Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

38
www.futurumcorfinan.com Page 1 Mengapa Meminjam Uang untuk Pendanaan Proyek Investasi Akan Membuat Proyek yang Tidak Layak menjadi Layak? Contoh YANG TIDAK TEPAT DI BUKU-BUKU CORPORATE FINANCE! No one spends other people’s money as carefully as they spend their own. Milton Friedman PENDAHULUAN Dalam semua analisa capital budgeting, NPV (Net Present Value) menempati nomor satu sebagai kriteria dari aspek keuangan apakah suatu usulan proyek “layak” atau tidak”. Namun banyak usulan proyek yang mempunyai dampak yang tidak dapat segera diketahui dengan menggunakan analisa NPV yang sederhana. Untuk itu, dapat dipertimbangkan untuk memperluas analisa NPV yang sederhana (misalnya disebut sebagai NPV “base case”) dengan memperhitungkan secara terpisah dampak-dampak lainnya dari usulan proyek tersebut. Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com

Transcript of Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

Page 1: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 1

Mengapa Meminjam Uang untuk Pendanaan

Proyek Investasi Akan Membuat Proyek yang

Tidak Layak menjadi Layak?

Contoh YANG TIDAK TEPAT DI BUKU-BUKU CORPORATE FINANCE!

No one spends other people’s money

as carefully as they spend their own.

—Milton Friedman

PENDAHULUAN

Dalam semua analisa capital budgeting, NPV (Net Present Value) menempati nomor satu

sebagai kriteria dari aspek keuangan apakah suatu usulan proyek “layak” atau tidak”. Namun

banyak usulan proyek yang mempunyai dampak yang tidak dapat segera diketahui dengan

menggunakan analisa NPV yang sederhana. Untuk itu, dapat dipertimbangkan untuk

memperluas analisa NPV yang sederhana (misalnya disebut sebagai NPV “base case”) dengan

memperhitungkan secara terpisah dampak-dampak lainnya dari usulan proyek tersebut.

Sukarnen

DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,

ATAU MENDISTRIBUSIKAN

SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN

INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS

DARI PENULIS

Untuk pertanyaan atau komentar bisa

diposting melalui website

www.futurumcorfinan.com

Page 2: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 2

Pendekatan ini dikenal sebagai Adjusted Present Value (APV)1, yang umum diuraikan sebagai

berikut:

APV = base case NPV + NPV of side effects

Di antara sekian banyak dampak samping dari capital budgeting adalah perubahan dari

kapasitas pinjaman (atau struktur komposisi pinjaman dan ekuitas guna mendanai suatu usulan

proyek), biaya perolehan pinjaman dan interest tax shield (penghematan pembayaran pajak

penghasilan badan akibat dikurangkannya beban bunga pinjaman dari penghasilan kena pajak).

Pendekatan APV ini berguna pada saat keputusan investasi (atau capital budgeting) dan

pembiayaan TIDAK DAPAT DIPISAHKAN. Misalnya, jika perusahaan mesti meminjam dana

dari pihak eksternal perusahaan guna mendanai suatu usulan proyek. Di sini, analisa capital

budgeting mesti memperhitungkan dampak dari fasilitas pinjaman itu sendiri, terutama karena

adanya kewajiban beban bunga pinjaman setiap tahun selama periode analisa usulan proyek.

Secara perhitungan, adanya beban bunga pinjaman, akan mengurangi penghasilan kena pajak,

dan beban pajak penghasilan badan perusahaan, dan ini merupakan penghematan pajak dan

arus kas. Nilai kini dari penghematan pajak penghasilan badan tersebut akan merupakan

penyesuaian (nilai plus) bagi analisa NPV usulan proyek.

1 Dalam suatu artikel terbit tahun 1974, Stewart Myers Memperkenalkan pendekatan APG guna

mengatasi permasalahan pendekatan NPV dengan menggunakan WACC sebagai tingkat diskontonya. Salah satu permasalahan dalam capital budgeting and valuasi (menggunakan pendekatan Discounted Cash Flow) adalah bagaimana memperhitungkan interest tax shield dari penggunaan hutang atau pinjaman. Pendekatan NPV-WACC, atau juga disebut sebagai pendekatan tradisional, memperhitungkan interest tax shield ini dengan menggunakan tingkat biaya hutang sesudah pajak dalam perhitungan WACC, yang mengakibatkan tingkat diskonto menjadi lebih rendah. Tingkat diskonto yang lebih rendah ini digunakan untuk mendiskonto arus kas usaha (sebelum beban bunga) yang diharapkan terjadi di masa depan. Namun ada keterbatasan dari penggunaan NPV-WACC, dimana struktur kapital diasumsikan tetap, atau relatif stabil selama periode analisa. Asumsi ini dianggap hanya tepat digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang relatif sudah stabil.

Pendekatan APV membagi analisa NPV kedalam 2 (dua) komponen. Yang pertama, adalah NPV investasi seakan-akan didanai seluruhnya dengan modal sendiri (ekuitas), dan kedua, memperhitungkan NPV dari dampak lainnya secara terpisah, misalnya pendanaan, yang bisa berupa interest tax shield, biaya penerbitan efek, dan pendanaan subsidi. Perusahaan yang melakukan investasi pada aset dengan menggunakan kapasitas pinjaman yang berubah-ubah, atau struktur modalnya berubah sepanjang waktu sejalan dengan pertumbuhan perusahaan, atau perusahaan yang sedang bertumbuh, cenderung melihat pendekatan APV lebih baik daripada pendekatan NPV-WACC yang kaku dalam asumsinya.

Myers, Stewart C. Myers. Interactions of Corporate Financing and Investment Decisions -- Implications for Capital Budgeting. Journal of Finance, Vol. 29(1). Halaman 1-25.

Page 3: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 3

Analisa pendekatan APV dapat digambarkan sebagai berikut2:

2 Luehrman, Timothy A. Using APV: A Better Tool for Valuing Operations. Harvard Business Review

(May-June 1997). Halaman 145-154.

Page 4: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 4

Dari bacaan penulis atas beberapa contoh yang diberikan dalam buku-buku corporate finance

terkait penggunaan pendekatan APV, penulis mendapatkan bahwa contoh yang diberikan

dimana secara teknis perhitungan dan penerapan teori adalah tidak salah namun dalam praktik

ini tidak tepat. Ada kesan bahwa penggunaan hutang atau pinjaman yang memberikan interest-

tax shield, walaupun memang dapat memberikan nilai positif bagi NPV suatu usulan investasi,

namun ada yang kurang penulis setuju.

PERMASALAHAN

Apakah ini berarti bahwa suatu pinjaman dengan tingkat suku bunga pinjaman yang

kompetitif akan dapat menolong proyek yang tidak layak?

PEMBAHASAN

Di sini penulis uraikan beberapa contoh:

CONTOH PERTAMA

Pertama, diambil dari buku Corporate Finance: A Valuation Approach tulisan Simon Z.

Benninga dan Oded H. Zarig3 terkait penggantian mesin.

PT Maju Terus mempertimbangkan untuk membeli suatu mesin produksi yang baru guna

menggantikan mesin lama yang dianggap sudah tidak efisien.

Data-data terkait kedua mesin tersebut:

Mesin Baru Mesin Lama

Harga US$200.000.

Masa manfaat yang dapat disusutkan

secara ekonomis = 10 tahun

Kebijakan penyusutan mesin

menggunakan metode garis lurus

(straight line), dimana nilai akhir masa

manfaat diperkirakan mesin tersebut

Mesin lama dibeli 10 tahun yang lalu

dengan harga US$ 100.000.

Usia manfaat ekonomis pada saat

pembelian adalah 20 tahun.

Mesin ini disusutkan menggunakan

metode garis lurus dengan nilai akhir

masa manfaat diperkirakan tidak

3 Benninga, Simon Z. dan Oded H. Sarig. Corporate Finance: A Valuation Approach. USA: The McGraw-

Hill Companies, Inc. 1997. Bab 8: Capital Structure and The Cost of Capital. Halaman 244 – 252.

Page 5: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 5

Mesin Baru Mesin Lama

hanya dapat dijual sebagai besi tua,

sehingga tidak begitu bernilai secara

komersial.

Mesin baru ini diharapkan akan

menghasilkan penghematan biaya bahan

baku dan tenaga kerja sebelum pajak

setiap tahun sebesar US$30.000.

mempunyai nilai secara komersial.

Harga jual mesin lama ini pada saat

analisa ini dilakukan adalah sebesar

US$25.000, yang merupakan setengah

dari nilai bukunya saat ini yang sebesar

US$50.000.

Keterangan lainnya:

Tarif pajak penghasilan badan PT XYZ adalah efektif 34%.

Tingkat diskonto untuk arus kas non-finansial sesudah pajak penghasilan badan adalah 12%4.

Ini merupakan tingkat diskonto yang sesuai dengan tingkat resiko dari arus kas yang dapat

dihasilkan oleh mesin yang bersangkutan.

Pertanyaan:

Menggunakan kriteria NPV, apakah PT XYZ sebaiknya mengganti mesin lama dengan

mesin baru?

Kondisi 1: Tanpa Pinjaman Pembiayaan

Sebagai langkah pertama, kita perlu menghitung arus kas inkremental sebagai akibat dari

penggantian mesin lama dengan mesin baru.

Kita bagi analisa kedalam Tahun 0 dan Tahun ke 1 s/d 10.

4 Versi CAPM sesudah pajak = [suku bunga bebas resiko x (1 – tarif pajak penghasilan badan)] + [Beta

(dari arus kas mesin) x (E(rm) – suku bunga bebas resiko (1 – tariff pajak penghasilan badan)). Dalam hal ini, perbedaan dengan rumus CAPM secara umum adalah bahwa suku bunga bebas resiko yang digunakan adalah sesudah pajak, sehingga perlu dikali (1 – tariff pajak penghasilan badan). Tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio pasar sendiri [E(rm)] pada umumnya dari sisi investor sudah dinyatakan sesudah pajak, karena tingkat imbal hasil ini akan dikenakan pajak pada saat transaksi saham dilakukan di bursa saham.

Page 6: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 6

Tahun 0 Arus Kas (dalam

US$)

PT XYZ akan ada pengeluaran uang sebesar US$200.000 untuk

pembelian mesin baru.

(200.000)

PT XYZ memperoleh pemasukan uang sebesar US$25.000 sebagai hasil

penjualan unit mesin lama.

+ 25.000

Penghematan pajak (yaitu berupa pembayaran pajak penghasilan badan

yang lebih rendah) yang berasal dari timbulnya kerugian dari penjualan

unit mesin lama:

Kerugian: Nilai buku mesin lama – hasil penjualan mesin lama =

US$50.00 – US$25.000 = US$25.000.

Penghematan pajak : Tarif pajak penghasilan badan x jumlah kerugian =

34% x US$25.000 = US$ 8.500

+ 8.500

Total Arus Kas Inkremental Yang Diharapkan Dikeluarkan (166.500)

Tahun ke 1 s/d 10 Arus Kas (dalam

US$)

Akibat penggunaan mesin baru, PT XYZ akan memiliki laba sebelum

pajak penghasilan badan sebesar US$30.000. Dengan demikian, laba

sesudah pajak penghasilan badan: US$30.000 x (1-34%)

+ 19.800

Beban penyusutan yang mengakibatkan besarnya beban pajak

penghasilan badan yang lebih rendah:

Penyusutan per tahun mesin lama : US$100.000 / 20 tahun = US$5.000

Penyusutan per tahun mesin baru : US$200.000 / 10 tahun = US$20.000

Selisih tambahan beban penyusutan per tahun untuk 10 tahun ke depan

= US$15.000

Penghematan pajak penghasilan badan = 34% x US$15.000

+ 5.100

Total Arus Kas Usaha Inkremental per Tahun Yang Diharapkan

Diterima

+ 24.900

Page 7: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 7

Perhitungan NPV dari penggantian mesin baru adalah sebagai berikut (asumsi: arus kas pada

setiap tahun terjadi pada akhir tahun yang bersangkutan):

Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa NPV penggantian mesin lama dengan mesin baru

adalah negatif, sehingga secara kriteria NPV, pembelian mesin baru sebaiknya tidak dilakukan

oleh PT XYZ.

Dibalik perhitungan NPV di atas diasumsikan bahwa PT XYZ menggunakan dana internalnya

untuk melakukan pembelian mesin baru tersebut.

Kondisi 2: Dengan Pinjaman Pembiayaan

Bagaimana kalau asumsi ini kita ubah menjadi sebagai berikut:

Produsen mesin menawarkan pembiayaan kepada PT XYZ guna memfasilitasi pembelian

mesin yang dipasarkannya. Ini umum dikenal sebagai direct financing scheme5. Syarat dan

kondisi penawaran pembiayaan pembelian mesin baru kepada PT XYZ diuraikan di bawah ini:

5 Skema pembiayaan dalam konteks lease (sewa guna usaha) dari sudut pandang Lessor bisa dibedakan

antara (1) operating lease, (2) direct financing lease, dan (3) sales-type lease. Kieso, Donald E., Jerry J.

Tahun

Arus Kas Inkremental

Sesudah Pajak

0 (166,500.00)

1 24,900.00

2 24,900.00

3 24,900.00

4 24,900.00

5 24,900.00

6 24,900.00

7 24,900.00

8 24,900.00

9 24,900.00

10 24,900.00

Tingkat

Diskonto 12%

NPV (25,809.45) =NPV(12%,C5..C14)+C4

Page 8: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 8

Jika PT XYZ memutuskan untuk jadi membeli mesin baru tersebut, maka PT XYZ akan

memperoleh pinjaman sebesar US$150.000 dari produsen mesin.

Pinjaman ini akan dikenakan tingkat suku bunga sebesar 10% per tahun.

Jangka waktu pinjaman adalah 10 tahun dimana pokok pinjaman akan dilunasi pada

akhir tahun ke-10. Dengan demikian, PT XYZ hanya berkewajiban melakukan

pembayaran bunga sebesar 10% dari pokok pinjaman US$150.000 atau US$15.000 per

tahun. Pada akhir tahun ke-10, kewajiban pembayaran ke produsen mesin akan

mencakup beban bunga dan pokok pinjaman, yaitu US$15.000 + US$150.000, atau

total US$165.000.

Dari poin-poin di atas, ada beberapa hal yang dapat kita catat:

Hadirnya beban bunga atas pokok pinjaman akan mengakibatkan beban pajak penghasilan

badan PT XYZ lebih rendah karena beban bunga akan mengurangi penghasilan kena pajak

perusahaan. Ini dikenal sebagai interest-tax saving atau interest-tax shield.

Tingkat suku bunga 10% per tahun mengacu tingkat suku bunga yang ada di pasar. Artinya,

siapapun yang menawarkan pinjaman uang kepada PT XYZ, akan mengenakan tingkat suku

bunga 10% per tahun.

Berdasarkan prinsip “penambahan” (principle of additivity),6 maka:

NPV (mesin + pinjaman) = NPV (mesin) + NPV (pinjaman)

Dari hitungan sebelumnya, didapatkan bahwa NPV (mesin) tanpa hadirnya pinjaman adalah

Negatif US$25,809.

Weygandt dan Terry D. Warfield. Intermediate Accounting. Edisi 15. MA (USA): John Wiley & Sons, Inc. 2013. Bab 21: Accounting for Leases. Halaman 1268. 6 Value Additivity and Firm Value.

Value additivity has an important consequence for the value of an entire firm. The cash flows of the firm are equal to the total cash flows of all projects and investments within the firm. Therefore, by value additivity, the price or value of the entire firm is equal to the sum of the values of all projects and investments within it. In other words, our NPV decision rule coincides with maximizing the value of the entire firm: To maximize the value of the entire firm, managers should make decisions that maximize NPV. The NPV of the decision represents its contribution to the overall value of the firm. Berk, Jonathan dan Peter DeMarzo. Corporate Finance. Edisi ke-3. MA (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 3: Financial Decision Making and The Law of One Price. Halaman 78.

Page 9: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 9

Sekarang, berapa NPV yang berasal dari komponen pinjaman atau disingkat NPV (pinjaman)?

Sama seperti cara perhitungan NPV (mesin), maka perlu dihitung terlebih dahulu besaran arus

kas inkremental akibat pinjaman ini.

Tahun 0 Arus Kas (dalam

US$)

PT XYZ akan menerima dana pinjaman dari produsen mesin,

sehingga ini merupakan arus kas masuk

+150.000

Tahun ke- 1-9

PT XYZ berkewajiban melakukan pembayaran bunga setiap tahun (15.000)

Penghematan beban pajak penghasilan badan yang berasal dari

beban bunga pinjaman : 34% x US%15.000

+ 5.100

Neto Arus Kas Keluar Tahun ke 1-9 (9.900)

Tahun ke-10

Pada akhir tahun ke-10, PT XYZ berkewajiban mengembalikan pokok

pinjaman dan bunga pinjaman sebesar US$150.000 + US$15.000

(165.000)

Penghematan pajak penghasilan badan yang berasal dari beban

bunga pinjaman : 34% x US$15.000

+ 5.100

Neto Arus Kas Keluar Tahun ke-10 (159.900)

Perhitungan NPV (pinjaman) ditunjukkan di bawah ini, dengan tingkat diskonto sebesar 10%,

yang merupakan tingkat suku bunga pasar untuk pinjaman dengan tingkat resiko dan jangka

waktu yang sama.

Page 10: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 10

NPV (mesin + pinjaman) = NPV (mesin) + NPV (pinjaman) = - US$25.809 + US$ 31.337 = US$

5.528

Di sini, dari adanya penawaran pinjaman sebesar US$150.000 guna mendanai pembelian

mesin baru sebesar US$200.000, analisa NPV berubah dari NEGATIF US$25.809 menjadi

POSITIF US$5.528. Dengan NPV yang POSITIF, maka usulan pembelian mesin baru

menggantikan mesin lama menjadi layak untuk dipertimbangkan untuk dilaksanakan oleh

manajemen PT XYZ.

Ada 2 hal yang dapat kita perhatikan dari contoh di atas:

Pertama, adanya penawaran pinjaman guna mendanai sebagian dari pembelian mesin

jelas telah merubah keputusan capital budgeting, dalam hal ini dimana NPV digunakan

sebagai kriteria utama analisa, dari semula analisa menunjukkan NPV negatif menjadi

NPV positif.

Analisa awal tanpa adanya pinjaman, PT XYZ disarankan tidak menjalankan keputusan

untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru. Analisa dengan memasukkan

Tahun

Arus Kas Inkremental

dari Pinjaman

0 150,000.00

1 (9,900.00)

2 (9,900.00)

3 (9,900.00)

4 (9,900.00)

5 (9,900.00)

6 (9,900.00)

7 (9,900.00)

8 (9,900.00)

9 (9,900.00)

10 (159,900.00)

Tingkat Diskonto

- suku bunga

pinjaman 10%

NPV 31,337.29 =NPV(10%,G5..G14)+G4

Page 11: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 11

pinjaman, telah merubah hasil ini, karena sekarang, manajemen PT XYZ dapat

menerima keputusan mengganti mesin lama, karena komponen pinjaman memberikan

kontribusi arus kas positif dengan total jumlah sebesar US$ 31.337 untuk 10 tahun.

Ada beberapa hal yang bisa kita diskusikan lebih lanjut dari contoh di atas:

Pertama: Mengapa hadirnya pinjaman guna mendanai pembelian mesin baru

mengakibatkan NPV (mesin) yang semula negatif menjadi positif?

Apakah rahasianya?

Kita perlu kembali ke perhitungan NPV (pinjaman), yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

NPV (pinjaman) = +150.000 - ∑ (t=1 s/d 10) [(1-34%) x 15.000]/ (1+10%) ^t – 150.000/ (1+10%)

^10

NPV (pinjaman) = (1) +150.000 – (2) ∑ (t=1 s/d 10) 15.000/ (1+10%) ^t – (3) 150.000/ (1+10%)

^10 + (4) ∑ (t=1 s/d 10) (34% x 15.000)/ (1+10%) ^t

Penjumlahan (1) + (2) + (3) di atas akan memberikan hasil nol. Hasil nol tidak terlalu

mengherankan, karena nilai kini (Present Value) dari serangkaian arus kas pinjaman

(pembayaran pokok pinjaman dan kewajiban bunga sepanjang jangka waktu pinjaman) yang

didiskonto menggunakan tingkat suku bunga pinjaman akan sama dengan jumlah pokok

pinjaman. Dengan kata lain, NPV dari pinjaman adalah NOL. Mengapa demikian?

Mula-mula penulis perlu sampaikan bahwa analisa NPV TIDAK SELALU TERKAIT DENGAN

KEPUTUSAN INVESTASI (investment decision), tapi bisa juga diterapkan pada KEPUTUSAN

PEMBIAYAAN (financing decision).

Brealey, Myers dan Allen (2011) menguraikan hal ini7:

The phrase net present value of borrowing may seem odd to you. But the following example

should help to explain what we mean: As part of its policy of encouraging small business, the

government offers to lend your firm $100,000 for 10 years at 3%. This means that the firm is

liable for interest payments of $3,000 in each of the years 1 through 10 and that it is responsible

for repaying the $100,000 in the final year. Should you accept this offer?

7 Brealey, Richard A., Stewart C. Myers dan Franklin Allen. Principles of Corporate Finance. Edisi ke-10.

New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. 2011. Bab 13 : Efficient Markets and Behavioral Finance. Halaman 313-314.

Page 12: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 12

We can compute the NPV of the loan agreement in the usual way. The one difference is that the

first cash flow is positive and the subsequent flows are negative:

NPV = amount borrowed - present value of interest payments - present value of loan repayment

NPV = (1) + 100.000 – (2) ∑ (t=1 s/d t=10) (3000/ (1+r) ^t) – (3) 100.000/ (1+r) ^10

(Catatan dari penulis: Komponen (1) positif karena perusahaan menerima dana pinjaman

sehingga dari sudut pandang perusahaan debitor, ini adalah arus kas MASUK. Untuk

komponen (2) dan (3) adalah negatif, karena ini adalah pembayaran beban bunga pinjaman

dan pengembalian pokok pinjaman, sehingga dari sudut pandang perusahaan debitor, ini

adalah arus kas KELUAR).

The only missing variable is r, the opportunity cost of capital. You need that to value the liability

created by the loan. We reason this way: The government’s loan to you is a financial asset: a

piece of paper representing your promise to pay $3,000 per year plus the final repayment of

$100,000. How much would that paper sell for if freely traded in the capital market? It would sell

for the present value of those cash flows, discounted at r, the rate of return offered by other

securities issued by your firm. All you have to do to determine r is to answer the question, What

interest rate would my firm need to pay to borrow money directly from the capital markets rather

than from the government?

Suppose that this rate is 10%. Then

NPV = (1) + 100.000 – (2) ∑ (t=1 s/d t=10) (3000/ (1+10%) ^t) – (3) 100.000/ (1+10%) ^10

NPV = +100,000 – (2) 56,988 – (3) 43,012 = 0

Of course, you don’t need any arithmetic to tell you that borrowing at 3% is a good deal when

the fair rate is 10%. But the NPV calculations tell you just how much that opportunity is worth.

It also brings out the essential similarity between investment and financing decisions.

In some ways investment decisions are simpler than financing decisions. The number of

different securities and financing strategies is well into the hundreds (we have stopped

counting). You will have to learn the major families, genera, and species. You will also need to

become familiar with the vocabulary of financing. You will learn about such matters as red

herrings, green shoes, and book runners; behind each of these terms lies an interesting story.

Page 13: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 13

There are also ways in which financing decisions are much easier than investment decisions.

First, financing decisions do not have the same degree of finality as investment decisions. They

are easier to reverse. That is, their abandonment value is higher. Second, it’s harder to make

money by smart financing strategies. The reason is that financial markets are more competitive

than product markets. This means it is more difficult to find positive-NPV financing

strategies than positive-NPV investment strategies.

When the firm looks at capital investment decisions, it does not assume that it is facing perfect,

competitive markets. It may have only a few competitors that specialize in the same line of

business in the same geographical area. And it may own some unique assets that give it an

edge over its competitors. Often these assets are intangible, such as patents, expertise, or

reputation. All this opens up the opportunity to make superior profits and find projects with

positive NPVs.

In financial markets your competition is all other corporations seeking funds, to say nothing of

the state, local, and federal governments that go to New York, London, and other financial

centers to raise money. The investors who supply financing are comparably numerous, and they

are smart: Money attracts brains. The financial amateur often views capital markets as

segmented, that is, broken down into distinct sectors. But money moves between those sectors,

and it usually moves fast. In general, as we shall see, firms should assume that the securities

they issue are fairly priced.

Dari bacaan di atas yang disampaikan oleh Brealey, Myers dan Allen, dapat dikatakan bahwa

pasar pembiayaan atau pinjaman adalah kompetitif. Artinya suku bunga pinjaman yang

ditawarkan oleh pihak kreditor akan selalu suku bunga pasar (market rate). Karena itu NPV

pinjaman pada saat penerbitan adalah nol.

Berk dan DeMarzo8 juga menguraikan hal yang sama bahwa NPV dari membeli atau menjual

surat berharga (atau bisa dibaca sebagai surat utang, promes, efek, dan lain-lain) adalah selalu

nol.

The NPV of Trading Securities and Firm Decision Making

We have established that positive-NPV decisions increase the wealth of the firm and its

investors. Think of buying a security as an investment decision. The cost of the decision is the

price we pay for the security, and the benefit is the cash flows that we will receive from owning

8 Berk, Jonathan dan Peter DeMarzo. Corporate Finance. Edisi ke-3. MA (USA): Pearson Education, Inc.

2014. Bab 3: Financial Decision Making and The Law of One Price. Halaman 75.

Page 14: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 14

the security. When securities trade at no-arbitrage prices, what can we conclude about the

value of trading them? From Eq. 3.3, the cost and benefit are equal in a normal market and so

the NPV of buying a security is zero:

NPV (Buy security) =PV (All cash flows paid by the security)-Price (Security) =0

Similarly, if we sell a security, the price we receive is the benefit and the cost is the cash

flows we give up. Again the NPV is zero:

NPV (Sell security) =Price (Security)-PV (All cash flows paid by the security) =0

Thus, the NPV of trading a security in a normal market is zero. This result is not surprising. If the

NPV of buying a security were positive, then buying the security would be equivalent to

receiving cash today—that is, it would present an arbitrage opportunity.

Because arbitrage opportunities do not exist in normal markets, the NPV of all security trades

must be zero.

Another way to understand this result is to remember that every trade has both a buyer and a

seller. In a competitive market, if a trade offers a positive NPV to one party, it must give a

negative NPV to the other party. But then one of the two parties would not agree to the trade.

Because all trades are voluntary, they must occur at prices at which neither party is losing

value, and therefore for which the trade is zero NPV.

Jadi dari Brealey, Myers dan Allen serta Berk dan DeMarzo menyatakan hal yang sama bahwa

NPV dari penerbitan surat utang atau perolehan pinjaman akan sama dengan nol, namun dari

perhitungan di atas terkait dengan NPV (mesin + pinjaman) jelas menunjukkan bahwa NPV

(pinjaman) adalah positif. Dari mana asal angka positif ini?

NPV (pinjaman) yang positif, jelas berasal dari perhitungan poin (4) di atas, yaitu:

NPV (pinjaman) = PV (interest-tax shield) dengan tingkat diskonto tingkat suku bunga pinjaman:

[tarif pajak penghasilan badan x beban bunga]

NPV (pinjaman) = ∑ (t=1 s/d 10) ------------------------------------------------------------------------

(1+tingkat suku bunga pinjaman)^t

Page 15: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 15

[34% x 15.000]

NPV (pinjaman) = ∑ (t=1 s/d 10) ---------------------------

(1+10%) ^t

NPV (pinjaman) = US$ 31.337

Jadi NPV (pinjaman) yang positif berasal dari nilai kini (PV) arus kas interest tax shield.

Kedua: Apa yang akan terjadi jika pinjaman terus diperpanjang9?

Apabila pinjaman diasumsikan tidak pernah dilunasi dan hanya dibayar beban bunganya setiap

tahun, maka perhitungan NPV (pinjaman) akan menjadi:

[tarif pajak penghasilan badan x beban bunga]

NPV (pinjaman) = ∑ (t=1 s/d 10) ------------------------------------------------------------------------

(1+tingkat suku bunga pinjaman)^t

[tarif pajak penghasilan badan x beban bunga]

NPV (pinjaman) = ------------------------------------------------------------------------

tingkat suku bunga pinjaman

[tarif pajak penghasilan badan x tingkat suku bunga pinjaman x pokok pinjaman]

NPV (pinjaman) = ------------------------------------------------------------------------------------------------------

tingkat suku bunga pinjaman

9 Dalam praktik, kalau contoh di atas kita perluas dari hanya sekedar untuk pembiayaan pembelian mesin

baru menggantikan mesin lama, menjadi pembiayaan bisnis secara umum, maka pinjaman demikian, bisa jadi akan selalu diperpanjang atau diperbarui dari tahun ke tahun (atau di-roll over) sehingga praktis, menjadi tidak pernah dilunasi. Dalam penjabaran nilai waktu uang (time value of money), konsep ini dikenal sebagai perpetuity.

Page 16: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 16

NPV (pinjaman) = [tarif pajak penghasilan badan x pokok pinjaman]

Dalam situasi “perpetuity” maka, NPV (pinjaman) bisa langsung diperoleh dengan mengalikan

komponen “tarif pajak penghasilan badan” dengan “jumlah pokok pinjaman”. Di sini

diasumsikan bahwa tingkat diskonto untuk interest tax shield adalah tingkat suku bunga

pinjaman10.

Apabila kita masukkan ke dalam perhitungan NPV (mesin + pinjaman) dimana kita ganti

menjadi NPV (bisnis + pinjaman), maka akan menjadi:

NPV (bisnis + pinjaman) = NPV (bisnis) + NPV (pinjaman)

NPV (bisnis + pinjaman) = NPV (bisnis) + [tarif pajak penghasilan badan x pokok pinjaman]

Ini juga dikenal sebagai Teori M&M dengan pajak, dimana rumusannya yang diberikan adalah:

V (L) = V (U) + [tarif pajak penghasilan pajak x pokok pinjaman]

Keterangan:

- V(L) = nilai perusahaan dengan pinjaman atau leverage, dimana ini sama dengan NPV

(bisnis + pinjaman)

- V(U) = nilai perusahaan tanpa pinjaman atau unleveraged, dimana ini sama dengan

NPV (bisnis tanpa pinjaman, atau bisnis tersebut sepenuhnya didanai dengan modal

ekuitas)

- [tarif pajak penghasilan badan x pokok pinjaman] dengan asumsi “perpetuity” = PV

(pinjaman)

Ketiga: Bagaimana jika tingkat suku bunga berbeda dengan tingkat suku bunga di

pasar?

Bagaimana jika tingkat suku bunga pasar untuk pinjaman dengan tingkat resiko dan jangka

waktu pinjaman yang sama adalah 10% per tahun, namun PT XYZ ditawarkan oleh produsen

10

Berapa sesungguhnya tingkat diskonto untuk interest tax shield menjadi perdebatan yang panjang antara para finance scholar’s dan praktisi. Lihat working paper nomor 628 (Mei 2006) tulisan Pablo Fernandez berjudul “The Correct Value of Tax Shields: An Analysis of 23 Theories”. Pada umumnya, tingkat diskonto yang dibicarakan untuk interest tax shield adalah tingkat suku bunga pinjaman (cost of debt), tingkat diskonto asset tanpa pinjaman (unlevered cost equity) atau tingkat diskonto ekuitas dengan pinjaman (levered cost of equity).

Page 17: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 17

mesin baru diberikan subsidi bunga, yaitu menjadi 9% per tahun. Subsidi bunga ini bisa saja

dibaca sebagai “insentif” kepada PT XYZ agar mau mengambil mesin baru tersebut. “Insentif”

ini bisa saja terjadi, misalnya, karena mesin baru yang dipasarkan tersebut masih tergolong

mesin yang baru diperkenalkan ke pasar, atau guna penetrasi pasar, dimana pihak produsen

mesin baru bersedia “berkorban” untuk jangka waktu tertentu guna mempromosikan mesin hasil

produksi produsen tersebut.

Terlepas apapun tujuan pemberian “insentif” tersebut, namun yang jelas bagi pihak PT XYZ, ini

menguntungkan bagi PT XYZ, karena beban bunga pinjaman yang wajib dibayarkan setiap

tahun menjadi lebih kecil dari semula US$15.000 (10% x US$150.000) menjadi US$13.500(

(9% x US$150.000), atau lebih rendah US$1.500 (1% x US$150.000).

Kembali ke perhitungan NPV (pinjaman), perubahan tingkat suku bunga per tahun dari 10%

menjadi 9% adalah sebagai berikut.

NPV (pinjaman) = +150.000 - ∑ (t=1 s/d 10) [(1-34%) x 13.500]/ (1+10%) ^t – 150.000/ (1+10%)

^10

NPV (pinjaman) = (1) +150.000 – (2) ∑ (t=1 s/d 10) 13.500/ (1+10%) ^t – (3) 150.000/ (1+10%)

^10 + (4) ∑ (t=1 s/d 10) (34% x 13.500)/ (1+10%) ^t

Dari perhitungan di atas, ada beberapa hal yang kita bicarakan:

Ada perubahan jumlah pembayaran kewajiban bunga per tahun dari US$15.000 menjadi

US$13.500. Namun baik diperhatikan bahwa tingkat diskonto tetap 10% dan bukan digunakan

9% (yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman). Tingkat diskonto 10% tetap dipertahankan

karena tingkat diskonto selalu mengacu ke tingkat suku bunga pasar yang berlaku (market

rate). Mengapa demikian?

Kembali, Brealey, Myers dan Allen mengingatkan bahwa sama seperti tingkat diskonto yang

digunakan dalam keputusan investasi, tingkat diskonto mewakili “the opportunity cost of capital’

(biaya kesempatan)11.

First, the interest rate on the loan has nothing to do with the risk of the project: it reflects

the good health of your existing business. Second, whether you take the loan or not, you still

face the choice between the office building and an equally risky investment in the stock

11

Brealey, Richard A., Stewart C. Myers dan Franklin Allen. Principles of Corporate Finance. Edisi ke-10. New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. 2011. Bab 2 : How To Calculate Present Values. Halaman 27.

Page 18: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 18

market. The stock market investment could generate the same expected payoff as your office

building at a lower cost. A financial manager who borrows $370,000 at 8% and invests in an

office building is not smart, but stupid, if the company or its shareholders can borrow at 8% and

invest the money at an even higher return.

Akibat adanya subsidi bunga dari 10% per tahun menjadi 9% per tahun, maka penjumlahan

poin (1) + (2) + (3) menjadi tidak lagi menghasilkan angka nol.

(1) +150.000 – (2) ∑(t=1 s/d 10) 13.500/(1+10%)^t – (3) 150.000/(1+10%)^10 = US$9.217

Jumlah US$9.217 menunjukkan besarnya subsidi suku bunga pinjaman yang diberikan oleh

produsen mesin baru kepada PT XYZ apabila mau mengambil mesin baru tersebut.

Di lain pihak, adanya subsidi suku bunga pinjaman dengan beban bunga yang lebih rendah

setiap tahun, dari semula US$15.000 menjadi US$13.500, akan membawa konsekuensi beban

pajak penghasilan yang terhutang setiap tahun akan menjadi lebih besar bagi PT XYZ. Dengan

demikian interest-tax shield yang akan diperoleh oleh PT XYZ akan lebih rendah. Perhitungan

penurunan interest-tax shield menjadi:

∑ (t=1 s/d 10) [34% x 13.500]/ (1+10%) ^t = US$28.204.

Jadi interest tax shield akibat adanya penurunan tingkat suku bunga pinjaman (10% ke 9% per

tahun) akan mengakibatkan interest-tax shield bagi PT XYZ turun dari semula US$31.337

menjadi US$ 28.204 atau sebesar US$3.133.

Kalau kita bandingkan:

Jumlah subsidi pinjaman sebesar US$9.217 (ini menguntungkan PT XYZ) yang lebih besar dari

jumlah interest-tax shield yang berkurang (ini tidak menguntungkan bagi PT XYZ), maka kita

dapat menarik kesimpulan bahwa:

Page 19: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 19

Adalah menguntungkan bagi PT XYZ untuk meminta penurunan tingkat suku bunga pinjaman

per tahun dibandingkan hanya berfokus pada penurunan penghematan beban pajak

penghasilan badan yang berasal dari turunnya beban bunga12.

Di sini kita lihat bahwa:

NPV (pinjaman dengan subsidi bunga) = NPV (subsidi pinjaman) + NPV (interest-tax shield)

= US$9.217 + US$28.204 = US$37.420

Artinya NPV (pinjaman dengan subsidi bunga) > NPV (pinjaman tanpa subsidi bunga)

= US$37.420 > US$ 31.337 atau ada selisih sebesar US$6.083

Angka US$6.083 berasal dari:

- Keuntungan yang diperoleh dari subsidi bunga sebesar US$9.217

- Dikurangi kerugian akibat turunnya interest-tax shield sebesar US$3.133

- Atau neto sebesar US$ 6.083.

Keempat: Apakah bisa dilakukan analisa secara langsung dengan menggabungkan total

arus kas dari mesin baru dan pinjaman, tanpa harus dilakukan analisa secara terpisah

per masing-masing arus kas?

Mungkin bagi beberapa pembaca, analisa capital budgeting dengan memisahkan NPV (mesin)

dan NPV (pinjaman) akan tampak tidak lazim. Hal ini mungkin terjadi karena dalam buku-buku

teks corporate finance, bagian keputusan Investasi tidak dipisahkan dari Keputusan

Pembiayaan (Financing)13.

Apakah dimungkinkan analisa dilakukan langsung dengan melihat “total arus kas yang

dihasilkan dari mesin baru ditambah/dikurangi arus kas dari pinjaman”?

12

Apabila ini tidak demikian, dan sebaliknya PT XYZ lebih concern akan turunnya interest-tax shield, maka ini berarti PT XYZ justru akan meminta kenaikan tingkat suku bunga pinjaman agar dapat memperoleh beban bunga yang lebih tinggi, dan beban pajak penghasilan badan yang lebih rendah. Namun hal ini TIDAK LOGIS.

13 Hal ini tampak jelas dari sebagian besar contoh-contoh perhitungan NPV untuk keputusan investasi

menggunakan tingkat diskonto yang dihitung dari WACC (Weighted Average Cost of Capital) atas komponen hutang (debt) dan modal (ekuitas). Namun ada asumsi implisit dari penggunaan WACC sebagai tingkat diskonto dalam perhitungan NPV suatu proyek, yaitu bahwa interest tax shield selalu akan dapat terealisasi pada tahun timbulnya beban bunga pinjaman. Ini membawa konsekuensi bahwa setiap tahun, perusahan akan memiliki laba usaha yang akan selalu lebih tinggi dari beban bunga, dan juga tidak terdapat rugi fiscal yang dikompensasi ke tahun-tahun selanjutnya.

Page 20: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 20

Jawabannya bisa saja, namun penting diperhatikan bahwa akibat PENGGABUNGAN KEDUA

ARUS KAS TERSEBUT, dapat timbul arus kas NON-KONVENSIONAL.

Apa yang dimaksud arus kas NON-KONVENSIONAL? Dari kelas Capital Budgeting, kita

belajar, bahwa untuk analisa arus kas, arus kas masuk (+) atau arus kas keluar (-) dapat terjadi

dalam tahun manapun selama periode analisa.

Arus kas konvensional umumnya ditandai oleh arus kas keluar pada tahun ke-0 dan kemudian

diikuti oleh arus kas masuk pada tahun-tahun berikutnya, atau sebaliknya, ditandai oleh arus

kas masuk pada tahun ke-0 dan diikuti oleh arus kas keluar pada tahun-tahun berikutnya.

Secara variasinya dapat ditunjukan di bawah ini, dimana N = Normal (arus kas konvensional)

dan NN = Not Normal (arus kas non-konvensional).

Masalah klasik Internal Rate of Return (IRR) terjadi pada saat terjadi pola arus kas non-

konvensional, dimana bisa diperoleh lebih dari satu IRR.

Coba kita lihat apa hasil analisa pada saat digabungkan kedua arus kas dari mesin baru dan

arus kas pinjaman, sebagaimana ditunjukkan oleh tabel berikut ini.

Page 21: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 21

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari tabel di atas:

Arus kas neto tahun 0 adalah sebesar US$16.500. Walaupun ini tampaknya merupakan

penggabungan arus kas inkremental dari mesin (yang negatif karena ada pengeluaran

uang) ditambah arus kas masuk dari perolehan pinjaman, namun kalau dilihat secara

seksama, ini adalah arus kas keluar yang merupakan investasi yang dilakukan oleh PT

XYZ sendiri, yang berasal dari dana internal PT XYZ. Dana ini kalau tidak digunakan

untuk pembelian mesin, dapat saja dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang

saham PT XYZ.

Kekurangan dana sebesar US$16.500 di atas perlu “ditutup” atau “ditalangi” oleh PT

XYZ sendiri. Pertanyaan yang relevan pada saat kita melakukan analisa capital

budgeting adalah, selalu menanyakan “arus kas ini milik siapa?” dengan dapat

Tahun

Arus Kas

Inkremental

Sesudah Pajak

Arus Kas Inkremental dari

Pinjaman Total CF

0 (166,500.00) 150,000.00 (16,500.00)

1 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

2 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

3 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

4 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

5 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

6 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

7 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

8 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

9 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

10 24,900.00 (159,900.00) (135,000.00)

Keterangan Jumlah

Dana yang diperlukan untuk pembelian mesin baru (200,000.00)

Hasil penjualan mesin lama 25,000.00

Penghematan pajak penghasilan badan akibat kerugian penjualan mesin lama 8,500.00

Dana perolehan pinjaman 150,000.00

Neto (16,500.00)

Page 22: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 22

menjawab pertanyaan ini, maka kita dapat dengan lebih mudah mengatakan, tingkat

diskonto yang perlu kita gunakan terkait arus kas tersebut.

Demikian juga untuk tahun ke 1 s/d 10, arus kas pada kolom ke-3 pada tabel di atas

adalah arus kas milik PT XYZ (atau secara tidak langsung, milik pemegang saham PT

XYZ).

Arus kas pada kolom terakhir merupakan arus kas “milik” PT XYZ dan secara tidak

langsung “milik pemegang saham PT XYZ”. Karena munculnya pinjaman dalam PT XYZ

mengakibatkan resiko yang ditanggung oleh pemegang saham PT XYZ menjadi lebih

tinggi. Resiko apa yang ditanggung oleh pemegang saham PT XYZ? Di sini selain resiko

bisnis (business risk) sebagaimana disebutkan di bawah ini, juga resiko keuangan

(financial risk) karena adanya pinjaman yang hadir dalam struktur capital (capital

structure) PT XYZ.

Resiko bisnis ditanggung sepenuhnya oleh pemegang saham PT XYZ.

Ini membawa akibat bahwa arus kas SEKARANG, AKIBAT HADIRNYA PINJAMAN,

untuk pemegang saham PT XYZ menjadi lebih beresiko dibandingkan arus kas proyek

itu sendiri. Ini membawa konsekuensi bahwa untuk men-diskonto arus kas neto pada

kolom ke-3 dalam tabel di atas, tingkat diskonto mesti lebih tinggi daripada tingkat

diskonto arus kas yang tidak dibebani pinjaman (unlevered cash flows).

Teori M&M ke-2 menguraikan bahwa tingkat diskonto ekuitas untuk arus kas dengan pinjaman

(= re (L), Levered) akan lebih tinggi dari untuk arus kas tanpa pinjaman (r (U), Unlevered), atau

re (L) > r (U).

Namun di sinilah yang menjadi pangkal masalah!

Dalam asumsi kita tentukan r (U) =12%. Namun bagaimana kita menentukan re (L)?

Ada pembahasan teori terkait penentuan re (L), namun di sini tidak akan kita bahas karena

memerlukan pembahasan tersendiri yang cukup panjang dan juga banyak perdebatan di

dalamnya, yang sampai detik ini, sepengetahuan penulis, belum ada kesepakatan di antara

para finance scholar dan praktisi14.

14

Salah satu isu terbesar dalam teori “asset pricing” adalah bagaimana mengartikan “the true meaning of expected return”. Karena yang didiskonto adalah arus kas yang diharapkan (expected cash flows) maka tingkat diskonto yang secara teoritis benar, adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan juga (expected

Page 23: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 23

Kita gunakan pendekatan praktis dimana sebelumnya sudah kita ketahui bahwa NPV (mesin +

pinjaman) = US$5.528. Dengan demikian kita perlu mendapatkan tingkat diskonto untuk arus

kas (kolom 3 dalam tabel di atas) supaya didapatkan NPV = US$5.528.

Kita manfaatkan grafik di bawah ini untuk mencari tahu tingkat diskonto, yang merupakan re (L).

Dari grafik di bawah ini, kita dapatkan bahwa “IRR” dengan NPV = US$5.528 adalah pada

tingkat diskonto 4,48% atau 64,62%.

Walaupun kita peroleh 2 tingkat diskonto, namun sebagaimana kita sebutkan di atas bahwa

re(L) > r(U) yaitu 12%, maka pilihannya adalah pada 64,62%. Dengan demikian, apabila kita

menggunakan tingkat diskonto sebesar 64,62% atas arus kas kolom ke-3 tabel di atas, maka

akan diperoleh NPV (mesin + pinjaman) = US$5.528 sebagaimana diperlihatkan di bawah ini.

returns). Tapi justru disinilah pangkal permasalahan terkait penentuan “diharapkan” yang bisa berarti berbeda bagi orang yang berbeda. “Diharapkan” juga mengandung pengertian ex-ante (belum terjadi) dan masa depan. Data masa lalu memang bermanfaat, namun TIDAK ADA JAMINAN, tingkat imbal hasil masa lalu akan terjadi juga di masa depan. Nobody knows….

Page 24: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 24

Sebagai catatan bahwa penentuan tingkat diskonto di atas merupakan pekerjaan yang tidak

perlu dan berputar-putar, karena dari awal kita sudah dapat menghitung NPV (mesin +

pinjaman) yang diperoleh dari pemisahan analisa NPV secara terpisah untuk masing-masing

komponen “mesin” dan “pinjaman”, yang memang merupakan tujuan dari analisa capital

budgeting. Jadi tidak diperlukan lagi usaha untuk menghitung re(L) sebesar 64,62%. Karena

hasilnya akan sama saja!

Namun ada isu yang jauh lebih krusial untuk dibicarakan, yaitu mengapa suatu usulan

penggantian mesin yang semula negatif, tanpa pinjaman, bisa dengan hadirnya opsi

menggabungkan analisa tersebut dengan fasilitas pinjaman, mengakibatkan analisa NPV

menjadi positif, atau dengan kata lain, dapat diterima?

Apakah ini berarti bahwa suatu pinjaman dengan tingkat suku bunga pinjaman yang

kompetitif akan dapat menolong proyek yang tidak layak?

Tahun

Arus Kas

Inkremental

Sesudah Pajak

Arus Kas

Inkremental

dari Pinjaman Total CF

0 (166,500.00) 150,000.00 (16,500.00)

1 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

2 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

3 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

4 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

5 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

6 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

7 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

8 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

9 24,900.00 (9,900.00) 15,000.00

10 24,900.00 (159,900.00) (135,000.00)

Tingkat

Diskonto 64.62%

NPV 5,527.53 =NPV(64.62%,O5..O14)+O4

Page 25: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 25

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita lihat Contoh ke-2 yang diambil dari buku teks

standar corporate finance yang banyak digunakan dalam kelas-kelas MBA dengan pengarang

Ross, Westerfield dan Jaffe15.

CONTOH 2

P.B. Singer Co. memiliki usulan proyek dengan informasi sebagai berikut:

Arus kas masuk sebesar US$ 500.000 setiap tahun untuk jangka waktu yang tidak

terbatas (perpetuity).

Biaya kas adalah 72% dari penjualan (atau maksudnya dari arus kas masuk di atas).

Investasi awal adalah sebesar US$ 475.000.

Tarif pajak penghasilan badan adalah 34%.

Tingkat diskonto atau biaya capital (cost of capital) untuk suatu proyek yang didanai

seluruhnya dengan modal sendiri (ekuitas) (=r(U), Unlevered cost of equity)16 adalah

20%.

15

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield dan Jeffrey Jaffe. Corporate Finance. Edisi ke-10. New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. 2013. Bab 18: Valuation and Capital Budgeting for the Levered Firm. Halaman 559 – 561. 16

On estimating r(U), Unlevered cost of equity: Email from Ignacio Velez-Pareja (dated 20 February 2015) A word on the risk you mention: Beta you get, say in Damodaran's website is systematic risk and the idea is to catch that risk in the discount rate What you have in the cash flows might be a mix of systematic risk and nonsystematic risk. If you wish to isolate the non-systematic risk and measure it, you might use MCS and simulate the proper number of times. Caution: you have to simulate variables that are not systematic. This way you capture only non-systematic risk and will not double count it. Sukarnen’s email on 16 March 2015: One thing about MCS on ROCE...if the investors are fully diversified and if CAPM is correct, then this approach is not tenable...only systematic risk will concern the investors regardless their individual risk preferences and risk aversion. Associate Prof. Phillip R. Daves (Department of Finance, The University of Tennessee, USA), email dated 6 February 2015: However, if I am correct in assuming this comment came at the end of the section discussing how leverage affects variability in roe and roa then the discussion of diversification would be in relation to calculating the levered firm's WACC. The cost of equity in that calculation is based on the capm which assumes investors hold diversified portfolios so single firm risk measures like variability in roe are much

Page 26: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 26

Jika baik usulan proyek dan perusahaan itu seluruhnya17 didanai hanya dengan ekuitas (atau

modal), maka arus kas tanpa pinjaman (unlevered cash flow – UCF) dapat ditunjukkan di

bawah ini.

Nilai kini (present value) dari arus kas tanpa pinjaman (US$92.400) secara perpetuitas dengan

tingkat diskonto 20% dihitung sebagai berikut:

Nilai kini = US$ 92.400/20% = US$ 462.00018.

less important to investors than the systematic risk component, beta. Management, of course, has a hard time fully diversifying their exposure to their company's risk, so management would be concerned with variability in roe or roa, but the firm's stockholders would care more about beta. And beta varies systematically with leverage, as in the Hamada equation which we discuss either in that chapter or the next. Ignacio Velez-Pareja’s email dated 16 March 2015: I said that you should select between systematic and nonsystematic input variables. Doing MCS with all of them, you would get an estimation of TOTAL unlevered risk and with only systemic variables you get estimation of systematic risk. Total risk is valid when investors are not fully diversified. This happen in most non-traded firms, and I have seen investors of traded firms that are not fully diversified! Which are systematic variables? I would say inflation, exchange rates, and so on (common to all investors). Nonsystematic would be Those specific to the firm and/or industry. 17

Dengan kata lain, tingkat resiko arus kas dari usulan proyek dan tingkat resiko arus kas keseluruhan dari perusahaan diasumsikan sama. Ini umum dikenal sebagai “average risk”, atau proyek yang diusulkan bukan bersifat “scale enhancing”, sehingga tingkat resiko usulan proyek baru dapat diasumsikan kurang lebih sama dengan tingkat resiko perusahaan. 18

A Note on using “perpetuity” formula: Correct mathematically, but do we really see perpetuity in life? By the way, I always see all these stuffs from a practitioner's glasses. Cost of capital is only of the key inputs into the valuation and capital budgeting. Usually I say we have two risks: cash flow risk and discount rate risk...and also there is a high possibility that we as an analyst, double-count the same risk into the discount rate and cash flow. It is highly difficult to "separate" all risks into each room and carefully address them individually. Timing also plays a critical role for the proper results of the forecast...we never know whether this is forecasting error, business change (that so gradually that we even cannot put our fingers to figure out what it is that is going on) or it is just "no luck" that we don't see what we want to see.

Keterangan Jumlah (US$)

Arus kas masuk 500,000

Biaya kas (75%) (360,000)

Laba usaha kas 140,000

Pajak penghasilan (34%) (47,600)

Arus kas tanpa pinjaman (UCF) 92,400

Page 27: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 27

Mengingat bahwa nilai investasi awal adalah US$475.000, maka NPV usulan proyek tanpa

pinjaman adalah:

Nilai kini neto = US$ 462.000 – US$ 475.000 = Minus US$ 13.000

Dikarenakan nilai NPV usulan proyek adalah negatif maka proyek ini akan ditolak. Penting

dicatat bahwa NPV negatif ini terjadi dalam konteks dimana usulan proyek diasumsikan didanai

seluruhnya dengan modal sendiri (ekuitas).

Bagaimana kalau usulan proyek tersebut didanai tidak seluruhnya dengan modal sendiri,

misalnya dengan pinjaman?

Misalkan ada pihak perbankan yang bersedia memberikan fasilitas pinjaman sebesar US$

126.229,5019, dimana ini berarti sisa kebutuhan dana akan didanai oleh modal sendiri sebesar

US$ 348.770,50 (= US$ 475.000 - US$ 126.229,50).

Perpetuity also makes thing worse..since I don't believe anybody lives in "perpetuity", probably only in model world. 19

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield dan Jeffrey Jaffe. Corporate Finance. Edisi ke-10. New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. 2013. Bab 18: Valuation and Capital Budgeting for the Levered Firm. Halaman 561. Catatan kaki nomor 3. Jumlah pinjaman sebesar US$ 126.229,50 sengaja digunakan agar rasio dari nilai pinjaman terhadap NPV [proyek dengan pinjaman] dapat diperoleh sebesar 25%. Jadi, pinjaman memiliki proporsi yang tetap terhadap NPV [proyek dengan pinjaman], dan bukan terhadap nilai investasi awal (US$ 475,000). Hal ini konsisten dengan tujuan dari target rasio pinjaman terhadap nilai pasar (debt to market value) yang biasa diterapkan dalam dunia praktek. Salah satu contohnya adalah ketika pihak bank memberikan pinjaman kepada pihak pengembang real estat. Besaran pinjaman yang dilakukan adalah persentase dari nilai pasar suatu proyek, bukan dari persentase terhadap nilai investasi awal. Nilai kini dari proyek setelah dilakukan investasi awal adalah US$ 504.918 (=US$ 29.918 + US$ 475.000). Jumlah sebesar US$ 29.918 berasal dari tambahan NPV akibat diterimanya usulan proyek. Dengan demikian didapat nilai rasio pinjaman terhadap nilai proyek (debt to value ratio of the project) adalah 25% (=US$ 126.229,50 / US$ 504.918). Jumlah nilai pinjaman ini juga bisa dihitung secara langsung. Perhatikan bahwa : Nilai kini dari proyek dengan pinjaman (levered project) = Nilai kini dari proyek tanpa pinjaman + (tc x B) VDengan Pinjaman = US$ 462.000 + (34% x [25% x VDengan Pinjaman] Dengan mengatur ulang persamaannya didapat: VDengan Pinjaman x [1- (34% x 25%)] = US$ 462.000 VDengan Pinjaman = US$ 504.918 Jumlah pinjaman sebesar 25% dari VDengan Pinjaman adalah US$ 126.229,50 (= 25% x US $ 504.918).

Page 28: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 28

Di sini kita perlu menghitung NPV dari usulan proyek dengan pinjaman (under leverage).

Sebagaimana telah dirumuskan dalam Contoh 1, dalam situasi “perpetuity”, maka rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut (ini dikenal juga sebagai Adjusted Present Value (APV)).

V(L) = V(U) + [tarif pajak penghasilan pajak x pokok pinjaman]

Perhatikan bahwa untuk mendapatkan NPV usulan proyek dengan pinjaman, maka kita tinggal

menambahkan komponen ke-dua dari rumus di atas, yaitu “tariff pajak penghasilan badan x

pokok pinjaman” (ini dikenal sebagai konsep Hutang Permanen, konsep yang diperkenalkan

dalam Teori M&M ke-dua yaitu bahwa usulan proyek didanai dengan komponen hutang yang

bersifat permanen. Artinya, selama proyek tersebut masih menghasilkan arus kas sebagaimana

yang diharapkan, maka komponen hutang tidak akan pernah dilunasi.

NPV usulan proyek dengan pinjaman akan menjadi:

NPV dengan pinjaman = NPV(tanpa pinjaman) + [tc x pokok pinjaman]

US$ 29.918 = - US$ 13.000 + [34% x USS$ 126.229,50]

Jadi didapatkan bahwa nilai dari proyek yang didanai dengan pinjaman sama dengan nilai

ketika proyek didanai sepenuhnya oleh modal sendiri ditambah interest tax shield dari pinjaman.

Dari perhitungan di atas diperoleh bahwa nilai NPV-nya berubah dari negatif US$ 13.000

menjadi positif US$ 29.918, atau ada tambahan arus kas masuk sebesar US$ 42.918, suatu

kenaikan yang cukup signifikan. Besarnya tambahan arus kas masuk yang signifikan ini, tidak

lepas dari asumsi bahwa perhitungan di atas dilakukan dalam konteks “perpetuity”, dimana

perusahaan akan tetap dapat menikmati penghematan pembayaran pajak penghasilan badan

yang lebih rendah akibat digunakannya fasilitas pinjaman yang memunculkan beban pinjaman

sebagai pengurang penghasilan kena pajak, selama-lamanya. Karena sekarang NPV usulan

proyek sudah menjadi positif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa usulan proyek ini dapat

diterima.

Penulis Ross, Westerfield dan Jaffe20 memberikan catatan bahwa contoh di atas yang

menunjukkan bahwa digunakannya fasilitas pinjaman untuk membiayai usulan proyek, telah

mengakibatkan NPV berubah drastis dari negatif menjadi positif, semata-mata untuk

mendramatisasi pentingnya peranan dari interest tax shield suatu pinjaman. Lebih lanjut

20

Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield dan Jeffrey Jaffe. Corporate Finance. Edisi ke-10. New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. 2013. Bab 18: Valuation and Capital Budgeting for the Levered Firm. Halaman 561. Catatan kaki nomor 2.

Page 29: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 29

dikatakan bahwa dalam praktik, NPV tanpa pinjaman akan diusahakan minimum NPV-nya nol

atau tidak boleh negatif.

Menurut penulis, catatan dari Ross, Westerfield dan Jaffe di atas sangat penting, karena untuk

meniadakan kesan bahwa penggunaan hutang akan mampu membuat NPV usulan suatu

proyek dari semula negatif menjadi positif, suatu kesimpulan yang tidak tepat. Hal ini akan

dibahas lebih lanjut oleh penulis dalam bagian Tanggapan.

TANGGAPAN

Baik dalam Contoh 1 dan Contoh 2 di atas, dapat ditunjukkan secara perhitungan, bahwa

hadirnya komponen hutang atau pinjaman guna membiayai sebagian kebutuhan dana dari

suatu usulan proyek, akan dapat mengakibatkan NPV usulan proyek yang semula negatif

(sehingga usulan proyek ditolak) menjadi positif (sehingga didukung pelaksanaan usulan

proyek) dan dapat ditunjukkan bahwa tambahan arus kas masuk adalah berasal dari interest

tax shield (berupa penghematan pembayaran pajak penghasilan badan), namun menurut

penulis, contoh yang diberikan dapat memberikan pemahaman yang tidak tepat dan cenderung

mengalihkan perhatian pihak analis usulan proyek untuk melihat lebih jauh mengapa NPV

proyek tanpa pinjaman dari semula sudah negatif.

Ada beberapa poin yang ingin penulis uraikan sebagai tanggapan.

First, debt cannot help "bad project" (proyek dengan NPV negatif, pada saat dianalisa

tanpa menggunakan fasilitas pinjaman)

Bad project in many cases is related to cash flow problem. In technical finance terms, ROIC of

the project is lower than WACC. Low ROIC is related to flawed business model or weak

execution. In the book there is no explicit assumption that ROIC of the machinery is already

optimal.

Second, debt will only add value to project if its cost of funding is lower than the machinery

ROIC.

The way many finance textbooks explain about the value of debt is a bit misleading. Though

technically correct by using APV Myers approach but this gives wrong impression that debt

could fix the negative NPV. We need to spend more time on fixing ROIC than discount rate.

Ini artinya apa?

Page 30: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 30

Alfred Marshall, seorang ekonom, pada tahun 1890 sebagaimana dikutip di bawah ini, telah

menunjukkan bahwa penting sekali tingkat imbal hasil atas capital (return on capital) lebih tinggi

dari biaya capital (cost of capital) yang digunakan dalam membiayai suatu proyek. NPV suatu

usulan proyek (tanpa pinjaman) akan negatif, kalau tingkat imbal hasil proyek tersebut (apakah

dihitung ROIC, atau ROCE, dimana komponen hutang dan ekuitas diperhitungkan), lebih

rendah dari rata-rata tertimbang biaya capital (WACC).

Banyak yang masih percaya bahwa “using leverage to make an investment in itself creates

value. It does not, because—referring once again to the conservation of value—it does not

increase the cash flows from an investment.”21 Ada tidaknya pinjaman, arus kas yang timbul

dari proyek itu sendiri tetap negatif. Mestinya ini yang menjadi fokus dari analis suatu usulan

proyek!

Kita tahu bahwa arus kas dari suatu usulan proyek akan positif, kalau perusahaan memiliki

“competitive advantage” dibandingkan dengan pihak competitor. Ini yang perlu dilihat lebih jauh.

21

Koller, Tim; Marc Goedhart dan David Wessel. Valuation: Measuring and Managing the Value of Companies. Edisi kelima. McKinsey & Company. New Jersey (USA): John Wiley & Sons, Inc. 2010. Bab 1: Why Value Value? Halaman 8.

Page 31: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 31

Apa yang menjadi “competitive advantage” proyek tersebut dan mengapa arus kas yang

diharapkan bisa positif atau negatif?

“Competitive advantage” akan terwujud dalam tingkat imbal hasil22 dan pertumbuhan

pendapatan, yang ujung-ujungnya akan terlihat pada arus kas, dimana kalau memang

perusahaan memiliki “competitive advantage” maka, arus kas ini akan lebih tinggi daripada

biaya capital yang telah dikeluarkan guna menciptakan nilai, yaitu NPV positif dari suatu usulan

proyek, sebagaimana diperlihatkan dalam gambar di bawah ini.

ROIC atau ROCE bisa tinggi atau rendah, namun yang relevan adalah bahwa ROIC atau

ROCE mesti di atas WACC. Tentunya ROIC atau ROCE tinggi atau rendah sangat terkait pada

jenis industry, kondisi struktur kompetisi, perilaku kompetisi dan pertumbuhan dalam suatu

industri. Yang penting dicermati adalah ROIC yang [sangat] rendah atau bahkan negatif, yang

bisa berasal dari model bisnis yang cacat, struktur industri yang memang tidak menarik, atau

manajemen yang buruk.

Penting diperhatikan bahwa kalau suatu usulan proyek menghadapi permasalahan tingkat imbal

hasil suatu proyek yang rendah, maka penting sekali tahap pertama adalah bagaimana

meningkatkan tingkat imbal hasil tersebut, dan bukan lalu berusaha meningkatkan

pertumbuhan. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas, ROIC terlebih dahulu, baru

22

Return on Invested Capital atau Return on Capital Employed, dimana secara sederhana dihitung dari laba usaha sesudah pajak dibagi asset bersih yang digunakan (yaitu asset tetap, aset tak berwujud, modal kerja bersih) atau total nilai pasar dari komponen hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk investasi guna menghasilkan laba usaha sesudah pajak.

Page 32: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 32

Growth atau pertumbuhan!23 ROIC yang rendah yang dipercepat dengan pertumbuhan yang

tinggi akan cenderung memperparah kondisi arus kas.

Namun di lain pihak, sebagaimana dikatakan oleh Rappaport24:

Instructing operating managers to invest in strategies that earn more than the cost of capital is

not enough. To bridge valuation concepts of modern finance theory with the needs of corporate

decision makers, what is needed is an easily understood, operationally meaningful concept that

enables managers to assess the value creation potential of alternative strategies. The threshold

margin concept is particularly well suited to facilitate this linkage because the operating profit

margin has widespread acceptance from both security analysts and corporate management as

an essential ratio for assessing a firm's operating profitability and efficiency. Threshold margin

can be used to evaluate the past performance of a business as well as to establish performance

targets for the future.

Jadi konsep ROIC atau ROCE saja tidak “operasional”. Manajer level menengah dan di bawah

belum tentu mengerti bagaimana caranya meningkatkan ROIC atau ROCE. Diperlukan

“bahasa” yang dipahami mereka sehingga bisa dieksekusi dengan tepat.

Di sini, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk membuat ROIC atau ROCE lebih “operasional”

dan dipahami oleh pihak manajer menengah dan di bawahnya.

Pertama, dibuat apa yang disebut sebagai “Pohon ROIC atau ROCE” (ROCE Tree),

sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.

23

Jiang, Bin; dan Timothy Koller. How to Choose between Growth and ROIC. McKinsey on Finance (Autumn 2007). Halaman 19–22. 24

Rappaport, Alfred. Creating Shareholder Value: A Guide for Managers and Investors. Revised and Updated. New York (USA): The Free Press. 1998. Bab 3: Shareholder Value Approach. Halaman 52.

Page 33: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 33

Kedua, pihak manajemen menengah dan staf dibawahnya diminta untuk focus pada percepatan

“Siklus Konversi Arus Kas (Cash Conversion Cycle)”. Semakin cepat dan pendek siklus

tersebut, semakin baik bagi perusahaan secara keseluruhan.

Page 34: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 34

Jadi pada intinya, pada saat NPV suatu proyek tanpa pinjaman adalah negatif, maka masuknya

komponen hutang atau pinjaman guna membiayai usulan proyek, walaupun dari buku-buku teks

corporate finance, dapat mengakibatkan NPV usulan proyek dari negative menjadi positif,

namun hal ini tidak tepat. Pada saat NPV usulan suatu proyek negatif, maka pihak analis harus

segera mempelajari mengapa NPV tersebut negatif, dan apakah dimungkinkan ROIC proyek

tersebut ditingkatkan di atas WACC-nya. Kalau hal ini tidak dapat terjadi, maka munculnya

komponen hutang atau pinjaman, justru akan membebani arus kas proyek tersebut.

Penulis akan tutup tulisan ini dengan komunikasi yang penulis lakukan dengan Ignasio Velez-

Pareja, sebagai berikut:

Ignasio Velez-Pareja:

There is the belief that a bad project could be improved with debt. That is deadly wrong! Use a

simple rule: value the project with all equity. IF it is good you sell it to share and debt holders.

And when you have the mix, eventually, you can optimize the mix.

Sukarnen:

Interesting comment. This is exactly what I keep saying...we have cash flow risk and discount

rate risk. Every time people talk about risk, I will remind them that adjustments should go to

cash flow. The project goes bust in 99% cases is because the cash flow doesn't come true.

Debt can't not save bad project. I think I agree with you.

Ignacio Velez-Pareja:

Discount rate has systematic risk, assuming a well-diversified investor (shareholder). If he is

not, then you need to estimate total risk.

Assume that you wish to simulate the risk of the project with a discount rate as said above. If

you simulate input variables that are systematic, then you are double counting systematic risk.

If you "simulate" systematic risk (systematic variables) AND discount with a discount rate with

systematic risk, you are double counting.

Sukarnen:

Bad project means bad cash flow.

Page 35: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 35

Ignacio:

Well, and/or very high discount rate....

Sukarnen:

However, one thing that finance people keeps saying is unlevered cost of equity. Is this the

same with ru of the project, or we just assume it is the same as ru is impossible to observe?

Many books use accounting equation to explain this though I don't like that approach. Too

simplistic! Ru has nothing to do with debit side = credit side.

As you mentioned about cash flow from project should be discounted at unlevered cost of equity

(I intentionally avoid using ru as it is not easily observable) to determine whether it is good or

bad project, then how to reconcile your comment with APV approach and M&M theory that debt

in tax world has + effect to valuation of project, which includes possibly making negative NPV to

positive NPV. This is of course from interest tax shield.

Ignacio:

It is unobservable in the sense that you could consider that having the collection of returns

(market and stock) and we say Ke is observable (and then we estimate beta etc.).

However, if it is true that Ku is unobservable as such, I think you could estimate either a total

risk or systematic risk for Ku, using the forecasted financial statements and simulate to find out

the variability of a return that could easily be associated to Ku. The ROIC (EBIT(1-T)_t/(Invested

capital)_t-1. If you simulate ALL input variables in your model (systematic and non-systematic)

you can estimate total risk as the standard deviation (for each period) of ROIC(1-T). If you

simulate ONLY the systematic variables you might obtain an estimate of systematic risk for Ku

(this might be debatable). Damodaran uses Hamada formula to unlever the levered beta and

that's it. Everybody accepts this and this doesn't mean it is 100% correct. I prefer to think that it

is the best we can do to estimate Ku (either with Damodaran’s suggestion or simulating ROIC).

Now, given that you have Ku ssomehow, (systematic risk only) obtained either a la Damodaran

or a la Monte Carlo Simulation, then you simulate non systemic input variables that will reflect

the risk of the cash flows.

In any case, I ratify my first assertion: IF NPV(FCF at Ku) < 0, reject the project (if you simulate,

this normative rule/model doesn't work anymore). If you simulate, what you get is a probability

that NPV < 0 and then you have to make a decision in solitude: I mean, that it is a personal

Page 36: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 36

decision that depends on your risk attitude. If Pr(NPV<0) = 10% that 10% might mean VERY

DIFFERENT things to you, to me and to Bill Gates. The risk attitude depends on MANY issues.

The most simple and straightforward is the amount you have as owner of the project. Assume a

project where you are investing in all your savings and compare that with the wealth of Bill

Gates. If we talk about 1 million USD, it is 100% of your savings and 1/XX000 in the case of

Gates. No comparison. 5% for you might be a LOT of risk and the same 5% will mean peanuts

to Gates.

Sukarnen:

I said that bad project is in many cases related to bad cash flows...(assuming forecasting error

is minimum). Or ROIC of the project is lower that its WACC.

Ignacio:

Sure!

Sukarnen:

ROIC is the root of the problem. Low ROIC means something wrong in either business model or

execution.

Ignacio:

Agree

Sukarnen:

The example in Simon Benninga and other textbook such as Stephen Ross et.all makes

impression that negative NPV could be improved to positive by adding debt. But they stop there.

To me it's a bit confusing. First, they don't talk about what they are doing to improve ROIC. Or

probably they assume that ROIC is already optimal. Second debt WILL only add value if it is

lower than ROIC.

The more I read books now I could see that many MBAs tend to get wrong from reading all

those corporate finance textbooks.

Ignacio:

Remember to add to the argument, that if we imagine a project that has negative EBIT (just to

mention an extreme example) you will not earn TS! Hence, you cannot "rescue" a bad project

with debt.

Page 37: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 37

There are many beliefs such as that the NPV of the project could be lower than NPV of

shareholders. THAT is DEADLY wrong. The 2 NPVs by definition have to be identical. And I

have read books where they say the project's NPV is improved by leverage!!!

~~~~~~ ####### ~~~~~~

Page 38: Mengapa meminjam uang untuk pendanaan proyek investasi akan membuat proyek menjadi layak

www.futurumcorfinan.com

Page 38

Disclaimer

This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of

writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been

compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any

representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from

the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not

intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors

for specific advice.

This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the

authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com

© FUTURUM. All Rights Reserved