Memahami Dan Menjelaskan Tentang Retardasi Mental

37
1 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Retardasi Mental 1.1 Definisi retardasi mental The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008) Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental. Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan psikososial. Selama dekade terakhir, semakin dikenali faktor biologis yang samar-samar, termasuk kelainan kromosom kecil, sindrom genetika, dan intoksikasi timbul subklinis, dan berbagai pemaparan toksin pranatal. (Soetjiningsih, 1995) Menurut World Health Organization (WHO) retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan yang dinyatakan sebagai IQ (Intelengence Quitient) M.A = Mental age, umur mental yang didapat dari hasil test. C.A = Chronologist age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir. Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. Pada retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. (http://www.nlm.nih.gov) 1.2 Epidemiologi retardasi mental Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di indonesia 1-3% penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pada lanjut usia, IQ adalah MA/ CA x 100%

description

jjjj

Transcript of Memahami Dan Menjelaskan Tentang Retardasi Mental

1

1. Memahami dan Menjelaskan tentang Retardasi Mental

1.1 Definisi retardasi mental

The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi intelektual

keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan

dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu

sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008)

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang

(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat

perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi

yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:

jiwa) atau tuna mental.

Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan psikososial. Selama dekade terakhir,

semakin dikenali faktor biologis yang samar-samar, termasuk kelainan kromosom kecil, sindrom

genetika, dan intoksikasi timbul subklinis, dan berbagai pemaparan toksin pranatal. (Soetjiningsih, 1995)

Menurut World Health Organization (WHO) retardasi mental adalah kemampuan mental yang

tidak mencukupi.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan yang dinyatakan sebagai IQ

(Intelengence Quitient)

M.A = Mental age, umur mental yang didapat dari hasil test.

C.A = Chronologist age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.

Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat

mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya

tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya

juga sangat lemah.

Pada retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan

menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan

tidak sesuai dengan umurnya. (http://www.nlm.nih.gov)

1.2 Epidemiologi retardasi mental

Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di indonesia 1-3% penduduknya

menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental kadang-kadang tidak

dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.

Insiden tertinggi pada masa sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental

mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pada lanjut usia,

IQ adalah MA/ CA x 100%

2

prevalensi lebih sedikit, karena pada retardasi mental yang berat atau sangat berat memiliki

angka mortalitas yang tinggi disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai.

1.3 Etiologi retardasi mental

Faktor penyebab dalam retardasi mental adalah kondisi genetik (kromosom dan bawaan),

pemaparan pranatal dengan infeksi dan toksin, trauma perinatal (seperti prematuritas), faktor

yang didapat dan faktor sosiokultural. Keparahan retardasi mental yang dihasilkan berhubungan

dengan saat dan lama trauma atau pemaparan pada sistem saraf pusat.

Di antara gangguan kromosom dan metabolik, sindrom Down, sindrom X fragile, dan

fenilketonuria (PKU) adalah gangguan yang sering menyebabkan retardasi mental sedang.

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

1. Non Organik

*Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis

*Faktor sosiokultural

*Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik

*Penelantaran anak

2. Organik

2.1 Faktor prakonsepsia.

*Abnormalitas single gene ( penyakit - penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus, dll).

*Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic familial.

2.2 Faktor pranatal.

*Gangguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik, dll)

Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV

Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)

Disfungsi plasenta

Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

*Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV

Zat- zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat)

Ibu : diabetes mellitus, PKU ( phenilketonuria )

Toksemia gravidarum

Disfungsi plasenta

Ibu malnutrisi

2.3 Faktor perinatal. *Sangat prematur.

*Asfiksia neonatorum

*Truma lahir: perdarahan intrakranial

*Meningitis

*Kelainan metabolik : hipoglikemik, hiperbilirubinemia 2.4 Faktor post natal.

*Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat

*Neurotoksin, misalnya logam berat

*CVA ( Cerebrovaskuler accident )

*Anoksia, misalnya tenggelam

*Metabolik

3

Gizi buruk Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipotiroid

Amino aciduria, misalnya PKU

Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia.

Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler

Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)

Penyakit degeneratif/ metabolik lainnya.

*Infeksi

Meningitis, ensefalitis.

Subakut sklerosing panesefalitis ( Kaplan, 2008)

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan sosial ekonomi

rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ

yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula dengan keadaan sosial ekonomi

yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi mental, misalnya keracunan logam

berat yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif,

ternyata lebih banyak pada anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi rendah. Demikian

pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir dapat

mempengaruhi pertumbuhan otak anak. (Depkes, 2005)

1.4 Klasifikasi retardasi mental

Penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Taraf perbatasan dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ

70 - 85.

2. Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 - 75.

3. Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 - 50 atau IQ 35 - 55.

4. Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ

dibawah 25 atau 30. (Soetjiningsih, 1995)

Ada 4 taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi

Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu: 1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.

2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 – 54.

3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 – 39.

4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.

Klasifikasi Retardasi Mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang

terkena retardasi mental.

2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena

retardasi mental.

3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena

retardasi mental.

4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena

retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai

anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah. ( Depkes, 2009)

4

Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif

a. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini

termasuk dari tipe sosial budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.

Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai

kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu

mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka kurang mampu

menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)

Karakteristik :

*Usia presekolah tidak tampak sebagai anak retardasi mental, tetapi terlambat dalam kemampuan

berjalan, bicara , makan sendiri, dll.

*Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidikan khusus,

diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.

*Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak

dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi

b. Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih tetapi

tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja,

tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll.

Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana

mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri

sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 – 55; umur mental 3 – 7 tahun)

Karakteristik :

*Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat

belajar dan perawatan diri.

*Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta

ketrampilan mulai sederhana. Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.

*Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat

melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.

c. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah

ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan

keluhan dari orang tua, dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan

motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja

dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan

memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)

5

Karakteristik :

*Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi

sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.

*Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah

komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.

*Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan,

protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.

d. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah diteakkan karena

gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Seluruh

hidupnya tergantung orang disekitarnya.

Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)

Karakteristik :

*Usia prasekolah retardasi mencolok.

*Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.

*Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon

emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang.

*Butuh pengawas pribadi.

*Usia mental bayi muda.

*Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan

fisik. (Depkes, 2009)

1.5 Patofisiologi Retardasi Mental

Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa

kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal

(IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif

yaitu berbicara dan berbahasa, ketrampilan merawat diri, ketrampilan sosial, penggunaan sarana

prasarana komunitas, bekerja.

Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis meliputi

kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan muskuloskeletal

meliputi anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi tidak mencukupi, distorsi

muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya

kurang kesadaran tentang bahaya dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul

berbagai masalah dalam keperawatan. ( Depkes, 2005)

6

1.6 Manifestasi Klinis Retardasi Mental

Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring, 2004 pada

Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:

1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari

pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan yang terus

menerus.

2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.

4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat

mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri

atau bangun dengan bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat

sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.

5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat

sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan

diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama

dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal

tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan

perhatian terhadap lawan main.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang

merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu

sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai

retardasi mental, yaitu :

7

1. Kelainan pada mata

a. Katarak

*Sindrom Cockayne *Sindrom Lowe

*Galactosemia *Sindrom Down

*Kretin *Rubella Pranatal

b. Bintik cherry

*Merah pada daerah macula *Mukolipidosis

*Penyakit Niemann-Pick *Penyakit Tay-Sachs

c. Korioretinitis

*Lues congenital *Penyakit Sitomegalo virus *Rubella Pranatal

d. Kornea keruh

*Lues Congenital *Sindrom Hunter

*Sindrom Hurler *Sindrom Lowe

2. Kejang

a. Kejang umum tonik klonik

*Defisiensi glikogen sinthesa *Hipersilinemia

*Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI

*Phenyl ketonuria *Sindrom malabsobrsi methionin, dll.

b. Kejang pada masa neonatal

*Arginosuccini

c. Asiduria

*Hiperammonemia I dan II

*Laktik asidosis, dll.

3. Kelainan kulit

a. Bintik café-au-lait

*Atakasia *Telengiektasia

*Sindrom bloom *Neurofibromatosis

*Tuberous selerosis

4. Kelainan rambut

a. Rambut rontok

*Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati

b. Rambut cepat memutih

*Atrofi progresif serebral hemisfer *Ataksia telangiektasia

*Sindrom malabsorbsi methionin

c. Rambut halus

*Hipotiroid *Malnutrisi

8

5. Kepala

a. Mikrosefali

b. Makrosefali

*Hidrosefalus *Neuropolisakaridase

*Efusi subdural

6. Perawakan pendek

a. Kretin b. Sindrom Prader

*Willi

7. Distonia

a. Sindrom Hallervorden-Spaz

Tingkatan Retardasi Mental

Tingkat Kisaran IQ Kemampuan Usia

Prasekolah

(sejak lahir - 5 thn)

Kemampuan Usia

Sekolah

(6-20 thn)

Kemampuan

Dewasa

(21 thn keatas)

Ringan 52-68 *Bisa membangun

kemampuan sosial &

komunikasi.

*Koordinasi otot

sedikit terganggu.

*Sering tidak

terdiagnosis.

*Bisa mempelajari

pelajaran kelas 6

pada akhir usia

belasan tahun

*Bisa dibimbing ke

arah pergaulan

sosial.

*Bisa dididik.

*Bisa kerja &

bersosialisasi,

tetapi ketika

mengalami stres

memerlukan

bantuan.

Moderat 36 – 51 *Bisa berbicara,

belajar,berkomunikasi.

*Kesadaran sosial

kurang.

*Koordinasi otot

cukup.

*Bisa mempelajari

kemampuan sosial

& pekerjaan.

*Bisa bepergian

sendiri di tempat

yg dikenalnya

dengan baik.

*Bisa memenuhi

kebutuhan

sendiri.

*Memerlukan

pengawasan &

bimbingan

ketika stres.

Berat 20 – 35 *Bisa mengucapkan

beberapa kata.

*Mampu menolong diri

*Bisa

berbicara/belajar

berkomunikasi

*Bisa merawat

diri sendiri

dibawah

9

sendiri.

*Tidak memiliki

kemampuan

ekspresif/hanya sedikit.

*Koordinasi otot jelek

*Bisa mempelajari

kebiasaan hidup

sehat yg sederhana.

pengawasan.

Sangat berat 19 / kurang *Sangat terbelakang

*Koordinasi ototnya

sedikit sekali.

*Memerlukan

perawatan khusus.

*Memiliki

koordinasi otot

*Tidak dapat

berjalan/berbicara

*Memiliki

beberapa

koordinasi otot

& berbicara.

*Bisa merawat

diri tapi terbatas.

*Perlu

perawatan

khusus

(Kaplan, 2008)

Diagnosis Retardasi Mental

Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui

penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan

apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan

menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera

dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat

membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun dapat dilakukan tes

IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus

seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang

teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya

dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang

merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu

sindrom penyakit tertentu. (Depkes, 2005)

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya

pada individu yang dilakukan test IQ.

2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan

menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.

10

3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Anamnesis

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah

membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar

pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering

diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta

gangguan emosional dan perilaku.

Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa

pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :

*Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau

menggerakkan bagian tubuh.

*Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara

padanya.

*Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”

*Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah

suara

*Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum

*Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”

*Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, telinga.

(Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:

1. Gangguan bahasa ekspresif

2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif

3. Gangguan phonological

4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata

yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat

kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian

akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan

menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan

spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.

Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan

bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya

tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak

terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif

campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual

seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.

Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu

berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.

11

Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau

perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian

khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;

hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi

menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual

pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:

*Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?

*Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?

*Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?

*Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter?

*Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?

*Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?

*Riwayat perkembangan anak?

*Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?

*Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?

*Latar belakang sosiokultural? (Depkes, 2009)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan

bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang

berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang

tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan

menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa,

ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)

Cara Pengukuran Pertumbuhan

Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka

dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang

sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:

*Tinggi badan

*Berat badan

*Lingkar lengan

*Lingkar kepala

*Lingkar dada

*Lingkar abdomen

a. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.

Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang

badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki

tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang

12

pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun

menggunakan meteran untuk menjahit.

Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan

tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal

(misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian

ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.

Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua

dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

(Moersintowati, 2008)

b. Pengukuran Berat Badan

Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat digunakan

untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang yang standar.

c. Pengukuran Lingkar Kepala

Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak mudah

berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita dilingkarkan

pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Tabel 1. Lingkaran Kepala Anak

Umur Anak

Ketika Diperiksa

Angka normal anak Hasil

pengukuran Laki-laki (cm) Perempuan (cm)

0 bulan 32 - 37.5 32 - 36.5

1 Bulan 34.5 - 40.5 34 – 39

2 Bulan 36.5 – 42 36 – 41

3 Bulan 38 - 43.5 37 – 42

4 Bulan 39 - 44.5 38.5 - 43.5

5 Bulan 40.5 – 45 39 - 45

6 Bulan 41 – 46 40 - 46

7 Bulan 42 – 47 41 - 47

8 Bulan 43 – 48 41.5 - 47.5

9 Bulan 43.5 - 48.5 42 - 48

10 Bulan 44 – 49 42.75 - 48.5

11 Bulan 44.5 - 49.5 43.5 - 48.75

TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu ± 8,5 cm

2

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah ± 8,5 cm

2

13

12 bulan 45 - 49.75 43.75 - 49

13 Bulan 45 - 49.75 43.75 - 49

14 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5

15 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5

16 Bulan 46.25 – 51 45 - 50

17 Bulan 46.25 – 51 45 - 50

18 Bulan 46.25 – 51 45 - 50

19 bulan 46.25 - 51.5 45 - 50

20 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

21 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

22 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

23 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

24 Bulan 47 – 52 45.75 - 51

2.5 Tahun 47 – 52 45.75 - 51

3 Tahun 48 – 53 46.5 - 52

3.5 Tahun 48 – 53 46.5 - 52

4 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53

4.5 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53

5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53

5.5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53

6 Tahun 49 – 54 48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada

pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.

*Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).

*Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.

*Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.

*Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas.

*Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.

*Geligi : odontogenesis yang tidak normal.

*Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.

*Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.

*Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.

14

*Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,

klinodaktil.

*Dada dan Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit.

*Genitalia : mikropenis, testis tidak turun.

*Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil meruncing diujungnya,

lebar, besar, gemuk.

(Kaplan, 2008)

Pemeriksaan Penunjang

1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran evoked

potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam

batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.

Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang terjadi

pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh

kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan involunter

(koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan dan koordinasi

yang buruk.

Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan visual dapat

terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra

tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi computer (CT) dan

Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi sistem saraf pusat dengan

retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak yang luas, dicurigai adanya

tumor intra kranial, kejang local.

Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang

dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)

2. Pemeriksaan audiometric

Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak

yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan

audiometri :

*Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat

respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke

arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang

atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan

terhadap respon yang diperlihatkan anak.

*Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,

misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar

bunyi.

15

*Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus dalam

daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi

kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat

membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak

dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).

d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)

3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area

otak yang abnormal.

4. Timpanometri, digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system

osikular. Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala

Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan.

*Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri dari satu

set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang

penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar atau

salah.

*Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola bangunan dua

dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna.

Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005)

5. Tes Laboratorium

Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan darah

untuk mencari gangguan actorti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama sindrom

down.

Amniosentesis yaitu pengambilan cairan actort dari ruang amnion secara trans-abdominal

antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama

sindrom Down. Sel cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk

pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di

atas usia 35 tahun.

Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining

yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan 10

minggu, yang 6 minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam waktu

yang singkat (beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk mengakhiri

kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)

6.Pemeriksaan Psikologis

Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah tes

yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test juga

digunakan untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus menilai

kemampuan actortic, motorik, actortic, dan kognitif. Informasi tentang actor motivasional,

emosional, dan interpersonal juga penting.

16

Diagnosis banding retardasi mental

*Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)

Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada gen

transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada sistem

dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit

fronto-striatal.

Manifestasi Klinis:

Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas dan implusivitas.

Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih perhatiannya, sering lupa

akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Bila

sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda di sekitarnya sehingga seringkali, dengan

perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan barang-barang yang berada di dekat anak

berjatuhan.

Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal, bahkan

diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri yaitu adanya

gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki kepribadian yang

“sulit”. (Depkes, 2009)

*Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat (retardasi

mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadang-kadang anak dengan

gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental. Mungkin juga

gangguan bicara dan “cerebral palsy” membuat anak kelihatan terbelakang, biarpun

intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar sehingga dikira

anak itu bodoh. “early infantile” dan skizofrenia anak juga sering menunjukkan gejala yang

mirip retardasi mental. (Soetjiningsih, 1995)

Penatalaksanaan Retardasi Mental

Tujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin,

sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan

pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin.

Pendekatan perilaku sangat penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak retardasi

mental.

*Perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan

kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan

mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja sosial kadang

diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi.

*Psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan

dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang

perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan

bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan

luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.

17

*Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa

yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama

untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan

psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan

orangtuanya, agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan

dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau

dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental

agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

*Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf IQ-

nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang

mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi

mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan

harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-buruknya suatu

tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan yang tidak terpuji,

seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

*Semua anak retardasi mental memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,

imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini juga disertai dengan

kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi

prenatal dengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran yang progresif

walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid.

Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.

(Depkes, 2009)

Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :

*Obat-obat psikotropika (tioridazin, Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan

diri sendiri.

*Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan

hyperaktif.

*Antidepresan ( imipramin, tofranil)

*Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol (Inderal)

Pencegahan Retardasi Mental

Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan

kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental.

Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat umum tentang retardasi mental, (2) usaha terus menerus dari profesional bidang

kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat (3) aturan

yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal 4) eradikasi gangguan

yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetik

18

membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan

genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)

Pencegahan sekunder

Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis

(sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang

kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun seperti

Phenil Keton Uria (PKU), hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium dini.

Pencegahan tersier

Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) yang

sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi: Methylphenidate diberi pagi

hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai dengan dosis yang rendah sampai

mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti

kejang. Konseling untuk orang tua. (Soetjiningsih, 1995)

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain

membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi

mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan

bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada

obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

Konsultasi iasic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari anak

retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental. Vaksinasi MMR secara

dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella sebagai salah satu penyebab retardasi mental.

Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk menjalankan amniosentesis dan

pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki risiko melahirkan bayi yang menderita

Sindrom Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk

mendeteksi Sindrom Down dan spina bifida juga ias dilakukan pengukuran kadar alfa-protein

serum.

Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :

*Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang

merangsang pertumbuhan.

*Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup

dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler, pelayanan

dukungan keluarga. (Depkes, 1995)

Prognosis Retardasi Mental

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi

pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan

dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan

hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat

dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

19

2. Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja

2.1 Periode pertumbuhan anak dan remaja

Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur

setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4

kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan

lahir baru tercapai pada umur 4 tahun. Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau

anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang lambat.

Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan

darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu makannya

buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi dibutuhkan oleh

anak untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas. Komposisi makanan pada

masa ini dianjurkan terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15% protein dan 25-30% lemak. Dalam

menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik berdasarkan kebutuhan energi per kg

BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 – 3 tahun mempunyai risiko mengalami anemia

defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa

pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang tidak cukup mengandung energi. Kalsium

dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan

kalsium tergantung pada kemampuan absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin D

dan fosfor. Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.

Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan gagal

tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat.

Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)

Faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :

a. Keluarga

b. Media

c. Teman sebaya

d. Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :

a. Obesitas

b. Kurang gizi

c. Defisiensi besi

d. Defisiensi vitamin A

e. Karies gigi

f. Alergi makanan

g. Gizi pada masa prasekolah

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya

adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian

untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan

variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

20

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan

menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi

badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah

seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan

cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan

umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes,

2008).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,

termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena

penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam

bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat

perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya

memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya

memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Depkes, 2007).

c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus

kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu

terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa

balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau

juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan

tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada

umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat

tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status

kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U,

TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi

pertumbuhan dan komposisi tubuh (Soekirman, 2000).

Prinsip Gizi Pada Remaja Dan Dewasa

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses

pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan

tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan

fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan

yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth

spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.

Growth Spurt : - Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun

- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

21

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung

individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik

sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia

sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah

terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk

mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik.

Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan,

kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga

mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya. (Phyllis, 2000)

2.2 Jenis gizi anak dan remaja

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat

diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga

usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting

dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)

Fungsi zat-zat gizi

Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:

*Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai sumber

energi untuk membentuk sel-sel otak baru.

*Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting

bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak

yang lain.

*Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru.

Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam

lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini

paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.

*Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak, menunjang kerja

sistem imun dan sistem saraf pusat.

Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.

Vitamin D menjaga kesehatan tulang dan gigi.

DHA 224 mg/5 ml membantu perkembangan sel-sel otak.

Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan

perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat gizi

yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak

berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan bergizi

lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.

Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok

asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh

Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan

diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam

lemak tak jenuh itu adalah:

22

*DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan sel saraf,

otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu perkembangan sistem saraf.

Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.

*AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan

senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel

saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.

Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak ini

bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari. (Moersintowati, 2008)

2. Kalori dan protein

Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan

mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme

otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-

sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk olahannya,

minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.

3. Zat besi

Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut

dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan eritrosit

di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda

cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur,

serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.

4. Kelompok vitamin B

Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1, B3,

B6, dan B12.

Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja

sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam

proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa

kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang,

serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga

membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-

bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.

5. Seng (Zn)

Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng

juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng

dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng

banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan. (Hurlock, 2007)

23

Jenis Nutrisi Fungsi Sumber

Air Pelarut untuk pertukaran seluler

Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh

Mengatur suhu tubuh

Air, makanan

Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan

dan perbaikan jaringan

Menjaga keseimbangan osmotik

Membentuk hemoglobin, nukleoprotein,

glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi

Susu, telur, daging,

kacang-kacangan,

padi-padian

Karbohidrat Sebagai sumber energi

Membentuk glikogen dan lemak

Membantu pembentukan asam amino

Susu, padi-padian,

buah, sirup, tepung,

sayuran

Lemak Sebagai sumber cadangan energi

Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organ-

organ tubuh

Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar

Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K

Memperlambat proses pengosongan lambung

Susu, mentega, telur,

daging, ikan, minyak

sayur

(Nelson, 1999)

24

Jenis Vitamin Fungsi Sumber

Vitamin A

Penglihatan

Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel

Diferensiasi sel-sel epitel

Susu, telur, buah,

sayur, cod & halibut

liver oil

Vitamin B

Thiamine

Riboflavin

Niasin

Asam

Pantothenat

Piridoksin

Asam Folat

Kobalamin

Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat

Konduksi membran dan saraf

Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan

FMN

Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD

dehidrogenase

Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat

pembawa elektron dalam sel hidup

Berperan dalam berbagai proses metabolisme

Sebagai bagian dari koenzim A dan protein

pembawa asil

Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan

piridiksamine fosfat

Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam

metabolisme asam amino, purin, dan nukleat

Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA

Padi-padian, ragi,

jeroan

Susu, telur, daging,

kacang-kacangan

Ikan tuna dan halibut,

daging, sereal gandum

Kuning telur, susu,

kacang-kacangan

Daging, ikan, tepung

kedelai, ragi

Sayuran hijau, kacang-

kacangan, telur, ikan

Telur, susu

Vitamin C

Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks

potensial tubuh

Integritas epitel melalui kesehatan kolagen

Mekanisme imunitas

Kacang-kacangan,

sayuran hijau, buah-

buahan

25

Mempercepat absorbsi besi

Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor

neurotransmitter asetilkolin

Vitamin D

Homeostasis kalsium dalam plasma

Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor

Ca

Pembentukan garam Ca di jaringan yang

membutuhkan

Minyak ikan laut,

kuning telur

Vitamin E Sebagai antioksidan alam paling kuat

Berperan dalam metabolisme selenium

Minyak biji-bijian,

buah, sayur, lemak

Vitamin K

Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X

Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi

karboksilase pada hati

Sayuran hijau, sereal,

susu, telur

(Nelson, 1999)

Jenis Mineral Fungsi Sumber

Kalsium

Membentuk struktur tulang dan gigi

Membantu proses kontraksi otot dan kerja

jantung

Susu, sayur hijau,

salmon, kerang

Klorida

Membantu koagulasi darah

Membantu keseimbangan asam basa

Membentuk HCl lambung

Garam, daging, susu,

telur

Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi

Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul

vitamin B12 dan eritropoietin

Tersebar luas

Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah,

transferin, dan hemoglobin

Hati, tiram, daging,

ikan, butir padi,

26

Membantu penyerapan besi kacang

Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut

Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3

dan T4

Garam, makanan laut

Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim

oksidatif, sitokrom C, dan katalase

Hati, daging, kuning

telur, sayuran hijau

Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi

Iritabilitas otot dan saraf

Kation intraseluler

Biji-bijian, kacang,

daging, susu

Mangan Berperan dalam aktivasi enzim

Metabolisme karbohidrat

Sayuran hijau, biji-

bijian

Molibdenum Komponen enzim santin oksidase

Mobilisasi feritin dalam hati

Sayuran

Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi

Struktur nukleus dan sitoplasma sel

Susu, kuning telur,

kacang-kacangan

Kalium Berperan dalam kontraksi otot

Hantaran impuls saraf

Keseimbangan cairan dalam tubuh

Tersebar luas

Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging

Sulfur Unsur pokok protein seluler

Berperan dalam pembentukan melanin

Makanan berprotein

Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik

Menjaga keseimbangan asam basa

Garam, susu, telur

Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang

(Nelson, 1999)

27

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan

Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap orang tua.

Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua memperhatikan beberapa

hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi, lingkungan yang

sehat dan nyaman serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah 7 makanan yang baik

untuk kecerdasan anak :

*Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.

*Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan daya ingat.

*Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem saraf

dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.

*Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat penting

untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.

*Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat memelihara daya

ingat dan kecerdasan anak.

*Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa dalam

tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara kesehatan sistem saraf.

Gandum juga mempunyai kemampuan untuk mendukung kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh

yang sifatnya konstan.

*Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi, khususnya

vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat penting untuk kecerdasan

otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin banyak nutrisinya. (Hurlock, 2007)

Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi

Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah

dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3.

Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2

tahun merupakan periode emas atau periode pacu tumbuh otak.

*Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.

*Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.

*Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.

*Pada umur 10 mencapai 99%.

Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan tingkat

kecerdasan anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan, pemenuhan kebutuhan

berbagai zat gizi yang diperlukan untuk menunjang proses perkembangan otak anak.

DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak, yang memiliki fungsi

penting, yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi serabut saraf otak, dan memelihara

fungsi otak serta indera penglihatan (terutama retina).

Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan

gejala lesu, lemah, letih, lalai dan cepat capai. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar,

olahraga dan produktifitas kerja serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. (Moersintowati, 2008)

28

2.3 Kebutuhan gizi anak remaja

Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 –24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa

remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun),

masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik.

Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar

dibandingkan yang kurang aktif.

Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200

kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan

sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu

dan hasil olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula,

dan lain-lain.

*Protein

Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi

dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi

dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat.

Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena

perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG protein

remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk

laki-laki.

*Kalsium

Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular, skeletal/kerangka

dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20%

pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja.

AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan

500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.

Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

*Zat Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan

besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi

haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun.

Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi

selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi

dibandingkan laki-laki.

Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat,

akan mengalami anemia defisiensi besi.

*Seng (Zink)

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja

laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan serta laki-

laki.

29

*Vitamin

Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan

cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun

meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti

vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan

vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan

vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.

Kebutuhan Gizi Bayi

*Kalori

100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x

100 /120 = 800/960 kkal.

*Protein

1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x

1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram.

*Karbohidrat

50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka

50%-nya = 400 : 4 = 100 gram.

*Lemak

20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40

gram. (Soekirman, 2000)

Kebutuhan gizi pada balita :

Beda orang dewasa dengan balita

*Gula & Garam

Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita

tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Porsi makan

anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak membutuhkan makanan sumber energi yang

lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.

*Kebutuhan Energi & Nutrisi

Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan

serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.

*Susu Pertumbuhan

Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh

350 ml/12 oz per hari.

*Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan

sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.

*Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak.

Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarin. (Moersintowati, 2008)

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,

penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau

penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang

berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).

30

Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang

tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang

mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi

kurang.

2. Penyebab tidak Langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

*Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik

jumlah maupun mutu gizinya.

*Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat

menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan

baik baik fisik, mental dan sosial.

*Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang ada

diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar

1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari

tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :

*Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar

lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan

menggambarkan keadaan sekarang.

*Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier

sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan

riwayat masa lalu.

Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah

indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks

Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).

a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang

massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang

mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan

yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil.

Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai

salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).

31

Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan

yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu :

*Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

*Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.

*Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).

Kelemahan dari indek BB/U adalah :

*Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.

*Memerlukan data umur yang akurat.

*Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat

penimbangan.

*Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam

hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang

dagangan (Supariasa, 2002).

b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.

Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :

*Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.

*Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak

mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).

c. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah

dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass)

dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan

menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.

Rumus IMT :

(Soekirman, 2000)

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku

(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO

sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 a. Sangat gemuk : > 3 SD

IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

32

SD

b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2

SD

c. Sangat Kurang : < -3 SD

SD

b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2

SD

c. Sangat pendek : < -3 SD

b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD

c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2

SD

d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

e. Sangat kurus : < -3 SD

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki – laki

13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th

Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800

Protein (g) 62 51 48 64 66 55

Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500

Besi (mg) 19 25 26 17 23 13

Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700

Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10

Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2

Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60

Folat (mg) 130 150 150 125 165 170

(Hurlock, 2007)

3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Kepada Anak Menurut Ajaran

Agama Islam

Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda

yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik

mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang memiliki nilai

kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.

1.Anak mempunyai hak untuk hidup.

Allah berfirman:

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan

rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)

Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa

hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada

kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang anak,

asalkan berusaha.

33

2. Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah

(QS AI Baqarah: 233)

ضاعة وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف ال تكلف والوالدات يرضعن أوالدهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الر

نهما وتشاور نفس إال وسعها ال تضآر والدة بولدها وال مو له بولده وعلى الوارث مثل ذلك فإن أرادا فصاال عن تراض م لود

آء معروف واتقوا هللا واعلموا أن هللا اتيتم بال فال جناح عليهما وإن أردتم أن تسترضعوا أوالدكم فال جناح عليكم إذا سلمتم م

{ {322بما تعملون بصير

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang

ingin menyempurnakan penyusuan”.

Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik. Seorang

ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan yang dapat

diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan menumbuhkan

pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.

3. Memberi Nama yang Baik

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam

memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.

Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak

dewasa.”

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu

sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)

Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi nama

yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.

4. Mengaqiqahkan Anak

Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; “menyembelih kambing untuk (bayi) yang baru

lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih

(‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’

(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits

dari Samurah ).

5. Mendidik anak

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa

mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya

yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-

anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti

mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup

perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita

34

yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan,

hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.

Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit

saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera

menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada

anak-anaknya.

6. Memberi makan dan keperluan lainnya

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.

Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu

menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun

berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya.’ (

HR Abu Daud)

7. Memberi rizqi yang ‘thayyib’

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis

baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’

HR Al Hakim.

8. Mendidik anak tentang agama

‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan

menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).

Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu bagaikan

tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun apabila anda

luruskan sekaligus, dia akan patah’.

9. Mendidik anak untuk sholat

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan

gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka

(putra putri’).

Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak berumur

tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan sholat, boleh

dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau

menyakitkan.

10. Mendidik anak tentang adab yang baik

Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya

menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik

buruknya perilaku seseorang.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik

Berkata shahabat ‘Aly r.a.; ‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zaman yang berbeda dengan zamanmu’.

35

12. Memberi pengajaran Al Quraan

Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan

dan mengajarkannya’.

Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun

yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat, ilmu tentang

Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis

baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’

HR Al Hakim.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu

lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan

masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany ).

15. Memberikan pengajaran ketrampilan

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’.

Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; ‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak itu)

menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca?’ (HR An- Nasai).

16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua

Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar

menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya

yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi

memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah dengan penuh kasih

sayang nasehati dengan santun.

Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?

Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan

memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )

17. Memberi kasih sayang

Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa

pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya

perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih

muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’(HR At

Tirmidzi).

18. Menikahkannya

Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus

tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak

perlu menunggu memasuki usia senja.

36

Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,

Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,

sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-

orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang

perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan

kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)

19. Mengarahkan anak

Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan,

teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak

tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang sholeh,

dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun teman yang

jelek.

Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan

tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak teman-

temannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan dosa

di hadapan teman-temannya.

Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak

mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu

mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja

dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah k

tidak menyukai kerusakan.

Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua. Hendaknya

orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh ‘Amr bin Qais Al-Mala`I:

“Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk duduk

bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat. Namun bila

dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa.” (Dinukil dari Lammud

Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf ‘alal Mar`i bi Qarinihi wa Mamsyahu).

(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2000)

37

Daftar Pustaka

Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.

Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005. Departemen

Kesehatan RI.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Manajemen

Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). (2008). Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan Fungsional

Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta.

Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.

EGC.

Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi 1.

Jakarta. Sagung Seto.

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.

Phyllis A. Balch CNC, Prescription for Nutritional Healing, Avery; a member of PENGUIN

GROUP (USA), INC. (2000) New York.

Toback C. Mental Retardation in Psichological Handbook: A guidline for pediatric health

care provider, 1st. Ed. Exterpa Medica Co. Singapore, p 100-109.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001523.htm

http://psychologyface.com/2011/06/mental-retardation