Meniere Disease

38
BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1861, dokter asal Prancis bernama Prosper Meniere menggambarkan sebuah kondisi yang sekarang kondisi tersebut diabadikan dengan menggunakan namanya. Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang menyebabkan timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga berdenging), perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif. Adapun struktur anatomi telinga yang terkena dampaknya adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis semisirkularis dan kokhlea. Pendapat ini kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan penyakit Meniere (Hain, 2003). Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan Swedia (Hain, 2003). Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu telinga. Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan tinnitus. Sebuah episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo, ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam. Ada beberapa variabilitas dalam durasi 1

description

SMF syaraf

Transcript of Meniere Disease

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1861, dokter asal Prancis bernama Prosper Meniere menggambarkan

sebuah kondisi yang sekarang kondisi tersebut diabadikan dengan menggunakan namanya.

Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang menyebabkan timbulnya

episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga berdenging), perasaan penuh dalam

telinga, dan gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif. Adapun struktur anatomi telinga

yang terkena dampaknya adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis semisirkularis dan

kokhlea. Pendapat ini kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan

ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan

penyakit Meniere (Hain, 2003).

Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam.

Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat bilateral. Insiden

penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan Swedia (Hain, 2003).

Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu telinga.

Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan tinnitus. Sebuah

episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo, ketidakseimbangan, mual, dan

muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua sampai empat jam. Setelah serangan

yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam.

Ada beberapa variabilitas dalam durasi gejala. Beberapa pasien mengalami serangan singkat

sedangkan penderita lainnya dapat mengalami ketidakseimbangan konstan (Hain, 2003).

Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Meniere. Dokter

biasanya menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga.

Beberapa pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan audiometri, CT scan kepala atau MRI

dilakukan untuk menyingkirkan suatu tumor saraf kranial ke delapan (nervus

vestibulokokhlearis) serta penyakit lain dengan gejala serupa. Karena tidak adanya uji yang

defintif untuk penyakit Meniere, maka biasanya penderita tersebut biasanya didiagnosis

ketika semua penyebab lain disingkirkan (NIDCD, 2010)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Struktur anatomi telinga

A. ANATOMI TELINGA

1. Telinga Luar

Telinga luar meliputi daun telinga (pinna) dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari kulit dan tulang rawan elastin. Liang telinga memiliki

tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang pada sebelah medial. Seringkali

terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan antara tulang dan tulang rawan ini.

Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga

sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Liang telinga berbentuk

menyerupai huruf S dengan panjang sekitar tiga sentimeter. Pada sepertiga bagian luar

kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut sedangkan pada dua

pertiga dalamnya hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen (Ellis H. 2003).

Peradangan pada bagian telinga ini disebut otitis eksterna. Hal ini terjadi akibat

infeksi bakteri, virus, maupun jamur disertai dengan faktor predisposisi berupa

kebiasaan mengorek telinga, kondisi udara dan keadaan klinis tertentu yang

2

menyebabkan penurunan dari sistem imunitas seperti HIV/AIDS, penggunaan

kortikosteroid jangka panjang, radioterapi, dan diabetes melitus (Ellis H. 2003).

2. Telinga Tengah

Telinga tengah terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan enam sisi.

Dinding posteriornya jauh lebih luas daripada dinding anteriornya sehingga kotak

tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke arah lateral ke

arah umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian

tengah. Telinga tengah berbentuk kubus dengan: (Ellis H. 2003)

Batas lateral : membran timpani

Batas anterior : tuba eustachius

Batas inferior : bulbus jugularis

Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verikalis

Batas superior : lantai fossa kranii media

Batas medial : kanalis semisirkularis horizontalis, kanalis fasialis, fenestra ovale,

fenestra rotundum dan promontorium

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida,

sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida berlapis dua yaitu bagian luar

merupakan lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus

bersilia, seperti mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di

tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan elastin yang berjalan secara

radier di luar dan sirkuler di dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada

membrab timpani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of

light) ke arah bawah, yaitu ke arah pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5

untuk membran timpani kanan. Serabut sirkuler dan radier pada membran timpani pars

tensa inilah yang menyebabkan refleks cahaya yang berupa kerucut ini yang kita nilai

(Soetirto. 2007).

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus,

dan stapes. Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus

longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus

melekat pada stapes. Stapes terletak pada fenestra ovale yang berhubungan dengan

kokhlea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran adalah persendian (Soetirto.

2007).

3

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini terdapat

aditus ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan

antrum mastoid. Tuba eustachius berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara

dalam cavum timpani. Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan selalu terbuka,

sedangkan dinding medial tersusun dari tulang rawan yang biasanya menutup kecuali

menelan, mengunyah, atau menguap (Soetirto. 2007).

Gambar 2. Anatomi telinga tengah

4

Gambar 3. Anatomi membran timpani

3. Telinga dalam

Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin. Telinga

dalam terdiri dari kokhlea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang

dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Labirin (telinga dalam)

mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars petrosus os

temporal. Labirin terdiri dari :(Ellis H. 2003)

Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum, dan kokhlea

Labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri dari :

kanalis semisirkularis,utrikulus, sakulus, sakus, dan duktus endolimfatikus serta

kokhlea.

Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi

cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di

dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria

vaskularis dan diresirbsi pada sakkus endolimfatikus (Ellis H. 2003).

Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan perilimfa

skala timpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea tampak skala

vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media diantaranya.

Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala media berisi

endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran reissner sedangkan dasar skala media

disebut membran basilaris yang terletak organ korti di dalamnya. Pada skala media

terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada

membran basilaris melekat sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis korti.

Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeksnya

(nada rendah). Terletak diatas membran basilaris dari basis ke apeks adalah organ korti

yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.

Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut

luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut

(Soetirto. 2007).

Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis

semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel

rambut. Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh

silia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan akan

5

menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui

suatu duktus sempit yang merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula

utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus dengan makula sakulus. Ketiga kanalis

semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis memiliki satu ujung

yang melebar yang membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista dan

diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan dari endolimfe dalam

kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan

membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor (Ellis H. 2003).

Gambar 4. Anatomi telinga dalam

4. Vaskularisasi telinga

Telinga dalam memperoleh pendarahan dari a.auditori interna (a.labirintin) yang

berasal dari a.serebelli anterior atau langsung dari a.basilaris yang merupakan suatu end

arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki meatus

akustikus internus, arteri ini bercabang tiga, yaitu : (Ellis H. 2003).

Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli, sebagian makula

sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian

dari utrikulus dan sakulus

Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis

posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran berasal dari kokhlea.

Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri

spiral yang memperdarahi organ korti, skala vestibuli, skala timpani sebelum

berakhir pada stria vaskularis.

Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori interna

berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus kokhlearis berasal

dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus

inferior. Vena akquaduktus vestibularis berasal dari kanalis semisirkularis sampai

utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan masuk ke sinus sigmoid (Ellis H. 2003).

6

5. Persarafan (inervasi) telinga

N. akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus

internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan n.kokhlearis. Pada dasar meatus

akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan pada mediolus terletak ganglion

spiralis (Liston LS, Duvail AJ. 1997)

B. Fisiologi Pendengaran dan Keseimbangan

1. Fisiologi pendengaran

Sampai tingkat tertentu daun telinga adalah suatu pengumpul suara sementara liang

telinga karena bentuk dan dimensinya dapat sangat memperbesar suara dalam rentang

dua sampai empat KHz. Gelombang ini akan diteruskan ke telinga tengah dengan

menggetarkan membran timpani. Getaran ini akan diteruskan ke telinga tengah dengan

menggetarkan membran timpani. Getarani ini akan diteruskan melalrui rangkaian

tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes) yang akan mengamplifikasikan

getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membran timpani dan foramen ovale. Tulang-tulang pendengaran akan meningkatkan

efisiensi dari getaran sebanyak 1,3 kali dan perbandingan luas permukaan membran

timpani dan foramen ovale dan mengmplifikasi pendengaran sebanyak 20 kali, energi

getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan

foramen ovale sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan bergerak. Getaran

diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfa sehingga akan

menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini

merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-

sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion-ion bermuatan listrik

dari badan sel. Untuk suara dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan defleksi

dominan pada bagian basis dari membran basilaris sedangkan untuk frekuensi sedang di

tengah dan frekuensi rendah di apeks. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi

sel-sel rambut sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, kemudian dilanjutkan ke nukleus

auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis (Soetirto. 2007).

7

Gambar 5. Anatomi kokhlea

Gambar 6. Fisiologi mendengar

2. Fisiologi keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan sekitarnya

tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ penglihatan, dan

organ proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah

di sistem saraf pusat sehingga akan menimbulkan gambaran mengenai keadaan posisi

tubuh pada suatu saat dan bagaimana mengatur posisi tubuh seperti yang dikehendaki.

Organ penglihatan menerima rangsangan melalui reseptor di retina yaitu di makula

lutea. Rangsang tersebut diteruskan melalui n.optikus (N.II) sampai ke korteks visual di

lobus oksipitalis. Fungsi penglihatan memberikan informasi tentang posisi dan gerak

tubuh serta lingkungan sekitar. Organ proprioseptif menerima rangsang gerak melalui

reseptor muskuloskeletal terutama di daerah leher yang disalurkan melalui saraf spinal

kemudian medula spinalis, medula oblongata, thalamus dan berakhir di korteks sensoris

(post sentralis). Organ vestibuler menerima rangsangan gerak dari reseptor di labirin

yaitu utrikulus, sakulus (makula) dan kanalis semisirkularis (krista ampularis). Sel-sel

8

pada organ otolit peka terhadap gerak linier sedangkan sel-sel pada kanalis

semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut (perubahan

dalam kecepatan sudut). Kemudian rangsang tersebut disalurkan melalui n.vestibularis

(N.VIII) ke medula oblongata dan berakhir di korteks serebri girus temporalis superior

dekat pusat pendengaran. Sebagian rangsangan disalurkan langsung ke serebelum dan

sebagian lagi ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinal menuju ke motor

neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot leher dan otot punggung

(postural). Sistem ini berjalan dengan sangat cepat sehingga membantu

mempertahankam keseimbangan tubuh (Sherwood L. 2006)

Rangsang yang diterima oleh reseptor ketiga sistem tersebut disalurkam melalui

saraf perifernya ke sistem saraf pusat integrasi. Koordinasi antara ketiganya dan

beberapa pusat di otak seperti serebelum, ganglia basilaris, dan formatio retikularis

akan mempertahankan fungsi keseimbangan tubuh. Mekanisme kerjasama ketiga organ

sensorik dan susunan saraf pusat tersebut berlangsung secara involunter. Mekanisme

tersebut dapat berjalan sadar apabila dalam keadaan tertentu misalnya berjalan diatas

permukaan yang tidak rata, berlari, dan bermain ski. Dalam kehidupan sehari-hari,

mekanisme tersebut berjalan terus-menerus untuk mempertahankan tonus otot-otot

tubuh dan ekstremitas agar tubuh tetap dalam posisi tegak atau mengubah posisi agar

tidak jatuh pada keadaan tertentu. Susunan saraf pusat yang selalu memberi perintah

melalui jaras vestibulospinal untuk mengatur kontraksi otot dan ekstremitas inferior

untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Anderson JH, Levine SC. 1997)

9

Gambar 7. Fisiologi keseimbangan

C. PENYAKIT MENIERE

1. Definisi

Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus,

berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di telinga.

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu

mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops

(pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Penyakit ini

ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin bahwa penyakit itu berada

dalam telinga. Namun para ahli saat itu menduga bahwa penyakit itu berada dalam

otak. Pendapat Meniere kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938,

dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien

dengan dugaan menderita penyakit Meniere (Hain, 2003).

Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian vertigo

adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dapat disertai

gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh.

Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan

gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), gejala

otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah, dan pusing (Bashirudin, dkk.

2007).

Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar

bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari

tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus hanya merupakan gejala,

bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya (Bashirudin, dkk. 2007).

Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan pendengaran

yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan pendengaran pada penyakit

10

Meniere yang parah dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran secara permanen

(Bashirudin, dkk. 2007).

Gambar 8. Labirin pada Penyakit Meniere

2. Epidemiologi

Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam.

Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak

ditemukan pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan ada komponen genetik yang berperan

dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21% pada

pasien dengan penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar terkena penyakit Meniere

adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan,

alkoholisme, dan pasien yang rutin mengonsumsi aspirin.

Pada tabel di bawah ini akan menggambarkan tentang insidensi penyakit Meniere

di beberapa negara.

Tabel 1. Insiden penyakit Meniere di beberapa negara

Tahun Negara Kasus

(per juta penduduk)

1973 Swedia 114

1977 Jepang 160

1979 India 200

11

1985 Italia 85

1990 Amerika Serikat 153

Distribusi pasien dengan penyakit Meniere berdasarkan usia dan jenis kelamin di

Amerika Serikat pada tahun 1990

Grafik 1. Grafik distribusi penyakit Meniere berdasarkan usia dan jenis kelamin

3. Etiologi

Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori termasuk

pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju labirin

dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan autoimun (Hadjar.

2007).

Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi

ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya

malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga mengatakan

terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini menurut para ahli

dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti juga sedang melakukan

penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain penyebab penyakit Meniere dan

masing-masing memiliki keyakinan tersendiri terhadap penyebab dari penyakit ini,

termasuk faktor lingkungan seperti suara bising, infeksi virus HSV, penekanan

pembuluh darah terhadap saraf (microvascular compression syndrome). Selain itu

12

gejala dari penyakit Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran

pernapasan atas, aspirin, merokok, alkohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun

pada dasarnya belum ada yang tahu secara pasti apa penyebab penyakit Meniere

(Hadjar. 2007).

4. Patofisiologi

Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa

(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada

kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan

oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik

dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus

endolimfatikus tersumbat akibat jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir

(Hadjar. 2007).

Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai

dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur

dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam

sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa

penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan

sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun

penyembuhan ini tidak sempurna. Penyakit Meniere dapat menimbulkan : (Hadjar.

2007).

Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah

Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ

korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel rambut

vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan

kemunduran fungsi.

Perubahan mekanisme telinga

Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan

sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan

perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala

vestibuli terutama di apeks kokhlea(helikoterma). Sakulus juga mengalami

pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala

media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah

13

dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada rendah pada

penyakit ini.

5. Gejala Klinis

Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain

bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut trias

Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada

rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat,yaitu vertigo disertai rasa mual dan

muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual dan

muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, kemudian

keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa seembuh tanpa obat dan gejala

penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan

lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigonya

periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya (Levine SC. 1997).

Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam

keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala lain yang

menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun diluar serangan.

Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada telinga (Levine SC.

1997).

Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua jam atau

lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi.

Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan biasanya

disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas

dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih kembali. Dari

keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang

juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis

vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (Levine SC. 1997).

KLASIFIKASI VERTIGO

VERTIGO VESTIBULAR

Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa

mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga

keseimbangan (Levine SC. 1997).

PERIFER

14

Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut

kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas

mengontrol keseimbangan.

SENTRAL

Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,

khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak

dan serebelum (otak kecil).

VERTIGO NON VESTIBULAR

Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu,

misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo

neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf.

Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya

penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan

oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis.

Selain penyebab dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola

hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu

masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan

emosional disebut vertigo psikogenik (Levine SC. 1997).

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non VestibularGejala Vertigo Vestibular Vertigo Non VestibularSifat vertigoSeranganMual/muntahGangguan pendengaranGerakan pencetusSituasi pencetus

rasa berputarepisodik++/-gerakan kepala-

melayang, hilang keseimbangankontinu--gerakan obyek visualkeramaian, lalu lintas

 

Tabel 3. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan SentralGejala Vertigo Vestibular Vertigo Vestibular

15

Perifer SentralBangkitan vertigoDerajat vertigoPengaruh gerakan kepalaGejala otonom (mual, muntah, keringat)Gangguan pendengaran (tinitus, tuli)Tanda fokal otak

lebih mendadakberat++++ + -

lebih lambatringan+/-+ - +

 Tabel 4. Etiologi Vertigo Berdasar Serangan

Jenis Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan

Disertai Keluhan Telinga

Tidak Disertai Keluhan Telinga

Timbul Karena Perubahan Posisi

Vertigo paroksismal

Penyakit Meniere, tumor fossa cranii posterior, transient ischemic attack (TIA) arteri vertebralis 

TIA arteri vertebro-basilaris, epilepsi, vertigo akibat lesi lambung

Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

Vertigo kronis

Otitis media kronis, meningitis tuberkulosa, tumor serebelo-pontine, lesi labirin akibat zat ototoksik 

Kontusio serebri, sindroma paska komosio, multiple sklerosis, intoksikasi obat-obatan

Hipotensi ortostatik, vertigo servikalis

Vertigo akut

Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirinitis akuta, perdarahan labirin 

Neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, multipel sklerosis

-

 

Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama

makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada

tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin

lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi

16

kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah

namun tidak berlangsung lama (Levine SC. 1997).

Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar serangan.

Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus sering

didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging,

berdengung, dan denging dalam telinga (Bashirudin, dkk. 2007).

Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal

serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan

pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan saraf

di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan semua

kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum terjadi pada

frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak nyaman dan sangat

mengganggu pada telinga yang terpengaruh (Levine SC. 1997).

Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan

udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan toynbee

(Levine SC. 1997).

6. Diagnosis

Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit

Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam rangka

menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang

sangat hati-hati. Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis :

(Levine SC. 1997)

a. Anamnesa

Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada telinga

Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural

Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII

Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama

makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada

tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin

lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi

kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah

namun tidak berlangsung lama.

17

b. Pemeriksaan fisik

Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik telinga

kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan

kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis didapatkan kelainan

tuli saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita

sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang

membaik kecuali pada penyakit Meniere.

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah:

Pemeriksaan audiometri

Gambar 9. Audiogram tuli sensorineural pada penyakit Meniere

Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui secara

objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar

pasien dengan penyakit Menieremengalami penurunan respons nistagmus

terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yag digunakan pada tes ini.

Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam

dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda yang

ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini

18

juga menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang

berlebihan pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran

bentuk gelombang bentuk gelombang dengan puncak yang multipel.

Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada pasien

dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang terdapat penurunan pendengaran

ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut gadolinium

spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi

kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu pemeriksaan MRI juga

dapat memvisualisasikan kokhlea dan kanalis semisirkularis.

7. Penatalaksanaan

Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya

diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila

perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.

Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut : (Becker W. 2004)

a. Diet dan gaya hidup

Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium pada

plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk

mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan

keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan

transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh hormon

aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan

memengaruhi regulasi sodium di endolimfe sehingga mengurangi serangan penyakit

Meniere.

Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet rendah garam

(2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur

keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat

merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga.

Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya berupa ikatan

natrium klorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin), natrium

bikarbonat (soda kue), natrium benzoat (daging kornet).

Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga

merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan

19

penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah.

Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.

Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk

dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang

bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat tinnitus.

Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras, berusaha

untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak bergerak,

jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah vertigo hilang

pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan akan

terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur

selama beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.

b. Farmakologi

Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, antihistamin,

antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada endolimfe.

Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik

untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan

antivirus seperti asiklovir.

Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk

membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan tidak

digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti prometazin tidak

hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretik

seperti tiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan

menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak

makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika

menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

c. Latihan

Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem vestibuler ini

sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang

teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo dapat

diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi

mengganggu pekerjaan sehari-hari.

Ada beberapa latihan, yaitu : canalit reposition treatment (CRT) / epley manouver

dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang memerlukan seseorang

untuk membantunya tapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri.

20

Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT jika masih

terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.

Gambar 10. canalit reposition treatment (CRT) / epley manouver

Gambar 11. brand-darroff exercise

d. Penatalaksanaan bedah

Operasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak terkontrol antara lain

21

Dekompresi sakus endolimfatikus

Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan

menyebabkan kembali normalnyatekanan terhadap ujung saraf

vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan

air cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil

dilakukan pada sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga

mastoid.

Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi terkontrol,

20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil

namun jarang yang membaik dan tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total

dan vertigo tetap ada.

Labirinektomi

Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlearis.

Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell mastoid diangkat, bila

telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu

atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat

diatasi dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami

periode ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga

yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini

menghilangkan fungsi pendengaran telinga.

Neurektomi vestibuler

Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan pilihan

untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi

di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan pada

fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf

keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi. Namun karena

operasi ini melibatkan daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan

pengawasan ketat paskaoperasi. Operasi ini diindikasikan pada pasien di

bawah 60 tahun yang sehat.

Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis wajah

sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85%

vertigo dapat terkontrol.

Labirinektomi dengan zat kimia

22

Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (streptomisin atau

gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini

bertujuan mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere,

diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan serangan vertigo

dan pendengaran dapat dipertahankan.

Endolimfe shunt

Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap

operasi ini merupakan plasebo. Ada dua tipe dari operasi ini yaitu:

a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba diantara

endolimfe dan kranium

b) Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus

endolimfatikus dan rongga mastoid.

8. Prognosis

Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal

dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda untuk tiap

pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari hingga

tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada juga pasien

yang perkembangan penyakitnya lambat (Levine SC. 1997).

Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit. Sebaiknya

pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga dan

berenang (Levine SC. 1997).

23

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya kelainan pada

telinga dalam berupa hirops (pembengkakan) endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.

Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang terdiri dari vertigo (sakit kepala

berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran berupa tuli sensori neural. Gangguan

pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana gangguan pendengaran terjadi saat serangan

dan dapat normal diluar serangan.

Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam.

Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak

ditemukan pada usia 20-50 tahun.Pasien dengan resiko besar terkena penyakit Meniere

adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan, alkoholisme,

dan pasien yang rutin mengonsumsi aspirin.

Pada dasaarnya, etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui. Penyakit

Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan

telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus

endolimfatikus.

Untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere dengan akurat, kondisi penyakit lain

dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere harus disingkirkan.

Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang sangat hati-hati. Pemeriksaan fisik

dilakukan untuk menyingkirkan penyebab yang berasal dari telinga luar atau telinga

dalam. Pemeriksaan penunjang seperti audiometri, elektro nistagmografi, elektro

kokhleografi, BERA, dan MRI terkadang diperlukan untuk menegakkan diagnosis

penyakit meniere.

Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan

pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila perlu diberikan

antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menangani penyebab dari penyakit

tersebut.

24