Mentahan Surat Al Mujadalah
description
Transcript of Mentahan Surat Al Mujadalah
�م�ج�ال�س� : ال ف�ي ح وا �ف�س� ت م� �ك ل ق�يل� �ذ�ا إ وا آم�ن �ذ�ين� ال !ه�ا ي� أ �ا ي
ف�ع� �ر� ي وا ز ف�انش وا ز انش ق�يل� �ذ�ا و�إ م� �ك ل �ه الل ح� �ف�س� ي ح وا ف�اف�س��م�ا ب �ه و�الل ج�ات- د�ر� �م� �ع�ل ال وا وت أ �ذ�ين� و�ال م� م�نك وا آم�ن �ذ�ين� ال �ه الل
�ير3 ب خ� �ع�م�ل ون� تIndonesia: Hai orang-orang yang beriman, apabiladikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalammajelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akanmemberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akanmeninggikan orang-orang yang beriman di antaramu danorang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapaderajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamukerjakan.
-Hadits dan Ayat tentang Kewajiban Menuntut Ilmu- Orang yang mempunyai ilmu mendapat
kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau
menuntut ilmu, seperti yang terdapat dalam Qs Al Mujadalah ayat 11:
�ر�ف�ع� وا ال�ذ�ين� الله ي وا و�ال�ذ�ين� م�نك م� ء�ام�ن �م�ا و�الله د�ر�ج�ات- ال�ع�ل�م� أ وت �ع�م�ل ون� ب ت �ير خ�ب
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
"
Hadits dan Ayat tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
"
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain,
kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia
membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai
dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu seorang muslim harus merasa iri dalam beberapa hal.
Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua
hasud yang harus ada pada diri seorang muslim, yaitu pertama menginginkan banyak harta dan
harta itu dibelanjakan di jalan Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan lainnya. Harta ini tidak
digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, kedua menginginkan ilmu seperti yang
dimiliki orang lain, kemudian ilmuitu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, juga diajarkan kepada
orang lain dengan ikhlash.
Hukum mencari ilmu itu wajib, dengan rincian, pertama hukumnya menjadifardhu ‘ain untuk
mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta Al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipatpraktis,
artinya setiap muslim wajib memahami dan mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada
Allah. Fardu ‘ain artinya setiap orang muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak.
Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum
seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi.Fardu Kifayah artinya tidak semua orang
dituntut untuk memahami serta mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang
saja.
Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits nabi, yaitu :
�م� ط�ل�ب (( البر عبد إبن رواه �لع�ل �ض�ة3 ا لk ع�ل�ى ف�ر�ي - ك �م ل �م�ة- و� م س� ل م س�
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bukan saja
kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan
dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai
dengan ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagimana dalam shalat, tetapi setiap ada
kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat
dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non formal. Bahkan,
pengalaman kehidupanpun merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil pelajaran
dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan
untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan
ilmu tersebut bermanfaat bagi kita. Nabi pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut
ilmu walaupun sampai di tempat yang jauh seperti negeri China.
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka
berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Mujadalah 11)
Kandungan Ayat 11 Surat Al Mujadalah:
- Ayat 11 Surat Al Mujadalah terletak di halaman 434 baris 7 sampai 10.
- 2 perintah dan 2 janji Alloh:
2 perintah: 1. Berlapang-lapanglah dalam majlis. 2. Berdirilah …
2 janji Alloh: 1. Alloh akan memberi kelapangan 2. Alloh akan meninggikan
derajat
- Lafadz Alloh diulang 3 x. Rangkaian Lafadz “alladziina aamanuu” (orang-
orang yang beriman) diulang 2x.
- Jumlah huruf “fa” ada 7, huruf “ya” 10,
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat 11 surat Al Mujadalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa apabila ada orang yang baru
datang ke majlis Rosululloh, para sahabat tidak mau memberikan tempat
duduk di sisi Rosululloh. Maka turunlah ayat ini (58:11) sebagai perintah
untuk memberikan tempat kepada orang yang baru datang. (Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari Qotadah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 11 ini turun pada hari Jum’at,
di saat pahlawan-pahlawan Badr datang ke tempat pertemuan yg penuh
sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kpd yg baru datang itu, sehingga
terpaksa mereka berdiri. Rosululloh menyuruh berdiri kpd pribumi, dan
tamu-tamu itu (Pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-
orang yg disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Ayat
ini (ayat 11) turun sbg perintah kpd kaum mu’minin untuk menaati perintah
Rosululloh dan memberikan kesempatan duduk kpd sesama mu’min.
PEMBAHASANA.QS. Al-Mujadalah, 58 : 11.
�ن� �ذ�ي ال الله ف�ع� �ر� ي وا ز �ش ف�ان وا ز �ش ان �ل� ق�ي �ذ�ا و�إ ، م� �ك ل الله خ� �ف�س� ي خ و�ا ف�اف�س� �م�ج�ال�س� ال ف�ي� خ و�ا �ف�س� ت م� �ك ل �ل� ق�ي �ذ�ا إ و�ا م�ن� أ �ن� �ذ�ي �ال !ها �ي �ا ي
: ( المجادله �ر3 �ي ب خ� و�ن� �عءم�ل ت �م�ا ب و�الله ، ج�ات- د�ر� �ع�ل�م� واال ت أ �ن� �ذ�ي و�ال ، م� �ك م�ن و�ا م�ن� (١١أ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan keoadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. )QS. Al-Mujadalah, 58:11(Selanjutnya berkenaan dengan ayat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:Kata tafassahu pada ayat tersebut maksudnya adalah tawassa’u yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.Kata yafsahillahu lakum maksudnya Allah akan melapangkan rahmat dan rizki bagi mereka.Kata unsuzyu maksudnya saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang.Kata yarfa’illahu ladzina amanu maksudnya Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.Dari ayat tersebut dapat diketahui, hal sebagai berikut:Pertama : Bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah saw. Yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.Kedua : Bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majelis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang dimungkinkan, karena cara demikian dapat menimbulkan keakraban diantara sesama orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah saw.Ketiga : Bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikan di dunia dan akhirat.2 Singkatnya ayat ini berisi perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa kebahagiaan kepada setiap orang Islam. Atas dasar inilah Rasulullah saw, menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hambanya, selama hamba tersebut selalu menolong sesama saudaranya.3Adapun arti potongan ayat dibawah ini adalah:
خ و�ا ف�اف�س� �م�ج�ال�س� ال ف�ي� خ و�ا �ف�س� ت م� �ك ل �ل� ق�ي �ذ�ا إMaksudnya adalah apabila kamu diminta berdiri selama berada di majelis Rasulullah saw, maka segeralah berdiri, karena Rasulullah saw terkadang mengamati keadaan setiap individu, sehingga dapat diketahui setiap keadaan orang tersebut, atau karena Rasulullah saw, ingin menyerahkan suatu tugas khusus yang tidak mungkin tugas tersebut dapat dikerjakan oleh orang lain. Berhubungan dengan hal yang demikian, maka bagi orang yang datang terdahulu di majelis tersebut tidak boleh mempersilahkan orang yang datang belakangan untuk duduk di tempat duduknya.Imam Malik, Bukhari, Muslim dan Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw, bersabda: La yuqimu al-rajulu min majlisi walakin tafassakhu wa tawassa’u. Yang artinya: seorang tidak sepantasnya mempersilahkan tempat duduknya kepada orang lain )yang datang belakangan(. Tetapi cukup dengan memberikan kelapangan dan mempersilahkan lewat.
ج�ات- د�ر� �ع�ل�م� واال ت أ �ن� �ذ�ي و�ال ، م� �ك م�ن و�ا م�ن� أ �ن� �ذ�ي ال الله ف�ع� �ر� ي
maksudnya adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang melaksanakan segala perintahnya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik dari pahala maupun keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkanagar memberikan kelapangan kepada sesama kawannyaitu datang belakangan, atau apabila dianjurkan agar keluar meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilanhkan haknya. Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada Tuhannya, karena Allah tidakakan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.Sedangkan potongan ayat 3ر� �ي ب خ� و�ن� �عءم�ل ت �م�ا ب maksudnya bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik و�اللهdan buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut. Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.4Ayat tersebut diatas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
Sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadits “Kefakiran dapat menjerumuskan seseorang kedalam kekufuran”. Kefakiran adalah salah satu bentuk penyakit yang memang seringkali dapat membuat orang terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan. Oleh sebab itu, masalah kekayaan atau harta merupakan hal urgen dalam agama. Allah dengan tegas memerintah hambanya agar tidak melupakan kehidupan dunia dan mempunyai etos kerja yang tinggi dalam meraih kehidupan di dunia mendapat perhatian besar dalam Islam.Dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 Allah berfirman :”Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’ maka lapangkanlah niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan ‘berdirilah kamu’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.Asbabun Nuzul QS. Al-Mujadalah ayat 11 ini, diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia mengatakan bahwa pada suatu hari yaitu hari Jum’at, Rasulullah Saw berada di Shuffah mengadakan pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati pahlawan perang Badar yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa pahlawan perang Badar ini terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais, sehingga mereka berdiri diluar ruangan. Mereka mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Ayyuhan Nabi Wabarakatuh”, lalu Nabi menjawabnya. Mereka pun mengucapkan sama kepada orang-orang yang terlebih dahulu datang, dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang memperdulikannya. Melihat keadaan tersebut, Rasulullah menjadi kecewa lalu menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada yang berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi, sambil mengatakan “Demi Allah,
Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih dahulu datang dengan maksud memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan kepada orang yang terlambat datang”. Lalu turunlah ayat ini.Bagian akhir ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi kedudukan orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Orang-orang yang beriman diangkat kedudukannya oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat member banyak manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama saja, tetapi termasuk di dalamnya ilmu-ilmu keduniaan. Apapun ilmu yang dimiliki seseorang bila ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, ilmu itu tergolong salah satu dalam tiga pusaka yang tidak akan punah meskipun pemiliknya telah meninggal dunia. Tiga pusaka dimaksud adalah sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepada orang tuanya.Dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 di atas, Allah menganjurkan kepada kita agar senantiasa mau bekerja keras, baik dalam menuntut ilmu maupun bekerja mencari nafkah. Hanya orang-orang yang rajin belajarlah yang akan mendapatkan banyak ilmu. Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang memiliki semangat kerja untuk meraih kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, Allah menjamin akan mengangkat derajat kehidupan orang-orang yang beriman dan berilmu.Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan orang yang rajin belajar dan bekerja hidupnya sukses dan berprestasi, sedangkan orang yang malas dan tidak memiliki ilmu hidupnya susah dan selalu gagal. Betapa pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan semangat berkerja keras. Sebab hanya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang bergunalah manusia akan mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat antara lain :
1. Perilaku disiplin dan taat asas, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik diri sendiri maupun orang lain
2. Menghormati hak dan kewibawaan orang lain, sebab pada dasarnya semua orang ingin dihargai dan dihormati kewibawaannya
3. Rajin dan giat mencari ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama1. Rajin dan taat beribadah kepada Allah2. Bersikap sportif dan konsekuen dengan bersedia menerima kesalahan dan kekurang diri
sendiri serta mengakui kelebihan dan kebenaran dari orang lain3. Bekerja/belajar sesuai dengan aturan yang telah ditentukan4. Bekerja/belajar dengan penuh semangat, sehingga dipandang sebagai sesuatu yang
menyenangkan5. Bekerja dengan sikap penuh tanggung jawab, tidak hanya kepada manusia melainkan
kepada Allah6. Bekerja dengan didasari niat ibadah kepada Allah Swt.
Sebagai generasi yang hidup pada era modern, persaingan hidup semakin ketat dan peluang mendapat pekerjaan semakin sempit, hendaknya kita dapat mempersiapkan diri dengan berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta etos kerja yang baik. Dengan demikian kita tidak akan tertinggal oleh generasi lain yang juga memiliki perbekalan diri yang cukup. Oleh sebab itu, hendaknya kita dapat membiasakan diri beretos kerja yang
baik sejak saat ini. Untuk dapat membiasakan diri menerapkan beretos kerja yang baik, hendaknya terlebih dahulu diperhatikan :
1. Pahami dengan baik bahwa waktu dan kesempatan datangnya hanya sekali dalam seumur hidup. Hari ini tidak akan datang lagi pada hari esok atau lusa, ia akan terkubur oleh hari-hari berikutnya.
2. Biasakan menghargai waktu dan menggunakannya untuk hal-hal yang positif, jangan biarkan waktu berlalu tanpa arti atau terisi dengan perbuatan yang sia-sia
3. Biasakan hidup teratur dan bersikap disiplin, taat kepada aturan, tepat atas komitmen, dan setia pada janji, sehingga hidup terasa indah dan bermakna
4. Jadikan suatu pekerjaan sebagai kewajiban yang harus ditunaikan, sehingga tidak terbersit pikiran akan menyepelekannya
5. Mulailah membiasakan diri beretos kerja yang baik sejak sekarang, dengan menata jadwal kegiatan sendiri dan berusaha menepati dan melaksanakannya.
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
MUNASABAH SURAH
AL-JUMU’AH AYAT 9-10
Pada saat Rasulullah SAW. berkhutbah pada hari jum’at
maka datanglah kafilah yang membawa barang dagangan dari Syam. Kemudian
orang-orang yang sedang mendengarkan khutbah dari Rasulullah SAW pada saat itu mereka
keluar untuk menjemput rombongan kafilah itu sehingga hanya tinggal 12 orang
saja yang duduk mendengarkan khutbah dari Rasulullah. Dengan terjadinya
peristiwa tersebut maka turunlah ayat yang selanjutnya )ayat 11( yang
menegaskan bahwa apa yang ada pada sisi Allah SWT. jauh lebih baik dari pada
apa yang ada pada perniagaan. )Munajab Mahali, 2002: 816(
Menurut Syekh Hj.
Abdul Halim Hasan dalam bukunya Tafsir Al-Ahkam di dalam Surah Al-Jumu’ah ayat
9.
Ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan panggilan pada hari
jum’at itu ialah adzan ketika khatib telah naik ke atas mimbar dan akan memulai
mengucapkan khutbahnya.
Pada zaman Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar
melaksanakan adzan jum’at dilaksanakan hanya satu kali, yaitu sesudah khatib
naik ke atas mimbar. Diriwayatkan oleh Zuhri dari Saib bin Zaif dia berkata :
tidak ada di zaman Rasulullah SAW. melainkan seorang muadzin saja yang
mengumandangkan adzan ketika Rasulullah SAW. Telah naik ke atas mimbar,
kemudian qomat setelah beliau turun demikian juga yang dilakukan Abu Bakar Dan
Umar.
Di zaman Usman karena orang telah bertambah banyak, maka
ia menambah adzan itu. Menurut yang telah diriwayatkan dari Salaf, mereka tidak
menyetujui tambahan adzan pertama itu,
yaitu adzan sebelum khatib naik ke atas mimbar. Wafi’ mengatakan bahwa dia menerima
keterangan
dari Usman bin Al-Ghar. Wafi’ berkata “maka dia menjawab Ibnu Umar mengatakan
bahwa, itu adalah bid’ah dan bid’ah itu sesat walaupun orang banyak memandang
hal itu baik”. )Abdul Halim Hasan, 2006: 598-599(
Menurut Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi dalam bukunya Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, apabila muadzin ada
dihadapan imam, sedang imam duduk di atas mimbar untuk salat maka tinggalkanlah
jual beli dan berjalanlah untuk mendengarkan nasehat imam di dalam khutbahnya
dan hendaklah kamu berjalan dengan tenang, perlahan dengan tentram, sehingga
kamu sampai ke masjid.
Perintah kepada orang-orang mukmin agar bejalan untuk salat jum’at
dengan tenang, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
bahwa Nabi SAW. mengatakan “apabila salat
diqamati maka janganlah kamu mendatangi dengan tergesah-gesah, tetapi
datangilah salat itu dengan tenang dan tentram. Salatlah apa yang kamu dapati
dari salat itu dan sempurnakanlah apa yang kamu ketinggalan dari salat itu”.
Dari Abu Qatadah ia berkata ketika kami salat bersama
Nabi SAW. tiba-tiba mendengar kegaduhan beberapa orang lelaki ketika beliau
selesai salat, beliau menanyakan “ada apa
kamu?”, mereka menjawab “kami
bergegas-gegas untuk salat”. Beliau mengatakan “jangan kamu
lakukan itu”. )HR.Al-Bukhari dan Muslim(
Berjalanlah untuk salat itu, yakni meninggalkan jual
beli lebih baik bagimu daripada sibuk dengan jual beli dan mencari manfaat
duniawi, sebab kemanfaatan akherati itu lebih baik dan lebih kekal karena ia
memiliki kemanfaatan abadi. Sedang kemanfaatan duniawi adalah lenyap )fana(.
Dan apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagimu, jika kamu termasuk
orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang benar tentang apa yang berbahaya
dan apa yang bermanfaat. )Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993: 162-165(
Apabila dipanggil )diundang( pada hari jum’at, hendaklah
kamu pergi sembahyang jum’at dan tinggalkan perdagangan, perusahaan dan apa-apa
pekerjaanmu. Apabila telah selesai sembahyang jum’at itu, hendaklah kamu
bertebaran di muka bumi, sambil mengerjakan jabatan kamu masing-masing dan
menungtut kurnia )rezeki( Allah. Pada itu janganlah kamu lupa mengingat Allah,
yaitu mengerjakan sembahyang pada tiap-tiap waktunya. Ayat-ayat ini menunjukkan
dua perkara:
1. Bahwa salat jum’at itu perlu
mengerjakannya, sebagai ganti dari salat dzuhur, yaitu atas tiap-tiap
orang laki-laki , kecuali jika ada dzuhur, seperti sakit, dalam
perjalanan, hari hujan dan sebagainya. Maka ketika itu tiadalah wajib
salat jum’at melainkan salat dzuhur saja.
2. Bahwa kita tidak disuruh oleh
agama Islam meninggalkan pekerjaan )perusahaan( pada hari jum’at,
melainkan sekedar untuk mengerjakan salat jum’at dan mendengar khutbah
saja. Selain dari pada itu kita boleh bekerja seperti pada hari yang lain.
Yang terlarang dalam agama Islam ialah bahwa, mereka
meneruskan juga perniagaannya atau permainannya, sedang imam telah membaca
khutbah sehingga imam berdiri seorang dirinya saja. )Mahmud Yunus, 2002:
828-830(
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ayat 9-10 pada Surah Al-Jumu’ah memberikan gambaran
tentang kegiatan kaum muslimin pada hari jum’at, sebagaimana orang Yahudi
mengistimewakan hari sabtu dan kaum Nasrani menghormati hari ahad, sedangkan
jum’at merupakan hari yang istimewa bagi kaum muslimin karenanya Allah SWT. telah
memberikan bimbingan berbagai kegiatan yang seharusnya mereka lakukan di hari
jum’at.
Pada Ayat ini ada dua kegiatan yang utama. Pertama, kegiatan ibadah. Kaum muslimin
hendaknya menyiapkan diri secara penuh sejak pagi hari bahkan dianjurkan pada
malam hari jum’at dihidupkan dengan memperbanyak dzikir dan Qiamul-lail. Bukan
berarti pada malam-malam yang lain kegitan itu tidak perlu, tretapi khusus pada
malam hari jum’at hendaknya ibadah ditingkatkan. Kedua, Allah melarang jual beli ketika
panggilan adzan jum’at,
Allah melarang jual beli agar tidak menjadikannya sebagai kesibukan yang menghalanginya
untuk melakukan shalat jum’at. Allah mengkhususkan melarang jual beli karena ini
adalah perkara terpenting yang sering menyebabkan kesibukan seseorang. Larangan
ini menunjukkan makna pengharaman dan tidak sahnya jual beli. Kemudian Allah
mengatakan “Dzalikum” )yang demikian itu(, yakni yang Aku telah sebutkan
kepadamu dari perkara meninggalkan jual beli dan menghadiri shalat jum’at
adalah lebih baik bagimu, jika kamu akan mengetahui maslahatnya. Maka, lakukanlah
kesibukan dengan perkara selain jual beli sehingga mengabaikan shalat jum’at
adalah juga perkara yang diharamkan.
3. Isi Kandungan Surat Al Jumu'ah {62} ayat : 9 - 10
Pada Surat Jumu'ah ayat: 9 - 10, menganjurkan untuk menyeimbangkan antara bekerja dan beribadah. Sabda Rosul
SAW.
”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan
akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besuk”. ( H.R. Baihaqi).
Pada ayat yang ke 9 Allah dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apabila diseru untuk
melaksanakan sholat jum'at bersegeralah mengingat Allah dan meninggalkan jual beli. Kita diperbolehkan mengejar
mengejar kehidupan duniawi yang disimbulkan degan jual beli tetapi harus ingat bahwa tujuan hidup manusia
hanyalah beribadah kepada Allah.
Pada ayat yang ke 10 , ditegaskan apabila ibadah sholat telah dilaksanakan, maka kita dipersilahkan untuk
melanjutkan aktivitas lagi untuk mencari karunia Allah. Hal ini memberi pengertian bahwa kita tidak boleh malas
karena rizki Allah tidak datang dengan sendirinya. Potensi akal dan pikiran yang dimiliki oleh manusia hendaknya
menjadi modal utama untuk meningkatkan produktivitas kerja secara inovatif, agar hidupnya lebih berkualitas.
Adapun cara meningkatkan produktivitas kerja dapat dilakukan dengan :
a. Rajin, ulet dan tidak mudah berputus asa
b. Meningkatkan inovasi dan kreativitas
c. Belajar dari pengalaman untuk berbuat lebih baik di masa yang akan datang
d. Memaksimalkan kemampuan diri dan selalu optimis
e. Berdo'a dan bertawakal kepada Allah.
A. Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat !
1. Dalam surat Al Mujadalah ayat : 11 Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan ..............
a. beramal sholeh d. bersedekah dan menunaikan zakat
b. bekerja keras e. beribadah
c. berilmu pengetahuan
2. Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya. Makna yang tersirat dari pernyataan
tersebut adalah ..........
a. semangat hidup d. etos kerja
b. cita-cita yang mulia e. sifat pantang menyerah
c. kepribadian yang baik
3. Di bawah ini merupakan diskripsi dan sikap kerja keras, kecuali ............
a. berusaha terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
b. suka berangan-angan tentang kehidupan masa depan yang bahagia
c. kegagalan menjadi cambuk untuk bekerja lebih baik lagi
d. tidak suka menunda-nunda pekerjaan
e. tugas dilaksanakan terprogram
4.
Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah. Kata "berdirilah" dapat dimaknai sebagai perintah .................
a. Shalat d. menunaikan zakat
b. Bersedekah e. beribadah
c. bekerja
5. , kata tersebut mengandung hukum bacaan .....................
a. mad thobi'i d. idghom bilagunnah
b. ikhfa' e. iqlab
c. idghom bigunnah
6. Salah satu manfaat bekerja keras dalam kehidupan sehari hari antara lain ...........
a. sebagai sarana untuk meraih popularitas
b. untuk mendapatkan pujian dari masyarakat
c. Menghilangkan kehormatan diri, karena diperbudak harta
d. memperkokoh karakter pribadi, tabah dan sabar dalam segala keadaan
e. memperlemah kesehatan tubuh dan mental
7. Etos kerja memiliki pengertian ...........................
a. bekerja menurut keahliannya
b. tempat kerja yang baik
c. waktu kerja yang baik
d. semangat kerja yang baik
e. cara kerja yang baik
8. Panjang angan-angan ( thulul amal ), adalah sifat yang dengan etos kerja ...........
a. bertentangan d. serupa
b. sejalan e. berhubungan
c. sesuai
9. Di bawah ini yang mengandung hukum bacaan idghom bigunnah adalah ..........
a. • d.
b. e.
c.
10. Sikap kerja keras telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW, sejak masa mudanya yaitu dengan .........
a. berpolitik praktis d. bekerja di baitul mal
b. bertani e. penambang minyak
c. bedagang
11. , makna yang tepat pada potongan ayat: 9 surat Al Jumu'ah adalah ....
a. dan tinggalkanlah zikirmu d. dan tinggalkanlah sholatmu
b. dan tinggalkanlah jual beli e. dan dirikanlah sholatmu
c. dan tinggalkanlah pekerjaanmu
12. ••, pada potongan ayat tersebut mengandung hukum bacaan ............
a. izhar halqi d. idghom bigunnah
b. ikhfa' syafawi e. ikhfa' haqiqi
c. idghom bilagunnah
13. Tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT di dunia in adalah ............
a. menikmati kehidupan duniawi d. beribadah kepada Allah
b. memperkaya diri e. meyelamatkan dunia
c. menguasai manusia
14. Perintah Allah SWT agar kita bekerja dan berusaha secara maksimal bertujuan agar kita dapat ..............
a. hidup kekal d. menikmati hidup yang sepuas-puasnya
b. memiliki harta yang melimpah e. menjalankan kholifah di muka bumi
c. dapat bersedekah
15. Yang dimaksud bertebaranlah kamu di muka bumi, dalam surat Al Jumu'ah ayat 10 adalah ...........
a. himbauan untuk tidak mengelompok dan menekuni profesi
b. larangan untuk tetap tinggal di masjid
c. menciptakan kreativitas
d. jalan-jalan untuk mencari pengalaman
e. melakukan kerja produktif
16. Pekerjaan jenis apapun tetap dipandang baik dan mulia selama.............
a. mendatangkan hasil yang memuaskan
b. tidak bertentangan dengan syariat Islam
c. mendatangkan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat
d. dilakukan tidak karena terpaksa
e. belum ada pilihan yang lebih baik
17. Keseimbangan antara bekerja dan beribadah dalam kehidupan akan menciptakan pribadi seorang muslim
yang ...............
a. pemalas dan enggan berusaha
b. pekerja keras dan ahli ibadah yang taat
c. pesimis dan berkarakter lemah
d. serakah akan dunia dan lupa akhirat
e. lupa dunia dan mementingkan akhirat
18. Bekerja keras dengan kemampuannya masing-masing merupakan ............
a. anjuran pemerintah d. kebiasaan orang beragama
b. perintah agama c. kewajiban manusia hidup
c. keutamaan beragama
19. , pada potongan ayat tersebut mengandung hukum bacaan ...........
a. ikhfak d. mad jaiz munfashil
b. mad thabi'i e. idghom bigunnah
c. mad wajib muttashil
20. Untuk meningkatkan produktivitas kerja seseorang, salah satu hal yang harus dilaksanakan adalah ..........
a. mengurangi jam kerja
b. melakukan segala cara dan upaya
c meningkatkan inovasi dan kreativitas
d. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
e. bekerja tanpa mengenal waktu
B. Jawablah Pertanyaan Di Bawah Ini dengan Singkat dan Benar !
1. Apa yang dimaksud etos kerja yang baik ?.......................................................................
2. Apa persyaratan yang mendasar untuk meningkatkan produktififas kerja ?...................
3. Jelaskan isi kandungan surat Al Qoshos ayat 77..............................................................
4. Sebutkan identifikasi seseorang yang mempunyai etos kerja yang tinggi .? ..................
5. Apa yang kamu ketahui tentang keseimbangan kerja dengan ibadah yang diungkapkan dalam surat jumu’ah ayat
9 : 10 ? ..................................................................................
6. Tunjukkan kerja keras yang pernah dicontohkan oleh Rosulullah SAW .? .....................
7. Jelaskan bekerja yang berorientasi pada proses .?............................................................
8. Tuliskan ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan produktifitas kerja .?..............................
9. Untuk apa Islam memerintahkan umatnya bekerja keras mencari harta benda .? ...........
10. Apa yang tersirat dalam surat Al Jumu’ah ayat 9-10 jelaskan ? .....................................
Pada saat Rasulullah SAW. berkhutbah pada hari jum’at
maka datanglah kafilah yang membawa barang dagangan dari Syam. Kemudian
orang-orang yang sedang mendengarkan khutbah dari Rasulullah SAW pada saat itu mereka
keluar untuk menjemput rombongan kafilah itu sehingga hanya tinggal 12 orang
saja yang duduk mendengarkan khutbah dari Rasulullah. Dengan terjadinya
peristiwa tersebut maka turunlah ayat yang selanjutnya )ayat 11) yang
menegaskan bahwa apa yang ada pada sisi Allah SWT. jauh lebih baik dari pada
apa yang ada pada perniagaan. )Munajab Mahali, 2002: 816)
Menurut Syekh Hj.Abdul Halim Hasan dalam bukunya Tafsir Al-Ahkam di dalam Surah Al-Jumu’ah ayat
9.
Ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan panggilan pada hari
jum’at itu ialah adzan ketika khatib telah naik ke atas mimbar dan akan memulai
mengucapkan khutbahnya.
Pada zaman Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar
melaksanakan adzan jum’at dilaksanakan hanya satu kali, yaitu sesudah khatib
naik ke atas mimbar. Diriwayatkan oleh Zuhri dari Saib bin Zaif dia berkata :
tidak ada di zaman Rasulullah SAW. melainkan seorang muadzin saja yang
mengumandangkan adzan ketika Rasulullah SAW. Telah naik ke atas mimbar,
kemudian qomat setelah beliau turun demikian juga yang dilakukan Abu Bakar Dan
Umar.
Di zaman Usman karena orang telah bertambah banyak, maka
ia menambah adzan itu. Menurut yang telah diriwayatkan dari Salaf, mereka tidak
menyetujui tambahan adzan pertama itu,
yaitu adzan sebelum khatib naik ke atas mimbar. Wafi’ mengatakan bahwa dia menerima keterangan
dari Usman bin Al-Ghar. Wafi’ berkata “maka dia menjawab Ibnu Umar mengatakan
bahwa, itu adalah bid’ah dan bid’ah itu sesat walaupun orang banyak memandang
hal itu baik”. )Abdul Halim Hasan, 2006: 598-599)
Menurut Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi dalam bukunya Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, apabila muadzin ada
dihadapan imam, sedang imam duduk di atas mimbar untuk salat maka tinggalkanlah
jual beli dan berjalanlah untuk mendengarkan nasehat imam di dalam khutbahnya
dan hendaklah kamu berjalan dengan tenang, perlahan dengan tentram, sehingga
kamu sampai ke masjid.
Perintah kepada orang-orang mukmin agar bejalan untuk salat jum’at
dengan tenang, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
bahwa Nabi SAW. mengatakan “apabila salat
diqamati maka janganlah kamu mendatangi dengan tergesah-gesah, tetapi
datangilah salat itu dengan tenang dan tentram. Salatlah apa yang kamu dapati
dari salat itu dan sempurnakanlah apa yang kamu ketinggalan dari salat itu”.
Dari Abu Qatadah ia berkata ketika kami salat bersama
Nabi SAW. tiba-tiba mendengar kegaduhan beberapa orang lelaki ketika beliau
selesai salat, beliau menanyakan “ada apa
kamu?”, mereka menjawab “kami
bergegas-gegas untuk salat”. Beliau mengatakan “jangan kamu
lakukan itu”. )HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Berjalanlah untuk salat itu, yakni meninggalkan jual
beli lebih baik bagimu daripada sibuk dengan jual beli dan mencari manfaat
duniawi, sebab kemanfaatan akherati itu lebih baik dan lebih kekal karena ia
memiliki kemanfaatan abadi. Sedang kemanfaatan duniawi adalah lenyap )fana).
Dan apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagimu, jika kamu termasuk
orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang benar tentang apa yang berbahaya
dan apa yang bermanfaat. )Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993: 162-165)
Apabila dipanggil )diundang) pada hari jum’at, hendaklah
kamu pergi sembahyang jum’at dan tinggalkan perdagangan, perusahaan dan apa-apa
pekerjaanmu. Apabila telah selesai sembahyang jum’at itu, hendaklah kamu
bertebaran di muka bumi, sambil mengerjakan jabatan kamu masing-masing dan
menungtut kurnia )rezeki) Allah. Pada itu janganlah kamu lupa mengingat Allah,
yaitu mengerjakan sembahyang pada tiap-tiap waktunya. Ayat-ayat ini menunjukkan
dua perkara:
1. Bahwa salat jum’at itu perlu
mengerjakannya, sebagai ganti dari salat dzuhur, yaitu atas tiap-tiap
orang laki-laki , kecuali jika ada dzuhur, seperti sakit, dalam
perjalanan, hari hujan dan sebagainya. Maka ketika itu tiadalah wajib
salat jum’at melainkan salat dzuhur saja.
2. Bahwa kita tidak disuruh oleh
agama Islam meninggalkan pekerjaan )perusahaan) pada hari jum’at,
melainkan sekedar untuk mengerjakan salat jum’at dan mendengar khutbah
saja. Selain dari pada itu kita boleh bekerja seperti pada hari yang lain.
Yang terlarang dalam agama Islam ialah bahwa, mereka
meneruskan juga perniagaannya atau permainannya, sedang imam telah membaca
khutbah sehingga imam berdiri seorang dirinya saja. )Mahmud Yunus, 2002:
828-830)
Ayat 9-10 pada Surah Al-Jumu’ah memberikan gambaran
tentang kegiatan kaum muslimin pada hari jum’at, sebagaimana orang Yahudi
mengistimewakan hari sabtu dan kaum Nasrani menghormati hari ahad, sedangkan
jum’at merupakan hari yang istimewa bagi kaum muslimin karenanya Allah SWT. telah
memberikan bimbingan berbagai kegiatan yang seharusnya mereka lakukan di hari
jum’at.
Pada Ayat ini ada dua kegiatan yang utama. Pertama, kegiatan ibadah. Kaum muslimin
hendaknya menyiapkan diri secara penuh sejak pagi hari bahkan dianjurkan pada
malam hari jum’at dihidupkan dengan memperbanyak dzikir dan Qiamul-lail. Bukan
berarti pada malam-malam yang lain kegitan itu tidak perlu, tretapi khusus pada
malam hari jum’at hendaknya ibadah ditingkatkan. Kedua, Allah melarang jual beli ketika panggilan
adzan jum’at,
Allah melarang jual beli agar tidak menjadikannya sebagai kesibukan yang menghalanginya
untuk melakukan shalat jum’at. Allah mengkhususkan melarang jual beli karena ini
adalah perkara terpenting yang sering menyebabkan kesibukan seseorang. Larangan
ini menunjukkan makna pengharaman dan tidak sahnya jual beli. Kemudian Allah
mengatakan “Dzalikum” )yang demikian itu), yakni yang Aku telah sebutkan
kepadamu dari perkara meninggalkan jual beli dan menghadiri shalat jum’at
adalah lebih baik bagimu, jika kamu akan mengetahui maslahatnya. Maka, lakukanlah
kesibukan dengan perkara selain jual beli sehingga mengabaikan shalat jum’at
adalah juga perkara yang diharamkan.
Pada ayat yang ke 9 Allah dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apabila
diseru untuk melaksanakan sholat jum'at bersegeralah mengingat Allah dan meninggalkan jual beli.
Kita diperbolehkan mengejar mengejar kehidupan duniawi yang disimbulkan degan jual beli tetapi
harus ingat bahwa tujuan hidup manusia hanyalah beribadah kepada Allah.
Pada ayat yang ke 10 , ditegaskan apabila ibadah sholat telah dilaksanakan, maka kita dipersilahkan
untuk melanjutkan aktivitas lagi untuk mencari karunia Allah. Hal ini memberi pengertian bahwa kita
tidak boleh malas karena rizki Allah tidak datang dengan sendirinya. Potensi akal dan pikiran yang
dimiliki oleh manusia hendaknya menjadi modal utama untuk meningkatkan produktivitas kerja secara
inovatif, agar hidupnya lebih berkualitas. Adapun cara meningkatkan produktivitas kerja dapat
dilakukan dengan :
a. Rajin, ulet dan tidak mudah berputus asa
b. Meningkatkan inovasi dan kreativitas
c. Belajar dari pengalaman untuk berbuat lebih baik di masa yang akan datang
d. Memaksimalkan kemampuan diri dan selalu optimis
e. Berdo'a dan bertawakal kepada Allah.