MENINGOCELE diskusi
Transcript of MENINGOCELE diskusi
BAGIAN ILMU BEDAH LONGCASEFAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS APRIL 2013UNIVERSITAS HASANUDDIN
MENINGOENCEPHALOCELE
Oleh :
Ogirahma
Muh. Ibrahim `
Musdah Mulia
Rizky Nur Harun 110 207 007
Pembimbing:dr. Tom Ch. Adriani
Supervisor:
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKSUBDIVISI BEDAH SARAF BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
1
MENINGOENCEPHALOCELE
Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 3 tahun
JK : laki-laki
RM : 594311
MRS : 26/02/2013
Jaminan : Jamkesmas
Ruangan : Lt.3 Bedah Saraf Kmr 4, Bed 2
Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan di hidung
Anamnesis terpimpin :
dialami sejak lahir, jika menangis benjolan tersebut bertambah besar. Riwayat demam
tidak ada, mual dan muntah tidak ada.
Pemeriksaan Fisis
STATUS PRESENTS
STATUS GENERALIS
Sakit sedang/ Gizi cukup/ Sadar
BB : kg
PB : cm
LK : cm
STATUS VITALIS
TD : 100/70 mmHg
N : 90 x/menit, regular, kuat angkat
P : 20 x/menit, spontan, tipe torakal
S : 36,9oC per aksilla
Status Regional
KEPALA
• Rambut : hitam,lurus, sukar dicabut
2
• Wajah :
• inspeksi : Tampak massa di frontonasal sebesar kemiri
• Palpasi : teraba massa ukuran 3x3 cm, konsistensi padat kenyal,
permukaan tidak rata, tidak terfiksir. Suhu sama dengan sekitar. Nyeri tekan
tidak ada.
Mata : konjungtiva kedua mata tidak anemis, sklera tidak hiperemis.
Hidung : tidak simetris
Bibir : tidak tampak sianosis
Leher :
Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada hematoma
Palpasi : nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, kaku
kuduk (-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Batas jantung kiri: linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: linea midclavicularis dekstra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II dalam batas normal, bising (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik ada kesan normal.
EKSTREMITAS
Ekstremitas superior kanan dan kiri :
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak jejas dan
hematoma, edema tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada
Ekstremitas inferior kanan dan kiri
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak jejas dan
hematoma, edema tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada
3
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman sulit dinilai sulit dinilai
N.Opticus Kanan Kiri
Visus sulit dinilai sulit dinilai
Lapangan pandang sulit dinilai sulit dinilai
Pupil Kanan Kiri
Bentuknya bulat bulat
Besarnya Ø 2,5 mm Ø 2,5 mm
Isokor/anisokor isokor isokor
Midriasis/miosis tidak ada tidak ada
Refleks cahaya
- Langsung (+) (+)
- Tidak langsung (+) (+)
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens
Kanan Kiri
Diplopia sulit dinilai sulit dinilai
Ptosis tidak ada tidak ada
- Strabismus tidak ada tidak ada
- Exophtalmus tidak ada tidak ada
Gerakan bola mata Sulit dinilai Sulit dinilai
N.Trigeminus Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit sulit dinilai
- Trismus sulit dinilai
- Refleks kornea sulit dinilai
Sensorik
4
- Dahi sulit dinilai
- Pipi sulit dinilai
- Dagu sulit dinilai
N.Facialis Kanan Kiri
Motorik sulit dinilai
Sensorik sulit dinilai
N. Cochlearis sulit dinilai
N. Vestibularis
Nistagmus sulit dinilai
Vertigo sulit dinilai
N. Glossopharingeus dan N. Vagus
Arcuspharingeus sulit dinilai
Uvula sulit dinilai
Gangguan menelan sulit dinilai
Suara serak/sengau sulit dinilai
Denyut jantung tidak ada kelainan
N. Accessorius
Mengangkat bahu sulit dinilai
Memutar kepala sulit dinilai
N. Hypoglossus
Mengulur lidah sulit dinilai
Disartria sulit dinilai
5
MOTORIK LENGAN Kanan Kiri
Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai
Tonus Normal Normal
TUNGKAI Kanan Kiri
Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai
Tonus Normal Normal
Klonus
- Paha tidak ada tidak ada
- Kaki tidak ada tidak ada
GAIT DAN KESEIMBANGAN
Gait KeseimbangandanKoordinasi
Dalam batas normal tidak dapat dinilai
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : tidak ada
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kaku kuduk : tidak ada
Brudzinsky : tidak ada
6
CT-Scan Kepala (11-3-2013)
Kesan :
Meningocele
Agenesis Corpus
Callosum
Porencephaly
7
DIAGNOSIS
Meningoencephalocele regio Frontonasal
RENCANA TINDAKAN
Rekonstruksi meningoencephalocele
8
PENDAHULUAN
Defek tuba neuralis menyebabkan kebanyakan kongenital anomali pada susunan sistem
saraf akibat kegagalan tuba neuralis menutup secara spontan antara minggu ke-3 dan ke-4
dalam perkembangan uterus. Meskipun penyebab yang tepat pada defek tuba neuralis masih
belum diketahui, ada bukti bahwa banyak faktor, termasuk radiasi, obat-obatan, malnutrisi,
bahan kimia, dan determinan genetik, yang dapat mempengaruhi perkembangan abnormal
pada susunan saraf. Defek tuba neuralis utama meliputi spina bifida okulta, menigokel,
mielomeningokel, ensefalokel, anensefali, sinus dermal, siringomielia, diastematomiela, dan
lipoma pada konus medularis.1
Meningoensefalokel (meningoencephalocele) atau disebut juga ensefalokel
(encephalocele) adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Defek tuba neuralis
ini di daerah kaudal akan menyebabkan spina bifida dan di daerah kranial akan menyebabkan
defek tulang kranium disebut kranium bifidum.2
Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk
hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia dan masuk ke dalam
kantung meningoensefalokel. Jika hanya mengandung meningen saja, prognosisnya lebih
baik dan dapat berkembang normal. 1,2
Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan otak
lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(Syndrome Meckel, syndrome
dandy-walker). 3
Hampir semua meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali
massanya terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah
sedini mungkin untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan
perlukaan di kepala. 3
9
Definisi:
Meningoensefalokel (meningoencephalocele) atau disebut juga ensefalokel
(encephalocele) adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Defek tuba neuralis ini
di daerah kaudal akan menyebabkan spina bifida dan di daerah kranial akan menyebabkan
kranium bifidum. Hal ini dimulai pada masa embrio pada minggu ke III sampai dengan
minggu ke IV; tidak menutupnya tuba neuralis pada ujung kranial dapat menimbulkan
herniasi jaringan saraf pusat. Meningoensefalokel dapat terjadi di seluruh bagian tengkorak,
tetapi yang paling sering terjadi di regio occipital, kecuali pada orang Asia, yang lebih sering
terjadi pada regio frontal. 5,6,7,8
Herniasi atau benjolan ini dapat berisi meningen dan cairan serebrospinal saja disebut
Meningokel Kranial, dapat juga berisi meningen, cairan serebrospinal dan
jaringan/parenkhim otak disebut Meningoensefalokel. Secara umum herniasi melalui defek
kranium disebut meningoensefalokel, walaupun sebenarnya berbeda patologi, pengobatan
dan prognosisnya. Kira-kira 75% meningoensefalokel didapatkan di regio oksipital, dapat
terlihat sebagai kantong kecil bertangkai atau struktur seperti kista besar, dapat lebih besar
daripada kranium; tertutup oleh kulit seluruhnya; kadang-kadang di tempat-tempat tertentu
hanya dilapisi oleh membran tipis seperti kertas perkamen. Sebanyak 15% dari ensefalokel
terletak di frontal. 9,10
Gambar 1. Meningoensefalokel pada regio occipital
10
Gambar 2. Meningoensefalokel pada regio frontonasal
Isi meningoensefalokel dapat diketahui dengan transiluminasi dan USG, pada
pemeriksaan mikroskopis, biasanya akan didapatkan jaringan otak abnormal/displasia.
Insiden meningoensefalokel 1-5 per 10000 bayi lahir hidup; paling kecil dari seluruh penyakit
defek tuba neuralis (8% - 19%). Di Eropa dan Amerika hampir 80% - 90%
meningoensefalokel terdapat di regio oksipital; meningoensefalokel di daerah anterior
(frontal, nasofrontal, nasofaringeal) lebih sering di Asia Tenggara. 11
Etiologi
Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama
perkembangan janin. Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan
pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama
kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen
(terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan yang terotegenik.
Meningoensefalokel juga disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian
occipitalis, kadang – kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.12
Walaupun penyebab pasti defek tuba neuralis masih belum diketahui, beberapa faktor
antara lain radiasi, obat-obatan, malnutrisi, bahan-bahan kimia dan faktor genetik terbukti
mempengaruhi perkembangan susunan saraf pusat sejak konsepsi, Penulis lain berpendapat
bahwa maternal hypertermia pada hamil muda juga merupakan fakor penyebab
meningoensefalokel. Data terakhir menyebutkan bahwa suplementasi vitamin seperti folic
acid saat sekitar konsepsi akan mencegah defek tuba neuralis. 12
Klasifikasi
11
Berikut adalah klasifikasi meningoensefalokel menurut Suwanwela:
I. Ensefalomeningokel oksipital
II. Ensefalomeningokel lengkung tengkorak
A. Interfrontal
B. Fontanel anterior
C. Interparietal
D. Fontanel posterior
E. Temporal
III. Ensefalomeningokel fronto-ethmoidal
A. Nasofrontal
B. Naso-ethmoidal
C. Naso-orbital
IV. Ensefalomeningokel basal
A. Transethmoidal
B. Sfeno-ethmoidal
C. Transsfenoidal
D. Frontosfenoidal atau sfeno-orbital
V. Kranioskhisis
A. Kranial, fasial atas bercelah
B. Basal, fasial bawah bercelah
C. Oksipitoservikal bercelah
D. Akrania dan anensefali. 5
Meningoensefalokel oksipital merupakan 70 persen sefalokel (pada geografis). Dibagi
kedalam subkelompok sesuai hubungannya dengan protuberansia oksipital eksterna (EOP):
sefalokel oksipitalis superior, dimana terletak diatas EOP, dan sefalokel oksipitalis inferior,
yang terletak dibawah EOP. Penonjolan lobus oksipital tampak disefalokel superior, dimana
serebelum menonjol dalam sefalokel inferior. Bila defek tulang meluas turun keforamen
magnum, keadaan ini disebut sefalokel oksipitalis magna. Hubungan sefalokel ini dengan
spina bifida servikalis disebut sefalokel oksipitoservikalis (iniensefali).5
Meningoensefalokel anterior jarang dibanding meningoensefalokel posterior. Yang
pertama biasanya dibagi kedalam dua kelompok: meningoensefalokel sinsipital (tampak)
dan meningoensefalokel basal (tak tampak). Mungkin juga dibagi kedalam empat
kelompok:
(1) meningoensefalokel frontal,
12
(2) meningoensefalokel frontonasal,
(3) meningoensefalokel fronto-ethmoid, dan
(4) meningoensefalokel nasofaringeal.
Sambungan tulang frontal dan kartilago nasal adalah tempat yang umum dari sefalokel;
hubungan ini menjadi titik lemah karena pertumbuhan yang berbeda tulang frontal dan
kartilago nasal. Suwanwela menyebut sefalokel diregio ini sebagai meningoensefalokel
fronto-ethmoid dan dikelompokkan kedalam tiga subkelompok:
1. Jenis nasofrontal: menonjol pada sambungan tulang frontal dan tulang nasal.
2. Jenis nasoethmoid: menonjol pada tulang nasal atau kartilago nasal.
3. Jenis naso-orbital: menonjol dari bagian anterior tulang ethmoid dari bagian anterior
orbit. 5
Meningoensefalokel basal dapat dibagi kedalam lima kelompok:
1. Meningoensefalokel transethmoidal (intranasal): herniasi kedalam kavum nasal melalui
lamina kribrosa.
2. Meningoensefalokel sfeno-ethmoid (intranasal posterior): herniasi kebagian posterior
kavum nasal melalui tulang sfenoid.
3. Meningoensefalokel transsfenoid (sfenofaringeal): herniasi kenasofaring melalui tulang
sfenoid.
4. Meningoensefalokel sfeno-orbital: herniasi keruang orbit melalui fissura orbital superior.
5. Meningoensefalokel sfenomaksillari: herniasi kerongga orbit melalui fissura pterigoid,
kemudian kefossa pterigoid melalui fissura intra orbital. 5
Gejala Klinis
Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk
hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia dan masuk ke dalam
kantung meningoensefalokel. Jika hanya mengandung meningen saja, prognosisnya lebih
baik dan dapat berkembang normal. Gejala-gejala sehubungan dengan malformasi otak
adalah mental retardasi, ataxia spastik, kejang, buta dan gangguan gerakan bola mata.
Sebenarnya diagnosis perinatal dapat ditegakkan dengan pemeriksaan USG, alfa feto protein
cairan amnion dan serum ibu.6
Ukuran dari meningoensefalokel mempengaruhi ukuran dari tengkoran dan otak
tergantung dari besarnya protrusi pada tengkorak. Bila protrusi besar, maka tengkorak akan
tampak seperti mikrosefali, karena banyak jaringan otak yang sudah keluar.
13
Menigoensefalokel jarang berhubungan dengan malformasi serebri saja dan biasanya
berhubungan dengan abnormalitas dari hemisper serebri, serebelli dan otak tengah.9
Meningoensefalokel anterior sering bersamaan dengan anomali muka, seperti bibir dan
langit-langit bercelah. Empat anomali yaitu meningoensefalokel oksipital, hidrosefalus,
deformitas Klippel-Feil, dan langit-langit bercelah sering terjadi sebagai tetrad. Kelainan
jantung kongenital dan ekstremitas yang displastik adalah anomali yang berhubungan yang
terletak dibagian lain dari badan. 6
Hidrosefalus mungkin terjadi sebelum diperbaikinya sefalokel, atau mungkin terbentuk
setelah operasi. Insidens hidrosefalus yang menyertai pada meningoensefalokel oksipital
adalah 25 persen pada meningokel dan 66 persen pada meningoensefalokel. Hidrosefalus
yang bersamaan pada meningoensefalokel anterior jarang. Seperti pada spina bifida,
insidens hidrosefalus lebih tinggi pada sefalokel yang mengandung jaringan otak. Insidens
hidrosefalus yang menyertai pada meningoensefalokel oksipital adalah hampir sama dengan
pada mielomeningokel. 6
Patofisiologi
Meningoensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu
lubang pada tulang tengkorak. Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan
tabung saraf selama perkembangan janin.1
Ada dua bentuk disrafisme utama yang mempengaruhi tulang kranial, dan menghasilkan
protrusi jaringan melalui defek linea mediana tulang yang disebut cranium bifidum.
Mielomeningokel cranium terdiri dari kantong meninges yang terisi hanya cairan
serebrospinal dan meningoensefalokel mengandung kantung dan korteks serebri, serebelum,
atau bagian batang otak. Defek kranium paling lazim pada daerah oksipital pada atau di
bawah sambungan, dan sebagian terjadi frontal atau nasofrontal. Kelainan ini adalah adalah
sepersepuluh dari defek penutupan tuba neuralis yang melibatkan spina. Etiologi ini dianggap
sama dengan etiologi anensefali dan mielomeningokel. 6
Bayi dengan meningoensefalokel kranium beresiko untuk terjadinya hirdosefalus karena
stenosis akuaduktus, malformasi Chiari, atau sindrom Dandy-Walker. Pemeriksaan dapat
menunjukkan kantung kecil dengan batang bertangkai atau struktur seperti kista besar yang
dapat melebihi ukuran kranium. Lesi ini dapat tertutup total dengan kulit, namun daerah yang
tidak berkulit (denuded skin) dapat terjadi dan memerlukan manajemen bedah segera.
Transiluminasi kantung dapat menampakkan adanya jaringan saraf. 1
14
Diagnosis
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menilai struktur patologis sefalokel: daerah
defek tulang, ukuran serta isi sefalokel, ada atau tidaknya anomali SSP, dan dinamika CSS.7
Lubang defek tulang pada meningoensefalokel oksipital mudah dikenal pada foto polos
tengkorak. Sebagai tambahan terhadap daerah defek tulang, perluasan defek dan ada atau
tidaknya kraniolakunia dapat diketahui. Ada atau tidaknya otak yang vital dikantung dapat
ditentukan dengan ventrikulografi dan angiografi serebral, namun CT scan memperlihatkan
tidak hanya isi kantung namun semua kelainan intrakranial yang bersamaan. 10
Meningoensefalokel oksipital harus didiferensiasi dari kasus garis tengah lainnya,
seperti sinus perikranii, dan holoprosensefali. Sinus perikranii sangat lebih kompresibel
dibanding meningoensefalokel. CT scan memperlihatkan displasia serebral sebagai
tambahan atas kantung dorsal pada holoprosensefali. Angiografi serebral mungkin perlu
untuk membedakan meningoensefalokel oksipital dari kantung dorsal holoprosensefali;
holoprosensefali didi- agnosis oleh adanya arteria serebral anterior azigos. 7
Untuk memeriksa lubang dari defek tulang pada meningoensefalokel anterior,
tomografi fossa anterior dan CT scan diperlukan. Meningoensefalokel anterior harus
didiferensiasi dari polip nasal, teratoma orbitofronal, glioma ektopik (nasal), dan keadaan
serupa. Teratoma orbitofrontal mungkin menampakkan kalsifikasi pada foto polos dan
meluas kedalam ruang intrakranial. Tumor ini menjadi maligna dengan pertambahan usia.
Glioma nasal adalah tumor neurogenik kongenital yang jarang yaitu massa heterotopik
nonneoplastik dari jaringan neuroglial. Tapi mungkin tumbuh seperti neoplasma sejati,
menginfiltrasi jaringan sekitarnya, serta metastasis ke nodus limfe regional. 5,6
MRI kranial dapat memberi gambaran yang pasti dari kandungan dalam
meningiensefalokel. Meskipun terletak pada garis tengah, isi dari protrusi biasanya dari salah
satu hemisfer yang lebih kecil.9
15
Gambar 3. Meningoensefalokel pada pada regio frontonasal
Gambar 4. Meningoensefalokel pada pada occipital
Komplikasi
Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan otak
lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(Syndrome Meckel, syndrome
dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak,
miensefalus (fusi tulang occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstensi),
huloprokensefalus (hanya berbentuk sebuah rongga ventrikel yang berdilatasi),
hindranensefalus (destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan
bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dan sebagainya.12
Berikut adalah beberapa komplikasi dari meningoensefalokel, yaitu:
a. Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastik)
b. Gangguan perkembangan
c. Mikrosefalus
d. Hidrosefalus
e. Gangguan penglihatan
16
f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
g. Ataksia
h. Kejang.12
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningoensefalokel tergantung dari isi dan luas dari anomali. Pada
meningokel oksipital, di mana kantung tidak mengandung jaringan saraf, hasil dari
pembedahan hampir selalu baik. Tetapi pada meningoensefalokel yang berisi jaringan otak
biasanya diakhiri dengan kematian dari anak.9
Hampir semua meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali
massanya terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah
sedini mungkin untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan
perlukaan di kepala. 6
Pada neonatus apabila dijumpai ulkus pada meningoensefalokel atau tidak terjadi
kebocoran cairan serebrospinal, operasi segera dilakukan. Pada meningoensefalokel yang
ditutupi kulit kepala yang baik, operasi dapat ditunda sampai keadaan anak stabil. Tujuan
operasi adalah menutup defek (watertight dural closure), eksisi masa otak yang herniasi serta
memelihara fungsi otak. 7
Defek tulang yang cukup besar dapat diperbaiki dengan wire mesh, plastik atau tulang,
tetapi jarang diperlukan. Hasil akhir operasi sukar dipastikan oleh karena bervariasinya kasus.
Pada tindakan bedah terhadap 40 penderita didapati 15 orang (38%) meninggal dan dari 25
orang yang hidup 14 orang (56%) intelegensianya normal meskipun sering dijumpai
gangguan motorik dan pada 11 orang (44%) dijumpai gangguan intelektual dan motorik. 10
1. Penanganan Pra Bedah
Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin
yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa steril yang tidak melekat
untuk mencegah jaringan saraf yang terpaparmenjadi kering. 12
Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada saat mempertahan
suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi
ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi
akibat permukaan lesi yang basah. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat
grafiknya. Diperlukan pemeriksaan X-Ray kepala AP/LAT dan diambil photografi dari
lesi. 12
17
2. Perawatan pasca bedah
Pemberian makan per oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. Jika ada drain
penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan
atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah. Lingkar kepala
diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan
awal dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut
dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.12
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, B.; Arvin K.; Buku Ilmu Kesehatan Anak 15th edition; Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta; 2000.
2. Meadow, R.; Simon N.; Lecture Notes: Pediatrika 7th edition; Erlangga; 2003.
3. Hull, D.; Derek I.J.; Dasar-Dasar Pediatri 3rd edition; Penerbit Buku Kedokteran
EGC; Jakarta; 2008.
4. Saanin, S.; Disrafisme Kranial; in Anomali Susunan Saraf Pusat; Ilmu Bedah Saraf;
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang; available at:
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Disrafisme.html; 2008.
5. Muscari, M.E.; Keperawatan Pediatrik 3rd edition; Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta; 2005.
6. Taufan, V.R.; Ensefalokel (Encephalocele); available at: http://dokter
rosfanty.blogspot.com/2009/07/ensefalokel.html; 2009.
7. Dorland, W.A.N.; Kamus Kedokteran Dorland; Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta; 2002.
8. Fenichel, G.M.; Clinical Pediatric Neurology 4th edition; Saunders Company;
Philadelphia; 2001.
9. Tsementzis, S.A.; Differential Diagnosis of Neurology and Neurosurgery; Thieme
Stuttgart; New York; 2000.
10. Sjamsuhidajat, R.; Wim d.J.; Buku Ajar Ilmu Bedah; Penerbit Buku Kedokteran
EGC; Jakarta; 2005.
11. Lubis, N.U.; Encephalocele; in CKD – Cermin Dunia Kedokteran Magazine; Kalbe
Farma; PT. Temprint; Jakarta; 2009.
12. Mayasari, N.; Encephalocele; available at: http://upeeknouvelz.blogspot.com/
2010/02/kelainan-pada-bayi-dengan.html; 2010.
19