MENINGOCELE diskusi

27
BAGIAN ILMU BEDAH LONGCASE FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS APRIL 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN MENINGOENCEPHALOCELE Oleh : Ogirahma Muh. Ibrahim ` Musdah Mulia Rizky Nur Harun 110 207 007 Pembimbing: dr. Tom Ch. Adriani Supervisor: DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK SUBDIVISI BEDAH SARAF BAGIAN ILMU BEDAH 1

Transcript of MENINGOCELE diskusi

Page 1: MENINGOCELE diskusi

BAGIAN ILMU BEDAH LONGCASEFAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS APRIL 2013UNIVERSITAS HASANUDDIN

MENINGOENCEPHALOCELE

Oleh :

Ogirahma

Muh. Ibrahim `

Musdah Mulia

Rizky Nur Harun 110 207 007

Pembimbing:dr. Tom Ch. Adriani

Supervisor:

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKSUBDIVISI BEDAH SARAF BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2013

1

Page 2: MENINGOCELE diskusi

MENINGOENCEPHALOCELE

Identitas Pasien

Nama : An. A

Umur : 3 tahun

JK : laki-laki

RM : 594311

MRS : 26/02/2013

Jaminan : Jamkesmas

Ruangan : Lt.3 Bedah Saraf Kmr 4, Bed 2

Anamnesis

Keluhan Utama : Benjolan di hidung

Anamnesis terpimpin :

dialami sejak lahir, jika menangis benjolan tersebut bertambah besar. Riwayat demam

tidak ada, mual dan muntah tidak ada.

Pemeriksaan Fisis

STATUS PRESENTS  

STATUS GENERALIS

Sakit sedang/ Gizi cukup/ Sadar

BB : kg

PB : cm

  LK : cm

STATUS VITALIS

TD : 100/70 mmHg

N : 90 x/menit, regular, kuat angkat

P : 20 x/menit, spontan, tipe torakal

S : 36,9oC per aksilla

Status Regional

KEPALA

• Rambut : hitam,lurus, sukar dicabut

2

Page 3: MENINGOCELE diskusi

• Wajah :

• inspeksi : Tampak massa di frontonasal sebesar kemiri

• Palpasi : teraba massa ukuran 3x3 cm, konsistensi padat kenyal,

permukaan tidak rata, tidak terfiksir. Suhu sama dengan sekitar. Nyeri tekan

tidak ada.

Mata : konjungtiva kedua mata tidak anemis, sklera tidak hiperemis.

Hidung : tidak simetris

Bibir : tidak tampak sianosis

Leher :

Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada hematoma

Palpasi : nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, kaku

kuduk (-)

JANTUNG

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Pekak

Batas jantung kiri: linea parasternalis sinistra

Batas jantung kanan: linea midclavicularis dekstra

Auskultasi : Bunyi jantung I/II dalam batas normal, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Datar, ikut gerak napas

Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-).

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik ada kesan normal.

EKSTREMITAS

Ekstremitas superior kanan dan kiri :

Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak jejas dan

hematoma, edema tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada

Ekstremitas inferior kanan dan kiri

Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak jejas dan

hematoma, edema tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada

3

Page 4: MENINGOCELE diskusi

SYARAF-SYARAF OTAK

N. Olfaktorius Kanan Kiri

Penciuman sulit dinilai sulit dinilai

N.Opticus Kanan Kiri

Visus sulit dinilai sulit dinilai

Lapangan pandang sulit dinilai sulit dinilai

Pupil Kanan Kiri

Bentuknya bulat bulat

Besarnya Ø 2,5 mm Ø 2,5 mm

Isokor/anisokor isokor isokor

Midriasis/miosis tidak ada tidak ada

Refleks cahaya

- Langsung (+) (+)

- Tidak langsung (+) (+)

Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens

Kanan Kiri

Diplopia sulit dinilai sulit dinilai

Ptosis tidak ada tidak ada

- Strabismus tidak ada tidak ada

- Exophtalmus tidak ada tidak ada

Gerakan bola mata Sulit dinilai Sulit dinilai

N.Trigeminus Kanan Kiri

Motorik

- Menggigit sulit dinilai

- Trismus sulit dinilai

- Refleks kornea sulit dinilai

Sensorik

4

Page 5: MENINGOCELE diskusi

- Dahi sulit dinilai

- Pipi sulit dinilai

- Dagu sulit dinilai

N.Facialis Kanan Kiri

Motorik sulit dinilai

Sensorik sulit dinilai

N. Cochlearis sulit dinilai

N. Vestibularis

Nistagmus sulit dinilai

Vertigo sulit dinilai

N. Glossopharingeus dan N. Vagus

Arcuspharingeus sulit dinilai

Uvula sulit dinilai

Gangguan menelan sulit dinilai

Suara serak/sengau sulit dinilai

Denyut jantung tidak ada kelainan

N. Accessorius

Mengangkat bahu sulit dinilai

Memutar kepala sulit dinilai

N. Hypoglossus

Mengulur lidah sulit dinilai

Disartria sulit dinilai

5

Page 6: MENINGOCELE diskusi

MOTORIK LENGAN Kanan Kiri

Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai

Tonus Normal Normal

TUNGKAI Kanan Kiri

Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai

Tonus Normal Normal

Klonus

- Paha tidak ada tidak ada

- Kaki tidak ada tidak ada

GAIT DAN KESEIMBANGAN

Gait KeseimbangandanKoordinasi

Dalam batas normal tidak dapat dinilai

GERAKAN ABNORMAL

Tremor : tidak ada

GEJALA RANGSANG MENINGEAL

Kaku kuduk : tidak ada

Brudzinsky : tidak ada

6

Page 7: MENINGOCELE diskusi

CT-Scan Kepala (11-3-2013)

Kesan :

Meningocele

Agenesis Corpus

Callosum

Porencephaly

7

Page 8: MENINGOCELE diskusi

DIAGNOSIS

Meningoencephalocele regio Frontonasal

RENCANA TINDAKAN

Rekonstruksi meningoencephalocele

8

Page 9: MENINGOCELE diskusi

PENDAHULUAN

Defek tuba neuralis menyebabkan kebanyakan kongenital anomali pada susunan sistem

saraf akibat kegagalan tuba neuralis menutup secara spontan antara minggu ke-3 dan ke-4

dalam perkembangan uterus. Meskipun penyebab yang tepat pada defek tuba neuralis masih

belum diketahui, ada bukti bahwa banyak faktor, termasuk radiasi, obat-obatan, malnutrisi,

bahan kimia, dan determinan genetik, yang dapat mempengaruhi perkembangan abnormal

pada susunan saraf. Defek tuba neuralis utama meliputi spina bifida okulta, menigokel,

mielomeningokel, ensefalokel, anensefali, sinus dermal, siringomielia, diastematomiela, dan

lipoma pada konus medularis.1

Meningoensefalokel (meningoencephalocele) atau disebut juga ensefalokel

(encephalocele) adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Defek tuba neuralis

ini di daerah kaudal akan menyebabkan spina bifida dan di daerah kranial akan menyebabkan

defek tulang kranium disebut kranium bifidum.2

Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk

hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia dan masuk ke dalam

kantung meningoensefalokel. Jika hanya mengandung meningen saja, prognosisnya lebih

baik dan dapat berkembang normal. 1,2

Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan otak

lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(Syndrome Meckel, syndrome

dandy-walker). 3

Hampir semua meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali

massanya terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah

sedini mungkin untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan

perlukaan di kepala. 3

9

Page 10: MENINGOCELE diskusi

Definisi:

Meningoensefalokel (meningoencephalocele) atau disebut juga ensefalokel

(encephalocele) adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Defek tuba neuralis ini

di daerah kaudal akan menyebabkan spina bifida dan di daerah kranial akan menyebabkan

kranium bifidum. Hal ini dimulai pada masa embrio pada minggu ke III sampai dengan

minggu ke IV; tidak menutupnya tuba neuralis pada ujung kranial dapat menimbulkan

herniasi jaringan saraf pusat. Meningoensefalokel dapat terjadi di seluruh bagian tengkorak,

tetapi yang paling sering terjadi di regio occipital, kecuali pada orang Asia, yang lebih sering

terjadi pada regio frontal. 5,6,7,8

Herniasi atau benjolan ini dapat berisi meningen dan cairan serebrospinal saja disebut

Meningokel Kranial, dapat juga berisi meningen, cairan serebrospinal dan

jaringan/parenkhim otak disebut Meningoensefalokel. Secara umum herniasi melalui defek

kranium disebut meningoensefalokel, walaupun sebenarnya berbeda patologi, pengobatan

dan prognosisnya. Kira-kira 75% meningoensefalokel didapatkan di regio oksipital, dapat

terlihat sebagai kantong kecil bertangkai atau struktur seperti kista besar, dapat lebih besar

daripada kranium; tertutup oleh kulit seluruhnya; kadang-kadang di tempat-tempat tertentu

hanya dilapisi oleh membran tipis seperti kertas perkamen. Sebanyak 15% dari ensefalokel

terletak di frontal. 9,10

Gambar 1. Meningoensefalokel pada regio occipital

10

Page 11: MENINGOCELE diskusi

Gambar 2. Meningoensefalokel pada regio frontonasal

Isi meningoensefalokel dapat diketahui dengan transiluminasi dan USG, pada

pemeriksaan mikroskopis, biasanya akan didapatkan jaringan otak abnormal/displasia.

Insiden meningoensefalokel 1-5 per 10000 bayi lahir hidup; paling kecil dari seluruh penyakit

defek tuba neuralis (8% - 19%). Di Eropa dan Amerika hampir 80% - 90%

meningoensefalokel terdapat di regio oksipital; meningoensefalokel di daerah anterior

(frontal, nasofrontal, nasofaringeal) lebih sering di Asia Tenggara. 11

Etiologi

Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama

perkembangan janin. Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan

pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama

kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen

(terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan yang terotegenik.

Meningoensefalokel juga disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian

occipitalis, kadang – kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.12

Walaupun penyebab pasti defek tuba neuralis masih belum diketahui, beberapa faktor

antara lain radiasi, obat-obatan, malnutrisi, bahan-bahan kimia dan faktor genetik terbukti

mempengaruhi perkembangan susunan saraf pusat sejak konsepsi, Penulis lain berpendapat

bahwa maternal hypertermia pada hamil muda juga merupakan fakor penyebab

meningoensefalokel. Data terakhir menyebutkan bahwa suplementasi vitamin seperti folic

acid saat sekitar konsepsi akan mencegah defek tuba neuralis. 12

Klasifikasi

11

Page 12: MENINGOCELE diskusi

Berikut adalah klasifikasi meningoensefalokel menurut Suwanwela:

I. Ensefalomeningokel oksipital

II. Ensefalomeningokel lengkung tengkorak

A. Interfrontal

B. Fontanel anterior

C. Interparietal

D. Fontanel posterior

E. Temporal

III. Ensefalomeningokel fronto-ethmoidal

A. Nasofrontal

B. Naso-ethmoidal

C. Naso-orbital

IV. Ensefalomeningokel basal

A. Transethmoidal

B. Sfeno-ethmoidal

C. Transsfenoidal

D. Frontosfenoidal atau sfeno-orbital

V. Kranioskhisis

A. Kranial, fasial atas bercelah

B. Basal, fasial bawah bercelah

C. Oksipitoservikal bercelah

D. Akrania dan anensefali. 5

Meningoensefalokel oksipital merupakan 70 persen sefalokel (pada geografis). Dibagi

kedalam subkelompok sesuai hubungannya dengan protuberansia oksipital eksterna (EOP):

sefalokel oksipitalis superior, dimana terletak diatas EOP, dan sefalokel oksipitalis inferior,

yang terletak dibawah EOP. Penonjolan lobus oksipital tampak disefalokel superior, dimana

serebelum menonjol dalam sefalokel inferior. Bila defek tulang meluas turun keforamen

magnum, keadaan ini disebut sefalokel oksipitalis magna. Hubungan sefalokel ini dengan

spina bifida servikalis disebut sefalokel oksipitoservikalis (iniensefali).5

Meningoensefalokel anterior jarang dibanding meningoensefalokel posterior. Yang

pertama biasanya dibagi kedalam dua kelompok: meningoensefalokel sinsipital (tampak)

dan meningoensefalokel basal (tak tampak). Mungkin juga dibagi kedalam empat

kelompok:

(1) meningoensefalokel frontal,

12

Page 13: MENINGOCELE diskusi

(2) meningoensefalokel frontonasal,

(3) meningoensefalokel fronto-ethmoid, dan

(4) meningoensefalokel nasofaringeal.

Sambungan tulang frontal dan kartilago nasal adalah tempat yang umum dari sefalokel;

hubungan ini menjadi titik lemah karena pertumbuhan yang berbeda tulang frontal dan

kartilago nasal. Suwanwela menyebut sefalokel diregio ini sebagai meningoensefalokel

fronto-ethmoid dan dikelompokkan kedalam tiga subkelompok:

1. Jenis nasofrontal: menonjol pada sambungan tulang frontal dan tulang nasal.

2. Jenis nasoethmoid: menonjol pada tulang nasal atau kartilago nasal.

3. Jenis naso-orbital: menonjol dari bagian anterior tulang ethmoid dari bagian anterior

orbit. 5

Meningoensefalokel basal dapat dibagi kedalam lima kelompok:

1. Meningoensefalokel transethmoidal (intranasal): herniasi kedalam kavum nasal melalui

lamina kribrosa.

2. Meningoensefalokel sfeno-ethmoid (intranasal posterior): herniasi kebagian posterior

kavum nasal melalui tulang sfenoid.

3. Meningoensefalokel transsfenoid (sfenofaringeal): herniasi kenasofaring melalui tulang

sfenoid.

4. Meningoensefalokel sfeno-orbital: herniasi keruang orbit melalui fissura orbital superior.

5. Meningoensefalokel sfenomaksillari: herniasi kerongga orbit melalui fissura pterigoid,

kemudian kefossa pterigoid melalui fissura intra orbital. 5

Gejala Klinis

Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk

hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia dan masuk ke dalam

kantung meningoensefalokel. Jika hanya mengandung meningen saja, prognosisnya lebih

baik dan dapat berkembang normal. Gejala-gejala sehubungan dengan malformasi otak

adalah mental retardasi, ataxia spastik, kejang, buta dan gangguan gerakan bola mata.

Sebenarnya diagnosis perinatal dapat ditegakkan dengan pemeriksaan USG, alfa feto protein

cairan amnion dan serum ibu.6

Ukuran dari meningoensefalokel mempengaruhi ukuran dari tengkoran dan otak

tergantung dari besarnya protrusi pada tengkorak. Bila protrusi besar, maka tengkorak akan

tampak seperti mikrosefali, karena banyak jaringan otak yang sudah keluar.

13

Page 14: MENINGOCELE diskusi

Menigoensefalokel jarang berhubungan dengan malformasi serebri saja dan biasanya

berhubungan dengan abnormalitas dari hemisper serebri, serebelli dan otak tengah.9

Meningoensefalokel anterior sering bersamaan dengan anomali muka, seperti bibir dan

langit-langit bercelah. Empat anomali yaitu meningoensefalokel oksipital, hidrosefalus,

deformitas Klippel-Feil, dan langit-langit bercelah sering terjadi sebagai tetrad. Kelainan

jantung kongenital dan ekstremitas yang displastik adalah anomali yang berhubungan yang

terletak dibagian lain dari badan. 6

Hidrosefalus mungkin terjadi sebelum diperbaikinya sefalokel, atau mungkin terbentuk

setelah operasi. Insidens hidrosefalus yang menyertai pada meningoensefalokel oksipital

adalah 25 persen pada meningokel dan 66 persen pada meningoensefalokel. Hidrosefalus

yang bersamaan pada meningoensefalokel anterior jarang. Seperti pada spina bifida,

insidens hidrosefalus lebih tinggi pada sefalokel yang mengandung jaringan otak. Insidens

hidrosefalus yang menyertai pada meningoensefalokel oksipital adalah hampir sama dengan

pada mielomeningokel. 6

Patofisiologi

Meningoensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya

penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu

lubang pada tulang tengkorak. Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan

tabung saraf selama perkembangan janin.1

Ada dua bentuk disrafisme utama yang mempengaruhi tulang kranial, dan menghasilkan

protrusi jaringan melalui defek linea mediana tulang yang disebut cranium bifidum.

Mielomeningokel cranium terdiri dari kantong meninges yang terisi hanya cairan

serebrospinal dan meningoensefalokel mengandung kantung dan korteks serebri, serebelum,

atau bagian batang otak. Defek kranium paling lazim pada daerah oksipital pada atau di

bawah sambungan, dan sebagian terjadi frontal atau nasofrontal. Kelainan ini adalah adalah

sepersepuluh dari defek penutupan tuba neuralis yang melibatkan spina. Etiologi ini dianggap

sama dengan etiologi anensefali dan mielomeningokel. 6

Bayi dengan meningoensefalokel kranium beresiko untuk terjadinya hirdosefalus karena

stenosis akuaduktus, malformasi Chiari, atau sindrom Dandy-Walker. Pemeriksaan dapat

menunjukkan kantung kecil dengan batang bertangkai atau struktur seperti kista besar yang

dapat melebihi ukuran kranium. Lesi ini dapat tertutup total dengan kulit, namun daerah yang

tidak berkulit (denuded skin) dapat terjadi dan memerlukan manajemen bedah segera.

Transiluminasi kantung dapat menampakkan adanya jaringan saraf. 1

14

Page 15: MENINGOCELE diskusi

Diagnosis

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menilai struktur patologis sefalokel: daerah

defek tulang, ukuran serta isi sefalokel, ada atau tidaknya anomali SSP, dan dinamika CSS.7

Lubang defek tulang pada meningoensefalokel oksipital mudah dikenal pada foto polos

tengkorak. Sebagai tambahan terhadap daerah defek tulang, perluasan defek dan ada atau

tidaknya kraniolakunia dapat diketahui. Ada atau tidaknya otak yang vital dikantung dapat

ditentukan dengan ventrikulografi dan angiografi serebral, namun CT scan memperlihatkan

tidak hanya isi kantung namun semua kelainan intrakranial yang bersamaan. 10

Meningoensefalokel oksipital harus didiferensiasi dari kasus garis tengah lainnya,

seperti sinus perikranii, dan holoprosensefali. Sinus perikranii sangat lebih kompresibel

dibanding meningoensefalokel. CT scan memperlihatkan displasia serebral sebagai

tambahan atas kantung dorsal pada holoprosensefali. Angiografi serebral mungkin perlu

untuk membedakan meningoensefalokel oksipital dari kantung dorsal holoprosensefali;

holoprosensefali didi- agnosis oleh adanya arteria serebral anterior azigos. 7

Untuk memeriksa lubang dari defek tulang pada meningoensefalokel anterior,

tomografi fossa anterior dan CT scan diperlukan. Meningoensefalokel anterior harus

didiferensiasi dari polip nasal, teratoma orbitofronal, glioma ektopik (nasal), dan keadaan

serupa. Teratoma orbitofrontal mungkin menampakkan kalsifikasi pada foto polos dan

meluas kedalam ruang intrakranial. Tumor ini menjadi maligna dengan pertambahan usia.

Glioma nasal adalah tumor neurogenik kongenital yang jarang yaitu massa heterotopik

nonneoplastik dari jaringan neuroglial. Tapi mungkin tumbuh seperti neoplasma sejati,

menginfiltrasi jaringan sekitarnya, serta metastasis ke nodus limfe regional. 5,6

MRI kranial dapat memberi gambaran yang pasti dari kandungan dalam

meningiensefalokel. Meskipun terletak pada garis tengah, isi dari protrusi biasanya dari salah

satu hemisfer yang lebih kecil.9

15

Page 16: MENINGOCELE diskusi

Gambar 3. Meningoensefalokel pada pada regio frontonasal

Gambar 4. Meningoensefalokel pada pada occipital

Komplikasi

Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan otak

lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(Syndrome Meckel, syndrome

dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak,

miensefalus (fusi tulang occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstensi),

huloprokensefalus (hanya berbentuk sebuah rongga ventrikel yang berdilatasi),

hindranensefalus (destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan

bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dan sebagainya.12

Berikut adalah beberapa komplikasi dari meningoensefalokel, yaitu:

a. Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastik)

b. Gangguan perkembangan

c. Mikrosefalus

d. Hidrosefalus

e. Gangguan penglihatan

16

Page 17: MENINGOCELE diskusi

f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan

g. Ataksia

h. Kejang.12

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan meningoensefalokel tergantung dari isi dan luas dari anomali. Pada

meningokel oksipital, di mana kantung tidak mengandung jaringan saraf, hasil dari

pembedahan hampir selalu baik. Tetapi pada meningoensefalokel yang berisi jaringan otak

biasanya diakhiri dengan kematian dari anak.9

Hampir semua meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali

massanya terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah

sedini mungkin untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan

perlukaan di kepala. 6

Pada neonatus apabila dijumpai ulkus pada meningoensefalokel atau tidak terjadi

kebocoran cairan serebrospinal, operasi segera dilakukan. Pada meningoensefalokel yang

ditutupi kulit kepala yang baik, operasi dapat ditunda sampai keadaan anak stabil. Tujuan

operasi adalah menutup defek (watertight dural closure), eksisi masa otak yang herniasi serta

memelihara fungsi otak. 7

Defek tulang yang cukup besar dapat diperbaiki dengan wire mesh, plastik atau tulang,

tetapi jarang diperlukan. Hasil akhir operasi sukar dipastikan oleh karena bervariasinya kasus.

Pada tindakan bedah terhadap 40 penderita didapati 15 orang (38%) meninggal dan dari 25

orang yang hidup 14 orang (56%) intelegensianya normal meskipun sering dijumpai

gangguan motorik dan pada 11 orang (44%) dijumpai gangguan intelektual dan motorik. 10

1. Penanganan Pra Bedah

Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin

yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa steril yang tidak melekat

untuk mencegah jaringan saraf yang terpaparmenjadi kering. 12

Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada saat mempertahan

suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi

ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi

akibat permukaan lesi yang basah. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat

grafiknya. Diperlukan pemeriksaan X-Ray kepala AP/LAT dan diambil photografi dari

lesi. 12

17

Page 18: MENINGOCELE diskusi

2. Perawatan pasca bedah

Pemberian makan per oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. Jika ada drain

penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan

atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah. Lingkar kepala

diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan

awal dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut

dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.12

18

Page 19: MENINGOCELE diskusi

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson, B.; Arvin K.; Buku Ilmu Kesehatan Anak 15th edition; Penerbit Buku

Kedokteran EGC; Jakarta; 2000.

2. Meadow, R.; Simon N.; Lecture Notes: Pediatrika 7th edition; Erlangga; 2003.

3. Hull, D.; Derek I.J.; Dasar-Dasar Pediatri 3rd edition; Penerbit Buku Kedokteran

EGC; Jakarta; 2008.

4. Saanin, S.; Disrafisme Kranial; in Anomali Susunan Saraf Pusat; Ilmu Bedah Saraf;

Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang; available at:

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Disrafisme.html; 2008.

5. Muscari, M.E.; Keperawatan Pediatrik 3rd edition; Penerbit Buku Kedokteran EGC;

Jakarta; 2005.

6. Taufan, V.R.; Ensefalokel (Encephalocele); available at: http://dokter

rosfanty.blogspot.com/2009/07/ensefalokel.html; 2009.

7. Dorland, W.A.N.; Kamus Kedokteran Dorland; Penerbit Buku Kedokteran EGC;

Jakarta; 2002.

8. Fenichel, G.M.; Clinical Pediatric Neurology 4th edition; Saunders Company;

Philadelphia; 2001.

9. Tsementzis, S.A.; Differential Diagnosis of Neurology and Neurosurgery; Thieme

Stuttgart; New York; 2000.

10. Sjamsuhidajat, R.; Wim d.J.; Buku Ajar Ilmu Bedah; Penerbit Buku Kedokteran

EGC; Jakarta; 2005.

11. Lubis, N.U.; Encephalocele; in CKD – Cermin Dunia Kedokteran Magazine; Kalbe

Farma; PT. Temprint; Jakarta; 2009.

12. Mayasari, N.; Encephalocele; available at: http://upeeknouvelz.blogspot.com/

2010/02/kelainan-pada-bayi-dengan.html; 2010.

19