Material Teknik
-
Upload
nure-lizarifin -
Category
Documents
-
view
147 -
download
0
Transcript of Material Teknik
-
Material Teknik
nure lizarifin [COMPANY NAME]
-
BAB 1
STRUKTUR dan IKATAN ATOM
Konsep dasar dari struktur dan ikatan atom, yaitu atom terdiri dari inti atom yang
sangat kecil, inti atom tersebut tersusun dari electron dan proton. Kumpulan dari neutron
dan proton itu disebut juga nukleon. Kemudian terdapat electron yang mengelilingi inti
atom yang memiliki orbit masing-masing.Seluruh masa atom tersebut sebenarnya
berpusat pada nucleus (inti atom), karena massa electron yang sangat kecil. Sekitar 99%
massa atom berada di inti dengan muatan proton dan neutron yang hampir sama.
Electron yang terdapat pada orbital-orbital tadi, bersifat stabil, dan mempengaruhi sifat-
sifat kimiawi sebuah unsur.
Mengenai model-model atom, memiliki perkembangan. Model-model atom
tersebut memiliki struktur atom. Berikut model-model atom dan struktur atom yang ada
di dalamnya :
1. Struktur atom model Dalton
Teori Dalthon mengatakan bahwa atom berbentuk pejal, selain itu ia
mengungkapkan bahwa setiap unsur terdiri atas partikel yang sangat kecil diberi nama
ATOM, atom yang berasal dari unsur yang sama memiliki sifat yang sama, atom dari suatu
unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain menggunakan reaksi kimia, atom tidak
dapat dimusnahkan dan tidak dapat dihancurkan.
2. Struktur atom model Thomson
J.J Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis. Menurutnya,
terdapat electron yang tersebar bagaikan roti kismis.
3. Struktur atom model Rutherford
Berdasarkan percobaan yang telah ia lakukan , bahwa sebagian massa dan muatan
positif atom terdapat pada inti atom, dan electron beredar mengelilingi inti atom, lintsan
elektron disebut dengan kulit atom, dan jarak dari inti ke kulit atom disebut dengan jari-
jari atom.
4. Struktur atom model Niels Bohr
Pada electron terdapat lintasan-lintasan, lintasan tersebut disebut dengan kulit
atom, tiap lintasan akan ditandai dengan satu bilangan bulat yang dinamakan bilangan
kuantum utama(n). electron dapat berpindah disertai dengan pemancaran, perpindahan
electron pada bagian yang lebih dalam, akan diikuti dengan penyerapan energy, dan juga
sebaliknya.
Istilah dari atom berasal dari bahasa Yunani yang artinya tidak dapat dipotong atau
sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom merupakan suatu objek yang sangat kecil,
-
dan memiliki massa yang sangat kecil, sehingga untuk melihatnya membutuhkan alat,
mikroskop.
Untuk memahami jumlah proton dan neutron,
Jumlah proton = nomor atom dari atom (Z)
Jumlah proton + jumlah neutron (N) = nomor massa atom (A)
A = Z + N
Massa atom (A) dari atom tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari massa
proton dan neutron dalam inti. Walaupun jumlah proton sama dengan semua atom dari
suatu elemen tertentu, jumlah neutron akan menjadi suatu variable. Sehingga, atom
beberapa elemen memiliki dua atau lebih massa atom yang berbeda, inilah yang disebut
dengan isotop. Satuan dari massa atom (amu) dapat digunakan untuk menghitung berat
atom.
Bagian-bagian dalam atom, memiliki massa dan muatan tertentu, seperti yang terdapat
pada table di bawah ini :
Partikel
Subatom
Massa Muatan
(kg) Perbandingan (coulomb) Perbandingan
Proton, p 1,67 10 27 0 +1,60 10 19 +1
Neutron,
n
1,67 10 27 1 - -
Elektron,
e
9,11 10 31 1/ 1.836 1,60 10 19 -1
A. Elektron dalam atom
-
Pada awal telah dijelaskan mengenai model-model atom, model atom Rutherford
menjelaskan bahwa atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh
elektron, namun teori tersebut tidak menjelaskan tentang kestabilan atom. Saat
mengelilingi inti, elektron mengalami percepatan sentripetal akibat pengaruh gaya
sentripetal.
Teori Maxwell, yang menyatakan bahwa partikel bermuatan yang bergerak maka
akan memancarkan energy. Maka, menurutnya elektron yang bergerak juga akan
memancarkan energy.
Pemancaran energy ini akan menyebabkan energy pada elektron menghilang,
sehingga lintasan berbentuk spiral dan jari-jari lintasan elektron tersebut akan mengecil,
kecepatan elektron semakin lambat dan akan tertarik pada inti atom, namun pada
kenyataannya atom akan tetap stabil.
Niels Bohr menggunakan teori kuantum, menurut Bohr bahwa spectrum garis
menunjukan elektron dalam atom hanya beredar pada lintasannya dengan tingkat energy
tertentu. Pada lintasannya tersebut elektron dapat beredar tanpa pemancaran maupun
penyerapan energy, jadi energy elektron tidak berubah sehingga lintasannya tetap.
Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain dengan disertai pemancaran
atau penyerapan energy yang hasilnya sama dengan selisih saat tingkat energy akhir dan
awal.
Namun teori Bohr hanya dapat menjelaskan spectrum gas hydrogen, tidak dapat
menjelaskan spectrum dari unsur yang jumlah elektronnya lebih dari satu. Kelemahan
Bohr dijelaskan oleh Louis Victor De Broglie tentang teori partikel gelombang ,
menurutnya pada kondisi tertentu memungkinkan materi yang bergerak memiliki cirri-ciri
gelombang. Hal ini terbukti benar, dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron,
yang mempunyai sifat difraksi, maka gelombang tersebut tidak bergerak melalui suatu
garis, namun menyebar pada daerah tertentu.
Teori De Broglie kemudian dikembangan oleh Erwin Schrodinger, yang
menyatakan bahwa kedudukan elektron dalam atom tidak dapat diketahui secara pasti,
namun kemungkinan menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari
intinya. Ruangan yang memungkinkan ditemukannya elektron disebut orbital.
Dalam mekanika kuantum, model atom digambarkan dengan menyerupai awan.
Beberapa elektron bergabung membentuk kelompok yang disebut subkulit.
Persamaan Schrodinger menghasilkan bilangan kuantum, seringkali disebut
K,L,M,N. Bilangan kuantum berhubungan dengan jarak elektron dari inti atau posisi
elektron.
Bilangan
kuantum
nomor ke n
Kulit Subkulit Jumlah
orbital
Nomor
elektron per
kulit
1 K s 1 2
-
2
L
s 1 8
p 3
3 M
s 1
18 p 3
d 5
4 N
s 1
32 p 3
d 5
f 7
Elektron mengisi dari orbital pada tingkat energy rendah atau terdekat dengan inti,
sebelum mengisi bagian orbital yang lebih tinggi. Saat pada orbital yang energinya sama,
maka elektron akan mengisi orbital yang kosong terlebih dahulu.
Dapat dilihat bahwa orbital s selalu memiliki energy yang lebih rendah daripada orbital p,
maka orbital s akan ditempati terlebih dahulu pada oleh elektron sebelum menempati
orbital p.
Konfigurasi elektron
Konfigurasi elektron yaitu menggambarkan susunan elektron yang ada dalam
atom. Terdapat 3 aturan yang dapat digunakan, yaitu : aturan Pauli, aturan Aufbau, dan
aturan Hund.
-
Aturan Pauli, tidak boleh terdapat dua elektron dalam satu atom dengan empat
bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sama akan
mempunyai bilangan kuantum n,l,m yang sama tetapi yang
membedakan yaitu kuantum spin (s). dengan ddemikian tiap
orbital dapat berisi 2 elektron dengan spin / arah putar yang
berlawanan
Aturan Aufbau, pengisian orbital dimulai dari tingkat energy yang rendah ke yang
tingkat energy yang lebih tinggi.
Aturan Hund , elektron-elektron dalam suatu orbital cenderung untuk tidak
berpasangan ia baru berpasangan apabila pada subkulit itu
sudah tidak ada lagi orbital yang kosong. Cara mengisinya
menuliskan arah panah ke atas terlebih dahulu disemua kotak,
baru kemudian diikuti panah ke bawah dari kotak pertama.
Table Periodik
Tabel periodik adalah tampilan unsur-unsur kimia dalam bentuk tabel.
unsur-unsur tersebut telah diatur berdasarkan struktur elektronny, sehingga sifat-
sifat kimia tersebut hampi serupa/ berubah-ubah secara teratur sepanjang tabel.
Setiap unsur didaftarkan berdasarkan nomor atom dan lambang unsurnya.
-
Pada tabel periodik, terdapat golongan dan periode. Kolom,atau yang vertical
disebut dengan golongan , pada tabel periodik terdapat 18 golongan, yaitu terdapat VIII
golongan A, Sedangkan pada golongan B terdapat VIII golongan juga, namun golongan
ke VIII B terdiri dari 3 kolom. Golongan VIIIA, disebut dengan gas mulia karena elektron
valensinya sudah stabil. Golongan VIIA disebut dengan halogen (F,Cl,Br,I, dan At) . Alkali
dan logam alkali tanah terdapat pada golongan IA dan IIA.
Selain golongan, terdapat pula periode, terdapat 7 baris horizontal yang
disebut dengan periode . Walaupun golongan adalah cara yang yang paling umu untuk
mengklasifikasikan unsur, namun ada beberapa bagian di tabel unsur yang memiliki
kecenderungan sifatnya secara horizontal dan kesamaan sifatnya lebih terlihat dibanding
kecenderungan dengan vertical.
Elemen-elemen yang terdapat disudut kanan atas mudah menerima atau
membagi elektron, elemen-elemen ini disebut dengan elektronegatif unsur.
-
IKATAN ATOM pada PADATAN
Pada sebuah padatan, tiap atom dikelilingi oleh sejumlah atom lainnya. Atom
berinteraksi karena mereka didekatkan dengan bersamaan dari pemisahan yang tak
terbatas. Pada jarak yang besar interaksi dapat diabaikan, karena atom yang terlalu jauh
tidak berpengaruh satu dengan lainnya. Namun, jika jaraknya dekat, maka terdapat gaya
tarik-menarik antar atom.
IKATAN PRIMER ( ikatan yang kuat)
Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik menarik antara
muatan ion yang berbeda. Ikatan antara natrium dan klorin, dalam natrium klorida terjadi
karena adanya serah terima elektron. Natrium merupakan logam, yang mudah melepas
elektron dengan energy ionisasi yang rendah sedangkan klorin merupakan nonlogam
dengan afinitas atau daya penangkapan elektron yang tinggi. Apabila terjadi reaksi antara
natrium dan klorin maka atom klorin akan menarik satu elektron natrium. Akibatnya
natrium menjadi ion positif dan klorin menjadi ion negative. Adanya ion positif dan
negative memungkinkan terjadinya gaya tarik antara atom, sehingga terbentuk natrium
klorida.
Ikatan kovalen, proses pembentukan kestabilan suatu atom tidak hanya
melalui pelepasan dan penerimaan elektron, kenyataan kestabilan juga dapat dicapai
dengan cara menggunakan elektron secara bersama.
Ikatan logam
Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik
yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari
-
elektron-elektron yang bebas bergerak. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi,
sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
Ikatan sekunder
Ikatan sekunder yang lebih lemah, merupakan ikatan interatom,
dikelompokan sebagai gaya van der waals, meski sesungguhnya terdapat mekanisme
yang berbeda. Gas mulia, dalam keadaan stabil tidak ada ikatan primer yang efektif,
karena ikatan ion, kovalen, dan semuanya memerlukan penyesuaian dan elektron valensi.
Akibatnya, atom-atom gas mulia memiliki daya tarik menarik yang lemah.
Ikatan atom hydrogen
Ikatan hydrogen terjadi saat sebuah molekul memiliki atom N, O, atau F yang
mempunyai pasangan elektron yang bebas. Hidrogen dari molekul lain akan berinteraksi
dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hydrogen dengan besar
ikatan bervariasi mulai dari yang lemah hingga tinggi. Ikatan hydrogen akan
mempengaruhi titik didih suatu senyawa, semakin besar ikatan hidrogennya, maka
semakin tinggi titik didihnya.
Ikatan dipole terimbas
Dipol seketika ke dipole terimbas, atau gaya van der waals, adalah ikatan yang
paling lemah, namun sering dijumpai di antara semua zat-zat kimia. Misalnya atom
helium, pada satu titik waktu, awan elektronnya akan terlihat tidak seimbang dengan
salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Hal ini yang biasa disebut dengan dipole
seketika.
Daftar Pustaka
William D. Callister Jr,Wiley. Materials Science and Engineering, An introduction.
2004
Lawrence H. Van Vlack. Ilmu dan Teknologi Bahan, (terjemahan), Erlangga, 1995
-
BAB 2
STRUKTUR DAN CACAT KRISTAL
Kristal
Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekul molekul zat padat
yang memiliki susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi. Pada
hubungan lokal yang teratur, suatu kristal harus memiliki rentang yang panjang pada
koordinasi atom-atom atau ion dalam pola tiga dimensi sehingga menghasilkan rentang
yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk kristal tersebut.
Ditinjau dari struktur atom penyusunnya, bahan padat dibedakan menjadi tiga yaitu kristal
tunggal (monocrystal), polikristal (polycrystal), dan
amorf (Smallman, 2000: 13).
1. Kristal tunggal (monocrystal)
atom atau penyusunnyamempunyai struktur tetap karena atom-atom atau
molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola tiga dimensi dan
pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang panjang tak berhingga
2. Polikristal (polycristal)
Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal
yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk
benda padat.
3. Amorf
Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan
tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki
tidak teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi.
Struktur Kristal
Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal.
Struktur kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom
yang tersusun secara khusus, secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu
kisi kristal (crystal lattice).
Parameter-parameter kristal terdiri atas :
1. Konstanta kisi adalah jarak yang selalu terulang dalam pola jangkau kristal yang
menentukan sel satuandalam Kristal
-
Sumbu-sumbu a, b, dan c adalah sumbu-sumbu yang dikaitkan
dengan parameter kisi kristal. Untuk , , dan merupakan sudut antara
sumbu-sumbu referensi kristal. Menurut anggapan Bravais (1848),
berdasarkan kisi bidang dan kisi ruang kristal mempunyai 14 kisi dan
berdasarkan perbandingan sumbu-sumbu kristal dan hubungan sudut satu
dengan sudut yang lain, kristal dikelompokkan menjadi 7 sistem kristal
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Sistem Sumbu (axes) Sudut sumbu (axial angles)
Kubik a = b = c a = b = g = 900
Tetragonal a = b c a = b = g = 900
Ortorombik a b c a = b = g = 900
Monoklinik a b c a - g - 900 b
Triklinik a b c a b g = 900
Hexagonal a = a c a = b = 900 ; g = 1200
Rombohedral a = b = c a = b = g 900
Konstanta kisi dapat dihitung dan diukur secara analitik dan dinyatakan dalam jari-jari
atom penyusun kristal tersebut. Konstanta kisi kristal juga dapat ditentukan secara
experimental, misalnya dengan difraksi sinar X.
-
Tujuh sistem kristal dengan empat belas kisi Bravais. (Van Vlack, 2004: 63)
2. Volume density (r) adalah massa atom per volume sel satuannya
3. Atomic packing factors, faktor tumpukan padat adalah volume atom dalam 1 sel
satuan per volume sel satuan itu sendiri
4. Coordination numbers (cn)
-
Coordination numbers atau diterjemahkan sebagai bilangan koordinasi (BK) adalah
suatu bilangan yang menunjukkan berapa jumlah atom-atom tetangga terdekat (atom-
atom yang bersentuhan).
Bilangan koordinasi tergantung pada 2 faktor, yaitu :
1. Kovalensi .
Jumlah ikatan kovalen di sekitar suatu atom tergantung pada jumlah elektron
valensinya
2. Penumpukan atom.
Karena sejumlah energi bebas, bila ion dengan muatan berbeda saling mendekati
, bahan dengan ikatan ion , umumnya memiliki bilangan koordinasi yang tinggi
yaitu mempunyai sebanyak mungkin atom tetangga terdekat tanpa menimbulkan
gaya tolak-menolak yang kuat antara ion dengan muatan sama.
Misalnya :
Pada FCC Coordination number = 12 , yaitu terdiri dari 12 atom tetangga terdekat (4
atom pojok, 4 atom sisi, dan 4 atom equilaven sel berikutnya). Pada
BCC coordination number = 8.
BIDANG KRISTAL
Bidang kristal adalah bidang-bidang atom dalam suatu kisi kristal. Arah (tegak lurus)
bidang kristal disebut sebagai arah kristal.
Suatu kristal tentunya memiliki bidang-bidang atom yang mempengaruhi sifat dan
perilaku bahan. Baik bidang, maupun arah bidang dinyatakan dalam 3 angka yang
disebut sebagai indeks miller .
Untuk membedakannya, maka :
-
a. Untuk arah bidang digunakan simbol atau lambang [ h, k, l ]
Contoh : [ 1, 1, 1 ]
b. Untuk bidang kristal digunakan lambang ( h, k, l )
Contoh : ( 1, 1, 1 )
Bidang kisi yang paling mudah digambarkan adalah bidang-bidang yang membatasi sel
satuan di samping bidang lainnya. h, k, l, tersebut adalah bilang-bilangan bulat seperti 0,
1, 2, 3, dan seterusnya yang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tentukan panjang perpotongan bidang kristal terhadap ketiga sumbu
kristal misalnya x1, y1 , z1. x1, y1 dan z1 dinyatakan dalam kelipatan besaran-besaran
sel satuan a, b, dan c.
Contoh : x1 = p1 a y1 = p2 b z1 = p3 c.
2. Ketiga nilai p1 , p2 dan p3 dapat dikalikan/dibagi dengan faktor yang sama untuk
memberikan bilang-bilangan integer terkecil (tentukan dulu kebalikannya !)
Contoh :
Bidang yang diarsir memotong sumbu x, y, z masing-masing di a, 2b , dan 2/3c . Untuk
satu unit sel maka bidang tersebut berpotongan di 1, 2, 2/3. Kebalikannya : 1,1/2,
dan 3/2.
-
Indeks Miller h, k, l dapat dikalikan Receprocal dengan bilangan yang memberikan
bilangan bulat terkecil yaitu dengan 2. Sehingga bidangnya menjadi 213 ; Jadi bilangan
tersebut (2, 1, 3).
Catatan:
Indeks Miller adalah kebalikan dari perpotongan suatu bidang dgn ke-tiga sumbu x,y dan
z yang dinyatakan dalam bilangan utuh bukan pecahan. Indeks miller yang biasanya
bertanda negative (-) berarti menunjukkan bidang pada arah tertentu, (misalnya
perpotongan tsb ada di + , + dan 1/3 maka receprocalnya 2, 1, dan 3).
Maka bidang dengan indeks Miller semacam ini ditulis (2, 1, 3).
Family bidang adalah sekelompok bidang memiliki karakteristik yang sama tetapi memiliki
indeks Millerr yang berbeda satu dengan lainnya.
Misalkan : notasi untuk family bidangnya adalah {1 1 0}, maka bidang-bidangnya adalah
: (1, 1, 0), (1, 0, 1), (0, 1, 1), (1, 1, 0), (1, 1, 0)
DENSITAS BIDANG DAN DENSITAS GARIS
Densitas bidang atau Planar Density (PD) adalah fraksi bidang kristal yang ditempati oleh
atom-atom kristal. Sedangkan densitas garis atau Linier Density (LD) adalah fraksi garis
sepanjang arah kristal yang melewati pusat-pusat atom.
STRUKTUR HEXAGONAL
Berbeda dengan sistem kristal lainnya, maka bidang-bidang dan arah-arah bidang
kristal pada sistem hexagonal menggunakan 4 indeks yaitu (h, k, i, l ). Karena sistem ini
-
disusun oleh 3 sumbu bidang dan 1 sumbu tegak lurus (^) bidang basalnya.. Sumbu
pada bidang basal adalah a1, a2 dan a3 yang mana satu dan lainnya menbentuk sudut
1200. Indeks h, k, i adalah reciprocal/potongan bidang kristal terhadap sumbu a1,
a2 dan a3, sedangkan indeks l adalah perpotongan dengan sumbu c.
Catatan : Indeks bidang adalah sifat kebalikan dari indeks Miller yang memungkinkan
kita melakukan perhitungan untuk jarak antar bidang. Agar suatu garis terletak dalam
bidang tertentu, hasil skalar indeks arah garis dan indeks bidang harus = 0
Kristal Kubik Berpusat Muka
Faktor tumpukan padat = total volum bola / total volum satuan sel = Vs/Vc = 4x(4/3
r3)/16r32 = 0,74
Kerapatan = A / VcNA = (4x63,5) / (162x (1,28x10 -8)x(6,02x 1023)) g/cm3 =
8,89 g/cm3.
Kristal Kubik Berpusat Bidang
Kristal Heksagonal Tumpukan Padat
-
CACAT KRISTAL
kehadiran cacat Kristal yang sedikit memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan sifat suatu bahan dan pengaturan cacat sangat penting dalam pemrosesan
bahan.
Cacat kristal dapat terjadi pada saat,
1. selama proses pertumbuhan kristal,
2. proses pemurnian atau proses laku (treatment), dan
3. bahkan seringkali cacat kristal sengaja diciptakan untuk menghasilkan sifat-sifat
tertentu.
1. Cacat titik
Cacat titik adalah ketaksempurnaan kristal yang terjadi pada suatu titik kisi tertentu.
Cacat tersebut dapat berupa :
kekosongan (vacancy)
-
Vacancy mempunyai pengaruh pada besar medan listrik setempat sehingga
berpengaruh pada sifat listrik dan optik zat padat
Pusat-pusat warna dalam kristal alkali-halida terjadi karena adanya vacancy
- sisipan (interstitial)
- takmurnian (substitutional impurity)
Ketidakmurnian dapat mempengaruhi
1. sifat listrik (electric properties)
2. sifat optik
3. sifat mekanik
4. sifat termal dari bahan
- cacat Frenkel
Pengotoran yaitu, adanya atom-atom asing pada beberapa titik kisi kristal
2. Cacat garis (dislokasi) : cacat kristal linier (1 dimensi) yang dikelilingi oleh atom
atom yang keluar menyimpang dari barisannya, meliputi berjuta jarak antar atom
Dislokasi garis
-
Dislokasi ulir
3. Cacat bidang
Batas butir
Permukaan
4. Cacat volum
Daftar Pustaka
http://eprints.uny.ac.id/8412/3/bab%202%20_08306144007.pdf
https://sites.google.com/site/basicmaterialsciences/v-kristal-struktur-kristal
William D. Callister Jr,Wiley. Materials Science and Engineering, An introduction.
2004
-
BAB 3
SIFAT MEKANIKA
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari pemilihan
bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau
perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau
gabungan keduanya.
Beberapa sifat mekanik dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu
Sifat mekanik statis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang
besarnya tetap atau bebannya mengalami perubahan yang lambat.
Sifat mekanik dinamis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang
besar berubah ubah, atau dapat juga dikatakan mengejut.
Karakter material tergantung pada:
Komposisi kimia
Struktur mikro
Sifat material: sifat mekanik, sifat fisik dan sifat kimia
beberapa sifat mekanik yang penting untuk diketahui :
Kekuatan (strength), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan
tanpa menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam,
tergantung pada jenis beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan
tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.
Kekerasan (hardness), dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk
tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini
berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya
korelasi dengan kekuatan.
Kekenyalan (elasticity), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan
tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah
tegangan dihilangkan. Bila suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi
perubahan bentuk. Apabila tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati batas
tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya bersifat sementara,
perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan yang
diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang bekerja telah melewati batas
kemampuannya, maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada
walaupun tegangan yang diberikan telah dihilangkan. Kekenyalan juga
menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi
sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan
-
dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk kembali
ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima bebang yang menimbulkan
deformasi.
Kekakuan (stiffness), menyatakan kemampuan bahan untuk menerima
tegangan/beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi)
atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan.
Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi plastik (permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini
sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai macam
pembentukan seperti forging, rolling, extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga
sering disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan yang mampu mengalami
deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang memiliki keuletan
tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan
terjadinya deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan
rendah atau getas (brittle).
Ketangguhan (toughness), menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap
sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan
sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda
kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
sehingga sifat ini sulit diukur.
Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila
menerima tegangan berulang ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh
dibawah batas kekuatan elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi
pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan
merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur karena sangat
banyak faktor yang mempengaruhinya.
Creep, atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan
kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik yang besarnya
berubah sesuai dengan fungsi waktu, pada saat bahan atau komponen tersebut
tadi menerima beban yang besarnya relatif tetap.
Konsep Tegangan dan Regangan
Jika suatu benda mengalami sebuah beban statis atau terjadi perubahan
yangrelatif lambat dengan waktu dan beban diberikan secara seragam pada
daerahmelintang pada permukaan benda uji, perilaku mekaniknya dapat diprediksi
olehtes tegangan-regangan sederhana. Cara inilah yang paling sering
dilakukanuntuk logam pada suhu kamar. Ada tiga cara utama di mana beban
dapatditerapkan: yaitu, ketegangan, kompresi, dan geser. Dalam penerapan
secarateknik, kebanyakan beban bersifat torsional ketimbang gaya geser murni,
jenispembebanan ini diilustrasikan pada gambar dibawah ini
-
Deformasi elastis adalah deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi pada suatu
benda, saat gaya tersebut bekerja, dan perubahan bentuk akan hilang, ketika gaya
tersebut dihilangkan.
Pembebanan statik:
Tarik Kompressi Geser
F
F
F
F Beban tarik
Beban kompressi
F
F
-
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang terjadi secara permanen, walaupun gaya
tersebut dihilangkan.
Pengujian uji tarik: Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan
karena pengujian tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan.
Pada uji tarik , benda uji diberi beban gaya tarik , yang bertambah secara kontinyu,
bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda
uji.
Hukum Hooke (Hookes Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban
atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut.
Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs
beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress adalah beban dibagi luas penampang
bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: = L/L L: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E = /
Pengujian Kekerasan
-
Pengujian ini dilakukan dengan dua pertimbanagn yaitu untuk mengetahui
karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material
memiliki spesifikasi kualitas tertentu. Berdasarkan pemakaianya dibagi menjadi:
1. Pengujian kekerasan dengan penekanan(indentation test)
Pengujian ini dilakukan merupakan pengujian kekerasan terha-dap bahan logam
dimana dalam menentukan kekerasaannya deilakukan dengan cara menganalisis
indentasi atau bekas penekanan pada benda uji sebagai reaksi dari pembebanan tekan
2. Pengujian kekerasan dengan goresan(sratch test)
Merupakan pengujian kekerasan terhadap benda (logam) dimana dalam
menentukan kekerasannya dilakukan dengan mencari perban-dingan dari bahan yang
menjadi standart. Contohnya adalah pengujian metode MOHS
3. Pengujian kekerasan dengan cara dinamik(dynamic test)
Merupakan pengujian kekerasan dengan mengukur tinggi pantu-lan dari bola baja
atau intan(hammer)yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu.
Daftar pustaka :
William D. Callister Jr,Wiley. Materials Science and Engineering, An introduction. 2004
http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-
forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis
http://yefrichan.wordpress.com/2010/05/21/sifat-%E2%80%93-sifat-material/
http://mustazamaa.wordpress.com/2010/04/15/sifat-sifat-mekanik-bahan/
http://sekolah007.blogspot.com/2013/04/macam-macam-pengujian-bahan.html
-
BAB 4
DIAGRAM FASA
A. Pengertian Diagram fasa
Diagram Fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana
terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan
kadar karbon.
B. Komponen
logam murni dan/atau senyawa penyusun paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu),
komponennya adalah Cu dan Zn.
C. Istilah
Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa atom, minimal dua atom yang
berbeda, atom terlarut menempati posisi substitusi atau interstisi pada kisi pelarut
dan struktur kristal mengikuti struktur kristal pelarut.
Batas kelarutan (solubility limit).
Suatu logam paduan akan mempunyai maksimum konsentrasi dari atom terlarut
yang akan larut pada pelarut.
Jika atom terlarut konsentrasinya melampaui batas kelarutan maka sebagian atom
tersebut tidak akan terlarut lagi. Untuk menggambarkan keadaan ini bisa dilihat
contoh larutan air gula. Jika gula yang dicampur terlalu banyak maka gula tersebut
tidak akan larut lagi.
Fase:
Fase didefinisikan sebagai sistem yang homogen yang mempunyai sifat kimia dan
sifat fisika yang seragam/uniform.
Satu fase : contohnya logam murni, padatan, cairan.
Lebih 1 fase : contohnya larutan air-gula dengan gula (larutan air-gula yang
melampaui batas kelarutan).
Sistem fase tunggal = homogen
Sistem 2 atau lebih fase = campuran atau sistem heterogen.
Struktur mikro :
Sifat-sifat fisik suatu bahan seperti sifat mekanik tergantung dari struktur mikro.
Struktur mikro diketahui dengan observasi mikroskopik menggunakan mikroskop
optik atau mikroskop elektron.
Pada logam paduan, penggolongan struktur mikro berdasarkan berapa jumlah fase,
proporsinya dan bagaimana susunannya didalam bahan.
Struktur mikro bergantung kepada jumlah elemen paduan, konsentrasinya dan
perlakuan panasnya (temperatur, lamanya pemanasan, laju pendinginan).
Kesetimbangan fase
-
Kesetimbangan : jika sebuah sistem mempunyai energi bebas minimum pada
temperatur, tekanan dan komposisi tertentu, lalu tidak terjadi perubahan kondisi
Makin tinggi energi bebas , dan gerak atom pada bahan makin acak dan tidak teratur.
Secara makro : sifat-sifat sistem tidak berubah terhadap waktu, stabil
Kesetimbangan fase : adalah kesetimbangan pada sistem yang terdiri lebih dari 1
fase. Masing-masing fase tidak mengalami perubahan.
DIAGRAM KESETIMBANGAN FASE.
Banyak informasi tentang pengontrolan struktur mikro pada paduan logam
tertentu lebih memudahkan jika digambar dalam bentuk diagram yaitu diagram fase
atau diagram kesetimbangan.
Banyak perubahan struktur mikro terjadi pada saat transformasi fase yaitu
perubahan yang terjadi diantara dua fase atau lebih karena temperatur berubah.
Gejalanya bisa berupa transisi dari satu fase ke fase lain atau terbentuk fase baru atau
hilangnya sebuah fase. Diagram kesetimbangan fase menggambarkan hubungan antara
temperatur dan komposisi dan kuantitas fase-fase pada kesetimbangan.
Paduan biner : (binary alloy) adalah paduan yang terdiri dari dua komponen (contoh : Cu
Ni)
Diagram fase paduan biner Cu Ni bisa dilihat pada gambar 9.2.
Sumbu y : temperatur
Sumbu x : komposisi paduan (dalam % berat bawah, dalam % atom atas).
3 daerah pada kurva : - a (fase a) struktur fcc
- L (fase cair)
Asyari Daryus - Material Teknik
Teknik Mesin, Universitas Darma Persada - Jakarta
51
- a + L (fase a + cair).
Fase a adalah solid solution Ni Cu substitusi
Solid solution Ni Cu : - Ni dan Cu sama sama mempunyai struktur FCC.
- jari jari atom yang hampir sama.
- elektro-negatif yang hampir sama.
- valensi yang sama.
Garis liquidus : garis antara l dan a + L.
Garis solidus : garis antara a dan a + L.
Pada sistem biner, jika diketahui komposisi dan temperatur kesetimbangan, 3 informasi
yang diperoleh :
-
1. Fase paduan
2. Komposisi fase
3. Persen atau fraksi fase.
Diagram Cu-Ni
Mencari komposisi fase pada daerah 2 fase :
- titik B pada gambar : ( 35 wt% Ni 65 wt% Cu pada 12500 C)
1. Tarik garis horisontal melalui B (tie line)
2. Tandai perpotongan garis dengan kurva di kedua garis
3. Tarik garis tegak lurus pada perpotongan kurva terhadap sumbu x, komposisi
paduan bisa didapat.
- Perpotongan dengan garis liquidus CL : 31,5 wt% Ni 68,5 wt% Cu (gambar)
- Perpotongan dengan garis solidus Ca : 42,5 wt% Ni 57,5 wt% Cu
Mencari persen atau fraksi fase
Jumlah persentasi cair (W
l) =
S/(R+S)x100%
-
Pada daerah 1 fase : titik A pada gambar 100 % a.
Pada daerah 2 fase : titik B pada gambar
Digunakan garis horisontal (tie line) dan prosedur lever rule (hukum tuas).
Prosedurnya hukum tuas sbb:
1. Tarik garis horisontal pada temperatur yang diketahui (titik B) (garis tie line).
2. Diperoleh komposisi alloi keseluruhan, Co.
3. Fraksi sebuah fase dihitung dengan mengambil panjang dari komposisi alloi
keseluruhan, Co kebatas fase yang lainnya dan dibagi dengan panjang total tie line
(panjang CL - Ca).
4. Fraksi fase yang lain dilakukan dengan cara yang sama.
5. Jika diinginkan dalam persen, fraksi dikali 100. Jika komposisi dalam % berat, maka
fraksi adalah fraksi massa (berat).
WL = S/ R + S WL = C a - Co/Ca - CL
WL = fraksi berat fase L
Ca = komposisi fase a
CL = komposisi fase L
Co = komposisi keseluruhan
Sebagai contoh, lihat gambar
WL= 42,535/ (42,531,5) =0,68
Dengan cara yang sama untuk fase a
W = R/R+S
=C0CL/C CL
= 3531,5/(42,531,5) = 0,32
Diagram Fasa Reaksi eutektik
-
HUKUM FASE GIBBS
Konstruksi diagram fase dan kondisi kesetimbangan fase mengikuti hukum
termodinamika.
j.w. gibbs memberikan formula yang disebut hukum fase gibbs :
P= jumlah fase
F= derajat kebebasan
C= jumlah komponen sistem
N= jumlah varibel non komposisi.
Misal : sistem Cu Ag s
Tekanan konstan
N = 1 (hanya temperatur variabel non komposisi)
P + F = 2+1
= 3
F = 3 P
Jika fase = fase tunggal (a atau b atau L)
P = 1
F = 3 1 = 2
F = 2
Artinya bahwa menerangkan karakteristik paduan mempunyai fase tunggal, kita harus
menentukan 2 parameter yaitu komposisi dan temperatur
Daftar Pustaka
William D. Callister Jr,Wiley. Materials Science and Engineering, An introduction.
2004
Lawrence H. Van Vlack. Ilmu dan Teknologi Bahan, (terjemahan), Erlangga, 1995
Diagram Fasa Fe- Besi- (ferrit);
Struktur BCC, dapat melarutkan C maks. 0,022% pada 727 C.
-
BAB 5
PROSES ANIL dan PERLAKUAN PANAS
Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material yang
terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik untuk tujuan tertentu. Secara umum
proses perlakuan panas adalah sebagai berikut:
a. Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu pula.
b. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu sehingga temperaturnya
merata
c. Pendinginan dengan media pendingin (air, oli atau udara)
Ketiga hal diatas tergantung dari material yang akan di heat treatment dan sifatsifat
akhir yang diinginkan. Melalui perlakuan panas yang tepat tegangan dalam
dapat dihilangkan, besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan
atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet.
Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia logam harus
diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon(C) dapat
mengakibatkan perubahan sifat fisis.
1. Proses anil merupakan proses perlakuan panas suatu bahan melalui pemanasan pada
suhu cukup tinggi dan waktu yang lama, diikuti pendinginan perlahan-lahan
Anil
Bahan: Gelas
Tujuan: menghilangkan tegangan sisa & menghindari terjadinya retakan
panas
Prosedur: suhu pemanasan mendekati suhu transisi gelas dan pendinginan
perlahan-lahan
Perubahan strukturmikro: tidak ada
Menghilangkan Tegangan
Bahan: semua logam, khususnya baja
Tujuan: menghilangkan tegangan sisa
Prosedur: Pemanasan sampai 600C utk baja selama beberapa jam
Perubahan strukturmikro: tidak ada
Rekristalisasi
Bahan: logam yang mengalami pengerjaan dingin
Tujuan: pelunakan dengan meniadakan pengerasan regangan
Prosedur: Pemanasan antara 0,3 dan 0,6 titik lebur logam
Perubahan strukturmikro: butir baru .
1.1 Full Annealing
Full annealing terdiri dari austenisasi dari baja yang bersangkutan diikuti
dengan pendinginan yang lambat di dalam dapur. Temperatur yang dipilih
-
untuk austenisasi tergantung pada karbon dari baja yang bersangkutan.
1.2 Spheroidized Annealing
Spheroidized annealing dilakukan dengan memanaskan baja sedikit diatas
atau dibawah temperatur , kemudian
didiamkan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian
diikuti dengan pendinginan yang lambat. Tujuan dari Spheroidized
annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin dan memperbaiki
mampu bentuk.
1.3 Isothermal Annealing
Jenis proses ini
dimanfaatkan untuk melunakkan baja-baja sebelum dilakukan proses
permesinan.
1.4 Proses Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 1100 - 1200oC. Proses difusi
yang terjadi pada temperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja
Proses homogenisasi dilakukan selama beberapa jam pada
temperatur sekitar 1150 - 1200oC. Setelah itu, benda kerja didinginkan ke
800 - 850oC, dan selanjutnya didinginkan diudara. Setelah proses ini, dapat
juga dilakukan proses normal atau anil untuk memperhalus struktur overheat.
Perlakuan seperti ini hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang khusus
karena biaya prosesnya sangat tinggi
1.5 Stress Relieving
Stress relieving adalah salah satu proses perlakuan panas yang ditujukan
untuk menghilangkan tegangan-tegangan yang ada di dalam benda kerja,
memperkecil distorsi yang terjadi selama proses perlakuan panas dan, pada
kasus-kasus tertentu, mencegah timbulnya retak
Timbulnya Tegangan di dalam Benda Kerja
Beberapa faktor penyebab timbulnya tegangan di dalam logam sebagai
akibat dari proses pembuatan logam tersebut menjadi sebuah komponen
adalah :
1. Pemesinan : Jika suatu komponen mengalami proses pemesinan yang berat,
maka akan timbul tegangan di dalam komponen tersebut.
Tegangan yang berkembang di dalam benda kerja dapat
menimbulkan retak pada saat dilaku panas atau mengalami
distorsi. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pada pola
kesetimbangan tegangan akibat penerapan proses pemesinan
yang berat.
-
2. Pembentukan : Proses metal forming juga akan mengakibatkan tegangan
dalam akan berkembang, seperti pada proses coining,
bending, drawing, dan sebagainya.
3. Perlakuan panas : Perlakuan panas juga merupakan salah satu penyebab
timbulnya tegangan dalam komponen. Hal ini terjadi sebagai
akibat tidak homogennya pemanasan dan pendinginan atau
sebagai akibat terlalu cepatnya laju pemanasan ke
temperatur austenitisasi
4. Pengecoran : Tegangan dalam selalu ada pada produk-produk cor
sebagai akibat dari tidak meratanya pendinginan dari
permukaan ke bagian dalam benda kerja dan juga akibat
adanya perbedaan laju pendinginan pada berbagai bagian
produk cor yang sama.
5. Pengelasan : Tegangan dalam juga terjadi pada suatu komponen yang
mengalami pengelasan, soldering, dan brazing. Tegangan
tersebut terjadi karena adanya pemuaian dan pengkerutan
di daerah yang dipengaruhi panas (HAZ) dan juga di daerah
logam las.
2. Normalizing Proses normalizing atau menormalkan adalah jenis perlakuan panas yang
umum diterapkan pada hampir semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk tempa yang besar. Normalizing ditujukan untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan bajabaja paduan rendah. Normalizing dilakukan karena tidak diketahui bagaimana proses dari pembuatan benda kerja ini apakah dikerjakan dingin (cold Working) atau pengerjaan Panas (Hot Working). Dimana normalizing ini bertujuan untuk mengembalikan atau memperhalus struktur butir dari benda kerja.
3. Hardening Hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk
menghasilkan benda kerja yang keras. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan baja sampai temperatur pengerasannya (Temperatur austenisasi) dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat tinggi atau di quench agar diperoleh kekerasan yang diinginkan
Daftar Pustaka :
http://eviezie.blogspot.com/2011/11/anil-dan-perlakuan-panas.html