meringkas agama islam perguruan tinggi
-
Upload
santi-dwi-putri -
Category
Documents
-
view
46 -
download
3
description
Transcript of meringkas agama islam perguruan tinggi
TUGAS AGAMA ISLAM
MERINGKAS
NAMA : SANTI DWI PUTRI
NIM : (1407114452)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU2014
BAB V
ETIKA MORAL DAN AKHLAK
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami ajaran akhlak islamiyah dalam
kehidupan sehari hari baik terhadap Allah, manusia maupun makhluk lain termasuk
mengubah kebiasaan buruk menjadi baik
Tujuan Khusus :
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan etika, moral dan aklak
2.Agar manusia dapat menjelaskan karakteristik etika dalam islam
3.Agar manusia dapat menjelaskan hubungan tasawuf dengan akhlak
4.Agar manusia dapat menjelaskan akhlak nya terhadap Allah
A.Pengertian Etika, moral dan akhlak
1.Pengertian Etika
Etika, perkataan ini berasal dari bahasa yunani ethos yang dalam bentuk tunggal
mempunyai arti tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan,
sikap, dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak taetha artinya latar kebiasaan. Hamzah Yakub
menyatakan pengertian etika adalah sebagai berikut :
a. ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip yang disistimatisir tentang tindakan moral
yang betul
b. bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujah hujahnya dan
tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan
c. ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai, tidak mengenai
sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya
d. ilmu tentang moral prinsip prinsip kaidah kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan
Sesuai dengan pengertian diatas, maka etika menurut pemahaman ini adalah ilmu
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk, dengan memperhatikan amal baik
manusia, sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Allah telah membimbing manusia untuk memahami mana yang baik dan mana yang
buruk, serta mengarahkannya kepada yang baik dan mencegahnya terjerumus kedalam yang
buruk. Dalam ayat berikut Allah mengatakan :
“katakanlah tidak sama yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya yang buruk
itu menaruh hatimu, maka bertawakal kepada Allah hai orang orang yang berakal agar
kamu beruntung “ (QS : 5: 100)
2.Pengertian Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores yang artinya kebiasaan. Dalam
bahasa indonesia, moral diartikan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral ialah
sesuai dengan ide ide yang diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar.
Dengan demikian moral adalah ajaran tentang kebaikan dan keburukan dengan ukuran tradisi
yang berlaku dalam sebuah masyarakat.
3.Pengertian Akhlak
Dilijat dari sudut bahasa, Pengertian Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk,
arti segi budi pekerti perangai tingkah laku atau tabiat.
Secara substansi etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang
kebaikan dan keburukan, menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
tuhan, sesama manusia dan atau dalam arti luas, yang membedakan yang satu dengan yang
lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri.
B.Karakteristik Etika Islam
Yusuf Qardowi mengemukaan 7 karakteristik etika islam yaitu sebagai berikut :
1.Moral yang beralasan dan dapat dipahami
Moral atau etika dalam islam ssesungguhnya selalu bersandar pada penilaian yang
logis dan alasan yang dapat diterima oleh akal lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan
menjelaskan masalah dibalik apa yang dilarang. Dalam Alquran Allah mengatakan :
“ Dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan perbuatan keji dan
mungkar”. (QS :29:45)
2.Moral Universal
Moral dalam islam berdasarkan karakter manusiawi yang universal, yaitu larangan
bagi semua manusia, artinya berlaku bagi setiap umat islam dan umat umat lain. Dalam
alquran Allah menegaskan :
“janganlah sesekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kami untuk berlaku tidak
adil, berlaku adil lah kamu karena adil lebih dekat dengan taqwa” (QS:5:8)
3.Sesuai Dengan Fitrah
Islam datang membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia serta
menyempurnakannya. Islam mengakui eksistensi manusia yang telah diciptakan Allah
dengan segaa dorongan kejiwaan, kecenderungan fitrah segala yang telah digariskan Nya.
Islam membuatkan balasan hukum agar dapat memelihara kebaikan masyarakat dan individu
manusia.
4.Memperbaiki Realita
Karakteristik akhak islam merupakan akhlak realistis, tidak mengeluarkan perintah
dan larangan kepada orang yang tak berakal kecuali pada orang yang mempunyai dorongan
nafsu, keinginan dan cita cita, kepentingan dan kebutuhan, juga memiliki kecenderungan dan
hasrat biologis terhadap kesengangan duniawi sebagai mana mereka juga memiliki kerinduan
jiwa kepada Allah.
5.Moral Positif
Moral islam adalah moral yang positif yang meluruskan pperintah. Moral islam
menganjurkan untuk menggalang kekuatan, berjuang meneruskan amal sholeh dengan penuh
cita cita, melawan sikap ketidakberdayaan, pesimisme dan segala bentuk penyebab
kelemahan. Dalam hal ini allah berfirmuan :
“ Ambilah kitab itu hai yahya dengan sunguuh sungguh. Dan kami berikan kepadanya
hikmah selagi masih anak anak” (QS:19:12)
6.Komprehemsifitas
Moral islam itu mengatur hubungan manusia dengan manusia secara global maupun
detail, oleh karena itu ajaran moral islam meletakkan atau memberikan adab susila yang
tinggi dengan ajaran luhur.
BAB VI
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang bermanfaat bagi masyarakat, menjauhkan diri dari kesombongan intelektual dan
menyadari bahwa semua ilmu adalah amanah
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian IPTEk dan seni menurut islam
b. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber ilmu pengetahuan menurut islam
c. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghindari diri dari kesombongan intelektual
d. Mahasiswa dapat menjelaskan cara berperilaku bijaksana dalam mengembangkan dan
memanfaatkan produk teknologi dalam kehidupan sehari hari
A.Pengertian IPTEK dan Seni
1.Pengertian IPTEK
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda
maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
panca indra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif,
sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu
berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan.Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan
obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian.Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu
tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam
disebut generalis.
Pandangan AlQur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip- prinsipnya
dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S.
Al-A’laq;1-5). Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif
dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teknologi diartikan
sebagai“kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan
proses teknis”.
Teknologi juga dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan
bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa ketimpangan-
ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam
semesta. Dalam pemikiran islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur ’an dan sunah rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran islam
ada yang bersifat abadi (mutlak) karena bersumber dari allah. Ada pula ilmu yang bersifat
perolehan (nisbi) karena bersumber dari akal pikiran manusia
2.Integrasi Iman Ilmu Teknologi dan Seni
Dalam pandangan Islam, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
mempunyai hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem
Dienul Islam (agama islam). Dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah
memberian ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Unsur tersebut
mengumpamakan bangunan Islam seperti sebatang pohon yang kokoh. Iman diidentikkan
dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu
diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan teknologi dan seni ibarat buah dari pohon itu.
Pengembangan IPTEKS yang terlepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan
menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan menjadi
malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar
keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan kemanfaatan bagi
kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya serta mencerminkan suatu ibadah
dalam prektiknya. Semua satu kesatuan tersebut tidak lepas dari sumber-sumber
kebenaran ilmiah dimana ada sebuah keterkaitan Al-Quran dan Alam Semesta.
BAB VII
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui makna ajaran islam dan dapat mengamalkan
dalam kehidupan sehari hari untuk memenuhi kebutuhannya.
Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa dapat menjelaskan makna agama islam dan karakteristiknya
b. agar mahasiswa dapat menjelaskan makna ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniah
c. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pandangan islam terhadap non islam
d. Agar mahasiswa dapat menjelaskan bentuk tanggung jawab sosial umat islam sesamanya
dan terhadap non muslim
A. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam
1.Makna agama islam
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran
yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan ummat manusia
pada sebagai penerima amanah allah yang dapat menjalagkan amanah tersebut secara benar
dan kaffah.
Agama islam adalah agama yang allah turunkan sejak manusia pertama, nabi pertama
yaitu nabi adam as. Agama islam itu kemudian allah turunkan secara berkisenambungan pada
para nabi dan rasul rasulnya. Aknir proses penurunan agama islam itu baru menjadi pada
masa kerasulan nabi Muhammad pada awal abad ke-v11 masehi. Islam sbagai nama agama
yang allah turunkan belum dinyatakan secara eksplisit pada masa kerasulan sebelum nabi
Muhammad saw. Tetapi makna yang substansi ajaranya secara implicit memiliki persamaan
yang dapat dipahami yang dapat dipahami dari penyataan sikap para rasul. Sebagaimana
firman allah dalam surah al- baqarah ayat 132 yang artinya:
"hai anak anakku (kata Ibrahim )sesungguhnya allah telah memilih agama ini bagimu maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam." (Q S al-baqarah 132)
Ajaran agama islam memiliki karakteristik sbb:
1. sesuai dengan fitrah manusia
2. ajarannya sempurna
3. kebenarannya mutlak
4. mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. fleksibel dan ringan
6. berlaku scara universal
7. sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya
8. inti ajarannya adalah tauhid
9. menciptakan rahmat, kasih syang Allah terhadap mahluknya
2. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam
Salah satu bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam adalah :
Islam menghargai dan menghormati manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim
maupun non muslim.Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensi
yang diberikan oleh ALLAH secara bertanggung jawab.
3. Fungsi Islam sebagai Rahmat Allah Tidak tergantung Pada Penerimaan atau Penilaian Manusia
Fungsi Islam sebagai rahmat Allah bagi semua alam itu dijelaskan oleh allah dalam
(Q.S 21:107 “dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam”)
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam Yaitu :
1. Islam menunjuki manusia manusia jalan hidup yang benar.ajaran islam sebagaimana
bersifat supra rasional, artinya diatas kemampuan akal manusia untuk mengetahuinya.
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan oleh Allah secara bertanggung jawab.
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik
mereka muslim maupun non muslim. Didepan Allah semuanya sama. Yang
membedakan hanyalah manusia yang satu dengan yang lain hanya ketakwaan.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proposional.
5. Islam menghormati kondisi fisik individu manusia dan memberikan perlakuan yang
spesifik pula.
B. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
1. makna ukhuwah islamiyah
kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati daan empati antara dua
orang atau lebih. Persaudaraan sesame muslim berarti saling menghargai dan saling
menghormati relativitas masing masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan
pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling membantu atau menolong karena
diantara mereka terkait oleh satu keyakinan dan dan jalan hidup, yaitu islam.sebagaimana
disebutkan dalam al quran surat alhujarat ayat 10: yang artinya:
‘’sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara, karna itu damaikanlah antara kedua”
2. makna ukhuwah insaniyah
konsep sesama persaudaran manusia (ukhuwah insaniyah) di landasi ajaran bahwa semua
ummat manusia adalah makhluk Allah. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-quran
surah al-maidah ayat 48.
Dalam praktek keterangan yang sering timbul antar ummat beragama dengan pemerintahan
disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing masing agama yang mengandung tugas dakwa atau misi
2. Kekurangan pengetahuan pemeluk agama akan agamanya atau sendiri atau agama pihak
lain
3. Para pemwluk agamma tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
bahkan memandang renda agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
dalam kehidupan masayarakat
5. Kecurigaan masing masing akan kejujuran pihak lain, baik intern ummat, beragama
maupun antara ummat beragama dengan pemerintah
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat
Dalam pembinaan ummat beragama, para pemimpin dan tokoh dalam mempunyai peranan
yang besar, yaitu:
1. Menerjemahkan nilai nilai dan norma norma agama dalam masyarakat
2. Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang di mengerti masyarakat
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide ide dan cara cara yang di
lakukan untuk tugasnyanya pembangunan
4. Mendorong pembangunan dan membimbing masyarakat dan ummat beragama untuk
serta dalam usaha
C. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
1. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di
sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima
atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.
Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian
dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang
menolak ajakan rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang
musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik
orang yahudi maupun orang nasrani.
2. Tanggung jawab sosial ummat Islam
Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan ini.
Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di antaranya
adalah:
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan
2. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota
masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
4. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
5. Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun masyarakat, baik
mental spiritual maupun fisik materialnya.
3. amar ma’ruf dan nahi munkar
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi
munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga
tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.
Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social
BAB VIII
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN
UMAT
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat mengetahui konsep masyarakat madani menurut ajaran islam dan
karakteristiknya
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep masyarakat madani menurut ajaran islam dan
karakteristiknya
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kondisi SDM umat islam, parameternya dan konsep
peningkatan kualitasnya
3. Mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan cara pengelolaan zakat dan wakaf yang
dapat meningkatkan kesejahteraan umat
A.Konsep Masyarakat Madani
Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil
society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan
dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis
ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang
Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya.
Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil
society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga
orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian
kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar
menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan
masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di
masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara
keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans;
gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai
moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani
lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan
masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas
landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii
Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau
sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat
militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk
menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and
the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).
1. Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.Allah SWT
memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat
15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
“Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun”.
2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani,
yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW
beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama
Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur
masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial,
menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai
pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan
kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
3. Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,
yangmengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang
mengatur kehidupan sosial.
2. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok menghormati pihak lain secara adil.
3. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
4. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh
Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain
yang berbeda tersebut.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
6. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap
ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
4. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam terjadi
pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di bidang
kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan
bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-
nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-
Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat
yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan
umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan
kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan
riil
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena itu
dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan
dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah
umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum mampu
memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum
Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan
tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat
Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan ekonomi
haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Setiap ikatan atau hubungan antara seseorang
dengan orang lain dan penghasilannya yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid adalah ikatan
atau hubungan yang tidak Islami. Dengan demikian realitas dari adanya hak milik mutlak
tidak dapat diterima dalam Islam, sebab hal ini berarti mengingkari tauhid. Manurut ajaran
Islam hak milik mutlak hanya ada pada Allah saja. Hal ini berarti hak milik yang ada pada
manusia hanyalah hak milik nisbi atau relatif. Islam mengakui setiap individu sebagai
pemilik apa yang diperolehnya melalui bekerja dalam pengertian yang seluas-luasnya, dan
manusia berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas yang telah ditentukan
secara khusus dalam hukum Islam. Pernyataan-pernyataan dan batas-batas hak milik dalam
Islam sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu dengan sistem keadilan dan sesuai
dengan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun atau
sekelompok orangpun yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada
sekelompok orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi
kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Islam memandang umat manusia sebagai
satu keluarga, maka setiap manusia adalah sama derajatnya di mata Allah dan di depan
hukum yang diwahyukannya. Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap
seluruh anggota masyarakat di muka hukum tidaklah ada artinya kalau tidak disertai dengan
keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangan
terhadap masyarakat.Allah melarang hak orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-
Syu’ara ayat 183:
Artinya:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
di muka bumi dengan membuat kerusakan;
Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan
ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan bertentangan
dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta
konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat
upah yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi
ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu, akrena setiap orang tidaklah sama sifat,
kemampuan, dan pelayanannya dalam masyarakat.Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan:
Artinya:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi
orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada
budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa
mereka mengingkari nikmat Allah.
Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai dengan
kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya. Kelebihan penghasilan atau
kekayaannya harus dibelanjakan sebagai sedekah karena Alah.Banyak ayat-ayat Allah yang
mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah, antara lain Q.S. An-nisa ayat 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari
keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat.
Kedua hubungan itu harus berjalan dengan serentak. Dengan melaksanakan kedua hungan itu
hidup manusia akan sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.
BAB IX
PERNIKAHAN DAN WARISAN
Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan
b. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembagian harta warisan menurut ajaran islam
c. Mahasiswa dapat mengetahui hikmah warisan dalam kehidupan.
Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami tata cara pembagian harta warisan
menurut ajaran Islam
c. Mahasiswa dapat menjelaskan hikmah yang terkandung dalam kewarisan dan dapat
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari
A. PERNIKAHAN
1. Kedudukan dan Hukum Pernikahan
Manusia sebagai makhluk psiko-fisik dituntut untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang berkenaan dengan tuntunan fisiknya
maupun kebutuhan ruhaninya.
Salah satu aturan Allah SWT berkenaan dengan penuhan keburuhan biologis
manusia itu adalah syari’at tentang perkawinan. Perkawinan ajaran islam
ditempatkan pada tempat yang mulia, ia tidak hanya legalisasi hubungan laki-laki
dengan perempuan semata-mata, melainkan wahana mewujudkan kasih saying
yang diberikan Allah SWT pada proses penciptaan pertama kali.
Tujuan perkawinan dalam islam adalah sakinah, yaitu terwujudnya ketenangan
dan kelapangan jiwa, keluasan hidup dan kehidupan, dan terpenuhinya kebutuhan
fitrah jasmani dan rohani seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT (Q.S
30:21) “ dan dianrara tanda-tanda kekuasaan nya iyalah dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berfikir”.
Pernikahan adalah sunah Rasul, tetapi dilihat dar niat dan kasus yang terjadi
pada calon pasangan, pernikahaan dapat digolongkan kepada lima macam hokum,
yaitu :
1. Wajib
Pernikahan wajib bagi orag yang sudah berkeinginan untuk menikah, mampu
bertanggung jawab dan resiko serta merasa khawatir dirinya terjerumus
kepada zina apabila tidak menikah.
2. Sunnat
Pernikahan sunnat bagi orag yang sudah berkeinginan untuk menikah, mampu
bertanggung jawab dan resiko. Tetapi ia tidak merasa khawatir dirinya
terjerumus kepada zina apabila tidak menikah.
3. Haram
Apabila bagi orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak mampu hodup
berumah tangga dan haram baginya yang memiliki tujuan menyakiti istrinya.
4. Makhruh
Bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah dan pelayanan yang
selayaknya, sementara ia belum mempunyai keinginan untuk menikah.
5. Mubah
Bagi orang yang berkeinginan untuk menikah sedang ia ssendiri mampu
menjaga dirinya untuk tidak berzina.
2. Pra Pernikahan
a. Memilih calon Pasangan
Pertimbangan agama dalam memilih pasangan hidup merupakan hl
yang mutlak, karena agama menjadi titik berangkat yang mampu memberikan
pemecahan masalah yang akan terjadi dalam perjalanan berkeluarga, serta
menjadi landasan dari bangunan keluarga yang akan didirikan itu.
Yang dimaksud pertimbangan agama adalah disamping pasangannya
sama-sama Beragama islam, juga kemampuan, pengalaman dan sikap
beragamanya.
b. Meminang
Meminang adalah menunjukkan atau menyatakan permintaan untuk
penjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya.
Meminang hukumnya mubah (boleh): tidak termasuk wajib, sunat atau
haram, sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah: “Dan tidak ada dosa
bagi kamu untuk meminang wanita-wanita itu(wanita yang telah meninggal
suaminya) dengan sindiran (karena dalam masa iddah) atau kamu akan
mengingat-ingat mereka. Janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan perkataan yang ma’ruf
(sindiran yang baik). Janganlah kamu berkeras hati untuk bertekad nikah
sebelum habis masa iddahnya, dan ketahuilah bahwa Allah SWT mengetahui
isi hatimu, maka takutlah kepadanya dan ketahuilah bahwa Allah SWT maha
pengampun dan Maha penyantun” (QS.2:35)
c. Perempuan yang Haram Dinikahi (Muhrim)
Yang haram dinikahi selamanya, terdiri dari :
a. Dengan sebab pertalian saudara atau nasab, yaitu :
1. Ibu, termasuk nenek dari pihak ibu dan bapak seterusnya keatas
2. Anak perempuan termasuk cucu-cucu perempuan terus ke bawah
3. Saudara perempuan kandung, seayah atau seibu
4. Saudara perempuan bapak, baik kandung baik seayah atau seibu.
5. Saudara perempuan ibu baik sekandung, seayah atau seibu
6. Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan)
7. Anak perempuan saudara perempuan
b. Dengan sebab pertalian pernikahan, yaitu
1. Ibu istri (mertua perempuan) termasuk mertua istri
2. Anak istri (anak tiri), jika istri telah digauli
3. Istri anak (menantu) termasuk bekas menantu
4. Istri bapak (ibu tiri) termasuk bila sudah dicerai
c. Dengan sebab pertalian susuan (radla’ah) yaitu
1. Perempuan yang menyusui (ibu susuan)
2. Saudara-saudara perempuan sesusuan, baik kandung, seayah maupun
seibu.
Yang haram dinikahi sementara, terdiri dari :
a. Pertalian nikah, yaitu perempuan yang masih berada dalam ikatan
pernikahan, jika sudah dicerai serta telah habis masa iddahnya boleh
menikah
b. Talaq bain kubra
c. Menghimpunan dua orang perempuan bersaudara
d. Menghimpun perempuan lebih dari empat
e. Berlainan agama
3. Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan dinyatakan sah menurut syari’at Islam apabila terpenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Adanya wali, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk mengawinkan anak
gadisnya, sabda Rasulullah SAW yang berbunyi : “Barang siapa diantara
wanita yang menikah tidak atas izin walinya, maka pernikahan itu dianggap
tidak sah”. (HR. Empat Ahli Hadits) dan sabda lagi yang berbunyi : “Tidaklah
dianggap sah nikah itu, kecuali dengan adanya (izin) wali (HR. Abu Darimi)
2. Sighat nikah atau ijab qabul, yaitu penyerahan dari wali perempuan dan
penerimaan dari pihak pengantin laki-laki.
3. Saksi, yaitu dua orang laki-laki yang menjadi saksi pernikahan dan
bertanggung jawab atas sah tidaknya suatu aqad nikah yang dilaksanakan.
Saksi disyaratkan 1) beragama Islam, 2) baligh, 3) berakal, 4) merdeka, 5)
laki-laki dan 6) adil
4. Mas kawin(Mahar) yaitu pemberian laki-laki kepada perempuan pada saat
pernikahan
4. Putusnya Aqad Perkawinan
Ada beberapa hal yang menyebabkan putusnya tali pernikahan, yaitu :
1) Kematian
Bila diantara suami dan istri meninggal dunia, maka putuslah ikatan
perkawinan.
Massa iddah atau masa menunggu bagi seorang istri yang ditinggal mati
suaminya, adalah :
a. Sampai melahirkan, kalau ia sedang hamil
b. Empat bulan sepuluh hari (empat kali cucian) bila dia ditinggal mati dalam
keadaan suci)
2) Thalaq
Artinya lepaslah ikatan. Dalam arti syari’at berarti lepasnya ikatan
pernikahan dengan lafadh thalaq atau lafadh lain yang identik dengan thalaq.
Sebagaimana yang diungkapkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW
berbunyi “Barang halal yang amat dibenci Allah SWT adalah thalaq” (HR.
Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dilihat dari segi keadaan istri yang dijatuhi thalaq, maka thalaq ini ada
dua macam, yaitu :
1. Thalaq sunni, yaitu thalaq yang dijatuhkan suami kepada istrinya dalam
keadaan suci dan belum dicampuri oleh suami
2. Thalaq bid’I, yaitu thalaq yang dilakukan suami kepada istrinya dalam
keadaan haid atau dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci tetapi
sudah dicampurinya. Thalaq ini hukumnya haram.
Dari segi boleh tidaknya suami merujuk bekas istrinya, thalaq dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Thalaq Raj’I, yaitu thalaq yang membolehkan bekas suami untuk merujuk
bekas istrinya sebelum masa iddahnya habis.
2. Thalaq Bain, yaitu thalaq yang tidak membolehkan suami untuk merujuk
bekas istrinya, tetapi harus dengan pernikahan baru. Thalaq ini terbagi 2
lagi : * thalaq bai’n sugra dan thalaq bai’n kubra.
3) Khulu’
Khulu adalah perceraian antara suami istri dengan cara istri membayar uang
‘idwadl(pengganti) thalaq yang dijatuhkan dengan idwadl tidak bias dirujuk,
kecuali dengan perkawinan baru.
4) Fasakh
Fasakh adalah perceraian yang diputuskan oleh hakim atas permintaan pihak
istri.
5) Syiqaq
Merupakan perceraian yang diakhibatkan oleh pertengkaran diantara suami
istri dan tidak dapat didamaikan lagi
6) Pelanggaran Ta’liq Thalaq
Ta’liq Thalaq adalah thalaq yang dikaitkan dengan sesuatu., jika sesuatu
terjadi maka thalaq akan jatuh.
5. Iddah
Adalah masa menunggunya bagi perempuan yang diceraikan atau ditinggal
mati suaminya untuk dapat menikah dengan laki-laki lain.
6. Hikmah Pernikahan
Adalah awal pembentukan keluarga dalam ruang lingkup rumah
tangga. Ikatan rumah tangga lebih kuat dan kokoh dari pada ikatan-ikatan
lainnya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Dari sisi lain, nikah merupakan suatu fundamental yang mampu
menjaga manusia dari kejahatan dan kekerasan yang diakibatkan oleh
dorongan nafsu seksual.
Dalam ajaran islam, seorang suami mempunyai kewajiban untuk
memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya.ia harus bersikap sungguh-
sungguh dan berlaku adil serta memiliki rasa bertanggung jawab dalam
melakakukan kewajibannya. Karena dalam konsep Islam suami adalah
pemimpin dalam keluarga, sebagaimana difirman kan Allah SWT bahwa laki-
laki adalah pemimpim atas wanita (QS.4:4)
B. KEWARISAN
1. Hukum waris
Peraturan tentang pembagian harta peninggalan (pusaka) ini dinamai hokum waris dan faraidl. Faraidl dalam istilah mewaris dikhususkan untuk suatu bagian ahli waris yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syra’.
Sumber-sumber hokum waris dalam Q.S.4:7,11,12,176 dan lain-lain serta hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas berbunyi :
“Nabi Muhammad saw. Bersabda : Berikanlah harta pusaka kepada orang-orang yang berhak. Sesudah itu, sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama” (HR. Bukhari Muslim)
2. Pusaka Dengan Sebab Perkawinan
a. Pusaka Istri
istri dalam mempusakai harta peninggalan suaminya mempunyai dua macam bagian ;
i. Seperempat, istri memperoleh bagian seperempat bila suami yang diwarisinya tidak mempunyai far’ul waris, yaitu anak turun si mayit yang berhak waris baik secara bagian (fardl), seperti anak perempuan dan cucu perempuan pncar laki-laki terus kebawah, maupun secara ‘ushubah, seperti anak laki-laki dan cucu laki-laki terus kebawah.
ii. Seperdelapan, istri mempero;eh seperdelapan seperdelapan, bila yang lahir melalui istri pewaris ini maupun istri yang lain.
b. Pusaka Suami
dalam mempusakai harta peninggalan istrinya, suami mempunyai dua macam bagian, yaitu :
Separoh, suami mempusakai harta istrinya dengan setengah bagian bila istrinya tidak mempunyai far’ul waris.
Seperempat, suami mempunyai bagian seperempat bila istrinya meninggalkan far’ul waris. Far’ul yang dimaksud adalah anak yang lahir dari suami yang menjadi pewaris atau suami lain (terdahulu).
3. Pusaka Dengan Sebab Kekerabatan
a) Anak Turun Si Mati (Furu’ul Mayyit)
1. anak perempuan shulbiyah
Adalah anak perempuan yang dilahirkan secara langsung dari orang yang meninggal, baik yang meninggalkan itu ibunya atau ayahnya.
2. anak laki-laki
Anak laki-laki tidak termasuk ashabul furudh, ahli waris yang mendapatkan bagian yang sudah ditentukan kadarnya, tetapi ia termasuk ahli waris ashabah, penerima sisa
peninggalan dari ashabul furudh atau penerima seluruh harta peninggalan bila tidak ada dzawil furudh seorangpun.
3. cucu perempuan pancar laki-laki
Ialah anak perempuan dari anak laki-laki orang yang meninggalkan dunia (bintul ibni) dan anak perempuannya cucu laki-laki pancar laki-laki (bintu-ibnil ibli) sampai ke bawah.
b) leluhur mayit (ushulul mayyit)
1. pusaka ibu
Bagian ibu ada tiga macam :
Seperenam dengan ketentuan bila ia mewarisi bersama-sama dengan far’ul warits bagi si mati, baik far’ul warits itu seorang atau lebih, laki-laki ataupun perempuan atau ia bersama dengan saudara-saudara simati baik kandung, seibu maupun seayah, atau campuran seibu dan seayah.
Sepertiga dengan ketentuan tidak bersama-sama dengan far’ul warits bagi simati ataupun bersama-sama dengan dua orang atau lebih saudari-saudari simati yang mewarisi hanya ia sendiri dengan ayah simati tanpa salah seorang sumi-istri si mati.
2. pusaka nenek shahihah
Ialah leluhur perempuan (nenek) yang dipertalikan kepada si mati tanpa memasukkan kakek ghairu shalih. Bagian nenek adalah seperenam dengan ketentuan bia ia tidak bersama-sama ibu baik sendiri ataupun beberapa orang.
3. pusaka ayah
* seperenam, dengan ketentuan bila anak yang diwarisi mempunyai far’u warist mudzkkar (anak turun si mati yang berhak mewarisi yang laki-laki), yaitu anak laki-laki dan cucu laki-laki pancar laki-laki sampai ke bawah.
* seperenam dan ‘ushubah,dengan ketentuan bila anak yang diwarisi mempunyai far’u warist muannats (anak turun simati yang perempuan), yakni anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki sampai kebawah.
* ushubah, bila anak yang diwarisi harta peninggalannya tidak mempunyai far’u warits sama sekali.
4. pusaka kakek
Dalam ilmu ilmu faraidl ada dua arti, yaitu kakek shahih ialah kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati tanpa diselangi oleh perempuan, dan kakek ghair shahih yaitu kakek yang hubungan nasabnya dengan si mati diselingi oleh perempuan.
C. Kerabat Menyamping (Al-Hawasyi)
1. pusaka saudari sekandung
Didalam pusaka mempusakakan itu ada lima macam :
i. Separoh, yaitu bila ia hanya seorang diri dan tidak mewarisi bersama dengan saudara kandung yang menjadikannya ‘ashabah (bilghair)
ii. Dua pertiga, yaitu bila saudari tersebut dua orang atau lebih dan tidak mewarisi bersama-sama dengan saudara kandung yang menjadikannya ‘ashabah (bilghair)
iii. ‘ushubah (bilghair), yaitu baik tunggal maupun banyak.iv. ‘ushubah (ma’al ghair) yaitu bila ia mewarisi bersama-sama :
a. Seorang atau beberapa orang anak perempuanb. Seorang atau beberapa orang cucu perempuan pancar laki-lakic. Anak perempuan dan cucu perempuan pancar laki-laki, dengan ketentuan
saudari kandung tersebut tidak bersama-sama dengan saudara kandung uang menjadi ma’ashibnya.
2. pusaka saudari seayah
Bagian saudari seayah adalah sebagai berikut :
1. Separoh2. Dua pertiga3. ‘ushubah (bil ghair)4. ‘ushubah (ma’al ghair)5. Seperenam sebagai perlengkap dua pertiga
3. pusaka saudara-saudari tunggal ibu (auladul ummi)
Adalah anak-anaknya ibu si mati atau saudara tiri si mati yang lahir dari ibu. Bagian mereka adalah :
a. Seperenam, bila mereka tunggal, baik laki-laki maupun perempuanb. Sepertiga, bila mereka banyak, baik laki-laki maupun perempuan,
4. pusaka saudara kandung
Hak pusaka saudara kandung adalah ‘ushubah, dengan ketentuan apabila mereka tidak bersma-sama dengan ahli warits yang dapat menghijabnya dan tidak bersama-sama kakek shahih.
5. Pusaka saudara seayah
Dengan cara ‘ushubah, bila tidak ada ahli waris yang menghijabnya, sebagaimana halnya cara pusaka saudara kandung.
6. Pusaka anak-anak saudara (kemenakan laki-laki), paman-paman dan anak-anak paman (saudara sepupu laki-laki)
Mereka tergolong ahli waris ‘ashabah yang utama setelah anak laki-laki, cucu laki-laki pancar laki-laki sampai kebawah, bapak, kakek terus keatas, saudara kandung dan saudara seayah.
BAB X
SISTEM POLITIK ISLAM
Tujuan Umum :
a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar politik islam
b. Mahasiswa dapat mengetahui nilai nilai dasar sistem politik dalam Alquran
c. Mahasiswa dapat mengetahui kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional dan luar
negeri
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar politik islam
b. Mahasiswa dapat menjelaskan nilai dasar sistem politik dalam alquran
c. Mahasiswa dapat mengetahui kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional dan luar
negeri
A.PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di dalam
buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam Al-
Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusaha siyasatan
berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi, melihatnya, dan mendidiknya).
Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara). Asal makna
siyasah (politik) diterapkan pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.
Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun pilar
kekuatan utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (al-
hikmah), dan ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan kejiwaan (al-
quwwah an- nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang
akan dilalui yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ash-
shiraa u), iman (al-iman), dan pertolongan Allah (al-intishar).
B.Prinsip-prinsip dasar politik Islam
Sistem politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu :
a) Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilandan kedaulatan hukum tertinggi dalam
sistem politik Islam hanyalah hak mutlakAllah.
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhakdisembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah
segala puji di dunia dan di akhirat, danbagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-
Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
○ Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalahTuhan yang
menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan
tunduk kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.
○ Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki olehsesiap kecuali
Allah. Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan
hukumsebab Dialah satu-satuNya Pencipta.
○ Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hakmengeluarkan peraturan-peraturan
sebab Dialah satu-satuNya Pemilik.
○ Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebabhanya Dia sahaja yang
Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalahsahaja penentuan hidayah dan
penentuan jalan yang selamat dan lurus.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah
tauhid kepada Allah di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.
b) Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapaorang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammads.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem
politik Islam. Melaluilandasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi
Allahdalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul
meyampaikan,mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan
perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telahmemerintahkan agar manusia menerima segala
perintah dan larangan Rasulullahs.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah
Rasulullah s.a.w dantidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim
dalamsegala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikanAllah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untukAllah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar
diantara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamumaka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; danbertakwalah kepada
Allah. SesungguhnyaAllah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.(An-Nisa’: 65)
c) Khalifah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumiini adlah sebagai wakil
Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkanini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yangditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemiliktetapi hanyalah khalifah atau wakilAllah yang
menjadi Pemilik yang sebenar.
C.Prinsip-prinsip politik luar negeri dalam Islam (Siasah Dauliyyah)
Dalam Al-Quran, ditemui beberapa prinsippolitik luar negeri dalam Islam, yaitu :
a. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat, lihat QS.8:58, QS.9:4, QS.16:91,
QS.17:34.
b. Kehormatan dan Integrasi Nasional, lihat QS.16:92
c. Keadilan Universal (Internasional), lihat QS. 5:8.
d. Menjaga perdamaian abadi, lihat QS.5:61.
e. Menjaga kenetralan negara-negara lain, lihat QS.4:89,90.
f. Larangan terhadap eksploitasi para imperialis, lihat QS.6:92.
g. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang hidup di
negara lain, lihat QS.8:72.
h. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral, lihat QS.60:8,9.
i. Kehormatan dalam hubungan Internasional, lihat QS.55:60.
j. Persamaan keadilan untuk para penyerang, lihat QS.2:195, QS.16:126, dan QS.42:40.
D.Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional
Kekuasaan tanpa landasan moral, cepat atau lambat dipastikan akan berdampak buruk
bagi tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Upaya untuk membangun dan memelihara
kebersa¬maan tinggal sekadar retorika, yang mencuat justru ego ego berkedok kemunafikan.
Posisi dalam struktur pemerintahan, tidak lagi dianggap sebagai amanah buat
memperjuangkan nasib rakyat, melainkan lahan basah untuk memanjakan hasrat priba¬di
atau kepentingan golongan.
Akibatnya, demi menduduki jabatan tertentu, orang tak segan segan menghalalkan
segala cara. Seperti mengeksploita¬si massa untuk unjuk kekuatan, political money untuk
merek¬rut dukungan, memanipulasi angka perhitungan dalam pemilu, dan lain sebagainya.
Bahkan kalau perlu rakyat dijadikan tumbal dalam rekayasa politik. Sehingga lambat laun
lahirlah sebuah citra negatif: politik itu kotor!
Mencermati peta perpolitikan di Indonesia, kalau mau jujur, masih jauh dari gambaran
menggembirakan. Nilai nilai kemanu¬siaan, etika moral, sering terabaikan. Dan, umat Islam
(penyandang predikat khalifah di muka bumi) sangat tidak layak untuk berdiam diri
menyaksikan wajah perpolitikan di negeri ini berlangsung corat marut. Harus ada rasa
tergugah untuk melakukan perubahan konstruktif.