Meniere Diseases

download Meniere Diseases

of 32

description

meniere

Transcript of Meniere Diseases

Tinjauan Pustaka

MENIERE DISEASE

Oleh :Desi Anugerah Sari Darmawani, S. KedHelda Sasti Dian Pertiwi, S.KedPembimbing: Dr. Sri Handayani, Sp.S

DEPARTEMEN NEUROLOGI RSMH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG

2015

HALAMAN PENGESAHANPresentasi Kasus

Oleh:

Desi Anugerah Sari Darmawani, S.Ked

Helda Sasti Dian Pertiwi, S.KedTelah diterima sebagai salah satu syarat kepaniteraan kinik senior periode 11 Mei - 15 Juni 2015 di Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya / RSMH Palembang 2015.

Palembang, Juni 2015 Pembimbing

Dr. Sri Handayani ,Sp. SKATA PENGANTARPuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya, akhirnya tinjauan pustaka yang berjudul Meniere Disease ini dapat diselesaikan dengan baik. Tinjauan pustaka ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik senior di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. Sri Handayani, Sp.S selaku pembimbing tinjauan pustaka ini yang telah memberikan bimbingan dan nasihat dalam penyusunan tinjauan pustaka ini.Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tinjauan pustaka ini menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga tinjauan pustaka ini bisa membawa manfaat bagi semua orang dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Palembang, Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iiiBAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2

BAB III KESIMPULAN24

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Meniere adalah suatu gangguan kronis telinga dalam, tidak fatal namun mengaggu kualitas hidup. Menurut guidelines of the American Academy Of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS), penyakit meniere di tandai dengan 4 gejala, yaitu: Vertigo (pusing berputar), kurangnnya pendenganrn ysng bersifat fluktuatif, tinitus dan rasa penuh di dalam telinga.1 Adapun struktur anatomi telinga yang terkena dampaknya adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis semisirkularis dan kokhlea. Pendapat ini kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan penyakit Meniere.2Penyakit Meniere merupakan salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat bilateral. Insidensinya mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan Swedia.2

Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu telinga. Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan tinnitus. Sebuah episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo, ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua menit sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam. Ada beberapa variabilitas dalam durasi gejala. Beberapa pasien mengalami serangan singkat sedangkan penderita lainnya dapat mengalami ketidakseimbangan konstan.(1)BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi keseimbangan

Gambar 7. Skema fisiologi keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan sekitarnya tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ pengelihatan dan organ proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di sistem saraf pusat sehingga akan menimbulkan gambaran mengenai keadaan posisi tubuh pada suatu saat dan bagaimana mengatur posisi tubuh seperti yang dikehendaki. Organ pengelihatan menerima rangsangan melalui reseptor di retina yaitu di makula lutea. Rangsang tersebut diteruskan melalui n. optikus (N.II) sampai ke korteks visual di lobus oksipitalis. Fungsi pengelihatan memberikan informasi tentang posisi dan gerak tubuh serta lingkungan sekitar. Organ proprioseptif menerima rangsang gerak melalui reseptor muskuloskeletal terutama di daerah leher yang di salurkan melalui saraf spinal kemudian medula spinalis, medula oblongata, thalamus dan berakhir di korteks sensoris (post sentralis). Organ vestibuler menerima rangsangan gerak dari reseptor di labirin yaitu pada utrikulus, sakulus (makula) dan kanalis semisirkularis (krista ampularis). Sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linear sedangkan sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut (perubahan dalam kecepatan sudut). Kemudian rangsang tersebut disalurkan melalui n. vestibularis (N.VIII) ke medula oblongata dan berakhir di korteks serebri gyrus temporalis superior dekat pusat pendengaran. Sebagian rangsangan disalurkan langsung ke serebelum dan sebagian lagi ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinal menuju ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot leher dan otot punggung (postural). Sistem ini berjalan dengan sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh.

Rangsang yang diterima oleh reseptor ketiga sistem tersebut disalurkan melalui saraf perifernya ke sistem saraf pusat sebagai pusat integrasi. Koordinasi antara ketiganya dan beberapa pusat di otak seperti serebelum, ganglia basalis dan formatio retikularis akan mempertahankan fungsi keseimbangan tubuh. Mekanisme kerjasama ketiga organ sensorik dan susunan saraf pust tersebut berlangsung secara involunter. Mekanisme tersebut dapat berjalan sadar apabila dalam keadaan tertentu misalnya berjalan di permukaan yang tidak rata, berlari dan bermain ski. Dalam kehidupan sehari-hari, mekanisme tersebut berjalan secara terus menerus untuk mempertahankan tonus otot-otot tubuh dan ekstremitas agar tubuh tetap dalam posisi tegak atau mengubah posisi agar tidak jatuh pada keadaan tertentu. Susunan saraf pusat yang selalu memberi perintah melalui jaras vestibulospinal untuk mengatur kontraksi otot dan ekstremitas inferior untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.6,7,82.2. Penyakit meniere

Gambar 2:(A) Labirin pada telinga normal. (B)Labirin yang berdilatasi (hidrops endolimfa)

pada penyakit Meniere1Penyakit Meniere adalah suatu gangguan kronis telinga dalam, tidak fatal namun mengaggu kualitas hidup. Menurut guidelines of the American Academy Of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS), penyakit meniere di tandai dengan 4 gejala, yaitu: Vertigo (pusing berputar), kurangnnya pendenganrn ysng bersifat fluktuatif, tinitus dan rasa penuh di dalam telinga.1. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin bahwa penyakit itu berada di dalam telinga. Namun para ahli saat itu menduga bahwa penyakit itu berada di otak. Pendapat Meniere kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memerika tulang temporal pasien dengan dugaan menderita penyakit Meniere.1

2.3. Gejala-gejala penyakit Meniere

Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah dan pusing.

Tinitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri ( impuls sendiri ). Namun tinitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di cari penyebabnya.

Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan pendengaran pada penyakit Meniere yang parah dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen1,2,8.

2.4. Epidemiologi

Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan Swedia.

Penyakit Meniere jarang ditemukan pada anak-anak. Pada sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan usia dewasia. Paling banyak ditemukan pada usia 20 -50 tahun. Kemungkinan ada komponen genetik yang berperan dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21 % pada pasien dengan penyakit Meniere. Pasien yang dengan resiko besar terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan alkoholisme dan pasien yang rutin mengkonsumsi Aspirin.

Pada tabel di bawah ini akan menggambarkan tentang insidensi penyakit Meniere di beberapa negara.

Insiden penyakit Meniere

TahunNegaraKasus

(per juta penduduk)

1973Swedia114

1977Jepang160

1979India200

1985Italia85

1990Amerika Serikat153

Tabel 1. Insiden penyakit Meniere di beberapa negara(1)

Grafik 1. Grafik distribusi penyakit Meniere berdasarkan usia dan jenis kelamin(1)Pada penelitian tahun 2010, penyakit meniere memiliki prevalensi yang di dapat di Amerika serikat sekitar 190 per 100,000 pasien yang di rawat dan perbandingan antara perempuan dan laki-laki adalah 1,89:1.162.5 EtiologiPenyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan autoimun.

Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga dalam yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsoprsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga mengatakan terjadinya suatu robekan pada membran di labirin kokhlea sehingga menyebabkan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah terhadap syaraf (microvascular compression syndrome). Selain itu gejala penyakit Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernafasan atas, aspirin, merokok, alkohol atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya adalah belum ada yang tahu secara pasti apa penyebab penyakit Meniere(9).

Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa (peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakulus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir)

Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa. Percampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinitus dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak selalu sempurna.2.6 Patofisiologi

Hidrops endolimfa (peningkatan endoifa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum

Hidrops yang terajadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri

Penurunan tekanan osmotik dalam kapiler

Peningkatan tekanan osmotik ruang ekstrakapiler

Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut)

Lama kelamaan hidrops menyebabkan penekana yang bila mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirinMembran dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa

Potensial aksi di telinga dalam

Timbul gejala vertigo, tinnitus, gangguan pendengaran dan rasa penuh di telingaKetika tekanan sudah sama, membran akan sembuh dengan sendirinya, cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuannya tidak sempurna.Penyakit Meniere dapat menimbulkan :

1. Kematian sel rambut pada organ kori di telinga dalam

Serangan berulang penyakit meniere menyebabkan kematian sel rambut organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkam tuli sensorineural unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan kemunduran fungsi.

2. Perubahan mekanisme telinga

Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan sakulus kronik.

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan perubahan morfologi pada membrana Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli terutama di daerah apeks kokhlea ( Helikotrema ). Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapar menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit ini(9,10).2.7 Gejala Klinis Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut Trias Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli sensorineural fluktuatif terutama di nada rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai mual dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri pasien akan merasa berputar, mual terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Peyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan gejala penyakit bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigonya periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya.

Pada setiap serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinitus yang kadang menetap walaupun di luar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh dalam telinga.

Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam 20 menit hingga 2 jam atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, muntah. Pada setiap serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang lainnya yang juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ).

Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala dan keluhan yang dirasakan sangat berat kadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung lama.

Tinitus kadang menetap ( periode detik hingga menit ), meskipun diluar serangan. Tinitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinitus sering dideskripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, bergemuruh, berdering, dengung, dan denging dalam telinga.

Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada saat awal serangan, namun seiring berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling umum terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak nyaman dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.

Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan udara (menaiki dan menuruni bukit, pesawat terbang, dan sebagainya) namun perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat Valsava dan Toynbee. (1,8,11)2.8 DiagnosisKondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam rangka untuk menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesis yang sangat hati-hati.

Diagnosis penyakit ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis :

1. Vertigo yang hilang timbul disertai tinitus dan rasa penuh pada telinga

2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural

3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N.VIII

Beberapa diagnosis banding untuk penyakit Meniere adalah tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ). Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala dan keluhan yang dirasakan sangat berat kadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung lama

4. Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menguatkan diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dalam anamnesis didapatkan keluhan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere.5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit Meniere adalah :

Pemeriksaan audiometri, menunjukan tuli sensorineural. Kemampuan pendengaran dalam membedakan kata-kata yang mirip pengucapannya sering menghilang. Selain itu ditemukan gambaran penurunan kemampuan pendengaran pada frekuensi rendah

Gambar 10. Audiogram penyakit Meniere telinga kanan stadium awal(1)

Gambar 11. Audiogram penyakit Meniere telinga kanan stadium menengah(1)

Gambar 12. Audiogram penyakit Meniere telinga kanan stadium akhir(1) Elektronistagmografi ( ENG ) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui secara objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar pasien dengan penyakit Meniere mengalami penurunan respons nistagmus terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yang digunakan pada tes ini.

Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda yang ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini juga menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang berlebih pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran bentuk gelombang dengan puncak yang multipel

Brainstem Evoked Response Audiometry ( BERA ), biasanya normal pada pasien dengan penyakit Meniere, walaupun kadang terdapat penurunan pendengaran ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat

Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) dengan kontras yang disebut gadolinium spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan kokhlea dan kanalis semisirkularis(1,9,11).

2.9 PenatalaksanaanPasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu diberikan anti emetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.a. Diet dan perubahan gaya hidup

Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan mempengaruhi regulasi sodium di endolimfe sehingga mengurangi serangan penyakit Meniere.

Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalamm tubuh. Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga.

Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan natrium chlorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin), natrium bikarbonat (soda kue), natrium benzoat (daging kornet).

Pemakaian rokok, alkohol, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga merupakan stimulan vasoaktif dan dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.

Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat tinitus.

Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras, berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah vertigo menghilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.

b. Farmakologi

Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, anti histamin, antikolinergik, steroid dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti acyclovir.

Tranzquilizer seperti diazepam ( valium ) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Anti emetik seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigonya. Diuretik seperti thiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

c. Latihan

Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-hari(1,9,12).

Ada beberapa latihan yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT) / Epley manouver danBrand-Darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri.

Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT jika masih terasa ada sisa baru dilakukan Brand-Darroff exercise.

Latihan CRT / Epley manouver :

Gambar 13. CRT/Epley Manuver(13)Keterangan Gambar :

Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1), kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putarkepala ke arah kanan perlahansampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo, kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudianke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

Latihan Brand-Darroff :

Gambar 14. Latihan Brand-Darroff(13)Keterangan Gambar :

Pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali, pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah. Sebaiknya juga harus diperiksakan terlebih dahulu untuk memastikan penyebab vertigo / gangguan keseimbangannya(13).

d. Penatalaksanaan bedah

Operasi yang direkomendasikan bila serangan vertigo tidak terkontrol antara lain :

Dekompresi sakus endolimfatikus

Gambar 15. Dekompresi sakus endolimfe(14)Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan menyebabkan kembali normalnya tekanan terhadap ujung saraf vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan air cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid.

Secara keseluruhan sekitar 60 % pasien serangan vertigo menjadi terkontrol, 20 % tidak memperoleh penurunan gejala, 20 % mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil namun jarang yang membaik dan tinitus tetap ada, 2 % mengalami tuli total dan vertigo tetap ada.

Labirinektomi

Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlear. Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu atau dua hari pasca operasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini menghilangkan fungsi pendengaran telinga.

Neurektomi vestibuler

Gambar 14. Neurektomi vestibuler(14)Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan pilihan untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi di belakang telinga dan air cell mastoid di angkat, dilakukan pembukaan pada fossa duramater dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip dengan labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat pasca operasi. Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.

Sekitar 5 % mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85 % vertigo dapat terkontrol.

Labirinektomi dengan zat kimia

Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (strepomisin atau gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini bertujuan mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere, diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan.

Endolymphe shunt

Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap operasi ini merupakan plasebo.

Ada dua tipe dari operasi ini yaitu :

a. Endolymphe subarakhnoid shunt : dengan menempatkan tuba diantara endolymphe dan kranium

b. Endolymphe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus endolimfatikus dan rongga mastoid(14,15).2.10 Prognosis Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat. Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit. Sebaiknya pasien dengan vertigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga dan berenang(15)BAB IIIKESIMPULAN

Penyakit Meniere disebut juga idiopathic endolymphatic hydrops. Penyakit ini adalah suatu kelainan telinga dalam dimana terjadi gangguan pendengaran, tinitus, vertigo periodik dan rasa penuh di telinga.

Penyebab pasti penyakit Meniere belum dikerahui. Penambahan endolimfe diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfe. Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe (peningkatan tekanan endolimfe yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum. Terdapat trias atau sindroma Meniere, yaitu vertigo, tinitus dan tuli sarag yang bersifat fluktuatif. Serangan pertama dirasakan sangat berat disertai dengan mual, muntah dan kelelahan setelah serangan sehingga diperlukan tidur dalam waktu lama untuk meredakan gejala vertigo.

Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu trias Meniere dan menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N.VIII. Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam rangka untuk menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesis yang sangat hati-hati. Pemeriksaan fisik diperlukan untuk konfirmasi diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosis adalah Pemeriksaan audiometri, Elektronistagmografi ( ENG), Elektrokokleografi (ECOG), Brainstem Evoked Response Audiometry ( BERA ), Magnetic Resonance Imaging ( MRI )

Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu diberikan anti emetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan secara komprehensif meliputi : diet dan pengaturan gaya hidup yaitu dengan diet rendah garam, tidak mengkonsumsi rokok, alkohol, kafein, olahraga rutin. Rehabilitasi dan latihan sistem vestibuler. Pengobatan medika mentosa dengan memberikan obat anti emetik, tranzquilizer dan diuretik. Penatalaksanaan bedah dilakukan apabila vertigo berat dan tidak terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA1. Hain TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2003. Available at : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/menieres_english.html. Accessed on July 26, 2010.2. National Institut on Deafness and Other Communication Disordera. Menieres Disease. Available at : http://www.nidcd.nih.gov/healthinfo/balance/menieresdisease.htm. Accesed on July 27, 2010.3. Ellis H. The Special Senses : The Ear. In : Clinical Anatomy, Applied Anatomy for Students and Junior Doctor. 6th Ed. Massachusetts. Blackwell Publishing. 2006. 384-387.

4. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Editor: Effendi H, Santosa K. Jakarta: EGC. 1997.27-38.5. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Editor: Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 10-16.

6. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : ECG.2006.176-189.7. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Editor: Effendi H, Santosa K. Jakarta: EGC. 1997.39-45.8. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Editor: Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 94-101.

9. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Editor: Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 102-103.

10. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta Otolaryngol (Stockh)2006;(Suppl 485)26.11. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Editor: Effendi H, Santosa K. Jakarta: EGC. 1997.136-137.

12. Rutka JA. Evaluation of vertigo. In: Blitzer A, Pillsbury HC, Jahn AF, Binder WJ, editors. Office based surgery in otolaryngology. New York: Thieme;1998. p. 7178.13. Diza M. Pengobatan Gangguan Keseimbangan ( Vertigo ).2009. Available at : http://d132a.wordpress.com/2008/12/26/pengobatan-gangguan-keseimbangan-vertigo/. Accessed on July 29, 2010.14. Levenson, Mark J. Home of The Surgery Information Centre. Meniere Syndrome. 2009. Available at : http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/menieres-syndrome.php. Accessed on July 27, 2010.

15. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose And Throat Disease . Second Revised Edition. New York: Thieme; 2004. 100-101.16. Alexander TH, Harris JP. Current epidemiology of Meniere syndrome.2010, diakses http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20712326 . 2 juni 2015.

B

A

EMBED Excel.Chart.8 \s

1

_1494765189.xlsChart1

15.710.2

15.814.7

12.513

7.912

Pria

Wanita

Usia dan jenis kelamin

% dari total

Distribusi pasien dengan penyakit Meniere berdasarkan usia dan jenis kelamin di Amerika serikat pada tahun 1990

Sheet1

20-4040-5050-6060+

Pria15.715.812.57.9

Wanita10.214.71312

North45.946.94543.9