MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM … yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID...

4
MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM DARI KETAMBE USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Rezki Mulyadi Kawasan Leuser merupakan salah satu wilayah kon- servasi paling penting di muka bumi yang terletak di Aceh dan Sumatera Utara. Dengan luas 2,6 juta hektar, kawasan ini dikenal sangat kaya keaneka- ragaman hayatinya. Topografi yang dramatis mem- buat fungsi ekosistem Leuser sangat berarti dalam mendukung kehidupan lebih dari 4 juta orang yang tinggal di daerah sekitarnya. Termasuk menjadi tem- pat perlindungan terbesar dari hutan hujan Malesian yang belum terganggu di dunia. Leuser juga merupa- kan hutan hujan yang memiliki beragam satwa dan sangat dikenal di dunia ilmu pengetahuan, seperti spesies mamalia, burung, reptil, ikan, invertebrata lain- nya, tanaman dan organisme lain. Termasuk menyim- pan berbagai jenis tanaman langka. Nilai lebih dari Leuser inilah yang mendorong Ibrahim untuk turut melindungi kawasan tersebut. Dengan masa interaksi dengan Leuser selama 20 tahun lebih, maka tak aneh jika hanya dengan meli- hat dan mencium daun, getah, buah, dan kulit tana- man, Ibrahim sudah bisa mengetahui jenis pohon dan fungsinya. Keahlian ini didapatkan melalui belajar otodidak dan terlibat dalam beragam survei keane- karagaman hayati sejak tahun 1986. Sekalipun tidak mengenyam pendidikan tinggi apalagi soal peneli- tian, nampaknya Ibrahim telah ditasbihkan seper- ti peneliti profesional. Kisah Ibrahim menjadi ahli dalam tumbuh-tumbuhan langka Leuser ini, dimulai Banyak pihak yang ingin mem- pertahankan Leuser sebagai kawasan konservasi penting di Indonesia bahkan dunia. Namun tidak banyak yang benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk menjaga benteng terakhir hutan Sumatera ini. Lebih dari 20 tahun, Ibrahim lelaki asal Ketambe, Aceh Tenggara men- dedikasikan hidupnya bagi per- lindungan jenis tumbuhan langka yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Transcript of MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM … yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID...

Page 1: MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM … yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1 ketika menjadi asisten lapangan dari sebuah pene-litian

MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM DARI KETAMBE

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Rezki Mulyadi

Kawasan Leuser merupakan salah satu wilayah kon-servasi paling penting di muka bumi yang terletak di Aceh dan Sumatera Utara. Dengan luas 2,6 juta hektar, kawasan ini dikenal sangat kaya keaneka- ragaman hayatinya. Topografi yang dramatis mem-buat fungsi ekosistem Leuser sangat berarti dalam mendukung kehidupan lebih dari 4 juta orang yang tinggal di daerah sekitarnya. Termasuk menjadi tem-pat perlindungan terbesar dari hutan hujan Malesian yang belum terganggu di dunia. Leuser juga merupa-kan hutan hujan yang memiliki beragam satwa dan sangat dikenal di dunia ilmu pengetahuan, seperti spesies mamalia, burung, reptil, ikan, invertebrata lain-nya, tanaman dan organisme lain. Termasuk menyim-pan berbagai jenis tanaman langka.

Nilai lebih dari Leuser inilah yang mendorong Ibrahim untuk turut melindungi kawasan tersebut. Dengan masa interaksi dengan Leuser selama 20 tahun lebih, maka tak aneh jika hanya dengan meli-hat dan mencium daun, getah, buah, dan kulit tana-man, Ibrahim sudah bisa mengetahui jenis pohon dan fungsinya. Keahlian ini didapatkan melalui belajar otodidak dan terlibat dalam beragam survei keane-karagaman hayati sejak tahun 1986. Sekalipun tidak mengenyam pendidikan tinggi apalagi soal peneli-tian, nampaknya Ibrahim telah ditasbihkan seper-ti peneliti profesional. Kisah Ibrahim menjadi ahli dalam tumbuh-tumbuhan langka Leuser ini, dimulai

Banyak pihak yang ingin mem-pertahankan Leuser sebagai kawasan konservasi penting di Indonesia bahkan dunia. Namun tidak banyak yang benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk menjaga benteng terakhir hutan Sumatera ini. Lebih dari 20 tahun, Ibrahim lelaki asal Ketambe, Aceh Tenggara men- dedikasikan hidupnya bagi per-lindungan jenis tumbuhan langka yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Page 2: MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM … yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1 ketika menjadi asisten lapangan dari sebuah pene-litian

ketika menjadi asisten lapangan dari sebuah pene-litian yang dilakukan oleh Siamang Gibon Project tahun 1986. Diusianya yang masih 22 tahun ketika itu, Ibrahim memulai karirnya meneliti mamalia di Ketambe, Aceh Tenggara bersama Ryne Palombit, antropolog dan peneliti prilaku primata dari universi-tas Rutgers, Amerika Serikat.

Karenanya Ibrahim yang akrab disapa Bang Him hingga kini dikenal sebagai peneliti flora dan fauna di Aceh. Kesibukannya adalah meneliti baik secara individual maupun bersama tim dari beberapa lem-baga riset baik dari dalam negeri maupun interna- sional. Saat ditemui dirumahnya di Ketambe, Bang Him baru saja menyelesaikan tugasnya memasang camera trap di Kalimantan Timur untuk penelitian tentang Orangutan bekerja sama dengan WWF, “Baru pulang beberapa hari, dan akan kembali kesana setelah lebaran, untuk melihat dan menganalisa hasil dari camera trap tentang kondisi orang utan di Kali-mantan Timur,” kata Ibrahim.

Keahlian Ibrahim dalam meneliti masalah mamalia dan tumbuhan dalam hutan terutama dalam men-gidentifikasi dan menemukenali tumbuhan langka, membuat dia dijuluki sebagai Profesor Tanpa Ijazah. Sejumlah nama tenar di bidang peneliti flora dan fauna pernah merasakan bantuan tangan dingin Ibra-him seperti Carel Van Schaik (Belanda), Elizabeth Fox (AS) dan Ian Singleton (Inggris).

Sekalipun cukup menguasai masalah tumbuhan, Ibrahim juga cakap dalam mengidentifikasi perilaku

hewan dengan melihat jejak, jenis tumbuhan yang dikonsumsi dengan cara melihat kotoran hewan tersebut. Namun satu hal yang membuatnya pena- saran, setelah 20 tahun melakukan penelitian, Ibra-him belum pernah bertemu langsung dengan badak di hutan Leuser. Dia hanya melihatnya dari camera trap yang dipasang bersama tim penelitinya. Kera-patan hutan, luasnya kawasan jelajah, dan tajamnya penciuman badak (mampu mencium kehadiran ma-nusia dari jarak jauh) merupakan salah satu penye-babnya. Karena keinginannya untuk melihat langsung badak, tidak jarang Ibrahim bersama tim sering harus berlama-lama tinggal di hutan. Minimal bisa menghabiskan sekitar 2-3 minggu di belantara.

“Hingga kini, saya belum pernah bertemu langsung dengan badak. Selain hutannya luas juga karena jum-lah badak pun tinggal sedikit, mungkin hanya tersisa 30-an ekor di Leuser,” katanya.

Keahlian Ibrahim memang sangat luar biasa dan mendapat pengakuan dari banyak kalangan. Setidak-nya 500 nama pohon dan jenis tumbuhan di kawasan Leuser yang diidentifikasi dan dikenalnya. Sebagai peneliti, keinginannya untuk mengetahui berbagai fenomena sangat kuat. Nyaris tiada henti untuk selalu bersikap kritis dalam hidup kesehariannya. Ibrahim selalu berusaha untuk melihat proses pertumbuhan tanaman ataupun jenis pohon di hutan Leuser. Ini dilakukan Ibrahim dengan membuat demo plot di hutan. Metode mengidentifikasi jenis tanaman yang dilakukan cukup unik. Dia menamakan tanaman yang ditemuinya dengan menggunakan bahasa lokal lalu diberi nama ilmiah. “Biar tidak hilang ciri khasnya”, kata Ibrahim.

Kaya akan pengalaman membuat Ibrahim meng-etahui semua jenis survei lapangan, khususnya sur-vei biodiversitas. Setelah menjadi asisten lapangan untuk Siamang Gibon Project, beberapa penelitian dari sejumlah lembaga dia ikuti. Termasuk untuk memperdalam kemampuannya dengan mengikuti pelatihan tentang metode penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dengan profesinya sebagai peneliti yang profesional, akhirnya membawa Ibrahim menjelajah ke berbagai pelosok rimba belantara di Indonesia. Banyak sarjana dari S1 hingga S3 dari Indonesia yang meneliti tentang keragaman hutan Leuser telah lahir berkat bantuan Bang Him. Termasuk peneliti dari Belanda, Canada, Jerman dan Amerika. Namun yang disesalkan oleh Ibrahim adalah hasil penelitian yang dibuat oleh sar- jana dari luar tidak pernah sampai ke tangannya. Tapi dia mengikhlaskan dan berkata, “tidak penting bagi saya menerima hasilnya. Yang penting hasil pene-litian itu bermanfaat bagi kepentingan yang lebih luas“.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Foto: Ibrahim “Profesor Tanpa Ijazah” atau akrab disapa Bang Him, seorang peneliti flora dan fauna di Aceh.

Page 3: MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM … yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1 ketika menjadi asisten lapangan dari sebuah pene-litian

Leuser Sudah Berubah

“Leuser sudah tidak seperti dulu lagi,” tegas Ibra-him. Kini cuaca tak menentu dan iklim sudah mulai berubah akibat aktivitas perambahan dan pembal-akan liar. Ekosistem menjadi tidak seimbang. Hewan- hewan yang dulu gampang ditemui kini sudah jarang terlihat bahkan menghilang, juga diperparah dengan maraknya perburuan satwa. Dengan raut muka se-dih, Ibrahim berkata “Burung rangkong raja dulu bisa didengar dari belakang rumah, sekarang susah seka-li ditemui. Harimau saya perkirakan paling kurang 5 ekor perbulan keluar dari Leuser. Habis oleh perburuan liar”.

Kecintaannya akan hutan Leuser sangat didu- kung keluarganya, terutama istri dan anak-anaknya. Meski begitu tidak semua anaknya mengikuiti jejak-nya. Dari 6 orang puteranya, hanya putera kedua yang mengikuti sepak terjang bapaknya. Bahkan sudah berani mengantar tamu untuk merasakan sensasi trekking di hutan Leuser melalui jalur Ketam-be. Kurangnya perhatian anak muda terhadap ma-salah konservasi telah merisaukan Ibrahim “Gene- rasi muda sekarang payah kali, kurang sekali generasi penerus untuk menjaga hutan Leuser,” ucap Ibrahim menerawang. Anak-anak muda di kampungnya lebih banyak memilih menjadi pegawai perusahaan dari- pada menjadi peneliti atau melihat ekowisata sebagai peluang yang menjanjikan di masa depan. Minim- nya minat tersebut juga merupakan ancaman bagi keberlanjutan hutan Leuser.

Ibrahim mengakui minimnya kepedulian dan keterli-batan masyarakat juga disebabkan masih kurangnya akses dan kesempatan yang diberikan. Menurutnya, jika masyarakat diberikan kesempatan yang lebih be-sar untuk mendapatkan akses pengelolaan bersama

seperti ekowisata tentu masyarakat juga akan ikut menjaga. Kesejahteraan akan membuka mata masya- rakat dan memberi peluang untuk terlibat aktif menjaga kawasan. “Selama ini, masih sulit menda- patkan surat ijin masuk kawasan konservasi – SIMAKSI”. Hutan Leuser yang luas tidak mungkin bisa dijaga oleh pemerintah saja. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaannya perlu dipikirkan secara ma- tang dengan pola pelibatan yang tentunya menye-jahterakan masyarakat. Peluang ekowisata menurut Ibrahim bisa menjadi pintu masuk bersama khusus- nya di Aceh tenggara.

“Kan kalau masyarakat sejahtera dari mengelola hutan, hutan pasti terjaga. Mana mau masyarakat merusak mata pencariannya”, ujarnya optimis.

Kaderisasi Peneliti Leuser

Selama ini aktivitas penelitian lebih banyak dispon- sori oleh pihak luar. Baik itu dari LSM maupun dari lembaga penelitian asing yang banyak melakukan penelitian di kawasan Leuser. Karenanya, Ibrahim berharap agar perhatian pemerintah untuk mengem-bangkan kemampuan masyarakat sebagai peneliti semakin ditingkatkan terutama oleh perguruan ting-gi. Tanpa kesungguhan menyiapkan sumber daya lo-kal yang baik untuk meneliti masalah konservasi di Leuser, dikuatirkan ilmu-ilmu yang ada tentang flora dan fauna di Leuser lebih banyak dikuasai pihak asing.

Sebenarnya Ibrahim sendiri telah mencoba menge- mbangkan kapasitas mahasiswa dalam bidang pene- litian keanekaragaman hayati. Namun sayangnya ba- han bacaan, alat edukasi dan sumber informasi masih sangat minim. Apresiasi terhadap masyarakat yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, dan pikiran

Foto: Bang Him, sedang memberikan penjelasan mengenai kondisi hutan Aceh saat ini.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Page 4: MENYUSURI JEJAK LEUSER BERSAMA IBRAHIM … yang tumbuh dan ber- kembang di Kawasan Leuser. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1 ketika menjadi asisten lapangan dari sebuah pene-litian

untuk mengidentifikasi dan menyelamatkan potensi hutan Leuser masih sangat kecil. “Sampai sekarang saja saya belum pernah berdiskusi dengan pihak pe-merintah, jika dibutuhkan pasti siap kita,” katanya berkelakar.

Ibrahim akan terus melakukan aktivitasnya selama masih ada yang membutuhkan keahliannya yang mumpuni. Ratusan nama jenis flora dan fauna yang tersebar di hutan Leuser telah dicatatnya secara lengkap. Ibrahim berharap suatu saat nanti bisa di-terbitkan menjadi buku, sehingga lebih banyak orang terutama generasi mendatang mengenali dan tidak melupakan jenis flora dan fauna yang terdapat di Leuser. Kendala dana menjadi penghambatnya.

Buku ini akan menjadi monumen jejak dedikasinya terhadap Leuser dan warisan berharga bagi keber-lanjutan Leuser yang dicintainya. Keahliannya yang luar biasa patut diapresiasi dan dijadikan contoh. Ibrahim dan rimba raya akan selalu menyatu.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 4