pernah menciptakan teori yang
macam macam itu. Untuk sebagian orang, cukuplah kiranya bila
kita berjalan menurut gaya alam saja.
Kita bicarakan selanjutnya Muhammadiyah di Sumatera
Barat. Mungkin tidak ada kawasan budaya di nusantara yang
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 9
sangat reseptif dan responsif terhadap paham dan gerakan
Muhammadiyah melebihi budaya Minang. Gejala ini sebenarnya
tidaklah terlalu mengherankan, karena pada abad ke -19 gerakana
Padri telah berhasil ”mengobrak abrik” adat minang ”yang tak
lekang deh paneh, tak lapuak dak hujan” itu. Sekalipun secara
politik gerakan Padri pada akhirnya dilumpuhkan Belanda bersama
kaum adat., secara sosio-kultural paham wahabi yang dibawaPadri
itu sudah tertancap kuat dalam budaya Minang. Oleh sebab itu
pada waktu Haji Rasul, sahabat Dahlan, membawa paham
Muhammadiyah ke sana pada 1925, yaitu dengan terbentuknya
cabang Muhammadiyah yang pertama di Sungai Batang Tanjung
Sani, Maninjau. Dr. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dapat
disebut sebagai Bapak Spiritual Muhammadiyah Minangkabau,
tapi uniknya adalah bahwa beliau sendiri tidak pernah menjadi
anggota gerakan ini. Dalam tempo yang relatif singkat, arus
gelombang Muhammadiyah telah menggenangi hampir seluruh
Minangkabau, dan dari daerah inilah kemudian radius
Muhammadiyah itu bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan.
Berbeda dengan di Yogyakarta, di mana Muhammadiyah
dirasakan ”jinak” secara politik, di Minangkabau karena tuntutan
situasi, keadaan sedikit lain. Naluri politik jelas terlihat di kalangan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 10
tokoh tokoh Muhammadiyah Minangkabau. Sarjana Belanda C.C.
Berg jug amencatat bahwa Muhammadiyah di Minangkabau tidak
semata mata sebagai gerakan sosial, tapi juga terlibat dalam
kegiatan politik Dalam peta sosiologis Minangkabau, sebuah
negari (semacam republik kecil) dipayungi oleh empat golongan
yang dominan : ninik –mamak, alim –ulama, cerdik –pandai, dan
manti-dubalang. Hamka mencatat bahwa manakala cabang
Muhammadiyah berdiri di suatu negari, keempat unsur itu pasti
terlibat di dalamnya. Pada masa awal terlihat bahwa ” …. di
seluruh Minangkabau ketika Muhammadiyah mulai berdiri tidak
seorang juapun pegawai negeri yang masuk” Denga kata lain, pada
periode formatif itu Muhammadiyah dipimpin oleh ”orang orang
merdeka.” Keadaan sesudah kemerdekaan sudah sangat berubah.
Budaya pegawai negeri lebih dirasakan pengaruhnya dalam gerak
Muhammadiyah ketimbang budaya ”orang merdeka” dengan
segala sisi yang positif dan negatif. Sebelum [ergolakan daerah
tahun 1950-an, Muhammadiyah di Minangkabau bukan saja
didukung oleh pegfawai negeri, bahkan perpolitikan propinsi
Sumatera Barat tealh berada di bawah pengaruh kuat dari
Muhammadiyah. Masyumi dan Muhammadiyah sukar sekali
dibedakan disana. Maka tidaklah mengherankan pada saat
Masyumi kalah secara politik, Muhammadiyah Sumatera Barat
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 11
menjadi babak belur selama hampir dua dekade. Proses
pemulihannya belum sepenuhnya berjaya sampai sekarang. Inilah
sebuah beaya yang harus dibayar oleh Muhammadiyah cetakan
sabrang. Dakwah dengan kendaraan politik praktis dalam
pengalaman Muhammadiyah lebih banyak merugikan, sekalipun
hal itu bukan sesuatu yang mutlak harus demikian. Pada masa orde
baru , terutama tahun 1980 –an, peran politik Muhammadiyah
lebih banyak dilakukan oleh lobi lobi perorangan seperti yang
ditunjukkan oleh kegiatan Lukman Harun, Ismail Sunny dll, pada
saat menghadapi proses pembicaraan RUU Pendidikan Nasional
dan RUU Pengadilan Agama. Lobi lobi semacam ini tidak jarang
memberikan hasil positif menguntungkan.
Dakwah di masa depan : perlunya strategi budaya yang
mantap
Muhammadiyah cetakan Jawa maupun Muhammadiyah
cetakan sabrang sama sama dihadapkan kepada tantangan dakwah
yang dahsyat. Proses industrialisasi yang akan dimulai secara besar
besaran mulai april 1993 ini akan memberikan pekerjaan rumah
(PR) yang sangat berat kepada semua gerakan Islam, khususnya
Muhammadiyah, yang menyatakan dirinya sebagai gerakan
modern Islam. Kita belum mempunyai contoh kira kira bagaimana
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 12
nasib Islam di suatu negara Industri. Pada suatu kesempatan
pernah saya katakan : apakah pada saat ini kita masih punya
peluang untuk beriman ? Beriman dengan segala atribut dan
implikasinya bukan beriman semata mata percaya kepada Tuhan.
Iman dalam Islam adalah Iman yang dapat memberikan suatu
keamanan ontologis kepada manusia, dan diatas dasar itu
ditegakkan sebuah peradaban yang berwajah ramah.
Mari kita tengok sebentar keadaan Muhammadiyah sebagai
gerakan sosial keagamaan. Bila pengamatan Kuntowijoyo dapat
disetujui, maka gambaran tentang Muhammadiyah adalah sebagai
berikut :
Sesungguhnya dewasa ini Muhammadiyah sudah harus
merumuskan kembali konsep gerakan sosialnya. Saya beranggapan
bahwa selama ini Muhammadiyah belum mendasarkan program
dan strategi kegiatan sosialnya atas dasar elaboratif. Akibatnya
adalah bahwa Muhammadiyah tidak pernah siap merespon
tantangan-tantangan perubahan sosial yang empiris yangterjadi di
masyarakat atas dasar konsep, teori dan strategi yang jelas. Selama
ini umpamanya Muhammadiyah masih belum dapat
menerjemahkan siapa yang secara sosial-objektif dapat
dikelompokkan sebagai kaum duafa, masakin, fuqoro dan
mustadh‟afin. Pertanyaan tentang siapakah yang dimaksud dengan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 13
kelompok kelompok itu dalam konteks sosialnya yang objektif,
belum pernah diaktualisasikan secara jelas
Proses industrialisasi bukan saja akan mengubah kawasan
agraris menjadi kawasan industri, tapi pada waktu yang sama akan
menciptakan sosok manusia “liar” kompetitif yang jarang punya
kesempatan untuk tersenyum. Ini jika kita melihat fenomena sosial
di beberapa negara Industri :barat dan Jepang. Kita belum dapat
memperkirakan secar apasti tentang bagaimana situasinya
sekarang sebuah negeri Muslim menjadi negeri Industri. Jika
keadaaanya tidak berbeda negeri negeri industri diatas, maka sejak
dini kita katakan bahwa Islam pada waktu itu sudah tergusur
mejadi kekuatan marginal yang tidak bermakna. Muhammadiyah
sampai hari ini belum siap secar amantap dengan strategi budaya
untuk menghadapi serba kemungkinan itu. Kendalanya adalah
sumberdaya manusia yang ada sedikit sekali punya peluang untuk
merenung dan merumuskan strategi itu. Komitmen Islam mereka
tidak diragukan lagi. Yang sulit adalah menari peluang yang cukup
untuk berfikir serius dan mendalam mengenai maslah Islam dan
ummatnya. Sebagian besar kita berada dalam pasungan kesibukan
yang non-kontemplatif itu .Saya pribadi tidak tahu bagaimana
caranya keluar dari himpitan kesibukan yang amat melelahkan ini.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 14
Apakah Muhammadiyah pernah keluar dari kultur
kampung sepanjang sejarahnya ? menurut Kuntowijoyo,
jawabannya adalah negatif. Dia menulis :Secara Historis
Muhammadiyah sesugguhnya terbentuk dari kultur kampung.
Kalau dulu saya pernah mengatakan bahwa kelahiran
Muhammadiyah mempunyai hubungan erat dengan lingkungan
sosio ekonomi dan kultural masyarakat kiota., pernyataan ini benar
dalam hal perbedaanya dengan latar belakang NU yang berbasis
pada kultur agraris –desa. Tapi pernyataan itu harus direvisi,
karena ternyata pada awal abad ke -20, saat ketika Muhammadiyah
didirkian di Yogyakarta, kehidupan kota sesungguhnya lebih
dikuasai oleh kaum priyayi, komunitas Belanda, dan komunitas
Cina. Di Malioboro ada tempat peribadatan Cina, juga tempat
peribadatan Free Mansory dari „Societeit‟ Belanda, tapi tidak ada
Masjid. Masjid Besar yang ada di keraton, sementara itu cenderung
berada di bawah pengawasan kultural kejawen. Kita melihat bahwa
Islam ketika itu merupakan fenomena pinggiran, berada di
kampung-kampung
Dengan demikian sebenarnya basis sosial Muhammadiyah
dan NU tidak banyak berbeda yaitu sam sama basis sosial wong
cilik. Keadaan ini secara substansial menurut pengamatan saya
belum banyak mengalami perubahan, bukan saja di Yogyakarta
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 15
dan di Jombang, tempat kelahiran kedua gerakan Islam yang
dipandang mewakili arus besar Islam di Indeonesia, tapi juga di
seluruh nusantara. Kita masih belum beranjak jauh dari kawasan
wong cilik. Bagaimana keadaannya 25 tahun mendatang, saya
tidak tahu.
Penutup
Kalau strategi dakwah Muhammadiyah bertujuan hendak
menggarami kehidupan budaya bangsa dengan nilai nilai Islam
yang handal dan berkualitas tinggi, maka saatnya sudah teramat
tinggi bagi kita sekarang untuk melakukan kaji ulang terhadap
keberadaan, kiprah dan car apandang dubi dari gerakan yang
didirikan oleh KH. A. Dahlan ini. Posisi sebagai wong cilik tidak
pernah efektif menentukan nasibmasa depang suatu bangsa.
Bagaimana mengubah posisi demikian itu agar menjadi posisi
yang berwibawa dalam sejarah merupakan kerja dakwah dalam
makna yang benar dan komprehensif.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 16
BIOGRAFI KH. AHMAD DAHLAN
\Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1
Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan
adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak
keempat dari tujuh orang bersaudara yang
keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia
termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim,
salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah
Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin,
Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana
Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru
Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai
Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan
Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Kiai kharismatik ini adalah pendiri Muhammadiyah, salah
satu organisasi Islam modern di tanah air. K.H. Ahmad Dahlan
lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Ayahnya bernama
K.H.Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid
Besar Kesultanan Yogyakarta. Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan
adalah Muhammad Darwisy. Ia anak keempat dari tujuh orang
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 17
bersaudara. Ia termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, seorang wali besar di antara Wali Songo.
Pada usia 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekkah
selama lima tahun. Pada periode ini, ia mulai berinteraksi dengan
pemikiran-pemikiran pembaharu Islam, seperti Muhammad
Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridho, dan Ibnu Taimiyah. Ketika
pulang kembali ke Indonesia pada 1888, ia berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan.
Pada 1903, ia kembali ke Mekkah. Ia menetap di sana selama
dua tahun. Saat itu, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad
Khatib, yang juga guru dari pendiri NU, K.H. Hasyim Asy'ari.
Sepulang dari Mekkah, ia menikahi Siti Walidah, anak Kiai
Penghulu H. Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad
Dahlan, seorang pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya, K.H.
Ahmad Dahlan mempunyai enam orang anak.
Di samping aktif dalam menuangkan gagasan tentang
gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang
wirausahawan yang cukup berhasil. Ia termasuk orang yang aktif
dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan
cemerlang. Oleh karena itu, ia dengan mudah diterima dan
dihormati di tengah kalangan masyarakat. Bahkan, ia dengan cepat
mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo,
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 18
Syarikat Islam, dan Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad
saw.
Pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di
Kauman, Yogyakarta. Ia mendirikan Muhammadiyah untuk
melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ia
juga ingin mengadakan pembaharuan dalam cara berpikir dan
beramal menurut tuntunan Islam. Ia ingin mengajak umat Islam
Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Alquran dan
hadits.
Sejak awal, ia telah menetapkan bahwa Muhammadiyah
bukan organisasi politik. Muhammadiyah adalah organisasi sosial
dan bergerak di bidang pendidikan. Gagasan pendirian
Muhammadiyah ini mendapatkan pertentangan, baik dari keluarga
maupun dari masyarakat. Berbagai fitnah, dan hasutan datang
bertubi-tubi kepada Ahmad Dahlan. Ia dituduh hendak mendirikan
agama baru yang menyalahi agama Islam. Bahkan, ada yang
menuduhnya sebagai kiai palsu. Namun, semua rintangan itu ia
hadapi dengan sabar.
Pada 20 Desember 1912, ia mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan status badan
hukum. Namun, permohonan itu baru dikabulkan oleh pemerintah
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 19
Hindia Belanda pada 1914. Izin itu pun hanya berlaku untuk
daerah Yogyakarta.
Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir dengan
perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatan organisasi
dibatasi oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun walaupun
dibatasi, perkembangan Muhammadiyah di daerah lain, seperti
Srandakan, Wonosari, dan Imogiri berkembang cukup pesat. Hal
ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. K.H. Ahmad Dahlan kemudian mengusulkan agar cabang
Muhammadiyah di luar Yogyakarta menggunakan nama lain.
Misalnya, Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung
Pandang, dan perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah
(SATF) di Solo.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh
K.H. Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota.
Selain itu, juga melalui rekanan-rekanan dagang Ahmad Dahlan.
Gagasan ini ternyata mendapat sambutan yang besar dari
masyarakat Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah,
menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah
pun makin berkembang hampir di seluruh Indonesia.
Pada 7 Mei 1921, ia mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 20
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan
oleh pemerintah Hindia Belanda pada 2 September 1921. Atas
jasa-jasanya, pemerintah RI menetapkan Ahmad Dahlan sebagai
Pahlawan Nasional. Kiai kharismatik ini wafat di Yogyakarta,
pada 23 Februari 1923.
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah
selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai
berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam,
seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu
Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia
bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada
masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga
guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah,
sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak
dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti
Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah,
Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 21
menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah
menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad
Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama
Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai
Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak
tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-
pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang
diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai
Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan
didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal
dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan
mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah
pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini
bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 22
organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan
membangun masyarakat Islam.
MADRASAH MUHAMMADIYAH PERTAMA
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui
kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman,
bukan secara tradisional. Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an
dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai
membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat
memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian
diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang
diharapkan Qur‟an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan
masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya
tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya
merupakan suatu dogma yang mati.
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi
sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak
jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran
mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan
umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama
dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa
Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 23
met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran
agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus
mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga
semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid,
langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin
meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara
ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua
ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi
Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah
kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap
pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak. Di
samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari
percampuran ajaran agama Hindu, Di bidang organisasi, pada
tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus
untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga
merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari
pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya
sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk
pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu - sekarang
dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan
disingkat H.W. Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 24
genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul
Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip
Pramuka sekarang. Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan
sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga
harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian kader-
kader terpercaya, sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu
tidaklah kolot melainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman,
namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan zaman.
Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini
agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak
dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang Kiai sering
diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan
kotoran binatang.
Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam
akan dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu,
beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa melakukan suatu
pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak
dan mempunyai risiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat
perlahan-lahan menerima perubaban yang diajarkannya.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang
diajarkannya. Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang
ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 25
itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan
bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa
dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama
Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik
dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga
mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam
perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu
organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.
Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini, beliaulah
ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di
Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan
um‟mat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan,
melainkan dengan organisasi. Sebab selama hidup, beliau
diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya
ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga
konon belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama.
Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan
melaksanakan ide-ide pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik
perhatian para pengamat perkembangan Islam dunia ketika itu.
Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 26
memfokuskan perhatian pada Muhammadiyah. Nama Kiai Haji
Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia.
Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia,
peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan
dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan
saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad
ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai
yakni KH. Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH.
Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH.
Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud
dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan
Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh
Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
Pada usia 66 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923,
Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian
dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai
Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada
beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI
No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 27
AJARAN MUHAMMADIYAH
Sebagai salah satu organisasi modernis Islam di Indonesia,
Muhammadiyah memiliki puluhan ribu amal usaha berupa sekolah
(TK/SD/ SLTP/SMU), universitas, masjid, pondok pesantren,
rumah sakit, panti asuhan yatim, bank/koperasi, dan jamaah
pengajian yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Jaringan
organisasi Muhammadiyah terdapat di seluruh propinsi dan di
ratusan daerah tingkat kabupaten/kotamadya dan di ribuan
kecamatan (cabang) serta desa/kelurahan (ranting).
Jaringan dakwah Muhammadiyah telah merambah hingga
Singapura (Muhammadiyah Association), Malaysia, khususnya di
negara bagian Pulau Penang, Negeri Patani Raya-Thailand dan
Brunai Darussalam, serta negara-negara lainnya di wilayah Asia
Tenggara. Tidak berlebihan bila Muhammadiyah dikatakan
sebagai salah satu organisasi Islam Modernis (Pembaharu) terbesar
di dunia. Menurut klaim mereka, ada sekitar 35 juta pengikut
Muhammadiyah di Indonesia. Bahkan Ir. Soekarno (Presiden
pertama Republik Indonesia) pernah menjadi konsul pendidikan
Muhammadiyah di Bengkulu dan Jenderal Soeharto
(Presiden kedua Republik Indonesia) pernah mengaku sebagai
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 28
bibit Muhammadiyah. Dari segi bahasa, Muhammadiyah artinya
pengikut Muhammad SAW. Pengertian ini sangat luas sehingga
seluruh umat Islam dapat dikatakan
Muhammadiyah. Namun dari segi istilah, Muhammadiyah
adalah organisasi yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan
maksud agar umat Islam Indonesia melaksanakan ajaran Islam
sesuai dengan yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Menurut Qanun Asasi atau Anggaran Dasarnya,
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma'ruf
nahi munkar beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan
Sunnah Rasul, yang didirikan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H
atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Mdi Negeri
Yogyakarta Hadiningrat (Daerah Istimewa Yogyakarta).
Visi dan misi dari gerakan ini lahir sebagai respon terhadap
semakin berkembangnya misi zending agama Kristen yang dibawa
pemerintah Belanda dengan mendirikan sekolah, rumah sakit, dan
tempat-tempat pelayanan sosial lainnya pada zaman kolonial. Para
pendirinya sangat menyadari apabila perkembangan tersebut tidak
diimbangi, maka makin lama umat Islam semakin ketinggalan.
Kondisi obyektif masyarakat
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 29
Indonesia di atas mendorong K.H. Ahmad Dahlan
mendirikan organisasiini. Beberapa kegiatan utama
Muhammadiyah antara lain:
1. Mendirikan masjid dan mushola sebagai tempat sarana
ibadah.
2. Mencetak kader ulama, fuqoha, dan sejenisnya melalui
pendirian pendidikan pesantren Muhammadiyah Memberi
fatwa dan tuntunan dalam bidang
3. Keluarga Sejahtera/Sakinah (KB), dan berbagai masalah
kemasyarakatan.
4. Melakukan dakwah ke daerah-daerah pedalaman atau
masyarakat terpencil.
Di bidang pendidikan, organisasi sosial keagamaan ini
memadukan system sekolah umum (modern) dengan pesantren
(tradisional). Saat ini, focus mereka adalah mendirikan sekolah-
sekolah umum dengan memasukkan unsur- unsur keagamaan.
Pergerakan mereka di bidang ini jauh lebih pesat dibandingkan
saudara mereka dari organisasi Nahdatul Ulama (NU) yang
kebanyakan masih mengandalkan pola pendidikan pesantren
murni.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 30
Dilihat dari asal muasal pendukungnya, warga NU lebih
banyak tinggal di daerah pedesaan, bermata pencaharian sebagai
petani, dan berbasis pendidikan pesantren. Sedangkan, warga
Muhammadiyah lebih banyak tinggal di perkotaan, bermata
pencaharian non-pertanian, dan berbasis pendidikan sekolah non-
pesantren. Beranjak dari konteks sosiologis inilah kemudian
sejumlah ahli ilmu sosial menyebut Muhammadiyah sebagai
organisasi Islam modern dan menyebut NU sebagai organisasi
dakwah yang merujuk pada ajaran cinta Rasulullah.
PEMIKIRAN DAKWAH MUHAMMADIYAH
Pemikiran Syarifudin tentang Muhammadiyah baru adalah
mengukuti pola dakwah Rasulullah yang suci dengan melakukan
mauled sebagai tanda cinta pada Rasulullah saw. Gerakan dakwah
Muhammadiyah adalah gerakan cinta pada ajaran Rasulullah saw.
Tahlil adalah cara mencintai Rasulullah saw sehingga pemikiran
baru Muhammadiyah dari hasil kasjian syarifudin bahwa tahlil itu
sunnah bukan bit‟ah. Ajran Muhammadiyah itu adalah ahli sunnah
sehingga disebut Muhammadiyah itu adalah orang-orang yang
cinta pada Rasulullah saw.
Ajran muhammadiyah yang telah berjalan sekian abad
mengalami dinmika pergerakan yang intinya adalah
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 31
mengeksplorasi ajaran Rasulullah sebagai metode penataan hidup
mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
PERGERAKAN MUHAMMADIYAH DI AMBON
Sebelum penulis mengeksplorasi sikap lunak dan sikap tegas
Muhammadiyah terhadap budaya lokal, terlebih dahulu perlu
dideskripsikan potensi dasar kecendrungan manusia. Hal ini
penting dideskripsikan lebih awal untuk menelaah lebih dalam
faktor penyebab lahir budaya sesuai kondisi lokal di mana manusia
hidup dan dibesarkan. Karena budaya lahir akibat dari respon
lingkungan dimana manusia berada. Karena lingkungan dan
kecendrungan problematika manusia yang dihadapi juga
cenderung berbeda maka wujud budaya dalam menyikapi setiap
respon sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar yang akan dicapai
juga berbeda-beda. Pertanyaannya adalah bagaimana sikap lunak
dan sikap tegas Muhammadiyah terhadap budaya lokal dalam
mengakomodir kecenderungan manusia budaya lokal dalam dunia
dakwah amar ma’ruf nahimungkar.
Kecenderungan manusia hemat Ibnu maskawaih terdiri dari
tiga potensi dasar. Ketiga potensi tersebut terdiri dari potensi
nabati, hewani, dan insani. Potensi nabati kecendrungannya adalah
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 32
tumbuh dan berkembangan. Dalam diri manusia memiliki potensi
ini cenderung ingin hidup, tumbuh, berkembang, memiliki anak
sebagi symbol buah dari tumbuhan tersebut. Sedangkan potensi
hewani terdiri dari sifat hewani yang memiliki potensi tumbuh,
berkembang biak, dan menangkap setiap peluang jika ia lapar
tanpa ada rasa kasih sayang pada sesama hewan. Dan yang ketiga
adalah potensi insani yakni potensi ketuhanan yang ada dalam diri
manusia. Potensi ini memiliki fungsi jika manusia memiliki
kesadaran tinggi maka ia dapat mengjinakkan sifat nabati dan sifat
hewani yang cenderung sulit dikontrol jika menghadapi
permasalahan hidup.
Paradigma Ibnu Maskawaih tersebut dalam perspektif lain
Abraham Maslow sebagai ilmuan psikologi memetakan
kecenderungan dasar manusia antara lain adalah makan, minum,
berpakaian, keselamatan, kesehatan, dan prestise. Semua
kebutuhan dasar inilah yang menguasai kecendrungan manusia
dalam melakukan ekspresi dalam interaksi sosial. Tetapi selain
kebutuhan dasar tersebut perlu kiranya ditambah yakni termasuk
kebutuhan spiritual sebagai perwakilan potensi daya manusia
sehingga mampu beradabtasi dengan kondisi metaempiris.
Metaempiris adalah kebutuhan alam bawasadar manusia
yang memiliki kekuatan tak terbatas yang dapat dimanfaatkan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 33
manusia dalam menata, merawat, dan melestarikan hidupnya di
alam fana ini. Metaempiris adalah sebuah alam unlinier yang
selama ini kurang diaktifkan oleh manusia karena kecendrungan
tersebut membutuhkan syarat melalui ibadah ritual (penyucian jiwa
dari sifat nabati dan hewani) secara kontinyu dengan keyakinan
maksimal sehingga potensi nabati dan insani yang menguasai alam
pikiran manusia dalam ekspresi prilakunya dalam melakukan
hubungan interaksi sosial.
Berbagai macam ibadah ritual yang muncul dalam ekspresi
manusia sehingga kerap kali sulit dibedakan mana produksi wahyu
dan mana produksi budaya dari akal manusia. Semua ini perlu
diferifiksi melalui purifiksi untuk mempertegas keyakinan melalui
gerakan dakwah warga Muhammadiyah di kota Ambon. Sampai
saat ini tidak semua
Spirit pendekatan cultural yang dicontohkan Rasulullah saw
di dalam Al-Quran juga banyak menjelaskan tentang itu telah
mengilhami gerakan pembaharuan KH Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah. Sejumlah besar kalangan tertarik menjadi
anggota dan simpatisan Muhammadiyah, tidak terkecuali Panglima
Besar Jenderal Soedirman itu melalui berbagai cara. Di samping
melalui jalan konvensional, KH Ahmad Dahlan juga meluruskan
arah kiblat Masjid Agung Kraton Yogyakarta, melakukan dialog
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 34
dan diskusi mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, panti
asuhan, dan mendorong peran sosial kaum perempuan dengan
didirikannya Aisyiah( 1912) dan lain sebagainya.
Hingga kini, dakwah kultural seperti itu masih dipandang
perlu dengan penekanan-penekanan khusus dengan prinsip
memanusiakan manusia, memandang manusia senantiasa dalam
proses keberagaman, mengaku keragaman individual dan
kelompok dalam setiap proses dakwah, dan menempatkan agama
benar-benar berfungsi sebagai rahmat dalam kehidupan. Dengan
sudut pandang, dan cara pemahaman yang komprehensif tersebut,
maka dakwah kultural tidak perlu disalahpahami sebagai sikap
Muhammadiyah untuk menerima tradisi apa adanya, bersikap
lunak terhadap budaya lokal, dan mengubah wajah
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar.
Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan dakwah Islam
terbesar di Indonesia yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah
dengan watak tajdid yang melekat dalam dirinya senantiasa
istiqamah dan proaktif melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahy
mungkar di segala bidang kehidupan. Sebagai gerakan dakwah,
Muhamadiyah dituntut senantiasa tanggap akan perubahan yang
terjadi sehingga selalu dapat merumuskan strategi dakwah yang
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 35
baru dan tetap dapat memberikan pencerahan bagi kehidupan
umat.
ISLAM TRADISIONAL.
Muhammadiyah dipimpin oleh Syafii Maarif, beliau
menggantikan Amien Rais yang berpindah haluan terjun ke dunia
politik dengan menjabat Ketua MPR RI (1999-2004). Beliau
mendapatkan pendidikan politik Barat di bidang doktoral dari
Universitas Chicago tahun 1982. Dua tahun kemudian dua tokoh
Islam terkemuka lainnya yakni Amien Rais dan Nurcholish Madjid
menamatkan pendidikannya di universitas yang sama. Selain
sebagai pimpinan Muhammadiyah, guru besar IKIP Yogyakarta
ini, juga rajin menulis, dan menjadi pembicara dalam sejumlah
seminar.
Sebagian besar tulisannya adalah masalah-masalah Islam,
dan dipublikasikan di sejumlah media cetak. Syafii Maarif
menikah dengan Nurkhalifah dan dikaruniai seorang anak laki-
laki. Dalam pernyataannya bulan Juli 2003, ia menolak
memberikan dukungan kepada Amien Rais sebagai calon Presiden
dan menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak ingin terseret dalam
politik praktis demi menjaga kenetralan dengan partai politik Islam
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 36
lainnya. Tiga tahun sebelumnya, dalam Muktamar Muhammadiyah
ke-44 tahun 2000 di Jakarta, gerakan ini mendorong generasi
mudanya untuk berkiprah lebih banyak lagi di bidang politik. Ada
kaitan erat lahirnya Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipimpin
Amien Rais dengan Muhammadiyah seiring banyaknya pengurus
partai yang berasal dari Muhammadiyah.
POKOK DOA
Doakan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang berkiprah di
bidang: agama, politik, pendidikan, hukum, militer, ekonomi,
hiburan, komunikasi dsb, agar mereka memiliki takut akan Tuhan
dalam hati dan kehidupan mereka.
Sumber Daya Manusia (SDM) Muhammadiyah yang
tergolong modern, dapat menjadi akses perbandingan; nilai, prinsip
dan tujuan. Doakanlah agar hati dan pikiran mereka terbuka untuk
mengenal dan menerima kebenaran, nilai-nilai kekekalan dan
tujuan hidup akhir yang pasti. Doakanlah agar selaput yang
mengaburkan mata rohani mereka disingkirkan, dan selubung yang
menyelubungi dan kekuatan yang mengikat mereka yang tidak
berasal dari kebenaran (Yohanes 14:6) dilucuti, diputuskan kuasa
dan kekuatannya dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 37
Doakan para tokoh yang belajar ilmu perbandingan agama
agar mereka berani mengakui secara terbuka kebenaran yang
mereka temukan. Doakan agar program-program yang
dikembangkan di berbagai sector melalui tubuh Muhammadiyah
akan membuahkan persatuan dan kesatuan NKRI, ketenangan dan
kedamaian bagi seluruh bangsa Indonesia.
PEMIKIRAN MODEREN MUHAMMADIYAH
Membaca Muhammadiyah adalah membaca gerakan
pembaruan di Indonesia, yang dalam ranah praksis gerakanya
diejawantahkan pada dua dimensi, yakni, dimensi purifikasi
(pemurnian) dan dimensi dinamisasi. Purifikasi adalah usaha
pemurnian ajaran agama Islam baik dari sisi Aqidah dan Ibadah
supaya sesuai dengan tuntunan al-quran dan sunnah (arruju‟ ila
quran wa sunnah) seperti yang diajarkan oleh kanjeng Nabi
Muhammad. Sedangkan dinamisasi adalah ijtihad yang dilakukan
muhammadiyah dalam mendinamisasi (inovasi) praktek kehidupan
muamalah duniawiyah yang disesuaikan dengan kondisi perubahan
zaman demi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia.
Sebagai sebuah gerakan kebudayaan, Islam menolak
pandangan yang kolot, kaku statis tentang alam semesta. Tidak ada
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 38
yang abadi di dunia ini selain perubahan itu sendiri, begitu kata
filusuf Yunani, Heraclitus (540-480SM). Pandangan ini menjadi
dasar dari prinsip gerak yang melandasi adanya perubahan. Esensi
dari perubahan adalah pembaruan, dan spirit itu yang menjadi
reason d‟etre bagi keberadan Muhammadiyah.
Beragam istilah yang sepadan dengan pembaharuan telah
disematkan oleh banyak pakar, Deliar Noer, James L Peacock,
William Sheapard mengkategorikan Muhammadiyah sebagai
gerakan modern Islam, Alfian, Whertheim menggolongkan ke
dalam gerakan reformisme Islam, Abu Bakar Atjeh menyebutkan
dengan gerakan kembali kepada Salaf, Clifford Geertz, George
Kahin, Robert Van Neil memasukkan Muhammadiyah ke dalam
gerakan sosio-kultural.
Munculnya gerakan Muhammadiyah yang mengusung
pembaruan mewakili gerakan modernis-reformis, merupakan
respon dari kebutuhan umat Islam untuk memurnikan ajaran Islam
dari berbagai pengaruh budaya lokal yang bertentangan dengan
semangat Islam. Gerakan ini mempunyai kemiripan atau bahkan
dalam batas-batas tertentu ada kesamaan dengan gerakan
pembaharuan yang mendahuluinya, yakni Wahabi. Sehingga tidak
aneh kiranya pada aspek purifikasi (pemurnian) ajaran agama
Islam, Muhammadiyah sering dikaitkan dengan gerakan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 39
pembaruan yang ada di Makah, Timur Tengah tersebut. Bahkan
ada anggapan bahwa kelahiran Muhammadiyah sering disalah
tafsirkan sebagai kepanjangan tangan dari gerakan Wahabi.
Keterkaitan tersebut dihubungkan dengan pendiri
Muhammadiyah yang pernah belajar di Mekah, Arab. Tetapi kalau
kita lihat lebih jauh dari aspek gerakan (praksis) Muhammadiyah,
penilaian bahwa Muhammadiyah adalah Wahabi menjadi mungkin
untuk diragukan. Apa mungkin Muhamamdiyah kalau dia
mengusung ideologi Wahabi mau bekerjasama dengan kaum
“kafir” dengan menerima sumbangan donasi dan tenaga dalam
melakukan kerja-kerja sosial kemasyarakatan seperti yang
dilakukan Muhamamdiyah ketika menghidupi rumah sakit, rumah
miskin, rumah yatim? Apa mungkin juga kalau Muhamamdiyah
mengusung ideologi wahabi, bisa hidup berdampingan dengan
Keraton Yogyakarta yang menjadi simbol budaya Jawa? Bahkan
konon katanya keraton Yogyakarta juga punya andil besar dalam
proses pendirian Muhammadiyah.
Muhamamdiyah dalam hal kehidupan duniawi, membuka
pintu ijtihad selebar-lebarnya dan tak segan-segan mengadaptasi
cara-metode modern yang digunakan oleh Barat-Kristen
(penjajah). Sebuah langkah yang cukup berani dan bahkan bisa
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 40
dibilang liberal-radikal pada saat itu. Sehingga tidak heran jika
Muhammadiyah pada fase awal sering disebut sebagai kafir
lantaran meniru dan bergaya seperti apa yang dipraktekkan oleh
para penjajah tersebut. Kuatnya diktum normatif man tasabaha bi
kaumin fahuwa minhum begitu kuat menancap dalam ruang
kesadaran umat Islam sehinggaMuhammadiyah dicurigai sebagai
kristen alus kala itu.
JEJAK PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH
Sebagai gerakan sosial yang berbasis agama,
Muhammadiyah telah mendobrak tradisi dengan menghidupkan
dan mengembangkan nalar pembebasan. Muhammadiyah lahir
sebagai tesis dari ideologi pembebasan dengan misi suci
membebaskan masyarakat dari kondisi umat yang masih terpuruk.
Kelahiran Muhammadiyah menjadi pelita dalam mencerahkan
masyarakat dengan memberikan pencerdasan dan karya nyata di
tengah-tengah masyarakat. Dia menjadi harapan baru bagi masa
depan yang lebih baik, pelepas dahaga ketika institusi dan otoritas
keagamaan mengalami kemarau dalam memecahkan problema
keuamatan dan kemasyarakatan.
Jejak pembaruan Muhammadiyah dalam ranah praksis dapat
dilihat dari usaha Muhammadiyah yang sejak awal sudah menjadi
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 41
avant grade dalam pengadopsian metode-metode modern untuk
diterapkan dalam gerak dan perilaku organisasi sehari-hari. Selain
mengambil sistem organisasi modern, Muhammadiyah juga
mengambil alih sistem pendidikan modern dengan memadukan
pendidikan umum dan agama. Modernisme Muhammadiyah dalam
bidang pendidikan jauh mengalahkan Al-Azhar, Kairo yang pada
saat bersamaan menarapkan sistem pendidikan tradisional Islam.
Untuk pertama kali dalam sejarah gerakan Islam, Muhammadiyah
mendirikan rumah sakit dan berbagai panti pelayanan sosial.
Amal sosial Islam yang menjadi karya pembaruan
Muhammadiyah yang sering dilupakan banyak orang adalah
kepeloporan Muhammadiyah dalam menghidupkan tradisi
pengajian keliling di ruang terbuka (tabligh), menterjemahkan Al-
Quran dengan bahasa Indonesia, usulan penyediaan tempat sholat
di berbagai fasilitas publik (musholla), pengumpulan zakat dengan
diorganisasi dll. Sekarang seluruh tradisi amal sosial Islam yang
dirintis Muhammadiyah tersebut sudah menjadi milik publik.
Muhammadiyah pada awal kemunculannya tidak bermula
dari proses prakondisi diskursus wacana yang berat dan muluk-
muluk. Sekarang Muhamamdiyah telah menjadi narasi besar dari
sebuah gerakan sosial Islam. Ahmad Dahlan (1868-1923) sang
pendiri Muhamamdiyah, tidak banyak melahirkan karya tulis,
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 42
seperti layaknya para pemikir dan tokoh pembaharu yang lain.
Menurut Kuntowijoyo, Dahlan buka tipe man of thought tetapi
man of action. Gerakan ini pada awalnya semata-mata bersifat
agama, tetapi ternyata kemudian semboyan itu juga punya
konsekuesi logis yang bersifat duniawi.
Sosok Dahlan yang hidup dalam suasana gerakan telah
memicunya untuk lebih banyak berbuat daripada sekedar
berwacana. Satu hal yang menarik dari Muhammadiyah melalui
Dahlan dan teman-temannya adalah, bahwa persyarikatan ini
muncul dalam suasana batin ghairah dan semangat kaum muda
untuk melakukan perubahan. Pada waktu dahlan mendirikan
organisasi ini tahun 1912 umurnya masih relatif cukup muda,
yakni 44 tahun, sehingga dalam hal ini bisa disebutkan bahwa
munculnya gerakan Muhammadiyah merupakan gerakan kaum
muda.
Pada fase awal Muhammadiyah berdiri, hal yang menjadi
ciri pokok gerakan ini adalah langkah keberpihakannya kepada
kaum miskin atau proletar. Organ atau lembaga yang pertama kali
dibentuk oleh Muhamamdiyah selain bidang Pendidikan adalah
Penolong Kesesngsaraan Oemoem (PKO), yaitu sebuah lembaga
yang berfungsi untuk menyantuni orang miskin dan memberikan
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 43
pelayanan kesehatan gratis tanpa membedakan suku, agama, dan
status sosial. Awal pembentukan PKO adalah untuk meringankan
memberikan penyantunan terhadap korban meletusnya Gunung
Kelud. Dalam perkembangan awalnya PKO melakukan kegiatan-
kegiatan kemanusiaan (humanitarian rescue) dengan membantu
menolong para korban kebakaran di Yogyakarta, mendirikan
klinik, rumah sakit, rumah yatim dan juga rumah miskin.
Dahlan melalui Muhammadiyah begitu peduli dengan nasib
rakyat miskin, kepedulianya seolah menjadi prisnsip etis yang
melatari etika welas asih sehingga menjadi model pelembagaan
misi kemanusiaan Muhammadiyah. Entah apa yang ada di dalam
benak Dahlan kala itu, kenapa dia begitu peduli dengan nasib
kaum miskin. Kisah fenomenal yang selalu dirujuk sehingga
menginspirasi kepedulianya berawal dari surat Al-Maun. Kisah
Dahlan mengajari tafsir surat Al Maun kepada para murid-
muridnya kala itu menjadi cerita tentang spirit misi pembelaan dan
pembebasan. Dikisahkan pada waktu itu murid Dahlan menjadi
bosan dengan materi yang diajarkan oleh sang kyai karena selalu
mengulangi kajian dengan surat yang sama yaitu Al-Maun,
padahal para muridnya tersebut sudah hafal dan paham sama
sekali. Para Murid memprotes meminta beralih kepada palajaran
tafsir surat yang lain. Dahlan menanggapi kegelisahan dan protes
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 44
para muridya itu dengan satu pertanyaan, apakah kalian semua
sudah mengamalkan? Mendengar pertanyaan tersebut para murid
Dahlan saling berpandangan, Dahlan berujar, agama itu untuk
diamalkan, sekarang bergegas kalian mengumpulkan orang miskin
dan anak yatim dan berilah makan dan pakaian pada mereka.
Karena aksi kemanusiaannya tersebut Muhammadiyah
mendapat banyak simpati dan dukungan luas dari masyarakat.
Muhammadiyah begitu terbuka dan toleran, anggota
Muhammadiyah pada waktyu awal berdirinya terdiri dari anggota
biasa, anggota kehormatan atau istimewa dan anggota yang secara
khusus disebut sebagai donatur. Selain anggota biasa, dua jenis
anggota lainnya, yakni anggota istimewa dan anggota donatur, bisa
terdiri atas pemeluk agama selain Islam dari beragam bangsa.
MUHAMMADIYAH DAN AKAR RUMPUT
Image yang melekat di masyarakat ketika berbicara tentang
Muhammadiyah adalah seputar Sekolah, Universitas, Rumah
Sakit, serta Panti Asuhan. Gurita amal usaha Muhammadiyah yang
menjamur tersebut telah membentuk persepsi masyarakat bahwa
Muhamamdiyah tidak jauh dari hal tersebut. Persepsi publik
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 45
tentang Muhammadiyah yang terkonstruk melalui jaringan amal
usaha tersebut setidaknya telah mengikat anggapan masyarakat
bahwa Muhammadiyah tidak mengurusi hal lain di luar hal yang di
atas.Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan image publik yang
menstigmakan Muhamamdiyah yang lebih bergerak pada
seputaran Amal Usaha yang sudah melembaga secara mapan
tersebut. Bahkan tidak jarang yang menyematkan intitusi amal
usaha Muhammadiyah dalam batas-batas tertentu tidak terjangkau
masyarakat untuk mengaksesnya alias mahal. Sehingga
Muhamamdiyah seolah terkesan tidak pro poor dan tidak begitu
berpihak lapisan masyarakat yang miskin dan mustadh‟afin.
Baru akhir-akhir ini kita melihat wajah baru dari
Muhamamdiyah pasca dibentuknya Majelis pemberdayaan
Masyarakat (MPM) yang menjadikan kelompok miskin-marginal
dan mudtah‟afin sebagai basis keberpiahakannya. Gerakan MPM
telah melahirkan kembali spirit Al-Maun, yakni spirit
keberpihakan-pembebasan bagi masyarakat miskin tanpa
memandang latar belakang suku dan agama.
Sebagai sebuah gerakan Islam dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar, Muhammadiyah tidaklah sebagai gerakan sosial murni
akan tetapi gerakan sosial yang bertautan dengan Islam yang
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 46
menjadikan Islam sebagai solusi atas persoalan sosial dan
kehidupan.
Komitmen keberpihakan kepada akar rumput sebenarnya
sudah muncul sejak Muktamar Muhamamdiyah ke 44 di Jakarta
tahun 2000, saat itu muncul keprihatinan bahwa Muhammadiyah
kurang memberi perhatiaan kepada problem masyarakat kecil.
Pada kepengurusan setelah muktamar ke 44 tersebut,
Muhammadiyah melembagakan kepeduliannya tersebut dalam
sebuah lembaga yakni Lembaga Buruh Tani Dan Nelayan (LBTN).
Setelah 5 tahun berjalan, lembaga ini dirasa kurang bisa maksimal
menyentuh rakyat miskin yang ada di bawah lantaran terhalang
oleh struktur lembaga yang tidak disiapkan mengakar sampai ke
bagian paling bawah dari organisasi. Pada muktamar ke 45 di
Malang tahun 2005, komitmen keberpihakan kepada akar rumput
semakin ditegaskan lagi dengan dibentuknya sebuah majelis yakni
Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), sebuah bentuk yang
lebih kokoh daripada sebuah lembaga.
Tercetusnya komitmen pemberdayaan masyarakat
tersebut dalam rangka meningkatkan peran Muhammadiyah dalam
pemberdayaan umat dan bangsa sebagai manifestasi dari peran
Muhammadiyah. Komitmen pemberdayaan masyarakat dan umat
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 47
ini tidak terlepas dari tuntutan yang dihadapi oleh Muhammadiyah
untuk dapat berpihak dan membela problem-problem masyarakat
di akar rumput dan komunitas mustadh‟afin dalam berbagai ruang
lingkup dan variasinya.
Program pemberdayaan masyarakat selama hamper 8
tahunterakhir ini sedikit banyak telah merubah wajah
Muhammadiyah yang elitis menjadi populis dan pro poor.
Muhammadiyah sudah mulai akrab dengan para petani, nelayan,
peternak, buruh, kaum miskin kota, kaum difabel. Melalui program
dan sentuhan MPM, masyarakat akar rumput menjadi tersadar
bahwa Muhammadiyah ternyata bersama mereka untuk turut serta
dalam memikirkan dan memperjuangkan masa depan dan nasib
hidup mereka. Bahkan Mereka memberi pelajaran banyak kepada
Muhammadiyah bahwa, selama ini masyarakat akar rumput tidak
membutuhkan wacana yang muluk-muluk, bombastis apalagi
“njlimet”. Yang mereka butuhkan adalah kehadiran dan pembelaan
yang nyata terhadap diri mereka. Dengan semangat
pembebasannya, keberpihakan Muhammadiyah bisa menjadi
benteng terakhir dari harapan masyarakat di tengah
keterputusasaan lantaran para elit dan pemerintah tidak hadir
dalam kehidupan mereka secara nyata. Mereka harus selalu rela
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 48
dikorbankan demi citra dan pencitraan para pemimpin bangsa yang
sudah mati rasa.
Komitmen Muhammadiyah pada akar rumput, tentu
merupakan langkah dan terobosan baru yang perlu diapresiasi oleh
semua pihak bahkan malah harus ditiru dan direplikasi, bisa jadi
ini adalah tajdid jilid ke dua dari gerakan yang sudah berumur 100
tahun inidengan mengembalikan Muhammadiyah pada spirit
awalnya yakni sipirit pembebasan, pembelaan dan keberpihakan
pada si miskin dan lemah.Oleh karena ke depan gerakan ini harus
senantiasa memperkuat program dan aktivitas gerakan
pemberdayaan dengan cara memaksimalkan modal sumberdaya
yang sudah dimiliki, baik itu modal sosial, SDM, jaringan, dan
amal usaha. Potensi yang ada dalam persyarikatan perlu
dimaksimalkan dalam rangka masifikasi gerakan pembelaan
terhadap masyarakat miskin dan lemah.Selain memaksimalkan
potensi dari dalam, Muhammadiyah perlu membangun networking
yang kuat dan kokoh. Bekerjasama dan berjejaring dengan elemen
masyarakat yang lain dalam rangka memaksimalkan kerja-kerja
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Hal ini
dipandang perlu sebab kerja pemberdayaan masyarakat adalah
kerja keumatan yang membutuhkan kerjasama dengan semua
pihak dengan cara bergotong royong.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 49
Tidak mudah memang, mengajak orang untuk secara tulus
bekerja untuk si miskin. memang jalan yang dilalui untuk menuju
si miskin adalah jalan sepi dan sunyi, jalan yang sedikit sekali
dilalui, tetapi yakinlah jalan yang sunyi dan sepi ini adalah jalan
yang dilalui para nabi. Di jalan inilah para nabi menemukan wajah
Allah, karena di sanalah wajah Allah bersemayam.
Selamat bekerja Majelis Pemberdayaan Masyarakat. Selama
rakyat masih menderita, tidak ada kata Istirahat! PKO (U) dibentuk
pada tahun 1918 yang pada awalnya adalah organisasi independen
yang diirikan oleh tokoh-tokoh awal Muhammadiyah dengan nama
yang sama. PKO (U) menjadi bagian resmi dari Muhammadiyah
pada tahun 1921, dua tahun sebelum K.H. Ahmad Dahlan wafat,
Pendiri dan sekaligus menjadi Ketua pertama dari lembaga ini
adalah H. Sudjak.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 50
BAHAN REFERENSI
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia: 1900-1942, (PT. Pustaka LP3ES, 1996), hlm. 90
Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah 2010-2015
Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, (Yogyakarta: Jalasutra, 2002), hlm .234.
Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), hlm, 1
Faozan Saleh, Teologi Pembaruan: Pergeseran Islam Sunni di Indonesia abad XX, (Jakarta: Serambi, 2004), hlm. 21
Azyumardi Azra, dalam Muhamamdiyah di Gugat: Reposisi di tengah Indonesia yang Berubah (Jakarta: Penetbit Kompas, 2000), hlm. 21-22
Kuntowujoyo, dalam Pengantar buku Alwi Shihab, Membendung Arus : Respon Gerakan Muhamamdiyah terhadap penetrasi misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan,2002), hlm. XVI
Kisah ini di Muhammadiyah seolah menjadi legenda, keterbatasan data yang menjadi dasar untuk dijadikan rujukan sangat terbatas
Syarifudin. Teknologi Dakwah Muhammadiyah di Maluku, Disertasi tahun 2012.
Gerakan Dakah Muhammadiyah dan Biografi KH. Ahmad Dahlan 51
Syarifuddin Jurdi dkk, 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan, (Jakarta: Penerbit Kompas, 2010), hlm. XXX-XXI
Abdul Mu‟ti, Muhammadiyah Gerakan Civil Society yang Mandiri, Tidak Anti Pemerintah, Media Maarif , Vol 4, No. 2- Desember 2009