Media Hidroponik

20
IV. MEDIA HIDROPONIK A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik adalah salah satu cara penanaman atau menumbuhkan tanaman. Tanaman yang umumnya dibudidayakan dengan cara hidroponik adalah tanaman sayur- sayuran, tanaman hias dan beberapa jenis dari tanaman buah-buahan. Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Faktanya hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol. Adanya pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis sistem) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama. Nama : Cicilia Epriliana W. NIM : H0712050 Kelompok : 4 Co Ass : Titis

description

Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (hara) dalam media tanam yang dibutuhkan selalu tercukupi. Fungsi dari tanah (media tanam) adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanaman.

Transcript of Media Hidroponik

Page 1: Media Hidroponik

IV. MEDIA HIDROPONIK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik adalah salah

satu cara penanaman atau menumbuhkan tanaman. Tanaman yang

umumnya dibudidayakan dengan cara hidroponik adalah tanaman sayur-

sayuran, tanaman hias dan beberapa jenis dari tanaman buah-buahan.

Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik, dalam dunia

pertanian bukan merupakan hal yang baru. Faktanya hingga kini masih

banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara

melakukan dan apa keuntungannya.

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan

yang lebih terkontrol. Adanya pengembangan teknologi, kombinasi sistem

hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida

secara nyata lebih efisien (minimalis sistem) dibandingkan dengan kultur

tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem

hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas

dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas

yang sama.

Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh

dengan baik apabila nutrisi (hara) dalam media tanam yang dibutuhkan

selalu tercukupi. Fungsi dari tanah (media tanam) adalah untuk penyangga

tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk

kemudian bisa diserap tanamanan. Pola pikir inilah yang akhirnya

melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan

adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara) pada media tanam. Berdasarkan 

hal tersebut,  pentingnya  praktikum acara IV Media Hidroponik ini yaitu

mengenai  media hidroponik adalah mengetahui media tanam yang  sesuai 

Nama : Cicilia Epriliana W.NIM : H0712050Kelompok : 4Co Ass : Titis Wulandari

Page 2: Media Hidroponik

untuk budidaya hidroponik agar dapat  meningkatkan  pertumbuhan  dan 

hasil  tanaman.

Page 3: Media Hidroponik

2. Tujuan

Tujuan praktikum acara Media Hidroponik adalah sebagai berikut:

a. Mengenal jenis dan karakteristik dari tiap-tiap jenis bahan substrat yang

biasa digunakan dalam sistem hidroponik.

b. Menyiapkan bahan dasar substrat untuk membuat substrat hidroponik.

c. Mengukur kapasitas dasar substart untuk membuat substrat hidroponik

d. Membuat komposisi substrat-substrat hidroponik yang dapat

diaplikasikan untuk budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik

substrat.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Nutrisi Hidroponik dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 20 Oktober 2014 pukul 09.00-11.00 WIB bertempat di Rumah

Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

Pasir Malang adalah pasir yang berasal dari lava gunung berapi. Sifat

pasir Malang yang memiliki rongga-rongga halus membuat pasir Malang

menjadi ringan dan sangat porous. Sifatnya mudah basah tetapi mudah kering.

Pasir Malang yang paling baik, umumnya yang bertekstur halus dan seragam.

Pasir Malang sebelum digunakan, sebaiknya disaring menggunakan saringan

kawat untuk mendapatkan pasir Malang yang seragam. Penggunaan pasir

Malang sebaiknya menghindari yang berukuran besar dan bertekstur sangat

kasar. Ukuran pasir yang besar dan bertekstur kasar relatif lebih sulit untuk

mengaturnya di dalam pot, pasir Malang kasar juga beresiko melukai akar

dan batang tanaman, sehingga bisa menyebabkan kebusukan. Pasir Malang

yang besar dan kasar juga kurang indah dipandang mata. Kelemahan lain dari

penggunaan pasir Malang adalah sangat miskin unsur hara, sehingga

pemupukan teratur menjadi suatu keharusan, untuk mencegah tanaman

kekurangan unsur hara (Purwanto 2007).

Sifat media pakis adalah ringan, sangat porous dan mampu menahan air

dengan baik. Bila disiram air, kondisi media pakis akan mampu

mempertahankan kelembaban tetapi tidak jenuh air. Porousitas yang baik akan

Page 4: Media Hidroponik

mampu memberikan susunan udara (aerasi) yang baik. Aerasi sangat

dipengaruhi oleh susunan pori makro pada media. Media pakis, karena tersusun

dari serat-serat kayu yang kasar maka susunan pori makronya sangat baik.

Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan

sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang

baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.

Kelemahan akar pakis sebagai media tanam adalah miskin unsur hara

sehingga perlu dicampur dengan media lain (Agromedia 2007).

Kelembaban dan aerasi yang baik dari suatu media sangat diperlukan

untuk pertumbuhan akar yang maksimal karena efektifitas pemupukan atau

pemberian larutan nutrisi dipengaruhi oleh media tanam. Terganggunya

respirasi akar dapat menyebabkan akar tidak berkembang dengan baik

sehingga akar kurang mampu menyerap unsur hara yang diberikan. Kurangnya

oksigen di sekitar perakaran tanaman dapat mengurangi kemampuan akar

dalam menyerap air dan mineral dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan

tanaman serta dapat menyebabkan terjadinya akumulasi racun (Morgan 2006).

Menurut Susilo dan Kourniawati (2008), terendamnya akar tanaman

dalam larutan hara akan mengakibatkan rendahnya kadar oksigen di daerah

perakaran. Gangguan akar sebagai akibat kekurangan oksigen adalah

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tidak sempurna serta

menurunnya hasil panen. Media tanam arang sekam merupakan media tanaman

yang ideal dalam hidroponik, hal ini dikarenakan sifat dari arang sekam yang

porous dan mampu menyimpan air dengan baik. Arang sekam merupakan

media organik yang banyak mengandung kalium dan carbon  yang berguna

bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media tanam sangat

menentukan kemampuannya dalam menyerap air sehingga media yang tidak

mampu menyerap air perlu penyiraman yang berulang-ulang agar memberikan

kelembaban media yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(Siswadi dan Teguh Yuwono 2013).

Sistem hidroponik dikembangkan dengan berbagai jenis substrat untuk

menggantikan fungsi tanah, contoh substrat tersebut adalah perlit, vermikulit,

Page 5: Media Hidroponik

polyester, coco coir, dan rockwool. Rockwool disini yang sering digunakan

karena sifatnya yang anorganik, steril, inert, dan kapasitas tahan airnya tinggi

dan ringan. Sifat fisik rockwool yang kapasitas menahan air yang tinggi, maka

konsentrasi oksigen dalam rockwool dapat menjadi penting dan mempengaruhi

tumbuhnya tanaman. Keseimbangan frekuensi penyiraman dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan air tanaman dan penambahan oksigen. Substrat yang

selalu jenuh dengan larutan nutrisi dan jenuh terhadap kandungan udara, maka

air akan segera habis oleh respirasi akar, yang dapat menyebabkan hipoksia

(Morard et al 2007).

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum acara Media Hidroponik

adalah sebagai berikut:

a. Tungku pembakar sekam

b. Pisau

c. Gunting

d. Saringan

e. Timbangan

f. Ember

g. Polibag

h. Gelas takar

i. Alat tulis

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara Media Hidroponik

adalah sebagai berikut:

a. Sekam padi

b. Batang pakis

c. Pasir malang

d. Pasir merapi

e. Air

Page 6: Media Hidroponik

3. Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum acara Media Hidroponik adalah

sebagai berikut:

a. Membuat arang sekam:

1) Menyiapkan alat tungku pembakar sekam padi, kemudian

mengisinya dengan sekam padi. Mengusahakan agar sekam padi

berada pada posisi di sekeliling saringan.

2) Menaruh sumber api dibagian dalam saringan menggunakan

kayu/bamboo yang dibakar.

3) Menunggu beberapa saat agar sekam mulai terbakar, kemudian

membolak-balikan perlahan-lahan agar sekam yang terbakar tidak

sampai berubah menjadi abu.

4) Jika sebagian sekam sudah berwarna hitam, segera memercikan air

pada sekam yang sedang terbakar, sehingga proses pembakaran

berhenti.

5) Menumpahkan isi tungku pembakaran dan untuk meyakinkan bahwa

proses pembakaran berhenti, memercikan air ke dalam tumpukan

sekam bakar, kemudian diangin keringkan.

b. Menyiapkan pakis cacah

1) Merendam batang pakis hingga batang tersebut menjadi relatif lunak

(supaya tidak ulet).

2) Memotong batang pakis menggunakan pisau besar atau gunting

dengan ukuran 1-1,5cm.

3) Meniriskan batang pakis yang sudah dicacah /dipotong-potong atau

mengeringkannya.

4) Menyimpan pakis cacah dalam karung atau siap dicampurkan

dengan substrat lainnya untuk membuat komposisi substrat

hidroponik.

c. Menyiapkan pasir malang/pasir agregat

Page 7: Media Hidroponik

1) Pasir yang digunakan sebagai substrat hidroponik berukuran agregat,

yaitu 3-8mm.

2) Menggunakan saringan ganda untuk mendapatkan pasir berukuran

agregat, mata saring yang lebih kecil (5mm) disusun dibagian

bawah.

3) Menyaring pasir dan mengumpulkan pasir yang terperangkap

dibagian tengah / diantara kedua saringan, yang merupakan pasir

dengan ukuran yang kita kehendaki.

4) Mencuci pasir dengan cara merendamnya dengan air, kemudian

meniriskan dan menjemurnya.

d. Membuat komposisi substrat dengan perbandingan berdasarakan

volume sebagai berikut:

1) Komposisi A = arang sekam

2) Komposisi B = pasir malang

3) Komposisi C = pakis cacah

4) Komposisi D = arang sekam : pasir malang (1:1)

5) Komposisi E = arang sekam : pakis cacah (1:1)

6) Komposisi F = pakis cacah : pasir malang (1:1)

e. Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan substrat dan

pada beberapa komposisi substrat hidroponik, dengan cara sebagai

berikut:

1) Mengisi polibag dengan substrat sebanyak 1L, kemudian

menimbang (B1).

2) Menuangkan air sebanyak 1L (V1) ke dalam polibag yang telah

berisi substrat, menunggu selama 30 menit agar air membasahi

seluruh bagian substrat.

3) Membuat lubang pada bagian bawah polibag (bisa menggunakan

paku atau lidi) sehingga air dapat menetes namun substrat tidak ikut

keluar.

Page 8: Media Hidroponik

4) Menampung air yang menetes dan menunggu hingga beberapa lama

sampai air tidak menetes lagi, kemudian mengukur volume air yang

menetes (V2).

5) Menimbang kembali polibag berisi substrat setelah dibasahi (B2).

f. Menghitung jumlah air yang dapat tertahan dalam substart, dengan

melengkapi table berikut:

Jenis bahan substrat/komposisi

substrat

Volume air yang

menetes (ml)

Berat substrat basah (gram)

V1-V2 (ml)

B2-B1 (gram)

Komposisi AKomposisi BKomposisi CKomposisi DKomposisi E

Sumber: Panduan Praktikum

Page 9: Media Hidroponik

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Data Rekapan Kapasitas Menahan Air pada Berbagai Jenis Substrat

Shift Kel. Jenis Bahan Substrat/

Komponen Substrat

Volume Air yang

Menetes (mL)

Berat Substrat

Basah (gr)

V1-V2 (mL)

B2-B1 (gr)

Senin 1 Komposisi A 420 759 580 5592 Komposisi C 700 459 300 2593 Komposisi B 880 320 120 1204 Komposisi D 600 584 400 3845 Komposisi E 450 684 550 484

Selasa 6 Komposisi A 505 627 495 4277 Komposisi B 920 286 80 868 Komposisi C 750 441 250 2419 Komposisi D 630 496 370 29610 Komposisi E 610 569 390 36911 Komposisi F 850 334 150 134

Rabu 12 Komposisi A 540 687 460 48713 Komposisi B 840 298 160 9814 Komposisi C 680 541 320 34115 Komposisi D 650 443 350 24316 Komposisi E 690 577 310 37717 Komposisi F 750 446 250 246

Kamis 18 Komposisi A 550 683 450 48319 Komposisi B 850 289 150 8920 Komposisi C 700 456 300 25621 Komposisi D 660 539 340 33922 Komposisi E 530 650 470 45023 Komposisi F 830 377 170 377

Jumat 24 Komposisi A 440 748 560 54825 Komposisi B 920 318 80 11826 Komposisi C 800 504 200 30427 Komposisi D 700 485 300 28528 Komposisi E 800 360 200 16029 Komposisi F 870 362 130 162

Sumber: Data rekapan

Keterangan:

Komposisi A: Arang sekam Komposisi D: Sekam+Pasir malang

Komposisi B: Pasir malang Komposisi E: Sekam+Pakis cacah

Komposisi C: Pakis cacah Komposisi F: Pakis cacah+Pasir malang

Page 10: Media Hidroponik

2. Pembahasan

Sistem budidaya secara hidroponik merupakan salah satu solusi

untuk mengatasi semakin sempitnya lahan untuk bercocok tanam secara

konvensional. Hidroponik substrat menggunakan media padat (selain tanah)

yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air dan oksigen serta

mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Penggunaan media

tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yangditanam. Secara

umum media tanam yang digunakan haruslah memenuhi syarat sebagai

media tumbuh yang baik seperti mempunyai sifat yang ringan, murah,

mudah didapat, gembur dan subur, sehingga memungkinkan pertumbuhan

bibit yang optimum (Wijayani et al. 2008).

Macam-macam media tanam yang digunakan pada teknologi

hidroponik antara lain adalah kerikil, arang sekam, arang bakar, pasir, sabut

kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu dan

busa. Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat,

ringan, sudah steril dan mempunyai porositas yang baik. Sekam bakar

memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media

tanam menjadi gembur. Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran,

yang umum tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja serta

cenderung mudah lapuk sehingga kandungan hara menjadi tidak konstan

dan hanya dapat digunakan dua kali (Haryoto 2009).

Media tanam hidroponik substrat dapat berasal dari media anorganik

maupun organik. Media tanam anorganik adalah media tanam yang

sebagian besar komponennya berasal dari benda-benda mati, tidak

menyediakan nutrisi bagi tanaman, mempunyai pori-pori makro yang

seimbang, sehingga aerasi cukup baik, dan tidak mengalami pelapukan

dalam jangka pendek. Jenis media tanam anorganik yaitu pasir, kerikil

alam, kerikil sintetik, batu kali, batu apung, pecahan bata/genting, perlit,

zeolit, spons, dan serabut batuan (rockwool). Media  arang  sekam 

Page 11: Media Hidroponik

mempunyai sifat mudah mengikat air dan tidak mudah lapuk, tidak cepat

menggumpal sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna.

Media tanam yang termasuk dalam kategori media organik

umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian

dari tanaman seperti seresah daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu.

Penggunaan media organik sebagai media tanam jauh lebih unggul

dibandingkan dengan media anorganik. Hal itu dikarenakan media organik

memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga

sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air

yang tinggi.

Media tanam organik dapat berasal dari seresah tanaman yang

biasanya dianggap sebagai limbah. Seresah tanaman akasia dan bambu

dapat dimanfaatkan untuk media tanam, terutama sebagai alternatif yang

memadai untuk media tanam bersifat ramah lingkungan. Seresah daun

akasia dan daun bambu yang di alam menjadi masalah karena seresah daun

tersebut tidak mudah terdekomposisi, sehingga akan menghambat siklus

hara yang terjadi di bawah tegakan pohon akasia dan bambu. Selain itu, juga

mencegah terjadinya penumpukan seresah yang berlebih.

Media tanam yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah arang

sekam, pakis cacah, dan pasir malang serta beberapa kombinasi diantara

ketiga media tersebut. Kombinasi media tersebut antara lain: Komposisi D

(sekam+pasir malang), Komposisi E (sekam+pakis cacah) dan Komposisi F

(pakis cacah+pasir malang). Maksud dari perlakuan dari beberapa media

adalah mengetahui kapasitas menahan air pada berbagai jenis substrat. Hasil

dari beberapa uji coba pada tiap kelompok praktikum dapat diketahui

bahwa volume air yang menetes paling sedikit terdapat pada perlakuan

arang sekam, hal ini terlihat pada setiap shift perlakuan arang sekam

menunjukkan volume air menetes paling sedikit dibanding media lainnya.

Perlakuan kombinasi menggunakan komposisi arang sekam+pakis cacah

dapat menghasilkan volume air yang menetes lebih kecil dibanding

komposisi lainnya. Tidak semua shift menghasilkan data yang sama, pada

Page 12: Media Hidroponik

shift hari rabu dan jumat komposisi D memiliki volume air yang menetes

lebih besar dibanding komposisi E. Berdasarkan hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa media hidroponik yang mengandung arang sekam dan

pakis memiliki kapasitas menahan air yang baik karena sesuai dengan hasil

pratikum volume air menetes pada arang sekam lebih kecil dibanding media

lainnya. Kedua media tersebut mampu mempertahankan kelembaban tetapi

tidak jenuh air. Porositas yang baik akan mampu memberikan susunan

aerasi yang baik. Kedua media tersebut memiliki pori makronya sangat

baik. Karakteristik tersebut membuat arang sekam dan pakis cacah mudah

mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak

sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman. Media pasir yang sebenarnya

juga bersifat porous namun kapasitas menahan airnya masih kurang baik

dibanding pakis cacah dan arang sekam. Media yang dianjurkan untuk

mendukung pertumbuhan tanaman adalah arang sekam dan pakis cacah.

Page 13: Media Hidroponik

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan acara media

hidroponik dapat disimpulkan bahwa:

a. Media tanam yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tanah pada

teknik budidaya tanaman dengan hidroponik antara lain adalah arang

sekam, arang bakar, pakis, pasir, spons, kerikil, sabut kelapa, sabut kayu

dan lain-lain.

b. Setiap bahan yang dapat dijadikan sebagai media hidroponik memiliki

karakteristik, kelebihan serta kelemahan masing-masing.

c. Syarat bahan yang dapat dijadikan sebagai media tanam hidroponik yaitu

bahan harus bersifat porous, memiliki aerasi dan draenase yang baik,

murah, ringan, tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit dan

mudah didapat.

d. Bahan substrat yang digunakan dalam praktikum yaitu arang sekam,

pakis cacah dan pasir malang.

e. Arang sekam dan pakis cacah mudah mengikat air, memiliki aerasi dan

drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh

akar tanaman, media yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai

media tanam budidaya sayuran

2. Saran

Pengujian media hidroponik sebaiknya menggunakan bahan-bahan

yang berkualitas agar mendapatkan data atau hasil pengamatan yang sesuai

dengan sumber informasi dan literatur yang valid. Selain itu, praktikan juga

harus dengan cermat dalam mengikuti cara kerja praktikum yang diberikan

coass agar hasil pengujian benar dan dapat dijelaskan latar belakangnya.

Page 14: Media Hidroponik

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia 2007. Agar Daun Anthurium Tampil Menawan. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Haryoto 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik. Yogyakarta: Kanius.

Morard, P lacoste, L Silvestre 2007. Effect of oxygen deficiency on uptake of water and mineral nu trien ts by tomato plants in soilless culture. Jurnal Plant Nutr. 2: 1063 -1078.

Morgan L 2006. Are Your Plants Soffocatting? The Importance of Oxygen in Hydroponics. The Gowing Edge. 12 (6): 50-54.

Purwanto A W 2007. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak Bunga. Yogyakarta: Kanisius.

Siswadi, Teguh Yuwono 2013. Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai Media Tanam Secara Hidroponik. Jurnal Innofarm. 2 (1): 44-50.

Susilo A D, Koesniawati 2008. Pengaruh Volume dan Jenis Media Tanam pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa) dalam Teknologi Hidroponik Sistem Terapung. Buletin Agron. 32 (3): 16-21.

Wijayani A, D Muljanto, Soenoeadji 2008. Pemberian Nitrogen pada Berbagai Macam Media Tumbuh Hidroponik : Pengaruhnya terhadap Kuantitas dan Kualitas Buah Paprika (Capsicum annuum var. Grossum). Jurnal Ilmu Pertanian. 6 (2): 8-13.