Mendeskripsikan Program Keluarga Berencana

12
MENDESKRIPSIKAN PROGRAM KIA “ Program Keluarga Berencana “ A. Deskripsi Program Keluarga Berencana Program Keluarga Berencana (KB) secara mikro berdampak terhadap kualitas individu dan secara mikro berkaitan dengan tujuan pembangunan pada umumnya. Secara mikro, KB berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup ibu/ perempuan, juga kualitas bayi dan anak. Secara makro, KB dan kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meraih MDG’s (Singh et al. 2003 dalam UNFPA 2006), yaitu : 1) memberantas kemiskinan dan kelaparan 2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) mengurangi angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu 6) menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan 7) pembangunan kemitraan global untuk pembangunan Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan lebih sehat dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan memungkinkan mereka menginvestasikan sumberdayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak, sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan

description

Program KIA

Transcript of Mendeskripsikan Program Keluarga Berencana

MENDESKRIPSIKAN PROGRAM KIA Program Keluarga Berencana

A. Deskripsi Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) secara mikro berdampak terhadap kualitas individu dan secara mikro berkaitan dengan tujuan pembangunan pada umumnya. Secara mikro, KB berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup ibu/ perempuan, juga kualitas bayi dan anak. Secara makro, KB dan kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meraih MDGs (Singh et al. 2003 dalam UNFPA 2006), yaitu :

1) memberantas kemiskinan dan kelaparan

2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua,

3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,

4) mengurangi angka kematian anak,

5) meningkatkan kesehatan ibu

6) menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan

7) pembangunan kemitraan global untuk pembangunan

Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan lebih sehat dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan memungkinkan mereka menginvestasikan sumberdayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak, sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan (UNFPA 2005a, WHO 1994 dalam UNFPA 2006). Secara nasional, investasi KB juga membuka a window of opportuniity (jendela kesempatan) bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui penurunan fertilitas dan perubahan struktur umur populasi dan angka ketergantungan (dependency ratio). Peningkatan rasio jumlah pekerja terhadap jumlah anak yang harus ditanggung menyebabkan peningkatan tabungan dan investasi, serta perbaikan standar kualitas kehidupan dan rendahnya kemiskinan (Bloom et al. 2003, Merrick 2002 dalam UNFPA 2006). A window of opportunity dapat menurunkan 14 % tingkat kemiskinan di Negara berkembang antara tahun 2000 dan 2015 (Mason and Lee 2004 dalam UNFPA 2006). Investasi dalam KB juga dapat menurunkan biaya pelayanan social seperti biaya pelayanan kesehatan, pendidikan, pangan, perumahan, dsb. Rendahnya pertumbuhan penduduk juga dapat mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya alam yang terbatas (Singh et al. 2003 dalam UNFPA 2006). Beberapa penjelasan keterkaitan program KB dalam konteks sumberdaya manusia berkaitan dengan daya hidup serta kualitas ibu dan anak. Kualitas ibu diantaranya berkaitan dengan kualitas kehamilan, keselamatan kelahiran, dan kualitas ibu pasca kelahiran yang berdampak terhadap kesehatan jangka panjang dan produktivitas kerja. Sementara itu kualitas anak berkaitan dengan daya hidup serta kualitas Janin, bayi saat dilahirkan, dan kualitas anak.

Jarak kehamilan (birth spacing) berdampak terhadap kesiapan ibu untuk hamil lagi yang ditunjukkan oleh status gizi sebelum hamil. Status gizi ibu sebelum hamil menjadi factor penentu penambahan berat badan selama hamil yang beresiko terjadinya kelahiran BBLR. Selain mempengaruhi penambahan berat badan selama hamil, jarak kelahiran yang pendek dan status gizi ibu yang kurang memadai bisa menyebabkan terjadinya IUGR (Intra Uterine Growth Retardation, kegagalan tumbuh janin saat dalam kandungan)dan kelahiran bayi dengan BBLR. Bayi BBLR karena IUGR memiliki kemampuan catch-up yang lebih rendah dibandingkan bayi BBLR karena premature (Bhargava 1995; Fiedelius 1953 dalam UNICEF 1997; Chaodari 1991 dalam UNICEF 1997). Bayi BBLR mudah terkena infeksi, lebih mudah dan lebih lama sakit, dan sakit yang diderita lebih berat, serta mempunyai keterbatasan kemampuan intelektual (Committee on Nutritional Status During Pregnancy 1990). Rendahnya berat badan bayi lahir menyebabkan kondisi yang tidak menguntungkan dalam pertumbuhan, perkembangan, daya hidup, dan perkembangan penyakit saat dewasa. Sementara itu Ibu yang sering hamil, memiliki peluang besar terjadinya maternal depletion zat-zat gizi terutama persediaan mineral tubuh yang dapat menyebabkan penuaan dini, osteoporosis, dan anemia sehingga mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja.Berbagai kajian literature menunjukkan bahwa program KB (jarak antar kehamilan dan frekuensi hamil) berkaitan dengan daya hidup dan kualitas ibu dan anak, atau berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia.B. Pencapaian program keluarga berencana di Indonesia dan di Sulawesi Tenggara

Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.

Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru. Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS. Gambar 4.17 berikut ini menampilkan persentase peserta KB aktif menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2012.

Cakupan peserta KB aktif di Indonesia pada tahun 2102 sebesar 76,39%. Gambaran distribusi provinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah Provinsi Bengkulu sebesar 87,91%, diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 86,96%, dan Provinsi Bali sebesar 86,11%. Provinsi dengan persentase terendah adalah Papua sebesar 67,7%, diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 67,99%, dan Banten sebesar 69,95%. Penggunaan metode kontrasepsi pada KB terdiri dari beberapa jenis. Kepesertaan KB menurut penggunaan metode kontrasepsi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta KB memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek melalui suntikan. Hanya sedikit PUS yang memilih untuk menggunakan Metode Operatif Pria (MOP) pada tahun 2012.

Jadi, berdasarkan data diatas target pencapaian program keluarga berencana di indonesia, beberapa daerah telah melewati target (80%) tetapi ada juga beberapa daerah yang belum mencapai target salah satu contoh nya adalah papua yang hanya mencapai 67,70%.

Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat melalui cakupan peserta KB, yaitu peserta KB Baru dan KB Aktif, Dalam Profil Kesehatan ini pelayanan kepesertaan KB ditunjukkan oleh kelompok sasaran program yang menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan.Berdasarkan profil kabupaten/kota 2012, jumlah peserta KB Baru sebanyak 78,363 pasangan (18,95%) dan jumlah peserta KB Aktif sebanyak 284.940 pasangan (68,91%) dari 413.520 PUS yang tercatat. Cakupan peserta KB Aktif dan KB baru menurut kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 menunjukkan cakupan pelayanan peserta KB aktif di Provinsi Sulawesi Tenggara, dan jika dilihat dari gambar diatas nampak bahwa baru beberapa kabupaten/kota telah mencapai target (70%), yaitu Kabupaten Kabupaten Buton, (86,44%), Kabupaten Konawe Selatan (74,35%), dan Kabupaten Wakatobi (73,28 %).Pada data cakupan pelayanan peserta KB di sulawesi tenggara dapat kita lihat bahwa angka cakupan KB telah mencapai targetnya. C. Keberlangsungan program keluarga berencanaProgram KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut didirikan perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah saat itu. program KB masih dianggap belum terlalu penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah. Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke seluruh Indonesia.Dan hingga saat ini program KB masih berjalan, tetapi masih belum mencapai target, di karenakan angka kelahiran masih terus bertambah. Tetapi harapan kita semoga semakin hari program ini semakin menjadi kebutuhan. Semoga kesadaran untuk ber-KB makin tertanam dalam kehidupan anda semua.D. Perbandingan antara program KB di tingkat Nasional dengan tingkat provinsi sulawesi tenggara

Angka cakupan program Keluarga Berencana di tingkat nasional belum dapat di katakan berhasil karena hanya terdapat 8 provinsi yang mencapai targetnya, yaitu provinsi bengkulu (87,91%), gorontalo ( 86,96%), bali (86,11%), sulawesi utara (82,43%), sulteng (82,12%), DKI jakarta (81,38%), bangka belitung (81,16%), Jawa tengah (80,19%). Berbeda halnya angka cakupan di provinsi sulawesi tenggara yang telah mencapai target cakupan program KB di daerahnya .

Jadi, angka cakupan program KB di tingkat nasional masih perlu di tingkatkan lagi agar tercapainya keluarga yang sehat dan sejahtera.Daftar pustaka http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/keluarga-berencana-kualitas-sdm-ketahanan-keluarga/

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/27_Profil_Kes.Prov.SulawesiTenggara_2012.pdf http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-enggarross-6021-1-babi.pdf http://depkes.go.id/downloads/Profil%20Kesehatan_2012%20(4%20Sept%202013).pdfTugasKESEHATAN IBU DAN ANAK

( PROGRAM KELUARGA BERENCANA )

OLEH :NAMA : FIFIT ARIANTI

NIM : JIA112 187

KELAS : C

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2014