MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

14
MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: MENCARI FORMAT PEMBANGUNAN KHAS NEGARA BERKEMBANG Arif Hartono Abstract Development concepts in almost of developing countries have been being adoptedfrom Western. Whereas, developing countries have different background and conditionfrom Western in politics, economics, social, culture, history, etc. The implication ofthat condition. Western concepts couldn't solve the real problem of development in developing countries. A situation was aggravated by the existence of world relationship that give more advantage to Western/developicountries. The way out of that condition, developing countries must deconstruct their concept of development. Developing countries is differentfrom Developed coun tries. so they must solve their problem with their way/concept. Essentially, deve loping countries must create the newparadigm ofdevelopment. To create the new paradigm, heterodoks and eclectic approach is very good method. Developing countriesmustn't obey the grand theory. Theymay think or do 'everything' for development as they 'wish'. Debat pemikiran pembangunan baik dalam perspektif konseptual maupun im- plementasinya seakan tak pemah berhenti; seirama dengan denyut nadi pembangunan di negara dunia ketiga yang tak kunjung usai atau bahkan tak akan pemah usai. Pergula- tan in! terasa semakin hangat ketika kerangka konseptual yang mengikuti kaidah- kaidah 'konvensional' -yang tidak lain merupa- kan replikasi pembangunan model barat (westernization)— pada realitanya banyak menemui kebuntuan di lapangan. Dalam perjalanannya, konsep-konsep pembangunan made in barat tersebut setelah diimplemen- tasikan di banyak negara berkembang justru tidak sedikit yang menghasilkan paradoks- paradoks pembangunan —yang sangat mungkin unpredictable dan uncontrollable— dengan bobot kompleksitas permasalahan yang tidak dapat dipandang enteng. Kebangkrutan ekonomi beberapa negara berkembang, terutama di Amerika latin dan 70 Afrika, dapat kita ambil sebagai contoh ka- sus. Pada Agustus 1982 Meksiko mengu- mumkan kebangkrutan perekonomiannya, sehingga tidak mampu lagi untuk membayar utangnya yang berjumlah US$ 20 milyar. Fenomena ini kemudian berlanjut tahun 1983 dimana teijadi antrean. panjang pen- jadwalan utang: Costa Rica {US$ 200 juta), Sudan (US$ 536 juta), Cuba (US$415 juta), Togo (US$ 300 juta), Zambia (US$ 375 juta), Romania (US$ 195 juta). Chili (US$ 16 milyar), Peru (USS 400 juta), Ekuador (USS 200 juta), Malawi (USS 30 juta), Brazil (USS 2,7 milyar), Nigeria (USS 46 juta), Zaire (USS 1,6 milyar).' Dalam situasi yang lain, terdapat ke- cenderungan mensalahposisikan pembangu nan sebagai sebuah dogma yang sakral dan harus dijunjung tinggi dan tak terbantahkan. Apapun dikalahkan demi yang namanya pembangunan, padahal terkadang dam- paknya justru bertolak belakang dengan JEP Vol. 4 No. 1, 1999

Transcript of MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

Page 1: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN:

MENCARI FORMAT PEMBANGUNAN

KHAS NEGARA BERKEMBANG

Arif Hartono

Abstract

Development concepts in almost of developing countries have been beingadoptedfrom Western. Whereas, developing countries have different backgroundand conditionfrom Western in politics, economics, social, culture, history, etc. Theimplication ofthat condition. Western conceptscouldn't solve the real problem ofdevelopment in developing countries. A situation was aggravated by the existenceofworld relationship that give more advantage to Western/developicountries.

The way out of that condition, developing countries must deconstruct theirconcept of development. Developing countries is different from Developed countries. so they must solve their problem with their way/concept. Essentially, developing countries must create the newparadigm ofdevelopment.

To create the new paradigm, heterodoks and eclectic approach is very goodmethod. Developing countriesmustn't obey the grand theory. Theymay think or do'everything' for developmentas they 'wish'.

Debat pemikiran pembangunan baikdalam perspektif konseptual maupun im-plementasinya seakan tak pemah berhenti;seirama dengan denyut nadi pembangunandi negara dunia ketiga yang tak kunjung usaiatau bahkan tak akan pemah usai. Pergula-tan in! terasa semakin hangat ketikakerangka konseptual yang mengikuti kaidah-kaidah 'konvensional' -yang tidak lain merupa-kan replikasi pembangunan model barat(westernization)— pada realitanya banyakmenemui kebuntuan di lapangan. Dalamperjalanannya, konsep-konsep pembangunanmade in barat tersebut setelah diimplemen-tasikan di banyak negara berkembang justrutidak sedikit yang menghasilkan paradoks-paradoks pembangunan —yang sangatmungkin unpredictable dan uncontrollable—dengan bobot kompleksitas permasalahanyang tidak dapat dipandang enteng.Kebangkrutan ekonomi beberapa negaraberkembang, terutama di Amerika latin dan

70

Afrika, dapat kita ambil sebagai contoh ka-sus. Pada Agustus 1982 Meksiko mengu-mumkan kebangkrutan perekonomiannya,sehingga tidak mampu lagi untuk membayarutangnya yang berjumlah US$ 20 milyar.Fenomena ini kemudian berlanjut tahun1983 dimana teijadi antrean. panjang pen-jadwalan utang: Costa Rica {US$ 200 juta),Sudan (US$ 536 juta), Cuba (US$415 juta),Togo (US$ 300 juta), Zambia (US$ 375juta), Romania (US$ 195 juta). Chili (US$16 milyar), Peru (USS 400 juta), Ekuador(USS 200 juta), Malawi (USS 30 juta), Brazil(USS2,7 milyar), Nigeria (USS 46 juta), Zaire(USS 1,6 milyar).'

Dalam situasi yang lain, terdapat ke-cenderungan mensalahposisikan pembangunan sebagai sebuah dogma yang sakral danharus dijunjung tinggi dan tak terbantahkan.Apapun dikalahkan demi yang namanyapembangunan, padahal terkadang dam-paknya justru bertolak belakang dengan

JEP Vol. 4 No. 1, 1999

Page 2: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN: 1410-2641

tujuan pembangunan itu sendirl. Fe-nomena ini terkadang membuat orang pesi-mis, skeptis atau bahkan anti dengan yangnamanya pembangqnan. Tidak sedikityang menafsirkan pembangunan tidak lebihdari sekadar penggusuran ataupun pelucutanhak-hak dan akses ekonomi 'si lemah' oleh

"si kuat'. Dengan menggunakan dogmapertumbuhan, kemajuan, modemisasi ataujargon-jargon lainnya, tidak sedikit rakyatkecil harus reia melepaskan kepemilikanasasinya demi pembangunan. Padahal dalambanyak kasus proses tersebut hanya dapatdiakses dan dinikmati segelintir individudari suatu komunitas yang sangat luas.

Tulisan ini mencoba memotret perkem-bangan pemikiran pembangunan beserta im-plementasi dan implikasinya di negaraberkembang secara umum, untuk kemudianmencoba mencari/menawarkan poia berflkirdan bertindak yang dapat melahirkan pe-mikiran-pemikiran pembangunan altematifyang khas negara berkembang. Lahimyapemikiran-pemikiran altematif tersebut di-harapkan mampu menerobos status quoyang selama ini momentumnya berusaha'dipertahankan' oleh negara-negara barat.

PERGESERAN MAKNA

PEMBANGUNAN

Konsepsi pembangunan'biasanya selaludikaitkan atau bahkan diidentikkan denganmasalah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Sebenarnya masing-masing pengertian tersebut mengandungmakna, implikasi dan ramiflkasi" yang ber-beda satu dari yang lainnya.

Pertumbuhan ekonomi berkait erat de

ngan proses peningkatan produksi barangdan jasa dalam kegiatan ekonomi masyara-kat. Dapat dikatakan" bahwa pertumbuhanmenyangkut perkembangan yang berdi-mensi tunggai dan diukur dengan mening-katnya hasii produksi,dan pendapaian. Dalam pertumbuhan ekonomi, biasanyaditelaah dari proses produksi yang melibat-

JEPVol. 4N0.1,1999

Arief Hartono. Menelusuri Wacana Pembangiman ...

kan sejumlah jenis produk dengan menggunakan sejumiah sarana produksi tertentu,(Djojohadikusumo, 1994:1)

Sementara itu, pembangunan ekonomipada umumnya dideflnisikan sebagai suatuproses yang menyebabkan pendapatan per-kapita penduduk sesuatu masyarakat me-ningkat dalam jangka panjang. Dengandemikian, pembangunan ekonomi mem-punyai tiga sifat penting, yaitu: (1). suatuproses, yang berarti merupakan perubahanyang terjadi terus menerus (2). usahauntuk menaikkan tingkat pendapatan per-kapita, dan (3). kenaikan pendapatan per-kapita itu harus terus berlangsung dalamjangka panjang, (Sukimo, 1985:13)

Blla kita cermati dari kedua pengertiandi atas (pertumbuhan dan pembangunanekonomi) fokusnya terletak pada peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Paraahii ekonomi kemudian membedakan kedua

pengertian dengan mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebzgm (1). peningkatandalam pendapatan perkapita masyarakat,yaitu tingkat pertambahan GDP pada suatutahun tertentu melebihi tingkat pertambahanpenduduk, atau (2). perkembangan GDPyang beriaku dalam suatu masyarakat di-barengi oleh perombakan dan modemisasidalam struktur ekonominya. Sedangkanpertumbuhan ekonomi diartikan sebagaikenaikan dalam GDP, tanpa memandangapakah kenaikan itu lebih besar atau lebihkecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk; atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi beriaku atau tidak,(Sukimo, 1985:14,dan Djojohadikusumo, 1994: 2)

Dalam perspektif tradisional, pembangunan diidentikkan dengan. pertumbuhan ekonomi, yaitu upaya-upaya untukmenlngkatkan pendapatan per kapita. Fe-nomena ini nampak dari pemikiran-pemikiran awal pembangunan yang tertuang dalamteori Harod-Domar, Arthur Lewis, WWRostow, Hirscman, Rosenstein-Rodan,Nurkse, dan Leibensiein. Tidaklah menghe-

71

Page 3: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

Arict'Hanono. Xkneliisuri Wacom Paiibangunan ...

rankan bila pembangunan pada era ini di-maknai sebagai kapasitas perekonomian na-sional, yang kondisi ekonomi awalnyakurana lebih berada dalam keadaan statisuntuk jangka waklu yang lama, untukmenghasilkan dan mempertahankan tingkatkenaikan GNP sekitar 5 sampai 7 persenatau lebih setahun. Pada masa inipun kitadapat menemukan bahwapembangunan jugaumumnya dillhat dalam pengeitian pembahansecara terencana struktur produksi danpenciptaan lapangan pekerjaan sehinggabagian dari sektor pertanian menurun se-mentara sektor Industri (manufaktur danjasa) meningkat, {Todaro, 1997:13-14)

Dalam pemikiran-tradisional, walaupunbanyak varian pemikiran, pada dasarnyakey-word dari pembangunan adalah pem-bentukan modal. Oleh karena itu, strategipembangunan yang dianggap paling sesuaiadalah akselerasi pertumbuhan ekonomidengan mengundang modal asing dan mela-kukan Industrialisasi. Tampak jelas, bahwakonsep dan strategi pembangunan semacamini dijiwai oleh pengalaman negara-negaraEropa . Inilah yang disebut dengan Euro-.ww/r/sw, (Hettne, 1992)

Memasuki dasawarsa 1960-an, mun-

cul kesadaran baru yang 'menggoyang' eu-rosentrism. Banyak negara berkembangmanyadari -bahwa pertumbuhan' tidaklahidentik dengan pembahgurian, Hal ini dipicuoleh kenyataan yang'mereka alami bahwadibalik pertumbuhan ekonomi yang tinggi,ternyata dlbarengi dengan masalah-masalahseperti. pengangguran, kemiskinan di pede-saan. distribusi pendapatan yang timpang,dan ketidakseimbangan struktural.

Hal tersebut di atas menjadi momentumdimulainya masa pengkajian ulang tentangarti pembangunan. Pada masa ini bermun-culan paradigma baru dalam pembangunan,diantaranya: konsepsi pertumbuhan dengandistribusi, kebutuhan pokok (basic needs),pembangunan mandiri (self-reliant development). pembangunan berkelanjutan dengan

72

ISSN: 1410-2641

memperhatikan aiam (ecodevelopment). sertapembangunan memperhatikan ketimpanganpendapatan menurut jenis etnis (ethnode-velopment), (Kuncoro, 1997: 7-14)

Kerancuan pengertian pertumbuhanekonomi. pembangunan ekonomi dan pembangunan itu sendiri sebenamya tidak ter-lepas dari dominannya pandangan yangmenatap pembangunan dalam perspektifekonomi semata. Padahal, pembangunanbukanlah sekedar masalah ekonomi, tetapilebih luas dari itu. Pembangunan mempu-nyai dimensi yang lebih luas (sosial, politik,budaya dan Iain-lain). Menurut Todaro(1997:16),/^emZ'aMgMwondimaknai sebagai suatuproses multidimensi yang melibatkan peruba-han-perubahan dalam struktur sosial. sikapdan faktor kelembagaan, juga percepatanpertumbuhan ekonomi, penguranganketidakadilan dan penghapusan kemiskinan absolut.

Pada hakikatnya, pembangunan harusberlangsung pada suatu tingkat perubahansecara menyeluruh sehingga suatu sistemsosial, yang telah diselaraskan dengan ke-butuhan-kebutuhan dan keinginan dasarmasing-masing pribadi dan kelompok yangberaneka ragam dalam sistem tersebut. akanbergerak menjauhi kondisi hidup yang secara umum dianggap kurang memuaskan.dan mengarah ke situasi atau kondisi hidupyang secara material dan spiritual dianggapMebiK baik'. Tiga nilai dasar yang harus di-perhatikan dalam pembangunan adalah:(I) sustenance, kemampuan untuk menye-diakan kebutuhan dasar yang meliputi pa-ngan, papan dan rasa aman; (2) .self-esteem.'kebutuhan untuk dihargai, yaitu suatu pera-saan akan nitai atau martabat dan hormat

terhadap diri pribadi, sehingga tidak diman-faatkan semata-mata sebagai alat untukmencapai tujuan orang lain; dan (3) freedom from servitude, kebebasan untuk dapatmemilih. Kebebasan di sini hendaknyatidak dipahami dalam makna politik atauideologi, meiainkan dalam pengertian yang

JEPVol. 4 No.l, 1999

Page 4: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN: 1410-2641

lebih mendasar mengenai kcbebasan atauemansipasi dari perampasan kondisi material kehidupan, dari penjajahan sosialatas manusia oleh, alam, kebodohan,orang-orang lain, penderitaan, lem-baga-lembaga dan keyakinan-keyakinandogmatik.

KERANGKA KONSEPTUAL

PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA

Pada saat teori pembagian kerja intema-sional menjadi sebuah grand theory, makanegara-negara di dunia menspesiallsaikandirinya sesuai dengan keunggulan kompara-tif (comparative advantage) yang dimiliki-nya. Karena adanya spesialisasi ini, terjadi-lah perdagangan intemasional yang menurutteori ini merupakan sarana yang dapat me-nguntungkan semua pihak yang terlibat di-dalamnnya.

Rekomendasi lebih lanjut dari teoripembagian kerja secara intemasional bahwapembangunan yang paling'baik bag! suatunegara adalah pembangunan yang melebur-kan diri ke dalam kegiatan ekonomi dunia,karena pada dasamya negara-negara yangada saling tergantung, dan akan lebih me-nguntungkan bila negara-negara saling me-ngisi kelemahan yang.ada.

Berdasarkan rekomendasi tersebut,

maka di dunia terdapat dua kelompbk besarnegara sesuai dengan comparative advan-/oge-nya, yaitu (l)negara-negara yangmemproduks! hasil pertanian (agriculturalcountries), dan {2)negara-negara yangmemproduksi barang-barang industri (Industrial Countries). Antara dua kelompoknegara tersebut terjadi hubungan dagang dankeduanya, menurut teori diatas, saling di-untungkan. Namun, realita menunjukkan hasil yang berbeda. Neraca perdagangan selalumenguntungkan negara industri, sehingganegara-negara industri semakin kaya se-dangkan negara-negara pertanian semakinjauh tertinggal.

JEP Vol.4No.l, 1999

AriefHartono. Meneliisuri IVacana Penihungtinan

Terhadap kenyataan tersebut, terdapatdua kelompok teori yang berusaha men-jelaskannya, yaitu (l)Teori Modernlsasi.yang memandang bahwa kemiskinan negara-negara pertanian disebabkan olehfaktor-faktor internal (dalam negeri); dan(2)Teori Struktural, yang memandangbahwa penyebab kemiskinan berasaldari faktor ekstemal.

Menurut Teori modernlsasi; keterbela-kangan suatu negara disebabkan karenaorang-orangnya/nilai-nilai yang hidup dimasyarakat tersebut belum modern, sehingga tidak bisa mendukung proses pembangunan. Solusinya, mereka 'harus diba-ngunkan' dengan memperkenalkan nilai-ni-lai modem yang rasional dan saran-sarana/lembaga modem untuk menopangpembangunan. Secara umum clri-ciri dariteori modemisasi ialah (l)didasarkan padadikotomi tradisional dan modem,(2)didasarkan pada faktor-faktor non material sebagai penyebab kemiskinan, khusus-nya dunia Ide/alam pemikiran, (3)biasanyabersifat a-historis, hukum dianggap berlakusecara universal tanpa memperhatikan faktorwaktu ataupun tempat, (4)faktor yang men-dorong atau menghambat pembangunan hams dicari di dalam negara yang bersangku-tan, bukan di luamya.

Walaupun terdapat kesimpulan umumbahwa penyebab keterbelakangan adalahfaktor intemal. namun dalam menjelaskanfaktor intemal apa yang paling dominanpenyebab keterbelakangan tersebut sangat-lah beragam antara tokoh penganut teorimodemisasi. Roy Harrod dan Evsey Domarmenyebut kelangkaan tabungan dan investa-sai di negara berkembang sebagai penye-babnya, Mark Weber menyoal lemahnyasemangat kerja keras dan sungguh-sungguhyang lepas dari motivasi imbalan material(spirit agama), David McClelland menyebutkurang tingginyasemangat untuk berprestasi(needfor achievement/n-ach theory). WW.Rostow yang terkenal dengan thefive stages

73

Page 5: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

AriefHartono. Mcnelusuri IVacana Pfmhunxwiun ...

of economic growth-nydi menekankan artipenting lembaga-lembaga non ekonomi(lembaga-lembaga sosial dan politik) yangmendukung proses pembangunan, Bert F.Hoselitz masih mempersoalkan masalahfaktor-faktor non ekonomi tetapi lebih menekankan lembaga-lembaga yang konkretuntuk menghimpun modal, memasok tenagakerja teknis dan teknologi. Sementara itu,Alex Inkeles dan David H. Smith lebih

menyoal masalah manusia sebagai kompo-nen penting dari pembangunan dan mere-komendasikan pendidikan sebagai saranayang paling efektif untuk membentukmanusia modem.

Berbeda dengan teori modernisasi, da-lam pandangan kaum struktural kemiskinandi negara dunia ketiga yang mengkhususkandiri pada produksi pertanian adalah akibatdari struktur perekonomian dunia yangeksploitatif, dimana yang kuat melaku-kan eksploitasi terh'adap yang lemah. In-teraksi negara industri-pertanian cenderungmenguntungkan negara industri, bahkan lebihironis lagi, telah terjadi transfer kekayaan darinegaramiskinke negaramaju.

Teori struktural sebenarnya merupakanteori-teori yang memakai pendekatan struktural. Pendekatan in! menekankan lingkung-an material manusia, yakni organisasikemasyarakatan beserta sistem imbalan-imbalan material yang diberlkannya,perubahan-perubahan pada lingkiinganmaterial manusia termasuk perubahanteknologi. Lingkungaujmaterial ini dianggapsebagai faktor yang lebih penting daripadakeadaan psikologi dan nilai-nilai kemasyarakatan yang ada dalam mempengaruhitingkah laku manusia.

Teori struktural seringkali dianggapbersumber pada teori yang dilontarkanoleh Karl Marx, terutama teorinya tentangbangunan bawah (base)^ dan bangunan atas(superstructure). Bangunan bawah adalahaspek material dari kehidupan manusia,bangunan atas adalah aspek non material-

74

ISSN: 1410 - 2641

nya. Kalau bangunan bawahnya berubah,bangunan atas juga akan mengikutinya.Maka, dalam teori ini aspek materi menjadilebih penting daripada aspek ide: fllsafatmaterialisme memang menjadi dasar dariteori Marx. Berkait dengan interaksi negaraperianian-industri, Raul Prebisch (1950)menyatakan kritiknya terhadap perdagangandunia yang bebas serta menyoal tentanghambatan industri, dan karena itu juga ham-batan terhadap pembangunan, disebabkanoleh fy^tor-fektor ekstemal. Prebisch menunjukpenurunan nilai tukar dari komoditi pertanian terhadap komoditas barang industrisebagai penyebabnya. Oleh karena itu. lamenyatakan bahwa negara yang terbelakangharus melakukan industrialisasi. bila maumembangun dirinya.

Sejalan dengan rekomendasi Prebisch.teori perubahan struktural menitikberatkanpembahasan pada mekanisme transformasiekonomi yang dialami oleh negara sedangberkembang (NSB), yang semula lebih ber-sifat subsisten dan menitikberatkan padasektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modem, dan sangat di-dominasi oleh sektor industri dan jasa. Duatokoh utama teori struktural ini iaiah Arthur

Lewis dengan teori migrasinya, berupa arusperpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian subsisten menuju sektor industrimodern; serta Hollis Chenery dengan teoritransformasi strukturalnya yang menyatakan bahwa'seiring dengan peningkatanperdapatan per kapita maka perekonomiansuatu negara akan bergeser dari pertanianke industri.

Masih berkait dengan interaksi negarapertanian-industri, muricul sebuah pendekatan baru yang berbeda dari kaum strukturalis.yaitu Teori Ketergantungan(DependentsiaTheory). Orang-orang yang sangat ber-pengaruh dibalik teori ini adalah PaulBaran, Andre Gunder Frank, TheotonioDos Santos, Fernando Henrique Cardoso. dan Peter Evans.

JEP Vol. 4 No.l, 1999

Page 6: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN; 1410-2641

Pokok-pokok pemikiran yang dilontar-kan para penganut dependensia ialah:(1)yang menjadi hambatan dari pembangu-nan bukanlah kelangkaan modak melainkanpembagian kerja intemasional yang terjadi,(2)pembagian kerja intemasional diuraikanmenjadi dua kawasan/yaitu pusat dan ping-giran; dimana terjadi pengallhan surplus daripinggiran ke pusat, (3)akibat pengaiihansurplus ini negara-negara pinggiran kehi-langan sumber utamanya yang dibutuhkanuntuk membangun negerinya, (4)sebagaiterapinya, teori' ketergantungan mengan-jurkan pemutusan hubungan dengan kapi-talisme dunia, dan mulai mengarahkan diri-nyapadapembangunan yangmandiri.

Rumusan yang diberikan kaum dependensia, yang merupakan perspektif baru da-lam menjeiaskan interaksi negara pertanian-industri, ternyata mendapat sambutan yangsangat ramai. Hal ini dapat dilihat dari be-gitu banyak kritik yang dialamatkan kepadateori tersebut, antara lain yang disampaikanRobert A. Packenham (1974), ChristoperChase-Dunn (1975). I^itik utama terliadapteori dependensia adalah bahwa tesis dependensia- sangat menitikberatkan keterbela-kangan yang terjadi akibat inlerkasi negaramaju dan miskin di dunia. Sementara kritik *lainnya adalah bahwa teori dependensia-ti-dak lebih dari sekadar tesis yang hanyamampu mengumpulkan sebab-sebab ter-jadinya keterbelakngan dan ketergantungansemata tanpa mampu mencarikan solusijalan keluarnya. Sampai saat ini solusi yangditawarkan dependensia cenderung untukmelakukan isolasi terhadap pengaruh luar;solusi ini tidak realistis dialam globalisasidan perkembangan pesat arus komunikasi.

-Perdebatan seru tentang teori dependensia, balk yang pro maupun yang kotra,mengilhami munculnya perspektif-perspektifbaru pembangunan; dengan demikian teori-le-ori yang muncul ^semakin semarak. Teorl-teori ini biasanya dikelompokkan dalam perspektif besar dengan nama Teori Pasca

JEP Vol.4 No.l, 1999

Ariel I^artono. Menelusiiri Wacana I'einhannunan

Ketergantungan. Memang, teori-teori yanglahir pada era ini merupakan kelanjutan daripedebatan masa teori dependensia. Teori-teori tersebut dapat disebutkan dianiaranya;(l).Teori Liberal, (2).Teori Bill Warren.(3).Teori Artikulasi, (4).Teori Sistem Dunia.

Teori Liberal, mempersoalkan ketaja-man definisi dari teori ketergantungan. De-finisi yang ada dianggap terlalu kabur, sulitdijadikan sesuatu yang operasional. Tanpakejelasan dan ketajaman konsep-konsep, teori ketergantungan lebih merupakan sebuahretorika^bahasa, bukan sesuatu yang ilmiah.

Teori Bill Warren, mengkrltik teoriketergantungan dengan menunjukkan reali-tas bahwa negara-negara yang tergantungmenunjukkan kemajuan dalam pertumbuhanekonomi dan proses industrialisasinya. Ang-gapan adanya keterbelakangan- di negara-negara pinggiran hanya merupakan ilusi be-laka. Bagi Warren, tidak bisa dicegah lagibahwa kapitalisme akari berkembang danmenggejala di semua negara di dunia. Barusetelah kapitalisme berkembang sampaimencapai titik jenuhnya, pefubahan ke so-sialisme dimungkinkan.

TeoriArtikulasi, berpangkal tolak samadengan Warren, yaitu ketidakpuasan terhadap teori ketergantungan. Teori inidikembangkan oleh Claude Melllassouxdan Pierre Philippe, bertitik tolak dari kon-sep formasi sosial. Penganut teori inimenyatakan bahwa pembangunan dan in-dustrialisasi secar empirik memang terjadi dinegar-negara terbelakang. Kapitalisme dinegara-negara pinggiran tidak bisa berkembang karena artikulasinya, atau kombinasiunsur-unsurnya, tidak efisien. Ada banyakunsur penghambat. Kalau kapitalisme bisadibiarkan berkembang secara murni, diapasti akan berhasil, tak peduli dia berkembang dinegara-negara pusat atau pinggiran.Dengan demikian, keterbelakangan di negara-negara dunia ketiga harus dilihat seba-gai kegagalan dari kapitalisme untuk ber-fungsi secara mumi, sebagai akibat dari

75

Page 7: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

"AriefHartono. Menelusuri fi^acana Pcmbangiinan...

adanya cara produksi lain di negara-negara tersebut.

Teori Sistem Dunia, dimunculkan olehImmanuel Walierstein sebagai reaksi keti-dakmampuan dependensi menjelaskan ge-Jala pembangunan di dunia ketiga; yang bisadijelaskan hanyala gejala terjadlnya keter-belakangan (sama dengan dengan warrendan teori artikulasi). Bag! Walierstein, di-namika sistem dunia, yakni kapitalisnmeglobal, selalu memberikan peluang bagi ne-gara-negara yang ada untuk naik atau turunkelas. Sistem dunia 'yang dulu memberikeunggulan pada negara-negara penghasllkomoditas primer, pada saat lain keunggulanini beralih pada t^egara-negara yangmengembangkan Industrinya. Sistem duniaini juga yang kemudian memberi kesempa-tan kepada negara-negara pinggiran yangsudah relatif slap untuk melakukan produksibarang-barang industri yang sederhana, padasaat produksi barang-barang ini sudah tidakmenguntungkan lagi di negara-negara pusat.

Bila kita amati, bermunculannya teori-teori pasca teori ketergantungan mempunyaicorak yang hampir sama yaitu menplakpendekatan revolusioner sebagai salali satupemecahan eksploitasi negara negara pusatterhadap pinggiran, sebagaimana direko-mendasikan teori ketergantungan. Nampak-nya, fenomena ini merupakan 'kebangkitan'kembali kaum Neo-klasik dengan teori pe-nawaran-nya (Supply'Side Theory). Reko-mendasi yang diberikan kepada negaraberkembang adalah ^mengurangi campurlangan pemerintah dalam perekonomianmelalui swastanisasi BUMN, meningkatkanperan perencanaan dan penetapan regulasiekonomi yang menciptakan ikiim yang kon-dusif bagi peningkatan peran swasta dalampembangunan.

BEBERAPA IMPLEMENTASI

MODEL PEMBANGUNAN

Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk

76

ISSN: 14I0-2W1

dapat melakukan kategorisasi model pembangunan yang diterapkan oleh negara-negara didunia, Namun bila diskemakanmodel-model yangtel^ binen(established) didunia, maka akan kita dapati empat modelpembangunan yang paling menarik dan me-nonjol, yaitu: (1) Model Welfare State (2)model negara kemakmuran (3) ModelPopulis (4) sistem neo-liberalisme (Daman-huri. 1996: 32-40)

Model Welfare State, Yaitu modelpembangunan ala negara-negara Skandina-via (Swedia, Finlandia, Denmark) dan negara-negara dimana partai sosialis meme-rintah atau warna kemasyarakatannyamengadopsi aspirasi kaum sosial-dempkrat.seperti Perancis, Spanyol, Jerman dan Ing-gris. Beberapa ciri menonjol dari model iniialah; (l)Sistem perpajakan yang sangatprogresif bersamaan dengan sistem jam inansosial yang sangat efektif untukmelindungi lapisan sosial yang lemah, yangsemua ini merupakan hasil dari "regulasisosial" yang cerdas oleh negara dalam kon-teks historis yang spesifik, proses yangkompleks, serta berbagai hasil transfor-masi gradual dan evolutif serta denganwaktu yang panjang; (2)Aktor swasta sebagai agen pertumbuhan ekonomi yang efisiendimana mekanisme pasar sepenuhnyamenyampaikan sinyal-sinyal yang memberikan arah untuk pengambilan keputusan bagikalangan swasta, tanpa adanya ruang ter-distorsi oleh perilaku birokrasi atau aktornegara; (3)Kekuatan politik serikat buruhyang sangat menentukan, berdampingandengan sistem demokrasi parlementer yangefektif, dengan terdapatnya partal-partaiyang memerintah dan partai oposisi sehinggaterjamin proses "check and balance" dalamrangka merealisasikan hak-hak politikdan kepastian hukum bagi setiap warganegara.

Model Welfare State ini lelah men-jadi obsesi yang kuat bagi para pendiri

JEPVol. 4N0.1, 1999

Page 8: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN: U10-2MI

Republik Indonesia dengan Bung Hattasebagi figur sentralnya. UUD 1945 me-ngandung semangat ke arah model ini.

Model Negara Kemakmiiran alaJepang.Model kedua ini memiliki ciri-ciri:CI) Negaramenjadi sentral dalam penentuan keputusan-keputusan jangka panjang; pertumbuhanekonomi, konsensus antar lembaga,pengembangan teknologi dan seterusnya.Dan ia melakukan sangat sedikit campurtangan dalam tingkat pelaksanaannya.Swastalah yang sepenuhnya menjabarkandan merealisasikan keputusan-keputusanjangka panjang tersebut; (2) Kemitraannegara/ birokrasi dengan kaum wiraswastadalam rangka merebut asar dunia; (3) Sistemsubsidi untuk kebutuhan pokok menjaminsecara efektif proses redistribusi kepada parapetani serta kelas-kelas> sosial yang rendahlainnya dari hasil-hasil pertumbuhan ekonomi,terutama mengulang model barat dalamproses industrialisasi, praktik manajemensumberdaya manusia dan pengembanganiptek mereka; (4) Ha'mpir tidak signifikanperan serikat buruhdalam proses pengambilankeputusan ekonomi pOloiik, tapi dikompen-sasi oleh proses mikro perusahaan dalambentuk konsultasi reguler, mulai dari yangsifatnya harlan, mingguan, bulanan, dan seterusnya, yang inheren dalam sistem-"bekerjaseumur hidup" (loyalitas bagi' pekerjaperusahaan). Pada gilirannya sistem.- in!menjamin tingkat kesejahteraan buruh sertatingkatfull employment dalamsistem ekonomikeseluruhan. Patut dicatat bahwa Jepanghingga kini dikenal sebagal negara yangpaling rendah tingkat "keluar masukperusahaan" dan tingkat pemngangguran didunia.

Model Populis ala negara-negara ko-munis, khususnya yang dianggap unik ada-lah RRC pra reformasi. Ciri-ciri penting darimodel ini iaiah: {\)l^ard policy untuk me-maksa masing-masing aktor ekonomi"memperoleh sesuai dfengan kebutuhannya"dengan pembangunan besar-besaran sistem

JEPVol. 4N0.1, 1999

Arief Hanono. Menehsuri Wucana Peinban^iinan ..

komune dalam rangka sistem langsung (direct^stem) untuk pemecahan masalah-masalah le-dakan penduduk, under employment, dan ke-miskinan massal; (2)Sistem monopoli pengambilan keputusan oleh sekelompok kecil ko-mite sentral partai dengan penutupan totalhak berbeda dalam menentukan arah darisemua subsistem kenegaraan; (3)Peran yangsangat besar dan sangat menentukan dariaparat represi dan kontrol politik untukmenjamin efektifnya sistem mereka.

Patut dicatat RRC pra reformasi telahmengalami keberhasilan relatif dalam men-ciptakan kesempatan kerja penuh dan me-nekan sekecil-kecilnya tingkat ketimpangan(kemiskinan relatiO dan jumlah. pendudukdibawah garis kemiskinan (kemiskinan ab-solut), meski harus dibayar dengan biayasosial dan politik yang mahal dengan diku-burnya baik dalam pengertian fisik maupunnonflsik hak-hak individu untuk kepentingansistem kolektivisme mereka.

Sistem Neo-Llberalisme dengan regu-lasi ekonomi dan sosial oleh kalanganswasta ala Reaganomic pada pemerintahanReagan-Bush di Amerika Serikat. Ciri-ciripenting dari sistem ini ialah: (l).Kepercayaanpenuh kepada mekanisme pasar atau sektorswasta, baik dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengembangan teknologi dan- penciptaan kesempatankeija. Sementara itu pemacahan- masalahkemiskinan dan orang-orang marjinal lainnya di luar sistem produktif, dilakukan olehlembaga-lembaga karitatif yang dibangunoleh kaum pengusaha. politisi dan yayasan-yayasan sosial; (2).Peran negara dibatasidalam minimum peran tradisisonalnya seba-gai penjaga pertahan kemanan. atau palingjauh sebagai peran koreftif ketidaksempur-naan pasar; semisal dalam meianjutkan(karena telah tercipta jauh sebelum Reaganmemerintah) sistem "anti-trust" untukmencegah monopoli dan kartelisasi; (3).Politikflskal (pajak yang rendah misalnya) danmoneter (bunga yang rendah misalnya) serta

77

Page 9: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

AriefHanoiio. Menehisuri WacanaPcmbangman ...

sislem insentif lainnya dalam rangka memacuseklor swasta dalam melakukan perannyasecara maksimal; (4).Pemolongan subsidisistem welfare state (misainya jaminan ke-sehatan untuk kelompok rendah, penganggurdan seterusnya) yang dianggap menciptakankemaiasan kelas sosial yang rendah tersebut.

Sistem neo-liberalisme in! antara lain

telah menghasiikan 20-40 persen pendudukAmerika di bawah garis kemisklnan (menu-rut statistik resmi AS sendiri); inl merupa-kan persentase terbesar dalam sejarahAmerika.

KRISIS PEMBANGUNAN

Btla diamati prosjes pembangunan ne-gara-negara di dunia, tampaknya dunia saatini sedang mengalami krisis pembangunan(baik di negara maju, transisi maupun terbe-lakang). Hal ini berpangkal dari ketidnkber-hasilan negara-negara di dunia mencapaitujuan-tujuan pembangunan yang telah jauh-jauh dicanangkan sebelumnya.

Di negara-negara dunia pertama, EropaBarat dan Amerika Utara, yaitu negara-negara yang masuk kategori negara maju danselama ini menjadi gudangnyakonsepsi pembangunan, temyata tak luput diterpa krisispuia, walaupun tidak separah negara sosialisataupun negara berkembang. Krisis di siniberpangkal dari ketidakberhasilan Barat dalam mencapai welfare state (negara kese-jahteraan). Kinerja pembangunan yang tam-pak dari pertumbuhan ekonomi yang tinggiternyata tidak mampu.menjawab tantangandisparitas distribusi pendapatan, ditandaidengan" angka penganguran yang semakinmeningkat, dari tahun ke tahun , (Hettne,1992: 16-18). Jika diamati, barangkali hanyaSwedia yang mendapat perkecualian, karenanegara ini dapat dikatakan mampu mendekatinegara kesejahteraan.

Sementara itu, krisis yang paling men-colok dialami oleh negara-negara duniakedua yang menganut sistem sosialis. Krisisyang terjadi disini pada umumnya berkisar

78

ISSN: 1410-2641

pada sekitar masalah pertumbuhan ekonomi.Sistem sosialis yang ada tampaknya gagalmendorong berkembangnya faktor produksidalam perekonomiannya, sementara birokrasipemerintah makin membengkak. Tak heranbila kemudian terjadi reformasi besar-besarandi negara-negara sosialis ini, misainya: Rumania, Cekoslovakia, Hongaria, Polandia.Jerman Timur, Uni Soviet dan Yugoslavia.Mungkin hanya Cina yang dapat dikatakanmampu mengelak dari fenomena perubahansistem politiknya, walaupun demikian sulitdikatakan bahwa China masih tetap sebagainegara sosialis; karena China telah mengalami perubahan-perubahan yang sangatmendasar.

Krisis yang terjadi di negara duniaketiga memiliki perbedaan mendasar di-bandingkan sebelumnya, karena sifatnyamulti-kompleks. Bukan saja masalah ke-laparan (terutama Afrika), kesenjanganantara kaya dan miskin, melainkan Jugabenturan-benturan agama dan rasial (terutamaAsia). Ditambah lagi masalah utang yangsemakin membengkak, serta kegagalan untukberperan secara berarti dalam persainganekonomi di pasarglobal. Di negara-negara inibukan saja ragam krisinya yang bermacam-macam, melainkan derajat intensitas krisistersebut Juga sangat mendalam.

Dalam aspek yang lain, krisis institusikenegaraan sebagai agen yang menerapkanstrategi pembangunan nampaknyajuga terjadisecara global. Kegagalan pasar yang seharus-nya dapat ditanggulangi dengan adanya campurtangan pemerintah dalam perekonomian, padakenyataanya campur tangan pemerintahtersebut justeru semakin mendistorsi pasarbukannya semakin mengefisienkan pasarsebagaimana yang diharapkan.

Ketika semua negara di dunia sedangmenghadapi krisis, pada saat yang sama kitabelum menemukan model pembangunanmana yang terbaik bagi kehidupan masa de-pan. Kalau negara maju saja ternyata tak bisamengelak dari krisis dan belum mampu me-

JEP Vol. 4 No.l, 1999

Page 10: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN: 1410 - 2641

nemukan solusi yang paling jitu,- padahalinereka selama ini diposisikan sebagai "gu-runya" pembangunan, lantas bagaimana' de-ngan nasib negara berkembang. Sebagaiseorang "murid" yang baru "sakit" apa-kah selayaknya harus selalii bergantuhgdan menun'ggu diagnosis dan obat mujarab(panacea) dari "gurunya", padahal pada saatyang sama "guru" tersebut juga sedahg "sakit" dan juga belum mampu menemukanobatnya.

Teori pembangunan yang didasarkanpada pengalaman pembangunan dan para-digma berpikir Barat, ternyata banyak mene-mui kegagaian daiam implementasinya dinegara berkembang. Asumsi-asumsi dasaryang digunakan dalam teori pembangunan,ternyata hanya merupakan assumsi-asumsiyang tepat beriaku di negara-negara Barat.Pengadopsian secara mentah-mentah konseppembangunan Barat teiah membawa negaraberkembang menggunakan suatu alat yangtidak sesuai dan'sepadan dengan apa-yanghendak dibangun/diperbaiki. Padahal; sepertikita ketahui, kondisi negara-berkembang sa-ngat berbeda dengan Borat, jauh lebih kom-pleks dan rumit yahg tentu saja memerlukanpendekatan yang berbeda pula.

membangu'n perspektifALTERNATIF: MENEROBOS

STATUS QUOKetika pertemuan' Brettoh Woods

(USA) usai serta menghasilkan berdirinyadua lembaga yaiig diharapkan dapat mem-pengaruhi pembangunan dunia, yaitu International Reconstruction and Development(IBRD, kemudian dikenal dengan BankDunia) dan international Monetary Fund(IMF), 44 negara peserta optimis untukmenata sebualv dunia yang damai, bebas darikemiskinan dan perang antar sesama manusia.Tetapi apa yang t'erjadi kemudian ?Tampaknya. sampai saat ini dunia masih di-landa oleh persoalan yang sama, yaitu ke-miskina.n, perang. serta kerusakan lingkungan.

JEPVcl.4No.l, 1999

Arief Hartono. Menehisuri Wacana Pembangunan

Usaha menemukan model,pembangunan-dunia terus dilakukan banyak ahli. Salahsatunya apa yang ditawarkan oleh JeremyRifkin dengan konsep yang dinamakan PoU-tik-Biosfir. Konsep politik biosflr ini tidakdidasarkan pada negara kebangsaan secaraterpisah-pisah, tetapi pada bumi sebagai satukesatuan'. Keamanan setiap negara kebangsaan bukan ditentukan melalui Jalan masing-masing negara berusaha memperkuat dirinya,meiainkan' melalui pemeliharaan bersamabumi ini. Hanya dengan pemeliharaan bersama inilah kita juga sekaligus memeliharamasa depan • masing-masing, baik sebagaiindividu maupun sebagaibangsa. (Rifkin: 1991:95-141, dalam Budiman, 1995: 117-118)

• Tetapi, tampaknya dunia sekarang masih dikuasai oleh konsep lama dari ekonomipersaingan'bebas. Setiap orang, setiap negara,masih sibuk bersaing untuk mendapatkanharta benda sebanyak-banyaknya untuk me-ngamankan dirinya di masa depan. BerakhimyaPutaran Uruguay dalam rangka programperundingan badan PBB tentang tarif danperdagangan intemasional (GATT), semakinmemperkuat' sitem persaingan bebas ini,dengan korban dunia Ketiga'- yang selaluselalu diperlakukan sebagai sapi perah.olehnegara-negar maju.

Biia dicermati, tampaknya- berbagaipermasalahan yang muncul dibalik pembangunan negara berkembang banyak dipicudari paradigma pembangunan yang selamadigunakan,"yaitu paradigma yang diimpordari Barat. Sementara itu,'Barat tampaknyajuga semakin menunjukkan 'taringnya' agardapat terus dapat mempertahankan momentum ini; b'ahkan, bila perlu, melalui kesepa-tan-kesepakatan global yang seolah menjanji-kan masa-depan dunia yang lebih cerah takterkecuali bagi negara dunia ketiga. Benarkahini semua ? • .

• • Sangat.menarik apa yang dikemukakanDavid Korten berkaitan dengan fenomena ini.

: la berpendapat bahwa apa yang dilakukanorang sekarang, adalah- mengobati penyakil

79

Page 11: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

Ariel"Hartono. Menelusuri Wacana Pcmbangiman ...

baru dengan resep lama. (Korten 1990:21-22.dalam Budiman, 1995: 118-119). Dengandemikian, sangatlah mungkin bahwa penyakit-penyakit pembangunan yangsudah sedemikanresisten terhadap resep-resep lama, tersebutsuatu saat akan muncul kembali denganlingkat resistensi leblh tinggi.

Untuk itu, sangat mendesak bagi ne-gara-negaradunia ketiga agar segera melaku-kan • langkah-langkah dekonstruksi (pem-bongkaran) terhadap paradigma pembangunan, untuk keluar dari keterjebakan lingkaransetan pembangunan dunia dan sekallgusmelakukan rekonstruksi bagi munculnyaparadigma baru yang cocok bagi negara-ne-gara berkembang." ' -

Langkah dekonstruksi in! harusdapat menyentuh aspek-aspek dasar yangselama ini.menjadi 'biang' masalah pembangunan. .Dengan demikan,.baik dekonstruksiyang bersifat.epistemologis maupun prakslstampaknya harus dilakukan secara bersama-sama. (Damanhuri, 1996: 192-197) "i' ^

Dekonstruksi epistemoiogis mendesakuntuk dilakukan karena 'teori-teori pembangunan dari barat yang selama ini dianut,dibangun ketika rasionalitas total, yang di-bangun oleh sekularisme yaitu ideologi yangmemisahkan (sekallgus terlepasnya.wacana)agama (gereja) dengan .negara dan kehidupanmasyarakat; yang.pada gilirannya amat.mem-pengaruhi konstruksi. 'baik dalam pengem-banganiilmu pengetahuan maupun .praksispembangunan. Dominasi. rasionalitas ,inijme-mang, telah', membawa ;sifat*,positif iterhadaprekayasa sosial yang menuntut penciptaanmasyarakat lyang 'egalitarian''Aetupu ongkossosial yang dibayar.sangatlah mahal. dlanta-ranya berupa rontoknya nilai luhur keluarga,sekallgus menyingkirkan berbagai" struktursosial yang bersifat 'konsensus' (kekeluai-gaan).Implikasi selanjutnya adalah membawa tuntutandan praktik yang menempatkan materlalismesebagai dasar rekonstruksi sosial.

. Kondisi di atas, menyiratkan bahwadekonstruksi terhadap epistemoiogis teori-

80

ISSN; 1410-2641

teori pembangunan yang diadopsi selama inisudah sangat urgen dilakukan. Bila aspekepistemoiogis belum terbongkar, niscaya kilaakan tetap dalam lingkungan 'keseimbanganyang semu' sebagaimana berlangsung sekarangini. Yakni, dengan segala manifestasinya,seperti semakin maraknya sikap materialismeserta semakin membudayanya orang meraihharta dengan menghalalkan segala cara.

Selain yang bemuansa epistemoiogis.dekonstruksi praksis pembangunan mendesak pula untuk dilakukan. Hal ini dilatar-belakangi bahwa asumsi modemisme yangdilandasi mainstream economy adalah denganmengasumsikan bahwa negara-negaraberkembang tidak memiliki sumberdayakuat,baik dalam rasionalitas maupun material/modal untuk melangsungkan pembangu-nannya. Sehingga dibutuhkan mutlaknya 'airfor development' berupa transfer budaya ra-sional (modemisme) serta modal dan' neg^a-negara Barat. Leblhjauh bahkan premis yangdominan. dalam wacana Barat adalah bahwapenduduk-negara-negara berkembang .diang-gap bersifat malas, anti-kemajuan, tidak sukamenabung dan seterusnya. Karena itu, merekamenganggap perlunya transfermentalitas 'ideaofprogress'. "Tapi, ben^kah semua itu ?

Kenyataan terhadap anggapan yang diu-ralkan diatas merupakan praksis pembangunan yang dilatarbelakangi oleh -dominasiepistemologi teori-teori mainstream yangtelah diadopsi dari Barat. Sehingga, dekonstruksi epsitemologis harus diiringi dengan dekonstruksi dalam. praksis pem--bangunan.

,, • Terhadap paradigma-paradigma pembangunan Barat, kita jarang sekali yang men-coba menguji keabsahan sebuah teori, apalagimau mencoba memakai kerangka pemikirandi luar arus utama. Padahal, teori arus utamamerupakan hasil refleksi dari akumulasi pe-ngalaman sekelompok bangsa, maka dengandemikian keabsahannya pun tidak selalu rele-van bagi sekelompok bangsa. yang lain. Inibisa terjadi karena konteks kesejarahan be-

JEPVol.4No.l. 1999

Page 12: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN: 1410-2641

serta struktur politik antara negara-negara(yang lebih dulu) maju dengan negara-negaraberkembang, memiliki banyak sekali perbe-daan. Dengan demkian, kita dapat saja mela-kukan pendekatan eklektik (eclectic), yaitutidak mau konsisten mengikuti satu para-digma saja. Kita tidak harus menjadi penga-nut aliran liberal atau sosialis misalnya; Dengan kata lain, sangat diperlukan adanya si-fat-sifat kritis yang nantinya dapat mela-hirkan pemikiran-pemikiran alternatif. Meia-lui sikap yang heterodoks (bukan orlodoks),yaitu menyebal- dari paradigina dan teoribesar (grand theory) yang mapan. Atmosfiryang demikian sangat memungkinkan bagikemunculan konsepsi-konsepsi baru tanpaharus "silau" pada pada kebesaran teori yangsudah establish.

Ada baiknya kita mengenal model--model pembangunan "Non-Barat" di luarkomunis, yaitu: (1). model pembangunan"autarki" (keterlibatan yang relatif kecil darimodal asing) dengan contoh utama Srilangkadan Tanzania; (2). model pembangunan"wakil dari proyek besar-besaran demokrasiala Barat" yakni dengan contoh utama Indiadan banyak negara Amerika Latin; (3). "mode!pembangunan non-Barat dalam skematerbuka terhadap kerjasama Barat" (termasukmodal asing) dengan contoh utama diwakilloleh preseden historis Jepang yang disusuloleh Taiwan, Korea Selatan dan NegaraIndustri Baru Asia lainnya, (Damanhuri,1996:82-83) •

Model pertama dikenal paling berhasildalam kinerja pembangunan sosial, terutamadiukur oleh Phisical Quality of Life Index(PQLI) diantara warga dunia ketiga padadekade tujuhpuluhan. Tapi mereka akhimyagagai akibat salah satu faktomya yakni tidakpiawinya dalam manajemen makro ekonomidan hilangnya opportunity dalam sinergi ekonomi intemasional teftnasuk dalam-bidangflnansial.

Model kedua menunjukkan keberhasi

JEP Vol. 4 No.l, 1999

Arief Hanpno. Menehsuri WacanuPcmhangunan ...

Ian dalam kinerja industrialisasi secara lebihdini di dunia ketiga, tetapi akhimya gagaljuga dalam memecahkan problem kemiskinanmassal dan terjerat oleh problem utang luarnegeri (debt trap). Salah satu penyebabnyaadalah justeru akibat integrasi kelewat antu-sias dalam segala bidang dengan skema Barattermasuk format demokrasi politik serta dalam integrasi finansial, disamplng hampirterabaikannya pembangunan pertanian.

Model ketiga, dalam periode awal pem-bangunannya justeru terpuruk banyak ma-salah termasuk korupsi besar-besaran danproblem politik (oligarki kekuasaan maupunfinansial), tetapi secara perlahan semakinperformance dalam ekonomi dan belakangandalam proses demokratisasi bahkan semakinmenjadi "less-dependent-countries" secarakeseluruhan termasuk dalarh sektor finansial.

Setelah memperoleh ilustrasi ketigamodel pembangunan diatas, apakah dengandemikian model pembangunan terbaik yangseharusnya diaplikasikan di negara dunia

• ketiga adalah model pembangunan yangketiga ? Jawabannyatentu saja tidak. Setiapnegara mempunyai kekhasan sendiri-sendiriyang berbeda dengan negara lain. Penggalianhilai-nilai yangkhasuntukkemudian menjadisinergi bagi pembangunan negara yang ber-sangkuatn inilah yang ingin dikemukakan.Model pembangunan Jepang yang mampumengantarkan Jepang mensejajarkan diridengan negara maju lainnya di dunia, tidak

' serta merta dapat diadopsi dan diaplikasikan'begitu saja, hanya saja kita dapat belajar di-balik keberhasilan tersebut. Yang menarlk.bahwa .pelajaran penting dari keberhasilanmodel ketiga di atas adalah salah satunyajusteru diawali kemampuan mereka dalammensintesakan kerangka struktur sosial dandan kultural tradisiona! dengan produkkemajuan Barat dan perhatiannya secara in-tensif dan amat dihi dalam pembangunanpertanian termasuk dalam reformasi agrariaserta penyerangan secara langsung terhadap

81

Page 13: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

AriefHartono. Me'nelusuri IVacana Pcmbahgimun ...

pfoblema kemlskinan.'" •' -Pola e/clekhk-hetorddoks -pada intinya

menghindarkan ' perlakuan'' yang bersifatdoktriner-yang menolak atau menerima se-buah teorl/model-tanpa'sikap^kritis-selektif—seraya'menggunakan.suatu pemikiran tertentudari model ' pemikiran manapun .sepanjangniampu menjelaskan,-rmemprediksi dan member! kegunaan kepada masyarakat banyak.Dalam hal ini termasuk penggunaan suatu"kearifan-tertentu" yang berasal -dari nllailokal/domestik. yang meski belum baku dansistematis, tiapi punya daya-daya menjelaskan, prediktif dan bahan solus!..•

'ilSSN: 1410 - 2641

" ,' Sejarah negara maju --balk yang berasaldari Amerika, Eropa,' Asia-atau..nianapun—-ketika pada masa-masa awal. membangun

' dirinya tidaklah 'hams kita artikan daiamkategori yakni kepercayaanakan adanya semacam siklus keharusanbemlangnya sebuah perlstiwa lalu. Kesadaransejarah.yang di butuhkan adalah yang.mampumelahlrkan nasiondlisme pembangunan khasnegara berkembang masing-maslng ;di.tengah-tengah-percaturan,mencari teori dan strategibaru, sertathiruk-plkuknya masing-maslng

'negara dalam menemukan, format yang sesuaidalam struktur perekonomlan^global saat ini.

Duniq Ketiga, seperti puteri cantik'yang masih tertidur,menunggu seorang Pangeran Ganteng dari dunia Barat untuk

membangunkannya melalui sebuah ciumart dtaudengan. sebilqhpedqng, sehingga sebuahproses pemban^nanyarig

, - dinamis bisa terjadi. •,.1 .'(Blom'strom&Hethe',J984) , r '

' Fenom^na kebangkru'tan ekonbmi atauRun penjadwalan utang ini merupakan sebuah kulmlnasi balik dari konsepsipembangunan deng^ men'ggun '̂an modal asihg sebagai solusi kei^gk'aan modal dalam negeri,' Kondisi ini jiigadapat dipand^g-sebagai sebuah' ironi dari pembangunan,'•yanguemyata tidak selalu menjanjikan hari esok yanglebih baik dari kemarin, bahkan sangat mungkin'yang teijadi adalah kondisi yang sebaliknya.

• Yan

berbagai ragam kegiatan.

''I' ''-i'" '-1'; • 1. ' . -dimaksud dengan i^ifikasi adalah_menyangkut pengaruhnya yang meluas secara bercabang-cabang darii ragam keaiatan. -

Bahasan dalam bagian'.ini.merupakan sebuah penjelajahah singkat dan ringkas dari teori-teori pembangunan^dengan mengikuti pqla.kajian ArifBudlman 91992) dalam Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Poia kajian tersebutberu'sgha dikomparasikan dM diiengkapi dengan p'ola-poja kajian yang lain untuk dapat saling' mehgisi kelemalianyahg ada. yaitu: Ebenstein. fogelrnan and Jemadu (1985) Todayjjsmsl Norman Gemmiell (1987) Suneys isDevelopment Economics. Richard Pothfret (1997) Development Economics. Gillis, Perkins. Roemer and Snodgr'ass(1992) Economics of Development, Todaro (1997) Economics Development. Suwarsono dan'Aivin V. so (1991)

iperubahan. Sosial dan Pembangunan di-Indonesia: Teari-teqri.^ Modernisasi. •Dependensi,, dan Sistem Dunia..Sumitro DJojohadikusumo .(1994) Perkembangan. Pemikiran Ekonomi. Lincolin Arsyad (1997) EkonomiPemftdngjOTfln.'Mudrajad Kuncoro (1997) fitonb/n/Peffiifl/igi/rtaW." ' •• • ' • '

Bahkan. saat-ini terjadi penurunan:percepatan pembangunan di-negara-negara dunia pertama ini se<^ reiatifterhadap^negara-negara industri baru. Disamping itu dunia juga;mencatat bahwa pada tahun !985'Amerika .Scrikatpemah menjadi negara yang'mempunyai hutang luar'negeri terbesar di dunia. yaitii U.S$ 750 mllyar

82 JEPVol.'A No.l;1999

Page 14: MENELUSURI WACANA PEMBANGUNAN: …

ISSN; 1410 2641 ArierHarlono. Meneliisiiri H'acanu I'cinhunffinuii...

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, (1997), Ekononii Pembangunan, Edisi ke-3,Yogyakarta, BP STIE YKPN

Budiman, Arif, (1995), Teori Pembangunan Diinia Ketiga, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Damanhuri, Didin S. (1996j. Ekonomi Politik Alternatif: Agenda Reformasi Abad 21, Jakarta, PustakaSinar Harapan

Djojohadikusumo, Sumitro, (1994). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Per-tumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta, LP3ES

Ebensteln-William, Fogelman-Edwin and Jemadu-Alex, (1985), Today's Isms, ninth edition Prentice-Hall, Inc.

Gemmeil, Norman (editor), (1987), Sutyey in Development Economics, Basil Blackwell LtdOxford, UK.

Gillis-Malcolm, Perkins-Dwight H, and Snodgrass-Donaid, (1992), Economics of Development, Third Edition, New York, WW Norton&Company,Inc

Hettne, Bjom, (1992), Development Theory and the Three World, New York, Longman Scientificand Technical

Kuncoro, Mudrajad, (1997), Ekonomi Pembangunan: Teori. Masalah dan Kebijakan Yogyakarta. UPPAMP YKPN

Pomfret, Richard, (1997), Development conomics. Prentice Hall Europe.

Soule, George, Ideas ofThe Great Economists, New York, The New Amreican Library ofWorldLiterature, Inc

Sukimo, Sadono, (1985). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan Jakarta, LPFE Ul

Suwarsono dan Alvin Y. So, (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia: Te-ori-ieori Modernisasi, Dependensi dan Sistem Dunia, Jakarta, LP3ES

The World Bank, (1997), World Development Report 1997: The State in AChanging World.New York, Oxford University Press, Inc

Todaro, Michael P, (i992). Economics for a Developing World: An Inloduction to Principles. Problem and Policiesfor Development.

Todaro. Michael P, (1997). Economic Development, Sixth Edition. England, Addison WesleyLongman Limited

JEP Vol. 4 No.l, 1999 83