MEMBANGUN KELAS DIGITAL BERBASIS CLASSROOM SMK …
Transcript of MEMBANGUN KELAS DIGITAL BERBASIS CLASSROOM SMK …
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
92
MEMBANGUN KELAS DIGITAL BERBASIS CLASSROOM
SMK NEGERI 3 BANJARMASIN
K. Sutame
SMK Negeri 3 Banjarmasin
E-mail: [email protected]
Abstrak: Makalah ini mengupas tuntas baik teori maupun teknis merancang bangun pembelajaran abad 21 berbasis pada web. 2.0 yakni classroom di SMK Negeri 3 Banjarmasin. Makalah ini berisikan kajian teori tentang membangun kelas digital berbasis pada aplikasi e-learning yakni classrooom di SMK Negeri 3 Banjarmasin. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana classroom mampu dijadikan sebagai kelas digital dalam pembelajaran moda mixed maupun fullyonline di SMK Negeri 3 Banjarmasin serta aktivitas yang menunjang dalam pembelajaran di SMK Negeri 3 Banjarmasin. Metode penulisan makalah ini adalah deskriptif. Classroom yang merupakan, Learning Content Mana-gement System (LCMS) memiliki fitur-fitur yang berkesesuaian dengan semangat pembelajaran pada era industri 4.0 mampu menghadirkan sistem pembelajaran di kelas virtual yang mumpuni. Classroom mampu meningkatkan hasil belajar siswa (Harimurti, 2017), efektif meningkatkan berpikir kritis (Gunawan & Sunarman, 2018), mampu memotivasi siswa belajar (Dewi Marasmita, 2019), serta dapat dijadiakan sebagai blended learning (Wicaksono & Rachmadyanti (2017)). Adanya keunggulan-keunggulan pada classroom diyakini mampu menjadi kelas digital dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah kejuruan. Kata kunci: classroom, kelas digital
PENDAHULUAN
Negara-negara Dunia tidak lagi
hanya mengandal modal kekayaan alam
semata. Salah satu kunci meningkatkan
kualiatas SDM tersebut adalah jalur
pendidikan. Pemerintah telah berupaya agar
seluruh rakyat Indonesia dapat mengakses
pendidikan yang berkualitas di semua jenjang
pendidikan, baik dasar dan menengah. Salah
satu kebijakan pemerintah dalam rangka
meningkatkan SDM tersebut adalah adanya
Inpres. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan, diharapkan sekolah kejuruan
mampu mencetak SDM yang mumpuni dan
mampu menghadapi gelombang besar
Revolusi Industri 4.0. Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) merupakan sekolah mene-
ngah dengan karakter pendidikan yang unik.
SMK telah mengadopsi Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) yang mengkolaborasikan
antara program pendidikan sekolah dan
program penguasaan keahlian melalui prak-
tek kerja lapangan (Prakerin) di dunia industri
(Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
1994). Keberhasilan PSG di SMK merupakan
paduan antara teori (sekolah) dan praktek
(Dunia Usaha dan Industri (DUDI)) (Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan, 1994).
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
93
Manajemen sekolah harus memastikan efek-
tivitas pembelajaran di sekolah.
Harapan yang besar terhadap dunia
pendidikan untuk mengantarkan peserta didik
dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 tidak
akan terwujud jika seluruh stakeholder terlibat
aktif. Stakeholder pendidikan meliputi seko-
lah, pemerintah dan masyarakat. Guru, kepa-
la sekolah, Tata Usaha merupakan kompo-
nen sekolah. Pemerintah terdiri dari Dinas
Pendidikan serta Pengawas. Pendidikan.
Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua
siswa, Komite Sekolah serta DU/DI. Sekolah
memiliki peran yang sangat dominan. Bahkan
ada ditemukan keterlibatan pihak masyarakat
yang minim dalam manajemen pembelajaran
di sekolah. Merupakan sebuah fakta adalah
masih minimnya lintas peran antara sekolah,
pemerintah dan masyarakat dalam pengelo-
laan pembelajaran sekolah. Ada ditemukan
sebuah fakta oleh penulis bahwa ada
kecenderungan pihak orang tua siswa hanya
menitipkan anak mereka di sekolah. Pihak
sekolah dalam hal ini, Guru seolah-olah
berjuang sendiri dalam membina siswa. Tidak
hanya kurangnya keterlibatan orang tua
dalam hal mengontrol pembelajaran di
rumah, pihak ketua Paket Keahlian, Wakil
Kelapa Sekolah, Kepala Sekolah serta
Pengawas kurang maksimal terlibat dalam
hal pembinaan terhadap siswa dan guru.
Padahal melalui penggunaan ITC dalam
manajemen pembelajaran di sekolah sangat
membantu dan mampu secara signifikan
memberikan sumbangsih terhadap kemajuan
pembelajaran di sekolah dengan masing-
masing tugas pokok dan fungsinya. Menurut
Davis dan Tearle (1999) (Dalam Syed Noor-
Ul-Amin) menyebutkan, “ICTs have the
potential to innovate, accelerate,enrich, and
deepen skills, to motivate and engage
students, to help relate school experience to
work practices, ......”. TIK berpotensi mem-
berikan inovasi, akselerasi, pengayaan dan
memperkuat keterampilan untuk memotivasi
dan meningkatan pembelajaran pada siswa
serta membantu menghubungkan dunia kerja
dengan sekolah.Penggunaan TIK dalam
pembelajaran jarak jauh di SMK masih sangat
minim. Berdasarkan angket yang disebar oleh
penulis secara online terhadap pembelajaran
jarak jauh saat siswa melakukan magang di
dunia industri. Berikut hasil angket yang
dimaksud oleh penulis terhadap 40 guru SMK
di Indonesia.
Gambar 1. Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh Prakerin
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
94
Berdasarkan Diagram di atas, mayoritas guru
menggunakan membuat modul untuk
pengelolaan pembelajaran jarak jauh sebesar
62%. Strategi kedua yang menjadi pilihan
guru SMK untuk pengelolaan pembelajaran
jarak jauh adalah menghabiskan materi
sebelum siswa melaksanakan praktek kerja
industri. Sedangkan guru SMK yang meng-
gunakan e-learning dalam pengelolaan pem-
belajaran jarak jauh sebesar 5%. Hasil
kuisioner yang membuat perangkat pembe-
lajaran hanya 2,5%. Berdasarkan data di atas
dapat ditarik kesimpulan, guru sangat minim
menggunakan e-learning dalam pengelolaan
pembelajaran jarak jauh. Menurut Ekaterina
Prasolova-Førland menyebutkan bahwa
“The powerful multimedia technology used in
many distance courses allows such
advantages as real world simulations, instant
feedback and active learning. Interactive
multimedia allows the students to solve their
problems graphically so they would con-
centrate on the problem itself instead of
technical details”. Penggunaan multimedia
dalam pembelajaran jarak jauh memberikan
banyak keuntungan yakni, umpan balik yang
instan dan pembelajaran yang aktif. Multi-
media juga memungkinkan siswa untuk
memecahkan masalah mereka secara grafis
sehingga mereka akan berkonsentrasi.
Menurut Irsan Taufik Ali (2013) dalam
penelitianya menyimpulkan bahwa dengan
mengoptimalkan penggunaan teknologi multi-
media serta pemanfaatan elemen-elemen
multimedia dan keunggulan yang dimilikinya
maka akan menghasilkan sebuah antarmuka
sistem dan aplikasi yang menarik, nyaman
dan mudah digunakan, serta mampu
mendukung bentukbentuk interaksi yang
terjadi pada proses penyelenggaraan
pembelajaran jarak jauh.
Penggunaan TIK dalam manajemen
pembelajaran sangat minim. Apalagi seluruh
stakeholder telah memiliki alat komunikasi
smartphone berbasis Android. Kehandalan
fitur dari smartphone (Android) masih sangat
minim dimanfaatkan untuk tujuan manajemen
pembelajaran baik oleh siswa, guru, orang
tua siswa, kepala sekolah, pengawas
sekolah, DU/DI serta Dinas Pendidikan.
Pemerintah melalui program SMK
Revitalisasi telah berupaya melakukan
perubahan dalam upaya penyediaan sarana
dan prasarana yang unggul serta manajemen
pembelajaran di dunia SMK berbasis pada
pembelajaran abad XXI. Untuk menunjang
pembelajaran di era industri 4.0, pemerintah
meluncurkan sekolah digital. Sekolah digital
yang adimaksudkan oleh Kementerian Pendi-
dikan dan Kebudayaan adalah melibatkan
pembelajaran degan melibatkan pembela-
jaran dengan menggunakan internet. Kemdik-
bud telah mengeluarkan kebijakan untuk
sekolah digital dengan memberikan bantuan
BOS kinerja. Salah satu belanja BOS Kinerja
adalah pembelian tablet sebagai sarana
akses pembelajaran berbasis internet. SMK
Negeri 3 Banjarmasin merupakan salah satu
penerima BOS Kinerja. Artinya, SMK Negeri
3 Banjarmasin harus mempersiapkan diri
untuk menjadi sekolah digital.
Salah satu flat form pembelajaran
berbasis internet adalah Google classroom
atau dikenal dengan classroom. Classroom
merupakan LCMS atau Learning Content
Management System (LCMS). Sebagai
LCMS, classroom seperti pembelajaran kon-
vensional dengan berbagai kelebihannnya.
Classroom dapat dijadikan ajang diskusi
kelompok, sharing materi, latihan, berbagi
ide, komunikasi, melakukan penilaian dan lain
sebagainya. Classroom mampu mening-
katkan hasil belajar siswa (Rina Harimurti,
2017), efektif meningkatkan berpikir kritis
(Fransiskus Ivan Gunawan & Stefani Geima
Sunarman, 2018), mampu memotivasi siswa
belajar (Dewi Marasmita, 2019), serta dapat
dijadiakan sebagai blended learning (Vicky
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
95
Dwi Wicaksono & Putri Rachmadyanti
(2017)). Adanya keunggulan-keunggulan
pada classroom diyakini mampu menjadi
kelas digital dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah kejuruan terutama
mewujudkan sekolah digital melalui kelas
digital. Adapun tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana classroom mampu dijadikan
sebagai kelas digital dalam pembelajaran
moda mixed serta fullyonline di SMK Negeri 3
Banjarmasin serta aktivitas yang menunjang
dalam pembelajaran di SMK Negeri 3
Banjarmasin.
Pembelajaran Sekolah Kejuruan
Sekolah Kejuruan yang merupakan
jenjang pendidikan menengah yang selan-
jutnya disebut Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) merupakan salah satu jalur pendi-
dikan formal yang termasuk jenis pendidikan
vokasi (Nuryanto, 2013). Menurut wikipedia,
“Vocational education is education that
prepares people to work in a trade, a craft, as
a technician, or in support roles in professions
such as engineering, accountancy, nursing,
medicine, architecture, or law”. Pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan yang mem-
persiapkan orang untuk bekerja dalam
perdagangan, kerajinan, sebagai teknisi, atau
dalam peran pendukung dalam profesi seperti
teknik, akuntansi, keperawatan, kedokteran,
arsitektur, atau hukum. Budiyono merangkum
beberapa pendapat ahli tentang pendidikan
kejuruan. Menurut Budiyono (dalam Apri
Nuryanto, (7: 2013)) menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta
didik untuk menjadi tenaga kerja dan mandiri
dalam bidang tertentu, juga harus berda-
sarkan tiga filosofi sentral, yaitu; (1) realitas
kompetensi yang diajarkan di pendidikan
kejuruan sama dengan dunia Usaha dan
Industri, (2) kebenaran pendidikan kejuruan
yang ada di sekolah sama dengan di dunia
usaha dan industri, (3) nilai pendidikan
kejuruan yang ada di sekolah sama dengan di
dunia usaha dan industri. Pendidikan keju-
ruan juga harus memberikan pengalaman
bekerja efektif dan efesien, memiliki penge-
tahuan dan ketrampilan psikomotorik dan
selalu mengikuti perkembangan teknologi
dunia, melakukan berkembang, menjaga
pengetahuan dan ketrampilan dari diri sendiri
agar selalu sesuai dengan yang ada di dunia
kerja.
Berdasarkan pendapat di atas
dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan
kejuruan adalah sebuah pendidikan formal
yang mempersiapkan peserta didikan yang
telah dipersiapkan untuk memiliki keteram-
pilan dalam dunia industri dengan berbagai
aturan yang mengitarinya.
SMK yang merupakan sekolah yang
mencetak peserta didik dengan memiliki
keterampilan. Hal ini sesuai dengan prinsip
link and macth. Link and macth diartikan
sebagai upaya mengarahkan lembaga
pendidikan (SMK) untuk mengeluarkan out-
put yang tidak sekedar tempat mengembang-
kan kemampuan dan keahliannya melainkan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka
dianutlah Sistem Pendidikan Ganda (PSG).
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 323/U/1997 tentang
penyelenggaraan pendidikan sistem ganda
pada SMK, disebut bahwa PSG merupakan
bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
kejuruan yang memadukan secara sistematis
dan sinkron program pendidikan di SMK
dengan program penguasaan keahlian lewat
pemagangan di industri secara langsung.
Berdasarkan karakter kurikulum
SMK yang unik tersebut, tentu harus ada
pengembangan agar prinsip pembelajaran
PSG di SMK berjalan dengan baik. Misalnya
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
96
saat program PKL, siswa juga tidak tertinggal
dengan mapel kelompok A dan Kelompok B.
Para pakar pendidikan telah memberikan
penjelasan bahwa kurikulum yang ideal untuk
pendidikan kejuruan harus memiliki fitur
berikut dan didukung langkah-langkah: (1)
struktur kurikulum yang fleksibel, (2) bahan
ajar yang menarik, (3) pendekatan penga-
jaran yang beragam, (4) menggunakan
mekanisme penilaian berbasis kompetensi,
dan (5) akses yang mudah untuk mengikuti
program pelatihan guru lanjutan. Di samping
itu proses belajar mengajar hendaklah
dilakukan dengan menitikberatkan pada: (1)
fleksibilitas, (2) kemampuan beradaptasi, dan
(3) pencapaian kompetensi peserta didik.
Menurut Apri Nuryati, pembelajaran di SMK
mutlak melibatkan intervensi TIK dalam
pembelajarannya. Intervensi TIK dalam
pembelajaran SMK diharapkan dapat
memaksimal pembelajaran itu sendiri.
Kelas Digital Berbasis Classroom
Kelas digital (Digital Class)
merupakan suatu sistem pembelajaran baik
menggabung dengan tatap muka langsung
atau pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan fasilitas aplikasi berbasis pada
LMS. Pembelajran dengan kelas digital
dianggapsebagai sebuah pilihan pembela-
jaran yang kekinian dengan berbagai kele-
bihannya. Berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang dianggap oleh guru
mememiliki berbagai keterbatas. Ada bebe-
rapa keterbatasan pembelajaran konven-
sional, seperti yang dikutip oleh Peteper
(2017). Diantaranya, (i) Guru merasa waktu
yang disediakan untuk melaksanakan proses
pembelajaran di kelas masih kurang; (ii) Guru
merasa materi yang harus disampaikan ke
siswa terlalu banyak sehingga sering tidak
tersampaikan secara penuh dalam pembe-
lajaran di kelas; (iii) Guru merasa kesulitan
untuk melakukan pengawasan dan
pemantauan aktifitas siswa di dalam kelas;
(iv) Siswa merasa jenuh, bosan, dan bahkan
capek karena harus di kelas seharian dengan
penyampaian materi oleh guru yang
dilakukan secara langsung di kelas yang
kadang metode pembelajaran yang
digunakan kurang menarik.
Sistem yang digunakan dalam kelas
digital bermacam-macam. Menurut yang
dikutip oleh Peteper (2017) ada beberapa
flatform kelas digital. Pertama, Learning
Management System (LMS). LMS adalah
suatu perangkat lunak atau software untuk
keperluan administrasi, dokumentasi, laporan
sebuah kegiatan, kegiatan belajar mengajar
dan kegiatan secara online (terhubung ke
internet), E-learning dan materi-materi
pelatihan. Kedua, Learning Content Manage-
ment System (LCMS). LCMS adalah aplikasi
komputer yang digunakan untuk membuat,
memperbaharui, mengelola atau mempubli-
kasikan isi dalam sebuah sistem yang
teroganisir dan konsiten yang bisa diakses
dari intranet di jaringan lokal atau internet.
LCMS digunakan untuk menyediakan, meng-
awasi, memperinci dan mempublikasikan
dokumen-dokumen spesifik seperti artikel,
manual operator, manual teknis, panduan
penjualan dan brosur penjualan. Sebuah
LCMS dapat berisi file komputer, gambar,
audio, video, dokemen elektronik dan isi
website. Ketiga, Social Learning Network
(SLN). SLN adalah jejaring sosial untuk
pembelajaran yang terjadi pada skala yang
lebih luas daripada kelompok belajar.
Mengingat skala sosialnya yang lebih besar,
media ini bagi sebagian peserta dapat
menyebabkan perubahan sikap dan perilaku,
sedangkan bagi sebagian yang lain tidak
menimbulkan dampak apa-apa. Pengelolaan
kelas digital yang biasa digunakan dalam
proses pembelajaran adalah SLN (Social
Learning Network) seperti Sophia, Remix
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
97
Learning, Schoology, Edmodo dan Class-
room serta WhatsApp (WA).
Suatu flatform dikatakan e-leraning
ketika flatform tersebut memiliki karakteristik
sebagai e-learning. Menurut Dewi Salma
Prawiradilaga ( 34-35, 2016), ada beberapa
karekteristik atau unsur-unsur e-learning.
Gambar 2. Komponen E-Learning dalam Sistem Pembelajaran TIK
Pertama, Lembaga penyelenggara. Ada
pihak-pihak yang menyelenggarakan pembe-
lajaran, penilaian dan lain-lain. Kedua, Sistem
pengelolaan. Adanya sistem pengelolaan
yang terkait dengan pengelolaan lingkungan
pembelajaran dan distribusi informasi. Ketiga,
Sistem pembelajaran. Adanya sistem proses
pembelajaran yang meliputi apa yang dipe-
lajari, tujuan pembelajaran, siapa yang mela-
kukan pembelajaran, bagaimana strategi
pembelajarannya, dan bagaimana hasil bela-
jar diukur. Keempat, Teknologi yang diguna-
kan. Teknologi apa saja yang digunakan
dalam mendukung penyelenggaraan e-
learning. Kelima, Sistem evaluasi. Bagai-
mana keberhasilan penyelenggaraan e-
learning dapat diukur? Evaluasi yang
dilakukan menyangkut pembelajaran, peni-
laian dan evaluasi e-learning itu sendiri.
Keenam, Tampilan e-learning. Seperti apa
tampilan menu e-learning. Tampilan ini
menyangkut aturan penggunaan pembela-
jaran, penilian dan lain-lain. Ketujuh, Layanan
bantuan pembelajaran. Bagaimana peserta
e-learning mendapatkan layanan bantuan
yang segera. Kedelapan, Masalah etika.
Bagaimana etika penyelenggaraan e-learning
yang berlaku? Harus ada aturan yang
mungkin berlaku dalam pengelolaan e-
learning.
Impelmentasi kelas digital menggu-
nakan menggunakan sarana, Learning Con-
tent Management System (LCMS). Selan-
jutnya LCMS atau e-learning memiliki berba-
gai moda. Menurut Rashty (dalam Dewi
Salma Prawiradilaga, 2016), moda e-learning
tersebut sebagai berikut. Pertama, Model
Adjunct. Model ini merupakan model peng-
gunaan e-learning dengan proses pembe-
lajaran konvensional. Model pembelajaran
yang digunakan oleh seorang guru menggu-
nakan model pembelajaran konvensional,
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
98
penggunaan sarana online hanya menun-
jang. Misalnya, guru menugaskan siswa
untuk mencarai informasi di internet. Kedua,
model Mixed/Blended. Model ini menjadikan
sistem pembelajaran online sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pembe-
lajaran. Sistem pembelajaran ini mengkom-
binasikan antara pembelajaran tatap muka
dan online sebagai satu kesatuan yang utuh.
Ketiga, Model online penuh/Fullly online).
Dalam makalah ini penulis menggunakan
model mixed dan model fullyonline dalam
mengelola pembelajaran online.
Pembelajaran kelas digital berban-
tuan classroom merupakan pembelajaran
nyata yang memenuhi target seperti pembe-
lajaran tatap muka. Agar pembelajaran virtual
tersebut memiliki tujuan pembelajaran tatap
muka, maka harusa ada strategi yang
dilakukan oleh guru. Menurut Dewi Salma
Prawiradilaga (24-25, 2016) ada beberapa
tahapan yang dilakukan oleh guru dalam
mengelola e-learning.
Gambar 3. Tahapan pemanfaat TIK untuk pembelajaran
Pertama, Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
berorentasi pada e-learnig sebagai media
dan sumber belajar. Kedua, membuat
referensi sumber belajar online yang
digunakan dalam rangka pembelajaran
online. Ketiga, mengembangkan Lembar
Kerja Siswa secara online yang merupakan
bagaian dari proses pembelajaran. Keempat,
membuat desain pembelajaran. Desain
mencakup kegiatan guru dan siswa pada saat
pembelajaran online. Kelima, Rancangan
pembelajaran yang berorentasi pada student
center. Guru hanya menjadi fasilitator
sedangakan pelaku utama adalah siswa itu
sendiri. Keenam, buatlah sejumlah
pertanyaan seputar pembelajaran yang
dilakukan untuk mengukur minat siswa serta
pencapian kompetensi pembelajaran yang
hendak dicapai.
Google Classroom atau classroom
merupakan suatu serambi pembelajaran
yang diperuntukkan terhadap setiap proses
pembelajaran yang menuhi aktivitas pembe-
lajaran melalui fitur-fitur yang disediakan oleh
google. Pemanfaatan google classroom
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
99
dapat melalui multiplatform yakni dapat
melalui komputer dan dapat melalaui gawai.
Guru dan siswa dapat mengunjungi situs
https://google.classroom.com atau dapat
mengunduh aplikasi playstore di android atau
melalui app store di IOS dengan keyword
Google Classroom. Classroom terma-
suk Learning Content Management Sys-
tem (LCMS) yang bersifat open source (Dewi
Marasmita, 2019).
Menurut ACT Government Educa-
tional and Training ada beberaa manfaat
yang diraih oleh guru saat menggunakan
classroom. Pertama, memungkinkan guru
memposting sumber belajar kelas, tugas,
pengumuman, dan tanggal jatuh tempo
mengerjakan tugas mereka dapat dilihat oleh
semua siswa kelas. Bahkan siswa dapat
memposting pengumuman jika guru meng-
aktifkannya. Kedua, dapat terhubung lang-
sung ke Google Drive Anda secara otomatis
membuat dan mengelola folder untuk setiap
kelas Anda. Classroom menambahkan tugas
dan materi apa pun ke folder secara otomatis.
Ketiga, dapat diakses dari mana saja secara
online, di perangkat apa pun dengan browser
modern. Keempat, memungkinkan pembela-
jaran secara nyata. Guru dapat melihat
kehidupan kerja siswa dan siswa dapat
menerima umpan balik.
Fitur-fitur yang terdapata dalam
classroom sangat sederhana dan mampu
menunjang pembelajaran e-leaerning baik
dengan moda mixed/blended ataupun
fulllyonline. Fitur-fitur dalam classroom ada
untuk guru dan juga fitur classroom untuk
siswa. Berikut fitur-fitur classroom untuk guru.
Pertama, Forum. Forum merupakan menu
yang dapat digunakan untuk diskusi,
menyampaikan informasi baik oleh guru
maupun siswa. Kedua, Tugas Kelas. Fitur ini
berisikan setting menu untuk membuat topik
dan juga tersedia menu untuk tugas, quis,
ulangan hariandan menu materi. Pada fitur
ini guru dapat meposting materi, tugas,
ulangan dan juga menilai hasil tugas dan
ulangan dari siswa. Ketiga, fitur Anggota.
Fitur ini berfungsi untuk memasukan,
mengedit anggota kelas, melihat rangkuman
nilai dari siswa serta menjadikan guru
sebagai asisten atau team teaching. Keempat
fitur Nilai. Fitur ini berisikan rekapitulasi dari
nilai setiap tugas dan ulangan. Pada fitur
siswa berbeda dengan fitur siswa. Pada fitur
classroom siswa, ada fitur forum yang
memiliki fungsi yang sama dengan fitur forum
pada guru. Ada fitur anggota. Pada fitur ini
siswa hanya dapat melihat anggota kelas
digital. Ada fitur Tugas Kelas. Fitur ini berguna
untuk siswa merespon tugas dan ulangan
harian. Siswa juga dapat melihat hasil tugas
dan ulangan pada fitur ini.
Kelas digital yang dikembang dalam
pembelajaran di SMK Negeri 3 Banjarmasin
meliputi pembelajaran dengan moda mixed
dan fulllyonline. Dsamping itu kelas digital
juga digunakan untuk mengetahui kehadiaran
guru di kelas nyata. Pada pembelajaran
mencakup diskusi, sharing materi, tugas,
ulangan harian. Pada aktivitas kehadiran guru
di kelas nyata dapat diketahui dari catatan
yang dibuat oleh siswa.
PEMBAHASAN
Penggunaan classroom dalam
pembelajaran dengan menggunakan dua
moda yakni moda mixed dan moda
Fullyonline. Mode Mixed digunakan untuk
siswa yang memiliki kelas nyata dan moda
Fullyonline untuk siswa kelas virtual yakni
siswa yang melakukan kelas magang di
industri. Sebelum siswa menggunakan kelas
digital, siswa terlebih dahulu disosialisasikan
penggunaan classroom. Syarat penggunaan
classroom siswa cukup menggunakan
smartphone berbasis android. Android
merupakan sistem yang dimiliki oleh google
jadi secara otomatis siswa telah memiliki
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
100
akun google dalam hal ini adalah gmail.com.
Setelah siswa telah memeliki akun gmail.com
selanjutnya siswa diberikan kode kelas class-
room yang merupakan kelas virtual. Penyam-
pian materi (online), diskusi (tatap muka),
latihan (online), presentasi (tatap muka),
penilaian (online). Proses penyampian materi
menggunakan kelas digital yakni classroom
terdiri dari materi setiap topik dari Kompetensi
Dasar (KD). Materi yang disharing di class-
room dapat berupa file (pdf, docx dan ppt) dan
juga video pembelajaran. Berikut tampilan
dari sharing materi.
Gambar 4. Tampilan materi di kelas digital classroom
Pada sharing materi, materi terlebih dahulu
di posting di classroom. Selanjutnya siswa
menyalin ke dalam buku catatan siswa. Hal
ini diberikan agar siswa secara tidak
langsung sudah belajar materi yang akan
dipelajari besok hari atau berikut harinya.
Setelah siswa selesai mencatat materi
tersebut di buku catatan, selanjutnya siswa
mengirim hasil catatan tersebut kelas digital,
classroom. Agar siswa bersemangat menca-
tat materi tersebut ke dalam buku catatan,
guru selanjutnya memberikan nilai dari hasil
catatan tersebut. Setelah dinilai oleh guru
secara online, siswa akan melihat hasil
catatannya tersebut. Setelah siswa selesai
mengunggah tugas mencatatan, selanjutnya
siswa secara mandiri berdiskusi di kelas
virtual classroom. Berikut tampilan fitur
diskusi di classroom.
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
101
Gambar 5. Fitur diskusi di kelas digital, classroom
Tantangan bagi guru dalam mengelola
pembelajaran jarakjauh adalah bagaimana
selalu berbipr kreatif agar siswa aktif
merespon tugas di classrooom. Agar siswa
semangat dalam merespon tugas, baik tugas
memhami materi ataupun berdiskusi, hargai
siswa dengan memberikan nilai saat mereka
berdusi. Bobot nilai tergantung dari kualitas
pertanyaan ataupun tanggapan mereka.
Berikut contoh hasil diskusi siswa di kelas
virtual.
Gambar 6. Diskusi siswa di kelas digital classroom
Diskusi selanjutnya dilanjutkan pada dunia
nyata, yakni tatap muka di kelas. Pada diskusi
kelas nyata ini, siswa tidak lagi memiliki
informasi seputar materi yang didiskusi dari
nol. Mereka telah memiliki pengetahuan
sebelumnya dari belajara mandiri serta
diskusi di kelas maya. Mereka berdiskusi
unuk perkara-perkara yang dianggap kurang
jelas di dunia maya. Sebelum mereka
mengerjakan tugas/penilaian, secara berke-
lompok siswa mengerjakan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Setelah itu siswa salah satu
perwakilan kelompok mepresentasikan hasil
kerja kelompoknya didepan rekan-rekannya.
Setelah siswa dianggap memahami materi,
selanjutnya guru melaksanakan penilaian.
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
102
Penilaian ini menggunakan kelas digital.
Target waktu pengerjaan tugas tersebut
disesuaikan dengan waktu yang tersisa. Jika
waktu yang tersedia mencukupi untuk
diselesaikan di kelas nyata, maka tugas
dibatasi hingga berakhirnya waktu tersebut.
Tetapi jika waktu tersedia tidak mencukupi
maka penyelesaian tugas dapat dilanjutkan di
rumah atau saat jam pelajaran kosong.
Berikut tampilan tugas di kelas digital,
classroom.
Gambar 7. Tugas siswa di classroom
Selanjtnya guru memeriksa hasil tugas
tersebut secara online. Guru dapat membe-
rikan catatan-catanatn khusus saat melaku-
kan pemeriksaan hasil pengerjaan tugas
tersebut. Berikut tampilan koreksi online oleh
guru atas jawaban siswa.
Gambar 8. Tampilan koreksi online classroom
Setelah selesai guru mengkoresi hasil
jawaban siswa, selanjutnya guru mengirim
nilai ke siswa secara online. Melalui
classroom. Berikut tampilan dafatar nilai
siswa dalam classroom.
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
103
Gambar 9. Tampilan daftar nilai siswa kelas virtual classroom
Kelas digital sebaik juga melibatkan aplikasi
pesan yakni WhatsAap. Fungsi dari aplikasi
ini adalah untuk mengingatkan siswa agar
menyelesaikan tugas yang diberikan. Demi-
kianlah pelaksanaan pembelajaran moda
mixed/blended learing berbantuan classroom.
Kelas digital brebantuan classroom
juga menggunakan moda fullyonline. Moda ini
digunakan untuk kelas yang mengikuti
program PSG (Pendidikan Sistem Ganda)
yakni magang di dunia industri. Kelas
magang di SMK Negeri 3 Banjarmasin
dilaksanakan dalam dua periode. Periode
pertama untuk kelas XI dan periode kedua
untuk kelas XII. Pelaksanaan magang di SMK
Negeri 3 Banjarmasin di wilayah Kota
Banjarmasin. Sebelum siswa meninggalkan
kelas nyata, terlebih dahulu siswa dikenalkan
dengan sistem e-learning classroom. Mereka
dipastikan telah bergabung di kelas maya.
Langkah pertama yang dilakukan
sebelum menggunakan moda fulllyonline
adalah menelaah RPP yang telah dibuat agar
tujuan pembelajaran tercapai dalam moda
tersebut. Aktivitas pembelajaran dengan
moda fullyonline adalah sharing materi baik
berupa file dan didampingan video pembe-
lajaran yang telah disesuaikan dengan
materi. Diskusi serta penugasan. Aktivitas
pembelajaran moda fullyonline ada beberapa
langkah yang dilakukan seperti pad moda
mixed. Tetapi ada penekanan yakni penam-
bahan materi berupa video pembelajaran.
Perebedaan dengan moda mixed adalah
pada waktu penyelesaian. Moda fullyonline
memperhatikan waktu magang siswa. Materi
atau penugasan hanya ketika hari-hari libur
yakni Jumat, Sabtu dan Minggu. Peranan wali
kelas serta ketua program keahlian sangat
membantu dalam memotivasi siswa untuk
aktif dalam mode belajar ini.
Selanjutnya untuk penggunaan
administrasi pembelajran dalam kelas digital,
meliputi dokumentasi perangkat pembela-
jaran serta aktivitas pembelajaran guru di
kelas digital serta pengaawasan pembela-
jaran oleh supervisor pembelajaran. Aktivitas
dokumentasi perangakat pembelajaran ber-
mula dari pembuatan topik berdasarkan RPP
Kompetensi Dasar dan Silabus. Agar piha-
pihak yang berkenpentingan dapat meng-
akses dokumen yang ada di classroom
(misalnya Wakasek Kurikulum dan Kepala
Sekolah), Guru mengshare kode kelas virtual
yang diampu kepada pihak-pihak tersebut.
Selanjutnya dari dokumen tersebut, super-
visor dapat mengambil keputusan berkaitan
dengan pembelajarna yang dilakukan oleh
guru. Berikut tampilan perangkat pembela-
jaran di classroom.
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
104
Gambar 10. Tampilan perangakat pembelajaran di kelas digital, classroom
Adapun penggunaan classroom untuk
mengetahui aktivitas guru, maka dibuatkan
akun khusus oleh pihak wakil kepala sekolah
bidang kurikulum. Pihak kurikulum membuat
kelas digital khusus mengetahui akativitas.
Untuk memudahkan dalam menganalisis,
sebaiknya satu akun untuk satu prodi (Paket
keahlian). Berikut tampilan rekaman aktivitas
guru dalam kelas.
Gambar 11. Tampilan pencatat aktivitas guru di kelas
Teknis pencatatan aktivitas guru di kelas
dengan menggukan classroom sebagai
berikut. Salah satu siswa di kelas nyata
diberikan kode kelas pencatat tersebut.
Selanjutnya setiap pergantian jam pelajaran
siswa tersebut memberikan keterangan
tentang aktivitas guru daalam pembelajaran
di dalam classroom. Aktivitas pembelajaran
guru tersebut mencakup kosong (tidak ada
guru), memberikan tugas offline, memberikan
tugas online, mencatat, menjelaskan dan
pembelajaran aktif melibatkan siswa. Berikut
tampilan keterangan dalam perekaman
aktivitas guru di kelas.
SENPIKA II (Seminar Nasional Pendidikan Matematika) Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 12 Oktober 2019
105
Gambar 12. Aktivitas pembelajaran guru di kelas
Selanjutnya hasil rekaman aktivitas guru
tersebut diolah oleh yang berwenang untuk
diserahkan kepada guru-guru atas aktivitas
mereka sebagai bahan evaluasi secara
pribadi maupun oleh pihak sekolah.
PENUTUP
Berdasrakan pemaparan dari mem-
bangun kelas digita di SMK Negeri 3 Banjar-
masin, ada beberapa kesimpulan penting
yang didapat.
1. Kelas digital dengan menggunakan
LCMS Classroom mampu membantu
guru dalam melaksanakan pembela-
jaran, baik menggunakan moda mixed
learning ataupun fullyonline di SMK
Negeri 3 Banjarmasin. Aktivitas pembe-
lajaran tersebut berupa sharing materi,
diskusi, penugasan, serta penilaian.
2. Selain dapat digunakan sebagai alat
untuk kelas digital, dengan memper-
hatikan karakteristik fitur yang dimiliki
oleh classroom, dapat juga menunjang
aktivitas yang menunjang pembelajaran
di kelas yakni perekanaman aktivitas
pembelajaran guru di kelas serta
dokumentasi perangkat pembelajran
secara virtual.
DAFTAR RUJUKAN
ACT Government Educational and Training.
Diunduh di https://www.education.
act.gov.au/__data/assets/pdf_file/00
09/709821/Google-Classroom-
Guide-for-Students.pdf.
Marasmita, D. (2019). Pengembangan Media
Pembelajaran E-Learning Berbasis
Google Classroom untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas X di SMA Negeri 1 Nogosari.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
(1994). Konsep Sistem Ganda.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta
Prawiradilaga, Dewi Salma. (2016). Mozaik
Teknologi Pendidikan E-Learning.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Ekaterina Prasolova-Førland. (2018). Distan-
ce learning and multimedia: over-
view and some design issues.
Norwegian University of Science and
technology (NTNU. IDI, Sem
Sælandsv 7-9 N-7491 Trondheim,
ISBN. 978 – 623 – 7533 – 11 – 5
106
Norway Fransiskus Ivan Gunawan &
Stefani Geima Sunarman.
Gunawan, Fransiskus Ivan. (2018).
Pengembangan Kelas Virtual
dengan Google Classroom dalam
Keterampilan Pemecahan Masalah
(Problem Solving) Topik Vektor pada
Siswa SMK untuk Mendukung
Pembelajaran. Prosiding FKIP,
Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Instruksi Presiden RI. (2016). Revitalisasi
SMK dalam rangka Peningkatan
Kualitas dan Daya Saing Sumber
Daya Manusia Indonesia.
Sekretariat Kabinet RI. Jakarta
Ali, Irsan Taufik. (2013). Implementasi
Konsep Interaktifitas pada Sistem
Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis
Web Multimedia. Jurnal Sains dan
Teknologi 12 (1), Maret 2013: 1-6.
Nuryanto, A. (2013). Model Pemberdayaan
pada Satuan Pendidikan Menengah
Yang Dikelola Oleh Masyarakat.
Setditjen Dikmen.
Harimurti, Rina. (2017). Pengaruh Penerapan
Tools Google Classroom pada
Model Pembelajaran Project Based
Learning terhadap Hasil Belajar
Siswa. Jurnal IT-Edu. Volume 02
Nomor 01 Tahun 2017, 59-67
Syed Noor-Ul-Amin. (---).An Effective use of
ICT for Education and Learning by
Drawing on Worldwide Knowledge,
Research, and Experience: ICT as a
Change Agent for Education.
Department Of Education, University
Of Kashmir
Wicaksono, Vicky Dwi & Rachmadyanti, Putri.
(2017). Pembelajaran Blended
Learning melalui Google Classroom
di Sekolah Dasar. Seminar Nasional
Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI
Wilayah Jawa.