maternitas - antepartum

download maternitas - antepartum

of 28

description

askep antepartum

Transcript of maternitas - antepartum

3

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGPerdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester terakhir dari kehamilan yang sering terjadi pada ibu mengandung. Salah satu penyebabnya adalah abortus. Sebabsebab dari perdarahan adalah perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta) dan perdarahan postpartum (retensio plasenta, antonia uteri, trauma kelahiran), selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik, kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5 dari seluruh kelahiran dari kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab terbanyak.Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu sedangkan solusio plasenta kejadiannya sangat bervariasi dari 75 sampai 830 persalinan dan merupakan penyebab dari 20-35% kematian perinatal walaupun angka kematiannya cenderung menurun pada akhir-akhir ini tapi morbilitas perinatal masih cukup tinggi, termasuk gangguan neurologis.Pada tahun pertama kehidupan, solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadianya tercacat sebesar 1 diantaranya 8 kehamilan.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa definisi dari solusio plasenta dan plasenta previa?2. Apa saja etiologi dari solusio plasenta dan plasenta previa ?3. Apa klasifikasi dari solusio plasenta dan plasenta previa ?4. Apa saja tanda dan gejala solusio plasenta dan plasenta previa ?5. Bagaimana patofisiologi solusio plasenta dan plasenta previa ?6. Bagaimana pathway dari solusio plasenta dan plasenta previa ?7. Bagaimana penatalaksanaan dari solusio plasenta dan plasenta previa?8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari solusio plasenta dan plasenta previa ?

C. TUJUAN1. Untuk mengetahui definisi dari solusio plasenta dan plasenta previa2. Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta dan plasenta previa3. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta dan plasenta previa4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari solusio plasenta dan plasenta previa5. Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta dan plasenta previa6. Untuk mengetahui pathway dari solusio plasenta dan plasenta previa7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari solusio plasenta dan plasenta previa8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari solusio plasenta dan plasenta previa

BAB IIPLACENTA PREVIA

D. KONSEP TEORI PLACENTA PREVIA1. Definisi Placenta PreviaPerdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan. Sebab-sebab perdarahan pada hamil muda :a. Abortusb. Kehamilan ektopikc. Molahidatidosa.Sebab-sebab perdarahan pada hamil tua atau triwulan terakhir :a. Solusio placentab. Placenta previa.Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.Perdarahan pada kehamilan selain oleh sebab-sebab tersebut diatas juga dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena terjatuh karena coitus atau varises yang pecah dan oleh kelainan servik seperti carcinoma, erosion, dan polyp.

2. Etiologi Placenta PreviaPlasenta previa kejadiannya meningkat pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya paskurasisasi. Keadaan ini dapat ditemukan pada :a. Multipara, terutama jarak kehamilannya pendekb. Miomauteric. Curettage yang berulang-ulang.Keadaan endometrium yang baik, menyebabkan plasenta harustumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya, mendekati atau menutup ostium internum.Memang pada plasenta previa kita sering mendapati plasenta yang luas dan tipis dan lebih sering terjadi plasenta akreta. Mungkin juga plasenta previa disebabkan implantasi telur yang rendah.

3. Klasifikasi Placenta Previaa. Plasenta previa totalis: seluruh ostium internum tertutup oleh plasentab. Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasentac. Plasenta previa marginal: hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan pada plasentad. Plasenta letak rendah: implantasi plasenta pada segmen bawah uterus hingga letak tepi plasenta sangat dekat dengan ostium internum serviks.Gambar 1. Klasifikasi placenta previa4. Manifestasi Klinis Placenta Previaa. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyerib. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggulc. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateralis dan marginalis, sedangkan plasenta letak rendah, robeknya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.

5. Patofisiologi Placenta PreviaPerdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis, umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi pada plasenta letak normal.

6. Komplikasi Placenta PreviaMenurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut:a. Pada ibu dapat terjadi:1) Perdarahan hingga syok akibat perdarahan2) Anemia karena perdarahan3) Plasentitis4) Endometritis pasca persalinan

b. Pada janin dapat terjadi :1) Persalinan premature2) Asfiksia berat.

7. Pencegahan Placenta PreviaTidak ada cara untuk mencegah plasenta previa karena penyebab pasti dari plasenta previa belum ditemukan. Yang harus dilakukan adalah mencoba menghindari faktor risiko seperti merokok.

8. Penatalaksaan Placenta Previaa. Penatalaksanaan MedisEpisode pendarahan signifikan yang pertama biasanya terjadi di rumahpasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harusdirawat di rumah sakit dan tidakdilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangatberat. Di rumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dan dilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi. Dilakukan palpasi abdomenuntuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi, dan posisinya.Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis. Penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada perdarahan dan umurkehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untukmelahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jikaperdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umurkehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang, ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu; kemudian pilihan melahirkan bergantung pada apakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yang memiliki derajatplasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau dengan induksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayorditangani dengan sectio caesarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien atau dokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karenaperdarahan berat dapat terjadi setiap saat.b. Penatalaksanaan KeperawatanSebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total denganmenghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral,pantau tekanandarah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untukmendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ danpergerakan janin. Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darahbila tidak teratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan. Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran berat janin kurang dari 2500 g, maka :1) Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sisa kehamilan37 minggu, lalu lakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3 hari.2) Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestasi 37minggu atau lebih, taksiran beratjanin 2500 g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasentaprevia lakukan persalinan perabdominal, bila bukan usahakan partus pervaginam.E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PLACENTA PREVIA1. Pengkajian Keperawatana. Identitas umumb. Riwayat kesehatanc. Riwayat kesehatan dahulu1) Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat seperti sectio caesaria curettage yang berulang-ulang.2) Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi, DM, hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.3) Kemungkinan klien pernah mengalami abortusd. Riwayat kesehatan sekarang1) Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan2) Perdarahan tanpa rasa nyeri3) Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.e. Riwakat kesehatan keluarga1) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya2) Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini3) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.4) Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi, DM, hemofilia dan penyakit menular.f. Riwayat obstetrig. Riwayat haid/menstruasi1) Menarche: 12 th2) Siklus: 28 hari3) Lamanya: 7 hari4) Baunya: amis5) Keluhan pada haid: tidak ada keluhan nyeri haidh. Riwayat kehamilan dan persalinan1) Multigravida2) Kemungkinan abortus3) Kemungkinan pernah melakukan curettagei. Riwayat nifas1) Lochea Rubra2) Baunya amis atau tidak3) Jumlah banyak atau tidak, biasanya 2 kali ganti duk besar4) Tentang laktasi5) Colostrum ada atau tidakj. Pemeriksaan tanda-tanda vital1) Suhu tubuh: suhu akan meningkat jika terjadi infeksi2) Tekanan darah: akan menurun jika ditemui adanya tanda syok3) Pernapasan: nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi4) Nadi: nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shokk. Pemeriksaan fisik1) Kepala seperti warna, keadaan, dan kebersihan2) Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.3) Mata, biasanya konjugtiva anemis4) Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal5) Abdomena) Inspeksi : terdapat strie gravidarumb) Palpasi :(1) Leopoid I: janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah(2) Leopoid II: sering dijumpai kesalahan letak(3) Leopoid III: bagian terbawah janin belum turun, letak kepala biasanya masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.(4) Leopoid IV: kepala janin belum masuk pintu atas panggulc) Perkusi: reflek lutut +/+d) Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat/lambat, normal 120-1606) Genetalia, biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda7) Ekstremitas, kemungkinan udema atau varises. Kemungkinan akral dingin.l. Pemeriksaan penunjangData laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14 gr%) leukosit meningkat (normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu 500 ribu).m. Data sosial ekonomiPlacenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada golongan menengah ke bawah, hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.

2. Diagnosa Keperawatana. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perdarahan hebat akibat placenta previab. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan anemia dan perdarahan akibat placenta previac. Resiko tinggi cedera (janin) yang berhubungan dengan penurunan perfusi uterin/placenta akibat perdarahan.

3. Intervensi Keperawatana. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perdarahan hebat akibat placenta previaTujuan: perdarahan terhenti dan nilai curah jantung kembali normalKriteria hasil: Volume darah intravascular dan curah jantung dipertahankan, dibuktikan oleh nadi normal, tekanan darah, nilai hemodinamik dan laboratorium normal.Intervensi :No.IntervensiRasional

1.Kaji dan catat tanda vital, tekanan darah, LOC, CVP/PAWP, perfusi perifer, masukan dan haluaran, dan jumlah perdarahan.Pengkajian akurat status hemodinamik merupakan dasar perencanaan dan evaluasi intervensi.

2.Bantu pemberi perawatan kesehatan atau memulai terapi cairan IV dan/atau terapi penggantian darah sesuai program: member medikasi sesuai program pemberi perawatan kesehatan.Perbaikan volume vascular memerlukan terapi IV dan intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi lanjut, seperti infeksi, gangguan pada janin, dan gangguan pada system organ vital ibu.

b. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan anemia dan perdarahan akibat placenta previa.Tujuan: bebas dari tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil: Klien akan tetap aman, secara fisiologis dibuktikan oleh tidak adan infeksi dan nilai laboratorium kembali normal.Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Kaji dan dokumentasikan tanda vital, tekanan darah, nyeri tekan pada uterus, perubahan bau rabas vagina.Pengkajian akurat perubahan samar pada status klien dapat mendeteksi tanda dini infeksi. Pada kasus placenta previa, jaringan placenta terpajan, meningkatkan resiko infeksi.

2.Pantau hasil laboratorium untuk melihat adanya perubahan diferensial atau peningkatan SDM.

3.Kaji janin untuk melihat adanya infeksi intra uterin, seperti takikardia janin dan penurunan nilai profil biofisiologis.

c. Resiko tinggi cedera (janin) yang berhubungan dengan penurunan perfusi uterin/placenta akibat perdarahan.Tujuan: janin dalam keadaan aman sampai tiba waktunya untuk dilahirkan.Kriteria hasil: Klien akan tetap aman secera fisiologis, dibuktikan oleh uji nonstres reaktif, nilai profil biofisik normal, tidak ada deselerasi lanjut selama persalinan, dan bayi lahir tanpa gangguan.

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Pantau janin sedikitnya setiap hari untuk melihat adanya tanda takikardia, penurunan gerak, kehilangan reaktivitas pada uji nonstres, dan adanya deselerasi pada pemantauan janin.Resiko janin untuk mengalami gangguan intrauterine meningkat; pengkajian yang cermat dan konsisten akan mengidentifikasi perubahan status janin secara dini sehingga intervensi dapat diimplementasikan.

2.Dapatkan profil biofisik sesuai program untuk mengkaji tanda infeksi intrauterine.

3.Dapatkan pemeriksaan ultrasonografi sesuai program untuk mengevaluasi pertumbuhan janin dan volume cairan amnion.

4. Implementasi KeperawatanPelaksanaan dalam asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.Di samping itu, perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan kondiri pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.

5. Evaluasi Keperawatana. Perdarahan klien berhenti dan profil hemodinamika membaik. Nilai laboratorium kembali normal.b. Klien tetap afebril, bebas tanda infeksi selama enam minggu berikutnya dan melahirkan janin yang matur.c. Janin mencapai maturitas (gestasi minggu ke-39) tanpa gangguan. Pada saat lahir, bayi menunjukkan nilai APGAR normal (9/9), pH tali pusat (7,32), dan tidak memerlukan resusitasi. Berat badan bayi 3345 g dan pulang bersama keluarganya pada hari ketiga pasca partum.

BAB III SOLUTIO PLACENTA

F. KONSEP TEORI SOLUTIO PLACENTA1. Definisi Solutio PlacentaSolutio placenta adalah pelepasan placenta sebelum waktunya. Placenta itu secara normal terlepas setelah anak lahir.

Gambar 2. Pelepasan placentaAkan tetapi pelepasan placenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus dan kalau terjadi pelepasan placenta yang rendah implantasinya maka bukan disebut solutio placenta tapi placenta previa.Jadi, solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.Pada solutio placenta darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari servik, terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan nampak. Kadang-kadang darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang placenta membentuk haematom retroplacentair. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.Kadang-kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga terjadi perdarahan tetap tersembunyi. Solutio dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya dari pada solutio placenta dengan perdarahan keluar.

2. Etiologi Solutio PlacentaSebab primer solutio placenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal yang tersebut di bawah dapat menyebabkannya :a. Hipertensi essensial atau preeklampsib. Tali pusat yang pendekc. Traumad. Uterus yang sangat mengecil (hydramnion, gemelli)e. Anomaly atau tumor uterusf. Obstruksi vena kava inferior dan vena ovarikaDi samping itu ada pengaruh:a. Umur lanjutb. Multiparitasc. Defisiensi giziSolutio placenta dimulai dengan perdarahan dalam deciduabasalis, terjadilah haematom dalam decidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Haematom ini makin lama makin besar, hingga makin lama makin besar bagian placenta yang terlepas. Akhirnya haematom mencapai pinggir-pinggir placenta dan mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.

3. Klasifikasi Solutio Placentaa. Solusio plasenta ringanRupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit. Perut agak terasa sakit atau terus-menerus agak tegang, bagian-bagian janin masih teraba.b. Solusio plasenta sedangPlasenta telah terlepas lebih dari seperempat permukaannya. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak terasa sakit perut terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sukar diraba. Telah ada tanda-tanda persalinan.c. Solusio plasenta beratPlasenta telah lepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Penderita jatuh syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Setelah ada kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.

4. Manifestasi Klinis Solutio Placentaa. Perdarahan yang disertai nyeri, diluar his.b. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.c. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta sehingga rahim teregang (ureus en bois).d. Palpasi sukar karena uterus keras.e. Bunyi jantung biasanya tidak ada.f. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus (karena isi rahim bertambah).g. Sering ada proteinuri karena disertai preeklamsi.

5. Patofisiologi Solutio PlacentaTerjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada moimetrium sehingga terbentuk hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya menghancurkan plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.Rupture pembuluh uteri spiralis desidua menyebabkan haematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

6. Komplikasi Solutio Plasentaa. Penyulit (komplikasi) ibu1) Perdarahan dapat menimbulkan:a) Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syokb) Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syokc) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma2) Gangguan pembekuan daraha) Masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai hemolisisb) Terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah3) OliguriaTerjadinya sumbatan glomerulus ginjal dapat menimbulkan produksi urine makin berkurang.4) Perdarahan postpartuma) Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uterib) Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan

b. Penyulit pada janinPerdarahan yang tertimbun di belakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim. Rentang kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.

7. Pencegahan Solutio Placentaa. Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan narkotika dan psikotropika selama kehamilan. b. Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal diketahui adanya kehamilan dan secara teratur selama masa kehamilan.c. Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada ibu hamil seperti diabetes dan tekanan darah tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya solusio plasenta.

8. Penatalaksanaan Solutio Placentaa. Penatalaksanaan Medis1) Terapi konservatif (ekspetatif)Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan partus berlangsung spontan. Menurut cara ini perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra uterin bertambah lama bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek sambil menunggu atau mengawasi kita berikan:a) Suntikan morfin subkutanb) Stimulasi dengan kardiotonika seperti :coramine, cardisol, pentasolc) Transfusi darah

2) Terapi aktifPrinsip kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti misalnya dengan operatif dan obstetrik. Langkah-langkah:a) Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oksitosin kemudian awasi serta pimpin partus spontan.b) Accouchement force, pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam wilet gausz atau fersi brakston-hicks.c) Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, dan kepala sudah turun sampai hodge III-IV, maka bila janin hidup lakukan ekstrasi fakum atau forest tetapi bila janin meninggal lakukanlah embriotomi.d) Sectio caesarea biasanya dilakukan pada keadaan:(1) Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.(2) Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.(3) Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang(4) Histerektomi dapat dilakukan bila terjadi fibrinogenemia atau hipofibrinogenemia dan kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak cukup. Selain itu juga ada coufilair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik(5) Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan(6) Pada hipofibrinogenemia, berikan darah segar beberapa kantong plasma darah dan fibrinogen 4-6 gram.(Mochtar rustam,sinobsis obstetri Jilid I, edisi II EGC:1998,hal286-287).

b. Penatalaksanaan Keperawatan1) Anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut, misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar2) Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan beri cairan peroral.3) Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.(Manjoer Ariff dkk,Kapita selekta kedokteran edisi II, jilid I penerbit Media Aesculapius FKUI 2001 hal.280-281).

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SOLUTIO PLACENTA 1. Pengkajian keperawatana. Data biografi demografiUsia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug.b. Riwayat kesehatan1) Riwayat penyakit dahulu (DM, gagal ginjal, dan hipertensi)2) Riwayat kesehatan keluarga3) Riwayat kehamilan yang lalu4) Riwayat ginekologis5) Status kesehatan sekarang.c. Riwayat status nutrisid. Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol)e. Status psikologisf. Kepercayaan keagamaang. Pemeriksaan fisik1) Vital sign (TD, nadi, respirasi dan suhu)2) Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)3) Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis)4) Sistem perkemihan (intake dan output)5) Sistem integumen (udem, pucat, kulit dingin)6) Sistem reproduksi (pemeriksaan leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks, perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi).7) Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).h. Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium darah lengkap, urine, dan kimia darah).

2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan konjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat dan lemas.b. Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang.c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai terjadi distress/pengerasan uterus, nyeri tekan uterus.d. Gangguan psikologi (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami.e. Potensial terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan.f. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi Keperawatana. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan konjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat dan lemas.Tujuan : suplai/kebutuhan darah kejaringan terpenuhi.

Kriteria : Konjungtiva tidak anemis, akral hangat, Hb normal, muka tidak pucat, tidak lemas.Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Bina hubungan saling percaya dengan klien.Klien percaya tindakan yang dilakukan.

2.Jelaskan penyebab terjadi perdarahan.Klien paham tentang kondisi yang dialami.

3.Monitor tanda-tanda vital.Tekanan darah, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah.

4.Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit.Mengantisipasi terjadinya syok.

5.Catat intake dan output.Produksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal.

6.Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik.Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akibat perdarahan.

7.Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah.Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

b. Resiko tinggi terjadinya fetal distres berhubungan dengan perfusi darah ke placenta berkurang.Tujuan : tidak terjadi fetal distress.Kriteria : DJJ normal/terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi lahir selamat.Intervensi: No.IntervensiRasional

1.Jelaskan resiko terjadinya dister janin /kematian janin pada ibu.Kooperatif pada tindakan.

2.Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri.Tekanan uterus pada vena cava, menyebabkan aliran darah ke jantung menurun sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan.

3.Observasi tekanan darah dan nadi klien.Penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pada sindroma vena cava sehingga klien harus dimonitor secara teliti.

4.Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin.Penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.

5.Kolaborasi pemberian O2 10 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress.Meningkatkan oksigenasi pada janin.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai terjadi distensi uterus, nyeri tekan uterus.Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri.Kriteria : Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Jelaskan penyebab nyeri pada klien.Dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan.

2.Kaji tingkat nyeri klien.Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

3.Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.(Tarik nafas panjang (dalam) melalui hidung dan hembuskan pelan-pelan melalui mulut).Dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.

4.Memberikan posisi yang nyaman (miring ke kiri/kanan).Posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.

5.Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung.Memberi dukungan mental.

6.Libatkan suami dan keluarga.Memberi dukungan mental.

d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialamiTujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.Kriteria : Klien tidak cemas, tenang, tidak gelisah.Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Anjurkan klien untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.Dengan mengungkapkan perasaannya akan mengurangi beban pikiran.

2.Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin.Mengurangi kecemasan klien tentang kondisi janin.

3.Beri penjelasan tentang kondisi janin.Mengurangi kecemasan tentang kondisi/keadaan janin.

4.Beri informasi tentang kondisi klien.Mengembalikan kepercayaan dan klien.

5.Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat.Dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien.

6.Anjurkan klien untuk berdoa kepada Tuhan YME.Dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan YME tentang kondisi yang dialami.

7.Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan.Penderita kooperatif.

e. Potensial terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan.Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi.Kriteria : Perdarahan berkurang Tanda-tanda vital normal Kesadaran compos mentis

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Kaji perdarahan setiap 15 30 menit.Mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.

2.Monitor tekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila normal observasi dilakukan setiap 30 menit.Mengetahui keadaan klien.

3.Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, menguap terus, keringat dingin, kepala pusing.Menentukan intervensi selanjutnya dan mencegah syok sedini mungkin.

4.Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundus uteri.Mengetahui perdarahan yang tersembunyi.

5.Catat intake dan output.Produksi urine yang kurang dari 30 ml/jam merupakan penurunan fungsi ginjal.

6.Berikan cairan sesuai dengan program terapi.Mempertahankan volume cairan sehingga sirkulasi dapat adekuat dan sebagai persiapan bila diperlukan transfusi darah.

7.Pemeriksaan laboratorium hematokrit dan hemoglobin.Menentukan intervensi selanjutnya.

f. Kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan dengan kurangnya informasi.Tujuan : klien dapat memahami tentang keadaannya.Kriteria : dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan keadaannya.

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang keadaannya.Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.

2.Berikan penjelasan tentang kehamilan dan tindakan yang akan dilakukan.a. Pengetahuan tentang perdarahan antepartum.b. Penyebab.c. Tanda dan gejala.d. Akibat perdarahan terhadap ibu dan janin.e. Tindakan yang mungkin dilakukan.Klien mengerti dan menerima keadaannya serta menjadi kooperatif.

4. Implementasi KeperawatanPelaksanaan dalam asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan perut dalam posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.Di samping itu, perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan kondiri pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari kesalahan.

5. Evaluasi Keperawatana. TTV dalam batas normal.b. Mukosa membran lembab.c. Klien tidak mengalami syok.d. Tidak ada tanda-tanda perdarahan lagi.

BAB IVPENUTUP

H. KESIMPULANSolusio placenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan solutio placenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena cava inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solutio plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solutio plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solutio plasenta. Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina. Pada ibu dan janin tergantung dari luasnya placenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina berlangsung. Komplikasi terparah dari solutio placenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari solutio placenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupun keduanya.Placenta previa adalah placenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Untuk itu, pada kehamilan usia > 35 tahun, hamil usia dini dan pada wanita dengan kecacatan endomentrium akibat persalinan berulang atau currettage harus lebih waspada terhadap terjadinya plasenta previa.

I. SARAN1. Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami dari solution plasenta.2. Perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor risiko dari solutio placenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.3. Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kejadian-kejadian abnormalitas ibu terkait dengan kehamilan dan persalinan.4. Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas pada ibu dan janin.5. Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat.6. Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Media Aesculapius FKUI: Jakarta.

Bobak, etc. 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC: Jakarta.

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Sastrawinata, Sulaeman, 1998, Obstetri Patologi, FK UNPAD: Bandung.

Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.