METODE BIMBINGAN AGAMA MAULANA HABIB MUHAMMAD...
Transcript of METODE BIMBINGAN AGAMA MAULANA HABIB MUHAMMAD...
METODE BIMBINGAN AGAMA MAULANA HABIB
MUHAMMAD LUTHFI BIN YAHYA
DALAM MENUMBUHKAN BELA NEGARA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun oleh
RIDWAN BUSTOMI
NIM. 1110052000037
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M. /1438 H.
v
ABSTRAK
RIDWAN BUSTOMI NIM: 1110052000037, Metode Bimbingan Agama
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam Menumbuhkan Bela
Negara, Skripsi Sarjana Strata Satu (S1), di bawah bimbingan Drs. M. Lutfi.
M. Ag (NIP: 19671006 199403 1 006).
Bela negara merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap warga
negara. Semangat bela negara perlu terus dibina sehingga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga. Sikap bela negara sangat bermanfaat
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Manfaat tersebut diantaranya negara
akan aman dan damai, pembangunan negara dapat berjalan lancar dan pendapatan
negara akan meningkat. Untuk menumbuhkan bela negara tersebut di butuhkan
bimbingan agama dengan menggunakan metode yang khusus pula. Agar
masyarakat terbimbing dapat memahami esensi dari bela negara. Sehingga pada
gilirannya akan tumbuh semangat dan sikap dalam membangun negara. Dari
sekian banyak ulama-ulama yang berperan menumbuhkan sikap bela negara,
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan salah satu ulama yang
mendidikasikan kehidupannya dalam membimbing dan membina bangsa ini
dengan kemampuan dan keilmuan serta dunia pendidikan yang dimilikinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang metode
bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam
menumbuhkan bela negara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data
penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh
langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman dan data-data dari
sumber yang terkait dengan penelitian. Penelitian ini dilakukan di berbagai kota
dan daerah di Indonesia.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan
agama yang dilakukan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang
diberikan kepada WNI dalam menumbuhkan bela negara, yaitu dengan metode
langsung dan tidak langsung. Pertama, metode langsung seperti: metode individu
dan metode kelompok. Pendekatan kelompok yang dilakukan menggunakan
beberapa teknik, yakni metode ceramah, metode tanya jawab, metode cerita
sejarah dan metode menyanyikan lagu. Kedua, metode tidak langsung dalam hal
ini Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memberikan keteladanan yang
baik serta melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan bela negara
kepada WNI seperti kegiatan: Kirab Merah Putih, Kirab Panjang Jimat, daftar
ilmiah, radio dan sosial internet.
Kata kunci: Metode Bimbingan Agama, Bela Negara.
vi
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر حمن الر حيمPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas
berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Metode Bimbingan Agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya dalam Menumbuhkan Bela Negara”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar S.
Sos (sarjana sosial) bagi mahasiswa program S1 pada program studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M. Ed, Ph. D. Selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Raudhonah, MA. Selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M. Si. Selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
vii
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. M. Lutfhi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi, tanpa beliau mungkin
skripsi ini hanya menjadi setumpuk kertas yang tidak berharga. Betapa beliau
sungguh bersabar, rendah hati, terbuka, mendidik peneliti dengan baik,
membimbing dengan bijaksana, memberikan segudang ilmunya, menyediakan
waktunya, memberikan penulis kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, dan
segala halnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan bapak yang terbaik, seperti bapak memberikannya
kepada penulis. Aamiin.
5. Drs. Helmi Rustandi, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik. Karena atas
bimbingan bapak, penulisan skripsi ini bisa lanjut ke seminar proposal. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan bapak yang terbaik, seperti bapak
memberikannya kepada penulis. Aamiin.
6. Untuk Aa Muhammad Hidayat, orang tua dan sekaligus guru yang telah
menyayangi, membimbing, memberikan petunjuk, mendo’akan penulis dan lain
sebagainya yang tak terhingga sampai-sampai tidak bisa terucapkan oleh kata-
kata. Penulis sangat bersyukur sekali menjadi anak dan murid Aa, karena
viii
melalui perantara Aa, penulis bisa lebih mengenal Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW dan para Ulama. Semoga Aa selalu diberkahi Allah SWT, dikabulkan
segala hajatnya dan bahagia dunia akhirat. Aamiin.
7. Untuk kedua orang tua yang melahirkan penulis yaitu Bapak Tominin dan Ibu
Samroh, penulis bersyukur telah dilahirkan kedunia ini. Terima kasih telah
memberikan semuanya, merawat, membesarkan, menyayangi, mendidik,
menyekolahkan, memotivasi, memberi masukan, dan lain sebagainya yang tak
terhingga sampai-sampai tidak bisa terucapkan oleh kata-kata. Suatu saat pasti
akan penulis buktikan, penulis bisa berdiri tegak dengan kedua kaki penulis
sendiri, dengan segala apa yang telah engkau ajarkan. Semoga Bapak dan Emak
selalu diberkahi oleh Allah SWT dan bahagia dunia akhirat. Aamiin.
8. Untuk Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang telah mengizinkan
penulis untuk menulis skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Semoga beliau selalu diberi kekuatan untuk mempertahankan
kedaulatan NKRI ini dan semoga Allah SWT selalu melindungi beliau. Aamiin.
9. Untuk Habib Muhammad Baha’uddin Al-Alawi selaku anak kandung Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Terima kasih untuk kesan pertama yang
terbuka, untuk pintu rumah yang selalu terbuka lebar untuk penulis, sehingga
penulis dapat bertemu dengan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusan beliau. Aamiin.
10. Untuk Bapak Budhi Haryanto yang sudah membantu penulis untuk
menginformasikan keberadaan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya,
ix
sehingga penulis dapat bertemu dengan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya. Semoga Allah SWT selalu melindungi bapak. Aamiin.
11. Untuk keluarga besar penulis: Mpo Lia, Mpo Nur, Bang Dimas, Bang Andri,
Mang Toni, Uwa Mus, Bi Isah, Mang Mamak, Mang Jahid, Mang Didin, Bi
Samroh, Kak Sholeh, Kak Lani, Kak Nok, dan Sidik yang memberikan
motivasi, do’a dan kasih sayang kepada penulis. Untuk keponakan penulis:
Azza, Azmi dan Berril yang selalu membuat penulis termotivasi untuk bisa
mandiri dan terus melangkah menggapai masa depan.
12. Sahabat-sahabat BPI: Heriyanto (Joshua), Muhammad Najmul Umam (Gus
Mul), Ali Munandar, Syarif Hidayatullah, Yeni Nur Asiah (Zae) dan M. Haris
(Tikus). Terima kasih untuk segalanya, bahagia itu sederhana “saya dan sahabat
saya” saling berbagi cerita dan kita berbuat kekonyolan.
13. Teman-teman BPI seperjuangan: Siregar, Yudha, Muis, Alam, Husein, Ola,
Jannah, Mela, Titi, Sefti, Ayu, Sri, Ela, Indah, Deuis, Puang, Mini, Icha, Fia,
Nisa, Ria, Nurul, Elva, Ennu, Izur, Rif’ah, Fitri dan Sajida terimakasih kalian
sudah menjadi teman-teman seperjuangan yang solid, canda tawa telah kita
lakukan di dalam kelas yang ramai dengan suara-suara emas meskipun jika
sedang terhening di saat diskusi karena bingung mau ngomong apa hehe.. sukses
terus untuk kita semua.
14. Teman-teman BPI keseluruhan: Ucok, Endin, Nan, Komok, Irfan, Aswad, Sabri,
Jamal, Cunbou, Obel, Buduk, Muzay, Sondi, Bang Jek, Bagol, Novi, Syaitibi,
x
Fahri, Taufik, Niko, Ubay, Taufik, Dimong, Tegek, Mandra, Wahyudi, Diah
Selviani dan lain sebagainya. Terima kasih untuk semuanya.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi
rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Akhirnya kepada-
Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum
sepenuhnya sempurna.
Jakarta, 30 Oktober 2017
Penulis
Ridwan Bustomi
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 6
1. Pembatasan Masalah ...................................................... 6
2. Perumusan Masalah ....................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
2. Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode ................................................................. 15
B. Bimbingan Agama ................................................................. 16
1. Pengertian Bimbingan Agama ......................................... 16
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama ............................ 20
3. Metode Bimbingan Agama .............................................. 22
4. Materi Bimbingan Agama ................................................ 25
C. Bela Negara ............................................................................ 28
1. Pengertian dan Makna Bela Negara ................................ 28
2. Asas Demokrasi Pembelaan Negara ............................... 31
3. Pembelajaran PendidikanBela Negara ............................ 34
4. Tujuan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara ................ 35
5. Implementasi Bela Negara .............................................. 38
BAB III PROFIL MAULANA HABIB MUHAMMAD
LUTFHI BIN YAHYA
A. Riwayat Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya ........ 41
B. Masa Pendidikan .................................................................... 46
C. Perjalanan Ilmiah ................................................................... 47
D. Kegiatan-kegiatan .................................................................. 47
E. Jabatan Organisasi .................................................................. 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. AnalisisMetodeBimbingan Agama MaulanaHabib
Muhammad Luthfi bin YahyadalamMenumbuhkan
Rasa Cinta Tanah Air danBela Negara .................................. 50
1. MetodeLangsung .............................................................. 55
2. MetodeTidakLangsung .................................................... 59
B. AnalisisFaktorPendukungdanPenghambatMetode
Bimbingan Agama MaulanaHabibMuhammad Luthfi
binYahya ................................................................................ 65
1. FaktorPendukung ............................................................. 65
xii
2. FaktorPenghambat............................................................ 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 68
B. Saran ....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN ....................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan negara yang terletak di antara dua samudera
yaitu Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik dan di antara benua yaitu Benua
Asia dan Benua Australia yang menjadikan tempat persalingan antar samudera
dan antar benua. Dengan letak Indonesia yang seperti itu Indonesia menjadi
tempat persebaran agama, sehingga menjadi Negara yang strategis untuk
pertemuan berbagai agama di dunia. Warga negara Republik Indonesia
merupakan suatu masyarakat yang beragam dan tersebar di pulau-pulau yang
terpisah satu sama lain. Faktor geografis Indonesia sebagai Negara Maritime
mendorong munculnya kelompok-kelompok suku bangsa yang sangat beragam.
Kemajemukan etnis tersebut menjadikan Negara ini dalam keragaman budaya,
etnis adat istiadat, bahasa dan kepercayaan.1
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi yang
mempunyai idealisme cinta tanah air dan bangsa, kalau tidak mungkin saat ini
bangsa Indonesia masih dijajah. Bangsa Indonesia harus berterima kasih kepada
para tokoh yang mencetuskan pembentukan organisasi-organisasi antara lain:
Nahdlatul Ulama pada tanggal 31 Januari 1926, Boedi Oetomo pada tanggal 20
Mei 1908, Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan sebagainya yang
turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, juga tokoh yang
1 Subagyo Pangestu, Statistika Induktif, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2005), h. 5.
2
memungkinkan terjadinya Proklamasi 17 Agustus 1945.2 Mereka adalah teladan
yang patut untuk dijadikan tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya pada tanah
air dan bangsa melebihi cintanya pada diri sendiri yang harus dihormati sepanjang
masa.
Pada era sekarang ini semua masyarakat di dunia membutuhkan suatu
konsolidasi terhadap negaranya masing-masing. Berbagai bentuk pertahanan dan
ketahanan dilakukan untuk negaranya. Agar negara tersebut tetap bertahan dan
bersaing di kancah dunia baik dari segi ekonomi maupun segi keamanan dan
bidang lainnya. Semua negara bersaing di dunia ini, bersaing di segala bidang
agar dapat diakui dan dipandang negara lain.
Begitu juga di Indonesia, berbagai macam prestasi ditorehkan di berbagai
macam perlombaan bergengsi di kancah internasional. Namun sayangnya dengan
banyaknya prestasi tersebut, tidak diimbangi dengan kerukunan dan kemakmuran
rakyat dalam negeri sendiri. Terbukti dari riset, kesadaran untuk cinta tanah air di
Indonesia sekarang sangat menurun drastis, sehingga beberapa waktu belakangan
ini sering terjadi perang antar suku, maupun kerusuhan yang diakibatkan karena
perbedaan agama.
Menurut beberapa kalangan di seluruh dunia beranggapan bahwa Negara
Indonesia ini bukan negara yang damai. Keamanan dan ketertibannya juga kurang
memadai. Padahal beberapa tahun yang lalu Negara Indonesia disebut-sebut
2 Rizki Priyangga, Cinta Tanah Air, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2008), h. 1.
3
negara yang masyarakatnya ramah tamah dan menyayangi segala perbedaan serta
sangat cinta tanah air.3
Negara Indonesia memiliki berbagai macam suku, agama, ras dan potensi
dari pada negara lain. Banyaknya perbedaan ini membuat bangga Negara
Indonesia tercinta ini, akan tetapi semakin memperburuknya keadaan sosial dalam
negeri. Terbukti dari waktu ke waktu semakin banyak masalah yang timbul
akibat perbedaan tersebut. Antara lain kasus kerusuhan pertentangan etnis dan
suku di Tanjung Balai Sumatra Utara pada bulan Agustus 2016, kasus
pertentangan antar agama pembakaran Masjid di Tolikora Papua pada bulan Juli
2015 dan kasus kerusuhan antar suporter sepak bola Persija dan Sriwijaya FC di
Jakarta pada bulan Juni 2016 dan sebagainya.
Dari berbagai peristiwa tersebut dapat kita lihat bahwa masyarakat
Indonesia sangat miskin ilmu pengetahuan dan miskin akan cinta tanah air.
Banyak dari mereka belum mengerti apa kewajiban dan hak sebagai Warga
Negara Indonesia (WNI), termasuk untuk mencintai tanah air melalui menjaga
keamanan dan ketertiban warga negaranya. Hal ini terjadi karena kurangnya
penanaman ilmu pengetahuan tentang cinta tanah air. Banyak dari mereka tidak
paham bagaimana kita mencintai tanah air dan menjaga kedaulatan Negara
seutuhnya.4
Potret bangsa ini mengalami fluktualif keanekaragaman, dekadensi moral,
pemahaman keagamaan yang berbeda-beda. Kalau tidak segera diatasi bersama,
lambat atau cepat bisa menghancurkan keutuhan bangsa ini. Peran yang paling
3 Rizki Priyangga, Cinta Tanah Air, (Jakarta: PT. Mizan Publika 2008), h. 1.
4 Ibid.
4
urgen dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah peran POLRI dan TNI, peran ormas keagamaan seperti NU dan
Muhammadiyah, serta peran partai politik seperti PDI-Perjuangan dan Demokrat.
POLRI merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara
ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan terpeliharanya
keamanan dalam negeri. Sedangkan TNI berperan sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, POLRI berperan dalam bidang
keamanan Negara, sedangkan TNI berperan dalam bidang pertahanan Negara.5
NU dan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di
Indonesia. Kedua organisasi Islam ini berada di jalur yang sama, yaitu ingin
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada
Pancasila.6 PDI-Perjuangan dan Partai Demokrat merupakan salah satu partai
politik yang besar. Partai politik merupakan sarana bagi Warga Negara Indonesia
(WNI) untuk mengelola negara, serta memiliki tujuan untuk menjadi penghubung
antara masyarakat dan pemerintah dalam rangka menyalurkan aspirasi rakyat.
Untuk tercapainya kemajuan negara, maka partai politik yang berpolitik sehatlah
yang sangat dibutuhkan.7
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia merupakan bahan renungan yang
amat berharga, terutama sekali bagi kaum Muslim Indonesia. Sejak zaman pra
kebangkitan nasional, disusul lagi dengan zaman pergerakan merintis
5 Bonar Silitonga Tatar, Bela Negara, Kewarganegaraan, (Surabaya: PT. Jepe Press
Media Utama), h. 9. 6 Shobur Abdush, NU dan Muhammadiyah Menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia, (Jombang: PT. Mizan Publika, 2014), h. 13. 7 Eman Hermawan, Politik Membela Yang Benar; Teori, Kritik, dan Nalar, (Yogyakarta:
Yayasan Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat (KLIK) untuk DKN Garda
Bangsa, 2002), h. 7.
5
kemerdekaan hingga era revolusi fisik, selalu ditemukan orang-orang yang berani
mempertaruhkan jiwa dan raga untuk bangsa dan negaranya. Dengan menyimak
sejarah itu, ternyata yang menjadi tulang punggung perjuangan bangsa adalah
orang-orang yang tidak hanya berkemampuan pemikiran intelektual, melainkan
cenderung pada manusia-manusia takwa. Kesadaran mereka sebagai hamba Allah
SWT, mampu menjadikannya ikhlas berkorban. Mereka tidak memperhitungkan
untung rugi secara matematis maupun ekonomis, melainkan penghayatan dan
pengamalan terhadap tuntutan agamanya secara intensif yang membuatnya ikhlas
berkorban.
Dalam hal menumbuhkan bela negara, para ulama dan para kyai
mempunyai pengaruh yang sangat besar. Terlebih karena sifat pendidikan agama
di pondok pesantren atau madrasah yang mengarah pada orientasi vertikal kepada
para gurunya yang dalam filosofis diartikan harus ditiru, menyebabkan pengaruh
kewibawaan para ulama dan kyai sangat besar. Karena itulah, dalam
menumbuhkan rasa bela negara, para ulama sangatlah berperan.8
Dari sekian banyak ulama-ulama yang berperan menumbuhkan bela
negara, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan salah satu
ulama yang mendedikasikan kehidupannya dalam membimbing dan membina
bangsa ini dengan kemampuan dan keilmuan serta dunia pendidikan yang
dimilikinya.
8 Mansur Suryanegara Ahmad, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996), h. 235.
6
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa penting meneliti skripsi dengan
judul: “Metode Bimbingan Agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
dalam Menumbuhkan Bela Negara”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa akan dibatasi
sebagai berikut:
a. Metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
dalam menumbuhkan bela negara.
b. Faktor pendukung dan penghambat metode bimbingan agama Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya dalam menumbuhkan bela negara?
b. Apa faktor pendukung dan penghambat metode bimbingan agama Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara.
7
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat metode bimbingan
agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan
bela negara.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini diharapkan
dapat memberikan hasil terbaik dan maksimal. Manfaat penelitian ini terdiri dari
manfaat praktis dan manfaat teoritis.
a. Manfaat secara praktis.
1. Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan langsung
tentang metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya dalam menumbuhkan bela negara.
2. Untuk semua pihak dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi para
pecinta ilmu pengetahuan khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan juga dapat memberikan
sumbangan pemikiran demi kepentingan dakwah serta dapat memberikan
pemahaman kepada bangsa tentang bela negara.
b. Manfaat secara teoritis
Manfaat secara teoritis untuk melengkapi khasanah keilmuan yang
berkaitan dengan metode bimbingan agama ulama dalam menumbuhkan bela
negara pada bangsa ini.
8
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan diatas maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan
informasi yang lengkap dan mendalam mengenai upaya menumbuhkan bela
negara, maka penulis menggunakkan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang terjadi. Seperti yang
diungkapkan Burhan Bungin metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya.9
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti
yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu, sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang diamati.10
Sedangkan alat pengumpul data dalam hal ini menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa
serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. Dan penelitian ini
bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di lapangan dan
9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 63. 10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 3.
9
digambarkan sebagaimana adanya dengan berupaya memahami sudut
pandang responden dan konteks subyek penelitian secara mendalam.
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan metode bimbingan
agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan
bela negara berupa data apa adanya ketika penelitian dilakukan. Kemudian
data di himpun dengan pengamatan yang seksama meliputi deskripsi yang
mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam
(interview), serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan berdasarkan
uraian di atas. Penggunaan pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data
deskriptif tentang metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya yang meliputi proses pelaksanaan kegiatan bimbingan
agama dalam menumbuhkan bela negara, faktor pendukung dan penghambat
upaya meningkatkan cinta tanah air dan bela negara.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di berbagai daerah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia, seperti: Jakarta, Bekasi dan Pekalongan. adapun yang
dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah pertama,
belum ada yang secara rinci meneliti tentang metode bimbingan agama
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela
negara. Kedua, informasi yang sangat mendukung yang mana bisa didapatkan
dilembaga ini termasuk informannya. Sedangkan dari segi waktu penelitian
ini dilakukan pada bulan Juli 2017 sampai bulan Oktober 2017.
10
3. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun pada penelitian ini yang menjadi subjek yaitu Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya. Sedangkan objek penelitiannya secara formal
adalah Warga Negara Indonesia yang secara rutin mengikuti kegiatan
bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Sedangkan
secara materialnya adalah faktor pendukung dan penghambat bimbingan
agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan
bela negara.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih
yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.11
Untuk
kepentingan penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui
wawancara dengan pengurus pondok pesantren dan majelis ta’lim yang
berada dibawah naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
b. Observasi
Obsevasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini pengumpulan
data melalui observasi dengan cara melihat dan mengamati kondisi bangsa
11
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h.180.
11
ini dengan menggunakan alat berupa catatan, rekaman, dan data-data dari
sumber yang terkait dengan penelitian ini.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.12
Dalam hal ini penulis menyelidiki data-data tertulis
seperti buku, dokumen-dokumen, catatan-catatan dan sebagainya yang
berkaitan dengan metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara.
5. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisa data, penulis mengumpulkan catatan
lapangan baik berupa observasi, wawancara, ataupun dokumentasi yang di
peroleh dari hasil lapangan, yang kemudian menyimpulkannya, serta
menganalisis persoalan yang telah ditetapkan. Kemudian di kelompokan
sesuai dengan metode bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara lalu menganalisisnya secara
sistematis.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada Buku
Pedoman Akademik Program Strata 1 yang diterbitkan oleh Biro Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2010.
12
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 54.
12
E. Tinjauan Kepustakaan
Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian penulis
kemukakan supaya terlihat sumbangan pengetahuan dari penelitian ini. Selain itu
agar tidak terjadi pengulangan penelitian yang sudah pernah diteliti oleh pihak
lain dengan permasalahan yang sama, diantaranya sebagai berikut:
1. Skripsi Ahmad Annas tahun 2003 yang berjudul “Pemikiran Pendidikan
Sufistik Kh. Habib Luthfi bin Yahya dan Respon Jama’ah Kanzus
Sholawat”. Dalam skripsi ini membahas tentang pemikiran pendidikan
sufistik Kh. Habib Luthfi bin Yahya. Sedangkan skripsi yang penulis
susun membahas tentang metode bimbingan agama Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara.
2. Skripsi Ida Farida yang berjudul “Metode Dakwah Habib Luthfi Ali bin
Yahya di Radio Abirawa 106.20 MHZ Batang”. Dalam skripsi ini
membahas tentang metode dakwah Habib Luthfi Ali bin Yahya.
Sedangkan skripsi yang penulis susun membahas tentang metode
bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
F. Sistematika Penulisan
Dalam rangka menguraikan pembahasan dalam penelitian ini, maka
penulis menyusun kerangka penelitian secara sistematis agar mudah dipahami.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang
pengambilan judul skripsi ini yang berjudul Metode Bimbingan
13
Agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam
Menumbuhkan Bela Negara, juga menjelaskan tentang pembatasan
dan perumusan masalahnya, menjelaskan tentang tujuan dan
manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, sistematika penulisan.
Serta menjelaskan tentang metodologi penelitian yang mencakup
pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data dan teknik penulisan.
BAB II Landasan Teori yang berisi tentang metode bimbingan agama,
cinta tanah air dan bela negara, sub bab pertama tentang bimbingan
agama yang menjelaskan tentang pengertian bimbingan agama,
fungsi, tujuan, materi dan metode bimbingan agama. Sub bab
kedua tentang bela negara, yang menjelaskan tentang pengertian
bela negara, asas demokrasi pembelaan negara, tujuan pendidikan
bela negara dan implementasi bela negara.
BAB III Profil Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam
bab ini menceritakan tentang profil Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya yang meliputi riwayat Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya, Masa Pendidikan yakni
menjelaskan tentang perjalanan pendidikan Maulana Habib Luthfi
bin Yahya dan menjelaskan siapa saja guru-guru beliau, kegiatan-
kegiatan bimbingan agama yang dilakukan dan jabatan organisasi.
14
BAB IV Temuan dan Analisis Penelitian yang terdiri dari data-data
penelitian lapangan yang meliputi analisis metode bimbingan
agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam
menumbuhkan bela negara untuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan menjelaskan tentang analisis faktor pendukung dan
penghambatnya.
BAB V Penutup yang merupakan akhir dari isi dalam skripsi ini yang
meliputi kesimpulan dan saran. Setelah penutup dibagian akhir
dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari
penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Bila
digabungkan maka metode bisa diartikan jalan yang harus dilalui. Dalam
pengertian yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai segala sesuatu atau
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.1
Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, metode adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
apa yang dikehendaki. Dan juga merupakan cara kerja yang konsisten untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
direncanakan.2 Sedangkan menurut “Kamus Manajemen” metode ialah suatu cara
pelaksanaan pekerjaan.3
Selain kata metode ada pula kata teknis dan pendekatan, keduanya
difahami sebagai cara-cara ilmiah yang dipakai sebagai peralatan (instrument)
dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih difokuskan kepada subyek atau
obyek yang dijadikan sasaran pelayanan.
Sesungguhnya antara metode dan teknis secara substansial memiliki
pengertian yang sama. Perbedaan adalah pada sisi fungsionalisasinya, yaitu unsur-
1 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 120. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, Edisi ke tiga, h. 740. 3 B. N Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 2005), h. 173.
16
unsur dan penggunaan metode bersifat teoritis dan lebih luas sebagai bagian dari
upaya ilmiah.
Sedangkan teknik atau pendekatan lebih bersifat teknis dan sesuatu yang
bersifat empiris serta spesifik yang terjadi pada penerapan pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Teknik bisa pula peralatan fisik, seperti alat peraga, peralatan
administrasi, sarana dan prasarana, serta non fisik seperti taktik dan strategi
tertentu yang hanya dimiliki seseorang berdasarkan pengalamannya atau
improvisasinya pada saat menghadapi atau melakukan pekerjaannya. Dengan kata
lain, bisa jadi teknik atau pendekatan yang digunakan karena dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi yang ditemukan pada saat melakukan pekerjaan.4
Melihat pada penjelasan mengenai pengertian metode di atas penulis dapat
jelaskan bahwa metode adalah segala sesuatu atau cara kerja yang konsisten untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki.
B. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti
menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan
istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan
atau tuntunan.5
Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, bimbingan adalah proses
bantuan dan pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk
4 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 121. 5 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), Cet. Ke-1, h. 3.
17
membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat, kemauan) dan
lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga tercapai perkembangannya
secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan masyarakat. Kata bimbingan
mengandung pengertian : menolong, membantu, menunjukkan jalan, memimpin,
memberikan nasehat dan memberikan pengarahan.6
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas, di bawah
ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain sebagai berikut:
a. Aunur Rahim Fahmi, Bimbingan Agama adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu atau kelompok agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.7
b. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan adalah suatu pemberian bantuan yang
terus menerys, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami diri sendiri (self
understanding), kemampuan untuk menerima diri sendiri (self acceptance),
kemampuan untuk merealisasikan diri sendiri (self realization), sesuai dengan
potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaiaan diri dengan
lingkungannya, baik keluarganya maupun masyarakat.8
6 Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT. Pamator, 1997), h. 13.
7 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 7. 8 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Cet. Ke -1, h. 121.
18
c. Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi bahwa: “Bimbingan
adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam
menetapkan pilihan dan penyesuaian diri serta dalam memecahkan masalah-
masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu penerimaan secara bebas dan
mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri”.9
d. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “ Proses pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat”.10
Kata “Agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din
dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama dengan Religion
(Inggris), Ia Religion (Perancis), De Religie (Belanda), De Religion (Jerman),
secara bahasa, perkataan “Agama” berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi,
tetap di tempat, diwarisi turun menurun. Adapun kata Din mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan atau kebiasaan.11
Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat
mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan
masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah
lakunya itu merupakan perwujudan dari pola hidup yang membudaya dalam
9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 8. 10
Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
UII Press, 1992), h. 76. 11
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
horve, 1997), Cet. Ke-4, h. 102.
19
batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan
(referensi) dari sikap orientasi hidup sehari-hari.
Para Ulama sebagai pewaris para Nabi (Warasat Al-Anbiya) bertugas
menjadi mu’allim (guru) atau sebagai mubassyir dan nadhir (penghibur dan
petunjuk jalan) sebagaimana halnya fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW
diutus menjadi Mu’allim (guru) dan pendidik akhlak al-karimah.12
Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu
Hurairah ra dalam Terjemah al-Adabul Mufrod yang dikutip oleh Al-Imam
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari yang berbunyi:
م بعثت إنما األخالق مكارم ألتم
Artinya : “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR.
Bukhari).13
Jadi dapat diketahui bahwa bimbingan agama adalah proses bimbingan
yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun metode yang
diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual,
yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir
secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung
dalam al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW dalam dirinya, sehingga ia hidup
sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Dengan berkembangnya fitrah beragama setiap individu secara optimal,
maka akan dapat menciptakan hubungan dengan Allah SWT, dengan manusia,
12
H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pustaka Setia,1998),
Cet. Ke-1, h. 77. 13
Al-Imam Muhammad, Terjemah Al-Adabul Mufrod, (Jakarta: Bina Ilmu Islami, 2010)
No. 207/273.
20
dengan alam sekitar dan lainnya sebagai manifestasi dari perannya sebagai
khalifah Allah SWT di bumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah
pengabdi kepada Allah SWT.14
Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi
sebagai pembimbing agung di tengah umatnya, yang diteladani oleh para
sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.
Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama sangat dibutuhkan
sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam dan yang akan
membimbing manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT.
Dari pemaparan di atas bahwasanya bimbingan agama adalah suatu
pemberian pertolongan dari seorang pembimbing kepada individu atau
sekumpulan individu yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu
tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang
diharapkan pembimbing berdasarkan pada perintah agama.
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama
a. Fungsi Bimbingan Agama
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya, layanan
bimbingan dapat berfungsi sebagai:
14
H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pustaka Setia,1998),
Cet Ke-1, h. 79.
21
1) Fungsi preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi sebagai
pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya
masalah.
2) Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu.
3) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya
atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu (terbimbing).
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan
bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan
mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan
berkelanjutan.15
Dilihat dari fungsi bimbingan agama di atas, penulis dapat mengetahui
bahwasanya bimbingan agama berfungsi sebagai pencegahan terhadap timbulnya
masalah oleh individu dan mengatasi apabila terjadi masalah pada individu,
sehingga menghasilkan pemahaman tentang sesuatu yang dapat mengembangkan
pribadinya secara menyeluruh.
b. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan bimbingan menurut Aunur Rahim Faqih dalam bukunya
Bimbingan dan Konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
khusus, sebagai berikut:
15
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h. 26-27.
22
1) Tujuan Umum
Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
2) Tujuan Khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya pembimbing
berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau
menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul
masalah bagi dirinya sendiri.
b) Membantu individu memelihara dan mengambangkan situasi dan kondisi.
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
baik atau telah lebih baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik.16
Dari pemaparan di atas bahwasanya bimbingan agama bertujuan untuk
membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia yang seutuhnya dan
mengatasi masalah yang sedang di hadapinya, sehingga individu tidak akan
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
3. Metode Bimbingan Agama
Berdasarkan pemaparan sebelumnya penulis sudah uraikan tentang
pengertian metode dan bimbingan agama. Dari pemaparan tersebut penulis dapat
jelaskan bahwa metode bimbingan agama adalah suatu cara pemberian
16
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h. 36.
23
pertolongan yang konsisten dari seorang pembimbing kepada individu atau
sekumpulan individu yang dilakukan secara berkala berdasarkan perintah agama.
Dalam hal ini, metode bimbingan agama dapat diklasifikasikan
berdasarkan segi komunikasi. Metode tersebut terdiri dari metode komunikasi
langsung yang disampaikan (metode langsung) dan komunikasi tidak langsung.
a) Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana
pembimbing akan melakukan komunikasi langsung dengan seorang yang
dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:
1. Metode Individual
Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara
individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempergunakan teknik:
a. Percakapan Pribadi
Yakni pembimbing mengadakan dialog langsung tatap muka dengan pihak
yang dibimbing.
b. Kunjungan rumah
Yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tapi dilaksanakan
dirumah klien sekaligus untuk mengamati rumah klien dan lingkungannya.
c. Kunjungan dan Observasi Kerja
Yakni pembimbing melakukan percakapan individual sekaligus mengamati
kerja klien dan lingkungannya.
24
2. Metode Kelompok
Yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam
kelompok. Hal ini dapat dijadikan dengan beberapa teknik:
a. Diskusi Kelompok
Yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan
diskusi dengan kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.
b. Karya Wisata
Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan langsung dengan
mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya.
c. Sosiodrama
Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk
memecahkan atau mencegah timbul masalah secara sosiologis.
d. Psikodrama
Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk
memecahkan atau mencegah timbulnya masalah psikologi.
e. Group teaching
Yakni pemberian bimbingan kelompok dengan memberikan materi
bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah
disiapkan.17
b) Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode
bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan masal.
17
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 2.
25
1. Metode Individual
a. Melalui surat menyurat
b. Melalui telepon dan sebagainya
2. Metode Kelompok
a. Melalui papan bimbingan
b. Melalui surat kabar atau majalah
c. Melalui brosur
d. Melalui radio
e. Melalui televisi18
4. Materi Bimbingan Agama
Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting seseorang di
dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya keimanan dan juga
kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi sebagai berikut:
a) Aqidah
Aqidah ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah al-
Qur’an. Hakekatnya iman sebagaimana yang dituangkan oleh seorang laki-laki
dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan: apakah iman itu? Nabi
Muhammad SAW menjawab.
ذ سصىل هللا جهىس ع ب ح أيضب قبل : بي ش ب انخطبة سضي هللا ع ع ع
وصهى رات يىو إر طهع عهيب سجم شذيذ بيبض انثيبة شذيذ صىاد صه هللا عهي
فش وال يعشف يب أحذ, حت جهش إن انبي صه هللا أثش انض عش, ال يشي عهي انش
عه فخزي , ووضع كفي إن سكبتي وصهى, فأصذ سكبتي ذ عهي , و قبل : يب يح
18 Ibid.
26
تشهذ أ وصهى : اإلصالو أ اإلصالو, فقبل سصىل هللا صه هللا عهي أخبشي ع
كبة, و الة, وتؤتي انز ذا سصىل هللا, وتقيى انص يح تصىو الإ ن إال هللا و أ
صبيال. قبل : صذقت. فعجبب ن يضئه اصتطعت إني , وتحج انبيت إ سيضب
, , وسصه , وكتب ببهلل, ويالئكت , قبل : أ ب اإلي ق. قبل : فأخبشي ع ويصذ
وانيىو اآل و شش ببنقذس خيش ( يضهى سوا ) . خش, و تؤي
Artinya: Dari Umar bin Khathab ra, ia berkata: ketika kami sedang duduk di
dekat Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berpakaian putih,
berambut hitam pekat, bekas jalannya tidak terlihat dan tidak seorang pun di
antara kami yang mengenalinya. Ia duduk menghadap beliau SAW, lalu menanyakan kedua lututnya kelutut Nabi dan meletakkan kedua telapak
tangannya di atas kedua paha Nabi. Seraya berkata: Wahai Muhammad,
terangkan kepadaku tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah
hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya. Ia
berkata: engkau benar? Kami keheranan karenanya, dia bertanya tetapi
membenarkannya, lebih lanjut ia berkata: sekarang terangkanlah kepadaku
tentang Iman? Rasulullah SAW menjawab: yaitu engkau beriman kepada Allah,
kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, dan hari akhirnya,
serta engkau beriman kepada baik dan jeleknya takdir. (HR. Muslim).19
Dengan demikian antara iman dan Islam adalah suatu kesatuan yang saling
terkait satu sama lain. Abdul A’ala al Mauhudi mengatakan: “Hubungan antara
iman dan Islam laksana hubungan pohon dan akarnya, sebatang pohon tak akan
tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai
dirinya menjadi seorang Muslim.20
Masalah aqidah merupakan hal yang
fundamental. Aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang Muslim. Dengan kata
lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan bulat,
keyakinan yang mutlak kepada Allah SWT dengan membenarkan dan mengakui
wujud (eksistensi) Allah, sifat Allah, hukum-hukum Allah, kekuasaan-Nya,
hidayah dan taufik Allah SWT.
19
Nawawi, Riyadhus Shalihin. Penerjemah Salim Bahreisy, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1987), Cet. Ke-10, h. 34.
20 Moh, Rifai, Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), Cet. Ke-2, h. 32.
27
Kepercayaan kepada Allah SWT, termasuk kepercayaan kepada malaikat,
rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir dan takdir unsur tersebut dalam
Islamologi disebut “Arkanul Islam”.21
Dan juga rukun Islam yang mana
didalamnya mengungkapkan antara lain: mengucapkan dua kalimat syahadat,
mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dan juga haji. Bagi seorang Muslim
kedua rukun ini sudah menjadi kewajiban yang harus dijalankan dan diamalkan.
Seorang Muslim baru dapat dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan
kewajibannya dan hendaknya disertai dengan keikhlasan serta kejujuran, akhlak
yang baik tanpa itu semua segala amal perbuatan seorang akan menjadi sia-sia
dan tidak akan memperoleh pahala.
b) Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ibadah berasal dari kata
“Ubudiyah” yang artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata
ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah SWT.22
Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi bahwa ibadah
yang disyariatkan oleh Islam itu harus memenuhi dua unsur:
1) Mengingat diri (Iltizam) dengan syariat Allah SWT yang diserukan oleh para
Rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan pengharaman sebagai
perwujudan ketaatan kepada Allah SWT.
2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati kepada Allah
SWT, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.23
21
Ibid. 22
Ibn Manzur, Al-Ifriglisan Al-Arab, (Birut: Dar Sadir, 1994), Cet. Ke-2, h. 273.
28
c) Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian.24
C. Bela Negara
Dalam mencapai tujuan nasionalnya, suatu negara akan selalu menghadapi
berbagai rintangan baik yang datang dari dalam dan luar negeri, bersifat langsung
maupun tidak langsung. Semua rintangan yang ada harus dihadapi oleh seluruh
rakyatnya tanpa terkecuali sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-
masing.
Sebagai bangsa yang besar dan kuat Negara Indonesia harus mampu untuk
mempertahankan eksistensinya baik dalam bidang politik, pendidikan, ekonomi,
sosial budaya maupun kedaulatannya. Dalam hal mempertahankan kedaulatan
diperlukan adanya kerjasama yang baik antara warga negara dan pemerintah
melalui pertahanan negara. Jika antara warga negara dan pemerintah saling
menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik, maka eksistensi kedaulatan
negara akan tetap terjaga.
1. Pengertian dan Makna Bela Negara
Upaya bela negara dapat dilakukan oleh seluruh rakyat melalui
pengabdian sesuai dengan profesinya yang pada hakikatnya kegiatan pembelaan
23
Yusuh Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi al-Islam, (Beirut: Muasasah Al-Risalah, 1997), Cet.
Ke-6, h. 32-33. 24
Ibid.
29
negara merupakan usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan
nasional.25
Didalam UUD No. 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Kegiatan pertahanan negara
dapat dilaksanakan oleh semua Warga Negara Indonesia (WNI) tanpa terkecuali
melalui upaya bela negara.
Bela negara sering kali dikaitkan dengan militer atau militerisme, yang
menggambarkan bahwa seolah-olah tanggung jawab untuk membela negara hanya
terletak ditumpuan Tentara Nasional Indonesia. Padahal bela negara merupakan
tanggung jawab dari semua warga negara. Untuk memperjelas mengenai
pengertian dan tanggung jawab dari bela negara maka akan dijelaskan mengenai
pengertian bela negara dari berbagai sumber berikut ini :
a. Bela negara adalah sikap dan prilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.26
25
Winarno, Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010), h. 182. 26
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Lembaran Negara RI Tahun 2002. (Jakarta: Sekretariat Negara, 2002), no. 3.
30
b. Bela negara atau pembelaan negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga
negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.27
c. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan
Republik Indonesia terhadap ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri.28
d. Bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, serta berkeyakinan akan
kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara dan kerelaan berkorban guna
meniadakan setiap ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri,
yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan
persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.29
Dari pengertian diatas, bisa dipahami upaya bela negara atau pembelaan
negara sangat erat sekali kaitannya dengan keyakinan dari setiap warga negara
akan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi negara dan sebagai wujud
pengalaman dari hal tersebut. Pengalaman tersebut juga tidak bisa dilepas
kaitannya antara kecintaan akan tanah airnya yang ditunjukkan dalam pembelaan
negara.
27
Kaelan dan Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma, 2007) ,
Cet. Ke-1, h. 120. 28
Winarno, Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010), h. 182. 29
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 67.
31
Berbagai wujud dari usaha bela negara atau pembelaan negara adalah
kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi
mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yurisdiksi nasional serta nilai-
nilai Pancasila dan UUD 1945.
Keutuhan dan kedaulatan NKRI harus tetap terjaga meskipun sering
dihantam arus globalisasi dimana tantangan dan hambatan bangsa Indonesia
semakin berat dalam menjaga eksistensinya. Berbagai tantangan dan hambatan
tersebut datang dari dalam maupun luar negeri dapat mengganggu stabilitas
nasional bangsa Indonesia. Berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia
yang berasal dari dalam maupun luar negeri diantaranya masuknya ideologi barat
yang dapat merusak ideologi Pancasila, tantangan dari dalam negeri misalnya
terjadi disintegrasi bangsa yang diakibatkan adanya krisis kepercayaan kepada
para pemimpin bangsa, menurunnya mentalitas dan moralitas bangsa serta
maraknya budaya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di semua kalangan
masyarakat bangsa Indonesia.
2. Asas Demokrasi Pembelaan Negara
Aturan maupun dasar hukum yang jelas mengenai hak dan kewajiban dari
setiap warga negara untuk ikut serta dalam hal pembelaan negara atau bela negara
telah tertuang jelas dalam berbagai peraturan, baik itu Undangan-Undangan Dasar
1945 maupun Undang-Undang. Berbagai peraturan tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
32
a. Didalam amandemen UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
b. Pasal 30 UUD 1945 pasal 1 dan 2 secara lengkap sebagai berikut:
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung.
c. Selain itu dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahan Negara dalam pasal
9 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara.
d. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 2, yaitu
hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta
yang penyelenggaranya didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban
waraga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
e. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 68
menjelaskan bahwa setiap warga negara ikut serta dalam upaya pembelaan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.30
30
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), h. 72.
33
Berbagai Undang-Undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal 30
UUD 1945 mengenai Pertahanan dan Keamanan Negara sebagai berikut.
1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dalam pasal 30 ayat 4. POLRI sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat dan bertugas melindungi, mengayomi
dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum.31
2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dalam pasal 9
ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara.
3) Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia,
pasal 30 ayat 3. TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.32
Sesuai dengan amandemen UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menjelaskan bahwa
usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Hal ini
menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup
dua arti. Pertama, bahwa setiap warga negara turut serta dalam menentukkan
kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai
dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap
31
Sunarso, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:
UNY Press, 2006), h. 110. 32
Ibid.
34
warga negara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai
dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.33
Dari uraian diatas membuktikan bahwa upaya bela negara tidak hanya
dilakukan dalam bentuk fisik (perlawanan bersenjata), akan tetapi dilakukan
melalui non-fisik (hukum, pendidikan, diplomasi) serta dapat dilakukan dengan
bekerja baik dan tulus demi kemajuan bangsa, turut serta dalam mengharumkan
nama bangsa, maupun bangga untuk menjadi Indonesia dengan menggunakan
produksi dalam negeri.
3. Pembelajaran Pendidikan Bela Negara
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.34
Menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas) pembelajaran diartikan sebagai
proses interaksi individu yang dibimbing dengan pembimbing dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Pengertian dari pendidikan bela negara adalah pendidikan dasar bela
negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara,
33
Endang Sukaya Zaelani dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Paradigma, 2002), h. 10. 34
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 57.
35
kerelaan berkorban untuk negara serta memberikan kemampuan awal bela
negara.35
Jadi pembelajaran pendidikan bela negara adalah suatu proses interaksi
yang terjadi antara individu dengan pembimbing, dalam aktivitas belajar mengajar
yang mengkaji materi dasar-dasar bela negara dengan tujuan menumbuhkan
kesadaran bela negara kepada individu yang dibimbing.
4. Tujuan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
Tujuan pendidikan pendahuluan bela negara tidak dapat dilepas dari tujuan
pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003
mengenai sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
betujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.36
Pendidikan pendahuluan bela negara ditujukan untuk melaksanakan upaya
dari pertahanan dan keamanan negara (Hankamneg), bahwa salah satu bentuk
keikutsertaan rakyat dalam upaya Hankamneg yaitu dengan mengikuti pendidikan
pendahuluan bela negara (PPBN) yang tidak dapat terpisahkan dari sistem
pendidikan nasional. Dengan dilaksanakannya pendidikan pendahuluan bela
35
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 67. 36
Republik Indonesia, Undang-undang. No. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, (Surabaya: PD. PGRI Jawa Timur, 2003), h. 23.
36
negara dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah akan dihasilkan
warga negara yang cinta tanah air, rela berkorban demi bangsa dan negara, yakin
akan kesaktian Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak
dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Diselenggarakannya pendidikan pendahuluan bela negara ini tidak lepas
dari tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk menghadapi era globalisasi yang
dapat mengancam eksistensi dan integritas bangsa Indonesia, yaitu dengan
mendapatkan bimbingan pendidikan pendahuluan bela negara warga negara
Indonesia diharapkan akan dapat menjadi warga negara yang berkualitas, yakni
manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang dapat
menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa.37
Penyelenggraan pendidikan pendahuluan bela negara tidak saja ditujukan
untuk menghasilkan kualitas manusia Indonesia yang dapat mengembangkan
kemampuan dan kesedihan untuk mempertahankan dan membela bangsa, negara
dan tanah air, tetapi juga memberikan bekal sebagai warga negara Indonesia yang
baik, terutama dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa
dan negara serta membangkitkan kehidupan bangsa dan negara serta
membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut memiliki, rasa ikut
tanggung jawab serta turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional guna
mewujudkan suatu masyarakat yang tata tentrem kertaraharja.38
37
Subagyo, dkk., Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 38. 38
Subagyo dkk, Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 39.
37
Pada hakikatnya pendidikan pendahuluan bela negara bertujuan untuk
menumbuhkan:
a. Kecintaan pada tanah air
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
c. Keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideology negara
d. Kerelaan berkorban untuk negara
e. Memiliki kemampuan awal bela negara39
Secara khusus sasaran yang hendak dicapai dari bimbingan pendidikan
pendahuluan bela negara adalah membentuk generasi penerus bangsa atau
membentuk WNI, agar sadar akan perannya sebagai tunas bangsa dan kader
bangsa dimasa mendatang, mengenal dan mencintai tanah air, rela memberikan
kehormatan martabat bangsa dan negara, memiliki watak dan sikap kejuangan dan
ksatria.
Tujuan pendidikan pendahuluan bela negara dapat di bedakan menjadi dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, seperti yang telah dijelaskan oleh Darmadi
adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum adalah mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki
tekad, sikap dan tindakan yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut
guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri
yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan
persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
39
Ibid.
38
b. Tujuan khusus ditujukan melalui gerakan pramuka yang mana bertujuan agar
para pelatih dan pembina pramuka dapat meningkatkan upaya pembinaan
secara lebih efektif dan efisien dengan sasaran yang lebih kenkrit demi
terciptanya generasi muda yang sehat, cerdas dan berkarakter.40
5. Implementasi Bela Negara
Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini implementasinya bela
negara tidak dilakukan dengan mempersenjatai seluruh rakyat secara fisik untuk
mengadakan perlawanan fisik melainkan merupakan keikutsertaan warga negara
melalui bidang profesinya masing-masing. Dengan kata lain implementasi bela
negara dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui bidang profesi atau
pekerjaan masing-masing.
Menurut Subagyo dkk, dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan, upaya
dari bela negara yang merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara, dapat
diimplementasikan dalam berbagai lingkungan di masyarakat, yakni sebagai
berikut:
a. Lingukngan Pendidikan (pendidikan formal)
Implementasi upaya bela negara dalam lingkungan pendidikan formal
dilakukan melalui pendidikan pendahuluan bela negara, yang bertujuan
mempersenjatai warga negara secara psikis/mental dengan ideology Pancasila,
kecintaan pada tanah air, kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara, serta
40
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 147.
39
kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang
bertanggungjawab.
b. Lingkungan Pekerjaan (pendidikan non-formal)
Sasaran utamanya adalah membentuk karyawan yang selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja yang
tinggi pula sesuai profesinya masing-masing.
c. Lingkungan Pemukiman (pendidikan informal)
Sasaran yang ingin dicapai adalah membentuk masyarakat yang dapat
memahami nilai-nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela berkorban
serta mempunyai kemampuan awal bela negara, memiliki persatuan dan kesatuan
bangsa yang diwujudkan dalam kehidupan secara gotong-royong, sehat, bersih,
tertib dan aman, pelestarian lingkungan disetiap pemukiman.41
Konsep mengenai bela negara dapat diuraikan menjadi dua yaitu secara
fisik dan non-fisik, maka keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negarapun
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bela negara secara fisik dan bela negara
secara non-fisik.
Bela negara secara fisik sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan negara dapat dilaksanakan oleh seluruh warga negara dengan menjadi
anggota Tentara Nasional Indonesia dan mengikuti pelatihan dasar kemiliteran
yang diselenggarakan melalui program rakyat terlatih. Program rakyat terlatih
dapat diikuti oleh seluruh warga negara dalam berbagai lingkungan, seperti
41
Subagyo dkk, Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 41.
40
lingkungan kampus dan masyarakat. Berbagai unsur dari rakyat terlatih adalah
Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil
(Hansip), Mitra Babinsa dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda.
Dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara keikutsertaan
warga negara dalam upaya bela negara dapat dilakukan secara non fisik, yaitu
melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi.
Keikutsertaan dalam bela negara dapat dilakukan dengan cara:
1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, dengan menghayati arti
demokrasi, menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak.
2) Menanamkan kecintaan pada tanah air.
3) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata
(bukan retorika).
4) Meningkatkan kepatuhan dan kesadaran terhadap hukum dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
5) Pembekalan mental spiritual dikalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh budaya asing.42
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat penulis jelaskan bahwa sikap cinta
tanah air dan bela negara harus dimiliki oleh setiap WNI. Dengan mencintai
negeri ini, WNI dapat ikut serta berjuang mewujudkankan cita-cita para pahlawan
terdahulu agar keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
tetap terjaga.
42
Winarno, Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010), h. 186.
41
BAB III
PROFIL MAULANA HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN YAHYA
A. Riwayat Hidup Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, yang nama lengkapnya
Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya lahir di Pekalongan Jawa
Tengah, tepatnya di desa Keputran pada hari Senin pagi tanggal 27 Rajab tahun
1367 H, bertepatan tanggal 10 November 1947 M. Beliau merupakan putra
pertama dari 9 (sembilan) orang bersaudara. Ayah beliau bernama Ali Hasyim
yang amat terkenal sebagai guru yang shaleh, arif dan bijaksana yang dicintai
serta dihormati oleh masyarakat di masa itu, banyak orang yang datang kepadanya
untuk memohon do‟a demi tercapainya segala hajat mereka. Warisan ini sekarang
diturunkan kepada putra sulungnya yang bernama Habib Muhammad Baha‟uddin
Al-Alawi.1
Ibunda Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya bernama Nurlela
binti Muchsin Mulahela, beliau adalah seorang wanita yang shalehah dari
keluarga dan cucu kanjeng pangeran Bupati Pekalongan yang bernama Tan Jan
Ningrat yaitu Bupati keempat Pekalongan “Tumenggung Surodirjo”. Istri
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya bernama Salmah Hasyim yang
dikaruniai oleh Allah SWT lima orang anak. Anak yang pertama diberi nama
Muhammad Baha‟uddin Al-Alawi, yang kedua bernama Fatimah Nikmatullah
Azzaenabi, yang ketiga Ummu Hani Al-Fatiwi, yang keempat bernama
Fatimatuzzahroh Al-Muhammadi, dan yang kelima yaitu bernama Muhammad
Syarif Hidayatulloh Al-Husaini bin Yahya. Maulana Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya tinggal di Noyontaan gang 7 kota Pekalongan. Sejak lahir dan di masa
balita beliau diasuh oleh seorang ibunda yang bernama Zaidah binti H. Umar.2
1 M. Sugeng Sholehuddin, Reiventing Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam,
(Pekalongan: STAIN Press, 2010), h. 27. 2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Bekasi, 27 Juli 2017.
42
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dari kecil hingga sekarang
tinggal di Pekalongan dan beliau menetap di Pekalongan. Pada tahun 1950 M,
beliau mulai mempelajari ajaran Islam dengan membaca serta memahami kitab
suci Al-Qur‟an dari guru-gurunya yang berjumlah kurang lebih 150 orang. Pada
usia 4 tahun beliau meninggalkan keluarganya menuju Indramayu Jawa Barat
untuk menuntut ilmu. Kemudian pada tahun 1953 M beliau pulang ke
Pekalongan, dari sini beliau sekolah di Sekolah Rakyat (SR) 09, pada zaman dulu,
kemudian sorenya beliau mengaji di pondok pesantren salafiyah yang letaknya di
belakang masjid wakaf Pekalongan.
Kehadiran dari para guru dan pembimbing di Sekolah Rakyat (SR) 09 dan
pondok pesantren salafiyah telah membentuk pribadi Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya untuk memiliki semangat kedisiplinan yang sangat tinggi
serentak membentuk Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya untuk belajar
bergaul dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Dalam keluarga beliau, sang
bapak Habib Ali bin Hasyim bin Umar sering mengajak dan mengajarkan anak-
anaknya untuk membangun relasi dan komunikasi dengan Allah SWT dan Rasul-
Nya melalui do‟a yang merupakan suatu “jembatan” yang dibangun menuju
kehadirat Allah SWT.3
Berbagai macam kebiasaan oleh keluarganya dalam perkembangannya
berlanjut terus sampai anak-anaknya yang masih kecil, satu demi satu
meninggalkan rumah untuk meneruskan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih
tinggi. Keadaan ini menghadapkan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
3 Ida Farida, “Metode Dakwah Habib Luthfi Ali bin Yahya di Radio Abirawa 106.20
MHZ Batang,” (Skripsi S1Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo Semarang, 2008), h. 46.
43
di masa anak-anak untuk mencari ilmu pendidikan Islam yang sesuai dengan
kebenarannya. Adapun di rumah yang merupakan sebuah keluarga besar,
dijadikan pedoman untuk dimulai atau awal dari sebuah perjalanan panjang yang
harus dihadapi. Suatu ketika Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya masuk
ke sebuah pondok pesantren di saat usianya masih anak-anak, beliau tidak
memberitahu atau minta izin kepada orang tuanya. Hal ini yang menandakan
bahwa semangat menuntut ilmu pendidikan dari kecil sudah dimiliki beliau.
Pada tahun 1965 M sampai 1967 M sebagai seorang remaja, dalam
kesehariannya beliau selalu dihadapi oleh situasi dan kondisi masyarakat yang
belum aman dan belum memahami agama Islam yang benar, yaitu pada masa
setelah G 30 S PKI meletus, yang pada masa itu kehidupan bangsa Indonesia
sedang mengalami suatu keadaan yang betul-betul paceklik di segala bidang, yang
pada waktu itu pula masyarakat kumpulan pemuda-pemuda ikut serta mewarnai
ruang lingkup pergaulan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya di masa
remajanya. Beliau bersama teman-teman seperjuangan mulai mendobrak,
mengajarkan masyarakat untuk mengenal ilmu agama serta iman sebagai dasar
dalam setiap aspek kehidupan dimasyarakat. Dari sinilah Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya mulai berdakwah di Kampung Kwijan tepatnya
Desa Keputran yang belum mahir dalam memahami agama Islam sebagai
pedoman hidup.
Melihat situasi keadaan masyarakat umumnya demikian, dengan situasi
keadaan yang serba kekurangan atau tidak punya modal sama sekali untuk
mengembangkan dan mengajarkan ajaran Islam, oleh Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya dan teman-temannya akhirnya “amben” alias “dipan” untuk
tidur terpaksa dibongkar dan dijadikan sebagai tempat duduk untuk belajar
44
mengaji dan memperdalam ilmu agama Islam anak-anak, remaja dan orang-orang
tua pada waktu itu.4
Pada tahun 1960 M sampai 1962 M Maulana Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya sudah menjadi seorang guru dan mengajar disuatu sekolah “Madrasah
Al Ma‟arif” di Desa Kliwet Kecamatan Kertas Maya, Kapedanan Jatibarang
Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Yang jumlah murid tadinya 26 orang kelas 1
sampai kelas 6, namun setelah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
mengajar di sekolah tersebut jumlah muridnya meningkat sangat tajam hingga
mencapai 380 orang dan kemudian beliau diangkat menjadi wakil kepala guru Al
Ma‟arif di masa itu.5
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya meninggalkan masa
mudanya yang penuh dengan pengalaman yang dilakukannya akhirnya pada tahun
2001 M diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tingkat
Jawa Tengah. Kemudian pada tanggal 26 sampai 28 Febuari 2002 Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya diangkat menjadi Rois Aam Jam’iyyah Ahli
Tharekah Al-Mu’tabarah An-Nahdhiyyah.
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dikenal sebagai seorang
Ulama yang pandai, cerdas, dan banyak belajar dari pondok-pondok pesantren
dari tahun ke tahun di masa remajanya serta memiliki ilmu yang sangat tinggi
yakni ilmu zahir dan ilmu bathin serta ilmu para wali sekaligus sebagai pewaris
kanjeng Nabi Sayyidina Muhammad SAW. Dalam kehidupan masa remaja beliau
yang serba kekurangan, beliau sering tidak makan dan beliau berpuasa dengan
niat menuju jalan Allah SWT, yaitu jalan kebenaran yang didorong dengan
keadaan masa remajanya pada waktu itu.6
4 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Bekasi, 27 Juli 2017. 5 M. Sugeng Sholehuddin, Reiventing Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam,
(Pekalongan: STAIN Press, 2010), h. 30. 6 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Bekasi, 27 Juli 2017.
45
Dalam perjuangan untuk mendobrak masyarakat atau mengajarkan
masyarakat untuk mengenal ajaran agama Islam dijalankan terus dan dibagi dalam
4 (empat) bagian waktu. Waktu-waktu tersebut adalah pagi: mengajar ngaji untuk
kaum ibu-ibu yang telah berumah tangga, siang: mengajar ngaji untuk remaja-
remaja putra yang belum berumah tangga, sore: mengajar ngaji khusus untuk
remaja-remaja putri yang belum berumah tangga dan malam: mengajar ngaji
khusus untuk bapak-bapak yang telah berumah tangga. Yang pengajian ini
dilaksanakan beliau setiap hari pada zaman itu yaitu dirumah beliau Keputran
Pekalongan.7
Kegigihan beliau dan teman-temannya dalam mendobrak serta
mengajarkan ilmu agama terhadap masyarakat atau murid-muridnya dapat
menjadikan indikasi bahwa dalam dirinya tertanamlah sifat peduli terhadap umat
Muslim. Selain itu juga menunjukkan bahwa dalam diri beliau mengalirkan rasa
tanggung jawab terhadap keselamatan orang lain, dari segi tanggung jawab ini
mengiringi langkah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya di masa-masa
selanjutnya hingga sekarang ini. Cintanya terhadap keadaan nasib dan nasib orang
lain makin tertanam dalam bathin Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
seiring dengan pertumbuhan tingkat kedewasaan pribadi yang dialami dan
dijumpainya.
Adapun petuah beliau diantaranya yaitu seorang Muslim agar
mendapatkan keselamatan Insya Allah di dalam agama, dunia dan akhirat
haruslah memegang teguh beberapa prinsip dibawah ini:
7 Ida Farida, “Metode Dakwah Habib Luthfi Ali bin Yahya di Radio Abirawa 106.20
MHZ Batang,” (Skripsi S1Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo Semarang, 2008), h. 48.
46
a. Pegang Teguh Teladan Salaf Sholihin.
b. Jadikanlah Keimanan sebagai Imam.
c. Ziarah Shalihin.
d. Jangan Suka Membeda-bedakan.8
B. Masa Pendidikan
Pendidikan pertama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
diterima dari ayah al Habib al Hafidz „Ali al Ghalib. Selanjutnya ia belajar di
Madrasah Salafiyah selama tiga tahun. Guru-gurunya di Madrasah itu di
antaranya:
1. Al Alim al „Alamah Sayid Ahmad bin „Ali bin Al Alamah al Qutb As Sayid
„Ahmad bin Abdullah bin Thalib al Athas.
2. Sayid al Habib al „Alim Husain bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar bin Sayid
Thaha bin Yahya (paman beliau sendiri).
3. Sayid al „Alim Abu Bakar bin Abdullah bin Alawi bin Muhammad al „Athas
Ba „Alawi.
4. Sayid al Alim Muhammad bin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib al
Athas Ba „Alawi.9
Dari pemaparan di atas, bahwasanya guru-guru Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW dan
8 Ibid.
9 Imam Khanafi, Tarekat Kebangsaan: Kajian Antropologi Sufi Terhadap Pemikiran
Nasinalisme Habib Luthfie, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), h. 341.
47
salah satu gurunya itu paman beliau sendiri yakni Sayid al Habib al „Alim Husain
bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar bin Sayid Thaha bin Yahya.
C. Perjalanan Ilmiah
Selanjutnya pada tahun 1959 M, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Benda Kerep Cirebon.
Kemudian Indramayu, Purwokerto dan Tegal. Setelah itu melanjutkan ke Mekah,
Madinah dan di negara lainnya. Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
menerima ilmu syari‟ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-
wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmunya tidak diragukan lagi.
Dari guru-gurunya tersebut Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
mendapat ijazah Khas (khusus) dan ‘Am (umum) dalam dakwah dan nasyru
syariah (menyebarkan syari‟ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir,
sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, bacaan-bacaan aurad, hizib-
hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab
kedokteran dan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya juga mendapat
ijazah untuk membai‟at.10
D. Kegiatan-kegiatan
Dari pemaparan sebelumnya pada sub bab II penulis sudah uraikan tentang
fungsi dan tujuan bimbingan agama. Agar terwujud dan tercapainya tujuan
bimbingan agama, maka seorang pembimbing harus memiliki kegiatan rutin
dalam bimbingan agama. Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
10
Imam Khanafi, Tarekat Kebangsaan: Kajian Antropologi Sufi Terhadap Pemikiran
Nasinalisme Habib Luthfie, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), h. 342.
48
mempunyai kegiatan rutin dalam bimbingan agama, kegiatan rutin yang dilakukan
oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya, yakni sebagai berikut:
1. Kegiatan Mingguan:
a. Pengajian rutin kitab Ihya Ulumuddin setiap hari Selasa malam.
b. Pengajian kitab Fathul Qorib setiap hari Rabu pagi (khusus untuk ibu-ibu).
2. Kegiatan Bulanan:
a. Pengajian rutin kitab Jami’ Ushulil Aulia setiap Malam Jum‟at Kliwon.
b. Pengajian rutin kitab Dalailul Khairat setiap Jum‟at Legi.
c. Pengajian rutin thoriqoh setiap Ahad pagi, untuk ibu-ibu.
3. Kegiatan Tahunan:
a. Peringatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW
b. Nikah Masal.
c. Kirab Panjang Jimat.
d. Kirab Merah Putih.
e. Pembacaan kitab Dalailul Khoirot
f. Halal bi Halal tanggal 2 Syawal
g. Pengajian tiap bulan Ramadhan.
4. Bimbingan agama berupa umum di berbagai daerah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
5. Rangkaian Maulid Nabi (lebih dari 60 tempat) di kota Pekalongan dan daerah
sekitarnya.
6. Dan kegiatan lain sebagainya.11
Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis jelaskan bahwa kegiatan
bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya ada yang
mingguan, bulanan dan tahunan di Majelis Kanzus Sholawat. Selain itu ada juga
bimbingan agama diberbagai daerah di Indonesia, rangkaian maulid Nabi di 60
tempat dan lain sebagainya.
E. Jabatan Organisasi
Jabatan Organisasi Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya,
diantaranya:
1. Ra‟is „Am Jam’iyyah Ahlu Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdiyah.
2. Ketua Jam’iyyah Thariqah Al-Qadariyah Naqsabandiyyah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Ketua umum MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pekalongan.
11
Wawancara dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang Berada
dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 08 Juli 2017.
49
4. Ketua umum MUI Jawa Tengah.
5. Dewan penasehat NU (Nahdlatul Ulama).
6. Pembina GP Ansor NU.
7. Panglima Banser NU.
8. Penggagas dan pendiri masyarakat pecinta merah putih.
9. Anggota kehormatan Brimob.
10. Penasehat MATAN (Mahasiswa Thoriqoh An-Nahdiyyah)
11. Pembina berbagai organisasi sosial lainnya.12
Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis jelaskan bahwa Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memiliki banyak jabatan yang sangat
berpengaruh dalam menumbuhkan bela negara kepada bangsa ini.
12
Wawancara dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang Berada
dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 08 Juli 2017.
50
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Analisis Metode Bimbingan Agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk final dan
harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab NKRI adalah satu simbol
dan merupakan simpul dari tetesan darah para pahlawan yang telah mengorbankan
jiwa, harta dan raga mereka, demi tegaknya bangsa Indonesia yang merdeka
terbebas dari penjajahan bangsa asing dalam bentuk apapun.
NKRI bagi Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya adalah harga
mati, maka habib-habib yang lain pun insya Allah sama. Begitu pula dengan kiai-
kiai dan alim ulama yang memiliki pemikiran dan pandangan yang sama dengan
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Maka dari itu, jangan kita ragukan
lagi semangat cinta tanah air yang dimiliki para kiai, para alim ulama, yang tahu
betul pentingnya semangat cinta tanah air untuk pembangunan bangsa. Apa yang
dilakukan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya ini memang sangat
sederhana, bahkan terlalu sederhana bagi sebagian orang. Namun memiliki makna
yang sangat luar biasa untuk pembangunan bangsa dan untuk keutuhan NKRI.1
Berdasarkan pemaparan sebelumnya pada sub bab III telah penulis uraikan
bahwa kegiatan bimbingan agama yang dilakukan Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya ada yang mingguan, bulanan dan tahunan. Kegiatan mingguan
seperti: pengajian rutin “Kitab Ihya Ulumuddin” setiap hari Selasa malam dan
pengajian “Kitab Fathul Qorib” setiap hari Rabu pagi khusus untuk ibu-ibu.
Kegiatan bulanan seperti: Pengajian “Kitab Jami’ Ushulil Aulia” setiap malam
1 Imam Khanafi, Tarekat Kebangsaan: Kajian Antropologi Sufi Terhadap Pemikiran
Nasionalisme Habib Luthfi, (Jurnal Penelitian: STAIN Pekalongan, 2013), h. 344.
51
Jum’at Kliwon, pengajian “Kitab Dalailul Khairat” setiap Jum’at Legi dan
pengajian thoriqoh setiap Ahad pagi untuk ibu-ibu.2
Kegiatan Tahunan seperti: peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
Nikah Masal, Kirab Panjang Jimat, Kirab Merah Putih, pembacaan Kitab Dalailul
Khoirot, Halal bi Halal tanggal 2 Syawal dan pengajian setiap bulan Ramadhan.
Selain itu juga ada bimbingan agama diberbagai daerah di Indonesia, rangkaian
Maulid Kanzus di 60 tempat dan lain sebagainya.3 Berikut ini akan penulis lebih
uraikan lagi tentang perencanaan, metode dan hasil kegiatan yang dilakukkan
Maualana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara
terhadap WNI, yakni:
1. Kegiatan Mingguan
Berikut ini merupakan tabel kegiatan mingguan yang dilakukan Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara, yakni:
NO KEGIATAN PERENCANAAN METODE HASIL
1 Pengajian rutin
Kitab Ihya
Ulumuddin.
Agar WNI dapat
menempuh jalan
yang diridhoi Allah
SWT dan
mencintai tanah
airnya.
Metode
Kelompok
WNI dapat
mencintai tanah
airnya.
2 Pengajian Kitab
Fathul Qorib
Agar WNI dapat
mengetahui ilmu
fiqh, terutama
tentang fiqh
kebangsaan.
Metode
Kelompok
WNI dapat
mengamalkan fiqh
kebangsaan dalam
kehidupan sehari-
hari.
2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang Berada
dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
52
2. Kegiatan Bulanan
Berikut ini merupakan tabel kegiatan bulanan yang dilakukan
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela
negara, yakni:
NO KEGIATAN PERENCANAAN METODE HASIL
1 Pengajian Kitab
Jami’ Ushulil
Aulia
Agar WNI dapat
mencintai Allah
SWT, mencintai
tanah airnya dan
ikut serta bela
negara.
Metode
Kelompok
Dengan mencintai
Allah SWT, WNI
juga dapat
mencintai tanah
airnya dan ikut serta
berjuang bela
negara.
2 Pengajian Kitab
Dalailul
Khairat
Agar WNI dapat
mencintai
Rasulullah SAW
dan mempunyai
sikap bela negara.
Metode
Kelompok
Dengan mencintai
Rasulullah SAW,
WNI juga dapat
mempunyai sikap
bela negara.
3. Kegiatan Tahunan
Berikut ini merupakan tabel kegiatan bulanan yang dilakukan
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela
negara, yakni:
53
NO KEGIATAN PERENCANAAN METODE HASIL
1 Peringatan
Maulid Nabi
Muhammad
SAW
Agar WNI dapat
mencintai
Rasulullah SAW,
memperingati hari
kelahiran Nabi dan
mempunyai sikap
bela negara.
Metode
Kelompok
Mencintai Rasulullah
SAW dan memperingati
hari kelahiran Nabi,
WNI juga dapat
mempunyai sikap bela
negara.
2 Nikah Masal Agar WNI dapat
menjalin hubungan
yang sakinah,
mawadah dan
warohmah serta
menjadi keluarga
yang mempunyai
sikap bela negara
Metode
Kelompok
WNI dapat menjalin
hubungan bersama
pasangannya dengan
sakinah, mawadah dan
warohmah serta menjadi
keluarga yang
mempunyai sikap bela
negara.
3 Kirab Panjang
Jimat
Agar WNI dapat
mengetahui bahwa
agama Islam itu
tidak pernah
bertentangan
dengan negara.
Metode
Kelompok
Setelah mengikuti Kirab
Panjang Jimat, banyak
WNI yang menjadi tahu
bahwa agama Islam dan
negara merupakan satu
kesatuan yang ada di
Indonesia yang
semuanya saling
54
berkaitan.
4 Kirab Merah
Putih
Agar WNI menjadi
pribadi yang siap
bela negara ketika
negaranya sedang
terancam
keutuhannya.
Metode
Kelompok
Banyak WNI yang siap
bela negara ketika
negaranya sedang
terancam keutuhannya.
5 Halal bi Halal Agar WNI
menjalin tali
persaudaraan antar
sesama umat
beragama,
sebangsa dan
setanah air.
Metode
Kelompok
Banyak WNI yang
menjalin tali
persaudaraan.
6 Pengajian Bulan
Ramadhan
Agar WNI
menambah
wawasan tentang
ilmu agama dan
ilmu kehidupan
sehari-hari.
Metode
Kelompok
WNI banyak yang
mempraktekan ilmu
yang didapat di
kehidupan sehari-
harinya.
Berdasarkan pada pemaparan di atas bahwa kegiatan yang dilakukan
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk menumbuhkan sikap bela negara terhadap WNI dan
55
Agar WNI siap membela negaranya dengan sekuat tenaga apabila negaranya
sedang terancam keutuhannya yang disertai dengan kecintaan terhadap Allah
SWT dan Rasulullah SAW.
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam bimbingan agama
untuk menumbuhkan bela negara menggunakan metode langsung dan metode
tidak langsung,4 yaitu:
1. Metode Langsung
Metode langsung maksudnya adalah mengadakan hubungan langsung baik
itu individu maupun kelompok.
a. Metode Individu
Metode individu merupakan teknik pemberian bantuan yang bersifat face
to face relationsip hubungan empat mata. Hal yang di lakukan Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya dalam membimbing Warga Negara Indonesia
(WNI) dengan melakukan komunikasi langsung secara individual.
Metode ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana sikap bela
negara mereka terhadap NKRI. Dengan metode individual juga Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya melakukan pendekatan guna memberi semangat
mereka agar ikut serta berjuang dan berpartisipasi dalam bela negara.
Sudirman Said adalah salah satu WNI yang diberikan bimbingan oleh
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Maulana Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya banyak memberikan pesan moral, baik menyangkut masalah
4 Wawancara Pribadi dengan Bustomi, Pengurus Majelis Ta’lim Darul Hasyimi Rempoa
yang Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Rempoa, 21
Agustus 2017.
56
keagamaan maupun tentang bela negara kepada Sudirman Said. Sudirman Said
merasa mendapat energi baru dari pesan-pesan moral yang disampaikan Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. ”Pesan dan nasihat Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya seperti menambah energi baru buat saya”, kata
Sudirman Said. Sudirman Said merasa semakin bersemangat untuk turun ke
bawah, menyapa dan berdialog dengan masyarakat banyak.5
b. Metode Kelompok
Metode kelompok merupakan komunikasi langsung antara Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya dengan banyak Warga Negara Indonesia (WNI).
Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan beberapa teknik berikut ini, yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik pembinaaan atau bimbingan
yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai oleh
karakteristik dan gaya bicara pembimbing. Metode ceramah sama halnya dengan
nasehat yang baik. Dalam ceramah-ceramah yang selalu diikuti kemudian
dipahami menjadikan individu tahu hal-hal apa yang diperbolehkan dan apa yang
dilarang agama dan ini merupakan satu cara untuk bisa mengintropeksi diri.
Maulana Habib Muhammmad Luthfi bin Yahya menggunakan metode
ceramah dengan memberikan materi bimbingan agama tentang bela negara pada
Warga Negara Indonesia (WNI). Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
dalam memberikan bimbingan agama menggunakan bahasa yang lugas, jelas dan
mudah dimengerti oleh WNI.6
5 Rachmat Hidayat, “Pesan Habib Luthfi Kepada Sudirman Said, Jadilah Bapak Bagi
Masyarakat,” diakses pada 12 Agustus 2017 dari http: //m.tribunnews.com/regional/2017/08/12/
pesan-habib-luthfi-kepada-sudirman-said-jadilah-bapak-bagi-masyarakat 6 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Iftah, Bekasi, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Bekasi, 08 Juli 2017.
57
Pada 4 Januari 2014, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya di
Pekalongan mengadakan acara ”Silaturahim Nasional TNI, POLRI dan Ulama”.
Kegiatan yang diadakan satu hari sebelum peringatan Maulid Nabi ini diikuti oleh
1700 WNI.7
Materi yang disampaikan dalam bimbingan agama Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya tentang keimanan kepada Allah SWT yang disertai
dengan bela negara. Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya berharap agar
mereka menjadi Warga Negara Indonesia yang cinta terhadap tanah airnya dan
mewujudkan rasa cinta itu didalam kehidupan sehari-hari dengan ikut serta
membangun negara itu dengan sekuat tenaga.
2. Metode Tanya Jawab
Untuk menghindari atau menghilangkan sikap pasif pada WNI dalam
metode kelompok dilakukan teknik dialog atau tanya jawab. Dialog atau tanya
jawab ini merupakan tindak lanjut dari metode ceramah. Metode ini dilakukan
setelah Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memberikan penjelasan
terhadap materi yang disampaikan. Kemudian WNI tersebut diberi kesempatan
untuk bertanya mengenai materi yang dibahas, yang mereka anggap kurang jelas
dan sulit untuk dipahami.
Adapun sebaliknya Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
memberikan pertanyaan kepada WNI tersebut seputar materi yang telah dijelaskan
sebelumnya, lalu diharapkan agar mereka dapat melakukan dengan tanpa rasa
malu dengan jawaban yang dilontarkan.8
3. Metode Cerita Sejarah
Metode cerita sejarah merupakan metode memberikan bimbingan melalui
cerita sejarah. Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam memberikan
bimbingan tentang bela negara juga menggunakan metode cerita sejarah. Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya bercerita tentang para pahlawan terdahulu,
yang rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi membela tanah air dan
menjadikan peradaban manusia yang lebih baik. 9
7 Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman dan
Kebangsaan Sejak Khaizuran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M-Sekarang)
(Pekalongan: Menara Publisher, 2015), h. 244. 8 Wawancara Pribadi dengan Jaki Rohman, Pengurus Majelis Ta’lim Darul Hasyimi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, 07 Agustus 2017. 9 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
58
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menyatakan bahwa ”Kita
tidak boleh meninggalkan sejarah Nabi Muhammad SAW, sejarah bangsa kita
dan sejarah apa saja dengan situs-situs peninggalannya, dengan adanya situs-
situs bersejarah yang akan jadi bukti outentik penulis sejarah itu sendiri”.
Bapak Tubagus Surur mengisahkan, pada tahun 1989 Habib Luthfi
mengadakan pengajian sejarah setiap malam Selasa di kediaman Habib Abdullah
al-Haddad Kledok Pekalongan. Pengajian itu tidak lama kemudian dipindahkan
ke Masjid Waqaf di kampung Arab. Dalam pengajian sejarahnya, Habib Luthfi di
antaranya mengulas sejarah tokoh-tokoh Islam yang memperjuangkan Islam di
Pekalongan. Serta peran mereka dalam membangun kesadaran nasionalisme
dikalangan masyarakat. Bapak Tubagus Surur menyebutkan salah satu yang
dibahas adalah peran Kiai Nur Khomsa dan sejarah berdirinya Langgar Mencong.
Menurut Habib Luthfi, sejarah kebangkitan Islam di Pekalongan dimulai sejak era
Kiai Nur Khomsa.10
Sejak tahun 2000 Habib Luthfi mulai memperingati hari-hari
besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan dan lain sebagainya.
4. Metode Menyanyikan Lagu
Metode menyanyikan lagu merupakan proses bimbingan penyuluhan
melalui bernyanyi. Sebelum metode ceramah dimulai Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya biasanya mengajak para WNI untuk menyanyikan lagu
Indonesia Raya terlebih dahulu yang mana para WNI berdiri dan ikut serta
bernyanyi. 11
Salah satu bentuk pemikiran dan aksi bela negara, Maulana Habib
Muhammad Lutfhi bin Yahya menciptakan beberapa lagu seperti lagu yang
berjudul ”Cinta Tanah Air” dan ”Padang Bulan”. Dengan membimbing WNI
10
Penuturan Bapak Tubagus Surur M. Ag pada 2 September 2014, dalam Ahmad Tsauri,
Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman dan Kebangsaan Sejak Khuaizran (173
H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M-Sekarang), (Pekalongan: Menara Publisher, 2015), h.
247. 11
Wawancara Pribadi dengan Bustomi, Pengurus Majelis Ta’lim Darul Hasyimi Rempoa
yang Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Rempoa, 21
Agustus 2017.
59
melalui lagu-lagu tersebut, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
berharap agar bangsa ini juga ikut berjuang membangun negeri.12
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung yakni bimbingan dalam hal ini Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya memberikan keteladanan yang baik serta
melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menumbuhkan bela negara kepada WNI
seperti kegiatan: Kirab Merah Putih, Kirab Panjang Jimat, media radio, media
televisi, media sosial internet dan lain sebagainya.13
a. Kirab Merah Putih
Kirab Merah Putih yang di lakukan secara estafet dengan berjalan kaki
diadakan sejak tahun 2011 M/1433 H.14
Dalam rangka menyambut HUT
Kemerdekaan RI ke-72 pada hari Minggu 13 Agustus 2017 Pemkot Semarang
menggelar Kirab Merah Putih yang didukung oleh Kodim 0733 BS Semarang dan
Kodam IV Diponegoro, rute yang ditempuh dalam kirab ini dimulai dari halaman
Balaikota Semarang menuju Kantor Gubernur Jawa Tengah.15
Kirab membawa Sang Saka Merah Putih ini diikuti sekitar 10.000 peserta
kirab yang terdiri dari TNI, POLRI, PNS, Pelajar dan Mahasiswa sekota
Semarang. Pelepasan kirab ditandai dengan penyerahan bendera Merah Putih
kepada pelajar peserta kirab oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya,
Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko dan Pangdam IV Diponegoro
Mayjen TNI Tatang Sulaiman.
12
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017. 13
Wawancara Pribadi dengan Bustomi, Pengurus Majelis Ta’lim Darul Hasyimi Rempoa
yang Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Rempoa, 21
Agustus 2017. 14
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman dan
Kebangsaan Sejak Khuaizran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M-Sekarang)
(Pekalongan: Menara Publisher, 2015), h. 205.
15 Danar Widiyanto, “Merajut Kebhinekaan dengan Kirab Merah Putih,” artikel diakses
pada Minggu, 13 Agustus 2017 dari http://krjogja.com/web/news/read/40920/Merajut_
Kebhinekaan_ dengan_ Kirab_Merah_Putih
60
Kirab Merah Putih ini mendapat perhatian dari ribuan WNI yang
membanjiri Car Free Day di Jl. Pemuda maupun Jl. Pahlawan Semarang. Dalam
acara ini, ada juga peserta yang menunjukkan kemampuannya, seperti parade
marching band dan parade kendaraan lapis baja. Parade marching band dari
Akademi Kepolisian Semarang dan Akademi Pelayaran Nasional Indonesia
(Akpelni). Parade kendaraan lapis baja berupa Panzer Anoa, Panzer APC dan
Tank AMX milik Yonkav 2 Ambarawa. WNI banyak yang menaiki kendaraan
lapis baja dalam kirab tersebut sambil melambai-lambaikan Sang Saka Merah
Putih.16
b. Kirab Panjang Jimat
Memaknai kirab Panjang Jimat Maulana Habib Muhamad Luthfi bin
Yahya menjelaskan, bahwa jimat yang dimaksud adalah ajaran para kiai. Salah
satu ajaran yang paling penting dari para Kiai adalah kesadaran dan kesiapan
menerima kebhinekaan. Dengan demikian jimat itu tiada lain adalah Pancasila.17
Dalam kesempatan yang berbeda , beliau menjelaskan jimat yang
dimaksud adalah jimat kalimusodo yang berarti dua kalimat syahadat. Menurut
Ustadz Ahmad Iftah, jimat kalimusodo berarti peneguhan tauhid, bahwa agama
Islam itu tidak pernah bertentangan dengan negara.18
Akan tetapi hemat penulis, yang relavan pada pembahasan ini adalah
penjelasan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang pertama.
Kirab Panjang Jimat mulai menjadi bagian dari rangkaian Maulid Kanzus
Sholawat sejak berdirinya Gedung Kanzus Sholawat, pada tahun 2004. Kirab
Panjang Jimat biasanya diadakan 2 hari sebelum puncak perayaan Maulid di
Gedung Kanzus Sholawat. Tepatnya pada hari Senin, acara kirab di mulai dengan
upacara pelepasan di Stadion Keraton dan penyerahan Sang Merah Putih kepada
pemimpin rombongan pawai. Upacara ini berlangsung pada pukul 13.00 WIB,
kemudian setelah pelepasan secara simbolik ratusan peserta dari berbagai elemen
16
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, Agustus 2017. 17
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman dan
Kebangsaan Sejak Khuaizran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M-Sekarang)
(Pekalongan: Menara Publisher, 2015), h. 205. 18
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
61
masyarakat berjalan menyusuri rute Stadion Keraton, Jl. Bahagia, Jl. Gajah Mada,
Jl. Hayam Wuruk, Jl. Dr. Sucipto dan berakhir di Jl. Dr. Wahidin.19
Garis finish didepan Hotel Nirwana, didirikan panggung kehormatan untuk
menyambut iring-iringan Kirab. Dipanggung itulah Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya, Pangdam, Dandim, Kapolda, Kapolwil (saat ini sudah
dihapuskan oleh POLRI), Kapolres, Wali Kota, veteran perang dan tamu
undangan duduk berjajar menerima penghormatan peserta. Disini kembali
dilakukan upacara singkat, penyerahan kembali bendera Merah Putih dari
pimpinan rombongan kepada perwakilan veteran perang yang kemudian
menyerahkan kembali kepada Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
Peserta kirab ini terdiri dari berbagai elemen masyarakat seperti,
pengusaha batik, pelajar, mahasiswa, ormas bahkan dari Akpol (Akademi
Kepolisian). Dalam kirab ini ditampilkan berbagai macam kekayaan Nusantara
dan tradisi-tradisi yang terjaga. Seperti batik khas berbagai daerah Pekalongan,
Solo, Yogyakarta, Cirebon, Indramayu, Jakarta, Palembang, Tasikmalaya dan
aneka batik lainnya. Selain berbentuk helaian kain, aneka rupa batik hasil kreasi
para pengusaha batik di Pekalongan juga ditampilkan dalam peragaan busana.
Biasanya beberapa siswi sekolah memeragakan busana ini sepanjang rute kirab.
Peragaan ini menjadi daya tarik, karena dalam peragaan ini batik yang biasanya
hanya digunakan sebagai sandang dan aksesoris rumah tangga lainnya, dengan
konsep yang baik ternyata batik mempunyai dimensi budaya lainnya, yaitu seni
estetika. Khazanah Indonesia itu dipamerkan dari Stadion Keraton hingga Jl. Dr.
Wahidin.20
Dalam acara ini, ada juga peserta yang menunjukkan kemampuannya,
seperti marching band, debus, silat, sulap dan atraksi lainnya. Ada juga atraksi
komunitas khas, seperti sepeda kuno, budaya tradisional dan sebagainya. Selain
itu ada juga peserta dari Akademi Kepolisian yang turut memeriahkan Kirab
Panjang Jimat yang menampilkan marching band dengan baik.
19
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
20 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
62
Kirab Panjang Jimat ini mendapat perhatian dari ribuan WNI yang
memadati kota Pekalongan. Selain itu juga, turut serta dihadiri oleh perwakilan
tokoh-tokoh agama, seperti Kristen, Konghucu dan lain sebagainya.
c. Daftar Ilmiah
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mempunyai perhatian besar
terhadap sejarah. Penguasaan sejarah beliau sangat mendalam. Pada tahun 2009
sampai tahun 2010, beliau menjadi mentor dan pentashih penulisan buku tentang
sejarah Nabi Muhammad SAW, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
memberikan arahan-arahan dan koreksi. Beliau mengkritisi informasi dari para
sejarahwan sebelumnya. Hal itu beliau lakukan secara intens selama berbulan-
bulan. Hasilnya, sebuah buku sejarah otoritatif yang beliau beri judul Lentera
Kegelapan: Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW untuk Mengenal Pendidik
Sejati Manusia, yang diterbitkan oleh Gerbang Lama Pesantren Lirboyo.
Sebagai ulama besar, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya telah
banyak mengeluarkan fatwa dan jawaban terkait persoalan agama (fiqh, tasawuf
dan tarekat) dan persoalan kebangsaan, sehingga beberapa penerbit buku merasa
tergugah untuk membukukan jawaban tersebut. Saat ini ada beberapa buku terkait
tentang Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, sejauh ini penulis ketahui
ada sekitar enam buku. Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dibawah ini buku-
bukunya, yaitu:
1. Buku yang berjudul “Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman
dan Kebangsaan Sejak Khaizuran (173 H.) Hingga Habib Luthfi bin
Yahya(1947 M.- Sekarang)” yang diterbitkan oleh Menara Publisher. Penulis:
Ahmad Tsauri dan Pengantar: Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
63
2. Buku karya Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang berjudul
“Secercah Tinta Jalinan Cinta Seorang Hamba dengan Sang Pencipta” yang
diterbitkan oleh Menara Publisher. Epilogue: Ismail Fajrie Alatas, Editor:
Ahmad Tsauri, Pengantar: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, Dr.(H.C) KH.
Mustofa Bisri dan Habib Zaid bin Abdurrahman bin Yahya, MA. (Yaman).
3. Buku karya Maulana Habib Luthfi bin Yahya yang berjudul “Habib Luthfi bin
Yahya Menjawab Keluh Kesah Umat” yang diterbitkan oleh Majelis Khoir
Publishing.
4. Buku yang berjudul “Habib Luthfi bin Yahya Berbicara Seputar Tarekat”
yang ditulis oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dan diterbitkan
oleh Majelis Khoir Publishing.
5. Buku yang berjudul “Nasehat Spritual Mengenal Tarekat ala Habib Luthfi bin
Yahya” yang diterbitkan oleh Hayat Publishing. Penulis: Fahmy Jindan dan
bekerja sama dengan Majalah Al-Kisah.
6. Buku yang berjudul “Lentera Kegelapan: Sejarah Kehidupan Nabi
Muhammad SAW untuk Mengenal Pendidik Sejati Manusia” yang diterbitkan
oleh Gerbang Lama. Penulis: Tim FKI Sejarah Atsar. Pengantar: Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
Selain itu, beliau juga menjadi mentor dan pentashih buku sejarah
Walisongo, yang sejak 2011 hingga kini masih dalam proses penulisan dan
menjadi pengantar buku Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman
dan Kebangsaan yang diterbitkan oleh Menara Publisher Pekalongan. Beliau juga
pernah menjadi bagian dari tim ahli, bersama profesor sejarah, untuk menentukan
tahun didirikannya Masjid Demak dan menelusuri letak berdirinya Kerajaan
64
Demak. Berdasarkan penuturannya, beliau sudah meneliti tema-tema penting
sejarah sejak 40 tahun lalu.21
d. Radio
Media massa radio adalah salah satu media massa yang digunakan
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam melakukan bimbingan
agama dengan menggunakan metode tidak langsung. Salah satu media massa
radio yang digunakan, yakni Radio Abirawa 106.20 MHZ Batang, dengan
program acara Mutiara Hikmah Spesial, yang daerah sasarannya meliputi:
Grinsing, Waleri, Panjang Indah, Pekalongan, Kedungwuni, Kajen, Wiradesa,
Pemalang, Comal, Cirebon dan sekitarnya.
Adapun menu spesial yang disiarkan Radio Abirawa yaitu program acara
Mutiara Hikmah Spesial, yang disiarkan setiap hari Kamis pada pukul 14.00 WIB
sampai pukul 15.00 WIB, yaitu program bimbingan agama yang yang diisi oleh
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Dalam acara tersebut Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya melakukan komunikasi tidak langsung yang
tujuannya untuk mempengaruhi dan membangkitkan sikap beragama dan
menumbuhkan sikap bela negara.22
e. Sosial Internet
Selain menggunakan media massa radio, Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela negara juga menggunakan media
massa sosial internet, seperti situs resmi beliau yakni www.habiblutfi.net dan
facebook beliau yang bernama ”Habib Muhammad Luthfi bin Yahya”.23
21
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman dan
Kebangsaan Sejak Khuaizran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M-Sekarang)
(Pekalongan: Menara Publisher, 2015), h. 247. 22
Ida Farida, “Metode Dakwah Habib Luthfi Ali bin Yahya di Radio Abirawa 106.20
MHZ Batang,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2008), h. 67. 23
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
65
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Bimbingan Agama
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Setiap kegiatan memiliki berbagai macam faktor pendukung dan faktor
penghambat, begitu juga dengan kegiatan bimbingan agama yang dilakukan oleh
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Berikut ini akan penulis paparkan
faktor pendukung dan penghambat kegiatan bimbingan agama yang dilakukan
oleh Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya dalam menumbuhkan bela
negara, yakni sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Suksesnya sebuah kegiatan ada faktor pendukung didalamnya, tanpa ada
faktor pendukung tidak mungkin kegiatan bisa berjalan dengan baik. Sama halnya
dengan kegiatan bimbingan agama yang dilakukan oleh Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya yang mana mendapat dukungan yang positif dari
berbagai pihak dan berbagai macam hal, yakni sebagai berikut:
a. Perdamaian antar berbagai macam suku, agama dan budaya yang di jadikan
satu kesatuan menjadi NKRI.
b. Adanya dukungan dari berbagai macam Ulama Thoriqoh di Indonesia dan di
luar Indonesia.
c. Presiden RI yakni Bpk. Ir. Joko Widodo selalu mendukung setiap kegiatan
bimbingan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam berbagai
acara.24
d. TNI, POLRI dan Brimob juga mendukung dan ikut serta membantu dalam
kegiatan bimbingan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
24
Wawancara Pribadi dengan Bustomi, Pengurus Majelis Ta’lim Darul Hasyimi Rempoa
yang Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Rempoa, 21
Agustus 2017.
66
e. Adanya dukungan dari ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang mana beliau
juga sebagai Dewan Penasehat Nahdlatul Ulama.
f. Adanya rumah persinggahan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya di
berbagai daerah di Indonesia.
g. Adanya sumber daya manusia yang berada dibawah naungan Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya diberbagai daerah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
h. Adanya WNI yang rutin mengikuti kegiatan Maulana Habib Luthfi bin Yahya
di berbagai daerah di Indonesia.
i. Adanya Pondok Pesantren dan Majelis Ta’lim di berbagai daerah di Indonesia
yang berada di bawah naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya.25
j. Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memakai pendekatan budaya
dan pendekatan sufistik, sehingga WNI mudah untuk menerima materi yang
disampaikannya.
Berdasarkan keterangan di atas penulis dapat menjelaskan bahwa faktor
pendukung dari kegiatan bimbingan agama yang dilakukan Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya adalah kerjasama yang baik antara semua elemen
masyarakat, baik itu dari instansi pemerintahan, organisasi masyarakat, maupun
dari Warga Negara Indonesia yang rutin mengikuti kegiatan bimbingan agama.
Selain itu juga adanya tempat yang mendukung kegiatan bimbingan agama
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
25
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah yang Berada
dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Duren Sawit, Juli 2017..
67
2. Faktor Penghambat
Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan pasti mengalami banyak hambatan,
begitu juga kegiatan bimbingan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
Adapun hambatan yang dialami oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya, yakni:
a. Banyak oknum-oknum yang mempunyai kepentingan-kepentingannya sendiri,
sehingga mengganggu proses kegiatan bimbingan Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya, seperti halnya yang berkaitan dengan kepentingan politik.26
b. Perbedaan suku, agama, budaya, bahasa dan latar belakang WNI yang sehingga
terkadang sulit untuk mereka beradaptasi dengan Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya.
c. Banyak oknum-oknum yang tidak sepaham dengan Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya yang mencoba memecah belah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.27
Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis jelaskan bahwa faktor
penghambat kegiatan bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya adalah perbedaan suku, agama, budaya dan latar belakang WNI, sehingga
terkadang sulit untuk mereka beradaptasi dengan Maulana Habib Muhammad
Luthfi binYahya, selain itu juga banyak oknum yang mempunyai kepentingannya
sendiri dan banyak oknum yang ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
26 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Iftah, Pengasuh PP. Fatahillah Bekasi yang
Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Bekasi, 27 Juli 2017.
27 Wawancara Pribadi dengan Bustomi, Pengurus Majelis Ta’lim Darul Hasyimi Rempoa
yang Berada dibawah Naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Rempoa, 21
Agustus 2017.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian pembahasan yang telah penulis lakukan pada
skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan Agama Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya dalam Menumbuhkan Bela Negara”
kiranya dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Metode bimbingan agama yang digunakan Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak
langsung. Pertama, metode langsung seperti: metode individu dan metode
kelompok. Metode individu yang dilakukan Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya dalam membimbing WNI dengan melakukan komunikasi
langsung secara individual. Metode kelompok merupakan komunikasi
langsung antara Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dengan banyak
WNI. Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan beberapa teknik berikut ini,
yaitu: metode ceramah, metode tanya jawab, metode cerita sejarah, dan
metode menyanyikan lagu.
Kedua, metode tidak langsung yakni bimbingan dalam hal ini Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya memberikan keteladanan yang baik serta
melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menumbuhkan bela negara kepada
WNI seperti kegiatan: Kirab Merah Putih, Kirab Panjang Jimat, daftar ilmiah,
radio dan sosial internet.
69
2. Faktor keberhasilan pelaksanaan metode bimbingan agama Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya dalam menumbuhkan bela Negara untuk NKRI
didukung oleh berbagai macam pihak dan berbagai macam hal, seperti:
Presiden RI yakni Bpk. Ir. Joko Widodo, Ulama Thoriqoh, TNI, POLRI,
BRIMOB dan organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Selain itu juga adanya
perdamaian antar suku, agama dan budaya, Adanya rumah persinggahan
diberbagai daerah, adanya sumber daya manusia, adanya WNI yang rutin
mengikuti kegiatan, adanya pondok pesantren dan majelis ta’lim diberbagai
daerah yang berada dibawah naungan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya dan lain sebagainya.
3. Faktor penghambat kegiatan bimbingan agama Maulana Habib Muhammad
Luthfi bin Yahya adalah perbedaan suku, agama, budaya dan latar belakang
WNI, sehingga terkadang sulit untuk mereka beradaptasi dengan Maulana
Habib Muhammad Luthfi binYahya, selain itu juga banyak oknum yang
mempunyai kepentingannya sendiri dan banyak oknum yang ingin memecah
belah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan
bimbingan agama Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya dalam
menumbuhkan bela negara, maka ada beberapa hal yang penulis ajukan
sebagai saran-saran antara lain:
1. Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya perlu menambah tempat
pelaksanaan bimbingan agama di berbagai daerah terpencil dan daerah
rawan konflik di Indonesia seperti di Papua dan Maluku.
70
2. Dengan mempelajari pemikiran Maulana Habib Muhammad Luthfi bin
Yahya, kita akan mendapatkan banyak pengalaman dari beliau untuk
selalu menghormati para pahlawan terdahulu yang telah memperjuangkan
kemerdekaan negeri kita ini, untuk selalu mencintai tanah air dengan
mewujudkannya didalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan-kegiatan
yang dapat membangun negeri dan berjuang untuk membela negara
apabila negara kita sedang terancam.
71
DAFTAR PUSTAKA
A., Hallen, Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pres, 2002. Cet. Ke-1.
Abdush, Shobur, NU dan Muhammadiyah Menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jombang: 2014.
Ahmad, Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia. Bandung: Mizan, 1996.
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1998. Cet. Ke-6.
Bakhri, Syaiful, Ilmu Negara. Jakarta: Total Semesta Press, 2004.
Bukhari, Shahih Bukhari. Kairo: Dar at-Taqwa li at-Turats, 2001.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Buthy, Al-Qur’an Kitab Cinta. Bandung: Mizan Media Utama, 2010.
Darmadi, Hamid, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta,
2010.
Daryono. dkk. Pengantar Pendidikan dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Syamil Cipta
Media, 2005.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
horve, 1997.
Dhaif, Syauqi. Mu’jam al-Wasith. Mesir: Maktabah asy-Syuruq Ad-Dauliyah,
2011.
Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001.
Farida, Ida. “Metode Dakwah Habib Luthfi Ali bin Yahya di Radio Abirawa
106.20 MHZ Batang.” Skripsi S1Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo
Semarang, 2008.
Gulen, M. Fathullah, Cinta dan Toleransi. Tangerang: Bukindo Erakarya
Publishing, 2011.
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Hamka, Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1961.
72
Hasan, M.Iqbal, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002..
Hermawan, Eman, Politik Membela Yang Benar; teori, kritik, dan nalar.
Yogyakarta: 2002.
Imarah, Muhammad, Perang Terminologi Islam Versus Barat. Jakarta: Rabbani
Press, 1998.
Kaelan dan Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma,
2007.
Khanafi, Imam. Tarekat Kebangsaan: Kajian Antropologi Sufi Terhadap
Pemikiran Nasionalisme Habib Luthfi. Jurnal Penelitian: STAIN
Pekalongan, 2013.
Lutfi, M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Manzur, Ibn, Al-Ifrig Lisan Al-Arab. Birut: Dar Sadir, 1994.
Marbun, B. N , Kamus Manajemen. Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 2005.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rasta
Karya, 2000.
Muhammad, Al-Imam. Terjemah Al-Adabul Mufrod. Jakarta: Bina Ilmu Islami,
2010. No. 207/273.
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Musnawar , Thohari, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.
Yogyakarta: UII Press, 1992.
Nawawi. Riyadhus Shalihin. Penerjemah Salim Bahreisy. Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 1987. Cet. Ke-10.
Pangestu, Subagyo, Statistika induktif. Yogyakarta: 2005.
Priyangga, Rizki, Cinta Tanah Air. Jakarta: 2008.
Qardawi, Yusuh, Al-Ibadah Fi al-Islam. Beirut: Muasasah Al-Risalah, 1997, Cet.
Ke-6.
R., Tantawy, Kamus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Pamator, 1997.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara. Jakarta: Sekretariat Negara, Lembaran Negara RI Tahun 2002.
Republik Indonesia. Undang-undang. No. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya: PD. PGRI Jawa Timur, 2003.
73
Rifai, Moh., Aqidah Akhlak. Semarang: CV. Wicaksana, 1994. Cet. Ke-2.
S, KaelanM., Pendidikan Pancasila Pendidikan untuk Mewujudkan Nilai-Nilai
Pancasila, Rasa Kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan SK
DIRJEN DIKTI NO. 43/DIKTI/KEP/2006. Yogyakarta: Paradigma, 2008.
Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 2002.
Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Ilahi. Jakarta: Lentera Hati, 2006.
Sholehuddin, M. Sugeng. Reiventing Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam,
Pekalongan: STAIN Press, 2010.
Subagyo. dkk. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Cet. Ke-1.
Sunarso. dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press, 2006.
Tartono , H. M Umar, Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: PT. Pustaka
Setia,1998. Cet Ke-1.
Tatar, Bonar Silitonga, Bela Negara, Kewarganegaraan. Surabaya: PT. Jepe
Press Media Utama.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Cet. Ke-1, Edisi ke
tiga.
Tsauri, Ahmad. Sejarah Maulid Nabi Meneguhkan Semangat Keislaman dan
Kebangsaan Sejak Khaizuran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya
(1947 M-Sekarang). Pekalongan: Menara Publisher, 2015.
Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: ICCE UIN Jakarta,2013.
Usman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara, 2000.
Winarno, Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Winarno, Paradigma BaruPendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010.
Zaelani, Endang Sukaya. dkk, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Paradigma, 2002.
74
Internet:
Hidayat, Rachmat. “Pesan Habib Luthfi Kepada Sudirman Said, Jadilah Bapak
Bagi Masyarakat,” diakses pada 12 Agustus 2017 dari http:
//m.tribunnews.com/regional/2017/08/12/pesan-habib-luthfi-kepada
sudirman-said-jadilah-bapak-bagi-masyarakat
Widiyanto, Danar. “Merajut Kebhinekaan dengan Kirab Merah Putih,” artikel
diakses pada Minggu, 13 Agustus 2017 dari http://krjogja.com/web/
news/read/40920/Merajut_Kebhinekaan dengan_ Kirab_Merah_Putih
Penulis dengan Ustadz Ahmad Iftah Selaku Pengasuh
PP. Fatahillah Bekasi yang Berada Dibawah Naungan
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Penulis dan Majelis Dzikir Sholawat Kubro Cab. Langitan Jakarta
Menghadiri Acara Maulid Nabi di Pekalongan
Penulis dan WNI yang Akan Mengikuti Bimbingan
Agama
Penulis dengan Jaki Rohman Selaku Pengurus MT. Da-
rul Hasyimi yang Berada Dibawah Naungan Maulana
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Kegiatan Bimbingan Agama di Berbagai Daerah di Indonesia
, Tempat Kegiatan Bimbingan Agama, Gedung Kanzus Sholawat Pekalongan
Kegiatan Bimbingan Agama Habib Muhammad Luthfi , Gedung Kanzus Sholawat Pekalongan
Kirab Merah Putih, Dalam Rangka Menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-72
Kodam Diponogoro Semarang Jawa Tengah 13 Agustus 2017
Pedoman Wawancara
Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya
1. Apa metode yang diterapkan Abah dalam bimbingan agama?
2. Mengapa Abah menggunakan metode tersebut?
3. Apa bentuk metode bimbingan agama yang digunakan Abah?
4. Mengapa Abah menggunakan metode bimbingan agama tersebut?
5. Kapan saja proses bimbingan agama tersebut dilakukan?
6. Media apa saja yang digunakan dalam proses bimbingan agama?
7. Apa tujuan diberikannya bimbingan agama tersebut?
8. Menurut Abah, apakah ada kaitannya antara bimbingan agama Islam dengan cinta tanah
air dan bela negara?
9. Apakah ada kajian (bimbingan agama) mengenai cinta tanah air dan bela negara? Kalau
ada apakah kajian (kitab/hadits/dll) itu?
10. Kegiatan apa saja yang dilakukan Abah dalam menumbuhkan cinta tanah air dan bela
negara?
11. Bagaimana Abah memberikan materi cinta tanah air dan bela negara kepada yang
dibimbing? Apakah menggunakan kisah-kisah para pahlawan terdahulu atau kisah-kisah
aktual saat ini?
12. Apakah ada pengaruhnya metode bimbingan agama tersebut untuk yang dibimbing?
13. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang ditemui Abah dalam menerapkan
metode bimbingan agama tersebut?
14. Target apa saja yang ingin Abah capai?
Hasil Wawancara
Murid dan Pengurus Pondok Pesantren dibawah Naungan
Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya
Nama : Ust. Ahmad Iftah
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 30 Juli 1976
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S2 di STAINU Matraman Jakarta
Waktu wawancara : 27 Juli 2017
Pengurus Pondok Pesantren : PP. Fatahillah
Alamat Pondok Pesantren : Bekasi
Jabatan di Pondok Pesantren : Pengasuh
1. Bagaimana tanggapan Anda terhadap Abah?
Abah itu adalah seorang Mursyid. Yang namanya mursyid itukan irsyad, beda
dengan ulama mubaligh, mubaligh itu cuma tabligh dan ceramah saja, tapi klo yang
namanya mursyid itu mentarbiyah, orang yang mentarbiyah itu mendapat gelar
murobbiru, artinya dia juga mendidik lahir bathinnya, mendidik secara lahir ada
pengajaran dan ada ta’lim, secara bathin dia juga menjadi teladan, menjadi contoh buat
murid-muridnya, beliau juga ikut nirakatin, meriyadohin dan mendo’akan murid-
muridnya siang dan malam, itu yang mungkin tidak banyak ulama lain yang melakukan.
2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan agama yang dilakukan Abah?
Abah melakukan bimbingan agama dengan langsung dan tidak langsung. Metode
langsung seperti tabligh/ceramah, menceritakan sejarah, menyanyikan lagu dan lain
sebagainya. Metode tidak langsung beliau mencontohkan dalam berbagai kejadian
misalnya beliau terlibat dalam setiap acara maulid di Pekalongan itu didahului oleh kirab
bendera pusaka, kirab jimat kali musodo, itu bukan jimat yang dikirab, tetapi peneguhan
tauhid, bahwa agama tidak pernah bertentangan dengan negara. Abah juga mempunyai
website (//http: www.habibluthfiyahya.net) dan suka siaran di radio dan televisi. Abah
juga mempunyai banyak pondok pesantren, majelis ta’lim, organisasi kemahasiswaan,
komunitas ngobrol di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Subang, Bogor, Jakarta,
Boyolali, Pekalongan, Palembang, Manado, Yogyakarta, Klaten, Garut, Semarang dan
lain sebagainya.
3. Kapan waktu bimbingan agamanya?
Kalau di Pekalongan setiap Jum’at kliwon pagi dan itu satu bulan sekali. Kalau
yang setiap minggunya itu pada hari Selasa malam Rabu ba’da Isya.
4. Apakah Anda selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang Abah sampaikan dalam
bimbingan agama?
Saya selalu memperhatikan dan mendengarkan.
5. Apakah Anda merasa semakin dekat dengan Allah SWT setelah mengikuti bimbingan
agama?
Alhamdulillah saya merasa semakin dekat dengan Allah SWT.
6. Setelah Anda mengikuti bimbingan Abah, menurut Abah, Apakah ada kaitannya antara
agama Islam dengan cinta tanah air dan bela negara?
Ada, karena tegaknya agama itu tidak bisa tidak harus ditopang oleh negara,
makanya sebagaimana keyakinan oleh ulama-ulama yang lain ,itukan kenapa kita perlu
mempertahankan NKRI?... Karena Indonesia ini kan terdiri dari ribuan suku, terdiri
berbagai macam agama dan etnis yang semua perlu wadah yang satu supaya bisa
berjalan, kalau satu pihak mendominasi, pihak yang lain tidak terima, maka yang terjadi
akan bertengkar. Makanya ulama-ulama dan salah satunya Abah itu tidak mau Indonesia
itu berlandaskan syariat Islam, karena ada kemashlahatan yang ingin Abah dahulukan,
dalam kaidah ushul fiqh itu ada istilah : “Mencegah kerusakan harus didahulukan dari
pada mencapai mashlahat”. Mempertahankan NKRI itu adalah salah satu contohnya.
Dengan mempertahankan NKRI sebagai rumah bersama bangsa Indonesia, apapun
agamanya, apapun etnisnya, maka kita sedang merawat, ketika negara ini tegak, NKRI ini
tegak, Pancasila ini tegak, semua umat beragama bisa beribadah dengan tenang. Coba
kasusnya seperti di Timur Tengah, ketika satu pihak mendominasi, orang Sunni
mendominasi, orang Syiah tidak terima, , yang terjadi perang, begitu mereka perang,
agamanya bubar, mau sholat susah, mau ngaji susah,
7. Apa yang Anda ketahui tentang cinta tanah air dan bela negara?
Kita mempunyai tiga ukhuwah, yakni: ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan antar
umat Islam), ukhuwah Wathoniyyah (persaudaraan antar bangsa setanah air) dan
ukhuwah Basyariyyah (persaudaraan antar sesama umat manusia). Kenapa kita mencintai
manusia?... karena manusia ciptaan ALLAH swt, kenapa kita mencintai tanah air?...
karena tanah air ini ciptaan Allah SWT dan semua ini adalah ciptaan Allah SWT.
8. Ketika bimbingan agama, terkadang Abah selalu membahas tentang cinta tanah air dan
bela negara, Apakah Anda merasa semakin mencintai tanah air dan ingin bela negara
setelah bimbingan tersebut?
Ya, saya semakin mencintai tanah air dan ingin bela negara.
9. Apa faktor pendukung dan penghambat bimbingan agama tersebut?
Faktor pendukungnya itu perdamaian antara umat beragama, antar suku, antar
etnis. Kalau faktor penghambatnya, didunia inikan banyak orang-orang yang mempunyai
kepentingan, sementara orang-orang seperti Abah kan sudah tidak terikat lagi dengan
kepentingan, beliau suka pergi kesana-kesini itu bukan untuk kepentingannya sendiri,
Abah sangat mendambakan kebahagiaan umat.
10. Target Apa yang ingin Abah capai?
Target Abah itu hanya satu yakni, agar bangsa ini tidak terpecah belah, kita
bersatu padu berdamai dan bisa beribadah dengan tenang.
Pewawancara Diwawancara
Ridwan Bustomi Ust. Ahmad Iftah
Hasil Wawancara
Murid dan Pengurus Majelis Ta’lim dibawah Naungan
Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya
Nama : Jaki Rohman
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 21 April 1978
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMK
Waktu wawancara : 07 Agustus 2017
Pengurus Majelis Ta’lim : Majelis Ta’lim Darul Hasyimi
Alamat Majelis Ta’lim : Duren Sawit
Jabatan di Pondok Pesantren : Pengurus
1. Bagaimana tanggapan Anda terhadap Abah?
Abah adalah ulama dunia yang sangat luar biasa.
2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan agama yang dilakukan Abah?
Dengan memberikan bimbingan perorangan dan kelompok. Di pengajian kadang
ada tanya jawabnya.
3. Kapan waktu bimbingan agamanya?
Jadwal rutinnya sih yang sebulan sekali setiap Jum’at Kliwon dan yang seminggu
sekali itu pada hari Selasa ba’da Isya di Pekalongan.
4. Apakah Anda selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang Abah sampaikan dalam
bimbingan agama?
Insya Alloh saya selalu memperhatikan dan mendengarkan.
5. Apakah Anda merasa semakin dekat dengan Allah SWT setelah mengikuti bimbingan
agama?
Alhamdulillah setelah mengikutinya, saya merasa semakin dekat dengan Allah
SWT.
6. Setelah Anda mengikuti bimbingan Abah, menurut Abah, Apakah ada kaitannya antara
agama Islam dengan cinta tanah air dan bela negara?
Ada Mas, hubunganya sangat erat sekali. Mencintai tanah air adalah sebagian dari
Iman.
7. Apa yang Anda ketahui tentang cinta tanah air dan bela negara?
Sebagai WNI yang baik, kita harus cinta tanah air, cinta tanah air merupakan
wujud rasa syukur kita kepada Alloh SWT yang telah memberikan kemerdekaan kepada
bangsa ini yang disertai dengan membela dan menjaga dengan sepenuh hati Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini.
8. Ketika bimbingan agama, terkadang Abah selalu membahas tentang cinta tanah air dan
bela negara, Apakah Anda merasa semakin mencintai tanah air dan ingin bela negara
setelah bimbingan tersebut?
Ya, sungguh saya semakin mencintai tanah air dan ingin ingin ikut andil dalam
bela negara.
9. Apa faktor pendukung dan penghambat bimbingan agama tersebut?
Faktor pendukungnya itu banyak instansi pemerintahan dan organisasi masyarakat
yang mendukung proses bimbingan Abah, seperti: Presiden RI, TNI, POLRI, NU dan lain
sebagainya. Kalau faktor penghambatnya, banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab memanfaatkan momentum bimbingan yang dilakukan Abah.
10. Target Apa yang ingin Abah capai?
Abah ingin menjadikan NKRI ini tetap damai, tidak ada perpecahan antar suku
dan agama.
Pewawancara Diwawancara
Ridwan Bustomi Ust. Ahmad Iftah
Hasil Wawancara
Murid dan Pengurus Pondok Pesantren dibawah Naungan
Maulana Habib Muhammad Lutfhi bin Yahya
Nama : Bustomi
Tempat tanggal lahir : 27 Januari 1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : MASS Tebuireng
Waktu wawancara : 21 Agustus 2017
Pengurus Majelis Talim : Darul Hasyimi Rempoa
Alamat Majelis Ta’lim : Rempoa
1. Bagaimana tanggapan Anda terhadap Abah?
Tanggapan saya terhadap Abah, Abah adalah seorang mursyid thoriqoh dunia.
Beliau adalah seorang ulama yang sangat cinta terhadap tanah airnya.
2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan agama yang dilakukan Abah?
Proses bimbingan agama yang Abah lakukan itu dengan cara berbicara langsung
di dalam pengajian dan ada juga yang tidak langsung melalui berbagai macam acara.
3. Kapan waktu bimbingan agamanya?
Waktu bimbingannya itu ada yang mingguan, ada yang bulanan dan ada juga
yang tahunan. Yang mingguan seperti pengajian kitab Ihya Ulumuddi setiap Selasa,
pengajian kitab Fathul Qorib setiap Rabu pagi. Kalau yang bulanan seperti Pengajian
kitab Jami’ Ushulil Aulia setiap malam Jum’at, kitab Dalailul Khoirot Jum’at Legi,
pengajian thoriqoh untuk ibu-ibu setiap Ahad pagi. Yang tahunan seperti, peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW, Kirab Merah Putih, Halal bi Halal, Kirab Panjang Jimat,
Pengajian Ramadhan.
4. Apakah Anda selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang Abah sampaikan dalam
bimbingan agama?
Insya Allah saya selalu memperhatikan, kadang juga pernah tertidur. Heheee.,.,.
5. Apakah Anda merasa semakin dekat dengan Allah SWT setelah mengikuti bimbingan
agama?
Insya Allah saya merasa semakin dekat dengan Gusti Allah SWT..
6. Setelah Anda mengikuti bimbingan Abah, menurut Abah, Apakah ada kaitannya antara
agama Islam dengan cinta tanah air dan bela negara?
Ada, cinta tanah air merupakan sebagian dari iman. Di dalam Islam diajarkan agar
kita sebagai warga negara, harus mencintai tanah airnya. Nabi Muhammad SAW juga
cinta terhadap kota Mekkah, karena Mekkah merupakan kota kelahirannya. Sebelum
Abah ceramah itu biasanya kita semua menyanyikan lagu Indonesia Raya.
7. Apa yang Anda ketahui tentang cinta tanah air dan bela negara?
Cinta tanah air merupakan suatu perasaan suka dan sayang terhadap tempat
tinggal dan tempat lahir. Bela negara merupakan sikap yang harus dimiliki warga negara
agar selalu membela dan mempertahankan negaranya, apabila negaranya terancam.
8. Ketika bimbingan agama, terkadang Abah selalu membahas tentang cinta tanah air dan
bela negara, Apakah Anda merasa semakin mencintai tanah air dan ingin bela negara
setelah bimbingan tersebut?.
Saya semakin cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan rela
berjuang untuk mempertahankan kedaulatannya. Insya Allah Mas.
9. Apa faktor pendukung dan penghambat bimbingan agama tersebut?
Banyak dukungan dari pemerintah Indonesia, tempat pengajian diberbagai
daerah dan dukungan dari berbagai macam ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama.
Hambatannya banyak orang yang datang hanya untuk kepentingan pribadinya saja dan
banyak yang ingin memecah belah NKRI.
10. Target Apa yang ingin Abah capai?
Abah ingin agar WNI cinta terhadap tanah airnya dan ikut serta berjuang
mempertahankan NKRI.
Pewawancara Diwawancara
Ridwan Bustomi Bustomi