mesin induksi tiga fasa

download mesin induksi tiga fasa

of 22

Transcript of mesin induksi tiga fasa

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    1/22

    4

    BAB II

    MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

    2.1 UMUM

    Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas

    digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan

    induksi medan magnet stator ke rotornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh

    dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya

    perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang

    dihasilkan oleh arus stator.

    Mesin ini juga disebut mesin asinkron (mesin tak serempak), hal ini dikarenakan

    putaran motor tidak sama dengan putaran fluks magnet stator. Dengan perkataan lain,

    bahwa antara rotor dan fluks magnet stator terdapat selisih perputaran yang disebut

    dengan slip.

    Pada umumya motor ac yang digunakan adalah motor induksi, terutama motor

    induksi tiga phasa yang paling banyak dipakai di perindustrian. Motor induksi tiga phasa

    sangat banyak dipakai sebagai penggerak di perindustrian karena banyak memiliki

    keuntungan, tetapi juga memiliki beberapa kelemahan.

    Keuntungan motor induksi tiga phasa:

    1. Sangat sederhana dan daya tahan kuat (konstruksi hampir tidak pernah terjadi

    kerusakan, khususnya tipe squirel cage).

    2. Harga relatif murah dan perawatan mudah.

    3. Efisiensi tinggi. Pada kondisi berputar normal, tidak dibutuhkan sikat dan karenanya

    rugi daya yang diakibatkannya dapat dikurangi.

    4. Tidak memerlukan starting tambahan dan tidak harus sinkron.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    2/22

    5

    Kerugian motor induksi tiga phasa:

    1. Kecepatan tidak dapat berubah tanpa mengorbankan efisiensi.

    2. Kecepatannya menurun seiring dengan pertambahan beban.

    2.2 KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

    Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas

    digunakan, karena konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara

    umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak,

    sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang

    jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat diperlihatkan pada gambar 2.1.

    Gambar 2.1 : Konstruksi motor induksi

    Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang

    diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang

    memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur

    pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas (Gambar 2.2.(b)). Tiap elemen

    laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 2.2 (a)). Tiap lembaran besi tersebut

    memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap

    kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa,

    belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat kumparan yang digunakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    3/22

    6

    terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan

    belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.2.(c)). Berikut ini contoh

    lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah

    dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa.

    Gambar 2.2 : Komponen Stator motor induksi tiga phasa

    (a) Lempengan Inti, (b) Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurnya,(c) Tumpukan Inti dan Kumparan Dalam Cangkang Stator

    Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara

    stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan

    rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan

    rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila

    celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan mengakibatkan efisiensi motor

    induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan

    kesukaran mekanis pada mesin.

    Untuk rotor akan dibahas pada bagian berikutnya, yaitu jenis motor induksi tiga

    phasa berdasarkan jenis rotornya.

    (a) (b) (c)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    4/22

    7

    2.3 JENIS MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

    Ada dua jenis motor induksi tiga phasa berdasarkan rotornya yaitu:

    1. Motor induksi tiga phasa sangkar tupai ( squirrel-cage motor)

    2. Motor induksi tiga phasa rotor belitan ( wound-rotor motor )

    kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi stator yang

    sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.

    2.3.1 Motor Induksi Tiga Phasa Sangkar Tupai

    Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator

    pada motor sangkar tupai tiga phasa terbuat dari lapisan lapisan pelat baja beralur yang

    didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang

    dipabrikasi. Lilitan lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah

    120 derajat listrik. Lilitan phasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta ( ) ataupun

    bintang ( ).

    Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.3 di bawah ini.

    Gambar 2.3 : Konstruksi rotor motor induksi rotor sangkar

    (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-bagian Rotor Sangkar

    Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran

    tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih

    besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian

    dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu

    (a) (b)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    5/22

    8

    ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan

    menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik

    sewaktu motor sedang berputar.

    Pada ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.

    Rotor jenis rotor sangkar standar tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang

    besar pada tegangan rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada

    Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 : Konstruksi motor induksi rotor sangkar(a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil,(b) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Besar

    2.3.2 Motor Induksi Tiga Phasa Rotor Belitan

    Motor rotor belitan ( motor cincin slip ) berbeda dengan motor sangkar tupai

    dalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi

    serupa dengan lilitan stator. Lilitan Phasa rotor dihubungkan secara dan masing

    masing phasa ujung terbuka yang dihubungkan ke cincin slip yang terpasang pada poros

    rotor. Secara skematik dapat dilihat pada gambar 2.5. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa

    cincin slip dan sikat semata mata merupakan penghubung tahanan kendali variabel luar

    ke dalam rangkaian rotor.

    (a) (b)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    6/22

    9

    Gambar 2.5 : Skematik motor induksi rotor belitan

    Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal

    yang berfungi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap

    pemanasan rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor

    belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang

    lebih kecil dibanding dengan rotor sangkar. Konstruksi motor tiga phasa rotor belitan

    ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

    (a) Rotor Belitan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    7/22

    10

    (b) Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa dengan Rotor Belitan

    Gambar 2.6 : Konstruksi motor induksi rotor belitan(a) Rotor Belitan, (b) Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa dengan Rotor Belitan

    2.4 PRINSIP KERJA MOTOR INDUKSI

    Jika pada belitan stator diberi tegangan tiga phasa, maka pada stator akan

    dihasilkan arus tiga phasa, arus ini menghasilkan medan magnetik yang berputar dengan

    kecepatan sinkron. Ketika medan melewati konduktor rotor, dalam konduktor ini

    diinduksikan ggl yang sama seperti ggl yang diinduksikan dalam belitan sekunder

    transformator oleh fluksi arus primer. Rangkaian rotor merupakan rangkaian tertutup, baik

    melalui ujung cincin atau tahanan luar, ggl induksi menyebabkan arus mengalir dalam

    konduktor rotor. Jadi arus yang mengalir pada konduktor rotor dalam medan magnet yang

    dihasilkan stator akan menghasilkan gaya (F) yang bekerja pada rotor.

    Gambar 2.7 di bawah ini menggambarkan penampang stator dan rotor motor

    induksi, dengan medan magnet diumpamakan berputar searah jarum jam dan dengan

    statornya diam seperti pada saat start.

    Untuk arah fluksi dan gerak yang ditunjukkan gambar 2.7, penggunaan aturan

    tangan kanan fleming bahwa arah arus induksi dalam konduktor rotor menuju pembaca.

    Pada kondisi seperti itu, dengan konduktor yang mengalirkan arus berada dalam medan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    8/22

    11

    magnet seperti yang ditunjukkan, gaya pada konduktor mengarah ke atas karena medan

    magnet di bawah konduktor lebih kuat dari pada medan di atasnya. Agar sederhana, hanya

    Gambar 2.7 : Penampang rotor dan stator motor Induksi memperlihatkan

    medan magnet dalam celah udara.

    satu konduktor rotor yang diperlihatkan. Tetapi, konduktor konduktor rotor yang

    berdekatan lainnya dalam medan stator juga mengalirkan arus dalam arah seperti pada

    konduktor yang ditunjukkan, dan juga mempunyai suatu gaya ke arah atas yang

    dikerahkan pada mereka. Pada setengah siklus berikutnya, arah medan stator akan dibalik,

    tetapi arus rotor juga akan dibalik, sehingga gaya pada rotor tetap ke atas. Demikian pula

    konduktor rotor di bawah kutup kutup medan stator lain akan mempunyai gaya yang

    semuanya cenderung memutarkan rotor searah jarum jam. Jika kopel yang dihasilkan

    cukup besar untuk mengatasi kopel beban yang menahan, motor akan melakukan

    percepatan searah jarum jam atau dalam arah yang sama dengan perputaran medan

    magnet stator.

    Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi maka dapat dijabarkan langkah-

    langkah terjadinya prinsip kerja motor induksi adalah sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    9/22

    12

    1. Apabila belitan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga phasa yang

    sinusoidal dan setimbang, maka akan dihasilkan arus yang juga sinusoidal pada tiap

    belitan phasa.

    2. Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi yang juga sinusoidal. Dengan menganggap

    belitan stator adalah reaktif murni dimana arus tertinggal 900

    dari tegangan, maka

    fluksi yang dihasilkan adalah :

    tsinm ==== (Weber) ..................................................................................(2.1)

    3. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl induksi pada belitan stator motor yang

    besarnya adalah

    e1 =dt

    dN1

    ( Volt ).................................................................................(2.2a)

    ( )

    dt

    tsindN m1

    =

    tcosNe m11 =

    Pada kondisi maksimum, e1maks = N1 m , dimana = 2f1 sehingga harga

    efektifnya adalah :

    2

    f2N

    2

    eE m11maks11

    ==

    m111 Nf44,4E ==== ( Volt ).........................................................................(2.2b)

    4. Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang berputar

    dengan kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan

    frekuensi stator fyang dirumuskan dengan :

    p

    f120n 1s

    ==== ( rpm )..................................................................................(2.3)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    10/22

    13

    5. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya

    pada belitan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesarE2 yang besarnya :

    m222 Nf44,4E ==== ( Volt )............................................................................(2.4)

    dimana :

    E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)

    N2 = Jumlah belitan belitan rotor

    m = Fluksi maksimum (Wb)

    6. Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan

    menghasilkan arusI2.

    7. Adanya arusI2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya Fpada rotor

    8. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya Fcukup besar untuk memikul kopel beban,

    rotor akan berputar searah medan putar stator.

    9. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron.

    Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut slip (S) dan

    dinyatakan dengan

    %100n

    nn

    Ss

    rs

    ==== .........................................................................................(2.5)

    10.Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada

    belitan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini

    dinyatakan denganE2s yang besarnya

    m21s2 NSf44,4E ==== ( Volt )......................................................................(2.6)

    dimana

    E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)

    f2 = S.f1 = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan

    berputar)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    11/22

    14

    11.Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada belitan

    rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika nr < ns.

    2.5 FREKUENSI ARUS ROTOR

    Ketika rotor masih dalam keadaan diam, dimana frekuensi arus pada rotor sama

    seperti frekuensi masukan ( sumber ). Tetapi ketika rotor sudah berputar, maka frekuensi

    rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung terhadap besarnya slip.

    Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar f2 yaitu :

    120

    )(2

    rs nnpf

    =

    dengan mengalikan persamaan diatas dengans

    s

    n

    ndidapat :

    s

    srs

    n

    nnnpf

    =

    120

    )(2

    s

    rss

    n

    nnpnf

    =

    1202

    dimana,s

    rs

    n

    nnS

    = dan

    1201

    spnf = maka frekuensi di rotor adalah :

    12 fSf ==== (Hertz).....(2.7)

    Dari persamaan ini terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar,

    frekuensi pada stator dan rotor akan sama. Dalam keadaan rotor berputar, frekuensi arus

    motor dipengaruhi oleh slip ( f2=Sf1 ). Karena tegangan induksi dan reaktansi kumparan

    rotor merupakan fungsi frekuensi, maka harganya turut pula dipengaruhi oleh slip.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    12/22

    15

    E2s = 4,44 f2 N2m

    = 4,44 S f1 N2m

    E2s = S E2 (Volt)........ (2.8)

    E2 : ggl pada saat rotor diam (nr = ns)

    E2s : ggl pada saat rotor berputar

    X2s = 2 f2L2

    = 2 S f1L2

    X2s = S X2 (ohm)......(2.9)

    X2 : reaktansi pada saat rotor diam (nr = ns)

    X2s : reaktansi pada saat rotor berputar

    2.6 RANGKAIAN EKIVALEN MOTOR INDUKSI

    Untuk menentukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga phasa, pertama -

    tama perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara yang berputar

    serempak membangkitkan ggl lawan tiga phasa yang seimbang di dalam phasa-phasa

    stator. Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh

    tegangan pada impedansi bocor stator, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan

    1V = 1E + 1I ( 11 jXR ++++ ) (Volt) ....(2.10)

    Di mana: 1V = tegangan terminal stator (Volt)

    1E= ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan (Volt)

    1I = arus stator (Ampere)

    1R = resistansi efektif stator (Ohm)

    1X = reaktansi bocor stator (Ohm)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    13/22

    16

    Seperti halnya transformator, arus stator dapat dipecah menjadi dua komponen,

    komponen beban dan komponen peneralan. Komponen beban 2I menghasilkan suatu

    fluks yang akan melawan fluks yang diakibatkan arus rotor. Komponen peneralan

    I ,

    merupakan arus stator tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan fluks celah udara

    resultan. Arus peneralan dapat dipecah menjadi komponen rugi rugi intic

    I yang

    sephasa dengan 1E dan komponen magnetisasi mI yang tertinggal dari 1E sebesar 90 .

    Sehingga dapat dibuat rangkaian ekivalen pada stator, seperti gambar 2.8 berikut ini :

    1V

    1R

    1X

    1I

    cR

    mX

    I

    cI

    mI

    2I

    1E

    Gambar 2.8 : Rangkaian ekivalen Stator

    Misalkan pada rotor belitan, jika belitan yang dililit sama banyaknya dengan

    jumlah kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap phasa pada lilitan stator

    banyaknya a kali jumlah lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang

    terdapat pada rotor ekivalen magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti

    stator. Untuk kecepatan dan fluks yang sama, hubungan antara tegangan Erotor yang

    diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan tegangan E2s yang diimbaskan pada rotor

    ekivalen adalah

    E2s = a Erotor (Volt)......(2.11)

    Bila rotor rotor akan diganti secara magnetis, lilitan-ampere masing-masing

    harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2s pada rotor

    ekivalen haruslah :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    14/22

    17

    I2s=a

    Irotor (Volt)...(2.12)

    Akibatnya hubungan antara impedansi bocor frekuensi slipS2Z dari rotor ekivalen

    dan impedansi bocor frekuensi slip rotorZ dari rotor yang sebenarnya haruslah sebagai

    berikut.

    s2Z = ====s2

    s2

    I

    E====

    rotor

    rotor

    2

    I

    Earotor

    2Za ( Ohm )..(2.13)

    Karena rotor terhubung singkat, hubungan antara ggl frekuensi slip E2s yang

    dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus I2s pada phasa tersebut

    adalah

    ====

    s2

    s2

    I

    Es2Z = 2R + 2jSX (Ohm)....(2.14)

    Dimana

    SZ2 = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap phasa berpatokan pada stator (Ohm)

    2R = tahanan rotor (Ohm)

    SX2 = reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip (Ohm)

    Reaktansi yang didapat pada persamaan (2.14) dinyatakan dalam cara demikian karena

    sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi 2X didefinisikan sebagai harga yang akan

    dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada frekuensi stator.

    Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.

    Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip

    sebesar E2s dan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan, tegangan rotor

    akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik dengan lilitan stator. Karena

    kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah Skali kecepatan terhadap stator,

    hubungan antara ggl efektif pada stator dan rotor adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    15/22

    18

    E2s = S E1 (Volt).....(2.15)

    Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang

    dihasilkan komponen bebanI2 dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif

    I2s = I2 (Ampere)....................................................................................(2.16)

    Dengan membagi persamaan (2.15) dengan persamaan (2.16) didapatkan

    s2

    s2

    I

    E=

    2

    1

    I

    SE

    Didapat hubungan

    ====

    s2

    s2

    I

    E

    2

    1

    I

    SE= 2R + 2jSX (Ohm)....(2.17)

    Dengan membagi persamaan (2.22) dengan S, maka didapat :

    2

    1

    I

    E=

    S

    R2 + 2jX (Ohm)....(2.18)

    Dari persamaan (2.14), (2.15) dan (2.18) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen

    pada rotor sebagai berikut.

    s2E

    1E

    2R

    2SX

    2X

    S

    R2

    2R

    )1S

    1(R

    2

    2I 2I

    2X

    2I

    1E

    Gambar 2.9 : Rangkaian ekivalen Rotor

    dimana :

    S

    R2 =S

    R2 + 22 RR

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    16/22

    19

    S

    R2 = 2R + )1S

    1(R

    2 (Ohm)....(2.19)

    Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka

    dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing masing

    phasanya. Perhatikan gambar di bawah ini :

    1V

    1R

    1X

    1I

    cR

    mX

    I

    cI

    mI

    2I

    1E

    2SX

    2I

    2R

    2SE

    Gambar 2.10 : Rangkaian ekivalen Motor Induksi

    Untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada gambar 2.10

    diatas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa akan dapat

    digambarkan sebagai berikut.

    1V

    1R

    1X

    cR

    mX

    '

    2X

    1E

    1I

    0I

    cI

    mI

    2'

    I

    s

    R'

    2

    Gambar 2.11 : Rangkaian ekivalen Motor Induksi dilihat dari sisi Stator

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    17/22

    20

    Atau seperti gambar berikut.

    1V

    1R 1X

    cRmX

    2'

    R'

    2X

    )11(

    '

    2

    s

    R

    1E

    1I0I

    cI

    mI

    2'

    I

    Gambar 2.12 : Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator

    Dimana:

    2'

    X = 22Xa

    2'

    R = 22Ra

    Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering

    disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan

    pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian

    tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena adanya

    celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus peneralan yang sangat besar (30%

    sampai 40% dari arus beban penuh) dan karena reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi.

    Untuk itu dalam rangkaian ekivalen cR dapat dihilangkan (diabaikan). Rangkaian ekivalen

    menjadi gambar berikut.

    1V

    1R

    1X

    mX

    2'

    R'

    2X

    )11('

    2s

    R

    1E

    1I

    0I

    2'

    I

    Gambar 2.13 : Rangkaian ekivalen motor induksi dengan mengabaikan tahanan Rc

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    18/22

    21

    2.7 ALIRAN DAYA PADA MOTOR INDUKSI

    Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke rotor,

    sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang diinputkan ke rotor.

    Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator (Pin) dirumuskan dengan

    cosIV3P 11in ==== ( Watt )........................................................................(2.20)

    Dimana :

    V1 = tegangan sumber (Volt)

    I1 = arus masukan (Ampere)

    = perbedaan sudut phasa antara arus masukan dengan tegangan sumber.

    Sebelum daya ditransfer melalui celah udara, motor induksi mengalami rugi-rugi

    berupa rugi-rugi tembaga stator (PSCL) dan rugi-rugi inti stator (PC). Daya yang ditransfer

    melalui celah udara (PAG) sama dengan penjumlahan rugi-rugi tembaga rotor (PRCL) dan

    daya yang dikonversi (Pconv). Daya yang melalui celah udara ini sering juga disebut

    sebagai daya input rotor.

    convRCLAG PPP ++++==== (Watt)........................................................................(2.21)

    (((( )))) (((( )))) 22

    2

    22

    2 RI3s

    RI3 ==== + (((( ))))

    s

    )s1(RI3 2

    2

    2

    (Watt).................................(2.22)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    19/22

    22

    Diagram aliran daya motor induksi dapat dilihat pada Gambar 2.14 di bawah ini.

    roadout lP ====

    cos. LLin 3 IVP ====

    AGP convP

    SCLP

    CP

    RCLP

    W&FP

    SLLP

    Gambar 2.14 : Aliran Daya Motor Induksi

    Dimana :

    -SCLP = rugi rugi tembaga pada kumparan stator (Watt)

    - CP = rugi rugi inti pada stator (Watt)

    - AGP = daya yang ditranfer melalui celah udara (Watt)

    -RCL

    P = rugi rugi tembaga pada kumparan rotor (Watt)

    -WF

    P+

    = rugi rugi gesek + angin (Watt)

    -SLLP = stray losses (Watt)

    - CONVP = daya mekanis keluaran (output) (Watt)

    Hubungan antara rugi-rugi tembaga rotor dan daya mekanis dengan daya masukan

    rotor dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

    (((( ))))AG2

    2

    2RCL sPRI3P ======== ( Watt )................................................................(2.23)

    (((( )))) AG22

    2conv sP)s1(Rs

    )s1(I3P ====

    ==== ( Watt )........................................(2.24)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    20/22

    23

    Dari gambar 2.14 dapat dilihat bahwa motor induksi juga mengalami rugi-rugi

    gesek + angin (PF&W), sehingga daya mekanis keluaran sama dengan daya yang

    dikonversi (Pconv) dikurangi rugi-rugi gesek + angin.

    Pout =Pconv PF&W

    Secara umum, perbandingan komponen daya pada motor induksi dapat dijabarkan

    dalam bentuk slip yaitu :

    PAG :PRCL :Pconv = 1 :s : 1 s ......................................................................(2.25)

    2.8 EFISIENSI

    Efisiensi motor induksi adalah ukuran keefektifan motor induksi untuk mengubah

    energi listrik menjadi energi mekanis yang dinyatakan sebagai perbandingan antara

    masukan dan keluaran atau dalam bentuk energi listrik berupa perbandingan watt keluaran

    dan watt masukan. Defenisi NEMA terhadap efisiensi energi adalah bahwa efisiensi

    merupakan perbandingan atau rasio dari daya keluaran yang berguna terhadap daya input

    total dan biasanya dinyatakan dalam persen. Juga sering dinyatakan dengan perbandingan

    antara keluaran dengan keluaran ditambah rugi-rugi, yang dirumuskan dalam persamaan

    (2.26) :

    Lossout

    out

    in

    lossin

    in

    out

    PP

    P

    P

    PP

    P

    P

    ++++====

    ======== %100 .............................................(2.26)

    Dari persamaan terlihat bahwa efisiensi motor bergantung pada besar rugi-ruginya.

    Rugi-rugi pada persamaan tersebut adalah penjumlahan keseluruhan komponen rugi-rugi

    yang dibahas pada sub bab sebelumnya.

    Pada motor induksi pengukuran efisiensi motor induksi ini sering dilakukan dengan

    beberapa cara seperti:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    21/22

    24

    - Mengukur langsung daya elektris masukan dan daya mekanis keluaran

    - Mengukur langsung seluruh rugi-rugi dan daya masukan

    - Mengukur setiap komponen rugi-rugi dan daya masukan,

    dimana pengukuran daya masukan tetap dibutuhkan pada ketiga cara di atas. Umumnya,

    daya elektris dapat diukur dengan sangat tepat, keberadaan daya mekanis yang lebih sulit

    untuk diukur. Saat ini sudah dimungkinkan untuk mengukur torsi dan kecepatan dengan

    cukup akurat yang bertujuan untuk mengetahui harga efisiensi yang tepat. Pengukuran

    pada keseluruhan rugi-rugi ada yang berdasarkan teknik kalorimetri. Walaupun

    pengukuran dengan metode ini relatif sulit dilakukan, keakuratan yang dihasilkan dapat

    dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan pengukuran langsung pada daya

    keluarannya.

    Kebanyakan pabrikan lebih memilih melakukan pengukuran komponen rugi-rugi

    secara individual, karena dalam teorinya metode ini tidak memerlukan pembebanan pada

    motor, dan ini adalah suatu keuntungan bagi pabrikan. Keuntungan lainnya yang sering

    disebut-sebut adalah bahwa memang benar error pada komponen rugi-rugi secara

    individual tidak begitu mempengaruhi keseluruhan efisiensi. Keuntungannya terutama

    adalah fakta bahwa ada kemungkinan koreksi untuk temperatur lingkungan yang berbeda.

    Biasanya data efisiensi yang disediakan oleh pembuat diukur atau dihitung berdasarkan

    standar tertentu.

    2.9 DISAIN KELAS MOTOR INDUKSI

    Untuk membantu industri dalam memilih motor dengan tepat untuk bermacam-

    macam aplikasi, NEMA dan IEC merancang kurva torsi-kecepatan yang berbeda.

    Rancangan standar ini dikenal dengan Desain Kelas (Design Classes). Adapun kelas-kelas

    tersebut adalah sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 mesin induksi tiga fasa

    22/22

    1. Kelas A : Torsi start normal, arus start normal dan slip kecil

    Torsi maksimum biasanya sekitar 200 sampai 300 % dari torsi beban penuh dan

    terjadi pada slip yang kecil. Penggunaan motor ini antara lain : blower, pompa,

    mesin bubut dan peralatan mesin lain.

    2. Kelas B : Torsi start normal, arus start kecil dan slip rendah

    Torsi start kelas ini hampir sama dengan kelas A. Torsi maksimum lebih besar

    atau sama dengan 200 % dari torsi beban penuh, tetapi kurang dari kelas A karena

    meningkatnya reaktansi rotor. Penggunaan motor ini sama dengan kelas A, tetapi

    kelas B lebih disukai karena arus start yang lebih rendah.

    3. Kelas C : Torsi start tinggi, arus start rendah dan slip kecil.

    Torsi maksimum lebih rendah dari motor kelas A, sementara torsi start mencapai

    250 % dari torsi beban penuh. Motor ini dirancang dengan double-cage rotors,

    sehingga lebih mahal dari motor-motor kelas sebelumnya. Penggunaan motor ini

    antara lain compressors dan conveyors.

    4. Kelas D : Tosi start tinggi, arus start rendah dan slip tinggi.

    Pada dasarnya motor kelas ini sama dengan motor kelas A, tetapi batang rotor

    dibuat lebih kecil dengan material yang beresistansi tinggi.

    Sebagai tambahan pada keempat kelas tersebut diatas, NEMA juga

    memperkenalkan disain kelas E dan F, yang sering disebut motor induksi soft-start,

    namun disain kelas ini sekarang sudah ditinggalkan.