melia
Click here to load reader
-
Upload
marvelaos-marvel -
Category
Documents
-
view
142 -
download
5
Transcript of melia
4.2 STUDI PENYERAPAN (ABSORBSI)
Ppenyerapan perkutan dapat diteliti berdasarkan dua aspek utama yaitu penyerapan sistemik
dan lokalisasi senyawa dalam struktur kulit. Degan cara invitro dan in vivo dapat dipastikan lintasan
penembusan dan tetapan permeabilitas, serta membandingkan efektifitas dari berbagai bahan
pembawa (Weppierre J, dkk, thn 1979). Absorbs perkutan telah lama diteliti baik secara in vivo dengan
memperbandingkan senyawa radioaktif atau dengan teknik in vitro dapat dilihat pada gambar 8 dan
gambar 9.
Dalam system ini, keseluruhan kulit atau epidemis siperlukan sebagai membrane semipermiabel
yang memisahkan 2 (dua) media cairan. Kecepatan transport dari sisi stratum corneum dari membrane
kemudian menentukan penetrasi dengan melakukan sampling secraa periodic dan menganalisa cairan
yang melalui membrane kulit. Saat ini berbagai peneliti menyarankan bahwa transport melalui
perendaman, bentuk hydrat secara sempurna dari stratum corneum tidak mungkin diperoleh pada
sistim absorbsi atau kecepatan yang diamati pada penelitian in vivo. Absorbsi perkutan melalui stratum
corneum dalam bentuk hydrat yang sempura mungkin hanya berupa suatu pernyataan yang berlebihan.
Hal ini mungkin lebih mewakilipeningkatan absorbs yang terlihat sesudah kulit secara in vivo mengalami
hidrasi oleh pembungkus yang oklusip. Mempergunkan kulit epidermis terpisah yang ditempelkan pada
sel difusi, Scheuplein R, J dan Ross L, W, tahun 1974 melakukan variasi dari udara yang terdapat di atas
lembaran ulit dengan mempergunakan Drierite untuk menstimulasi kondisi kering dan lembaran kertas
basah untuk menstimulakasi efek-efek okulasi, dan ditemukan terjadi penurunan yang nyata pada
penetrasi cortisone di bawah konsisi kering, tetapi penetrasi sangat dipercepat dalam stratum corneum
yang lembab. Sejumlah metoda penelitian telah dilakukan. Untuk memperjelas hal tersebut, maka
prinsip metoda penyerapan perkutan dirangkum dalam table II, III, dan IV yang mencantumkan
pemakaian, kemampuan serta keterbatasan dari setiap metoda.
Tergantung pada kemungkinana percobaan tersebut dapat dilakukan dan zat aktif yang dipakai,
maka untuk menyempurnakan penelitian dapat dilakukan sejumlah perbahan pola penelitian.
4.3 Pembuktian Mekanisme AbsorpsiPerkutan Dari Sifat Fisiko Kimia
Teknik Umum untuk karakterisasi membrane.
Seluruh membrane mahluk hidup adalah bersifat heterogenous dan disusun dalam ase makroskopis
yang berneda, dan menentukan difusi pasif molekul melalui total barrier pada membran sangat
diperlukan, dan hal ini tergantng pada pengaturan dan ringkasan dari fase yang diaami selama proses
tranpor. Hokum difusi yang sebenarnya adalah bahwa molekul mengikuti lintasan yang bersifat
diffusional resistance yang paling sedikit. Lintasan yang bersifat diffusional resistace yang paling sedikit
ini ditentukan dari sifat fisiko kimia alamiah fase membrane atau dengan densisitas, viskositas dun,
dimana terdapat protein dun makro molekul yang lain, keberadaan ikatan silang dun susunan dari bahan
polimer dalam masing-masing fase, seluruh hal di atas memberikan pengaruh terhadap kecepatan
pergerakan difusi. Lintasan yang bersifat sedikit resisten juga dipengaruhi oleh afinitas relative dari fase
terhadap bahan yang terpemiasi (permeant), terakhir akan berperan untuk distribusi interval dari
permeant melalui pengaturan difat fisiko kimia dari komponen membrane, dun oleh volume relative
dari fase.
Resistensi dari setiap fase yang terdapat dalam membrane dapat dikarakterisasikan dalam istilah
khusus yang berhubungan dengan difusi dalam fase, terhadap seluruh variable lengkap secara umum.
Secara keseluruhan, membrane mungkin dianggap sebagai sejenis penghambat (resistor) rangkaian
antara 2 (dua) fse. Masing-masing fase membrane menentukan aliran difusi melalui channel dalam
elemen bagian sebelum dalam (interior) membrane, yang menghasilkan masing-masing resistensinya
dun pengaturannya. Resistensi fase bahagian dalam (interior) diatur baik secara series, secara parallel,
atau sebagai penghabat khusus yang terbagi rata (dispersed particulate resistors). Bila pengaturan
dalam bentuk seris, aliran massa atau “diffusional fluks” melalui membran ditentukan dengan
penjumlahan resistensi lapisan membrane. Bila dalam bentuk parallel, fase mendorong pemisahan aliran
yang terjadi, yang secara sederhana meliputi ketidak tergantungan pada rute, sebagai tambahan
terhadap pencapaian keadaan steady state dari difusi. Fase dispersi bekerja baik sebagai shuts
(penggerak), dimana mempercepat proses difusional melalui ruang (space) tempat keberadaannya,
ketika bahan ini lebih permiabel dripada medium tempat berada, atau bahan ini menghalangi difusi
dengan membatasi volume untuk keluar yang sebaliknya berguna untuk difusi ketika bahan relatif kedap
air. Efek kuantitatif dari fase disperse pada difusi tidak hanya berkaitan dengan permiabilitas dar partikel
tetapi juga dengan jumlahnya, ukuran, bentuk, dun orientasi dalam lingkungan difusional. Sehingga,
meskipun prinsip difusi yang digabungkan dengan fase disperse mudah untuk dimengerti dun
digeneralisasi. Kompleksitas khusus ini sulit untuk diuraikan dengan teliti.
Kulit sangat kompleks sehingga secara keseluruhan harus dipertimbangkan untuk mendukung analisis
dari barrier.
Secara matematik, aliran steady-state (J) pada kasus barrir yang tersusun series dapat dijelaskan
dengan :
J=A 1R1+R2+…+Rn
(∆C )………………………….(1)
Dimana J adalah penurunan kensentrasi melaui membrane yang ditentukan pada pengadukan yang
sempurna, seperti fase eksternal, tetapi bersentuhan (kontak) dengan, membrane. Bila media eksternal
adalah sama atau sangat mirip, AC secara teliti menggambarkan perbedaan potensial kimia yang terjadi
melalui membrane. Saat ini, hamper pada seluruh penelitian permiasi kulit, tenaga pendorong (driving
force) selama difusi memperlihatkan perbedaan potensial kimia melalui jaringan, tidak persoalan
apakah digunakan metode in vitro atau in vivo.
Pengertian
1R1+R2+…+Rn
………….(2)
Merupakan koefisisen transfer massa, umumnya menunjukkan sebagai koefisien permiabilitas, R1 + R2 +
……………. + Rn memperlihatkan masing-masing strata (tingkatan) resistensi pada rangkaian series, dapat
dilihat bahwa koefisien permiabilitas adalah bentuk kebalikan yang sederhana dari perjumlahan dari hal
ini pada kasus barrier rangkaian series. Sehingga, difusional fluks dapat dijelaskan sebagai :
J = A P (ΔC)……………………………….. (3)
Dimana P adalah koefisien permeabilitas, yaitu suatu istilah yang analog dengan kondutivitas pada
persamaan fluks secara fisik. Sebenarnya, persamaan (3) adalah bentuk umum dari persamaan transfer
massa yang digunakan untuk menjelaskan proses transfer massa pada steady-state. Demikin juga, P
sendiri mempunyai bentuk matematik berbeda yang tergantung pada susunan struktur internal
membrane. Namun, nilai P selalu merupakan kebalikan dari resistensi total difusi, tidak masalah hl ini
ditemukan dalam lingkungan membrane. Dalam kasus sederhana kemungkinan, permiasi, difusi melalui
membrane isotropic, P dinyatakan dalam bentuk yang lebih umum berupa
P=DKh
…………………………. (4)
Dimana D adalah koefisien difusi membrane, K adalah koefisien partisi difusant antara membrane dan
medium eksternal terhadap membrane, dan h adalah ketebalan membrari. Sebab persamaan ini
menjelaskan situasi dimana resistensi yang berlawanan dengan proses transfer
Massa diperoleh dari fase isotonic tunggal, yaitu, h / DK. Hal ini dapat dilihat bahwa pada fase isotropic,
resistensi difusional secara langsung berbanding lurus dengan ketebalan fase tetapi secara terbalik
berbanding lurus dengan pergerakan molekul (seperti yang dinyatakan pada koefisien difusi) dan
kefisien partisi. Secara intuisi bahwa resistensi dari membrane akan menjadi lebih kecil bila membrane
lebih tipis (nilai h semakin kecil) dan bertambah besar kecepatan molekul di dalam membrane (nilai 1/D
lebih kecil). Hubungan antara resistensi dengan koefisien partisi namun memerlukan beberapa penjelasa
Hukum Fick’s pertama menyatakan bahwa fluks molekul per unit area melalui lingkungan isotropic
adalah berbanding lurus dengan negative dari gradient konsentrasi ; yaitu,
JA
=−D dCdx
…………………….. (5)
Dalam persamaan ini D, dimana sama dengan koefisien difusi seperti difusi seperti yang digunsksn
erdahulu, koefisien yang berbnding lurus yang menyebabkan hubungan antara fluks dan gradien
konsentrasi tepat. Konsentrsi gradient adalah kecepatan perubahan konsentrasi dengan jarak yang
ditempuh dalam membrane. Untuk keadaan stedy-state proses difusional bekerja melalui membrane
isotropic, dan tanpa factor pengganggu seperti lapisan hidrodinamik, dC/dx dapat diterangkan dengan
(Ch-C,,)/h, pegertian konsentrasi adalah konsentrasi sebenarnya dalam membrane pada masing-asing
antara permukaan dalamnya. Secara percobaan, jarang konsentrasi dapat ditentukan dalam membrane
yang sesuai. Daripada, konsentrasi ditentukan dalam satu media eksternal atau media eksternal yang
lain pada membrane, singga koefisien partisi digunkan untuk membuat tepat konsentrasi eksternal
terhadap konsentrasi interfacial membrane. Semakin besar koefisien partisi ke dalam membrane,
semakin tinggi gradient di salam membrane dan, dengan semakin besar difusional fluks. Semakin besar
difusional fluks berarti kurang resisten terhadap difusi. Pada car ini kecepatan difusi berhubungan
dengan media dimana difusan digunakan melalui koefisien partisi, yang menjadi bahagian yang jelas dari
difusional resisten. Koefisien partisi dapat dianggap sebagai factor kapasitas. Maka difusional resisten
mencerminkan ketebalan unsur, mobilitas molekuler, dan kapasitas membran. Hal ini benar untuk setiap
fase murni dari kompleks membrane, untuk fse tunggal membrane satu fase yang tidak rumit. Bila lebih
dari satu fase dai membrane berkelanjutan dari satu permukaan eksternal kepada yang lain, membrane
sanggup mendukung pemisahan aliran difusional melaui masing-masing. Dalam hal ini lintasan disusun
dalam parallel dengan yang lain, membrane sanggup mendukung pemisahan aliran difusional melalui
masing-masing. Dalam hal ini lintasan disusun dalam parallel dengan yang lain, dan total fluks bahan
melalui embran adalah jumlah fluks dari setiap rute. Dalam banyak hal dianggap tidak tergantung rute
maskipun ini hanya mendekati kebenaran. Dimana kontribusi arus parallel terhadap total arcs dad total
fluks diperlihatkan dengan ;
J=A ( f 1P1+f 2P2+…… ..+ f nPn)(∆C ) …………………… (6)
Dimana istilah f 1P1+ f 2P2+…… ..+ f nPn sekarang dinyatakan keseluruhannya sebagai koefisien
permibilitas P. dalam hal ini sebagai catatan bahwa setiap langkah dalam parallel dinyatakan dengan
keunikan masing-masing koefisien permiabilitas P1. Juga, fraksional area daripada rote, f, menjadi
penting. Lancer tetapi lintasan (pathway) sangat terbatas yang dapat memberikan berkurangnya fluks
daripada lintasan utama dengan resisten internal yang lebih tinggi. Sehingga, daerah (area) relative juga
merupakan factor pda keadaan resisten (koefisien permiabilitas).
Keeradaan partikel pada daerah difusional juga harus mempunyai alas an yang jelas. Untuk
maksud tersebut disini, hanya efek partikel yang inert dan tidak kedap air yang dipertimbangkan. Daerah
yang dibatasi (atau volume bila difikirkan dalam 3 (tiga) dimensi) bahwa sebaliknya dapat mendukung
aliran massa. Bahan yang berdifusi haus mengalir sekitar hambatan khusus, dengan sepanjang lintasan
operatip difusi. Persyaratan meliputi pada persamaan kecepatan untuk menghitung baik daerah yang
tidak dipakai (volume) dan peningkatan tortuositas dari jalan malekul yang berdifusi. Konfigurasi fase
secara series, konfigurasi fase secara parallel, dan keberadaan yang meliputi seluruh fase yang
memberikan membrane mempunyi sifat permiasi yang unik: dan dnegan pemeriksaan fisikokimia yang
baik misalnya secara mekanistik khusus yang penting dapat selalu dipergunakan, meskipun untuk
membrane yang kompleks seperti kulit. Untuk suatu penyelesaian diperlukan pembuktia diantaranya;
(1) ketergantungan partisi analog dan homolog dan pengaruh dariadanya pada transfer massa melalui
tipe membrane yang berbeda; (2) hubungan pH-partisi dari elektrolit lemah dan pengaruh keunikannya
pada transfer massa sebagai fungsi dari tipe membran; (3) teknik penyeyatan memban yanb mengisolasi
bahagian membrane untuk penelitian terpisah; (4) efek pengadukan yang membantu edukasi pegaturan
lapisan termodinamik; (5) huungan antara ukuran molekul dan kemudahan difusi melalui pori-pori
sebenarnya dan “pori-pori” yang terbentuk sebagai lapisan interstitial antara komponen membrane
padat; (6) efek kimia dan termal yang mengubah secara selektif sifat barrier dari berbagai fase
membrane utuk persiapan isolasi dan penelitian dari membrn pada fase yang berbeda; dan (7) teknik
inhibisi enzim dari kecepatan transfer massa bruto.