Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

28
Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita Khutbah Jum’at Kedua َ لِ ضُ مَ لاَ ف له الِ هِ دْ هَ يْ نَ م ا،َ نِ ل اَ مْ عَ اِ ! اتَ ِ ّ يَ سْ نِ مَ ا وَ نِ سُ فْ نَ اِ رْ وُ رُ - شْ نِ مِ له الِ 0 بُ ذْ وُ عَ نَ ، وِ هْ يَ لِ 6 اُ 0 تْ وُ ! تَ 8 نَ وُ هُ رِ فْ عَ ! تْ سَ نَ وُ هُ يْ يِ عَ ! تْ سَ نَ وُ هُ دَ مْ حَ ن له لُ دْ مَ ح ل اُ هَ لَ سْ رَ ؛ اُ هُ لْ وُ سَ رَ وُ هُ دْ 0 نَ عً داَ ّ مَ حُ مَ ّ نَ اُ دَ هْ - شَ اَ ، وُ هَ لَ P كْ يِ رَ - ش اَ لُ هَ دْ حَ له و ال اَ ّ لِ 6 اَ لهِ 6 ا اَ لْ نَ اُ دَ هْ - شَ اَ ا ، وً دِ - سْ رُ م اً نِ لَ وُ هَ لَ دِ 0 جَ ! نْ نَ لَ فْ لِ لْ ضُ يْ نَ مَ ، وُ هَ ل ىَ لَ عَ وٍ دَ ّ مَ حُ م اَ ِ ّ ^ يِ 0 نَ نَ P كِ لْ وُ سَ رَ وَ P كِ دْ 0 نَ ع ىَ لَ عْ P كِ ارَ 0 بَ وْ مِ ّ لَ سَ وِ ّ لَ صَ ّ مُ هّ ل ل ، اَ نْ وُ رِ ف اَ ك الَ هِ رَ كْ وَ لَ وِ هِ ّ لُ كِ نْ يِ ّ ى الدَ لَ عُ هَ رِ هْ r ظُ يِ لِ ّ ! قَ ح ل اِ نْ يِ ذَ ى وَ دُ هْ ل اِ 0 بِ نْ يِ ّ الدِ مْ وَ ي ىَ لِ 6 اٍ انَ سْ حِ اِ بْ مُ هَ عِ 0 تَ ! نْ نَ مَ وَ نْ يِ عَ مْ 0 جَ اِ هِ 0 يْ حَ صَ وِ هِ ل ا. عد0 ن ما ا.. Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kesempurnaan qudrah-Nya, dan kesempurnaan hikmah-Nya, dan seluruh perkara di bawah pengaturan dan pengawasan-Nya, baik itu kelapangan, keamanan, kesempitan, dan ketakutan, semuanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Mahakuasa untuk mengaturnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ٍ نْ اَ - س ىِ فَ وُ هٍ مْ وَ يَ ّ لُ كِ ضْ رَ لاْ اَ وِ ! اتَ اوَ مَ ّ س ل ا ىِ ف نَ مُ هُ لَ نْ سَ نSemua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rahman: 29) Maka semua ketetapan berjalan berdasarkan hikmah dan keutamaan atau keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menzalimi siapa pun di alam dunia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, َ ن يِ مِ ل اَ ّ r الظُ مُ ه واُ ي اَ ك نِ كَ لَ وْ مُ ه اَ نْ مَ لَ r ظ اَ مَ وDan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Az-Zuhruf: 76)

description

a

Transcript of Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Page 1: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Khutbah Jum’at Kedua

�ات� �ئ ي س� و�م�ن �ا ن ف�س� �ن أ ور� ر� ش� م�ن �الله� ب �ع�وذ� و�ن ، ه� �ي �ل إ �وب� �ت و�ن ه� �غف�ر� ت �س و�ن �ه� ن �ع�ي ت �س و�ن �حم�د�ه� ن لله الح�مد�الله �ال' إ �له� إ ال� �ن أ ه�د� �ش و�أ ، د+ا ش� م�ر +ا �ي و�ل �ه� ل �ج�د� ت �ن ف�ل �ضل�ل ي و�م�ن ، �ه� ل م�ض�ل� � ف�ال الله �هد�ه� ي م�ن �ا، �ن �عم�ال أن� الد�ي ع�ل�ى ه� �ظه�ر� �ي ل الح�ق� ن� و�د�ي ه�د�ى �ال ب �ه� ل س� ر

� أ ؛ �ه� ول س� و�ر� د�ه� ع�ب + م�ح�م'دا �ن' أ ه�د� �ش و�أ ، �ه� ل ك� ر�ي ش� ال� و�حد�ه��ه� ب و�ص�ح �ه� آل و�ع�ل�ى م�ح�م'د? �ا �ن �ي �ب ن �ك� ول س� و�ر� د�ك� ع�ب ع�ل�ى �ار�ك و�ب �م ل و�س� ص�ل� Bه�م' الل ، ون� �اف�ر� الك �ر�ه� ك �و و�ل �ه� �ل ك

ن� الد�ي � �وم ي �ل�ى إ ان? �حس� �إ ب �ع�ه�م �ب ت و�م�ن ن� �جم�ع�ي . أبعد ..أما

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kesempurnaan qudrah-Nya, dan kesempurnaan hikmah-Nya, dan seluruh perkara di bawah pengaturan dan pengawasan-Nya, baik itu kelapangan, keamanan, kesempitan, dan ketakutan, semuanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Mahakuasa untuk mengaturnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ن? أ ش� ف�ي ه�و� ? �وم ي �ل' ك رض�

� أل و�ا م�او�ات� الس' ف�ي م�ن �ه� �ل ئ �س ي

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rahman: 29)

Maka semua ketetapan berjalan berdasarkan hikmah dan keutamaan atau keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menzalimi siapa pun di alam dunia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

�م�ين� الظ'ال ه�م� �وا �ان ك �ك�ن و�ل �اه�م �من و�م�اظ�ل

“Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Az-Zuhruf: 76)

Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sesungguhnya kita beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan qadar-Nya, dan bahwa iman kepada qodar Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah salah satu dari rukun iman yang enam, maka kita mengimani bahwa semua yang menimpa kita baik kebaikan maupun kelapangan itu adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib kita syukuri dengan cara kita mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya, maka tatkala itu, kita berhak untuk mendapatkan janji Allah yaitu akan ditambahkan nikmat-Nya tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Page 2: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Nد�يد ل�ش� �ي ع�ذ�اب �ن' إ �م ت �ف�ر ك �ن �ئ و�ل �م 'ك ز�يد�ن� أل �م ت �ر ك ش� �ن �ئ ل �م Rك ب ر� �ذ'ن� �أ ت �ذ و�إ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb kalian memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkati (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat peduh.” (QS. Ibrahim: 7)

Jamaah kaum muslimin

Sesungguhnya semua yang menimpa manusia baik kemadaratan dan kesempitan tidak lain hal itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan, juga karena kelalaian mereka dari melaksanakan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta disebabkan mereka melupakan syariat-syariat Allah. Allah mengabadikan hal itu di dalam kitabullah agar kita bisa berhati-hati dan waspada.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

�ير? �ث ك ع�ن �عف�وا و�ي �م د�يك �ي أ �ت ب �س� ك �م�ا ف�ب �ة? مRص�يب م�ن �م �ك ص�اب� و�م�آأ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As-Syura: 30)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

�الله� ب �ف�ى و�ك + وال س� ر� 'اس� �لن ل �اك� ن ل س� ر� و�أ 'فس�ك� ن ف�م�ن �ة? �ئ ي س� م�ن �ك� ص�اب

� و�م�آأ الله� ف�م�ن� �ة? ن ح�س� م�ن �ك� ص�اب� م'آأ

ه�يد+ا ش�

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisa: 79)

Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Sesungguhnya kebanyakan manusia pada hari ini, mereka hanya mengaitkan musibah-musibah yang menimpa mereka, dengan kejadian-kejadian alam semata, dengan faktor-faktor eksternal yang tidak ada kaitannya dengan kesalahan mereka sendiri. Maka, tidak ragu lagi bahwa hal itu karena kurangnya pemahaman mereka dan lemahnya keimanan mereka, dan juga karena mereka lalai dari menadaburi kitabullah dan sunah-sunah rasul-Nya.

Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Ketahuilah bahwasanya dibalik sebab-sebab dan faktor alam tersebut, ada juga sebab-sebab syar’i bahkan hal inilah sebab yang lebih dominan dan lebih kuat serta lebih membawa pengaruh dari terjadinya musibah-musibah yang ada tersebut. Hanya saja memang terkadang sebab-sebab dan faktor alam itu menjadi wasilah ataupun perantara dari sebuah ketetapan hukum dari sebab-sebab syar’i. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Page 3: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

ج�ع�ون� �ر ي 'ه�م �ع�ل ل �وا ع�م�ل 'ذ�ي ال �عض� ب �ذ�يق�ه�م �ي ل 'اس� الن د�ي �ي أ �ت ب �س� ك �م�ا ب �حر� ب و�ال �ر� ب ال ف�ي اد� ف�س� ال ظ�ه�ر�

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Hanya saja, kita wajib bersyukur atas nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada umat ini, dimana umat ini tidaklah akan diadzab dan disiksa yang ditimpakan kepada umat-umat yang terdahulu, umat ini tidak akan ditimpakan dengan suatu bencana yang merata dan mematikan seluruh manusia, sebagaimana yang telah terjadi pada kaum ‘Aad, tatkala mereka dihancurkan dengan badai angin topan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

�ة? } او�ي خ� �خل? ن از� �عج� أ 'ه�م ن� �أ ك ع�ى ص�ر ف�يه�ا ق�وم� ال ى �ر� ف�ت وم+ا ح�س� ? 'ام �ي أ �ة� �ي �م�ان و�ث �ال? �ي ل ع� ب س� ه�م �ي ع�ل ه�ا { 7س�خ'ر�

�ة? } �اق�ي ب م�ن �ه�م ل ى �ر� ت {8ف�ه�ل

“Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu lihat kaum Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk) maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka.” (QS. Al-Haaqqah: 7-8)

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan umat ini binasa seperti kaum Tsamud, mereka dihujani badai dan disambar petir sehingga mereka di dalam rumah-rumah mereka menjadi bangkai yang berserakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan umat ini binasa seperti kaum Luth, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim kepada mereka hujan batu dan langit, dan membalik bangunan-bangunan mereka yang atas menjadi di bawah sehingga mereka hancur-lebur. Naudzubilla min dzalik.

ق�ول�ي . �ق�ول� أ م الح�ك�ي ر� و�الذ�ك �ات� اآلي م�ن� ه� ف�ي �م�ا ب �م 'اك �ي و�إ �ي �ف�عن و�ن � م �ر�ي الك آن� الق�ر ف�ي �م �ك و�ل ل�ي الله� ك� �ر� بام� ي ح� الر� الغ�ف�ور� ه�و� 'ه� �ن إ وه� �غف�ر� ت ف�اس ب? ذ�ن �ل� ك م�ن ن� �م�ي ل الم�س �ر� ائ و�لس' �م �ك و�ل ل�ي الله �غف�ر� ت س

� و�أ . ه�ذ�ا

Khutbah Jum’at Kedua

�ن أ ه�د� �ش و�أ ، ر الم�ص�ي ه� �ي �ل إ ه�و� �ال' إ �له� إ ال� الط�ول� ذ�ي ، الع�ق�اب� د� د�ي ش� �وب� الت �ل� ق�اب ب� الذ�ن غ�اف�ر� لله� الح�مد�ف�ي ان? �حس� �إ ب �ع�ه�م �ب ت و�م�ن �ه� اب صح�

� و�أ آله وعلى عليه الله صلى ؛ ر� �ذ�ي الن ر� ي �ش� الب �ه� ول س� و�ر� د�ه� ع�ب + م�ح�م'دام+ا �ي ل �س ت 'م� ل و�س� �ق�اد� �عت و�اال و�الف�عل� . الق�ول�

بعد أما

Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah dan rahmat-Nya terhadap umat ini, menjadikan balasan dan adzab dari dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan mereka dengan penindasan sebagian mereka kepada sebagian yang lain, pembunuhan sebagian mereka kepada sebagian yang lain, dan penawanan sebagian mereka kepada sebagian yang lain.

Page 4: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

�ذ�يق� و�ي �ع+ا ي ش� �م ك �س� ب �ل ي و� أ �م �ك ل ج� ر

� أ �حت� ت م�ن و� أ �م ف�وق�ك م�ن +ا ع�ذ�اب �م ك �ي ع�ل ع�ث� 'ب ي �ن أ ع�ل�ى ق�اد�ر� ال ه�و� ق�ل

�فق�ه�ون� ي 'ه�م �ع�ل ل �ات� �ي أل ا ف� �ص�ر� ن ف� �ي ك انظ�ر �عض? ب س� �أ ب �م �عض�ك ب

Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).” (QS. Al-An’am: 65)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Sa’ad bin Abi Waqqas radhiallahu’anhu beliau berkata, “(Suatu hari) kami datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau shalat dua rakaat dan kami pun shalat bersamanya, kemudian beliau bermunajat kepada Rabb-Nya dengan sangat lama, kemudian mengatakan, “Aku memohon kepada Rabbku tiga hal, Aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dengan al-gharqu (banjir bandang), maka Dia-pun mengabulkannya, dan Aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dengan sebab paceklik panjang seperti yang terjadi pada keluarga Firaun, maka Dia-pun mengabulkannya, dan aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dikarenakan ulah sebagian mereka pada sebagian yang lain, maka Dia mencegahnya dariku.” (HR. Muslim 2890)

Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat tersebut dan juga kepada hadis-hadis di atas yang telah shahih dari Rasulullah, akan tetapi mengapa kalian tidak memikirkannya? Mengapa kalian tidak memahaminya? Mengapa kalian tidak mengaitkan musibah yang datang bertubi-tubi menimpa kita itu karena sebab kelalaian dan rendahnya perhatian kalian terhadap agama kalian sendiri, sehingga dengan itu kalian akan kembali kepada Rabb kalian, dan kalian akan diselamatkan dari sebab-sebab ditimpakannya adzab yang merata tersebut.

Maka bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, lihatlah kepada diri-diri kalian, dan bertaubatlah kepada Rabb kalian, luruskanlah jalan hidup kalian, ketahuilah bahwa bencana dan musibah yang melanda kalian dan kobaran api fitnah yang menyerbu kalian, hanyalah hal itu semua karena sebab diri-diri kalian sendiri, karena sebab dosa-dosa yang kalian perbuat, maka perbaikilah setiap dosa yang kita lakukan dengan taubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berlindunglah dari segala fitnah, baik fitnah dunia yang berupa pembunuhan, perampokan, penindasan dan juga fitnah agama yang berupa syubhat dan syahwat yang selalu mencegah manusia dari kembali kepada agamanya yang lurus, dan menjauhkan mereka dari pelita yang dibawa para pendahulu umat yang shaleh.

Sesungguhnya fitnahnya hati itu lebih berbahaya dan lebih jelek serta lebih merusak dari sekedar fitnahnya dunia. Karena fitnah dunia hanya akan berakibat pada kerugian materi dan keduniaan, sedangkan dunia ini akan lenyap dan hilang baik cepat atau lambat, tetapi fitnah agama itulah yang akan menghancurkan dunia dan akhiratnya.

Page 5: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ه�و� �ك� ذ�ل ' �ال أ �ام�ة� ق�ي ال �وم� ي �يه�م �هل و�أ ه�م �نف�س� أ وا ر� خ�س� 'ذ�ين� ال ر�ين� خ�اس� ال �ن' إ ق�ل �ه� د�ون م�ن �م ت ئ م�اش� �د�وا ف�اعب�ين� م�ب ال ان� ر� خ�س ال

Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Inagtlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 15)

Mudah-mudahan kita selalu dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari fitnah dunia dan fitnah agama dan kita dijauhkan dari bala dan musibah yang kian hari seakan musibah itu selalu berganti dan berkepanjangan. Dan mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu bertaubat dari perbuatan-perbuatan dosa yang kita lakukan, sehingga kita termasuk orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan-Nya baik di dunia dan di akhirat kelak. Amin.

Nد ي م�ج� Nد ح�م�ي 'ك� �ن إ م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ ع�ل�ى ت� 'ي ص�ل �م�ا ك م�ح�م'د? آل� و�ع�ل�ى م�ح�م'د? ع�ل�ى ص�ل� 'ه�م' , الل Nد ي م�ج� Nد ح�م�ي 'ك� �ن إ م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ ع�ل�ى ت� ك �ار� ب �م�ا ك م�ح�م'د? آل� و�ع�ل�ى م�ح�م'د? ع�ل�ى �ار�ك ب 'ه�م' الل

Nؤ�وف ر� 'ك� �ن إ �ا 'ن ب ر� �وا آم�ن 'ذ�ين� �ل ل ' غ�ال �ا �ن �وب ق�ل ف�ي �جع�ل ت � و�ال �يم�ان� إل �ا ب �ا �ق�ون ب س� 'ذ�ين� ال �ا �ن �خو�ان إل� و� �ا �ن ل اغف�ر �ا 'ن ب ر�Nح�يم ر�و�ال �ا 'ن ب ر� �ا �ن ل ق�ب م�ن 'ذ�ين� ال ع�ل�ى �ه� ت ح�م�ل �م�ا ك + �صرا إ �ا ن �ي ع�ل �حم�ل ت و�ال �ا 'ن ب ر� �ا ن �خط�أ أ و

� أ �ا ين �س� ن �ن إ �ا �ؤ�اخ�ذن ت ال �ا 'ن ب ر��اف�ر�ين� ك ال � ق�وم ال ع�ل�ى �ا ن ص�ر ف�ان �ا �ن م�وال ت� �ن أ �ا ح�من و�ار �ا �ن ل و�اغف�ر 'ا ع�ن و�اعف� �ه� ب �ا �ن ل ط�اق�ة� ال م�ا �ا ن �ح�م�ل ت

, �ة� الص'ال � �ق�م و�أ �م�ين� ع�ال ال ب� ر� 'ه� �ل ل ح�مد� و�ال

Page 6: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

BERDAMAI DENGAN KETIDAKSEMPURNAAN : SEBUAH KISAH TENTANG RASA MARAH6

Posted 02 Jan 2009 — by amriltgCategory Curhat, Featured, Kisahku

Yang Paling saya tahu tentang Marah adalah, dia lebih banyak melukai diri sendiri ketimbang orang yang kita marahi  

– Oprah Winfrey, Pembawa acara TV Terkenal (dikutip dari Majalah Intisari Maret 2007)

Kejadian 12 tahun silam itu masih membekas di ingatan.   

Dari tempat kos di Cawang, saya bermaksud menumpang Metromini ke Mall Kalibata untuk membeli buku.   

Matahari bersinar sangat terik waktu itu. Rasanya ubun-ubun kepala bagai terbakar. Saya merutuk kesal lupa membawa topi yang sudah saya siapkan sebelumnya dikamar kos.   

Saat akan turun, terjadilah musibah itu.  

Bis yang saya tumpangi itu melaju kencang sebelum kaki saya benar-benar menapak kokoh dijalan. Tak ayal saya pun jatuh terguling-guling diatas aspal. Masih untung, saya memiliki “peredam kejut” yang lumayan mumpuni berupa bokong yang padat montok sehingga ketika tubuh jatuh berdebum di aspal tidak terlalu menghasilkan akibat yang parah.    

Tapi tetap saja sakit.    

Page 7: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Celana Jeans saya kotor dan ditambah rasa malu bukan main disaksikan sejumlah orang yang berada di depan mall. 

Kemarahan saya seketika memuncak. Saya lalu berlari mengejar Metromini itu yang kebetulan sedang berjalan pelan karena tepat didepannya ada pintu perlintasan kereta api.   Akhirnya saya berhasil naik ke atas metromini dan langsung menuju tempat pengemudi berada. 

Dengan geram saya langsung mencengkram kerah kaos kumal supir yang berperawakan lebih kecil dari saya itu seraya menatap tajam kepadanya. Sang kondektur mencoba membantu tapi ia tidak berani ketika saya sudah memasang kuda-kuda untuk menghajarnya bila ia mau mendekat. Saya telah siap menerapkan ilmu beladiri yang pernah saya pelajari untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk. Termasuk resiko bila dikeroyok.   

Sang supir sangat ketakutan. Saya lalu melontarkan sejumlah makian pedas dan sumpah serapah terhadapnya telah memperlakukan penumpang secara tidak manusiawi, masih untung saya—lelaki muda, kekar dan sehat  —yang jadi korban, bagaimana jika seorang ibu hamil, anak-anak atau orang cacat yang mengalami nasib serupa?.Bukankah hasinya akan lebih fatal?.   

Berkali-kali si supir menyampaikan permohonan maaf dengan suara lirih. Ia menyatakan sedang mengejar setoran sehingga buru-buru menekan pedal gas sebelum saya betul-betul menjejakkan kaki dengan sempurna.Hampir saja tinju saya melayang ke wajahnya ketika beberapa orang penumpang datang melerai. Saya turun dari Metromini dengan rasa puas telah melampiaskan kemarahan. Saat bis itu bergerak maju, saya masih sempat menendang bumper belakang bis dengan gemas.   

Saya memutuskan untuk membatalkan niat saya ke toko buku. Dengan kondisi celana kotor dan rasa sakit di bagian punggung serta bokong, maka pilihan terbaik adalah kembali ketempat kos, menenangkan diri sekaligus beristirahat. Sudah hilang “mood” saya mencari buku hari itu.   

Sebelum tiba ke tempat kos, saya mampir sejenak di wartel terdekat. Menelepon orang tua saya di Makassar . 

Di telepon, saya menceritakan apa yang baru saja saya alami pada ayah. Berapi-api dan penuh semangat, juga sekaligus menunjukkan “legitimasi” dan kebanggaan bahwa putra sulungnya yang merantau jauh ini berhasil “menaklukkan” Jakarta dengan menundukkan supir metromini yang ceroboh. Ayah hanya mendengarkan saya nyerocos panjang ditelepon.   

“Kamu belum bisa menjadi seorang pemimpin yang baik, bahkan untuk dirimu sendiri sekalipun,” suara bariton ayah tiba-tiba terasa menikam hati begitu tajam di ujung telepon.   

Saya melongo.   

Tak menduga malah mendapat tanggapan mengejutkan seperti ini.   

“Kualitas kepemimpinanmu berada di level paling rendah, karena kamu tak mampu mengendalikan amarah. Camkan itu,” tegas ayah saya lagi.   

Page 8: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Saya mencoba berapologi bahwa apa yang saya lakukan tadi adalah bagian dari upaya saya untuk memberikan pelajaran pada sang supir Metromini untuk lebih berhati-hati, agar kejadian fatal serupa tidak terjadi lagi pada orang lain. Cukuplah saya saja yang jadi korban.   

“Tindakanmu sudah benar,” kata ayah,”tapi coba kamu pikir bagaimana bila kamu melakukannya dengan cara yang berbeda, bukan dengan cara koboi yang seperti kamu lakukan tadi?”,   

“Cara berbeda? Maksudnya, Pa?” tanya saya kebingungan.   

Saya mendengar helaan nafas panjang ayah saya diujung telepon.   

“Kamu tetap mengejar dan menemui supir tadi lalu mengingatkannya—dengan kalimat yang lembut, bukan dengan rasa marah—bahwa tindakannya salah dan lebih berhati-hati dikemudian hari. Buka hatimu lebar-lebar dan cobalah berdamai dengan ketidaksempurnaan. Boleh jadi supir tadi mengejar setoran yang ditargetkan untuk biaya makan anak istrinya sehingga mesti buru-buru mencari penumpang lebih banyak atau supir tadi tidak mendengar aba-aba kondekturnya kamu mau turun atau ia sedang berada dalam fikiran yang kalut sehingga tak bisa berkonsentrasi penuh saat menurunkanmu sebagai penumpang, atau justru begini, coba kamu evaluasi kembali cara turunmu dari bis tadi, apakah sudah benar?. Dengan memahami ketidaksempurnaan yang terjadi pada supir itu dan pada kamu sendiri, tak akan ada alasan bagimu untuk marah begitu rupa”, tutur ayah saya panjang lebar di ujung telepon.   

Saya menggigit bibir.   

Tapi jiwa muda saya memberontak, bagaimanapun saya tetap beranggapan, mesti dilakukan sebuah tindakan yang drastis serta sedikit anarkis, untuk menyadarkan tindakan ceroboh yang dilakukan oleh supir tadi.   

“Kamu sudah sholat Dhuhur belum?” tanya ayah lembut, beliau seperti tahu apa yang sedang bergolak di batin saya .   

“Belum,” sahut saya pelan.   

“Coba kamu sholat Dhuhur dulu dikamar kos. Semoga dengan begitu, amarah yang melanda hatimu segera reda. Setan selalu berada didekat orang-orang marah. Telepon Papa lagi kalau kamu masih belum bisa tenang,” ujar ayah saya.   

Setelah menutup telepon dan membayar biaya wartel, saya kembali ke kamar kos menunaikan sholat Dhuhur.      

Diatas sajadah, usai sholat, saya menangis tertahan. Pelupuk mata saya basah dan dada disesaki keharuan mendalam.   

Page 9: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Rasa sesal menyelinap perlahan dari hati. Saya segera memohon ampun kepada Allah SWT atas kelalaian yang telah saya lakukan tadi. Emosi telah menguasai pikiran dan hati saya sehingga mengabaikan kesadaran untuk melakukan hal yang lebih rasional. 

Ketika itu terjadi, tak ada satu pilihanpun dalam fikiran saya, kecuali membalas dan melampiaskannya. Rasa marah yang saya alami pada akhirnya menutup semua kemungkinan pilihan yang bisa saya raih seperti ketika saya tidak sedang marah. 

Bila kemudian tadi saya berhasil memukul sang supir, se-“benar” apapun alasan tindakan saya, tetap saja faktanya saya telah menganiaya seseorang dan itu sudah melanggar hukum. Beruntunglah, Allah SWT masih melindungi saya dari tindakan konyol yang kontraproduktif itu.

Filsuf besar Yunani Aristoteles pernah mengatakan “Siapapun bisa marah, tetapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal yang mudah”.   

Saya memahami makna dari nasehat ayah saya : Bila marah cobalah berdamai dengan ketidaksempurnaan. Kesempurnaan manusia justru berada pada ketidaksempurnaannya. Persoalannya—seperti kata Aristoteles—adalah tak mudah “mengelola” rasa marah yang “baik dan benar”.Ujian pengendalian diri tidak selamanya kita dapatkan pada saat kondisi yang damai dan tenang. Kemarahan senantiasa mengandung emosi aktif untuk mendorong orang segera melakukan tindakan dengan mengabaikan logika.   

Diane Tice, Psikolog dari Case Western University pernah meneliti strategi seseorang menurunkan amarah seperti menyendiri, mendengarkan music, berjalan kaki, berolahraga dan relaksasi. Sementara Nabi Muhammad SAW menyatakan sebuah tips berharga :”Kalau kamu sedang marah padahal kamu berdiri, cobalah duduk, Kalau belum reda, cobalah berbaring atau mengambil air wudhu”.   

Krisis financial global yang melanda dunia saat ini dan telah berimbas pada negeri kita seperti merebaknya PHK dan tutupnya sejumlah pabrik karena kehilangan order serta naiknya harga bahan-bahan kebutuhan pokok, tak urung menyuburkan situasi seseorang menjadi lebih mudah marah. Belum lagi Pesta Demokrasi yang akan kita selenggarakan tahun ini turut menambah ketegangan dan kerapkali memicu rasa marah.   

Saya ingin membagi sebuah kisah menarik yang ditulis oleh Suryana Abdurrauf berjudul “Menahan Marah” yang saya kutip dari Buku Kumpulan Hikmah Republika “Pahala Itu Ibadah” (Penerbit Republika,2005).   

Suatu Hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Shiddiq. Ketika sedang bercengkrama, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abubakar dan langsung mencelanya. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun Abubakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini Rasulullah tersenyum.   

Page 10: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Kemudian orang Arab Badui itu kembali memaki Abubakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar. Namun dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abubakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum,   

Semakin marahlah orang Arab Badui ini. Untuk ketiga kalinya ia mencerca Abubakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, sebagai manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abubakar tak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui itu dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abubakar tanpa mengucapkan salam.   

Melihat hal ini, Abubakar sebagai tuan rumah tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai ke halaman rumah. Kemudian Abubakar berkata: “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, tolong jelaskan kesalahanku”.   

Rasulullah menjawab:”Sewaktu ada seorang Arab Badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat disekelilingmu yang akan membelamu dihadapan Allah. Begitupun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum kembali. Namun ketika yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya lalu membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Karena Iblis hadir disisimu. Oleh karena itu aku tak ingin berdekatan dengannya dan aku tidak memberikan salam kepadanya”.   

Sungguh ini sebuah pelajaran berharga bagi kita semua untuk tetap memelihara hati dan jiwa kita dari rasa amarah. Dunia akan menjadi lebih baik dan tenteram bila setiap orang dapat mengendalikan rasa marahnya serta pada akhirnya kita akan dapat mencari solusi atas setiap persoalan dengan jernih dan elegan.

Menahan Marah

KHUTBAH PERTAMA

, , , ه� �غف�ر� ت �س و�ن �ه� �ع�ين ت �س و�ن �حم�د�ه� ن 'ه� �ل ل ح�مد� ال �ن' , , إ �ا �ن �عم�ال أ �ات� �ئ ي و�س� �ا ن ف�س� �ن أ ور� ر� ش� م�ن 'ه� �الل ب �ع�وذ� و�ن . , , , ه�د� �ش و�أ �ه� ل ك� ر�ي ش� � ال و�حد�ه� 'ه� الل ' �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن أ ه�د� �ش و�أ �ه� ل ه�اد�ي� � ف�ال �ضل�ل ي و�م�ن �ه� ل م�ض�ل' � ف�ال 'ه� الل �هد�ه� ي م�ن

�ه� ول س� و�ر� د�ه� ع�ب م�ح�م'د+ا �ن' .أ�م�ون� ل م�س �م ت �ن و�أ ' �ال إ �ن' �م�وت ت � و�ال �ه� �ق�ات ت ح�ق' 'ه� الل 'ق�وا ات �وا آم�ن 'ذ�ين� ال Rه�ا ي

� أ �ا .يا �ير+ �ث ك + اال ر�ج� ه�م�ا م�ن �ث' و�ب وج�ه�ا ز� ه�ا م�ن ل�ق� و�خ� و�اح�د�ة? �فس? ن م�ن �م �ق�ك ل خ� 'ذ�ي ال �م� 'ك ب ر� 'ق�وا ات 'اس� الن Rه�ا ي

� أ �ا ي+ا ق�يب ر� �م ك �ي ع�ل �ان� ك 'ه� الل �ن' إ ح�ام� ر

�� و�األ �ه� ب �ون� اء�ل �س� ت 'ذ�ي ال 'ه� الل 'ق�وا و�ات اء+ �س� .و�ن

Page 11: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

'ه� الل �ط�ع� ي و�م�ن �م �ك �وب ذ�ن �م �ك ل �غف�ر و�ي �م �ك �عم�ال أ �م �ك ل �ح �صل ي د�يد+ا س� + ق�وال �وا و�ق�ول 'ه� الل 'ق�وا ات �وا آم�ن 'ذ�ين� ال Rه�ا ي� أ �ا ي

ع�ظ�يم+ا ا ف�وز+ ف�از� ف�ق�د �ه� ول س� .و�ر��عد� ب م'ا

� :أ , , , , �ل' و�ك Nع�ةد� ب �ة? م�حد�ث �ل' و�ك �ه�ا �ات م�حد�ث �م�ور� األ ر' و�ش� م�ح�م'د? ه�دي� ه�دي� ال ر� ي و�خ� 'ه� الل �اب� �ت ك ح�د�يث� ال ر� ي خ� �ن' ف�إ

, 'ار� الن ف�ي �ة? �ل ض�ال Rل� و�ك Nة� �ل ض�ال �دع�ة? ب

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Hendaklah kita senantiasa menjaga ketaqwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sesuai kemampuan kita dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan seluruh alam ini mewajibkan kita untuk berakhlak dengan akhlak terpuji dan melarang kita berakhlak dengan akhlak buruk dan tercela. Di antara akhlak tercela yang harus kita hindari adalah prilaku melampiaskan amarah tanpa kendali. Suatu ketika salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta nasihat ringkas tentang sesuatu yang bermanfaat baginya dalam urusan agama. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya agar tidak marah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya sampai tiga kali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�غض�ب ت � ال ق�ال� ا ار+ م�ر� د'د� ف�ر� �غض�ب ت � ال

“Janganlah kamu marah!” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kamu marah!” (HR. Bukhari)

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Perhatikanlah nasihat ringkas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada salah seorang shahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memintanya. Shahabat ini meminta nasihat ringkas agar mudah dihafal dan selanjutnya mudah diamalkan. Jika nasihat itu banyak, dia khawatir tidak bisa mengingatnya dengan baik sehingga juga tidak bisa mengamalkannya dengan baik. Jawaban Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diulang-ulang ini menunjukkan bahwa marah merupakan sumber keburukan, sebaliknya menahan amarah adalah pangkal berbagai kebaikan. Dan ini bisa saksikan dalam banyak fakta kehidupan kita saat ini atau kehidupan orang-orang sebelum kita. Mengingat besarnya dampak buruk dari marah ini, maka tidaklah mengherankan kalau Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang nasihat tersebut.Sementara dilain waktu, Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk menahan amarah dengan segala cara yang bisa dilakukan.

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Dari amarah yang tidak terkendali sering bermunculan berbagai prilaku yang diharamkan syariat. Misalnya, mencela, menuduh orang dengan sesuatu yang tidak benar, melakukan perbuatan keji

Page 12: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

dan mungkar, mengucapkan sumpah yang tidak mungkin dilaksanakan karena bertentangan dengan ajaran Islam dan berbagai perbuatan buruk lainnya, termasuk sering berdampak pada keutuhan rumah tangga. Dan hampir bisa dipastikan, pelampiasan amarah yang tidak terkendali akan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan.

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa bertaqwa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa berusaha menahan amarah kita. Jadikanlah sabda Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas sebagai pedoman dan hendaklah kita menjadikan prilaku Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tauladan. Bukankah Allâh Subhanahu wa Ta’ala sudah berfirman,

ا �ير+ �ث ك الله� �ر� و�ذ�ك �خ�ر� أل ا �وم� ي و�ال الله� ج�وا �ر ي �ان� ك �م�ن ل Nة� ن ح�س� Nو�ة س� أ الله� س�ول� ر� ف�ي �م �ك ل �ان� ك 'ق�د ل

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh (QS. al-Ahzâb/33:21)

Dalam masalah me-manage marah ini, diriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena dipicu urusan pribadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan sangat marah kalau aturan-aturan Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang dilanggar. Dan ketika marah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukukul atau pun menendang, kecuali dalam peperangan. Salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah membantu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selama bertahun-tahun menceritakan,

�ذ�ا و�ك �ذ�ا ك ف�ع�لت� �م� ل �عت� ص�ن يء? ل�ش� ق�ال� �مت� ع�ل م�ا ن� �ي ن س� ع� �س ت و� أ ن� �ي ن س� ع� ب س� �ه� خ�د�مت �ق�د ل و�الله� Nس� �ن أ �ل� قا

�ذ�ا و�ك �ذ�ا ك ف�ع�لت� ' ه�ال ت� ك �ر� ت يء? ل�ش� � و�ال

Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, aku telah membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tujuh atau sembilan tahun. (Selama itu) Saya tidak pernah mengetahui beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kenapa kamu lakukan ini dan itu’ untuk sesuatu yang telah saya lakukan, sedangkan terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan, ‘Tidakkah engkau lakukan ini dan itu?’

Subhânallâh, alangkah indah akhlak Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat menghargai orang yang dipandang rendah sekalipun.

Ketika ‘Aisyah radhiallahu ‘anha ditanya tentang akhlak Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau radhiallahu ‘anha menjawab,

آن� ق�ر ال �ق�ه� ل خ� �ان� ك

Akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah alquran.

Page 13: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Maksudnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ridha dengan segala yang diridhai alqurân dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dengan sebab kemarahannya. Namun kemarahan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dilanjutkan dengan sesuatu yang diharamkan. Perhatikanlah bagaimana sakit dan marahnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disampaikan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perkataan seseorang yang mengatakan bahwa pembagian ghanimah yang dilakukan oleh Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Hunain bukan dalam rangka mencari ridha Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Begitu besar murka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai tanda amarah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat di wajah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengatakan, “Nabi Musa shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disakiti dengan perkataan yang lebih menyakitkan dari ini, namun beliau ‘alaihissalam bersabar.”

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Dan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat ataupun mendengar sesuatu yang dibenci oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tinggal diam. Suatu saat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumah ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dan melihat ada sitr yang bergambar makhluk hidup. Melihat kemungkaran itu, rona wajah Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam seketika berubah dan bersabda,

الصRو�ر� ه�ذ�ه� ون� �ص�و�ر� ي ن� 'ذ�ي ال �ام�ة� ق�ي ال �وم� ي +ا ع�ذ�اب 'اس� الن د� �ش� أ م�ن �ن' إ

Sesungguhnya, di antara orang-orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang membuat gambar-gambar ini. (HR. Bukhari)

Contoh lain tentang kemampuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatasi emosi yaitu ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dikabarkan tentang seorang imam yang memperpanjang shalatnya sehingga memberatkan makmum yang ada di belakangnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat marah. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat dan memerintahkan agar memperpendek shalatnya.

Itulah beberapa contoh gambaran kemarahan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, penyebabnya serta perilaku beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika marah, semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik kepada kita semua sehingga bisa menjadikan Rasûlullâh sebagaia contoh tauladan yang baik bagi diri kita sediri.

غ�ف�ور� ال ه�و� 'ه� �ن إ وه� �غف�ر� ت ف�اس �م�ات� ل م�س ال و� ن� �م�ي ل م�س ال �ر� ائ و�ل�س� �م �ك ل و� �ي ل الله� �غف�ر� ت س� أ ه�ذ�ا �ي ق�ول �ق�ول� أ

� م ي ح� الر'

KHUTBAH KEDUA

�هد� ي م�ن �ا �لن �عم�ا أ �ات� �ئ ي و�س� �ا ن ف�س� �ن أ ور� ر� ش� م�ن �الله� ب �ع�وذ� ن و� ه� �غف�ر� ت �س ن و� �ه� ن �ع�ي ت �س ن و� �حم�د�ه� ن لله� ح�مد� ال �ن' إم�ح�م'د+ا �ن' أ ه�د� �ش أ و� �ه� ل ك� ر�ي �ش� ال و�حد�ه� الله� ' �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن أ ه�د� �ش أ �ه� ل ه�اد�ي� � ف�ال �ضل�ل ي م�ن و� �ه� ل م�ض�ل' � ف�ال الله�

ا ر+ �ي �ث ك م+ا �ي ل �س ت 'م� ل و�س� ه� �ي ع�ل الله� ص�ل'ى �ه� ول س� ر� و� د�ه� ع�ب

Page 14: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Di antara yang perlu diingat agar kita bisa menahan emosi kita adalah dampak buruk yang diakibatkan oleh pelampiasan emosi yang tidak terkontrol, yang hampir bisa dipastikan akan mendatangkan penyesalan. Dan hendaklah kita selalu ingat bahwa apapun yang kita lakukan semua tercatat, baik yang kecil maupun yang besar. Jika baik yang kita lakukan, maka kebaikan pula yang akan raih, tapi jika keburukan yang kita tabung untuk diri kita, maka keburukan pula yang akan menimpa kita dan pada akhirnya penyesalan yang tidak berkesudahan akan menjadi akhir dari perjalanan hidup kita. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ه� . �ر� ي ا sر Bش ة? ذ�ر' ق�ال� م�ث �عم�ل ي و�م�ن ه� �ر� ي ا ر+ ي خ� ة? ذ�ر' ق�ال� م�ث �عم�ل ي ف�م�ن

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. az-Zalzalah/99: 7-8)

Nد ي م�ج� Nد ح�م�ي 'ك� �ن إ م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ ع�ل�ى ت� 'ي ص�ل �م�ا ك م�ح�م'د? آل� و�ع�ل�ى م�ح�م'د? ع�ل�ى ص�ل� 'ه�م' �لل ا Nد ي م�ج� Nد ح�م�ي 'ك� �ن إ م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ ع�ل�ى ت� ك �ار� ب �م�ا ك م�ح�م'د? آل� و�ع�ل�ى م�ح�م'د? ع�ل�ى وبارك

s ال غ� �ا �ن �وب ق�ل ف�ي �جع�ل �ت و�ال �يم�ان� إل �ا ب �ا �ق�ون ب س� 'ذ�ين� ال �ا �ن �خو�ان و�إل �ا �ن ل اغف�ر �ا 'ن ب ر� �ون� �ق�ول ي �عد�ه�م ب م�ن ج�آء�و 'ذ�ين� و�ال Nح�يم ر' Nء�وف ر� 'ك� �ن إ �آ 'ن ب ر� �وا ء�ام�ن 'ذ�ين� �ل ل

ر�ين� خ�اس� ال م�ن� �ن' �ون �ك �ن ل �ا ح�من �ر و�ت �ا �ن ل �غف�ر ت 'م ل �ن و�إ �ا ن �نف�س� أ �ا �من ظ�ل �ا 'ن ب ر�'ار� الن ع�ذ�اب� �ا و�ق�ن �ة+ ن ح�س� ة� �خ�ر� أل ا و�ف�ي �ة+ ن ح�س� �ا ي الدRن ف�ي �ا �ن ء�ات �آ 'ن ب ر�

ن� �م�ي ع�ال ال ب� ر� لله� ح�مد�� ال �ا د�عو�ان آخ�ر� و� ا ر+ �ي �ث ك م+ا �ي ل �س ت �ىم�ح�م'د? ع�ل 'م� ل و�س� الله� و�ص�ل'ى

Page 15: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Marah, bentuk Setan paling nyata dalam diri manusia

�ع�وذ� و�ن ، ه� �ي �ل إ �وب� �ت و�ن ه� �غف�ر� ت �س و�ن �ه� ن �ع�ي ت �س و�ن �حم�د�ه� ن لله الح�مد�الله �هد�ه� ي م�ن �ا، �ن �عم�ال أ �ات� �ئ ي س� و�م�ن �ا ن ف�س� �ن أ ور� ر� ش� م�ن �الله� ب

ه�د� �ش و�أ ، د+ا ش� م�ر +ا �ي و�ل �ه� ل �ج�د� ت �ن ف�ل �ل �ضل ي و�م�ن ، �ه� ل م�ض�ل� � ف�الد�ه� ع�ب + م�ح�م'دا �ن' أ ه�د� �ش و�أ ، �ه� ل ك� ر�ي ش� ال� و�حد�ه� الله �ال' إ �له� إ ال� �ن أ

�ه� �ل ك ن� الد�ي ع�ل�ى ه� �ظه�ر� �ي ل الح�ق� ن� و�د�ي ه�د�ى �ال ب �ه� ل س� ر� أ ؛ �ه� ول س� و�ر�

د�ك� ع�ب ع�ل�ى �ار�ك و�ب �م ل و�س� ص�ل� Bه�م' الل ، ون� �اف�ر� الك �ر�ه� ك �و و�ل�ع�ه�م �ب ت و�م�ن ن� �جم�ع�ي أ �ه� ب و�ص�ح �ه� آل و�ع�ل�ى م�ح�م'د? �ا �ن �ي �ب ن �ك� ول س� و�ر�

ن� الد�ي � �وم ي �ل�ى إ ان? �حس� �إ . ببعد أما

Jama’ah Sholat Jum’at Rahimakumullâh,

Alawwal, marilah kita panjatkan syukur kehadlirat Allah SWT yang telah menganugerahkan berbagai keni’matan kepada kita semua, terutama ni’mat iman, ni’mat islam dan ni’mat sehat wal’afiyat sehingga kita dapat melaksanakan sebagian tugas dan fungsi kita sebagai manusia yaitu melaksanakan ibadah sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa sejatinya tidaklah kita terlahir kedunia ini kecuali untuk beribadah, sebagaimana Allah firmankan dalam AlQur’an :

Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk ber’ibadah

Selanjutnya khotib berwasiat kepada diri khotib sendiri sekaligus kepada jama’ah sekalian marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT karena dengan taqwa inilah manusia akan dipandang paling mulia oleh Allah

Sesungguhnya yang paling mulia disisi Alloh adalah yang paling taqwa

Jama’ah Sholat Jum’at Rahimakumullâh,

Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan seluruh alam ini mewajibkan kepada kita untuk berakhlak dengan akhlak terpuji dan melarang kita berakhlak dengan akhlak buruk dan tercela. Di antara akhlak tercela yang harus kita hindari adalah prilaku amarah.

Page 16: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Sebagai manusia mungkin kita pernah marah, baik kepada teman, saudara, orang tua, atasan, bawahan, murid atau bahkan dengan istri sendiri. Karena Marah memang merupakan sifat manusia yang muncul ketika emosinya memuncak dan stock kesabarannya kian menipis.

Ketika marah maka kita bisa melihat wajah menjadi merah, mata melotot, urat-urat diwajah terlihat, intonasi meningkat, ucapan kasar dan kadang – kadang ada yang disertai dengan perlakuan kasar seperti pukulan, tendangan atau bahkan amukan. Memang, ketika seseorang marah, dia cendrung jadi agresif dan emosi yang mengontrol dirinya, bukan lagi akal pikiran dan hatinya. Maka sangat wajar jika orang yang sangat marah bersikap seperti orang gila bahkan kadang-kadang seperti orang yang kesetanan. Oleh karena itu wajar bila dikatakan “Marah, bentuk Setan paling nyata dalam diri manusia”.

Ketika marah sikap yang sangat menonjol adalah egois, hanya memikirkan diri sendiri mempertimbangkan perasaan orang lain, dan pada saat marah itulah, syetan yang menguasai diri manusia, sehingga lepas kontrol makanya bila ingin melihat syetan, ga usah jauh-jauh ke kuburan atau tempat angker, lihat saja orang yang sedang marah, itulah wujud setan paling nyata dalam diri manusia.

Banyak sekali pemicu kemarahan seperti : ketidakadilan orang tua pada anaknya, orang tua yang marah karena anaknya tidak patuh, pembagian tugas yang tidak merata di tempat kerja, keinginan yang tidak tercapai, tidak lulus ujian, atau cuma karena hari yang panas yang semuanya dikarenakan seseorang tidak mampu menyelesaikan suatu masalah dan beban hidup dengan baik.

Page 17: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Marah sebenarnya tidak akan muncul begitu saja jika kita bisa mengontrolnya. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam meredam amarah. Orang yang tidak pemarah bukan orang yang tidak pernah marah, tapi orang yang bisa menahan marah dan mengendalikannya.

Cara meredam atau mengendalikan kemarahan :

1. Membaca Ta'awwudz. Rasulullah bersabda Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (H.R. Bukhari Muslim).

2. Berwudlu. Rasulullah bersabda Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah (H.R. Abud Dawud).

3. Duduk. Dalam sebuah hadist dikatakanKalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah (H.R. Abu Dawud).

4. Diam. Dalam sebuah hadist dikatakan Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad).

5. Bersujud, artinya shalat sunnah minimal dua rakaat. Dalam sebuah hadist dikatakan Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud). (H.R. Tirmidzi)

Banyak sekali kerugian yang kita alami jika kita marah anatara lain :

Page 18: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

Rusaknya hubungan baik dengan orang yang kita marahi karena ucapan dan kata-kata kasar yang kita lontarkan pada saat marah bisa menyinggung hati ;

Menambah Musuh. Semakin sering kita marah dengan orang, semakin banyak musuh yang membenci dan siap menghancurkan;

Lelah fisik dan mental, pada saat kita marah otot-otot kita bekerja lebih keras sehingga kita akan mudah lelah dan akan mudah sakit;

Jauh dari rezeki, siapa yang mau dekat-dekat dengan orang pemarah, ngga ada mungkin. Semakin sedikit punya teman, artinya semakin sedikit juga rezeki;

Hubungan yang terpaksa dan semu. Jika kita seorang atasan atau orang tua yang pemarah. Maka kepatuhan bawahan atau anak kita adalah sebuah kepatuhan semu, kepatuhan yang disebabkan karena terpaksa dan takut dimarahi. Akibatnya, jika kita tidak ada, maka mereka akan merasa bebas dan bertingkah laku semaunya, dan gagallah kepemimpinan kita.

Itulah beberapa kerugian yang didapat akibat mismanajemen amarah, semoga Allâh SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga mampu mengendalikan amarah sesuai syar’i.

Dan yang perlu diingat agar kita bisa menahan emosi adalah dampak buruk yang diakibatkan oleh pelampiasan emosi yang tidak terkontrol, yang hampir bisa dipastikan akan mendatangkan penyesalan. Dan hendaklah kita selalu ingat bahwa apapun yang kita lakukan semua tercatat, baik yang kecil maupun yang besar. Jika baik yang kita lakukan, maka kebaikan pula yang akan diraih, tapi jika keburukan yang kita tanam, maka keburukan pula yang akan dipanen dan pada akhirnya penyesalan yang tidak berkesudahan akan menjadi akhir dari perjalanan hidup kita. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ة? . ذ�ر' ق�ال� م�ث �عم�ل ي و�م�ن ه� �ر� ي ا ر+ ي خ� ة? ذ�ر' ق�ال� م�ث �عم�ل ي ف�م�نه� �ر� ي ا sر Bش

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. az-Zalzalah/99: 7-8)

Page 19: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

�ر� ائ �س� و�ل �م �ك ل و� �ي ل الله� �غف�ر� ت س� أ ه�ذ�ا �ي ق�ول �ق�ول� أ

غ�ف�ور� ال ه�و� 'ه� �ن إ وه� �غف�ر� ت ف�اس �م�ات� ل م�س ال و� ن� �م�ي ل م�س ال� م ي ح� الر'

KHUTBAH KEDUA

�الله� ب �ع�وذ� ن و� ه� �غف�ر� ت �س ن و� �ه� ن �ع�ي ت �س ن و� �حم�د�ه� ن لله� ح�مد� ال �ن' إم�ض�ل' � ف�ال الله� �هد� ي م�ن �ا �لن �عم�ا أ �ات� �ئ ي و�س� �ا ن ف�س� �ن أ ور� ر� ش� م�نو�حد�ه� الله� ' �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن أ ه�د� �ش أ �ه� ل ه�اد�ي� � ف�ال �ل �ضل ي م�ن و� �ه� ل

الله� ص�ل'ى �ه� ول س� ر� و� د�ه� ع�ب م�ح�م'د+ا �ن' أ ه�د� �ش أ و� �ه� ل ك� ر�ي �ش� الا ر+ �ي �ث ك م+ا �ي ل �س ت 'م� ل و�س� ه� �ي ع�ل

ع�ل�ى ت� 'ي ص�ل �م�ا ك م�ح�م'د? آل� و�ع�ل�ى م�ح�م'د? ع�ل�ى ص�ل� 'ه�م' �لل اع�ل�ى وبارك Nد ي م�ج� Nد ح�م�ي 'ك� �ن إ م� اه�ي ر� �ب إ آل� و�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إو�ع�ل�ى م� اه�ي ر� �ب إ ع�ل�ى ت� ك �ار� ب �م�ا ك م�ح�م'د? آل� و�ع�ل�ى م�ح�م'د?

Nد ي م�ج� Nد ح�م�ي 'ك� �ن إ م� اه�ي ر� �ب إ آل��ا �ن �خو�ان و�إل �ا �ن ل اغف�ر �ا 'ن ب ر� �ون� �ق�ول ي �عد�ه�م ب م�ن ج�آء�و 'ذ�ين� و�ال

'ذ�ين� �ل ل s غ�ال �ا �ن �وب ق�ل ف�ي �جع�ل �ت و�ال �يم�ان� إل �ا ب �ا �ق�ون ب س� 'ذ�ين� ال Nح�يم ر' Nء�وف ر� 'ك� �ن إ �آ 'ن ب ر� �وا ء�ام�ن

م�ن� �ن' �ون �ك �ن ل �ا ح�من �ر و�ت �ا �ن ل �غف�ر ت 'م ل �ن و�إ �ا ن �نف�س� أ �ا �من ظ�ل �ا 'ن ب ر�ر�ين� خ�اس� ال

ع�ذ�اب� �ا و�ق�ن �ة+ ن ح�س� ة� �خ�ر� أل ا و�ف�ي �ة+ ن ح�س� �ا ي الدRن ف�ي �ا �ن ء�ات �آ 'ن ب ر�

'ار� الن�ا د�عو�ان آخ�ر� و� ا ر+ �ي �ث ك م+ا �ي ل �س ت �ىم�ح�م'د? ع�ل 'م� ل و�س� الله� و�ص�ل'ى

ن� �م�ي ع�ال ال ب� ر� لله� ح�مد�� ال

tanpa kendali. Suatu ketika salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta nasihat ringkas

Page 20: Mengapa Musibah Selalu Datang Menimpa Kita

tentang sesuatu yang bermanfaat baginya dalam urusan agama. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya agar tidak marah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya sampai tiga kali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�غض�ب ت � ال ق�ال� ا ار+ م�ر� د'د� ف�ر� �غض�ب ت � ال

“Janganlah kamu marah!” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kamu marah!” (HR. Bukhari)

Sedikit saran dari saya untuk orang – orang yang terpaksa harus marah yaitu sadarilah ketika anda ingin marah, persiapkanlah diri anda dan kontrol emosi anda. Jangan pernah ucapkan kata-kata kasar dan niatkanlah marah anda tersebut untuk menyadarkan dan mendisiplinkan, bukan untuk menakuti atau bahkan menindas orang yang anda marahi.Semoga semua kita bisa mengontrol diri dari kemarahan dan bisa menjadi orang yang penyabar.