MENYUSUN RANSUM - · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk...

76
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 1 MENYUSUN RANSUM PENDAHULUAN Setelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum dilakukan, maka beberapa bahan makanan ternak yang telah dipilih tersebut harus ditentukan jumlahnya sebelum dicampur menjadi suatu ransum dengan menggunakan suatu metode tertentu. Prinsipnya ada 4 macam metode yang lazim digunakan secara luas, yaitu: 1. Metode Pearson Square 2. Metode Trial and Error 3. Metode Persamaan Aljabar 4. Metode Linear Programming Walaupun demikian, modifikasi dapat dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dan menutupi kelemahan diantara metode-metode diatas (terutama kombinasi antara metode Pearson Square dengan Trial and Error). Untuk praktikum ini hanya akan diperdalam tentang metode Trial and Error, karena metode Paerson Square paling mudah dan banyak dibahas dalam bahan kuliah sedangkan metode Persamaan Aljabar dan Linier Programming akan dibahas dan menjadi porsi mata kuliah Industri Makanan Ternak. Metode Trial and Error dapat hanya merupakan metode yang sederhana jika yang menjadi kriteria hanya satu zat makanan saja (misalnya protein atau energi metabolis) dan bahan makanan ternak yang digunakan tidak terlalu banyak. Tetapi dapat juga menjadi metode yang kompleks artinya memerlukan langkah perhitungan yang panjang jika yang menjadi kriteria lebih dari 5 macam (misalnya protein, energi metabolis, lemak, serat kasar, Ca, P, harga bahan makanan ternak dsb.) dan bahan makanan ternak yang digunakan sangat banyak (misalnya lebih dari bahan pakan ternak). Perhitungan untuk metode Trial and Error yang disebut terakhir memang panjang dan rumit, tetapi masih mudah dilakukan oleh peternak sekalipun. Oleh karena itu, metode ini diterapkan secara luas sampai ke tingkat peternakan menengah bahkan besar yang tidak menggunakan ransum komersiil (pabrik) saja dan menyusun ransumnya sendiri dengan belum mempergunakan komputer. Hanya saja, untuk peternakan menengah atau besar perhitungan dilakukan dengan komputer dan tidak

Transcript of MENYUSUN RANSUM - · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk...

Page 1: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 1

MENYUSUN RANSUM

PENDAHULUAN

Setelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun

ransum dilakukan, maka beberapa bahan makanan ternak yang telah dipilih tersebut harus

ditentukan jumlahnya sebelum dicampur menjadi suatu ransum dengan menggunakan suatu

metode tertentu. Prinsipnya ada 4 macam metode yang lazim digunakan secara luas, yaitu:

1. Metode Pearson Square

2. Metode Trial and Error

3. Metode Persamaan Aljabar

4. Metode Linear Programming

Walaupun demikian, modifikasi dapat dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dan

menutupi kelemahan diantara metode-metode diatas (terutama kombinasi antara metode

Pearson Square dengan Trial and Error). Untuk praktikum ini hanya akan diperdalam tentang

metode Trial and Error, karena metode Paerson Square paling mudah dan banyak dibahas

dalam bahan kuliah sedangkan metode Persamaan Aljabar dan Linier Programming akan

dibahas dan menjadi porsi mata kuliah Industri Makanan Ternak.

Metode Trial and Error dapat hanya merupakan metode yang sederhana jika yang

menjadi kriteria hanya satu zat makanan saja (misalnya protein atau energi metabolis) dan

bahan makanan ternak yang digunakan tidak terlalu banyak. Tetapi dapat juga menjadi

metode yang kompleks artinya memerlukan langkah perhitungan yang panjang jika yang

menjadi kriteria lebih dari 5 macam (misalnya protein, energi metabolis, lemak, serat kasar,

Ca, P, harga bahan makanan ternak dsb.) dan bahan makanan ternak yang digunakan sangat

banyak (misalnya lebih dari bahan pakan ternak). Perhitungan untuk metode Trial and Error

yang disebut terakhir memang panjang dan rumit, tetapi masih mudah dilakukan oleh

peternak sekalipun. Oleh karena itu, metode ini diterapkan secara luas sampai ke tingkat

peternakan menengah bahkan besar yang tidak menggunakan ransum komersiil (pabrik) saja

dan menyusun ransumnya sendiri dengan belum mempergunakan komputer. Hanya saja,

untuk peternakan menengah atau besar perhitungan dilakukan dengan komputer dan tidak

Page 2: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 2

hanya menggunakan table-tabel yang ada dalam literatur yang kebanyakan berasal dari luar

negeri tetapi melakukan analisa sendiri terhadap setiap bahan makanan ternak yang

digunakan untuk menyusun ransum. Bahkan lebih dari itu, untuk bahan makanan ternak yang

sama (misalnya jagung) tetapi berasal dari daerah yang berbeda (misalnya ada yang berasal

dari Pasuruan, Blitar, Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

memudahkan jika sewaktu-waktu terjadi perubahan terhadap jagung yang digunakan, yaitu

misalnya semula digunakan jagung dari Pasuruan akan diganti dengan jagung dari Blitar

karena berbagai alas an, harga yang lebih murah, ketersediaan bahan tersebut dipasaran, dsb.

Bahan makanan ternak yang sama tetapi dihasilkan dari daerah sentra produksi yang berbeda

akan memiliki kualitas yang berbeda, disebabkan karena perbedaan varietas yang digunakan,

pola pemupukan, kondisi hara tanah, umur pemotongan atau pemanenan sehingga perlu

dilakukan analisa sendiri-sendiri.

Untuk dapat menyusun ransum dengan menggunakan metode Trial and Error ini

dengan efektif, diperlukan pengalaman berkali-kali agar dapat melakukan Trial terhadap

jumlah bahan makanan ternak yang harus digunakan atau proporsinya dalam ransum dengan

jeli sehingga tidak harus berkali-kali melakukan revisi terhadap proporsi bahan makanan

ternak dalam ransum karena underestimate atau overestimate dalam menetapkan proporsi

tersebut sehingga ransum yang telah disusun tersebut juga akan kelebihan atau kekurangan

terhadap satu atau lebih zat makanan.

TUJUAN

Agar mahasiswa memiliki pengalaman menyusun ransum dengan menggunakan

metode Trial and Error yang telah digunakan secara luas dengan baik dan secara ekonomis

menguntungkan.

PRINSIP

Menyusun ransum yang sesuai dengan kriteria yang disyaratkan dan memiliki harga

yang serendah mungkin.

Page 3: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 3

PROSEDUR

1. Tentukan 10 macam bahan pakan ternak yang hendak digunakan untuk menyusun ransum

2. Carilah table yang memuat kandungan zat-zat makanan dari setiap bahan pakan ternak

yang digunakan

3. Carilah pula harga dari setiap bahan pakan ternak di pasaran.

4. Untuk kriteria dari ransum yang hendak disususn ada 7 macam, tetapi setiap mahasiswa

hanya diwajibkan menggunakan satu diantara kriteria tersebut seperti yang telah

ditetapkan oleh pembimbing praktikum.

5. Tuliskan formula dari ransum yang berhasil saudara susun, untuk ransum sebanyak 100

kg.

6. Berapakah harga ransum per kg yang saudara dapatkan?

7. Berikan komentar tentang kelebihan dan kekurangan ransum yang saudara susun, jika

dibandingkan dengan ransum yang sejenis yang berhasil disusun oleh rekan saudara.

Page 4: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 4

LEMBARAN KERJA

NAMA MAHASISWA : ……………………… DISETUJUI OLEH : ………..

NIM : ………………………

ACARA : MENYUSUN RANSUM TGL :…………

1. Bahan makanan ternak yang hendak digunakan untuk menyusun ransum dan komposisinya

adalah sebagai berikut :

NO Nama Bahan Kandungan (%)

Harga per kg PK EM* L SK Ca P

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

*Kkal/kg

Page 5: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 5

2. Jenis ransum yang akan dibuat : ……………………………………….. (Petunjuk asisten)

dengan kriteria sebagai berikut :

Protein : ………… %

Energi metabolis : …………kkal/kg

Lemak tidak kurang dari : ………… %

Serat kasar tidak lebih : ………….%

Ca : ………….%

P : ………….%

3. Trial terhadap proporsi bahan yang digunakan.

No. Nama bahan makanan Proporsi dalam ransum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 6: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 6

4. Contoh perhitungan :

Nama bahan makanan ternak :

Proporsi : ………………………

Protein : ………………………

Energy metabolis : ………………………

Lemak : ………………………

Serat kasar : ………………………

Ca : ………………………

P : ………………………

Harga : ………………………

5. Tabulasi hasil perhitungan.

NO Nama Bahan Kandungan (%)

Harga PK EM* L SK Ca P

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

*Kkal/kg

Page 7: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 7

6. Jadi formula ransum yang diperoleh :

No. Nama bahan makanan Proporsi dalam ransum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 8: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 8

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN :

Page 9: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 9

Page 10: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 10

Page 11: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 11

Page 12: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 12

LAMPIRAN :

Berikut adalah kriteria ransum (3 untuk ayam petelur, 2 untuk ayam pedaging dan 2

untuk babi), asisten memilih untuk praktikan 1 jenis ransum, tetapi karena angkanya (misal

protein dalam kisaran) maka asisten yang menentukan :

I. Ransum Puyuh Petelur (Laying) berdasarkan SNI 01-3907-2006, dengan kriteria :

Protein 17,0%

Energi Metabolis 2700,0 Kkal/kg

Lemak kasar maks 7%

Serat kasar maks 7%

Ca 2.5 - 3,5%

P 0,6 – 1,0%

II. Ransum Itik Petelur (Grower) berdasarkan SNI 01-3909-2006, dengan kriteria:

Protein 14,0%

Energi Metabolis 2600,0 Kkal/kg

Lemak maks 7%

Serat kasar maks 8%

Ca 0,9 – 1,20%

P 0,6 – 1,0%

III. Ransum Itik Petelur (Laying) berdasarkan SNI 01-3910-2006, dengan kriteria:

Protein 15,0%

Energi Metabolis 2650,0 Kkal/kg

Lemak kasar maks 7%

Serat kasar maks 8%

Ca 3,0 – 4,0%

P 0,6 – 1,0%

IV. Ransum Ayam Pedaging (Starter) berdasarkan SNI 01-3930-2006, dengan kriteria :

Protein 19,0%

Energi Metabolis 2900,0 Kkal/kg

Lemak kasar maks 7,4%

Serat kasar maks 6,0%

Ca 0,9 – 1,20%

P 0,60 – 1,00%

Page 13: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 13

V. Ransum Ayam Pedaging (Finisher) berdasarkan SNI 01-3931-2006, dengan kriteria :

Protein 18,0%

Energi Metabolis 2900,0 Kkal/kg

Lemak kasar maks 8,0%

Serat kasar maks 6,0%

Ca 0,9 – 1,2%

P 0,6 – 1,0%

VI. Ransum Ayam Ras Petelur (Starter) berdasarkan SNI 01-3927-2006, dengan kriteria :

Protein 18,0%

Energi Metabolis 2700,0 Kkal/kg

Lemak kasar maks 7,0%

Serat kasar maks 6.5,0%

Ca 0,9 – 1,2%

P 0,6 – 1,0%

VII. Ransum Ayam Ras Petelur (Laying) berdasarkan SNI 01-3930-2006, dengan kriteria

Protein 17,0%

Energi Metabolis 2650,0 Kkal/kg

Lemak kasar min 3,0%

Serat kasar maks 10,0%

Ca 2,9 – 4,25%

P min 0,45%

Page 14: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 14

EVALUASI BIOLOGIS RANSUM

PENDAHULUAN

Menyusun ransum ternak bukanlah hal yang teramat sulit untuk dikerjakan, asalkan

tersedia tabel-tabel komposisi dari setiap bahan makanan yang digunakan baik yang

didapatkan dari sumber kepustakaan luar negeri seperti McDonald (1988), Scott (1982), NRC

(1984), ARC (1975) atau table yang merupakan hasil analisis di dalam negeri seperti Lubis

(1963) dan Hartadi (1984) maupun menganalisis bahan makanan sendiri, memiliki table

kebutuhan zat makanan bagi ternak yang juga banyka didapatkan, serta memiliki pengalaman

atau kemauan untuk mempelajarinya.

Dari ransum yang telah berhasil dibuat (misalnya ransum untuk ayam pedaging

finisher) dengan metode Trial and Error, jika hal itu dilakukan oleh banyak mahasiswa maka

akan didapatkan formula sebanyak mahasiswa yang menyusun ransum tersebut. Oleh karena

itu, apabila ransum yang memiliki formula yang berbeda tersebut diberikan pada ternak

tentunya akan mendapatkan respon biologis yang berbeda pula. Dengan lain perkataan,

respon biologis dipengaruhi oleh ransum yang digunakan yang dapat diamati dari

pertumbuhan ternak tersebut.

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kecepatan pertumbuhan dari

ternak adalah melalui pertambahan bobot badan, pada ayam biasanya dinyatakan sebagai

pertambahan bobot per minggu. Namun demikian, pertumbuhan saja tidak cukup karena itu

sebaiknya harus dilakukan perhitungan terhadap efisiensi ransum adalah jumlah bobot badan

yang dapat dihasilkan dari satu kilogram ransum, dinyatakan dalam persen. Sedangkan untuk

mengetahui nilai ekonomis ransum tersebut dapat digunakan parameter “Income Over Feed

Cost”, yaitu besarnya pendapatan yang didapatkan jika hasil penjualan ternak telah dikurangi

dengan biaya yang dikeluarkan untuk ransum.

TUJUAN

Agar mahasiswa mengetahui cara melakukan evaluasi biologis terhadap penggunaan

ransum yang berbeda.

PRINSIP

Melakukan evaluasi terhadap penggunaan ransum yang bebeda untuk mengetahui

respon biologisnya, dalam hal ini pertambahan bobot badannya.

Page 15: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 15

ALAT-ALAT

1. Kandang battery

2. Tempat pakan

3. Tempat minum

4. Timbangan

BAHAN-BAHAN

1. Ransum

2. Obat-obatan dan vaksin

3. Ayam Pedaging

CARA KERJA

1. Persiapkan kandang yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang

telah dicuci bersih dan disanitasi.

2. Timbang setiap ekor ayam yang akan digunakan.

3. Tempatkan ayam sedemikian rupa sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

4. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum.

5. Timbanglah konsumsi pakan dan bobot badannya setiap minggu.

6. Hitunglah pertumbuhan, efisiensi ransum dan income over feed cost.

Page 16: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 16

LEMBARAN KERJA

NAMA MAHASISWA : ……………………… DISETUJUI OLEH : ………..

NIM : ………………………

ACARA : EVALUASI BIOLOGIS RANSUM TGL : …………

1. Praktikum ini dilaksanakan di ……………………………… mulai tanggal

………………………s/d ………………………….

2. Ayam pedaging yang digunakan strain …………....................... umur……..minggu

(………hari).

3. Ransum yang digunakan adalah sebagai berikut:

No. Nama bahan Proporsi bahan dalam ransum (%)

P 0 P 1 P II P III

1.

2.

4. Kandungan zat makanan berdasarkan perhitungan.

No Kandungan Nutrisi P 0 P I P II P III

1. Protein

2. Energy Metabolis

3. Lemak kasar

4. Serat kasar

5. Ca

6. P

Page 17: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 17

Perhitungan :

Diketahui :

No Bahan pakan

Kandungan Nutrisi (%)

Protein EM LK SK Ca P

Perhitungan sesuai dengan proporsi penggunaan bahan pakan dalam perlakuan :

P 0 =

P I =

P II =

P III =

Page 18: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 18

5. Data hasil pengamatan selama praktikum

P U BB (gram) minggu ke:

PBB (gram)

minggu ke:

KP (gram)

Minggu ke :

EP (%)

Minggu ke : FCR

Awal I II I II I II I II I II

P 0

1

2

3

4

5

6

7

P I

1

2

3

4

5

6

7

P II

1

2

3

4

5

6

7

P

III

1

2

3

4

5

6

7

Page 19: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 19

Keterangan :

EP = (PBB/KP) x 100%

FCR = KP / PBB

Perhitungan :

Page 20: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 20

Page 21: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 21

6. Ringkasan hasil pengamatan.

No Variabel Perlakuan (rata-rata)

I II III IV

1 PBB (gr/ekor/hari)

2 KP (gr/ekor/hari)

3 EP (PBB/KP,%)

4 FCR

Perhitungan :

Page 22: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 22

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Page 23: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 23

Page 24: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 24

Page 25: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 25

Page 26: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 26

Page 27: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 27

PENENTUAN KADAR ENERGI METABOLIS UNTUK UNGGAS

PENDAHULUAN

Bahan organik dibutuhkan oleh hewan selain sebagai bahan pembangun jaringan

tubuh dan sintesa hasil produksi seperti susu dan telur juga dibutuhkan sebagai sumber energi

gerak bagi hewan.

Pembagian energi bahan makanan pada hewan dapat digambarkan seperi terlihat pada

gambar 1.

Gross energy

Faecal Energy Digestible energy

Urine energy Methane Energy Metabolizable energy

Heat increment Net energy

Maintenance Production

Total heat production

Page 28: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 28

Gambar 1. Skema pembagian energi bahan makanan (McDonald et al., 1988)

Unggas cenderung mengatur konsumsi kebutuhan makanan sesuai dengan kebutuhan

energi. Dengan demikian kemampuan bahan makanan untuk menyediakan energi bagi hewan

merupakan hal yang penting sebagai salah satu penentu nilai nutrisi bahan makanan tersebut.

Petunjuk praktikum ini bertujuan untuk mengutarakan beberapa metode penentuan

kandungan energi metabolis bahan makanan bagi ternak unggas.

ENERGI METABOLIS

Sebeleum mengulas satu per satu mengenai metoda penentuan kandungan energi

metabolis, terlebih dahulu ingin dijelaskan akan pengertian akan energi metabolis. Yang

dimaksud dengan energi metabolis dalam tulisan ini ialah energi yang dapat dicerna

(digestible energy) dikurangi dengan energi yang hilang lewat air kencing (urine) dan gas.

Mengingat bahwa pada unggas, urine dan faeces sukar dipisahkan, maka jelaslah mengapa

untuk unggas digunakan energi metabolis dan bukan energi dapat dicerna.

Sampai saat ini energi metabolis bagi unggas masih menggunakan nilai apparent

metabolizable energi (AME) (ARC 1975; AEC 1978; NRC 1984).

Sejak dicetuskannya nilai True Metabolizable Energy (TME) untuk unggas (Sibbald,

1976) pada pertengahan dekade tujuh puluhan, sampai saat ini pertikaian ilmiah mengenai

ketepatan penggunaan kedua bentuk nilai energi metabolis tersebut masih terus berlangsung.

AME adalah energi metabolis yang didapat dengan mengurangi gross energi bahan makanan

dengan energi yang terdapat dalam faeces (untuk selanjutnya akan disebut dengan excreta)

jika bahan makanan tersebut diberikan pada unggas. Sedangkan TME adalah gross energi

bahan makanan dikurangi dengan energi yang terdapat dalam excreta, setelah yang terakhir

ini dikurangi dengan energi endogen yang hilang (EEL).

Adapun metoda penentuan kandungan energi metabolis bahan makanan sampai saat ini

dikenal ada 3 macam, yaitu :

1. Metoda conventional (total collection)

2. Metoda cepat (Rapid method)

Page 29: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 29

3. Dual semi quick (DSQ)

1. METODE KONVENTIONAL

Penentuan energi metabolis pada dasarnya adalah mengukur jumlah energi yang

masuk dan yang dibuang lewat excreta.

1.1 Hewan

Pada metoda konventional ini digunakan ayam berumur 7 sampai 21 hari. Dapat

digunakan ayam-ayam cross-breed atau ayam pedaging.

1.2 Alat dan Bahan

Sangkar yang digunakan adalah sangkar battery berukuran panjang 24 cm, lebar 24

cm, dan tinggi 27 cm, terbuat dari bahan kawat. Dibawah tiap battery ditempatkan nampan

(tray) yang terbuat dari seng yang dengan mudah dapat dilepas. Tiap battery dilengkapi

dengan sebuah tempat makan yang mudah dilepas untuk penimbangan dan dirancang

sedemikian rupa untuk mengurangi tertumpahnya makanan sekecil mungkin. Tempat minum

disediakan secara kelompok dan ditempatkan secara kelompok dan ditempatkan ditengah

diantara deretan dua battery.

Page 30: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 30

Gambar 2. Kandang battery untuk penentuan energi metabolis secara conventional.

Bentuk kandang battery dan contoh penyusunannya dapat dilihat pada gambar 2. Untuk lebih

jelasnya, pada gambar 3. ditunjukkan secara lebih terinci gambar dari sebuah sangkar battery.

a

b

c

d e

Keterangan :

a. Battery individual ukuran 24 x 24 x 27 cm yang dapat dilepas dari rak-nya.

b. Tempat makan yang dapat dengan mudah dilepas.

c. Nampan (Tray) yang dapat dengan mudah dilepas untuk menampung excreta.

d. Tempat minum kelompok.

e. Rak tempat battery.

Untuk menampung excreta digunakan plastik lembaran dan faeces container yang

terbuat dari aluminium foil. Sedang untuk menampung makanan yang kemungkinan tercecer

dinampan penampung, dapat digunakan botol plastik.

Page 31: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 31

Ransum basal dapat disusun dari bahan makanan sumber energi seperti jagung atau

sorghum, dan bahan makanan sumber protein seperti tepung ikan (fish meal) atau tepung

daging (meat meal) ditambah dengan campuran vitamin dan mineral.

Contoh ransum basal dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Susunan ransum basal (g/kg)

Bahan Jumlah

Sorghum 800,0

Tepung daging tulang 200,0

Premix 2,0

-. Bahan makanan yang akan dianalisa kandungan energy metabolisnya.

-. Oven, timbangan dan bomb calorimeter.

1.3 Prosedur

Sangkar battery diletakkan dalam kandang yang suhunya diatur sesuai dengan

kebutuhan ayam dan diberi penerangan siang malam selama penelitian berlangsung.

Digunakan dua atau tiga ekor ayam per group dan diulang tiga kali atau lebih.

Ayam diberi makan selama empat hari (periode pengumpulan) yang didahului dengan

pemberian makanan pendahuluan (periode adaptasi) selama tiga hari. Selama periode

adaptasi, jumlah makanan yang diberikan tidak perlu ditimbang. Pada periode pengumpulan

(4 hari) konsumsi makanan dicatat dan semua excreta yang dikeluarkan dikumpulkan dan

ditimbang. Excreta dikeringkan dalam oven kemudian dibiarkan beradaptasi dengan udara

sekeliling. Untuk selanjutnya digiling untuk analisa gross energi.

Bahan makanan yang akan dianalisa kandungan energi metabolisnya dicampur

dengan ransum basal dengan perbandingan 50 : 50. Assay dilakukan baik terhadap ransum

basal maupun terhadap campuran antara ransum basal dengan bahan makanan yang akan

ditest (ransum test).

Page 32: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 32

Energi metabolis dapat dihitung sebagai berikut :

ME = ( A x B) – (C x D) x 100 ( 1 )

A DM

Dimana:

A = jumlah makanan yang dikonsumsi

B = gross energi makanan

C = Jumlah excreta

D = gross energi excreta

DM = bahan kering (dry matter)

ME = energi metabolis pada DM basis

Jika bahan makanan yang ditest energi metabolisnya dicampur dengan ransum basal,

maka dibutuhkan data tentang :

Kandungan ME ransum basal ( DM basis )

DM ransum basal

DM bahan makanan yang ditest

Perbandingan campuran antara ransum basal dan bahan makanan yang ditest.

Adapun rumus perhitungannya menjadi sebagai berikut:

ME = A – B ( 2 )

C

Dimana :

ME = energi metabolis bahan makanan (BM) yang ditest, pada DM basis

A = ( DM BM x % campuran) + ( DM basal x % campuran ) dikalikan

ME ransum test pada DM basis

B = DM ransum basal x % campuran x ME ransum basal pada DM basis

C = DM BM x % campuran

Page 33: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 33

`Contoh perhitungan

Suatu bahan makanan ternak (jagung) akan dianalisa kandungan energi metabolisnya

untuk ayam dengna menggunakan metoda konventional. Ransum basal terdiri dari 800g/kg

sorghum, 200g/kg meat and bone meal, ditambah dengan campuran vitamin mineral

(premix). Jagung yang akan ditest dicampur dengan ransum basal dengan perbandingan 60 :

40 (ransum test). Dari penelitian ini diperoleh data sebagai berikut :

DM jagung = 91 %

Feed intake ransum test = 430 g

DM ransum test = 92 %

Gross energi ransum test = 3,9500 kkal/g

Jumlah excreta ransum test = 100 g

DM excreta = 100%

Gross energi excreta = 3,7500 kkal/g

DM ransum basal = 92,5%

Feed intake ransum basal = 514 g

Gross energi ransum basal = 3,8800 kkal/g

Jumlah excreta = 110 g

DM excreta = 100%

Gross energi excreta = 3,4100 kkal/g

PERHITUNGAN

Dengan menggunakan rumus ( 1 ) maka ME ransum test pada DM basis :

= ( 430 x 3,9500 ) – ( 100 x 3,7500 ) x 100

430 92

= 3,3455 kkal/g

ME ransum basal pada DM basis:

= ( 514 x 3,8800 ) – ( 110 x 3,4100 ) x 100

514 92,5

= 3,4056 kkal/g

Page 34: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 34

Dengan menggunakan rumus ( 2 ) maka ME jagung dapat dihitumg sebagai berikut :

ME = { ( 91 x 60 ) + ( 92,5 x 40 ) x 3,3455 } – { ( 92,5 x 40 x 3,4056)}

( 91 x 60 )

= 3,2689 kkal/g pada DM basis, atau :

= 3,2689 x 91

100

= 2,9747 kkal/g pada kering udara (as fed)

2. RAPID METHOD ( METODE CEPAT )

Mengingat bahwa penentuan kandungan energi metabolis dengan menggunakan

metoda conventional tidak saja memerlukan waktu cukup lama, melainkan juga

menghabiskan makanan cukup banyak, maka pada pertengahan dekade tujuh puluhan muncul

dua cara penentuan kandungan energi metabolis bahan makanan. Yang pertama adalah

penentuan true metabolizable energy (TME) yang dicetuskan oleh Sibbald (1976) dan yang

kedua ialah Apparent Metabolizable Energy (AME) yang dicetuskan oleh Farrell (1978).

Penentuan kandungan energi dengan menggunakan kedua metoda ini tidak memerlukan

banyak waktu dan makanan. Pada kedua metoda ini digunakan ayam jantan dewasa yang

sudah dilatih untuk tujuan ini.

2.1. Metode cepat untuk penentuan AME (Farrell, 1978)

2.1.1. Melatih ayam

Metode ini tergantung pada latihan ayam jantan dewasa (jago) secara individual

dalam suatu sangkar yang sesuai untuk penentuan energy metabolis, yaitu dengan ukuran

lebar 35 cm, panjang 45 cm dan tinggi 50 cm dan dilengkapi dengan tempat minum dan

tempat makan yang dirancang sedemikian untuk mengurangi tumpahnya makanan sekecil

mungkin, untuk dapat menghabiskan makanan dalam waktu satu jam.

Dapat digunakan pejantan ayam petelur dengan berat badan 2-2,5 kg. dalam latihan,

ayam-ayam yang tidak dapat menghabiskan makanan dalam waktu satu jam dan ayam-ayam

yang terlihat mempunyai tabiat tidak baik, dikeluarkan dari latihan dan tidak dapat digunakan

untuk penelitian.

Page 35: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 35

2.1.2. Prosedur

Selama tidak digunakan untuk penelitian ayam diberi makanan standard dalam bentuk

pellet yang terdiri dari sorghum (99%), tepung tulang (1%) dan campuran vitamin mineral.

Biji-bijian yang lain dapat juga digunakan seperti jagung, beras gandum dan sebagainya.

Yang penting ransum harus sederhana dan rendah kandungan serat kasarnya, sehingga

mempunyai kecepatan melewati saluran pencernaan (rate of passage) dengan waktu

pengosongan (clearance time) kira-kira 24 jam. Jumlah pemberian makan kurang lebih 120

kg.

Jika akan digunakan untuk penelitian ayam dipuasakan selama 32 jam. Nampan (tray)

penampung excreta dilapisi dengan selembar plastik yang telah diketahui beratnya. Nampan

agak sedikit ditarik keluar selama pemberian makan berlangsung, untuk menampung

makanan yang kemungkinan tercecer. Makanan diberikan dalam bentuk pellet (dipellet

dengan proses dingin) dalam jumlah tertentu (85-100 g). setelah satu jam, tempat makanan

diambil. Makanan yang tercecer dikembalikan kedalam tempat makan dan ditimbang,

sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi dapat dihitung.

Nampan didorong kedalam sehingga semua excreta dapat ditampung. Pengumpulan

excreta berlangsung selama 42 jam. Bulu-bulu dan sisik-sisik yang masuk dalam nampan

dibuang. Jika ada ayam yang muntah (regurgitasi), maka ini tidak dipakai dalam penelitian

(ditolak). Setelah 42 jam, plastik penampung beserta excreta dikeringkan dalam oven pada

suhu 70° C selama 24 jam. Jika kotoran terlalu basah, maka plastic beserta nampannya dapat

langsung dimasukkan dalam oven dan mungkin memerlukan waktu lebih lama, kira-kira 48

jam.

Ayam dapat langsung digunakan untuk penelitian berikutnya, atau jika tidak, diberi

makana standard seperti biasa.

Excreta yang telah kering diambil bersama plastiknya, dibiarkan dalam udara terbuka

selama 3 jam, kemudian excreta digiling untuk analisa kandungan gross energi. Analisa gross

energy, baik terhadap makanan maupun excreta, dilakukan secara duplo (diulang dua kali)

dan hasilnya boleh berbeda tidak lebih dari 3%.

Seperti halnya pada metode conventional, pada metode ini juga diperlukan data

tentang kandungan DM bahan makanan yang ditest. Adapun cara perhitungan ME, sama

dengan perhitungan ME pada metode conventional.

Page 36: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 36

2.2. Metode cepat untuk penentuan TME (Sibbald, 1976).

Tidak seperti pada kedua metode yang terdahulu, pada metode ini kandungan energy

dinyatakan dalam bentuk TME dimana kandungan energy endogen yang hilang (EEL)

diperhitungkan.

2.2.1. Materi

Pada metode ini digunakan pejantan ayam petelur. Seperti halnya pada penentuan

AME dengan metode cepat, pada metode ini ayam dikandangkan dalam sangkar individual

dalam kandang tanpa jendela (windowless system). Suhu ruangan dijaga pada 25°C dan

penerangan berlangsung selama 12 jam. Untuk daerah tropis, seperti Indonesia, dimana tidak

ada hari panjang (long day length) atau hari pendek (short day length), cukup digunakan

penerangan alami. Jadi tidak perlu penambahan penerangan pada malam hari. Setiap sangkar

dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum.

Menjelang digunakan untuk assay, ayam dipuasakan selama 21 jam untuk

mengosongkan saluran pencernaan.

2.2.2. Prosedur

Pada setiap dimulainya assay, ayam ditimbang satu persatu. Selanjutnya diberi makan

(ransum test) secara paksa (force feeding) dengan menggunakan pipa gelas berdiameter

dalam 5,5 mm. Makanan langsung ditempatkan dalam tembolok (crop) melalui oesophagus.

Makanan diberikan dalam bentuk pellet dengan diameter 4,67 mm, yang dibuat dengan cara

proses dingin. Setelah pemberian makan, ayam dikembalikan dalam sangkar. Diatas nampan

penampung excreta diletakkan swlwmbar plastik yang telah diketahui beratnya. Tepat 24 jam

setelah pemberian makan, ayam ditimbang kembali, exkreta dikumpulkan dan dikeringkan

dengan cara kering beku. Exkreta kemudian dibiarkan dalam udara terbuka, untuk

selanjutnya digiling.

Makanan yang ditest dan excreta dianalisa kandungan gross energinya dengan

menggunakan bomb calorimeter.

Disamping itu juga dibuat control untuk mengukur energy endogen yang hilang

(EEL), yaitu dengan cara seperti tersebut diatas tetapi ayam tidak diberi makan.

Page 37: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 37

2.2.3. Cara perhitungan

Berdasarkan hipotesa bahwa untuk bahan makanan tertentu ada hubungan linier

antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan energy yang dikeluarkan lewat excreta,

maka jika hipotesa ini benar jumlah makanan yang diberikan pada waktu melakukan

penelitian kandungan energy tidaklah menjadi masalah. Dengan demikian jika prosedur assay

ini akan digunakan secara berkala, maka dugaan linearitas antara feed intake dan energy yang

dikeluarkan melalui excreta adalah sangat penting.

Sibbald (1976) dalam percobaannya dengan menggunakan ayam jantan dengan berat

badan rata-rata 2,42 ± 0,04 kg mendapatkan energy endogen yang hilang (EEL) pada ayam

yang dipuasakan adalah sebesar 9,84 ± 0,28 kcal per ekor per 24 jam.

Dari percobaan tersebut didapatkan persamaan regresi antara energy yang dibuang

lewat excreta (Ye) dengan feed intake (X) dari beberapa bahan makanan sebagaimana

tercantum pada tabel 2.

Adapun rumus perhitungan ME atau TME adalah sebagai berikut:

ME (kkal/g) = (GEf x X) – Ye

X

TME (kkal/g) = (GEf x X ) – (Ye – 9,84)

X

Dimana :

GEf = gross energy makanan

X = jumlah makanan yang dikonsumsi

Ye = gross energy excreta

9,84 = energy endogen yang hilang jika ayam tidak diberi makan.

Page 38: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 38

Table 2. Regresi antara energy yang hilang lewat excreta (Ye) dengan feed intake (X)

(Sibbald, 1976)*

Jenis bahan Ye r df

Barley 10,03 + 0,600 X 0,852 62

Jagung 9,79 + 0,199 X 0,775 61

Tepung ikan 9,89 + 0,867 X 0,945 54

Padi 9,81 + 0,685 X 0,930 57

Bungkil kedelai 9,93 + 1,290 X 0,958 56

Gandum 9,72 + 0,646 X 0,938 59

R = koefisien relasi * partial data

3. DUAL SEMI QUICK (DSQ) (du preez,1981)

Meskipun kedua metode cepat tersebut diatas mempunyai beberapa keuntungan,

antara lain hanya memerlukan waktu ynag singkat untuk menganalisa kandungan ME suatu

bahan makanan, du preez melihat bahwa ada kelemahan, teruatama pada metode sibbald.

Pemberian makanan yang ahanya berjumlah 30 gr diikuti dengan waktu pengumpulan excreta

selama 48 jam tanpa pemberian makanan berarti ayam berada tidak saja dalam keseimbangan

energy yang negative, melainkan juga ada kemungkinan ayam berada pada status

keseimbangan nitrogen yang negative pula. Dengan metode dual semi quick yang dicetuskan

oleh du preez ini, diharapkan kelemahan – kelemahan tersebut dapat diatasi.

3.1. Materi

Dalam metode ini digunakan auam jantan dewasa yang dilengkapi dengan kantong

plastic penampung excreta yang dipasang pada semacam pipa plastic yang ditempel

sekeliling cloaca dengan cara dijahit.

Bahan makanan yang akan dianalisa kandungan ME-nya dicampur dengan ransum

basal dengan perbandingan 29,7 : 70,3.

3.2. Prosedur

Ayam dikandangkan dalam sangkar battery secara individual dan diberi makan

makanan yang ditest secara adlibitum selama 2 hari. Pol akonsumsi makan diamati dan ayam

Page 39: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 39

– ayam yang mempunyai konsumsi makan paling banyak diberi makan sebanyak 40 atau 70

% dari kebutuhan ad libitummua.

Pemberian makan empat hari pertama merupakan periode adaptasi, sedangkan selama

3 hari berikutnya merupakan periode pengamatan excreta yang dikleuarkan ditampung.

Meskipun penampungan excreta secara kwallitatif sebenarnya cukup praktis san

representative, dalam metode ini juga ditambahkan indicator warna dalam makanan yang

ditest, untuk menyakinkan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Tempat makanan yang dirancang secara khusus (de haart, 1977) digunakan pada

metode ini , untuk mengurangi tumpahnya makanan sesekali mungkin.

Untuk menampung excreta, seperti telah disebut dimuka, digunakan kantong plastic

(Hayes and Austic, 1992) yang dipasang pada semacam pipa plastic yang ditempel sekeliling

cloaca dengan dijahit. Dengan cara ini tidak saja semua exctreta dapat ditampung tanpa ada

yang tercecer , tetapi juga excreta tidak tercampur dengan bulu – bulu dan sisik – sisik ynag

tanggal.

Sampelexcreta yang dikumpulkan selama 24 jam pada hari kedua dari periode

pengamatan digunakan untuk analisa gross energy. Sampel dikeringkan secara beku dan

ditimbang.

Dalam metode ini hubungan linier antara jumlah makanan yang dikonsumsi dan

jumlah excreta yang dikeluarkan juga dianalisa.

3.3. Cara Perhitungan

Analisa gross energy dilakaukan baik terhadap makanan yang ditest maupun terhadap

excreta. Untuk perhitungan MEN, kandungan nitrogen bahan makanan yang ditest dan excreta

dianalisa dengan cara kyeldhal.

ME per gr diet = GE per gr diet – (BM x R)

Dimana :

ME = energy metabolis

GE = gross energy

BM = gross energy per g excreta

R = ratio indicator warna pada makanan ; pada excreta

MEN dihitung dengan cara mengurangi ME dengan NB x 34,4 KJ/g. Dimana NB adalah

nitrogen balance yang dihitung sebagai berikut :

NB = NM – NE X 100%

Page 40: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 40

NM

Dimana : NM = jumlah makanan ; NE = jumlah N dalam excreta

PEMBAHASAN

Perdebatan mengenai kebaikan akan metode cepat unutk penentuan kandungan

energy metabolis bagi unggas, sampai saat ini masih terus berlangsung. Banyak kritik

dilontarkan terutama tehadap metode Sibbaid untuk penentuan TME (Farrel 1981, 1987,

1987 ; Sibbald 1982 - 1985). Sebagian kritik berdasarkan pada kandungan energy endogen

yang hilang (ELL) yang diukur dari ayam yang dipuasakan (du Preeez et al, 1981 ; Farrell

1981).

Tidak perlu disangsikan lagi bahwa nitrogen metabolism pada yam yang diberi makan

secara penuh akan berbeda dengan ayam yang dipuasakan. Yang pada akhirnya juga akan

berpengaruh pada metabolism energy.

Ayam jantan dewasa jika diberi makan seara jinventional akan berbeda atau dekat

dengan keseimbangan nitrogen yang seimbang (N-equillibrium). Sedangkan ayam yang

dipuasakan tidak dapat disangkal lagi tentu akan berada pada keseimbangan nitrogen yang

negative. Ini berarti akan berpengaruh secara nyata pada perhitungan TMEN, tetapi tidak

begitu nyata pada perhitungan AMEN.

Hartel (1986) berkesimpulan bahwa AME dan TME pada ayam yang diberi makan

secara continue akan sama.

Sibbal (1977) dalam penelitihnannya dengan menggunakan ayam broiler,

berkesimpulan bahwa AME dan TME pada ayam yang diberi makan secara continue akan

sama.

Jika pada akhirnya terbukti bahwa nilai TME lebih tepat digunakan dalam menyusun

ransum unggas, maka akan ada pekerjaan besar untuk menentukan kembali nilai kandungan

energy metabolis bahan – bahan makanan.

Perdebatan tidak saja terjadi antar metode, tetapi juga terjadi dalam masing – masing

metode itu sendiri. Pada metode conventional misalnya, penggunaan ayam yang lebih banyak

tiap group dengan jumlah ulangan yang lebih sedikit memberikan hasil yang lebih konsisten

dari pada penggunaan ayam yang lebih sedikit pada tiap group dengan jumlah ulangan yang

lebih banyak. Disamping itu terbukti bahwa perbandingan antara makanan yang idtest dengan

ransum basal berpengaruh pada nilai energy metabolism.

Page 41: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 41

Pada penentuan TME, Guillaume dan Summer (1970) berpendapat bahwa perbedaan

antara ME dan TME menjadi kecil dengan meningkatnya konsumsi energy oleh ayam. Dari

hal itu dapat disimpulkan bahwa yang mendapat energy kurang dari pada kebutuhan

minimalnya akan mengkatabolis energy dari jaringan tubuhnya. Berdaarkan hal ini du Preez

et al (1981) berpendapat bahwa penentuan ME dengan menggunakan ayam jantan dewasa,

minimal 75 g makanan harus diberikan untuk memenuhi kebutuhan energy minimal sebesar

1,086 KJ per hari.

Disamping itu umur ayam juga berpengaruh pada kandunagn ME. Mollah et al,

(1983) dan Johnson (1987) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ayam dewasa pada

umumnya memberikan nilai ME yang secara nyata lebih besar daripada ayam muda. Farreall

et al, (1988) menganalisa kandungan energy dari 13 jenis gandum dengan menggunakan

ayam muda dan ayam dewasa, dan melaporkan bahwa ayam dewasa memberikan nilai MEN

13,92 MJ/Kg, sedangkan ayam nuda hanya 13.35 MJ/Kg (P<0,05). Hal yang sama dilaporkan

juga oleh Pesti et al , (1988) dengan menggunakan sample feather meal.

Farrell et al, (1988) menganalisa kandungan ME bahan makanan dengan

menggunakan 4 macam metoda yang berbeda yaitu: metoda konvensional, DSQ, metoda

Sibbald dan metoda Farrell. Lima ekor ayam, sebagai ulangan, diberi makan salah satu dari

ransum dimana 0, 20, 40 atau 60% dedak padi ditambahkan pada ransum basal yang terdiri

dari 98%jagung dan 2% campuran vitamin dan mineral, dengan level pemberian 75, 35 atau

10 g per ekor. Hasilnya dapat dilihat pada table 3.

Baik metoda, jenis ransum maupun level pemberian makan memberikan hasil ME

yang berbeda sangat nyata (p<0,01). Juga ada interaksi (p<0,01) antara metoda x ransum,

metode x level pemberian makan dan antara ramsum x level pemberian makan.

Page 42: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 42

Tabel 3. Kandungan energy rata2 (MJ/Kg) dari suatu bahan makanan yang ditest dengan 4

macam metoda, 4 jenis ransum dan 3 level pemberian makan (Farrell et al, 1988).

Energy rata – rata

AME AMEN TME TMEN

Metode :

DSQ

11,64a*

12,16a

13,86ab

13,28a

konventional 11,37a 12,05ab 13,66a 13,21a

Sibbald 9,06b 10,48b 14,17b 13,06a

Farrel 11,49a 11,78b 15,97c 14,06b

LSD (0,05) 0,338 0,282 0,340 0,279

Ransum :

1 12,44a 13,13a 15,90a 14,88a

2 11,18b 11,89b 14,72b 13,68b

3 10,57c 11,25c 14,09c 13,04c

4 9,39a 10,20d 12,97d 12,02d

LSD (0,050 0,338 0,282 0,340 0,270

Feed intake :

75 12,24a 12,19a 15,93a 14,21a

35 11,73b 12,11a 14,05b 13,20b

10 8,71c 10,56b 13,27c 12,72c

LSD (0,050 0,267 0,223 0,268 0,220

*)Nilai dalam kolom dengan tanda yang sama tidak berbeda secara nyata.

Dari table 3. Dapat dilihat bahwa, seperti diharapkan, nilai energy akan menurun dengan

meningkatnya jumlah dedak padi yang ditambahkan.

Hasil selengkapnnya dari penelitian Farrell tersebut dapat dilihat pada table 4.

Page 43: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 43

Page 44: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 44

Page 45: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 45

Untuk AME pada umumnya tidak ada perbedaan yang nyata antara metoda

conventional, metoda DSQ dan metoda Farrell (P<0,05). Pada ransum 2-4 pada semua level

pemberian makan, metode Sibbald memberikan nilai ME yang secara nyata menurun dengan

menurunnya level pemberian makan. Hal ini hanya terjadi pada rannsum 4 denang metoda

Farrell. Pada semua metoda, nilai ME secara konsisten menurun pada level pemberian makan

10 g/hari. Dilaporkan juga bahwa variasi diantara ulangan cenderung meningkat dengan

meningkatnya penambahan dedak padi dan menurunnya level pemberian makan.

Yang menaraik dari hasil penelitian Farrell tersebut adalah, terlepas dari jenis ransum

maupun level pemberian makan, nilai AME dan AMEN yang ditest dengan menggunakan

metoda DSQ, metoda conventional, ataupun metoda Farrell adalah konsisten. Hal ini berbeda

dengan apa yang dilaporkan oleh Johnson dan McNab (1983), Sibbald (1985), dimana pada

umumnya dengan metoda Farrell mereka mendapatkan nilai ME yang lebih rendah.

Hasil lain yang menarik dari penelitian tersebut adalalh, nilai AME dan AMEN pada

level pemberian makan 75 dan 35 g/hari adalah sama. Hal ini bertentangan dengan konsep

yang diajukan oleh Guillaume dan Summer (1970) dimana pada tingkat intake 35 g/hari nilai

ME diharapkan menurun.

Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa penentuan AME dengan menggunakan

metoda conventional, DSQ dan Farrell pada umumnya memberikan hasil yang tidak berbeda

secara nyata.

Usulan untuk menggunakan nilai TME pada bidang makanan unggas saat ini masih

terlalu pagi.

Page 46: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 46

DAFTAR PUSTAKA

AEC (1978) Animal Feeding : Energi, Amino Acids, Vitamins, Minerals. Document no.4

aec, Commentry Franc.

ARC (1975) The Nutrient Requirement of Farm Livestock. No.1 Poultry. 2nd Ed. HMSO

London.

de Haart,N (1977) Rapport 182,77 Spelderholt Institute for Poultry Research.

du Preez,J.J., du Minnaar,A and Duckitt,J.S (1984). World Poult.Sci.J., 40:121-129

du Preez,J.J., Hayes,J.P and Duckitt,J/S (1981). S.Afr.J.Anim.Sci., 11:269-272

Farrell,D.J (1978). Brit.Poult.Sci., 19:303

Farrell,D.J (1981). World Poult.Sci.j., 37:72-82

Farrell,D.J (1982). Proc.Maryland Nutr. Conf. pp. 79-87

Farrell,D.J (1987). Proc.3rd.Conf.WPSA.Far East & S.Pacific Fdn. P14. Hamilton, New

Zealand. Feb.87

Farrell,D.J., Surisdiarto and Thomson,E (1988). Proc.Poult.Res.Fdn. D3. University of

Sydney

Guillaume,J and Summer,J.D (1970). Can.J.Anim.Sci. 50:363-369

Hartel,H (1986). Brit.Poult.Sci., 27:11-39

Haynes,J.P and Austic,R.E (1982). Poult.Sci., 61:2294

Hill,F.W and Anderson,D.L (1958). J.Nutr., 64:587-603

Johnson,G and McNab,J.M (1983). Brit.Poult.Sci., 24:349-359

McDonald,P., Edwards,R.A and Greenhalgh,J.F.D (1988). Animal nutrition. 4th.Ed. Jon

Wiley Sons.Inc. New York

NRC (1984). Nutrient Requirements of Farm Livestock. No.1. Poultry. 2nd.Ed.London

Pesti,G.M., Dale,N.M and Farrell,D.J (1988). Polut S.ci., in press.

Sibbald,I.R (1976). Poult.S.ci., 55:303

Sibbald,I.R (1977). Peedstuffs. 49:21

Sibbald,I.R (1985). World Poult.Sci.J., 41:179-187

Page 47: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 47

LEMBARAN KERJA

NAMA MAHASISWA : ……………………… DISETUJUI OLEH : ………..

NIM : ……………………… TGL : …………

ACARA : PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI METABOLIS

DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL

1. Ayam

Jenis :……………….. umur:…………….

2. Bahan makanan yang ditest : ………………..

3. Susunan ransum basal :

Bahan makanan jumlah

4. Perbandingan antara bahan makanan yang ditest dengan ransum basal : …………….. ransum

ini selanjutnya disebut dengan ransum test.

5. Kandungan bahan kering (BK) dari :

Bahan makanan = …………… %

Ransum basal = ……………%

Ransum test = ……………%

Page 48: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

6. Data penelitian :

Variable

Ulangan

I II III IV V VI VII

P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3

Konsumsi pakan

(g)

Jumlah excreta

(g)

Energy bruto

(kkal/g)

Ransum basal

Ransum test

Energy

metabolis

Page 49: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 48

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Page 50: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 49

Page 51: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 50

Page 52: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 51

Page 53: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 52

METODE UNTUK MENENTUKAN

AVAILABILITAS ASAM AMINO PADA UNGGAS

1. Pendahuluan

Pengetahuan mengenai availabilitas biologis dari asam amino dalam bahan makanan

adalah kunci yang penting dalam menyusun formula pakan untuk hewan monogastrik (misal

ayam) untuk menjamin bahwa kebutuhan akan asam amino dapat dipenuhi untuk penampilan

produksi yang optimum.

Beberapa metode penentuan nilai nutrisi dari protein dan asam amino telah banyak

dipelajari. Metode-metode tersebut dapat dikelompokkan kedalam metode in vivo dan in

vitro. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mempelajari beberapa metode penentuan

availabilitas asam amino untuk unggas.

Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan daya cerna semu (apparent digestibility)

adalah perbedaan antara jumlah asam amino yang terdapat dalam pakan yang dikonsumsi

dengan jumlah asam amino yang terdapat dalam faeces, dibagi dengan jumlah pakan yang

dikonsumsi. Sedangkan daya cerna sejati (true digestibility) adalah sama seperti daya cerna

semu, tetapi asam amino yang terdapat dalam faeces yang berasal dari tubuh (endogenous

amino acid) dperhitumgkan. Jadi jumlah asam amino yang terdapat dalam faeces dikurangi

dulu dengan jumlah asam amino endogen. Yang dimaksud dengan daya serap adalah tingkat

dimana asam amino melewati dinding usus kecil. Adapun yang dimaksud dengan availability

adalah tingkat dimana asam amino terdapat dalam bentuk yang serasi untuk pencernaan,

penyerapan dan proses metabolism.

2. Metode penentuan availabilitay asam amino

2.1. In Vivo.

2.2. 1. Growth assay (uji pertumbuhan).

Parameter global dalam percobaan ini adalah tingkat penggunaan asam amino yang

berasal dari pakan (dietary amino acid) untuk pertumbuhan. Prinsip dari percobaan uji

pertumbuhan ini adalah mengukkur kemampuan protein (yang diteliti availabilitasnya) untuk

mengganti fungsi asam amino tertentu pada pertumbuhan. Laju pertumbuhan ayam yang

Page 54: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 53

diberi pakan yang kekurangan (defisien) akan asam amino yang duikur availabilitasnya

dibandingkan dengan laju pertumbuhan dari ayam yang diberi pakan dimana asam amino

yang kekurangan sudah dipenuhi dengan penambahan asam amino sintesis, dengan asumsi

bahwa availabilitas dari asam amino sintesis tersebut adalah 100%. Perhitungan availabilitas

berdasarkan hubungan antara laju pertumbuhan dengan kandungan asam amino dalam pakan

percobaan.

Metode ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain bahwa pertumbuhan itu

sendiri dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain tingkat konsumsi, kandungan protein

dalam pakan dan interaksi antar asam amino. Disamping itu kriteria yang digunakan untuk

menentukan availabilitas, apakah laju pertumbuhan, konversi pakan, kenaikan protein dalam

karkas atau jumlah nitrogen yang diretensi masih membuka peluang untuk diskusi lebih jauh.

Selanjutnya percobaan dengan menggunakan metode ini sangat mahal dan menghabiskan

waktu, karena hanya dapat diterapkan untuk menentukan satu jenis asam amino setiap

percobaan. Bahkan kadang-kadang tidak mungkin membuat suatu formula (dari bahan-bahan

makanan yang umum digunakan) yang benar-benar defisien akan asam amino yang akan

diteliti. Seringkali penggantian bahan makanan yang ditest menimbulkan penurunan

kandungan energi. Penambahan asam amino melebihi kebutuhan untuk simulasi protein yang

ditest telah dibuktikan menghasilkan depresi pertumbuhan dan pada akhirnya menghasilkan

tingkat availabilitas yang tinggi, yang kadang-kadang mencapai angka diatas 100%.

Koefisien availabilitas yang diperoleh bervariasi tergantung dari cara menentukan

availabilitas tersebut. estimasi menggunakan parameter laju pertumbuhan akan berbeda

dengan estimasi menggunakan parameter konversi pakan. Juga dibuktikan bahwa laju

pertumbuhan adalah berkorelasi lebih baik dengan konsumsi asam amino daripada

kandungan asam amino dalam pakan.

Beberapa factor lain yang mempengaruhi hasil availabilitas dengan metode uji

pertumbuhan ini adalah tempertaur llingkungan, kandungan energi dalam pakan dan interaksi

antara asam amino dengan beberapa mineral seperti natrium, kalium, chlor.

2.1.2 Kandungan asam amino bebas dalam darah.

Asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan akan diserap oleh dinding usus

dan dikirim ke jaringan-jaringan mealui aliran darah. Oleh karena itu jumlah asam amino

Page 55: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 54

dalam darah dapat dipakai sebagai indikator availabilitasnya.namun demikian, seperti

diketahui, jumlah asam amino dalam darah tidak hanya tergantung dari jumlah asam amino

dalam makanan tetapi juga dipengaruhi status nutrisi dari hewan. Pembentukan protein

jaringan (anabolisme) akan menghasilkan pengambilan asam amino dari aliran darah,

sedangkan katabolisme protein akan meningkatkan kandungan asam amio dalam darah.

2.1.3. Daya cerna (digestibility method)

Prinsip dari metode ini adalah availabilitas dapat ditentukan dari daya cerna

(digestibility). Yang dimaksud dengan daya cerna dalam hal ini adalah perbedaan antara

jumlah asam amino yang dikonsumsi dengan jumlah asam amino yang terdapat dalam faeces.

Metode ini mempunyai beberapa kelemahan. Dua diantaranya yang menonjol ialah:

asam amino endogen (endogenous amino acid) dan mikroorganisme. Jika akan menentukan

daya cerna asam amino maka kontribusi asam amino endogen harus diperhatikan. Sumber

asam amino endogen adalah sel-sel yang telah mati dan sekresi dari saluran gastro intestinal.

Sekresi dari glandula salivaris, perut, hati, pancreas, dan mukosa sel yang berguna dalam

proses pencernaan adalah pada umumnya berupa enzyme. Enzyme ini sebenarnya adalah

berbentuk protein atau mucoprotein.

Efek mikroorganisme pada pencernaan protein. Enzyme dari mokroorganisme

mungkin akan dicerna dan diserap sehingga dapat digunakan oleh hewan. Tetapi

mikroorganisme juga mempunyai kemampuan memecah protein dan menggunakan asam

amino untuk kehidupannya. Sebagai tambahan mikroorganisme bukan saja sebagai konsumen

asam amino, tetapi mikroorganisme dapat juga bertindak sebagai produsen asam amino.

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian asam amino dalam faeces adalah berasal dari

bakteri. Kontribusi asam amino oleh mikroorganisme dalam faeces kira-kira sebesar 25%.

Hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan nilai daya cerna asam amino yang ditentukan

dengan menganalisa faeces yang diambil dari ileum dan dari seluruh saluran pencernaan.

Pada hampir semua kasus perbedaan ini besarnya dapat mencapai 10%.

Page 56: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 55

2.2.In Vitro

2.2.1 Uji Kimia ( chemical assay)

Carpenter (1960) mengukur availabilitas asam amino secara kimia berdasarkan

pengukuran presentase gugus amino epsilon beas daro lysine yang dapat diikat oleh

flurodinitribenzene (FDHB). Availabilitas lysine dapat juga diukur dengan dye binding atau

dengan reaksi quanidin. Untuk availabilitas methionine dapat ditentukan dengan gas

chromatography.

2.2.2 Metode Enzimatis

Beberapa usaha telah dilakukan untuk membuat simulasi pencernaan secara in vitro.

Dengan metode ini lysine dapat diisolasi dari bahan makanan setelah dicerna dengan pronase

dan lysine – decarboxylase dan cystine digunakan pancreatin.

2.2.3 Metode Mikrobiologis

Penentuan availabilitas asam amino secara mikrobiologis adalah berdasarkan

kenyataan bahwa beberapa mikroorganosme mempunyai kemampuan proteolitik.

Mikroorganisme yang sudah biasa digunakan untuk test adalah Streptococcus zymogenes,

Tetrahymena pyriformis, streptococcus faecalis, streptococcus durens, Lactobacillus

arabinosus, dan Eschirichia coli.

3.Faktor – factor yang mempengaruhi availabilitas asa, amino dari bahan makanan.

3.1. protease in hibitor

Protease in hibitor adalah protein dalam tumbuh – tumbuhan yang mempengaruhi

kerja enzim proteolitik pada hewan. Protease inhibitor yang telah umum dikenal adalah yang

terdapat dalam biji kedelai. Protease in hibitor akan bergabung dengan enzim pencernaan,

sehingga enzim ini tidak dapat berfungsi. Dengan demikian protein makanan, protein enzim

dan protein ini hibitor akan melewati saja saluran gastrointestinal dan keluar lewat feses.

Protease in hibitor dalam biji kedelai akan mengurangi availabilitas methionine dan

cystin lebi daripada asam amino yang lain. Dengan demikian hewan yang diberi makan

kedelai yang mengandung protease in hibitor maka pancreas akan bekerja lebih berat untuk

memproduksi enzim pencernaan lebih banyak. Kita tahu bahwa enzim pencernaan itu sendiri

Page 57: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 56

adalah kaya akan cystine. Dengan demikian hewan tidak saja kehilangan cystine dari protein

makanan melainkan juga kehilangan cystine dari tubuhnya lewat enzim pencernaan.

Selanjutnya methionine dari makanan akan dengan cepat diubah menjadi cystine untuk

memenuhi kebutuhan cystine untuk produksi enzim pencernaan. Dengan demikian jumlah

metionin yang dapat dipakai oleh hewan juga menjadi berkurang.

Bahan makanan lain seperti jagung, padi, gandum, dan barley juga mengadung

protease in hibitor, tetapi jumlahnya sangat kecil sehingga keberadaannya tidak menimbulkan

gangguan pada pencernaan.

3.2. lectin

Lectin adalah suatu glucoprotein yang mempunyai berat molekul antara 91.000 –

130.000. lectin juga biasa disebut phytohaemaglutinin dan mempunyai kemampuan untuk

menggumpalkan butir darah merah. Lectin menempel pada mukosa sel pada usus kecil dan

menyebabkan kerusakan sel. Dengan demikian kemampuan dinding usus untuk menyerap zat

makanan menjadi berkurang atau hilang sama sekali, sehingga asam amino hasil digesti

protein tidak dapat diserap. Disamping itu lecin juga menyebabkan peningkatan katabolisme

protein jaringan. Sebagai konsekuensi penggunaan seluruh asam amino akan menurun.

Lectin terdapat banyak dalam biji – biji leguminosa,tetapi dalam jumlah kecil juga

terdapat pada butir – butiran seperti padi, jagung dan sebagainya. Aktivitas lectin akan rusak

oleh pengaruh panas.

3.3. letak protein dalam biji – bijian

Availabilitas asam amino dari biji – bijian dipengaruhi oleh letak protein didalam biji

tersebut. protein dari barley dan gandum yang terletak pada endosperm lebih mudah dicerna

daripada protein yang terletak pada lapisan aleuron. Ini disebabkan karena protein dalam

lapisan aleuron terletak berdekatan dengan kulit biji dan bertaut erat pada matriks selulosa.

Oleh karena itu pada barley dan gandum lysine merupakan asam amino yang tingkat

availabilitasnya paling rendah, karena protein yang kaya akan lysine (yaitu albumin dan

globulin) pada barley dan gandum terletak pada lapisan aleuron.

Page 58: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 57

3.4. serat kasar

Pada penentuan nilai availabilitas asam amino, serat kasar dalam bahan makanan

ternyata mengurangi availabilitas asam amino dan mempertinggi kehilangan asam amino

endogen. Diduga serat kasar mempertinggi produksi mucus. Adapun mekanisme penurunan

availabilitas asam amino , diduga serat kasar membentuk semacam gel disekitar asam amino

atau dengan jalan menyerap enzim pencernaan.

3.5. Daya larut protein

Protein diklasifikasikan kedalam beberapa golongan antara lain berdasarkan sifat

kelarutannya. Protein yang lebih mudah larut pada umumnya lebih mudah dicerna. Fibrous

protein cenderung untuk tidak mudah larut, oleh karena itu sukar dicerna. Contoh protein

yang masuk golongan ini adalah collagen, keratin dan elastin. Sedangkan globular protein

cenderung untuk mudah larut, oleh karena itu sangat mudah dicerna. Contoh protein yang

termasuk dalam golongan ini adalah albumin, globulin, prolamin dan glutenin. Protein dalam

kedelai adalah terstruktur sehingga daya cernanya rendah. Pemanasan akan merubah struktur

protein, sehingga memperbaiki daya cerna. Protein dengan kandungan cystine dalam jumlah

tinggi dan ikatan disulfide biasanya sebagian tahan terhadap enzyme pencernaan. Zein,

protein dalam jagung, mempunyai daya cerna rendah karena daya larutnya dalam cairan perut

rendah.

3.6. Reaksi mailard

Reaksi ini terjadi bila karbohidrat yang mereduksi bergabung dengan gugus amino

bebas dari protein. Reaksi ini dipercepat dengan adanya panas. Dengan terjadinya ikatan

tersebut maka enzim pencernaan tidak dapat memecah protein. Gugus epsilon amino bebas

dari lysine adalah tempat utama dalam protein dimana karbohidrat akan bergabung selama

terjadinya reaksi. Dengan terjadinya ikatan tersebut maka daya cerna protein menjadi rendah,

karena kemampuan tripsin untuk memecah ikatan peptida terganggu. Kemampuan hewan

untuk dapat menyerap ikatan karbohidrat-asam amino dapat diserap oleh hewan tetapi asam

aminonya tidak dapat digunakan dan akan hilang lewat urine.

Page 59: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 58

3.7. Oksidasi Lemak

Oksidasi lemak yang terjadi dalam bahan makanan mungkin akan menghasilkan

ikatan carbonyl seperti aldehid dan keton yang dapat bereaksi dengan gugus amino bebas

seperti pada Mailard. Oksidasi lemak dan pembentukan ikatan amino-carbonyl dipercepat

dengan adanya panas. Problem utama adalah dengan lemak tidak jenuh yang mempunyai

kecenderungan untuk dapat mengadakan oksidasi sendiri (auto oksidasi) dan menghasilkan

panas. Proses oksidasi ini dapat dihambat dengan menggunakan anti oksidan.

3.8. Gugus karbonyi bebas

Gugus carbonyl bebas dari asam aspartat dan asam glutamat dalam protein mungkin

bergabung dengan gugus amino bebas dari protein yang sama atau dari protein lain. Reaksi

ini juga dipercepat dengan adanya panas dan akan menurunkan daya cerna protein seperti

halnya reaksi Millard.

Hilangnya availabilitas asam amino dari protein hewani terutama disebabkan karena

adanya interaksi antar protein. Oleh karena itu saat ini pada proses pembuatan bahan

makanan hewani (misal tepung darah) ditambahkan lemak sebagai “protecting agent” untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi antar protein.

4.Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa uji pertumbuhan (growth assay) untuk

penentuan availabilitas asam amino pada ayam merupakan satu alternatif yang terus

digalakkan. Beberapa ahli berpendapat bahwa uji pertumbuhan sebaiknya digunakan sebagai

referensi untuk membandingkan dengan uji biologis yang lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya cerna asam amino yang ditentukan dengan

metode “total collection” adalah sesuai dengan hasil dari uji pertumbuhan. Kontribusi

“urinary amino acid” pada daya cerna protein adalah kecil sekali. Dengan demikian

penggunaan ayam yang diambil colonnya untuk penentuan daya cerna kelihatannya tidak

perlu. Namun demikian untuk mendapatkan estimasi yang tepat dari asam amino endogen

yang hilang lewat urine, ransum percobaan sebaiknya disusun tanpa mengandung nitrogen.

Page 60: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 59

LEMBARAN KERJA

NAMA MAHASISWA : ……………………… DISETUJUI OLEH : ………..

NIM : ……………………… TGL : …………

ACARA : MENENTUKAN AVAILABILITAS ASAM AMINO

DENGAN MENGGUNAKAN METODE SLOPE-RATIO

1. Ayam.

2. Asam amino yang ditest : METHIONINE PADA KACANG HIJAU.

3. Susunan ransum basal (defisien akan methionin)

Bahan Makanan Jumlah

4. Ransum perlakuan yaitu satu kelompok ransum yang terdiri dari 5 macam ransum

yang mengandung methionine yang berbeda yang diperoleh dengan cara menambah

methionine sintetis pada ransum basal dalam jumlah yang berbeda dan satu kelompok

ransum (II) terdiri dari 5 macam ransum yang mengandung methionine yang sama

dengan kelompok ransum I yang diperoleh dengan cara menambahkan kacang hijau

pada ransum basal dalam jumlah yang berbeda.

No. Keterangan Kelompok I Kelompok II

Methionine (%) Kacang hijau (%)

1 Basal ditambah

2 Basal ditambah

3 Basal ditambah

4 Basal ditambah

5 Basal ditambah

Page 61: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 60

5. Menentukan Availabilitas Asam Amino dengan Menggunakan Metode Slope-Ratio

Jika kebutuhan metionin pada ayam pedaging finisher adalah 0,45 %. Susunlah

ransum basal yang mengandung metionin sebesar 0.40 %. Buat 2 kelompok ransum yang

pertama mengandung metionin sintetis dan yang kedua mengandung bahan Kacang Hijau

dengan presentase metionin 81 % dan 1.5 % (Masing-masing ransum dalam tiap kelompok

mengandung metionin secara berjenjang mulai dibawah kebutuhan sampai diatas kebutuhan,

yaitu 0.400 %, 0.425 %, 0,450 %, 0,475 %, dan 0,500 %). Dengan penambahan metionin

sintetis didapatkan data rata-rata konsumsi pakan ransum tes (kelompok metionin) secara

berurutan adalah 122, 124, 127, 128, dan 129 dengan penambahan rata-rata bobot badan

secara berurutan adalah 98, 99, 102, 105, dan 106. Sedangkan kelompok kacang kedelai

secara berurutan rata-rata konsumsi pakan adalah 116, 117, 118, 119, dan 120 dengan rata-

rata pertambahan bobot badan 98, 99, 101, 102 dan 104. Hitunglah availabilitas metionin

dalam kacang hijau!

RUMUS REGRESI LINEAR SEDERHANA

Y = a + bx

a = Y – Xb

b =

Rumus :

TB =

TA =

Table t

Df 5% 1% df 5% 1%

1 12,706 53,657 6 2,447 3,707

2 4,303 9,925 7 2,365 3,499

3 3,182 5,841 8 2,306 3,355

4 2,776 1,604 9 2,262 3,250

5 2,571 4,032 10 2,223 3,169

Page 62: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 61

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Page 63: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 62

Page 64: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 63

Page 65: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 64

Page 66: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 65

MENENTUKAN NILAI KECERNAAN PAKAN

PADA TERNAK KELINCI

PENDAHULUAN

Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan produksi ternak menjadi optimal,

sehingga pakan yang diberikan harus memiliki kualitas yang baik. Kualitas pakan dapat

dilihat dari kandungan zat makanan yang ada pada pakan dan jumlah pemberian pada ternak

yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Kualitas pakan tidak hanya ditentukan oleh kandungan

zat makanan yang ada pada pakan melainkan juga tingkat kecernaan pakan dalam saluran

pencernaan.

Kecernaan atau daya cerna pakan adalah kemampuan pakan untuk dicerna di dalam

saluran pencernaan. Semakin besar nilai kecernaan pakan dalam saluran pencernaan maka

kualitas pakan tersebut semakin baik, karena dengan tingkat kecernaan pakan yang besar

maka kemampuan nilai guna zat makanan semakin besar yang mengakibatkan produksi

menjadi optimal. Kecernaan pakan sebaiknya di lakukan oleh setiap peternak untuk

mengetahui seberapa besar kualitas pakan yang diberikan pada ternak. Melihat pentingnya

pakan yang benar-benar berkualitas agar produksi menjadi optimal sehingga perlu dilakukan

perhitungan kecernaan pakan yang digunakan.

Kelinci merupakan hewan herbivora non ruminansia pemakan tumbuh-tumbuhan,

sistem pencernaanya unik karena hanya mempunyai satu lambung/perut (monogastric). Pada

proses pencernaanya kelinci memfermentasi bahan makanan (selain serat) pada sekum dan

mengeluarkannya pada anus berupa butiran-butiran menyerupai kotoran tapi berwarna pekat

dan lembek, butiran ini disebut cecotropes. Kelinci seringkali terlihat memakan cecotropes

itu langsung dari anusnya, dan proses ini disebut copraphagy atau cecotrophy. Karena

keunikanya tersebut maka pemberian pakan pada kelinci tidak boleh sembarangan, harus

diperhatikan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi proses pencernaanya. Aspek-aspek yang

perlu diperhatikan salah satunya adalah kualitas pakan. Salah satu penentu kualitas pakan

adalah tingkat kecernaan pakan kelinci. Dalam pratikum ini mahasiswa diharapkan dapat

menghitung tingkat kecernaan pakan yang diberikan pada ternak kelinci.

Page 67: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 66

Menentukan tingkat kecernaan pakan yang pertama harus dilakukan koleksi pakan dan

koleksi ekskreta. Pakan awal dan ekskreta yang sudah terkumpul masing-masing dihitung

prosentase bahan keringnya. Dengan mengetahui nilai bahan kering masing-masing sampel

maka nilai kecernaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

BK Kecernaan (%) = BK intake – BK Ekskreta

BK intake

Proses simulasi kecernaan pakan dalam tubuh kelinci dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

TUJUAN

Agar mahasiswa memiliki pengalaman dan mengetahui menentukan nilai kecernaan

pakan untuk mengetahui kualitas pakan yang digunakan sehingga mampu meningkatkan

produksi .

PRINSIP

Menghitung nilai kecernaan pakan untuk menentukan kualitas pakan.

Page 68: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 67

Mouth Food is chopped,

ground and mix with saliva.

Stomach Food is mixed with acid to

sterylise it and enzymes to bigin the proses of digestion.

Small Intestines Most nutrients are

absorbed here more enzymes are added

breaking down the food so that nutrient can

pass through the lining and be absorbed in to

the blood stream

Colon Enzymes can’t break

down fibre so it continues on to the colon to be sorted.

Small particles of digestible fibre are temporarily diverted to the caecum.

Caecum Here bacteria ferment the fibre breaking it

down to digestible nutrients

Large particles of digestable fibre are formit in to droppings and excreated

Fermented fibre from the caecum is coated in

protective mucus than excreated as cicle droppings with are reingested so the nutrients can pass through

the small intestine to be absorbed.

100%

80%

20%

Page 69: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 68

LEMBARAN KERJA

NAMA MAHASISWA : ……………………… DISETUJUI OLEH : ………..

NIM : ………………………

ACARA : Menghitung Kecernaan Pakan TGL : …………

1. Praktikum ini dilaksanakan di ……………………………… mulai tanggal

………………………s/d ………………………….

2. Kelinci yang digunakan strain …………....................... umur……..minggu

(………hari).

3. Jenis ransum yang akan dibuat : ……………………………………….. (Petunjuk asisten)

dengan kriteria sebagai berikut :

BK :………….%

Protein : ………… %

Energi metabolis : …………kkal/kg

Lemak tidak kurang dari : ………… %

Serat kasar tidak lebih : ………….%

Ca : ………….%

P : ………….%

4. Ransum yang digunakan adalah sebagai berikut:

No. Nama bahan Formula ransum

I II III IV

1.

2.

3.

4.

5.

Page 70: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 69

6.

7.

8.

9.

10.

5. Kandungan zat makanan berdasarkan perhitungan.

NO Zat Makanan Formula ransum

I II III IV

1. Protein

2. Energy Metabolis

3. Lemak

4. Serat kasar

5. BK

Page 71: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 70

6. Kandungan Bahan Kering (BK) berdasarkan perhitungan.

NO Keterangan Formula ransum

I II III IV

Pakan yang diberikan

1 BK

Ekskreta

1 BK

7. Nilai Kecernaan pakan berdasarkan perhitungan.

NO Keterangan Formula ransum

I II III IV

1 BK Kecernaan

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN :

Page 72: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 71

Page 73: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 72

Page 74: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 73

Page 75: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 74

DAFTAR PUSTAKA

Batterham, E.S. and Major, E.J. (1982). Determining The Availability of Lysine in Proteins

For Chicks Using The Slope-Ratio Assay and Comparisons With Pig, Rat and

Chemical Assays. In Poult. Husb. Res. Fd. Symposium. The University of Sydney.

Paper no. 9

Battarham, E.S. and Major, E.J. (1987). The Slope-Ratio Assay Technique as A Measure of

Availability of Amino Acids For Chicks-Experiments With Local Feeds. In Poult. Husb.

Res. Fd. Symposium. The University of Sydney. pp. 96-103

Carpenter, K.J. (1960). The Estimation of The Available Lysine in Animal-Protein Food.

Biochem. J. 77:604-610

Cave, N. A. and William, C. j. (1980). A Chicks Assay For Availability of Lysine in Wheat.

Poult. Sci., 59:799-804

Crissey, S.D. and Thomas, O.P. (1983). The Amuont of Fecal Amino Acids From Roosters

Fasted, Fed Non-Protein Diets, Soybean Meal or Autoclaved Soybean Meal. Poult.

Sci. 62:1406

Fernell, W.R. and Rosen, G.D. (1956). Microbiological Evaluation of Protein Quality With

Tetrahymena Pyriformis 1. Characteristics of Growth of The Organism and

Determination of Relative Nutritive Values of Intact Proteins. Br. J. Nutr., 10:143-156

Whitacre,M.E. (1987). Methods of Determining The Bioavailability of Amino Acid For

Poultry. In Puolt. Husb. Res. Fd. Symposium. The University of Sydney. pp. 81-95

Page 76: MENYUSUN RANSUM -  · PDF fileSetelah pemilihan bahan makanan ternak yang akan digunakan untuk menyusun ransum ... Tulungagung) dilakukan analisa sendiri-sendiri. Hal ini akan

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Nutrisi Non Ruminansia 75