Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

156
7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 1/156 Al-Ustadz Abu Musa Ath-Thoyyar Semoga Alloh mentabahkannya Menyoal Manhaj Takfir Luqman Bin Muhammad Ba’abduh Dalam Bukunya yang

Transcript of Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

Page 1: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 1/156

Al-Ustadz Abu Musa Ath-Thoyyar Semoga Alloh mentabahkannya

Menyoal Manhaj

Takfir

Luqman

Bin Muhammad

Ba’abduh

Dalam

Bukunya yang

Page 2: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 2/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Berjudul Mereka Adalah Teroris

Pengantar

Ustadz Abu Bakar Ba’asyir hafidhohulloh

 Judul

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Bin Muhammad Ba’abduh DalamBukunya yang Berjudul Mereka Adalah Teroris

Penulis

Al-Ustadz Abu Musa Ath-Thoyyar

semoga Allah segera membebaskannya danmenjaga keluarganya dengan sebaik-baik 

 pemeliharaan, melimpahkan keberkahandan kebaikan sepanjang umurnya untuk dakwah

tauhid wal jihad dan memilihnya sebagaisyuhada atau membebaskannya dari

hisab karena jihad dan luka-luka di jalan Alloh

 

Layout, Editing, Artwork

Tim Jahizuna Project hafidhohumulloh

]2[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 3: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 3/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Publikasi

 Jahizuna Publishing

http://jahizuna.com

 Jumadil Tsani 1433 dari hijrah Rasul sholallahu alaihi wassalam

Maktabah Jahizuna Control Number: node/783

Signature: E26E 2FA6 565A C20A 5311 B875 A91C B6D6 F7C4 2FD3

FB: jahizuna

 Jazakumullah khair bagi siapapun yang turut menanam sahammenyebarkan buku ini untuk izzul Islam.

KARYA INI DILINDUNGI SYARIAT ISLAM

]3[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 4: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 4/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

: ﴿ ﴾“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yangmurtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatukaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya,

 yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu'min, yangbersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulahkarunia Alloh, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan

 Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Maa-idah: 54)

]4[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 5: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 5/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Do’a

 

“Yaa Alloh, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, kaum muslimindan muslimat, satukanlah hati mereka, perbaikilah hubungan mereka,menangkanlah mereka atas musuhMu dan musuh mereka, berilah

 petunjuk mereka kepada jalan-jalan keselamatan, dan keluarkanlahmereka dari kegelapan menuju cahaya, dan jauhkanlah mereka dari

 perbuatan-perbuatan keji yang lahir maupun yang batin, danberkahilah pendengaran dan penglihatan mereka selama Engkauhidupkan mereka, dan jadikanlah mereka orang-orang yangmensyukuri nikmat-nikmatMu, memujiMu lantaran nikmat-nikmat tersebut, dan menerima nikmat-nikmat tersebut, dan sempurnakanlah

nikmat-nikmat tersebut kepada mereka wahai Robb semesta alam. Yaa Alloh menangkanlah kitabMu, diin (agama) Mu dan hamba-hambaMu yang beriman, dan menangkanlah petunjuk dan diinul haqq (agama yang benar) yang Engkau turunkan melalui Nabi Kami MuhammadSAW di atas semua diin (agama). Yaa Alloh siksalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang menghalang-halangi dari jalanMu danmerubah diin (agama) Mu, dan memusuhi orang-orang beriman. Yaa

 Alloh cerai-beraikan kesepakatan mereka, perselisihkanlah hatimereka, dan jadikanlah kehancuran mereka pada usaha mereka, danturunkanlah bencana kepada mereka. Yaa Alloh turunkanlah siksaanMu

 yang tidak ada yang bisa menolaknya dari orang-orang yang jahat. Yaa Alloh, yang menjalankan awan, yang menurunkan kitab, yang

]5[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 6: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 6/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

menghancurkan pasukan yang bersekutu, hancurkanlah mereka dangoncangkanlah mereka, dan menangkanlah kami atas mereka. WahaiRobb kami, tolonglah kami dan janganlah Engkau tolong orang yangmemusuhi kami, menangkanlah kami dan jangan Engkau menangkanorang yang memusuhi kami, buatkanlah makar untuk membela kami

dan jangan Engkau buatkan makar untuk orang yang memusuhi kami,dan berilah petunjuk kepada kami, dan mudahkanlah kami dalammendapatkan petunjuk, dan menangkanlah kami terhadap orang yangmenganiaya kami. Wahai Robb kami, jadikanlah kami orang-orang

 yang bersyukur, taat, tunduk, banyak berdo’a dan banyak bertaubat kepadamu. Wahai Robb kami, terimalah taubat kami, sucikanlah dosakami, kokohkanlah hujjah kami, berilah petunjuk hati kami, luruskanlahlidah-lidah kami dan cabutlah kedengkian yang ada di dalam dada-dada kami.” (Ibnu Taimiyyah berkata: “Lafadh do’a ini diriwayatkanoleh At Tirmidziy dengan sanad tunggal, dan ia menshohihkannya,dan ini adalah termasuk do’a yang paling mencakup kebaikan duniadan akherat, dan do’a ini ada penjelasannya yang sangat agung.” AlFataawaa, Kitaabul Jihaad, dalam surat beliau kepada parasahabatnya ketika beliau berada di penjara Iskandariyah)

]6[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 7: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 7/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Daftar IsiPENGANTAR AL USTADZ ABU BAKAR BA’ASYIR .................................... 8

PENDAHULUAN ................................................................................ 12

PROFILER PENULIS RUJUKAN.......................................................................................19‘Abdul Qoodir Bin ‘Abdul ‘Aziiz ...............................................................19 Abu Muhammad Al Maqdisiy ..................................................................20

BAB I MANHAJ TAKFIR ...................................................................... 28

A. BERHATI-HATI DALAM MELAKUKAN TAKFIR.................................................................30B. S YARAT-S YARAT TAKFIR.......................................................................................56

Sebab-Sebab Seseorang Menjadi Kafir ...................................................59Syarat-Syarat Seseorang Bisa Divonis kafir ............................................67

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MASALAH TAKFIIR...........................................97

BAB II BERHUKUM DENGAN SELAIN HUKUM ALLAH... KAFIRKAH? ....... 108

A. TAFSIIR SURAT AL MAA-IDAH: 44 ........................................................................109B. S YUBHAT-S YUBHAT...........................................................................................112

Pertama: Yang Dimaksud Kekafiran Di Dalam Ayat Tersebut Kufur Akbar  Atau Kufur Ashghor? ...................................................................................112

Kedua: Apakah Ayat Ini Hanya Khusus Untuk Ahlul Kitab Dan Tidak Berlaku Untuk kaum Muslimin .....................................................................125

BAB III MANHAJ USTADZ ABU BAKAR BA’ASYIR ................................. 133

A. MANHAJ USTADZ ABU BAKAR BA’ASYIR..................................................................134B. MANHAJ TAKFIIR USTADZ ABU BAKAR BA’ASYIR.........................................................144

PENUTUP ...................................................................................... 154

]7[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 8: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 8/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Pengantar Al Ustadz Abu Bakar Ba’asyir

 

.

Waba’du:Akhi Fid Diin Luqman bin Muhammad Ba’abduh menulis buku yangBerjudul Mereka adalah Teroris. Dalam buku tersebut ia melontarkantuduhan yang bahasanya kasar dan tidak beradab kepada ulama’‘aamiliin dan mujahidin. Ulama’ ‘aamiliin yang telah membuktikanamalnya berdasarkan ilmunya di medan jihad, demikian pula paramujahidin yang mengamalkan jihad untuk membela Islam dan kaummuslimin ia tuduh sebagai Khowaarij gaya baru. Beliau-beliau yangdituduh itu antara lain ialah Syaikh Salmaan Al ‘Audah, SyaikhSafar Al Hawaliy, Syaikh Aiman Adh Dhowaahiry dan Usaamah

bin Laadin.Bahkan secara serampangan dia juga menuduh Al Ustadz ‘AbdullohSungkar  rohimahulloh dan diri saya sebagai tokoh Khowaarij diIndonesia. Dan juga dengan penuh kebencian tanpa didasari ilmu yangcukup dia juga menuduh para tokoh kaum muslimin yang telahmembuktikan pengorbanannya untuk membela Islam dan kaummuslimin antara lain ialah Al Ustadz Hasan Al Bannaa, SayyidQuthub, Syaikh Al Maududiy dan Sa’iid Hawa  rohimahumulloh,beliau-beliau ini dituduh sebagai promotor menghidupkan kembalipemikiran sesat Khowaarij. Bahkan Salmaan Al ‘Audah,  Safar Al

Hawaliy, dan Aiman Adh Dhowaahiriy yang telah membuktikandengan gigih memerangi faham sesat Murji-ah dan Usaamah binLaadin yang dengan gigih memerangi negara-negara aparat Dajjalpelaku teroris yakni Amerika Serikat dan antek-anteknya, malah beliau-beliau dituduh sebagai tokoh-tokoh teroris.

Saya menjadi tercengang setelah membaca buku tersebut danterheran-heran melihat keberanian Luqman Ba’abduh menyerangdan mengolok-olok ulama’ ahli ilmu dan para mujahid yang mereka itubenar-benar telah membuktikan amalnya sesuai dengan ilmu yangdifahaminya dan telah membuktikan pengorbanannya demimenegakkan kalimatulloh, tetapi herannya saya tidak menemukan didalam buku yang ia tulis itu satu katapun yang memerangikemungkaran yang diperankan oleh thoghut-thoghut  hidup yang

]8[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 9: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 9/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

dengan terang-terangan membela dan bersekutu dengan aparat DajjalAmerika dan antek-anteknya untuk memerangi Islam dan kaummujahidin yang berjuang menegakkan kalimatulloh.

Bahkan ketika saya membaca tulisan saudara Luqman Ba’abduhpada halaman 374, yang di sana dia mengatakan bahwasanya SyaikhDR. Safar Al Hawaliy, Salman Al ‘Audah adalah para teroris danprovokator yang menebar fitnah dan kekacauan, sehingga sangatpantas dan layak untuk dijebloskan ke penjara. Bahkan di sisi lain,pada halaman 363 ia memuji pemerintah Fahd bin ‘Abdul ‘Aziizyang telah menjebloskan para ulama’ tersebut ke dalam penjara, dania menyebutkan berbagai jasanya seperti mengurus dua masjid haromyang mulia, mendirikan sekolah-sekolah, universitas-universitas,pembagian buku-buku agama secara gratis, pembagian mushaf-mushaf Al Qur’an secara gratis dan lain-lain.

Saudara Luqman Ba’abduh juga mengatakan bahwa Fahd bin

‘Abdul ‘Aziiz itu juga manusia biasa sehingga jika terjatuh padakesalahan itu sangatlah dimaklumi, tetapi anehnya jika yang dianggapsalah itu adalah para ulama’ atau mujahidin yang membuktikan beranimenyerang kemungkaran yang pernah terjadi di negara tersebut diahakimi bahwa beliau-beliau itu sebagai teroris, penebar fitnah danprovokator yang harus dipenjara. Ketika saya merenungkan sikap diaini saya teringat dengan sebuah ciri menonjol yang ada pada Khowaarijyang disebutkan di dalam sebuah hadits shohiih yang berbunyi:

.. mereka membunuh ahlul Islaam (orang Islam) dan membiarkanmembiarkan ahlul autsaan (orang musyrik).

Padahal pada tulisan Luqman Ba’abduh tersebut nampak jelasbetapa besar kebencian dia terhadap para mujahidin dan para ulama’yang menentang thoghut . Sedangkan di sisi lain ia memuji danmencari-cari alasan untuk membenarkan kesalahan-kesalahan parathoghut hidup.

Selain saya teringat dengan ciri khas Khowaarij yang disebutkan didalam hadits tersebut saya juga teringat sebagian ulama’ salaf yangmengatakan bahwasanya Murji-ah itu adalah sebuah ajaran yangdisenangi oleh para penguasa. Dan saya yakin akan lebih disenangilagi oleh para penguasa murtad di jaman sekarang. Sehingga dengan

demikian dalam tulisannya tersebut terwujud dua ciri khas yangdimiliki oleh dua kelompok sesat yang saling berseberangan, yaitukelompok Khowaarij dan kelompok Murji-ah ekstrim. Karena jelas bukuyang ditulis oleh saudara Luqman Ba’abduh tersebut memberikandukungan yang cukup besar terhadap program Thoghut besar AmerikaSerikat di dalam perang melawan mujahidin dengan kedok melawanteroris, yang persis dengan istilah saudara Luqman Ba’abduh dalammenyebut para mujahidin dan para ulama’ yang bersikap tegasterhadap para thoghut hidup.

 Yang lebih membuat saya heran lagi, ternyata sikapnya tersebut

sangat jauh dengan sikap yang dilakukan oleh para Sahabat, yangmana mereka itu adalah para panutan  Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

]9[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 10: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 10/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Karena kalau kita perhatikan, para Sahabat itu sangat keras di dalammengingkari kesyirikan dan kekafiran meskipun sangat kecil sedangsaudara Luqman Ba’abduh justru malah mengingkari orang yangmengingkari syirik akbar , seperti berhukum dengan selain hukumAlloh. Bahkan dia enggan mengingatkan perbuatan mungkar yang

pernah diamalkan oleh salah seorang raja Arab Saudi yakni perbuatansecara terang-terangan memakai salib di hadapan dunia.

Sebagai muslim seharusnya kita wajib menghormati semua ulama’terutama ulama’ ‘aamiliin baik yang fatwanya kita setujui maupunyang tidak kita setujui. Hanya saja apabila fatwa itu sudah tingkatanijma’ , apalagi ijma’ sahabat wajib kita ikuti. Tetapi apabila fatwa yangsifatnya bukan ijma’  kita boleh memilih untuk mengikuti fatwa yanghujjah-nya kita pandang lebih kuat, baik dari sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in maupun ulama’ mu’aashiriin. Sebab ucapan siapapun boleh kitaikuti dan boleh kita tolak selain sabda Rosululloh shalallahu 'alaihi

wasallam sebagaimana keterangan Imam Maalik  rahimahullah :“Semua orang ucapannya boleh kita ikuti, boleh tidak kecuali yang dikubur ini, yakni Rosululloh SAW.” 

Namun meskipun kita tidak sefaham dengan ijtihad salah seorang ahliilmu, kita wajib menghormatinya karena kita yakin bahwa fatwa yangkeliru itu bukan karena hawa nafsu tetapi karena ijtihad yang salah,dan kita doakan semoga masih mendapat pahala. Jadi bukan kita cacimaki lalu kita tuduh yang bukan-bukan. Begitulah seharusnya akhlaqseorang muslim.

Adapun tuduhannya terhadap Al Ustadz ‘Abdulloh Sungkarrohimahulloh dan diri saya sebagai tokoh Khowaarij di Indonesia, samasekali tidak berdasarkan hujjah syar’iyyah dan hanya semata-mataberdasarkan perkiraan dan saya khawatir kalau hanya didorong untukmencari muka dan pujian di hadapan thoghut di Indonesia.

 Al Hamdulillah, berkat bimbingan dan rahmat Alloh subhanahuwata'ala Akhi Fid Diin Luthfi Haidaroh telah diberi kekuatan menulisbantahan terhadap buku tersebut secara rinci berdasar hujjahsyar’iyyah yang kuat baik dari Al Qur’an dan Sunnah maupun yangdiambil dari aqwaal ‘ulama’ salaf , tabi’in, tabi’it tabi’in, dan ulama’muta-akhiriin pengikut ulama’ salaf . Dalam buku yang ditulis ini

dimasukkan juga jawaban saya untuk membantah tuduhan LuqmanBa’abduh yang ngawur itu, dan Akhi Luthfi Haidaroh menulisnyadalam bentuk mewawancarai saya dengan harapan agar orang bisamemahami secara jelas bagaimana sebenarnya faham saya tentangaqidah salafush sholih dan firqoh sesat Khowaarij.

Saya khawatir tulisan saudara Luqman Ba’abduh dalam hal ini justruakan menjadi sumber fitnah yang merugikan Islam dan kaum musliminserta sangat menguntungkan thoghut-thoghut hidup, baik di Indonesiamaupun di luar Indonesia dan juga sangat menguntungkan fitnah yangdirekayasa oleh aparat Dajjal AS dan antek-anteknya. Maka saya

nasehatkan karena Alloh kepada Akhi fid Diin Luqman Ba’abduh agarbertaubat dan meninjau kembali tulisannya itu, takutlah kepada Alloh,

]10[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 11: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 11/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 jangan takut kepada thoghut , berharaplah kepada Alloh, janganberharap kepada thoghut .

Semoga buku yang ditulis oleh Akhi Fid Diin Luthfi Haidaroh ini dapatmembuka persoalan yang sebenarnya sehingga fitnah yang dikandungbuku tulisan Luqman Ba’abduh itu dapat dihindari oleh kaummuslimin khususnya di Indonesia. Dan sekiranya Saudara LuqmanBa’abduh belum puas dengan apa yang dipaparkan di dalam buku ini,maka kami mengajak supaya Saudara Luqman Ba’abduh bersediauntuk bermunadhoroh dengan saya dan penulis buku ini. Dalam hal iniIbnu Taimiyyah mengatakan di dalam Ar Risaalah At Tis’iiniyyahhalaman 26: “Jika dilakukan kajian secara mendetail dan terperinciniscaya akan tersingkap hal-hal yang tersembunyi, dapat dibedakanantara siang dan malam, antara ahlul iimaan wal yaqiin (penganutkeimanan dan keyakinan) dengan ahlul nifaaq wal mudallisiin (orangmunafiq dan penipu) yang memoles kebenaran dengan kebatilan, dan

menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahuinya.”Namun jika jalan munadhoroh tidak dapat memuaskan juga, atauSaudara Luqman Ba’abduh tidak bersedia, maka kami siap untukmengadakan mabahalah, dengan harapan umat akan memahamimana yang benar dan mana yang salah. Walloohu A’lam.

Semoga Alloh subhanahu wata'ala meridloi kita semua. Amiin.

Lp Cipinang, Ahad 22 Dzul Hijjah 1426 H

22 Januari 2006 M

 Al Fakiir IlallahAbu Bakar Ba’asyir

]11[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 12: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 12/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Pendahuluan

Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam, dan kesudahan yang baikitu adalah untuk orang-orang yang bertaqwa, dan tidak adapermusuhan kecuali terhadap orang-orang yang dholim…

Saya bersaksi bahwasanya tidak ada ilaah kecuali hanya Alloh, yangMaha Esa dan tidak ada sekutu bagiNya. Ini adalah kalimat yang manalangit dan bumi tegak karenanya. Kalimat yang Alloh jadikan sebagai Al‘Urwatul Wutsqoo yang padanyalah terletak keselamatan. Karena Alloh

telah menetapkannya sebagai hak yang harus Alloh tunaikan kepadahamba - hamba-Nya. Dan karena kalimat itulah pedang-pedang jihaddihunus, perang dan istisyhaad (mencari mati syahid) disyariatkan.Dan kalimat tersebut merupakan fithrotulloh yang Alloh ciptakanmanusia di atasnya. Kalimat yang merupakan kunci keselamatan yangmana hanya kepadanyalah seluruh bangsa diseru melalui lisan paraRosul-Nya. Kalimat yang merupakan inti di dalam diin Islam. Dankalimat yang menjadi kunci daarus salaam.

Dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya. Yang Alloh utus sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagai suri

tauladan bagi seluruh makhluk, lentera bagi orang-orang yang meniti jalan dan hujjah atas orang-orang yang membangkang. Ya Allohlimpahkanlah salam dan keberkahan kepadanya, kepada keluarganyadan kepada seluruh sahabatnya.

Wa ba’du …

Saya telah membaca sebuah buku yang ditulis oleh Al Ustadz LuqmanBin Muhammad Ba’abduh yang berjudul “Mereka adalah Teroris”,yang sedianya akan diberi judul “Imam Samudra Kaulah Teroris Sejati”.Menurutnya, perubahan tersebut dia lakukan lantaran ia memandangbahwa Imam Samudra hanya merupakan salah satu korban dari

kesesatan pemikiran Khowaarij global masa kini. Di sana ia menulisbantahan terhadap tulisan Imam Samudra yang berjudul “KamiMelawan Teroris”. Di dalam buku tersebut ia sebutkan berbagai pahamyang ia klaim sebagai pendapat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan ulama’salaf secara dusta. Selain itu ia juga melontarkan kepada berbagaiahlul ‘ilmi wal fadli sebagai orang yang berpaham Khowaarij, Takfiiriy , Teroris dan lain-lain secara membabi buta.

Di antara tudingan-tudingan yang ia lontarkan adalah sebagai berikut: Tokoh teratas neo Khowaarij: Salman Al Audah, Safar Al Hawaliy,Usamah bin Laalin, Aiman Adh Dhowaahiriy (hal. 6)

 Tokoh-tokoh senior Khowaarij Indonesia: ‘Abdulloh Sungkar, AbuBakar Ba’asyir (hal. 59).

]12[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 13: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 13/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 Tokoh-tokoh teroris: Usamah bin Laadin, Salman Al Audah, SafarAl Hawaliy, Aiman Adh Dhowaahiriy, dll. (hal. 55-56)

 Yang memotori hidupnya kembali pemikiran sesat generasi awalKhowaarij: Hasan Al Bannaa, Sayyid Quthub, Al Maududiy, Sa’iidHawaa (hal. 59)

Para Ruwaibidloh masa kini: Dr. Safar Al Hawaliy, Salman Al‘Audah dan sang jagoan konyol Usamah bin Laadin (hal. 59)

Usamah bukan ulama’, bukan pula ahlul ijtihad. Bahkan sebaliknya, iatermasuk dalam jajaran Ruwaibidhoh, Mufsidiin dan Ahlul Bid’ah. (hal.371)

Dia mengatakan tentang para mujahidiin yang dikatakan oleh ImamSamudra memenuhi penjara Saudi: “Dan kalau kita lihat kenyataanyang ada, memang yang dipenjarakan adalah orang-orang semacamDR. Safar Al Hawaliy, Salman Al ‘Audah dan orang-orang yang

semisalnya. Kita telah sama-sama tahu di atas, bahwa mereka bukanmujahid, bukan pula ulama’. Sebaliknya mereka adalah provokator,Takfiiriy dan pemukanya para teroris…” (hal. 374)

Sementara mereka-mereka yang disebut-sebut oleh Imam Samudrasebagai ulama’ mujahid, sama sekali tidak memiliki ciri-ciri dan kriteriaseperti yang tersebut di atas (maksudnya adalah ciri-ciri sebagaiulama’):

Mereka bukanlah orang yang adil yang pantas dan layakuntuk mengemban ilmu agama ini dan menyampaikannyakepada umat.

Fiqih syari’ah, sama sekali jauh dari mereka, lebih-lebih masalah riwayah dan diroyah hadits.

Mereka bukanlah tergolong orang-orang yang siap

membela dan membentengi diin ini dari berbagai penyimpangandan pengrusakan. Bahkan mereka termasuk di antara deretanpara penyimpang dan penyeleweng agama. Ucapan-ucapan danpendapat-pendapat mereka justru membuat kacau danterterornya umat ini. Fatwa-fatwa mereka justru menimbulkan

kerusakan dan kehancuran di muka bumi!

Dan yang terpenting, mereka tidak masuk ke dalambarisan  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Namun mereka termasukdalam barisan Khowaarij, Mu’tazilah, Takfiiriy , bahkan jugaShuufiyyah. (hal. 99)

Orang-orang Suruuriyyuun, Quthbiyyuun yang bekerja sama denganTakfiiriyyuun: Yayasan Al Sofwah Jakarta, dan semua fihak yangbersamanya beserta segenap jaringan mereka di seluruh Indonesiatelah keluar dari manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, bukan lagi Salafiy .

Banyak teracuni oleh siyaasah (politik), pemikiran-pemikiran Khowaarijdan takfiir. Ber-mudaahanah dengan ahlul bid’ah. (hal. 525-526)

]13[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 14: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 14/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Demikian dan masih banyak lagi tudingan-tudiangan yang ia tulis didalam bukunya tersebut.

Adapun klaim-klaim yang ia tetapkan secara sefihak adalah sebagaiberikut:

Di antara ulama’ besar yang membentengi agama ini adalah: SyaikhAl ‘Allaamah ‘Abdul ‘Aziiz bin Baaz, Syaikh Al Muhaddits AlAlbaaniy, Syaikh Faqiihul ‘Ashri Al ‘Utsaimiin, Syaikh AlMuhaddits Muqbil bin Haadiy, Al ‘Allaamah Robii’ bin Haadiy …dll (hal. 9)

Para ulama’ Ahlul hadits yang pantas dan layak disebut sebagai ulama’mujahid:

• Syaikh Muhammad Naashirud Diin Al Albaaniy

• Syaikh ‘Abdul ‘Aziiz bin Baaz

• Syaikh Muhammad bin Shoolih Al ‘Utsaimiin

• Syaikh Muhammad Amaan Al Jaamiy

• Syaikh bin muqbil bin Haadiy Al Waadi’iy

• Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmiy

• Syaikh Shoolih Al Fauzaan

• Syaikh Robii’ bin Haadiy Al Madkholiy

• Syaikh ‘Ubaid Al Jaabiriy  Syakh Zaid bin Haadiy AlMadkholiy

• Syaikh Jamiilur Rohmaan (hal. 129)

Kemudian jika kita lihat tuduhan dan klaim yang dilontarkan olehUstadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh tersebut sebenarnyadiantaranya adalah perselisihan dalam masalah takfiir . Hal itu dapatkita pahami dari alasan-alasan dari tudingan dan klaim yang ialakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pada halaman 47 ia mengatakan: “… kalaupun kita anggap klaimmereka benar bahwa sekarang dinyatakan sudah tidak ada lagipenguasa muslim yang wajib untuk didengar dan ditaatiperintahnya…” dan pada alinea bawahnya ia mengatakan: “… sertaberupaya untuk menghilangkan kepercayaan umat kepada penguasa-

penguasanya, bahkan berupaya untuk menggulingkan penguasa-penguasa kaum muslimin …”. Pada halaman 53 dan 54 setelah iamenyebutkan aksi-aksi peledakan ia mengatakan: “Hal itu semua,ternyata tidak lepas dari aqidah dan ideologi sesat Khowaarij …” Danpada alinea bawahnya ia mengatakan: “Diawali dari sikap membabibuta dan tanpa ilmu yang memunculkan ekstrimitas di dalammenyikapi kemungkaran. Yang paling menonjol adalah: denganmudahnya mereka menjatuhkan vonis kafir terhadap pemerintahmuslimin. Orang-orang yang tidak mau mengkafirkan pemerintah yangtelah mereka vonis kafir tersebut juga ikut mereka kafirkan. Karenakafir maka segala aksi penentangan, teror dan pemberontakan

terhadap pemerintah tersebut adalah boleh, sah dan halal, bahkanwajib. Yang itu semua mereka labeli dengan jihad fi sabilillah.”

]14[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 15: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 15/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dia menukil perkataan Muhammad Maghribiy: “Para teroris ---semacam Imam Samudra dan konco-konconya --- mungkin akanmenyatakan: Kami membenci dan memusuhi Al Malik ‘Adul ‘Aziizbahkan juga kerajaan Saudi Arabia, termasuk Raja Fahd bin ‘Abdul‘Aziiz sekarang ini, karena telah terlihat kekufuran yang nyata

padanya. Pemerintah Saudi telah menerapkan hukum-hukum yangtidak sejalan dengan syari’at Islam!” (hal. 369)

Dan dalam menjawab ungkapan tersebut Al Maghribi mengatakan:“Dan juga orang-orang Khowaarij mengatakan bahwa penguasa kalianadalah orang-orang kafir. Apakah kalian akan membenarkannya? Tidak! Kita katakan: “Kalian adalah. Ucapan kalian jelek.” (hal. 371)ahlul bid’ah

Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh mengatakan tentangorang-orang yang ia anggap sebagai teroris: “Inilah ciri yang melekatpada Khowaarij: menghalalkan darah kaum muslimin dan menuduh

mereka sebagai orang yang telah kafir.” (hal. 372-373)

“Alloh juga memuliakan Al Imam Muhammad bin Su’ud dankeluarganya tatkala beliau berani secara terang-terangan mebelaagama tauhid, menyokong dakwah tauhid. Alloh berikan ‘izzah dankekokohan padanya ketika beliau bersedia mengokohkan al haq dandakwah kepada al haq ..” (hal. 347)

Dia hal ini juga nampak dari sisi pandang dia terhadap pemerintahSaudi yang bertentangan dengan pendapat Usamah bin Laadin, iamenukil perkataan Usamah bin Laadin yang berbunyi: “Lalu siapakahyang mengangkat Karzai Riyadh, dan yang mendatangkannyasetelah ia meminta perlindungan di Kuwait beberapa waktu lalu supayaberperang bersama mereka melawan Daulah ‘Utsmaaniyyah yangdipimpin Ibnu Ar Rosyiid? Merekalah orang-orang salibis dan sampaisekarang mereka masih menguasai keluarga ini. Maka tidak adabedanya antara Karzai Riyadh dan Karzai Kabul: Maka ambillahpelajaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan…” dan yangdimaksud dengan Karzai Riyadh ini dijelaskan di dalam catatan kakino. 24: “Dia adalah musuh Alloh ‘Abdul ‘Aziiz Aalu Su’uud.” (hal.362)

Sedangkan dia mengatakan mengenai ‘Abdul ‘Aziiz Aalu Su’uud:

“Seorang penguasa yang beraqidah ahlus sunnah, dan beranimendukung dan menyokong tegaknya da’wah tauhid dan pengibaranrooyatus sunnah (bendera sunnah) secara tegas dan terang-terangan.”(hal. 363)

Selain itu, bahwa masalah takfiir  ini menjadi memang menjadi alasanyang cukup mendasar dari perseteruan yang Al Ustadz Luqman binMuhammad Ba’abduh bangun di dalam bukunya tersebut. Hal itubisa pembaca pahami jika pembaca memahami perbedaan yang terjadiantara Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Khowaiij dan Murji’ah.

 Ahlus Sunnah berpendapat bahwasanya Iman itu itu berupa perbuatandan perkataan, bertambah dan berkurang. Dan menurut Ahlus Sunnah

]15[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 16: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 16/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

bahwa kemaksiatan itu ada yang menyebabkan kafir meskipun hatinyatidak ingkar, dan ada yang hanya menyebabkan fasiq namun jikahatinya ingkar menyebabkan kafir juga. Karena amalan itu menurut

 Ahlus Sunnah ada yang merupakan syarat syahnya iman dan ada yangmerupakan syarat sempurnanya iman. Dan seseorang itu bisa kafir

lantaran tiga hal, yaitu karena ucapan atau perbuatan atau keyakinanyang dinyatakan kafir oleh Al Qur’an dan Sunnah. Sebagian ulama’menambahkan dengan keraguan, hal itu adalah untuk membedakanantara keyakinan dengan keraguan meskipun kedua-duanya adalahsama-sama amalan hati.

Sedangkan iman menurut Murji’ah adalah  At Tashdiiq Bil Qolbiy (percaya dalam hati), (sebagian sekte Murji’ah menambahkannyadengan Al Iqroor Bil Lisaan (ikrar dengan lisan).

Menurut mereka tidak ada kekafiran selain berupa at takdziib(mendustakan) atau hal-hal lain yang kembalinya kepada takdziib,

seperti al jahdu (mengingkari) dan al istihlaal (menghalalkan yangharom). Karena kekafiran adalah kebalikan dari keimanan, sedangkaniman adalah pembenaran hati, maka tidak ada kekafiran selainpendustaan hati. Dan amalan itu sama sekali tidak dapatmenyebabkan kekafiran. Kemudian mereka terpecah-pecah lagi dalammemandang orang yang mengucapkan ucapan atau melakukanperbuatan yang mana ucapan dan perbuatan tersebut dinyatakandalam nash atas kafirnya orang yang melakukannya:

Menurut sekte  Asy’ariyyah dan Murji’atul Fuqohaa’ , mereka yangmelakukannya kafir baik lahir maupun batin, akan tetapi ia kafir bukan

karena ucapannya atau perbuatannya akan tetapi karena ucapan danperbuatannya itu merupakan pertanda bahwa hatinyamendustakannya.

Sedangkan menurut sekte  Jahmiyyah: orang tersebut kafir secaradhohir nya karena adanya nash yang menyatakan atas kekafirannya,namun bisa jadi dia masih beriman batinnya jika masih adakepercayaan dalam hatinya. Mereka yang berpendapat seperti inidikafirkan oleh salaf  (ulama-ulama terdahulu) karena menolak nashsyar’iy yang menetapkan atas kafirnya orang yang mengucapkan ataumelakukan kata-kata dan perbuatan kafir. Karena nash syar’iy adalah

pemberitahuan dari Alloh ta’aalaa yang pasti sesuai denganhakekatnya dan tidak sekedar sesuai dengan dhohirnya saja. Dalamhal ini dari kalangan sekte Jahmiyyah ada yang mempunyai pendapatlain yaitu seperti pendapat sekte Asy’ariyyah dan Murji-atul Fuqohaa’ .

Sedangkan sekte Ghulaatul Murji-ah (Murji-ah ekstrim) dan mereka inibanyak sekali pada jaman sekarang ini yang menulis buku-buku yangmemuat berbagai kesesatan, mereka berpendapat: orang tersebuttidak kafir kecuali jika dia mengingkari ( juhuud) atau menganggaphalal apa yang haram (istihlaal) dan dia menyatakan hal itu dengan jelas. Mereka yang berpendapat seperti ini dikafirkan oleh salaf karena

mereka menolak nash syar’iy  yang menetapkan kafirnya orang yangmengeluarkan kata-kata kufur dan perbuatan kufur.

]16[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 17: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 17/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Adapun Khowaarij, mereka berpendapat bahwa amal itu adalahmerupakan syarat syahnya iman sedara mutlak. Sehingga merekamengkafirkan orang yang bermaksiat secara mutlaq, tanpamembedakan mana dosa yang dapat menyebabkan kafir dan manadosa yang hanya menyebabkan fasiq.

Kalau kita perhatikan di dalam buku Al Ustadz Luqman binMuhammad Ba’abduh tersebut, kita dapatkan masing-masing fihak,baik yang menuding maupun yang dituding mengaku sebagaipenganut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Hanya saja Al Ustadz Luqmanbin Muhammad Ba’abduh menuduh lawan-lawan perseteruannyadengan Khowaarij, sebagai mana yang sebagiannya telah kamisebutkan di atas, sedangkan Imam Samudra menuduh salafiy irjaa-iy terhadap orang-orang yang menentang aksi bom syahid. Iamengatakan sebagaimana yang dinukil oleh Al Ustadz Luqman binMuhammad Ba’abduh hal. 523: “Sebagian mufti Saudi Arabia yang

dapat dipastikan sebagai qoo’iduun (tidak berjihad) ada yangmenganggap haram, diikuti segelintir salafiy irjaa-iy di Indonesia yangmenganggap haram…

 Tidak dapat diingkari, dalam kondisi seperti ini, Umat Islam banyakdibingungkan oleh berbagai macam fatwa. Terlebih ketika fatwa ataukomentar tentang bom syahid ini dinisbahkan atau dilabeli dengan capsalafiy  (baca: salafiy irjaa-iy, murji-ah), yang dipropagandakan secaragencar karena berbagai dukungan finansial dari Saudi Arabia dannegara lainnya. Di samping, pada saat yang sama, kelompok ini tidakmendapat penghalang yang berarti dari negara-negara kafir atau

thoghut di masing-masing negeri.”Di sini nampak jelas bahwa perbedaan-perbedaan tersebut munculkarena perbedaan dalam menilai kafir seseorang. Sehingga denganbegitu kita dapat pahami betapa pentingnya kita mengetahui danmempelajari kaidah-kaidah takfiir yang dianut oleh  Ahlus Sunnah Wal

 Jama’ah dan para ulama’ salaf , supaya kita dapat menilai siapa yangtuduhannya sesuai dengan pemahaman  Ahlus Sunnah Wal Jama’ahdan siapa yang tuduhannya hanya berdasarkan emosi danserampangan. Selain itu sebenarnya permasalahan takfiir  juga banyakmenimbulkan banyak hukum syar’iy  yang insya Alloh akan kamisinggung nanti, yang semakin memperkuat betapa pentingnya kitamempelajari dan memahami kaidah-kaidah takfiir  yang dianut oleh

 Ahlus Sunnah Wal jama’ah supaya kita tidak salah bersikap dalammasalah ini.

Namun demikian, meskipun permasalahan ini merupakan termasukalasan yang mendasar dari tuduhan-tuduhan dan klaim-klaim yang iasebutkan di dalam bukunya tersebut, akan tetapi jusru Al UstadzLuqman bin Muhammad Ba’abduh tidak membahasnya secara jelasdan mencukupi. Bahkan dia menulis pembahasan mengenai manhaj

 Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam masalah takfiir , hanya dua halamansaja yaitu dari halaman 503 sampai halaman 504. padahal kalau kita

perhatikan bukunya yang setebal 720 halaman itu dipenuhi dengan

]17[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 18: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 18/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

tudingan-tudingan Takfiiriy , Khowaarij dan tudiangan-tudingan lainyang senada dengan itu. Oleh karena itu kami melihat perlunya untuklebih memperdetil pembahasan manhaj takfiir  ini yang sesuai denganAl Qur’an dan Sunnah, dan sesuai dengan pemahaman para ulama’salaf .

Di dalam buku yang singkat ini insya Alloh dengan memohon petunjukdan bimbingan kepada Alloh kami berusaha untuk menunjukkankepada para pembaca bahwa klaim-klaim serta tudingan-tudianganyang dilakukan oleh Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh didalam bukunya tersebut tidak mempunyai landasan syar’iy yang kuat.Di dalam buku tersebut ia hanya menulis sedikit saja dari manhajtakfiir  yang sangat luas. Padahal permasalahan ini adalah di antaraalasan dia yang paling mendasar dalam menentukan mana ulama’yang sungguhan dan mana yang sesungguhnya bukan ulama’ tapidianggap ulama’. Jika dia menjabarkan lebih detil manhaj dia dalam

masalah takfiir , kita akan dapat menilai manhaj takfiir yang dia anut itumanhaj  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau bukan, meskipun jika dilihatdari tudingan-tudingan dan klaim-klaim dia kitapun sudah dapatmenilai manhaj takfiir yang dia anut.

Dan insya Alloh jika Alloh mengijinkan selanjutnya kami juga akanmendiskusikan beberapa permasalahan lain yang ia tulis di dalam bukutersebut, mengingat banyaknya pengkaburan terhadap manhaj  AhlusSunnah Wal Jama’ah yang ia lakukan, terutama tentang permasalahan jihad. Walloohu a’lam..

Namun pada kesempatan ini kami hanya akan membatasi pembahasan

mengenai manhaj takfiir . Pada buku ini kami akan membagipembahasan menjadi tiga bab:

Bab I. Manhaj Takfiir Luqman Bin Muhammad Ba’abduh.

Bab ini berisi manhaj takfiir menurut  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Daribab ini diharapkan pembaca dapat memahami manhaj takfiir  yangbenar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah sesuai penjelasan paraulama’. Dari situ selanjutnya kita diharapkan dapat memahami sejauhmana kebenaran tudiangan-tudiang yang dilontarkan oleh UstadzLuqman bin Muhammad Ba’abduh.

Bab II. Berhukun dengan selain Hukum Alloh.Bab ini merupakan bantahan terhadap beberapa pendapat UstadzLuqman bin Muhammad Ba’abduh mengenai ayat 44 yang terdapatdi dalam surat Al Maa-idah. Dan di dalam bab ini akan kita pahamiapakah yang dimaksud kekafiran di dalam ayat tersebut kufur akbarataukah kufur ashghor.

Bab III. Manhaj  Ustadz Abu Bakar Ba’asyir Dalam MasalahTakfiir .

Mengingat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir juga tidak luput dari berbagaitudingan yang ia lontarkan di dalam bukunya tersebut, padahal beliaumasih hidup dan memungkinkan untuk dilakukan tabayyun, maka kami

]18[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 19: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 19/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

melakukan tabayyun langsung kepada beliau bagaimana sebenarnyapenjelasan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam menanggapi tudingan-tudingan yang dilontarkan Ustadz Luqman bin MuhammadBa’abduh terhadap beliau.

Adapun di dalam membantah pendapat-pendapatnya Luqman binMuhammad Ba’abduh di dalam buku tersebut, saya telahmendapatkan beberapa buku ulama’ yang telah membantah poin-pointersebut sesuai dengan metode salaf , yang kemudian saya jadikansebagai referensi pokok. Bahkan semua pendapat dan kajian di dalambuku ini merupakan hasil kajian dan merupakan pendapat penulisbuku-buku tersebut yang kemudian saya susun sesuai dengan yangdibutuhkan didalam mendiskusikan pendapat-pendapat Al UstadzLuqman bin Muhammad Ba’abduh. Buku tersebut adalah Al Jaami’Fii Tholabil ‘Ilmisy Syariif yang ditulis oleh Syaikh ‘Abdul Qoodirbin ‘Abdul ‘Aziiz, dan Ar Risaalah Ats Tsalaatsiiniyyah Fit

Tahdziir ‘Anil Ghuluwwi Fit Takfiir yang ditulis oleh AbuMuhammad ‘Aashim Al Maqdisiy. Dan hal ini saya sampaikan di sinisebagai suatu bentuk upaya saya untuk memberikan keutamaankepada orang yang berhak, sebagai mana yang dikatakan oleh Ibnu‘Abdil Barr dalam bukunya  Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi, dan ia jugamengatakan bahwasanya ini merupakan salah satu bentuk daribarokahnya ilmu.

Dan oleh karena buku-buku tersebut merupakan rujukan utama dalammenyusun buku ini, maka sebelum memasuki pembahasan sayasampaikan sekelumit tentang penulis kedua buku tersebut.

Profiler Penulis Rujukan

‘Abdul Qoodir Bin ‘Abdul ‘Aziiz

Nama : Sayyid Imam Abdul Aziiz Imam Asy-Syariif .

Lahir : Agustus 1950 M, di kota Bani Suwaif , Sebelah Selatan Mesir

Dia menuntut ilmu dan menghafal Al Qur’an sejak kecil dan dia mulaimenulis buku sejak awal usia mudanya.

Ia lulus dari fakultas kedokteran di Kairo th. 1974 M dengan meraihnilai Summa Cumlaude.

Dia bekerja sebagai wakil bagian operasi di fakultas kedokteranspesialis mata.

Dia menjadi buron pasca pembunuhan thoghut  Anwar Sadat, namunia berhasil keluar dari Mesir.

Dia bekerja sebagai direktur rumah sakit “Al Hilaal Al Kuwaitiy” di

kota Peshawar, Pakistan.

]19[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 20: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 20/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Ia menikah dengan wanita Palestina, dari wanita ini ia mendapatkan 4orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Kemudian iamenikah dengan seorang wanita Yaman dari kota “Ib” dan darinya iamemperoleh 1 orang anak perempuan.

Ia lari dari Pakistan menyelamatkan dirinya,pasca penangkapan orang-orang Arab yang terkenal di kota Peshawar, pada tahun 1993 Mmenuju Sudan.

Ia sampai Yaman pada akhir perang separatis dan dia bekerja dirumah sakit “Ats Tsauroh Al Aam” di kota “Ib” di sebelah selatanibukota Shan’a sebagai sukarelawan --- tanpa gaji --- , kemudianbekerja di rumah sakit spesialis “Daarusy Syifaa’”

Dia divonis penjara seumur hidup dalam kasus “Orang-orang yangkembali dari Jerman”, padahal ia tidak pernah sama sekali pergi kesana! Yaitu pada bulan April 1999 M.

Dia ditangkap setelah peristiwa “11 September” yaitu pada tanggal28-10-2001 M. Dan dia tinggal di tahanan politik di Shan’a selama 2tahun 5 bulan.

Dia diserahkan kepada thoghut Mesir pada tanggal 28-2-2004 M.

Kami memohon kepada Alloh supaya membebaskan beliau dan jugapara syaikh kita yang ditawan orang-orang kafir.

Abu Muhammad Al Maqdisiy

Ketika beliau ditanya tentang biografi singkat beliau, beliau menjawab:

“Saya, saudara kalian Abu Muhammad ‘Ishoom atau ‘Aashim (dannama ini lebih saya senangi) bin Muhammad bin Thoohir, AlBarqoowiy (laqob dari sisi tempat lahir) Al Maqdisiy (laqob yangterkenal) Al ‘Utaibiy (laqob dari sisi nasab).

Anakku yang paling besar namanya Muhammad berumur 12 thdengan namanyalah kuniyahku diambil. Selain dia saya memiliki duaorang anak laki-laki yang bernama ‘Umar dan Ibrohim, dan seoranglagi anak perempuan. Sedangkan Al Maqdisiy adalah laqobku yang

lebih terkenal semenjak saya memulai berdakwah dan menulis. Laqobitu diberikan kepadaku sebagai bentuk penghormatan terhadap tempatyang paling mulia yaitu Baitul Maqdis yang terletak di dekat tanahkelahiranku yaitu desa Barqoo di wilayah Nablus .. Saya lahir di sanapada tahun 1378 H bertepatan dengan 1959 M. Daerah itu sayatinggalkan tiga atau empat tahun kemudian bersama keluargaku keKuwait, di sanalah saya tinggal dan menyelesaikan sekolahTsanawiyyah… dan ketika itu cita-cita saya adalah melanjutkansekolah di fakultas syariah di universitas Islam di Madinah AlMunawwaroh, namun saya sekolah di Universitas Mosul di Irak bagianutara atas keinginan ayahku.

]20[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 21: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 21/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Pada saat itulah pola pikir saya terbentuk. Dan sejak awal Allohmembimbingku untuk tidak tunduk kepada hizbiyyah (fanatismekelompok) dan saya tidak tinggal diam untuk memasung diri sehinggatidak berhubungan dengan jama’ah-jama’ah Islam, supaya sejak awalsaya dapat mengambil manfaat dari semua sumber.

Oleh karena itu ketika itu saya menjalin hubungan dengan beberapapergerakan dan jamaah yang bermacam-macam, yang di antaranyaadalah sebuah pergerakan reformasi yang memisahkan diri darigerakan Ikhwaanul Muslimin.

Selain itu saya juga menjalin hubungan beberapa waktu dengan orang-orang Salafiy , juga beberapa saat dengan kelompok  Juhaimaan. Saya juga berulang kali mengunjungi beberapa tokoh dan syaikh darikalangan Quthbiyyuun… dan juga dengan beberapa gerakan jihad..dan saya termasuk orang yang banyak mengambil pelajaran dariikhwan-ikhwan dan syaikh-syaikh tersebut sehingga saya tidak bisa

menutupi jasa mereka terhadap diriku, dan saya juga tidak dapatmelupakan kebaikan mereka, khususnya adalah ketika saya mulaimembentuk fikroh dan menuntut ilmu .. meskipun ada beberapaperkara yang saya tidak sependapat dengan mereka, yang tidak bisasaya sembunyikan.

Lalu saya sering pulang pergi antara Kuwait dan Hijaaz, di sana sayamempunyai hubungan dan interaksi yang besar dengan para penuntutilmu dan beberapa syaikh yang dari mereka saya mengambil beberapakunci ilmu. Akan tetapi mereka tidak dapat memuaskanku dalampermasalahan yang dikaji oleh para pemuda dalam memahami kondisi

realita dan mendudukkan hukum syar’iy  yang benar padanya, sertasikap yang benar terhadap para penguasa jaman sekarang, jugametode perjuangan yang jelas untuk merubah keadaan umat. Makasayapun mengkonsentrasikan diri untuk mentelaah buku-buku SyaikhulIslam Ibnu Taimiyyah dan muridnya yaitu Ibnul Qoyyim .. kemudiansaya mulai mengarahkan perhatianku kepada buku-buku SyaikhMuhammad bin ‘Abdul Wahhaab, murid-murid, anak-anak dancucu-cucunya dari kalangan para imam da’wah najdiyyah, yangmemenuhi perpustakaan-perpustakaan umum dan pribadi di sana.Lama saya mengkonsentrasikan diri sehingga perkiraan saya tidak adasatu bukupun dari buku mereka yang dicetak kecuali telah saya kaji.Buku-buku inilah yang mempunyai peran sangat besar dalammembentuk pemikiranku setelah itu ..

Lalu saya pergi ke Pakistan dan Afghanistan berkali-kali. Di sela-sela itusaya banyak berkenalan dengan banyak ikhwan dan berbagai jamaahdari seluruh penjuru dunia Islam. Di sana saya ikut serta dalamprogram-program pengajaran dan dakwah.. dan di sanalah pertamakali bukuku yang berjudul Millah Ibrohim dicetak, yang saya tulispada masa itu. Di dalam buku tersebut nampak jelas pengaruh buku-buku para imam da’wah najdiyyah terhdap pemikiranku.

Sebagaimana saya juga mempunyai beberapa pengalaman diskusi danperselisihan dengan beberapa Ghulaatul Mukaffiroh (orang-orang yang

]21[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 22: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 22/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mempunyai pemikiran takfiir  secara ekstrim). Dari situ saya menulisbeberapa buku yang belum dicetak sampai sekarang seperti Ar Rodd‘Alaa Ghulaatil Mukaffiroh Fii Qoo’idati Man Lam YukaffirilKaafiro Wa Salaasilit Takfiir. Saya juga mempunyai pengalamanperselisihan dengan beberapa  Jama’atul Irjaa’  (kelompok-kelompok

yang berpaham Murji-ah). Dan dari sana saya menulis buku yang diantaranya berjudul Imtaa’un Nadh-ri Fii Kasyfi Syubuhaati Murji-atil ‘Ash-ri dan Al Farqul Mubiin Bainal ‘Udzri Bil Jahli WalI’roodl ‘Anid Diin, dan lain-lain.

Kemudian saya menetap di Yordan yang hanya selama dua tahun sajasebelum saya dipenjara, yaitu pada tahun 1992. Di sana saya dapatkandipenuhi dengan  Jama’atul Irjaa’  yang merajalela. Maka sayapunmemulai dakwah yang penuh berkah ini. Ketika itu saya mempunyaitiga kali ta’lim di tempat yang berbeda-beda. Dua kali bersifat umumdan sekali bersifat khusus.

Dan yang menjadi konsentrasi dakwah ketika itu adalah mengenaitauhid, konsekuensi-konsekuensi dan tuntutan-tuntutan, juga masalahlaa ilaaha illallooh, syarat-syarat, pembatal-pembatal dan ikatan-ikatan(unsur-unsur) nya yang paling kuat. Juga mengenai aqidah  AhlusSunnah Wal Jama’ah serta membantah syubhat-syubhat dari Jama’atulIrjaa’ .. dan tema-tema penting lainnya yang telah banyak dilalaikanorang, dan yang paling dibutuhkan oleh para pemuda ..

Dan masa-masa itu bertepatan dengan waktu pemilihan anggotaparlemen, maka sayapun banyak mengadakan dialog dengan parapemuda yang belajar kepadaku dan dengan para pendukung

demokrasi dan pemilu.. maka keadaan itu menuntutku untuk segeramenulis sebuah risalah singkat mengenai masalah ini beserta denganbantahan beberapa syubhat yang paling terkenal dari mereka. Makasayapun segera menulis sebuah risalah yang saya beri judul AdDiimuqroothiyyatu Diinun Wa Man Yabtaghiy Ghoirol IslaamiDiinan Falan Yuqbala Minhu. Risalah tersebut telah kami cetak dankami edarkan pada masa-masa itu .. Saya ketika itu juga mengisikhotbah jum’at menggantikan salah seorang ikhwan yang bertugassebagai khotib, di sana saya terangkan mengenai dakwah tauhid, dansecara terang-terangan saya ajak manusia untuk bersikap baroo’ terhadap undang-undang ciptaan manusia, dan untuk mengkufuriMajlis Parlemen, dan mereka saya ingatkan agar tidak mengikutipemilu anggota parlemen tersebut ..

Dan saya berusaha untuk memperluas wilayah dakwah kami. Makasaya bersama beberapa ikhwan mengadakan kunjungan ke wilayahselatan dan wilayah utara negeri, dan juga berbagai tempat. Di sanakami hubungi ikhwan-ikhwan yang dahulu pernah ikut berjihad diAfghanistan yang mempunyai pemikiran yang baik di dalam dakwah.Kami menjalin hubungan dengan mereka melalui tulisan-tulisan kami,dan kami motifasi mereka agar bersungguh-sungguh di dalammendakwahkan tauhid dan agar berkonsentrasi padanya.

]22[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 23: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 23/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Maka dakwah kami tersebut meskipun baru dimulai namun telahmengundang perhatian dari musuh-musuh Alloh dan para aparatkeamanan. Selain itu para pengikut paham Murji-ah dan juga kakitangan pemerintah merasa sesak dada, sehingga mereka semuamembuat makar terhdap dakwah kami tersebut dengan cara mereka

masing-masing..Dan bersamaan dengan sibuknya kaki tangan pemerintah dalammenjelek-jelekkan citra dakwah kami dan memfitnah ikhwan-ikhwankami dengan julukan takfiir  (mengkafirkan orang), ghuluw (ekstrim)dan lain-lain, yang sudah menjadi kebiasaan  Jama’atul Irjaa’  dalammenghasut para penganut kebenaran..

Bersamaan dengan para intelpun mulai mengawasi ikhwan-ikhwankami di seluruh penjuru negeri, lalu menahan mereka satu persatu ..lalu mereka mengintrogasi ikhwan-ikhwan tersebut mengenai dakwahtersebut, mengenai diriku dan mengenai materi ta’lim yang saya

sampaikan dan saya dakwahkan kepada mereka ..

Namun bagi saya hal ini adalah wajar, dan saya sudah menunggu-nunggu dan memperkirakan sebelumnya, karena ini adalah sudahmenjadi tradisi orang-orang yang menempuh jalan ini. Mungkin musuh-musuh Alloh akan membiarkan perkumpulan dan  Jama’ah Irjaa’ manapun yang ada di dalam negeri, sebagai mana yang merekakatakan kepada beberapa ikhwan yang mereka tangkap: Kenapa kamutidak belajar saja kepada ‘Aliy Al Halabiy atau Abu Syaqroh atau AlAlbaaniy? Atau … atau … atau … ? kenapa kamu tinggalkan parasyaikh tersebut dan pergi belajar kepada seorang teroris tersebut?

Namun kepada dakwah yang menempuh jalan para Nabi dan berdiri diatas dasar Millah Ibrohim, serta menyatakan tauhid dengan terang-terangan , maka tidak akan ada peluang bagi dakwah tersebut danbagi para pengembannya untuk dibiarkan.

Hal itu merupakan bukti kebenaran apa yang dikatakan oleh Waroqohbin Naufal pada awal kenabian, kepada Nabi salallahu 'alaihiwasallam : “Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang datangmembawa apa yang engkau bawa kecuali ia pasti dimusuhi!!”

Maka barang siapa tidak dimusuhi oleh musuh-musuh Alloh pasti dia

tidak mengajarkan apa yang diajarkan oleh Nabi salallahu 'alaihiwasallam… akan tetapi pasti dia melakukan kelalaian ataupenyelewengan atau penyimpangan …

Dan tidak diragukan lagi bahwa suatu dakwah yang masih mudasebagaimana dakwah kami ini memerlukan kepada penyaringan yangakan memperkuat dan mempersolid, dan yang akan memisahkanantara orang-orang yang baik dengan yang buruk yang ada didalamnya…

Lalu ikhwan-ikhwan memutuskan untuk tidak menyerahkan diri, namundalam waktu yang bersamaan kami juga belum mengambil keputusan

untuk mengadakan konfrontasi sebagai bentuk reaksional yang belumkami rencanakan dan belum kami tentukan musuh yang akan kami

]23[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 24: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 24/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

hadapi ketika itu, apalagi karena pengalaman kami di negeri tersebutmasih muda…

Rumah saya digrebek sebanyak tujuh kali dengan tujuan untukmenangkapku. Dan mereka mendobrak pintu rumahku lebih dari satukali. Mereka juga berkali-kali memeriksanya, dan menyita banyakbuku, lembaran dan tulisan, namun mereka tidak menemukan apayang mereka cari. Dan mereka selalu meminta kepada keluargakusupaya saya datang ke kator intelejen dan menyerahkan diri.

Namun akhirnya sayapun tertangkap bersama beberapa ikhwan yangtelah meminta fatwa kepadaku untuk melakukan aksi menyebrangsungai dengan menggunakan beberapa bom dan bahan peledak yangtelah saya berikan kepada mereka .. saya tidak melarang untukmelakukan aksi semacam ini, meskipun saya juga katakan bahwasanyapada fase ini kita perlu untuk dakwah tauhid dan sabar. Hal itu lebihutama untuk dilakukan di dalam negeri semacam ini yang dipenuhi

dengan Jama’atul Irjaa’ . Karena para pendukung aksi-aksi semacam itu(yaitu melawan orang-orang yahudi) telah banyak… khususnya negeriini yang secara geografis dekat dengan wilayah Palestina. Namunsedikit jumlahnya pendukung dakwah tauhid yang mempersiapkan jihad melawan para penguasa kafir, yang mana mereka itulahsebenarnya orang-orang yang melindungi dan menanam Isroil di jantung dunia Islam, dan menjadikan orang-orang kafir lainnya yangberasal dari timur dan barat untuk menguasai kekayaannya.

Dan dengan ditemukannya bom dengan bahan peledak tersebut,menjadikan aparat keamanan yang mendengki dakwah ini, untuk

menambah dakwaan yang akan ditujukan kepada kami. Yang semulahanya berupa kami dituduh berpanjang lidah terhadap para thoghut ,dan membuat organisasi ilegal, sebagaimana yang mereka katakan ..menjadi membuat persekongkolan dan perencanaan aksi terorterhadap keamanan negara dan keamanan umum..!!

Semua ini adalah sesuai dengan perencanaan Alloh terhadap dakwahini. Dan maha benar Alloh yang berfirman:

 : ﴿ ﴾ “Dan mereka hendak membuat makar dengannya, maka Kami jadikan

mereka orang-orang yang merugi.”(An-Nisa: 70)

Karena dengan peristiwa penangkapan tersebut, dan makar musuh-musuh Alloh dalam membesar-besarkan permasalahan ini, yangdidukung dengan ramainya pemberitaan melalui sarana yang merekamiliki, semua itu semakin memperkenalkan dakwah kami, danmempercepat pertumbuhan dan perkembangannya, atas karunia AllohSWT .. Dan betapa banyak karunia Alloh yang hanya bisa diperolehdalam kesempitan dan tidak dapat diraih ketika dalam keadaan lapang.

Karena sejak pertama kami ditahan Alloh SWt telah mengikat hati kamidan membimbing kami untuk menyampaikan dakwah kami yang berisi

baroo’  terhadap pemerintah thoghut , undang-undang mereka dan

]24[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 25: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 25/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

orang-orang yang dipertuhankan untuk membuat undang-undang,yang kami lakukan secara terang-terangan. Kami katakan itu semua dihadapan mereka dengan terus terang tanpa mengenal kompromi ataubasa-basi.. dan sikap kami yang selanjutnya kami kembangkannantinya di dalam penjara dan di persidangan dengan melalui tulisan,

khothbah dan pengajaran, mempunyai dampak yang sangat besar didalam membikin marah musuh-musuh Alloh, dan dalam memperkuatkedengkian mereka terhadap setiap orang yang telah mengenal kamiatau membawa tulisan kami atau berhubungan dengan kami baik dari jarak jauh maupun dari dekat ..

Oleh karena itu ikhwan-ikhwan ditempatkan di sel-sel isolasi yangmana kebanyakan mereka di larang untuk berhubungan dengan dunialuar dalam waktu yang jarang dialami sebelumnya oleh orang-orangsebelum mereka di negara tersebut. Di antara mereka ditempatkan disana sampai satu tahun, dan yang paling minim adalah selaman enam

bulan .. di sana mereka merasakan berbagai macam siksaan baikberupa siksaan fisik maupun mental yang dilakukan oleh pemerintah.Sehingga banyak yang terpaksa disembunyikan oleh pemerintah daripantauan organisasi-oraganisasi internasional yang mengadakankunjungan ke penjara dalam waktu yang berbeda-beda .. dan iniadalah pengalaman langka yang penuh berkah, yang mempunyaiperan yang besar di dalam menambah kesolidan mereka yangmengalaminya..

Kemudian kami dikeluarkan dari sel-sel isolasi ke penjara. Merekamengirimku ke penjara di wilayah utara negeri yaitu Penjara Qofqofa.

Dan rata-rata ikhwan yang lain mereka kirim ke penjara pusat diwilayah selatan negeri yaitu Penjara Suwaaqoh. Hal itu merekalakukan karena ingin memisahkan kami dan melemahkan barisan dandakwah kami.

 : ﴿ ﴾ “Mereka membuat makar dan Alloh pun membuat makar. Dan Allohadalah sebaik-baik Pembuat makar .”(Al-Anfal: 30)

Dan belum lagi saya menginjakkan kakiku di penjara tersebut danbelum lagi saya keluar dari sel isolasi selama berbulan-bulan tersebut,

saya langsung melakukan dakwah yang mana saya sudah sangat hausdengannya. Maka sayapun mulai menulis beberapa selebaran sepertisebuah serial yang saya beri judul  Yaa Shoohibayis Sijni A-arbaabun Mutafarriquuna Khoirun Amillaaul Waahidul Qohhaar,yang berisi berbagai tema seputar tauhid, millah Ibrohim, ibadah,syirik, laa ilaaha illallooh, pembatal-pembatal, syarat-syarat dankonsekuensi-konsekuensinya. Dan saya berusaha untukmenyebarkannya di kalangan narapidana..

Lalu di antara mereka ada yang membawanya keluar dari penjaraketika ia bebas, kemudian ia menerbitkannya di luar denganmenggunakan namaku dan beralamatkan di penjara Qofqofaa,sehingga hal itu membuat marah musuh-musuh Alloh. Dan orang-

]25[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 26: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 26/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

orang yang telah bebas tersebut menghubungi ikhwan-ikhwan kamiuntuk mendapatkan beberapa tulisan kami. Kemudian Allohmenaqdirkan para mantan napi tersebut mempunyai peran di dalampenyerangan pusat intelejen Yordan dengan menggunakan senjatamesin. Sehingga sebagian di antara mereka ditahan. Lalu ia mengaku

mengenal saya dan berjumpa dengan saya di penjara, dan di temukanbeberapa tukisanku pada orang tersebut .. maka Alloh menjadikankejadian tersebut sebagai penyebab disatukannya saya denganikhwan-ikhwan yang lain. Karena lantaran peristiwa itulah sayalangsung dipindah ke penjara pusat di wilayah selatan.”

(Petikan dari wawancara yang Nidaa-ul Islaam dengan Syaikh AbuMuhammad Al Maqisiy yang dilakukan di Penjara Al Balqoo Yordanpada bulan Jumadal Aakhiroh 1418 Hijriyah)

Kemudian beliau setelah itu dipindah ke Penjara Al Jafr sebagai manayang beliau katakan di dalam buku Ar Risaalah  Ats Tsalaatsiiniyyah

yang selesai ditulisa pada bulan Romadlon 1419 Hijriyyah. Ketikamenceritakan mengenai orang yang menjilat pemerintah dengan caraikut bekerja sama dengan pemerintah dalam menghadapi dakwahbeliau, beliau berkata:

“Dan di antara mereka itu ada seorang yang masih  jahiliyah yangmenjadi narapidana dimasukkan oleh pemerintah di tengah-tengahpara aktifis Islam --- padahal ia tidak mempunyai latar belakangperjuangan Islam dan dakwah --- ia bekerja keras untuk memberikanmasukan kepada pemerintah mengenai cara yang paling ampuh yangmemungkinkan dilakukan --- menurut perkiraannya --- untuk

menghadapi bahaya dakwah ini. Hal itu terjadi ketika kami masih dipenjara Balqoo’. Kemudian di antara bentuk baik sangkanya terhadappemerintah, setelah ia menyatakan baroo’  (lepas diri) nya dari kamidan dari aqidah kami sebuah surat kabar ba’tsiyyah (berpahamsosialis), ia menyangka tidak akan dipindah ke penjara padang pasir Al

 Jafr --- demikian pula menurut perkiraan sebagian orang yang menceladakwah kami --- mereka menyangka bahwa dengan bersikap baroo’ terhadap kami dan terhadap dakwah kami mereka akan mendapatkeringanan di sisi pemerintah. Dan mereka menyangka bahwapemindahan yang dilakukan secara semena-mena tersebut adalahsebagai bentuk hukuman bagi takfiiriyyuun (orang-orang yang sukamengkafirkan orang Islam) saja. Ternyata perkiraan merekapunmeleset dan mereka termasuk di dalam daftar orang-orang yangdipindahkan, dan mudaahanah yang mereka lakukan terhadap thoghut itu tidak ada manfaatnya sama sekali.”

Dan beliau menerangkan tentang Penjara Al Jafr:

“Penjara Al Jarf adalah penjara padang pasir, termasuk penjara yangpaling tua di Yordania. Penjara ini dibangun pada masa penjajahanInggris pada tahun 1372 H (1952 M) yang terletak kurang lebih sejauh300 km sebelah selatan kota Ammaan. Dan kota di Yordania yang

paling dekat dengannya adalah kota Ma’aan (60 km), kami dipindahkanke sana pada akhir bulan Robii’uts Tsaaniy th. 1419 H. di sana kami

]26[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 27: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 27/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

deperlakukan secara ketat dan keras, setelah pemerintah melihatsecara langsung perjalanan dakwah tauhid secara kuat melalui terilai-terilai besi di penjara-penjara yang lain.”

]27[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 28: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 28/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Bab I Manhaj Takfir 

Masalah takfiir  (mengkafirkan orang) adalah sebuah hukum syar’iy yang terdapat di dalam hukum Islam. Permasalahan ini adalahpermasalahan yang sangat penting dan sangat fital serta menyangkutbanyak permasalahan dan hukum. Namun ini juga permasalahan yangsangat berbahaya yang banyak menimbulkan dampak, baik di duniamaupun di akherat, sehingga kita harus ekstra hati-hati dalam masalahini. Namun banyak umat Islam yang tidak memahami permasalahan inisehingga mereka mempunyai pemahaman yang menyimpang daripetunjukan Al Qur’an dan Sunnah serta pemahaman para ulama’ salaf.Dan permasalahan ini merupakan “… permasalahan yang pertama kali

diperselisihkan di tengah-tengah umat Islam, di antara berbagaipermasalahan prinsip yang besar, dan ini adalah permasalahan yangberkaitan dengan wa’iid (siksaan di akherat) …” (Al Fataawaa III/147)Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Ketahuilah bahwasanyapermasalahan takfiir  (memvonis kafir) dan tafsiiq (memvonis fasiq)adalah permasalahan al asmaa’ wal ahkaam (penamaan danhukumannya) yang mana pahala dan siksa di akherat, muwaalaah(loyalitas), mu’aadaah (permusuhan), pembunuhan, ‘ishmah (jaminankeamanan) dan yang lainnya di dunia itu tergantung padanya. KarenaAlloh SWT telah mewajibkan orang-orang beriman untuk masuk jannah(syurga) dan mengharamkannnya bagi orang-orang kafir. Maka ini

adalah termasuh hukum yang bersifat umum yang berlaku pada setiapwaktu dan tempat.” (Majmuu’ Fataawaa: XII/251)

Ia juga mengatakan: “Sesungguhnya salah dalam penamaan imantidak sebagaimana salah dalam nama yang dibuat manusia, dan jugatidak sebagaimana kesalahan di dalam nama-nama yang lainnya,karena hukum-hukum di dunia dan di akherat berkaitan denganpenamaan iman, Islam, kufur dan nifaaq.” (VII/246)

Dan ia mengatakan lagi: “Dan banyak pembicaraan manusia tentangnama ini dan tentang hakekatnya, karena ini merupakan poros intiberkesarnya diin (Islam) ini. Dan di dalam permasalahan ini tidak ada

nama yang padanya tergantung kebahagiaan dan kesengsaraan,

]28[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 29: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 29/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

pujian dan celaan, pahala dan siksa, yang lebih besar dari pada namaiman dan kufur. Oleh karena itu prinsip ini dinamakan dengan Masaa-ilul Asmaa’ Wal Ahkaam.” (XIII/34)

]29[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 30: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 30/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

A. Berhati-Hati Dalam Melakukan Takfir

Masalah takfiir  itu bukanlah masalah yang sepele dan bukan masalahyang kecil. Akan tetapi ia adalah masalah yang besar dan penting yangtermasuk salah satu prinsip dalam Islam. Dari sikap takfiir  ini akanbanyak hukum-hukum syar’iy  yang menjadi konsekuensinya, seperti jihad dan permusuhan, serta walaa’  dan perdamaian. Akan tetapimasalah takfiir  ini juga permasalahan yang membahayakan bagipelakunya jika ia melakukannya dengan tanpa dasar pemahaman dari

Al Qur’an dan sunnah, dengan bimbingan pemahaman para ulama’salaf . Karena orang yang salah dalam mengkafirkan orang lain ia bisamenjadi orang fasik atau bahkan bisa terjerumus kedalam kekafiran.Hal ini akan kami jelaskan nanti ketika memaparkan dalil-dalil yangmenunjukkan atas bahayanya mengkafirkan orang lain secarasembarangan. Atas dasar ini maka benarlah apa yang dikatakan olehAl Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh dalam pembahsanManhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Dalam Masalah Takfiir halaman 503:“Adapun Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,  As Salafiyyun adalah orang-orang yang sangat berhati-hati dalam masalah takfiir ….”

Akan tetapi semua hukum di dalam Islam --- termasuk dalam hal iniadalah takfiir --- harus didudukkan berdasarkan petunjuk Al Qur’an danSunnah serta sesuai dengan pemahaman para ulama’ salaf . Dalam halini Luqman bin Muhammad Ba’abduh sendiri juga sepakat,sebagaimana yang terlihat dari apa yang ia nukil dari SyaikhMuhammad bin ‘Abdul Wahhaab yang menyatakan agar tidakberbicara mengenai masalah ini kecuali dengan ilmu dan keterangandari Alloh, dan hendaknya berhati-hati agar jangan sampaimengkafirkan seseorang hanya semata-mata berdasarkan pemahamandan anggapan baik akalnya. (Ad Duror As Saniyyah VIII/217) Dan juga yang dia nukil dari Syaikh Muhammad bin Shoolih Al‘Utsaimin (Al Qowaa’idul Mutsla Fi Shifatillahi Wa Asmaa-ihilHusna, hal. 87-88) yang senada dengan perkataan SyaikhMuhammad bin ‘Abdul Wahhaab tersebut.

Dalam hal ini banyak dalil-dalil yang menunjukkan betapa bahayanyamasalah takfiir ini.

- Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhooriy didalam Shohiih nya, Kitaabul Adab, Baabu Man Kaffaro Akhoohu BiGhoiri Ta’wiilin Fahuwa Kamaa Qoola (Barang siapa mengkafirkansaudaranya bukan karena takwil maka ia sebagaimana yang ia

katakan), dari Abu Huroiroh  radiyallahu 'anhu bahwasanya Nabisalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

]30[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 31: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 31/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

“ Apabila seseorang mengatakan kepada saudaranya: Wahai orangkafir, maka perkataan itu akan menimpa salah satu dari keduanya.”

- Dan dari Tsaabit bin Adl Dlohaak , bahwasanya Nabi salallahu

'alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa bersumpah dengan selain millah (agama) Islam secaradusta maka ia sebagaimana yang ia katakan, dan barang siapa bunuhdiri dengan menggunakan sesuatu maka sesuatu itu akan digunakanuntuk menyiksanya di naar (neraka) jahannam, dan melaknat orangberiman itu seperti membunuhnya dan barang siapa menuduh kafir orang yang beriman maka ia seperti membunuhnya.”

Dan ia juga meriwayatkan di dalam kitab Shohiih yang sama, BaabuMaa Yunhaa ‘Anis Sibaabi Wal La’ni (Bab: Orang yang dilarang untukdicela dan dilaknat), dari Abu Dzarr, bahwasanya ia mendengar Nabisalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 

“Tidaklah seseorang itu menuduh fasiq atau kafir kepada orang lainkecuali tuduhannya itu akan kembali kepada dirinya sendiri kecuali jikaorang yang ia tuduh itu memang sebagaimana yang ia tuduhkan.” 

- Dan Muslim meriwayatkan di dalam Shohiih nya pada KitaabulIimaan, dari Abu Dzarr  juga, bahwasanya ia mendengar Rosulullohsalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

:

“Tidak ada seorangpun yang mengaku sebagai anak seseorang padahal dia mengetahui bahwa dia itu bukan bapaknya kecuali ia telah

kafir, dan barangsiapa mengaku sesuatu yang tidak ada pada dirinyamaka ia bukan dari golongan kami dan hendaknya ia menempatitempat duduknya di naar (neraka), dan barangsiapa memanggilseseorang dengan kekafiran atau ia mengatakan: Wahai musuh Alloh,

 padahal orang yang ia panggil itu tidak seperti itu, maka perkataantersebut akan kembali kepada dirinya.” 

- Dan Al Haafidh Abu Ya’laa meriwayatkan dari Hudzaifah Ibnul Yamaan bahwa ia mengatakan: Rosululloh salallahu 'alaihi wasallambersabda:

 

]31[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 32: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 32/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

: ::

“Sesungguhnya di antara yang saya khawatirkan pada kalian adalahseseorang yang membaca Al Qur’an sampai ketika keelokannya dilihat 

orang lain, dan pakaiannya adalah Islam lalu ia melepaskannya sampaibatas yang Alloh kehendaki, ia menyeleweng darinnya danmencampakkannya ke belakang punggungnya, dan ia mendatangitetangganya dengan pedang dan menuduhnya dengan kesyirikan.Hudzaifah mengatakan: Saya bertanya: Wahai Rosululloh siapa diantara keduanya yang lebih berhak dengan kesyirikan, yang menuduhatau yang dituduh? Beliau menjawab: Justru yang menuduh.” 

Dan ini disebutkan oleh Al Haafidh Ibnu Katsiir ketika menafsirkanfirman Alloh subhanahu wata'ala :

 ﴿ : ﴾ “Dan ceritakanlah kepada mereka kisah orang yang telah Kami berikankepadanya ayat-ayat Kami lalu ia menyeleweng darinya dan dia diikutioleh syetan, maka iapun termasuk orang-orang yang sesat.” (Al-‘Araaf:175)

Dan ia mengatakan isnaad nya jayyid (bagus).

Dan hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath Thobrooniy di dalam AlKabiir dan Ash Shoghiir sebagaimana yang dikatakan di dalam

Majma’uz Zawaa-id (V/228) dari Mu’aadz bin Jabal secara marfuu’ dengan lafadh yang lebih panjang, dari  jalur Syah-r bin Huusyabdan dia ini statusnya diperselisihkan, di antara ulama’ ada yangmenshohiihkan haditsnya dan di antara mereka ada yangmendho’iifkannya.

Di dalam hadits-hadits yang shohiih tersebut terdapat ancaman yangmenjadikan orang-orang yang berakal akan sangat berhati-hatiterhadap diin (agama) mereka di dalam masalah yang sangatberbahaya ini. Karena hadits-hadits tersebut secara dhohir menyatakanbahwa orang yang mengkafirkan orang Islam dengan sesuatu yangAlloh dan RosulNya salallahu 'alaihi wasallam tidak mengkafirkannyamaka orang tersebut telah kafir lantaran apa yang ia lakukan tersebut.Dan ini merupakan ancaman yang keras yang membuat para ulama’samar di dalam memahaminya. Oleh karena itu mereka menyebutkanbeberapa takwilan mengenai hal ini. Dan di antara yang merekaroojihkan dari tawilan-takwilan tersebut adalah bahwasanyabarangsiapa yang terbiasa menerjang kemaksiatan yang merupakandosa besar tersebut, dan dia berani untuk menafikannya, makasesungguhnya hal itu dapat mengakibatkan dirinya kafir atau dirinyaakan berakhir dengan kekafiran, karena kemaksiatan adalah perantarabagi kekafiran, dan dosa besar lebih cepat menjerumuskan kepada

kekafiran dari pada yang kecil. Dan orang yang meremehkan dosa-dosa besar dikhawatirkan sikap meremehkannya itu akan

]32[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 33: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 33/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mendorongnya untuk menerjang dan melakukan hal-hal yang menjadisebab kekafiran. An Nawawiy telah menyebutkan di dalam SyarhuShohiih Muslim kesamaran sebagian ulama’ dalam memahamiancaman yang terdapat di dalam hadits-hadits tersebut secara dhohir.Hal itu karena menurut madzhab yang benar, yaitu madzhab Ahlus

Sunnah Wal Jamaah bahwasanya orang muslim itu tidak kafir lantaranmelakukan kemaksiatan, dan di antara bentuk kemaksiatan tersebutadalah mengatakan “kafir” kepada saudaranya dengan tanpamempunyai keyakinan bahwa diinul Islam itu batil. Oleh karena itu iamenyebutkan lima takwilan di dalam masalah ini:

Pertama: Ini dibawa kepada pengertian bahwa orang tersebutmenghalalkan perbuatannya tersebut dan orang yang seperti kafir.

Kedua: Artinya celaannya kepada saudaranya dan maksiatpengkafirannya itu kembali kepada dirinya.

Ketiga: Ini ditujukan untuk orang-orang Khowaarij yang mengkafirkanorang-orang beriman, pendapat ini dinukil oleh Al Qoodliy ‘Iyaadl dariImam Maalik bin Anas.

Keempat: Artinya adalah menjerumuskan kepada kekafiran, hal itudisebabkan karena maksiat itu adalah sarana kekafiran sebagaimanayang dikatakan oleh para ulama’, dan dikhawatirkan akan berdampakburuk bagi orang yang banyak melakukannya yang akan menjadikandirinya berakhir dengan kekafiran.

Kelima: Artinya pengkafirannya itu bisa kembali kepada dirinya sendiri,sehingga yang kembali kepada dirinya itu bukanlah kekafiran yang

sebenarnya akan tetapi adalah takfiir  (pengkafiran) yang ia lakukantersebut dikarena ia telah menjadikan saudaranya yang berimansebagai orang kafir, maka seolah-olah ia telah mengkafirkan dirinyasendiri, hal itu karena ia telah mengkafirkan orang yang sama dengandirinya, atau karena ia telah mengkafirkan orang yang tidak akandikafirkan kecuali oleh orang yang kafir yang meyakini batilnya diinulIslam. Walloohu a’lam. Sampai di sini penukilan secara ringkas dariSyarhu Muslim.

Dan An Nawawiy melemahkan takwilan yang ketiga yangdiriwayatkan dari Maalik , dengan alasan bahwasanya mayoritas

ulama’ tidak mengkafirkan kebid’ahan orang-orang Khowaarij.Kemudian Al Haafidh memberikan komentar di dalam Fat-hul Baariy:“Apa yang dikatakan oleh Maalik itu bisa mengandung kemungkinanbenar, karena di antara mereka ada yang mengkafirkan banyaksahabat yang telah diberikan kesaksian oleh Nabi salallahu 'alaihiwasallam bahwa mereka akan masuk jannah (syurga) dan merekaadalah orang-orang yang beriman. Sehingga kafirnya mereka ituadalah lantaran mereka mendustakan kesaksian Nabi SAW tersebut,bukan lantaran sekedar takfiir  (pengkafiran) yang mereka lakukanberdasarkan takwil.” … kemudian ia mengatakan: “Dan setelahditahqiiq (dikaji): Sesungguhnya hadits tersebut konteknya adalah

untuk menggentarkan orang muslim agar tidak mengatakan perkataan

]33[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 34: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 34/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

tersebut kepada saudara muslimnya, dan hadits ini ada sebelummuncul Khowaarij dan yang lainnya.”

 Ibnu Daqiiq Al ‘Iid mengatakan mengenai maksud dari hadits-haidtstersebut: “Ini adalah merupakan ancaman yang besar bagi setiaporang yang mengkafirkan seseorang dari kaum muslimin yang tidakkafir. Dan ini adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh banyakorang dari kalangan mutakallimiin, dan dari kalangan orang-orangyang bergelut dengan sunnah serta ahlul hadits karena merekaberselisih pendapat mengenai masalah-masalah keyakinan, sehinggamereka menyalahkan dan memvonis kafir orang-orang yang tidaksependapat dengan mereka.” Ihkaamul Ahkaam Syarhu ‘UmdatilAhkaam IV/76.

  Asy Syaukaaniy di dalam As Sailul Jarroor mengatakan:“Ketahuilah bahwasanya memvonis orang muslim bahwa ia telahkeluar dari diinul Islam dan masuk ke dalam kekafiran, adalah

perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh orang Islam yangberiman kepada Alloh dan hari akhir kecuali jika berlandaskan buktiyang lebih jelas dari pada matahari di siang bolong. Karena telahdiriwayatkan hadits-hadits yang shohiih dari jalur sekelompok sahabatyang menyebutkan bahwa barang siapa mengatakan kepadasaudaranya: Wahai orang kafir, maka perkataannya itu akan mengenaisalah satu dari keduanya …” dan ia menyitir hadits-hadits tersebutkemudian mengatakan: “Hadits-hadits tersebut dan apa-apa yangterkandung di dalamnya adalah peringatan yang paling keras dannasehat yang paling besar agar tidak terburu-buru di dalam

mengkafirkan orang.” (IV/578)Ia juga mengatakan: “Sesungguhnya orang yang berhati-hati dengandiin (agama) nya tidak akan berani melakukan perbuatan yangmengandung beberapa hal yang membahayakan, ataumembuarkannya dengan hal-hal yang tidak ada manfaat dankeuntungannya. Apa lagi dengan hal-hal yang dikhawatirkan apabiladirinya salah di dalamnya akan menjadikan dirinya salah satu dariorang-orang yang Rosululloh sebut sebagai orang kafir. Hal yangsemacam ini (tidak) akan dibenarkan oleh akal apalagi syariat.”(IV/579) dan yang berada di dalam kurung adalah tambahan darikukarena struktur kalimat menuntut untuk itu, mungkin ini adalahkesalahan cetakan.

 Ibnu Hajar Al Haitsamiy di dalam Az Zawaajir tentang perbuatanal kabaa-ir (dosa-dosa besar): “Dosa besar ke 352 dan ke 353, adalahmengatakan kepada orang Islam: Wahai orang kafir atau wahai musuhAlloh, namun ia tidak bermaksud menyebut Islam dengan kekafiran,akan tetapi yang ia maksudkan adalah sekedar mencaci.” Dan iamenyitir hadits di atas kemudian mengatakan: “Ini adalah ancamanyang keras, berupa kembalinya dia kepada kekafiran atau menjadimusuh Alloh, serta setatusnya yang sama dengan dosa membunuh.Oleh karena itu dalam hal ini adalah salah satu dari dua kemungkinan:

]34[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 35: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 35/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

- Merupakan kekafiran karena ia telah menyebut orang muslim dengansebutan kafir atau musuh Alloh padahal ia Islam, sehingga dengandemikian ia telah menyebut Islam dengan kekafiran yangkonsekuensinya Alloh akan memusuhinya, dan dalam keadaan sepertiini ia kafir.

- Atau dosa besar karena ia tidak bermaksud seperti itu. Maka dalamkeadaan seperti ini, ungkapan ini merupakan kinaayah (sindiran) ataskerasnya siksaan dan dosa yang ia tanggunng, dan yang seperti iniadalah pertanda dosa besar.

Sedangkan Ibnul Qoyyim menyatakan di dalam A’laamulMuwaqqi’iin IV/405 bahwasanya: “Di antara dosa-dosa besar adalahmengkafirkan orang yang tidak dikafirkan oleh Alloh dan RosulNya.”

Dan tidak diragukan lagi bahwa disebutnya sebuah dosa di dalamsyariat dengan kekafiran merupakan pengistimewaan dosa tersebut

dari seluruh kemaksiatan yang lain.Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa dosa yang kamiperingatkan ini adalah dosa besar. Bahkan pembaca dapat lihat sendiribahwa di antara para ulama ada yang memahami bahwa kekafiranyang dimaksud di dalam hadits tersebut adalah kufur akbar . Dan diantara yang memperkuat bahwa ini merupakan dosa yang sangatbesar adalah apa yang disabdakan oleh Nabi salallahu 'alaihi wasallamdi dalam hadits Tsaabit bin Adl Dlohaak di depan yang berbunyi:

 

“… melaknat orang beriman itu sama dengan membunuhnya, danbarang siapa menuduh kafir orang yang beriman maka dia seolah-olahtelah membunuhnya.”

Dan telah kita ketahui bersama ancaman yang keras terhadap orangyang membunuh orang yang beriman. Di antaranya adalah firmanAlloh SWT:

 : ﴿ ﴾

“Dan barangsiapa membunuh orang beriman dengan sengaja maka

balasannya adalah jahannam ia kekal di dalamnya, dan Alloh murkaterhadapnya dan melaknatnya, dan baginya adalah siksa yang sangat besar .” (An Nisaa’: 93)

Dan di antara yang menjadikan pantas disamakannya ancamanterhadap tindakan takfiir  (mengkafirkan) orang Islam tanpaberdasarkan dalil dengan ancaman bagi orang yang membunuh orangIslam dengan tanpa alasan yang benar .. adalah karena hukuman bagiorang murtad itu adalah dibunuh, sebagaimana yang disebutkan dalamhadits yang berbunyi:

 

]35[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 36: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 36/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

“Barang siapa berganti diin (agama) maka bunuhlah ia.”(Hadits inidiriwayatkan oleh Al Jamaa’ah kecuali Muslim.)

Oleh karena itu barang siapa mengkafirkan orang Islam tanpaberdasarkan dalil lalu ia memvonisnya sebagai orang murtad maka iasebagaimana orang yang berpendapat bahwa orang Islam yang telahia kafirkan itu harus dibunuh tanpa alasan yang benar .. lalu setelah inicamkanlah .. sungguh betapa besar dan kerasnya ancaman bagi orangyang membunuh orang beriman ...

 

… maka balasannya adalah jahannam, ia kekal di dalamnya, Allohmurka dan melaknat kepadanya serta menyiapkan siksa yang sangat besar baginya …

Dan lihatlah pula ancaman begi orang yang membunuh orang laintanpa alasan yang benar, yang disebutkan di dalam banyak hadits.Silahkan kaji pula sikap keras Ibnu ‘Abbaas dalam masalah ini ..

Dan di dalam hadits shohiih disebutkan:

 

Sungguh musnahnya dunia ini lebih ringan bagi Alloh dari padaterbunuhnya seorang muslim. (Hadits ini diriwayatkan oleh  At Tirmidziy , An Nasaa-iy dan Ibnu Maajah.)

Selain itu, di antara yang dapat memperkuat bahwa ada di antaraulama’ yang memahami bahwa ancaman yang terdapat di dalam

hadits-hadits tersebut sesuai dengan dhohirnya adalah adanyasebagian ulama’ yang lebih condong untuk menngkafirkan orang-orangKhowaarij, --- namun jumhuur ulama’ tidak mengkafirkan mereka ---dan dalam hal ini mereka berdalil dengan hadits-hadits di depan. Diantara mereka itu adalah:

   Abu Manshuur ‘Abdul Qoohir Al Baghdaadiy  (429 H), iamengatakan ketika membahas tentang prinsip-prinsip yang disepakatioleh Ahlus Sunnah:

“Dan mereka berpendapat bahwa orang-orang Nahrowaan (yaituorang-orang Khowaarij-pentj.) telah keluar dari diin (Islam), karena

Nabi salallahu 'alaihi wasallam menyebut mereka Al Maariqiin (orang-orang yang keluar dari Islam). Hal itu karena mereka mengkafirkan‘Aliy, ‘Utsmaan, ‘Aa-isyah, Ibnu ‘Abbaas, Tholhah, Zubair  dansemua orang yang mengikuti ‘Aliy  setelah peristiwa tahkiim, danmereka mengkafirkan semua orang Islam yang berdosa. Padahalbarangsiapa mengkafirkan orang-orang Islam dan orang-orang pilihandari kalangan sahabat maka ia kafir, dan bukan mereka (orang-orang

 yang dikafirkan tersebut) yang kafir.” Al Farqu Bainal Firoq, hal. 351.

Dan begitu pula  Al Qoodliy Abu Bakar Ibnul ‘Arobiy  (543 H), iamengatakan ketika menyebutkan hal-hal yang dijadikan alasan untuk 

mengkafirkan mereka: “.. dan juga karena mereka mengkafirkan danmenyatakan kekal di naar (neraka) setiap orang yang menyelisihi

]36[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 37: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 37/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

keyakinan mereka, dengan demikian mereka adalah orang-orang yanglebih berhak untuk mendapat sebutan kafir dari pada orang-orang

 yang mereka kafirkan itu.”( Fat-hul Baariy, Kitaabu Istitaabatil Murtaddiin, “Baabu Man Taroka Qitaalal Khowaarij Lit Ta’liif Wa Li-allaa Yunfiron Naasa ‘Anhu” )

Dan begitu pula Taqiyyud Diin As Subkiy  dalam fatwanya iaberhujjah dengan hal itu, ia menyitir hadits yang berbunyi:

 

“Barang siapa menuduh kafir kepada orang Islam atau mengatakankepadanya: musuh Alloh, maka perkataannya itu pasti kembali kepadadirinya sendiri.” 

Kemudian ia berkata: “Sedangkan mereka (orang-orang Khowaarij) itutelah terbukti menuduh kafir kepada sekelompok manusia yang manamereka itu bagi kita adalah orang-orang yang telah dipastikankeimanan mereka, dengan demikian maka kita wajib mengkafirkanmereka (orang-orang Khowaarij) berdasarkan khobarusy syaari’ (pemberitahuan dari yang berhak membuat syariat)…” sampai iamengatakan: “Dan keyakinan mereka terhadap Islam secara globalserta pengamalan mereka terhadap kewajiban-kewajiban tidak dapatmenyelamatkan mereka dari vonis kafir sebagai tidak dapatmenyelamatkan orang yang sujud kepada berhala dari hal tersebut(vonis kafir).”(Fat-hul Baariy, Kitaabu Istitaabatil Murtaddiin,“Baabu Man Taroka Qitaalal Khowaarij Lit Ta’liif Wa Li-allaa YunfironNaasa ‘Anhu”)

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnyamelanggar ketentuan-ketentuan Alloh dalam masalah takfiir  ini adalahsebuah kebinasaan yang mana tidak akan ada orang yang beranimelanggarnya kecuali orang yang sedikit waro’ (kehati-hatian) nya danmeremehkan diinnya. Karena jika ia mempunyai akal sehat dan hatinurani pasti hatinya akan bergetar mendengar ancaman-ancamantersebut dan pasti dia tidak akan berbicara mengenai masalah inikecuali berdasarkan ilmu yang disertai dengan kehati-hatian yangekstra. Karena dosa yang dinamakan oleh Alloh melalui lidah RosulNyasebagai kekafiran tidak bisa disamakan dengan dosa-dosa yang

lainnya. Akan tetapi dosa tersebut adalah benar-benar kekafiran yangartinya mengakibatkan keluar dari millah (Islam), atau dosa tersebutmerupakan sebuah sarana yang menjerumuskan kepada kekafiran.Atau minimal dosa tersebut adalah dosa besar. Karena ancaman ituadalah di antara pertanda dari dosa besar, padahal ancamannya samadengan ancaman orang yang membunuh orang beriman.

Dan berikut ini beberapa perkataan ulama’ yang memperingatkan agarwaspada berhati-hati di dalam melakukan takfiir , dengan harapansetelah kita membacanya, pemahaman dan kehati-hatian kita dalammasalah ini semakin bertambah …

  Adz Dzahabiy mengatakan di dalam Siyarul A’laam An Nubalaa’ (XV/88): “Saya melihat Al Asy’ariy (133 H) memiliki perkataan yang

]37[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 38: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 38/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

menggumkanku, dan perkataan itu tsaabit  (dapat dipertanggung jawabkan) yang diriwayatkan oleh Al Baihaqiy. Aku mendengar AbuHaazim Al ‘Abdariy berkata: Aku mendengar Zaahir bin Ahmad AsSarokh-siy berkata: Ketika ajal Abu Hasan Al Asy’ariy telah dekat,ia berada di rumahku di Baghdad. Ia memanggilku maka akupun

mendatanginya. Maka iapun mengatakan: Saksikanlah dirikubahwasanya aku tidak mengkafirkan seorangpun dari ahlul qiblah(orang Islam) karena semuanya mereka mengacungkan telunjukkepada sesembahan yang Esa, akan tetapi semua itu hanyalahperbedaan ungkapan. Setelah itu Adz Dzahabiy mengatakan: Sayakatakan bahwa yang saya anut sama dengan ini. Dan begitu pulaSyaikh kita Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan: Aku tidakmengkafirkan seorangpun dari umat ini. Dan ia mengatakan bahwaNabi salallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 

“Tidak ada orang yang menjaga wudlu kecuali ia adalah orangberiman.” 

Maka barangsiapa melazimi sholat dengan berwudlu berarti diamuslim.”

Sedangkan perkataannya yang berbunyi “.. karena semua merekamengacungkan telunjuk kepada sesembahan yang Esa ..”menunjukkan bahwa keberatannnya untuk mengkafirkan itu adalahterhadap orang yang bertauhid bukan terhadap ahlusy syirki wat tandiid (para penganut kesyirikan). Camkanlah hal ini karena inilah

yang sesungguhnya kami ingatkan agar tidak ngawur di dalammengkafirkan. Dan waspadalah agar jangan terkecoh dengan orang-orang yang menggunakan perkataan ini semacam ini untuk membelapara thoghut yang memerangi dan memusuhi Islam..

Abu Muhammad Ibnu Hazm (456 H) rahimahullah berkata: “Kitatidak memberikan nama di dalam syariat ini kecuali dengan nama yangAlloh perintahkan kita untuk menamakannya atau yang Allohperbolehkan kepada kita untuk menamakannya. Karena kita tidakmengetahui apa yang Alloh SWT kehendaki dari kita kecualiberdasarkan wahyu yang berasal dari sisinya yang diturunkan kepada

kita. Selain itu sesungguhnya Alloh subhanahu wata'ala mengingkariorang yang menetapkan nama di dalam syariat dengan tanpa ijinNya,Alloh berfirman:

 : ﴿ ﴾ 

“Itu semua hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kaliannamakan yang mana Alloh tidak menurunkan keterangan tentangnya.Kalian hanyalah mengikuti persangkaan dan apa yang diinginkan hawanafsu. Dan sungguh telah datang kepada mereka petunjuk dari Robbmereka. Ataukah manusia itu berhak atas apa yang ia angankan?” (An-Nazm: 23)

]38[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 39: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 39/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

 ﴿﴾ ﴿ ﴾

Dan Alloh mengajarkan nama-nama semua benda kepada Adamkemudian Alloh memperlihatkan benda-benda tersebut kepada paraMalaikat, lalu Alloh berfirman: “Beritahukanlah kepadaKu nama-namamereka jika kalin memang benar.” Mereka (para Malaikat) berkata:“Maha Suci Engkau, kami tidak mempunyai ilmu kecuali yang telahEngkau ajarkan kepada kami.” (Al-Baqarah: 31-32)

Dengan demikianlah benarlah jika Malaikat ataupun manusia itu tidakboleh memberi nama selain nama yang telah ditetapkan Allohsubhanahu wata'ala. Dan barang siapa menyelisihi hal ini maka ia telahmembuat kedustaan terhadap Alloh subhanahu wata'ala danmenyelisihi Al Qur’an. Maka kita tidak menamakan seseorang sebagai

orang mukmin keculi orang yang dinamakan Alloh subhanahu wata'alasebagai orang mukmin dan kita tidak menggugurkan keimannyasetelah ia berhak mendapatkannya kecuali orang yang Allohsubhanahu wata'ala telah gugurkan keimannya … “ Al Fishol Fil MilalWal Ahwaa’ Wan Nihal (III/191).

  Imam Ibnu ‘Abdil Barr (463 H) mengatakan di dalam At Tamhiid(XVII/22): “Sesungguhnya setiap orang yang pernah ditetapkan sebagaiorang Islam berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin kemudiandia melakukan dosa atau melakukan pentakwilan sehingga setelah itumereka berselisih pendapat apakan orang tersebut telah keluar dari

Islam, maka perselisihan mereka (atas keluarnya orang tersebut dariIslam-pentj.) yang terjadi setelah mereka bersepakat (atas keislamanorang tersebut-pentj.) tidaklah mempunyai nilai yang dapat dijadikanhujjah, dan orang tersebut tidaklah keluar dari keislaman yang telahdisepakati kecuali berdasarkan kesepakatan yang baru atauberdasarkan sunnah yang tsaabit  (dapat diterima) yang tidak adamenyelisihinya.

Dan  Ahlus Sunnah yang merupakan ahlul fiqhi wal atsar  (pakar fikihdan hadits) telah bersepakat bahwasanya seseorang tidak dapat keluardari Islam jika ia melakukan dosa meskipun dosa besar. Sedangkan

 Ahlul Bid’ah tidak sependapat dengan mereka. Maka yang harusdiperhatikan adalah hendaknya tidak mengkafirkan seseorang kecualiyang telah disepakati oleh semuanya atas kekafirannya atau ada dalildari Al Qur’an dan Sunnah yang menyatakan kekafirannya dan tidakada hal lain yang menyelisihinya.”

Dan Al Qoodliy ‘Iyaadl menukil dari Abul Ma’aaliy (478 H),perkataannya yang berbunyi: “Sesungguhnya memasukkan orang kafirke dalam Islam dan mengeluarkan orang Islam darinya adalahpermasalahan yang besar di dalam diin (Islam).”

Di dalam perkataannya ini disebutkan bahwa memasukkan orang kafir

ke dalam Islam dan memberikan kesaksian atas keislamannya secara

]39[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 40: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 40/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

batil tidak lebih ringan bahayanya dari pada mengeluarkan seorangmuslim dari Islam. Maka hendaknya setiap orang yang mencarikebenaran waspada terhada kedua jebakan tersebut karena kedua-duanya adalah berat.

Dan Al Qoodliy ‘Iyaadl di dalam Asy Syifaa, Fash-lu Tahqiiqil Qoul FiiIkfaaril Muta-awwiliin, menukil dari para ulama’ bahwasanya merekamengatakan: “Bahwasanya kita harus berhati-hati dari mengkafirkanorang yang melakukan takwil, karena sesungguhnya menghalalkandarah orang yang mengerjakan sholat dan bertauhid adalah hal yangberbahaya. Dan salah di dalam membiarkan seribu orang kafir itu lebihringan dari pada salah di dalam menumpahkan darah satu orang Islamyang dilindungi.” (II/277)

Ungkapan semacam ini mirip dengan ungkapan Al Ghozaaliy (505 H)di dalam bukunya yang berjudul At Tafriqoh Bainal Iimaani WazZandaqoh, oleh karena itu mungkin Al Qoodliy bermaksud

menunjukkan Al Ghozaaliy tanpa menyebut namanya karena AlGhozaaliy menurutnya mempunyai kesalahan-kesalahan di dalambuku tersebut.

Dan perkataan Al Ghozaaliy di dalam At Tafriqoh sebagai berikut:“… dan sudah semestinya, kita harus berhati-hati dari mengkafirkanorang selama masih ada celah, karena sesungguhnya menghalalkandarah orang-orang yang mengerjakan sholat dan mengikrarkan tauhidadalah kesalahan. Dan salah dalam meninggalkan seribu orang kafiruntuk tetap hidup itu lebih ringan dari pada salah di dalammenumpahkan darah satu orang muslim.”

  Al Qurthubiy (671 H) mengatakan di dalam Al Mufhim:“Permasalahan takfiir (mengkafirkan orang) adalah permasalahan yangberbahaya dan kami tidak melihat sesuatupun yang dapatmenyelamatkannya.” Dinukil dari Fat-hul Baariy, KitaabuIstitaabatul Murtaddiin .. “Baabu Man Taroka Qitaalal Khowaarij”.

Dan di dalam bukunya yang berjudul Iitsaarul Haqqi ‘Anil Kholqi,Ibnul Waziir menyatakan bahwa hadits-hadits yang melarangmengkafirkan orang muslim adalah hadits-hadits mutawaatir , iamengatakan: “Dari semua itu membuktikan atas benarnya sikap kerasterhadap tindakan mengkafirkan orang beriman, dan mengeluarkannya

dari Islam padahal dia mengikrarkan syahadat tauhid dan kenabian,khususnya apabila ia melaksanakan rukun-rukun Islam, meninggalkandosa-dosa besar dan menunjukkan tanda-tanda kejujurannya dalamberikrar, hanya lantaran dia melakukan kesalahan di dalam kebid’ahanyang bisa jadi orang yang mengkafirkannnya itu tidak terlepas darikesalahan tersebut atau dari hal yang mendekatinya. Karena ‘ishmah(jaminan untuk terbebas dari dosa) itu tidak ada. Sedangkan sangkaanbaik seseorang terhadap dirinya sendiri itu tidak berarti ia pastiselamat dari kesalahan, baik ditinjau secara akal maupun secarasyar’iy . Bahkan kebanyakan Ahlul Bid’ah itu sangat besar kebanggaan

mereka terhadap diri mereka sendiri, dan mereka memandang bid’ahmereka sebagai sesuatu yang baik … dan banyak atsar yang

]40[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 41: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 41/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

menyebutkan bahwa berbangganya seseorang terhadap dirinya sendiriitu merupakan salah satu bentuk hal yang membinasakan.Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan dariAbu Tsa’labah Al Khusyaniy yang diriwayatlan oleh Abu Dawuddan At tirmidziy, dan yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Amr secara

marfuu’ :

:

 Tiga hal yang membinasakan: kikir yang ditaati, hawa nafsu yangdiikuti dan berbangganya seseorang terhadap dirinya sendiri.

Dan sebagai hukuman dari hal itu adalah, engkau lihat orang-orangsesat itu sangat ‘ujub (membanggakan diri), kebingungan dan merusakdan meremehkan manusia. Kita memohon kepada Alloh agar diselamatkan dari itu semua.” (hal. 425) dan seterusnya.

Dan ia mengatakan: “Dan orang-orang Khowaarij telah diberi hukumandengan hukuman yang sangat keras, dan mereka telah dicela dengancelaan yang sangat keras lantaran mengkafirkan orang-orang Islammeskipun mereka sangat takut terhadap kemaksiatan-kemaksiatankepada Alloh subhanahu wata'ala, dan mengagungkan Allohsubhanahu wata'ala sehingga mereka mengkafirkan orang yangbermaksiat kepadaNya. Maka orang yang mengkafirkan itudikhawatirkan akan melakukan dosa yang mereka lakukan, dan iniadalah bahaya besar di dalam diin (Islam). Oleh karena itu setiap orangyang santun dan mulia harus sangat berhati-hati dalam masalah ini.”(Hal. 448)

Dan Syaikh ‘Abdulloh bin Muhammad bin ‘Abdul Wahhaabmengatakan: “Kesimpulannya setiap orang yang sayang terhadapdirinya sendiri haruslah tidak berbicara dalam masalah ini kecualiberdasarkan ilmu dan keterangan dari Alloh. Dan hendaknya iawaspada dari mengeluarkan seseorang dari Islam hanya berdasarkanpemahamannya dan seseuatu yang dipandang baik oleh akalnya,karena sesungguhnya mengeluarkan seseorang dari Islam ataumemasukkannya kedalamnya adalah termasuk permasalahan yangsangat besar di dalam diin Islam ..

Dan syetan telah mengelincirkan manusia di dalam masalah ini, maka

sebagian kelompok lalai dalam hal ini sehingga mereka memvonisIslam orang yang telah dinyatakan kafir oleh Al Qur’an, Sunnah danIjma’. Dan sebagian yang lain melampaui batas sehingga merekamengkafirkan orang yang telah dinyatakan sebagai orang Islam oleh AlQur’an, Sunnah dan Ijma’.” Ad Duror As Sanniyyah (VIII/217)

Demikianlah dalil-dalil dan penjelasan para ulama’ yang menunjukkanbetapa besarnya bahaya yang timbul akibat sembarangan dalammengkafirkan orang. Sehingga semua ini cukup bagi orang yangberakal dan ingin menyelamatkan diri bahaya-bahaya tersebut untukberhati-hati dalam mengkafirkan orang lain.

]41[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 42: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 42/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Namun demikian tidak benar jika dikatakan kita harus menghindaripemikiran takfiir (mengkafirkan orang lain) atau bahkan memeranginyasecara mutlaq. Apalagi dikatakan bahwa sanya begitulah yang dianutoleh  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, sebagai mana yang dikatakan olehUstadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh selanjutnya: “ … bahkan

merekalah ( Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Salafiyyuun) yang sejak dahuluhingga kini memerangi fitnah dan pemikiran (takfiir ) tersebut…”Memang kami sepakat jika kita harus hati-hati dalam melakukan takfiir namun bukan berarti kita harus mengentengkannya apalagimemeranginya secara mutlaq. Maka dalam hal ini yang benar adalahapa yang Luqman bin Muhammad Ba’abduh katakan sendiri didalam halaman yang sama: “ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah akanmenjatuhkan vonis kafir tersebut (dengan tegas) kepada seseorang, jika memang benar-benar telah terpenuhi syarat-syarat dan tidak adalagi sesuatu yang dapat menghalanginya dari vonis tersebut.” (hal.504). Dan teladan kita yang paling baik dalam hal ini adalah AbuBakar Ash Shiddiiq  radiyallahu 'anhu dengan para sahabat lainnyayang telah bersepakat untuk mengkafirkan secara ta’yiin orang murtadpada jaman kekhilafahannya. Bahkan jumlah mereka ribuan. IbnuTaimiyyah menyebutkan bahwa pengikut Musailamah Al Kadzaabyang secara ta’yiin dikafirkan oleh para sahabat berjumlah sekitarseratus ribu atau lebih. (Minhaajus Sunnah, VII / 217). IbnuTaimiyah juga mengatakan: ” Generasi sahabat dan para ulamasesudah mereka telah bersepakat untuk memerangi orang-orang yangmenolak membayar zakat, sekalipun mereka mengerjakan sholat danshaum Ramadhan. Mereka tidak mempunyai syubhat yang dianggap

(diakui, memang berdasar dalil), karena itu mereka telah murtad.Mereka tetap diperangi sekalipun mengakui wajibnya membayarzakat.” (Majmu’ Fatawa 28/519). Selain itu ada beberapa alasan lainyang perlu kita perhatikan, di antaranya adalah:

Pertama: sesungguhnya yang harus diperangi itu adalah sikap ghuluw(berlebih-lebihan/ekstrim) dalam mengkafirkan sebagaimana kita jugaharus memerangi sikap taqshiir (terlalu longgar) dalam masalah takfiir .Karena takfiir  itu adalah sebuah hukum dalam ajaran Islam yang kitatidak boleh bersikap berlebih-lebihan sebagai mana kita juga tidakboleh berlebih-lebihan dalam semua hukum syar’iy , namun semua itu

harus dilakukan sesuai dengan ajaran syar’iy . Dan paham yang benaritu bukanlah paham yang paling keras atau paham yang paling toleran,akan tetapi paham yang paling benar itu adalah paham yang palingsesuai dengan dalil syar’iy .

Sikap ghuluw (berlebih-lebihan) itu secara umum dilarang di dalamsyari’at kita, dan termasuk juga dalam hal ini adalah ghuluw di dalammengkafirkan orang. Dan di antara dalil yang melarang ghuluw secaraumum adalah sebagai berikut:

- Telah meriwayatkan Imam Ahmad (I/347, 215), An Nasaa-iy, IbnuMaajah dan yang lain-lain, bahwasanya Nabi salallahu 'alaihi wasallam

bersabda:

]42[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 43: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 43/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

 Janganlah kalian berlebih-lebihan di dalam permasalahan diin (agama),karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa lantaranmereka bersikap secara berlebih-lebihan di dalam diin (agama).

Hadits ini dinyatakan shohiih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyahdalam bukunya yang berjudul Iqtidloo-u Shiroothil MustaqiimMukhoolafatu Ahlil Jahiim dan juga di dalam Majmuu’ FataawaaIII/238

- Dan Ath Thobrooniy meriwayatkan di dalam Al Kabiir dan lainnya,bahwasanya Nabi salallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 

Ada dua golongan dari umatku yang tidak mendapat syafaatku, yaituimam yang dholim lagi semena-mena, dan semua orang yang bersikap

berlebih-lebihan yang keluar dari diin (agama).

Dan ini adalah hadits hasan.

Selain itu, ancaman bagi orang yang salah dalam mengkafirkan orangIslam yang disebutkan di dalam hadits-hadits di atas tidaklahmengenai orang yang mengkafirkan orang lain yang melakukan salahsatu dari hal-hal yang menyebabkan kekafiran yang telah dinyatakanoleh Alloh subhanahu wata'ala dan RosulNya salallahu 'alaihi wasallamatas kafirnya orang yang melakukannya dengan nash yang shoriih(jelas) .. kemudian setelah itu ia melihat --- meskipun ia telahmengerahkan segala kemampuannya untuk mengkaji syarat-syaratdan mawaani’ (hal-hal yang menjadi penghalang) untuk mengkafirkan--- ternyata orang yang melakukan sesuatu yang menjadi penyebabkekafiran yang telah ia kafirkan tersebut, ternyata pada dirinyaterdapat suatu penghalang takfiir atau ternyata ada syarat takfiir yangtidak terpenuhi, padahal katika ia mengkafirkannya ia tidak melihat itusemua.

Orang semacam ini tidak termasuk dalam ancaman yang tersebut didepan. Dan hal ini bukanlah termasuk ghuluw (sikap ekstrim) dalammengkafirkan orang. Khususnya apabila yang menjadi pendorongnyauntuk mengkafirkan tersebut adalah ghiiroh (semangat pembelaan)

terhadap kesucian syariat, dan bukan hawa nafsu, fanatisme dan hal-hal yang semacam itu ..

Oleh karena itu Al Bukhooriy membuat satu judul bab mengenaihadits-hadits di depan dengan judul Baabu Man Kaffaro AkhoohuBighoiri Takwiilin  Fahuwa Kamaa Qoola (Bab: Barang siapa yangmengkafirkan saudaranya tanpa dasar pentakwilan maka dirinyasebagaimana yang ia katakan), kemudian bab setelahnya berbunyiBaabu Man Lam Yaro Ikfaaro Man Qoola Dzaalika Muta-awwilan Au

 Jaahilan (Bab: Orang yang tidak berbpendapat mengkafirkan orangyang mengatakan seperti itu karena berdasarkan takwil atau karena

bodoh) dan ia (Al Bukhooriy) mencantumkan perkataan ‘Umarradiyallahu 'anhu kepada Haathib bin Abiy Balta’ah bahwasanya ia

]43[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 44: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 44/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

adalah orang munafiq, dan juga hadits Mu’aadz bin Jabal yangmemanjangkan sholatnya ketika mengimami kaumnya dan iamengatakan kepada seseorang yang melakukan sholat sendirianbahawasanya ia adalah orang munafiq.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah setelah menyitir hadits yangberbunyi:

 

 Janganlah kalian kalian kembali kafir sepeninggalku, yang manasebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain.

Dan hadits yang berbunyi:

:

Apabila seorang muslim mengatakan kepada saudaranya: Wahai orang

kafir, maka perkataan tersebut akan menimpa kepada salah satu darikeduanya.

Ia berkata: “Semua hadits tersebut terdapat di dalam Ash Shihaah,dan apabila seseorang melakukan peperangan atau mengkafirkanorang lain berdasarkan takwil maka ia tidak kafir lantaranperbuatannya tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Umar binAl Khothoob kepada Haathib bin Abiy Balta’ah: Wahai Rosulullohbiarkan aku penggal leher orang munafiq ini. Dan Rosululloh salallahu'alaihi wasallam tidak mengkafirkan Haathib maupun ‘Umar, bahkanbeliau memberikan kesaksian bahwa keduanya masuk jannah …”Majmuu’ Fataawaa (III/284)

  Ibnul Qoyyim  rahimahullah mengatakan di dalam Zaadul Ma’aad,Fashlun Fil Isyaaroti Ilaa Maa Fii Fat-hi Makkata Minal Fiqhi(Pembahasan mengenai beberapa hukum fiqih yang dapat disimpulkandari penaklukan kota Mekah): “Dan di dalamnya terdapat pelajaranbahwasanya apabila seseorang memvonis munafiq atau kafir kepadaseorang muslim karena berdasarkan takwil atau karena marah dalamrangka membela Alloh, RosulNya dan diinNya, dan bukan karena hawanafsu dan kepentingan dunia, maka sesungguhnya orang tersebuttidak menjadi kafir lantaran perbuatannya itu, bahkan ia tidak berdosadan justru ia mendapat pahala karena niat dan tujuannya. Hal ini tidak

sama dengan ahlul ahwaa’ wal bida’  (para pengikut hawa nafsu danpenganut bid’ah), karena sesungguhnya mereka itu mengkafirkan danmembid’ahkan orang karena orang tersebut tidak sesuai dengan hawanafsu, kebid’ahan dan aliran mereka, dan mereka ini lebih layak (atasstatus bid’ah dan kafir tersebut) dari pada orang yang mereka kafirkandan yang mereka bid’ahkan.” (III/423)

Al Haafidh mengatakan di dalam Fat-hul Baariy, Kitaabush Sholaati(I/523) mengenai pelajaran yang dapat diambil dari hadits yangmenceritakan orang yang mengatakan bahwa Maalik bin AdDakhsyan itu orang munafiq karena ia membela orang-orang munafiq:

“… dan bahwasanya memvonis munafiq terhadap orang yangmenampakkan sebagai orang Islam karena ada qoriinah (tanda-tanda)

]44[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 45: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 45/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

yang terdapat pada orang tersebut, hal ini tidak menyebabkanpelakunya kafir atau fasiq, akan tetapi ia dimaafkan karena melakukantakwil.”

Syaikh ‘Abdur Rohmaan bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin‘Abdul Wahhaab di dalam Ad Duror As Sanniyyah mengatakan:“Seandainya ada seseorang dari kaum muslimin mengatakan kepadaorang-orang yang berlumuran dengan hal-hal yang telah dinyatakanoleh para ulama’ sebagai kekafiran, berdasarkan Al Qur’an danSunnah, karena ghiiroh (semangat membela) kepada Alloh dan karenamembenci apa-apa yang dibenci oleh Alloh yaitu perbuatan-perbuatantersebut, maka tidak diperbolehkan mengatakan mengenai orangtersebut:

 

Barangsiapa mengkafirkan orang Islam maka ia kafir.

Dinukil dari Juz Jihad, Halaman 132.

Dan dalam juz yang sama pada halaman 174 disebutkan bahwasanyaAl Mutawakkil ketika mengatakan kepada Ibnu Ziyaat: Wahai IbnulFaa’ilah (anak seorang pezina) dan ia menuduh ibunya telah berzina ..Imam Ahmad  rahimahullah mengatakan: “Saya berharap supayaAlloh mengampuninya, karena melihat kepada niat baiknya di dalammembela sunnah dan menghancurkan bid’ah.”

Kedua: Selain itu, sebagai mana sikap ghuluw (berlebih-lebihan) di

dalam mengkafirkan itu akan menimbulkan fitnah, begitu pula taqshiir (terlalu longgar) dan mengabaikan dalam masalah takfiir  juga akanmenimbulkan fitnah.

Orang yang mencermati tema takfiir  di dalam buku-buku fikihmisalnya, ia akan melihat dengan jelas bahwa banyak permasalahandan hukum yang berkaitan dengannya dan dia benar-benar akanmemahami betapa penting dan urgennya permasalahan ini …

Ambillah contoh, misalnya di dalam ahwaalul hukkaam (permasalahanpenguasa) dan hal-hal yang berkaitan dengan mereka:

- kita diwajibkan berwalaa’ (loyal), membela dan taat kepada penguasamuslim, dan kita tidak diperbolehkan memberontak ataumenggulingkannya selama ia tidak menunjukkan perbuatan kufrunbawwaah (kekafiran yang nyata). Juga melakukan sholat di belakangpemimpin tersebut dan disyariatkan untuk berjihad bersamanya baikpemimpin tersebut orang yang baik maupun orang yang jahat, selamaia masih berada di dalam lingkaran Islam dan menjalankan syariatAlloh .. dan penguasa yang muslim itu adalah merupakan wali bagiorang Islam yang tidak mempunyai wali.

- Adapun kepada pengausa yang kafir, kita tidak boleh membaiatnya

dan tidak halal kita mendukung dan berwalaa’  kepadanya ataumembantunnya. Dan juga tidak dihalalkan berperang di bawah

]45[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 46: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 46/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

benderanya, atau sholat dibelakangnya, atau memutuskan perkarakepadanya, dan dia tidak syah menjadi wali bagi orang Islam … danbagi seorang muslim tidak wajib untuk mentaatinya, bahkan wajibhukumnya untuk menggulingkannya, berusaha untuk mencopotnya,berjuang untuk menggantinya dan mengangkat penguasa muslim

untuk menggantikan kedudukannya.Dan hal ini mengakibatkan kufurnya orang yang berwalaa’ kepadanyaatau membela dan menjaga kekafirannya atau undang-undangkafirnya, atau ikut serta didalam mengesahkan dan menetapkannyaatau memutuskan berdasarkan undang-undang tersebut dari kalanganhakim dan yang lainnya ..

Mengenai wajibnya wajibnya mengganti penguasa yang kafir silahkanlihat Fat-hul Baariy XIII/123, Syarhu Muslim karangan An NawawiyXII/229, dan lihat pula Ash Shoorimul Masluul hal. 13 dan 216, danlihat karangan Asy Syaukaaniy yang berjudul Ad Dawaa-ul ‘Aajil Fi

Daf’il ‘Aduwwish Shoo-il, hal. 33-35 yang terdapat di dalam ArRosaa-il As Salafiyyah, dan karangan Hamad bin ‘Atiiq yangberjudul Sabiilun Najaat Wal Fikaak Min Muwaalaatil MurtaddiinWa Ahlil Isyrook , hal. 413 yang terdapat di dalam Majmuu’atutTauhiid, dan karangan ‘Abdul Qoodir ‘Audah yang berjudul AtTasyrii’ Al Jinaa-iy II/232 dan karangan ulama’-ulama’ lainnya.

Dan di dalam ahkaamul walaayah (perwalian/kepemimpinan):Perwalian / kepemimpianan orang kafir terhadap orang Islam tidaksyah, oleh karena itu orang kafir tidak boleh menjadi wali (pemimpin)atau qoodliy (hakim) bagi kaum muslimin atau menjadi imam sholat ..

dan dia tidak syah menjadi wali nikah bagi seorang wanita muslimah,atau menjadi wali atau memelihara anak-anak kaum muslimin, ataumengurusi harta anak-anak Islam yang yatim, atau perwalian yanglain.

Dan di dalam ahkaamun nikaah (hukum-hukum pernikahan): Orangkafir tidak boleh menikahi wanita muslimah dan juga tidak bolehmenjadi walinya dalam pernikahan. (Lihat Al Mughniy, KitaabulMurtad; “Pasal: Dan jika ia menikah maka pernikahannya tidak syah,dan jika ia menikahkan orang maka tidak syah pernikahannya karenahaknya untuk menjadi wali telah hilang.”) Dan jika seorang muslim

menikah dengan seorang wanita muslimah lalu dia (orang muslim itu)murtad maka pernikahan keduanya batal dan keduanya harusdipisahkan ..

Dan di dalam ahkaamul mawaariits (hukum warisan): Perbedaan diin(agama) menjadi penghalang untuk saling mewarisi menurut mayoritasulama’.

Dan di dalam ahkaamud dimaa’ wal qishoosh (hukum pembunuhandan pembalasan): Orang muslim tidak boleh dibunuh jika ia membunuhorang kafir. Dan jika ia membunuh orang kafir muhaarib (yangmemerangi Islam) atau murtad, baik sengaja maupun tidak sengaja, ia

tidak wajib membayar kafaaroh (denda) atau diyat  (tebusan), lainhalnya jika ia membunuh orang Islam ..

]46[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 47: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 47/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan di dalam ahkaamul janaa-iz  (hukum mengurus jenasah): Orangkafir tidak disholatkan, tidak dimandikan, tidak dikuburkan di dalampekuburan kaum muslimin dan tidak boleh memintakan ampununtuknya atau berdiri di atas kuburannya, lain halnya dengan orangIslam.

Dan di dalam ahkaamul qodloo’ (hukum pengadilan): Orang kafir tidakboleh menjabat sebagai qoodliy  (hakim) dan orang kafir tidak bolehmenjadi saksi terhadap orang muslim … dan tidak halal kitamemutuskan perkara kepada qoodliy  (hakim) yang kafir yangmemutuskan perkara berdasarkan undang-undang kafir. Dan secarasyar’iy  keputusan-keputusannya tidak berlaku dan tidak pulamenimbulkan kosekuensi apapun ..

Dan di dalam ahkaamul qitaal (hukum perang): Dibedakan antarapeperangan melawan orang-orang kafir, musyrik dan murtad, denganpeperangan merlawan orang-orang Islam dari kalangan bughoot 

(pemberontak) dan para pelaku maksiat ... mareka yang lari tidakboleh diburu, yang terluka tidak boleh dihabisi, harta mereka tidakboleh dijadikan ghoniimah, kaum wanita mereka tidak boleh ditawandan perlakuan-perlakuan yang lain yang boleh dilakukan dalamberperang melawan orang-orang kafir. Dan pada dasarnya darah, hartadan kehormatan orang Islam itu dilindungi karena keimannannya ..adapun orang kafir, asalnya semua itu halal kecuali jika iamendapatkan jaminan dengan cara mengadakan perjanjian keamanandan yang lainnya ..

Dan di dalam ahkaamul walaa’ wal baroo’  (hukum loyalitas dan

permusuhan): Wajib hukumnya untuk berwalaa’  kepada orang Islamdan tidak boleh baroo’  kepadanya secara total, akan tetapi yangdiperbolehkan adalah baroo’  kepadanya sesuai dengankemaksiatannya … dan haram hukumnya berwalaa’  dan membelaorang kafir dalam memusuhi orang Islam atau menunjukkankepadanya kepada aurot  (rahasia) orang-orang Islam .. bahkan wajibhukumnya untuk baroo’  dan benci kepadanya, dan tidak bolehmencintainya ..

Dan hukum-hukum syar’iy  lainnya yang berkaitan dengan permasalahyang fital dan yang menimbulkan banyak dampak tersebut .. karena ini

hanyalah sekelumit dari permasalahan yang sangat banyak, yangmana tujuan kami dalam memaparkan hal ini adalah memberikancontoh dan peringatan … dan dalil-dalil untuk semua permasalahantersebut sangat masyhur terdapat di dalam buku-buku fikih dan yanglainnya ..

Dan barangsiapa tidak membedakan antara orang kafir dan orangmuslim maka urusan dan diin (agama) nya dalam semua hukumtersebut akan rancu ..

Coba perhatikan kerusakan-kerusakan, bahaya-bahaya dankemungkaran-kemungkaran yang ditibulkan akibat mencampur-

adukkan hukum-hukum yang berlaku bagi kaum muslimin denganhukum-hukum yang berlaku bagi orang-orang kafir pada contoh-contoh

]47[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 48: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 48/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

di atas .. padahal Alloh subhanahu wata'ala telah berfirman mengenaihal tersebut:

 : ﴿ ﴾Dan jika kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah

(bencana) dan kerusakan yang besar di bumi.(Al-Anfal: 73)

Dan pada hari ini tidak samar lagi bagi semua orang, kenyataan yangkita lihat berupa bercampurnya antara orang yang hina dengan orangyang mulia, dan rusaknya pedoman orang-orang yang mengakumemeluk Islam di dalam bersikap pada masalah-masalah dan hukum-hukum syar’iy  di atas dan yang lainnya … hal itu disebabkankebanyakan mereka lalai dan meremehkan … dalam mengkaji hukumyang fital ini dan mereka tidak membedakan atau memisahkan antaraorang-orang Islam dan orang-orang kafir .. dan hal ini nampak jelaspada kekacauan orang-orang awam maupun orang-orang alim di dalam

bersikap pada berbagai hukum, muamalah, ibadah, muwaalaah(loyalitas), mu’aadaah (permusuhan) dan permasalahan-permasalahanyang lain.

Padahal Alloh SWT telah membedakan dan memisahkan antara orangkafir dan orang beriman di dalam hukum-hukum di dunia maupunakherat. Dan Alloh mempertegas perbedaan ini di dalam lebih dari satutempat di dalam kitabNya, Alloh SWT berfirman:

 : ﴿ ﴾Tidaklah sama antara penghuni naar (neraka) dan penghuni jannah

(syurga).(Al-Hasyr: 20)Dan Alloh mengingkari orang yang menyamakan dan mancampur-adukkan hukum-hukum antara dua kelompok manusia tersebut:

 ﴿﴾ ﴿ ﴾

 Apakah Kami akan menjadikan orang-orang Islam sama dengan orang-orang yang jahat, bagaimana kalian menetapkan hal ini?(Al-Qalam: 35-36)

Alloh juga subhanahu wata'ala berfirman:

 : ﴿ ﴾  Apakah orang yang beriman itu sama dengan orang yang fasiq. Tidak,mereka itu tidak sama?(As-Sajdah: 18)

Alloh juga subhanahu wata'ala berfirman:

 ...: ﴿ ﴾ 

Katakanlah: Tidaklah sama antara yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya yang buruk itu memukau kamu.(Al-Maidah: 100)

Alloh juga subhanahu wata'ala berfirman:

 ...: ﴿ ﴾ ]48[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 49: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 49/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Supaya Alloh memisahkan antara yang buruk dengan yang baik.(Al-Anfal: 37)

Dengan demikian Alloh subhanahu wata'ala berkehendak untukmemisahkan antara yang buruk dengan yang baik, dan Allohsubhanahu wata'ala menghendaki perbedaan syar’iy  antara wali-waliNya dengan musuh-musuhNya di dalam hukum-hukum di duniadan di akherat .. sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsudari kalangan para penyembah undang-undang ingin menyamakanmereka. Oleh karena itu mereka hapus semua prinsip yangmengakibatkan pembedaan dan pemisahan manusia yang berdasarkanperbedaan diin (agama). Dan mereka tidak menyisakan hukuman yangditetapkan oleh diin (agana) sedikitpun di dalam undang-undangmereka, oleh karena itu mereka hapuskan semua hukum huduud danyang paling utama adalah hukuman bagi orang yang murtad. Danmereka menyamakan antara orang-orang Islam dengan orang-orang

kafir di dalam hukum-hukum yang berkaitan dengan darah (nyawa),kehormatan, seks, harta dan yang lainnya. Dan mereka membuangsemua konsekuensi syar’iy  terhadap kekafiran dan kemurtadan didalam semua hukum tersebut ..

Akan tetapi yang aneh dan mengherankan adalah para aktifis dakwah…! mereka tidak membedakan antara orang-orang Islam denganorang-orang kafir, dan tidak membedakan antara auliyaa-ur rohmaandengan auliyaa-usy syaithoon … hal itu dikarenakan merekamelalaikan ahkaamut takfiir  (hukum-hukum dalam mengkafirkanorang), dan mereka enggan untuk mempelajarinya lalu

mempraktekkannya ke dalam realita nyata yang mereka hidup didalamnya, dan menentukan setatus hukum pemerintah yang berkuasadi sana, serta status hukum para pembela dan wali (loyalis) mereka …

Lantaran itu semua, banyak di antara mereka (para aktifis dakwah dandiin tersebut ) yang mejadi tentara thoghut yang patuh, menjadi kakitangan mereka yang tulus, dan hal itu apa salahnya?? Karena parapenguasa tersebut menurut mereka adalah orang-orang Islam …!! Danpada sisi yang lain mereka menyerang setiap orang yang bertauhid,setiap da’i dan setiap mujahid yang berdiri menentang para thoghut tersebut, atau menyingsingkan lengan bajunya lalu menyingkapkepalsuan-kepalsuan mereka, dan mengingatkan kaum muslimin dariundang-undang mereka, kekafiran-kekafiran mereka dan kebatilan-kebatilan mereka, dan mengajak kaum muslimin tersebut untukmenjauhi mereka dan baroo’  terhadap kesyirikan dan hukum merekayang Alloh tidak menurunkan keterangan atasnya..

Maka mereka-mereka yang Alloh butakan penglihatannya dan Alloh jadikan tidak dapat membedakan dan melihat hukum-hukum yangberlaku bagi orang-orang Islam dan hukum-hukum yang berlaku bagiorang-orang kafir lantaran mereka tidak mau mempelajari persoalaanyang paling penting yaitu peroalan iman dan kufur, merekamengobarkan permusuhan terhadap Muwahhidiin. Dan mereka

melontarkan berbagai fitnah dan tuduhan. Mereka menghina

]49[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 50: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 50/156

Page 51: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 51/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

ghiibah (menggunjing) mereka!!! Sedangkan para Muwahhidiin danMujahidin tersebut adalah para pelaku bid’ah yang keluar dari Islam ..!!sehingga tidak sepatutnya kita ragu-ragu atau berhati-hati untukmemusuhi mereka. Karena bid’ah itu menurut prinsip  Ahlus Sunnahlebih buruk dan lebih berbahaya dari pada maksiat ..

Lantaran pandangan yang menyeleweng dari ajaran salaf  ini … danlantaran sikap yang buruk terhadap nash-nash syar’iy di tengah-tengahkebutaan yang dalam memandang realita pemerintah tersebut, danlantaran mereka melalaikan dan tidak mau mempelajari ahkaamut takfiir  (hukum-hukum dalam mengkafirkan orang) .. lantaran itulahmereka berwalaa’  (loyal) kepada para thoghut  dan orang-orangmusyrik, dan mereka memusuhi orang-orang yang beriman danbertauhid … mereka biarkan para penyembah berhala dan merekaserang orang-orang Islam.

Karena kerusakan faham di dalam masalah ushuul (prinsip), yang

ditambah dengan kebodohan yang parah terhadap realita, akanmengakibatkan kerusakan dalam mengamalkan masalah-masalahfuruu’  (cabang) dan akan membuahkan kesesatan dari jalan danmanhaj yang benar … oleh karena itu orang-orang Khowaarij ---sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Umar --- menggunakan ayat-ayat yang ditujukan kepada orang-orang kafir untuk orang-orangberiman. Sedangkan mereka-mereka yang mengklaim dirinya sebagaiSalafiyyuun itu menggunakan ayat-ayat yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman dan bertauhid, untuk orang-orang yang kafir dansekuler (atheis)..!!

Oleh karena itu di antara pengkhianatan terbesar yang terjadi padahari ini adalah pengkhianatan yang dilakukan sebagian dari parapemuka yang dijadikan sebagi panutan dan suri tauladan oleh banyakpemuda, maka merekapun sesat dan menyesatkan, dan merekapuntersesat dari jalan yang lurus. Pengkhianatan tersebut mereka lakukandengan cara mengingatkan manusia agar mejauhi pembahasanahkaamut takfiir  (hukum-hukum yang berkaitan dengan mengkafirkanorang) secara mutlaq, yang seharusnya mereka justru harusmenjelaskannya kepada umat. Mereka menghalang-menghalangi parapemuda untuk mengkaji masalah ini, dan memalingkan mereka agarmempelajarinya karena menganggapnya sebagai fitnah (bencana)yang harus diwaspadai secara mutlaq. Sebagai contoh lihatlah bukuyang berjudul At Tahdziir Min Fitnatit Takfiir karangan ‘Aliy AlHalabiy.

Di sana pembaca bisa lihat bagaimana seorang syaikh yang dihormatidi kalangan mereka yang paling baik sikapnya dalam masalah inimengatakan: “Apa manfaat yang kalian dapatkan dari sisi amaliyahseandainya para penguasa tersebut benar-benar kafir lantaran merekatelah murtad?” (Ini adalah perkataan Syaikh Al Albaaniy, lihat AtTahdziir Min Fitnatit Takfiir, hal. 71. Dan di sini kami jawab:“Seandainya kami tidak mendapatkan manfaat apa-apa selain kita

mengetahui musuh-musuh Alloh dan mengenal jalannya orang-orang

]51[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 52: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 52/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mujrimiin, yang mana manfaat itu tidak kalian dapatkan lantaran kalianberpaling dari hukum-hukum dalam masalah ini, ini cukup bagi kami.”)Sedangkan syaikh yang lain lagi mengomentari perkataan tersebutdengan mengatakan: “Ini adalah perkataan yang bagus.”,”Maksudnyaadalah bahwasanya orang-orang yang memfonis wulaatul muslimiin

(para menguasa kaum muslimin) sebagai orang kafir, apa manfaatyang mereka dapatkan setelah mereka mengkafirkan para penguasatersebut...” (Ini adalah perkataan Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin  lihat AtTahdziir Min Fitnatit Takfiir, hal. 72) sampai terakhir iamengatakan: “Apa manfaat dari menunjukkan danmenyebarluaskannya kecuali hanya akan menimbulkan berbagai fitnah(bencana)? … Perkataan Syaikh ini bagus sekali.”!!!

Dan pernyataan ini ditulis dan disebarkan di kalangan para pemudadalam puluhan bahkan ratusan buku dan buletin yang ditulis dengantujuan untuk memberikan peringatan agar mewaspadai takfiir 

(mengkafirkan orang) secara mutlaq .. dan biasanya dibagi-bagikansecara geratis!! Selain itu, semua itu dilakukan untuk membela parathoghut  modern dan para pendukungnya .. dan untuk menyerangmusuh-musuh mereka dari kalangan para Muwahhidiin dan Mujahidinyang telah menghabiskan umur mereka dengan mengerahkan jiwa danraga mereka untuk berjihad melawan para penganut kesyirikan,memerangi undang-undang mereka, membela syari’at Alloh yang sucidan berjuang untuk menjalankannya.

Seharusnya kita tidak menghalang-halangi orang untukmempelajarinya, atau melemahkan semangat orang yang ingin

mengkaji dan mendalaminya. Hukum ini sama dengan hukum-hukumdan permasalahan-permasalahan syar’iy  yang lain. Dari pembahasandi depan pembaca bisa memahami betapa besar dampak-dampakyang timbul akibat permasalahan ini jika dilalaikan. Dan pembaca jugadapat mengetahui betapa banyak hukum-hukum syar’iy yang berkaitandengan hukum ini (takfiir ).

Dan bahwasanya hal ini adalah landasan utama untuk membedakanantara jalannya orang-orang beriman dan orang-orang yang jahat, danbarang siapa melalaikan masalah ini maka ia akan kacau dalammenyikapi masalah ini. Pandangannya dalam menilai orang-orang yangberiman akan rancu dengan pandangannya dalam menilai orang-orangkafir, dan dia akan rancu dalam menentukan mana yang haq dan manayang batil, dan dia tidak akan mempunyai furqoon (pembeda) danbashiiroh (pandangan) di dalam masalah-masalah diin yang palingpenting.

Al ‘Allaamah Ibnul Qoyyim  rahimahullah mengatakan di dalamsebuah pembahasan yang berjudul Qoo’idah Jaliyyah: “Allohsubhanahu wata'ala berfirman:

 : ﴿ ﴾Dan demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat tersebut supaya kamumengetahui jalan orang-orang yang jahat.(Al-An’am: 55)

]52[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 53: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 53/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

 ...: ﴿ ﴾

Dan barangsiapa menentang Rosul setelah ia memahami kebenaran,dan mengikuti selain jalan orang-orang beriman, maka akan Kami

 jadikan dia mengikuti apa yang ia ikuti.(An-Nisa: 115)

Dan Alloh subhanahu wata'ala telah menerangkan di dalam kitabNya jalan orang-orang beriman secara terperinci dan jalan orang-orang jahat secara terperinci, dan kesudahan orang-orang yang berimansecara terperinci, dan kesudahan orang-orang yang jahat secaraterperinci, dan amal perbuatan orang-orang yang beriman, dan amalperbuatan orang-orang yang jahat, menterlantarkan orang-orang yang jahat, dan Alloh membimbing orang-orang yang beriman, dan hal-halyang menyebabkan Alloh membimbing orang-orang yang beriman dan

yang menyebabkan Alloh menterlantarkan orang-orang yang jahat, danAlloh menjelaskan dua permasalah tersebut di dalam kitabNya secaragamblang, mengungkapnya dan menerangkan keduanya dengansejelas-jelasnya, sampai-sampai pengelihatan dapat menyaksikannyasebagaimana melihat cahaya dan kegelapan.

Maka orang-orang yang mengenal Alloh, KitabNya dan diin (agama)Nya mereka mengerti jalan orang-orang yang beriman secara detil dan jalan orang-orang yang jahat secara detil. Maka bagi mereka kedua jalan itu telah jelas. Sebagai mana orang yang menempuh perjalananmengerti dengan jelas mana jalan yang dapat menyampaikan kepada

tujuan dan mana jalan yang menyampaikan kepada kebinasaan.

Maka mereka adalah orang-orang yang paling paham dan palingberguna dan paling dapat memberi nasehat bagi manusia, dan merekaadalah para pemberi petunjuk. Dan lantaran itulah para sahabatmenonjol dari pada orang-orang yang datang setelah mereka sampaihari qiyamat. Karena sesungguhnya mereka (para sahabat) itu tumbuhdi atas jalan kesesatan, kekafiran, kesyirikan dan yang menyampaikankepada kebinasaan, dan mereka memahami hal itu secara detil.Kemudian datang kepada mereka Rosul salallahu 'alaihi wasallam lalumengeluarkan mereka dari semua kegelapan itu kepada jalan

kebenaran dan jalan Alloh yang lurus. Maka merekapun keluar darikegelapan yang pekat kepada cahaya yang sempurna, dan darikesyirikan kepada tauhid, dan dari kebodohan kepada ilmu, dan darikesesatan kepada petunjuk, dan dari kedholiman kepada keadilan, dandari kebingungan dan kebutaan kepada petunjuk dan penglihatan.Sehingga mereka memahami betul nilai dari apa yang telah merekadapatkan dan mereka raih, serta apa yang mereka anut. Kerenasesuatu itu akan nampak kebaikannya jika dibandingkan dengankebalikannya. Dan sesungguhnya segala sesuatu itu akan nampak jelas jika dibandingkan dengan kebalikannya. Maka mereka semakin senangdan cinta terhadap apa yang mereka telah pindah kepadanya, dansemakin lari dan benci dari apa yang telah mereka tinggalkan. Dan

]53[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 54: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 54/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mereka adalah orang yang paling mencintai tauhid, iman dan Islam,dan orang yang paling membenci kebalikannya. Merekamengetahuinya secara detil. Adapun orang-orang yang datang setelahpara sahabat, di antara mereka ada yang tumbuh di dalam Islamsehingga dia tidak memahami kebalikannya secara detil, maka

samarlah ia terhadap sebagian yang mendetil dari jalannya orang-orang yang beriman dengan jalan orang-orang yang jahat.Sesungguhnya kesamaran itu terjadi jika pemahaman terhadap kedua jalan tersebut atau terhadap salah satunya melemah. Sebagaimanayang dikatakan oleh ‘Umar Ibnul Khoth-thoob, bahwasanya taliikatan Islam itu akan lepas satu ikatan demi satu ikatan apabilatumbuh di dalam Islam orang yang tidak memahami  jahiliyah. Daninilah di antara kedalaman ilmu ‘Umar  radiyallahu 'anhu .. makabarang siapa yang tidak mengerti dan tidak memahami jalan orang-orang yang jahat, dikhawatirkan dia akan menyangka bahwa sebagiandari jalan mereka itu adalah jalan orang-orang yang beriman, sebagaimana yang terjadi di dalam umat ini, di dalam masalah-masalahkeyakinan, ilmu dan amal yang merupakan jalan orang-orang yang jahat, kafir dan yang menjadi musuh para Rosul, dimasukkan olehorang yang memahami bahwa itu adalah jalan mereka, ke dalam jalannya orang-orang yang beriman, dan dia menyerukan jalantersebut dan mengkafirkan orang yang menyelisihinya, danmenghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh dan RosulNya,sebagaimana yang banyak terjadi di kalangan para pelaku bid’ah darikalangan Jahmiyyah, Qodariyyah, Khowaarij, Roofidloh dan orang-orangsemacam mereka yang membuat kebid’ahan dan menyeru manusia

kepada kebid’ahan tersebut serta mengkafirkan orang yangmenyelisihinya.” Sampai di sini perkataan Ibnul Qoyyim.

Kemudian ia menjelaskan bahwasanya manusia di dalampermasalahan ini terbagi menjadi empat kelompok. Satu kelompok:“Dia buta terhadap kedua jalan tersebut, mereka ini mirip denganbinatang ternak dan mereka ini lebih cenderung untuk menempuh danmelalui jalan orang-orang yang jahat.” Kelompok yang lain:“Perhatiannya terfokus kepada jalannya orang-orang yang beriman dandia tidak memperhatikan kebalikannya.” Kelompok yang lain lagi: “Diamengerti jalan keburukan, kebid’ahan dan kekafiran secara detil dan

 jalan orang-orang yang beriman secara global.” … dan ia mengatakan:dan satu kelompok lain yang paling utama adalah: “Orang yangmemahami jalannya orang-orang yang beriman dan jalannya orang-orang yang jahat secara detil baik dari segi ilmu maupun amal. Danmereka ini adalah manusia yang paling mengetahui.” Sampai di siniperkataan Ibnul Qoyyim yang di nukil dari Al fawaa-id halaman 108dan seterusnya secara ringkas.

Dari uraian pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahsasanyatakfiir adalah sebuah hukum dari hukum-hukum Alloh yang agung danmendasar. Yang mana dari hukum ini akan banyak menimbulkanhukum-hukum besar yang lain yang di antaranya adalah jihad, yangmerupakan permasalahan yang dibantah dengan keras oleh Luqman

]54[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 55: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 55/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

bin Muhammad Ba’abduh di dalam bukunya “Mereka adalahTeroros”. Sehingga kita tidak boleh meremehkannya atau berlebih-lebihan dalam hal ini, akan tetapi semuanya harus kita lakukanberdasarkan Al Qur’an dan Sunnah, sesuai dengan pemahaman ulama’salaf . Hal ini sama halnya dengan hukum-hukum syar’iy yang lainnya.

 Jangan sampai kita terjerumus kedalam sikap ifrooth (berlebih-lebihan)dan tafriith (terlalu longgar). Dan di antara bentuk sikap ghuluw(berlebih-lebihan) dan taqshiir (terlalu longgar). Karena diin Alloh yanghaq itu adalah berada di antara sikap berlebih-lebihan dan malalaikan.Ia tidak sebagai mana mereka yang bersikan berlebih-lebihan danketerlaluan, juga tidak sebagai mana mereka yang melalaikan danmengentengkannya. Sedangkan Al Firqoh An Naajiyyah dan Ath Thoo-ifah Al Manshuuroh yang tegak melaksanakan diin Alloh, tidakmenghiraukan orang yang menyelisihi mereka dan orang yangmenterlantarkan mereka, sampai datang keputusan Alloh. Dan semua jalan selain jalan merekalah yang subhanahu wata'ala larang untukdiikuti, Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

 : ﴿ ﴾ 

Dan barang siapa menyelisihi Rosul setelah ia memahami kebenarandan mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, Kami akanmenjadikan dia mengikuti apa yang ia ikuti dan Kami akan masukkandia ke dalam jahannam dan jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali.(An-Nisa: 115)

Dengan demikian di bawah mereka adalah orang yang meremehkansedangkan di atas mereka adalah orang yang berlebih-lebihan. Makaada orang-orang yang meremehkan masalah ini sehingga merekameninggalkannya … dan ada orang-orang lainnya yang berlebih-lebihan sehingga mereka bersikap ekstrim .. dan sesungguhnya orang-orang yang berada di antara keduanya benar-benar berada di ataspetunjuk yang lurus.” (Ini adalah perkataan Ibnu Taimiyyah di dalammemuji salaf . Majmuu’ Fataawaa IV/11)

]55[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 56: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 56/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

B. Syarat-Syarat Takfir

Sebagaimana yang telah kami katakan sebelumnya bahwasanya takfiiritu adalah sebuah hukum, sedangkan sebuah hukum itu dapat ditetapkan setelah melakukan pengecekan terhadap syarat-syaratnyadan penghalang-penghalangnya. Karena di dalam sebuah kaidahdisebutkan:

 

“Sebab itu akan mengakibatkan sebuah hukum jika terpenuhi syarat-syaratnya dan tidak terdapat penghalang-penghalangnya.”

Sedangkan yang dimaksud dengan hukum itu adalah menyatakanadanya atau tidak adanya sesuatu pada diri seseorang. Dalam hal iniadalah menyatakan kekafiran (murtad) pada diri seseorang.

Adapun yang dimaksud dengan Sababul hukmi (penyebab hukum)adalah sesuatu yang keberadaannya dijadikan oleh Syaari’  (pembuatsyariat) sebagai tanda akan adanya hukum, dan ketidakadaannyasebagai tanda akan tidak adanya hukum.

Syarthul hukmi (syarat hukum) adalah sesuatu yang keberadaan suatuhukum itu tergantung pada keberdaannya, namun keberadaannyatidak mesti menunjukkan adanya hukum tersebut akan tetapiketidakadaannya mengakibatkan tidak adanya hukum.

Sedangkan yang dimaksud dengan maani’  (penghalang); adalahsesuatu yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya hukum danketidakadaannya tidak mesti adanya hukum.

Dalam kaidah takfiir  diperbolehkan hanya menyebutkan syarat-syaratnya saja atau penghalang-penghalangnya saja, karena  AlMawaani’  adalah kebalikan dari  Asy Syuruuth. Dalam menerangkanmasalah ini Ibnul Qoyyim mengatakan: “Dan diantara yangmemperjelas masalah adalah bahwa manusia bersepakat bahwa syaratitu terbagi menjadi syarat yang harus ada dan syarat yang harus tidakada. Dengan kata lain bahwa ada sesuatu yang keberadaannyamenjadi syarat sebuah adanya hukum dan ada sesuatu yangtidakadanya menjadi syarat sebuah hukum. Dan ini disepakati olehpara ulama’ ahli ushul fikih, mutakallimiin dan semua kelompok. Olehkarena itu apa saja yang ketidakadaannya itu menjadi syarat makakeberadaannya menjadi penghalang (maani’ ). Dan apa saja yangkeberadaannya merupakan syarat maka ketidakadaannya adalah

penghalang (maani’ ). Dengan demikian maka tidak adanya syaratmerupakan penghalang sebuah hukum dan tidak adanya penghalang

]56[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 57: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 57/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

merupakan syarat adanya sebuah hukum. wabillaahit taufiiq.”Badaa-i’ul Fawaa-id IV /12, terbitan Daarul Kitaab Al ‘Arobiy. (Dalammasalah ini lihat Irsyaadul Fuhuul, karangan Asy Syaukaaniy, hal.25 dan Al Waadlih, karangan Muhammad Sulaimaan Al Asyqor,hal. 31.)

Dan syarat-syarat vonis kafir itu ada tiga macam:

A. Syarat-syarat pada pelaku: yaitu dia harus mukallaf  (berakal danbaligh) tahu bahwa perbuatannya itu kafir, sengaja melakukannya dania melakukannya denagan kemauannya sendiri.

B. Syarat-syarat pada perbuatan (yang menjadi sebab hukum); yaituperbutan tersebut merupakan kekafiran tanpa syubhat, dan telah di jelaskan di atas syaratnya yaitu; perbuatan orang mukallaf  itushoriihud dalaalah, dan dalil syar’iynya juga shoriihud dalaalah.

C. Syarat-syarat dalam menetapkan perbuatan mukalaf tersebut; yaitu

dengan cara yang syar’iy dan benar.

Berdasarkan perkataan apa yang diterangkan oleh Ibnul Qoyyim diatas maka penghalang-penghalang vonis kafir itu juga ada tigamacam:

A. Penghalang-penghalang yang terdapat pada pelaku yaitukeadaannya yang menjadikan seseorang tidak bisa dihukumiperkataan dan perbuatannya secara syar’iy, dan penghalangpenghalang ini di sebut sebagai ’awaaridlul ahliyyah (hal-hal yangmenjadi penghalang kelayakan).

B. Penghalang-penghalang yang terdapat pada perbuatan (yaitu hal-hal yang menjadi penyebab kekafiran) seperti perbuatannya itu tidakshoriihud dalaalah (jelas maksudnya) terhadap kekafiran atau dalilnyatidak qoth’iyyud dalaalah terhadap kekafiran.

C. Penghalang-penghalang yang terdapat pada proses pembuktianhukum; seperti salah satu dari saksinya tidak bisa di terimakesaksiannya karena masih kecil atau tidak ‘aadil (tidak bisa dipercaya)

Namun demikian, meskipun takfiir  itu sangat penting selain jugasangat berbahaya bagi orang yang tidak memahaminya, Ustadz

Luqman Muhammad bin Muhammad Ba’abduh hanyamenyebutkan salah satu dari tiga macam syarat takfiir tersebut. Padahalaman 505 ia mengatakan:

“Syarat-syarat seseorang bisa dinyatakan kafir ada empat, yaitu:

1. Orang tersebut berakal.2. Kekafiran tersebut terjadi dengan keinginannya, bukan karenadipaksa.3. Telah sampai hujjah yang dengan menyelisihi hujjah itu diadikafirkan.4. Dia melakukannya bukan karena ta’wil terhadap nash.

]57[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 58: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 58/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 Jika tidak terpenuhi salah satu saja dari empat syarat tersebut, makaseseorang terhalangi (tidak boleh) untuk dinyatakan kafir. (lihatMauqif Ahlis Sunnah I/201)”

Selain anda juga telah melihat sendiri bahwasanya perbedaan pandangdalam masalah takfiir  ini pula yang menjadi salah satu alasan yangpaling kuat kenapa ia (Luqman Bin Muhammad Ba’abduh) denganlantang menuding berbagai tokoh dan pergerakan dengan berbagaitudingan yang sesat, selain itu pula dengan atas dasar pemahaman inipula ia mengklaim beberapa tokoh bahkan kerajaan Saudi Arabiasebagai golongan  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan pembela dakwahtauhid. Anda juga melihat bahwa pengakuan Imam Samudra sebagaipenganut  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan mengikuti pemahamansalaf  ia mentahkan, lagi-lagi dengan alasan yang paling utama adalahkarena Imam Samudra adalah orang yang menganut aliran takfiir .Bahkan untuk itu ia menulis satu pembahasan sendiri dengan judul

“Awas Imam Samudra Penganur Aliran Takfiir. (hal. 487-538) Yang kesimpulannya adalah apa yang dia katakan pada halaman 538:“Telah terbukti dari penjelasan di atas bahwa Imam Samudra adalahseorang Khoorijiy , Takfiiriy , sekaligus teroris.” (hal. 538)

Namun meskipun masalah takfiir  ini mejadi alasan yang palingmendasar dalam menuding dan mengklaim, akan tetapi kenapa justruia hanya memberikan pembahasan yang sangat ringkas dan tidakmemaparkan dalil-dalil yang mencukupin berserta perkataan paraulama’ salaf  dalam masalah ini. Pembaca bisa lihat sendiri di dalampembahasan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Dalam Masalah Takfiir ,

ia hanya mencantumkan dua ulama’ saja yang jauh dari mencukupiuntuk pembahasan yang menjadi inti perselisihan kami dengan UstadzLuqman bin Muhammad Ba’abduh, ia hanya menukil satuperkataan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab  rahimahullahdan Syaikh Muhammad bin Shoolih Al ‘Utsaimin  rahimahullah.(hal.503-505)

Oleh karena itu di sini kami merasa perlu untuk menguraikannyasecara lebih mendetil dalam masalah ini. Karena jika dalam masalah inikita tidak sependapat maka kita pasti akan berselisih pendapat dalamberbagai sikap yang menjadi konsekuensi takfiir , yang di antara yangterpenting adalah jihad fii sabiilillah.

Namun sebelumnya akan kami bahas mengenai penyebab-penyebabkekafirnan, mengingat adanya hukum syar’iy  itu tergantung denganadanya penyebabnya sebagaimana yang telah disinggung di atas.Selain itu disebutkan juga di dalan sebuah kaidah:

 Hukum itu keberadaan dan ketidak adaannya tergantung dengankeberadaan dan ketidak adaan ‘illahnya.

Dengan demikian kajian ini akan kami bagi menjadi dua:

A. Sebab-sebab seseorang menjadi kafir.

]58[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 59: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 59/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

B. Syarat-syarat seseorang dapat divonis kafir.

Dan syarat-syarat ini ada tiga macam sebagaimana yang telah kamisebutkan di atas.

Sebab-Sebab Seseorang Menjadi Kafir

 As Sabab Asy Syar’iy  (sebab yang syar’iy) itu menurut ushuuliyyuun(para ahli ushul fiqih) adalah: “Sesuatu yang dhoohir  (jelas), danmundlobith (bisa dijadikan patokan), yang dapat dijadikan untukmenetapkan hukum, oleh karena Syaari’  (Sang pembuat syariat)menggantungkan hukum padanya.” (Lihat Al Waadlih Fii UshuulilFiqhi, karangan Muhammad Sulaimaan Al Asyqor, hal. 31) atau“Sesuatu yang keberadaannya menyebabkan adanya musabbab(hukum) dan ketidakadaannya menyebabkan tidakadanya musabbab(hukum).” Atau “Menjadikan sesuatu yang dhoohir  (jelas) danmundlobidl (yang dapat dijadikan patokan) sebagai manaath adanyasebuah hukum, artinya menimbulkan adanya sebuah hukum.” (LihatIrsyaadul Fuhuul, karangan Asy Syaukaaniy, hal. 24) SedangkanManaath adalah: artinya menggantungkan sesuatu, dan diantaranya adalah Dzaatu Anwaath dan manaath itu adalah sebuatanbagi suatu ‘illah atau sebab karena adanya sebuah hukum itutergatung padanya.Dan dengan kata lain sebab adalah sesuatu yang dijadikan oleh Syaari’ 

(Sang pembuat syari’at) sebagai tanda adanya musabbabnya (yaitusuatu hukum) dan menjadi keberadaan musabbab itu tergantungdengan keberadaannya, dan ketidak adaannya musabbab tergantungdengan ketidak adaannya sesuatu tersebut. Oleh karena itu paraulama’ mengatakan:

Hukum itu keberadaan dan ketidak adaannya tergantung dengankeberadaan dan ketidak adaan ‘illahnya.

Sedangkan ‘illah itu merupakan sinonim sebab menurut mayoritas ahli

ushul fiqih. Di dalam Marooqis Sa’uud dikatakan:

 

Dan sedangkan ‘illah itu adalah sinonim dari sebab…Dan sebagian mereka (para ulama’) membedakan antara keduanya…(Lihat Mudzkkirotu Ushuulil Fiqhi, karangan Asy Syinqiithiy, hal.42.)

Namun masing-masing dari dua kelompok tersebut sepakatbahwasanya ‘illah dan sabab itu merupakan sebuah pertanda suatuhukum, atau bahwasanya keduanya adalah yang menjadi landasan

suatu hukum, atau hukum terikat dengannya baik keberadaannya atauketidakadaannya, sehingga dalam masalah ini ‘illah adalah sinonim

]59[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 60: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 60/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

sabab. Orang-orang yang berpendapat bahwasanya keduanya ituberbeda, hanyalah membedakan dalam hikmah dijadikannya sebagailandasan hukum. Jika hikmah dijadikannya sebagai landasan hukumdipahami oleh akal kita maka itu disebut ‘illah dan sabab, namun jikahikmahnya termasuk hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh akal kita

maka ia hanya disebut sabab dan tidak disebut ‘illah. Oleh karena itumenurut mereka yang berpendapat seperti ini, safar  (bepergian) itumerupakan ‘illah dan sabab untuk diqoshor nya sholat, sedangkancondongnya matahari merupakan sabab dan bukan ‘illah untuk sholatdhuhur. Dengan demikian maka setiap ‘illah itu adalah sabab dan tidaksetiap sabab itu ‘illah menurut mereka yang membedakan antara ‘illahdan sabab, hanya dalam sisi ini saja.

Dari sisi lain sebagian mereka membagi ‘illah menjadi ‘illah taammah(‘illah yang sempurna) dan ‘illah  ghoiru  taammah (‘illah yang tidaksempurna). ‘illah  taammah adalah: ‘illah yang selalu bersama sebuah

hukum, keneradaannya maupun ketidakadaannya, sehingga apabilaada ‘illah maka pasti ada hukum. Sehingga terpenuhinya syarat-syaratdan tidak adanya penghalang-penghalangnya adalah termasuk ‘illahdalam pengertian ini. Adapun ‘illah ghoiru taammah adalah: ‘illah yangmenimbulkan hukum, akan tetapi tergantung dengan terpenuhinyasyarat-syaratnya dan tidak terdapatnya penghalang-penghakangnya. Yang semacam ini dinamakan sebagai sabab oleh mereka yangmembaginya dari sisi ini.

Dengan demikian, pada bagian yang pertama sebuah hukum tidakpernah terpisah dengan ‘illahnya sedangkan yang kedua terkadang

‘illah tidak menimbulkan sebuah hukum disebabkan karena adanyapenghalang atau tidak terpenuhinya syaratnya .. maka ini hanyalahpermasalahan istilah ‘illah atau sabab yang berkaitan dengan syarat-syarat dan penghalang-penghalangnya .. lihat Al Fataawaa (XXI/204).

Dan oleh karena iman itu menurut  Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ahmempunyai tiga rukun, yaitu keyakinan, perkataan dan perbuatan ..maka sesungguhnya sebab-sebab kekafiran itu adalah kebalikannya:yaitu perkataan mukaffir , atau perbuatan mukaffir  dan masuk dalamkategori ini at   tarku (meninggalkan perbuatan) al  mukaffir , ataukeraguan atau keyakinan mukaffir .

- Ibnu Hazm (456 H) dalam mendefinisikan kekafiran mengatakan:“Dan kekafiran itu menurut pengertian diin (agama) adalah: Sebutanbagi orang yang mengingkari sesuatu yang diwajibkan oleh Allohsubhanahu wata'ala untuk diimani, setelah sampai hujjah dankebenaran kepadanya, dengan hati tanpa lisan, atau dengan lisantanpa hati atau dengan kedua-duanya, atau dia melakukan suatuperbuatan yang dinyatakan di dalam nash bahwasanya orang yangmelakukannya telah keluar dari sebutan beriman.” Al Ihkaam FiiUshuulil Ahkaam (I/45)

- Taajud Diin As Subkiy (771 H) mengatakan: “Mengkafirkan orang

adalah sebuah hukum syar’iy  yang muncul akibat mengingkarirubuubiyyah (ketuhanan Alloh) atau wahdaaniyyah (keesaan Alloh)

]60[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 61: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 61/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

atau risaalah (ajaran Rosul), atau perkataan atau perbuatan yangdinyatakan oleh Syaari’  (Sang pembuat syariat) sebagai kekafiranmeskipun ia tidak mengingkarinya.” Fataawaa As Subkiy (II/586)

- Asy Syarbiiniy Asy Syaafi’iy (977 H) di dalam Mughnil Muhtaajmengatakan: “Murtad adalah memutuskan Islam dengan niat atauperkataan atau perbuatan, sama saja apakah ia mengucapkannyasebagi bentuk main-main atau pembangkangan atau keyakinan.”(IV/133)

- Manshuur Al Bahuutiy Al Hambaliy (1051 H) mengatakan: “Orangyang murtad menurut pengertian bahasa adalah: orang yang kembali.Alloh berfirman:

 : ﴿ ﴾… Dan janganlah kalian kembali kebelakang sehingga kalian pulangdalam keadaan rugi. (Al Maa-idah: 21)

Sedangkan menurut pengertian syar’iy  adalah: orang yang kafirsetelah beriman, baik dengan ucapan atau keyakinan atau keraguanatau perbuatan.” Kasyful Qonnaa’ ‘An Matnil Iqnaa’ (VI/136)

Dan perkataan para ulama’ dalam masalah ini banyak …

Dan di sana disebutkan bahwasanya sebab-sebab kekafiran ataukemurtadan itu adalah sebagaimana yang telah kami kemukakan diatas, yaitu: perkataan mukaffir , atau perbuatan mukaffir , ataukeyakinan mukaffir atau keraguan mukaffir ..

Dan disini Ada dua hal yang perlu diperhatikan:

Pertama: Bahwasanya definisi murtad di atas adalah definisi murtadyang sebenarnya. Adapun hukum di dunia yang ditetapkanberdasarkan yang dhohir , seseorang tidak divonis kafir kecualimengucapkan ucapan kufur atau melakukan perbuatan kufur. Karenaucapan dan perbuatan itulah yang nampak pada manusia. Adapunkeyakinan atau keraguan tempatnya adalah hati sehingga tidak bisamenjatuhkan hukum di dunia berdasarkan keduanya, selama apa yangdi dalam hati tersebut tidak dinampakkan dalam ucapan atauperbuatannya. Karena Rosul salallahu 'alaihi wasallam dalam haditsshohih bersabda:

 Sesungguhnya aku tidak disuruh untuk membelah hati manusia.(Hadits).

Dan di dalam hadits shohih juga disebutkan bahwa Nabi salallahu'alaihi wasallam bersabda kepada Usaamah:

 Kenapa tidak kamu belah saja hatinya. (Hadits).

Maka barang siapa melakukan kekafiran dengan hatinya --- dengan

keyakinan atau keraguan yang mukaffir  --- dan tidak dia nampakkankekafiran tersebut dengan ucapan atau perbuatannya, maka ia muslim

]61[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 62: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 62/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

menurut hukum di dunia akan tetapi pada hakekatnya dia kafir di sisiAlloh dan dia inilah yang disebut sebagai orang munafiq dengan nifaqakbar (kemunafiqan besar) yang menyembunyikan kekafirannya. IbnulQoyyim berkata: “Dan hukum-hukum itu tidak dibuktikan hanyaberdasarkan apa yang berada dalam hati tanpa ada dasar dari

perbuatan atau perkataan…” (A’laamul Muwaqqi’iin III/117). Dalamhal ini tidak ada perselisihan tentang hukum di dunia yang dibuktikanberdasarkan yang dhohir .

Dalam hal ini Imam Ath Thohaawiy rahimahullah mengatakan dalamAl Aqidah Ath Thohaawiyyah tentang ahlul qiblah (orang Islam):“Kami tidak memberikan kesaksian tentang mereka dengan kekafiranatau kesyirikan atau kemunafiqan selama mereka tidakmenampakkannya, dan kami menyerahkan hati mereka kepada Alloh.”Pensyarahnya mengatakan: “Karena kita diperintahkan untukmenetapkan hukum berdasarkan yang dhohir , dan kita dilarang untuk

mengikuti prasangka dan apa-apa yang kita tidak mengetahuiilmunya” (Syarhul ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah hal 427 cetakan AlMaktab Al Islaamiy 1403 H ).

Kesimpulannya : sesungguhnya menetapkan hukum murtad --- di dunia--- itu hanyalah berdasakan ucapan mukaffir  (orang yangmenyebabkan kafir) atau perbuatan mukaffir .

Ibnu Taimiyyah  rahimahullah berkata: “Orang murtad itu adalahorang yang membatalkan Islam yang berupa perkataan atau perbuatanyang tidak mungkin berkumpul dengan Islam.” (Ash ShoorimulMasluul hal. 459) Ibnu Taimiyyah juga berkata: “Intinya orang yang

mengucapkan atau melakukan kekafiran ia telah kafir, meskipun diatidak bermaksud untuk kafir, karena tak ada yang bermaksud untukkafir kecuali orang dikehendaki Alloh saja.” (Ash Shoorimul Masluulhal. 177-178).

Kedua: Seseorang itu keluar dari Islam bisa lebih cepat dari padamasuknya.

Banyak dari kalangan mu’aashiriin yang berlebihan dalammemperingatkan takfiir  (mengkafirkan) manusia meskipun merekamelakukan apa saja. Dan mereka mengatakan bahwa ini adalahmadzhab Khowaarij. Bahkan sebagian berpendapat bahwa kemurtadan

itu tidak mungkin terjadi, dan sesungguhnya seorang muslim yangmengikrarkan dua kalimat syahadat itu selamanya tidak akan kafir,dan mereka beralasan dengan sebuah ungkapan yang berbunyi:

 

Kami tidak mengkafirkan orang Islam karena dosa yang dia lakukan.

Dan ini merupakan ketidak fahaman mereka terhadap diinul Islam.Sesungguhnya orang-orang Khowaarij mengkafirkan orangberdasarkan dosa-dosa besar meskipun dosa yang ghoiru mukaffir (tidak menyebabkan kafir). Sedangkan  Ahlus Sunnah menganggap

fasiq orang yang melakukan dosa-dosa besar yang ghoiru mukaffir , dan

]62[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 63: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 63/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mengkafirkan orang yang melakukan dosa-dosa mukaffir . Adapuntentang ungkapan:

 

Kami tidak mengkafirkan orang Islam karena dosa yang dia lakukan,

Maksudnya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh IbnuTaimiyyah: “Dan jika kami mengatakan;  Ahlus Sunnah bersepakatbahwasanya seseorang itu tidak kafir lantaran melakukan dosa,sesungguhnya yang kami maksud adalah kemaksiatan seperti zina danminum khomer, adapun mengenai rukun-rukun Islam, di sana adaperselisihan yang masyhur mengenai kafirnya orang yangmeninggalkannya.” (Majmuu’ Fataawaa VII/302) Namun sebenarnyabanyak dari kalangan  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang enggan untukmenggunakan ungkapan semacam ini sebagai mana yang dikatakanoleh ‘Aliy bin Abil ‘Izz di dalam Syarhul ‘Aqiidah Ath

Thohaawiyyah, hal. 355, cet. Al Maktab Al Islaamiy th. 1403 H. Hal itudisebabkan karena banyak orang yang salah dalam memahami kata-kata dosa ini sehingga mereka mengira bahwa semua dosa itu apapunbentuknya tidak dapat menyebabkan kafir selama ia tidakmenghalalkannya.

Padahal beberapa orang telah murtad pada masa hidup Nabi salallahu'alaihi wasallam, dan setelah beliau wafat seluruh orang Arab yangIslam telah murtad kecuali penduduk Mekah, Madinah dan Bahroin.Dan Abu Bakar memerangi mereka karena mereka murtad.

Alloh Ta’aalaa berfirman:

 ...: ﴿ ﴾  Janganlah kalian beralasan, kalian telah kafir setelah kalian beriman.(QS.At Taubah: 66).

Dan Alloh ta’aalaa berfirman:

... ...: ﴿ ﴾Dan mereka telah mengucapkan kata-kata kekafiran dan mereka kafir setelah mereka Islam. (QS. At Taubah: 74).

Orang-orang yang diturunkan ayat-ayat ini kepada mereka. Merekakafir karena kata-kata yang mereka ucapkan pada waktu Nabisalallahu 'alaihi wasallam masih hidup. Dan Rosululloh salallahu 'alaihiwasallam bersabda:

 

Bersegeralah beramal sebelum datang fitnah (bencana) seperti malam yang gelap gulita. Seseorang pada waktu pagi beriman dan padawaktu sore kafir, dan pada waktu sore beriman dan pada waktu pagi

kafir. Ia menjual diinnya dengan harta dunia. (Hadits ini diriwayatkanoleh Muslim).

]63[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 64: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 64/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Seseorang bisa saja kafir lantaran kata-kata yang diucapkan denganmain-main. Oleh karena itu pensyarah Al ‘Aqiidah Ath Thohaawiyahberkata: “Diin Islam adalah apa yang disyariatkan oleh Alloh SWTkepada hamba-hambaNya melalui lidah para RosulNya. Pokok ajarandiin ini dan cabang-cabangnya adalah apa yang diriwayatkan dari para

Rosul. Dan ajaran tersebut sangatlah jelas, dan setiap mumayyiz (orang yang dapat membedakan) --- baik kecil maupun besar, orangArab fasih maupun orang ‘ajam (orang diluar Arab), orang bodohmaupun orang pandai --- dapat masuk ke dalammnya dalam waktuyang sangat singkat dan dia bisa keluar darinya dengan lebih cepatlagi daripada masuknya.” (Syarhul ‘Aqiidah Ath Thohaawiyah, cet.Al Maktab Al Islaamiy 1403 H, hal 585). Perhatikanlah perkataannyayang berbunyi: “Dia bisa keluar darinya dengan lebih cepat lagidaripada masuknya.”

 Yang dimaksud di sini adalah keimanan yang hakiki yang bermanfaat

bagi seseorang di akhirat, dan bukan keimanan al iimaan al hukmiy yang merupakan sinonim al islaam al hukmiy yang dijadikan landasanhukum di dunia, karena Iman atau Islam yang semacam ini seseorangdapat masuk dengan mengucapkan dua kalimah syahadat.

Adapun iman yang hakiki seseorang tidak bisa masuk kedalamnyakecuali dia melakukan unsur-unsur pokoknya yang didepan telahditerangkan bahwa pokok iman itu terdiri dari beberapa amalan hati,lisan dan anggota badan. Kewajiban hati adalah ma’rifah, tashdiq danbeberapa amalan hati seperti patuh, cinta, ridho dan pasrah kepadaAlloh. Kewajiban lisan adalah mengikrarkan dua kalimah syahadat, dan

kewajiban anggota badan adalah amalan-amalan yang jikaditinggalkan menyebabkan kafir, seperti sholat dan banyak ulama yangmemasukan rukun Islam yang lainnya dalam katagori ini.

Akan tetapi seorang hamba bisa keluar dari keimanan atau kafir hanyadengan satu perbuatan saja --- tidak harus dengan beberapa perbuatan--- maka apabila ia mengucapkan atau melakukan atau meyakini suatumukaffir  (penyebab kekafiran) maka ia kafir sebagaimana yang telahdijelaskan di depan. Dan kekafirannya tidak bersyarat harus hilangsemua cabang keimanan yang nampak pada dirinya --- meskipun padahakekatnya semua amalannya terhapus --- ini menunjukan bahwasebagian orang yang di vonis kafir kadang memiliki amal sholih padadhohirnya namun hal ini tidak menghalanginya untuk dikafirkan jika diamelakukan perbuatan yang menuntut pengkafiran.

Hal semacam ini banyak terdapat dalam fiqih:

Misalkan sholat, ia tidak syah kecuali dengan beberapa syarat,beberapa rukun dan beberapa kewajiban seperti wudlu, menutupaurat, menghadap kiblat, niat, berdiri, ruku, sujud dan yang lainnya.Akan tetapi ia bisa batal walaupun hanya dengan satu perbuatan,seperti berhadats atau makan ketika sholat. Begitu pula haji tidak syahkecuali dengan sejumlah rukun dan kewajiban, namun ia bisa rusak

dengan satu perbuatan saja seperti jima.

]64[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 65: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 65/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Apabila seseorang beramal sholih sepanjang hidupnya kemudian diamelakukan kekafiran berupa perkataan atau perbuatan ataukeyakinan, dan ia mati dalam keadaan seperti itu maka terhapuslahseluruh amal sholehnya, Alloh berfirman :

...  : ﴿ ﴾ Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia matidalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di duniadan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.( Qs. Al Baqoroh: 217)

Dan NAbi salallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 

“Sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amal penghuni jannah sepanjang hidupnya lalu ia menutup amalanya dengan amalan penghuni naar (neraka), dan sesungguhnya ada seseorang yangberamal dengan amalan penghuni naar sepanjang hidupnya kemudiania tutup amalanya dengan amalan penghuni jannah (syurga).” 

Hadits ini diriwayatkan Muslim dari Abu Huroiroh dan asalnya adalahterdapat dalam Shohiih Al Bukhooriy dan Shohiih Muslim dari IbnuMas’uud radiyallahu 'anhu. 

Oleh karena itu para ulama mencantumkan kemurtadan ini dalam

pembatal-pembatal wudlu, adzan, sholat, shoum, dll. Artinya kadangseseorang berwudlu hendak sholat lalu dia melakukan hal-hal mukaffir (yang menyebabkan kafir) --- baik berupa ucapan atau perbuatan ataukeyakinan atau keraguan --- maka diapun murtad. Jika dia bertaubatdia wajib mengulang wudlunya yang telah rusak karena dia murtad.Perhatikanlah betapa cepatnya terjadinya kemurtadan itu supayapembaca melihat betapa ngawurnya orang-orang yang mengatakanbahwa murtad itu tidak bisa terjadi.

Diantaranya adalah perkataan Ibnu Qudaamah  rahimahullah :“Sesungguhnya kemurtadan itu membatalkan wudlu dan tayammum.”

Ini adalah pendapat Al Auzaa’iy dan Abu Tsaur. Dan murtad adalahmelakukan hal-hal yang mengeluarkan dari Islam, baik berupa ucapanatau keyakinan atau keraguan yang dapat mengeluarkan dari Islam.Maka jika dia kembali masuk Islam lagi dia tidak boleh sholat sampaidia berwudlu meskipun sebelum murtad dia telah berwudlu.” (AlMughniy Ma’asy Syarhil Kabiir I/168) Ibnu Qudaamah jugaberkata: “Kemurtadan membatalkan adzan jika dilakukan karenamengumandangkan adzan.” (Ibid I/438). Ia juga mengatakan: “Kamitidak melihat adanya perbedaan di kalangan ahlul ilmi (ulama) bahwaorang yang murtad ketika dia melakukan shoum maka shoumnyabatal, dan jika kembali masuk Islam dia harus mengqodlonya baik

masuk Islamnya pada hari itu juga atau setelah hari itu berlalu”. (Ibid

]65[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 66: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 66/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

III/52) Ibnu Qudaamah mengatakan lagi: “Apabila seorangperempuan mengatakan kepada suaminya; talaklah aku dengan satudinar, lalu suaminya mentalaknya kemudian perempuan itu murtadmaka perempuan berhak mendapat satu dinar tersebut dan jatuh talakbaa-in dan kemurtadannya itu tidak berpengaruh karena dia murtad

setelah talak baa-in. Namun apabila suaminya mentalaknya setelah iamurtad dan sebelum digauli maka secara otomatis ia tertalak karenakemurtadannya dan talak yang dilakukan suaminya tidak dianggapkarena didahului oleh tertalaknya dia secara baa-in.” (Ibid VIII/186).Dan Abul Qoosim Al Khuroqiy berkata: “Seandainya suami istrimenikah dalam keadaan muslim, lalu si istri murtad sebelum digauli,maka pernikahannya batal dan perempuan tersebut tidak berhakmendapat mahar. Dan kalau si suami murtad sebelum si istri murtad,dan sebelum menggaulinya maka pernikahannya juga batal, namun sisuami harus membayar setengah mahar.” Dia juga mengatakan: “Dan jika si istri murtad setelah digauli maka si istri tersebut tidak berhakmendapat nafkah. Dan jika dia tidak masuk Islam kembali sampai habismasa ‘iddahnya maka batallah pernikahannya. Dan jika yang murtad sisuami, dan ia tidak masuk Islam kembali sampai habis masa ‘iddahnya,maka pernikahannya batal sejak keduanya berbeda diin.” (Ibid IX/564-565).

Inilah sekelumit pembahasan yang menerangkan tentangkemungkinannya terjadi kemurtadan bahkan terjadinya sangat cepat. Tidak sebagaimana apa yang disangka sebagian orang. Sampai-sampaiorang yang berwudlu saja bisa murtad antara wudlu dan sholatnya.Dan sampai seorang muadzin bisa murtad ketika mengumandangkan

adzan untuk sholat, karena kata-kata mukaffir yang dia ucapkan ataukarena keyakinan mukaffir  yang menancap dalam hatinya ataumukaffir-mukaffir  lainnya. Maka renungkanlah masalah ini supayapembaca dapat memahami kebodohan banyak dari kalangan orang-orang hari ini.

Syaikh Muhammad Haamid Al Fiqiy berkata: “Sampai-sampaibanyak ulama’ pada jaman sekarang ini yang sangat mengingkariorang yang mengingkari syirik akbar . Sehingga mereka dan parasahabat radiyallahu 'anhum, masing-masing berada di puncak ekstrimyang berlawanan. Adapun para sahabat mengingkari kesyirikan yang

sedikit sedangkan para ulama tersebut mengingkari orang yangmengingkari syirik akbar. Dan mereka menganggap melarangkesyirikan semacam ini merupakan bid’ah dan kesesatan. Danbegitulah keadaan seluruh umat dengan para Nabi dan Rosul yangdiutus menyampaikan agar bertauhid kepada Alloh dan mengikhlaskanibadah hanya kepada Alloh saja serta melarang berbuat syirik(menyekutukan Alloh).” Al Fiqiy juga berkata: “Banyak orang yangmengaku berilmu yang tidak mengerti “laa ilaaha illallaah”. Merekamenganggap semua orang yang mengucapkannya sebagai orang Islammeskipun ia melakukan kekafiran nyata dengan terang-terangan,seperti beribadah kepada kuburan, orang-orang yang sudah mati, danberhala, dan menghalalkan hal-hal yang telah nyata-nyata diharamkan,

]66[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 67: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 67/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

berhukum dengan selain hukum yang diturunkan Alloh dan menjadikanpendeta-pendeta dan rahib-rahib sebagai robb selain Alloh.” (Catatankaki hal. 128 dan 221 dalam buku Fat-hul Majiid Syarh KitaabutTauhiid cet. Daarul Fikri 1399 H).

Syarat-Syarat Seseorang Bisa Divonis kafir

Sebagaimana yang telah kami sampaikan di atas, bahwa syarat-syaratvonis kafir itu ada tiga macam:

A. Syarat-syarat pada pelaku: yaitu dia harus mukallaf (berakal danbaligh) tahu bahwa perbuatannya itu kafir, sengaja melakukannya dania melakukannya denagan kemauannya sendiri.

B. Syarat-syarat pada perbuatan (yang menjadi sebab hukum); yaituperbutan tersebut merupakan kekafiran tanpa syubhat, dan telah di jelaskan di atas syaratnya yaitu; perbuatan orang mukallaf itushoriihud dalaalah, dan dalil syar’iynya juga shoriihud dalaalah.

C. Syarat-syarat dalam menetapkan perbuatan mukallaf tersebut; yaitudengan cara yang syar’iy dan benar.

a. Syarat-syarat pelaku

Seseorang itu bisa dihukumi tindakan-tindakannya jika ia terbebas dari

‘Awaaridlul Ahliyyah. Dan yang dimaksud di sini adalah ahliyatulaadaa’ , karena ahliyyah itu menurut ulama’ ushul fikih ada duamacam:

 Ahliyatul aadaa’ ; yaitu kelayakan seseorang untuk dianggap perkataandan perbuatannya secara syar’iy , dan syarat-syarat syah ahliyatulaadaa’ ini adalah berakal, baligh dan ikhtiyaar (bebas, tidak terpaksa).

Dan aliyatul wujuub; yaitu kelayakan seseorang untuk mendapatkanhak dan kewajiban. Dan dasar ahliyatul wujuub ini adalah hidup, makabaik orang tua maupun anak kecil bahkan sampai janin sekalipun, jugaorang yang berakal maupun gila, secara syah ia memiliki ahliyatulwujuub.

Sedangkan ‘awaaridlu ahliyyah (hal-hal yang menjadi penghalangkelayakan) berkaitan dengan ahliyatul aadaa’ (kelayakan melaksakan),yaitu hal-hal yang terjadi pada seorang mukallaf yang mengakibatkanperkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatannya tidakdiperhitungkan secara syar’iy , ia tidak dihukum dan perbuatannyatidak berdampak apapun terhadap hak Alloh namun pada hak-hakmanusia tetap berdampak. Dan ‘awaaridlu ahliyyah itu ada duamacam:

Bagian pertama adalah ‘awaaridl samawiyah (penghalang-penghalangdari langit); yaitu karena ditakdirkan Alloh dan tidak ada peran

]67[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 68: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 68/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

manusia dalam mewujudkannya, seperti masalah kecil, gila, dungu,tidur dan lupa. Maka jika orang yang terdapat padanya salah satu daripenghalang-penghalang tersebut melakukan kejahatan maka ia tidakberdosa dan tidak dijatuhi hukuman karena ia tidak terkena kewajiban,akan tetapi ia dihukum jika melanggar hak-hak orang lain seperti

membayar kerugian, denda dan yang semacam itu, karena ini adalahkhitoobul wadl’i (hukum penyebab). Penghalang-penghalangsamawiyyah ini adalah kebalikan dari syarat-syarat hukum sepertimasih kecil kebalikan dari baligh, gila dan dungu kebalikan dariberakal. Dengan demikan, maka di antara syarat-syarat takfiirulmu’ayyan adalah berakal dan baligh. Sedangkan syah tidaknyakemurtadan anak mumayyiz  ada perselisihan. Dan orang-orang yangberpendapat syah seperti madzhab Hambaliy mereka mengatakan: iatidak dihukum sampai ia baligh dan di suruh bertaubat. Lihat AlMughniy Ma’asy Syarhil Kabiir X / 91-92.

Bagian kedua adalah penghalang-penghalang muktasabah; yaitupenghalang-penghalang yang kemunculannya itu disebabkan olehkemauan dan usaha manusia, baik kemauan dan usaha dia sendirimaupun orang lain, meskipun pada hakekatnya segala sesuatu ituadalah taqdir Alloh:

 : ﴿ ﴾Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ketentuan.(QS. Al Qomar: 49)

Dan diantar penghalang-penghalang mukatasabah yang dianggap

sebagai penghalang takfiir mu’ayyan adalah:A. Al Khotho’ (khilaf, tidak sengaja), yang mengakibatkan keterlanjutanberbicara sehingga ia mengucapkan kata-kata kafir padahal ia tidakbermaksud mengucapkannya. Pengahalang ini membatalkan syarat al‘amdu (sengaja). Yaitu hendaknya mukallaf  itu melakukan kekafirandengan sengaja. Dan dalil yang menunjukkan bahwa tidak sengaja itusecara umum merupakan penghalang adalah firman Alloh:

...  : ﴿﴾ 

“Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya,tetapi (yang ada dosanya) oleh hatimu.” (QS. Al Ahzaab: 5)

Sedangkan dalil yang menunjukkan sebagai penghalang kekafiranadalah hadits tentang seseorang yang kehilangan kendaraannyakemudian ketika mendapatkannya ia berkata:

 

Ya Alloh Engkau hambaku dan aku adalah robbMu.

Dan dalam hadits tersebut Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam

mengatakan:

]68[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 69: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 69/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

Ia salah karena sangat senangnya.

Hadits ini muttafaq ’alaih. Dan keadaan yang menyertainya termasuksesuatu yang menjadi pertimbangan dianggap atau tidaknya

penghalang ini.

B. Al Khotho’ Fit Ta’wiil (salah mentakwilkan): Takwil adalah meletakandalil tidak pada tempatnya berdasarkan ijtihad atau syubhat1 yangmuncul dari ketidak fahaman terhadap maksud nash. Lalu iamelakukan perbuatan kafir sedangkan dia tidak menganggapnya kafirdan beralasan dengan dalil yang ia salah dalam memahahmimaknanya. Maka  Al Khotho’  (salah, tidak sengaja) seperti inimenjadikan tidak terpenuhinya syarat “sengaja.” Sehingga kesalahandalam mentakwilkan menjadi penghalang untuk mengkafirkan dirinya.Namun jika telah disampaikan hujjah dan diterangkan kepadanya dan

ia tetap dalam perbuatannya maka ia ketika itu kafir. Dan dalilnyaadalah kejadian Qudaamah bin Madz’uun. Ia menghalalkan khomerpadahal mengahalalkan khomer adalah perbuatan kafir. Ia berdalildengan firman Alloh:

 ...: ﴿  ﴾

Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakanamalan yang saleh karena memakan makanan yang telah merekamakan. (QS.Al Maa-idah:93)

ia berhujjah dihadapan ‘Umar dengan menggunakan dalil ini ketika iamau melaksanakan hukum had. Pada maslah ini Ibnu Taimiyyahmengatakan: “.. atau ia salah, ia mengira bahwa orang-orang yangberiman dan beramal sholeh dikecualikan dari pengharaman khomer,sebagaimana keslahan orang-orang yang dilakukan istitaabah (disuruhtaubat) oleh ‘Umar, dan orang-orang semacam mereka. Merekadilakukan istitaabah (disuruh taubat) dan disampaikan hujjah kepadamereka lalu, jika mereka tetap dalam pendapat mereka, ketika itumereka kafir. Dan mereka tidak divonis kafir sebelum dilakukan itusemua, sebagaiman para sahabat tidak mengkafirkan Qudaamah bin

Madz’uun dan sahabat-sahabatnya karena mereka salah dalammentakwilkan.” Majmuu’ Fataawaa VII/610. Peristiwa ini menunjukan

1Penghalang takfir dengan sebab takwil tidak berlaku dalam hal-hal yang tidak ada peluang ijtihad di

dalamnya atau hal-hal yang jelas serta diketahui secara pasti dalam dien ini, seperti masalah syirik akbar dan yang serupa dengannya. Oleh sebab itu Syaikh Abdullah Aba Buthain rahimahullah telahmenyatakan ijma’ tidak diterima dan tidak diudzurnya orang melakukan ta’wil dalam hal itu dalamrisalah beliau ( Al Intishar Lihizbillahil Muwahiddin) juga para imam da’wah Najdiyyah dalam risalah-risalah mereka

Silahkan merujuk  Al Muttammimah Li Kalaam Aimmatid Da’wah juga  At Taudlih Wa Tatimmat tulisanSyaikh Ali Khudlair hafidhahullah  juga  Ar Risalah Ats Tsalatsiniyyah di muqaddimah bahasan  Mawani’ 

Takfier karya Al Maqdisiy hafidhahullah.Dan untuk yang ringkas silahkan rujuk bundel PMJ dalam Risalah  Barang Siapa Kafir kepada Thaghut ...tulisan Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman

]69[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 70: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 70/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

bahwa kesalahan dalam mentakwilakan adalah penghalang kekafiranatas ijma’  para sahabat. Sebagaimana hal itu juga masuk dalamkeumuman ayat;

 ...: ﴿ ﴾

Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya,tetapi(yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. (QS.AlAhzaab: 5)

Namun demikian tidak semua kesalahan dalam mentakwilkandianggap sebagai ‘udz-r secar syar’iy dari pengkafiran;

Kesalahan dalam mentakwilkan yang diterima sebagai ‘udz-r  adalahtakwil yang timbul dari melihat dalil syar’iy  namun dia salah dalammemahaminya .

Sedangkan kesalahan takwil yang tidak dianggap sebagai ‘udzur 

adalah yang timbul dari pemikiran belaka dan hawa nafsu tanpamenyandarkannya kepada dalil syar’iy .2

Sebagaimana penolakan iblis untuk sujud kepada Adam dan berhujjahbahwa dia;

 : ﴿ ﴾  Aku lebih baik daripada Adam, Engkau ciptakan aku dari api danEngkau ciptakan Adam dari tanah.)Al-‘Araaf: 12)

Ini hanyalah pemikiran. Dan sebagaimana pentakwila-pentakwilan  AlBaathiniyyah yang menggugurkan kewajiban-kewajiban syar’iy,

sesungguhnya ini hanyalah hawa nafsu.

Dan dalam semua keadaan, kesalahan dalam mentakwilkan sebagaipenghalang-penghalang kekafiran akan menjadi gugur setelahdisampaikannya hujjah kepadanya.

C. Penghalang yang berupa  Al Jahlu (kebodohan); seperti seorangmukallaf  (seorang berakal yang sudah baligh) melakukan kekafiransedangkan dia tidak tahu kalau itu adalah kekafiran, makakebodohannya –-- jika syah --– menghalanginya untuk dikafirkan, dandalilnya adalah firman Alloh:

 : ﴿ ﴾ …Dan Kami tidak akan meng`azab sampai Kami mengutus seorangRosul. (QS. Al Isroo’:15).

2Dan untuk yang ringkas silahkan rujuk bundel PMJ dalam Risalah  Barang Siapa Kafir kepada

Thaghut ... tulisan penetrjemah ( yaitu tulisan Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman yang

terdapat disitus anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com (penyusun)( 

Ta’wil dalam masalah tauhid dan syirik dan yang dalilnya jelas adalah murni hawa nafsu seperti ta’wilsyura’ dengan demokrasi (pelimpahan hak khusus ketuhanan kepada makhluk) dalam rangka melegalkanmasuk majelis syirik. (Ustadz Abu Sulaiman)

]70[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 71: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 71/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Maka tidak ada adzab baik di dunia maupun di akherat kecuali setelahsampainya ilmu.3Dan kebodohan yang secara syah dianggap sebagai‘udz-r  dan penghalang vonis kafir itu adalah kebodohan yang tidakmemungkinkan bagi seorang mukallaf untuk menghindarinya, baik halitu lantaran sebab-sebab yang ada pada dirinya atau sebab-sebab yang

ada pada sumber ilmu sendiri. Jika ia mampu untuk belajar danmenhilangkan kebodohan pada dirinya namun ia meremehkannyamaka dia tidak diterima ‘udz-r  kebodohannya dan dia secara hukumdianggap orang yang tahu --- sebagaimana hukumnya orang yang tahu--- meskipun pada hakekatnya tidak tahu.4

3Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy hafidhahullah  berkata dalam catatannya terhadap kitab Al Jami’

karangan Syaikh Abdul Qodir Bin Abdul Aziz: “Ucapan beliau (Syaikh Abdur Qodir): “...maka tidak ada‘azdab di dunia dan di akhirat kecuali setelah sampainya risalah...“ Maka ini adalah pemuthlaqan yang

 perlu ditinjau sedangkan yang wajib adalah membatasinya dengan apa yang tidak diketahui kecuali lewathujjah risaliyyah, karena ashlut tauhid  (yaitu ajaran hanif) adalah Allah tegakkan dengan hujjah yangamat jelas, barang siapa yang tidak merealisasikan ashlut tauhid dan justru dia menggugurkannya sertamati di atas syirik dan tandid maka tanpa ragu lagi dia di’adzab di akhirat. Dan ini dibuktikan oleh banyak dalil di antaranya: Apa yang diriwayatkan Al Imam Ahmad dan Muslim dari Anas bahwa Nabi SAWmelewati Bani An Najar maka beliau mendengar suara, beliau berkata: “Ada apa ini?” maka mereka berkata: “Kuburan seorang laki-laki semasa jahiliyyah”, maka Nabi berkata: “seandainya kalian tidak saling tidak menguburkan tentu saya akan berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla akan memperdengarkankepada kalian dari siksa kubur ini apa yang Dia perdengarkan kepada saya”. Dan lebih jelas dari itu apayang diriwayatkan Ath Thabrani dan yang lainnya bahwa seorang badui datang kepada Nabi  shalallaahu

‘alaihi wa sallam dan berkata: “Sesungguhnya bapakku suka menyambungkan persaudaran dan suka inidan itu maka dimana ia itu?” Beliau berkata: “Di neraka”. Maka seolah si arab badui itu tersentak dari halitu terus dia berkata: “Wahai Rasulullah dimana ayah engkau?”, maka beliau menjawab: “Di mana saja

kamu melewati kuburan orang kafir maka beri kabar dia dengan neraka”. Maka setelahnya orang baduiitu masuk Islam, kemudian berkata: “Rasulullah  shalalallaahu ‘alaihi wa sallam telah memberi tugaskepada saya: “Tidaklah aku melewati kuburan orang kafir melainkan aku beri kabar dia dengan neraka”.

Dan serupa dengannya apa yang diriwayatkan Muslim dalam Shahihnya dari Anas radliallahu’anhu

 bahwa seseorang berkata: “Wahai Rasulullah dimana ayah saya?”, beliau menjawab: “Di neraka”,kemudian tatkala ia pergi beliau memanggilnya terus berkata: “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu dineraka”.

Sedangkan mereka itu tergolong kaum yang telah Allah Ta’ala firmankan tentangnya: “Agar kamumemberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatansebelum kamu mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk“ (As Sajadah: 3)

Dan firmanNya Ta’ala: “Agar kamu memberi peringatan kapada kaum yang bapak-bapak mereka belumdiberi peringatan karena itu mereka lalai “ (Yasin: 6)

Maka sahlah dengan nash wahyu bahwa mereka itu adalah kaum yang di ‘adzab di akhirat padahalsesugguhnya tidak datang kepada mereka seorang pemberi peringatanpun serta bahwa mereka itu lalaiterhadap nash Al Qur’an. Dan ini adalah dalil bahwa orang yang membatalkan ashlut tauhid dari kalanganorang mukallaf  serta mati di atas syirik dan tandid yang nyata adalah bahwa ia itu di ’adzab di akhiratmeskipun belum datang kepada dia seorang pun pemberi peringatan, karena ashlut tauhid tergolong suatuyang terpatri dalam fitrah manusia dan telah tegak terhadapnya hujjah-hujjah Allah yang beraneka ragamdan untuknya semua rasul diutus serta karenanya semua kitab-kitab Allah diturunkan.

Sedangkan Al Isra’ ayat 15 sebagaimana yang dinukil Asy Syaukani dalam  Fathul Qodir dari jumhur ulama’ adalah hanya tentang ‘adzab dunia bukan ‘adzab akhirat.

Dan ini dibuktikan oleh firmanNya Ta’ala langsung setelahnya: “Dan jika Kami hendak membinasakansuatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentatiAllah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlakuterhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya, dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahuilagi Maha Melihat Dosa hamba-hambanya “ (Al Isra: 16-17)

]71[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 72: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 72/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

D. Penghalang yang berupa al ikrooh (dipaksa): kebalikannya adalahsebagai syarat hendaknya seorang mukallaf  itu suka rela dalammengerjakan perbuatannya.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata : “Syarat-syarat ikrooh ada 4 :

Pertama: Hendaknya orang yang melakukan ikrooh tersebut mampuuntuk melakukan yang dia ancamkan, dan orang yang disuruh tidakmampu melawan walaupun dengan melarikan diri.

Kedua: Ia yakin seandainya jika ia tidak mau melaksanakanperintahnya orang yang mengancam itu akan melakukan ancamannya.

Jadi ia seperti firmanNya Ta’ala: “Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Diamengutus di kota itu seorang Rasul yang membacakan ayat kami kepada mereka dan tidak pernah (pula)kami membinasakan kota-kota dalam keadaan melakukan kezholiman“ (Al Qashas: 59)

Dan yang menyusul masalah ini kritikan penulis (Syaikh Abdul Qodir) hal 543 terhadap penulis kitab Dlawabit Takfir  dalam ucapannya bahwa sesungguhnya asal pada hujjah terhadap manusia dalam haltauhid adalah fithrah dan mitsaq (perjanjian) yang telah diambil dari mereka...,adapun hujjah para rasulmaka ia berkaitan dengan apa yang menggugurkan komitmen yang rinci terhadap syariat....

Padahal sesungguhnya ucapan ini adalah benar lagi tidak ada kesamaran di dalamnya bila dimaksudkandengannya ashlut tauhid  dan penjauhan syirik akbar, bukan rincian-rincian tauhid dan cabang-cabangyang tidak diketahui kecuali lewat jalur para rasul .

Sebagaimana mushannif mengkritik penulis Dlawabit Takfir pada ucapannya bahwa orang yang menohok tauhid maka ia itu di’azab di akhirat meskipun belum tegak atasnya hujjah risaliyyah karena telah tegak fitrah, mitsaq dan yang lainnya. Dan mushannif dalam membantah di sana berhujjah lagi dangan ayat 15Al Isra’: “Dan kami tidak mungkin meng’adzab sehingga kami mengutus seorang rasul “, dan iamenuturkan ucapan Asy Syinqhithiy seputar ayat ini.

Sedangkan engkau sudah mengetahui bahwa yang dimaksud dengan ‘adzab di dalamnya adalah ‘adzab pemusnahan di dunia, dan ini adalah pendapat jumhur mufassirin dan bahwa nash-nash telah menetapkan

 bahwa di sana ada orang yang di‘adzab di akhirat karena matinya di atas syirik akbar dan kerena tidak merealisasikan tauhid yang mana ia adalah hak Allah atas hamba meskipun tidak datang kepadanyaseorang Rasul khusus, karena sesungguhnya ini adalah hal inti yang dengannya diutus para rasulseluruhnya dan diturunkan kepadanya kitab-kitab seluruhnya serta sepakat dan mutawatir di atasnyaajaran rasul-rasul. Adapun ucapan Asy Syinqithiy maka sangatlah jelas dari penekanannya di dalamnyaterhadap masalah akal dan penegakan dalil-dalil, bahwa beliau membantah terhadap Mu’tazillah dan ahlikalam lainnya yang mewajibkan pengenalan Allah dengan dalil-dalil akal sedangkan ini adalah masalahlain yang di luar bahasan kita.

Kemudian mushannif berbicara tentang hujjah risaliyyah dan ia menuturkan bahwa para rasul telah diutusdengan tauhid dan lainnya. Dan tidak ada seorangpun menyelisihi bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala

telah menjadikan hujjah risaliyyah sebagai bagian dari hujjah-hujjah terhadap hamba-hambaNya dalamhal tauhid dan yang lainnya agar terbukti baginya Ta’ala hujjah yang jelas lagi kuat. Dan di dalam hadits

“ .....tiada satupun yang lebih mencintai udzur daripada Allah, oleh sebab itu Allah mengutus para Nabi seraya memberi kabar gembira dan peringatan“. Dikeluarkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari IbnuMas’ud secara marfu’, akan tetapi yang menjadi perselisihan apakah orang musyrik yang menggugurkanashlut tauhid  dan tidak diutus seorang rasul kepadanya di’udzur? dan bila di’udzur maka apa makna‘udzur? Apakah maknanya bahwa ia tidak di’azab sehingga diuji di hari kiamat atau bahwa ia di’udzur dan masuk surga sedangkan telah sah dari nabi bahwa ia berkata sesungguhnya surga tidak dimasukikecuali oleh jiwa yang muslim dan beliau berkata tentang sebagian orang yang belum datang seorang punmemberi peringatan kepada mereka: “...Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka”

Sedangkan pengambilan hujjah (hal 544) beliau (Syaikh Abdul Qodir) dengan firman-Nya Ta’ala: “Dan

 Allah telah mengeluarkankamu dari perut-perut ibumu ssedang kamu tidak mengetahui apa-apa“ (An Nahl: 78) adalah muthlaq yang dibatasi dengan hadits: “Tidak seorang pun terlahir melainkan ia

dilahirkan di atas fitrah... “ (Al Bukhari dan Muslim)

Dan hadits “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif (bertauhid)...”

Ini adalah pada asal penciptaan... dan tetaplah ayat itu di atas keumumannya dalam rincian-rinciansyari’at.

]72[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 73: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 73/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Ketiga : Ancamannya itu akan dilakukan segera. Sehingga kalu diamengatakan; kalau kamu tidak berbuat begini kamu akan aku pukulbesok, hal ini tidak dianggap sebagai ikrooh, kecuali jika waktunyasangat dekat sekali atau menurut kebiasaan ia tidak akanmenyelisihinya.

Keempat : Ia tidak menunjukkan adanya pilihan lain bagi orang yangdisuruh.” (Fat-hul Baariy XII / 311) Dalam perkataaannya ini IbnuHajar  rahimahullah, tidak menyebutkan bentuk ancaman yangdianggap sebagai ikrooh, akan tetapi ia menyebutkan setelah itu,sehingga selayaknya menjadi syarat yang kelima.

Begitu juga (hal 545) mushannif  menuturkan ayat-ayat yang di dalamnya ada pertanyaan para malaikat penjaga Jahannam kepada kepada orang-orang yang masuk ke dalamnya: “bukankah telah datang para

rasul kepada kalian...” untuk berdalil dengannya bahwa tidak masuk neraka kecuali orang-orang yangtelah didatangi rasul.

Dan ini adalah benar yang merupakan kondisi kebiasaan (mayoritas) bukan keseluruhan (umum), yangdibuktikan hal itu dengan firman Nya Ta’ala: “Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-

bapak mereka belum pernah diberi peringatan karena itu mereka lalai...“ (Yasin: 6) ditambah kesaksian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap sebagian mereka bahwa mereka di neraka“ selesai ucapan AlMaqdisy

4Namun demikian Syaikh Abdul Qodir menjelaskan bahwa orang yang melakukan kemusyrikan dan

kekafiran yang nyata di negeri kaum muslimin adalah tidak di’udzur walaupun mereka itu bodoh. Beliau berkata dibahasan  Al Udzru Bil Jahli (Al Jami’ Juz 6): “Dan di sini kita bicara tentang realita yang 

terbatas, yaitu keadaan orang-orang yang mengaku muslim di mayoritas negeri kaum muslimin yang 

dihukumi undang-undang kaum kuffar (qawanin wadli’iyah) di jaman ini

 Negeri ini dari sisi hukum dianggap negeri kafir harbi, dan akan datang bahasan tentang status negeri di

akhir mabhtas I’tiqod di bab ke 7, sebagaimana akan datang pembahasan pembicaran tentang masalah Al 

 Hukmu Bighoiri Ma Anzalallah dan konsekuensi-konsekuensi yang di bangun di atas di mabhtas ke 8 dibab ke 7 insya Allah.

 Dan kami bila telah mengatakan bahwa orang diudzur karena sebab kebodohan di darul kufr, maka itu

adalah negeri kafir asli yang mayoritas atau seluruh penduduknya adalah orang-orang kafir asli dimana

orang yang masuk Islam dari kalangan mereka tidak mampu mengetahui sesuatu dari dien ini. Adapun

darul kufri at thahari (negeri kafir yang asalnya muslim) seperti negara-negara yang diperintah dengan

undang-undang buatan (qawanin wadli’iyyah), maka sudah maklum (diketahui) bahwa mayoritas

 penduduknya adalah muslim walaupun dalam hukum dhahir, oleh sebab itu anak pungut dihukumi muslim

dalam keadaan negeri seperti ini, berbeda halnya dengan negeri kafir murni (asli) –dan akan datang 

bahasan ini di akhir mabhats i’tiqad yang telah diisyaratkan kepadaanya— dan oleh kerenanya si mukallaf 

memiliki kesempatan untuk belajar di negeri-negeri ini dengan bertanya atau berpergian dari satu kota ke

kota yang lain atau dari suatu negeri ke negeri yang lain atau bertanya lewat telepon atau surat pos dan

 yang lainnya.Walhasil: Bahwa ilmu itu sangat mudah didapatkan di negeri-negeri ini, dapat dicari dan mendapat 

kebenaran darinya, sehingga tidak diudzur seorang pun karena sebab kebodohan di negeri-negeri ini,

kecuali dalam masalah-masalah agama yang samar yang hanya diketahui kalangan khusus dari ulama.

 Dan inilah apa yang ditunjukkan oleh pendapat seluruh ulama yang telah kami sebutkan pada masalah

 pertama yang lalu.

 Dan di antara batasan yang bisa diqiyaskan kepadanya adalah kedaan orang-orang yang selamat dan

 yang binasa dari kalangan Arab sebelum Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh mereka itu beribadah

dengan agama Ibrahim walaupun sudah kerasukan perubahan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada

 pasal yang ke dua, dan sebagian mereka mendapatkan tauhid dan meninggalkan peribadatan berhala

dengan usaha dan bertanya seperti Zaid Ibnu Amr Ibnu Naufal, sedang yang lain malah cenderung taqlid 

kepada apa yang dipegang kaumnya dan mereka itulah orang-orang yang dikabarkan Nabi shalallahu

‘alaihi wa sallam bahwa mereka itu kafir lagi di’adzab.

 Bila saja hujjah telah tegak dengan agama Ibrahim -padahal ia sudah kena perubahan- terhadap mereka

itu, padahal sangat jarang sekali orang yang mengetahui al haq atau sebagian dari mereka, maka

]73[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 74: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 74/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Kelima: bentuk ancaman, atau disebut dengan “batasan ikrooh”. IbnuHajar berkata: “Dan para Ulama berselisih pendapat tentang bentukancaman yang dianggap sebagai ikrooh. Mereka sepakat pembunuhan,pemotongan anggota badan, pukulan yang keras dan kurungan yanglama. Dan mereka berselisih pendapat pada pukulan ringan dan

kurungan sebentar sehari atau dua hari.” Ia juga berkata: “Para Ulamaberselisih pendapat tentang batsan ikrooh.  ‘Abad bin Humaidmeriwayatkan dalam hadits shohih bahwa ‘Umar berkata: Seseorangitu dirinya tidak aman apabila dikurung atau diikat atau disiksa. Dan juga riwayat yang serupa dari jalur Syuroih dengan tambahan lafadz-lafadz: 4 macam semuanya adalah ikrooh: kurungan, pukulan,ancaman dan ikat.” Dan diriwayatkan Ibnu Mas’uud berkata: Tidaklahsatu ucapan pun yang dapat menghindarkan dari dua kali cambukankecuali aku akan mengucapkannya.”Dan inilah pendapat  jumhuur (mayoritas Ulama).” (Fat-hul Baariy XII/312 dan 314).

Beberapa bentuk ikrooh tersebut yang merupakan batasan ikrooh inidibagi oleh kalangan madzhab-madzhab Hanafiy menjadi dua bagian :

Pertama: Ikrooh Mulji’  (paksaan yang sempurna) : yaitu dengan caramengancam untuk membunuh atau memotong atau memukul yangdikhawatirkan akan menghilangkan nyawa atau anggota tubuh.

Kedua: Ikrooh ghoiru mulji’  (paksaan yang kurang): Yaitu selainkurungan dan ikatan dan pukulan yang tidak dikhawatirkan akanmembikin cacat. (Badaa-i’u Ash Shonaa-i’ karangan Al KasaaniyIX/4479).

Dan menurut pendapat jumhuur (mayoritas) ulama bahwa yang diberirukhshoh (keringanan) untuk melakukan kekafiran hanya pada Ikroohmulji’ . Ini adalah pendapat Hanafiy, Maalikiy dan Hambaliy.Sedangkan Asy Syaafi’iy berkata: Sesungguhnya kurungan, daanikatan itu adalah ikrooh untuk berbuat murtad. Pendapat madzhabHanafiy dalam buku Badaa-i’u Ash Shonaa-i’ IX/4493 dan pendapatmadzhab Maalikiy dalam buku Asy Syarhush Shoghiir II/ 548-549dan pendapat madzbah Hambaliy dalam buku Al Mughniy Ma’asySyarhil Kabiir X/107-109 dan pendapat madzhab Syaafi’iy bukuMajmuu’ XVIII/6-7. Dan semuanya sepakat bahwa orang yang dipaksalalu dia memilih dibunuh maka pahalanya disis Alloh lebih besar dari

pada orang yang memilih rukhshoh (keringanan). Ini adalah perkataanIbnu Bathool didalam Fat-hul Baariy XII/317 Al Qurthubiy jugamenyatakan ijma’ dalam masalah ini dalam tafsirnya X/188.

Dalam menentukan mana yang lebih kuat (tarjiih) antara dua pendapatyang berbeda tentang batasan ikrooh untuk melakukan kekafiran ini,Ibnu Taimiyyah memilih pendapat  jumhuur (mayoritas ‘Ulama), danini merupakan pendapat madzhab Hambaliy, ia mengatakan: “Sayatelah perhatikan madzhab (Hambaliy) lalu saya dapatkan bahwa

bagaimana manusia di’uzdur karena kejahilan di negeri-negeri ini bila mereka terjatuh dalam pembatal 

keIslaman sedangkan sarana-sarana belajar sangat mudah dan banyak sekali orang-orang yang 

menyerukan al haq dan orang-orang yang mengamalkannya?” selesai ucapan Syaikh Abdul Qodir.Jadi beliau tidak mengudzur para pelaku syirik yang bodoh di negeri macam ini. (Ustadz Abu Sulaiman)

]74[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 75: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 75/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

ikrooh (paksaan) itu berbeda-beda tergantung apa yang dipaksakanuntuk dilakukan. Sehingga ikrooh yang diterima untuk mengucapkankata-kata kafir tidak sama dengan ikrooh yang diterima untukmelakukan hibah (pemberian) dan yang serupa dengannya. Karenasesungguhnya Ahmad telah menyatakan pada lebih dari satu tempat

bahwa ikrooh untuk berbuat kekafiran itu tidak bisa diterima kecualiberupa siksaan seperti pukukan dan belenggu. Dan paksaan yangberupa ucapan itu tidak dianggap sebagai ikrooh”. (Ad Difaa ‘AnAhlis Sunnah Wal Ittibaa’, karangan Hamad bin ‘Atiiq hal. 32 danMajmuu’atut Tauhiid hal. 419 dalam risalah ke 13 karangan Hamadbin ‘Atiiq juga).

 Yang dijadikan hujjah oleh jumhuur adalah asbaabun nuzuul (sebabturunnya ayat). Yaitu sesungguhnya ‘Ammaar bin Yaasir tidakmengucapkan kata-kata kafir sampai dia disiksa oleh orang-orangmusyrik. Dan sudah masyhur bahwa ini merupakan sebab turunnya

ayat:

 “Barangsiapa yang kafir kepada Alloh setelah dia beriman kecualiorang yang dipaksa sedangkan hatinya tetap tenang dengan iman”(QS.An Nahl:106).

Ibnu Hajar berkata: “Yang masyhur bahwa ayat tersebut turunmengenai peristiwa ‘Ammaar bin Yaasir, sebagaimana diriwayatkanmelalui jalur Abu ‘Ubaidah  bin Muhammad bin Ammaar bin

 Yaasir, ia berkata: “Orang-orang musyrik mengambil ‘Ammar bin

 Yaasir lalu menyiksanya sampai dia mengatakan sebagian apa yangmereka inginkan. Maka dia mengadukan hal itu kepada Nabi salallahu'alaihi wasallam maka beliau bersabda:

 

“Bagaimana hatimu?” 

Maka dia menjawab: “Hatiku tetap tenang dengan iman.” MakaRosululloh salallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 

“Jika mereka mengulangi maka ulangilah”.

Hadits ini mursal dan para rowinya tsiqqoot (terpercaya). Diriwayatkanoleh Ath Thobariy dan sebelumnya diriwayatkan oleh ‘AbdurRozzaaq dan ‘Abad bin Hamiid meriwayatkan darinya.” (Fat-hulBaariy XII/312). Dan Al Bukhooriy  rahimahullah mengisyaratkan ---sebagaimana kebiasaan dia memberi isyarat --- batasan ikrooh yangdapat memberi rukhshoh (keringanan) untuk berbuat kekafiran, yaitudalam bab “Orang Yang Memilih Dipukul, Dibunuh Dan DihinakanDaripada Berbuat Kekafiran”. Dalam Shohiih Al Bukhooriy, KitaabulIkrooh. Dan dia menyebutkan 3 hadits:

1. Yang pertama hadits Anas secara marfuu’:

]75[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 76: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 76/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

– –

“3 hal yang apabila ada pada diri seseorang ia mendapatkan manisnyaiman --- diantaranya adalah --- hendaknya dia tidak suka untuk kembali

kepada kekafiran sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke dalamnaar (Neraka).” 

Hadits ini mengisyaratkan bahwa kembali kepada kekafiran itu setaradengan masuk naar (Neraka) yang berarti kebinasaan sehingga tidakdiberi rukhshoh untuk melakukan kekafiran kecuali ketikadikhawatirkan akan celaka dan hilangnya nyawa, dan ini adalahpendapat jumhuur (mayoritas ulama).

2. Dan hadits yang kedua hadits dari Sa’iid bin Zaid, ia mengatakan:

 

“Dahulu saya pernah diikat oleh Umar karena saya masuk Islam”.

Hadits ini menerangkan bahwa ‘Umar Ibnul Khoththob --- sebelummasuk Islam --- mengikat Sa’iid bin Zaid supaya dia murtad dariIslam namun ikatan itu tidak memberikan rukhshoh kepadanya untukmurtad. Dan isyarat hadits ini merupakan bantahan terhadap madzhabSyaafi’iy yang mengatakan bahwa kurungan dan ikatan itu merupakanikrooh yang diterima untuk murtad.

3. Kemudian Al Bukhooriy menyebutkan hadits Khobaab secaramarfuu’:

 

“Dahulu orang-orang sebelum kalian seseorang ditangkap lalu ditanamke dalam tanah. Lalu diambil gergaji kemudian ditaruh di ataskepalanya sehingga dia terbelah dua, dan ada yang disisir dengan sisir besi yang menyisir antara daging dan tulangnya, namun itu semuatidak memalingkannya dari diinnya”. (Al Hadits).

Dan dalam hadits ini Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam memujiorang-orang yang memilih dibunuh dan disiksa daripada berbuatkekafiran, dan beliau memuji mereka. Dengan hadits ini Al Bukhooriymengisyaratkan dalil yang sesuai dengan ijma’  bahwa orang yangmemilih dibunuh dari pada berbuat kekafiran itu lebih besar pahalanya. Tiga hadits tersebut nomernya adalah: 6941, 6942, 6943.

Mabuk yang mengakibatkan hilangnya akal; diterimanya sebagaipenghalang di perselisihkan Ibnul Qoyyim menganggapnya sebagaipenghalang dan ini adalah pendapat madzhab Hanafiy yangbartentangan dengan pendapat yang roojih (kuat) menurut madzhabHambaliy dan Asy Syaafi’iy yaitu syahnya kemurtadan yang

dilakukan oleh orang yang mabuk. A’laamul Muwaqqi’iin III/ 25, lihat

]76[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 77: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 77/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Kasy-syaaful Qonaa’ tulisan Al Bahuutiy VI/176 dan Al MughniyMa’asy Syarhil Kabiir X /109.

Mengucapkan kata-kata kafir karena menyampaikannya perkataanorang lain: seperti orang yang membacakan perkataan orang-orangkafir yang Alloh ceritakan kepada kita dalam Al Qur’an padahal Allohtelah memerintahkan kita untuk membacanya, dan seperti cerita yangdisampaikan oleh orang yang menyampaikan kesaksiannya kepadahakim atas perkataan kafir yang ia dengar, dan seperti menceritakanpendapat orang-orang kafir untuk menerangkan kerusakannya danmembantahnya. Ini semua diperbolehkan atau di wajibkan, dan orangyang mengucapkannya tidaklah kafir. Lihat Al Fishol tulisan IbnuHazm III / 25. Oleh karena itu orang yang menceritakan kekafiran tidakdikatakan kafir. Dan di sini ada perincian penting; barang siapa yangbercerita tentang kekafiran dengan alasan yang syar’iy  sebagimanadalam contoh di atas maka dia tidak apa-apa. Namun barang siapa

bercerita dengan menganggapnya baik dan rela terhadap apa yang iaceritakan tersebut maka dia kafir. Dan keadaannya yang menyertainyaakan berperan dalam membedakan keadaan-keadaan tersebut. Dandalam menerangkan perincian ini Al Qoodliy ‘Iyaadl mengatakan:“Orang tersebut menceritakan orang lain, maka orang semacam inidilihat cara dia menceritakannya dan keadaan pembicaraan yangmenyertainya, dan hal itu berbeda beda sesuai dengan keadaannyamenjadi empat macam hukum, yaitu wajib, sunnah, makruh danharam.” Kemudian contoh masing masing hukum tersebut, kajilahdalam Asy Syifaa II/997-1003. dan perincian ini juga di sebutkan olehSyaikh Muhammad bin Ibrohim dalam Majmuu’ Fataawaa nya

XII/196-197, yang di kumpulkan oleh Muhammad bin ‘AbdurRohmaan bin Qoosim.

Dan bermain-main; Meskipun (bermain-main) ini terhitung sebagaipenghalang muktasabah (yang diusahakan) namun ia bukanlahtermasuk penghalang kekafiran menurut kesepakatan para ulama’.

Dan jika kami telah menyebutkan syarat-syarat takfiir yang berkaitandengan mukallaf  yaitu; baligh, berakal, tahu, sengaja dan sukarela,maka sesusungguhnya penghalang penghalang yang tersebut tadimasing masing menggugurkan satu syarat atau lebih dari syarat-syarattakfiir tersebut :

Baligh sebagai syarat yang menggugurkan masih kecil sebagaipenghalang.

Dan akal sebagai syarat yang menggugurkan gila, dungu dan mabuksempurna sebagai penghalang.

Dan ilmu sebagai syarat yang menggugurkan kebodohan yangditerima sebagai penghalang.

Dan kesengajaan yaitu niat sebagai syarat yang menggugurkanketidaksengajaan (khilaf, kesalahan) dalam berbicara atau dalammentakwilkan dan bercerita tentang kekafiran sebagai penghalang.

]77[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 78: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 78/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan sukarela sebagai syarat yang menggugurkan keterpaksaansebagai penghalang.

b. Syarat perbuatan (penyebab kekafiran)

Adapun syarat perbuatan yang menjadi penyebab kekafiran itu adadua:

1. Telah dinyatakan dalam dalil syar’iy bahwa orang yang melakukanatau mengatakannya kafir --- dan inilah yang dinamakan dengantakfiirul mutlaq --- . Yaitu dengan mengatakan: barangsiapa yangberkata begini maka ia kafir dan barangsiapa yang melakukan beginimaka ia kafir. Begitulah, yaitu menyatakan kufur secara mutlak (lepas)tanpa menjatuhkan hukum kafir kepada orang tertentu. Dengandemikian maka takfiirul mutlaq adalah menghukumi sesuatu sebagaipenyebab kekafiran dan bukan menghukumi kafir terhadap orang yang

melakukan penyebab tersebut.

Dan syaratnya dalil syar’iy yang dijadikan landasan haruslah dalil yangqhoth’iyyud dalaalah (jelas penunjukannya) bahwa kekafiran yangdimaksud adalah kufur akbar. Karena ada beberapa bentuk kalimatyang muhtamilud dalaalah (penunjukannya mengandungkemungkinan) bahwa kafir yang dimaksud adalah kufur ashghor ataufaasiq. Dan untuk mengetahui maksud dari nash yang muhtamiluddalaalah dengan melihat kepada qariinah (keadaan yangmenyertainya) yang terdapat dalam kalimat tersebut atau dalam nas-nas yang lain.

Contohnya adalah: Sabda Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam,

 

Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalahkekafiran.

Dan juga sabda Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam,

 Janganlah kalian kembali kafir sepeninggalanku, yaitu dengan saling

membunuh.!Kedua hadits tersebut diriwayatkan oleh Al Bukhooriy. Beliaumenamakan membunuh orang muslim itu dengan kekafiran, danbegitu pula saling berperang. Sedangkan nas-nas yang lainmenyatakan bahwa orang yang membunuh dengan sengaja tidaklahkafir berdasarkan firman Alloh:

 ...: ﴿ ﴾ 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan

]78[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 79: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 79/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.Maka barangsiapa dimaafkan oleh saudaranya,. (Al Baqoroh: 178)

Demikianlah Alloh menetapkan persaudaraan iman antara orang yangmembunuh dan antara wali orang yang dibunuh. Dan begitu pulasaling berperang, sebagaimana firman Alloh:

 ...: ﴿ ﴾ Dan jika dua kelompok orang beriman saling membunuh, (al Hujuroot:9)

Demikian Alloh menamakan mereka kelompok beriman meskipunsaling berperang. Ini semua menunjukan bahwa kekafiran yangdisebutkan dalam hadits-hadits di atas tidaklah menghapuskankeimanan sehingga kekufuran yang di maksud adalah kufur ashghoratau kufrun duna kufrin.

Adapun dalil-dalil syar’iy yang qoth’iyud dalaalah (menunjukan secara jelas) atas kufur akbar, contohnya dalam firman Alloh:

 ﴿﴾ 

﴿ ﴾

  Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, tentulah mereka akanmenjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersendau-gurau danbermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nyadan Rosul-Nya kalian berolok-olok?" Tidak usah kalian minta ma`af,

karena kalian telah kafir sesudah beriman. Jika Kami mema`afkansegolongan dari kalian (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akanmengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.(QS. At Taubah:65-66)

Nash ini menyatakan bahwa mereka telah kafir setelah beriman, danpernyataan kafir semacam ini maksudnya adalah kufur akbar.

Catatan Penting: Tidak disyaratkan untuk menetapkan sesuatu sebagaisebuah kekafiran harus ada nash yang menyatakan secara langsungbahwa sesuatu tersebut merupakan kekafiran. Syaikh Hamad binNaashir Ma’mar yang wafat pada 1660 H sebagai salah satu imamdakwah Nejd dan salah satu murid Syaikh Muhammad bin ‘AbdulWahhaab, beliau berkata: ”Dan juga sesungguhnya banyakpermasalahan kekafiran dan kemurtadan, yang telah disepakati paraulama’ yang terdapat nash jelas yang menamakannya sebagaikekafiran, akan tetapi disimpulkan para ulama’ dari keumuman nash.Hal ini sebagaimana jika seorang muslim menyembelih untukmendekatkan diri dan beribadah kepada selaian Alloh. Perbuatan iniadalah kekufuran secara ijma’ sebagaimana yang dinyatakan oleh AnNawawiy dan yang lainnya, begitu juga sujud kepada selain Alloh.”(Ad Duror As Sanniyah Fil Ajwiban An Najdiyah, IX/9) Diantara

contoh yang paling jelas terhadap apa yang dikatakan oleh SyaikhHamad bin Ma’mar adalah kafirnya orang orang yang mengatakan Al

]79[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 80: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 80/156

Page 81: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 81/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

(pendustaan) atau juhuud (penolakan) atau istihlaal (penghalalan), daninilah yang banyak tersebar di kalangan Mu’ashiriin. Dan para salaf mengkafirkan orang yang berpendapat seperti ini.

Inilah pembahasan yang berkaitan dengan syarat pertama, yaituhendaknya dalil yang di jadikan landasan jelas menunjukan kufurakbar.

2. Syarat yang kedua untuk menetapkan kekafiran pada perkataan danperbuatan adalah hendaknya perkataan atau perbuatan itu sendiri jelas menunjukan kekafiran. Artinya di dalamnya memang terdapatunsur sebab yang mengkafirkan sebagaimana yang terdapat dalamnash syar’iy yang di jadikan landasan untuk mengkafirkan perbuatantersebut.

Contohnya adalah orang yang mengatakan; wahai tuanku Al Badawiy! Tolonglah aku! Atau kabulkan kebutuhanku, atau lapangkanlah

rejekiku, atau selamatkan aku dari musuhku.Perkataan-perkataan semacam ini adalah kekafiran karena jelas-jelasmenunjukkan berdo’a kepada selain Alloh, dan karena ada dalil syar’iy yang menunjukan atas kafirnya orang yang berdo’a kepada selainAlloh. Dan di antara perbuatan-perbuatan yang jelas-jelas menunjukankekakafiran adalah melemparkan mushaf Al Qur’an ke dalam kotoran.Perbuatan ini tidak mengandung kemungkinan lain kecuali penghinaanterhadap mushaf, padahal ada dalil qoth’i yang menunjukan kafirnyaorang yang mengolok-olok ayat-ayat Alloh. Adapun melempar mushaf ke dalam api, perbuatan ini tidak jelas penunjukannya terhadapkekafiran, sebagaimana akan kami terangkan pada pembahasantentang hal-hal yang mengandung kemungkinan.

Kebalikan dari perbuatan yang jelas penunjukannya adalah perbuatanyang penunujukannya mengandung kemungkinan. Yaitu amalan (baikucapan maupun perbuatan) yang tidak jelas-jelas menunujukankekafiran, akan tetapi kadang menunjukan kekafiran dan kadang tidakmenunjukan kekafiran. Inilah yang disebut dengan at takfiir bilmuhtamalaat  (pengkafiran dengan perbuatan yang mengandungkemungkinan). Dan termasuk dalam katagori ini juga perkataan yangsebenarnya bukan perkataan kufur akan tetapi mengandungkonsekuensi kekufuran. Dan inilah yang disebut dengan at takfiir bil

ma-aal (pengkafiran lantaran akibat) atau at takfiir bi laazimil qoul(pengkafiran lantaran konsekuensi perkataan).

Pada perbuatan yang mengandung beberapa kemungkinan ini harusdilakukan pengecekan terhadap beberapa hal untuk menentukanmaksudnya, apakah menunjukan kufur secara jelas atau tidak. Dalammasalah ini Al Qoodliy Syihaabud Diin Al Qurofiy berkata: “Segalasesuatu yang nampak itu dinilai seperti apa yang nampak kecuali jikaada hal-hal yang menunjukan bahwa yang dimaksud bukanlahsebagaimana yang nampak atau kemungkinan yang lebih kuatbukanlah yang nampak. Dan segala kemungkinannya yang tidak

nampak tidak dianggap lebih kuat kecuali ada penguat syar’iy .” AlFuruuq tulisan Al Qurofiy II/195. terbitan Daruul Ma’rifah. Penguat

]81[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 82: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 82/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

syar’iy  yang menentukan maksud dari perbuatan yang muhtamiluddalaalah (mengandung beberapa kemungkinan) ada 3 macam, yaitutabayyun (minta klarifikasi) terhadap maksud pelaku, memperhatikankepada qoroo-in (hal-hal) yang menyertai perbuatannya, dan yangketiga adalah memahami ‘urf  (kebiasaan) pelaku dan penduduk

negerinya.Adapun tabayyun terhadap niat pelaku adalah dengan cara bertanya

kepadanya tentang maksud dari perkataan atau perbuatannya. Sepertiseseorang yang berdo’a di kuburan yang tidak terdengar suaranya dantidak pula terdengar dia berdo’a kepada siapa dan ia berdo’a untukapa. Maka ia ditanya, jika dia menjawab; aku berdo’a kepada Allohuntuk mengampuni mayit ini, maka orang tersebut adalah orang baik.Dan jika dia menjawab; aku berdo’a kepada Alloh di kuburan ini supayaAlloh mengabulkan do’aku, maka perbutannya ini adalah bid’ah dantidak sampai kafir. Dan jika dia menjawab bahwa dia berdo’a kepada

penghuni kubur tersebut untuk memenuhi kebutuhannya, maka orangtersebut kafir. Maka tabayyun terhadap maksud pelaku itu dapatmembantu untuk mengetahui maksud dari perbuatan yangmengandung beberapa kemungkinan. Oleh karena itu An Nawawiymenukil perkataan Ash Shoimiriy dan Al Khootib: “Jika seorang muftiditanya tentang orang yang berkata begini dan begini, yangmengandung beberapa kemungkinan yang sebagian kemungkinannyakekafiran dan sebagian kemungkinan lainnya bukan kekafiran, makahendaknya mufti itu menjawab; tanyakan tentang maksudperkataannya, jika dia menjawab begini maka jawabannya begini.” AlMajmuu’ tulisan An Nawawiy I/49.

Dan pada masalah ini Imam Asy Syaafi’iy juga mengatakan: ”Padamasalah yang mengandung kemungkinan yang tidak jelas, perkataanyang dijadikan pegangan adalah perkataan pelakunya.” Al Ummtulisan Asy Syaafi’iy VII/297. Di sini ada catatan penting yang harusdiperhatikan betul, agar tidak salah faham. Yaitu bahwa yangditanyatakan dan yang berpengaruh pada hukum itu adalah maksuddari perbuatan pelaku dan bukan maksud yeng berarti berniat untukkafir dalam melakukan perbuata tersebut. Dalam contoh di atas jika diamenjawab; bahwa dia berdoa kepada mayit untuk menyingkirkankesusahaannya, maka inilah yang harus di tanyakan dan yang

berdampak pada hukum, dan tidak harus bertanya; apakah kamubermaksud untuk kafir dalam melakukan perbuatanmu itu?, bahkanmeskipun dia mengatakan, bahwa dia tidak bermaksud kafir dalammelakukan perbuatannya itu, perkataan itu tidak akan berpengaruhuntuk menghindari hukum.

 Tentang melihat kepada qoroo-inul ahwaal (keadaan yang menyertaiperbuataannya), maka barang siapa yang mengucapkan perkataanyang mengandung kemungkinan kekafiran namun pelakunyamengingkari maksud untuk kafir akan tetapi setelah di teliti ternyataperbuatannya itu mengandung unsur kezindikan dan dia sendiri

tertuduh sebagai orang  zindiq, maka keadaan yang menyertaiperbuatannya ini menunjukan kuat maksud kekafirannya. Contoh yang

]82[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 83: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 83/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

lainnya adalah; jika ada seseorang melemparkan mushaf ke dalam api.Orang ini ada kemungkinan meremehkan mushaf  sehingga dia kafirsebagaimana orang yang melemparkanya kedalam kotoran, dan adakemungkinan ia ingin memusnahkannya karena mushaf itu sudah lamadengan cara membakarnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh

‘Ustman bin Affaan, beliau membakar mushaf yang lebih, makasemacam ini ialah Sunnah Kholifah sehngga dia tidak kafir. Apabila kitabertanya kepadanya lalu dia mengatakan bahwa dia inginmenghilangkannya (karena mushaf itu sudah lama), namun setlah diteliti keadaannya ternyata mushaf yang dia bakar masih baru danternyata orang itu tertuduh sebagai orang zindiq. Maka bukti-bukti inimenunjukan bahwa dia dusta, dia bilang ingin menghilangkan mushaf itu namun sebenarnya dia meremehkannya. Ibnu Rojab Al Hambaliyberkata: ”Bukti yang berupa keadaan, berbeda dengan bukti yangberupa perkataan dalam menerima pengakuan yang sesuai danmenolak yang tidak sesuai. Bukti keadaan saja (tanpa bukti yangberupa perkataan) dapat mengakibatkan hukum.” Al Qowaa’idtulisan Ibnu Rojab, Kaidah ke- 151 hal. 322.

Adapun melihat kepada ‘urf  (kebiasaan) sebagaimana kata IbnuQoyyim --- dalam Ahkaamul Muftiy ---: “Dia (mufti) tidak bolahberfatwa pada pengakuan, sumpah, wasyiat dan yang lainnya yangberkaitan dengan lafadz dengan berlandasan yang biasa dia gunakan,untuk memahami lafad-lafadz tersebut tanpa mengetahui kebiasaanpemilik dan pengguna lafadz-lafadz tersebut. Sehingga dia memahamilafadz tersebut sebagaimana apa yang mereka pahami dalamkebiasaan mereka meskipun tidak sesuai dengan hakkekat asalnya.

Namun jika mufti tidak melakukannya ia akan asesat danmenyesatkan.” A’laamul Muwaqqi’iin IV/297.

Inilah tiga penguat syar’iy yang membantu untuk menentukan maksuddari hal-hal yang mengandung beberapa kemungkinan. Namun AsySyaafi’iy tidak menerima kecuali tabayyun terhadap maksudnya saja.Lihat Al Umm VII/297.

Perbuatan-perbuatan semacam ini hukumnya sama dengan lafadz-lafadz sindiran dalam talak (perceraian) qodzaf  (tuduhan zina),membebaskan budak dan hal-hal lainnya yang tidak bisa dibedakankecuali dengan mengetahui niat orang yang mengatakannya danmelihat dalam kepada keadaan-keadaan yang menyertainya dankebiasaan orangyang mengucapkannya. Adapun pada masalah-masalah yang sudah jelas, tidak dibutuhkan lagi melihat kepada niatdan maksud pelakunya. Namun hanya melihat kepada niat dan maksudpelakunya. Namun hanya melihat kepada kesengajaan berbuat.

Dan yang dijadikan pedoman dalam menentukan maksud dari hal-halyang mengandung kemungkinan --- pada hukum di dunia --- adalahijtihad hakim yang melihat kepada tuduhan, sebagaimana contoh-contoh yang di nukil dari Al Qoodliy ‘Iyaadl tadi. Dan seorang hakimboleh menghukum orang yang tertuduh dengan hukuman yang keras

meskipun ia tidak dapat membuktikan hal-hal yang mengandung

]83[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 84: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 84/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

kemungkinan kepada hal yang jelas maksudnya jika tuduhannya kuat.Dan di sini terdapat perselisihan hukum orang zindiq yang banyakmelakukan perbuatan yang mengandung kemungkinan kafir, danbeginilah kebanyakan orang-orang munafiq pada zaman Nabi salallahu'alaihi wasallam, sebagaimana yang Alloh firmankan:

 ...: ﴿ ﴾ Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan merekakepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal merekadengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenalmereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka (QS. Muhammad:30).

Dan diantara orang-orang munafiq itu ada yang menngucapkan kata-kata yang jelas-jelas kekafiran akan tetapi tidak tertetapkan denganketetapan syar’iy  karena tidak lengkapnya bukti, sebagaimana yangAlloh firmankan:

 ...: ﴿ ﴾“Mereka (orang-orang munafiq itu) bersumpah dengan (nama) Alloh,bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu).Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dantelah menjadi kafir sesudah Islam,” (QS. At Taubah: 74).

Adapun orang  zindiq, yaitu orang yang murtad berkali-kali atau orangyang banyak melakukan perbuatan yang mengandung kemungkinankafir dan banyak sindiran-sindirannya yang (mengandung kekafiran),maka dalam madzhab Malik  ia tidak diterima taubatnya dan dalam

madzhab Asy Syaafi’iy selamanya akan diterima taubatnya. Dan halini juga dikembalikan kepada ijtihadnya hakim yangmempertimbangkan perkembangan kejahatan dan pelecehan terhadapdiin dikalangan manusia. Apabila hal ini terjadi haruslah dipertegas danlebih di perkuat dengan mengikuti madzhab Malik . Lihat pembahasantaubatnya zindiq dalam Al Mughniy Ma’asyi Syarhil Kabiir X / 170-171, Fat-hul Baariy XXI / 269-273, Al Umm VI / 156-167 dan A’lamulMuwaqqi’iin III / 112-115, 140-145.

Adapun hukumnya diakhirat, orang yang melakukan hal-hal yangmengandung kemungkinan, keputusannya di akherat diserahkan

kepada Alloh sesuai dengan niatnya. Alloh maha tahu dengan niatnyadan Alloh akan membalasnya sesuai dengan niatnya, meskipun didunia dia tidak dibuktikan hukuman apapun. Rosululloh salallahu 'alaihiwasallam, bersabda :

 

Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dengan niat, danseseorang itu akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.Hadits ini muttafaq ‘alaih.

Dan Alloh berfirman:

 ﴿﴾ ﴿ ﴾ 

]84[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 85: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 85/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Pada hari dinampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagimanusia itu suatu kekuatanpun dan tidak (pula) seorang penolong. (At- Taariq: 9-10).

Untuk penjelasan lebih lanjut masalah ini silahkan kaji:

- Shohiih Al Bukhooriy, Kitaabu Istitaabatil Murtaddiin --- bab “Jikaseorang dzimmi mengucapkan kata-kata kiasan yang menunjukanpenghinaan kepada Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wasallam, namuntidak menyatakan terus terang”, Fat-hul Baariy XII / 280.

- Asy Syifaa tulisan Al Qoodliy ‘Iyaadl pasal “Perkataan-perkataanyang mengandung kemungkinan penghinaan kepada Nabi salallahu'alaihi wasallam” II / 978-999 dan pasal “Meneliti perkataan dalammengkafirkan orang yang mentakwilkan” dan pasal setelahnya II /1056-1076, terbitan Isa Al-Halabi.

- Majmuu’ Fataawaa Ibni Taimiyah, masalah “Apakah konsekuensi

dari madzhab itu termasuk madzhab” XX / 217-219, V / 306-307.

- Perkataan Ibnul Qoyyim pada masalah “Apakah kosekuensi darimadzhab itu termasuk madzhab” dalam syair an-nuniyah beliaubeserta penjelasannya oleh Syaikh Muhammad Kholiil Harroos II /252-25, terbitan maktabah Ibni Taimiyyah 1407 H.

- Al Asybaah Wan Nadzoo-ir Fii Qowaa’id Wa Furuu’ FiqhisySyaafi’iy, tulisan As Suyuuthiy bab “Masalah perkataan yang jelas,kinayah dan sindiran” hal. 488 dan setelahnya cetakan darul kitabAl-‘Arobi 1407 H.

- A’laamul Muwaqqi’iin tulisan Ibnul Qoyyim II / 5, masalah peranbukti keadaan dalam memalingkan kinayah kepada hal yang jelas.

Kesimpulannya: bahwa perkataan dan amalan itu dapat menyebabkankekafiran dengan dua syarat:

Satu syarat pada dalil syar’iy yaitu hendaknya dalil shoriihud dalaalah(jelas menunjukan bahwa orang yang melakukan perbuatan tersebutkafir kufur akbar .

Satu syarat lagi pada perbuatan seorang mukallaf tersebut, yaituperbuatan yang di lakukan oleh orang tersebut shoriihud dalaalah(jelas menunjukan) kekafiran yang di sebutkan dalam dalil syar’iy tersebut. Dan perbuatan itu bisa dinyatakan shoriihud dalaalah sejakawal atau setelah dilakukan tabayyun terhadap maksud pelakunya danmelihat kepada qoriinah (keadaan) yang menyertainya dan kebiasaanpelakunya jika perbuatan tersebut muhtamilud dalaalah.

Dua syarat ini terdapat dalam kandungan sabda Nabi salallahu 'alaihiwasallam,

 

kecuali jika kalian melihat kekafiran yang nyata, kalian mempunyaidalil dari Alloh.Hadits ini muttafaq ‘alaih.

]85[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 86: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 86/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Maka kalimat: (Kekafiran yang nyata) maksudnya adalah jelasmenunjukan kekafiran dan ini adalah syarat pada perbuatan,sedangkan kalimat : (Kalian mempunyai dalil dari Alloh)Maksudnya adalah dalil Syar’iy yang jelas dan ini adalah syarat padadalil yang mengkafirkan. Asy Syaukaaniy mengatakan; “Sabda beliau

yang berbunyi; (Kalian mempunyai dalil dari Alloh)maksudnya adalah nash ayat atau hadits yang jelas penunujukannyadan tidak mengandung takwil. Konsekuensinya tidak bolehmemberontak mereka (para pemimpin) selama perbuatan merekamasih mengandung kemungkinan untuk ditakwilkan.”Nailul AuthoorVII / 361.

Begitulah, dan sebagian besar perselisihan para ulama’ tentang hal-halyang menyebabkan seseorang kafir atau tidak, kembali kepada syaratyang kedua di atas yaitu perbuatannya dengan jelas menunjukankekafiran atau masih mengandung kemungkinan, jika perbuatannya

 jelas mereka tidak berselisih pendapat dan jika masih mengandungkemungkinan, maka ada perselisihan karena ini masalah ijtihad.

Di antaranya adalah yang disebutkan Abu Bak-r Al Hishniy AsySyaafi’iy dalam contoh-contoh murtad dengan ucapan, ia berkata:“Sebagaimana jika seorang mengatakan kepada musuhnya;seandainya dia tuhanku aku tidak akan menyembahnya, ia kafir. Danbegitu pula jika ia mengatakan; seandainya dia Nabi aku tidak akanberiman kepadanya. Atau dia mengatakan mengaenai anaknya danistrinya; ia lebih aku cintai dari pada Alloh atau pada RosulNya. Danbegitu pula jika seseorang yang sakit setelah sembuh mengatakan;aku

rasakan sakitku ini yang seandainya aku membunuh Abu Bakar atau‘Umar, itu belum setara bagiku, ia kafir. Dan sekelompok ulama’berpendapat bahwa orang semacam ini harus di bunuh karenaperkataannya itu terdapat unsur menuduh Alloh berbuat dholim.

Masalah penentuan alasan seperti berlaku untuk kasus-kasus yangserupa jika mengandung unsur tuduhan terhadap Alloh berbuat dzolim,semoga Alloh menjauhkan kita dari hal tersebut. Begitu pula jikaseseorang mengaku telah mendapatkan wahyu meskipun dia tidakmengaku sebagiai Nabi. Atau dia mengaku masuk jannah danmemakan buah-buahannya serta memeluk bidadari, orang ini kafirsecara ijma’. Hal semacam ini dan yang lainnya adalah sebagaimanayang dikatakan orang-orang zindiq dari kalangan ahli tasawuf , semogaAlloh memerangi mereka. Alangkah bodohnya mereka, alangkahkafirnya mereka dan alangkah bodohnya orang yang berkeyakinanseperti keyakinan mereka. Dan seandainya ia mencela salah seorangNabi atau mereka meremehkannya maka ia kafir cara ijma’.

Dan diantara bentuk penghinaan adalah apa yang dikatakan orang-orang dzolim ketika mereka memukul orang lalu orang yang dipukultersebut meminta tolong kepada Nabi Muhammad salallahu 'alaihiwasallam, lalu orang dzolim tersebut mengatakan; biarkan Rosulullohsalallahu 'alaihi wasallam, membebaskanmu, atau semacam itu.

Seandainya seseorang mengatakan; aku adalah Nabi, dan yang lain

]86[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 87: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 87/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mengatakan; ia benar, maka keduanya telah kafir. Dan jika iamengatakan kepada orang muslim; wahai orang kafir, tanpa adatakwilan, maka ia kafir, karena ia telah menamakan Islam sebagaikekafiran. Lafadz-lafadz ini banyak dikatakan oleh orang At Turk , makarenungkan hal itu. Jika ia mengatakan; Apabila anakku mati aku akan

masuk yahudi atau nasrani, maka ketika itu juga ia kafir. Jika diadimintai tolong oleh orang kafir yang ingin masuk Islam, untukmenuntuknya kalimat tauhid, lalu ia menyarankan agar tetap kafir ataudia tidak mau menuntutnya mengucapkan kalimat tauhid ia kafir.dan jika ia menyarankan orang Islam untuk tetap kafir maka ia kafir. Dan jika dikatakan kepadanya; potonglah kukumu dan potonglah kumismukarena itu sunnah, lalu ia menjawab; aku tidak mau meskipun sunnah,maka ia kafir. Ini dikatakan oleh Ar Roofi’iy yang di nukil dari sahabat-sahabat Abu Haniifah dan ia mengikuti pendapat mereka.

Dan An Nawawiy berkata: pendapat yang terpilih bahwa orang tidak

kafir kecuali ia bermaksud mengolok-olok, wallohu a’lam. Seandainyaada dua orang saling bunuh, lalu salah satunya mengucapkan; laahaula wa laa quwwata illaa billaah, lalu yang satunya lagi mengatakan:Ucapan “laa haula walaa quwwata illaa billah” itu tidak bisamenghilangkan lapar, maka ia kafir. Dan jika ia mengatakan; Aku tidaktakut pada hari kiyamat, ia kafir.

Dan jika ditimpa musibah lalu ia mengatakan; Ia (Alloh) telahmengambil hartaku, anaku, ini dan itu, lalu apa yang akan ia lakukanlagi, maka ia akan kafir. Dan jika ada seseorang mengatakankepadanya; wahai orang yahudi atau wahai orang nasrani, lalu ia

menjawab; Ya, maka ia kafir. Ini dinukil oleh Ar Roofi’iy dan ia tidakmengomentarinya. An Nawawiy berkata; Dalam masalah ini tidakbenar jika ia tidak berniat apa-apa, wallohu a’lam. dan jika seorangpendidik anak mengatakan; sesungguhnya yahudi jauh lebih baik daripada orang-orang Islam karena mereka memberikan hak-hak pendidikanak mereka, maka ia kafir, inilah yang dinukil oleh Ar Roofi’iy darisahabat-sahabat Abu Haniifah  rahimahullah, dan beliau tidakmengomentarinya begitu pula An Nawawiy. Kata-kata semacam inibanyak terjadi pada pegawai-pegawai dan buruh-buruh, sedangkanuntuk mengkafirkannya tidak dibenarkan karena mengeluarkanseorang muslim dari diin (agama) nya lantaran mengucapkan kata-kata

yang masih mengandung kemungkinan yang bisa dibenarkan, apa lagi jika terdapat qoriinah yang menyertainya yang menunjukan bahwayang dimaksud adalah perlakuan mereka lebih baik dari padaperlakuan orang-orang Islam, terlebih lagi jika ia menyatakan bahwainilah yang ia maksudkan atau terdapat jelas pada kata-kata sepertikasus di atas. wallohu a’lam.

Inilah contoh-contoh murtad yang disebabkan perkataan, dansebagaimana yang anda lihat pada perkataan-perkataan yang masihmengandung kemungkinan, dan sebagaimana anda lihat padaperkataan-perkataan yang masih mengandung kemungkinan,

diperselisihan oleh para ulama’ begitu pula perselisihan ini terjadi padaperbuatan-perbuatan yang masih muhtamilud dalaalah (mengandung

]87[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 88: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 88/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

kemungkinan) di antaranya adalah apa yang disebutkan oleh AbuBakar Al Hishniy setelah perkataannya di atas.

Beliau mengtakan: “Adapun kekafiran yang dilakukan denganperbuatan adalah seperti sujud kepada patung, matahari dan bulan,dan melemparkan mushaf pada kotoran dan sihir yang mengandungunsur penyembahan kepada matahari, dan begitu pula menyembelihbinatang untuk dipersembahkan kepada patung, menghina salah satudari nama Alloh atau salah satu perintahNya atau ancamanNya ataumembaca Al Qur’an dengan diiringi duff  (rebana), dan begitu pulaminum khomer dan berzina dengan membaca bismillah sebelumnyasebagai penghinaan, sesungguhnya ia kafir.

Ar Roofi’iy menukil dari sahabat-sahabat Abu Haniifah, jika adaseseorang yang memakai sabuk pada tengah badannya ia kafir. Iaberkata: “Dan mereka berselisih pendapat tentang orang yangmemakai peci orang majusi di atas kepalanya, namun yang benar ia

kafir. Dan jika seseorang mengikatkan tali pada tengah badannya laluketika dia ditanya ia menjawab; ini sabuk, maka kebanyakanberpendapat ia kafir dan Ar Roofi’iy tidak mengomentari masalah itu.An Nawawiy berkata yang benar dia tidak kafir jika dia tidak punyaniat.dan apa yang dikatakan An Nawawiy dikatakan pula oleh ArRoofi’iy pada awal kitab Al Jinaayat pada masalah keempat yangintinya ia sepakat dengan pendapat An Nawawiy dan bahwasanyahanya sekedar memakai pakaian orang-orang kafir tidak menyebabkanmurtad.

Dan Ar Roofi’iy menukil dari sahabat-sahabat Abu Haniifah bahwa

apabila ada orang fasik  meminumkan khomer kepada anaknya lalukerabat-kerabatnya memberikan dirham dan dinar maka mereka kafir,dan Ar Roofi’iy tidak berkomentar dalam masalah ini. Dan AnNawawiy berkata; Yang benar mereka tidak kafir. Dan jika adaseseorang melakukan perbuatan yang disepakati oleh umat Islambahwa perbuatan itu tidak dilakukan kecuali oleh orang kafir, meskipunoarng yang melakukan tersebut menyatakan bahwa dia Islam, sepertisujud kepada salib, atau pergi ke gereja-gereja bersama mereka danmenggunakan pakaian mereka seperti dabuk dan yang lainnya, makaia kafir.” Kifaayatul Akhyaar II / 123-124.

 Jika pembaca memperhatikan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan kafir tersebut padahal ini hanyalah contoh dari sekianbanyak yang terdapat pada bab-bab murtad dalam buku-buku fikih,pembaca akan memahami banyak orang yang menganggap remehmasalah-masalah yang membatalkan Islam, dan ini semua disebabkanoleh tersebarnya kebodohan dan diremehkannya diin. Anas bin Malikrahimahullah, mengatakan:

“Sesungguhnya kalian menganggap perbuatan-perbuatan itu lebihkecil daripada rambut, sedangkan kami menganggapnya sebagai

]88[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 89: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 89/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

amalan-amalan yang menghancurkan pada masa Rosululloh salallahu'alaihi wasallam” Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy.

c. Syarat-syarat pembuktian

Sesungguhnya perkataan dan perbuatan seorang mukallaf di dunia itutidak divonis dengan hukum yang berlaku di dunia kecuali telahdibuktikan dengan cara yang telah dijelaskan oleh syari’at. Cara itudinamakan ‘thuruqul itsbaat asy syar’iyyah’  (cara pembuktian secarasyar’iy ), yang diantara bentuknya adalah pengakuan pelaku dankesaksian para saksi. Sedangkan nishoob (jumlah) kesaksian satumasalah berbeda dengan masalah lain. Oleh karena itu jika perkataanatau perbuatan itu sebelum dibuktikan dengan pembuktian yangsesuai dengan syar’iy dan secara syah, maka ia tidak terkena hukumtersebut (baca: sebenarnya ia melakukan perbuatan yang

mengharuskan untuk mendapatkan vonis hukum, namun ia tidakdivonis sebelum melalui tata cara pembuktian syar’iy ). Makabarangsiapa berzina akan tetapi menurut tata cara pembuktian syar’iytidak terbukti, maka secara hukum syar’iy  dia tidak divonis berzinameskipun pada hakekatnya dia berzina, dan Alloh akan membalasperbuatanya itu, kecuali jika Alloh mengampuninya karena diabertaubat atau karena terhapus dengan amal sholihnya atau karenamendapat safa’at . Adapun murtad --- yaitu mengatakan ataumelakukan kekafiran --- dapat dibuktikan dengan salah satu dari duacara, yaitu: pengakuan pelaku atau kesaksian dua orang muslim yang‘aadil (punya sifat ‘adaalah / bisa dipercaya). Ini adalah pendapat

mayoritas ulama dan tidak ada yang menyelisihkan kecuali Al Hasan,beliau mensyaratkan 4 orang saksi untuk memvonis murtad seseorang,karena hukuman murtad itu adalah dibunuh, hal ini dikiyaskan denganzina. Namun Ibnu Qudaamah menyanggahnya karena illah (sebab) jumlah saksi zina itu bukanlah terletak pada hukuman bunuhnya,karena orang yang tidak muhshon (belum kawin) pun jumlahnyasaksinya 4 orang (padahal hukumnya bukan dibunuh-pent), dengandemikian jelaslah perbedaanya. Lihat Al Mughniy ma’asy SyarhilKabiir 10/99.

Dan kesaksian terhadap kemurtadan juga harus detil sebagaimana

yang dikatakan Al Qoodliy Burhaanud Diin bin Farhuun AlMaalikiy: ”Kesaksian kemurtadan seseorang secara global tidakditerima, misalnya seseorang mengatakan si fulan telah kafir ataumurtad, akan tetapi harus detail apa yang mereka dengar dan apayang mereka lihat dari orang tersebut, karena bebtuk-bentuk kekafiranitu diperselisihkan, kadang mereka meyakini kekafiran padahal buaknkekafiran.” Tabshirotul Hukkaam II/244.

Lalu apakah kemurtadan itu dapat dibuktikan berdasarkankemasyhuran yaitu kesaksian banyak orang tanpa mendengar ataumelihat secara langsung dari pelakunya?. Dalam hal ini terjadi

perselisihan pendapat. Ibnul Qoyyim berkata: “Menghukumi denganberlandaskan kemasyhuran, adalah tingkatan antara mutawaatir 

]89[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 90: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 90/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

(orang yang sangat banyak yang tidak mungkin berdusta) dan ahaad(perorangan). Kemasyhuran adalah apa yang banyak yangdibicaraakan orang --- sampai beliau mengatakan --- dan tingkatan inilebih kuat daripada kesaksian dua orang yang diterima kesaksianya.”Ath Thuruq Al Hukmiyyah tuliasan Ibnul Qoyyim hal. 212 terbitan

Al Madaniy. Dan kaji juga Fat-hul Baariy V/254 Majmuu’ FataawaaXXXV / 312-314.

Inilah tata cara menetapkan hukum murtad di dunia, kadang seorangpada hakekatnya ia kafir namun tidak dibuktikan hukum kafir di dunia.Orang semacam ini hisabnya diserahkan kepada Alloh (pada haritersingkap seluruh rahasia, ia tidak mempunyai kekuatan ataupenolong). Jika dia mati di atas kekafiranya dan tidak bertaubat makaia dimasukan neraka kekal di dalamnya. Tidak semua orang yang padahakekatnya kafir dapat dibuktikan dan divonis kafir di dunia, hal inidapat kita pahami dari empat keadaan berikut :

A. Apabila seseorang menyembunyikan keyakinan kafirnya dan tidakmenampakannya dalam perkataan maupun amalanya, yaitu kufurdengan keyakinan saja seperti mendustakan hari kebangkiatan, makaia secara dlohir hukumnya adalah orang Islam namun hakekatnya diaadalah kafir. Orang semacam ini masuk golongan orang-orang munafiqnifaaq akbar . Dan pada macam ini Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan jikamereka menyembunyikan kemunafiqan dan tidak mengatakanya,maka mereka itu adalah orang-orang munafiq. Alloh berfirman :

 

: ﴿ ﴾ Orang-orang yang munafiq itu takut akan diturunkan terhadap merekasesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hatimereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu(terhadap Alloh dan Rosul-Nya)". Sesungguhnya Alloh akanmenyatakan apa yang kamu takuti itu.(Qs. At Taubah: 64).

Majmuu’ fataawaa XIII / 57. Ayat ini menunjukan kemunafiqan dalamhati mereka dan tidak ia tampakkan dalam perkataan atau amalanyang nampak.

B. Apabila seseorang menampakan atau perbuatan kafir, akan tetapitidak seorangpun yang melihatnya, maka secara hukum dlohir  diaadalah muslim, pada hakekatnya dia kafir. Dan orang semacam initermasuk golongan orang-orang munafiq nifak akbar . Dan orangsemacam ini dan yang sebelumnya masuk kedalam pengertian firmanAlloh:

 : ﴿ ﴾ 

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafiq; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka

keterlaluan dalam kemunafiqannya. Kamu (Muhammad) tidak 

]90[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 91: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 91/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nantimereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikankepada azab yang besar .(Qs. At Taubah 9: 101)

C. Apabila seseorang menampakan perkataan atau perbuatan kafir danada beberapa orang yang melihatnya akan tetapi mereka tidakmemberikan kesaksian kecuali salah seorang dari mereka atau seoranganak atau seorang perempuan, maka kekafiranya tidak dapatdibuktikan karena tidak memcapai masa nishob kesaksian terhadapkemurtadan pada orang tersebut. Orang semacam ini secara dlohir muslim pada hakekatnya ia adalah kafir. Orang semacam inidiperbolehkan bagi hakim untuk menghukumnya di bawah hukum hadseperti penjara atau cambuk atau yang lain, sesuai dengan kuatnyakesaksian, misalnya yang memberikan kesaksian adalah ulama’ yangadil (dapat dipercaya) lagi sholih namun ia seorang diri. LihatTabshirotul Hukkaam tulisan Ibnu Farhun II / 281.

Masuk bagian yang ketiga inilah kebanyakan orang-orang munafiqpada zaman Nabi salallahu 'alaihi wasallam, sesungguhnya merekamengatakan kekafiran di kalangan mereka namun mereka tidakmemberikan kesaksian pada yang lain, sebagai mana yang dikatakanIbnu Taimiyyah : “Ia munafiq dalam hatinya, dan mungkinmenampakan kemurtadan bahkan mengucapkan kemunafiqanterhadap kawan dekatnya.” Majmuu’ Fataawaa XIII / 54, dan kadangmereka memperdengarkan seorang dari kaum muslimin lalu iabersaksi terhadap ia dengar namun kesaksianya tidak cukup untukmenetapkan hukum. Sebagaimana kesaksian Zaid bin Arqom

terhadap ‘Abdulloh bin Ubay  bahwa ia berkata: ”Jika kita kembali kemadinah pasti orang-orang mulia akan mengusir orang-orang yanghina dari madinah.” Sebagaimana terdapat dalam Shohiih AlBukhoriy dan meskipun wahyu membenarkan apa yang disaksikanZaid namun Nabi salallahu 'alaihi wasallam, tidak menghukumberdasarkan wahyu namun dengan cara pembuktian syar’iy dan jugakarena perkataan orang-orang munafiq itu muhtamilud  dalaalah dantidak jelas sebagaimana firman Alloh:

... ...: ﴿ ﴾Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan

 perkataan mereka (Qs. Muhammad 47: 30)

sedangkan kiasan adalah perkataan yang difahami artinya dan tidakditanyakan dengan jelas, hal itu disebutkan Al Qurthuubiy.

Dan beginilah para ulama’ menjawab pertanyaan kenapa Rosulullohsalallahu 'alaihi wasallam tidak membunuh orang-orang munafiq? IbnuTaimiyyah berkata: “Pada umumnya mereka tidak mengatakankekafiran yang perkataannya cukup untuk dijadikan bukti, akan tetapimereka menampakan keislaman. Sedangkan kemunafiqan merekakadang diketahui dari kata-kata yang didengar oleh seorang sahabatlalu disampaikan kepada Nabi salallahu 'alaihi wasallam, lalu orang-orang munafiq itu bersumpah dengan nama Alloh bahwa mereka tidak

]91[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 92: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 92/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mengucapkannya atau kadang tidak bersumpah. Dan kadang nampakdari keterlambatan mereka dari sholat dan jihad dan keberatan merekauntuk mengeluarkan zakat danjuga nampak dari ketidak senanganmereka pada banyak hukum Alloh, dan umumnya mereka dapatdiketahui dari sindiran-sindiran mereka --- sampai beliau berkata ---

kemudian semua orang munafiq itu menampakan keislaman danmereka bersumpah bahwa mereka itu Islam, mereka menjadikansumpah mereka sebagai perisai. Maka jika mereka keadaannya sepertiini Nabi salallahu 'alaihi wasallam, tidak menegakan hukum hadkepada mereka hanya berdasarkan pengetahuan beliau ataupemberitahuan seorang atau berdasarkan wahyu atau petunjuk ataupenguat sampai dibuktikan dengan sebuah pembuktian yang dapatmengharuskan untuk ditegakan had, dengan bukti atau pengakuan ---sampai beliau berkata --- maka beliau tidak membunuh mereka ---meskipun mereka kafir --- karena kekafiran merka tidak nampakdengan alasan yang dibenarkan secara syar’iy . Dan yang menunujukanhal ini adalah bahwa beliau tidak menyuruh mereka, bertaubat secaraperorngan padahal sudah maklum bahwa minimal orang yang telahdinyatakan murtad dan  zindiq ia disuruh bertaubat sebagai manaorang murtad, jika ia tidak mau bertaubat ia di bunuh. Dan kami belumpernah mendengar bahwa beliau menyuruh mereka bertaubat secaraperorangan. Dengan demikian maka sesungguhnya kekafiran dankemurtadan mereka belum bisa di tetapkan atas mereka dengansebuah ketetapan yang mengharuskan pembunuhan sebagaimanaorang murtad. Oleh karena itu keadaan lahiriyah merka diterima dankita serahkan hati mereka kepada Alloh. Jika begini keadaan orang

yang telah nampak kemunafiqannya namun belum bisa dibuktikandengan berdasarkan pembuktian yang sesuai dengan syar’iy , makaterlebih lagi orang yang belum tampak kemunafiqannya?.” AshShoorimul Masluul hal 355-357. dan Al Qoodliy ‘Iyaadl berkata:”hati orang-orang munafiq itu tersembunyi, sedangkan Nabi salallahu'alaihi wasallam, menghukumi secara dlohir . Sedangkan kata-kata(kekafiran) itu kebanyakan mereka ucapkan secara sembunyi-sembunyi dan bersama orang-orang munafiq seperti mereka, dan jikaketahuan maka mereka mengingkarinya dan bersumpah atas namaAlloh bahwa mereka tidak mengatakanya padahal mereka telahmengucapkan kata-kata kafir tersebut --- sampai beliau berkata --- dan

beginilah para imam kami kami dalam menjawab persoalan ini.” Danbeliau berkata: “mungkin belum nyata bagi beliau salallahu 'alaihiwasallam, perkataan mereka yang disampaikan, akan tetapi hanyadisampaikan oleh seseorang yang tidak sampai bisa diterimakesaksiannya dalam permasalahan semacam ini, seperti kesaksianseorang yang masih anak-anak atau budak atau perempauansedangkan darah tidak bisa ditumpahkan kecuali dengan kesaksiandua orang yang ‘aadil (mempunyai sifat ‘adaalah / bisa diterimakesaksiannya). --- sampai beliau berkata --- dan begitu pula sahabat-sahabat kami dari Baghdad mengatakan: ‘Sesungguhnya Nabisalallahu 'alaihi wasallam, tidak membunuh orang-orang munafiqhanya berdasarkan pengetahuan beliau atas kemunafiqan mereka

]92[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 93: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 93/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

namun tidak ada bukti atas kemunafiqan mereka , oleh karena itubeliau membiarkan mereka.’ Asy Syifaa II/ 961-963, terbitan AlHalabiy.

Dan begini pulalah Ibnu Taimiyyah menjawab pertanyaan tentangsabda Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam,

 

Biarkanlah dia (orang munafiq) supaya orang tidak mengatakan;Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya.

Dan ketika ‘Umar ingin membunuh ‘Abdulloh bin Ubay ataskesaksian Zaid bin Arqom. Hadits tersebut diriwayatkan oleh AlBukhooriy (4905), Ibnu Taimiyyah berkata:“Yang menghalangiRosululloh salallahu 'alaihi wasallam untukmembunuh nya adalahsebagai mana yang beliau katakan yaitu supaya orang tidakmengatakan bahwa beliau membunuh sahabat-sahabatnya, karenakemunafiqannya tidak ada buktinya, dan dia telah bersumpah bahwadia tidak mengatakannya, akan tetapi kemunafiqannya beliaudiketahui dari wahyu dan dari pemberitahuan Zaid bin Arqom.” AshShoorimul Masluul hal. 354. dan Al Qoodliy ‘lyaadl mengatakan:”Jika Nabi membunuh mereka lantaran kemunafiqan dan apa yangkeluar dari mereka serta pengetahuan beliau terhadap apa yangmereka sembunyikan dalam jiwa mereka, pasti orang-orang yangmenghalangi mendapatkan bahan pembicaraan, orang yang enggan jadi ragu dan orang yang ngeyel akan melemahkan keyakinan dantidak mau bersahabat dengan Nabi salallahu 'alaihi wasallam, enggan

masuk Islam, orang akan berprasangka yang macam-macam danmusuh yang dzolim akan menyangka bahwa pembunuhan itudisebabkan oleh permusuhan --- sampai beliau mengatakan --- hal inibeda jika yang diberlakukan terhadap mereka adalah hukum secaradhzohir seperti membunuh mereka karena berzina, karena merekamembunuh orang dan hal yang semacam itu karena hal-hal semacamitu adalah nampak dan manusia sama-sama mengetahuinya. AsySyifaa II / 964, terbitan Al Halabi.

D. Apabila seorang menampakan perkataan atau perbuatan kafir, dandia mengakuinya dan ada dua orang ‘adil (dapat dipercaya) yang

bersaksi atas dirinya atau yang lebih kuat dari padaitu ataukekufurannya itu telah tersebar di kalangan manusia, makaperbuatannya itu telah terbukti secara syar’iy dan syah, namun hal inibelum cukup untuk menghukuminya kafir sampai dilihat mawaani’ulhukmi (penghalang-penghalang vonis / hukum) padanya.

Inilah empat keadaan orang yang pada hakekatnya kafir, namun tidakbisa dibuktikan telah berbuat kafir di dunia kecuali dalam satu keadaansaja. Dan inilah yang berkaitan dengan pembuktian secara syar’iy .

Di sini ada satu tambahan yaitu apakah orang yangmengetahuai kekafiran seseorang boleh menganggapnya kafir

--- sebagaimana pada point C di atas --- namun ia tidak 

]93[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 94: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 94/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

memungkinkan untuk membuktikannya secara syar’iy  kepadaorang tersebut.

 Jawabannya adalah; justru dia wajib untuk menghukumi (memvonis)nya sebagai orang kafir akan tetapi dengan dua syarat:

Pertama: ia adalah orang yang layak untuk menghukuminya baikkarena ia sendiri seorang mufti atau karena ia telah minta fatwakepada orang lain, untuk membedakan antara kekafiran dan yangbukan, dan untuk melihat kepada penghalang-penghalangkekafirannya.

Kedua: ia tidak boleh menghukumnya dengan hukuman yang menjadihak Alloh seperti menghalalkan harta dan darahnya karenakemurtadannya tidak dapat dibuktikan dengan cara pembuktiansyar’iy secara sempurna karena kalau hal ini diperbolehkan pasti akanmenimbulkan kekacauan dalam menghalalkan darah dan harta hanya

berlandaskan tuduhan, akan tetapi hendaknya dia menghukum orangtersebut dengan selain itu seperti menjauhinya (hajr) tidak menikahdengannya dan tidak menikahkan orang dengannya, tidakmenyolatkannya dan yang lainnya, sebagaimana yang disebutkan olehIbnu Taimiyyah dalam Majmuu’ Fataawaa XXIV / 285-287. danIbnu Taimiyyah berkata tentang orang-orang munafiq: ”Dan Nabisalallahu 'alaihi wasallam, pada awalnya menyolatkan dan memintakanampun mereka sampai Alloh melarang beliau. Alloh berfirman:

 ...: ﴿ ﴾“dan jangan menyolatkan seorangpun dari mereka jika mati dan

 janganlah kamu berdiri di atas kuburnya.” (At-Tawbah: 84)

Dan juga Alloh berfirman:

 ...: ﴿  ﴾ 

“mintakanlah ampun mereka atau jangan kau mintakan ampun, jikakau mintakan ampun mereka 70 kali Alloh tidak akan mengampunimereka.” (At-Tawbah: 80

Maka beliau tidak menyolatkan mereka dan tidak pula memintakan

ampun akan tetapi darah dan harta mereka tetap terjaga dan tidakhalal sebagaimana halalnya orang kafir yang tidak menampakkankeimanan, akan tetapi mereka menampakkan kekafiran.” (Majmuu’Fataawaa VII / 212-213).

Dalil yang menunjukan seseorang bisa menghukumi orang lain kafir, jika ia mengetahuinya adalah firman Alloh:

﴿﴾ ﴿﴾ ﴿

﴾ ﴿﴾ 

]94[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 95: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 95/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 ﴿﴾ ﴿ ﴾ 

“Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua

buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon- pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiadakurang buahnya sedikitpun dan Kami alirkan sungai di celah-celahkedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkatakepada kawannya (yang mu'min) ketika ia bercakap-cakap dengan dia:"Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutkulebih kuat".Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadapdirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasaselama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang,dan jika sekiranya aku di kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akanmendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebunitu".Kawannya (yang mu'min) berkata kepadanya sedang diabercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yangmenciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Diamenjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna” ( QS. Al Kahfi: 32-37).

Orang yang pertama kafir karena ragu terhadap hari kebangkitan danyang lainnya mengkafirkan lantaran keraguannya tersebut. Danmereka hanya berdua saja sebagaimana Alloh katakan. Dan contohsemacam ini di kalangan salaf banyak, di antaranya adalah Imam Asy

Syaafi’iy yang mengkafirkan Hafsh sendirian di dalam sebuah majelisperdebatan. Lihat Asy Syarii’ah tulisan Al Ajurriy hal. 81, SyarhuI’tiqoodu Ahlis Sunnah tulisan Abdul Qoosim Al Laalikaa-iy I /252-253, Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa Asy Syaafi’iy tidakmengkafirkan Haf-sh akan tetapi mengatakan kafir terhadapperkataannya, namun yang benar jika dilihat dari pembicaraankeduanya tidak sebagaiman yang di katakan Ibnu Taimiyyah. Lihatperkataan beliau dalam Majmuu’ Fataawaa XXIII / 349.

Dan orang yang mengkafirkan orang lain ini tidak boleh mengharuskanorang Islam lainnya, mengkafirkannya selama mereka belum bisa

menetapkan sebagaimana dia dan selama orang yang kafir tersebutkekafirannya belum dibuktikan secara syar’iy dan syah.

Akan tetapi orang yang mengkafirkan orang lain ini diperbolehkanorang lain untuk taqlid kepadanya jika ia faqiih dan tsiqqoh(terpercaya) dan contohnya adalah taqlidnya ‘Umar bin Khothoobkepada Hudzaifah bin yaman dalam tidak menyolatkan orang yangdiketahui oleh Hudzaifah atas kemunafiqan mereka berdasarkanpemberitahuan dari Nabi salallahu 'alaihi wasallam, kepadanya. LihatMajmuu’ Fataawaa VII / 213 dan Al Umm tulisan Asy Syaafi’iy VI /166.

]95[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 96: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 96/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan bolehkah orang yang mengetahui kekafiran seseorang untuknyamengumumkannya di kalangan manusia meskipun orang yang kafir itumenutupi kekafirannya? Jawabannya adalah; Ya, bahkan wajib karenadikhawatirkan bahayanya, khususnya jika orang kafir tersebuttermasuk penyeru bid’ah atau orang yang di ambil ilmunya atau dia

hendak menikahi seorang muslimah atau yang semacam itu karenadiin itu nasehat.

Dalam masalah ini Al Qoodliy ‘lyaadl mengatakan: ”Jika orang yangmengatakan perkataan itu orang yang diambil ilmunya atauperiwayatan haditsnya atau dipegangi keputusannya ataukesaksiannya atau fatwanya dalam kepemilikan, maka wajib bagiorang yang mendengar perkataannya untuk menyebarluaskan apayang ia dengar dan menjauhkan manusia darinya dan bersksi terhadapapa yang ia dengar, dan para pemimpin muslimah yang mendengarkankesaksian tersebut wajib untuk mengingkarinya, menerangkan

kekafirannya dan kerusakan perkataannya, untuk memutuskanbahayanya dari muslimin dan juga untuk melaksanakan hak sayyidulmuslimin (Nabi Muhammad). Dan begitu pula jika orang yangmelakukan kekafiran tersebut orang yang suka memberi nasehatkepada manusia atau mendidik anak-anak, karena sesungguhnyaorang yang seperti ini tidak bisa di percaya untuk menanamkannyapada hati mereka. Maka pada orang-orang semancam mereka lebihwajib demi hak Nabi salallahu 'alaihi wasallam, dan hak syariatNya.”Asy Syifaa II/997-998.

Inilah yang berkaitan dengan pembuktian secara syar’iy  yaitu

menetapkan penyebab kekafiran pada pelakunya secara syah.

5

5Syaikh Abdul Qodir berkata di hadapan udzur jahil dan penilaian qodli terhadapnya: “Akan tetapi di

negara-negara yang dihukumi dengan qawanin wadl'iyyah (ket: seperti RI) tidak ada tempat bagi peradilan syar’iy dan meskipun kadang didapatkan apa yang dinamakan dengan ahwal syakshiyyah (ket:seperti masalah nikah, thalaq dan warisan di pengadilan agama di RI ini !!!) akan tetapi undang-undangini tidak menganggap kemurtadaan sebagai kejahatan dan ia tidak memberi sanksi bagi orang yangmurtad.

Dan atas dasar ini maka sesungguhnya faidah pembicaran dalam meteri ini adalah dalam mu'amalat 

 syakhshiyyah (perlakuan-perlakuan yang bersifat pribadi) bagi kaum muslimin...

Dan di antara mu'amalat ini adalah menjadi imam dalam shalat, nikah, thalaq, pengasuhan anak,

 perwalian atas jiwa dan harta, warisan, sembelihan, kesaksian dan hukum-hukum lainnya yang manamengetahui status agama sangat mempengaruhi di dalamnya.

Bila di sana ada mu'amalah antara muslim yang shaleh dalam agamanya dengan orang yang mengakuIslam yang melakukan hal-hal yang mengkafirkan yang jelas seperti meninggalkan shalat, menghinaagama, syirik-syirik kuburan dan tempat yang dikeramatkan, maka sesungguhnya dia memperlakukanorang ini atas dasar dia itu kafir secara sebenarnya, meskipun dia tidak mengetahui bahwa ini adalahkekafiran, karena dia memiliki kesempatan untuk mengetahui hal itu, namun dia berpaling darimempelajari agamanya. Dan kekafirannya semakin kuat bila telah dijelaskan kepadanya bahwa ini adalahkekafiran walaupun orang yang memberi penjelasan kepadanya adalah orang yang awam yang tidak mencukupi syarat-syarat orang yang menegakkan hujjah risaliyyah, karena wajib atas orang yangmelakukan kekafiran bila telah sampai kepadanya suatu berita untuk mencari kejelasan, sebab hal iniadalah wajib atas dia semenjak awal. Kemudian bila dia taubat dan mencabut diri dari kekafiran itu makaia dihukumi muslim kembali dan bila dia bersikukuh di atas kekafiran itu, maka dia adalah kafir mu'anid(orang kafir yang membangkang). Dan perkatan ini menjadi konsekuensi rusaknya banyak pernikahan dinegeri -negeri semacam ini dengan sebab kemurtadan dari salah seorang suami istri dan juga batalnya

]96[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 97: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 97/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Masalah Takfiir

Setelah ini tinggallah di sini ada beberapa hal yang harus diperhatikanyang berkaitan dengan mawaani’ (hal-hal yang menghalangi)seseorang divonis kafir.

Pertama; Tabayyunu Mawaani’ Termasuk Ke Dalam PengertianIstitaabah .

Ketahuilah bahwa istitaabah itu meskipun pada asalnya berarti

menyuruh bertaubat kepada orang murtad yang berarti tidak dilakukanistitaabah kecuali orang yang telah dinyatakan murtad namun dalamperkataan ulama’ juga yang dimaksud mencakup segala kegiatan yangdilakukan sebelum menghukumi yaitu berupa tabayyun terhadapsyarat-syarat dan mawaani’  (penghalang-penghalang) nya sebelummenghukumi murtad pada seseorang, dan menyuruh bertaubat setelahmenghukumi. Dan demikian jika seorang thoolibul ‘ilmi membacakutubul ‘ilmi (buku-buku islam) kata-kata, “…bahwa barang siapa yangmengatakan begini atau berbuat begini, maka dilakukan istitaabahpadanya…” hal ini bukan berarti ia telah kafir lalu disuruh bertaubat,akan tetapi artinya kalau ia keadaannya yaitu tabayyun terhadap

syarat-syarat dan mawaani’ penghalang-penghalang) nya setelah itu iadivonis terbebas dari kekafiran atau ia di vonis murtad lalu disuruhbertaubat.

A. Adapun istitaabah yang berarti tabayyun terhadap syarat-syarat danmawaani’  (penghalang-penghalang) nya sebelum menghukumipelakunya baik berupa perkataan maupun perbuatan, maka hal inimerupakan ijma’  para sahabat radiyallahu 'anhu, sebagaiman yangdikatakan oleh Ibnu Taimiyyah pada perkataannya: ”Adapun empatkewajiban (dalam rukun Islam) maka apabila seorang itu menolaksebagian darinya dan telah sampai hujjah kepadanya maka dia kafir,

begitu pula orang yang menolak pengharaman sesuatu yang sudah jelas-jelas di haramkan seperti perbuatan-perbuatan keji, kedholiman,dusta, khomer dan yang lainnya. Namun jika jika belum tegak hujjahpadanya seperti jika pelakunya baru masuk Islam atau ia tumbuh didaerah yang sangat jauh di pedalaman yang belum sampai padanyasyari’at-syari’at Islam dan keadaan-kedaan yang semacam dengan itu,atau salah sangka, ia kira orang-orang yang beriman dan beramal

 pembagian warisan serta konsekuensi-konsekuensi yang lain yang banyak manusia lalai darinya.

Memvonis kekafiran seseorang adalah suatu hal dan mendakwahinya kepada Islam adalah hal lainsebagaimana telah berlalu dalam penjelasan perbedaan antara penegakan hujjah dengan dakwah dimanaini adalah wajib dan ini kewajiban lain lagi, maka wajib untuk terus mendakwahi mereka itu untuk mengembalikannya ke lingkaran Islam“ Perkataan Syaikh selesai. ( Abu Sulaiman)

]97[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 98: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 98/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

sholeh itu di kecualikan dari pengharamn khomer, sebagaiman orang-orang yang dilakukan istitaabah oleh ‘Umar, dan orang-orang yangseperti itu, sesungguhnya orang-orang tersebut dilakukan istitaabahdan ditegakan hujjah kepadanya, lalu jika merka tetap padapendiriannya, maka mereka ketika itu kafir dan tidak divonis kafir

kecuali setelah dilakukan proses tersebut sebagai mana para sahabat juga tidak menghukumi kafir Qudaamah bin Madz’uun dan kawan-kawannya ketika merka salah dalam mentakwilkan.” (Majmuu’Fataawaa VII / 609-610) maka nampak dari perkataan beliau inibahwa istitaabah itu artinya adalah tabayyun terhadap mawaani’ (penghalang-penghalang) nya dan menyampaikan hujjah --- dan initerjadi sebelum divonis murtad sebagaimana yang beliau katakan: “…dan tidak divonis murtad sebelum itu…” --- , istitaabah yang semacamini wajib dilakukan terhadap orang yang maqduur ‘alaih. Dan dilakukansesuai kemampuan terhadap orang yang mumtani’ (mempertahankandiri dari kekuasaan Isalam) yaitu jika orang yang menghukumi kafirterhadap orang teresebut mendengar bahwa orang yang melakukankekafiran tersebut pada dirinya terdapat maani’ (penghalang) maka iawajib untuk mengakuinya, akan tetapi ia tidak wajib menelitimawaani’ut takfiir  (penghalang-penghalang kekafiran) pada orangtersebut dan tidak menggantungkan hukum kekafiran khususnya jikahal itu mengakibatkan kerusakan terhadap kaum muslimin. Dan akandisebutkan dalilnya pada pembahasan berikutnya insya Alloh, ketikamembahas tentang mumtani’.

B. Adapun istitaabah yang berarti menyuruh bertaubat orang yangtelah dinyatakan murtad, makna ini telah masyhur di dalam buku-buku

ilmiyah. Dan hal ini banyak dalilnya, seperti firman Alloh:

 ...: ﴿  

﴾ Mereka (orang-orang munafiq itu) bersumpah dengan (nama) Alloh,bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu).Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dantelah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang merekatidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Alloh dan Rosul-Nya), kecuali karena Alloh dan Rosul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka. (QS. At Taubah: 73)

Dan juga firman Alloh:

 ﴿﴾ 

﴿﴾ ﴿﴾  ...﴿ ﴾ 

]98[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 99: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 99/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Bagaimana Alloh akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudahmereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rosul itu(Muhammad) benar-benar Rosul, dan keterangan-keteranganpun telahdatang kepada mereka? Alloh tidak menunjuki orang-orang yang zalim.Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya la`nat Alloh ditimpakan

kepada mereka, (demikian pula) la`nat para malaikat dan manusiaseluruhnya, mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa darimereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang

 yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. (QS. Ali‘Imroon: 86-89).

Dan dalam kisah murtadnya orang-orang Bani Hanifah di Kufah yangdi bawah kepimpinan ‘Abdulloh bin Mas’uud --- disebut dalamdiriwayatkan Al Baihaqiy ---“…kemudian ia meminta pendapatmanusia tentang mereka (orang-orang murtad tersebut) maka ‘Adiybin Haatim menyarankan untuk membunuh mereka, lalu Jariir dan

Asy’ats berdiri dan berkata: tidak, akan tetapi lakukanlah istitaabahpada mereka dan tanggunglah keluarga mereka, lalu mereka bertaubatdan ia menanggung keluarga mereka.” Dinukil oleh Ibnu Hajar dalamFat-hul Baariy IV / 470.

Maka kalimat yang berbunyi “… lakukanlah Istitaabah pada mereka …lalu mereka bertaubat” menunjukan bahwa istitaabah yang dimaksuddi sini adalah menyuruh bertaubat orang yang telah dinyatakanmurtad. Istitaabah semacam ini menurut kebanyakan ulama’hukumnya wajib, sedangkan madzhab Hanafiy, Ahludz Dzoohir danAsy Syaukaniy berpendapat hal itu tidak wajib. Namun pendapat

yang kuat hukumnya wajib, dan Ibnul Qoshor menyatakan parasahabat ijmaa’ sukuutiy . (lihat Asy Syifaa tulisan Al Qoodliy ‘IyaadlII/ 1023-1925, cetakan al halabiy)

Ibnu Taimiyyah juga menyatakan ijma’  sahabat atas wajibnyaistitaabah terhadap orang murtad dalam Ash Shoorimul Masluulhal.323.dan kaji juga Fat-hul Baariy XII/269, Al Mughniy Ma’asySyarhil Kabiir X/76, Al Majmuu’ tulisan An Nawawiy IX / 229, AsSailul Jarroor tulisan Asy Syaukaniy IV / 373 dan Ash ShoorimulMasluul hal. 321 dan seterusnya.

Dan taubatnya orang murtad itu dilakukan dengan cara bersyahadat

(mengucapkan 2 kalimah syahadat) dan kembali dari kekafirannya.Lihat referensi-referensi di atas. Ibnu Muflih Al Hambaliymengatakan: “Syaikh kami berkata: Para Imam telah bersepakatbahwa orang murtad jika ia kembali Islam, terlindungi darah danhartanya meskipun belum dinyatakan oleh hakim.” (Al Furuu’ VI / 172,terbitan Maktabah Ibnu Taimiyyah). Dan yang beliau maksud dengan“Syaikh kami” adalah Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah.

Kedua:  Tabayyunu Mawaani’  (Meneliti Penghalang-Penghalang) ItuWajib Dilakukan Terhadap Orang Yang Maqduur ‘Alaih (Di Bawah

]99[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 100: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 100/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Kekuasaan Islam) Namun Kewajiban Ini Gugur Jika Ada Udzur . DiantaraBentuk-Bentuk ‘Udzur Itu Adalah:

1. Mumtani’ ‘anil qudroh (mempertahankan diri dari kekuasaan).Maqduur ‘alaih adalah berada di bawah kekuasaan dan hakim, baiksecara kenyataan yaitu ia berada dalam tahanannya atau secarahukum yaitu mereka memungkinkan untuk menghentikannya danmenanyakan bahwa tanpa bisa mengadakan perlawanan(mempertahankan diri).

Ibnu Taimiyyah berkata: ”Dan yang dimaksud dengan maqduur ‘alaihim adalah memungkinkannya untuk melaksanakan hukumanhadd kepada mereka karena telah terbukti atau karena diamengakuinya, dan mereka berada dalam kekuasaan muslimin.” AshShoorimul Masluul hal. 508. Dan sesungguhnya seseorang itu tidakdikatakan berada di bawah kekuasaan muslimin kecuali mereka beradadi darul Islam. Sesungguhnya keberadaannya di darul harbi cukup

sebagai bentuk pertahanan baginya dari kekuasaan muslimin, dan inibukan berarti semua orang yang berada di darul Islam itu bisa jadi iamaqduur ‘alaih atau mumtani’ . Sedang imtinaa’  di darul Islam tidakterwujud kecuali dengan membelot dari ketaatan dan melawan denganpersenjataan dan pembela, sebagaiman muhaaribiin (perampok) yangmembegal di perjalanan.

Al Maawardiy menyebutkan perbedaan antara orang murtad yangmaqduur ‘alaih dan mumtani’  yaitu ketika beliau membahas perangmelawan orang-orang murtad Babu Huruubil Mashoolih dalam bukubeliau Al Ahkam  As Sultooniyyah, beliau berkata: ”Apabila mereka

termasuk orang-orang yang wajib di bunuh karena murtad, keadaanmereka tidak keluar dari dua macam; pertama mereka berada di darulIslam, jumlah mereka sedikit dan sendiri-sendiri yang tidak menyatu didaerah yang terpisah dari muslimin, maka kita tidak perlu memerangimereka karena mereka berada di bawah kekuasaan, namun diceksebab kekafiran mereka --- sampai beliau berkata --- dan barang siapayang tetap berada di pada kemurtadannya ia di bunuh baik laki-lakimaupun perempuan. --- kemudian beliau mengatakan --- keadaan yangkedua adalah jika orang-orang murtad tersebut bergabung di sebuahdaerah yang terpisah dari muslimin sehingga mereka menjadimumtani’iin (mempertahankan diri) … dan seterusnya.” Al AhkaamAs Sultooniyyah hal. 69-70 terbitan Darul Kutubal ‘Ilmiyah th.1405 H.

Dan Ibnu Taimiyyah berkata: “Hukuman yang terdapat dalam syari’atbagi orang yang bermaksiat kepada Alloh dan RosulNya ada duamacam: pertama hukuman bagi maqduur ’alaih yang berupaperorangan maupun kelompok, sebagaimana yang telah lalu, dan yangkedua adalah hukuman bagi thoo-ifah mumtani’ah yang tidak mungkinditundukan kecuali dengan peperangan.” Majmuu’ Fataawaa XXVIII /349.

Dan Ibnu Taimiyyah berkata:” Ini adalah nash bagi orang yangmaqdur ‘alah dan itu adalah bagi orang yang memerangi lagi

]100[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 101: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 101/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mumtani”  Minhaajus Sunnah An Nabawiyyah IV/455, tahqiiq Dr.Muhammad Rosyaad Saalim.

Maksud dari semua ini adalah menjelaskan bahwa syari’atmembedakan antar hukuman maqduur ‘alaih dan mumtani’ . Danmumtani’  itu tidak selalu kelompok akan tetapi bisa kelompok atauindividu, sebagaimana murtadnya ‘Abdulloh bin Sa’ad bin AbisSaroh lalu ia lari ke Mekah sebelum ditaklukan. Dan setiap buku fikihmembedakan antara dua macam ini. Dam termasuk yang mestidiketahui bahwa kaidah syari’ah yang membedakan antara maqduur ‘alaih dan mumtani’  sangat kuat sampai-sampai syari’at jugamembedakannya antara keduanya pada binatang yang boleh dimakan.Binatang yang maqduur ‘alaih --- meskipun asalnya liar seperti kijang--- tidak halal dimakan kecuali disembelih namun binatang yangmumtani’  --- meskipun aslinya jinak seperti onta --- boleh dimakandengan cara dilukai memakai benda tajam pada badannya

sebagaimana berburu. Demikianlah syari’at sangat ketatpersyaratannya terhadap yang maqduur ‘alaih dan mempermudahpada mumtani’ .6

2. Diantara bentuk ‘udzur yang lain adalah mati; Jika ada orang matidiperselisihkan diin (agama) nya oleh ahli warisnya, sebagian ahli warismengatakan ia mati dalam keadaan Islam dan sebagian yang lainmengatakan ia mati dalam keadaan murtad, maka untuk menjatuhkanvonis (hukum) kepada mayit tersebut cukup dengan kesaksian parasaksi. Ibnu Qudaamah mengatakan --- mengenai orang muslim yangtertawan di negeri kafir ---: “Jika ada bukti bahwa dia mengucapkan

kata–kata kafir dan ia di tawan oleh orang–orang kafir dalam keadaantakut, maka tidak di vonis murtad karena secara dzohir dia terpaksa,dan jika disaksikan bahwa dia ketika mengucapkannya dalam keadanaman maka dia di vonis murtad, jika ahli warisnya mengklaim ia telahkembali ke Islam, maka pengakuaan tersebut tidak diterima kecualidengan bukti karena pada asalnya ia berada dalam kemurtadan.” AlMughniy Ma’asy Syahril Kabiir X/106. Pembicaraan kita ini bukanpada orang yang terpaksa akan tetapi tentang orang yangmengucapkan kata-kata kafir dalam keadaan aman, maka orangsemacam ini divonis murtad meskipun masih mengandungkemungkinan adanya penghalang padanya seperti kebodohan yang

syah atau takwil atau bercerita tentang kekafiran atau yang lainya.Namun demikian ia divonis berdasarkan kesaksian para saksi, hal itudisbabkan karena ada ‘udz-r  untuk melakukan tabayyun terhadappanghalang setelah dia mati. Pembicaraan kita ini tentang orang yangmati sebagaimana yang dijelaskan Asy Syaafi’iy dalam masalah yangsama dalam kitab Al Umm VI/162. Dan ini tidaklah khusus orang yangmati di negeri kafir, akan tetapi hal ini berlaku bagi orang yang mati dinegeri Islam jika ahli warisnya berselisih pendapat tentang diin

6Orang yang murtad di negeri kafir  harbi (seperti RI) adalah mumtani'  sebagaimana yang akan Syaikh

Abdul Qadir jelaskan nanti karena ia berlindung di bawah undang-undang kafir dan juga kaum muslimintidak bisa mengadilinya dan menerapkan had syar’i terhadapnya, sebab riddah dilindungi undang-undangdan negara kafir RI ini. (Ustadz Abu Sulaiman)

]101[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 102: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 102/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

(agama) nya, maka dia divonis berdasarkan kesaksian para saksi sajatanpa tabayyun terhadap hal-hal yang menghalangi vonis kafir karenahal itu tidak memungkinkan, sebagaimana yang disebutkan IbnuQudaamah dalam Al Mughniy Ma’asy Syahril Kabiir XII/214-218.

Dan jika ada orang yang murtad, lalu gila, lalu ia mati sebelum disuruhbertaubat, maka ia divonis mati dalam keadaan kafir. Hal inidisebutkan oleh Asy Syaafi’iy dalam Al Umm.

Dan apabila ada orang yang dalam keadaan mabuk murtad, lalu ketikamabuk itu ia mati, maka ia mati dalam keadaan kafir. Dan jika iadibunuh seseorang ketika mabuk, orang yang membunuh tersebuttidak mempunyai tanggungan apa-apa. Ini menurut orang yangberpendapat bahwa mabuk itu bukan penghalang kemurtadan. Hal inidisebutkan Ibnu Qudaamah dalam Al Mughniy Ma’asy SyarhilKabiir X/109 dan Al Umm tulisan Asy Syaafi’iy VI/158.

Pada semua keadaan ini seorang divonis murtad tanpa dengantabayyun terhadap penghalang-penghalangnya tanpa menyuruhbertaubat. Dan barangsiapa mati dalam keadaan kafir maka ahliwarisnya yang Islam tidak mewarisinya, namun demikian jika adaorang yang bersaksi atas adanya penghalang pada orang yangmumtani’ atau orang yang mati tersebut, maka wajib untuk diterimakesaksiannya.

Ketiga: Hal-Hal Yang Secara Syar’iy   Tidak Dianggap SebagaiMawaani’ut Takfiir (Penghalang Vonis Kafir).

Mawaani’ul hukmi (penghalang-penghalang [vonis] hukum) ---diantaranya adalah hukum kafir --- yang diterima secara syar’iy , adalahpenghalang-penghalang yang dibuktikan dalil syar’iy, maka apa sajayang disebutkan dalil sebagai penghalang maka kami anggap sebagaipanghalang dan apa yang tidak disebutkan dalam dalil atau yangbertentangan dengan dalil maka kami tidak menganggapnya sebagaipenghalang. Hal itu karena sebagian manusia mempermudah dalammelarang mengkafirkan dengan ’udz-r-’udz-r  yang tidak diterimasecara syar’iy . Karena tidak semua yang dijadikan ‘udz-r  oleh orangditerima. Alloh berfirman:

 ﴿﴾ 

﴿ ﴾

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang merekalakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kamihanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah:"Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kamu selaluberolok-olok?" Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema`afkan segolongan daripada kamu

(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan

]102[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 103: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 103/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

(yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selaluberbuat dosa.(Qs. At Taubah: 65-66)

Mereka mengajukan ‘udz-r  akan tetapi ‘udz-r  mereka tidak diterima.Dan yang mirip dengan ini adalah firman Alloh:

 ...: ﴿ ﴾“Mereka (orang-orang munafiq) mengemukakan `uzurnya kepadamu,apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang).Katakanlah: "Janganlah kamu mengemukakan `uzur; kami tidak 

 percaya lagi kepadamu” (QS. At Taubah: 94)

Maka tidaklah semua ‘udz-r itu diterima sebagai penghalang.

- Dan diantara ‘udzur (alasan) yang batil adalah: orang yang telah jelasmelakukan kekafiran itu --- karena berdo’a kepada selain Alloh ataumengikuti ajaran selain Islam misalnya --- mengucapkan syahadat dan

sholat. Sebagian orang menyangka bahwa hal itu dapat menghalangiuntuk menghukuminya kafir, padahal tidak.

Dan telah berlalu peringatan bahwa seorang hamba itu tidak masukkedalam iman yang hakiki kecuali dengan sejumlah amalan akan tetapiia dapat keluar dari keimanan tersebut hanya dengan satu amalan.Dan untuk menghukumi ia kafir tidak mesti harus hilang semua cabangkeimanan padanya. Maka jelaslah dengan demikian bahwa kadangseorang itu kafir padahal padanya masih terdapat beberapa cabangiman, akan tetapi cabang-cabang tersebut tidak bermanfaat karenakekafiranya.

Alloh berfirman:

 : ﴿ ﴾Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Alloh,melainkan dalam keadaan mempersekutukan Alloh (dengansembahan-sembahan lain). (Qs. Yusuf: 106)

Di sini Alloh menyatakan bahwa mereka memiliki keimanan sedangkanmereka melakukan kesyirikan.

Dan telah kusebutkan beberapa dalil dan contoh yang cukup sehinggatidak membutuhkan tambahan, dan diantaranya adalah yangkusebutkan dalam peringatan penting yang terdapat dalam catatankuterhadap Al ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah, bahwa sahabat bersepakat(ijma’ ) atas kafirnya orang-orang yang tidak membayar zakat danmereka tidak menyebutnya dengan sebutanyang lain, para sahabattidak menyebut mereka sebagai orang-orang yang meninggalkansholat dan zakat, hal ini menunjukan mereka itu masih sholat. Hal yangserupa dengan mereka adalah orang-orang yang telah dikafirkan oleh‘Abduloh bin Mas’uud dan sahabat-sahabat yang bersamanya,sedangkan meraka yang dikafirkan itu sholat di masjid Bani Hanifah diKufah. Ini semua adalah dalil syar’iy dan contoh dalam satu waktu.

]103[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 104: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 104/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

- Dan diantara ‘udz-r  yang batil adalah ‘udz-r nya orang-orang kafirbahwa para pemimpin dan syeikh mereka menyesatkan mereka danmencampur adukan kebenaran dan kebatilan kepada mereka. Iniadalah ‘udz-r batil berdasarkan firman Alloh:

 

﴿﴾ ﴿﴾ 

﴿ ﴾

Dan orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman

kepada Al Qur'an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya".Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari merekamenghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang

 yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yangmenyombongkan diri: "Kalau tidaklah karena kamu tentulah kamimenjadi orang-orang yang beriman". Orang-orang yangmenyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggaplemah: "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah

 petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilahorang-orang yang berdosa". Dan orang-orang yang dianggap lemah

berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "(Tidak)sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yangmenghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Alloh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya". Kedua belah

 pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalasmelainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. Saba: 31-33).

Nas ini menyatakan bahwa para penguasa menyesatkan rakyatnya danmembuat makar untuk mereka dan memerintahkan mereka untukkafir, keadaan ini tidak menghalangi untuk mengkafirkan para pengikut

tersebut dan hak mereka untuk mendapatkan ancaman. Bahkanpenyesatan yang sebagian orang mengira sebagai ‘udz-r  inimerupakan salah satu bentuk kekafiran yaitu kufur taqlid sebagaimanatelah kami bahas dan inilah kekafiran orang-orang awam dari kalanganorang-orang Yahudi, Nasrani dan seluruh kelompok-kelompok kafir,orang-orang awam mereka taqlid kepada pemimpin-pemimpin merekayang menyesatkan mereka, sebagaimana firman Alloh:

 : ﴿ ﴾ 

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan

]104[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 105: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 105/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telahmenyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan

 yang lurus. (QS. Al Maa-idah: 77)

Dan ayat-ayat yang membahas tentang taqlidnya orang-orang kafirkepada bapak-bapak mereka banyak, begitu pula ayat-ayat yangmembahas tentang perdebatan para pengikut dengan orang-orangyang mereka ikuti dan saling berlepas diri satu sama lain banyak,sebagaimana pada surat saba’ di atas, surat Al Baqoroh: 166-167, AlA’roof: 38-39, Ibrohim: 61, Al Ahzab: 64-68 dan Ghoofir: 47-48.

Dan diantara ’udz-r-’udz-r yang batil adalah: ‘udz-r yang mengatakanbahwa dia adalah seorang ulama’. Seolah-olah mereka itu orang-orangyang maksum dari kekafiran, sedangkan Alloh berfirman tentang paraNabi:

 : ﴿ ﴾…Seandainya mereka mempersekutukan Alloh, niscaya lenyaplah darimereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS.Al An’aam: 88)

Dan yang semisal dengan itu adalah Surat Az Zumar ayat 65, jikakekafiran itu tidak mungkin terjadi pada para Nabi, namun ia tidakmustahil terjadi pada orang-orang yang berada di bawahnya. Karenaseorang ulama’ meski berapapun banyak ilmunya, ia bisa kafir dan :

 

Sesungguhnya amalan itu tergantung dengan penutupnya.

Dan contohnya adalah firman Alloh:

 ﴿: ﴾

Dan ceritakanlah kepada mereka tentang orang yang kami berikankepadanya ayat-ayat kami lalu ia tergelincir darinya lalu diikuti syetanmaka ia menjadi termasuk orang-orang yang tersesat .(Al-‘Araaf:175)

Dan contoh pada umat ini banyak sekali, dimulai dari orang yangmurtad pada zaman Nabi salallahu 'alaihi wasallam, seperti ‘Abdulloh

bin Abis Saroh, ia adalah penulis wahyu Nabi salallahu 'alaihiwasallam, kemudian orang-orang murtad setelah wafat beliau, danbanyak penyeru bid’ah mukaffiroh yang mengaku berilmu syar’iy seperti Qodariyah yang tidak mempercayai ilmu Alloh yang dikafirkanIbnu ‘Umar dalam awal hadits pada Shohiih Muslim, disebutkan ciri-ciri mereka adalah:

 

Mereka membaca Al Qur’an dan mengikuti ilmu.

Dan kejelekan pada akhir zaman lebih banyak dari pada pendahulunya,

berdasarkan sabda Nabi salallahu 'alaihi wasallam,

]105[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 106: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 106/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

Tidaklah datang hari kepada kalian kecuali setelahnya lebih buruk dari pada sebelumnya. Hadits riwayat Al Bukhooriy.

Dan kami melihat pada zaman kita ini para pemerintahan yang murtad

diberbagai negara masing-masing membuat kelompok masyayikh yangmemberikan sebutan kepada para pemerintah itu dengan gelar-gelaryang besar seperti ashaabul fadliilah (yang mempunyai keutamaan)dan as samaahah (yang mulia) untuk menipu orang awam untukmenyebar luaskan kebathilan mereka, dan merekapun memberikangelar kepada masyayikh tersebut dengan gelar-gelar keimanan dansyari’at Islam untuk menyesatkan orang awam. Maka masyayikhtersebut dan orang-orang semacam mereka tidak di ragukan lagi ataskekafiran dan kemurtadan mereka, berdasarkan firman Alloh;

 : ﴿ ﴾…Barang siapa berwala kepada mereka maka ia termasuk mereka.(QS.Al Maa-idah: 51)

Dan juga karena mereka ridlo dengan kekafiran dan mereka juga tidakmengkafirkan para pemerintah yang kafir tersebut yang telahditunjukan dalam dalil atas kekafiran mereka. ‘Abdulloh IbnulMubaarok berkata:

 Adakah yang merusak diin selain para raja….Para ulama’ suu’ dan rahib-rahibnya…..

Dan sebagai contoh untuk dua masalah di atas --- yaitu bahwakeberdaan orang yang menyesatkan itu bukan ‘udz-r bagi orang yangmengikutinya dan bahwa sebagian orang yang diberi ilmu bisa sajakafir --- bahwa ada seseorang yang bernama Rojjaal bin ‘Unfuwahmenyertai Nabi salallahu 'alaihi wasallam, dan belajar Islam kepadabeliau, lalu berliau mengutusnya sebagai pengajar kepada pendudukYamamah kaumnya Musailamah Al Kadz-dzaab lalu ia murtad dan iabersaksi Musailamah itu menjadi sekutu Nabi dalam kerosulan, laluorang-orang pun percaya kepadanya dan mereka mengikuti Muailamahkarena percaya kepada Ar Rojjaal, namun hal ini tidak menghalangipara sahabat untuk mengkafirkan dan memerangi mereka, Ath

Thobariy menyebutkan ceritanya dalam tarikhnya, ia berkata; ”AsSarriy menulis surat kepadaku, ia dari Syu’aib, ia dari Saif  , ia dariTholhah Ibnul A’lam, ia dari ‘Ubaid bin ‘Umair, ia dari Utsaal AlHanafiy –-- dia bersama Tsumaamah bin Utsaal –-- ia berkata: “DanMusailamah merayu dan membujuk setiap orang, dan ia tidak perdulidengan orang yang melihatnya berbuat jelek, dan bersamanya NahaarAr Rojjaal bin ‘Unfuwah, dahulu ia telah berhijroh kepada Nabisalallahu 'alaihi wasallam, ia ahli membaca Al Qur’an dan memahamidiin. Maka Nabi salallahu 'alaihi wasallam mengutusnya sebagaipengajar untuk penduduk Yamamah supaya menentang Musailamahdan bersikap keras terhadap urusan umat Islam. Maka, ia lebih besar

fitnahnya terhadap Bani Haniifah dari pada Musailamah. Ia bersaksi

]106[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 107: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 107/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

bahwa ia telah mendengar Muhammad salallahu 'alaihi wasallammengatakan; “Ia (Musailamah) bersekutu dengannya.” Maka merekamempercayainya dan menyambutnya, dan mereka menyuruhnyauntuk menulis surat kepada Nabi salallahu 'alaihi wasallam dan merekaberjanji jika beliau tidak menerima mereka akan membantu

melawannya. Dan Ath Thobariy juga berkata: ”As Sarriy menulissurat kepadaku ia berkata; Telah bercerita kepada kami Syu’aib danSaif, dari Tholhah dari ‘Ikrimah dari Abu Huroiroh dan ‘Abdullohbin Sa’iid dari Abu Sa’iid dari Abu Huroiroh, ia berkata; Abu Bakarmengutus utusan kepada Ar Rojjaal maka utusan itu mendatanginyadan menyampaikan wasiat Abu Bakar kepadanya lalu ia diutuskepada penduduk  Yamamah dan ia melihat bahwa ia tulus ketikamenerima perintahnya. Berkata Abu Huroiroh; ”Dulu aku dudukbersama Nabi salallahu 'alaihi wasallam, dengan sekelompok orang,dan Ar Rojjaal bin ‘Unfuwah bersama kami. Lalu beliau mengatakan;”Sesungguhnya di antara kalian ada yang giginya di neraka lebih besardibanding gunung Uhud. Lalu mereka yang berada di dalam majelis itutelah meninggal dan tinggallah aku dan Ar Rojjaal, aku khawatirdengan sabda Nabi itu. Sampai akhirnya Ar Rojjaal keluar dengasnMusailamah ia bersaksi bahwa Musailamah itu Nabi, maka fitnahyang dilakukan Ar Rojjaal lebih besar dari pada fitnahnyaMusailamah. Maka Abu Bakar mengutus Khoolid kepada mereka.”Thaariikhuth Thobariy II/276 dan 278, cetakan Daarul Kutub Al‘Ilmiyyah 1408 H.

Intinya sesungguhnya penghalang - penghalang hukum itu diantaranya adalah; penghalang - penghalang kekafiran yang syah

secara syar’iy  adalah yang ditetapkan oleh dalil - dalil syar’iy  bukansemua yang di sangka orang sebagai penghalang. Wabillaahit taufiiq.

]107[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 108: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 108/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Bab II Berhukum Dengan Selain Hukum Allah...Kafirkah?

Ayat 44 yang terdapat di dalam surat Al Maa-idah adalah merupakanlandasan utama di dalam permasalahan yang tengah kita kaji ini dannash shoriih yang menjadi pemutus perselisihan. Akan tetapi dalampenggunaan ayat ini sebagai dalil dihadapkan dengan berbagaisyubhat  yang memalingkan ayat ini dari apa yang Alloh kehendaki,maka pembahasan tentang ayat ini harus diperinci. Namun sayangsekali, meskipun ayat ini sangat penting untuk di bahas mengingat initermasuk pangkal dari tudingan-tudingan yang Luqman binMuhammad Ba’abduh lontarkan kepada banyak tokoh dan golongan.Sebagaimana yang ia katakan: “Ayat yang sering digunakan olehtakfiiriyyun dalam mengkafirkan kaum muslimin, khususnya

pemerintah adalah … [surat Al Maa-idah: 44]” (hal. 505) Namun iatidak membahasnya secara mencukupi, ia hanya menukilkan beberapaperkataan ulama’ yang seolah-olah mendukung pendapatnya.

Di dalam pembahasan ini ada beberapa syubhat  di dalam bukuMereka Adalah Teroris yang ditulis oleh Ustadz Luqman binMuhammad Ba’abduh, yang ingin saya persoalkan. Namunsebelumnya disini akan saya sampaikan secara ringkas tafsiran dariayat 44 yang terdapat di dalam surat Al Maa-idah yang ia sebutkan didalam bukunya tersebut.

]108[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 109: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 109/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

A. Tafsiir Surat Al Maa-idah: 44

Ibnu Katsiir berkata: “Alloh berfirman:

 : ﴿ ﴾Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir.(Al-Maidah:44)

Al Barroo’ bin ‘Aazib, Huzdaifah Ibnul Yamaan, Ibnu ‘Abbaas,

Abu Mijlaz, dan yang lainnya mengatakan: Ayat ini turun berkenaandengan ahlul kitab Abu Rojaa’, Al ‘Athooridiy, ‘Ikrimah,‘Ubaidulloh bin ‘Abdillah, Al Hasan Al Bashriy. Al Hasan AlBashriy menambahkan: Dan ayat ini wajib bagi kita.

Dan ‘Abdur Rozzaaq berkata, ia dari Sufyaan Ats Tsauriy, Sufyaandari Manshuur, Manshuur dari Ibrohim, ia mengatakan: Ayat-ayatini turun berkenaan dengan Bani Isroil, dan Alloh meridhoi ayat iniuntuk umat ini. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Jariir.

Dan Ibnu Jariir juga berkata:  Ya’qub bercerita kepada kami, iaberkata: Hasyiim bercerita kepada kami, ia berkata: ‘Abdul Maalik 

bin Abiy Salamah mengabarkan dari Salamah bin Kuhail, ia dari‘Alqomah dan Masruuq, bahwasanya keduanya bertanya kepadaIbnu Mas’uud tentang risywah (suap). Maka ia menjawab: Itu adalahharta haram. Lalu keduanya bertanya: Dan dalam hukum? Iamenjawab: Itu adalah kekafiran. Kemudian ia membaca:

: ﴿ ﴾Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir.(Al-Maidah:44)

Dan As Suddiy berkata :

Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir.

Maksudnya Alloh berfirman: Dan barangsiapa tidak memutuskandengan apa yang Aku turunkan lalu dia meninggalkannya dengansengaja atau dia berlaku dholim sedangkan dia mengetahui maka diatermasuk orang-orang kafir.

Dan ‘Aliy bin Abiy Tholhah mengatakan, ia dari Ibnu ‘Abbaastentang firman Alloh :

: ﴿ ﴾]109

[Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 110: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 110/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir.(Al-Maidah:44)

Ia mengatakan: Barangsiapa (tidak memutuskan perkara dengan apayang diturunkan Alloh karena)  juhuud (ingkar) terhadap apa yangditurunkan Alloh maka dia telah kafir namun barangsiapa (tidakmemutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Alloh sedangkandia) mengakuinya maka dia dholim dan fasiq. Ini diriwayatkan olehIbnu Jariir, kemudian dia memilih pendapat yang mengatkan bahwayang dimaksud dalam ayat ini adalah ahlul kitab atau orang yang juhuud terhadap hukum Alloh yang diturunkan dalam kitab.

Dan ‘Abdur Rozzaaq mengatakan, ia dari Ats Tsauriy, ia dariZakariyaa, ia dari Asy Sya’biy tentang ayat :

...: ﴿ ﴾Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh.. .(Al-Maidah:44)

Ia mengatakan: Ini untuk kaum Muslimin.

Dan Ibnu Jariir mengatakan: Ibnul Mutsannaa bercerita kepadakami, ia mengatakan: ‘Abdush Shomad bercerita kepada kami, iamengatakan: Syu’bah bin Abiy As Safar bercerita kepada kami, iadari Asy Sya’biy tentang ayat :

Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka adalah orang-orang kafir.

Ia mengatakan: ”Ini berkenaan dengan kaum muslimin.” Sedangkan:

Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang dholim.

Ia mengatakan: ”Ini berkenaan dengan orang Yahudi”. Sedangkan:

Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang fasiq.

Ia mengatakan: “Ini berkenaan dengan orang-orang Nasrani.” Dandemikian juga yang diriwayatkan oleh Hasyiim dan Ats Tsauriy dariZakariya bin Abiy Zaa-idah dari Asy Sya’biy.

Dan ‘Abdur Rozzaaq juga mengatakan: ”Ma’mar telah mengabarkankepada kami, ia dari Ibnu Thoowuus, ia dari ayahnya, ia berkata:Ibnu ‘Abbaas ditanya tentang firman Alloh:

 ...: ﴿ ﴾…Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara.

Ia menjawab: ”Ini adalah kekafiran.” Ibnu Thoowuus berkata: ”Dantidak sebagaimana orang yang kafir kepada Alloh, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, dan Rosul-rosulNya.”

Dan Ats Tsauriy berkata dari Ibnu Juroij, ia dari Athoo’, bahwasanyadia mengatakan:”Kufrun duuna kufrin (kekafiran yang bukan

]110[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 111: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 111/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

kekafiran), dhulmun duuna dhulmin (kedholiman yang bukankedholiman) dan fisqun duuna fisqin (kefasikan yang bukan kefasikan).Ini diriwayatkan oleh Ibnu Jariir.

Dan Wakii’ mengatakan dari Sa’iid Al Makkiy, ia dari Thoowuustentang ayat:

 : ﴿ ﴾Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir.(Al-Maidah:44)

Ia mengatakan: ”Bukanlah kekafiran yang menyebabkan keluar darimillah (Islam)”.

Dan Ibnu Abiy Haatim mengatakan: ”Muhammad bin ‘Abdullohbin Yazid Al Muqriy telah bercerita kepada kami, ia mengatakan:Sufyaan telah bercerita kepada kami, ia dari ‘Uyainah, ia dari

Hisyaam bin Hujair, ia dari Thoowuus, ia dari Ibnu ‘Abbaastentang firman Alloh:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

Ia mengatakan: ”Bukanlah kekafiran sebagaimana yang kalianpahami.” Ini diriwayatkan oleh Al Haakim dalam Mustadrok nya darihadits Sufyaan bin ‘Uyainah, dan dia mengatakan: ”Ini shohih sesuai

dengan syarat dua syaikh (Al Bukhoory dan Muslim) namun keduanyatidak meriwayatkannya.” (Tafsiir Ibnu Katsiir II/61).

Dan apa yang terdapat dalam berbagai tafsir yang ada tidak banyakberbeda dari yang dijelaskan Ibnu Katsiir di sini.

]111[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 112: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 112/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

B. Syubhat-Syubhat

Di dalam buku “Mereka Adalah Teroris” tersebut ada beberapa syubhat di antaranya adalah:

Pertama: Yang Dimaksud Kekafiran Di Dalam Ayat Tersebut Kufur Akbar

Atau Kufur Ashghor?

Ia mengatakan bahwasanya yang dimaksud kekafiran di dalam ayat iniadalah kufur kecil, yaitu kekafiran yang tidak mengeluarkan pelakunyadari keislaman. Ia mengatakan: “Ayat ini tidak sebagaimana yangdipahami oleh para teroris tersebut yang dimaksud dalam ayat iniadalah kufur kecil, yaitu amal kekufuran yang tidak mengeluarkanpelakunya dari keislaman.” (hal. 507) Dan untuk mendukungpenafsirannya ini ia menyitir perkataan Al Jashshooh dan Ibnu‘Abbaas tentang penafsiran ayat ini.

Mengenai riwayat dari Ibnu Abbaas yang meyatakan bahwasanyakekafiran yang dimaksudkan di dalam surat Al Maa-idah ayat 44 adalahkufur ashghor , ada beberapa hal yang perlu diketahui:

1. Dari sisi periwayatan perkataan itu tidak shohih.

Dan telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas ada 2 perkataan tentangayat ini, yaitu:

Pertama: Perkataannya yang berbunyi: ”Dan tidak seperti orang yangkafir kepada Alloh, para malaikatNya, kitab-kitabNya dan paraRosulNya.” Namun setelah diteliti, ini bukanlah perkataan Ibnu‘Abbaas, akan tetapi perkataan Ibnu Thoowuus yang dimasukkan ---dalam riwayat Sufyaan dari Ma’mar --- ke dalam perkataan Ibnu‘Abbaas. Penjelasannya adalah bahwasanya Ath Thobariyrahimahullah meriwayatkan dari jalur Sufyaan bin ‘Uyainah, dariMa’mar bin Roosyid dari Ibnu Thoowuus, ia dari ayahnya, ayahnyadari Ibnu ‘Abbaas, tentang ayat:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

]112[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 113: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 113/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Ia (Ibnu ‘Abbaas) mengatakan: ”Ini adalah kekafiran, dan bukan kafirterhadap Alloh, para malaikatNya, kitab-kitabNya dan para RosulNya.”Dan Ath Thobariy juga meriwayatkannya dari jalur ‘Abdur Rozzaaqdari Ma’mar dari Ibnu dari ayahnya, ia mengatakan: Ibnu ‘Abbaasditanya tentang ayat:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

Ia (Ibnu ‘Abbaas) menjawab: “Ini adalah kekafiran.” Ibnu Thoowuusberkata: “Dan tidak seperti orang yang kafir kepada Alloh, paramalaikatNya, kitab-kitabNya dan para rosulNya.” (Lihat Tafsiir AthThobariy VI/256). Dan nampak dari riwayat yang kedua --- yaituriwayat dari ‘Abdur Rozzaaq dan hanya inilah yang dicantumkan oleh

Ibnu Katsiir --- bahwa kalimat: “Dan tidak seperti orang yang kafirkepada Alloh…” adalah perkataan Ibnu Thoowuus, bukan perkataanIbnu ‘Abbaas. Oleh karena itu tidak benar kalau perkataan tersebutdikatakan sebagai perkataan Ibnu ‘Abbaas.

Dan perkataan yang kedua: perkataannya yang berbunyi: ”Bukanlahkekafiran sebagaimana yang kalian pahami.” Riwayat ini tidakdisebutkan oleh Ath Thobariy akan tetapi disebutkan oleh IbnuKatsiir dari riwayat Ibnu Abiy Haatim dan Al Haakim, keduanya dari jalur Sufyaan  Ibnu ‘Uyainah dari Hisyaam  bin Hujair dariThoowuus dari Ibnu ‘Abbaas tentang firman Alloh:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

Ia mengatakan: “Bukanlah kekafiran sebagaimana yang kalian pahami,sesungguhnya ini bukanlah kekafiran yang menyebabkan keluar darimillah (Islam).

 : ﴿ ﴾

“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

… adalah kufrun duuna kufrin.” Ini diriwayatkan oleh Al Haakim danini adalah lafadh dia dalam Al Mustadrok II/313 dan dia mengatakanini shohih sesuai dengan syarat Syaikhoin (Al Bukhooriy dan Muslim)namun keduanya tidak meriwayatkannya.

 Atsar ini --- meskipun dinyatakan shohih oleh Al Haakim --- dlo’iif darisisi periwayatannya. Dan yang menjadi ‘illah (cacat) adalah: Hisyaambin Hujair. Sesungguhnya para pakar hadits telah sepakat atas

dlo’iif nya Hisyaam bin Hujair dan selanjutnya maka atsar  tersebut

]113[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 114: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 114/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

dlo’iif  (lemah). Memang hadits yang diriwayatkannya bisa dijadikanuntuk al mutaaba’ah, apabila ada riwayat lain yang menyertainya.Namun apabila riwayatnya tunggal --- sebagaimana atsar  ini --- makaperiwayatannya tidak dapat digunakan sebagai hujjah. Dan begitu pulaAl Bukhooriy dan Muslim menggunakan periwayatannya dalam al

mutaaba’aat , bukan periwayatan tunggal. Dan mungkin karenaSyaikhoin menggunakan periwayatannya maka Al Haakimmenyatakan hadits ini shohih karena dia menyangka bahwa Hisyaambin Hujair telah menyeberangi jembatan (mendapat lisensi) karenaSyaikhoin (Al Bukhooriy dan Muslim) menggunakanperiwayatannya. Semua ini telah diperingatkan oleh Az Zaila’iy dalamNash-bur Rooyah. Ia menyebutkan di antara sebab kesalahan AlHaakim dalam menshohihkan adalah: Sesungguhnya sebagian rowimenjadi kuat jika ia meriwayatkan dari Syaikh tertentu yang diketahuidia bermulazamah dengannya, namun tidak kuat jika meriwayatkanSyaikh-syaikh yang lain. Maka Al Bukhooriy dan Muslimmenggunakan rowi tersebut pada riwayat yang kuat saja. Lalu AlHaakim menyangka bahwa hal ini merupakan kepercayaan yangdiberikan oleh Syaikhoin (Al Bukhooriy dan Muslim) secara mutlaqsehingga semua haditsnya dapat dijadikan sandaran dan dianggapshohih. Dan dalam masalah ini Hisyaam digunakan periwayatannyaoleh Asy Syaikhoin (Al Bukhooriy dan Muslim) sebagaimutaaba’ah, lalu Al Haakim menganggapnya hal ini sebagaikepercayaan yang diberikan kepadanya secara mutlaq.

Hisyaam bin Hujair di dlo’iif kan oleh para imam yang tsiqoot  dantidak ada riwayat seorangpun yang menjadi mutaabi’ nya. Ahmad bin

Hambal berkata: ”Hisyaam bukan orang yang qowiy (kuat). Dia jugaberkata: ”Dia orang Mekah yang haditsnya dlo’iif  (lemah). Dan inimerupakan cacat dari segi periwayatan. Dan dia juga didlo’iif kan oleh

 Yahyaa bin Sa’iid Al Qoth-thoon, dan dia memberi contoh darihaditsnya, dan dia didlo’iif kan oleh ‘Aliy ibnul Madiiniy dan Al‘Uqoiliy mencantumkannya dalam Adl Dlu’afaa’ dan begitu pulaIbnu ‘Adiy.

Dan Hisyaam adalah shoolih dalam diinnya. Oleh karena itu IbnuSyabromah mengatakan: ”Di Mekah tidak ada orang yang sepertidia.” Dan Ibnu Ma’iin berkata: ”Dia shoolih dalam diinnya atau

ibadahnya.” Dalilnya adalah bahwa Ibnu Ma’iin sendiri telahmengatakan tentang dia: ”Dlo’iif (lemah) sekali”.

Al Haafidh Ibnu Hajar berkata: ”Dia Shoduuq, dia memiliki auhaam(hal-hal yang meragukan).” Dan mungkin ini adalah salah satu dariawhaamnya karena perkataan ini ternyata diriwayatkan dari IbnuThoowuus, mungkin dia ragu-ragu lalu dia katakan bahwa ini adalahperkataan Ibnu ‘Abbaas.

‘Aliy ibnul Madiiniy mengatakan: ”Sufyaan menyangka bahwaHisyaam bin Hujair menulis buku-bukunya tidak sebagaimana yangditulis orang lain. Artinya dia lalai, sehingga menjadikannya ragu-ragu

(kacau).” Dinukil dari Ma’rifatur Rijaal II/203.

]114[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 115: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 115/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Hisyaam adalah penduduk Mekah dan Sufyaan adalah orang yangpaham dengan penduduk Mekah. Al ‘Uqoiliy meriwayatkan dengansanadnya dari Sufyaan bin ‘Uyainah, bahwasanya dia berkata: ”Kamitidak mengambil darinya kecuali yang tidak kami dapatkan dari yanglain.” Maka benarlah bahwa ini adalah riwayat Hisyaam sendirian

karena ini merupakan riwayat Ibnu ‘Uyainah darinya.Dan Abu Haatim berkata: “Haditsnya ditulis.” Dan ini termasukungkapan untuk tamriidl  (menganggapnya sakit) dan tadl’iif (menganggap lemah). Karena ini berarti haditsnya tidak diterima jikasendidiran. Akan tetapi diambil sebagai mutaaba’ah saja. Oleh karenaitu Al Bukhooriy dan Muslim tidak menggunakan periwayatannyakecuali sebagai mutaaba’ah atau disertai dengan yang lainnya. Olehkarena itu hadits-haditsnya termasuk hadits-hadits yang dikritik dalamShohiihain (Shohiih Al Bukhooriy dan Muslim).

Adapun Al Bukhooriy tidak menggunakan periwayatannya kecuali

satu hadits saja. Yaitu hadits tentang Sulaiman bin Daawuud ‘alahisalam:

 

“Pada malam ini saya benar-benar menggilir 90 perempuan…” 

Hadits ini dia cantumkan dalam pembahasan Kaffaarotul Aimaan dari jalur Hisyaam dan dia letakkan mutaaba’ahnya dalam KitaabunNikaah, dengan periwayatan ‘Abdulloh bin Thoowuus. Dan sudahkita ketahui bersama bahwa di antara kebiasaan Al Haafidh IbnuHajar dalam Muqoddimah Fat-hul Baariy  dia membela orang-orang

yang dituduh dengan secara tidak benar dan mempertahankannyadengan segala ilmu yang dia miliki. Adapun orang-orang yang nampakkelemahan mereka dan yang tidak digunakan oleh Al Bukhooriysecara sendirian akan tetapi ia cantumkan sebagai mutaaba’ah ataupendamping. Terhadap orang-orang seperti mereka ini ia (Ibnu Hajar)tidak terlalu bersusah payah untuk membantah, namun ia cukupmenyebutkan mutaaba’ah-mutaaba’ah yang terdapat dalam ShohiihAl Bukhooriy. Dan begitulah yang ia lakukan terhadap Hisyaam binHujair. (lihat Muqoddimah Fat-hul Baariy ).

Begitu pula Muslim, ia tidak menggunakan riwayat Hisyaam bin

Hujair kecuali dua hadits dan kecuali ada riwayat lain yangmendampinginya. Dan hal ini silahkan lihat penjelasan Syaikh AlHarowiy di dalam bukunya yang berjudul Khulaashotul Qoul Al Mufhim‘Alaa Taroojiimi Rijaalil Imaam Muslim.

Ringkasnya, dari pembahasan di atas dapat kita pahami bahwasanyatidak ada hujjah bagi orang yang berusaha menguatkan Hisyaam binHujair dengan alasan Al Bukhooriy dan Muslim menggunakanperiwayatannya … Karena keduanya tidak meriwayatkannya secarasendirian akan tetapi sebagai mutaaba’ah … dan ini termasuk yangmenunjukkan atas dlo’iif (lemah) nya orang tersebut jika diriwayatkan

secara sendirian.

]115[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 116: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 116/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Oleh karena itu tidak ada yang menyatakan bahwa Hisyaam binHujair itu tsiqqoh (terpercaya) kecuali mutasaahiluum (orang-orangyang mudah dalam menganggap orang bisa dipercaya) seperti IbnuHibbaan. Sesungguhnya dia terkenal sebagai orang yang mudahmentsiqqohkan orang. Dan serupa dengannya Al ‘Ijliy dalam

mentsiqqohkan orang sebagaimana Ibnu Hibbaan dalammentsiqqohkan orang atau bahkan lebih longgar lagi.” (Al Anwaar AlKaasyifah hal. 68) --- sampai dia mengatakan --- Begitu pula IbnuSa’ad dalam mentsiqqohkan orang, karena sesungguhnya kebanyakanmaterinya dari Al Waaqidiy yang matruuk. Sebagaimana yangdikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Muqoodimah Fat-hul Baariy  ketikamenjelaskan biografi ‘Abdur Rohmaan bin Syuroih. Maka apabilakondisi orang yang mentsiqqohkan mereka seperti ini, makaperiwayatan orang tersebut tidak dapat dijadikan hujjah meskipunmereka tsiqqohkan.

Lalu bagaimana jika para ulama yang agung laksana gunung yangmenjulang seperti Ahmad, Ibnu Ma’iin, Yahyaa bin Sa’iid Al Qoth-thoon, ‘Aliy ibnu Madiiniy dan lainnya bertentangan dengan merekadan mendlo’iif kannya.

Intinya: sesungguhnya Hisyaam bin Hujair itu adalah dlo’iif tidak bisadijadikan hujjah jika berdiri sendiri. Memang periwayatannya bisadijadikan sebagai mutaaba’ah sebagaimana yang anda lihat, akantetapi pada riwayat dari Ibnu ‘Abbaas ini tidak ada mutaabi’ nya.Maka tepatlah kalau riwayat ini dikatakan dlo’iif  dan tidak bolehdikatakan secara meyakinkan sebagai perkataan Ibnu ‘Abbaas.

2. Ada penafsiran lain yang diriwayatkan dengan sanad yangshohih dari Ibnu ‘Abbas mengenai ayat tersebut.

Bahkan telah diriwayatkan dengan sanad yang shohih dari Ibnu‘Abbaas tentang penafsiran ayat ini tidak sebagaimana periwayatantersebut. Ibnu Jariir Ath Thobariy telah meriwayatkan, iamengatakan: Hanaad telah bercerita kepada kami; ia mengatakanWakii’ dan telah bercerita kepada kami, dan Ibnu Wakii’ telahbercerita kepada kami, ia mengatakan; bapakku telah berceritakepadaku, ia dari Sufyaan, Sufyaan dari Ma’mar bin Roosyid,

Ma’mar bin Roosyid  dari Ibnu Thoowuus, Ibnu Thoowuus daribapaknya, bapaknya dari Ibnu ‘Abbaas tentang ayat:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

Ia (Ibnu ‘Abbaas) berkata: “Ini adalah kekafiran.” (Dan bukan sepertikafir kepada Alloh, para malaikatNya, kitab-kitabNya, dan paraRosulNya) … Dan dari dhohirnya bahwa perkataan yang terakhir yang

berbunyi (Dan bukan seperti kekafiran kepada Alloh, para

]116[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 117: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 117/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

malaikatNya…) bukanlah perkataan Ibnu ‘Abbaas atau dengan katalain perkataan itu adalah perkataan Ibnu Thoowuus yang tersisipkan(mudroj) ke dalam perkataan Ibnu ‘Abbaas. Dalilnya adalah apa yangdiriwayatkan Ibnu Jariir Ath Thobariy ia mengatakan; Al Husain bin

 Yahyaa telah bercerita kepada kami, ia mengatakan; ‘Abdur

Rozzaaq telah mengkhabarkan kepada kami, ia dari Thoowuus,Thoowuus dari bapaknya; bahwasanya Ibnu ‘Abbaas ditanyatentang firman Alloh:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

Ia menjawab: “Ini adalah kekafiran.” Ibnu Thoowuus berkata: ”Danbukanlah seperti orang yang kafir kepada Alloh, para malaikatNya,

kitab-kitabNYa, dan para RosulNya”. Sampai di sini perkataan AbuAyyuub Al Barqowiy.

Oleh karena itu riwayat dari Ibnu ‘Abbaas tentang ayat ini yangberbunyi: ”Kufrun duuna kufrin” tidaklah shohih. Akan tetapi yangshohih darinya adalah berbunyi: ”Ini adalah kekafiran” dengan secaramutlaq yang berarti maksudnya adalah kufur akbar. Dan berikut sayasampaikan 2 dalil yang menunjukkan hal ini:

Dalil pertama: Sesungguhnya Ibnu ‘Abbaas  radiyallahu 'anhuberpendapat bahwa kekafiran yang terdapat dalam ayat ini adalahkufur akbar . Yaitu sebuah atsar yang diriwayatkan oleh An Nasaa-iy

yang berkenaan dengan penafsiran ayat:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” .(Al-Maidah:44)

An Nasaa-iy meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas dengan sanad yangshohiih, dia mengatakan: “Dahulu para raja setelah Isa bin Maryam‘alaihi salam merubah Taurot  dan Injil. Sedangkan di antara merekaada orang-orang beriman yang membaca Taurot . Mereka mengatakan

kepada raja-raja mereka: Kami tidak mendapatkan celaan yang lebihkeras dari pada celaan yang mereka lontarkan kepada kita.Sesungguhnya mereka membaca ayat yang berbunyi:

 : ﴿ ﴾Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir.(Al-Maidah:44)

Ayat-ayat tersebut, serta celaan-celaan mereka terhadap perbuatankita dalam bacaan mereka. Oleh karena itu panggillah mereka dansuruh mereka membaca sebagaimana kita membaca dan mengimani

apa yang kita imani. Lalu mereka dipanggil dan dikumpulkan.

]117[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 118: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 118/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Kemudian mereka disuruh memilih antara dibunuh atau meninggalkanuntuk membaca Taurot dan Injil kecuali yang telah mereka rubah.”(Hadits no: 4990 dalam Sunan An Nasaa-iy). Hadits ini menunjukkan--- yaitu riwayat yang mauquuf dari Ibnu ‘Abbaas --- dua hal:

Pertama: Sesungguhnya ayat ini termasuk ayat yang terdapat dalamtaurot yang shohih sebelum dirubah. Lalu Alloh menurunkan dalam AlQur’an sebagai pembenar. Dan yang kedua: Sesungguhnya kekafiranyang terdapat dalam ayat ini adalah kufur akbar. Yang menunjukkanhal itu adalah perkataan orang-orang merubah taurot  di antaramereka: “Kami tidak mendapatkan celaan yang lebih keras daripadacelaan mereka kepada kami.” Hal itu ia katakan ketika orang-orangberiman di antara mereka membaca ayat tersebut. Dan tidak adacelaan yang lebih keras daripada menyebut mereka sebagai orang-orang kafir, kufur akbar , karena mereka merubah dan menggantitaurot . Seandainya kekafiran yang disebutkan dalam ayat tersebut

adalah kufur ash-ghor  tentu mereka tidak mengatakan bahwa celaantersebut adalah celaan yang paling keras.

Dalil kedua: Adalah firman Alloh Ta’aalaa:

 ﴿: ﴾ 

“Dan sesungguhnya syetan-syetan itu benar-benar membisikkankepada wali-wali (pengikut-pengikut) mereka supaya membantahkalian dan jika kalian mentaati mereka tentu kalian benar-benar orang-orang yang musyrik ”. (QS. Al-An’aam:121).

 Tentang sebab turunnya ayat ini Ibnu Maajah, Ibnu Abiy Haatimdan Al Haakim meriwayatkan dengan sanad yang shohiih dari Ibnu‘Abbaas, dia berkata: ”Sesungguhnya sekelompok orang darikalangan orang-orang musyrik membantah kaum muslimin masalahsembelihan dan haramnya bangkai, mereka mengatakan: Kalianmakan apa yang kalian bunuh dan kalian tidak makan apa yangdibunuh Allah? Yang mereka maksud adalah bangkai. Maka Allohberfirman:

...  : ﴿ ﴾

Dan jika kalian taati mereka tentu kalian benar-benar orang-orang yang musyrik. (QS. Al-An’aam:121).

(Lihat Tafsiir Ibnu Katsiir II/169-171).

Ini merupakan nash (pernyataan) dari Ibnu ‘Abbaas bahwasanyabarangsiapa mengikuti tasyrii’ (penetapan syariat) yang menyeleweng--- walaupun pada satu persoalan yang dalam hal ini adalahmenghalalkan bangkai --- tentu dia benar-benar musyrik. Dan apa yangdiriwayatkan oleh An Nasaa-iy itu merupakan nash yang menyatakanbahwa mengganti syariat itu merupakan kufur akbar. Ini semuamenunjukkan kesalahan orang yang mengatakan bahwa: kufrun duunakufrin itu merupakan perkataan Ibnu ‘Abbaas. Karena ternyata ada

]118[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 119: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 119/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

riwayat darinya dengan sanad yang shohih yang bertentangan denganperkataan tersebut dalam permasalahan yang sama yaitu masalahmemutuskan perkara dengan selain apa yang diturunkan Alloh yaitudengan syariat buatan manusia. Dan bahwasanya hal itu merupakankesyirikan dan kekafiran yang paling tinggi yang berarti adalah kufur

akbar.

3. Dalil-dalil yang memperkuat bahwa yang dimaksud kekafirandi dalam surat Al Maa-idah ayat 44 adalah kufur akbar:

syariat itu merupakan kufur akbar . Ini semua menunjukkan kesalahanorang yang mengatakan bahwa: kufrun duuna kufrin itu merupakanperkataan Ibnu ‘Abbaas. Karena ternyata ada riwayat darinya dengansanad yang shohih yang bertentangan dengan perkataan tersebutdalam permasalahan yang sama yaitu masalah memutuskan perkara

dengan selain apa yang diturunkan Alloh yaitu dengan syariat buatanmanusia. Dan bahwasanya hal itu merupakan kesyirikan dan kekafiranyang paling tinggi yang berarti adalah kufur akbar .

Kita kembali kepada tarjiih (menentukan pendapat yang lebih kuat)antara dua perkataan tentang bentuk kekafiran yang terdapat dalamfirman Alloh Ta’aalaa:

 : ﴿ ﴾Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir .(Al-Maidah:44)

Apakah kufur akbar atau kufur ashghor?

Dan tidak diragukan lagi bahwa yang benar adalah kufur akbar yangmenyebabkan keluar dari millah (Islam). Dan berikut ini dalil-dalil nya :

1. Ijma’ sahabat: Karena pendapat tersebut adalah pendapat sahabatyang tidak ada yang menyelisihinya, maka dengan demikian inimenjadi ijma’ yang harus diikuti. Pendapat tersebut telah dinukil dariperkataan ‘Umar, ‘Aliy dan Ibnu Mus’uud. Dan telah terbukti pada

pembahasan di atas bahwa pendapat tersebut juga merupakanpendapat yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbaas, dan bahwasanya riwayatdari Ibnu ‘Abbaas bahwa dia mengatakan: “Kufrun duuna kufrin”adalah riwayat yang tidak shohih. Sedangkan pendapat beberapataabi’iin yang menyelisihinya, seperti pendapat Thoowuus dan ‘ Athoo’tidaklah dianggap ketika para sahabat telah bersepakat. Padahal ijma’yang shohih itu adalah sebuah pendapat yang mana tidak ada oranglain yang menyelisihinya. Dan anda telah mengerti bahwasanya tidakada sahabat yang menyelisihi pendapat yang mengatakan bahwakekafiran yang terdapat dalam ayat ini adalah kufur akbar , makadengan tidak tidak adanya orang yang menyelisihinya berarti masalah

ini bisa dikatakan sebagai ijma’ sahabat.

]119[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 120: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 120/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

2. Dalil dari bahasa arab: Yaitu karena kekafiran yang terdapat dalamayat ini diungkapkan dengan kata benda (isim) yang ditandai denganalif laam ( ) yaitu ( ) yang menunjukkan bahwa artinya sempurna,dengan demikian maka maksudnya adalah kufur akbar .

Dan Alloh Ta’aalaa telah memperkuat kekafiran dalam ayat tersebutdengan ungkapan dan pemaparan yang sangat kuat dan termasukyang paling kuat dalam struktur bahasa arab dalam menerangkansebuah arti, yaitu :

A. Kekafiran diungkapkan dengan isim (kata benda). Inimenunjukkan tsubuut (tetap) dan luzuum (pasti, konsisten) nyakekafiran tersebut. Dan tidak diungkapkan dengan fi’il (kata kerja)yang menunjukkan at tajaddud dan al huduuts (selalu berubah dantemporer).

B. Isim (kata benda) tersebut diungkapkan dengan alif dan laam (

) yang menunjukkan arti yang sempurna “ “yang berartikekafiran di sini adalah kufur akbar.

C. Alloh mengungkapkan jumlah (kalimat) jawaabusy syarthi dengankalimat mubtada’  (diterangkan) dan khobar  (kalimatyangmenerangkan) yang ma’rifah (tertentu) yaitu “ ” Danini menunjukkan terbatasnya khobar  (yang menerangkan) yaitu “

.” (kekafiran) pada mubtada’ (kata yang diterangkan) yaitu “ ”(mereka itu), yang merupakanisim isyaaroh (kata penunjuk) yangmengarah kepada “ ” (orang yang tidak memutuskanperkara dengan apa yang diturunkan Alloh).

Sedangkan terbatasnya khobar  (kalimat yang menerangkan) yangdijadikan ma’rifah (yang ditandai) dengan “ ” pada mubtada’ (kalimat yang diterangkan), menunjukkan penegasan dalammenerangkan arti yang sempurna yang terdapat pada al mahkuum‘alaih (yaitu mubtada’ ). Yang berarti secara tegas menunjukkankekafiran yang sempurna bagi mereka yang tidak memutuskanperkara dengan apa yang diturunkan Alloh … (lihat Al Iidlooh Fii‘Uluumil Balaaghoh, karangan Al Qoodliy Jalaalud Diin AlQozwainiy, hal. 101, cet. Daarul Kutub Al ‘Ilmiyyah, 1405 H).

D. Diungkapkannya mubtada’  dalam jumlah (kalimat)  jawaabusy 

syarthi dalam bentuk isim isyaaroh (kata penunjuk) “ ” (merekaitu) merupakan petunjuk tambahan terhadap arti khusus bagiorang-orang yang disebut, yaitu “… ” (orang yang tidakmemutuskan perkara…) yang berhak dengan kekafiran. (Lihat AlIidlooh, karangan Al Qozwainiy hal. 47)

E. Didahulukannya mubtada’  terhadap khobar  dalam  jumlah(kalimat)  jawaabusy syarthi, meskipun memang aslinya menurutkaidah bahasa begitu, namun disifati nya mubtada’ (kata yangditerangkan), yaitu “ ” dengan khobar (kata yang menerangkan),yaitu “ ” menunjukkan bahwa inilah yang ingin diterangkan.

Selain itu, didahulukannya mubtada’  dari pada khobar  ini

]120[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 121: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 121/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

menunjukkan pengkhususan tambahan. (Lihat Al Iidlooh, karanganAl Qozwainiy hal. 58).

F. Dan dimasukkannya dlomiirul fash-li (kata ganti yang terpisah)yaitu “ ” di antara mubtada’  (kata yang diterangkan) dan khobar (kata yang menerangkan), yaitu “ ” berfungsi sebagaipengkhususan mereka “ ” (orang-orang yang tidakmemutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Alloh) dengankekafiran. (Lihat Al Iidlooh, karangan Al Qozwainiy, hal. 257).

Intinya: Sesungguhnya ayat ini ditinjau dari struktur kalimatnyamenunjukkan kesempurnaan arti, yaitu sesungguhnya mereka yangtidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Alloh, telahsampai kepada kekafiran yang sempurna. Dan hal ini sesuai atsar yang telah kami sebutkan tadi dari An Nasaa-iy tentang ayat ini,yaitu bahwasanya tidak ada celaan yang lebih keras dari padacelaan yang terdapat dalam ayat tersebut. Inilah dalil dari sisi

bahasa Arab.

3. Dalil dari ‘Urfusy Syaari’  (kebiasan Sang Pembuat Syariat), artinyaadalah dari bahasa Al Qur’an, yaitu bahwasanya kekafiran tidak pernahdisebut dalam Al Qur’an kecuali kufur akbar . Dan Ibnu Taimiyyahmenyebutkan sebuah kaidah: ”Sebuah lafadh jika disebut berulang-ulang di dalam Al Qur’an dan satu demi satu muncul dalam satupengertian, sedangkan maksudnya bukanlah sesuai denganpengertiannya secara mutlaq, jika tidak dipahami seperti itu maka halitu merupakan tadliis (penipuan) dan talbiis (pemalsuan) yang harusdiwaspadai dalam firman Alloh.” (Majmuu’ Fataawaa VI/471). Ini jika

ditinjau secara umum. Adapun khususnya masalah kekafiran,sesungguhnya jika diungkapkan secara mutlaq (lepas) dan tidak adanash yang membatasi maknanya, maka maksudnya adalah kufur akbar , yaitu hakekat kekafiran secara mutlaq (lepas). Sebagaimanayang dikatakan oleh Ibnu Hajar  rahimahullah: ”Menurut ‘urf (kebiasaan syaari’  (pembuat syariat), apabila syirik  diungkapkansecara mutlaq (lepas) maka yang dimaksud adalah kebalikan tauhid.Dan lafadh ini disebut berulang-ulang dalam Al Qur’an dan Sunnahyang tidak mempunyai pengertian kecuali sebagaimana pengertiankecuali sebagaimana pengertian tersebut.” (Fat-hul Baariy I/65).Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohman bin Hasan AaliisyAsyaikh  rahimahullah: ”Lafadh adh dhulmu (kedholiman), alma’shiyah (kemaksiatan), al fusuuq (kefasikan), al fujuur  (perbuatandosa), al muwaalaah (loyalitas), al mu’aadaah (permusuhan), ar rukuun (cenderung), asy syirku (kesyirikan) dan lafadh-lafadh yangserupa yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah kadang mempunyaiarti al haqiiqoh al muthlaqoh (arti yang terkandung di dalamnya secarasempurna) dan kadang mempunyai arti muthlaqul haqiiqoh (artiminimal yang terkandung di dalamnya). Dan arti yang pertamatersebut adalah arti yang dipegangi oleh ushuliyiin (ulama ushul fiqih)sedangkan arti yang kedua tidak dianggap kecuali jika ada qoriinah

lafdhiyyah (penjelasan yang berupa lafadh) atau maknawaiyyah (yang

]121[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 122: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 122/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

berupa makna), dan hal itu hanya bisa diketahui dari penjelasan dariNabi dan penafsiran hadits. Alloh berfirman:

 ...: ﴿ ﴾“Dan tidaklah kami mengutus seorang Rosul pun kecuali dengan

menggunakan bahasa kaumnya supaya dia dapat menjelaskan kepadamereka” (QS.Ibrohim:4).

( Ar Rosaa-il Al Mufiidah, karangan Syeikh ‘Abdul Lathiif  yangdikumpulkan oleh Sulaiman bin Samhaan, hal. 21-22) Al HaqiiqohAl Mutlaqoh artinya adalah arti yang sempurna dan arti mutlaqulhaqiiqoh adalah arti minimalnya. Adapun mengenai kekafiran, haqiiqohmutlaqohnya --- dan ini merupakan arti dasarnya menurutushuuliyyuun --- adalah kekafiran yang sempurna atau kufur akbar .Dan tidak dipahami sesuai dengan mutlaqul haqiiqohnya atau kufur ashghor kecuali ada dalil dari Al Qur’an dan Sunnah. Sedangkan yang

berkenaan dengan ayat yang terdapat dalam surat Al-Maa-idah, daliltersebut tidak ada. Padahal perkataan sahabat itu tidak dapatmengkhususkan atau membatasi nash Al Qur’an, apalagi jika ada yangmenyelisihinya maka perkataan sahabat tersebut sama sekali tidakdapat dijadikan hujjah.

Dan berdasarkan dalil dari segi bahasa Arab dan dalil dari segi bahasaAl Qur’an (yaitu ‘urf  /kebiasaan syaari’  dalam berbicara) bahwa yangdimaksud kekafiran dalam ayat ini adalah kufur akbar , oleh karenanyaAbu Hayyaan Al Andalusiy mengatakan dalam tafsirnya --- sebagaisanggahan terhadap orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud

kekafiran dalam ayat tersebut adalah kufur ashghor --- “Dan ada yangmengatakan bahwa yang dimaksud kekafiran di sini adalah kufurnikmat, namun pendapat ini dilemahkan karena kekafiran itu jikadiungkapkan secara mutlaq (secara lepas) maka yang dimaksud adalahkufur dalam diin. Dan Ibnul Ambaariy berkata: ”Ia telah melakukanperbuatan yang menyerupai perbuatan orang-orang kafir. Danpendapat ini dilemahkan karena menyelisihi dhohirnya.” (Tafsiir AlBahrul Muhiith III/493).

4. Dalil dari Syar’iy , firman Alloh Ta’aalaa:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yang

diturunkan Alloh, maka mereka adalah orang-orang kafir ”.(Al-Maidah:44)

Meskipun kekafiran yang disebutkan dalam ayat ini disebabkan hanyakarena tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Alloh,namun hal ini tentu saja berlaku untuk orang yang memutuskanperkara dengan selain apa yang diturunkan Alloh, sebagaimana yangditunjukkan oleh sebab turunnya ayat-ayat tersebut. Karena orang-orang Yahudi tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan

Alloh (yaitu hukum rajam) lalu memutuskan dengan selain apa yangditurunkan Alloh (yaitu mencambuk dan menghitamkannya….). Maka

]122[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 123: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 123/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

hadits tentang sebab turunnya ayat tersebut menjelaskan manaathulhukmi (penyebab munculnya hukum) yang terdapat dalam ayattersebut dan bahwasanya manaath nya double, yaitu meninggalkanhukum Alloh dan menggunakan hukum yang lainnya. Karena sunnahitu fungsinya sebagai penjelas dan penafsir Al Qur’an. Alloh Ta’aalaa

berfirman:

 : ﴿  ﴾

“Dan Kami telah turunkan peringatan (Al Qur’an) kepadamu supayakamu menerangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepadamereka.” (QS. An Nahl:44).

Ia menggunakan ayat ini sebagai dalil bahwasanya Rosululloh salallahu'alaihi wasallam melalui sunnahnya menerangkan Al Qur’an yangditurunkan kepadanya … sedangkan sunnah --- hadits tentang sebab

turunnya ayat tersebut --- menerangkan bahwa memutuskan hukumdengan selain apa yang diturunkan Alloh termasuk manaathul hukmi(penyebab munculnya hukum) yang terdapat dalam ayat tersebut.Dalilnya adalah penafsiran ayat:

 : ﴿ ﴾ 

“Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu yang menetapkan syariat diin untuk mereka yang tidak diijinkan oleh Alloh”. (QS.Asy-Syuro:21).

Dan ayat:...: ﴿ ﴾

“Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagairobb-robb (tuhan-tuhan) selain Alloh”. (QS.At-Taubah:31).

Dan ayat:

 ﴿: ﴾ 

“Dan sesungguhnya syetan-syetan benar-benar membisikkan kepada

wali-wali (pengikut-pengikut) mereka supaya membantah kalian, dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang musyrik”   (QS.Al An’aam:121).Dan ayat:

 : ﴿ ﴾ “Kemudian orang-orang yang kafir terhadap robb mereka, merekamenyekutukanNya” (QS.Al-An’aam:1).

Maka apabila memutuskan perkara dengan selain apa yang diturunkanAlloh adalah kufur akbar  dan dia masuk ke dalam manaathul hukmi

yang terdapat dalam ayat:

]123[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 124: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 124/156

Page 125: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 125/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Adapun para taabi’iin memang benar terjadi perselisihan dikalanganmereka tentang masalah ini. Al Hasan Al Bashriy, Sa’iid bin Jubair,Ibrohim An Nakh’iy dan As Suddiy mengatakan: Bahwa kekafirandalam ayat tersebut adalah kufur akbar . Sedangkan Thoowuus dan‘Athoo’ mengatakan bahwa kekafiran dalam ayat tersebut adalah

kufur ashghor . Dan mengenai perkataan para taabi’iin yang berkenaandengan tafsir Ibnu Taimiyyah mengatakan: ”Jika mereka berselisihpendapat maka perkataan sebagian mereka tidak dapat dijadikanhujjah terhadap sebagian yang lainnya, dan juga terhadap orang-orangsetelah mereka. Dan semua itu dikembalikan kepada bahasa Al Qur’anatau Sunnah atau bahasa Arab secara umum atau perkataan parasahabat tentang masalah tersebut.” (Majmuu’ Fataawaa XIII/370).Dan apa yang diterangkan oleh Ibnu Taimiyyah ini adalah apa yangtelah kita lakukan dalam masalah ini. Yaitu pertama kita mengambilalternatif  tarjiih berdasarkan perkataan para sahabat, kemudianbahasa Arab, kemudian bahasa Al Qur’an (‘Urfusy Syaari’ ) kemudiannash-nash lain tentang masalah yang sama. Dan berdasarkan itusemua maka yang roojih adalah perkataan taabi’iin yang menyatakanbahwa yang dimaksud kekafiran dalam ayat tersebut adalah kufur akbar .

Kedua: Apakah Ayat Ini Hanya Khusus Untuk Ahlul Kitab Dan Tidak 

Berlaku Untuk kaum Muslimin

Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh berpendapat

bahwasanya ayat ini turun untuk dua kelompok Yahudi sehingga tidakboleh diaplikasikan kepada penguasa-penguasa muslimin dan parahakimnya yang masih berhukum dengan selain apa yang diturunkanAlloh yang berupa undang-undang di muka bumi ini. Ia mengatakan:“Kalau kita telah tahu bahwa ayat-ayat tersebut Alloh turunkan untukkedua kelompok dari kalangan Yahudi, maka tidak boleh untukdiaplikasikan kepada penguasa-penguasa muslim dan para hakimnyayang masih berhukum dengan selain apa yang Alloh turunkan daribentuk perundang-undangan di muka bumi ini. Tidak bolehmengkafirkan mereka atau mengeluarkan mereka dari lingkaran Islamdengan sebab itu, karena mereka masih beriman kepada Alloh danRosulNya walaupun mereka pada hakekatnya telah berbuat kejahatandengan sebab berhukumnya mereka dengan selain hukum Alloh…”(hal. 509)

Perlu diketahui bahwa sesungguhnya perkataan para sahabat dantabi’in berbeda-beda dalam masalah ini dan terbagi menjadi duapendapat. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayat initurun berkenaan dengan ahlul kitab dan orang-orang kafir, (sepertiperkataan Al Barroo’ bin ‘Aazib, Hudzaifah ibnul Yaman, Ibnu‘Abbaas, Abu Mijlaz, Abu Rojaa’ Al ‘Athooridiy, ‘Ikrimah,Qotaadah, Adl Dlohaak, ‘Ubaidulloh bin ‘Abdulloh, Al Hasan Al

Bashriy dan yang lainnya). Dan di antara mereka ada yang

]125[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 126: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 126/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mengatakan bahwa ayat tersebut wajib bagi kaum muslimin (sepertiyang dikatakan oleh Hudzaifah ibnul Yaman, Al Hasan Al Bashriy,Ibrohim An Nakh’iy, dan ‘Aamir Asy Sya’biy). Dan tidak ada yangmengatakan bahwa ayat ini bukan untuk kaum muslimin kecuali AbuShoolih. Lihatlah perkataan Ibnu Katsiir yang telah kami sampaikan

di depan dan perkataan Ath Thobariy dalam tafsirnya VI/252-255.Dan menurut kami yang benar dalam permasalahan ini adalahpendapat orang yang mengatakan bahwa ayat ini bersifat umum yangmasuk ke dalamnya kaum muslimin. Alasannya adalah sebagai berikut:

1. Sesungguhnya shiighoh (struktur kalimat) ayat ini berbentuk umum,karena menggunakan “man syarthiyah” (siapa yang berfungsi sebagaisyarat).

 ...: ﴿ ﴾

“Dan barangsiapa tidak memutuskan hukum dengan apa yangditurunkan Alloh…” 

Sedangkan di dalam suatu kaidah dikatakan:

“Pelajaran (kesimpulan) itu diambil berdasarkan keumuman lafadh danbukan berdasarkan sebab yang khusus”.

Berdasarkan ini maka sesungguhnya hukum yang terkandung dalamayat ini:

... : ﴿ ﴾“Maka mereka adalah orang-orang kafir”.

Mencakup dan berlaku kepada setiap:

... ... “Orang yang tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan

 Alloh.” 

Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan lafadh “ “ (siapa) merupakanshiighoh (ungkapan) kalimat yang paling umum, terlebih lagi apabila

berfungsi sebagai syarat atau kata tanya. Seperti firman Alloh:

 ﴿﴾ ﴿ ﴾

“Barangsiapa beramal baik seberat biji sawi pun pasti dia melihatnyadan barangsiapa beramal buruk seberat biji sawi pun pasti diamelihatnya”.(Al-Zalzalah:7-8)

Dan seperti firmanNya:

 ...: ﴿ ﴾ “ Apakah orang yang amalan buruknya dijadikan indah lalu diamemandangnya baik ?”

]126[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 127: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 127/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

(Majmuu’ Fataawaa XV/82 dan ini serupa dengan yang dalamXXIV/346). Dan oleh karena shiighoh (struktur kalimat) nya bersifatumum, maka Ibnul Qoyyim mengatakan tentang ayat ini: ”Dan diantara mereka ada yang menafsirkan bahwa ayat tersebut untuk ahlulkitab yaitu pendapat Qotaadah, Adl Dlohaak dan yang lainnya. Dan

pendapat ini jauh (kemungkinannya) dan tidak sesuai dengan dhohirlafadhnya oleh karena pendapat ini tidak benar.” (MadaarijulSaalikiin I/365 cet. I Daarul Kutub Al ‘Ilmiyah). Begitu pula AlQoosimiy mengatakan dalam tafsirnya: ”Dan demikian pula yangdiriwayatkan Abu Dawud dari Ibnu ‘Abbaas bahwasanya ayat tersebutmengenai orang-orang Yahudi –-- khususnya Bani Quroidloh dan BaniNadliir –-- namun tidak berarti ayat ini tidak mencakup selain mereka,karena pelajaran (kesimpulan) itu diambil berdasarkan keumumanlafadh, bukan berdasarkan sebab yang khusus. Dan kata “ ” (siapa)yang digunakan sebagai “syarath” maka bersifat umum.” (Mahaasinut Ta’wiil, karangan Al Qoosimiy VI/215, cet Daarul Fikri 1398 H). Danahli tafsir lainnya juga mengatakan hal yang serupa, seperti AbuHayyaan Al Andalusiy di dalam Al Bahrul Muhiith III/492).

2. Dan di antara yang memperkuat bahwa ayat tersebut bersifat umumyang mencakup kaum muslimin, adalah: bahwasanya Rosulullohsalallahu 'alaihi wasallam lah yang menjadi mukhoothob (lawanbicara/orang kedua) dalam ayat tersebut, sebagaimana yangditunjukkan firman Alloh Ta’aalaa yang berbunyi:

 ...: ﴿ ﴾ “Wahai Rosul, janganlah orang-orang yang bergegas dalam kekafiranitu membikin kamu sedih”. (Al-Maidah: 41).

Dan firman Alloh Ta’aalaa:

 ...: ﴿ ﴾…“ Jika mereka datang kepadamu maka putuskanlah perkara merekaatau berpalinglah dari mereka.” (Al-Maidah: 42).

Dan firman Alloh Ta’aalaa yang berbunyi:

...: ﴿ ﴾ …

“Maka putuskanlah perkara mereka berdasarkan apa yang diturunkan Alloh dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu mereka.” (Al-Maidah: 48).

Ini semuanya khithoobnya ditujukan kepada Rosul kita salallahu 'alaihiwasallam. Dan pada kenyataannya memang beliaulah yangmemutuskan hukum terhadap peristiwa yang menjadi penyebabturunnya ayat-ayat tersebut, yaitu beliau menjatuhkan hukuman rajamkepada 2 orang yang berzina. Sedangkan khithoob Alloh yangditujukan kepada Rosul salallahu 'alaihi wasallam adalah khithoobuntuk umatnya kecuali ada dalil yang menunjukkan bahwa ayattersebut khusus untuk beliau. Padahal di sini tidak ada dalil yang

menunjukkan khusus untuk beliau. Bahkan sesungguhnya perubahandari shiighoh (struktur kalimat) dari bentuk tunggal (mufrod):

]127[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 128: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 128/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

“Wahai Rosul…” 

Menjadi shiighoh (struktur kalimat) yang berbentuk jamak:

...“Maka janganlah kalian takut kepada manusia…….dan janganlahkalian menukar ayat-ayat Ku dengan harga yang murah.” 

Hal ini memperkuat bahwa khithoob ini bersifat umum bagi umatnya.Dan Ibnu Taimiyyah berkata: ”Pada asalnya khithoob untuk Nabiyang berupa perintah, larangan dan pembolehan itu berlaku untukseluruh umatnya, seperti kesamaan umat beliau dengan beliau dalamhukum dan yang lainnya sampai ada dalil yang menunjukkan bahwakhithoob tersebut khusus untuk beliau. Maka hukum yang berlakuuntuk beliau berlaku pula untuk umat Islam apabila hukum tersebut

tidak dikhususkan untuk beliau. Inilah madzhab (pendapat) salaf  danpara fuqohaa’.” (Majmuu’ Fataawaa XV/82).

3. Dan di antara yang memperkuat bahwa para penguasa hari ini yangmengaku Islam dan menjalankan hukum dengan selain hukum yangditurunkan Alloh, mereka masuk ke dalam keumuman hukum yangdisebutkan dalam ayat tersebut, karena kondisi mereka persis dengankondisi orang-orang yang menjadi penyebab turunnya ayat-ayattersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsiir: ”Ayat-ayatyang mulia ini turun berkenaan dengan orang-orang yang bergegas-gegas menuju kekafiran, yang keluar dari ketaatan kepada Alloh dan

RosulNya, yang lebih mengedepankan pikiran dan hawa nafsu merekadari pada syariat-syariat Alloh ‘Azza wa Jalla --- sampai perkataannya--- Dan yang benar bahwa ayat-ayat tersebut turun berkenaan dengan2 orang Yahudi yang berzina, sedangkan mereka telah merubah kitabAlloh yang berada pada mereka yang berupa perintah merajam orangmuhshon (yang pernah menikah) yang berzina di antara mereka, lalumereka rubahnya.” (Tafsiir Ibnu Katsiir II/58). Maka kondisi yangterjadi pada hari ini sama persis dengan kondisi yang menjadi sebabturunnya ayat-ayat tersebut. Padahal kondisi yang menjadi sebabturunnya ayat itu masuk dalam konteks ayat secara qoth’iy  (pasti).Dan As Suyuuthiy menyatakan ijma’  tentang ini dalam Al ItqoonI/28. Oleh karena itu dalam  Ahkaamul Qur-aan, Ismail Al Qoodliysetelah menceritakan perselisihan masalah ini mengatakan: ”Secaradhohir ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang melakukanseperti apa yang mereka lakukan, dia membuat sebuah hukum yangmenyelisihi hukum Alloh, dan dia menjadikannya sebagai diin (ajaran)yang dijalankan, maka dia mendapatkan apa yang mereka dapatkanyang berupa ancaman yang terdapat dalam ayat tersebut baik diasebagai seorang hakim (penguasa) atau yang lainnya.” (Dinukil olehIbnu Hajar dalam Fat-hul Baariy XIII/120 dan dinukil oleh AlQoosimiy dalam Mahaasinut Ta’wiil VI/216). Dan apa yang dikatakan

oleh Isma’il Al Qoodliy sama persis dengan apa yang dilakukan olehpara penguasa hari ini. Mereka menjalankan hukum buatan yang

]128[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 129: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 129/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

mereka jadikan sebagai diin (ajaran) yang diberlakukan artinya adalahdijadikan peraturan yang harus dipatuhi. Dan tidak ada pengaruhnyadalam hal ini apakah para penguasa tersebut yang membuat hukumbuatan tersebut atau mereka mewarisinya dari pendahulu mereka.Karena orang-orang Yahudi yang menjadi penyebab turunnya ayat-ayat

tersebut bukanlah yang membuat ketentuan hukum yang menyelisihihukum Alloh tersebut, akan tetapi mereka mewarisinya dari parapendahulu mereka. Maka kondisinya juga sama dengan kondisi yangmenjadi sebab turunnya ayat, sebagaimana yang ditunjukkan hadits-hadits yang menerangkan tentang sebab turunnya ayat tersebutkhususnya hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thobariy dari AbuHuroiroh tentang sebab turunnya ayat ini. Selain itu sesungguhnyakomitmen para penguasa tersebut dengan undang-undang tersebutdalam menentukan hukum dan mereka mewajibkan orang lain untukmematuhi berlakunya undang-undang tersebut di negara merekamenunjukkan kerelaan mereka terhadap undang-undang tersebut.Sehingga status mereka sama dengan orang yang membuatnya dalamhukum Islam. Karena komitmen dengan kekafiran adalah kekafiran,memerintahkan orang lain untuk melakukan kekafiran adalah kekafirandan rela dengan kekafiran adalah kekafiran.

 ...: ﴿ ﴾…“Berbagai kegelapan yang sebagian di atas sebagian yang lain”.)An-Nur:40)

4. Sesungguhnya tidak seorang sahabatpun yang mengatakan bahwaayat tersebut tidak berlaku untuk kaum muslimin, akan tetapimaksimal sebagian mereka hanya mengatakan mengatakan:Sesungguhnya ayat tersebut turun berkenaan dengan ahlul kitab(Yahudi dan Nasrani). Dan perkataan seperti ini bukanlah merupakantakhshiish (pengkhususan) atau pembatasan nash yang umum hanyauntuk suatu sebab ayat yang khusus tersebut. Dan perkataan sahabatini hanyalah menjelaskan tentang sebab turunnya ayat. IbnuTaimiyyah juga berkata: ”Sesungguhnya (meskipun) para sahabatmengatakan: Ayat ini turun berkenaan dengan sesuatu, namun merekatidak berselisih pendapat bahwa nash dari ayat tersebut mencakup juga hal-hal yang tidak menjadi sebab turunnya ayat selama hal

tersebut masih dalam cakupan lafadhnya.” (Majmuu’ FataawaaXXXV/28-29). Dan tidak sama antara orang yang mengatakan: Ayattersebut turun berkenaan dengan ahlul kitab, dan antara orang yangmengatakan: Bahwa ayat tersebut tidak berkenaan dengan kaummuslimin. Kata-kata yang terakhir ini tidak ada riwayat dari sahabat,akan tetapi diriwayatkan dari beberapa tabi’in. Dan perkataan ini salahberdasarkan dalil-dalil yang telah lalu. Dan juga karena perkataansahabat itu tidak dapat mengkhususkan keumuman lafadh Al Qur’anterlebih lagi jika bertentangan. Apalagi perkataan tabi’in, lebih tidakdapat mengkhususkan.

5. Dan kalaupun ayat ini dikatakan turun berkenaan dengan orang-orang kafir dari kalangan ahlul kitab, namun sesungguhnya ancaman

]129[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 130: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 130/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

yang terdapat dalam ayat tersebut berlaku untuk kaum muslimin. Halitu berdasarkan sabda Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam:

 : : .

“Kalian benar-benar akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kaliansatu jengkal demi satu jengkal dan satu hasta demi satu hasta, sampaihingga mereka masuk ke lobang biawakpun kalian mengikuti mereka.Para sahabat bertanya:”Wahai Rosululloh, apakah mereka itu Yahudidan Nasrani? Beliau menjawab:”Siapa lagi?”  (Hadits ini Muttafaqun‘Alaih).

Dan inilah yang dimaksud dalam atsar dari Hudzaifah ibnul Yamaan,sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ath Thobariy dengan sanadnyadari Abul Bukhtariy, ia mengatakan: ”Ada seseorang yang bertanyakepada Hudzaifah tentang orang-orang yang dimaksud dalam ayat-

ayat:

 

“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir”.

 

“Maka mereka adalah orang-orang dholim”.

 

“Maka mereka adalah orang-orang fasiq”.

Orang tersebut bertanya: ”Ada yang mengatakan bahwa hal itumengenai Bani Isroil?” Hudzaifah menjawab: ”Saudara kalian yangpaling baik adalah Bani Isroil, karena semua yang pahit untuk merekasedangkan semua yang manis untuk kalian. Sekali-kali tidak, demiAlloh, kalian benar-benar akan menempuh jalan mereka sebagaimanasandal.” (Tafsiir Ath Thobariy VI/253). Ibnu Taimiyyah berkata:”Sesungguhnya Alloh menceritakan kepada kita cerita-cerita umat-umat yang sebelum kita supaya menjadi pelajaran untuk kita. Lalu kitamengukur kondisi kita dengan kondisi mereka dan kita qiyaskan umat

yang belakangan dengan umat yang terdahulu. Sehingga orang-orangmukmin yang belakangan mirip dengan orang mukmin yang terdahuludan orang kafir dan munafiq yang belakangan mirip dengan orang kafirdan munafiq yang terdahulu.” (Majmuu’ Fataawaa XXVIII/425).

6. Dan kalau pun juga dikatakan bahwa ayat ini turun berkenaandengan orang-orang Yahudi, Alloh berfirman:

--- ---

“Wahai Rosul, janganlah membikin kamu sedih orang-orang yangbergegas-gegas menuju kekafiran --– sampai --– dari kalangan orang-

orang Yahudi”.

]130[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 131: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 131/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Sesungguhnya (orang-orang Yahudi) adalah laqob (julukan)sedangkan mafhuum mukhoolafah pada laqob tidak dapat dijadikanhujjah. Artinya apabila ayat-ayat tersebut menetapkan suatu hukumterhadap laqob ini (orang-orang Yahudi) maka mafhuummukhoolafah laqob tidak bisa dijadikan hujjah. Dengan demikian

berarti hukum yang khusus untuk orang-orang Yahudi itu tidak mestitidak berlaku untuk orang selain mereka. Dan hukum tersebut adalahhukum yang disebutkan dalam firmanNya:

 : ﴿ ﴾“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir ”.(Al-Maidah:44)

Dan tidak bisanya mafhuum mukhoolafah untuk dijadikan hujjah inimerupakan bantahan terhadap orang yang menganggap hukum ini

khusus untuk ahlul kitab. Lihat pembahasan mafhuum mukhoolafahlaqob dalam buku Al Ihkaam Fii Ushuulil Ahkaam, karangan AlAamidiy III/104 dan Irsyaadul Fuhuul karangan Asy Syaukaaniyhal. 166-169.

7. Dan kalaupun juga dikatakan bahwa ayat ini mengenai ahlul kitab,maka sesungguhnya seluruh salaf  dan  jumhuur  (mayoritas) fuqohaa’ berpendapat bahwa syariat umat-umat sebelum kita berlaku untuk kita jika diriwayatkan dengan riwayat yang bisa dipercaya dan dalamsyariat kita tidak ada yang menyelisihinya. Dan unsur-unsur initerpenuhi dalam hukum yang terdapat dalam ayat tersebut. Lihat

Majmuu’ Fataawaa  Ibnu Taimiyyah I/258, XIX/7 dan Iqtidloo-uShiroothil Mustaqiim, karangan Ibnu Taimiyyah hal. 167-169 cet.Al Madaniy.

Maka apabila yang menjadi kewajiban ahlul kitab itu merupakan syariatbagi kita, maka ini termasuk juga yang menunjukkan atas keumumannash ini.

Wa ba’du, inilah tujuh hal yang semuanya menunjukkan bahwa firmanAlloh Ta’aalaa:

 : ﴿ ﴾

“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir ”.(Al-Maidah:44)

… merupakan nash yang umum yang mencakup juga kaum muslimin.Dan setiap orang yang melakukan hal yang menjadi sebab hukum yangdisebutkan dalam ayat tersebut:

 

“tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Alloh.” 

… maka dia pasti mendapatkan hukum yang terdapat dalam ayattersebut.

]131[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 132: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 132/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

“Mereka adalah orang-orang kafir”.

Dari situ kita pahami bahwa pendapat yang mengatakan bahwa ayattersebut turun berkenaan dengan ahlul kitab itu maksudnya adalah

ingin menjelaskan sebab turunnya ayat dan bukan yang lainnya.Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ayat tersebut tidak berlakuuntuk kaum muslimin maka ini secara qoth’iy salah sebagaimana yangtelah saya jelaskan.

]132[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 133: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 133/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Bab III Manhaj Ustadz Abu Bakar Ba’asyir 

Di dalam buku Mereka Adalah Teroris yang ditulis oleh Luqman binMuhammad Ba’abduh tersebut, nama Ustadz Abu Bakar Ba’asyirtidak lepas dari tudingannya. Ia mengatakan di dalam muqoddimahhalaman 59 ketika menyebutkan orang-orang yang menghidupkanpemikiran Khowaarij: “Sementara Imam Samudra hanyalah salah satubagian kecil saja dari sindikat terorisme yang ada di Indonesia. Kamikatakan ini karena di atas Imam Samudra masih ada tokoh-tokohkhowaarij Indonesia yang lebih senior seperti: ‘Abdulloh Sungkaralias Ustadz ‘Abdul Haliim, Abu Bakar Ba’asyir alias Ustadz‘Abdush Shomad, dll.”

Ia mengatakan pada halaman 495 mengenai sejarah munculnyapemikiran takfiir: “Bahkan gerakan-gerakan tersebut juga sampai keIndonesia, antara lain gerakan NII, LDII, juga gerakan ‘AbdullohSungkar (Ustadz ‘Abdul Haliim) dan Abu Bakar Ba’asyir (Ustadz‘Abdush Shomad)…”

Oleh karena itu untuk membuktikan sejauh mana kebenarantudingannya tersebut penulis mengadakan wawancara dengan UstadzAbu Bakar Ba’asyir sebagai bentuk tabayyun. Dan berikut hasilwawancara tersebut.

]133[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 134: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 134/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

A. Manhaj Ustadz Abu Bakar Ba’asyir

Pertanyaan:  As Salaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.

 Jawab: Wa ‘Alaikumus Salaam Warohmatullohi Wabarokaatuh.

Pertanyaan: Sebelumnya bisakah Ustadz memnceritakan sekilastentang biografi Ustadz?

 Jawab: Saya dilahirkan di desa Pekunden, kecamatan Mojo Agungkabupaten Jombang, pada tanggal 12 Dzul Hijjah 1389 H. Hal ini sayaketahui berdasarkan catatan yang ditulis oleh ayah saya yang kira-kirabertepatan dengan tahun 1938 M. Ayah saya adalah seorang Yamandari wilayah Hadlramaut yang bernama ‘Abuud bin Ahmad danmarganya Ba’muallim Ba’asyir . Sedang ibu saya namanya Haliimahlahir di Indonesia tetapi ayahnya adalah juga orang Yaman yangmarganya Bazargan. Sedang ibunya (nenek saya perempuan darifihak ibu) adalah orang jawa asli. Saya ditinggal wafat oleh ayah sayaketika saya masih berumur tujuh tahun. Jadi ketika itu saya sebagaianak yatim di bawah asuhan ibu. Ibu saya seorang buta huruf, tidakbisa baca tulis, tetapi pandai membaca Al Qur’an dan taat beragama.Saya bersaudara ada 7 orang, 4 orang wanita dan 3 orang laki-laki.Semua saudara saya sudah wafat.

Adapun pendidikan yang saya tempuh adalah pertama saya masuksekolah Islam ibtida’iyyah tetapi saya tidak melanjutkan karena situasirevolusi melawan Belanda pada waktu itu. Setelah kemerdekaan dansituasi aman saya dimasukkan sekolah dasar negeri yang waktu itubernama SR (Sekolah Rakyat). Dan kalau malam saya belajar mengajidan agama di surau-surau di desa saya, di samping dididik oleh ibu

saya. Setelah tamat dari sekolah dasar saya melanjutkan ke SMPnegeri di kota Jombang yang jaraknya 13 KM dari rumah saya dan sayatempuh dengan mengendarai sepeda ontel. Setelah saya tamat dariSMP saya melanjutkan sekolah dan di terima di SMA negeri diSurabaya. Tetapi belum sampai satu tahun terpaksa saya tidak dapatmelanjutkan sekolah karena tidak ada biaya. Lalu ketika itu saya ikutmembantu kerja kakak saya di perusahaannya sarung tenun. Padatahun 1959 M saya dimasukkan oleh kakak saya, yakni Salim Ba’asyirdan Ahmad Ba’asyir ke pondok pesantren Daarus Salaam Gontordan dibiayai oleh kedua kakak saya itu. Pada tahun 1963 saya berhasil

menamatkan di pondok jurusan Mu’allimiin, lalu saya melanjutkansekolah ke Universitas Al Irsyad di Solo, jurusan Dakwah Wal Irsyad

]134[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 135: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 135/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

selama tiga tahun. Pada waktu itu saya berusaha untuk melanjutkansekolah ke Sudan tetapi tidak berhasil. Sampai di sinilah riwayatpendidikan saya.

Adapun gerakan yang saya pernah aktif di dalamnya adalah PanduIslam Indonesia, Gerakan Pemuda Islam Indonesia ranting, PelajarIslam Indonesia dan Gerakan Pramuka ketika di Pondok. Selama sayadi Universitas Al Irsyad saya aktif dalam gerakan Pemuda Al IrsyadSolo dan HMI Solo. Pada waktu itu saya sebagai ketua LDMI (LembagaDakwah Mahasiswa Islam) cabang Solo.

Adapun gerakan dakwah yang saya terjuni ialah saya berdakwah untukmengamalkan ilmu saya bersama beberapa da’i yang terkenal di Solopada waktu itu, yaitu Al Marhum Ustadz Abdulloh Sungkar, AlMarhum Abdulloh Thufail dan Al Marhum Ustadz Hasan Basri.Dalam rangka meningkatkan usaha dakwah, kami mendirikan radiodakwah ABC di gedung Al Irsyad Solo yang sampai hari ini masih ada.

Karena perselisihan faham akhirnya saya keluar meninggalkan radioABC. Lalu bersama-sama Ustadz Abdulloh Sungkar, Ustadz HasanBasri dan para pendukung lainnya kami mendirikan Radio DakwahIslamiyyah Surakarta (RADIS). Al Hamdulillah radio ini sangat digemaridan disambut oleh umat Islam karena siarannya penuh dengan dakwahyang tegas dan menghindari lagu-lagu maksiat. Karena siarannya yangtegas menerangkan Islam akhirnya radio ini ditutup oleh thoghut ordebaru. Setelah itu kami mulai memusatkan pendidikan disampingmelanjutkan dakwah. Yakni pertama kali kami mendirikan MadrasahDiniyyah di komplek masjid Al Mukmin Gading Kidul. Madrasah ini

masuk sore dan kurikulumnya hanya terbatas mengajarkan bahasaArab dan syariat Islam. Setelah lima tahun madrasah ini kamitingkatkan menjadi pondok pesantren yang didirikan oleh terutamaenam muballigh dan ustadz yakni Al Marhum Ustadz AbdullohSungkar, saya sendiri, Al Marhum Ustadz Hasan Basri, Al Marhumbapak Abdulloh Baraja’ (kakak ipar saya), Al Marhum Ustadz  Yoyok Rasywadi dan Ustadz Abdul Qohhar Haji Daeng Matase. Pondokyang kami dirikan ini didukung oleh anggota-anggota pengajian yangkami asuh, terutama pengajian kuliah dhuhur di masjid AgungSurakarta. Di antara pendukung yang menonjol adalah Al Marhumbapak Abdul Lathif  yang tempat tinggalnya berdampingan dengan

Masjid Al Mukmin.Di samping kami aktif mengurus pendidikan kami juga tetap istiqomahmelanjutkan dakwah dengan tujuan meluruskan Indonesia ini agarbenar-benar menjadi negara yang berdasarkan Islam dan diaturseratus persen oleh hukum Alloh SWT sehingga diharapkan menjadibaldatun thoyyibatun warobbun ghofuur . Di samping itu dakwah kami,kami tujukan untuk memberantas kemungkaran terutamakemungkaran yang sampai kepada nilai kemusyrikan yaitu asastunggal pancasila yang diciptakan oleh thoghut  orde baru. Karenatujuan dakwah ini akhirnya kami yakni Ustadz Al Marhum Abdulloh

Sungkar, saya sendiri dan Ustadz Al Marhum Hasan Basri ditangkapdan dipenjarakan oleh thoghut  orde baru dan setelah empat tahun

]135[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 136: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 136/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

baru diajukan ke sidang pengadilan thoghut . Akhirnya Al MarhumUstadz Abdulloh Sungkar dan saya divonis hukuman sembilan tahunpenjara. Setelah kami naik banding, oleh pengadilan tinggi thoghut semarang diturunkan hukumannya menjadi empat tahun sesuaidengan masa tahanan yang telah kami jalani. Tetapi jaksa kasasi ke

mahkamah agung akhirnya mahkamah agung membebaskan kamisambil menunggu keputusan kasasi jaksa. Setelah kami dengan ijinAlloh dibebaskan kami tetap melanjutkan pendidikan dan dakwah dantidak bergeser dari tujuan semula. Akhirnya thoghut  menekanmahkamah agung agar hukuman yang dikenakan kepada kamidinaikkan lagi menjadi sembilan tahun. Ketika kami mendapatpanggilan dari pengadilan negeri Sukoharjo untuk mendengarkankeputusan mahkamah agung, kami mendapat fatwa dari ulama’ yangmenganjar di lembaga bahasa Arab di Jakarta agar tidak mendatangipanggilan tersebut karena hukumnya dosa. Kami diberi pilihanberhijroh atau tetap di rumah sampai ditangkap oleh polisi. Akhirnyakami memilih hijroh. Dan Al Hamdulillah berkat pertolongan Alloh SWTkami berhasil berhijroh ke negara jiran Malaysia. Setelah dua tahunkami di Malaysia, Alloh berkenan mendatangkan keluarga, yakni istridan anak. Dan kami tinggal di Malaysia selama 15 tahun dan selama diMalaysia kegiatan kami adalah mencari rizki dan tetap berdakwahuntuk melanjutkan menuju cita-cita yang telah digariskan. Pada tahun1999 setelah thoghut orde baru dihinakan dan diruntuhkan oleh Allohsubhanahu  wata'ala saya kembali ke Indonesia. Sedang UstadzAbdulloh Sungkar wafat di Indonesia pada tahun kurang lebih 2000.Setelah saya kembali ke Indonesia, saya kembali ke pondok untuk

melanjutkan mengurus pendidikan di samping itu saya terus terjunmelanjutkan dakwah menuju cita-cita yang telah digariskan. Dalamrangka meningkatkan dakwah saya mengikuti kongres mujahidin yangmenelorkan Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) dan saya dipilih mejadiamir MMI Lagi-lagi karena tujuan dakwah inilah pada tahun 2003, sayaditangkap dan difitnah oleh thoghut pemerintahan Megawati dandijebloskan ke dalam penjara lagi. Satu setengah tahun saya menjalanihukuman, tetapi setelah bebas ketika saya keluar dari pintu penjaralangsung disambut lagi oleh polisi pemerintahan thoghut Megawati dandijebloskan lagi ke dalam penjara karena tekanan dan perintah aparatDajjal Amerika. Sampai hari ini saya masih menjalani hukuman yang

dipaksakan oleh pemerintah thoghut   Susilo  Bambang  Yudoyonoselama 30 bulan karena semata-mata untuk memenuhi kemauanaparat dajjal Amerika, dan insya Alloh dengan ijin Alloh subhanahuwata'ala pada bulan juni 2006 saya bebas.

Adapun keluarga saya adalah istri bernama ‘Aisyah binti AbdurRohman  Baraja’. Dia adalah adik Al Marhum bapak AbdullohBaraja’, salah satu pendiri pondok Al Mukmin. Istri saya sangat setiakepada saya dan sabar menanggung berbagai musibah yang menimpakami dalam perjuangan. Saya dikarunia oleh Alloh tiga orang anak. Yang paling besar kami beri nama Zulfah. Dan Al Hamdulillah

sekarang sudah berumah tangga dan dikaruniai 8 orang anak. Yangnomer dua adalah Abdur Rosyid, yang pernah juga belajar di pondok

]136[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 137: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 137/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Gontor tetapi hanya sampai kelas lima lalu saya pindahkan ke Ma’hadSalmaan Al Faarisiy di Komplek Muhajirin Afghanistan di Pakistanselama dua tahun. Lalu saya kirim ke Saudi Arabia dan masuk Ma’hadDaarul Hadiits. Al Hamdulillah dapat menamatkan selama 10 tahun.Dan sekarang dia sudah berkeluarga mempunyai anak tiga. Dan

kegiatannya mengajar di pondok Al Mukmin dan berdakwah dimasyarakat. Adapun anak saya yang ketiga adalah laki-laki yangbernama Abdur Rohim. Setelah dia memasuki pendidikan setingkattsanawiyyah di Malaysia, dia saya kirim masuk Ma’had Salmaan AlFaarisiy bersama kakak dia Abdur Rosyid. Lalu dia melanjutkan lagidi perguruan Sunnah di dekat Islamabad jurusan Mustholahul Hadits. Tetapi karena situasi keamanan sehingga tidak dapatmenyempurnakan pendidikannya. Akhirnya saya kirin ke Shan’a Yaman, untuk melanjutkan pendidikan di Jami’ah Al Iman di Shan’a.hanya dua tahun, dia kurang sesuai lalu dia kembali ke Indonesia dansekarang mengajar di pondok Al Mukmin, dan mengajar di masyarakat.

Inilah sekilas tentang riwayat hidup saya.

Pertanyaan: Akhir-akhir ini banyak tersebar tuduhan terhadapUstadz, bahwasanya Ustadz adalah Khowaarij, Takfiiriy , Teroris danlain-lain. Sebenarnya apa inti dari ajaran Ustadz sehingga Ustadzsering mendapatkan tudingan seperti itu?

 Jawab: Di sini saya perlu luruskan bahwasanya yang saya imani dansaya amalkan selama ini bukanlah, ajaran saya pribadi, akan tetapi apayang saya imani dan saya amalkan serta yang saya dakwahkan adalah

ajaran seluruh Nabi dan Rosul, yakni Al Qur’an dan Sunnah.Pertanyaan: Bisakah secara ringkas Ustadz memberikan gambaranglobal dari ajaran para Nabi dan Rosul yang Ustadz dakwahkan?

 Jawab: Baiklah, secara ringkas ajaran yang saya amalkan dan yangsaya dakwahkan adalah tauhid yang dirumuskan dalam dua kalimatsyahadat dan diwujudkan dalam amalan ibadah hanya kepada Allohdan menjauhi thoghut  seperti yang diperintahkan oleh Allohsubhanahu wata'ala di dalam surat An Nahl ayat 36 yang berbunyi:

 

Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut.

Dan ini merupakan arti yang terkandung di dalam kalimat tauhid laailaaha illallooh (tidak ada ilaah kecuali Alloh). Oleh karena itu di dalamsurat Al Ambiyaa’ ayat 25 Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

Dan tidaklah Kami utus seorang Rosulpun sebelum kamu kecuali Kamiwahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada ilaah kecuali Aku makaberibadahlah kepadaKu

]137[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 138: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 138/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan kalimat tauhid yang membuahkan amalan ibadah hanya kepadaAlloh dan menjauhi thoghut  inilah yang membuahkan al ‘urwatulwutsqo yang Alloh sebutkan di dalam surat Al Baqoroh ayat 256:

 

..maka barang siapa yang kufur terhadap thoghut dan beriman kepada Alloh, ia telah berpegang tegung dengan tali yang kuat yang tidak akan terputus ..

Kalimat tauhid laa ilaaha illallooh itu mempunyai dua rukun pentingyang harus difahami, yakni:

Pertama:  An nafyu yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha, dan inisesuai dengan apa yang diterangkan di dalam surat An Nahl yangberbunyi:

 

Dan jauhilah thoghut 

Dan di dalam surat Al Baqoroh yang berbunyi:

 

… maka barang siapa yang kufur terhadap thoghut.

Hal ini dikarenakan banyaknya manusia sesat sehingga thoghut dijadikan ilaah yang diibadahi, maka hal ini harus dinafikan dalambentuk menjauhi dan menkafirinya.

 Yang kedua:  Al Itsbaat  yang terkandung di dalam kalimat yangberbunyi: illallooh, seperti yang diterangkan di dalam surat An Nahlyang berbunyi:

.. beribadahlah kalian kepada Alloh ..

Dan di dalam surat Al Baqoroh yang berbunyi:

 

.. dan beriman kepada Alloh ..

 Jadi yang benar adalah menetapkan bahwa ilaah yang wajib diibadahisecara benar itu hanya Alloh SWT saja bukan yang lainnya. Keyakinanini harus diwujudkan dalam amalan beribadah dan beriman kepadaAlloh saja sesuai dengan keterangan ayat-ayat tersebut di atas.

Pertanyaan: Apa yang Ustadz maksud dengan thoghut ?

 Jawab: yang dimaksud dengan thoghut  adalah segala sesutu yangdiibadahi, yakni ditaati secara mutlak selain Alloh dan dia rela untukdiibadahi, sebagai mana yang disebutkan di dalam firman Alloh didalam surat Az Zumar ayat 17 yang berbunyi:

 

]138[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 139: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 139/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut dengan tidak beribadahkepadanya…

Selain itu thoghut  juga mencakup semua orang yang memutuskanperkara dengan hukum yang bertentangan dengan hukum Alloh,sebagaimana yang disebutkan oleh Alloh di dalam surat An Nisaa’ ayat60 yang berbunyi:

 

…mereka hendak memutuskan perkara kepada thaghut…

Dalam ayat ini diterangkan bahwa ada orang yang berhukum kepadathoghut , maka ini berarti ada thoghut yang memutuskan perkara.

Pertanyaan: Contohnya pada zaman sekarang apa Ustadz?

 Jawab: Pada hari ini thoghut  itu banyak sekali bentuknya, bisa

berupa benda mati, seperti barang-barang yang dikeramatkan sepertikuburan wali-wali yang dikeramatkan, batu bertuah, pohon yangdianggap angker, patung yang disembah, kitab atau buku selain AlQur’an dan Sunnah yang dijadikan pegangan hidup dan sebagaisumber hukum, dan lain-lain.

Selain itu ada juga thoghut yang berupa makhluq hidup seperti orang-orang yang membuat hukum yang bertentangan dengan hukum Allohkarena rujukannya hawa nafsu atau kemauan mayoritas rakyat bukanAl Qur’an dan Sunnah, seperti anggota parlemen menurut konsepdemokrasi, dan orang-orang yang memutuskan perkara dengan

berdasarkan hukum buatan tersebut, yaitu para penguasa pemerintahdan hakim negara demokrasi / sekuler yang menjalankan kekuasaandan hukum berdasarkan hukum yang dibuat oleh parlemen tersebut.Dan thoghut yang berupa makhluq hidup ini adalah lebih berbahayadari pada thoghut yang berupa benda mati, meskipun semua bentukthoghut itu berbahaya.

Pertanyaan: Kenapa orang-orang yang duduk di parlemen,pemerintah dan hakim itu disebut sebagai thoghut ?

 Jawab: Adapun orang-orang yang duduk diparlemen, mereka disebut

thoghut karena mereka adalah orang-orang yang diibadahi selain Allohdan mereka rela. Adapun bentuk ibadah kepada mereka adalah berupaketaatan terhadap hukum-hukum yang mereka buat yang jelasbertentangan dengan hukum Alloh. Maka pengamalan ibadah itu tidakterbatas hanya berupa sujud, ruku’ dan ibadah-ibadah ritual yanglainnya. Akan tetapi ketaatan terhadap ketetapan hukum yang merekabuat yang jelas-jelas bertentangan dengan hukum Alloh jugamerupakan amalan ibadah. Masalah ini nampak jelas dalam firmanAlloh subhanahu wata'ala yang menyatakan bahwa orang nasranimenjadikan pendeta mereka sebagai tuhan seperti yang tersebut di

dalam ayat berikut:

]139[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 140: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 140/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagairobb-robb (tuhan-tuhan) selain Alloh. (At Taubah: 31)

Alloh menyatakan bahwasanya orang-orang Nasrani telah menjadikan

pendeta-pendeta mereka sebagai robb (tuhan), padahal mereka tidaksujud atau ruku’ kepada pendeta-pendeta mereka, akan tetapi orang-orang nasrani itu mentaati pendeta-pendeta mereka dalammenghalalkan sesuatu yang haram dan dalam mengharamkan sesuatuyang halal, dan mereka semua sepakat bersama pendeta-pendetatersebut dalam hal itu, maka dengan perbuatan mereka ini Allohtetapkan bahwa mereka telah menjadikan pendeta-pendeta tersebutsebagai robb-robb, karena sesungguhnya taat terhadap ketetapanhukum itu adalah salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukankepada selain Alloh.

Itulah sebabnya pemerintah atau hakim yang menjalankan hukumyang ditetapkan oleh parlemen yang jelas-jelas menyalahi hukum Allohmereka adalah termasuk thoghut sebagaimana yang Alloh terangkan didalam firmanNya di dalam surat An Nisaa’ ayat 60 yang berbunyi:

 

…Mereka hendak memutuskan perkara kepada thaghut…

Pertanyaan: Lalu praktek dari menjauhi atau mengkufuri thoghut itu bagaimana Ustadz?

 Jawab: Menjauhi atau mengkufuri thoghut  itu ada tingkatan-tingkatannya, masing-masing beramal sesuai dengan kemampuannya.Adapun tingkatan yang paling tinggi adalah dengan melaksnakandzirwatu sanaamil Islaam yaitu  jihad melawan para thoghut,melawan pendukung-pendukungnya dan melawan pengikut-pengikutnya, untuk menghancurkannya sehingga dapatmembebaskan manusia dari beribadah kepadanya lalu diluruskan agarberibadah hanya kepada Alloh ta’aalaa semata. Alloh subhanahuwata'ala berfirman:

 Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan sampai seluruhdiin itu hanya milik Alloh…

 Yang dimaksud fitnah dalam ayat ini adalah kekafiran dan kesyirikan,yang bentuknya antara lain praktek beribadah kepada thoghut .

Disamping itu harus pro aktif mengamalkan millah Ibrohim, yakniberlepas diri dari thoghut secara terang-terangan. Sebagaimana yangdiamalkan oleh Nabi Ibrohim dan umat beliau dan diikuti oleh para Nabidan Rosul, termasuk Nabi kita Muhammad salallahu 'alaihi wasallamsebagaimana yang diterangkan oleh Alloh subhanahu wata'ala dalamfirmannya:

]140[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 141: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 141/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

: ﴿ ﴾Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrohimdan orang-orang yang bersamanya ketika mereka mengatakan kepadakaum mereka: Sesungguhnya kami baroo’ (berlepas diri danmemusuhi) kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi selain

 Alloh. Kami kufur terhadap kalian dan telah nyata permusuhan dankebencian antara kami dan kalian selama-lamanya sampai kalianberiman hanya kepada Alloh semata. (Al Mumtahanah: 4)

Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Ibrohim dan umatnya berlepas diri,memusuhi dan membenci thoghut  dan sikap Nabi Ibrohim danumatnya ini dinyatakan oleh Alloh sebagai uswatun hasanah bagi kitaumat Islam.

FirmanNya yang berbunyi ( ) artinya adalah ( ) “nampak” dan () “jelas”. Di dalam ayat ini lebih didahulukan permusuhan sebelumkebencian, karena hal ini menunjukkan bahwa permusuhan itu lebihpenting dari pada kebencian, sebab terkadang manusia itu membencipengikut-pengikut thoghut namun ia tidak memusuhi mereka sehinggaia tidak dikatakan telah melaksanakan millah Ibrohim sampai iamelaksanakan permusuhan dan kebencian.

Namun jika jihad melawan thoghut  belum mampu, maka yang wajibdilakukan adalah i’daadul quwwah baik secara maaddiy, yakni i’daaduntuk menyusun kekuatan fisik dan senjata maupun secara ma’nawiy ,yakni i’daad untuk membentuk kekuatan aqidah, kekuatan iman,kesempurnaan ukhuwwah dan menumbuhkan semangat jihad sertacinta mati syahid sampai kewajiban jihad dapat dilaksanakan. I’daadseperti yang diterangkan di atas hukumnya wajib karena diperintahkanoleh Alloh subhanahu wata'ala dalam surat Al Anfal yang berbunyi:

 

Dan persiapkanlah segala kekuatan yang kalian sanggupi untuk menghadapi mereka …

Dan firman Alloh subhanahu wata'ala di dalam surat At Taubah yangberbunyi:

 

Dan seandainya mereka memang ingin keluar untuk berjihad tentumereka melakukan persiapan…

Dan jika i’daad juga belum mampu maka ia harus berusaha hijroh kenegara yang bisa diamalkan jihad atau i’daad. Hijroh ini hukumnyawajib bila ada kemampuan. Apabila sampai tidak diamalkan maka adaancaman Alloh subhanahu wata'ala seperti yang disebutkan di dalamfirmanNya yang berbunyi:

]141[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 142: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 142/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 

: ﴿ ﴾ Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaanmenganiaya diri mereka sendiri, kepada mereka malaikat bertanya:"Dalam keadaan bagaimana kamu ini". Merekamenjawab:"kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri kami".Para malaikat berkata:"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamudapat berhijrah dibumi itu". Orang-orang itu tempatnya neraka

 Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali,(An-Nisa: 97)

Dan jika hijrohpun dia juga tidak mampu, lantaran tidak bisameloloskan diri dari kekuasaan orang-orang kafir atau lantaran tidaktahu jalan hijroh, maka hendaknya dia ‘uzlah, yakni menghindar diri

dari masyarakat pendukung thoghut . Sebagaimana yang difirmankanoleh Alloh subhanahu wata'ala di dalam surat ayat-ayat berikut:

 ...: ﴿ ﴾Dan aku tinggalkan kalian dan apa-apa yang kalian ibadahi selain

 Alloh. .. (Maryam: 48)Dan di dalam surat Al Kahfi yang berbunyi:

...: ﴿ ﴾Dan ingatlah ketika kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka

ibadahi selain Alloh.Dan demikian pula firman Alloh ta’aalaa dalam surat Maryam yangberbunyi:

 ...: ﴿ ﴾Maka ketika ia meninggalkan mereka dan apa yang mereka ibadahiselain Alloh…

Dan ditempat ‘uzlah hendaklah ia banyak membaca doa orang-orangmustadl’afiin seperti yang Alloh sebutkan di dalam surat An Nisaa’

yang berbunyi:

: ﴿ ﴾Wahai robb kami, keluarkanlah kami dari negeri kami yang

 penduduknya dholim, dan berikanlah pelindung kepada kami dari sisiMu, dan berikanlah kepada kami penolong dari sisiMu.)An-Nisa: 75)

Meskipun dalam keadaan lemah dan uzlah ia tetap tidak bolehmenunjukkan sikap ridlo atau setuju terhadap para thoghut . Allohberfirman:

 

]142[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 143: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 143/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan telah Aku utus pada setiap umat seorang Rosul (yang berseru):Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut 

Dan Alloh ta’aalaa berfirman:

 

Dan jauhilah kotoran yang berupa berhala-berhala.

Berhala seperti yang tersebut di dalam ayat di atas adalah merupakansalah satu bentuk thoghut .

Dan Alloh berfirman tentang doa yang diucapkan oleh Ibrohim:

 

Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari beribadah kepada patung-patung.

Apabila sikap berlepas diri, memusuhi dan membenci thoghutmenurut kemampuan tidak diamalkan, maka dia di akherat akantermasuk orang-orang yang rugi, dan sama sekali tidak akan bergunadan bermanfaat seberapapun waktu yang ia habiskan dalammengamalkan ajaran Islam.

Kecuali jika dia mukroh, yakni karena dipaksa dan tidak mampumelawan, ketika itu boleh pura-pura melunak sedang hatinya harustetap membenci thoghut  dan tenang dengan iman, sebagaina yangditerangkan di dalam firman Alloh subhanahu wata'ala di dalam suratAn Nahl:

: ﴿ ﴾ Barang siapa kafir kepada Alloh setelah ia beriman kecuali orang yangmukroh (dipaksa) sedangkan hatinya tetap beriman, akan tetapi orang

 yang dadanya lapang terhadap kekafiran tersebut, maka baginyaadalah murka dari Alloh dan siksa yang besar . (QS. An Nahl: 106).

]143[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 144: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 144/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

B. Manhaj Takfiir Ustadz Abu Bakar Ba’asyir

Pertanyaan: Mengenai tuduhan terhadap Ustadz yang banyakmuncul pada akhir-akhir ini, bagaimana tanggapan Ustadz?

 Jawab: Tuduhan apa itu?

Pertanyaan: Tuduhan bahwa Ustadz adalah takfiiriy, khowaarij,teroris dan lain-lain, yang berasal dari beberapa aktifis dakwahterutama dari kalangan orang-orang yang menyebut diri merekasebagai Salafiyyuun?

 Jawab: Tuduhan tersebut sama sekali tidak beralasan dan saya kirahanya berdasarkan hawa nafsu dan menyenangkan thoghut  saja.Karena saya tidak pernah mudah-mudah mengkafirkan orang sepertikaum Khowaarij, kecuali orang-orang yang dikafirkan oleh Alloh danRosulnya atau oleh ijma’ sahabat maka wajib saya kafirkan. Sedangkanorang-orang Khowaarij adalah orang-orang yang mengkafirkan parapelaku dosa besar. Saya tidak mengkafirkan kecuali orang-orang yangdikafirkan oleh Alloh dan Rosulnya atau oleh ijma’ sahabat berdasarkannash yang shoriih dan sesuai dengan pemahaman para ulama’ salaf .Sebagaimana para sahabat, yang ketika itu dipimpin oleh Abu BakarAsh Shiddiiq juga mengkafirkan orang-orang Islam yang mengakusebagai Nabi beserta para pemngikutnya, dan juga mengkafirkanorang-orang yang menolak membayar zakat, meskipun mereka masihsyahadat, sholat dan melakukan amalan-amalan Islam yang lain.

Pertanyaan: Secara lebih rincinya bagaimana Ustadz?

 Jawab: Yang saya kafirkan adalah orang-orang yang dikafirkan olehAlloh dan Rosulnya atau oleh ijma’ sahabat. Seperti orang-orang yangberibadah kepada selain Alloh atau melakukan perbuatan yangmenjadi pembatal Iman. Di antara bentuk ibadah batil yang sayaperangi sejak dahulu sampai hari ini antara lain adalah ibadah yangberupa amalan berhukum kepada selain hukum Alloh dan membuathukum untuk mengganti hukum Alloh. Karena menetapkan hukumuntuk mengatur kehidupan manusia adalah hak mutlak Allohsubhanahu wata'ala sebagaimana diterangkan oleh Alloh di dalamsurat Yusuf ayat 40:

]144[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 145: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 145/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

 ﴿: ﴾ 

Sesungguhnya hukum itu hanyalah hak Alloh, Ia memerintahkan agar kalian tidah beribadah kecuali kepadaNya. Itulah diin yang lurus akan

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(Yusuf: 40)

Dan di dalam menetapkan hukum, Alloh subhanahu wata'ala tidak maudisekutui. Dia tetapkan hukum menurut kehendakNya yang MahaBijaksana, makhluqNya tidak boleh turut campur.

Hal ini ditegaskan di dalam firmanNya di dalam Surat Al Kahfi ayat 26:

 

…dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalammenetapkan keputusan.

Atas dasar ini maka semua pemerintahan yang menjalankan hukumselain hukum Alloh adalah kafir, kufur akbar yakni berarti telah keluardari Islam, karena amalan ini berarti menyekutui Alloh dalammenetapkan hukum.

Begitu pula hakim yang memutuskan perkara dengan hukum yangbertentangan dengan hukum Alloh juga kafir kufur akbar , maka haramhukumnya bekerja menjadi hakim seperti ini. Dan dalil atas kafirnyapara penguasa dan hakim yang menjalankan hukum selain hukumAlloh tersebut adalah firman Alloh Ta’aalaa:

 : ﴿ ﴾Dan barang siapa tidak memutuskan perkara dengan hukum yangditurunkan Alloh, maka mereka adalah orang-orang kafir. (Al-Maidah:44)

Oleh karena itu tidak boleh berhukum atau menyelesaikan perkarakepada pengadilan-pengadilan seperti ini dan tidak boleh jugamelaksanakan keputusan-keputusannya, dan barang siapa yangberhukum kepada undang-undang mereka dengan sukarela maka dia juga kafir, karena ini berarti berhukum kepada thoghut . Oleh karena ituamalan semacam ini disalahkan oleh Alloh subhanahu wata'ala dan

pengakuan imannya dinafikan seperti disebut dalam surat An Nisaa’yang berbunyi:

 

: ﴿ ﴾  Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinyatelah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa

 yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepadathaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari

thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.(An-Nisa: 60)

]145[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 146: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 146/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Sedang orang beriman hanya berhukum kepada hukum Alloh saja,kalau tidak bersedia berarti dia tidak beriman sebagaimana dijelaskandalam firman Alloh yang berbunyi:

 

: ﴿ ﴾ Maka demi Robbmu, mereka pada hakekatnya tidaklah berimansampai mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka

 perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hatimereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerimadengan sepenuhnya.(An-Nisa: 65)

Maka berdasarkan ayat-ayat itu sesungguhnya para anggotaparlemen di negara-negara demokrasi / sekuler adalah jugakafir kufur akbar. Karena merekalah yang membuat danmengesahkan berlakunya undang-undang yang jelas-jelas

bertentangan dengan hukum Alloh. Ini berarti mereka menyekutuiAlloh di dalam membuat hukum.Dan lebih jelas lagi ditegaskan dalam surat Asy Syuro yang berbunyi:

 ...: ﴿ ﴾ Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang membuat syariat diin yang tidak diijinkan oleh Alloh.)As-Syura: 21)

Demikian pula orang-orang yang memilih mereka sebagai wakilmereka di parlemen tersebut juga kafir kufur akbar. Karenadengan memilih mereka sebagai wakil mereka di parlemen tersebut

berarti mereka telah menjadikan para anggota parlemen yang merekapilih sebagai Robb-Robb / tuhan-tuhan yang membuat undang-undangselain hukum Alloh. Dan semua orang yang mengajak ataumenganjurkan orang lain untuk mengikuti pemilihan itu juga kafir.

Dalilnya adalah firman Alloh Ta’aalaa di dalam surat At Taubah yangberbunyi:

 ...: ﴿ ﴾ Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagairobb-robb (tuhan-tuhan) selain Alloh.

Dan para tentara / polisi yang menjadi pembela negara kafirtersebut adalah juga kafir kufur akbar, karena mereka ituberperang di jalan thoghut. Alloh Ta’aalaa berfirman:

 ...: ﴿ ﴾ Dan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut. (QS. An Nisaa’: 76).

Dan thoghut  yang dia berperang dijalannya di sini adalah thoghut dalam bidang hukum, yaitu yang berupa undang-undang dan hukumbuatan manusia, dan berupa pemerintah yang menjalankan undang-

undang tersebut. Karena mereka yang menjalankan hukum dengan

]146[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 147: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 147/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

selain hukum Alloh itu adalah thoghut  sebagaimana firman AllohTa’aalaa yang berbunyi:

 ...: ﴿ ﴾ …

Mereka hendak berhukum kepada thoghut.

Dengan demikan maka kaum muslimin tidak mempunyai kewajibanuntuk taat kepada para penguasa thoghut . Dan juga tidak mempunyaikewajiban untuk mematuhi undang-undang negara tersebut. Akantetapi ia bebas untuk melanggarnya asal memenuhi 2 syarat: pertama,tidak melakukan perbuatan yang dilarang secara syar’iy , dan yangkedua tidak mengganggu atau mendholimi orang Islam.

Dan sesungguhnya negara yang menggunakan undang-undang kafiradalah Daarul Kufri (negara kafir), dan jika sebelumnya negaratersebut Daarul Islam, artinya sebelumnya negara tersebut diaturberdasarkan syariat Islam lalu diganti dengan undang-undang kafir,sedangkan penduduknya masih Islam, maka negara tersebut adalahDaaru Kufrin Thoori’  yaitu negara kafir yang tidak asli, dan ada jugayang menyebut sebagai Daarul Mustabdil karena ia mengganti hukumIslam dengan hukum jahiliyyah / kafir.

Namun perlu diingat bahwasanya menghukumi kafir yang saya sebutkan di sini adalah hukum yang dikenal di kalangan para ulama’ denganTakfiirul Mutlaq. Adapun untuk Takfiirul Mu’ayyan, yaitu mengkafirkanorang-orang tertentu yang telah melakukan perbuatan-perbuatan yangsaya sebutkan tadi, maka harus melalui kaidah-kaidah yang telahdisebutkan oleh para ulama’ yaitu dengan mengecek syarat-syarat dan

penghalang-penghalang vonis kafir pada diri orang yang maudikafirkan tersebut. Ini semua dijelaskan oleh para ulama’ di dalamkitab-kitab fikih dalam pembahasan ar riddah atau kemurtadan, alqodloo’ atau pengadilan, ad da’awaat atau tuduhan dan al bayyinaat atau pembuktian. Silahkan kaji di sana.7

Adapun status umat Islam yang tinggal di negara yang menjalankanhukum kafir tersebut adalah harus melawan menurut kemampuansebagaimana yang disabdakan oleh Rosululloh salallahu 'alaihiwasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

 

Barang siapa berjihad melawan mereka dengan tangannya maka diaberiman dan barang siapa berjihad melawan mereka dengan lisannyamaka dia beriman dan barang siapa berjihad melawan mereka dengan

7Tetapi semua thaghut dan anshat thaghut dari kalangan polisi, tentara, dll, hukum asal mereka adalah

kafir secara perorangan tanpa perlu mengecek syarat-syarat dan penghalang-penghalang vonis kafir.Untuk lebih jelasnya baca dalil2nya di kitab Hukum Anshar Thaghut (telah diterbitkan dengan judul jejak langkah thaghut) karya Syaikh Abdul Qadir Bin Abdul Aziz, atau Tulisan2 Syaikh Abu MuhammadAl Maqdisi yang berkaitan dengan hukum Anshar thaghut ini.

]147[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 148: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 148/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

hatinya maka dia beriman, dan setelah itu tidak ada iman lagiwalaupun sebesar biji sawi.

 Jadi mereka yang memerangi thoghut  dengan senjata maka merekaadalah orang beriman, dan mereka yang memerangi thoghut denganlisannya maka mereka adalah orang yang beriman, dan yangmemerangi dengan hati juga orang beriman.

Karena hanya Alloh yang tahu isi hati seseorang maka orang yangbersikap diam, tidak memerangi thoghut baik dengan senjata maupundengan lisan hukumnya adalah dianggap sebagai orang Islam jikasecara dhohir dia mengamalkan Islam, seperti mengucapkan syahadat,sholat dan amalan-amalan lain yang menjadi ciri khas Islam.

Karena ada kemungkinan dia masuk dalam katagori orang yangmemerangi thoghut tersebut dengan hatinya lantaran dia tidak mampumemerangi dengan tangan dan lidahnya. Penilaian ini juga didasarkan

atas sabda Nabi salallahu 'alaihi wasallam: 

“Barangsiapa yang sholat sebagaimana kami sholat, menghadap kekiblat kami dan memakan sembelihan kami maka ia muslim.“ (Haditsini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy no. 391).

Sedangkan orang-orang Khowaarij dalam menyikapi golongan iniberselisih pendapat. Sebagian berpendapat mereka juga kafir karenadiam itu menunjukan ia ridlo. Adapun sebagian yang lain menyikapinyadengan tawaqquf , tidak menghukumi mereka sebagai orang Islam dan

 juga tidak menghukumi mereka sebagai orang kafir.Sedangkan  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menganggap mereka sebagaiorang Islam sebagaimana saya katakan tadi.

Adapun penduduk negara tersebut yang jelas-jelas melakukankekafiran seperti orang yang berwala’ kepada thoghut , atau melakukankekafiran lainnya seperti meninggalkan sholat, menghina Islam danamalan-amalan yang membatalkan Islam lainnya, maka dia dihukumisebagai orang kafir. Sebagaimana firman Alloh:

 

Dan barangsiapa berwala’ kepada mereka maka dia termasuk golongan mereka.

Dan sebagaimana sabda Nabi:

 

(Batas) antara seseorang dan antara kekafiran adalah meninggalkansholat . Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.

Adapun penduduk negara tersebut yang tidak menunjukkan tanda-tanda apapun baik sebagai orang Islam maupun orang kafir, maka kitatawaqquf dalam menyikapinya. Tidak kita anggap sebagai orang Islam

dan tidak kita anggap sebagai orang kafir, kecuali dalam-keadaan-

]148[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 149: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 149/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

keadaan tertentu yang menuntut kita untuk menentukan statusnyamaka kita lakukan tabayyun.

Pertanyaan: Mereka yang menuduh Ustadz sebagai orang yangberfaham Khowaarij atau Takfiiriy mengatakan bahwa dalil yang Ustazsebutkan dalam surat Al Maa-idah ayat 44 tadi adalah sama dengandalil yang sering didengung-dengungkan oleh orang-orang Khowaarij jaman dahulu. Dari sini bisakah Ustatz menjelaskan perbedaan antarapaham yang Ustadz terangkan tadi ini dengan pemikiran orang-orangKhowaarij jaman dahulu?

 Jawab: Dalam tafsirnya, Al Fakhrur Rooziy menerangkan tentangpendapat orang-orang Khowaarij dalam memahami ayat ini: Ayat inimerupakan nash yang menunjukkan bahwa setiap orang yangmemutuskan perkara dengan selain hukum yang diturunkan Alloh diakafir, dan setiap orang yang melakukan dosa apa saja berarti dia telahmemutuskan perkara dengan selain hukum yang diturunkan Alloh,maka dia pasti menjadi kafir. Begitulah penafsiran kaum Khowaarijtentang ayat ini.

Penafsiran semacam ini jelas batal dan menyeleweng. Sebab meskipunnash ini bersifat umum, namun ia khusus untuk masalah memutuskanperkara dan persengketaan di antara manusia, dan tidak mencakupseluruh perbuatan pribadi manusia sebagaimana yang difahami olehKhowaarij.

Karena nash ini meskipun menggunakan shighoh yang bersifat umum,

namun ayat ini khusus mengenai para hakim yang memutuskanperkara di antara manusia dan menyelesaikan persengketaan danperselisihan. Maka ayat ini bersifat umum dalam permasalahannyaatau ia bersifat umum dalam permasalahan tertentu, yaitu masalahmemutuskan perkara dan persengketaan. Dan sesungguhnya apabilaterdapat kata-kata al hukmu di dalam Al Qur’an dan Sunnah makayang dimaksud tidak lain adalah memutuskan persengketaan danbukan mencakup semua perbuatan manusia. Karena sesungguhnyaAlloh Ta’aalaa berfirman:

 

“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh….

Dan tidak berfirman :

“Dan barangsiapa tidak beramal dengan apa yang diturunkan Alloh….

Maka menggunakan kata ( ) secara umum mencakup seluruhperbuatan manusia sehingga setiap orang yang berbuat dosa berartidia berhukum dengan selain apa yang diturunkan Alloh, merupakan

penyelewengan kata-kata dari makna yang sebenarnya. Dan inimerupakan ciri-ciri Khowaarij sebagaimana, sabda Rosululloh salallahu

]149[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 150: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 150/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

'alaihi wasallam : dalam hadits-hadits yang mutawatir bahwasanyabeliau mengatakan bahwa mereka itu:

“Mereka membaca Al Qur’an tapi bacaan mereka tidak melebihi

kerongkongan mereka” 

Artinya mereka mengulang-ulang bacaan Al Qur’an dengankerongkongan mereka tapi tidak melebihinya sampai hati yang manahati itu merupakan tempat pemahaman. Maksudnya mereka tidakmemahami maksud dari Al Qur’an yang mereka baca.

Di antaranya yang memperkuat apa yang saya katakan tersebutadalah firman Alloh Ta’aalaa :

“Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yangditurunkan Alloh maka mereka adalah orang-orang kafir” 

Ayat ini turun berkenaan dengan memutuskan perkara manusia danhal itu diperkuat dengan firman Alloh Ta’aalaa sebelumnya :

 ...: ﴿ ﴾ …

“Dan jika engkau putuskan perkara mereka maka putuskan lahdengan adil” 

Dan ayat tersebut turun berkenaan dengan Rosul yang memutuskanperkara 2 orang yahudi yang berzina.

Dan firman Alloh Ta’aalaa :

--- ---

“Kami adalah dua orang yang bersengketa yang salah seorang diantara kami berlaku aniaya terhadap yang lain maka putuskanlah

 perkara kami dengan benar ---- sampai firman Nya --- Wahai Daudsesungguhnyan Kami menjadikanmu sebagai kholifah di muka bumimaka putuskanlah perkara di antara manusia dengan benar . (QS.

Shood : 22-26)Ini merupakan nash yang nyata yang menunjukkan bahwa ( ) itumaksudnya adalah memutuskan perkata antara dua orang yangbersengketa. Dan bahwa para penguasa, dan juga para hakim adalahorang-orang yang masuk dalam katagori ini, karena Daud ‘alaihi salamyang dikisahkan dalam surat Shood 22-26 tersebut hakekatnya adalahseorang raja, sebagaimana diterangkan dalam firman Alloh Ta’aalaa :

 

“Dan Daud membunuh Jalut dan Alloh memberikan kepadanyakerajaan dan hikmah (pemahaman).” (QS. Al Baqarah : 251)

]150[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 151: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 151/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan disini saya sebutkan lagi arti-arti dari kata ( ) yang terdapatdalam Al Qur’an dan Sunnah, seperti firman Alloh Ta’aalaa :

 

“Dan apabila kalian memutuskan perkara di antara manusia maka

hendaklah kalian memutuskan nya dengan adil.” (QS. An-Nisa’ : 58)

Dan Alloh berfirman :

“Maka putuskanlah perkara mereka dengan apa yang diturunkan Alloh.” (QS. Al Maa-idah : 48)

Dan Alloh Ta’aalaa berfirman :

 

“Supaya kamu memutuskan perkara di antara manusia dengan apa yang Alloh tunjukkan kepadamu.” (QS. An Nisa’ : 105)

Dan Alloh Ta’aalaa berfirman :

 “Sehingga mereka menjadikanmu sebagai pemutus perkara terhadapapa yang mereka perselisihkan.” (QS. An Nisa’ : 65)

Ini semua menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan al hukmu di siniadalah memutuskan perkara orang yang saling bersengketa atau

berselisih, bukan mencakup semua amal perbuatan manusia, sepertiyang dikatakan kaum Khowaarij. Maka faham saya tentang ayat iniadalah seperti faham  Ahlus Sunnah dan bertentangan dengan fahamkaum Khowaarij.

Pertanyaan: Tadi Ustadz juga menerangkan bahwa pemerintah

yang menjalankan hukum buatan manusia itu adalah termasukthoghut  yang harus diperangi. Dan pemahaman seperti ini seringdijadikan alasan untuk menuduh Ustadz sebagai orang yang berpahamKhowaarij. Bagaimana tanggapan Ustadz?

 Jawab: Dalam hal ini harus dibedakan antara orang-orang yang

memberontak kepada penguasa, baik dengan alasan duniawi maupundengan alasan diin, dengan orang-orang yang berpaham Khowaarijyang aqidah mereka dinyatakan sesat oleh para ulama’. Karena orang-orang Khowaarij itu bukan hanya memerangi penguasa thoghut  sajaakan tetapi mereka itu memerangi orang-orang Islam yang telahmereka kafirkan secara umum dengan tidak membedakan antaraorang yang baik dengan orang yang jahat dan antara anak-anak,perempuan dan orang tua.

Sedangkan orang-orang yang memerangi penguasa itu ada duamacam:

]151[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 152: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 152/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Pertama: orang-orang yang memerangi penguasa lantaran penguasatersebut adalah thoghut atau lantaran marah terhadap penyelewenganpara penguasa dari ajaran Islam. Mereka ini adalah  Ahlul Haqq, dandalam golongan ini para ulama’ memasukkan nama-nama di antaranyaadalah Al Husain Bin ‘Aliy radiyallahu 'anhu, penduduk Madinah pada

peristiwa Al Hurroh, para Qurroo’  yang memerangi Al Hajjaajbersama ‘Abdur Rohman bin Al Asy’ats dan lain-lain.

Sedangkan yang kedua adalah orang-orang yang memerangi penguasauntuk mencari kekuasaan, baik berdasarkan syubhat maupun tidak,dan mereka itu disebut sebagai Bughoot .

Atas dasar ini maka saya menyatakan bahwa orang-orang yangmemerangi penguasa thoghut  dan penguasa dholim dengan tujuanuntuk menentang kekafiran dan kemungkaran mereka, sama sekalitidak disamakan atau dikatakan oleh para ulama’ sebagai orang-orangKhowaarij, meskipun mayoritas  Ahlus Sunnah berpendapat untuk

bersabar menghadapi penguasa yang berbuat lalim, selama merekatidak berbuat kekafiran. Maka jelas tidak sama antara orang-orangyang memerangi penguasa yang jelas-jelas melakukan kekafiran yangnyata, dengan orang-orang Khowaarij yang memerangi semuapenguasa di luar golongannya.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang justru membantu parapenguasa yang jelas-jelas melakukan kekafiran tersebut dalammemerangi para mujahidin yang berjuang untuk menegakkan tauhid?

Namun perlu diketahui bahwa perang bersama orang-orang Khowaarijuntuk melawan thoghut dapat dibenarkan sebagai mana para ulama’memerangi Bani ‘Ubaid Al Qodaah, di bawah pimpinan Abu Yaziidyang berpaham Khowaarij, dan ketika ada orang yang mencelamereka, mereka menjawab: “Kami berperang bersama orang-orangyang bermaksiat kepada Alloh untuk melawan orang-orang yang kafirkepada Alloh.”

Pertanyaan: Sebelum kita akhiri mungkin ada pesan Ustadz yangingin disampaikan?

 Jawab: Al Hamdulillaah dengan ijin Alloh subhanahu wata'ala sayanasehatkan kepada seluruh umat Islam untuk terus bersungguh dalamberjihad menghadapi para thoghut , baik dengan tangan, dengan lisanmaupun dengan hati. Sebagai mana sabda Rosululloh salallahu 'alaihiwasallam yang berbunyi:

 

Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta kalian,dengan , jiwa kalian dan dengan lidah kalian

Dan juga dalam sabda beliau salallahu 'alaihi wasallam:

 

]152[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 153: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 153/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Barang siapa berjihad melawan mereka dengan tangannya maka diaberiman dan barang siapa berjihad melawan mereka dengan lisannyamaka dia beriman dan barang siapa berjihad melawan mereka denganhatinya maka dia beriman, dan setelah itu tidak ada iman lagiwalaupun sebesar biji sawi.

Maka bagi para mujahidin yang mempunyai kemampuan hendaklahberjihad memerangi thoghut dengan tangan dan jiwanya.

Bagi para ulama’ dan da’i yang tidak mampu memerangi thoghut dengan tangan dan jiwanya hendaklah melawan thoghut  denganlisannya.

Dan bagi para hartawan hendaklah secara minimal berjihad denganhartanya.

Saya juga ingin ingatkan di sini bahwasanya ketika Ibnu Taimiyyahmenghadapi kondisi sebagai mana yang kita hadapi sekarang ini, yaitu

tatkala menghadapi Tartar, beliau mengatakan bahwa kondisi yangsemacam ini membagi manusia menjadi tiga golongan:

Pertama adalah golongan Ath Thoo-ifah Al Manshuuroh, yaitu mereka-mereka yang berjihad melawan orang-orang kafir.

Kedua adalah  Ath Thoo-ifah Al Mukhoolifah, yaitu orang-orang Islamyang bergabung dan bekerja sama dengan orang-orang kafir tersebut.

Dan yang ketiga adalah  Ath Thoo-ifah Al Mukhoodzilah, yaitu orang-orang yang enggan untuk berjihad meskipun mereka adalah orang-orang yang menganut ajaran Islam dengan benar.

Dan beliau juga mengatakan bahwasanya seandainya salaf, darikalangan Muhaajiriin dan  Anshoor, seperti Abu Bakar, ‘Umar,‘Utsman, ‘Aliy dan lainnya hidup pada jaman ini, tentu amalanmereka yang paling utama adalah berjihad melawan orang-orang kafirtersebut.

Berdasarkan penjelasan Ibnu Taimiyyah ini maka saya nasehatkankepada umat Islam agar berusaha untuk menjadi golongan pertama,yaitu  Ath Thoo-ifah Al Manshuuroh yang senantiasa berjihad. Jangansampai kita menjadi golongan Ath Thoo-ifah Al Mukhoodzilah yangenggan untuk berjihad meskipun pada hakekatnya mampu dengan

lisan. Apalagi menjadi golongan  Ath Thoo-ifah Al Mukhoolifah dengancara bekerjasama dengan thoghut  dalam memerangi mujahidin.Golongan ini adalah golongan yang rugi dunia akherat.Na’uudzubillaahi min dzaalik .

Pertanyaan:  Jazaakumulloh Khoiron Ustadz atas kesediaan Ustadzuntuk memberikan klarifikasi mengenai berbagai tuduhan yang selamaini dilontarkan kepada Ustadz, semoga Ustadz selalu mendapatkanbimbingan dan perlindungan dari Alloh SWT.

 As Salaamu ‘Alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.

 Jawab:  Amiin. Wa ‘Alaikumus Salaam Warohmatullohi Wabarokaatuh.

]153[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 154: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 154/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Penutup

Para pembaca yang budiman, dengan demikian jelaslah bahwasanyamengkafirkan para penguasa yang menjalankan hukum dengan selainhukum yang diturunkan Alloh, di negara-negara yang menganut sistemdemokrasi, tidaklah termasuk takfiir yang dilarang atau diperingatkanoleh Rosululloh salallahu 'alaihi wasallam. Karena mereka adalahthoghut  yang diibadahi selain Alloh. Dan begitu pula orang-orangmurtad yang tidak mau melaksanakan syari’at Alloh dan orang-orangyang mendukung mereka. Karena sesungguhnya para sahabat telahbersepakat setelah terjadi diskusi antara Abu Bakar dan ‘Umar ataskafirnya orang-orang yang tidak mau melaksanakan beberapa syari’at

Islam seperti zakat dan yang semisalnya .. maka orang-orang yangtidak mau melaksanakan seluruh syariat Islam lebih berhak untukdikafirkan dan diperangi. Selain itu mereka berwalaa’  (loyal) kepadamusuh-musuh Alloh yang berada di dalam sitem kafir internasional baiktimur maupun barat yang tidak suka terhadap apa yang diturunkanAlloh, yang memerangi wali-wali Alloh dan para pembela syariatNya,yang mendukung orang-orang kafir dan murtad dalam memusuhiorang-orang para muwahhidiin dan mujaahidiin. Mereka membuatundang-undang kafir, yang menghalalkan apa-apa yang diharamkanAlloh subhanahu wata'ala seperti murtad, khomer, riba, perbuatan kejidan hal-hal yang haram lainnya, yang menjalankan hukum selain apa

yang diturunkan Alloh .. yang berhukum kepada para thoghut  timurdan barat, yang memberikan kebebasan, menjaga dan melindungiberbagai bentuk kekafiran, cercaan dan hinaan terhadap diin (Islam) …

Dan berbagai macam kekafiran lainnya yang insya Alloh akan kamibahas secara tersendiri dalam buku-buku berikutnya. Maka kekafiranpara thoghut dan para pendukung mereka tersebut adalah kekafiranyang bertumpuk-tumpuk, yang besar dan yang nyata, serta telahterwujud lantaran berbagai macam sebab yang mana kebanyakannyamerupakan sebab-sebab yang nyata dan jelas dan bahkan yang telahdisepakati oleh para ulama’ atas kekafirannya.

]154[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 155: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 155/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

Dan semua sebab kekafiran tersebut masing-masing ada dalilnya yangsangat jelas dan terperinci. Akan tetapi terlalu panjang kalau kita maumembahasnya di sini. Namun kami berharap semoga Alloh mengijinkankami untuk mengupasnya pada kesempatan yang akan datang, karenatujuan kami di sini adalah sekedar menunjukkan dan memberikan

peringatan tentang sikap serampangan dan ngawur yang dilakukanoleh Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh di dalam bukunyayang berjudul Mereka Adalah Teroris. Syaikhul Islam ketika berbicaratentang Tartar mengatakan: “Dan jika orang yang tidak maumembayar zakat saja disebut sebagai orang-orang murtad oleh salaf ---padahal mereka melaksanakan shiyam (puasa) dan sholat, dan merekatidak memerangi jamaa’atul muslimiin --- lalu bagaimana halnyadengan orang yang berada bersama musuh-musuh Alloh dan RosulNyamemerangi orang-orang Islam.” Majmuu’ Fataawaa (XXVIII/289).

Dengan demikian maka menuduh orang yang mengkafirkan

pemerintah yang berhukum dengan selain hukum Alloh sebagaiKhowaarij adalah tuduhan yang keliru, karena kekafiran para penguasayang menjalankan hukum dengan selain hukum Alloh itu ditetapkanberdasarkan dalil-dalil yang qoth’iy  dan jelas, yang sesuai denganpemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

Sedangkan menurut  Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa dosa itu adayang merupakan kemaksiatan dan dosa besar yang mana pelakunyaakan kafir hanya jika dia mengingkari hukum Alloh pada hukum yang ialanggar tersebut.. Hal ini adalah seperti minum khomer, zina dan lain-lain Inilah yang selanjutnya disebut dengan dosa mukaffir . Namun dosa

itu juga ada yang merupakan kekafiran meskipun tanpa dibarengidengan pengingkaran hukum Alloh yang ia langgar. Ini adalah dosayang ghoiruu mukaffir . Hal ini sebagaimana kekafiran orang-orangyang diperangi oleh Abu Bakar Ash Shiddiiq bersama para sahabatyang lain, dari kalangan orang-orang yang mengaku-aku sebagai Nabidan orang-orang yang menolak untuk membayar zakat. Mereka semuakafir meskipun mereka tidak mengingkari hukum yang mereka langgar.

Adapun yang dikafirkan oleh orang-orang Khowaarij itu adalah orang-orang yang melakukan dosa-dosa secara mutlaq, tanpa membedakanantara dosa yang mukaffir dan dosa yang ghoiru mukaffir .

Sedangkan Murji-ah berpendapat bahwa dosa apapun tidak akanmenyebabkan kafir selama hatinya tidak menghalalkan ataumengingkari hukum Alloh mengenai dosa tersebut. Termasuk dalamhal ini adalah membuat hukum yang menyelisihi hukum Alloh,berhukum dengan hukum tersebut mendukung pelaksanaannyabahkan memerangi para mujahidin yang berjuang untukmengembalikannya kepada hukum Islam.

Dengan demikian sebenarnya cukup beralasan kenapa Imam Samudrameduduh orang-orang yang tidak mengkafirkan pemerintah yangberhukum dengan selain hukum Alloh dengan sebutan Salafiy Irjaa-iy .

Karena orang-orang Murji-ah itu memang tidak mengkafirkan orang-orang yang melakukan segala dosa baik yang mukaffir maupun yang

]155[

Menyoal Manhaj Takfir Luqman Ba’abduh

Page 156: Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

7/31/2019 Menyoal Manhaj Takfir Luqman Baabduh

http://slidepdf.com/reader/full/menyoal-manhaj-takfir-luqman-baabduh 156/156

Maktabah At-Tawhid wal Jihad

tidak mukaffir , selama hatinya masih mengakui hukum Alloh padahukum yang ia langgar.

Selain itu mari kita ambil pelajaran dari apa yang diriwayatkan oleh AlHaafidh Ibnu Katsiir di dalam Al Bidaayah Wan Nihaayah X/276dari Ibnu ‘Asaakir, dari jalur An Nadl-r bin Syamiil, ia mengatakan:

Saya masuk menemui Al Ma’muun ..Maka ia bertanya: Bagaimana Engkau pagi ini wahai Nadl-r?Aku menjawab: Dalam keadaan baik wahai Amiirul Mu’miniin.Lalu ia bertanya: Apakah Irjaa’ itu?Maka aku menjawab: Irjaa’ adalah sebuah ajaran yang sesuai dengankeinginan para penguasa. Dengan paham tersebut para penganutnyamendapatkan bagian dunia dari para penguasa dan para penguasatersebut mengurangi diin (iman) para penganut Irjaa’ ?Lalu ia mengatakan: Benar engakau wahai Nadl-r.”

 

..

 Ya Alloh, Robbnya Malaikat Jibril, Mikail dan Isrofil … Yang Maha mengetahui segala sesuatu baik yang ghoib dan yangnyata …Engkaulah Pencipta langit dan bumi …Engkaulah yang memutuskan perselisihan yang terjadi di kalanganhamba-hambaMua….Tunjukkanlah kami kebenaran di dalam apa yang mereka perselisihkan