Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlu diketahui bahwa orang-orang dengan berbagai usia membutuhkan jumlah waktu tidur yang berbeda. Seorang bayi yang baru lahir bisa tidur 16 jam, sedangkan orang yang berusia 50 tahun mungkin tidur hanya 6 jam. Waktu tidur tergantung pada dua faktor, yaitu jumlah data yang perlu ditransfer ke long-term memory dan kecepatan transfer data dari temporary memory ke long-term memory. Hal ini jelas bahwa database long-term memory di bayi yang baru lahir masih mulai terbentuk. Berbeda dengan orang dewasa, memiliki informasi kurang signifikan yang perlu ditransfer ke long-term memory karena database yang besar telah dibuat 1 . Selama tidur, terjadi perubahan di respiratory mechanics place terhadap kebutuhan tambahan mekanisme kontrol pernapasan, jika pertukaran gas dipertahankan. Kehilangan kesadaran disertai dengan penurunan eferen aktivitas saraf untuk kedua saluran napas dan pompa pernapasan otot menyebabkan potensi penurunan otot inspirasi kekuatan dan peningkatan resistensi terhadap aliran udara 2 . Fungsi tidur adalah proses menyimpan data dalam temporary memory, encode, dan mentransfer data ke long- 1

description

Fisiologi

Transcript of Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Page 1: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlu diketahui bahwa orang-orang dengan berbagai usia membutuhkan

jumlah waktu tidur yang berbeda. Seorang bayi yang baru lahir bisa tidur 16 jam,

sedangkan orang yang berusia 50 tahun mungkin tidur hanya 6 jam. Waktu tidur

tergantung pada dua faktor, yaitu jumlah data yang perlu ditransfer ke long-term

memory dan kecepatan transfer data dari temporary memory ke long-term

memory. Hal ini jelas bahwa database long-term memory di bayi yang baru lahir

masih mulai terbentuk. Berbeda dengan orang dewasa, memiliki informasi kurang

signifikan yang perlu ditransfer ke long-term memory karena database yang besar

telah dibuat1.

Selama tidur, terjadi perubahan di respiratory mechanics place terhadap

kebutuhan tambahan mekanisme kontrol pernapasan, jika pertukaran gas

dipertahankan. Kehilangan kesadaran disertai dengan penurunan eferen aktivitas

saraf untuk kedua saluran napas dan pompa pernapasan otot menyebabkan potensi

penurunan otot inspirasi kekuatan dan peningkatan resistensi terhadap aliran

udara2.

Fungsi tidur adalah proses menyimpan data dalam temporary memory,

encode, dan mentransfer data ke long-term memory. Ini akan membandingkan

informasi yang baru disimpan dari temporary memory dengan file lama yang

disimpan di long-term memory. Sebuah model memori baru diberikan pada

gambar 1 dan gambar 2. Model baru ini memiliki dua tahap, yaitu waking brain

dan sleeping brain. Selama waking time, memori sensorik menerima informasi

dari seluruh panca indera. Selama sleeping time, tingkat penginderaan semua

sensor lambat dan ambang gairah meningkat. Setiap kegiatan otak, seperti mimpi,

tidak dapat direkam ke temporary memory1.

REM (Rapid Eye Movement) sleep adalah keadaan otak yang paling terkait

dengan mimpi. Dalam bermimpi, banyak aspek dari kesadaran primer meningkat,

di antaranya a sense of first person agency, internally generated percepts

1

Page 2: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

termasuk gerakan ruang fiktif dan emosi yang kuat, terutama kecemasan,

kegembiraan, dan marah. Otak bukanlah organ refleks, otak adalah synthesizer

sensasi, persepsi, dan perilaku. Sistem otak bertanggung jawab untuk sintesis ini,

pada REM (Rapid Eye Movement) sleep. Salah satu sistem yang paling relevan

dalam hal ini adalah the pontinegeniculate - occipital sistem3.

Ada dua jenis mimpi sebagai hasil dari aktivitas mental yang berbeda dari

sleeping brain. Tipe I mimpi, sebuah pemikiran seperti, konsekuensi dari memory

replay ketika declarative memory data diambil dari temporary memory. Tipe II

mimpi, lebih seperti mimpi pemikiran, sering terjadi selama REM sleep, bila

procedural memory ditransfer dari temporary memory ke long-term memory1.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Fisiologi, pembuatan makalah ini juga mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Mampu memahami definisi dan fisiologi tidur, serta mimpi.

2. Mampu mengetahui hubungan antara otak dengan tidur dan mimpi.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong seseorang dapat bermimpi.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang hubungan antara otak dengan

tidur dan mimpi.

2. Mengetahui respon proses syaraf pada saat tidur dan bermimpi.

3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi sesorang dapat bermimpi.

2

Page 3: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Definisi Tidur

Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif

terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar

lainnya adalah pada keadaan tidur, siklusnya dapat diprediksi dan kurang

respons terhadap rangsangan eksternal. Otak berangsur-angsur menjadi

kurang responsif terhadap rangsang visual, auditori, dan rangsangan

lingkungan lainnya. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai

dari input sensoric walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi

keadaan tidur. Faktor homeostatik (faktor S) maupun faktor sirkadian

(faktor C) juga berinteraksi untuk menentukan waktu dan kualitas tidur4.

2.1.2 Fungsi Tidur

Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ-

organ tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid

Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid

Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis

makromolekul ribonukleic acid (RNA). Rapid Eye Movement akan

mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem

neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas, tidur juga

digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu

terdapatnya gangguan tidur yang menjadi peringatan dini keadaan

patologis yang terjadi di tubuh4.

2.1.3 Fisiologi Tidur

Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan

kemauan serta kesadaran, dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang

akan dihambat atau dikurangi5. Tidur juga digambarkan sebagai suatu

tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan,

3

Page 4: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar. Secara garis besar,

tidur dibagi menjadi dua tahap, yaitu6 :

1. Fase Rapid Eye Movement (REM) disebut juga active sleep.

2. Fase Nonrapid Eye Movement (NREM) disebut juga quiet sleep.

Nonrapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui

osilasi antara talamus dan korteks.

Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan tidur, delta osilasi, dan

osilasi kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah ciri tahap tidur

NREM yang dihasilkan dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic dalam

nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron

kortikotalamus. Sebagai penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus

akan kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh

interaksi dari retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan

osilasi kortikal lambat dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus

hiperpolarisasi dan depolarisasi7.

Ciri EEG tambahan dari tidur fase REM adalah gelombang gigi

gergaji. Selama fase REM, yang berperan adalah sistem kolinergik yang

dapat ditingkatkan dengan reseptor agonis dan dihambat dengan

antikolinergik4,7. Fase REM (tahap R) ditandai oleh atonia otot, aktivasi

kortikal, desinkronisasi bertegangan rendah dari EEG, dan gerakan cepat

dari mata. Fase REM memiliki komponen saraf parasimpatomimetik dan

saraf simpatik yang ditandai oleh otot rangka berkedut, peningkatan

denyut jantung, variabilitas pelebaran pupil, dan peningkatan laju

pernapasan4,7. Atonia otot terdapat pada seluruh fase REM sebagai hasil

dari inhibisi neuron motor alfa oleh kelompok-kelompok seruleus peri-

lokus neuron yang secara kolektif disebut sebagai korteks retikuler sel

kecil4.

Fungsi tidur NREM masih merupakan dugaan beberapa teori.

Salah satu teori yang telah diajukan menyatakan bahwa penurunan

metabolisme akan memfasilitasi peningkatan penyimpanan glikogen.

Teori lain memanfaatkan plastisitas neuron yang menyatakan bahwa

depolarisasi dan hiperpolarisasi dari osilasi akan berkonsolidasi dengan

4

Page 5: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

proses memori dan menghilangkan sinaps yang berlebihan4,7. Selama fase

NREM, permintaan metabolik otak berkurang. Hal ini ditunjukkan oleh

penelitian menggunakan oksigen Positron Emission Tomography (PET),

yaitu selama fase NREM, aliran darah ke seluruh otak semakin menurun.

Selama fase REM, aliran darah meningkat di talamus dan visual utama,

kortek motorik, dan sensorik relatif menurun di prefrontal dan daerah

parietal asosiasional. Peningkatan aliran darah ke daerah visual utama dari

korteks dapat menjelaskan sifat alamiah bermimpi saat REM, sedangkan

penurunan aliran darah ke korteks prefrontal dapat menjelaskan

penerimaan isi mimpi4.

Saat ini banyak dilakukan penelitian tidur menggunakan alat

polysomnography (gambar 2.1). Elektroda yang dipakai untuk

pemeriksaan tidur dengan cara ini minimal berjumlah empat buah, yaitu

satu untuk melihat gambaran gelombang dari elektroencephalograpy

(EEG), dua saluran untuk elektrokulogram (EOG), dan satu untuk

elektromiogram (EMG). Satu elektroda EEG biasanya diletakkan pada C3

atau C4. Elektrokulogram biasanya direkam dari kedua mata dengan

elektroda diletakkan 1 cm di sebelah kantus kanan dan kiri. Untuk EEG

dan EOG reference electroda diletakkan ipsilateral atau kontralateral dari

cuping telinga atau pada mastoid, sedangkan EMG direkam secara

bilateral dari otot atau submental di dagu. Rekaman polysomnograpy

dilakukan pada saat pasien tidur dan hasil standard akan menunjukkan

kadar oksigen darah, pernapasan, dan REM sesuai dengan waktu tidur6.

5

Page 6: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Gambar 2.1 Standar polisomnogram8

Gelombang tidur yang terlihat pada gambaran polisomnogram

akan berbeda sesuai dengan fase tidur (gambar 2.2). Pada keadaan

perpindahan dari fase terjaga akan terlihat gambaran gelombang alfa. Fase

pertama, NREM akan memperlihatkan gambaran gelombang teta. Fase

kedua, NREM akan memperlihatkan gambaran spindle waves. Fase ketiga,

NREM akan memperlihatkan gambaran spindle waves ditambah dengan

slow waves. Fase keempat, NREM akan memperlihatkan gelombang yang

sama seperti fase ketiga namun ditambah gambaran gelombang delta yang

merupakan ciri fase keempat NREM. Fase REM bukan merupakan fase

tidur, karena pada keadaan tidur didapatkan sleep spindle (S) atau

kompleks K maupun delta yang tidak terdapat pada keadaan REM. Fase

REM juga bukan keadaan terjaga, karena pada EEG tidak didapatkan

gelombang alfa yang lebih dari 25% maupun EMG yang tinggi. Syarat

terjadinya REM adalah didapatkannya gelombang campuran (alfa, beta,

dan teta) tak teratur dan tidak ada kompleks K9.

6

Page 7: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Gambar 2.2 Gambaran polisomnogram fase tidur10

Gelombang tidur yang terlihat pada polisomnogram akan

memperlihatkan frekuensi dan amplitudo yang berbeda. Pada keadaan

perpindahan dari keadaan terjaga menuju tidur, gelombang alfa yang akan

muncul dengan frekuensi 8-12 Hz dengan amplitudo <50 mikrovolt.

Gelombang teta memiliki frekuensi 4-8 Hz dan amplitudo 50-100

mikrovolt. Spindle waves, slow waves, dan delta waves memiliki

amplitudo 100-200 mikrovolt dengan frekuensi 0,5-4 Hz.

Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase, yaitu5 :

1. Tahapan terjaga

Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan subjek dalam

keadaan tenang, mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa (8-

12,5 Hz) mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi, dan

beberapa gerakan mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima

sampai sepuluh menit.

2. Fase 1

Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke fase tidur,

disebut juga twilight sensation. Fase ini ditandai dengan berkurangnya

gelombang alfa dan munculnya gelombang teta (4-7 Hz), atau disebut

juga gelombang low voltage mix frequencies (LVM). Pada EOG tidak

tampak kedip mata atau REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R)

yang lambat dan terjadi penurunan potensial EMG. Pada orang normal,

7

Page 8: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

fase 1 ini tidak berlangsung lama, yaitu antara lima sampai sepuluh

menit, kemudian memasuki fase berikutnya.

3. Fase 2

Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG, sleep spindle

(S) atau gelombang delta (maksimum 20%). Elektrokulogram sama

sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya

lebih rendah dari fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase

1, yaitu antara 20 sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu.

4. Fase 3

Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%)

dan gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama pada

orang dewasa, tetapi lebih singkat pada anak remaja. Pada anak

remaja, setelah 5-10 menit fase 3 akan diikuti fase 4.

5. Fase 4

Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang delta

(gelombang delta 50%), sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2.

Pada fase 4 ini berlangsung cukup lama, yaitu hampir 30 menit.

6. Fase REM

Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta, tetapi oleh LVM

seperti fase 1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan

gambaran EMG tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering

dinamakan fase REM yang biasanya berlangsung 10-15 menit.

Gambaran fase tidur ini dapat dilihat pada gambar 2.3.

8

Page 9: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Gambar 2.3 Gelombang EEG10

Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu 90-110 menit,

kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai fase 4

yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu, muncul kembali fase REM kedua

yang biasanya lebih lama dari Eye Movement (EM) dan lebih banyak dari

REM pertama. Keadaan ini akan berulang kembali setiap 75-90 menit,

tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat, fase 2 menjadi lebih panjang,

fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4-5 kali setiap

malam dengan irama yang teratur sehingga orang normal dengan lama

tidur 7-8 jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75-90

menit (gambar 2.4)9.

Gambar 2.4 Hipnogram5

9

Page 10: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Waktu tidur dapat dibagi tiga bagian, yaitu sepertiga awal,

sepertiga tengah, dan sepertiga akhir. Pada orang normal, sepertiga awal

tidur lebih banyak dalam fase 3 dan 4, sepertiga tengah lebih banyak tidur

dangkal (fase 2), serta sepertiga akhir lebih banyak fase REM. Siklus tidur

pada tiap individu berbeda dan relatif dipengaruhi oleh usia, sebagai

contoh pola tidur pada laki-laki muda (20-29 tahun), pertengahan (40-49

tahun), dan tua (70-90 tahun) akan memberikan gambaran pola tidur yang

berbeda5.

Pertambahan umur seseorang dapat menyebabkan total waktu tidur

menurun, sedangkan waktu terjaga tetap. Pada orang dewasa, tidur sering

terlihat gelisah dan waktu terjaganya menjadi lebih lama, sedangkan pada

anak remaja 15% waktu tidurnya dihabiskan pada fase 4. Fase 4 biasanya

tidak ditemukan pada orang dewasa, demikian juga lama fase REM akan

mengalami penurunan, yaitu 28% dari pascapubertas menjadi 18% pada

orang dewasa (gambar 2.4)8. Hal ini menunjukkan bahwa tidur menjadi

lebih singkat, sehingga menyebabkan berkurangnya kesegaran sesuai

bertambahnya usia5.

Gambar 2.5 Hubungan usia dengan waktu tidur4

10

Page 11: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

2.1.4 Kinerja Otak Saat Tertidur

Tidur menjadi waktu yang pasif dan tenang. Tidur dapat dianggap

sebagai satu siklus yang dinamis, yang merupakan terjadinya peralihan

antara tahapan-tahapan tersebut. Secara sederhana tahapan tidur dibagi

menjadi 2, yaitu tahapan Nonrapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye

Movement (REM). Tahap NREM selanjutnya dibedakan lagi dalam empat

fase, fase 1 sampai 4. Tahapan tidur akan berbeda pada tiap orang,

tergantung dari faktor internal (dalam tubuh) dan eksternal (lingkungan).

Tahapan tidur hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan EEG, karena

setiap fase memiliki gelombang EEG yang berbeda. Selain dengan EEG,

pemeriksaan fisiologi tidur juga dilakukan dengan elektrookulografi

(EOG) untuk memeriksa pergerakan bola mata11.

Tahapan NREM merupakan masa transisi dari bangun (sadar) ke

tidur, serta berkaitan dengan relaksasi otot dan aktivitas psikologis yang

minimal. Secara sederhana, fase 1 merupakan fase tidur ringan, mulai

terjadi perasaan mengambang (floating feeling), dan mudah untuk

dibangunkan. Fase 2 melebihi dari fase 1, tapi masih dapat dibangunkan.

Selanjutnya, fase 3 dan 4 masuk dalam fase tidur dan akan sulit untuk

dibangunkan. Selama satu jam pertama atau lebih dari tidur, otak

berkembang melalui serangkaian tahapan, yaitu ketika gelombang otak

melambat. Periode ini disertai dengan relaksasi otot-otot dan mata, denyut

jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh yang menurun12.

Setelah ke empat tahapan NREM dilewati, maka akan masuk ke

tahap REM. Pada tahap ini, akan sulit sekali dibangunkan, pada beberapa

orang, terkadang mereka merasakan ingin bangun, tapi badannya tidak

bisa digerakkan (terasa lumpuh). Ciri dan fase REM ini adalah pergerakan

bola mata yang cepat, tonus (kekuatan) otot sangat rendah kecuali otot

pernapasan, kadang ditemukan twitching (berkedut) pada otot, aktivitas

otak mulai mengalami perubahan yang signifikan12. Periode REM pertama

biasanya berlangsung 10-15 menit. Pada periode ini, mimpi mulai

berlangsung aktif. Bila seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM

berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya sewaktu

11

Page 12: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

orang menjadi semakin lebih nyenyak sepanjang malam, durasi tidur REM

juga semakin lama. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan

seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari

waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM

tanpa melalui fase 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan, pola berubah sehingga

persentasi total tidur REM berkurang sampai 40%. Hal ini sesuai dengan

kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang

didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada anak remaja dengan

distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM : (75%), yaitu fase 1: 5%, fase

2 : 45%, fase 3 : 12%, fase 4 : 13%, dan REM : 25 %11.

Selama setengah jam berikutnya atau lebih, dari gelombang lambat

untuk Rapid Eye Movement (REM) pada saat tidur, ditandai dengan

gelombang EEG neokorteks serupa yang diamati selama terbangun.

Aktivitas EEG pada saat terbangun seperti disertai dengan atonia, atau

kelumpuhan otot-otot tubuh. Hanya otot-otot yang memungkinkan

pernapasan dan kontrol gerakan mata tetap aktif. Selama tidur REM,

mimpi aktif berlangsung. Denyut jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh

menjadi jauh lebih bervariasi12.

2.2 Mimpi

2.2.1 Definisi Mimpi

Mimpi adalah sebuah ingatan yang keberadaannya tergantung

keadaan pada saat bangun tidur. Ingatan tersebut dapat mengalami sebuah

penurunan yang cepat apabila terjadi penundaan saat bangun sampai

dengan berakhirnya periode REM. Setelah berakhirnya periode REM,

tampak bahwa sebagian besar mimpi dilupakan. Mimpi pada saat malam

hari biasanya berhubungan dengan konflik emosional yang sama,

keterbatasan konflik. Mimpi juga dilaporkan melalui berbagai bentuk

gambar dan tema yang berulang-ulang dalam berbagai konteks. Fitur

fisiologis lain dari periode REM telah dipertimbangkan dan memiliki

beberapa relevansi untuk bermimpi. Salah satunya adalah kelumpuhan otot

yang bertujuan sebagai perlindungan di luar mimpi. Gerakan mata yang

12

Page 13: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

cepat menjadi ciri tahap tidur ini dan telah dianggap oleh beberapa peneliti

bahwa itu berasal dari mata yang mengikuti gambaran halusinasi dari

mimpi13. Isi dan tujuan mimpi tidak dipahami secara definitif, meskipun

mereka telah menjadi topik spekulasi ilmiah dan subjek kepentingan

filosofis dan religius sepanjang sejarah. Penelitian ilmiah mimpi disebut

oneirology. Para ilmuwan percaya bahwa lainnya, mamalia non-manusia,

serta burung, juga bermimpi14.

Mimpi biasanya terjadi pada REM, ketika aktivitas otak tinggi dan

menyerupai terjaga. REM sleep digambarkan oleh gerakan terus-menerus

dari mata saat tidur. Kadang-kadang, mimpi mungkin terjadi selama tahap

lain dari tidur. Namun, mimpi ini cenderung jauh kurang jelas atau

mengesankan15.

Mimpi dapat berlangsung selama beberapa detik, atau selama dua

puluh menit. Orang lebih cenderung untuk mengingat mimpi jika mereka

terbangun selama fase REM. Rata-rata orang memiliki 3-5 mimpi per

malam, tetapi beberapa dapat memiliki hingga tujuh mimpi dalam satu

malam. Mimpi cenderung bertahan lebih lama, selama delapan jam tidur

malam penuh, dua jam dihabiskan untuk bermimpi16.

Dalam mimpi, banyak aspek kesadaran primer yang meningkat

diantaranya arti perasaan pada seseorang yang menghasilkan persepsi

secara internal termasuk gerakan dalam ruang fiktif dan emosi yang kuat

terutama kecemasan, kegembiraan, dan kemarahan. Sebaliknya, banyak

aspek kesadaran sekunder yang melemah seperti penilaian kritis, reflek

kesadaran diri, orientasi, dan memori. Perubahan timbal balik dalam

fenomenologi berguna untuk mengasosiasikan mimpi yang dikenal dalam

keseimbangan neuromodulatory pada saat aktivitas kolinergik dan

dopaminergik meningkat, aminergic neuromodulation menurun17.

2.2.2 Fisiologi mimpi

Suatu perkiraan anatomi yang jelas tentang mimpi adalah harus ada

hubungan langsung dan konektivitas timbal balik antara korteks dan

pontine nuclei. Hal ini dikarenakan prediksi kortikal tentang oculomotor

proprioception yang harus diteruskan secara langsung ke pontine nuclei

13

Page 14: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

harus terbalas (dengan koneksi selanjutkan dapat menyampaikan prediksi

yang salah). Singkatnya, meskipun mereka terhubung secara langsung dari

pontine sistem ke geniculate lateral, mereka juga seharusnya terhubung

secara langsung ke bagian kortikal yang terlibat dalam penjabaran

gelombang PGO. Terdapat sebuah proyeksi koneksi dari pons ke korteks

yang faktanya telah didemonstrasikan dan sebuah jalur cortico-pontine

yang dapat disimpulkan dari pertunjukan yang menunjukan bahwa REM

slee adalah suatu hal yang ‘sederhana’ yang mengikuti lesi visual korteks3.

REM diaktifkan dan dinonaktifkan dengan mekanisme oscillatory

yang sederhana yang terletak di bagian paling bawah dari batang otak.

Bagian otak itu memiliki sedikit hubungan dengan kondisi psikis

(fungsinya hanya mengatur kadar terjaga). Mekanisme saat bermimpi

tidak dapat dikurangi dari aktivasi sederhana otak. Aktivasi tersebut hanya

memicu suatu proses yang rumit dari hubungan internal di otak18.

Ketika dalam kondisi elektrofisiologis, orang dapat

memprediksikan bahwa kejadian yang berhubungan dengan potensial

dapat diukur dengan electroencephalography (atau kejadian yang terkait

dengan magnetoencephalography) yang memiliki time locked untuk

pergerakkan saccadic mata saat bangun dan tidur yang ditimbulkan

dengan sistem yang sama namun dengan suatu perbedaan yang penting,

yaitu postsynaptic gain dari sel piramid superficial (atau secara umum sel

utama mengelaborasikan tipe hubungan maju) pada bagian lateral

geniculate body dan korteks visual primer yang seharusnya dapat

dikurangi. Dengan kata lain, sebuah perubahan lokasi pada synaptic gain

yang terbatas pada jalur visual awal yang seharusnya cukup untuk

menjelaskan penghantaran respon yang diamati secara empiris selama eye

movements saat tidur dan bangun3.

Penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa mimpi

memerlukan aktivasi bersama dari jaringan padat pada mekanisme otak

yang bertanggung pada perilaku insting, emosi, memori jangka panjang,

dan persepsi visual, dengan penonaktifan simultan dari mekanisme yang

bertanggung jawab untuk memantau dan aktifitas yang diarahkan pada

14

Page 15: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

tujuan. Tampaknya mekanisme insting dan emosi di dekat pusat otak

memulai proses ini, dan terwujud mimpi merupakan puncak dari proses

proyeksi mundur pada struktur persepsi bagian belakang otak18.

Prediksi elektrofisiologikal tentang sypnatic gain dapat diuji

menggunakan model kausal dinamis yang memperbolehkan untuk

perubahan kondisi yang spesifik (bangun dan tidur) pada postsynaptic gain

dari sel utama dalam sumber yang spesifik. Dalam konteks ini, sypnatic

gain dibentuk secara eksplisit seperti komponen kunci dari hubungan

intrinsik dalam sumber dari sinyal elektromagnetis. Prediksi disini adalah

pencapaian yang akan meningkat selama REM sleep dalam extrastriate

dan sumber kortisol lain yang bertanggung jawab pada generasi yang

mengorientasikan pergerakkan saccadic mata (oksipital lateral, parietal

dan bidang mata frontal) namun akan menurun secara selektif dalam

sumber-sumber yang terdiri dari jalur visual awal (inti geniculate lateral

dan korteks striate). Catatan yang baik tentang sistem PGO, dari sudut

pandang pemodelan kausal dinamis bahwa hal tersebut merupakan

karakteristik sistem yang baik yang sumber hipotesis kesalahan prediksi

proprioseptif mendorong geniculate dan respon oksipital dapat diukur

secara empiris dari eye movements3.

2.2.3. Macam-macam Bagian Otak yang Berperan dalam Bermimpi

Batang Otak (Brainstem)

Ketika kita sedang tidur, kita tidak bisa mengontrol tubuh kita,

karena pada saat itu kita menjadi lumpuh. Kelumpuhan ini disebabkan

oleh pelepasan glisin dan asam amino dari batang otak (brainstem) ke

motoneurons (neuron yang melakukan impuls keluar dari otak menuju

otot) yang mencegahnya mendapatkan rangsangan ketika kita bermimpi.

Kelumpuhan ini bisa menjadi cara alami untuk memastikan kita tidak

bertindak pada saat kita bermimpi19.

a. Sistem serotonergik

Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe

medial batang otak dan berproyeksi disebagian besar daerah otak,

15

Page 16: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

khususnya yang menuju radiks dorsalis medula spinalis dan menuju

hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat rasa sakit

dalam medulla spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang

lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang,

bahkan mungkin juga menyebabkan tidur20.

Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme

asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah trypthopan,

maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat dan akan

menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari trypthopan

terhambat pembentukannya, maka akan terjadi keadaan tidak bisa

tidur/jaga21.

b. Sistem Adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin

terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel

neuron pada lobus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau

hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan

aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang

jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga21.

Lobus Frontalis

Lobus frontalis merupakan bagian otak yang paling menarik dalam

kaitannya dengan kekurangan tidur. Fungsinya berkaitan dengan berbicara

dan berpikir kreatif. Manusia yang kekurangan tidur mengalami kesulitan

tes memikirkan kata-kata imajinatif, mereka malah menghasilkan kata-

kata yang repetitive. Individu yang kekurangan tidur juga kurang mampu

membuat pertanyaan yang baik, menggunakan kata-kata hinaan, gagap,

dan berbicara dalam suara yang monoton atau tempo yang lambat dari

biasanya. Subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian juga lambat

bereaksi terhadap perubahan yang terjadi tiba-tiba, tidak memiliki

kemampuan yang kreatif dalam membuat keputusan yang logis, dan juga

tidak mampu mengimplementasikannya. Penelitian yang lain pada subjek

yang kekurangan tidur menunjukkan adanya ketidakmampuan

16

Page 17: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

memfokuskan perhatian pada beberapa tugas secara simultan, sehingga

mengurangi kecepatan dan efisiensi kerja. Seseorang bisa saja mampu

bereaksi kompleks apabila secara tiba-tiba diberikan tes, tetapi serupa

dengan tes verbal, subjek akan memberikan solusi yang tidak orisinil

artinya jika diberikan situasi yang sama, subjek memilih memberikan

solusi yang serupa meskipun solusi tersebut tidak dapat diterapkan untuk

masalah yang baru22.

Berdasarkan beberapa fungsi, lobus frontalis dibagi menjadi tiga kategori

umum, yaitu23:

1. Motor

Cortex adalah area 4. Motor cortex berfungsi untuk gerakan voluntary.

2. Premotor

Premotor cortex termasuk area 6 dan 8. Pada manusia, area 6 diperluas

menjadi area broca (44). Premotor cortex berhubungan dengan cortek

motor primer dan penting untuk integrasi dan program-program

gerakan yang berurutan.

3. Prefrontal

Prefrontal terbagi atas tiga area, yaitu dorsolateral (area 9,46), lateral

frontopolar cortex (area 10), dan ventrolateral prefrontal cortex (47,

45, 44). Dalam prefrontal ini terdapat tiga sirkuit, yakni sirkuit

dorsolateral, sirkuit orbitofrontal, dan sirkuit cingulatum.

Hubungan antara Motor dan Premotor

Premotor bertugas untuk mempengaruhi gerakan, menerima

proyeksi, dan berhubungan dengan motor area untuk menggerakkan

anggota tubuh, menerima proyeksi untuk gerakan mata dan mengirimnya

pada area yang akan mengeksekusi kontrol gerakan mata23.

Hubungan dengan Prefrontal Area

Dorsolateral prefrontal cortex berfungsi untuk menerima input

utama dari posterior parietal area dan superior temporal sulcus. Area

lainnya berfungsi untuk menerima proyeksi dari lobus temporal dari area

17

Page 18: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

auditory dan visual. Teori dari lobus frontalis, pengaturan sementara dari

perilaku adalah fungsi utama dari lobus frontalis. Jika motor cortex

memfasilitasi mekanisme eksekusi dari individual movement, maka

premotor cortex memilih movement yang akan dieksekusi. Passingham

mengusulkan bahwa bagian premotor berfungsi untuk memilih perilaku

dalam merespon tanda dari eksternal dan suppelemtary motor cortex.

Passingham menyarankan bahwa area 8 dispesialisasikan untuk gerakan

terhadap stimulus langsung (stimulus-directed movement), dan area 8A

bertugas untuk gerakan yang distimulasi oleh drive internal (internally

driven movements). Motor cortex bertugas untuk membuat movement.

Premotor cortex bertugas untuk memilih movement. Maka prefrontal

cortex bertugas untuk mengontrol proses kognitif agar movement yang

tepat dapat dipilih di waktu yang tepat dan di tempat yang tepat.

Asymmetry of Frontal Lobe Function - Jika membahas fungsi asimetris

dari parietal dan temporal association cortex, dapat diperkirakan bahwa

frontal lobe juga berfungsi asimetris. Bersamaan dengan general

complementary organization dari hemisfer kiri dan kanan, maka lobus

frontal kiri memiliki peran yang penting terkait dengan bahasa. Sementara

lobus frontal kanan memiliki peran besar seperti ekspresi wajah23.

Bagian dari lobus frontalis, prefrontal cortex, memiliki beberapa

fungsi khusus, seperti judgment, control impuls, atensi dan asosiasi visual.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bagian ini biasanya merupakan

bagian otak yang paling aktif pada individu yang cukup istirahat, dan

menjadi lebih aktif pada waktu seseorang tetap terjaga dalam periode yang

lama. Bagian ini memperbaharui diri selama tahap-tahap pertama tidur,

yang membuat seseorang merasa segar setelah tertidur sebentar.

Panjangnya tahap pertama dalam siklus tidur tergantung dari berapa lama

sebelumnya orang tersebut terjaga. Makin panjang periode

terbangun/terjaga, makin lama otak berada dalam tahap pertama tidur.

Ketika otak memasuki tahap tidur REM , tahap di mana bermimpi terjadi,

prefrontal cortex aktif lagi22.

18

Page 19: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Sistem Limbik

Sistem limbik merupakan bagian otak yang berkaitan dengan

emosi dan instink. Dalam struktur hirarki otak, sistem limbik berada di

tengah, antara diensefalon (batang otak) dengan cerebrum. Sistem limbik

mempunyai fungsi pengendali emosi, perilaku instinktif, drives, motivasi,

dan perasaan. Baik korteks cerebri maupun sistem limbik, keduanya

mempunyai akses ke area motorik batang otak, sehingga memungkinkan

manusia belajar beradaptasi dan mengontrol perilaku instinktif mereka24.

Menurut Dictionary of Psychology, Drever (Adam & Victor,

1993), “Emotion is a complex state of the organism involving certain types

of bodily changes (mainly visceral and under control of the autonomic

nervous sistem) in association with a mental state of excitement or

perturbation and leading usually to an impulse to action or to certain

types of behavior”. Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman

bahwa emosi merupakan perasaan kompleks (menyenangkan atau tidak

menyenangkan) pada organisme, melibatkan perubahan aktivitas organ

tubuh terutama organ visceral, berada di bawah kontrol sistem saraf

otonom, yang mendorong munculnya respon atau perilaku tertentu25.

Komponen-komponen emosi diantaranya24 :

a. Stimulus (real atau khayalan).

b. Afek atau perasaan (feeling).

c. Perubahan aktivitas otonom organ visceral.

d. Dorongan aktivitas atau perilaku tertentu.

Emosi dasar seperti rasa senang, marah, takut, dan kasih sayang,

memiliki fungsi untuk mempertahankan hidup dan jenis suatu organisme

(manusia dan hewan). Sebagai contoh, bila seseorang melihat harimau

yang akan menyerang, maka akan timbul rasa takut sehingga orang

tersebut berlari atau mencari perlindungan untuk menyelamatkan diri24.

19

Page 20: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Gambar 2.6 Anatomi sistem limbik26

Bangunan utama sistem limbik25 :

1. Amigdala.

2. Septum (dinding).

3. Hipokampus.

4. Girus singulatus.

5. Thalamus anterior dan hipotalamus.

Bagian-bagian sistem limbik saling berhubungan secara kompleks

dan beberapa membentuk lingkaran, contoh yang terkenal adalah lingkaran

Papez. Menurut Papez, 1958 (dalam Mardiati, 1996), bagian otak yang

mengurus fungsi emosi adalah : hipokampus, amigdala, corpus mamillare,

nuclei anterior thalamus dan girus singulatus24.

20

Page 21: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Gambar 2.7 Bagian-bagian sistem limbik26

Fungsi spesifik bagian-bagian sistem limbik25 :

1. Hipotalamus

Merupakan pusat rasa ganjaran dan rasa hukuman. Perangsangan kuat

di nuclei anterior dan nuclei ventromedial hipotalamus menimbulkan

rasa senang, rasa puas, ketenangan (placidity), dan kejinakan

(tameness) pada binatang. Sementara perangsangan di zona

eriventrikuler hipotalamus menimbulkan rasa tidak senang, takut,

panik, dan rasa terhukum. Pada hewan kucing rangsangan listrik di

area tersebut membangkitkan pola perilaku ketakutan dan agresifitas.

2. Amigdala

Bagian sistem limbik yang apabila mendapat rangsangan dapat

menimbulkan respon agresifitas atau mengamuk, sementara

pengangkatan amigdala dapat menyebabkan respon pasif dan pemalu.

3. Hipokampus

Merupakan struktur sistem limbik yang menonjol dan berperan penting

dalam proses belajar dan memori, mencatat informasi, melakukan

penyimpanan awal memori jangka panjang, dan menguatkan kembali

informasi yang baru dipelajari. Kerusakan hipokampus bilateral dapat

menyebabkan amnesia anterograd.

4. Girus singulatus

Merupakan bagian sistem limbik yang berperan dalam pengaturan

perlaku sosial, seperti pengasuhan anak. Beberapa stimuli (seperti bau-

bauan, suara asing, senyum bayi) akan membangkitkan emosi dan

21

Page 22: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

respon tubuh (misal perasaan senang, respon motorik instinktual

seperti senyum, dan efek visceral sepeti debar jantung). Respon ini

diintegrasikan oleh sistem limbik, termasuk hipotalamus sebagai pintu

tempat keluaran utama. Jadi, sinyal untuk reaksi motorik senyum

dikirim ke pusat motorik batang otak, untuk efek motorik visceral

debar jantung ke pusat saraf otonom, dan untuk efek neurohormonal ke

sistem endokrin (kelenjar hipofisis). Perasaan diintegrasikan ke fungsi

otak luhur (korteks cerebri), sementara hipokampus terlibat dalam

proses belajar dan memori tentang stimulus-stimulus di atas.

22

Page 23: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

BAB III

PETA KONSEP

23

Aktifnya path way daerah dari sistem limbik (amygdala,

thalamus, hippocampus)

Mematikan neuron di sum sum tulang

belakang

Menuju ke korteks serebral (lapisan luar otak yang bertugas mengorganisir

informasi)

Terjadi kelumpuhan sementara

Memvisualisasikan informasi sebagai mimpi

Kita bisa bermimpi dengan tenang

FASE 1Tidur ringan

FASE 3 dan 4Sulit

dibangunkan

FASE 2Masuk fase lebih dalam,

tetapi masih bisa dibangunkan

Timbul sinyal dari pons

Non REM REM

TIDURCiri : pergerakan bola mata

yang cepat, tonus (kekuatan) otot sangat rendah kecuali otot pernapasan, aktifitas otak mulai mengalami perubahan, mimpi

mulai aktif.

Keluarnya Gelombang Theta dari Hippocampus

Page 24: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

BAB IV

PEMBAHASAN

Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap

rangsangan internal. Menurut Web Jurnal Online Sleepdex tidur terbagi menjadi 5

tahapan, yang pertama yaitu saat tahapan terjaga dalam keadaan tenang, mata

tertutup yang ditandai adanya gelombang alfa dengan beberapa gerakan mata dan

tonus otot yang tinggi, yang kedua yaitu fase 1 berkurangnya gelombang alfa dan

berganti menjadi gelombang teta. Gelombang teta tersebut adalah  gelombang

otak pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar

(subconsciaus mind). Theta muncul saat kita bermimpi dan saat terjadi REM

(rapid eye movement). Bila kita berhasil masuk ke kondisi theta, kita akan

mengalami kondisi meditatif yang sangat dalam gelombang alfa diganti menjadi

teta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan mudah. Pada fase ke- 2

yaitu pada tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun gel otak sleep spindles

atau gelombang beta dan gel K komplek pada gelombang EEG dan fase ini

berlangsung antara 20 sampai 40 menit. Pada fase ke- 3 terjadi peningkatan

gelombang delta dan gelombang delta akan mendominasi pada fase 4. Yang

terakhir yaitu fase REM, fase ini merupakan tidur dalam kondisi aktif yang

ditandai dengan mimpi yg bermacam-macam, otot-otot meregang, kecepatan

jantung dan pernafasan tidak teratur, perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak

teratur, gerakan mata cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat

syaraf-syaraf simpatetik bekerja. Pada saat REM, gelombang delta yang

sebelumnya mendominasi fase ke- 4 pada fase ini sudah tidak lagi mendominasi

akan tetapi tergantikan oleh gelombang lambat (theta) dan pada fase ini terjadi

peingkatan aliran darah pada pons, hipotalamus, thalamus, amigdala, dan basal

ganglia.

Otak bekerja sangat aktif dan metabolisme otak meningkat sampai 20%.

Pada fase tidur ini orang sangat sulit untuk dibangunkan atau bangun spontan.

Electrophysiologically belahan otak kanan juga menjadi sangat aktif selama REM,

sedangkan, sebaliknya, otak kiri menjadi lebih aktif selama N-REM.

24

Page 25: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

Menurut Hobson dan peneliti lainnya, Tidur REM dimulai dengan sinyal

dari pons. Pons mengirimkan sinyal yang mematikan neuron di sumsum tulang

belakang, menyebabkan kelumpuhan sementara otot tungkai. Jika ada sesuatu

mengganggu kelumpuhan ini, orang akan mulai fisik bertindak keluar mimpi-

langka, masalah berbahaya yang disebut gangguan perilaku tidur REM mereka.

Misalnya, seseorang bermimpi tentang pertandingan bisbol mungkin mengalami

furnitur atau sengaja menyerang orang yang sedang tidur di dekatnya ketika

mencoba untuk menangkap bola dalam mimpi.

Daerah di dasar otak yang aktif selama tidur REM. Setelah aktif path way

daerah dari sistem limbik yang terlibat emosi, sensasi, dan memory, termasuk

ketiga bagian limbik yaitu amigdala, hippocampus dan thalamus. selama REM,

hippocampus mulai menghasilkan gelombang lambat, aktivitas theta, Yang

berhubungan dengan potensiasi jangka panjang yang berhubungan dengan

pembelajaran dan memori. Agaknya, selama REM, tindakan hippocampus dan

amygdala sebagai reservoir dari yang berbagai gambar, emosi, kata-kata, dan ide-

ide yang ditarik dan dimasukkan ke dalam matriks aktivitas mimpi-suka tenunan

oleh belahan kanan. Hal ini mungkin hanya sebagai kemungkinan bahwa

hipokampus kanan dan amigdala berfungsi sebagai sumber bahan yang ditarik

selama melamun. dengan ketiga bagian limbik tersebut menjadi aktif yang relay

mereka menuju ke korteks serebral-lapisan luar otak yang bertanggung jawab

untuk belajar, berpikir dan mengorganisir informasi. (Heryati, E. Faizah N. 2008)

Secara keseluruhan, tampak bahwa amigdala, hipokampus, dan neokorteks dari

lobus frontalis sangat interactionally terlibat dalam produksi pengalaman

halusinasi. Agaknya, itu adalah neokorteks dari lobus frontalis yang bertindak

untuk menafsirkan persepsi. Memang, itu adalah kegiatan yang saling terkait dari

hippocampus, lobus temporal dan amygdala yang tidak hanya menghasilkan

kenangan dan halusinasi, namun mimpi. Bahkan, keterlibatan amygdalas dalam

semua aspek emosi dan fungsi seksual, termasuk kenangan terkait, produksi

ketakutan yang luar biasa serta fenomena mental aneh dan mimpi.

Kebanyakan individu atau sesorang, mengalami kesulitan mengingat

mimpi mereka. Hal ini mungkin tampak paradoks mengingat theta hippocampal

25

Page 26: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

sedang diproduksi. Namun, hal ini teta diselingi oleh tingginya tingkat aktivitas

desychronized, yang tidak kondusif untuk belajar. Dalam hal ini, aktivitas theta

dapat mewakili aktivitas bergema dari sirkuit neural terbentuk pada siang hari,

sehingga sisa kenangan waktu hari datang untuk dimasukkan ke dalam

mimpi. Sebaliknya, karena tingginya tingkat desychronization terjadi pada

hippocampus (seperti yang begitu sangat terangsang), meskipun memberikan

kontribusi gambar dan kenangan hari, tidak berpartisipasi dalam menyimpan

pengalaman-pengalaman mimpi ke memori. 

Mempertimbangkan hasil dari lobus frontalis, amygdala, dan stimulasi

listrik hippokampus pada daya ingat dan produksi halusinasi. Meskipun kenangan

pribadi sering diaktifkan pada intensitas rendah stimulasi, jika rangsangan cukup

intens, memori bukannya akan menjadi mimpi dan dihuni oleh halusinasi dan

kartun seperti karakter. Artinya, pada tingkat rendah kenangan stimulasi yang

dipicu tapi kenangan ini menjadi semakin mimpi seperti dengan tingginya tingkat

aktivitas. Selain itu, sekali ini stimulasi tingkat tinggi dihentikan, dan segera

menjadi verbal amnesic dan gagal untuk secara lisan mengingat telah memiliki

pengalaman-pengalaman. Namun, kenangan ini dapat kemudian mengingat jika

subyek disediakan dengan isyarat kontekstual tertentu. Hal yang sama dapat

terjadi sepanjang hari ketika sebuah fragmen percakapan, atau beberapa

pengalaman lain, tiba-tiba memicu penarikan kembali mimpi dari malam

sebelumnya yang telah dinyatakan telah benar-benar lupa. Mungkin itu

tampaknya sudah dilupakan karena hippocampus tidak berpartisipasi dalam

penyimpanan mereka dan dengan demikian tidak dapat membantu dalam temu

mereka.

Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa berbagai wilayah

hippocampus menunjukkan tingkat yang berbeda dari gairah saat tidur

paradoksal. Misalnya, tampak bahwa hippocampus posterior menjadi aktif selama

tidur paradoks dan menunjukkan aktivitas theta, sedangkan bagian anterior lebih

menjadi terhambat. Sebagai bagian anterior lebih terlibat dalam pembelajaran

baru (setidaknya pada manusia), sedangkan hippocampus posterior lebih peduli

dengan kenangan lama dan mapan, ini akan menunjukkan bahwa hippocampus

26

Page 27: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

posterior memberikan kontribusi kenangan sudah berdiri lebih tua atau isi mimpi -

yang menjelaskan mengapa theta, yang berhubungan dengan belajar dan memori,

juga dihasilkan selama mimpi yaitu, itu adalah mengulang kenangan berbagai

fragmentaris. Sebaliknya, penghambatan daerah anterior akan mencegah hal ini

menjadi bahan mimpi dari rememorized. 

27

Page 28: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

BAB IV

SIMPULAN

1. Lima tahapan yang terjadi ketika tidur, yaitu tahapan terjaga, fase 1 (NREM),

fase 2 (NREM), fase 3 (NREM), fase 4, dan fase REM.

2. Mimpi terjadi ketika seseorang yang tidur telah memasuki fase REM (Rapid

Eye Movement).

3. Fase REM merupakan tidur dalam kondisi aktif yang ditandai dengan mimpi

yg bermacam-macam, otot-otot meregang, kecepatan jantung dan pernafasan

tidak teratur, perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan

mata cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat, dan saraf-saraf

simpatetik bekerja.

4. Bagian otak yang mempunyai peran pada saat bermimpi yaitu terjadi pada

pons, sistem limbik, dan korteks serebral pada daerah frontalis.

5. Apabila terjadi gangguan pada neuron sumsum tulang belakang dan pons,

maka akan mengakibatkan terjadinya gerakan di luar kesadaran pada saat

bermimpi.

6. Fase tidur REM dimulai dengan sinyal dari pons, daerah di dasar otak yang

aktif selama tidur REM yang kemudian dalam perjalanannya akan berujung

pada korteks serebral-lapisan luar otak yang bertanggung jawab untuk

memori, belajar, dan mengorganisir informasi. Dengan demikian maka mimpi

dapat terjadi.

28

Page 29: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

DAFTAR PUSTAKA

1. Zhang J. 2004. Memory Process and the Function of Sleep. Journal of

Theoretic. Vol (6) 6. Available from: http://www.journaloftheoretics.com/.

Accesced on May 21, 2013.

2. Morrel MJ, et al. 2000. The Respiratory Response to Inspiratory Resistive

Loading During Rapid Eye Movement Sleep in Humans. Journal of

Physiology. Vol 256 (1). pp:195-202.

3. Hubson JA, Friston KJ. 2012. Waking and Dreaming Consciousness:

Neurobiological and Functional Considerations. Progress in Neurobiology.

Vol (98). pp:82-98.

4. Suzanne M, Steven G. 2009. Normal Sleep, Sleep Physiology, and Sleep

Deprivation. Available from: http://emedicine.medline.com. Accessed on

May 21, 2013

5. Sleepdex. 2009. Stages of Sleep. Available from: http://www.sleepdex.org.

Accessed on 22, 2013.

6. Keenan SA. 1992. Polysomnography Technical Aspect in Adolescent and

Adult. J Clin Neurophysiol; 9:21-31.

7. Pack Al, Kline LR, Hendricks JC, Morrison AR. 2008. Control of Respiratory

During Sleep. In : Fishman AP, ed. Pulmonary Diseases an Disorders. 4th ed.

Toronto: Mc Graw Hill; 95:1680-711.

8. Saey TH. 2009. Dying to Sleep: Getting too little sleep can impair body and

brain and could even be deadly. Availabe from:

http://www.emedicine.medsacpe.com. Accessed on May 22, 2013.

9. National Heart and Lung Institute. 2009. Sleep Studies. Available from:

http://www.nlbi.nih.gov. Accessed on May 23, 2013

10. Moore CA, Karacan I, Wieten RL. 1998. Basic Science of Sleep. In: Kaplan

HI, Sadock BJ, ed. Comprehensive Textbook of Psychiatry, 5th ed.

Baltimore; William & Wilkins, pp:86-92.

11. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Tidur Normal dan Gangguan Tidur.

Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. pp:210-217.

29

Page 30: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

12. Kibiuk LV, Baltimore. 2012. Brain Activity During Sleep. Available from:

http://www.brainfacts.org. Accessed on May 19, 2013.

13. Eiser, Alan. 2005. Physiology and Psychology of Dreams. Seminars in

Neurologi. Vol 25 (1). pp: 100-101.

14. Suzanne, Wright. 2012. What's Causing Those Freaky Dreams?. Available

from: Webmd.com. Accessed on May 27, 2013.

15.  Ann, Lee. 2005. HowStuffWorks “Dreams and REM Sleep”. Available from:

Science.howstuffworks.com. Accessed on May 27, 2013.

16. Ann, Lee. 2005. HowStuffWorks "Dreams: Stages of Sleep".

Science.howstuffworks.com. Accessed on May 27, 2013.

17. Schredl M. 2010. Dreaming and Waking: Phenomenological and Biological

Differences. International Journal of Dream Research. Vol 3 (1). pp: 46-47.

18. Solms, Mark. 2000. Freudian Dream Theory Today. The Psychologist, Vol

13 (12). pp:618-619.

19. Atmadja B. Fisiologi Tidur. Bag: SMF. Bedah Saraf Fakultas Kedokteran

Unpad/RS. Hasan Sadikin Bandung.

20. Guyton, AC. Hall, JE. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of

medical physiology). 9th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. pp:

831-833.

21. Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah

Universitas Sumatera Utara. Available from: http://library.usu.ac.id/.

Accessed on May 19, 2013.

22. Garliah, Lili. 2009. Pengaruh Tidur Bagi Perilaku Manusia. Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan. Available from:

http://repository.usu.ac.id. Accessed on May 21, 2013.

23. Kolb, Bryan, Whishaw, Ian G. 1996. Fundamentals of Human

Neuropsychology. 4th ed. New York: W. H. Freeman and Company.

24. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih

bahasa: dr. Braham U. Pendit. EGC. pp: 126-127.

30

Page 31: Mekanisme Kerja Otak Saat Bermimpi

25. Heryati, Faizah. 2008. Diktat Kuliah Psikologi Faal. Fakultas ilmu

pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

26. Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier,

Philadelpia. pp:732.

31