Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012 ...
Transcript of Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012 ...
“Memahami Retorika Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal 2012 Melalui
Analisis Framing”
Ranella Pasang Arungla’bi’
Supervisor :
Dr. Ari Kamayanti, SE., MM., Ak.
Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang
Today the company is required to no longer just for a profit-oriented, but also
on the social and environmental aspects. Crash various cases of negative
externalities harm people and the environment and encourage people to bring
condemnation demanding the company business expectations changed to also ignore
the social and environmental aspects. People's interest in a company that cares about
social and environmental slowly increasing. This was disclosed by the findings PPM
Institute of Management Indonesia in 2006 in Maulida (2013) that in addition to the
quality and brand, a major concern of consumers in selecting products to purchase,
corporate social responsibility is also an important consideration for consumers on
shooping. So it was inevitable that CSR activities can boost the company's positive
reputation in the eyes of stakeholders.
One of the media's performance disclosure of CSR activities of the company is
through the presentation of CSR report. CSR report is important because through the
presence, the stakeholders knowingly reporting on all efforts made by the company in
realizing sustainable development, then stakehloder also may use this information in
making decisions. CSR reports can also use to evaluating and improving the
companies performance on social and environmental aspects. CSR report is one of
the realities of products constructions. The content of CSR reports is almost entirely
contained story of the company in the form of narrative. CSR report also contains
positive or negative rhetoric. Rhetoric formed will produce framing. The purpose of
this research is to understand the rhetoric of CSR reports of PT KPC using framing
analysis and constructivism research approaches.
Keywords: CSR Report, Sustainable Development, Rhetoric, Framing Analysis
1. Memahami Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial berkembang
menjadi kajian yang marak dibahas belakangan ini. Munculnya CSR menjadi
jawaban atas kegelisahan masyarakat akan keadaan alam yang patologis akibat ulah
manusia khususnya korporasi. Serad (2012:14) menyatakan bahwa laju kerusakan
lingkungan tambang masih jauh lebih cepat daripada laju restorasi atau
pelestariannya. Hal yang sama juga terjadi pada aktivitas corporate social
responsibility dalam eco-system, biotik, dalam bentuk penghutanan kembali,
penghijauan, pelestarian lingkungan, masih kalah cepat dengan usaha-usaha illegal
logging, peggundulan, dan kebakaran hutan (Serad 2012:14). Kerusakan-kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas korporasi menyadarkan masyarakat
bahwa perlu pengubahan pola pikir hingga perilaku sedini mungkin. Jika alam tak
lagi sehat, kehidupan makhluk yang mendiaminya pun ikut terancam.
Perusahaan akan selalu menghasilkan eksternalitas bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar. Perwujudan eksternalitas dapat positif ataupun negatif. Namun di
sisi lain ternyata keberadaan perusahaan dalam negeri maupun luar negeri ini juga
menghasilkan eksternalitas negatif bagi masyarakat sekitar. Hal ini terbukti oleh
laporan Kementrian Lingkungan yang mengutarakan bahwa selama tahun 2013 telah
dilakukan penanganan sebanyak 109 kasus lingkungan hidup termasuk di dalamnya
kasus pembakaran lahan dan kasus impor limbah B3.
Bisnis.com (5/6/2013) juga mengungkapkan kerusakan lingkungan yang terjadi
di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya bahkan mencapai 40%-50% dari luas
wilayah Indonesia sekitar 190 juta hektar. Bahkan Kualitas Lingkungan Hidup yang
seharusnya mencapai standar mutu 80%-90% hanya dapat dicapai 50%. Menurut
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang dikutip oleh bisnis.com, kontributor
terbesar penyumbang kerusakan hutan adalah dari sektor pertambangan dan
perkebunan akibat kemudahan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH)
untuk kepentingan bisnis. Banyaknya kasus kerusakan lingkungan akibat ulah
korporasi mewajibkan perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan revitalisasi.
Dalam melaporkan aktivitas tanggung jawab sosialnya perusahaan menyajikan
Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) sebagai bentuk komunikasi dengan
stakeholder atas upaya-upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam pelestarian
lingkungan dan kerjasama dengan masyarakat. Laporan CSR adalah praktek
pengukuran, pengungkapan dan pertanggungjawaban kinerja organisasi terkait
sustainability development terhadap stakeholder internal dan eksternal (GRI
Sustainability Reporting Guidelines, 2006).
Sayangnya, laporan CSR tidak semuanya mencerminkan realitas sesungguhnya.
Padahal laporan CSR seharusnya mengungkapkan tindakan perusahaan secara nyata
yang tidak ditutup-tutupi. Bahkan ironsinya menurut Khalid (2009) yang dikutip oleh
Jalal (2009) CSR hanyalah gula-gula atau pemanis dan taktik perusahaan untuk
menutupi berbagai kerusakan lingkungan hidup dan pelanggaran terhadap hak asasi
lainnya yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Gardner dan Martinko (1988) dalam Chairi dan Nugroho (2009) salah
satu startegi perusahaan dalam membentuk citra positifnya adalah melalui teks narasi.
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-
jelasnya kepada pembaca peristiwa yang telah terjadi (Keraf 2007:136). Dalam
lingkup perusahaan salah satu bentuk perwujudan narasi ini adalah melalui laporan
keberlanjutan yang disajikan. Salah satu kelebihan dengan menggunakan narasi
adalah perusahaan dapat melakukan eufemisme (penghalusan bahasa), metafora
(perumpamaan atau pengandaian) dan pasivisasi.
Dalam tiap bahasa yang disampaikan secara tertulis ataupun lisan selalu akan
melibatkan retorika (Luks 1998). Menurut Hopper dan Prat (1995) dalam Chairi dan
Nugroho (2009), retorika didefinisikan sebagai bentuk bahasa atau tulisan persuasif
yang bertujuan untuk mengendalikan realita guna memengaruhi audiens. Berbeda
dengan retorika yang dirumuskan Aristoteles bahwa retorika bersifat netral. Dengan
arti bahwa si pemberi pesan dapat menyampaikan sesuatu yang benar atau
sebaliknya.
Cerita retorik pada laporan keberlanjutan menjadi salah satu aspek yang menarik
untuk diteliti guna memahami retorika laporan CSR perusahaan. Membaca saja tidak
cukup namun perlu adanya proses memahami teks laporan hingga akhirnya dapat
menafsirkan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penelitian ini membahas
tentang, “ Memahami Retorika Laporan CSR Perusahaan PT Kaltim Prima Coal 2012
Melalui Analisis Framing.”
2. Memahami Retorika melalui Analisis Framing
2.1.Memahami Konstruksi Realitas
Ibnu Hamad (2004) dalam bukunya yang berjudul Konstruksi Realitas Politik
dalam Media Massa mendefinisikan konstruksi secara konseptual sebagai upaya
penyusunan beberapa peristiwa, keadaan, atau benda secara sistematis menjadi
sesuatu yang bermakna. Sedangkan realitas merupakan keadaan, peristiwa dan benda.
Oleh karena itu definisi konstruksi realitas adalah pengaturan kata-kata membentuk
frase, klausa atau, kalimat yang bermakna untuk menjelaskan atau menggambarkan
suatu kualitas atau keadaan aktual dan nyata (Pratiwi 2009).
2.2.Memahami Retorika
Kata retorika berasal dari bahasa latin, rhetorica yang berarti ilmu bicara.
Menurut Hopper dan Pratt (1995) yang dikutip oleh Chariri dan Nugroho (2009:3-4)
bahwa retorika sebagai bentuk bahasa atau tulisan persuasif atau efektif yang
bertujuan mengendalikan realitas guna memengaruhi audien tertentu. Namun menurut
Luks (1998) dalam Rahmawati (2013) bahwa setiap orang yang berpendapat baik
secara lisan atau tulisan telah mencipta retorika. Pendapat serupa juga dilontarkan
oleh Burke (1969) dalam Higgins dan Walker (2012) bahwa retorika hadir di mana
saja baik melalui tulisan atau berbicara. Luks (1998) dalam Rahmawati (2013) dan
Burke (1969) memandang retorika sebagai alat yang netral, dapat mencipta kalimat
yang positif ataupun negatif. Mangunwijaya dalam Rakhamat (2009) pada kata
pengantar buku Retorika Modern, juga menyatakan bahwa retorika dianggap sebagai
hal yang negatif dan hanya berupa seni propoganda saja, dengan kata-kata yang
bunyinya bagus namun kebenarannya diragukan. Padahal menurut Mangunwijaya
yang dikutip oleh Rakhmat (2009), arti asli retorika lebih mendalam, yakni
pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yaitu rasio dan cita rasa lewat bahasa
selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.
Retorika berkembang menjadi ilmu populer dari dulu hingga sekarang. Fase
metamorfosis yang dilaluinya cukup panjang hingga berkembang menjadi kajian
yang beragam prespektifnya. Rakhmat (2009) menjabarkan sejarah retorika dengan
membaginya dalam tiga zaman, yaitu pada zaman romawi, abad pertengahan, dan
moderen.
2.3. Paradigma Konstruktivisme
Laporan CSR adalah sebuah produk konstruksi realitas maka dalam melakukan
penelusuran terhadap laporan CSR perusahaan, peneliti memilih untuk menggunakan
paradigma konstruktivisme sebagai pendekatan penelitian.Paradigma konsturktivisme
tepat menjadi payung penelitian ini karena meyakini bahwa segala hal yang
mengandung unsur bahasa tidak dapat lepas dari proses konstruksi.
2.4.Konsep Framing
Menurut William A. Gamson (1989) dalam Eriyanto (2002), framing adalah cara
bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.
Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan semacam
skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi
makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsiran makna pesan-pesan
yang ia terima (Eriyanto, 2002).
Eriyanto (2002) menjelasakan bahwa ada dua esensi utama dari framing, yaitu
bagaimana peristiwa dimaknai melalui pemilihan kejadian mana yang akan
ditampilkan melalui teks atau tidak ditampilkan dan bagaimana fakta tersebut ditulis
terkait penggunaan kata, kalimat dan gambar untuk mendukung gagasan.
2.5. Model Analisis Framing William A. Gamson dan Andre Modigliani
Menurut Gamson dan Modigliani (1989) dalam Eriyanto (2002), framing adalah
pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang digunakan oleh pembuat teks dalam
mengkonstruksi realitas. Frame dipandang sebagai cara menyajikan cerita atau ide
yang tersusun sedemikian rupa yang kemudian dinamakan sebagai kemasan
(package). Dalam Eriyanto (2002:224) kemasan didefinisikan sebagai rangkaian ide-
ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan.
Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu
untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk
menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima (Eriyanto, 2002). Perangkat framing
untuk model Gamson dan Modigliani (1989) dalam Eriyanto (2002) adalah:
Perangkat Framing Model Gamson dan Modigliani Frame
Central organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is
at issues
Framing Devices
(Perangkat Framing)
Reasoning Devices
(Perangkat Penalaran)
Methapors
Perumpamaan atau pengandaian. Roots
Analisis kausal atau sebab akibat.
Catchphrases
Frase yang menarik, kontras, menonjol Appeals to principle
Premis dasar, klaim-klaim moral.
dalam suatu wacana. Ini umumnya
berupa jargon atau slogan.
Exemplaar
Mengaitkan bingkai dengan contoh,
uraian (bisa teori, perbandingan) yang
memperjelas bingkai.
Consequences
Efek atau konsekuensi yang didapat dari
bingkai.
Depiction
Penggambaran atau pelukisan suatu isu
yang bersifat konotatif. Depiction ini
umumnya berupa kosakata, leksikon
untuk melabeli sesuatu.
Visual Image
Gambar, grafik, citra yang mendukung
bingkai secara keseluruhan. Bisa
berupa foto, kartun, ataupun grafik
untuk menekankan dan mendukung
pesan yang ingin disampaikan
Sumber: Eriyanto (2002)
2.6.Memahami Retorika Laporan CSR dengan menggunakan Analisis Framing
Laporan CSR adalah salah satu produk konstruksi. Laporan CSR tersebut
menurut Chariri dan Nugroho (2009:4) merupakan retorika. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa retorika ini dilakukan oleh manajemen (perusahaan) dengan menunjukkan
argumen dan data tertentu untuk meyakinkan stakeholders bahwa dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya, perusahaan juga peduli terhadap sosial dan lingkungan (Chariri
dan Nugroho, 2009). Oleh karena peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme,
maka dalam data retorikal tersebut diyakini bahwa ada framing yang dibangun oleh
manajemen (perusahaan) untuk meyakinkan pembaca (stakeholder) bahwa yang
diungkapkan oleh perusahaan adalah benar adanya.
Analisis framing telah dilakukan Elok Rahmawati (2013) dalam skripsinya yang
berjudul The Rhetoric in Corporate Social Responsibility (CSR) Reporting: A Frame
Analysis on Sustainability of PT Indosat Tbk. Rahmawati (2013) ingin memahami
motivasi pengungkapan laporan keberlanjutan PT Indosat dengan melakukan analisis
framing pada laporan keberlanjutan PT Indosat periode 2009, 2010 dan 2011. Selain
itu, peneliti juga merujuk pada jurnal Chariri dan Nugroho (2009) Retorika dalam
Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotik atas Sustainability
Reporting PT Aneka Tambang Tbk. Chariri dan Nugroho (2009) melakukan analisis
semiotik pada laporan keberlanjutan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). PT Antam
dipilih oleh peneliti bersangkutan karena perusahaan mendapatkan penghargaan
ISRA. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Chariri dan Nugroho, disimpulkan
bahwa Antam menyajikan informasi CSR dalam bentuk cerita retorik dengan tujuan
membentuk image positif bahwa Antam melaksanakan kegiatannya dengan tetap
memperhatikan isu lingkungan dan sosial.
2.7.Menemukan Kebenaran Retorika Laporan CSR PT KPC Melalui
Pemberitaan Media Massa
Setelah memahami retorika laporan CSR PT KPC, peneliti akan menemukan
kebenaran retorika tersebut melalui penelusuran pemberitaan media massa terkait
aktivitas operasi perusahaan. Hal ini dilakukan guna mendukung terciptanya laporan
CSR yang kredibel. Laporan CSR yang kredibel akan bermanfaat bagi stakeholder
dan perusahaan bersangkutan. Melalui laporan yang kredibel stakeholder akan
mengetahui sejauh mana pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan dan dampaknya bagi
lingkungan maupun sosial sehingga hal ini dapat membantu stakeholder dalam
mengambil keputusan serta turut mengevaluasi kinerja operasi perusahaan.
Sedangkan bagi perusahaan akan menjadi sarana untuk melakukan evaluasi atas
aktivitas CSR-nya.
2.8.Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Di mana
data ini diperoleh peneliti melalui studi literatur, kajian pustaka, artikel, dan jurnal
penelitian. Untuk mendapatkan laporan CSR PT Kaltim Prima Coal periode 2012,
maka penulis mengunduh dari laman perusahaan. Sedangkan informasi atau data-data
tentang permasalahan yang terjadi selama periode tersebut akan diperoleh dari
berbagai media yang diakses melalui internet.
2.9. Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data terkait objek yang akan diteliti, maka beberapa
teknik yang digunakan sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data melalui penelusuran literatur
baik media cetak maupun elektronik. Kemudian akan dipilih mana yang
sesuai dan yang akan digunakan.
2. Paparan Kasus
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai
permasalahan objek penelitian.
2.10. Objek Penelitian
Peneliti memlih Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal periode 2012 menjadi
objek penelitian. Perusahaan ini dipilih karena Laporan CSR PT Kaltim Prima Coal
berhasil meraih best overall ISRA 2013. Melalui penghargaan tersebut dapat
diketahui bahwa dari segi pengungkapan dan tampilan laporan CSR PT Kaltim
Prima Coal periode 2012 terbaik.
3. Tinjauan Pustaka
3.1. Wujud Etika Bisnis dalam Corporate Social Responsibility
Masyarakat menuntut perusahaan perlu menjalankan operasi secara sehat dan
etika menjadi pedoman perusahaan dalam berlaku. Menurut Hartman dan DesJardins
(2008, 162) etika akan menuntun perusahaan untuk tidak menimbulkan kerugian
yang dapat dihindari. Salah satu bentuk implementasi etika bagi perusahaan adalah
melalui penerapan CSR. CSR dipandang sebagai kegiatan sehat perusahaan dengan
menaruh perhatian tidak hanya pada single bottom line yaitu keuntungan, namun juga
pada lingkungan dan masyarakat. Ketiga aspek ini (keuntungan, lingkungan dan
manusia) menjadi pilar pembangunan berkelanjutan.
3.1.Benang Merah Good Corporate Goverment dan Corporate Social
Responsibility
GCG dibentuk dari agency theory dan stewardship theory. Menurut Brigham dan
Houston (2006:26-31) dalam Retno dan Priantinah (2012:86) agency theory adalah
pemberian kekuasaan kepada manajer oleh pemilik perusahaan untuk membuat
keputusan. Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut
sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen,
untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat
keputusan kepada agen tersebut (Retno dan Priantinah 2012:86). Sementara itu
stewardship theory menurut Tim Studi Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip OECD
2004, teori ini dibangun dalam asumsi filosofis bahwa manusia hakekatnya
mempunyai intergritas dan berlaku jujur pada orang lain sehingga manajemen dapat
berlaku dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan berbagai pihak baik shareholder
maupun publik.
CSR merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip GCG khusunya prinsip
responsibilitas. Melalui prinsip ini perusahaan berkewajiban berperilaku yang positif
dalam menjalankan kegiatan operasinya sehingga masyarakat dan lingkungan pun
menuai imbas yang positif. Eksternalitas negatif yang timbul dari kegiatan operasi
perusahaan menjadi salah satu alasan kuat perusahaan perlu melakukan internalisasi
untuk meminimalkan dampak negatifnya dan mencegah terjadi ulang.
3.2. Memahami Corporate Social Responsibility
Wibisono (2007:8) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan
kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan menguatkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang
berkelanjutan. Selain itu Putri (2007) yang dikutip oleh Untung (2009:1) ikut
menambahkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada
keseimbangan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Menurut Lako (2011:5-6) ada lima teori yang menekankan bahwa pentingnya
perusahaan untuk peduli dan melaksanakan CSR secara tepat, antara lain Teori
Stakeholder, Teori Legitimasi, Teori Sustanibilitas Korporasi, Teori Political
Economy dan Teori Keadilan. Pelaksanaan CSR juga diiringi oleh pelaporan
kegiatan. Laporan CSR adalah salah satu bentuk komunikasi dari perusahaan bagi
stakeholder atas berbagai kinerja CSR perusahaan. Lebih lanjut menurut Global
Reporting (GRI) dalam Reporting Guidelines 2006, Sustanibility Reporting adalah
suatu pengungkapan terkonsolidasi tunggal yang memberikan suatu penyajian wajar
dan seimbang mengenai kinerja selama satu periode yang ditetapkan. Melalui laporan
CSR, asimetri informasi antar perusahaan dengan stakeholder dapat dijembatani.
Selain itu sebagai salah satu media evaluasi atas kinerja CSR yang telah dilaksanakan
perusahaan.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Situs Informan
Kalimantan adalah salah satu pulau yang dikenal memiliki kekayaan alam yang
berlimpah. Salah satu propinsinya Kalimantan Timur menjadi salah satu pusat
eksplorasi kegiatan tambang khususnya batubara. Bertengger di sana perusahaan
Kaltim Prima Coal atau yang akrab disebut KPC yang merupakan anak perusahaan
dari PT Bumi Resources (Tbk). PT KPC menjelma menjadi salah satu perusahaan
batubara terbesar di Indonesia. Berdiri pada tahun 1982 dengan surat keputusan No
Y.A.5/208/25 yang diterbitkan pada tanggal 16 Maret 1982 oleh Mentri Kehakiman
RI.
PT KPC melakukan aktivitas pertambangannya pada dua tempat, di kecamatan
Sanggata dan kecamatan Bengalon propinsi Kalimantan Timur. Luas lokasi
pertambangan PT KPC secara keseluruhan adalah 90,938 hektar. Bengalon
merupakan lokasi kedua yang dipilih PT KPC untuk melakukan aktivitas
pertambangannya setelah dulunya wilayah Sanggata. Aktivitas pertambangan di
Bengalon merupakan kerja sama PT KPC dengan PT Darma Henwa. Lokasi
pertambangan di Sanggata dekat dengan fasilitas pelabuhan di Tanjung Bara.
Sedangkan Lokasi tambang Bengalon dekat dengan pantai.
4.1.Pembangunan Berkelanjutan PT KPC
Bencana ekologis kerap terjadi di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia.
Bencana yang terjadi tidak lepas dari ulah manusia yang sewenang-wenang. Alhasil
manusia pun dituntut untuk mampu berlaku etis dalam bertindak. Mampu bertindak
secara sadar dengan mempertimbangkan berbagai aspek lainnya, seperti sosial dan
lingkungan. Tidak egois, berlaku demi kepentingan dan keuntungan pribadi semata
karena menyadari bahwa segala isi yang ada di bumi akan hidup secara
berdampingan dan beriringan. Ketika manusia membalak hutan dengan sembarangan
dan membuang limbah hingga mencemari air laut maka makhluk yang
menggantungkan diri pada hutan dan laut akan terancam punah. Manusia khususnya
akan sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tentu kejadian ini sangat berdekatan
dengan aktivitas operasi perusahaan khususnya pertambangan. Aktivitas
pertambangan membutuhkan wilayah yang luas untuk melakukan aktivitasnya dan
membutuhkan tempat untuk membuang limbah. Jika proses pertambangan tidak
dilakukan secara benar dan tepat maka berbagai pihak akan terkena imbas negatifnya.
Munculnya konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development)
menegaskan bahwa korporasi harus memiliki keprihatinan pada aspek sosial dan
lingkungan seperti halnya pada profit. Pembangunan berkelanjutan menjadi hal yang
perlu diterapkan secara sadar mengingat dampaknya untuk masa kini dan masa
depan. Hal ini tidak dapat dicapai jika saat ini korporasi menggunakan sumber daya
alam dengan serampangan. Inti konsep pembangunan berkelanjutan adalah
kepedulian generasi sekarang pada kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhan mereka.
Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2012 PT Kaltim
Prima Coal melaksanakan proyek yang bernamakan Proyek Membara. Melalui
proyek ini PT KPC ingin menunjukkan bahwa perusahaan memiliki semangat yang
tinggi dalam penguatan berbagai aspek dari kegiatan operasional perusahaan, dari
aspek operasional pertambangan, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan
termasuk sumber daya manusia serta teknik inovatif. Tujuan jangka panjang Proyek
Membara adalah meningkatkan ketangkasan dan ketahanan KPC dalam menghadapi
tantangan di masa sekarang dan masa depan. Dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan PT KPC memusatkan perhatiannya pada aspirasi stakeholder-nya:
“Dalam falsafah keberlanjutan kami, para pemangku kepentingan merupakan
pusat perhatian dari berbagai aktivitas KPC. Sebab kami percaya bahwa
keberlanjutan dapat dicapai dan dinikmati oleh mereka yang memiliki
komitment terhadapnya dan berusaha untuk mewujudkannya.” (Laporan
Keberlanjutan Tahun 2012 hal.24).
4.2.Analisis Framing Laporan CSR PT KPC
Dalam menjalankan aktivitas operasinya kegiatan pertambangan identik dengan
konflik-konflik sosial akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan. Hal ini
dikarenakan aktivitas pertambangan tidak lepas dari tiga karakternya yaitu berjangka
panjang, memakan lahan sangat luas dan ada banyak masyarakat tinggal (Majalah
Bisnis dan CSR, 2007:186). Menyadari hal tersebut perusahaan dituntut untuk berlaku
etis, tidak hanya mengejar keuntungan saja namun juga memperhatikan berbagai
aspek lainnya dalam melakukan operasi pertambangan seperti lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat sekitar. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan khususnya penghasil batubara, KPC menyadari akan konflik-
konflik tersebut dan percaya bahwa keselarasan antara profit, people dan planet
menjadi hal dasar yang harus diperhatikan dalam bertindak karena hal ini dapat
mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara umum dan khusunya bagi umur
perusahaan yang akan terus bertumbuh. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut pada
tahun 2012 KPC menerapkan program berkelanjutan yang bernama Proyek Membara.
Judul laporan keberlanjutan periode 2012 adalah Semangat Membara untuk
Keberlanjutan.
Dalam mewujudkan proyek keberlanjutannya, KPC tidak hanya menuangkannya
dalam aksi namun juga didukung oleh penyampaian informasi secara tertulis.
Penyampaian informasi ini dikemas dalam bentuk teks yang berwujud laporan
keberlanjutan. Laporan keberlanjutan menjadi sangat penting adanya guna sebagai
media komunikasi antar perusahaan dan stakeholder. Melalui laporan keberlanjutan,
stakeholder dapat mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan
dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Laporan keberlanjutan
hampir sepenuhnya diisi oleh narasi, grafik dan gambar lainnya yang akan
membentuk framing. Eriyanto (2003) mengungkapkan bahwa framing adalah isi teks
yang ditonjolkan oleh si pembuat teks agar mudah diingat oleh pembaca. Tak dapat
dipungkiri bahwa laporan keberlanjutan yang disajikan oleh KPC juga membentuk
framing. Oleh karena itu, analisis framing menjadi alat yang dapat digunakan untuk
menemukan framing yang disampaikan atau dibangun oleh KPC guna memahami
retorika laporan CSR PT KPC. Melalui model framing Gamson dan Modigliani
terdapat dua perangkat yang akan digunakan untuk melakukan penulusuran teks,
yaitu perangkat framing dan perangkat penalaran.
4.3. Perangkat Framing dan Perangkat Penalaran
Menurut Gamson dan Modigliani (1989) dalam Eriyanto (2002) uraian teks
hingga membentuk sebuah laporan mengandung sudut pandang yang disebut dengan
kemasan (package). Sudut pandang ini adalah cara bercerita penulis tentang suatu hal
yang telah disusun sedemikian rupa melalui proses konstruksi. Dalam menganalisis
kemasan sebuah teks dengan menggunakan model Gamson dan Modigliani (1989)
terdapat dua perangkat analisis yang digunakan, yaitu perangkat framing dan
perangkat penalaran.
Menurut Eriyanto (2003:226) perangkat framing berkaitan langsung dengan ide
sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita, yang ditandai dengan
pemakaian metafora, kata, kalimat, grafik/gambar. Sedangkan perangkat penalaran
menjadi dasar pembenar framing yang telah dibangun. Melalui perangkat ini
khalayak akan menerima pesan itu sehingga tampak benar, absah, dan demikian
adanya (Eriyanto, 2003: 227). Perangkat penalaran dibagi atas tiga unsure, yaitu
analisis kausal, premis dan efek.
4.4.Analisis Perangkat Framing
Untuk meyakinkan para stakeholder bahwa KPC telah berpartisipasi dalam
upaya pembangunan berkelanjutan maka KPC menggunakan beberapa unsur
metafora, frase yang menarik seperti slogan dan jargon, labeling, teori atau
perbandingan serta gambar dan grafik pada laporan keberlanjutannya. Pada laporan
keberlanjutan tahun 2012, KPC menggunakan unsur catchphrases atau frase yang
menarik dan menonjol pada judul laporan keberlanjutannya, yaitu Semangat
Membara untuk Keberlanjutan. Salah satu hal yang membuat catchphrases ini
mencolok adalah penggunaan metafora membara yang disandingkan dengan kata
semangat. Melalui kata Semangat Membara perusahaan ingin memberitahukan
sekaligus menegaskan bahwa KPC memiliki kemauan yang tinggi dan bersungguh-
sungguh dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang diejawantahkan dalam
8 program unggulannya. Kata semangat diartikan sebagai keinginan atau gairah
dalam melakukan sesuatu, sehingga melalui catchphrases ini KPC ingin meyakinkan
pembaca bahwa perusahaan memiliki motivasi untuk berpartisipasi dalam
pembangunan berkelanjutan. Hal ini juga dikuatkan oleh sambutan Chief Executive
Officer KPC, Endang Ruchijat, bahwa:
“Kami akan selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam perjalanan
kami untuk mencapai keberlanjutan. Kami percaya bahwa bisnis yang sukses
dan pertumbuhan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jikai nilai ekonomi,
sosial dan lingkungan dijalankan dengan berimbang (hal.15).”
Kata terdepan pada bait pertama dan berimbang pada bait kedua menjadi menarik
untuk ditelisik lebih lanjut. Kata terdepan menjelaskan bahwa perusahaan ingin
menjadi nomor satu dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam artian
lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain, hal ini senada dengan ungkapan
perusahaan yang ingin menginspirasi perusahaan lain di seluruh industri untuk turut
ambil bagian dan berpartisipasi dalam upaya menuju keberlanjutan (hal.20). Selain
itu kata berimbang pada bait kedua, menunjukkan bahwa perusahaan meyakini sudah
sepatutnya dalam mewujudkan pembangunan keberlanjutan perhatian perusahaan
tidak hanya pada profit saja, namun juga pada aspek lingkungan dan sosial.
Perusahaan menyakini bahwa ketiga aspek ini seharusnya tidak memiliki porsi berat
sebelah, namun harus diperhatikan dan dijalankan selaras. KPC juga menggunakan
huruf kapital pada judul laporan, yaitu SEMANGAT MEMBARA UNTUK
KEBERLANJUTAN yang terletak di sampul laporan keberlanjutan agar pembaca
lebih mudah mengingat dan perhatiannya fokus pada tulisan tersebut.
Catchpharse lainnya yaitu pada judul sub bab laporan untuk program CSR
lingkungan dan masyarakat. Pada program CSR lingkungan, perusahaan memilih
judul Semangat Membara Melestarikan Lingkungan dan dalam memberdayakan
masyarakat perusahaan memilih judul Semangat Membara Maju Bersama
Masyarakat. Pada judul Semangat Membara Melestarikan Lingkungan, perusahaan
ingin menyampaikan bahwa KPC juga turut berupaya dalam mempertahankan
kelangsungan hidup lingkungan. Kata lestari tepat digunakan oleh perusahaan, karena
kata lestari tidak mengacu pada komitmen jangka pendek namun juga jangka
panjang. Dengan menggunakan kata melestarikan terlihat komitmen perusahaan yang
tidak hanya berkontribusi terhadap lingkungan untuk waktu yang pendek, namun juga
dalam rentang waktu yang panjang. Hal ini didukung oleh beberapa program
pelestaraian lingkungan KPC, antara lain pencegahan pencemaran, pengembalian
semua area bekas tambang ke dalam kondisi yang produktif, stabil dan aman,
pemeliharaan keanekaragaman hayati, serta pelaksanaan konservasi air dan efisisensi
sumber energi.
Sementara itu, untuk pilihan judul Semangat Membara Maju Bersama
Masyarakat, perusahaan memilih kata Maju Bersama Masyarakat menampilkan
framing bahwa KPC menganggap masyarakat sebagai unsur penting yang tidak boleh
luput dari perhatian perusahaan. Sehingga untuk mencapai kemajuan, perusahaan
tidak ingin hanya melibatkan diri sendiri, namun juga mengajak masyarakat untuk
terlibat aktif melalui program pemberdayaan yang dibuat oleh perusahaan. Pelibatan
masyarakat ini menunjukkan indikator kemajuan perusahaan tidak tercapai hanya
dengan melalui peningkatan profit semata, namun juga saat perusahaan telah berhasil
memberdayakan masyarakat setempat. Hal ini selaras dengan pernyataan KPC bahwa
masyarakat yang memiliki lahan ataupun masyarakat setempat mempunyai hak untuk
memperoleh nilai lebih dari apa yang telah dikerjakan oleh KPC yang akan mampu
meningkatkan taraf hidup mereka.
Perangkat framing depiction juga digunakan oleh KPC pada sambutan Chief
Executive Officer yang menyatakan bahwa perusahaan sebagai organisasi dan warga
korporasi yang baik. Penggunaan air dan energi dengan bijak menjadi salah satu
pembuktian depiction tersebut,
“Keterbatasan sumber air dan energi yang sama-sama penting dan banyak
digunakan oleh masyarakat dan kegiatan pertambangan, mendorong kami untuk
membuktikan bahwa kami telah memanfaatkan energi tersebut dengan
bijaksana tanpa mengurangi ketersediannya bagi kehidupan masyarakat sekitar,
baik saat ini maupun di masa yang akan datang (hal.112).”
Melalui kalimat tersebut KPC ingin menyampaikan bahwa perusahaan telah
melakukan tindakan yang bijak dan tepat dalam hal penggunaan air dan energi
meskipun persediaan air dan energi terbatas. Perusahaan juga ingin menyampaikan
bahwa persediaan air dan energi yang terbatas bukanlah sebuah masalah namun yang
menjadi hal utama adalah tindakan kita dalam menyikapi keterbatasan itu. KPC
menyampaikan bahwa melalui berbagai macam program efisiensi air dan energi yang
diimplemetasikan, KPC berhasil membuktikan sebagai perusahaan yang mampu
untuk menggunakan air dan energi secara bijak.
Dengan menyatakan bahwa KPC sebagai organisasi dan warga korporasi yang
baik juga menunjukkan kepada stakeholder bahwa KPC adalah perusahaan yang
sehat dan tidak mempunyai konflik. Rentetan kalimat tersebut diletakkan pada
paragraf pertama sambutan Chief Executive Officer sehingga saat stakeholder
membaca langsung mengenali citra positif perusahaan. Depiction lain yang
digunakan oleh perusahaan tertera pada hal. 18 sambutan Chief Executive Officer, di
mana KPC mengatakan bahwa mereka telah berhasil mencapai upaya pembangunan
berkelanjutan dengan melakukan pengurangan emisi CO2, terlaksananya proyek KPC
“MEMBARA” sebagai upaya KPC untuk meningkatkan motivasi dan semangat
karyawan serta meningkatkan dialog dengan masyarakat setempat. Melalui partisipasi
aktif pada masyarakat, lingkungan dan aspek tata kelola perusahaan yang baik, KPC
yakin dapat menjadi motor penggerak untuk industri dan perusahaan lain di sektor
pertambangan. Pada sub bagian laporan CSR lingkungan, PT KPC juga memaparkan
keberhasilan mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu contohnya
adalah KPC telah mematuhi seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
dalam pengelolaan limbah cair.
Untuk lebih meyakinkan stakeholder bahwa KPC adalah perusahaan yang peduli
pada lingkungan dan sosial, maka perusahaan menggunakan beberapa bantuan
aksentusasi foto dan grafik pada laporan. Untuk setiap keberhasilan perusahaan dalam
mengurangi eksternalitas negatifnya bagi lingkungan, KPC selain melaporkannya
dalam bentuk tulisan juga menggunakan grafik dan gambar. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi penjelasan yang lebih komprehensif dan memberi kesan mencolok
saat stakeholder membaca laporan keberlanjutan KPC.
Perangkat framing metafora juga digunakan oleh KPC untuk menegaskan bahwa
perusahaan memiliki perhatian dalam melestarikan lingkungan dan memberdayakan
masyarakat. Membara adalah salah satu metafora yang digunakan oleh KPC. Secara
harfiah menurut KBBI membara adalah barang sesuatu (arang) yang terbakar dan
masih berapi-api. Namun penggunaan kata membara bukan dipilih dan ingin
disampaikan perusahaan dalam arti harfiahnya, namun metafora ini digunakan
perusahaan untuk menyampaikan kepada pembaca bahwa perusahaan berkeinginan
kuat untuk berkontribusi positif bagi planet, people, dan profit. Perusahaan tepat
menggunakan kata membara sebagai nama proyek program keberlanjutan
perusahaan, karena pada tahun 2012 pasar batubara tengah lesu akibat krisis uni
eropa.
“Meskipun krisis pada industri batubara yang tengah berlangsung, KPC akan
tetap berusaha untuk selalu meningkatkan standar kami menjadi lebih tinggi,
agar tetap kompetitif dengan perusahaan lainnya (hal.19).”
Pada tahun 2012 krisis batubara tengah terjadi, namun kalimat metafora tersebut
bertujuan untuk meyakinkan stakeholder bahwa krisis tersebut tidak berdampak
signifikan dalam hal peningkatan kinerja KPC. Melalui penggunaan kata membara
yang disandingkan dengan kata semangat, perusahaan ingin menunjukkan bahwa
meskipun tengah terjadi krisis pada industri batubara namun KPC tidak patah asa.
Perusahaan tetap berkomitmen dan berusaha untuk meningkatkan kontribusi baik
bagi internal maupun pihak eksternal.
Selain kata membara, metafora lain yang digunakan oleh KPC adalah kosakata
jantung. Pada sambutan Chief Executive Officer perusahaan menyatakan bahwa,
“Pembangunan keberlanjutan dan perilaku bisnis yang etis menjadi jantung dari
perjuangan perusahaan (hal. 15).” Jantung dimaknai sebagai organ penting dalam
menjalani kehidupan. Jika ditilik arti sebenaranya menurut KBBI jantung adalah
bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah. Namun penggunaan kata jantung
pada laporan keberlanjutan KPC tidak merujuk secara harfiah. Perusahaan memilih
menggunakan kata jantung karena fungsinya yang penting bagi kehiduapan, jika
jantung tidak lagi berfungsi maka kehidupan akan terhenti. Melalui penggunaan
kosakata jantung perusahaan ingin menyampaikan bahwa pembangunan
keberlanjutan dan perilaku bisnis yang etis menjadi bekal hidup perusahaan.
Pada sub bab laporan aktivitas lingkungan, KPC juga menggunakan kosakata
fondasi, “Pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup merupakan salah satu
fondasi bagi manajemen dan operasional KPC (hal. 56).” Arti fondasi adalah dasar
bangunan yang kuat, biasanya (terdapat) di bawah permukaan tanah tempat bangunan
itu didirikan. Fondasi adalah salah satu metafora yang digunakan perusahaan untuk
menegaskan bahwa perusahaan menjadikan pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup sebagai tonggak dan dasar dalam melakukan kegiatan operasional.
Unsur metafora lainnya yaitu penggunaan pepatah, “Bersama Kita Teguh,
Bercerai Kita Runtuh”. Pepatah ini digunakan oleh KPC untuk mendukung
pemahaman stakeholder bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat Kutai Timur
pada sektor agribisnis adalah hal yang baik adanya. Apalagi program ini selaras
dengan program pemerintah Kutai Timur. Melalui penyatuan kedua kegiatan ini akan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di daerah Kutai Timur. Selain itu KPC juga
menggunakan pepatah, “ Di Dalam Tubuh yang Sehat, Terdapat Jiwa yang sehat.”
Pepatah ini digunakan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan peningkatan
sanitasi dan kesehatan masyarakat yang diselenggarkan oleh KPC.
Exemplaar yang digunakan oleh KPC terlihat pada kepedulian perusahaan
kepada masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan. KPC meyakini bahwa
untuk menghantarkan manfaat bagi masyarakat sekitar, program-program tersebut
harus dirumuskan dengan mengkokohkan dan memadukannya dalam tiga pilar
pembangunan, yaitu kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini sesuai
dengan teori pembangunan berkelanjutan yang dicetuskan oleh ahli-ahli. Exemplaar
lainnya yang digunakan oleh KPC adalah dalam setiap laporan aktivitas lingkungan
dan sosial, KPC selalu menyertakan uraian penjelasan program-program yang telah
dilakukan, salah satunya adalah Program Segading Resettlement.
“Program Resettlement Segading menitikberatkan pada dua hal, yaitu:
percepatan pembangunan infrastruktur di lokasi pemukiman kembali dan
persetujuan serta kesepakatan keterlibatan masyarakat Segading dalam program
ini. Sampai dengan tahun 2012, kami berhasil merampungkan pembangunan 53
unit rumah dari total 60 unit rumah yang direncanakan. Infrastruktur-
infrastruktur pemukiman yang juga berhasil dirampungkan selama tahun 2012
adalah infrastrukur jalan, pengadaan mesin generator berkapasitas 2x30 Kwh,
instlasi listrik, instlasi pengelolaan air bersih, dan jaringan air bersih.
(hal.119).”
4.5. Analisis Perangkat Penalaran
Untuk membenarakan framing yang telah dibangun oleh KPC maka pada laporan
keberlanjutannya KPC juga menggunakan beberapa unsur perangkat penalaran.
Unsur roots atau analisis kausal digunakan oleh KPC untuk membenarkan aktivitas
CSR yang telah perusahaan lakukan. Hal ini ditemukan pada sambutan Endang
Ruchijat selaku Chief Executive Officer KPC, yaitu:
“Kami percaya bahwa bisnis yang sukses dan pertumbuhan yang berkelanjutan
hanya dapat dicapai jika nilai ekonomi, sosial dan lingkungan dijalankan
dengan berimbang. Oleh karena itu, kami memanfaatkan beragam sumber daya
dan fokus pada standar tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja, kelestarian
lingkungan, hak asasi manusia, praktik ketenagakerjaan dan keterlibatan
masyarakat.Semua ini kami terapkan di setiap bagian dari kegiatan operasi
(hal.15).”
Dewasa ini perusahaan akan mendapatkan perhatian dan tempat di hati masyarakat
jika perusahaan menaruh kontribusi positif bagi lingkungan dan sosial.
Berkembangnya kesadaran masyarakat akan perlunya perusahaan memperhatikan
lingkungan dan sosial, mendorong perusahaan untuk tidak lagi memikirkan profit
atau keuntungan semata. Perkembangan kesadaran ini juga dipicu oleh berbagai
konferensi tingkat lokal maupun dunia. Hingga muncullah sebuah konsep
pembangunan berkelanjutan, yang menjadikan profit, people dan planet sebagai
ketiga pilarnya. Pada konsep pembangunan berkelanjutan, kebutuhan generasi
mendatang juga perlu diperhatikan. Jangan sampai aktivitas yang telah dilakukan hari
ini akan mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi
kebutuhannya. Jika perusahaan nakal dan tidak mematuhi hal tersebut maka umur
perusahaan tidak akan bertahan lama karena citra negatifnya yang berkembang dalam
masyarakat. Perusahaan menyadari berbagai hal tersebut sehingga timbul kesadaran
bagi perusahaan untuk mengimplemetasikan berbagai aktivitas CSR yang bermanfaat
bagi seluruh stakholeder.
Roots atau analisis kausal lainnya, KPC mengungkapkan bahwa para pemangku
kepentingan atau stakeholder adalah fokusan atau pusat perhatian KPC dalam
melakukan berbagai aktivitasnya. KPC percaya bahwa stakeholder ingin
mendapatkan manfaat dan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Oleh karena itu
KPC senantiasa menjalin hubungan dengan para pemangku kepentingan melalui
komunikasi dua arah serta melalui berbagai macam jalur di berbagai tingkatan,
bahkan dalam kegiatan sehari-hari. Stakeholder KPC adalah pelanggan, mitra usaha,
masyarakat lokal, aparat dan pemerintah daerah, pemegang saham dan pegawai.
Beberapa upaya telah ditempuh oleh KPC sebagai perwujudan kepeduliannya pada
stakeholder. Kepedulian kepada pelanggan diwujudkan melalui produk yang
berkualitas serta pelayanan yang unggul. Kepedulian kepada karyawan melalui
program-program pelatihan dan pengembangan, evaluasi kinerja, forum-forum
sosialisasi dan KPC senantiasa mengakomodir aspirasi karyawan melalui konsultasi
dengan serikat kerja. Kepedulian terhadap mitra usaha diwujudkan KPC dengan terus
membina dan menjaga kerjasama dengan para kontraktor dan skema kemitraan.
Hubungan baik dengan pemegang saham dilakukan oleh KPC melalui Rapat Umum
Pemegang Saham, di mana laporan dan kinerja perusahaan dapat dilihat dan dinilai
oleh para pemegang saham. Wujud kepedulian KPC kepada komunitas lokal melalui
pelaksaaanan aktivitas CSR di bidang sosial, lingkungan dan ekonomi.
Unsur appeals to princples atau klaim-klaim moral yang digunakan oleh KPC
adalah konsep 3P. Konsep 3P yang melandasi KPC dalam melakukan aktivitas CSR-
nya. Juga berdasarkan standar United Nation Global Compact (UNGC) yang
mengandung 10 prinsip dari 4 aspek (HAM, Pekerja, Lingkungan dan Anti Korupsi)
dan Corporate Social Responsibility ISO 26000 (organizational governance, human
rights, labor practice, environment, fair operating practices, consumer issues, dan
community development & involment). Selain itu, untuk menambah kepercayaan
stakeholder bahwa KPC telah berkontribusi positif bagi lingkungan dan social, pada
laporan keberlanjutan KPC di halaman 6 ditampilkan berbagai penghargaan yang
diraih oleh perusahaan untuk berbagai bidang. Pada bidang lingkungan KPC
menerima 6 penghargaan diantaranya Proper Hijau, Proper Emas diraih dua kali,
perusahaan tambang terbaik untuk penerapan “good mining practice” dalam ajang 3rd
TAMBANG award, manajer teknik pertambangan terbaik dalam ajang 3rd
TAMBANG award dan aditama untuk pengelolaan lingkungan. Di bidang
keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja, KPC meraih 4 penghargaan, yaitu
Sistem Manajemen Pengamanan-emas, Peringkat ke-2 penyelamatan air, Peringkat
ke-3 penyelamatan pada ketinggian dan program penanggulangan HIV &AIDS di
lingkungan perusahaan. Sementara di bidang sosial, KPC mendapatkan 10
penghargaan, yaitu 2 predikat platinum, 3 predikat emas, dan 1 predikat perak dalam
ajang Gelar Karya Pembangunan Masyarakat (GKPM), gelar inovatif terbaik dalam
Kutai Timur Expo 2012, meraih kinerja RKAB dengan kriteria baik dan aspek
community development dengan kriteria baik, serta pemecahan rekor menyumpit
dengan peserta terbanyak. Perusahaan juga mencantumkan pernyataan verifikasi
pihak ketiga dari PT Mazars dan National Center for Sustainability Reporting untuk
pernyataan pengecekan tingkat aplikasi GRI.
Gambar Hasil analisis framing Laporan Keberlanjutan PT KPC 2012:
Frame: PT KPC peduli pada lingkungan dan sosial
Framing Devices
(Perangkat Framing)
Reasoning Devices
(Perangkat Penalaran)
Methapors:
1. Penggunaan kosakata Membara, Jantung
Fondasi
2. Penggunaan dua pepatah, “Bersama Kita
Teguh, Bercerai Kita Runtuh,” dan “Di
Dalam Tubuh yang Sehat Terdapat Jiwa
yang Sehat”.
Roots
1. KPC meyakini tiga pilar
pembangunan berkelanjutan perlu
dijalankan secara berimbang.
2. Stakeholder adalah pusat perhatian
KPC dalam menjalankan
aktivitasnya.
Catchphrases
1. Penggunaan judul Semangat Membara
untuk Keberlanjutan, Semangat Membara
Melestarikan Lingkungan dan Semangat
Membara Maju Bersama Masyarakat.
Appeals to principle
1. Konsep Pembangunan
Berkelanjutan (3P), standar United
Nation Global Compact, Corporate
Social Responsibility ISO 26000.
2. Ditampilkan berbagai penghargaan
yang telah diraih oleh KPC dalam
hal pelestarian lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat
Exemplaar
Selain menjelaskan kegiatan pemberdayaaan
masyarakat dan pelestarian lingkungan,
perusahaan juga menyertakan uraian atau contoh
pelaksanaan.
Consequences
KPC telah berkontribusi positif bagi
lingkungan dan masyarakat.
Depiction
1. KPC melabeli diri sebagai organisasi dan
warga korporasi yang baik.
2. KPC juga menyatakan sebagai perusahaan
yang berhasil mengurangi emisi CO2
serta menjalankan proyek Membara.
3. KPC telah mematuhi peraturan
perundang-undangan untuk mengelola
limbah cair.
Visual Image
KPC menyajikan grafik dan gambar capaian
kegiatan pelestarian lingkungan. Serta foto
tentang upaya yang dilakukan oleh KPC untuk
menjaga kelangsungan lingkungan.
4.7. Kesimpulan
Setelah melakukan rangkaian analisis dengan menggunakan model analisis
framing Gamson dan Modigliani (perangkat framing dan perangkat penalaran)
peneliti menyimpulkan bahwa KPC menggunakan semua unsur dalam perangkat
framing (catchphrases, depcition, metafora, visual image, exemplaar) dan perangkat
penalaran (roots, apeals to principle serta consequences). Cerita retorik yang
dibentuk oleh KPC dengan menggunakan perangkat framing dan perangkat penalaran
membantu perusahaan untuk membentuk citra positif di mata stakeholder bahwa
perusahaan juga turut terlibat aktif dalam upaya pembangunan berkelanjutan (peduli
pada lingkungan dan sosial).
Selain penggunaan kedua perangkat tersebut KPC juga membentuk framing
bahwa KPC adalah perusahaan yang memiliki kinerja baik. Di mana pada awal
laporan KPC menyajikan berbagai penghargaan dan pencapaian pada aspek
lingkungan, keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja dan aspek sosial. Pada
bagian isi KPC menjelaskan secara terperinci kegiatan-kegiatan yang telah
diimplementasikan beserta capaiannya. Pada bagian akhir laporan CSR, KPC
menyajikan nilai ekonomi yang dihasilkan beserta pernyataan verifikasi pihak ketiga
terhadap performa perusahaan yang dinilai baik.
5. “Kebenaran” Framing Laporan CSR PT KPC
Melalui penelusuran di berbagai media massa secara online, peneliti menemukan
berbagai kasus yang dibeberkan oleh media terkait konflik antar KPC dengan
masyarakat sekitar.
5.1. Overview Kasus
Antara News (18 Maret 2013)
Suparjan selaku Kepala Bidang Produksi Perusda PDAM Kutai Timur
menyampaikan bahwa dugaan pencemaran Sungai Sangatta disebabkan oleh buangan
limbah bercampur lumut dari aktivitas tambang PT KPC. Tingkat kekeruhan di atas
200 NTU yang idealnya di bawah 200 NTU sehingga aktivitas PDAM harus
dihentikan sebab jika dipaksakan akan menelan biaya produksi yang tinggi. Dugaan
ini diperkuat oleh pemberitaan Tribunnews (18 Maret 2013) yang menemukan bukti
bahwa sumber kekeruhan Sungai Sangatta berasal dari Sungai Bendili yang kawasan
hulu sungai tersebut adalah areal KPC. Suparjan mengungkapkan bahwa 13
Septembar 2012 kondisi air di Sungai Sangatta sudah sangat keruh.
Warta Kutim (19 Maret 2014)
Kasus pencemaran lingkungan yang merusak lahan warga di sekitar Pedaya,
Desa Spaso Timur, Kecamatan Bengalon terbukti adalah perbuatan PT KPC. Kasus
ini telah berlangsung dua tahun lamanya. Mursan selaku mantan Camat Bengalon
mengungkapkan bahwa BLH sangat lambat menangani kasus pencemaran lingkungan
yang telah merusak lahan warga di wilayah Pedaya, Desa Spaso Timur, Kecamatan
Bengalon. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa pencemaran lingkungan di kecamatan
Bengalon sudah hampir 2 tahun lamanya.
Tambang News (28 Mei 2012)
Tambangnews.com mengungkapkan bahwa PT KPC melakukan perampokan
energi. Dari 135 desa yang ada di kabupaten Kutai Timur hanya 37 desa yang
mendapatkan layanan listrik. Padahal PT KPC menghabiskan 18,9 MW setara 42
persen kebutuhan listrik warga kutai timur.
5.2. “Kebenaran” Retorika yang dibangun oleh KPC Media menjadi salah satu corong utama dalam penyedia informasi bagi
masyarakat. Berbagai macam kejadian di berbagai daerah tidak dapat diketahui oleh
masyarakat tanpa bantuan dari media karena terkendala oleh jarak. Adanya penyajian
informasi dari media membuat masyarakat dari yang tidak tahu akan menjadi tahu
terhadap peristiwa. Berbagai informasi dari media massa terkait pelanggaran aktivitas
operasi oleh KPC mengindikasikan ketidakselarasan frame yang dibangun pada
laporan keberlanjutan KPC dengan kenyataannya.
Perampokan energi oleh PT KPC yang dibeberkan oleh tambangnews.com tidak
sesuai dengan ungkapan KPC:
“Keterbatasan sumber air dan energi yang sama-sama penting dan banyak
digunakan oleh masyarakat dan kegiatan pertambangan, mendorong kami untuk
membuktikan bahwa kami telah memanfaatkan energi tersebut dengan bijaksana
tanpa mengurangi ketersediannya bagi kehidupan masyarakat sekitar, baik saat
ini maupun di masa yang akan datang (hal.112).”
Seperti yang disampaikan oleh tambangnews.com dari 135 desa yang ada di
kabupaten Kutai Timur hanya 37 desa yang mendapatkan layanan listrik. Padahal
PT KPC menghabiskan 18,9 MW setara 42 persen kebutuhan listrik warga Kutai
Timur.
Hal ini juga tidak sesuai dengan tujuan utama KPC:
“Kami akan selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam perjalanan kami
untuk mencapai keberlanjutan. Kami percaya bahwa bisnis yang sukses dan
pertumbuhan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jikai nilai ekonomi, sosial
dan lingkungan dijalankan dengan berimbang (hal.15).”
Kasus pencemaran Sungai Sangatta juga tidak selaras dengan cita-cita KPC yang
ingin melestarikan lingkungan. Sesuai dengan analisis framing pada bab 4, kata
lestari merujuk pada jangka panjang tidak hanya sampai pada jangka pendek saja.
Adanya pencemaran lingkungan ini berimbas pada kesehatan lingkungan sungai
Sanggata. Terlebih dengan pencemaran sungai, masyarakat tidak lagi dapat
mengonsumsi air di sungai tersebut. Hal ini juga bertentangan dengan sambutan
Chief Executive Officer KPC yang menyatakan pembangunan keberlanjutan dan
perilaku bisnis yang etis menjadi jantung dari perjuangan perusahaan. Selain itu
perusahaan juga melabeli diri sebagai organisasi dan warga korporasi yang baik.
Melalui pelabelan tersebut perusahaan ingin menunjukkan kepada stakeholder bahwa
KPC adalah perusahaan sehat yang tidak mempunyai konflik. Tak hanya sungai
Sanggata yang tercemar namun lahan warga di kecamatan Bengalon juga rusak.
Kecamatan Bengalon merupakan salah satu wilayah operasi pertambangan KPC. Dari
hasil penyidikan ditemukan ada pelanggaran pengelolaan limbah oleh KPC yang
membuat lahan warga Pedaya rusak.
5.3. Kesimpulan
Berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh KPC mengindikasikan tidak
sesuainya frame yang dibangun oleh KPC pada laporan keberlanjutannya periode
2012 dengan realisasinya. Padahal laporan keberlanjutan haruslah menjadi ajang
pengungkapan secara jujur oleh perusahaan terhadap stakeholder atas kinerja
ekonomi, lingkungan dan sosialnya tanpa harus memarginalkan kejadian lainnya. Hal
ini dikarenakan stakeholder mempunyai hak dan wewenang untuk mengetahui secara
penuh informasi menyangkut kesehatan perusahaan. Dengan demikian stakeholder
mampu mengambil keputusan dengan baik dan tepat. Selain itu, melalui
pengungkapan jujur maka perusahaan akan dinilai baik oleh masyarakat.
6. Penutup
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menarik beberapa
kesimpulan antara lain:
1. CSR adalah salah satu bentuk penerapan etika bisnis perusahaan.
2. Menerapkan CSR dengan baik maka perusahaan akan dipandang positif oleh
stakeholder dan akan berpengaruh pada keberlanjutan umur perusahaan.
3. Seharusnya CSR tidak lagi dipandang sebelah mata, namun memperoleh
tempat yang penting dalam aktivitas manusia khususnya perusahaan. Sebab
orientasi pada CSR akan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
4. Pembangunan berkelanjutan merujuk pada keberhasilan generasi sekarang
untuk tidak mengurangi kemampuan generasi selanjutnya dalam mencukupi
kebutuhannya kelak.
5. Hasil analisis GRI versi 3.1 terhadap pengungkapan laporan keberlanjutan
KPC adalah perusahaan telah mewujudkan prinsip transparansi terkait kinerja
perusahaan dalam aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.
6. Berdasarkan analisis framing laporan CSR PT KPC, perusahaan
mengedepankan frame bahwa KPC adalah perusahaan yang peduli pada sosial
dan lingkungan. KPC membentuk citra positifnya dengan menggunakan cerita
retorik yang mengandung unsur perangkat framing dan perangkat penalaran.
7. Berdasarkan paparan kasus dari media massa terdapat hasil kontradiktif antara
analisis laporan keberlanjutan KPC yang menggunakan analisis framing
dengan kasus yang dipaparkan oleh media massa. Hal ini mengindikasikan
tidak sesuainya frame yang dibangun oleh KPC pada laporan
keberlanjutannya periode 2012 dengan realisasinya.
8. Laporan keberlanjutan yang baik adalah laporan yang menyajikan fakta secara
kesluruhan
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan tentu tidak terlepas dari berbagai macam
kekurangan. Beberapa kekurangan tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang
peneliti alami selama mengerjakan laporan ini utamanya dalam pengambilan data.
Data yang disajikan oleh media massa tentu perlu dicocokan dengan keadaan di
lapangan guna mendapatkan keakuratan informasi. Selain itu evaluasi atas aktivitas
CSR yang telah dilakukan KPC perlu dilakukan survei lapangan dan wawancara
mendalam terhadap pihak bersangkutan sehingga data yang diperoleh lebih lengkap
dan akurat. Penulis menyadari bahwa pengambilan data dari berbagai sumber akan
menambah kredibelnya informasi dan kesimpulan pada penelitian ini.
Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif tentu
subjektivitas peneliti tidak terhindarkan. Hal ini turut diperkuat oleh pandangan kaum
konstruktivis bahwa subjektivitas tidak dapat dihilangkan dari penelitian yang
dilakukan. Maka akan selalu ada konstruksi makna baik yang disadari maupun tidak.
Oleh karena itu hasil tafsir dari peneliti yang menggunakan analisis framing dapat
berbeda dengan tafsir peneliti lainnya.
Pada tahap pengkodingan isi laporan CSR ke dalam perangkat framing terdapat
beberapa data yang bisa dikoding pada dua atau lebih unsur perangkat framing yang
berbeda.
6.3. Saran
1. Kepada PT KPC
Pengungkapan laporan keberlanjutan dari standar pelaporan versi GRI telah
diaplikasikan dengan baik oleh perusahaan. Namun, ternyata ada beberapa
kejadian yang tidak diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan
keberlanjutannya yaitu kasus-kasus yang diungkapkan oleh media massa.
Sebagai contoh pelaporan keberlanjutan yang baik hendaknya perusahaan
mengungkapkan segala kejadian yang berhubungan dengan aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Guna menambah keakuratan data hendaknya peneliti selanjutnya melakukan
wawancara mendalam dan survei langsung di lokasi bersangkutan.
Wawancara dapat dilakukan dengan pihak perusahaan, NGO seperti aktivis
lingkungan di Kutai Timur dan LSM, serta masyarakat sekitar.
Daftar Pustaka
Ahmar, Nurmala dan Kamayanti, Ari. 2011. Unmasking the Corporate Social
Responsibility Reporting. Asian CSR and Sustainability Review. Volume 1; (1),
65.
Sagaria, Adi. 2013. DPRD: KPC Tanggung jawab atas Pencemaran Sungai Sangatta.
Antara News. http://www.antaranews.com/berita/363941/dprd-kpc-tanggung-
jawab-atas-pencemaran-sungai-sangatta, diakses 22 Mei 2014.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. 2013. Laporan Realisasi
Penanaman Modal. Jakarta
Berger, Peter, L., dan Luckmann, T. 1966. The Social Construction of Reality.
England: Penguin Books
Bertens, Kees. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Bisnis.com.2013. Menuju Indonesia Hijau (Lagi).
http://inforial.bisnis.com/read/20130605/362/142988/menuju-indonesia-hijau-
lagi), diakses 19 Mei 2013.
Chariri, A., dan Nugroho, F., A. 2009. Retorika dalam Pelaporan Corporate Social
Responsibility: Analisis Semiotik atas Sustainability Reporting PT Aneka
Tambang TBK. Simposiun Nasional Akuntansi XII Palembang 4-6 November
2009.
Creswel, J., W. 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. California: SAGE.
Creswel, J., W. 1994. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. California: SAGE.
Emzir. 2010. Meteodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Pers.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: konstruksi, ideologi dan politik Media.
Yogyakarta: LKiS.
Ernawati, Lies. 2012. Eksplorasi Pemaknaan Murabahah oleh Nasabah melalui
Hermeneutik Itensionalis. Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas
Brawijaya.
Farhan, Djuni. 2009. Etika dan Akuntabilitas Profesi Akuntan Publik. Malang:
INTRANS.
Fuad, A., dan Nugroho, K., S. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Global Reporting Initiative (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines Version
3.0.
Guba, G., E., dan Lincoln, S. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sage Publications
Bavery
Hamad, Ibnu. 2004a. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit
Hamad, Ibnu. 2004b. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Studi Pesan
Politik dalam Media Cetak Pada Masa Pemilu 1999. Jurnal Sosial Humaniora.
Volume 8; (1), 22.
Hardiman, Francisco Budi. 2007. Melampaui Positivisme dan Modernitas.
Yogyakarta: Kanisius.
Hartman, L., dan DesJardins. 2008. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Terjemahan: Danti Pujiati.
Jakarta: Erlangga.
Herrick, A., J. 2005. The History and Theory of Rhetoric: An Introduction 3rd ed.
Boston.
Higgins, C., dan Walker, R. 2012. Ethos, logos, pathos: Strategies of persuasion in
social/environmental reports. Elsevier Journal: Accounting Forum. 36, 194-
208.
http://www.menlh.go.id/
http://www.kpc.co.id/
ISO.2010. ISO 26000 Guidance on Social Responsibility.
Jalal. 2009. Kesalapahaman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
http://csrlingkunganindonesia.wordpress.com/artikel-csr-lingkungan/jalal/,
diakses 23Mei 2014.
Jalal dan Manap, N. 2013. Perlukah CSR Diatur dalam Sebuah Undang-Undang.
http://www.csrindonesia.com/publikasi/pub/artikel/item/74-perlukah-csr-diatur-
dalam-sebuah-undang-undang, diakses 23 Mei 2014.
Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Komite
Nasional Kebijakan Governance. Jakarta: Penulis.
Laili, Ravi Manzilavi. 2011. Analisis Etika Bisnis Pelaporan CSR Perusahaan
Tambang, Studi Kasus Pada PT Kaltim Prima Coal. Skripsi. Malang: Program
Sarjana Universitas Brawijaya.
Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan
Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Luks, Fred. 1998. Methods : The Rhetorics of Ecological Economics. Elsevier
Journal: Ecological Economics. Volume 26, issue 2, 139-149.
Majalah Bisnis dan CSR. 2007. KPC: Bukan “Habis Manis Sepah Dibuang”.
Laporan Majalah Bisnis dan CSR edisi Oktober halaman 184.
Maulida, Ken Auva. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sustainability
Performance.Skripsi. Malang: Program Sarjana Universitas Brawijaya.
Moleong, Lexy. 2000. Meteodology Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Morgan, Gareth. 1998. Accounting as Reality Construction: Towards a New
Epistemology for Accounting Practice. Journal Accounting Organizations and
society. Volume 13, (5), 477.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 25, 2007 Tentang
Penanaman Modal.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40, 2007 Tentang
Perseroan Terbatas.
Pratiwi, Luvita Eska. 2009. Konstruksi Realitas Salam Berita Politik di Media Cetak
Lokal. Skripsi. Surakarta: Program Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Rahmawati, Elok. 2013. The Rhetoric In Corporate Social Responsibility (CSR)
Reporting: A Frame Analysis on Sustainability of PT Indosat Tbk. Skripsi.
Malang: Program Sarjana Universitas Brawijaya.
Rajiyem. 2005. Sejarah dan Perkembangan Retorika. Jurnal Humaniora. Volume 17,
(2), 142-153.
Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Retno, R., D., dan Priantinah, D. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Nominal. Volume 1, (1), 86-87.
Rindjin, Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rodhiyah. 2011. Etika Bisnis dan Keadilan Konsumen. Majalah Pengembangan Ilmu
Sosial. Volume 39, (2), 69.
Saidi, Z., dan Hamid, A. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia.
Serad, S., M. 2012. CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan, dan Publik.
Yogyakarta: Fisipol UGM.
Strauss, A., dan Corbin, J. 2003 Dasar-dasar Penelitian Kualitatif –Tatalangkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data. Diterjemahkan: Muttaqien dan Shodiq.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supeli, K., L. 2000. 1000 Tahun Nusantara Kompas. Jakarta: Harian Kompas.
Tambang News. 2012. JATAM: Bakrie - KPC Merampok Warga Kaltim.
http://www.tambangnews.com/berita/utama/2344-jatam-bakrie-kpc-merampok-
warga-kaltim.html, diakses 22 Mei 2014.
Tim Studi Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004. Studi Penerapan Prinsip-Prinsip
OECD 2004 Dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance.
Jakarta: Penulis
Tribun News. 2013. Limbah Tambang Diduga Cemari Sungai Sanggata.
http://kaltim.tribunnews.com/2013/03/18/limbah-tambang-diduga-cemari-
sungai-sangatta, diakses 22 Mei 2014.
Untung, H., B. 2009. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
Walhi. 2013. Banjir Morowali akibat Lingkungan Rusak.
http://www.walhi.or.id/banjir-morowali-akibat-lingkungan-rusak.html, diakses
19 Mei 2014.
Walhi. 2013. Tambang Bunuh Bagan Teri di Teluk Buli.
http://www.walhi.or.id/tambang-membunuh-bagan-ikan-teri-di-teluk-buli.html,
diakses 19 Mei 2014.
Warta Ekonomi.2006. Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian
Tinggi. Warta Ekonomi, Desember 2006, halaman 36-37.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
Wibowo, Arif. 2009. Deep Ecology. http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/08/12/,
diakses 2 Juni 2014.