Pengukuran Waktu Langsung Menggunakan Stopwatch (Rangkuman Responsi)
Melambangkan kegiatan operasi yaitu apabila suatu obyek · 3.1 Pengukuran Waktu Jam Kerja Dengan...
Transcript of Melambangkan kegiatan operasi yaitu apabila suatu obyek · 3.1 Pengukuran Waktu Jam Kerja Dengan...
II. TINJAUAN PLSTAKA
I. PETA KERJA UNTUK MENGANALISA AKTIFITAS KERJA
Peta kerja (Proses Chart) merupakan suatu alat komunikasi yang
sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai
tahap akhir dimana melalui peta kerja dapat diketahui urutan langkah dan
macam-macam proses aktifitas yang dialami oleh suatu benda dari awal
proses sampai menjadi barang jadi. Dibawah ini merupakan simbol-simbol
yang dipakai dalam pembuatan peta kerja:
Melambangkan kegiatan operasi yaitu apabila suatu obyek
(material) akan mengalami perubahan sifat, baik fisik
maupun kimiawi dalam suatu proses transformasi.
Melambangkan kegiatan transportasi yaitu apabila fasilitas
kerja yang dianalisa bergerak berpindah tempat yang bukan
merupakan bagian dari suatu operasi kerja.
Melambangkan kegiatan inspeksi atau pemeriksaan yaitu
apabila suatu objek diperiksa, baik pemeriksaan dari segi
kualitas maupun dari segi kuantitas apakah sudah sesuai
dengan karakteristik performance yang distandartkan.
Melambangkan proses menunggu (delay) yaitu apabila
material, benda kerja, operator, atau fasilitas kerja dalam
kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain
menunggu.
6
Meiambangkan proses menyimpan (storage) yaitu apabila
objek disimpan dalam waktu lama dan jika obyek itu
diambil,biasanya memerlukan perijinan khusus.
2. PETA PROSES OPERASI ( OPERATION PROCESS CHART)
Peta proses operasi yang lebih dikenal dengan OPC adalah suatu peta
kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan memilah milah
pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail yang
diuraikan secara logis dan sistematis.
Keseluruhan operasi kerja digambarkan mulai dari awal (raw
material) sampai menjadi produk akhir (finished goods), sehingga analisa
perbaikan dapat dilakukan secara individual maupun secara keseluruhan
dari masing-masing operasi kerja. Elemen-elemen kerja ini harus mudah
diidentifikasi saat mulai dan berakhirnya dan biasanya memakan beberapa
menit per siklus kerja.
Ada beberapa aturan dasar dalam pembuatan peta proses operasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Pertama-tama pada bans paling atas perlu dituliskan "Peta Proses
Operasi" dan selanjutnya tulis semua identifikasi kerja lainnya seperti
nama obyek, nomor gambar kerja, dan Iain-lain.
b. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses kerja.
V
7
c. Lambang/simbol aktivitas diletakkan ke dalam arah vertikal secara
berurutan yang menunjukkan terjadinya perubahan proses untuk setiap
simbolnya.
d. Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dengan aturan proses yang diperlukan untuk pembuatan produk tersebut
atau sesuai dengan proses yang terjadi. Penomoran terhadap kegiatan
pemeriksaan diberikan tersendiri dan aturannya sama dengan aturan
pemberian nomor pada proses produksi.
e. Agar diperoleh gambar pada peta proses operasi yang bailc, maka
produk yang paling banyak memerlukan proses operasi harus dipetakan
terlebih dahulu dan digambarkan pada garis vertikal paling kanan
sendiri.
f. Buat ringkasan yang mencantumkan informasi-informasi total
mengenai banyaknya operasi dan pemeriksaan yang dilakukan serta
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing proses tersebut.
3 PENGUKURAN WAKTU KERJA
Penelitian kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya memusatkan
perhatian pada bagaimana (how) suatu pekerjaan diselesaikan.apabila
metode kerja yang dipakai efektif dan efisien sesuai dengan prinsip teknik
pengaturan cara kerja, maka akan didapat hasil yang optimal.
Secara singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan
keseimbangan antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit
keluaran yang dihasilkan. Waktu standar ini sangat diperlukan terutama
sekali untuk:
-. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja (man power planning)
-. Estimasi biaya-biaya upah karyawan/pekerja
-. Penjadualan produksi dan penganggaran
-. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan
atau pekerja yang berprestasi
-. Indikasi keluaran (output) yang mampu menghasilkan seorang
pekerja
-. Menyeimbangkan lintasan produksi (the balancing of production
lines)
3.1 Pengukuran Waktu Jam Kerja Dengan Jam Henri
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti adalah metode yang bisa
diaplikasikan pada pekerjaan yang berulang-ulang dan berlangsung pada
waktu singkat. Pengukuran yang dilakukan akan menghasilkan waktu
baku yang dapat dijadikan standar bagi semua pekerja.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar pengukuran kerja dengan
jam henti ini dapat terlaksana adalah:
-. Pekerjaan tersebut harus dikerjakan secara repetitive dan uniform
-. Isi atau macam pekerjaan itu harus homogen
-. Hasil kerja (keluaran) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitau'f)
baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang
berlangsung.
-. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya
sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya.
3.2 11ji Kenormalan Data
Pengujian kenormalan data dimaksudkan untuk menduga pola
distribusi dari data pengukuran. Disini data pengukuran diduga
berdistribusi normal. Setelah diduga pola distribusi yang mendekati
maka harus dilakukan pengujian hipotesa.
Adapun pengujian hipotesa dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov adalah sebagai berikut:
Sn(x) =
0 x< xi
k/n Xk<x<Xk+i
1 X > Xn ...(2-1)
Dn = max | F(x) - S„(x) | ...(2-2)
dimana: n = sample size
Sn = distribusi frekuensi kumulatif teoritis.
Hipotesa :
HO : data pengamatan berdistribusi normal
HI : data pengamatan tidak berdistribusi normal
a = 0.05
Ten ma HO jika Dn< Dn„ yang berarti data berdistribusi normal
10
Pengujian hipotesa untuk pendugaan distribusi data dapat dilakukan
dengan menggunakan software SPSS, disini dilakukan perbandingan
antara Dn dengan Dn pada tabel.
3.3 Uji Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data digunakan untuk mengetahui data-
data yang diperoleh apakah layak untuk digunakan. Data dikatakan
seragam yaitu apabila data yang kita peroleh berada diantara kedua batas
kontrol. Data dikatakan tidak seragam apabila data-data tersebut terletak
di luar batas kontrol dan data tersebut harus diabaikan atau dibuang. Pada
pengujian keseragaman data ini, digunakan tingkat kepercayaan sebesar
95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.
BKB = x-2sd
BKA = x + 2sd ...(2-3)
dimana: x = waktu rata-rata proses
Alasan menggunakan 2sd karena penyusun menginginkan tingkat
ketelitian yang cukup tinggi dalam pengambilan setiap data pengamatan
yang akan diolah.
3.4 Uji Kecukupan Data
Semakin besar variabilitas dari data waktu pengukuran akan
menyebabkan jumlah siklus kerja yang diamati juga semakin besar agar
bisa diperoleh ketelitian yang diinginkan. Karena data waktu pengamatan
II
pendahuluan yang telah dilakukan kurang dan" 30 data, maka persamaan
yang digunakan adalah:
A T -sd t
• — • ' •
k .X ... (2 - 4 )
dimana:
sd = standar deviasi dari data pengukuran
X = harga rata-rata dari data pengukuran
N = banyaknya data pengamatan awal
N' = banyaknya data pengamatan yang diperlukan
1-a = tingkat kepercayaan
k •* tingkat ketelitian
Dengan harga standar deviasi dan rata-rata data pengukuran awal
didapat dari persamaan berikut ini:
V N - 1 - ^ - - ( 2 - 5 )
x = Jssi
N ... ( 2 - 6 )
Dari persamaan (2-4) diatas akan diperoleh hasil:
-. N' < N menunjukkan bahwa data pengamatan pendahuluan telah
dianggap cukup.
-. N' > N berarti banyaknya data pengamatan pendahuluan yang telah
dilakukan ternyata belum cukup, sehingga perlu diadakan pengukuran
12
kembali untuk menambah jumiah data hingga diperoleh N' < N
dengan cara perhitungan yang sama.
3.5 Performance Rating
Performance Rating adalah suatu aktivitas untuk meniiai atau
mengevaluasi kecepatan, usaha, tempo, ataupun performance kerja yang
semuanya akan menunjukkan gerakan operator pada saat bekerja. Selama
pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kerja yang
dilakukan oleh operator.
Ada pun konsep penyesuaian yang digunakan adalah Westinghouse
Systems Rating. Westinghouse berpendapat bahwa ada 4 faktor yang
menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu:
ketrampilan(sjfc///), usphaieffbrt), kondisi ker]a(conditions)t dan
konsistensi(consistency).
Ketrampilan didefinisikan sebagai kecakapan dalam mengerjakan
metode yang diberikan dan lebih lanjut berhubungan dengan
pengalaman, ditujukan dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan
tangan. Usaha didefinisikan sebagai hal yang menunjukkan kemampuan
untuk bekerja secara efektif. Usaha ditujukan oleh kecepatan pada tingkat
kemampuan yang dimiliki dan dapat dikontrol pada tingkat yang lebih
tinggi oleh operator.
Kondisi didefinisikan sebagai prosedur performance rating yang
berakibat pada operator dan bukan pada operasi. Kondisi ini terdiri dari
kondisi lisik, iingkungan kerja seperti keadaan pencahayaan, temperatur,
13
dan kebisingan mangan. Faktor konsistensi juga merupakan bagian yang
penting karena pada kenyataannya setiap pengukuran tidak mencatat
semua angka sama dan waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja
selalu berubah dari satu siklus ke siklus yang lain. Konsistensi dikatakan
sempurna jika waktu penyelesaian tetap setiap saat.
Untuk memudahkan perhitungan performance rating maka telah
dibuat suatu tabel performance rating oleh Westinghouse yang berisikan
nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-
masing faktor. Tabel performance rating tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tabel Performance Rating Westinghouse
SKILL +0.15 Al +0.13 A2 +0.11 Bl +0.08 B2 +0.06 CI +0.03 C2 0.00 D
-0.05 El -0.I0E2 -0.16 Fl -0.22 F2
CON +0.06 A +0.04 B +0.02 C
0.00 D -0.03 E -0.07 F
SUPER SKILL
EXCELLENT
GOOD
AVERAGE
FAIR
POOR
DITION IDEAL
EXCELLENT GOOD
AVERAGE FAIR POOR
EF] +0.13 Al +0.12 A2 +0.10B1 +0.08 B2 +0.05 CI +0.02 C2
0.00 D -0.04 El -0.08 E2 -0.12 Fl -0.17 F2
CONS +0.04 A +0.03 B +0.01 C 0.00 D
-0.02 E -0.04 F
<ORT
SUPER SKILL
EXCELLENT
GOOD
AVERAGE
FAIR
POOR
[STENCY IDEAL
EXCELLENT GOOD
AVERAGE FAIR POOR
: -J
Dari faktor-faktor tersebut diatas akan didapatkan nilai
performance yang merupakan penjumlahan atau interaksi nilai-nilai
tersebut
PR = ( l + p) ...(2-7)
dimana:
PR = faktor penyesuaian
p " interaksi atau jumlah keempat faktor penyesuaian cara
Westinghouse
Harga faktor penyesuaian atau rating faktor (PR) ditentukan
sebagai berikut:
-. Apabila operator bekerja terlalu cepat, maka PR>1 atau p>100%
-. Apabila operator bekerja terlalu lambat, maka PR<1 atau p<100%
-. Apabila operator bekerja secara normal, maka PR=1 atau p=100%
3.6 Perhitungan Waktu Normal
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran
kerja akibat tempo/kecepatan kerja operator yang berubah-ubah, maka
diperlukan perhitungan waktu normal dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Wn = xxPR ..(2-8)
dimana: Wn = waktu normal
15
3.7 Kelonggaran Waktu (Allowance Time)
Waktu normal suatu operasi menggambarkan lamanya waktu yang
diperlukan oleh operator rata-rata bila bekerja pada langkah normal tanpa
menghiraukan perlunya waktu tambahan untuk kebutuhan-kebutuhan
pribadi, istirahat, dan penundaan-penundaan lain di luar kekuasaannya.
Adapun waktu longgar (allowance) yang biasanya menginterupsi
proses produksi, dapat diklasifikasikan menjadi:
-. Waktu longgar untuk kebutuhan pribadi (personal allowance)
Hal-hal yang termasuk dalam kebutuhan pribadi antara lain minum
untuk menghilangkan rasa haus, pergi ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman sekerja untuk menghilangkan kejenuhan.
-. Waktu longgar untuk melepas Ielah (fatique allowance)
Kelonggaran ini diberikan kepada karyawan untuk beristirahat
setelah melakukan pekerjaan dengan maksud untuk melepas lelah dan
memulihkan stamina dari keletihan flsik maupun psikologis.
-. Waktu longgar untuk hal-hal tak terduga (unvoidable allowance)
Hal-hal ini antara lain: berhentinya mesin karena listrik padam,
meminta petunjuk kepada pengawas, melakukan penyesuaian, dsb.
Allowance ini biasanya dinyatakan dalan satuan persen (%).
3.8 Waktu Baku
Waktu baku adalah jumlah waktu yang diperlukan guna
menyelesaikan suatu pekerjaan dalam prestasi standar, yaitu dengan
16
memperhitungkan kelonggaran-kelonggaran serta penyesuaian-
penyesuaian yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Besarnya waktu baku didapat dari persamaan berikut ini:
Wb = Wn + (Wn X %Allowance) ... (2.9)
dimana:
Wb = Waktu Baku
% Allowance = Kelonggaran-kelonggaran yang dibutuhkan
4. KESEIMBANGAN LINTASAN
4.1 Pengertian Lintasan Produksi
Sistem produksi adalah sistem yang merubah input menjadi output
yang lebih berdaya guna. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
gambar2-l Sistem Produksi
Urutan proses operasi pada unit konversi mulai dari masuknya
bahan baku di unit input sampai keluamya output disebut sebagai
lintasan produksi. Lintasan produksi adalah suatu seri urutan proses
pengerjaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa.
Adapun produksi sering diartikan sebagai aktivitas yang ditujukan untuk
meningkatkan nilai masukan (input) menjadi keluaran (output).
17
Lintasan produksi juga diartikan sebagai pengaturan area-area kerja
yang mana fasilitas mesin, tools, dan operasi-operasi manual diletakkan
berdekatan secara berurutan satu sama lainnya dimana material bergerak
secara kontinu dengan kecepatan sama melalui serial operasi yang
seimbang sampai seluruh pekerjaan selesai.
Ada 2 faktor penting pada setiap lintasan produksi, yaitu:
-. Tempat kerja dengan mesin dan peralatannya
-. Operator yang mengerjakan tugas tertentu pada tempat kerja tertentu
Berdasarkan karakteristik proses pengerjaaan yang dilakukan,
lintasan produksi dibagi menjadi 2 bagian:
A. Lintasan Fabrikasi
Adalah lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi
pengerjaan yang bersifat membentuk atau merubah sifat-sifat fisik
atau kimia dari suatu benda kerja yang melewati lintasan produksi
tersebut.
B. Lintasan Perakitan
Adalah suatu lintasan yang terdiri dari sejumlah operasi yang
dikerjakan diberbagai tempat kerja untuk membentuk suatu produk
dengan menggabungkan komponen-komponen yang telah jadi.
Pada lintasan produksi setiap jenis pekerjaan satu dengan pekerjaan
lainnya sangat besar ketergantungannya. Jika terjadi suatu keterlambatan
atau kerusakan peralatan tertentu, maka akan menjadi hambatan pada
produksi selanjutnya.
Persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menunjang
kelangsungan lintasan produksi yang baik adalah:
-. Jumlah atau volume harus dapat menutup biaya set up lintasan
-. Masing-masing operasi (stasiun kerja) sedapat mungkin seimbang
{balance) waktu kerjanya.
-. Kontinuitas aliran dari benda kerja harus dijamin.
Dari hal diatas dapat disimpuikan lintasan produksi adalah urut-
urutan tempat kerja yang diialui oleh produk secara berurutan menunrt
kebutuhan proses pengerjaannya dengan waktu siklus tertentu.
4.2 Keseimbangan Lintasan
Keseimbangan lintasan adalah suatu metode untuk merencanakan
dan mengendalikan lintasan baik itu 'intasan perakitan maupun lintasan
produksi yang berkaitan dengan aspek waktu. Jadi tujuan dari
menyeimbangkan lintasan adalah meminimalkan waktu menganggur
{idle time) dan berusaha memaksimalkan efisiensi produksi.
Jadi persoalan pada perencanaan keseimbangan lintasan produksi
adalah bagaimana mendistribusikan unit-unit kerja pada stasiun kerja
untuk mendapatkan optimasi kriteria tertentu. Kriteria pada
keseimbangan lintasan produksi adalah memaximalkan efisiensi
{maximize efficiency) atau meminimumkan balance delay.
Perencanaan keseimbangan lintasan produksi bertitik tolah dari 3
faktor, yaitu:
a. Volume produksi, dengan ditetapkannya target produksi per had
maka dapat ditentukan waktu siklus. Persoalannya adalah
meminimalkan jumlah stasiun kerja untuk mendapatkan output
produksi yang maximum.
b. Jenis operasi dan urutannya pada lintasan dalam menyelesaikan suatu
produk
c. Waktu penyelesaian masing-masing elemen kerja pada masing-
masing operasi.
43 Precedence Diagram
Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis yang
memperlihatkan urutan suatu proses pengerjaan dari keseluruhan operasi
pengerjaan, dengan tujuan agar memudahkan dalam pengawasan r.tau
evaluasi serta perencanaan aktivitas-aktivitas yang terakit di dalamnya.
Adapun tanda yang dipakai adalah.
a. Simbol lingkaran dengan nomor didalamnya untuk memudahkan
identifikasi dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dari urutan proses
operasi. Dalam hal ini operasi yang berada pada pangkal panah
berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung panah.
c. Angka diatas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap operasi.
Agar lebih jelasnya di bawah ini diperlihatkan contoh sederhana
dari precedence diagram:
20
5 3
G>
0
0 gambar2-2 Precedence Diagram
Dan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: ada delapan buah
operasi kerja yang saling bergantung. Operasi nomor 1 mendahului
operasi nomor 2 ,5, 8. Operasi nomor 3 mendahului operasi nomor 4, 5,
8. Operasi nomor 6 mendahului operasi nomor 7, 8. Operasi nomor 2
dapat dikerjakan apabila operasi nomor 1 telah selesai dikerjakan, dan
seterusnya.
4.4 Terminologi Dalam Keseimbangan Lintasan
a. Minimum Rational Work Elemen
adalah komponen terkecil yang dilakukan oleh operator. ( Te = waktu
yang diperlukan oleh operator untuk mengerjakan komponen
pekerjaan yang terkecil).
b. Total Work Content adalah jumlah seluruh komponen pekerjaan yang
harus dilakukan sampai benda kerja siap menjadi produk jadi.
Twc = £ ' Tej ...( 2 . 10 ) * - 1
21
Dimana:
Twc= waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
komponen pekerjaan sampai benda kerja tersebut jadi.
n e = jumlah stasiun kerja yang ada
c. Work Station Process Time
adalah waktu yang diperlukan oleh stasiun kerja untuk menyelesaikan
satu komponen kerja. Satu stasiun kerja dapat mengerjakan lebih dari
satu komponen kerja.
2 Tsi = X TeJ - ( 2 - 11 ) / - 1 7 = 1
Dimana:
Tsi = waktu proses stasiun kerja ke-i
Tej = waktu standar komponen kerja ke-j
n = jumlah stasiun kerja
d. Cycle Time
adalah waktu siklus yang diperlukan oleh lintasan produksi untuk
menghasilkan satu unit produk. Waktu siklus kerja dapat ditentukan
dari target produksi perperiode yang hendak dicapai perusahaan.
Tc= Jam kerja per periode Target produksi per periode ... (2-12)
Dimana: Tc = waktu siklus
e. Number of Work Station
adalah jumlah stasiun kerja yang efisien setelah menentukan interval
waktu siklus. Hal ini ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut:
N min = 1™— ... (2.13 ) Tc
dimana: N min = jumlah stasiun kerja minimum
/ Balance Delay
digunakan untuk mengukur ketidakefisienan proses perakitan sebagai
akibat tidak tepatnya alokasi pekerjaan diantara stasiun kerja. Bila
alokasi tidak tepat maka balance delay akan besar, sebab ada stasiun
kerja yang kekurangan pekerjaan tetapi ada stasiun kerja yang
kelebihan pekerjaan.
d = (n x Tc ) - Two . . . ( 2 - 1 4 ) n x Tc
Dimana: d = balance delay
g. Line Efficiency
digunakan untuk mengukur koefisien lintasan produksi akibat
pengelompokan eiemen-elemen kerja. Apabila line efficiency-nya
besar berarti lintasan produksinya efisien.
* - - £ = - ...(2-15) flX LC
Dimana: E = efisiensi lintasan
h. Smoothness index
Suatu index yang mengindikasikan kelancaran alur produksi yang ada
pada keseimbangan lintasan. Nilai Smoothness index 0 menunjukkan
bahwa keseimbangan lintasan memiliki kelancaran alui" produksi yang
baik.
• # SI = JY (ST max. - Sti ) 2 . . . (2 .16)
Dimana:
ST max = Waktu stasiun kerja maximum
Sti • Waktu kerja pada stasiun kerja ke-i
k = Jumlah stasiun kerja
4.5 Metode Helgeson-Birnie
Untuk produk-produk berbeda yang menggunakan lintasan produksi
yang hampir sama, pertama-tama perlu dibuat jaringan untuk masing-
masing produk dan kemudian baru kita buat jaringan gabungannya. Jika
tugasnya memiliki waktu yang berbeda untuk produk yang berbeda maka
jaringannya harus mencerminkan keseluruhan waktunya. Kemudian baru
2 A
kita Iakukan pembobotan posisi masing-masing tugas, setelah itu baru
kita tempatkan tugas-tugas tersebut pada stasiun kerja.
Langkah-langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Membuatjaringan precedence
2. Tentukan positional weight (PW) untuk tiap elemen kerja. Positional '
weight didapatkan dari waktu lintasan terlama dari operasi yang
pertama sampai jaringan kerja yang tersisa.
3. Urutkan elemen kerja berdasarkan PW di langkah ke 2. Jaringan kerja
dengan PW tertinggi ditempatkan pertama.
4. Tunjuk elemen-elemen kerja ke stasiun-stasiun kerja, dimana elemen
yang mempunyai PW dengan urutan tertinggi ditempatkan pertama
kali.
5. Jika setelah suatu operasi pada salah satu stasiun kerja masih terdapat
waktu tersisa, tunjuk stasiun kerja urutan berikutnya, selama operasi
itu tidak melanggar hubungan precedence, dan waktu stasiun tidak
melebihi waktu siklus.
6. Ulangi langkah ke 4 dan ke 5 sampai semua elemen telah ditunjuk ke
semua stasiun kerja. (Elsayed,1994)
4.6 Metode COMSOAL (Computer Method Of Sequencing For Assembly
Lines)
COMSOAL merupakan salah satu metode heuristik yang
menggunakan komputer untuk menyeimbangkan lintasan produksi.
25
Kegunaan dari metode ini adalah memberikan hasil yang memuaskan
dengan tingkat kecepatan penyelesaian dan kemudahan yang tinggi.
Metode ini pada hakekatnya adalah meminimumkan jumlah
pekerja atau stasiun kerja untuk suatu kecepatan produksi tertentu untuk
mencapai keseimbangan lintasan berdasarkan waktu siklusnya dan
kemudian berusaha mencapai balance delay yang minimum dengan
mengurangi jumlah pekerja per stasiun kerja yang ada pada lintasan
tersebut.
Adapun prosedur secara manual adalah sebagai berikut:
1. Daftarkan semua komponen pengerjaan dan jumlah proses yang
mendahuluinya.
2. Mendaftarkan semua komponen pengerjaan yang tidakdidahului oleh
proses manapun.
3. Memilih salah satu komponen pengerjaan yang tidak terdaftar pada
prosedur 2
4. Komponen yang dipilih pada prosedur 3 dipmdahkan dari dasar pada
prosedur 2 dan 3 kemudian daftar pada prosedur 1 dan 2 direvisi
5. Setelah direvisi, ulangi prosedur 3 dengan syarat STe[Tc
6. Ulangi prosedur 4 dan 5 sampai semua elemen kerja masuk ke stasiun
kerja.
Untuk mempermudah dan mempercepat pengerjaan
pengelompokan operasi kerja ke dalam stasiun kerja dengan metode
COMSOAL ini dapat dikerjakan dengan menggunakan Software
Quantitative Systems.