MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI...

128
MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN GIRI KESUMO DEMAK (STUDI LIVING QUR‟AN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Samsul Arifin Nim: 215-14-023 JURUSAN ILMU AL QUR‟AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI...

Page 1: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK

PESANTREN GIRI KESUMO DEMAK (STUDI LIVING QUR‟AN)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Samsul Arifin

Nim: 215-14-023

JURUSAN ILMU AL QUR‟AN DAN TAFSIR (IAT)

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

Page 2: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Samsul Arifin

NIM : 215-14-023

Fakultas : Ushuludin, Adab dan Humaniora.

Pogram Studi : S1 Ilmu al-Qur‟an danTafsir

Menyatakan bahwa penelitian yang kami tulis ini benar-benar hasil karya

ilmiah sendiri, bukan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 04 April 2018

Yang menyatakan,

Samsul Arifin

NIM. 215-14-023

Page 3: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

iii

Page 4: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

iv

Page 5: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

*****

“SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH MEREKA YANG BISA

MEMBERI MANFAAT UNTUK ORANG LAIN”

(Al-Hadist)

“ANALISA KEBUDAYAAN BUKANLAH SATU ILMU

EKSPERIMENTAL YANG MENCARI SEBUAH HUKUM, TAPI

ADALAH SATU PENAFSIRAN YANG MENCARI MAKNA”

(Clifford Geertz)

*****

Skripsi ini ku pesembahkan untuk bapak dan ibuku yang selalu

berjuang untukku,

Saudara – saudaraku yang selalu mendukungku,

Teman-teman senasib seperjuangan yang setiap saat berbagi

semangat dan kebahagiaan

Dan almamaterku

IAIN SALATIGA

*****

Page 6: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

vi

Page 7: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

vii

Page 8: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

viii

K

Page 9: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

ix

ATA PENGANTAR

الحوذ لله سة العبلويي

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Menggali Makna Khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo

(Studi Living Qur‟an) .” yang disusun guna melengkapi syarat-syarat penyelesaian

strata 1 Pada Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Humainora (FUADAH) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sedalam-

dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan baik berupa ide,

gagasan, kritik, serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Dr. Rahmat Haryadi,M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Jajaran Dekanat fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Bapak Dr.

Benny Ridwan, M.Hum., Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag., Bapak Dr.

H.Sidqon Maesur, Lc., M.A., dan Bapak Dr. Mubasirun, M.Ag., yang

telah memberi dorongan dan motivasi.

3. Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan

Tafsir (IAT), yang selalu memberi ilmu, motifasi, arahan, saran dan

dorongan selama masa studi.

Page 10: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

x

4. Dr. Adang Kuswaya selaku dosen Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir yang telah

memberi arahan, bimbingan serta motifasi kepada penulis selama

mengikuti studi.

5. Dr. Agus Ahmad Su‟aidi, L.c., M. A., Selaku dosen pembimbing, yang

telah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar memberi bimbingan,

dorongan, semangat, dan inspirasi sejak awal penyusunan hingga

selesainya skripsi ini di tengah kesibukanya.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora yang

telah memfasilitasi dan memperlancar proses pendidikan.

7. Orang tua, Bapak Rondi dan Ibu Sugiati yang selalu mendoakan dan

mensuport dalam segala hal yang penulis lakukan. Kakak - kakak dan

adek – adeku, semoga kesuksesan selalu Allah berikan kepada kita, untuk

senantisa berbakti kepada orang tua.

8. KH. Nasihun dan Ibuk Lishoh selaku pengasu pondok pesantren as-

Syafi‟iyah Salatiga. atas bimbingan dan nasihat-nasihat beliau.

9. Kepada Pak Nilam dan Latif yang telah membantu dan memotifasi penulis

dari awal sampai akhir.

10. Keluarga IAT 2014, yang menjadi patner akademis dan teman diskusi,

bunda Bicha, Latif, Da‟i, Sayfun, Neni Nenok, Fatimah, Novita, Laila,

Trisna, Yusuf, Ochim, Abror, Fissabil, dek Anis, Wahyu, Amin dan

Page 11: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

xi

semua teman-teman IAT yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu.

Terimakasih atas motifasi dan dukungannya, tak lupa saya mohon maaf

dengan setulus hati atas khilaf saya telah mendholimi diantara kalian

semua, semoga Allah SWT memberikan yang terbaik bagi kita masing-

masing.

11. Kepada teman-temanku Lu‟luil Mahnun, Latif, Da‟i, Inay, Bunda Bicha,

Abror, Ocim, Neny, sayfun, Bunda Triyana, Ulik, Rima, Aryana, Leni,

mas Sofi dan kepada teman-teman KKN posko 34 Sudimoro Fauzi,

Andika, Riska, Tifa, Wahyuni, Zaki, Evi dan Laili terimakasih atas

dukungan kalian, teruslah berjuang loyalitas tanpa batas.

12. Serta kepada semua pihak yang barangkali belum tersebutkan, kami

ucapkan terima kasih atas segala kontribusi, baik secara pikiran, waktu,

motivasi, saran, materi, dukungan, serta doa.

Akhirnya, kami menyadari bahwa, apa yang penulis kerjakan ini, bukanlah

suatu hal yang sempurna dan tidak menuai kritik. Justru berbagai masukan berupa

kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca, adalah nutrisi bagi kami dalam rangka

mendekatkan diri pada kesempurnaan, walaupun hal itu bersifat mustahil. Selamat

membaca.

Salatiga, 20 Maret 2018

Page 12: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

xii

ABSTRAK

Arifin, Samsul. 2018. Menggali Makna Khataman al-Qur‟an di Pondok

Pesantren Giri Kesumo (Studi Living Qur‟an). Dr. Agus Ahmad Su‟aidi Lc, M.A.

Keyword: Khataman, living Qur‟an, metode verstehen.

Penelitian skripsi ini membahas tentang fenomena sosial living Qur‟an, yaitu

khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo yang dilahirkan dari praktik-

praktik komunal yang menunjukan resepsi masyarakat atau kelompok tertentu

terhadapa al-Qur‟an. Dalam hal ini adalah pondok pesantren Giri Kesumo yang

berada di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Kegiatan ini terbuka untuk

semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Adapun surat yang dibacakan dalam

prosesi khataman al-Qur‟an yaitu dari surat ad-D uha hingga surat an-Nas, yang

dibacakan oleh para khufadz.

Fokus pembahasan dari penelitian skripsi ini, adalah terkait bagaimana praktik

khataman al-Qur‟an dan bagaimana penulis dan partisipan memaknai praktik

khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo, berdasarkan metode verstehen

Max Weber, baik itu makna ekspresif maupun makna dokumenter. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kualitatif deskriptif, dalam proses pengumpulan data peneliti

mengunakan empat metode yaitu metode verstehen, observasi, interview dan

dokumentasi. Mengenai analisa yang digunakan dalam skripsi ini penulis

mengunakan metode vertehen, yaitu upaya memahami secara kejiwaan kelakuan

orang lain serta karya cipta yakni upaya interpretatif untuk memberikan makna

sesuatu yang dianggap pada hakikatnya bersifat fakta obyektif.

Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu menunjukan bahwa praktik khataman al-

Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo dilaksanakan rutin setiap satu minggu

sekali yaitu setiap malam jum‟at. Dalam prosesinya diawali dengan tawasul,

khataman al-Quran, doa khataman al-Quran, rotibul athos, maulid ad-dziba‟iy,

mahalul qiyam, doa maulid ad-dziba‟iy, tausiah dan diahiri dengan doa penutup.

Adapun makna yang diperoleh dari kegiatan khataman al-Qur‟an yaitu makna

ekspresif dan makna dokumenter, makna ekspresif diataranya adalah ketenangan

batin dan kenyamanan, mudah dalam berfikir dan memahami pelajaran, usaha batin

dalam meraih sebuah cita-cita, sebagi kegiatan positif bagi kaum muda, suatu

keberkahan tersendiri bagi para pedagang dan sarana mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Sedangkan makna dokumenternya adalah secara tidak sadar menghasilkan

suatu kebudayaan dan mengambarkan persatuan dan kesatuan umat Muslim.

Page 13: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

HALAMAN KEASLIAN TULISAN........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... iii

HALAMANPENGESAHAN..................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................... v

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI......................................................... vii

KATA PENGANTAR................................................................................................ ix

ABSTRAK................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI............................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………….......................... 2

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 7

C. Tujuan………………………………………………………………………... 7

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………… 7

E. Penegasan Istilah……………………………………………………………... 8

F. Tinjauan Pustaka………………………………………................................... 9

G. Metodologi Penelitian………………………………………………………... 12

H. Sistematika …………………………………………………………………... 18

BAB II KERANGKA TEORI……………………………………………………….. 21

A. Pengertian Living Qur‟an…………………………………………………….. 21

B. Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah………………………………............. 22

C. Living Qur‟an dan Hadis Sebagai Bagian lived Texts, lived Islam…………… 24

D. Variasi Respon Umat Islam terhadap al-Qur‟an……………………………... 27

E. Living Qur‟an sebagai Religious Research………………………………………. 33

Page 14: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

xiv

BAB III SELAYANG PANDANG PONDOK PESANTREN GIRI KESUMO

DEMAK DAN PELAKSANAAN KHATAMAN………………………………….

44

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak………………….. 44

1. Letak Geografi dan Demografi.……………………………...................... 45

2. Sarana dan Prasarana………………………………………....................... 45

3. Sejarah Beririnya Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak………………. 45

4. Visi dan Misi………………………………………................................... 54

5. tujuan………………………………………............................................... 54

6. Struktur Organisasi……………………………………….......................... 55

7. Kondisi Pondok Pesantren………………………………………............. 59

a. Ustadz dan Ustadzah………………………………………................ 59

b. santri……………………………………….......................................... 59

c. Kondisi Perekonomian……………………………………….............. 61

d. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat………………………………...... 61

e. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Giri Kesumo………............ 62

f. Materi Kegiatan dan Progam Pondok……………………………….. 63

B. Pelaksanaan Khataman………………………………………......................... 64

1. Sejarah Khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo

Demak…………………………………………………………………….

64

2. Pengertian Khataman……………………………...................................... 65

3. Praktik Khataman…………………………………………………............ 67

a. Waktu dan Tempat……………………………………….................... 67

b. Partisipan………………………………………................................... 67

c. Prosesi Khataman………………………………………...................... 68

1) Tawasul ………………………………………............................. 68

2) Khataman al-Qur‟an………………………………………........... 77

3) Doa Khataman al-Qur‟an…………………………………........... 71

4) Rotibul Athos………………………………………...................... 71

Page 15: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

xv

5) Maulid ad-Dziba‟iy………………………………………............ 74

6) Mahalul Qiyam………………………………………................... 74

7) Doa Maulid ad-Dziba‟iy…………………………………............. 76

8) Tausiyah oleh KH. Munif Zuhri…………………………............. 76

9) Doa ……………………………………….................................... 77

d. Propert atau Alat yang digunakan……………………………........... 78

e. Motifasi Pelaksanaan Khataman……………………………….......... 79

BAB IV ANALISIS MAKNA TERHADAP KHATAMAN AL-QUR‟AN

BERDASARKAN METODE VERSTEHEN MAX WEBER………………............

80

A. Makna Khataman al-Qur‟an…………………………………………….......... 80

1. Makna Ekspresif…………………………………………………............. 81

2. Makna Dokumenter………………………………………………............ 86

BAB V PENUTUP……………………………………………………………........... 88

A. Kesimpulan………………………………………………………................... 88

B. Saran………………………………………………………………….............. 89

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………........... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………........... 96

Page 16: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN
Page 17: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an adalah kitab suci Allah SWT yang terahir diturunkan, sebagai

petunjuk dan pemberi pelajaran bagi manusia sekaligus pembeda dari yang haq

maupun yang bathil. Ayat-ayatnya merupakkan jaminan hidayah bagi manusia dalam

segala urusan dan setiap keadaan serta jaminan bagi mereka untuk memperoleh cita-

cita tertingi dan kebahagiaan terbesar di dunia dan akhirat. Barang siapa

mengamalkannya, mendapatkan pahala, dan barang siapa menyeru orang lain

kepadanya, mendapatkan petunjukkejalan yang lurus. Rasulullah saw bersabda "

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Qur‟an) dan

Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan

mengamalkan al-Qur‟an”. (HR. Muslim).1

Kajian terhadap al-Qur‟an, dapat menghasilkan pemahaman yang beragam

sesuai kemampuan masing-masing. Pemahaman tersebut pada akhirnya akan

melahirkan perilaku yang beragam pula. Berdasarkan catatan sejarah, perilaku atau

praktik memfungsikan al-Qur‟an dalam kehidupan praktis diluar kondisi tekstualnya

telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana dijelaskan M.

Mansur bahwa Nabi SAW. pernah melakukan praktik seperti ini, yaitu ketika surat

1Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim juz 1,

(Lebanon, Beirut: Darul Fikri,1993), hlm 360.

Page 18: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

2

al-fatihah dipakai sebagai media penyembuhan penyakit dengan cara ruqyah, atau

ketika surat al-Muawadatain dibaca untuk menolak sihir.2

Untuk mendapatkan pemaknaan al-Qur‟an terhadap makna hidup mereka,

orang-orang terus ingin mencoba berinteraksi dengan al-Qur‟an tidak melalui

pendekatan teks saja. Akan tetapi, perilaku orang tersebut dalam berinteraksi dengan

al-Qur‟an, pada akhirnya akan memunculkan mode of conduct(pola perilaku). Pola

perilaku ini didasarkan pada asumsi-asumsi orang tersebut terhadap objek yang

dihadapi, yakni al-Qur‟an. Asumsi-asumsi inilah yang kemudian membentuk mode of

trought (pola berfikir). Al-Qur‟an secara teologi diyakini sebagai kitab yang sangat

istimewa dimata penganutnya. Hingga keragaman bentuk interaksi yang ada antara

al-Qur‟an dan penganutnya adalah juga termasuk sebab keistimewaan selain

pemaknaan yang lahir dari teks itu sendiri.3

Living Qur‟an dalam penelitian agama merupakan suatu gejala sosial yang

disemangati oleh al-Qur‟an. LivingQur‟an dimaksudkan sebagai suatu studi di mana

individu atau sekelompok orang memahami al-Qur‟an (penafsiran). Living Qur‟an

adalah tentang bagaimana al-Qur‟an itu disikapi dan direspon masyarakat muslim.

Oleh karena itu maksud yang dikandung bisa sama, tetapi ekspresi dan ekspektasi

2Sahiron Syamsudin, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: TH-Pres

Teras,2007),hlm.3

3Ahmad Anwar, skripsi “Pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam prosesi Mujahadah di

Pondok Pesantrenal-lukmaniyah Umbulharjo Yogyakarta.

Page 19: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

3

terhadap al-Qur‟an antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, begitu juga

antar golongan, antar etnis, dan antar budaya.4

Salah satu fenomena sosial living Qur‟an yang terjadi dalam masyarakat Islam

yang menjadi pembicaraan dalam penelitian ini terdapat di pondok pesantren Giri

kesumoDemak. Pondok pesantren Giri Kesumo merupakan pondok yang

melestarikan tradisi khataman al-Qur‟an, yang dilaksanakan secara rutin setiap

seminggu sekali.

Khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak dilakukan setiap

hari Jumat setelah sholat isya‟. Penyelengaraanya adalah para khufadz dengan

membaca surat ad-Duha hingga surat an-Nas kemudian dilanjutkan pembacaan ad-

Dziba‟iy. Prosesinya memakan waktu kurang lebih empat jam. Prosesinya sebelum

pelaksanaan khataman diawali terlebih dahulu dengan bertawasul kepada nabi

Muhammad, kepada para sahabat dan para ulama. Setelah itu pembacaan ad-

Dziba‟iy, kemudian dilanjutkan dengan ceramah yang disampaikan oleh pengasuh

pondok dan diahiri dengan pembacaan doa.

Tradisi memang sudah melekat pada setiap individu maupun kelompok. Setiap

individu maupun kelompok mempunyai tradisi yang mungin berbeda dari kelompok

yang lain. Dapat kita lihat setiap malam Jumat di Pondok PesantrenGiri Kesumo

Demak melaksanakan tradisi khataman al-Qur‟an sedangkan pondok pesantren yang

lain melakukan yang berbeda, misalnya pondok pesantren Darusshalihin Demak

4Muhammad yusuf, “pendekatan sosiologi dalam living qur‟an” dalam shahiron

syamsuddin(ed), metodologi penelitian al-qur‟an (Yogyakarta, teras, 2007), hlm 49-50.

Page 20: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

4

setiap pagi setelah sholat subuh melaksanakan mujahadah. Pondok pesantren al-Itqon

Semarang melaksanakan kajian kitab tafsir setiap minggu pagi setelah solat subuh

dan Pondok Pesantren Miftahul Huda Demak melaksanakan pembacaan ad-Dziba‟iy

setap malam Jumat. Semua itu berbeda pada kelompok atau komunitas satu dengan

yang lain disebabkan karena maksud dan tujuan.

Pelaksanaan khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo menjadi ciri

khas tertentu dan berbeda di pondok pesantren lain. Sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap khataman al-Qur‟an di Pondok PesantrenGiri Kesumo

Demak. oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui pemaknaan dari khataman al-Qur‟an

serta memaparkan bagaimana prosesi khataman al-Qur‟an berlangsung.

Dalam penelitian ini, untuk mengungkap pemaknaan khataman al-Qur‟an, serta

bagaimana prosesi khataman berlangsung, maka peneliti mengunakan kajian living

Qur‟an. Living Qur‟an merupakan kajian atau penelitian tentang berbagai peristiwa

sosial dan terkait dengan kehadiran keberadaan al-Qur‟an di komunitas muslim

tertentu.5Selain itu pula living Qur‟anadalah salah satu kajian yang menangkap

berbagai pemakanaan atau resepsi masyarakat terhadap al-Qur‟an. Fenomena yang

hidup di tengah masyarakat muslim terkait dengan al-Qur‟an sebagai objek studi

itulah yang dijadikan model living Qur‟an.6

5Sahiron Syamsuddin, Metodologi penelitian Qur‟an dan Hadis ( Yogyakarta: TH Press,

2007), hlm.8

6Sahiron Syamsuddin, Metodologi penelitian Qur‟an dan Hadis ( Yogyakarta: TH Press,

2007), hlm.7

Page 21: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

5

Selanjutnya yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti khataman al-Qur‟an

di Pondok PesantrenGiri Kesumo Demak adalah jumlah pesertanya yang relatif

banyak yaitu mencapai ribuan orang. Peserta yang banyak tersebut datang dari

berbagai daerah dan berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat yang berasal dari

sekitar pondok bisa datang dengan berjalan kaki. Bagi peserta yang dari jauh biasanya

datang dengan sepeda ontel, sepeda motor, mobil dan bus. Banyak dari mereka yang

datang dari jauh karena berasal dari daerah luar kota misalnya saja dari daerah kota

Semarang, kab Semarang dan kab Purwodadi. Mereka tentunya tidak bisa di tampung

dalam aula sebagai tempat khataman tersebut. Kebanyakan peserta berada didalam

masjid dan sekitar masjid dan di depan rumah warga dengan beralas seadanya yang

mereka bawa dari rumahnya masing-masing.

Jamaah mulai datang setelah sholat Isya‟ usai, bahkan ada yang datang sebelum

sholat Isya‟ dan berjamaah dimasjid dengan tujuan memperoleh tempat didalam

masjid. Peserta mulai padat pada pukul 19.30, peserta terus berdatangan sapai pukul

21.00, begitu juga ada yang datang terlambat hingga pengajian hampir selesai.

Namun demikian ternyata peserta yang datang ke pengajian tidak semuanya

berniat untuk mendengarkan khataman akan tetapi ada juga yang tujuanya sekedar

mendengarkan tausiyah dari sang kyai. Ada lagi yang tujuanya untuk berdagang.

Biasanya barang yang dijual adalah kitab, buku, lauk pauk, jajanan, minyak wangi,

pakaian dan lain-lain. Ada juga yang datang ke acara khatama al-Qur‟an untuk

menjaga tempat parkir.

Page 22: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

6

Dari jumlah yang sebanyak itu dan dengan tujuan yang berbeda-beda tentunya

mereka mempunyai persepsi dan penghayatan serta pemaknaan yang berbeda-beda

terkadap khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak. Dengan latar

belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti fenomena besar tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan agar penelitian ini dapat terarah,maka

dibawah ini akan disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo

Demak ?

2. Apa pemaknaan tradisi khataman al-Qur‟an dengan membaca surat ad-Duha

sampai surat an-Nas di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui praktik khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri

Kesumo Demak.

2. Untuk mengetahui pemaknaan tradisi khataman al-Quran dengan membaca

surat ad-Duha sampai surat an-Nas di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak.

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam

bidang living Qur‟an.

Page 23: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

7

2. Kegunaan praktis

Diharapkan menambah wawasan khususnya bagi penyusun dan para pembaca

dan pada umumnya menjadi masukan dan acuan bagi para mufasir.

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan pembahasan mengenai judul penelitian ini. Terlebih

dahulu penulis akan mengemukakan arti istilah yang terkandung dalam judul

tersebut.

1. Khataman : kha-tam, tamat; tamat; selesai; habis:

al-Qur‟an telah dibaca sampai. Menghatamkan menamatkan;

menyelesaikan (tt bacaan, mengaji). Kha-tam-an upacara selesai

menamatkan al-Qur‟an: para santri diundang pada waktu khataman

anaknya.

2. Pesantren : Pesantren/ asrama/ asrama tempat santri atau tempat

murid-murid belajar mengaji disebut; pondok.

3. Living Qur‟an : Fenomena yang hidup di tengah masyarakat muslim

terkait dengan al-Qur‟an sebagai objek studi, sedangkan menurut Sahiron

Syamsuddinmenyatakan, teks al-Qur‟an yang hidup dalam masyarakat

itulah yang disebutliving Qur‟an, sedangkan manifestasi teks yang berupa

pemaknaan al-Qur‟an disebut dengan living Tafsir, Adapun yang

dimaksud dengan teks al-Qur‟an yang hidup ialah pergumulan teks al-

Page 24: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

8

Qur‟an dalam ranah realitas yang mendapat respons dari masyarakat dari

hasil pemaknaan dan penafsiran.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian maupun karya tulis yang berkaitan dengan kajian living Qur‟an

sejauh pengamatan penulis masih belum banyak dilakukan. Namun baru-baru ini

mulai bermunculan dalam kalangan akademisi melakukan penelitian lapangan terkait

dengan respon masyarakat terhadap al-Qur‟an (dan hadist) dalam praktik kehidupan

di masyarakat tertentu.

Di antara karya atau buku yang telah mengkaji fenomena dan resepsi

masyarakat terhadap kehadiran al-Qur‟an dalam praktik kehidupan adalah Skripsi

yang ditulis oleh Vitri Nurawalin dengan judul “Pembacaan al-Qur‟an dalam tradisi

Mujahadah Sabihah Jum‟ah ( Studi Living Qur‟an di pondok pesantren Sunan

Pandanaran Sleman Yogyakarta. Dalam skripsi tersebut dijelaskan mengenai sejarah

praktik mujahadah Sabihah Jumu‟ah, dan dijelaskan Mujahadah tersebut memiliki

perbedaan antara komplek satu dengan kompleks lainya. Dalam penelitian ini

mengunakan jenis penelitian kualitatif dengan penyajian data dengan perspektif emic,

yaitu data dipaparkan dalam bentuk diskripsi menurut data dan cara pandang subyek

penelitian. Metode analisa data dalam penelitian ini mengunakan tiga metode

Page 25: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

9

yaitureduksi, display dan verifikasiteori sosial yang digunakan yaitu mengunakan

teorinya Max Weber dan Karl Mennheim.7

Skripsi yang ditulis oleh Latif Nurkholifah, yang berjudul Tradisi Sima‟an

Jumat legi (studi living Qur‟an) Pondok Pesantren Ali Ma‟sum Krapyak Yogyakarta(

menurut teori fungsionalisme Emile Durkheim). Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. Di dalam penelitian

ini penyusun ingin mengungkap prosesi sima‟an Jumat Legi Pondok Pesantren Ali

Ma‟sum Krapayak Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif

kualitati. Dalam rangka mengumpulkan data peneliti mengunakan wawancara,

observasi dan dokumentasi. Efektifitas tradisi sima‟an Jumat Legi di Pondok

Pesantren Ali Ma‟sum Krapayak Yogyakarta dapat diketahui dengan observasi

kegiatan antara santri dan para jamaah sima‟an Jumat Legi bagai mana cara mereka

melakukan kegiatan-kegiatan yang ada dalam prosesi sima‟an pada Jumat Legi.8

Selanjutnya Skripsi yang ditulis olehAlifiya Fairuziyahyang berjudul al-Qur‟an

dan Seni Kaligrafi Perspektif Robert Nasrullah(Studi Living Qur‟an tokoh seniman

kaligrafi Yogyakarta)Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. penelitian ini mengambil fokus pada salah satu

seniman kaligrafi lukis Yogyakarta. Seniman disini adalah pengiat seni, khususnya

7Vitri Nurawalin, “Pembacaan al-Qur‟an dalam tradisi Mujahadah Sabihah Jum‟ah ( Studi

Living Qur‟an di pondok pesantren Sunan Pandanaran Sleman Yogyakarta)” Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Yogyakarta 2014.

8Latif Nurkholifah, Tradisi Sima‟an Jumat legi (studi living Qur‟an) Pondok Pesantren Ali

Ma‟sum Krapyak Yogyakarta( menurut teori fungsionalisme Emile Durkheim) Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Yogyakarta 2016.

Page 26: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

10

dibidang seni kaligrafi lukis yang juga menyandang predikat hafidz. Maka tidak heran

jika dalam berkarya seniman tidak meninggalkan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai materi

karya seni. Berangkat dari hal inilah perlu untuk mengetahui al-Qur‟an dan seni

kaligrafi dalam perspektif seniman, lalu bagaimana al-Qur‟an mampu menjadi

kekeuatan tersendiri dalam perilaku kehidupan seniman dan karya-karyanya.

Penelitian ini mengunakan metode indeph-interview dan wawancara secara

mendalam dengan mengunakan aestetic reception resepsi seorang seniman terhadap

teks keagamaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach),

selanjutnya diolah dan dianalisis mengunakan teori resepsi estetis diakronik.

Kemudian skripsi yang ditulis oleh Imam Nasichin dengan judul Tradisi Mitoni

Di Kelurahan Noyontaansari Pekalongan (Studi Living Qur‟an). Jurusan/Program

Studi: Ushuludin dan Dakwah/S1 Tafsir Hadits Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Pekalongan.Skripsi ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan tradisi

mitoni di Kelurahan Noyontaansari Pekalongan dengan alasan bahwa masyarakat

Kelurahan Noyontaansari Pekalongan percaya bahwa pasangan yang melakukan

tradisi mitoni akan terhindar dari kesialan, bahaya kehamilan, calon bayi selamat, dan

lain sebagainya dengan tujuan keselamatan. Namun sebaliknya jika pasangan yang

tidak melakukan tradisi mitoni maka akan beranggapan terkena kesialan, calon bayi

tidak selamat, dan hal-hal buruk lainnya. Sehingga mayoritas ibu hamil di Kelurahan

Noyontaansari Pekalongan pasti akan melakukan tradisi mitoni atau yang lebih

dikenal dengan “tingkeban”.Jenis penelitian ini adalah studi lapangan (field

Page 27: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

11

research). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini observasi, wawancara dan

dokumentasi. Data peneliti analisis menggunakan deskriptif kualitatif.9

Dari telaah yang telah di uraikan, penulis belum menemukan pembahasan

mengenai Khataman al-Qur‟an berdasarkan metode Verstehen dari Max Weber. Oleh

sebab itu penulis tertarik untuk meneliti kajian Living Qur‟an di atas.

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang telah diatur dalam berpikir baik-baik untuk mencapai

sesuatu maksut dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya.10

salah satu penggunaanya

adalah dalam menyusun sebuah penelitian. Agar metode yang digunakan dalam

penelitian ini menjadi tepat guna, maka peneliti akan menguraikan hal-hal yang

terkaitdengan metodologi penelitianini. Di antaranya adalah:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan pendekatan kualitatif diskriptif,

yang artinya penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji dan

meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa adanya manipulasi didalamya dan

9Imam Nasichin. Tradisi Mitoni Di Kelurahan Noyontaansari Pekalongan (Studi Living

Qur‟an). Jurusan/Program Studi: Ushuludin dan Dakwah/S1 Tafsir Hadits Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. 2016.

10

Suharso dan Ana Retnoningsih, kamus besar bahasa Indonesia edisi lux (Semarang: Widya

Karya, 2009) hlm 321.

Page 28: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

12

tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode alamiah ketika hasil

penelitian yang berdasarkan fenomena yang diamati.11

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data di lapangan

dengan mengunakan alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data

di lapangann. Peneliti yang dijadikan alat pengumpul data adalah dokumen-

dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat bantu lain yang

dapat mendukung terlaksananya penelitian, serta kamera dan alat perekam.

Oleh karena itu kahadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menujang

keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta

hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang

didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang

mutlak.12

3. Metode Pengumpulan Data

Karena jenis penelitian kualitatif (studi kasus), maka dalam mengumpulkan

data penelitian akan mengunakan metode verstehen, observasi (pengamatan

mendalam), interview (wawancara) dan dokumentasi.

11

Andi Prastowo, Metodologi Penelitian dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

(Yogyakarta, ar-Ruzz Media: 2012) hlm.24. 12

Dwi Maryawati, Skripsi dengan judul Mabda‟ ar-Ridha‟iyyah dalam transaksi jual beli

hasil perkebunan ditinjau dari Hukum Islam. (Salatiga: 2017), hlm. 14.

Page 29: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

13

a. Metode Verstehen

Metode verstehenatau pemahaman merupakan sebuah pendekatan unik

terhadap moral atau ilmu-ilmu budaya, yang lebih berurusan dengan

manusia ketimbang dengan binatang atau kehidupan non

hayati.13

Verstehendapat ditafsirkan sebagai arahan kepada kita untuk

tidak pernah mengabaikan tujuan-tujuan atau sadar akan tujuan akhir

dalam pikiran aktor, tidak pernah gagal untuk mengetahui bagaimana dia

sendiri “mendefinisikan sesuatu”, dan untuk memperlakukan tujuan-

tujuan dan penilaian-penilaianya sebagai relevan sebab akibat, atau

sebagai “variabel-variabel” kunci, dalam menjelaskan tindakanya.14

baik

para pendukung atau para pengkritik verstehen sering melihatnya sebagai

sebuah metode khusus untuk memperoleh pengetahuan yang khas bagi

disiplin-disiplin manusia.15

sedangkan menurut Dilthey, verstehen adalah

upaya memahami secara kejiwaan, kelakuan orang lain serta karya

ciptanya, yakni upaya interpretative untuk memberika makna kepada

sesuatu yang dianggap pada hakikatnya bersifat “fakta obyektif”.16

13

Max Weber. Sosiologi.(,Yogyakarta: Pustaka pelajar Offiset, 2009).Hlm 66.

14

Dennis Wrong. Max Weber Sebuah Khasanah, (Yogyakarta: Ikon Teralintera, 2003). Hlm

28-29. 15

Dennis Wrong, Max Weber Sebuah Khasanah…,Hlm.27.

16

Imam SuprayogodanTobroni. MetodologiPenelitianSosial Agama (Bandung: PT.

RemajaRosdakarya, 2003)Cet. II, Hlm. 63.

Page 30: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

14

b. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial

keagamaan terutama sekali penelitian kualitatif. Ia merupakan metode

pengumpulan data yang alamiah dan paling banyak digunakan tidak

hanya dalam dunia keilmiahan tetapi juga dalam juga dalam berbagai

aktifitas kehidupan.

Arti umum observasi adalah pengamatan, penglihatan. Secara khusus

adalah mengamati dan mendengar dalam rangaka memahami, mencari

jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan selama

beberapa waktu tampa mempengaruhi fenomena yang diobservasi,

dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan

data analaisis.

Gunanya, menurut Black dan Champion:

1) Untuk mengamati fenomena sosial keagamaan sebagai peristiwa

aktual yang memungkinkan peneliti memandang fenomena

tersebut sebagi proses.

2) Untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomena sosial

keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajian.

3) Untuk melakukan ekplorasi atau socialsettingdimana fenomena itu

terjadi.17

17

Muhamad Yusuf. Metodologi Penelitian Qur‟an dan Hadis.(Yogyakarta:Teras, 2007). hlm

57.

Page 31: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

15

Tujuan dari observasi ini mengadakan pengamatan pada pelaksanaan

khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo Demak.

c. Interview (Wawancara)

Interviw merupakan cara mengumpulkan data dengan cara bertanya

langsung kepada informan (subyek penelitian). Interview pada penelitian

kali ini ditujukan kepada informan yang mengikuti kegiatan khataman

secara langsung maupun yang diasumsikan mengetahiu seluk beluk

dilaksanakanya tradisi tersebut.

Adapun wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara etnografi

dan wawancara terstruktur. Artinya wawancara etnografi bahwa

wawancara ini dilakukan dengan cara percakapan atau obrolan biasa

selayaknya persahabatan biasa, sehingga informan tidak menyadari,

bahwa peneliti sedang mengali data atau informasi, hal tersebut sangatlah

penting guna apa orang yang pikirkan dan rasakan mengenai praktik

khataman tersebut.18

yang menjadi informan pada wawancara tersebut

adalah para santri, jamaah khataman, pedagang dan tukang parkir.

Sedangkan wawancara terstruktur merupakan wawancara dengan

mengunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapakan guna

18

Dedy Mulyana, Metode Penelitian Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Sosial Lainya,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 181.

Page 32: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

16

ditanyakan kepada informan secara langsung.19

pada wawancara ini yang

menjadi informan adalah pengasuh, pengurus, imam dan sebagian santi.

d. Dokumentasi

Pada tahap ini, peneliti akan mengambil gambar-gambar yang ada

keterkaitanya dengan pelaksanaan khataman. Hal tersebut menjadi

penting sebab sebagai penunjang dan penyempurna data-data yang

diperoleh dari interview maupun observasi.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah pondok pesantren Giri Kesumo

yang terletak di desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

Sedangkan waktu penelitian lapangan untuk skripsi dimulai bulan November

sampai bulan Januari.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian sekaligus sumber data atau informan dalam penelitian ini

adalah pengasuh pondokpesantren, imam, pengurus, para santri, jamaah

khataman, para pedagang dan tukang parkir. Itu semua merupakan orang-orang

yang akan diwawancarai secara langsung guna memperoleh data dan informasi

yang lebih detail. Sedangkan yang akan menjadi objek penelitian adalah

Khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak.

19

Muhamad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif,

(Yogyakarta; UII Press, 2007), hlm.137.

Page 33: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

17

6. Sumber Data

Sumber data yang diambil adalah berupa data primer dan data sekunder.

Data primer adalah sumber data yang dapat memberikan informasi secara

langsung serta sumber data tersebut memiliki hubungan dengan masalah pokok

penelitian sebagai bahan informasi yang dicari. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah kehadiran dan partisipasi penulis serta observasi langsung

di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak. Sedangkan data sekunder adalah

sumber data yang bersifat untuk melengkapi sumber data primer meliputi buku-

buku, arsip dan hasil penelitian lain yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

7. Analisis Data

Sebagaimana penelitian kualitatif, maka analisis data pada penelitian ini

mengunakan tehnik reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Reduksi data

merupakan proses memilih, menyederhanakan abstraksi dan mentransformasi

data kasar yang diperoleh. Penyajian data merupakan diskripsi kumpulan

informasi yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengamnil

tindakan. Verifikasi adalah mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh

dari lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang

mungkin adadan proposisi.20

20

Maslikhah, Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa. (Yogyakarta,

Truss Media: 2013), hlm. 323.

Page 34: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

18

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yaitu rangkaian pembahasan yang tercakup dalam isi

penelitian dimana yang satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai satu kesatuan

yang utuh, yang merupakan urutan- urutan tiap bab.

Bab pertama, pendahuluan, yaitu sebagai gambaran umum mengenai seluruh isi

penelitian yang dijabarkan dalam kedalam sub bab yaitu; latar belakang masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

Pada bab kedua, akan memuat tentang kerangaka teori yang didalamnya

memuat tentang definisi living Qur‟an, sejarahliving Qur‟an macam-macam seta arti

penting kajian living Qur‟an.

Pada bab ketiga, akan memuat gambaran umum Pondok PesantrenGiri Kesumo

Demak yang didalamnya memuat tentang letak geografis, sejarah berdirinya ponpes,

visi, misi dan asas, struktur organisasi dan kondisi pondok pesantren. Kemudian di

dalamnya juga memuat praktik/pelaksanaan khataman di Pondok Pesantren Giri

Kesumo meliputi sejarah, asal usul pengetahuan khataman, pelaksanaan khataman

dan motifasi.

Bab keempat berisi tentang pemaknaan khataman al-Qur‟an di Pondok

Pesantren Giri Kesumo yang didalamnya memuat tentang makna objektif, makna

expresif dan makna dokumenter.

Page 35: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

19

Bab kelima, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan seluruh rangkaian

yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban atas permasalahan yang ada. Pada

bab ini juga berisi saran saran yang dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-

lampiran. Bab ini menunjukan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan.

Page 36: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

20

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Living Qur‟an

Banyak definisi yang ditawarkan untuk menentukan arah kajian living Qur‟an,

salah satunya datang dari Sahiron Syamsuddin yang menyatakan, teks al-Qur‟an

yang hidup dalam masyarakat itulah yang disebutliving Qur‟an, sedangkan

manifestasi teks yang berupa pemaknaan al-Qur‟an disebut dengan living Tafsir,

Adapun yang dimaksud dengan teks al-Qur‟an yang hidup ialah pergumulan teks al-

Qur‟an dalam ranah realitas yang mendapat respons dari masyarakat dari hasil

pemaknaan dan penafsiran.21

Termasuk dalam pengertian “respon

masyarakat”adalah resepsi mereka terhadap teks tertentu dan terhadap hasil

penafsiran tertentu. Resepsi sosial terhadap al-Qur‟an dapat ditemui dalam

kehidupan sehari-hari, seperti pentradisian surat atau ayattertentu pada pada acara

dan ceremoni sosial keagamaan tertentu. Sementara itu, resepsi sosial terhadap

penafsiran terjelma dalam terlembaganya bentuk penafsiran tertentu dalam

masyarakat, baik dalam skala besar maupun kecil.22

Living Qur‟an juga dapat diartikan sebagai “fenomena yang hidup di tengah

masyarakat Muslim terkait dengan al-Qur‟an ini sebagai objek studinya”.23

Oleh

karena itu, kajian tentang living Qur‟an dapat diartikan sebagai kajian tentang

21

Moh.Muhtador,”Pemaknaan ayat al-Qur‟an dalam Mujahadah”,Jurnal Penelitian, Vol. 8,

no, 1, Februari 2014. 22

Moh.Muhtador,”Pemaknaan ayat al-Qur‟an dalam Mujahadah”,Jurnal Penelitian, Vol. 8,

no, 1, Februari 2014. 23

M.Mansur. Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an Dalam Buku Metodologi

Penelitian Living Qur‟an dan Hadis. ..(Yogyakarta: Teras, 2007). Hlm 5-6.

Page 37: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

21

“berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur‟an atau keberadaan al-

Qur‟an di sebuah komunitas Muslim tertentu”.Dengan pengertian seperti ini, maka

“dalam bentuknya yang paling sederhana” The Living Qur‟an tersebut “pada

dasarnya sudah sama tuanya dengan al-Qur‟an itu sendiri. Dengan kata lain, living

Qur‟an yang sebenarnya bermula dari fenomena Qur‟an in everyday life, yakni

makna dan fungsi al-Qur‟an yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim,

belum menjadi objek studi bagi ilmu-ilmu al-Qur‟an konvensional (klasik). Bahwa

fenomena ini sudah ada embrionya sejak masa yang paling dini dalam sejarah Islam

adalah benar adanya, tetapi dalam dunia Muslim yang saat itu belum terkontaminasi

oleh berbagai pendekatan ilmu sosial yang notabene produk dunia Barat, dimensi

sosial kultural yang membayang-bayangi kehadiran al-Qur‟an tampak tidak mendapat

porsi sebagai obyek studi.24

Definisi yang ditawarkan di atas semuanya sudah memenuhi ruang lingkup

yang berhubungan denganliving Qur‟an. Dengan bahasa yang sederhana, dapat

dikatakan bahwa living Qur‟an adalah interaksi, asumsi, justifikasi, dan perilaku

masyarakat yang didapat dari teks-teks al-Qur‟an.

B. Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah

Jika ditelisik secara historis, praktek memperlakukan al-Qur‟an, surat-surat atau

ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an untuk kehidupan praksis umat, pada

hakekatnya sudah terjadi sejak masa awal Islam, yakni pada masa Rasulullah Saw.

24

M.Mansur. Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an Dalam Buku Metodologi

Penelitian Living Qur‟an dan Hadis..(Yogyakarta: Teras, 2007). Hlm 5-6.

Page 38: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

22

Sejarah mencatat, Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat pernah melakukan

praktek ruqyah, yaitu mengobati dirinya sendiri dan juga orang lain yang menderita

sakit dengan membacakan ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an. Hal ini didasarkan

atas sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Sahih al-

Bukhari. Dari „Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah membaca

surat al-Mu„awwidhatain, yaitu surat dan al-Nas ketika beliau sedang sakit sebelum

wafatnya.

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa sahabat Nabi pernah mengobati

seseorang yang tersengat hewan berbisa dengan membaca al-Fatihah. Dari

beberapa keterangan riwayat hadis di atas, menunjukkan bahwa praktek interaksi

umat Islam dengan al-Qur‟an, bahkan sejak masa awal Islam, dimana Nabi

Muhammad Saw. masih hadir di tengah-tengah umat, tidak sebatas pada

pemahaman teks semata, tetapi sudah menyentuh aspek yang sama sekali di luar

teks.

Jika kita cermati, praktek yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Dengan

membaca surat al-Mu„awwidhatain untuk mengobati sakitnya, jelas sudah di luar

teks. Sebab secara semantis tidak ada kaitan antara makna teks dengan penyakit

yang diderita oleh Nabi Muhammad Saw. Demikian juga halnya dengan praktek

yang dilakukan oleh sahabat Nabi yang membacakan surat al-Fatihah untuk

Page 39: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

23

mengobati orang yang terkena sengatan kalajengking. Secara makna, rangkaian

surat al-Fatihah sama sekali tidak ada kaitannya dengan sengatan kalajengking.25

Dari beberapa praktek interaksi umat Islam masa awal, dapat dipahami jika

kemudian berkembang pemahaman di masyarakat tentang fadilah atau khasiat serta

keutamaan surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu di dalam al- Qur‟an sebagai

obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik. Di

samping beberapa fungsi tersebut, al-Qur‟an juga tidak jarang digunakan

masyarakat untuk menjadi solusi atas persoalan ekonomi, yaitu sebagai alat untuk

memudahkan datangnya rezeki.

Praktek-praktek semacam ini dalam bentuknya yang paling sederhana pada

dasarnya sudah sama tuanya dengan usia al-Qur‟an itu sendiri. Namun, pada periode

yang cukup panjang praktek-praktek diatas belum menjadi obyek kajian penelitian al-

Qur‟an. Baru pada penggal sejarah studi al-Qur‟an kajian tentang praktek-praktek ini

diinisiasikan kedalam wilayah studi al-Qur‟an oleh para pemerhati studi al-Qur‟an

kontemporer.26

C. Living Qur‟an dan Hadis sebagai Bagian Lived Texts, Lived Islam

Dalam kajian agama, kajian living Qur‟an dan Hadis adalah bagian dari kajian

„lived Religion, „practical religion‟, „popular religion‟, „lived Islam‟,yang bertujuan

menggali bagaimana manusia dan masyarakat memahami dan menjalankan agama

25

Didi Junaedi. Living Qur‟an:Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an(Studi Kasus

di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon).dalam Journal

of Qur‟an and Hadith Studies Vol. 4, No. 2, (2015). Hlm.177.

26

M.Mansur. Living Qur‟an……Hlm 8.

Page 40: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

24

mereka, untuk tidak mengutamakan kaum elit agama (pemikir, otoritas agama,

pengkhotbah, dan sebagainya). Metode-metode saintifik sosial memasuki wilayah

kajian agama dan para sarjana beralih dari kajian naskah kepada kajian masyarakat

beriman pada masa kini (present-day living communities of faith). Dalam kajian kitab

suci perbandingan (comparative scripture), living Qur‟an dan Hadismenjadi bagian

dari kajian the uses of scripture, yang belum begitu berkembang juga. Kajian-kajian

antropologis umumnya melakukan pendekatan aspek praktis pemahaman dan

pengamalan agama, seperti simbol, mitos, ritual, samanisme, magis, tapi belum

banyak yang membahas aspek pemahaman, penggunaan, dan pengamalan kitab suci

dalam kehidupan sehari-hari. Jika scripture diartikan sebagai tulisan yang diterima

dan digunakan dalam komunitas agama sebagai suci dan otoritatif maka al-Qur‟an

dan Hadis masuk definisi ini, sebagaimana juga kitab-kitab Zoroaster, Yahudi,

Kristen, dan Sikh, yang disebut “agama-agama kitab”(religions of the book). Ada tiga

macam penggunakan kitab suci.27

Pertama, penggunaan kognitif, pemahaman dan pemikiran tentang katadan

maknanya. Penggunaan kognitif ini mencakup beberapa macam. Salahsatunya, kitab

suci menjadi sumber membangun dan mempertahankan doktrindoktrin atau ajaran-

ajaran, kebenaran-kebenaran tentang semesta dan cara yang benar untuk hidup

didalamnya. Ketika kitab suci digunakan untuk membangun doktrin maka „para

penafsir resminya‟ – seperti pendeta, ulama, dan sejenisnya, paling sering

27

Muhamad Ali. Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living Hadis.Journal of

Qur‟an and Hadis Studies – Vol. 4, No. 2, (

Page 41: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

25

melakukannya. Merujuk kepada kitab suci sering kali menjadi kata akhir argumen-

argumen agama. Termasuk dalam penggunaan kognitif adalah penggunaan teks

dalam ritual publik. Kitab suci dibaca, dilagukan, dilingkari, dicium, dihias,

diletakkan pada posisi tinggi dan dimuliakan, dalam ritual pengorbanan, dan

sebagainya. Dalam tradisi Kristen, ada istilah biblioatry, penyembahan pada kitab,

ketika orang yang mengimani memberikan penyembahan yang sangat dalam dan

menganggap kitab sebagai mutlak. Selanjutnya, penggunaan dalam meditasi dan

kebaktian yang bersifat pribadi dan kelompok.28

Kedua, penggunaan non-kognitif kitab suci terjadi dalam banyak situasi. Kitab

suci dipajang di rumah dan bangunan-bangunan publik, dan ditulis dalam kaligrafi.

Selain itu, kitab suci memiliki kekuatan (power) memberikan berkah (barakah,

blessing), menyembuhkan penyakit, menolak bala dan kejahatan, digunakan sebagai

mantra dan jimat, ketika diam dan ketika bepergian. Bagiumat Dao, misalnya, kitab

suci Dao diletakkan pendetanya di tangan ibu yang sedang melahirkan agar diberi

kemudahan. Dalam tradisi Islam, kitab suci al- Qur‟an atau potongan ayat digunakan

atau dibacakan kepada orang yang sakit. Penggunaan lainnya, disebut Bibliomancy,

ketika kitab suci digunakan untuk memperkirakan masa depan dan membimbing

orang bersangkutan bagaimana menghadapi masa depan itu. Orang Sikh misalnya

membuka halaman berapasaja dari Kitab Guru Grant Sahib pada satu hari dan

menjadikannya sebagai petunjuk kehidupannya hari itu.

28Ibid….Hlm.151.

Page 42: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

26

Penggunaan kitab suci juga bisa dikaji dari segi informativedan segi

performative. Dari segi informatif, kitab suci dijadikan sumber pengetahuan, doktrin,

sejarah masa lalu, isyarat ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Dari segi performatif,

kitab suci dialami, dijadikan sebagai barang suci, misalnya dalam ritual kurban,

dijadikan sumber hukum negara atau masyarakat, dijadikan alat untuk memberkahi,

dilagukan dan dilombakan, dan sebagainya. Secara umum, kitab-kitab suci memiliki

kekuatan merubah (transformative power) dalam kehidupan pribadi maupun

masyarakat yang mengimaninya.

Ada kelebihan dan kekurangan kajian yang memfokuskan kitab suci sebagai

cara memahami agama-agama. Kelebihan-kelebihan kajian scriptural cukup banyak.

Kitab suci ada di hampir semua agama. Kitab suci cenderungkomprehensif bagi

keimanan umat beragama. Kitab suci dianggap otoritatif bagi agama-agama mereka.

Kitab suci menjadi sumber memahami agamaagama. Kitab suci juga terbuka untuk

dikaji dari berbagai pendekatan, termasuk pendekatan tekstual, literary, sastrawi.Di

sisi lain, kajian skriptural memiliki kekurangan-kekurangan. Kekurangan yang

pertama, penerimaan dan penggunaan kitab suci tidak seragam dalam agama-agama.

Kaum beriman menganggap kitab suci mereka secara berbeda, dan kitab-kitab suci

yang berbeda itu berfungsi secara berbeda pula. Kekurangan kedua, adalah

terjemahan kitab suci tidak seluruhnya menangkap makna asli. Kekurangan ketiga,

pendekatan skriptural sering kali bersifat elit dan patriarkal. Kekurangan keempat,

fokus kepada teks kitab suci semata kurang konteks hidup teks itu. Untuk kajian al-

Qur‟an dan Hadis, yang diyakini memiliki kekuatan otoritatif utama dan kedua,

Page 43: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

27

kelemahan-kelemahan kajian tekstual ditutupi dengan kajian kajian living texts, teks

atau scripture sebagaimana dipahami dan dijalankan penganutnya.29

D. Variasi Respons Umat Islam terhadap al-Qur‟an

Sebenarnya gambaran secara umum bagaimana kaum muslimin merespon

terhadap kitab sucinya (al-Qur‟an) tergambar dengan jelas sejak zaman Rosullulah

dan para sahabatnya. Tradisi yang muncul adalah al-Qur‟an dijadikan obyek

hafalan(tahfiz),listening (sima‟)ke berbagai daerah dalam bentuk majlis al-Qur‟an

sehingga al-Qur‟an telah tersimpan di “dada” (sudur)para sahabat. Setelah umat islam

berkembang ke seluruh dunia, respon mereka terhadap al-Qur‟an semakin

berkembang dan bervariasi, tak terkecuali oleh umat Islam di Indonesia.30

Menurut pengamatan penulis, masyarakat Indonesia khususnya umat islam

sangat respek dan penuh perhatian terhadap kitab sucinya, dari generasi ke generasi

dan berbagai kalangan kelompok keagamaan disemua tingkatan usia dan etnis.

Fenomena yang terlihat jelas, bisa kita ambil beberapa kegiatan yang mencerminkan

everyday life of the Qur‟an, sebagi berikut:

1. Al-Qur‟an dibaca secara rutin dan diajarkan ditempat-tempat ibadah (masjid

dan surau/langgar/mushola), bahkan dirumah-rumah, sehingga menjadi

acara rutin everyday, apalagi di pesantren-pesantren menjadi bacaan wajib,

terutama selepas sholat Magrib. Khusus malam Jumat yang dibaca adalah

surat Yasindan kadang ditambah surat al-Waqi‟ah.

29Ibid….Hlm.152. 30

Muhammad Yusuf.Pendekatan Sosiologi Dalam PenelitianLiving Qur‟an Dalam Buku

Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis. ..(Yogyakarta: Teras, 2007). Hlm 42-43.

Page 44: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

28

2. Al-Qur‟an seantiasa dihafalkan, baik secara utuh maupun sebagiannya (1

juz hingga 30 juz), meski ada juga yang menghafal ayat-ayat dan surat-surat

tertentudalam juz „Amma untuk kepentingan bacaan dalam sholat dan

acara-acara tertentu.

3. Menjadikan potongan-potongan ayat satu ayat maupun beberapa ayat

tertentu dikutip dan dijadikan hiasan dinding rumah, masjid, makam bahkan

kain kiswahka‟bah (biasanya ayat kursi, al-Ikhlas, al-Fatihah dsb). Dalam

bentuk kaligrafi dan sekarang tertulis dalam ukiran-ukiran kayu, kulit

binatang, logam, (kuningan, perak dan tembaga) sampai kepada mozaik

keramik, masing-masing memiliki karakteristik estetika masing-masing.

4. Ayat-ayat al-Qur‟an dibaca oleh para Qari‟ (pembaca profesional) dalam

acara-acara khusus yang berkaitan dengan peristiwa-peristwa tertentu,

khususnya dalam acara hajatan (pesta perkawinan, khitanan dan aqiqah)

atau peringatan-peringatan hari besar Islam.

5. Potongan-potongan ayat al-Qur‟an dikutip dan dicetak sebagai assesoris

dalam bentuk stiker, kartu ucapan, gantungan kunci, undangan resepsi

pernikahan sesuai konteks masing-masing.

6. Al-Qur‟an senantiasa dibaca dalam acara-acara kematian seseorang bahkan

pasca kematian dalam tradisi “Yasinan”dan “tahlilan” selama 7hari dan 40

hari, 100 hari, 1000 hari dsb.

Page 45: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

29

7. Al-Qur‟an dilombakan dalam bentuk tilawahdan tahfizal-Qur‟an dalam

bentuk insidental maupun rutin berskala lokal, nasional bahkan

internasional.

8. Sebagian umat Islam menjadikan al-Qur‟an sebagai “jampi-jampi”, terapi

jiwa sebagai pelipur duka dan lara, untuk mendoakan pasien yang sakit

bahkan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dengan cara membakar

dan abunya diminum.

9. Potongan ayat-ayat tersebut dijadikan jimat yang dimana dan kemana saja

pergi oleh pemiliknya sebagai perisai atau tameng, tolak balak atau

menangkis serangan musuh dan unsur jahat lainya.

10. Bagi para muballigh/da‟i, ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan dalil dan hujah

(argumentasi) dalam rangka memantapkan isi kuliah tujuh menit (kultum)

atau dalam khutbah jumat dan pengajian di tengah-tengah masyarakat.

11. Bagi orang yang punya bakat dibidang sastra, al-Qur‟an dibaca dengan

model puisi dan diterjemahkanya sesuai dengan karakter pembacanya.

12. Sementara bagi seniman dan artis, al-Qur‟an terkadang dijadikan bagian

dari sinetron dan film disamping sebagai bait lagu agar beraroma religius

dan berdaya estetis, agar memiliki muatan spritualitas yang bersifat

dakwah/tabligh (seruan, ajakan, himbauan) bagi pendengarnya.

13. Terlihat juga fenomena dalam dunia politik, menjadikan ayat-ayat al-Qur‟an

sebagai “bahasa agama” dijadikan media justifikasi, slogan untuk agar

Page 46: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

30

memiliki daya tarik politis, terutama bagi parpol-parpol yang berbau dan

berasaskan keislaman.

14. Fenomena mutakhir adalah munculnya tokoh-tokoh agamawan

(ruhaniawan) dalam cerita-cerita fiksi maupun non fiksi dalam tayangan

televisi, yang menjadikan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai wiriddan

dzikir“pengusir jin” atau fenomena kegaiban lainnya (uji nyali, pemburu

hantu, penyembuhan”ruqyah”dsb.).

15. Fenomena lain adalah ayat-ayat tertentu dijadikan wiriddalam bilangan

tertentu untuk memperoleh “kemuliaan” atau “keberuntungan” dengan jalan

“nglakoni” (riyadhah) meskipun terkadang terkontaminasi dengan unsur-

unsur mistis dan magis.

16. Terlihat juga fenomena adanya ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan bacaan dalam

menempuh latihan beladiri yang berbasis perguan beladiri Islam

Tauhidik(misalnya: Tapak Suci, Sinar Putih, dsb.) agar memperoleh

kekuatan tertentu setelah mendapat Ma‟unah(pertolongan) dari Allah Swt.

17. Dalam dunia Entertainment, al-Qur‟an didokumentasikan dalam bentuk

kaset, CD, LCD, DVD, Harddisk, sampai di HP, baik itu secara visual

maupun audio visual yang serat akan muatan hiburan dan seni.

18. Belakangan marak ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan bacaan para

praktisi/terapis untuk menghilangkan gangguan psikologis dan pengaruh

buruk lainya (syetan dan jin) dalam praktik ruqyahdan penyembuhan

alternatif lainya.

Page 47: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

31

19. Bisa kita lihat juga potongan ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan media

pembelajaran al-Qur‟an (TPA, TPQ dsb.) sekaligus belajar bahasa Arab.

Bahkan madrasah al-Qur‟an yang concerndalam bidang tahfidz pun banyak

berdiri secara formal.31

Di samping hal-hal di atas masih ada banyak fenomena lagi sebagai gambaran

fakta sosial keagamaan yang keberadannya tidak bisa dipungkiri, sehingga

memperkuat asumsi kita, bahwa al-Qur‟an telah direspon oleh umat Islam dalam

berbagai praktik. Sehinga Fenomena keberagamaan semacam ini seharusnya

memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengkaji al-Qur‟an untuk menjadikan obyek

kajian dan penelitian.

Kita ambil contoh, dalam peringatan Maulid Nabi Saw, yang sejak dulu hingga

kini masih masih diperingati umat Islam secara kontinyu dan meriah.Dalam kegiatan

ituumat Islam berkumpul bersama-sama sambil membaca bagian-bagian al-Qur‟an,

pembacaan sirahnabi (Biografi) dan hikmah tentang peringatanya. Dalam konteks ini,

dikisahkan dalam Mir‟at az-zamanSibt ibn al-Jauzi berkata:

Seseorang yang pernah hadir dalam perjamuan al-Mudzaffar pada

salah satu perayaan maulid berkata bahwa untuk perjamuan itu telah

disediakan menu makanan berupa 5000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100

ekor kuda dan 100.000 pingan dan 30.000 manisan. Kemudian ulama dan para

sufi ternama berdatangan mendapat hadiah-hadiah berharga dan jubah-jubah

kehormatan, dan mengikuti konser sima‟an (al-Qur‟an), kemudian menari-nari

31

Muhamad Yusuf, “pendekatan sosiologi dalam penelitian Living Qur‟an” Dalam Buku

Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis..(Yogyakarta: Teras, 2007). Hlm 43-46.

Page 48: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

32

sore hingga shubuh. Perayaan ini setiap tahunnya menghabiskan anggaran

30.000 dirham.

Sebenarnya kasus serupa biasa di teliti, hanya saja yang menjadi persoalan bagi

calon peneliti adalah belum memadai dan tersedianya perangkat metodologis secara

ilmiah, sehingga peneliti baru sebatas mencoba dengan asumsi-asumsi tertentu,

memikirkan dan memutuskan sendiri sesuai dengan kemampuan dansudut pandang

sendiri. Akibatnya, penelitian yang dihasilkan seolah-olah seperti “laporan aktifitas

pengajian” rutian mingguan atau bulanan yang miskin metode dan tidak menemukan

hal-hal yang menaraik (khas), karena hanya melihat struktur luarnya dan belum

kepada struktur dalamnya (Deep Structure)layaknya sebuah penelitian ilmiah bidang

antropologi.

Padahal, idealnya sebuah penelitian ilmiah termasuk bersifat keagamaan

diharapkan dapat dapat mengungkap hal-hal yang unik, aneh, khas, karakteristik dari

sebuah fenomena yang diteliti. Sehingga penelitian itu akan menghasilkan sebuah

model, karakter, kalau perlu sebagai problem solver.Sehigga lambat laun dapat

dirumuskan aspek metodologisnya yang khas untuk penelitian al-Qur‟an yang

dipraktekkan sehari-hari oleh komunitas masyarakat Islam (everyday life of the

Qur‟an), meski didasari oleh minimnya informasi yang mendukung dalam

merumuskan sebuah metodologi penelitian keagamaan yang tergolong langka ini.

Page 49: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

33

E. Living Qur‟an Sebagai Religious Research

Living Qur‟ansebagai penelitian yang bersifat keagamaan (Religious Research),

yakni menempatkan agama sebagai system keagamaan, yakni system sosiologis,

suatu aspek organisasi sosial, dan hanya dapat dikaji secara tepat jika karakteristik itu

diterima sebagai titik tolak.32

jadi bukan meletakkan agama sebagai doktrin, tetapi

agama sebagai gejala sosial.

Living Qur‟an, dimaksudkan bukan bagaimana individu atau sekelompok orang

memahami al-Qur‟an (penafsiran), tetapi bagaimana al-Qur‟an itu disikapi dan

direspon masyarakat muslim dalam realitas kehidupan sehari-hari menurut konteks

budaya dan pergaulan sosial. Hemat saya, apa yang mereka lakukan adalah

merupakan “pangilan jiwa” yang merupakan kewajiban moral-sebagai muslim-untuk

memberikan penghargaan, penghormatan, cara memuliakan (ta‟dzim)kitab suci yang

diharapkan pahala dan berkah dari al-Qur‟an sebagaimana keyakinan umat Islam

terhadap fungsi al-Qur‟an yang dinyatakan sendiri secara beragam. Oleh karena itu,

maksud yang dikandung bisa sama, tetapi ekspresi dan ekspektasi masyarakat

terhadap al-Qur‟an antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, begitu juga

antar golongan, antara etnis dan antar bangsa.33

Dalam penelitian model living Qur‟anyang dicari bukan kebenaran agama

lewat al-Qur‟an atau menghakimi (judgment)kelompok keagamaan tertentu dalam

Islam, tetapi lebih mengutamakan penelitian tentang tradisi yang menggejala

32

Atho‟ Mudzhar, pendekatan studi Islam dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998, Hlm. 68. 33Ibid….Hlm. 50

Page 50: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

34

(fenomena) di masyarakat dilihat dari persepsi kualitatif.Meskipun terkadang al-

Qur‟an dijadikan sebagai simbol keyakinan (symbolic faith) yang dihayati, kemudian

diekspresikan dalam bentuk perilaku keagamaan. Nah, dalam penelitian living

Qur‟andiharapkan dapat menemukan segala sesuatu dari hasil pengamatan

(observasi) yang cermat dan teliti atas perilaku kominitas muslim dalam pergaulan

sosial kegamaanya hingga menemukan segala unsur yang menjadi komponen

terjadinya perilaku itu melalui struktur luar dan struktur dalam (deep structure)agar

dapat ditangkap makna dan nilai-nilai (meaning and velues)yang melekat dari sebuah

fenomena yang diteliti.

Kalau kita coba gambarkan dalam pendekatan historis, sosiologi dan

antropologi, maka fenomena keagamaan ituyang berakumulasi pada pola perilaku

manusia didekati dengan mengunakan ketiga model pendekatan sesuai posisi perilaku

itu dalam konteksnya masing-masing, seperti disebutkan di atas.

Sementara kalau kita telah sepakat bahwa living Qur‟anberlidung di bawah

payung sosiologi atau sosiologi agama, maka pendekatan yang lebih tepat adalah

antropologi, sehingga bangunan perspektifnya pada umumnya menggunakan

perspektif mikro atau paradigma humanistik, seperti fenomenologi, etnometodologi,

meneliti everyday life(tindakan dan kebiasaan yang tetap) dan arkeologi. Nah

analisinya berupa individu, kelompok atau organisasi dan masyarakat, benda-benda

bersejarah, buku, prasasti, cerita-cerita rakyat.

Paradigma penelitian sosial-agama, ada 3 (tiga) macam yang digunakan, yaitu:

(1) positifistik, dengan menempatkan fenomena sosial dipahamidari perspektif luar

Page 51: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

35

(other perspective)yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa

terjadi, proses kejadianya, hubungan antar variabel, bentuk dan polanya, (2)

Paradigma naturalistik, yakni berdasarkan subyek perilaku yang bertujuan untuk

memahami makna perilaku, simbol-simbol dan fenomene-fenomena; (3) paradigm

rasionalistik (verstehen), dengan melihat realitas sosial sebagaimana yang dipahami

oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan didialogkan dengan pemahaman

subyek yang diteliti (data empirik). Paradigm ini sering digunakan dalam penelitian

filsafat, bahasa, agama (ajarannya) dan komunikasi yang mengunakan metode

semantik, filologi, hermeneutika dan analisis isi.

Ilmu-ilmu agama, pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial , yaitu

menjadi bagian yang dapat diteliti, diamati mengunakan piranti ilmiah, atau

metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah ditentukan oleh obyek yang dikaji.Dalam segi-

segi tertentu, Islam adalah fenomena sosial, maka niscaya metode pengkajian

terhadap fenomena itu adalah metode-metode sosial.

Living Qur‟anmasuk dalam wilayah kajian keislaman tidak hanya kepada

aspek-aspeknya yang normatif dan dogmatik, tetapi juga pengkajian yang

menyangkut aspek sosiologis dan antropologis.Ilmu-ilmu Islam, meliputi aspek

kepercayaan normatif-dogmatik yang bersumber dari wahyu dan aspek perilaku

manusia yang lahir oleh dorongan kepercayaan, menjadi kenyataan-kenyataan

empirik.34

34Ibid. Hlm. 52

Page 52: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

36

Oleh karena itu perlu dicari metode ilmiah yang tepat dan relevan, karena

obyek studi menentukan metode, bukan sebaliknya metode yang menentukan

obyek.Sehingga agama sebagai fenomena kehidupan yang menyatakan diri dalam

sistem sosial budaya, bukanlah masalah yang sulit untuk menentukan metode yang

relevan bagi peneliti /pengkajinya.Dalam mengkaji fenomenologi agama tidak

mengkaji hakikat agama secara filosofis dan teologis, tetapi hakikat agama sebagai

fenomena empiris dari struktur suatu fenomena yang mendasari setiap fakta religius.35

Dalam penelitian fenomenologi sangat mengandalkan metode partisipatif, agar

peneliti dapat memahami tindakan religious dari dalam. Sebab kalau tidak demikian

hanya akan memberi kesan seolah kita memasuki pikiran orang lain lewat suatu

proses misterius.36

dalam konteks ini Max Weber menerapkan metode verstehen, yaitu

pemahaman empatik, tidak simpati dan tidak antipati. Dalam arti, kemampuan

menyerap dan mengungkapkan lagi perasaan-perasaan, motif-motif, dan pemikiran-

pemikiranyang ada di balik tindakan orang lain.

Barangkali bisa juga mengunakan metode sejarah, yang menekankan pada

proses terjadinya sesuatu perilaku manusia dalam masyarakatnya. Proses ini

menjelaskan awal kejadian dan faktor-faktor yang ikut berperan dalam proses itu.

Metode sejarah yang dengan teliti mengamati sesuatu proses sosial budaya, dapat

digunakan memahami proses persebaran agama keseluruh persekutuan hidup

manusia. Pada giliranya proses itu akan sampai pada suatu keadaan yang telah

35

Dhavamony, Mariasusai, Phenomenology of Religion, terj. Kelompok Studi Agama

Driyarkara (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm.27. 36

Dhavamony.Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara Baru,1990). Hlm.34-35.

Page 53: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

37

menyatu dalam sistem sosial budaya, dan menyatakan diri sebagai perilaku berpola,

dari sisnilah metode antropologi dapat menyumbangkan peran-peran ilmiahnya.

Misalnya dengan metode pengamatan terlibat (participant observation), yang amat

diakrabi oleh para ahli antropologi untuk memahamiperilaku yang tidak dapat diukur

secara kuantitatif, dapat kiranya digunakan untuk memahami berbagai aspek perilaku

manusia beragama secara kuaitatif.37

Dalam kehidupan umat beragama, diketahuai adanya posisi dan peran-peran

tertentu dari seseorang, posisi dan peran itu menyatakan diri dalam kehidupan

bersama, sehingga kehidupan sosial itu dapat terselengara, melalui hubungan-

hubungan fungsional dalam masyarakat yang bersumber dari kedudukan dan

peranannya dalam kehidupan umat beragama. Menurut ahli antropologi, dalam

upacara keagamaan mengandung empat aspekyang perlu mendapat perhatian, yaitu:1)

tempat upacara, 2) waktu upacara,3 ) media dan alat upacara, 4) orang-orang yang

melakukan dan memimpin acara.

Dhavamoni, setelah melakukan pembacaan terhadap teori-teori yang

ditawarkan Joachim Wach, Nottingham dan Yinger menyimpulkan bahwa pokok

bahasan dari setiap penyelidikan ilmiah terhadap agama adalah fakta agama dan

pengungkapanya. Bahan-bahan ini diambil dari pengamatan terhadap kehidupan dan

kebiasaan keagamaan manusia tatkala mengungkapkan sikap-sikap keagamannya

dalam tindakan-tindakan, seperti doa, upacara-upacara kurban, mitos,mitos, simbol-

simbol, kepercayaan-kepercayaan berkenaan dengan yang suci, makhluk

37

Muhamad Yusuf, Pendekatan Sosiologi…Hlm. 53.

Page 54: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

38

supranatural dan sebagainya. Bagi Betty. R. Scharf, agama biasa dikaitkan dengan

suatu kesatuan masyarakat dalam arti menjadi anggota suatu komunitas berarti

melibatkan diri dalam sistem peribadatan komunitas itu, yang bersifat spesifik (khas)

bagi komunitas yang bersangkutan.

Dengan demikian, peran sosiologi agama sangat besar dalam memposisikan

teori-teorinya ke dalam penelitian keagamaan, karena berkaitan erat bahkan tak

terpisahkan dengan masyarakat.Anggapan sosiologi agama bahwa dorongan-

dorongan, gagasan-gagasandan kelembagaan agama mempengaruhi dan sebaliknya

juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial adalah tepat.Jadi, seseorang sosiolog

agama bertugas menyelidiki bagaimana tatacara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-

pribadi mempengaruhi agama, sebagaimana agama itu sendiri mempengaruhi

mereka.38

Dalam prakteknya, ada beberapa metode yang bisa digunakan

dalampenelitian living Qur‟an ini. Beberapa metode tersebut antara lain:

1. Observasi

Dalam melakukan penelitian, observasi adalah salah satu cara untuk

memperoleh data dengan akurat. Secara umum, observasi diartikan dengan

pengamatan atau penglihatan. Adapun secara khusus, observasi dimaknai dengan

mengamati dalam rangka memahami, mencari jawaban, serta mencari bukti

terhadap fenomena sosial tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi.

Observasi adalah mengumpulkan data langsung dari lapangan. Data yang

diobservasi bisa berupa gambaran tentang sikap perilaku, serta tindakan

38Ibid…..Hlm. 54-55.

Page 55: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

39

keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi bisa juga hanya terbatas

pada interaksi antar masyarakat tertentu. Proses observasi dimulai dengan

mengidentifikasi tempat yang akan diteliti. Dilanjutkan dengan pemetaan,

sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian. Kemudian

menentukan siapa yang akan diobservasi, kapan, berapa lama dan bagaimana.

Dalam ranah penelitianliving Qur‟an ini, metode observasi memegang peranan

yang sangat penting, yang akan memberikan gambaran situasi riil yang ada di

lapangan.39

2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab dengan

pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan

peneliti.Metode wawancara dalam penelitian living Qur‟an adalah suatu yang

niscaya. Seorang peneliti tidak akan mendapatkan data yang akurat dari sumber

utamanya, jika dalam penelitian tentang aktivitas yang berkaitan dengan

fenomena living Qur‟an di suatu komunitas tertentu, tidak melakukan wawancara

dengan para informan atau partisipan. Dalam penelitian living Qur‟an yang

bertujuan untuk mengetahui fenomena interaksi masyarakat dengan al-Qur‟an,

maka metode wawancara ini mutlak diperlukan. Jika seorang penliti ingin

melakukan penelitian tentang praktek pembacaan surat tertentu di dalam al-

Qur‟an, yang dilakukan suatu komunitas masyarakat tertentu, maka seorang

39

Didi Junaedi. Living Qur‟an:Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an(Studi Kasus

di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon).dalam Journal

of Qur‟an and Hadith Studies Vol. 4, No. 2, (2015). Hlm.179.

Page 56: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

40

peneliti dalam melakukan wawancaradengan para responden dan partisipan yang

terlibat langsung dalam pelaksanaanritual tersebut.

Peneliti bisa menanyakan tentang apa latar belakang ritual pembacaan surat

tertentu dalam al-Qur‟an itu, apa motivasinya, kapan pelaksanaannya, berapa kali

dibaca, siapa pesertanya, bagaimana prosesi ritualnya, dari mana sumber

dananya, apa faktor pendukung dan penghambatnya, serta bagaimana

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dan pertanyaan-pertanyaan lainnya

yang relevan dengan maksud dan tujuan peneltian. Untuk mendapatkan jawaban

yang akurat dan valid, maka seorang peneliti harus memilah dan menentukan

tokoh-tokoh kunci (key persons) yang akan diwawancarai. Mereka inilah yang

dianggap memiliki data yang akurat dan valid tentang ritual yang menjadi objek

penelitian kita. Mereka bisa para tokoh agama, tokoh masyarakat, sesepuh,

pendiri kegiatan, pengurus kegiatan ritual tersebut, juga para jamaah yang

mengikuti kegiatan tersebut.40

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik.41

Penelitian living Qur‟an tentang fenomena ritual

keagamaan yang terjadi di masyarakat akan semakin kuat jika disertai dengan

dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud bisa berupa dokumen yang tertulis,

40Ibid…..Hlm.180

41Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2007), Hlm. 221.

Page 57: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

41

seperti agenda kegiatan, daftar hadir peserta, materi kegiatan, tempat kegiatan

dan sebagainya, bisa juga berupa dokumen yang tervisualisasikan, seperti foto

kegiatan atau Dengan melihat dokumen yang ada, maka peneliti bisa melihat

perkembangan kegiatan tersebut dari waktu ke waktu, sehingga dapat dianalisa

bagaimana respon masyarakat dengan kegiatan ritual tersebut.42

4. Hermeneutika

Akhir-akhir ini hermeneutika mendapat tempat yang proporsional dalam

penelitian kualitatif, khususnya dalam memahami makna teks. Oleh karenanya,

metode hermeneutika ini dari waktu kewaktu telah mengalami perkembangan

secara signifikan dalam penelitian yang bersifat kualitatif, termasuk menjadi

aliran filsafat ilmu dan diterapkan dalam ilmu-ilmu humaniora (sosial-

kemanusiaan), yaitu “aliran interpretatif” yang didalamnya terdapat

interaksionnism simbolik, konstruktivisme sosial etnomentodologi dan

fenomenolofi yang diterapkan dengan metode verstehen.43

F. Arti Penting Kajian Living Qur‟an

Kajian dalam bidang living Qur‟an memberikan kontribusi yang siknifikan pagi

pengembangan wilayah obyek kajian kajian al-Qur‟an. Jika selama ini ada kesan

bahwa tafsir dipahami harus berupa teks grafis (kitab atau buku) yang ditulis oleh

seseorang, maka makna tafsir dapat diperluas. Tafsir bisa berupa respons atau praktik

perilaku suatu masyarakat yang diinspirasi oleh kehadiran al-Qur‟an. Dalam bahasa

42

Didi. Living Qur‟an…….Hlm. 180 43

Muhamad Yusuf. Pendekatan…..Hlm. 61.

Page 58: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

42

al-Qur‟an hal ini disebut dengan tilawah, yakni pembacaan yang beorientasi kepada

pengamatan atau (action ) yang berbeda dengan Qira‟ah(pembacaan yang

berorientasi kepada pemahaman atau understanding).44

Bagi mahasiswa jurusan tafsir hadis sendiri, kajian living Qur‟an merupakan

ranah baru yang belum banyak disentuh oleh mereka. Terbukti kebanyakan skripsi

masih berkutat pada kajian teks. Maka kajian ini dapat memperluas objek penelitian

mereka. Di sisi lain, kajian living Qur‟an juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih maksimal dalam

mengapresiasi al-Qur‟an. Sebagai contoh, ababila dalam masyarakat terdapat

fenomena menjadikan ayat-ayat al-Qur‟an hanya sebagai jimat atau jampi-jampi

untuk kepentingan supranatural, sementara mereka sebenarnya kurang memahami apa

pesan-pesan dari kandungan al-Qur‟an, maka kita dapat mengajak dan menyadarkan

mereka bahwa al-Qur‟an diturunkan fungsi utamanya adalah untuk hidayah. Dengan

begitu, maka cara berfikir klenik dapat sedikit demi sedikit dapat ditarik kepada cara

berfikir akademik, berupa kajian tafsir misalnya. Lebih dari itu, masyarakat yang

tadinya hanya mengapresiasi al-Qur‟an sebagai jimat, bisa disadarkan agar al-Qur‟an

dijadikan sebagai “ideologi transformatif” untuk kemajuan peradapan. Menjadikan al-

Qur‟an hanya sebagai rajah-rajah atau tamimahdapat dipandang merendahkan fungsi

al-Qur‟an, meski sebagian ulama ada yang membolehkannya.Alasanya, karena

pengertian al-Quran sebagai syifa‟(obat/penawar) bisa untuk jasad dan ruhani

44Abdul Mustaqim. Metodologi Penelitian Living Qur’an Model penelitian kualitatifDalam

Buku Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis...(Yogyakarta: Teras, 2007). Hlm 68-69.

Page 59: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

43

sekaligus. Pengunaan wifiqatau rajah yang mengunakan sebagian ayat al-Qur‟an bisa

dilihat dalam kitab-kitab seperti al-awfaq, karya imam al-Ghozali, Khazinatul

Asrar,karya Sayyid al-Buni, al-Rahmah fi at Tibbwal Hikmah karya al-Suyuthi dll.

Arti penting kajian living Qur‟an berikutnya adalah memberi paradigma baru

bagi pengembangan kajian al-Qur‟an kontemporer, sehingga studi Qur‟an tidak hanya

berkutat pada wilayah kajian teks. Pada wilayahliving Qur‟an ini kajian tafsir akan

lebih banyak mengapresiasi respons dan tindakan masyarakat terhadap kehadiran al-

Qur‟an, sehingga tafsir tidak lagi hanya bersifat elitis, melainkan emansipatoris yang

mengajak partisipasi masyarakat. Pendekatan Verstehen dan analisis ilmu-ilmu sosial

humaniora tentunya menjadi sangat penting dalam hal ini.

Page 60: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

44

BAB III

SELAYANG PANDANG PONDOK PESANTREN GIRI KESUMO DAN

PELAKSANAAN KHATAMAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Giri Kesumo

1. Letak Geografis dan Demografi

Girikusumo merupakan salah satu Dusun yang secara geografi berada di

wilayah kelurahan Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, di

sebelah utara berbatasan dengan Desa Kebun Batur, sebelah selatan berbatasan

dengan Hutan Barang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumberejo dan sebelah

barat berbatasan dengan Kota Semarang. Secara umum Kabupaten Demak berada di

daerah dataran rendah.

Luas keseluruhan Desa Banyumeneng sekitar 696,0000 hektar, terdiri dari;

sawah 165,0000 hektar, tegal 270,0600 hektar, pekarangan 30,9000 hektar, tanah kas

desa 32,9600 hektar, fasilitas umum 2,2600 hektar dan hutan 50,0000 hektar.45

Kondisi udara dan cuaca di Dusun Girikusumo lumayan sejuk karena berada

di daerah lereng perbukitan sehingga banyak orang berminat untuk bertempat tinggal

di sana atau hanya sekedar refresing. Curah hujan dalam setiap tahunnya termasuk

cukup tinggi walaupun mengenal musim kemarau, sedangkan musim yang ada pada

umumnya adalah hujan dan kemarau. Girikusumo merupakan salah satu dari 6

(enam) Rukun Warga yang berada di desa Banyumeneng, yang di huni sekitar 2.343

45 Profil desa Banymeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. 2017.

Page 61: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

45

Kepala Keluarga (KK) dari total penduduk di Kelurahan Banyumeneng sebanyak

8254 jiwa.46

2. Sarana dan prasarana

Tempat ibadah di Desa Banyumeneng terdiri dari 6 masjid dan 47

langgar/surau (tempat sholat yang memuat kurang dari 40 jama‟ah) atau setingkat

musholla.

Sarana pendidikan yang ada di dusun Giri Kusumo Desa Banyumeneng terdiri

dari rodhotul atfal (RA), taman kanak-kanak (TK), madrasah diniyah (MADIN),

sekolah dasar negeri (SDN), madrasah ibtida‟iyah (MI), sekolah menengah pertama

(SMP), madrasah stanawiyah (MTS), sekolah menengah atas (SMA), sekolah

menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah (MA) dan pondok pesantren (PONPES).

Sarana umum yang terdapat di Giri Kusumo terdiri dari pos kampling dan

lapangan volley, yang dijadikan sebagai sarana membaur antara masyarakat dengan

santri. Demikian juga di sana terdapat makam seorang ulama‟ yang dijadikan sebagai

tempat ziarah bagi umat muslim. Kemudian di bidang kesehatan terdapat puskesmas

pembantu, posyandu, dan kantor praktik dokter.

3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Giri Kesumo

Satu setengah abat kurang lebih usia pondok pesantren Giri Kesumo

Banyumeneng, Mranggen, Demak yang didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi pada

tahun 1288 H, bertepatan dengan tahun 1868 M. Pesanteren yang kini telah berusia

46

Profil desa Banymeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. 2017.

Page 62: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

46

kurang lebih 139 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syaikh Muhammad Hadi

untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang menangani pendidikan aklak dan

ilmu agama di tengah-tengah masyarakat.47

Untuk mendukung gagasan itu Syaikh Kyai Muhammad Hadi yang oleh para

santri dan masyarakat disekitar GiriKusumo Demak dipanggil dengan sebutan Mbah

Hadi, Mbah Hasan Mukibat atau Mbah Giri, mendirikan bangunan sebuah masjid di

tepi hutan jati yang kini pengelolaanya di tangani oleh perum perhutani Unit I Jawa

Tengah.

Bangunan masjid yang kini masih dipertahankan keaslianya itu kontruksinya

mengunakan kayu-kayu jati pilihan. Demikian juga lantainya mengunakan lembaran

lembaran kayu jati pilihan yang berkualitas tinggi. Kekokohan bangunan masjid yang

masih nampak hingga sekarang, kendati usianya mencapai satu abat lebih, seakan-

akan mengiringi ketegaran pengasuh pesantren yang hingga sekarang ini masih

mempertahankan sistem pendidikan salaf di tengah derasnya pengaruh perubahan

yang juga melanda di duni pesantren di tanah air.48

Menurut catatan prasasti di dinding bagian depan bangunan Masjid yang

seluruh bangunanya mengunakan kayu jati itu di bangun hanya dalam waktu empat

jam, dimulai dari jam sembilan malam selesai pada jam satu malam itu juga. Prasasti

yang di tulis mengunakan huruf Arab Pegon dan bahasanya mengunakan bahasa Jawa

itu berbunyi: Iki pepenget Masjid dukuh Giri Kesumo, tahun ba Hijriyah Nabi saw

47

Muzni Husnan. 2008. Profil Pondok Pesantren Girikesumo. Demak.Hlm 1-2.

48

Ibid ….Hlm.2.

Page 63: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

47

1228 wulan Rabiul Akhir tanggal ping nembelas awit jam songo dalu jam setunggal

dalu rampung, yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane wong ahli mukmin

kang hadir tqobblallahu taala amin. Jika dialih bahasakan menjadi bahasa Indonesia

dalam terjemahan bebas prasasti itu kurang lebih berbunyi,”ini adalah pengingat

Masjid Giri Kesumo yang didirikan pada tanggal 16 Rabiul Akhir tahun ba Hijriayah

Nabi Muhammad SAW. 1288 H, dibangun dari pukul 9 malam sampai pukul satu

malam (dini hari), hasil karya Kyai Muhammad Giri dan semua orang Mukmin yang

semoga diterima allah taala amin.

Dengan bekal sebuah bangunan masjid yang lokasinya berada di kaki sebuah

perbukitan yang rimbun, waktu itu Mbah Hadi setiap harinya mengajar santrinya.

Jumlah santri yang mengikuti pengajian setiap hari terus bertambah sehingga asrama

atau kamar-kamar yang disediakan di kanan kiri masjid tidak mampu lagi

menampung sehingga Mbah Hadi menambah jumlah bangunan agar mampu

menampung hasrat santri yang ingin mengaji kepadanya.

Mbah Hadi oleh Allah SWT dikaruniai umur yang cukup panjang, sehingga

memiliki kesempatan dan waktu yang cukup untuk menyiapkan kader-kader penerus

perjuangan yang dirintisnya dikemudian hari, demikian juga dengan keluarga dan

anak Mbah Hadi memiliki perhatian yang relatif besar terutama dalam bidang

pendidikan. Perhatian ini dibuktikan dengan memondokkan putra-putranya di

berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang mampu

memunculkan generasi penerus semisal Kyai Sirojuddin dan Kyai Mansur. Pada

giliranya Kyai Sirojuddin sepulangnya dari pondok pesantren ditunjuk untuk

Page 64: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

48

meneruskan progam pesantren yang telah dirintis oleh ayahnya, khususnya santri-

santri muda, sementara santri tua atau toriqoh tetap dipegang oleh Mbah Hadi.

Sementara Kyai Mansur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangan di daerah

Solo, tepatnya di Desa Dlanggu Klaten. Namun Kyai Sirojuddin dikaruniai umur

yang tidak panjang oleh tuhan sehingga meninggal mendahului ayahhandanya.

Sementara Mbah Hadi meninggal dunia pada tahun 1931 dan selanjutnya tugas

kepemimpinan pesantren diteruskan oleh adik kandung Kyai Sirojuddin yaitu Kyai

Zahid. Kerangka pendidikan dan pengajaran yang telah dicanangkan oleh Mbah Hadi

tetap diteruskan oleh Mbah Zahid, pengajian kitab dengan syistem bandongan dan

Thoriqoh Naqsibandiyah Kholidiyah.

Tentang keberhasilan pondok pesantren Giri Kesumo menyebarluaskan ajaran

Thoriqoh Naqsibandiyah Kholidiyah hingga menerobos di daerah-daerah luar Jawa

seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi tidak terlepas dari peran santri-santrinya

yang mengikuti progam transmigrasi ke luar Jawa baik di masa kolonial maupun

setelah kemerdekaan. Mereka selepas meninggalkan Jawa di tempat baru

mengembangkan dan mengajarkan tentang apa-apa yang diperolehnya semasa masih

ngaji dengan Mbah Hadi maupun dengan Mbah Zahid.

Ikatan primodial antara seorang guru dan murid memang sangat kental sekali

di lingkungan pondok-pondok pesantren terutama pondok pesantren yang

mengunakan syistem salaf, hubungan antara seorang santri dengan guru akan terus

berjalan sepanjang masa sampai kepada anak cucunya. Inilah kelebihan yang dimiliki

podok-pondok salaf, ikatan batin antara santri, Kyai dan alumni serta seluruh

Page 65: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

49

keluarganya dapat berjalan secara alamiah tanpa diatur dengan dinding protokoler

yang ketat, ini pula yang terjadi pada Pesatren Giri Kesumo.

a) Di penjara Belanda

Selain memberikan pengajaran akhlak melalui pengajian Thoriqoh

Naqsibandiyah Kholidiyah dan pengajian kitab, sejak berdiri hingga sekarang

pondok pesantren Giri Kesumo juga menanamkan wawasan kebangsaan kepada

santrinya. Ini bisa dilihat dari dua orang pengasuh yang berlainan generasi, Mbah

Hadi dan Mbah Zahid senantiasa mengambil sikap non koperatif pada colonial

Belanda pada waktu itu. Karena sikap anti Belanda yang ditanamkan kepada

santri, beberapa kali Mbah Hadi ditangkap Belanda dan dijebloskan di penjara

Semarang. Beruntung sekali dalam waktu yang tidak lama Mbah Hadi yang

selama di penjara diberi kebebasan untuk keluar dari ruang tahanan, guna

memimpin sholat jamaah di masjid Pekojan Semarang, Setiap waktu sholat lima

waktu tiba, segera dibebaskan sehingga dapat kembali mengendalikan jalanya

pesantren.49

Tidak sebagaimana ayahnya, Mbah Hadi yang cukup lama memimpin

pesantren Giri Kesumo, Mbah Zahid sebagai generasi kedua hanya memimpin

pondok pesanteren dalam kurun waktu 30 tahun. Tahun 1961 tongkat

kepemimpinan pondok pesantren diserahkan kepada anak tertuanya KH.

Muhammad Zuhri yang oleh para santri dan masyarakat dipangil dengan sebutan

49 Ibid….Hlm. 3.

Page 66: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

50

Mbah Muh Giri, karena kondisi kesehatan Mbah Zahid semakin menurun dan

meninggal dunia pada tahun 1967.

Dibawah kepemimpinan Mbah Muh inilah pondok pesantren Giri Kesumo

mencoba untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di bidang pendidikan santri.

Penyajian pendidikan yang selama ini berjalan dengan sistem bandongan

dilengkapi dengan sistem klasikal, sementara sistem lama tetap berjalan,

kemudian beliau beri nama Madrasah Falakhiyah sementara pesantrenya beliau

beri nama Darul Falah.

Diterapkannya sistem klasikal dengan nama Madrasah Falakhiyah itu bukan

semata-mata untuk mengikuti perkembangan zaman, tetapi lebih dari itu, agar

penyajian kitab-kitab kepada para santri dapat berjalan lebih sistematis, selain itu

dengan mengikuti sistem ini akan dapat membantu santri dalam munguasai

materi kitab-kitab yang dikaji.

Didirikanya Madrasah Falakhiyah ternyata dapat mendukung usaha-usaha

santri dalam memahami kitab-kitab yang diajarkan. Pembagian kelas disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing santri dengan tanpa membedakan umur.

Kepemimpinan Mbah Muh hanya berlangsung 19 tahun. Tahun 1980 Mbah Muh

wafat, dan estafet kepemimpinan pesantren segera beralih pada generasi ke- 4

yaitu Kyai Munif Zuhri, putra ke 4 (bungsu) dari Mbah Muh segera tampil

meneruskan perjuangan leluhurnya.

Dengan tekad yang bulat Kyai Munif pada waktu menerima amanah untuk

meneruskan perjuangan ayahhandanya yang ketika itu masih berusia relatif muda

Page 67: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

51

belum genap 30 tahun, mulai memberikan perhatian besar terhadap lembaga

pendidikan klasikal yang dibuka oleh almarhum ayahhandanya. Sementara

kegiatan-kegiatan lainnya seperti pengajian secara bandongan dan pengajian

Thoriqoh Naqsibandiyah Kholidiyah tetap berjalan, jumlah santrinya pun

semakin hari semakin banyak.50

b) Berdirinya Sekolah Islam Salaf

Kepulangan kakaknya, KH. Nadzif Zuhri (putra ketiga) dari Mbah Muh dari

pengembaraanya mencari ilmu di Universitas Islam Madinah pada tahun 1985,

membawa angin segar pada jalanya proses KBM di pesantren Giri Kesumo.

Lembaga pendidikan yang dirintis oleh ayahnya yakni Madrasah Falakhiyah

yang sudah diatur secara klasikal dipertajam sistem penyajian materi

pelajarannya.

Meski pada awalnya angin perubahan yang dihembuskan oleh Kyai Nadzif

sempat dirasakan gerah oleh sebagian masyarakat dengan alasan apa yang

dilakukanya akan menggusur nilai-nilai yang sudah mapan di lingkungan pondok

pesantren salaf, tidak menjadi surut dalam melangkah, justru sebaliknya dengan

kepiawaianya dalam merealisasikan ide yang dinilai kontroversial itu belakangan

dirasa semakin mempertegas eksistensi, arah dan tujuan pendidikan pondok

pesantren salaf yang dirintis oleh Mbah Hadi, yakni tidak sebatas membentuk

manusia yang berilmu dan berakhlaq tetapi sekaligus mampu mengantisipasi

50 Ibid…Hlm.3.

Page 68: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

52

persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dengan mendirikan sekolah

diniyah Sekolah Islam Salaf (SIS) pada tahun 1986.

c) Realita Sistem Pendidikan

Tanpa bermaksud mengusur apa yang sudah ada, melalui SIS yang

dirintisnya, Kyai Nadzif mencoba menata ulang kembali atas lembaga

pendidikan formal yang sudah ada dengan menerapkan sistem baru. Madrasah

yang sudah ada dijadikan cikal bakal keberadaan SIS, sistem pendidikan yang

sudah ada dan dilaksanakan bertahun-tahun dibenahi dan ditata kembali.

Ini bukan berarti pesantren Giri yang telah berusia seabad lebih, mengalami

pergeseran tujuan dan orientasi. Karena di sini ciri-ciri pesantren salaf yang

memiliki kemampuan sangat dominan dalam mempertahankan semangat

kemandirian, keberanian menderita dalam upaya mencapai tujuan, memiliki

potensi penguasaan dan ketelitian dalam penguasaan bahasa arab dengan

berbagai ilmu alatnya, tetap dipertahankan. Justru dengan melalui perubahan

sistem pendidikan yang kurikulumnya disusun sendiri itu pesantren Giri Kesumo

melalui progam SIS semakin mempertegas kemandirianya.

Sebagai lembaga pendidikan formal di lingkungan pesantren, kegiatan SIS

ditata sedemikian rupa, mulai dari perencanaan materi yang diajarkan sampai

tujuan akhir dari pendidikan yang selama ini nyaris tidak pernah disentuh oleh

kalangan pengelola pondok-pondok salaf, oleh pengasuh SIS disusun dengan

tertib.

Page 69: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

53

Hal ini bisa dilihat tidak hanya dari pembagian dan penjejangan santri yang

masa pendidikanya dibatasi hanya 8 tahun bagi santri yang ketika masuk sudah

memiliki bekal dasar-dasar penguasaan agama, atau 9 tahun bagi calon santri

yang belum memiliki bekal apa-apa, selisih atau kelebihan satu tahun

diperuntukan mengikuti progam-progam penyesuaian atau persiapan sebelum

masuk di satu lingkungan SIS.

Maka tidak heran kalau di sini diberlakukan tes atau ujian masuk bagi para

calon santri yang akan belajar di Sekolah Islam Salaf untuk menentukan jenjang

pendidikan yang akan diikutinya, suatu tahapan atau kegiatan yang selama ini

tidak dikenal sama sekali di dunia pesantren, karena Kyai dengan sikap

keterbukaannya selalu well come menerima siapa saja yang ingin belajar di

pesantrenya tanpa melihat batasan umur dan tingkat kecerdasanya, juga

dibebaskan akan ngaji kitab apa saja yang ada sampai kelas berapa dipersilahkan.

Barangkali inikah salah satu terobosan pesantren salaf dalam upaya

mempertahankan dan mengebangkan jati dirinya di tengah-tengah derasnya arus

perubahan yang terjadi di luar lingkungan pesantren tanpa harus kehilangan jati

diri salafnya. Yang jelas pesantren-pesantren di Indonesia yang merupakan

lembaga pendidikan tertua masing-masing mencoba dengan caranya sendiri agar

tetap eksis dan keberadaanya dibutuhkan masyarakat.

Pada tahun 1997 melalui ide cemerlang adik kandung Kyai Nadhif, Kyai

Munif mencoba mencari format baru untuk mengembangkan pendidikan di

lingungan pesantren Giri Kesumo, dengan mendirikan sebuah yayasan KY

Page 70: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

54

Ageng Giri dengan maksud membawahi lembaga-lembaga formal yang

mengikuti progam pemerintah. Hal ini didasarkan pada orientasi dan kebutuhan

masyarakat akan formalitas dengan tidak meninggalkan ciri khas lembaga yang

bernaung di bawah pesantren yaitu dominasi religiusitas kurikulum yang

diterapkan di lembaga di bawah yayasan. Dalam waktu yang relatif singkat

Yayasan KY Ageng Giri telah memiliki beberapa lembaga pendidikan seperti:

TK, SD, SMP, SMA dan SMK.

d) Kembalinya satu kepemimpinan

Dua kepemimpinan pondok pesantren Giri Kesumo dengan pembagian KH.

Nadhif Zuhri mengasuh pondok muda dan KH. Munif Zuhri mengasuh pondok

tua tidak bertahan lama sekitar 10 tahun disebabkan wafatnya KH. Nadhif Zuhri

pada tahun 2000 M. Akhirnya kepemimpinan dilimpahkan kepada satu pengasuh

yaitu KH. Munif Zuhri sampai sekarang.

4. Visi dan Misi

Ilmu itu banyak sedang umur kita sedikit, carilah ilmu yang dibutuhkan saat

ini (Salman al-Farisi).

5. Tujuan

a. Menyebarkan agama ke seluruh umat.

b. Mendidik para santri agar berpegang teguh pada ajaran Islam, dengan

berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang membuat mereka

mampu berdakwah serta mampu memecahkan problematika umat menurut

petunjuk al-Qur‟an, sunah Nabi SAW dan amal ulama‟ salaf.

Page 71: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

55

c. Menanamkan semangat memiliki Islam dengan memberikan latihan-

latihan praktis dalam kehidupan individu maupun sosial yang di dasarkan

pada keihlasan dengan mengikuti jejak Rosulullah SAW serta ulama‟

salaf.

6. Struktur Organisasi

Susunan Pengurus Pondok Pesantren Giri Kesumo Mranggen Demak 1438-1439

H/2017-2018 M

Pengasuh KH. Munif Muhammad Zuhri

Dewan Pengawas KH. Faqih Ghozali

K. Muzni Husnan, Ms.I

K. Asmuni Irfan, S.Sos.

KH. Hudallah Ridwan Lc.

H. Munhamir, SE.

Kepala Pesantren KH. Nabil Munif Muhammad Zuhri

Sekretaris Khoiruman Afwan, SPd,i.

Ahmad Arif

Bendahara Selamet Abadi

Ahmad Fathurrozaq

Hanif Lutfi (bendahara Madin)

Page 72: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

56

Muhtar (bendahara SIS

Kepala Bidang

a. Kepala Bidang kelembagaan.

b. Kepala Bidang Ektra Pesantren.

c. Kepala Bidang Kesehatan & Kebersihan

d. Kepala Bidang Sarana & Prasarana.

e. Kepala bidang keamanaan & ketertiban.

a. Ust. Fakhruddin Mujib.

b. Ust. Hanifuddin Husnan

c. Ust. Muhammad rifa‟i afwan

d. Ust. Mustafid, S. Pd.i.

e. Gus Ali Munif M. Zuhri

Koordinator Pendidikan dan Bidangnya:

Bidang Kegiatan dan Pendidikan

Koordinasi : Ust. Hanifuddin Husnan

Angota : Jumali

Sobirin

Abiq Afifi

Anis Arifin

Ihda Milatus S

Ulfatu Lutfiyah

Dzil Ula

Siti Intan K

Anik Dyinata M

Ilma Fuadah

Durrotur Rohimah

Page 73: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

57

Bidang Sarana & Prasarana

Koordinator H Mustafid, S.Pd.i.

Anggota : Ngabdul Ghofar

Nur Kamal

Muhrodli

Sudarmaji

Siti Rofiqoh

Farichatun Nisa

Choiriyah

Indah Ma‟nunah

Bidang Keamanan & Ketertiban

Koordinator gus Ali M. Munif

Anggota : saiful Huda

Ibnu Athoiyah

Qomarudin

Khirul Anwar

Manshur

Agus Uzairoh

Widia Apriliyani

Lina Hamidah

Tinwarotun Nikmah

Bidang Kesejahteraan/ Kantin

Koordinator afdhol Bidlowi

Anggota : Ngabudl Ngofur

Kepala Lembaga

Page 74: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

58

1. SIS.

2. MADIN.

3. Madrasah Qur‟an.

: KH. M. Hanif Maemun.

: Ahmad Nasik, S.Pd,i.

: H.Hakim Sa‟ad,AH.

1. Kepala SIS

Wakil

Tata Usaha

Bendahara

Kesiswaan

Wali kelas I‟dad

Wali Kelas Mts I

Wali Kelas Mts II

Wali Kelas Mts III

Wali Kelas MA I

Wali Kelas MA II

Wali Kelas MA III

Guru Bantu

KH. M. Hanif Maemun.

Farohi Kasturi

Asroorun Niam

Muhtar

Gus Ali M. Zuhri

Ahmad Fatkhurrozaq

Maftuhin Abdul Hadi

Ahmad Nasik, S.Pd,i.

Muhamad rifa‟i Afwan

Khiruman afwan, S.Pd,i.

K. Fakhrudin Najib

M. Nur Rohim Nasihun

Muhtar dan Anis Arifin

2. Kepala MADIN KAG 02

Wakil dan kurikulum

Ahmad Nasik, S.Pd,i.

Khiruman, S.Pd,i.

Page 75: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

59

Kesiswaan

Bendahara

Tata Usaha/TU

M.Rifa‟i Afwan

Hanif Lutfi

Ahmad Arif

3. Kepala Madrasah Qur‟an

Sekretaris

Humas

Koordinator Salaf

Koordinator SMP

Koordinator SMA

Koordinator SMK

H. Hakim Sa‟ad, AH.

Asrorunni‟am

Mukhtar

Asnawi, AH.

Hanifuddin Husnan

Nur Rochim Nashihun

Agus Suparno

7. Kondisi pondok pesantren

a. Ustadz dan Ustadzah

Ustadz maupun ustadzah memiliki tugas melaksanakan proses belajar

mengajar secara efektif dan efisien. Di samping tugas-tugas pokok sebagai

pengajar, juga terdapat beberapa ustadz dan ustadzah yang diberi tugas oleh

kepala sekolah maupun pengasuh untuk membantu dalam mengelola,

mengawasi dan menyelenggarakan pendidikan di pondok maupun di asrama

putra dan asrama putri.

Page 76: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

60

Ustadz dan ustadzah pondok pesantren Giri Kesumo terdiri dari berbagai

latar belakang pendidikan yang berbeda, para ustadz dan ustadzah pondok

pesantren Giri Kesumo ada yang merupakan alumni pondok pesantren Giri

Kesumo beberapa tahun sebelumnya, ada yang mengabdi langsung setelah

selesai sekolah, dan ada beberapa ustadz/ustazdah yang dari luar pondok

pesantren.

Selain para tenaga pendidik yang bertanggung jawab untuk mengajari

ilmu kepada para santri, terdapat juga ustadz dan ustadzah yang memiliki

kewajiban kepada kegiatan sehari-hari santri putra maupun santri putri,

dengan meninjau langsung kegiatan santri di asrama masing-masing.

b. Santri

Pondok pesantren Giri Kesumo Demak merupakan pondok pesantren

yang tidak hanya memberikan pelajaran agama tetapi juga memasukkan

pelajaran umum dalam atmosfir belajar yang nyaman dan tenang. Sehingga

ilmu yang didapat oleh santri bukan hanya ilmu agama tetapi juga ilmu dunia.

Santri merupakan obyek dalam pembelajaran dan subyek dalam proses

pembelajaran. Keadaannya sangat penting sehingga tanpa adanya santri

kegiatan pembelajaran tidak akan bisa berlangsung. Sebuah pondok pesantren

tidak akan terlepas dari belajar dan mengaji. Santri yang berada di Pondok

pesantren Giri Kesumo terdiri dari santri tingkat I‟dad atau sekolah persiapan

(ditempuh satu tahun) sampai tingkatan sekolah tinggi atau Ma‟had aly

Page 77: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

61

(ditempuh tiga tahun). Pada sistem santri di Pondok pesantren Giri Kesumo,

tingkat Tsanawiyah kelas III atau sudah lulus dari pondok, dibebaskan untuk

memilih apakah ingin lanjut mondok atau ingin keluar dari pondok,

sedangkan untuk tingkat Aliyah juga terdapat santri baru yang baru masuk

saat Aliyah saja, maka dari itu di tingkat Aliyah biasanya ada yang menyebut

Aliyah lama dan Aliyah baru.

Dilihat dari jumlah santri dan staf pengajarnya, pesantren ini tergolong

pesantren besar. Saat ini, jumlah keseluruhan santri sebanyak 900 orang.51

Sebagian santri di Pondok pesantren Giri Kesumo berasal dari daerah lain

seperti Semarang, Kendal, Pemalang, Banjarnegara, Purwodadi dan kota besar

lainnya bahkan dari luar Jawa yaitu Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

Sebagian besar santri pondok pesantren ini adalah dari kalangan ekonomi

menengah.

Selain itu latar belakang motivasi santri masuk ke Pondok pesantren Giri

Kesumo kurang lebih karena kemauan dari diri sendiri, ingin mendalami ilmu

agama, dan karena melihat saudara-saudara yang sebelumnya masuk Pondok

pesantren Giri Kesumo.

c. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian masyarakat di sekitar pondok beragam. Beberapa

ada yang bekerja sebagai petani, pegawai negeri, pekerja kantoran, wirausaha

51

Wawancara dengan rozak pengurus Pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal Pada

tanggal 16 Desember

2017.

Page 78: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

62

dan masih banyak lagi. Bahkan banyak juga diantara mereka membuka usaha

warung kecil-kecilan di sekitar pondok.52

d. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat di sekitar Pondok pesantren Giri Kesumo merupakan

masyarakat dengan kepribadian orang Indonesia pada umumnya, yaitu

masyarakat yang ramah dan sopan. Dua hal ini yang merupakan salah satu

penyebab terbentuknya hubungan sosial yang baik di antara masyarakatnya.

Hubungan sosial yang baik ini terlihat dari rukunnya hidup antar tetangga dan

antar warga serta hubungan warga dengan para santri yang ada di Pondok

pesantren Giri Kesumo. Walaupun warga sekitar Pondok pesantren Giri

Kesumo terdiri dari beragam golongan perekonomian tetapi masyarakat

sekitar Pondok pesantren Giri Kesumo juga merupakan warga yang

menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan gotong royong, karena setiap hari

libur yang telah disepakati bersama oleh warga, mereka selalu melakukan

kerja bakti di sekitar lingkungan mereka, yang diharapkan dengan kegiatan

tersebut mereka bias membaur satu sama lain dan juga mengakrabkan diri

setelah satu sama lain sibuk dengan pekerjaan di hari kerja. 53

Selain mempunyai hubungan sosial yang baik antar sesamanya,

masyarakat sekitar Pondok pesantren Giri Kesumo juga merupakan warga

yang religius, hal ini sudah terlihat dari keikutsertaan masyarakat sekitar

52 Observasi pada tanggal 17 November 2017. 53

Observasi pada tanggal 11 November 2017.

Page 79: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

63

pondok yang rajin mengikuti khataman al-Qur‟an pada malam Jum‟at yang

bersifat umum.

e. Sarana dan Prasarana pondok pesantren Giri Kesumo

Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian terpenting untuk

mencapai tujuan pendidikan karena sarana dan prasarana dapat menunjang

suatu lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana tersebut diantarannya

merupakan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pondok pesantren kepada

pihak yang bersangkutan. Adapun untuk sarana dan prasarana umum yang ada

di Pondok pesantren Giri Kesumo, diantarannya:

1) Ruang Kelas

2) Ruang Asrama Putri dan Putra

3) Kantor pondok pesantren

4) Masjid dan Mushalla

5) Lapangan volley

6) Koperasi

7) Dapur umum

Page 80: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

64

f. Materi kegiatan dan Progam pondok

Para santri yang belajar di Pondok Pesantren Giri Kesumo harus tinggal

di asrama dan mentaati serta menjalani kegiatan yang ada di pondok pesantren

tersebut. Adapun materi pelajaran pondok pesantren Giri Kesumo sesuai

dengan jenjang pendidikan yaitu sebagai berikut:

No I‟idad Mutawasith Tsanawi

1. Al-Qur‟an Al-Qur‟an Al-Qur‟an

2. Hadist Tafsir Hadist

3. Tauhid Hadist Tafsir

4. Fiqih Tauhid „Ulumul Qur‟an

5. Qowa‟id Nusus „Ulumul Hadist

6. Syafahi Fiqih Tauhid

7. Qiroaah Nahwu Fiqih

8. Tahriri Akhlaq Ushul Fiqih

9. Nusus Syafahi Qawa‟id Fiqh

10. Akhlaq Tahriri Faraid

11. Khat Imla‟ Qiro‟ah Qawa‟id

12. Nahwu Sirah Muthala‟ah

13. Shorof Khat dan Imla‟ Sirah

Page 81: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

65

14. Sharaf Manahijulbahts

15. Balaghah

16. Turuqu At-tadris

17. Tarikh Tasyri‟

18. Tsaqafah

Materi ekstrakulikuler disesuaikan dengan tingkatan, selain itu di pondok

pesantren Giri Kesumo diadakan progam tahfidlul Qur‟an yang diperuntukan

untuk santri putra dan santri putri dengan progam bin nadzor untuk santri

putra dan putri dan bil ghoib khusus santri putri.54

B. Pelaksanaan Khataman

1. Sejarah khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo

Khataman al-Qur‟an pada malam Jumat sudah berjalan kira-kira selama

19 sampai 20 tahun. Pada awalnya, kegiatan ini bermula dari khataman al-

Qur‟an yang diadakan oleh keluarga pesantren dan santri-santri sebagai tradisi

pondok pesantren. Kemudian khataman itu diikuti oleh orang-orang kampung

atau masyarakat sekitar sehingga mereka tertarik untuk ikut mendengarkan

khataman al-Qur‟an serta pengajian dari sang kyai.55

54

Muzni Husnan.2008. Profil Pondok Pesantren Giri Kesumo. Demak. Hlm.7-8.

55

Observasi pada tanggal. 14 Desember 2017.

Page 82: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

66

Khataman al-Qur‟an pada mulanya hanya diikuti oleh keluarga kyai dan

beberapa santri saja lalu seiring dengan berjalanya waktu banyak diikuti

masyarakat, sehingga jamaah khataman semakin bertambah banyak hingga

berkembang sampai sekarang yang mencapai ribuan orang. Dari analisis

penghitung kotak amal memperkirakan jumlah peserta sekitar 3000 (tiga ribu)

orang dari perkiraan jumlah isi kotak amal yang mencapai 3.000.000 (tiga

juta rupiah). Perkiraan ini dikarenakan kebanyakan uang yang masuk adalah

uang seribu rupiah. Itupun dihitung dari orang yang memasukan uang ke

kotak amal, padahal masih banyak lagi peserta yang tidak memasukan ung ke

kotak amal.56

Pelaksanaan khataman al-Qur‟an ini dihadiri atau diikuti oleh berbagai

kalangan baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan. Mereka

biasanya datang pada jam 19.00 sampai jam 01.00 dalam prosesinya

memakan waktu kurang lebih lima jam.57

Mereka mengikuti jalanya pengajian

tersebut dengan khusyuk. Menurut salah seorang jamaah kegiatan ini sangat

bagus untuk dilakukan karena di dalam khataman al-Qur‟an ini akan

menambah ilmu-ilmu agama bagi orang-orang awam.

56

Wawancara dengan Jumari, pada tanggal 12 Oktober 2017.

57

Observasi pada tanggal 19 Oktober 2017.

Page 83: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

67

2. Pengertian khataman

Khataman al-Quran adalah kegiatan membaca al-Quran yang dimulai dari

surah al-Fatihah hingga surah an-naas (114 surah). Bisa dilakukan secara

berurutan, yakni mulai dari juz 1 hingga juz 30, atau dilakukan secara

serentak, yakni 30 juz dibagi sesuai jumlah peserta. Khataman al-Qur‟an dapat

dilakukan dengan cara bil ghaib yakni hafalan, atau binnadhor, membaca

dengan melihat.58

Adapun keutamaan membaca al-Qur‟an sangat jelas disebutkan di dalam

al-Qur‟an dan sabda Rasulullah SAW. Pahala yang dijanjikan oleh Allah

SWT kepada orang-orang yang membaca al-Qur‟an akan dilipatgandakan

sebanyak sepuluh kali lipat. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh At-

Turmudzi sebagai berikut :

Dari Abdullah bin Masud RA berkata : “Rasulullah SAW bersabda,

barangsiapa membaca satu huruf dari al-Qur‟an maka baginya satu kebaikan,

dan atau kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh, saya (Rasulullah) tidak berkata

aliflammim itu satu huruf, namun alif itu satu huruf, lam satu huruf, dan mim

satu huruf.” Allah SWT juga berjanji untuk menyempurnakan pahala dan

karunia-Nya bagi orang-orang yang selalu membaca al-Qur‟an, melaksanakan

shalat, dan menginfakkan rezekinya. Hal ini terungkap dalam firman-Nya

dalam surah fathir ayat 29-30.

58

http://www.artikata.com/arti-335027-khatam.html diakses pada tanggal 20 februari 2018.

Page 84: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

68

Kemudian sebagaimana keterangan Rasulullah SAW bahwa Allah SWT

juga sangat mengutamakan orang-orang yang membaca al-Qur‟an dengan

cara mengirimkan para malaikat untuk turut berdoa bersama mereka. Selain

itu, bacaan al-Qur‟an menjadi penyelamat bagi para pembacanya kelak dihari

akhir, sebagimana disampaikan dalam hadits riwayat at-Turmudzi, yang

artinya :Dari Umamah Albahili sesungguhnya Rasulullah bersabda : “Bacalah

al-Qur‟an sesungguhnya kelak di hari kiamat al-Qur‟an akan datang sebagai

pembaca syafa‟at bagi pembacanya.”

3. Praktik khataman

Adapun prosesi khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo

adalah sebagai berikut:

a. Waktu dan tempat

Khataman al-Qur‟an di Pondok Pesantren Giri Kesumo

merupakan kegiaatan rutin keagamaan yang dilaksanakan

seminggu sekali pada malam Jum‟at untuk waktunya yakni,

jam delapan malam sampai jam satu dini hari dalam prosesinya

memakan waktu kurang lebih lima jam. Sedangkan untuk

tempatnya yaitu aula tempat khataman, di dalam Masjid, di

halaman Masjid bahkan ada yang di teras rumah warga59

59

Observasi pada tanggal 19 Oktober 2017.

Page 85: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

69

b. Partisipan

Khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo terbuka

untuk semua orang. Khataman pada malam Jumat di ikuti oleh

bermacam-macam golongan, baik dari golongan cendikiawan

maupun golongan awam, serta tidak memandang status sosial,

umur, pekerjaan, asal daerah, maupun jenis kelamin baik pria

maupun wanita. Jama‟ah khataman al-Qur‟an terdiri dari berbagai

daerah seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Unggaran, dan

Kendal.60

Jumlah dari jama‟ah yang mengikuti khataman tersebut

hingga sekarang sudah mencapai kurang lebih 3000 orang. Dari

3000 orang tersebut tentu memiliki sifat, karakteristik dan

kemampuan yang berbeda-beda, sehingga dalam penyampean

materi ceramah disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

jamaah tersebut

c. Prosesi Khataman

1) Tawasul

Dari kacamata bahasa, tawassul berawal dari fi‟il

madhi wassala, menurut arti etimologi (bahasa-lughoh)

mempunyai arti al-qurbah atau al-taqarrub (التقشة)

artinya mendekatkan diri dengan suatu perataraan

60

Observasi pada tanggal 26 Oktober 2017.

Page 86: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

70

(wasilah). Sedangkan makna menurut istilah/syara‟ adalah:

“Menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai

nilai, derajat dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan

sebagai wasilah (perantaraan) agar doa dapat dikabulkan.61

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri

kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya

kamu mendapat keberuntungan. [Al-Maa-idah: 35]

Ibnu „Abbas Radhiyallahu anhu berkata: “Makna

wasilah dalam ayat tersebut adalah peribadahan yang dapat

mendekatkan diri kepada Allah (al-Qurbah).”

61 KH. Muhammad Hanif Muslih, Kesahihan Dalil TAWASSUL Menurut Petunjuk Al-Quran

dan Al-Hadits, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2011. Hlm. 51.

Page 87: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

71

Sedangkan M. Nashiruddin al-Albani menjelaskan

bahwa kata tawassul adalah merupakan sebuah kata yang

murni berasal dari bahasa Arab asli, yang ia diucapkan

oleh al-Qur‟an, Hadis, pembicaraan orang Arab sehari-

hari, di dalam sya‟ir ataupun prosa, yang ia sendiri

memiliki arti mendekat kepada yang akan dituju dan

mencapainya dengan usaha yang sangat keras.3Ibn Atsir

sendiri, seperti yang telah dinukilkan oleh al-Albani, dalam

kitabnya yang berjudul al-Nihayah mengartikan wasilah

secara bahasa adalah merupakan sebuah pendekatan,

perantara dan sesuatu yang bisa dijadikan untuk

menyampaikan serta mendekatkan kepada suatu hal.62

2) Khataman al-Qur‟an

Khataman al-Qur‟an yang dilakukan di pondok

pesantren Giri Kesumo di bacakan oleh para khufadz yaitu;

Bapak Muhaiman, Bapak Dalhar, Bapak Zarmuji, Bapak

Haris dan Bapak Asrori. Biasanya mereka membajakan

khataman al-Qur‟an dari surat adh-Dzuha hingga surat an-

Nas secara bergantian.

62 Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-„Ulyani, Tawassul dan Tabarruk, pen.

Ainurrafiq(Jakarta,Pustaka al-Kautsar, 1998), hlm. 19

Page 88: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

72

Kalau peneliti lihat dari segi istilah, khataman

bermakana tamat, selesai, al-Qur‟an telah dibaca sampai

dan menyelesaikan. Maka dari sinilah peneliti menarik

kesimpulan bahwasanya khataman al-Qur‟an yang

dibacakan di pondok pesantren Giri Kesumo yang dimulai

dari surat ad-Duha sampai dengan surat an-Nas dalam

tartib muskhafi, menempati posisi paling akhir. Maka

keterkaitan disini menurut penulis yaitu, surat ad-Duha

sampai surat an-Nas merupakan surat yang terakhir maka

dalam hal ini menandakan bahwa al-Qur‟an telah selesai

dibacakan atau surat-surat yang dibacakan sebagai tanda

untuk mengahiri bacaan al-Qur‟an.

3) Doa Khataman al-Qur‟an

Doa khataman al-Qur‟an dalam kegiatan khataman al-

Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo dibacakan oleh

para ulama di sekitar pondok pesantren Giri Kesumo

sekitar tiga sampai empat orang, dibacakan secara

bergantian. (doa khataman al-Qur‟an terlampir)

4) Rotibul Athos

Rotibul Athos adalah susunan dzikir yang disusun oleh

Habib Umar bin Abdurrahman Al Athos. Beliau adalah

Page 89: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

73

seorang ulama besar yang lahir di Hadromaut, Yaman pada

tahun 992 H atau 1572 M di kota Isnat. Istilah ratiban

sering kita dengar dari beberapa kalangan muslim, asalnya

dari kata ratib. Tentu agak berbeda artinya antara ratiban

dengan ratib. Setidaknya, ratiban itu mengacu kepada suatu

acara di mana di dalamnya dibacakan ratib. Menurut

bahasa adalah hal yang dilakukan secara rutin,

berkesinambungan, keteraturan dan terus menerus. Sebagai

bandingan, kita sering juga mendengar istilah imam ratib

masjid. Sedangkan menurut istilah, ratib adalah kumpulan

lafadz ayat al-Qur‟an, dzikir dan doa yang disusun

sedemikian rupa dan dibaca secara rutin dan teratur. Bisa

dibilang bahwa ratib itu artinya adalah kumpulan doa dan

dzikir yang dibaca rutin.63

Menurut Habib Mundzir, pimpinan majelis Rasulullah,

karena kumpulan doa ini semakin menyebar dan meluas,

dan memang dibaca secara berkesinambungan, maka

digelari ratib, lalu dialek kita menamakannya Ratiban, doa

ratib, ratib haddad, ratib alatas dan gelar gelar lainnya.

Padahal mereka yang merangkumnya itu tak

63

http://darussagaffratibalathas.blogspot.co.id/2011/08/pengertian-ratib.html di akses pada

tanggal 27 Februari 2018.

Page 90: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

74

menamakannya demikian, namun bahasa sebutan dari

waktu ke waktu yang menamakannya dengan nama itu.

Dalam sejarah, ratib kemudian dijadikan salah satu

pendekatan moderat untuk menggantikan budaya pesta dan

hura-hura yang kurang bermanfaat. Dahulu setiap ada

hajatan apapun seperti perkawinan, membangun rumah,

atau apa saja, dimeriahkan dengan berbagai pesta seperti

nanggap wayang, ndangdutan, menggelar layar tancap,

saweran, sajenan, judi bahkan mabuk mabukan dan lain

sebagainya. Maka para juru dakwah di masa itu pelan-

pelan mengarahkan agar setiap acara dibacakan dzikir, baik

sebagai tasyakur dan doa mohon keselamatan. Lalu jadilah

ratib dibaca di berbagai hajatan.

Kalau kita lihat bagaimana ratib ini bisa dijadikan salah

satu alternatif untuk menggeser kebiasaan kurang baik dari

masyarakat, berubah menjadi hal-hal yang positif, yaitu

membaca ayat al-Qur‟an, atau berdzikir dengan lafadz-

lafadz yang memang dianjurkan serta didasari hadits yang

shahih, namun tetap saja ada kalangan yang bersikeras

tidak setuju dengan ratib ini.

Page 91: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

75

Di antara argumentasinya adalah bahwa kegiatan

membaca dzikir berjamaah ini tidak ada contohnya dari

Rasulullah SAW. Padahal kita tidak boleh melakukan

sesuatu yang tidak ada contoh langsung dari nabi. Kira-kira

demikian logikanya. Tentu logika seperti ini agak subjektif

dan membuka peluang diskusi lebih jauh.

5) Maulid ad-Dziba‟iy

Maulid ad-Dziba‟iy adalah karya seorang ulama‟

tersohor di kota Zabid saat itu, yakni al-Imam al-Jalil

Abdurrahman ad-Dziba‟iy. kitab ini berisikan syair-syair

yang indah yang menyeruhkan sebuah pujian-pujian

kepada Nabi Muhammad SAW, syair-syair yang telah

ditulis Ibnu ad-Dziba‟iy berisikan makna tentang

kemulyaan dan akhlak nabi Muhammad SAW.64

Isi dari kitab Maulid ad-Dziba‟iy sendiri adalah

mengenai seluk beluk penjelasan tentang akhlak terpuji

Rasulullah Muhammad SAW, dan telah dikemas rapi

sebagai syair-syair yang indah. Adapun akhlak dalam kitab

64

http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/2014/07/maulid-ad-dibai-al-imam-alhafidz.html.

diakses pada tanggal 12 Februari 2018

Page 92: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

76

Maulid ad-Dziba‟iy, diantaranya adalah: Taubat, Syukur,

Mengingat Allah, Sabar , Tawadhu‟ (rendah hati), As-

shidqu (benar), Kasih saying, Pemaaf, Teladan yang baik,

Saling menghargai dan Lemah lembut

6) Mahalul Qiyam

Dalam prosesi mahalul qiyâm semua peserta berdiri.

Suasana yang terbangun sangat sakral. Pada saat berdiri

untuk menyanyikan shalawat asyraqal badru, setelah

imam atau orang yang membaca prosa lirik sampai pada

cerita kelahiran Nabi, suasananya sangat khusyuk. Hal ini

merupakan ekspresi kegembiraan yang luar biasa atas

kelahiran Nabi. Walaupun hal ini merupakan sesuatu yang

tidak atau sulit diterima pemikiran logis, namun bagi

kalangan pengikut pembacaan dipegang secara kuat.

Mengenai berdiri saat mahalul qiyam ini, merupakan

Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah

Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan

sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah

saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul

SAW adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika

sa'ad bin Mu'adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada

Page 93: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

77

kaum anshar : "Berdirilah untuk tuan kalian" (shahih

Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768),

demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka'b bin Malik

ra. (teks mahalul qiyam terlampir)

7) Doa Maulid ad-Dziba‟iy

Doa maulid ad-Dziba‟iy dalam prosesi khataman al-

Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo dibacakan oleh

KH.Munif Zuhri selaku pengasuh pondok pesantren

kemudian dilanjutkan dengan mauidhoh khasanah. (doa

maulid ad-Dzibz‟iy terlampir)

8) Tausiyah oleh KH. Munif Zuhri

Selain khataman al-Qur‟an dan pembacaan ad-Dziba‟iy

banyak dari santri dan jamaah yang menunggu mauidzoh

dari KH. Munif Zuhri biasanya ada dari jamaah yang

datang dalam kegiatan khataman yang hanya ingin

mendengarkan wejangan-wejangan dari sang Kyai. Materi-

materi mauidzoh biasanya disesuaikan dengan tema-tema

yang sedang hangat dibicarakan atau tema-tema sekitar

tauhid, fiqih dan akhlak.65

Materi yang diberikan

mencakup hal-hal yang sangat luas. Dari semua materi

65

Observasi pada tangal 26 Oktober 2017.

Page 94: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

78

yang diberikan merupakan ajakan agar setiap manusia

menerima, memahami dan juga mengikuti ajaran tersebut.

Pokok dari materi yang disampaikan dalam pengajian ini

adalah merupakan isi dari kandungan al-Qur‟an.

9) Doa

Setelah semua runtutan acara satu demi satu telah usai

maka kegiatan khataman ditutup dengan pembacaa doa

yang dibacakan oleh KH. Munif Zuhri.

d. Properti atau alat yang digunakan

1) Sound system dan proyektor

Karena jumlah jamaah yang relatif banyak maka

meggunakan pengeras suara atau sound system dan

proyektor dalam menyampaikan materi dan nasihat-nasihat.

Sehingga lebih memperjelas serta mempermudah jama‟ah

dalam menerima pesan yang disampaikan.

2) Buku panduan

Karena tidak semua jamaah terdiri dari kalangan santri,

maka dari pihak pengurus pondok pesantren menyediakan

buku panduan untuk masyarakat awam supaya mereka bisa

mengikuti jalanya prosesi khataman.

Page 95: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

79

3) Makanan atau bancaan

Makanan atau bancaan, merupakan makanan yang

disajikan untuk mengiringi kegiatan khataman. Biasanya

makanan atau bancaan sudah disediakan oleh keluarga

pesantren.

e. Motifasi pelaksanaan khataman

Setiap individu atau kelompok dalam melakukan suatu kegiatan

sudah pasti mempunyai maksud, tujuan dan motivasi yang

berbeda antara satu dengan yang lainya. Berikut motivasi jama‟ah

dan para santri dalam mengikuti kegiatan tersebut. Seperti yang

peneliti peroleh dalam hasil wawancara diantaranya sebagai

berikut:

1) Peraturan pondok pesantren

Setiap kelompok, organisasi, lembaga keagamaan

maupun yang lainya pastilah mempunyai peraturan yang

ditaati. Supaya kegiatan pondok pesantren bisa berjalan

dengan baik, setiap peraturan pasti ada sanksi/hukuman

yang berlaku, agar para santri terbiasa hidup disiplin.

Berikut testimoni dari salah satu santri:

“saya mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an

karena sudah menjadi peraturan pondok

pesantren. Selain itu sebelum kegiatan khataman

Page 96: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

80

dimulai para pengurus mengecek seluruh kamar

agar para santri ikut berpartisipasi dalam

kegiatan khatman dan bisa hidup disiplin.66

2) Menambah pengalaman

Setiap kegiatan yang kita lakukan pasti akan menambah

pengalaman dan wawasan baru, baik dalam bidang sosial,

politik maupun keagamaan. Karena setiap daerah

mempunyai praktik keagamaan dan ritual yang berbeda-

beda dalam sebuah upacara keagamaan, Seperi halnya

kegiatan khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri

Kesumo Mranggen.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh informan:

“saya mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an

baru sekali ini, karena saya sangat penasaran

dangan prosesi khataman al-Qur‟an di sini yang

diikuti oleh ribuan jamaah, seperti yang orang-

orang bicarakan. Saya berharap dengan keikut

sertaan saya”. akan akan menambah pengalaman

dan wawasan baru.”67

3) Sebagai solusi sebuah masalah

66 Wawancara dengan Faza santri asal Semarang. Pada tanggal 10 November 2017.

67

Wawancara dengan Agus Salim santri pondok pesantren Futuhiyyah asal Palembang pada

tanggal 24 November 2017.

Page 97: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

81

Setiap orang pasti mempunyai masalah, baik masalah

yang menyangkut pribadi maupun kelompok. Karena

dengan masalah akan membantu kita dalam proses sebuah

pendewasaan. Tentunya setiap individu atau kelompok

mempunyai cara yang berbeda-beda dalam

menyelesaikannya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh informan:

“ketika ada sebuah masalah, saya sering

menemukan solusi dalam kegiatan khataman al-

Qur‟an ini, yaitu melalui mauidhoh yang

disampaikan oleh bapak kyai”68

4) Menambah rezeki

Setiap kegiatan yang relatif besar pasti akan berimbas

bagi kehidupan manusia, terutama dalam bidang

ekonomi. Begitu juga dengan kegiatan khataman al-

Quran yang terjadi pondok pesantren Giri Kesumo.

Kegiatan ini membawa berkah tersendiri bagi para

pedagang, biasanya barang yang dijajakan berupa:

kitab-kitab, buku, lauk pauk, jajanan, minyak wangi,

pakaian dan lain-lain.

68

Wawancara dengan Rozaq pengurus pondok pesantren Giri Kesumo. Pada tanggal 16 Desember

2017

Page 98: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

82

Berikut testimoninya dari salah seorang pedagang:

“Alhamdullilah dari kegiatan khataman al-

Qur‟an ini pendapatan saya naik sekitar 40-50

persen dari hari-hari biasa. Jika hari-hari biasa

dagangan saya habis 15 porsi, maka ketia malam

jumat dagangan saya bisa habis 40 porsi. Selain

berdagang saya juga mengikuti mauidhoh dari

bapak kyai”.69

69

Wawancara dengan salah seorang pedagang asal Giri kusumo. Pada tanggal 08 Januari

2018.

Page 99: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

83

BAB IV

ANALISIS MAKNA TERHADAP KHATAMAN AL-QUR‟AN BERDASARKAN

METODE VERSTEHEN MAX WEBER

A. Makna khataman al-Qur‟an

Verstehen memandang individu (Einzelindividuum) dan tindakanya sebagai

satuan dasar, sebagai “atom”nya. Dalam pendekatan ini, individu juga dipandang

sebagai batas teratas dan pembawa tingkah laku yang bermakna pada umumnya, bagi

sosiologi, konsep-konsep tentang ”negara”, “asosiasi”, “feodalisme” dan lain-lain,

menunjukan katagori-katagori tertentu interaksi manusia. Karena itu tugas sosiologi

interpretasi untuk mereduksi konsep-konsep tersebut menjadi tindakan ” yang bisa

dipahami”, yaitu tanpa perkecualian, menjadi tindakan-tindakan partisipasi manusia

individual.

Verstehen mencoba “menginterpretasikan” orang, institusi, tindakan, atau gaya

bekerja individual dengan memandangnya sebagai suatu “dokumen”, “manifestasi”

atau suatu “ekspresi” dari sebuah unit morfologis lebih besar yang melandasi data

tertentu. Dengan demikian “interpretasi” tercapai dengan memahami pernyataan

totalitas yang lebih komprehensif dengan bagian-bagiannya. Mode “memahami”

khusus ini dengan melihat individu dan tindakanya sebagai sebuah dokumen dari

suatu keseluruhan, sebuah gaya yang mengelaborasi secara sangat mendetail dan

dengan kecermatan serta penuh manfaat oleh Wilhelm Dilthey.70

70 Max Weber. Sosiologi…….Hlm 65-66.

Page 100: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

84

Berikut makna-makna yang penulis peroleh dari kegiatan khataman al-Qur‟an

malam jum‟at, sebagai berikut:

1. Makna Ekspresif

Dalam metode verstehen yang ditawarkan oleh Max Weber, ia

menyebutkan bahwasanya “manusia bisa memahami atau berusaha memahami

niatnya sendiri melalui introspeksi dan ia bisa menginterpretasikan perbuatan

orang lain sehubung dengan niatan yang mereka akui atau diduga mereka

punyai.71

Dari pernyataan diatas, penulis ingin memaparkan fenomena sosial

keagaman yang terjadi di pondok pesantren Giri Kesumo Demak. Yang pertama,

di dalam kegiatan khataman al-Qur‟an yang terjadi di pondok pesatren Giri

Kesumo Demak, para jamaah banyak merasakan pengalaman-pengalaman yang

sebelumnya belum pernah penulis alami di dalam kegiatan keagamaan yang lain.

Misalnya saja ketika mengikuti kegiatan khataman penulis merasakan

ketenangan batin dan kenyaman, tentu hal itu bukan tanpa sebab, pertama Desa

Girikusumo terletak di desa paling ujung dari Kabupaten Demak tepatanya di

daerah perbukitan yang jauh dari keramaian, kedua dalam prosesi khataman al-

Qur‟an di bawakan secara khitmad, sehingga para santri dan jamaah mengikuti

kegiatan tersebut dengan khusuk. Terlebih lagi dalam kegiatan tersebut juga

terdapat maulid ad-Dziba‟iy dan mauidhoh khasanah yang dibawakan langsung

71

Ibid. Hlm.66.

Page 101: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

85

oleh kyai karismatik, atau oleh para jamaah sering menyebutnya dengan

panggilan kyai sepuh. Berikut pernyataan dari salah seorang jamaah khataman

malam jum‟at :

“ketika mengikuti khataman al-Qur‟an malam jum‟at, hati saya

menjadi ayem dan tentrem padahal saya sering mengikuti pengajian

tetapi berbeda dengan kegiatan yang terjadi di sini. Mungkin yang

membedakan karena mauidhoh hasanah yang disampaikan beliau

(KH. Munif Zuhri)”.

yang kedua, lebih mudah mencerna materi-materi yang disampaikan

disekolah. Selain ketenangan batin dan kenyamanan, para jamaah merasa bahwa

dalam mencerna dan menangkap materi yang disampaikan disekolah lebih

mudah. Berbeda sebelum jamaah mengikuti kegiatan khataman pada malam

jum‟at. Misalnya saja jamaah yang bisanya dalam memahami materi perkuliahan

harus mengulangi dua sampai tiga kali dalam membaca sebuah teks, maka

setelah mengikuti kegiatan khataman al-Quran jamaah hanya butuh sekali

membaca dalam memahaminya. Sebagaimana yang disampaikan oleh salah

seorang informan. Berikut testimoninya:

“allhamdulilah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun

di pesantren saya bisa mengitkuti dengan baik meskipun berbeda

Page 102: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

86

dengan teman-teman saya, saya berharap dapat istiqomah dalam

mengikuti kegiatan ini.72

Baik para pendukung atau pengkritik verstehen sering melihatnya sebuah

metode khusus untuk memperoleh pengetahuan yang khas bagi disiplin-disiplin

manusia. Mereka menganggapya sebagai sebuah proses mental intutif dimana

orang merasa satu dengan pikiran dan emosiorang lain dengan berusaha

memproduksi pemikiranya dalam pikiranya sendiri dan untuk berempati dengan

perasaan-perasaanya”.73

Selain yang disebutkan di atas para jamaah memaknai kegiatan khataman

malam jum‟at sebagai usaha untuk mencapai cita-cita. Setiap orang pasti

mempunyai keinginan atau cita-cita yang ingin dicapai. Berbagai cara akan kita

tempuh demi tercapai sebuah cita-cita yang kita inginkan. Ikhtiar lahir dengan

cara belajar dan bekerja keras sedangkan ikhtiar batin dengan cara berdoa dan

mendekatkan diri kepada sang maha pencipta. Maka kedua elemen ini harus

berjalan beriringan agar apa yang kita inginkan dan kita cita-citakan mudah

tercapai. Sebagaimana yang informan sampaikan:

“saya mengikuti kegiatan ini, karena sebagai ikhtiar bati saya dalam

mencapai keinginan saya. Selain itu saya juga berharap semoga apa

yang saya dapatkan di sini dapat bermanfaat dan berkah bagi diri

saya pribadi dan orang lain”.

72

Wawancara dengan A. Taufiq Yuliadi santri asal saying pada tanggal 17 November 2017 73

Dennis Wrong. Max Weber: Sebuah Khasanah……….Hlm. 27.

Page 103: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

87

Kemudian dalam kesempatan lain banyak dari jamaah yang menuturkan,

bahwa didalam kegiatan khataman malam jum‟at juga membawa dampak positif

bagi kaum muda pada umumnya. Mereka yang identik dengan hura-hura dan

cenderung dengan kehidupan luar, dengan kegiatan tersebut, sedikit demi sedikit

mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih baik. Seperti yang dituturkan oleh

seorang informan dibawah ini:

“Dengan adanya kegiatan khataman al-Qur‟an pengajian, yang

pertama menambah kegiatan positif saya sehingga waktu-waktu

saya bisa berguna dan bermanfaat disetiap harinya”.

Satu hal yang perlu kita garis bawahi ketika berbicara tentang makna.

Kebanyakan kita akan menganggap hal itu merupakan sesuatu hal yang bersifat

pribadi satu ide yang terdapat dalam diri seseorang. Tapi bila dipikir lebih dalam

lagi akan nampak jelas bahwa ternyata makna juga tidak selalu demikian. Saya

tidak bisa mengerdipkan mata kepada anda hanya sebatas privasi saja, kecuali

terdapat sesuatu yang publik. Sebuah konteks makna yang sama-sama kita miliki

yang menyebabkan anda bisa memahami arti kerdipan yang saya lakukan kepada

anda. Oleh karena itu, kita dapat menyadari bahwa kebudayaan masyarakat

tertentu saling berbagi konteks makna ini. Atau dengan ungkapan

Geertz,”kebudayaan itu secara rasional terdiri dari struktur-struktur makna dalam

tema-tema berupa sekumpulan tanda yang dengannya masyarakat melakukan

Page 104: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

88

satu tindakan, mereka dapat hidup di dalamnya atupun menerima celaan atas

makna tersebut dan kemudian menghilangkanya”.74

Kemudian penulis ingin mengungkap makna khataman yang dirasakan

oleh para pedagang, meskipun makna tersebut tidak secara langsung penulis

rasakan, akan tetapi secara umum kegiatan khataman malam jum‟at membawa

keberkahan tersendiri untuk para pedagang. Mereka mengaku pendapatannya

naik empat puluh sampai lima puluh persen dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Selain berdagang di dalam kegiatan khataman mereka juga mengikuti kegiatan

tersebut.

Kalau para pedagang mendapatkan keberkaha tersendiri dalam kegiatan

khataman, lain halnya yang dirasakan oleh salah seorang jamaah kegiatan

khataman malam jum‟at. Ia memaknai kegiatan tersebut sebagai sarana

mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu ingat kepadanya. Berikut

pernyataan dari salah satu jamaah kegiatan khataman malam jum‟at:

“Bagi saya kegiatan khataman ini sebagai sarana mendekatkan diri

kepada Allah. Selain itu dalam kegiatan ini saya berharap agar

istiqomah dalam menjalankan hal-hal yang baik”.75

Selain pernyataan dari jamaah di atas, penulis juga merasakan sedemikian

rupa apa yang apa yang dirasakan oleh bapak Muji jamaah asal Ngendong. Bagi

74 Daniel L. Pals. Seven Theories of Religion.pen. Inyiak Ridwan Muzir. (Yogyakarta:

IRCiSoD, 2011). Hlm.338. 75

Wawancara dengan bapak Muji jamaah asal Sendang Mulyo, Ngendong pada tanggal 22

Desember 2017.

Page 105: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

89

para jamaah kegiatan khataman tersebut dapat menyegarkan jiwa sehingga dalam

melaksanakan kwajiban bagi setiap manusia menjadi lebih bersemangant selain

itu khataman al-Qur‟an pada malam jum‟at bisa dijadikan sebagai ajang untuk

selalu mengingat kepada Sang Pencipta.

Maka dari itu, setiap orang yang ingin menerangkan aktifitas manusia

harus menyadari bahwa era para ilmuan untuk menyusun teori umum tentang

interpretasi kebudayaan telah berlalu dan hilang selamanya. Karena kenyataan

yang tidak bisa kita pungkiri bahwa analisa tentang kebudayaan bukanlah sains

eksperimental yang ingin menemukan suatu hukum, tapi adalah penafsiran yang

ingin menemukan makna-makna.

2. Makna Dokumenter

Makna dokumenter, merupakan makna yang tersirat atau tersembunyi

sehingga pelaku tidak sadar bahwa sesuatu yang dilakukan menunjukan suatu

tradisi atau kebudayaan. Praktik khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri

Kesumo Demak merupakan suatu kegiatan yang sudah biasa di lakukan dan

menjadi sesuatu hal yang tidak asing bagi masyarakat Demak dan disekitarnya,

karena dari beberapa santri, jamaah, dan partisipan lainnya, mengetahui manfaat

yang di hasilkan dari kegiatan khataman al-Qur‟an tersebut. Seperti halnya

kegiatan rutin yang terjadi di masyarakat kita, misalnya saja manaqiban,

istighosahan, mujadahan dan lain sebagainya, yang di dalamnya terdapat bacaan-

bacaan al-Qur‟an.

Page 106: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

90

Kemudian dari pengamatan peneliti, fenomena sosial keagamaan yang

terjadi di pondok pesantren Giri Kesumo, secara tidak langsung mengambarkan

tentang persatuan dan kesatuan umat Muslim. Meskipun mereka berasal dari

lapaisan masyarakat yang berbeda-beda akan tetapi, mereka datang berkumpul

menjadi satu dengan tujauan yang sama. Yaitu sama-sama mengikuti kegiatan

khataman al-Qur‟an.

Page 107: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan kajian tentang living Qur‟an, terhadap

khataman al-Qur‟an di pondok pesantren Giri Kesumo Desa Mbanyumeneng

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dari semua pembahasan yang sudah

terurai dalam skripsi ini, serta menjawab berbagai rumusan masalah yang ada,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Kegiatan khataman al-Qur‟an yang terdapat di pondok pesantren Giri

Kesumo Demak, dilakukan dengan bil-Ghaib (tanpa melihat teks).

Surat yang dibaca yaitu surat adh-Duha sampai surat an-Nas yang

dibacakan oleh para khufadz secara bergantian. Prosesi khataman

dimulai dengan tawasul, khataman al-Qur‟an, doa khataman Qur‟an,

pembacaan rotibul „athos, pembacaan maulid adh-Dziba‟iy, mahalul

qiyam, doa mahalul qiyam, mauidhoh dari pengasuh pondok pesantren

Giri Kesumo dan diakhiri doa penutup.

2. Diantara makna kegiatan khataman yaitu:

a) Makna ekspresif

Makna ekspresif khataman al-Qur‟an diantaranya adalah

ketenangan batin dan kenyamanan, mudah dalam berfikir dan

memahami pelajaran, usaha batin dalam meraih sebuah cita-cita,

Page 108: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

92

sebagi kegiatan positif bagi kaum muda, suatu keberkahan tersendiri

bagi para pedagang dan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b) Makna dokumenter

Sedangakan makna dokumenter dari kegiatan khataman al-Qur‟an

di pondok pesantren Giri Kesumo secara tidak sadar menghasilkan

suatu kebudayaan dan mengambarkan persatuan dan kesatuan

umat Muslim.

B. Saran

Al-Qur‟an sebagai pedoman umat Islam harus disesuaikan dengan kondisi

zaman dan masyarakat yang ada. Penafsiran al-Qur‟an harus disesuaikan dengan

kemampuan yang dimiliki masyarakat. Semua itu demi mudahnya siar Islam

kepada masyarakat. Bila masyarakat sudah memahami al-Qur‟an dengan baik

maka persatuan dan kesatuan umat Islam akan mudah tercapai.

Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap tafsir perlu dilakukan

kajian living Qur‟an yang terjadi di masyarakat. Fenomena-fenomena yang

terjadi di masyarakat harus dibidik kemudian dipelajari. Maka, saran penulis

kepada para akademisi bisa melanjutkan penelitian terkait, dengan mengunakan

berbagai macam pendekatan. Baik pendekatan secara historis, psikologis, resepsi

teks dan lain-lain. Semoga karya tulis ini mampu memberikan tambahan

wawasan kepada pembaca. Semoga kajian tafsir semakin berkembang dan

banyak diminati oleh masyarakat.Terahir penulis menyadari bahwa karya tulis ini

Page 109: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

93

masih banyak kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca demi munculnya karya yang lebih baik lagi.

Page 110: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

94

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Nashiruddin. dan Ali bin Nafi al-„Ulyani. 1998. Tawassul dan Tabarruk,

pen.Ainurrafiq. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Ali, Muhamad. Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living Hadis. Journal

of Qur‟an and Hadis Studies – Vol. 4, No. 2.

Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi.1993. Shahih

Muslim juz 1, Lebanon, Beirut: Darul Fikri.

Anwar, Ahmad. skripsi “Pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam prosesi Mujahadah

di Pondok Pesantrenal-lukmaniyah Umbulharjo. Yogyakarta.

Didi Junaedi. Living Qur‟an:Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur‟an(Studi

Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.

Pabedilan Kab. Cirebon). dalam Journal of Qur‟an and Hadith Studies Vol.

4, No. 2, (2015).

Idrus, Muhamad. 2007. Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan kualitatif dan

kuantitatif, Yogyakarta: UII Press.

Mariasusai, Dhavamony. 1995. Phenomenology of Religion, terj. Kelompok Studi

Agama Driyarkara. Yogyakarta: Kanisius.

…………… Dhavamony. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Maryawati, Dwi. 2017. Skripsi dengan judul Mabda‟ ar-Ridha‟iyyah dalam transaksi

jual beli hasil perkebunan ditinjau dari Hukum Islam. Skripsi. Salatiga: iain

Salatiga.

Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: Truss Media.

M.Mansur.2007. Living Qur‟an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an Dalam Buku

Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis. Yogyakarta: Teras.

Page 111: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

95

Mudzhar, Atho‟. 1998. pendekatan studi Islam dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Muslih, Muhammad Hanif. 2011. Kesahihan Dalil TAWASSUL Menurut Petunjuk Al-

Quran dan Al-Hadits, Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Muhtador, Moh.”Pemaknaan ayat al-Qur‟an dalam Mujahadah”,Jurnal Penelitian,

Vol. 8, no, 1, Februari 2014.

Mulyana, Dedy. 2010. Metode Penelitian Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan

Sosial Lainya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mustaqim, Abdul. 2007. Metodologi Penelitian Living Qur‟an Model penelitian

kualitatif Dalam Buku Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis.

Yogyakarta: Teras.

Nurawalin, Vitri. 2014.“Pembacaan al-Qur‟an dalam tradisi Mujahadah Sabihah

Jum‟ah ( Studi Living Qur‟an di pondok pesantren Sunan Pandanaran

Sleman Yogyakarta)” Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam.

Nurkholifah,Latif. 2016. Tradisi Sima‟an Jumat legi (studi living Qur‟an) Pondok

Pesantren Ali Ma‟sum Krapyak Yogyakarta( menurut teori fungsionalisme

Emile Durkheim) Skripsi.Yogyakarta. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran

Islam.

Nasichin, Imam. 2016. Tradisi Mitoni Di Kelurahan Noyontaansari Pekalongan

(Studi Living Qur‟an).skripsi. Pekalongan: Jurusan/Program Studi:

Ushuludin dan Dakwah/S1 Tafsir Hadits Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN).

Pals, Daniel L. Seven Theories of Religion.pen. Inyiak Ridwan Muzir. (Yogyakarta:

IRCiSoD, 2011). Hlm.338.

Prastowo, Andi. 2012. Metodologi Penelitian dalam Perspektif Rancangan

Penelitian, Yogyakarta: ar-Ruzz Media.

Page 112: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

96

Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. kamus besar bahasa Indonesia edisi lux

Semarang: Widya Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Suprayogo, Imam. dan Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syamsudin, Sahiron. 2007. Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis.

Yogyakarta: TH-Pres Teras.

Weber, Max.2009. Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar Offiset.

Wrong, Dennis. 2003. Max Weber Sebuah Khasanah. Yogyakarta: Ikon Teralintera.

Yusuf, Muhamad. 2007. “pendekatan sosiologi dalam living qur‟an” dalam shahiron

syamsuddin(ed), metodologi penelitian al-qur‟an. Yogyakarta: Teras.

http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/2014/07/maulid-ad-dibai-al-imaalhafidz.html.

diakses pada tanggal 12 Februari 2018

http://darussagaffratibalathas.blogspot.co.id/2011/08/pengertian-ratib.html di akses

pada tanggal 27 Februari 2018.

Page 113: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

DAFTAR ARSIP, OBSERVASI DAN WAWANCARA.

Muzni Husnan. 2008. Profil Pondok Pesantren Girikesumo Demak.

Profil desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

Wawancara dengan Jumari, pada tanggal 12 Oktober 2017.

Wawancara dengan Faza santri asal Semarang. Pada tanggal 10 November 2017.

Wawancara dengan A. Taufiq Yuliadi santri asal saying pada tanggal 17

November 2017

Wawancara dengan Agus Salim santri pondok pesantren Futuhiyyah asal

Palembang pada tanggal 24 November 2017.

Wawancara dengan rozak pengurus Pondok pesantren Giri Kesumo pada

tanggal Pada tanggal 16 Desember 2017.

Wawancara dengan bapak Muji jamaah asal Sendang Mulyo, Ngendong pada

tanggal 22 Desember 2017.

Wawancara dengan salah seorang pedagang asal Giri kusumo. Pada tanggal

08 Januari 2018.

Observasi di pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal 26 Oktober 2017.

Observasi di pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal 17 November 2017.

Observasi di pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal 18 November 2017.

Observasi di pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal 21 November 2017.

Observasi pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal. 14 Desember 2017.

Observasi pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal. 14 Desember 2017.

Observasi di balai desa Mbanyumeneng tanggal 1 Maret 2018

Observasi di pondok pesantren Giri Kesumo pada tanggal 08 Maret 2018

Page 114: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Lampiran I

Foto papan nama pesantren Foto papan nama SIS

Foto dengan Satgas Linmas Foto kantor pesantren

Page 115: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Foto wawancara dengan salah satu santri Foto wawancara dengan pengurus

Foto jamaah di sekitar pesantren

Foto aula tempat Khataman

Foto jamaah di depan masjid Foto jamaah di depan masjid

Page 116: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Foto jamaah didepan aula Foto jamaah didepan aula

Foto Masjid Ageng Giri Kusumo

Foto KH.Munif Zuhri dalam kegiatan

khataman

Page 117: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Lampiran II

TEKS DOA KHATAMAN

نايامولنآإن كأنالل ت قب لمن آإن كأنتالس ميعالعليم.وتبعلي رب نايارب نا تهم وإلىطريق إلىالحق ووف قنا واىدنا واىدني ختمالت و ابالر حيم. بب ركة مستقيم

عن ا واعف ياكريم عن ا واعف الكريم. ورسولك حبيبك وبحرمة العظيم. القرءآنهم حمين.الل يارحيم.واغفرلناذن وب نابفضلكوكرمكيآأكرمالأكرمينويآأرحمالر

القرءان ختم بكرامة وأكرمنا القرءان. ختم بزي نة الختم .زي ن ا بشرافة نا وشرف وعاف القرءان. مع وأدخلناالجن ة القرءان. ختم بخلعة وألبسنا كلالقرءان. من نا

بحرمة محم د أم ة جميع وارحم القرءان. ختم بحرمة الأخرة وعذاب ن يا بلءالدوفى مونسا. القبر وفي قري نا. ن يا الد فى لنا القرءان اجعل اللهم القرءان. ختم

راوحجابا.وإلىال قا.ومنالن ارست عا.وعلىالصرطن ورا.وإلىالجن ةرفي قيمةشفي

Page 118: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

ارزق نا الر احمين.اللهم بفضلكوجودكوكرمكيآارحم الخيرتكلهادليلاوإماما.منالقرءانحلاوة.وبكلكلمةكرامة.وبكلءايةسعادة.وبكلسورةبكلحرف

جزآء جزء وبكل الط يبين .سلامة. أجمعين وءالو محم د سيدنا على الله وصل ىانصر ناسلطنالمسلمين.وانصروزرآءهووكلءهوعساكرهالط اىرين.اللهم سلطن

ناوعلىالحج اجوالغزاةوالمسافرين ين.واكتبالس لامةوالعافيةعلي إلىي ومالددأجمعين.اللهم ب لغث وابماق رأناهون وروالمقيمينفيب ركوبحركمن أم ةمحم

وسل م عليو ت عالى الله صل ى محم د نا نبي لروح وأزواجو .مات لوناه أولده ولأرواح رضواناللهت عالىعليهم وب ناتناوأصحبو وأب نآئنا وأم هتنا أجمعين.ولأرواحءابآئنا

ناولأ رواحوإخونناوأخوتناوأصدقآئناوأستاذناوأقربآئناومشايخناولمنلوحقعلي والمؤمنا المؤمنين والأموات.جميع هم من الأحيآء والمسلمات. والمسلمين ت.

.برحمتكيآأرحمالر احمين.جزىاللهعن امحم دصل ىاللهعليووسل مماىوأىلووسل يصفون. عم ا العز ة رب ربك سبحن رب والحمدلله المرسلين. على م

.العالمين.آمين

Page 119: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Lampiran III

TEKS MAHALUL QIYAM

ع١هيب بي سلام عليل ، يبسسىل سلام

Yâ nabî salâm ‘alaika, Yâ Rosûl salâm ‘alaika

٠بحج١ت سلا ع١ه ، صاد الله ع١ه

Yâ habîb salâm ‘alaika, sholawâtullâh ‘alaika

اجذسأششق البذس عليب ، فبختفت هه

Asyroqol badru ‘alainâ, fakhtafat minhul budûru

اسشسهثل حسل هب سأيب ، قظ يب وجه

Mitsla husnik mâ ro-ainâ, qotthu yâ wajhas-surûri

سأت شوس أت بذس ، أت ىس فىق

Anta syamsun anta badrun, anta nûrun fauqo

nûrin

اصذسأت إکسيش وغبلي ، أت هصببح

Anta iksîrun wa ghôlî, anta mishbâhush-shudûri

يب حبيبی يب هحوذ ، يبعشوس الخبفقيي

Yâ habîbî yâ Muhammad, yâ ‘arûsal-khôfiqoini

٠ب ؤ٠ذ ٠بجذ ، ٠ب إب امجز١

Yâ mu-ayyad yâ mumajjad, yâ imâmal qiblataini

ااذ٠هي سأی وجهل يسعذ ، يبگشين

Man ro-â wajhaka yas’ad, yâ karîmal wâlidaini

Page 120: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

حىضل الصبفی الوبشد ، وسدب يىم الشىس

Haudlukash-shôfîl mubarrod, wirdunâ yauman-

nusyûri

إ١ههب سأيب العيس حت ، ببلسشی إلا

Mâ ro-ainâl ‘îsa hannat, bissurô illâ ilaika

والغوبهه قذ أظلت ، والولا صلىا عليل

Wal ghomâmah qod adhollat, wal malâ shollû

‘alaika

٠ذ٠هوأتبك العىد يبکي ، وتزلل بيي

Wa atâkal ‘ûdu yabkî, wa tadzallal baina yadaika

افسواستجبست يبحبيبي ، عذك الظبي

Wastajârot yâ habîbî, ‘indakadh-dhobyun-nufûru

شح١عذهب شذوا الوحبهل ، وتبدوا

‘Indamâ syaddûl mahâmil, wa tanâdau lirrohîli

د١جئتهن والذهع سآئل ، قلت قف لی يب

Ji,tuhum waddam’u sã-il, qultu qif lî yâ dalîlu

اجض٠وتحول لي سسآئل ، أيهب الشىق

Wa tahammal lî rosã-il, ayyuhâsy-syauqul jazîlu

اجکسحىهبتيل الوبصل ، فی العشي

Nahwa hâtîkal manâzil, fîl ‘asyiyyi wal bukûri

Page 121: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

اجج١کل هي فی الگىى هبهىا ، فيل يب ببهي

Kullu man fîl kauni hâmû, fîka yâ bâhîl jabîni

ح١ولهن فيل غشام ، واشتيبق

Wa lahum fîka ghorômun, wasytiyâqun wa hanînu

هعبيل الأبم، قذ تبذت حآئشيي في

Fî ma’ânîkal anâmu, qod tabaddat hã-irîna

شکسأت للشسل ختبم ، أت للوىلی

Anta lirrusli khitâmun, anta lil maulâ syakûru

اغف١شعبذك الوسکيي يشجى ، فضلل الجن

‘Abdukal miskînu yarjû, fadl-lakal jammal ghofîru

٠بز٠ش، يببشيش فيل قذ أحست ظي

Fîka qod ahsantu dhonnî, yâ basyîru yâ nadzîru

فؤغث أجش ، ٠بج١ش اسع١ش

Fa-aghitsnî wa ajirnî, yâ mujîru minas-sa’îri

الأسيبغيبثي يبهلاري ، في ههوبت

Yâ ghiyâtsî yâ malâdzî, fî muhimmâtil umûri

احضسعذ عبذ قذ تولی ، واجلی عه

Sa’id ‘abdun qod tamallâ, wanjalâ ‘anhul huzûna

فيل يببذس تجلی ، فلل الىصف الحسيي

Fîka yâ badrun tajallâ, falakal washful hasînu

Page 122: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

احس١ليس أصکی هل أصلا ، قظ يبجذ

Laisa azkâ minka ashlân, qotthu yâ jaddal husaini

اذسفعليل الله صلی ، دآئوب طىل

Fa’alaikallâhu shollâ, dã-imân thûlad-duhûri

Page 123: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Lampiran IV

TEKS DOA MAULID AD-DZIBA‟IY

ح١ اش ح الله اش ثس

ع آـ ذ ح ثبسن ع س١ذب س ص ، ا ١ ذ لله سة اعب ح ا

الله سأفز ٠شج جت شفبعز ، ٠سز إ٠بو الله ، جع ع١ أج صحج ز ، سح بى١ اس أصحبث ، ش٠ اطب آـ ، اىش٠ خ زا اج ثحش ا

احششب غذا ، ز حش اسزشب ثز٠ ، ز خ١بس أ ب ، اجع ٠ ام بج ع

اسزع ، شر طبعز ف ص ثسز ى١ س ز أح١ب ، صشر ذح سزب ف أ

٠ذخب ، ي أ جخ فئ ع ا ب أدخ ، ا جبعز زب ع حج أ ب ، ض أ

ع ف لصسب ب ، ا خلائك فزشح ٠شفع ب ٠ اسح ٠ضب ، ي أ فئ

لذس سخ ، ا لا ع ه ع غبف١ ا لا رجعب سخ ، اسصلب ص٠بسر ف و

ج ف غفشح لا رجع سزشد ثشداء ا ثخ رث ، بء از ذ ث سب زا أحذا إلا غس

صي ا مضبء ع ا ع خ ابض١خ إخا عب ف اس وب إ ع١ث ، ا

رحش ثب ، فلا ب إرا صشب إ اسح فضب ، ا اسبعخ اة ز ث س ، ا ش اذ صبح ٠جم سب ع فمب ع مجس ، أصحبة ا

بئه شب ع ، ب لأ٢ئه راوش٠ أح١ب اجع ، ازاوش٠ مآئه ١ ، وش٠

ه ب اخز ، خز١ لا فز١ ب غ١ش ف ف١زب فز إرا ر ، شغ١ ثطبعزه

، ع١ )ثخ١ش أج ١ اوفب شش اظب (3x –ا ١ ١ب سب اذ فزخ ز اجعب مبب سف١عب ، خ م١ب ا ٠ اسصلب ث ب شف١عب ، سي اىش٠ زا اش اجع ، ا

ذ ص الله ع ح ض ج١ه ح اسمب ؤ ا ششثخ ١ئخ لا ظ س آـ ١

شبئخ اذ٠ب ب ثجب اغفش ا غذا ، ائ احششب رحذ ب ثعذب أثذا ،

أجش زا ا حمق ع١ب ، ا ر ١ب ع ١ع ج اسبعخ ، خ١ش ف ز

اد ، إه لش٠ت الأ بد ، الأح١آء س ا ١ س ا بد ، ؤ ا ١ ؤ ا

خط١ئبد ، ٠ب ا ة غبفش از حبجبد ، لبض ا اد ، ع ج١ت اذ أسح

سثه ، سجحب س صحج ع آ ذ ح ص الله ع س١ذب ، ١ اح اش

١ عب ذ لله سة ا ح ا ، شس١ ع ا سلا ، ب ٠صف ح ع عض .سة ا

Page 124: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Lampiran IV

PANDUAN WAWANCARA

A. Wawancara dengan pengurus pondok pesantren

1. Siapa nama anda.

2. Berapa umur anda.

3. Dimanakah alamat rumah anda.

4. Bagaimanakah sejarah khataman.

5. Bagaimanakah pelaksanaan khataman.

6. Apa sajakah yang dibacakan dalam prosesi khataman.

7. Bagaimanakah anda memaknaikhataman al-Qur‟an ini

8. Apa tujuan dilaksanakan khataman ini.

9. Siapa sajakah yang ikut andil dalam prosi khataman

10. Properti apa sajakah yang digunakan.

11. Apakah santri wajib mengikuti kegiatan khataman al-Quran

12. Adakah hukuman bila santri tidak mengikuti kegiatan khataman.

B. Wawancara dengan santri

1. Siapa nama anda.

2. Berapa umur anda.

3. Dimanakah alamat rumah anda.

4. Apa Motifasi mengikuit kegiatan khataman al-Qur‟an.

5. Apa yang membedakan kegiatan khataman di sini dengan kegiatan khataman di

tempat lain.

6. Apa makna dari kegiatan khataman.

7. Apa keutamaan dari khataman al-Qur‟an .

8. Apa yang anda rasakan dari mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an ini

C. Wawancara dengan jamaah

1. Siapa nama anda.

2. Berapa umur anda.

Page 125: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

3. Dimanakah alamat rumah anda.

4. Apa Motifasi mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an.

5. Memperoleh informasi dari mana.

6. Apa yang membedakan kegiatan khataman di sini dengan kegiatan khataman di

tempat lain.

7. Apa makna dari kegiatan khataman.

8. Apa keutamaan dari khataman al-Qur‟an .

9. Apa yang anda rasakan dari mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an ini

D. Wawancara dengan pedagang

1. Siapa nama anda.

2. Berapa umur anda.

3. Dimanakah alamat rumah anda.

4. Apa Motifasi mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an.

5. Berapa pendapatan anda setiap malam jumat

6. Apakah ada perbedaan pendapatan setiap malam jum‟at dan hari-hari biasa.

7. Apa makna dari kegiatan khataman.

8. Apa yang anda rasakan dari mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an ini

E. Wawancara dengan juru parkir.

1. Siapa nama anda.

2. Berapa umur anda.

3. Dimanakah alamat rumah anda.

4. Apa Motifasi mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an.

5. Berapa isi kotak amal setiap malam jum‟at

6. Apakah semua jamaah mengisi kotak amal

7. Apa makna dari kegiatan khataman.

8. Apa yang anda rasakan dari mengikuti kegiatan khataman al-Qur‟an ini

Page 126: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

Lampiran V

DAFTAR INFORMAN

NO NAMA UMUR ALAMAT

1. Uul - Demak

2. Rozaq 25 th Kendal

3. Faza 19 th Semarang

4. Muji 55 th Sendang Mulyo, Ngendong

5. A.Taufiq Yuliadi 16 th Sayung, Demak

6. Jumari 40 th Mranggen, Dmak

7. Agus Salim 17 th Palembang

Page 127: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN

CURICULUM VITAE

1. NAMA : Samsul Arifin

2. Tempat, Tanggal lahir : Kabupaten Semarang 04 November 1994

3. Progam studi : Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

4. Fakultas : Usuluddin Adab dan Humaniora

5. Agama : Islam

6. Alamat : Kalidukuh, RT 01 RW 03 Losari, Sumowono,

Semarang.

7. Orang tua

a) Ayah : Rondi

b) Ibu : Sugiati

8. Kewarganegaraan : Indonesia

9. Email : [email protected]

10. Riwayat Pendidikan

Formal

: MI Nuril Huda Losari, Sumowono

MTS Nuril Huda Losari, Sumowono

MA Miftahul Huda Mranggen, Demak

11. Riwayat Pendidikan non

Formal

: Pondok pesantren Darussholihin Mranggen

Demak.

Pondok pesantren as-Syafiiyah Salatiga.

12. Pengalaman organisasi : Osis

Anggota HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)

Anggota DEMA (Dewan Mahasiswa)

Anggota SEMA (Senat Mahasiswa)

Anggota FL2MI (Forum Lembaga Legeslatif

Mahasiswa Indonesia)

Page 128: MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOKe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5016/1/skripsi.pdf · 2019. 3. 14. · MENGGALI MAKNA KHATAMAN AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN